Lapis pondasi agregat terdiri dari agregat yang dipilih sesuai spesifikasi teknik untuk membentuk lapisan pondasi jalan. Terdapat beberapa jenis lapisan pondasi agregat berdasarkan kelasnya seperti kelas A, B, dan C yang memiliki persyaratan berbeda untuk material dan pelaksanaannya. Lapisan ini dirancang untuk mendistribusikan beban dan memberikan kekuatan struktur pada jalan.
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspalAngga Nugraha
ditulis oleh Angga Nugraha, ST
alumni Teknik Sipil dan Lingkungan
Tulisan ini mengenai tata cara pengetesan core drill pada pekerjaan jalan beraspal untuk mengukur ketebalan lapisan aspal tersebut.
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspalAngga Nugraha
ditulis oleh Angga Nugraha, ST
alumni Teknik Sipil dan Lingkungan
Tulisan ini mengenai tata cara pengetesan core drill pada pekerjaan jalan beraspal untuk mengukur ketebalan lapisan aspal tersebut.
4. PERKERASAN BERBUTIR
• Terdiri dari bahan agregat yang telah dipilih dari
sumber bahan yang telah disetujui sesuai dengan
spesifikasi teknik.
• Lapis pondasi agregat adalah lapis pondasi yang bahan
utamanya terdiri atas agregat atau batu atau granular
material. Agregat adalah material berbutir yang keras
dan kompak dan mencakup antara lain batu bulat, batu
pecah, abu batu, dan pasir.
• Jenisnya yaitu :
• Lapis pondasi agregat klas "A“
• Lapis pondasi agregat klas "B"
• Lapis pondasi agregat klas “C"
4
6. – Tanah dasar, merupakan tanah yang dipadatkan, baik dari
hasil galian maupun timbunan.tanah dasar memberi
bentuk jalan
– Lapis pondasi, terdiri dari lapisan pondasi atas dan pondasi
bawah. Distribusi beban dan kekuatan struktur ditentukan
pada lapisan ini
– Lapis permukaan, merupakan lapisan yang kontak
langsung dengan beban (roda kendaraan). Sudah termasuk
lapis aus. Lapisan ini harus kuat, juga stabil dan memiliki
daya tahan yang cukup kuat.
Susunan lapis perkerasan jalan (2)
6
7. Jenis Lapis Pondasi Jalan
1. Lapis Pondasi Atas
a. Tanpa Pengikat
• Lapis Pondasi Agregat Kelas A
• Dry Bound Macadam
b. Dengan Pengikat
• Pengikat Air: Water Bound Macadam
• Pengikat Semen
– PCC (Portland Cement Concrete)
– CTB
– Soil Cement Base
• Pengikat Aspal
– ATB Konvensional
– AC-Base
2. Lapis Pondasi Bawah
a. Tanpa Pengikat
• Lapis Pondasi Agregat Kelas B
b. Dengan Pengikat
• Pengikat Aspal
― ATSB Konvensional
― CTSB 7
8. Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat
• Lapis Pondasi Agregat (satuan m3)
– Mencakup pemasokan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan,
pembasahan, dan pemadatan agregat di atas permukaan yang telah
disiapkan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan ---> Lapis pondasi
agregat kelas A , dan kelas B
• Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal (satuan m3)
– Mencakup pemasokan, pengangkutan, penghamparan, dan
pemadatan bahan utk pelaksanaan lapis pondasi jalan tanpa penutup
aspal, merupakan suatu lapis permukaan sementara pada permukaan
tanah dasar atau lapis pondasi bawah yang telah disiapkan ---> Lapis
pondasi agregat kelas C
8
9. Lapis pondasi agregat klas "A"
• Adalah lapis pondasi atas untuk suatu lapisan dibawah lapisan beraspal.
• Perkerasan yang terletak diantara lapisan bawah dengan lapisan permukaan.
• Lapisan ini dibuat untuk menyempurnakan kapasitas daya dukung beban.
• Material yang digunakan untuk lapisan ini adalah yang cukup kuat dan memiliki
CBR > 90%. Bahkan yang digunakan untuk lapisan ini dapat berupa batu pecah,
kerikil pecah, yang merupakan material kelas A baik yang berdiameter ¾ dan ⅜.
• Lapisan ini dirancang sedemikian rupa sehingga akhirnya diperoleh kestabilan
struktur yang diperlukan untuk dapat menahan gaya vertikal dan horizontal yang
terjadi.
• Lapisan ini juga dibuat dengan kepadatan yang cukup agar dapat menahan proses
konsolidasi yang dapat menyebabkan terjadinya keretakan pada badan jalan.
• Pada tiap-tiap lapisan harus segera dipadatkan pada seluruh lebar hamparan
dengan menggunakan alat Vibratory Roller dengan lebih kurang 8 passing
• Tebal dari agregat kelas A ini dipersyaratkan agar kepadatan yang diinginkan dapat
tercapai sesuai dengan yang telah disyaratkan.
9
10. Lapis pondasi agregat klas "B"
• Adalah untuk lapis pondasi bawah.
• Boleh digunakan untuk bahu jalan tanpa
penutup aspal.
10
12. Fraksi Agregat kasar
• Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus
terdiri dari partikel atau pecahan batu atau kerikil yang
keras dan awet (SNI-03-2417-1990)
• Bilamana digunakan untuk lapis pondasi agregat klas "A"
maka untuk agregat kasarnya tidak kurang dari 100% harus
mempunyai paling sedikit dua bidang pecah.
• Sedangkan bila digunakan untuk lapis pondasi agregat klas
"B" maka untuk agregat kasarnya tidak kurang dari 5%
harus mempunyai paling sedikit satu bidang pecah.
• Agregat kasar Kelas C berasal dari kerikil.
12
13. Fraksi Agregat halus
• Agregat halus yang lolos pada ayakan 4,75 mm
harus terdiri dari partikel pasir alami atau batu
pecah halus (abu batu) dan partikel halus
lainnya.
• Fraksi agregat yang lolos ayakan No.200 tidak
boleh lebih besar 2/3 dari fraksi agregat lolos
ayakan No.40.
13
14. • Seluruh lapis pondasi agregat harus bebas dari bahan organik
dan gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak
dikehendaki.
• Gradasi harus memenuhi ketentuan (menggunakan
pengayakan secara basah) yang diberikan dalam tabel berikut:
Sifat-sifat bahan yang disyaratkan (1)
14
15. • Sifat-sifat lapis pondasi agregat
Sifat-sifat bahan yang disyaratkan (2)
15
16. Persyaratan hasil pelaksanaan lapis
pondasi agregat
• Untuk memperoleh homogenitas campuran dan memenuhi
ketentuan yang disyaratkan
• Harus langsung dari instalasi pemecah batu atau
pencampur yang disetujui
• menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasi
untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-
komponen campuran dengan proporsi yang benar.
• Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan
pencampuran di lapangan dengan grader, loader atau
backhoe kecuali dengan alat khusus pulvi mixer.
• Hasil pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi harus
memenuhi persyaratan toleransi dimensi sebagaimana
diuraikan berikut ini.
16
17. Persyaratan peralatan
• Peralatan dan mesin-mesin yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
sebelum pekerjaan dimulai harus laik pakai dan selama pelaksanaan harus
dirawat agar supaya selalu dalam keadaan yang memuaskan.
• Peralatan processing harus direncanakan, dipasang, dioperasikan dan
dengan kapasitas sedemikian sehingga dapat mencampur agregat, air
secara merata sehingga menghasilkan campuran yang homogen, seragam
yang diperlukan untuk pemadatan.
• Bilamana instalasi pencampur digunakan maka instalasi pencampur
tersebut harus dikalibrasi terlebih dahulu untuk memperoleh aliran yang
menerus dari komponen-komponen campuran dengan proporsi yang
benar.
• Lapis pondasi agregat harus dipadatkan dengan alat pemadat seperti, alat
pemadat roda besi dengan penggetar, alat pemadat roda besi, alat
pemadat roda karet.
• Alat pemadat roda besi dengan penggetar hanya boleh digunakan pada
awal pemadatan
17
18. Pembuatan formula campuran
rancangan (FCR) (1)
Sebelum pembuatan campuran rancangan, terlebih dahulu agregat yang akan
digunakan harus sudah diuji dan hasilnya memenuhi persyaratan.
Prosedur pembuatan campuran rancangan (FCR) adalah dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Siapkan contoh uji agregat yang direncanakan akan digunakan sebagai bahan lapis
pondasi agregat dan contoh uji agregat tersebut diambil dari stockfile.
b. Lakukan pengujian kualitas agregat termasuk analisa ukuran butir pada masing-
masing fraksi agregat. Kemudian lakukan penggabungan beberapa fraksi agregat
untuk memperoleh gradasi agregat campuran sesuai Tabel pada slide 11
c. Evaluasi hasil pengujian kualitas dan penggabungan beberapa fraksi apakah
memenuhi persyaratan, bila kualitas agregat tidak memenuhi persyaratan harus
diganti dan bila memenuhi persyaratan tetapi hasil penggabungan beberapa
agregat tidak memenuhi persyaratan maka untuk mengatasi masalah tersebut
adalah dengan mengunakan agregat atau fraksi baru sebagai agregat tambahan.
18
19. Pembuatan formula campuran
rancangan (FCR) (2)
d. Bila kualitas agregat dan gradasi agregat campuran sudah memenuhi
persyaratan maka langkah selanjutnya adalah pengujian pemadatan
dengan tahapan sebagai berikut:
1) Siapkan contoh-contoh uji dengan variasi kadar air 4%,6%,8%, 10% dan
12% terhadap berat kering agregat.
2) Lakukan Percobaan Pemadatan Berat (Modified) sesuai SNI 03-1743-
1989 pada setiap variasi kadar air.
3) Tentukan hubungan antara kadar air dengan kepadatan dan dapatkan
Kadar Air Optimum dan Kepadatan Kering Maksimum, yaitu puncak
dari garis lengkung grafik dari hubungan kadar air dan kepadatan
menyatakan Kadar Air Optimum dan Kepadatan Kering Maksimum.
19
20. Pembuatan formula campuran
rancangan (FCR) (3)
e. Berdasarkan hasil pengujian pemadatan, yaitu untuk Kepadatan Kering
Maksimum dan Kadar Air Optimum diatas, langkah selanjutnya buatkan
benda uji untuk pengujian CBR. Selanjutnya lakukan pengujian CBR sesuai
SNI 03-1744-1989 dan hasilnya bandingkan dengan persyaratan sesuai
Tabel pada slide no 12
f. Bila memenuhi persyaratan maka bahan, gradasi agregat campuran dan
kadar air optimum dari hasil uji pemadatan tersebut adalah merupakan
formula campuran rancangan. Sehingga nilai kadar air optimum dan
kepadatan kering maksimum ini untuk menentukan angka kepadatan
maksimum. Namun apabila tidak terpenuhi maka tahapan diatas harus
diulangi dengan mengganti atau menambah agregat atau fraksi baru.
20
21. Pembuatan formula campuran kerja
(FCK) (1)
• Setelah formula campuran rancangan (FCR) diperoleh, langkah berikutnya
adalah untuk membuat formula campuran kerja (FCK). Untuk pembuatan
formula campuran kerja (FCK)bilamana menggunakan pulvimixer maka
pulvimixer tersebut harus dikalibrasi terlebih dahulu untuk memperoleh
komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar.
• Selanjutnya lakukan pembuatan campuran melalui pulvimixer tersebut
dan kemudian campuran tersebut di uji coba di lapangan dengan luas 150
m2, dengan tebal sesuai rencana dan lokasi uji coba lapangan harus
dilakukan diluar lokasi pekerjaan.
• Ambil contoh campuran yang dihasilkan oleh pulvimixer tersebut
selanjutnya lakukan pengujian analisa saringan untuk memperoleh gradasi
agregat campuran yang dihasilkan (apakah sesuai dengan FCR atau tidak).
Kemudian lakukan pengujian sesuai dengan FCR Butir d. dan e sehingga
diperoleh kadar air dan kepadatan optimum serta nilai daya dukung yang
dicerminkan dengan nilai CBR. Hasil pengujian CBR tersebut harus
memenuhi persyaratan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel di slide 12.
Besaran yang baru ini sebagai bahan pembanding dalam pelaksanaan
pengendalian mutu.
21
22. Pembuatan formula campuran kerja
(FCK) (2)
• Penghamparan dilakukan dengan menggunakan alat peralatan
mekanis yang mampu menyebarkan bahan lapis pondasi agregat
dengan lebar dan toleransi permukaan yang diinginkan serta tidak
menimbulkan segregasi.
• Langkah berikutnya adalah pemadatan dan alat pemadat untuk
pemadatan pondasi agregat yang sudah dalam keadaan kadar air
optimum untuk pemadatan adalah pemadat roda besi dengan
penggetar, pemadat roda besi tanpa penggetar atau pemadat roda
karet, Alat pemadat roda besi dengan penggetar hanya boleh
digunakan pada awal pemadatan.
• Percobaan lapangan ini harus diperiksa kepadatan, jenis dan jumlah
lintasan alat pemadat, kadar air.
• Berdasarkan hasil percobaan lapangan tersebut maka selanjutnya
ditetapkan menjadi formula campuran kerja (FCK) dan formula ini
berlaku selama agregat yang digunakan memiliki kualitas dan
gradasi yang sama serta dari sumber agregat yang sama.
22
24. PENGHAMPARAN (1)
Penyiapan Formasi untuk Lapis Pondasi Agregat
• Bilamana lapis pondasi agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan
lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan lama harus
diperbaiki terlebih dahulu.
• Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan lama yang
telah diperbaiki terlebih dahulu atau di atas tanah dasar baru yang telah
diselesaikan sepenuhnya
• Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat, harus
disiapkan dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan
paling sedikit 100 meter ke depan dari rencana akhir lokasi penghamparan Lapis
Pondasi pada setiap saat.
• Untuk perbaikan tempat-tempat yang kurang dari 100 meter panjangnya, seluruh
formasi itu harus disiapkan dan disetujui sebelum lapis pondasi agregat dihampar.
• Bilamana lapis pondasi agregat akan dihampar langsung di atas permukaan
perkerasan aspal lama, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan dalam kondisi
tidak rusak, maka harus dilakukan penggaruan atau pengaluran pada permukaan
perkerasan aspal lama agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.
24
25. PENGHAMPARAN (2)
2. Penghamparan
• Lapis pondasi agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran
yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang
disyaratkan dalam pemadatan
• Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang
merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam
toleransi yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu
lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
• Lapis pondasi agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu
metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel
agregat kasar dan halus.
• Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti
dengan bahan yang bergradasi baik.
• Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus 2 kali
ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak
boleh melebihi 20 cm.
25
26. PENGHAMPARAN (3)
Alat Penghampar
• Alat penghampar agregat harus menggunakan
peralatan mekanis yang mampu menyebarkan
bahan lapis pondasi agregat dengan lebar dan
toleransi permukaan yang diinginkan serta
tidak menimbulkan segregasi.
26
27. Pemadatan (1)
• Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan
menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui, hingga
kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum (modified) seperti
yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
• Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 3
% di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum, dimana kadar
air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum
(modified) yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
• Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi
sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang ber
”superelevasi”, penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak
sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus
dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut
terpadatkan secara merata.
• Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau mesin gilas
harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui.
27
28. Pemadatan (2)
Alat Pemadat
• Alat pemadat roda besi dengan penggetar,
pemadat roda besi tanpa penggetar atau
pemadat roda karet, harus digunakan untuk
pemadatan pondasi agregat yang sudah dalam
keadaan kadar air optimum untuk pemadatan.
• Alat pemadat roda besi dengan penggetar
hanya boleh digunakan pada awal pemadatan
28
29. Hasil Survei Lapangan Pekerjaan
Perkerasan Berbutir
• Survei tersebut dicocokkan dengan gambar
desain, peta situasi dan data hasil
penyelidikan perkerasan berbutir.
• Dengan survei tersebut akan dapat ditentukan
jalan kerja (dari quarry maupun jalan site),
pembuatan site plan dan menentukan metode
pelaksanaan.
29
39. Metode Pelaksanaan (1)
Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan terdiri dari:
1. Project plan
• Denah fasilitas proyek(jalan kerja, bangunan
fasilitas dan lain-lain)
• Lokasi pekerjaan
• Jarak angkut
• Komposisi alat (singkat / produktivitas alatnya)
• Kata-kata singkat (bukan kalimat panjang), dan jelas
mengenai urutan pelaksanaan
2. Sket atau gambar bantu penjelasan pelaksanaan
pekerjaan.
39
40. Metode Pelaksanaan (2)
3. Uraian pelaksanaan pekerjaan.
• Urutan pelaksanaan seluruh pekerjaan dalam rangka
penyelesaian proyek (urutan secara global).
• Urutan pelaksanaan per pekerjaan atau per kelompok pekerjaan
yang perlu penjelasan lebih detail. Biasanya yang ditampilkan
adalah pekerjaan penting atau pekerjaan yang jarang ada, atau
pekerjaan yang mempunyai nilai besar, pekerjaan dominan
(volume kerja besar).
• Pekerjaan ringan atau umum dilaksanakan biasanya cukup
diberi uraian singkat mengenai cara pelaksanaannya saja tanpa
perhitungan kebutuhan alat dan tanpa gambar/sket penjelasan
cara pelaksanaan pekerjaan
4. Perhitungan kebutuhan peralatan konstruksi dan jadwal kebutuhan
peralatan konstruksi dan jadwal kebutuhan peralatan
40
41. Metode Pelaksanaan (2)
5. Perhitungan kebutuhan tenaga kerja dan
jadwal kebutuhan tenaga kerja (tukang dan
pekerja)
6.Perhitungan kebutuhan material dan jadwal
kebutuhan material
7. Dokumen lainnya sebagai penjelasan dan
pendukung perhitungan dan kelengkapan
yang diperlukan
41
43. Contoh dari metoda pelaksanaan
pekerjaan Lapisan Aggregat B
b) Material yang digunakan berupa batu pecah (batu gunung/ batu kali) dengan gradasi yang
telah ditentukan.
c) Dilakukan penyusunan batu-batu pecah sesuai elevasi rencana.
d) Pekerjaan ini meliputi pengadaan, penghamparan dan pemadatan material sub base course
diatas tanah timbunan yang telah selesai.
e) Material sub base course terdiri dari pecahan batu atau pecahan batu kerikil yang telah lolos
dalam pengujian gradasi dengan ayakan yang telah ditentukan
f) Setelah persiapan permukaan tanah selesai, marking untuk pekerjaan sub base course harus
dipasang dengan acuan center line pada timbunan tanggul yang sudah ada.
g) Material disupply dengan memakai dump truck dan didrop serta dilevelling
h) Penempatan material harus dimulai dari titik yang disetujui Direksi
i) Setelah dilevelling dan dicek elevasi, kemudian dipadatkan dengan menggunakan compactor
/ vibro roller yang mana sebelumnya telah dilaksanakan trial compaction. Sewaktu
pemadatan dilaksanakan, kadar air harus dijaga dalam kondisi optimum. Pemadatan oleh
vibro roller harus overlapping selebar 20 cm antar area pemadatan. Tebal pemadatan jadi
adalah 25 cm, dengan tingkat kepadatan CBR 50 %.
j) Ketika dibutuhkan lebih dari satu lapisan, setiap lapisan harus dibentuk dan dipadatkan
sebelum lapisan berikutnya dikerjakan.
43
44. Contoh dari metoda pelaksanaan
pekerjaan Lapisan Aggregat A (1)
a) Material yang digunakan berupa batu pecah (batu gunung/ batu kali) dengan
gradasi yang telah ditentukan.
b) Dilakukan penyusunan batu-batu pecah sesuai elevasi rencana.
c) Setelah Lapisan Base B dipasang sesui elevasi dan ketebalan yang direncanakan
kemudian dihampar Lapisan Base A. Lapisan Base B bergradasi lebih kasar
dibanding gradasi Lapisan Base A, Lapisan Base A merupakan material pengunci
Lapisan Base B.
d) Setelah Lapisan Base B dan Lapisan Base A terpasang dilanjutkan dengan
pekerjaan pemadatan.
e) Base course dihamparkan dan dipadatkan diantara sub base course dan lapis
permukaan aspal, tebalnya = 15cm setelah dipadatkan, dengan tingkat kepadatan
70 % CBR.
f) Material Base course terdiri dari pecahan batu atau pecahan batu kerikil yang telah
lolos dalam pengujian gradasi dengan ayakan yang telah ditentukan
g)
44
45. Contoh dari metoda pelaksanaan
pekerjaan Lapisan Aggregat A (2)
g) Setelah persiapan permukaan sub base course selesai , maka marking untuk
pekerjaan Base course harus dipasang dengan acuan center line pada lapisan sub
base yang sudah ada.
h) Material disupply dengan memakai dump truck dan didrop serta dilevelling
i) Penempatan material harus dimulai dari titik yang disetujui Direksi
j) Setelah dilevelling dan dicek elevasi, kemudian dipadatkan dengan menggunakan
compactor / vibro roller yang mana sebelumnya telah dilaksanakan trial
compaction. Sewaktu pemadatan dilaksanakan, kadar air harus dijaga dalam
kondisi optimum. Pemadatan oleh vibro roller dibuat dengan metode makadam,
yaitu dengan membagi menjadi 2 (dua) lapisan, dengan ketebalan masing-masing
7.5 cm setelah dipadatkan. Ketebalan maksimum setelah dipadatkan 15 cm.
Pemadatan oleh vibro roller harus overlapping selebar 20 cm antar area
pemadatan.
k) Ketika dibutuhkan lebih dari satu lapisan, setiap lapisan harus dibentuk dan
dipadatkan sebelum lapisan berikutnya dikerjakan.
45
46. Pengujian (1)
• Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk
persetujuan awal harus mencakup seluruh jenis pengujian yang
disyaratkan.
• Harus mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan
minimum pada 3 contoh yang mewakili sumber bahan yang
diusulkan.
• Setelah persetujuan mutu bahan lapis pondasi agregat yang
diusulkan, seluruh jenis pengujian bahan akan diulangi lagi, bila
terdapat perubahan mutu bahan atau metode produksinya.
• Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus
dilaksanakan untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang
dibawa ke lokasi pekerjaan.
46
47. Pengujian (2)
• Pengujian lebih lanjut harus dilakukan untuk setiap 1.000 m3
bahan yang diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang
dari 5 pengujian indeks plastisitas, 5 pengujian gradasi partikel,
dan 1 penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI
03-1743-1989, metode D.
• Pengujian CBR harus dilakukan dari waktu ke waktu sesuai
kebutuhan.
• Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara
rutin diperiksa, menggunakan SNI 03-2827-1992. Pengujian harus
dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi
yang ditetapkan, tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m.
47
49. Toleransi tinggi permukaan
a) Pada permukaan semua lapis pondasi agregat tidak boleh terdapat ketidak-
rataan yang dapat menampung air dan semua punggung (camber) permukaan
itu harus sesuai dengan yang ditunjukkan dalam Gambar.
b) Tebal total minimum lapis pondasi agregat kelas A dan kelas B tidak boleh kurang
1 cm dari tebal yang disyaratkan.
c) Pada permukaan lapis pondasi agregat kelas A yang disiapkan untuk lapisan
resap pengikat atau pelaburan permukaan, bilamana semua bahan yang terlepas
harus dibuang dengan sikat yang keras, maka penyimpangan maksimum pada
kerataan permukaan yang diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m, diletakkan
sejajar atau melintang sumbu jalan, maksimum 1 cm.
d) Untuk bahu jalan tanpa laburan aspal, permukaan akhir yang telah dipadatkan
tidak boleh berbeda lebih dari 1,5 cm di bawah atau di atas elevasi rancangan,
pada setiap titik. Permukaan akhir bahu jalan, tidak boleh lebih tinggi maupun
lebih rendah 1 cm terhadap tepi jalur lalu-lintas yang bersebelahan. Lereng
melintang tidak boleh bervariasi lebih dari 1 % dari lereng melintang rancangan.
49
50. TOLERANSI DIMENSI
• Elevasi permukaan
Elevasi permukaan lapis akhir harus sesuai
dengan Gambar Rencana, dengan toleransi :
50
51. TOLERANSI DIMENSI
• Ketebalan Lapis Fondasi Agregat
• Tebal total minimum Lapis Fondasi Agregat Kelas
A dan Kelas C atau Kelas B dan Kelas C tidak boleh
kurang dari tebal yang disyaratkan.
51
53. Pengangkutan dan perataan
Alat Pengangkut
• Dump truk dengan penutup terpal harus digunakan untuk
pengangkutan bahan ke lokasi pekerjaan.
• Bahan harus digelar dalam keadaan air optimum untuk
pemadatan dengan penggilas.
Perkakas-perkakas lain
• Perkakas-perkakas lain yang termasuk dalam daftar berikut
ini harus disediakan dalam jumlah yang cukup dan
ditambah dengan perkakas lainnya yang diperlukan.
. Mistar pengecek kerataan permukaan.
. Alat perata dengan manual.
53
54. STANDAR RUJUKAN LAPIS PONDASI AGREGAT
– SNI 03-1967-1990 (AASHTO T 89 - 90):Metode Pengujian Batas cair
dengan Alat Cassagrande.
– SNI 03-1966-1990 (AASHTO T 90 - 87):Metode Pengujian Batas Plastis.
– SNI 03-2417-1991 (AASHTO T 96 - 87):Metode Pengujian Keausan
Agregat dengan Mesin Los Angeles.
– SK SNI M-01-1994-03(AASHTO T112 - 87):Metode Pengujian Gumpalan
Lempung dan Butir-butir Mudah Pecah dalam Agregat.
– SNI 03-1743-1989(AASHTO T180 - 90):Metode Pengujian Kepadatan
Berat Untuk Tanah.
– SNI 03-2827-1992(AASHTO T191 - 86):Metode Pengujian Kepadatan
Lapangan dengan Alat Konus Pasir
– SNI 03-1744-1989(AASHTO T193 - 81):Metode Pengujian CBR
Laboratorium.
54
55. Perbaikan lapis pondasi agregat yang
tidak memenuhi ketentuan
• Lokasi hamparan dengan tebal atau kerataan permukaan yang tidak memenuhi
batasan toleransi yang disyaratkan, atau yang permukaannya menjadi tidak rata
baik selama pelaksanaan atau setelah pelaksanaan, harus diperbaiki dengan
membongkar lapis permukaan tersebut dan mengurangi atau menambahkan
bahan sebagaimana diperlukan, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan dan
pemadatan kembali.
• Lapis Pondasi Agregat yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal rentang
kadar air seperti yang disyaratkan, harus digaruk dan dilanjutkan dengan
penyemprotan air dalam kuantitas yang cukup serta garuk kembali hingga kadar air
campuran merata.
• Lapis Pondasi Agregat yang terlalu basah untuk pemadatan seperti yang
ditentukan dalam rentang kadar air yang disyaratkan, harus digaruk secara
berulang-ulang pada cuaca kering dengan peralatan yang disetujui disertai waktu
jeda dalam pelaksanaannya. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai
tidak dapat diperoleh dengan cara tersebut di atas, maka bahan tersebut diganti
dengan bahan lain yang memenuhi ketentuan.
• Perbaikan atas Lapis Pondasi Agregat yang tidak memenuhi kepadatan yang
disyaratkan, dapat dengan melakukan pemadatan tambahan, penggarukan disertai
penyesuaian kadar air dan pemadatannya kembali.
55
57. Garis Besar Pengujian
Cakupan standar-standar pengujian
– Maksud (Scope)
– Peralatan (Apparatus)
– Benda Uji (Test Specimens)
– Cara Melakukan (Procedure)
– Perhitungan (Calculation) jika ada
– Pelaporan (Report)
57
58. Kesalahan Pada Saat Pengujian Lab:
• Kesalahan Peralatan Laboratorium karena
tidak dikalibrasi.
• Kesalahan Faktor Manusia, misalnya salah
baca, dsb.
• Kesalahan Prosedur Pengujian karena “Cara
Melakukan” yang benar belum dipahami.
58
59. Penyimpangan Prosedur Pengujian :
• Pemadatan Campuran Aspal dengan temperatur
yang tidak sesuai
• Penyiapan benda uji dengan gradasi yang bervariasi
• Penggunaan Piknometer yang salah
• Kering Permukaan Jenuh yang salah
• Abrasi semu
• Indeks Plastisitas yang salah
59
60. Jika Hasil Pengujian Gagal atau Meragukan?
• Seluruh proses pengujian harus diulangi
• Secara teoritis pekerjaan harus ditolak
• Diperlukan evaluasi terhadap hasil pengujian lainnya
yang dilakukan pada waktu yang tidak berbeda jauh
• Lakukan pengujian ulang di laboratorium lain
terhadap hasil pengujian yang meragukan atau gagal
60
61. No. Uraian / jenis pengujian Persyaratan
Jumlah
Keterangan
contoh /
test
1. Keausan dengan Los Angeles 40 % 3 test Per sumber.
2. Atterberg limit test 5 test Setiap 1.000 m3
3. Indeks plastisitas 10 5 test Setiap 1.000 m3
4. Batas cair 35 5 test Setiap 1.000 m3
5. Bagian yang lunak 5 % 3 test Per sumber.
6. CBR 60 (min) 1 test Setiap 1.000 m3
7. Rongga dlm agregat mineral
pd kepadatan max
10 (min)
8. Gradasi Lihat syarat 5 test Setiap 1.000 m3
9. Kepadatan proctor modified. 1 test Setiap 1.000 m3
10. Kepadatan sand cone 100 % Setiap pjg < 200 m.
11. Kadar air pemadatan 3 % - Wopt – 1 % atau setiap 150 m3
61
62. No. Uraian / jenis pengujian Persyaratan
Jumlah
Keterangan
contoh /
test
1. Keausan dengan Los
Angeles
40 % 3 test Per sumber.
2. Atterberg limit test 5 test Setiap 1.000 m3
3. Indeks plastisitas 6 5 test Setiap 1.000 m3
4. Batas cair 25 5 test Setiap 1.000 m3
5. Bagian yang lunak 5 % 3 test Per sumber.
6. CBR 80 (min) 1 test Setiap 1.000 m3
7. Rongga dlm agregat mineral
pd kepadatan max
14 (min)
8. Gradasi Lihat syarat 5 test Setiap 1.000 m3
9. Kepadatan proctor modified. 1 test Setiap 1.000 m3
10. Kepadatan sand cone 100 % Setiap pjg < 200 m.
11. Kadar air pemadatan 3 % - Wopt – 1 % atau setiap 150 m3
62
63. Mix Design Untuk LPA Kelas A dan B
LANGKAH-LANGKAH DALAM PEMBUATAN MIX DESIGN
1. Memeriksa semua sifat-sifat material apakah sudah memenuhi syarat
2. Mengatur proporsi masing-masing agregat agar memenuhi amplop gradasi yang
disyaratkan.
3. Mencari proporsi yang paling ekonomis meskipun gradasi yang diperoleh tidak tepat di
tengah-tengah amplop.
4. Kepadatan Berat (Modified Proctor) yang digunakan dalam pembuatan benda uji :
– Perlu diperhatikan bahwa ukuran butir maksimum adalah ¾” atau 19 mm maka
semua material lolos ayakan 2” dan tertahan ayakan ¾” diganti dengan material
lolos ayakan ¾” dan tertahan No.4 dengan jumlah yang sama.
5. Dari hasil pengujian kepadatan berat akan diperoleh Kepadatan Kering Maksi-mum
(Maximum Dry Dendity) dan Kadar Air Optimum (Optimum Moisture Content).
6. Buat benda uji dengan MDD dan OMC yang diperoleh diatas untuk pengujian CBR,
– Umumnya diambil harga CBR diambil pada penetrasi 0,1”.
– Bilamana harga CBR pada penetrasi 0,2” lebih besar dari harga CBR pada penetrasi
0,1” maka percobaan harus diulangi.
– Bilamana percobaan ulang menghasilkan harga CBR pada penetrasi 0,2” yang
tetap lebih tinggi dari harga CBR pada penetrasi 0,1” maka harga CBR pada
penetrasi 0,2” yang diambil.
63
66. Pemilihan Agregat
• Agregat yang akan digunakan sebagai bahan
perkerasan jalan tergantung dari :
– tersedianya bahan setempat
– mutu bahan
– bentuk/jenis konstruksi yang digunakan
66
67. Pemeriksaan/penelitian
laboratorium
1. Ukuran dan gradasi (size and grading)
2. Kekerasan/keausan (toughness)
3. Ketahanan terhadap pelapukan (soundness)
4. Daya pelekatan terhadap aspal (affinity for asphalt)
5. Bentuk butir (shape)
6. Susunan/bentuk permukaan (surface texture)
7. Daya absorpsi (absorption)
8. Kebersihan (cleaness)
9. Berat jenis (specific gravity)
67
68. Penggolongan Agregat Berdasarkan
Gradasi
a. Agregat bergradasi pekat/rapat (dense-
graded)
b. Agregat bergradasi renggang/terbuka
(open graded)
c. Agregat bergradasi seragam (single
size/uniform graded)
d. Agregat bergradasi halus (fine graded)
e. Agregat bergradasi celah (gap-graded)
68