SlideShare a Scribd company logo
BUPATI BANYUMAS
PROVINSI JAWA TENGAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS
NOMOR 3 TAHUN 2015
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN
KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BANYUMAS,
Menimbang : a. bahwa segala bentuk tindak kekerasan,
terutama kekerasan berbasis gender dan anak
merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan
kejahatan terhadap martabat kemanusiaan;
b. bahwa korban kekerasan berbasis gender dan
anak di Daerah terus mengalami peningkatan;
c. bahwa korban kekerasan perlu dilindungi harga
diri dan martabatnya serta dijamin hak hidupnya
sesuai dengan fitrah dan kodratnya tanpa
diskriminasi;
d. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga,
Pemerintah Daerah bersama dengan masyarakat
berkewajiban melakukan upaya pencegahan,
perlindungan, dan pemulihan terhadap korban
kekerasan berbasis gender dan anak;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, dan huruf d maka perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan
Perlindungan Korban Kekerasan Berbasis Gender
1
dan Anak;
Mengingat 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik IndonesiaTahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4235);
5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4279);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4419);
7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006
tentang Perlindungan Saksi dan Korban
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4635);
8. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4720);
2
9. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4976);
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2006
tentang Penyelenggaraan dan Kerjasama
Pemulihan Korban Kekerasan dalam Rumah
Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 15, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 64);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2008
tentang Tata Cara dan Mekanisme Pelayanan
Terpadu bagi Saksi dan/atau Korban Tindak
Pidana Perdagangan Orang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4818);
13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 03
Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perlindungan
terhadap Korban Kekerasan Berbasis Gender dan
Anak (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2009 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Tengah Nomor 20);
3
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUMAS,
dan
BUPATI BANYUMAS,
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN
PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS
GENDER DAN ANAK.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Banyumas.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Banyumas.
4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD
adalah perangkat daerah yang diberi tugas pokok dan kewenangan
tertentu di daerah.
5. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan.
6. Gender adalah konsep yang mengacu pada peran-peran dan tanggung
jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat
berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat.
7. Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
8. Penyelenggaraan Perlindungan adalah serangkaian kegiatan yang
ditujukan untuk mencegah terjadinya kekerasan, memberikan
perlindungan dan pelayanan bagi korban kekerasan berbasis gender
dan anak, melakukan koordinasi dan kerjasama, dan peningkatan
4
partisipasi masyarakat yang dilakukan oleh Pusat Pelayanan Terpadu
Perlindungan Korban Kekerasan Berbasis Gender dan Anak.
9. Kekerasan Berbasis Gender adalah setiap bentuk pembatasan,
pengucilan, pembedaan dan seluruh bentuk perlakuan yang
dilakukan atas dasar jenis kelamin dan bertujuan untuk mengurangi,
menghapuskan pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak asasi
manusia, yang akibatnya berupa dan tidak terbatas pada kekerasan
fisik, seksual, psikologis dan ekonomi.
10. Kekerasan terhadap Anak adalah setiap bentuk pembatasan,
pembedaan, pengucilan dan seluruh bentuk perlakuan yang
dilakukan terhadap anak, yang akibatnya berupa dan tidak terbatas
pada kekerasan fisik, seksual, psikologis, dan ekonomi.
11. Korban Kekerasan Berbasis Gender adalah orang yang karena jenis
kelaminnya mengalami penderitaan fisik, psikis, ekonomi, sosial,
seksual, dan kerugian lain yang diakibatkan karena kebijakan negara,
tindak kekerasan dan atau ancaman kekerasan dalam lingkup rumah
tangga dan masyarakat.
12. Anak Korban Kekerasan adalah anak yang mendapatkan perlakuan
kasar baik secara fisik, psikis, ekonomi, sosial, seksual, dan kerugian
lain yang diakibatkan karena kebijakan negara, tindak kekerasan dan
atau ancaman kekerasan dalam lingkup rumah tangga dan
masyarakat.
13. Pemulihan Korban adalah segala upaya penguatan korban kekerasan
berbasis gender dan anak agar lebih berdaya, baik fisik, psikis, sosial,
ekonomi maupun seksual.
14. Pendamping adalah pekerja sosial yang mempunyai kompetensi
profesional dalam bidangnya.
15. Pendampingan adalah segala tindakan berupa konseling, terapi
psikologis, advokasi, dan bimbingan rohani, guna penguatan diri
korban kekerasan berbasis gender dan anak untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi.
16. Reintegrasi Sosial adalah proses mempersiapkan korban dan
masyarakat yang mendukung penyatuan kembali korban ke dalam
lingkungan keluarga atau pengganti keluarga yang dapat memberikan
perlindungan dan pemenuhan kebutuhan korban.
5
17. Rumah Aman adalah tempat tinggal sementara yang digunakan untuk
memberikan perlindungan terhadap korban kekerasan berbasis
gender dan anak sesuai dengan standar operasional yang ditentukan.
18. Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Korban Kekerasan Berbasis
Gender dan Anak yang selanjutnya disingkat dengan PPT PKBGA
adalah tempat pelayanan khusus bagi korban kekerasan berbasis
gender dan anak yang dilakukan secara lintas fungsi dan lintas
sektoral sebagai satu kesatuan penyelenggaraan agar korban
mendapatkan pelayanan maksimal secara terpadu dan komprehensif.
19. Lembaga Pelayanan Pengaduan Tingkat Kecamatan yang selanjutnya
disingkat dengan LPPTK adalah tempat pelayanan khusus bagi korban
kekerasan berbasis gender dan anak yang berada di tingkat
kecamatan agar korban mendapatkan pelayanan maksimal secara
terpadu dan komprehensif.
BAB II
ASAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Asas Penyelenggaraan Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Berbasis
Gender dan Anak adalah:
a. non diskriminasi;
b. kepentingan terbaik bagi korban;
c. keadilan dan kesetaraan gender;
d. perlindungan korban;
e. kelangsungan hidup ibu;
f. kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang anak;
g. penghargaan terhadap pendapat anak;
h. keterbukaan;
i. keterpaduan;
j. tidak menyalahkan korban;
k. pemberdayaan;
l. kerahasiaan korban;
m. pengambilan keputusan di tangan korban.
Pasal 3
Tujuan Perlindungan Korban adalah untuk :
6
a. mencegah segala bentuk kekerasan berbasis gender dan kekerasan
terhadap anak, yang terjadi di lingkup rumah tangga dan/atau
masyarakat;
b. memberikan perlindungan berupa layanan pengaduan, layanan
kesehatan, layanan rehabilitasi sosial, layanan bantuan dan
penegakan hukum, serta layanan pemulangan dan reintegrasi sosial;
c. mengupayakan peningkatan partisipasi masyarakat.
Pasal 4
Ruang lingkup perlindungan terhadap Korban meliputi upaya
pencegahan, pelayanan dan pemberdayaan terhadap korban kekerasan.
BAB III
BENTUK KEKERASAN
Pasal 5
Bentuk-bentuk kekerasan yaitu:
a. kekerasan fisik;
b. kekerasan psikis;
c. kekerasan seksual;
d. penelantaran;
e. eksploitasi; dan/atau
f. kekerasan lainnya.
Pasal 6
Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a disebabkan
karena perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, cedera, luka atau cacat
pada tubuh seseorang, gugurnya kandungan, pingsan dan/atau
menyebabkan kematian.
Pasal 7
Kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
disebabkan karena perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya
rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak
berdaya dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
Pasal 8
Kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c
disebabkan karena:
7
a. perbuatan yang berupa pelecehan seksual;
b. pemaksaan hubungan seksual;
c. pemaksaan hubungan seksual dengan tidak wajar atau tidak
disukai; dan/atau
d. pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan
komersial dan/atau tujuan tertentu.
Pasal 9
Penelantaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d disebabkan
karena:
a. perbuatan yang mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan anak
secara wajar, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
dilakukan oleh orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang
bertanggung jawab atas pengasuhannya;
b. perbuatan mengabaikan dengan sengaja untuk memelihara, merawat,
atau mengurus anak sebagaimana mestinya yang dilakukan oleh
orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab
atas pengasuhannya;
c. perbuatan yang menelantarkan orang dalam lingkup rumahtangganya;
dan/atau
d. perbuatan yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara
membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam
atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang
tersebut.
Pasal 10
Eksploitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e disebabkan
karena:
a. perbuatan yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual dengan
maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain;
b. perbuatan yang dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi
tapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa,
perbudakan atau praktik serupa, penindasan, pemerasan,
pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi, atau secara melawan
hukum memindahkan atau mentransplantasi organ dan/atau
jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan
seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik
materiil maupun immateriil;
8
c. segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ tubuh
lain dari korban untuk mendapatkan keuntungan, termasuk tetapi
tidak terbatas pada semua kegiatan pelacuran atau pencabulan.
Pasal 11
Kekerasan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f
disebabkan karena:
a. ancaman kekerasan meliputi setiap perbuatan secara melawan hukum
berupa ucapan, tulisan, gambar, simbol, atau gerakan tubuh, baik
dengan atau tanpa menggunakan sarana yang menimbulkan rasa takut
atau mengekang kebebasan hakiki seseorang; dan
b. pemaksaan, meliputi suatu keadaan dimana seseorang/korban disuruh
melakukan sesuatu sedemikian rupa sehingga orang itu melakukan
sesuatu yang berlawanan dengan kehendak sendiri.
BAB IV
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB
Bagian Kesatu
Pemerintah Daerah
Pasal 12
(1) Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk
melaksanakan upaya perlindungan korban kekerasan dalam bentuk:
a. mencegah terjadinya segala bentuk kekerasan berbasis gender dan
anak;
b. memberikan perlindungan dengan menyediakan layanan pengaduan,
layanan kesehatan, layanan rehabilitasi sosial, layanan bantuan dan
penegakan hukum, layanan pemulangan dan reintegrasi sosial,
mengupayakan peningkatan partisipasi masyarakat, serta
monitoring dan pelaporan;
c. mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat;
d. melakukan kerjasama dengan penyedia layanan dalam upaya
pencegahan, perlindungan dan pemulihan korban kekerasan.
(2) Untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan untuk :
a. merumuskan kebijakan dan program tentang penghapusan
kekerasan berbasis gender dan anak;
b. membentuk pusat pelayanan terpadu;
c. membentuk lembaga pelayanan pengaduan di tingkat kecamatan;
9
d. memfasilitasi terselenggaranya pusat pelayanan terpadu dan
kegiatan lembaga pelayanan pengaduan di tingkat kecamatan;
e. menyediakan sarana dan prasarana;
f. meningkatkan kapasitas lembaga penyedia layanan;
g. melakukan koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan
perlindungan terhadap korban kekerasan berbasis gender dan anak;
h. mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat;
i. melakukan monitoring dan evaluasi.
(3) Dalam pelaksanaan kewajiban, tanggungjawab dan kewenangannya,
Bupati dapat melimpahkan kepada SKPD terkait.
(4) SKPD terkait yang menerima pelimpahan dari Bupati sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dalam pelaksanaannya menyusun Rencana Aksi
Daerah untuk perlindungan korban.
Bagian Kedua
Masyarakat, Keluarga dan Orang Tua
Pasal 13
Dalam Upaya Pemberian perlindungan korban kekerasan, Masyarakat,
Keluarga dan Orang Tua mempunyai kewajiban dan tanggung jawab:
a. mencegah terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak;
b. melaporkan bila terjadi kekerasan;
c. melindungi korban; dan
d. memberikan pertolongan darurat.
BAB V
PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN
Bagian Kesatu
Kelembagaan
Pasal 14
Dalam menyelenggarakan perlindungan terhadap korban kekerasan
berbasis gender dan anak, Pemerintah Daerah dibantu oleh:
a. PPT PKBGA; dan
b. LPPTK.
10
Bagian Kedua
PPT PKBGA
Pasal 15
(1) PPT PKBGA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a dibentuk
oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(2) Keanggotaan PPT PKBGA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari:
a. unsur Pemerintah Daerah;
b. instansi vertikal;
c. lembaga non pemerintah;
d. institusi pelayanan kesehatan;
e. aparat penegak hukum;
f. tenaga profesi;
g. relawan pendamping;
h. pekerja sosial;
i. rohaniwan;
j. pusat rehabilitasi sosial;
k. unsur Perguruan Tinggi.
Pasal 16
PPT PKBGA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a mempunyai
tugas:
a. mengupayakan pencegahan;
b. memberikan pelayanan pengaduan;
c. memberikan pelayanan kesehatan;
d. memberikan pelayanan rehabilitasi sosial;
e. memberikan pelayanan bantuan dan penegakan hukum;
f. memberikan pelayanan pemulangan dan reintegrasi sosial;
g. melakukan koordinasi dan kerjasama;
h. mengupayakan peningkatan partisipasi masyarakat;
i. melakukan monitoring dan pelaporan.
11
Paragraf 1
Upaya Pencegahan
Pasal 17
Upaya pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a
meliputi:
a. menyelenggarakan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang
kekerasan berbasis gender dan anak;
b. menyosialisasikan peraturanperundang-undangan yang berkaitan
dengan kekerasan berbasis gender dan anak.
Paragraf 2
Pelayanan Pengaduan
Pasal 18
Pelayanan Pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, huruf b
meliputi:
a. pelayanan pengaduan langsung;
b. pelayanan pengaduan melalui telepon;
c. pelayanan pengaduan melalui surat;
d. pelayanan pengaduan dari rujukan;
e. pelayanan penjangkauan korban.
Paragraf 3
Pelayanan Kesehatan
Pasal 19
Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, huruf c
meliputi:
a. pelayanan medis;
b. pelayanan medis psikiatrik;
c. pelayanan medicolegal, meliputi: visum et repertum (VER), visum et
psikiatrum dan identifikasi DNA.
12
Paragraf 4
Pelayanan Rehabilitasi Sosial
Pasal 20
Pelayanan Rehabilitasi Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, huruf
d meliputi:
a. pelayanan konseling awal;
b. pelayanan konseling lanjutan;
c. penyediaan rumah aman;
d. pelayanan bimbingan rohani.
Paragraf 5
Pelayanan Bantuan dan Penegakan Hukum
Pasal 21
Pelayanan Bantuan dan Penegakan Hukum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16, huruf e meliputi:
a. pelayanan bantuan hukum meliputi bantuan pendampingan hukum
litigasi dan bantuan pendampingan hukum non litigasi;
b. pelayanan penegakan hukum meliputi penegakan hukum di tingkat
Kepolisian, penegakan hukum di tingkat Kejaksaan dan penegakan
hukum di tingkat Pengadilan;
c. pelayanan penegakan hukum di tingkat kepolisian sebagaimana
dimaksud pada huruf b meliputi penegakan hukum pada proses
Penyelidikan dan/atau peyidikan;
d. pelayanan penegakan hukum di tingkat Kejaksaan sebagaimana
dimaksud pada huruf b meliputi: penegakan hukum pada proses Pra
Penuntutan dan Penuntutan;
e. pelayanan penegakan hukum di tingkat Pengadilan sebagimana
dimaksud pada huruf b meliputi penegakan hukum pada tahap Pra
Persidangan, Persidangan dan Penjatuhan Putusan.
Paragraf 6
Pelayanan Pemulangan dan Reintegrasi Sosial
Pasal 22
(1) Pelayanan Pemulangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, huruf f
meliputi:
a. pemulangan pekerja migran bermasalah;
b. pemulangan korban kekerasan berbasis gender dan anak;
13
c. pemulangan korban tindak pidana perdagangan orang.
(2) Pelayanan Reintegrasi Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16,
huruf f meliputi:
a. reintgrasi dengan keluarga;
b. reintegrasi dengan keluarga pengganti;
c. reintegrasi dengan lingkungan;
d. reintegrasi pendidikan.
Paragraf 7
Koordinasi dan Kerjasama
Pasal 23
Koordinasi dan kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, huruf
g meliputi:
a. melakukan koordinasi dan kerjasama penanganan kasus kekerasan
dengan lembaga pelayanan pengaduan tingkat kecamatan;
b. melakukan koordinasi dan kerjasama dengan pusat pelayanan
terpadu antarkabupaten/kota;
c. melakukan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga-lembaga
penyedia layanan bagi korban kekerasan berbasis gender dan anak;
d. melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Pemerintah Daerah.
Paragraf 8
Upaya Peningkatan Partisipasi Masyarakat
Pasal 24
Peningkatan partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16, huruf h dilakukan dengan cara:
a. menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap kasus-kasus
kekerasan berbasis gender dan anak;
b. mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam memberikan
informasi dan melaporkan adanya kekerasan berbasis gender dan
anak;
c. menumbuhkan kearifan lokal dalam penanganan kekerasan berbasis
gender dan anak;
d. menyelenggarakan penguatan kelompok-kelompok masyarakat
dalam penanganan kekerasan berbasis gender dan anak;
e. menyebarluaskan informasi tentang peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan kekerasan berbasis gender dan anak.
14
Paragraf 9
Monitoring dan Pelaporan
Pasal 25
Monitoring dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 huruf
i. meliputi monitoring, pendokumentasian dan pelaporan kasus kekerasan
berbasis gender dan anak.
Pasal 26
Penyelenggaraan PPT PKBGA pelaksanaannya dikoordinasikan oleh SKPD
yang membidangi pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
Pasal 27
(1) PPT PKBGA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a, dibentuk
oleh Bupati sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Teknis dan mekanisme pelayanan terpadu lebih lanjut diatur dalam
Peraturan Bupati.
Bagian Ketiga
LPPTK
Pasal 28
(1) LPPTK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b, dibentuk oleh
Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Pembentukan LPPTK sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
keanggotaannya terdiri dari :
a. unsur Pemerintah Kecamatan;
b. unsur kepolisian kecamatan;
c. institusi pelayanan kesehatan;
d. tokoh masyarakat;
e. tokoh agama;
f. unsur organisasi kemasyarakatan.
Pasal 29
LPPTK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, mempunyai tugas:
a. menerima pengaduan kasus kekerasan berbasis gender dan anak;
b. memberikan konsultasi awal kepada korban kekerasan berbasis gender
dan anak;
c. melakukan intervensi krisis terhadap korban kekerasan berbasis gender
dan anak;
15
d. memberi rujukan penanganan kasus kekerasan berbasis gender dan anak
kepada PPT PKBGA.
Pasal 30
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, LPPTK
berkewajiban:
a. berkoordinasi dan berkonsultasi dengan PPT PKBGA;
b. mendokumentasikan dan melaporkan setiap kasus kekerasan berbasis
gender dan anak yang ditanganinya kepada PPT PKBGA.
Pasal 31
LPPTK dibentuk dengan Keputusan Camat.
Bagian Keempat
Hak Korban Kekerasan
Pasal 32
(1) Setiap korban kekerasan berbasis gender dan anak berhak:
a. memperoleh perlindungan atas kemanan pribadi, keluarga dan
harta bendanya, serta bebas dari ancaman yang berkenaan
dengan keterangan yang akan, sedang, atau telah diberikan;
b. untuk ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk
perlindungan dan dukungan keamanan;
c. bebas dari pertanyaan yang menjerat;
d. mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus dan
putusan pengadilan;
e. mendapatkan layanan pengaduan, layanan kesehatan, layanan
rehabilitasi sosial, layanan bantuan dan penegakan hukum, serta
layanan pemulangan dan reintegrasi sosial.
(2) Hak korban sebagimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kelima
Kerjasama
Pasal 33
(1) Dalam menyelenggarakan perlindungan bagi korban kekerasan
berbasis gender dan anak, Pemerintah Daerah dapat melakukan
kerjasama dengan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota lain dan lembaga lainnya.
16
(2) Kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Provinsi atau
Pemerintah meliputi konsultasi, koordinasi, advokasi, rujukan,
monitoring, evaluasi dan pelaporan.
(3) Kerjasama antara Pemerintah Daerah dan Kabupaten/Kota meliputi
koordinasi, advokasi dan rujukan.
(4) Pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 34
(1) Pembinaan dan Pengawasan terhadap pelaksanaan penyelenggaraan
perlindungan korban kekerasan berbasis gender dan anak dilakukan
oleh Bupati.
(2) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
perlindungan korban kekerasan berbasis gender dan anak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh SKPD yang
membidangi pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
BAB VII
PENDANAAN
Pasal 35
Pendanaan atas kegiatan perlindungan terhadap korban kekerasan
berbasis gender dan anak yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
dibebankan pada APBD dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VIII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 36
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam membantu upaya pencegahan
dan penanganan korban kekerasan berbasis gender dan anak.
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. memberikan informasi dan atau melaporkan setiap kekerasan yang
diketahuinya;
b. memberikan perlindungan bagi korban;
c. memberikan pertolongan darurat;
17
d. memberikan advokasi terhadap korban dan atau masyarakat tentang
penanganan kekerasan berbasis gender dan anak;
e. membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan;
f. membantu dalam proses pemulangan dan reintegrasi sosial.
(3) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan oleh perorangan, lembaga sosial kemasyarakatan, lembaga
swadaya masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan,
swasta, dan media massa.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 37
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua produk hukum
daerah yang berkaitan dengan perlindungan korban kekerasan berbasis
gender dan anak dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dan/atau belum diganti dengan peraturan yang baru.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 38
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah.
Ditetapkan di Purwokerto
pada tanggal
BUPATI BANYUMAS,
ttd
ACHMAD HUSEIN
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS,
PROVINSI JAWA TENGAH: (2/2015).
18
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS
NOMOR 3 TAHUN 2015
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN
KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK
I. UMUM
Hak untuk hidup layak, harga diri serta martabat perempuan dan
anak sudah selayaknya mendapat perlindungan sesuai dengan fitrah
dan kodratnya tanpa diskriminasi serta kemungkinan terjadinya tindak
kekerasan.
Kebijakan pelayanan perlindungan terhadap korban kekerasan
berbasis gender dan anak secara normatif telah diatur di dalam
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Republik Indonesia Nomor 01 tahun 2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal bidang Layanan Terpadu bagi perempuan dan anak
korban kekerasan.
Langkah konkret yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah
agar perempuan dan anak terhindar dari tindak kekerasan, ancaman
kekerasan, penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat dan
martabat kemanusiaan, dapat dilakukan dengan menerapkan satu
aturan hukum yang tertuang dalam bentuk peraturan daerah.
Penyusunan norma tentang perlindungan perempuan dan anak
korban kekerasan dalam bentuk peraturan daerah perlu dilakukan,
pemberlakuan peraturan daerah adalah dalam rangka untuk
mempertegas dukungan kelembagaan.
Peraturan Daerah ini mengatur upaya perlindungan bagi
korban kekerasan khususnya dalam hal pencegahan, pelayanan dan
pemberdayaan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan, peran
serta masyarakat, mekanisme pelaksanaan, pembinaan, pendanaan
serta pembinaan dan pengawasannya.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
19
Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan “non diskriminasi” adalah
perlindungan kepada semua korban kekerasan berbasis
gender dan anak tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan, jenis kelamin, etnis, budaya dan bahsa, status
hukum dan kondisi fisik maupun mental.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “kepentingan terbaik bagi korban”
adalah semua tindakan yang menyangkut korban yang
dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan badan
yudikatif, maka kepentingan terbaik bagi korban harus
menjadi pertimbangan utama.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “keadilan gender” adalah
perlakuan adil yang diberikan pada perempuan maupun
laki-laki.
Yang dimaksud dengan “kesetaraan gender” adalah
kondisi dan posisi yang menggambarkan relasi yang
selaras, serasi, dan seimbang antara laki-laki dan
perempuan dalam memperoleh peluang/kesempatan
dalam mengakses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam
pelaksanaan pembangunan serta menikmati hasil
pembangunan dalam kehidupan keluarga, maupun dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “perlindungan korban” adalah
memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan
oleh pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya baik secara
sementara maupun berdasarkan penetapan pengadilan.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “kelangsungan hidup ibu” adalah
memastikan bahwa seorang ibu tidak mengalami kematian
yang terjadi selama kehamilan, persalinan, dan pasca
persalinan, baik yang disebabkan oleh kondisi fisik
maupun non fisik.
20
Huruf f
Yang dimaksud dengan “tumbuh kembang” anak adalah
sebagaimana tercantum dalam prinsip-prinsip Konvensi
Hak Anak, meliputi hak atas pendidikan, hak atas
bermain, hak atas berkreasi dan berekreasi.
Yang dimaksud dengan “kelangsungan hidup” anak adalah
sebagaimana tercantum dalam prinsip-prinsip Konvensi
Hak Anak, meliputi hak tas identitas dan hak untuk
menikmati status kesehatn tertinggi yang dapat dicapai.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “penghargaan terhadap pendapat
anak” adalah penghormatan atas hak-hak anak untuk
berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam
pengambilan keputusan terutama jika menyangkut hal-
hal yang mempengaruhi kehidupannya.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “keterbukaan” adalah bahwa
dalam penyelenggaraan perlindungan korban kekerasan
berbasis gender dan anak bersifat transparan diantara
para penyedia layanan.
Huruf i
Yang dimaksud dengan “keterpaduan” adalah bahwa
dalam penyelenggaraan perlindungan korban kekerasan
berbasis gender dan anak dilaksanakan dengan
membangun koordinasi antar penyedia layanan, antara
lain pelayanan mdis, pendamping hukum, psikolog,
rohaniwan, pekerja sosial, polisi.
Huruf j
Yang dimaksud dengan “tidak menyalahkan korban”
adalah sikap dan perlakuan tidak menyalahkan korban
atas peristiwa terjadinya kekerasan yang dialaminya.
Huruf k
Yang dimaksud dengan “pemberdayaan” adalah setiap
usaha yang diberikan harus dapat menguatkan korban,
baik secara fisik, psikis, sosial maupun ekonomi.
21
Huruf l
Yang dimaksud dengan “kerahasiaan korban” adalah
setiap tindakan yang dilakukan untuk menjamin korban
dalam kondisi aman dari ancaman atau tindakan lainnya
yang mengancam jiwa dan psikologis korban.
Huruf m
Yang dimaksud dengan “pengambilan keputusan di tangan
korban” adalah hak korban untuk menentukan pilihan
terbaik dalam menyelesaikan masalahnya.
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
22
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Huruf e
Pelayanan penjangkauan korban atau disebut juga dengan
Outreach.
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Huruf a
Pelayanan konseling awal termasuk didalamnya identifikasi
dan assessment.
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Penyediaan rumah aman atau disebut juga dengan shelter.
Huruf d
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas
23
Huruf b
yang dimaksud dengan “keluarga pengganti” adalah
keluarga alternatif yang bisa memberikan pengasuhan
melalui sistem orang tua asuh (fostering), perwalian
(guardianship) atau pengangkatan anak (adopsi)
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
yang dimaksud dengan “pendidikan” adalah
Pendidikan Formal dan Pendidikan Non Formal
(Keaksaraan Fungsional), Program Kesetaraan dan
Program Ketrampilan
Pasal 23
Cukup Jelas
Pasal 24
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Yang dimaksud dengan “kearifan lokal” adalah gagasan-
gagasan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana,
penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan
diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup Jelas
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Cukup Jelas
24
Pasal 28
Cukup Jelas
Pasal 29
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
yang dimaksud dengan “intervensi krisis” adalah tindakan
yang harus segera dilakukan karena korban dalam
keadaan kritis, misalnya korban dalam keadaan luka atau
sakit yang memerlukan perawatan dan pengobatan segera,
korban kondisi jiwanya terancam.
Huruf d
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup Jelas
Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 32
Ayat (1)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
yang dimaksud dengan “pertanyaan yang menjerat”
adalah pertanyaan yang merugikan (menyudutkan,
merendahkan, melecehkan, menyalahkan, dan
menghakimi) korban.
Huruf b
Cukup Jelas
25
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
Pasal 34
Cukup Jelas
Pasal 35
Cukup Jelas
Pasal 36
Cukup Jelas
Pasal 37
Cukup Jelas
Pasal 38
Cukup Jelas
26

More Related Content

What's hot

Permensos no. 29 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 29 tahun 2012 idn journalPermensos no. 29 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 29 tahun 2012 idn journalIdnJournal
 
Kepmensos no. 50 tahun 2013
Kepmensos no. 50 tahun 2013Kepmensos no. 50 tahun 2013
Kepmensos no. 50 tahun 2013
IdnJournal
 
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan PublikUU No 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
Mohammad Bagus Sasmita
 
Kepmensos no. 146 tahun 2013
Kepmensos no. 146 tahun 2013Kepmensos no. 146 tahun 2013
Kepmensos no. 146 tahun 2013
IdnJournal
 
Perdes no. 7 tahun 2017 tentang lingkungan hidup
Perdes no. 7 tahun 2017 tentang lingkungan hidupPerdes no. 7 tahun 2017 tentang lingkungan hidup
Perdes no. 7 tahun 2017 tentang lingkungan hidup
ari saridjo
 
Keputusan lurah pembentukan bapel jps
Keputusan lurah pembentukan bapel jpsKeputusan lurah pembentukan bapel jps
Keputusan lurah pembentukan bapel jps
Rahmat Calvin
 
Permen Desa PDTT nomor 14 tahun 2020 ttg Perubahan Ketiga atas Permendesapdtt...
Permen Desa PDTT nomor 14 tahun 2020 ttg Perubahan Ketiga atas Permendesapdtt...Permen Desa PDTT nomor 14 tahun 2020 ttg Perubahan Ketiga atas Permendesapdtt...
Permen Desa PDTT nomor 14 tahun 2020 ttg Perubahan Ketiga atas Permendesapdtt...
TV Desa
 
Permensos no 07 tahun 2013 idn journal
Permensos no 07 tahun 2013 idn journalPermensos no 07 tahun 2013 idn journal
Permensos no 07 tahun 2013 idn journalIdnJournal
 
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
Suprijanto Rijadi
 
Perda Penanggulangan Kemiskinan
Perda Penanggulangan KemiskinanPerda Penanggulangan Kemiskinan
Perda Penanggulangan Kemiskinan
Arifuddin Ali.
 
Perda tanggung jawab_sosial_dan_lingkungan_perusahaan
Perda tanggung jawab_sosial_dan_lingkungan_perusahaanPerda tanggung jawab_sosial_dan_lingkungan_perusahaan
Perda tanggung jawab_sosial_dan_lingkungan_perusahaanPA_Klaten
 
Peraturan Menteri Desa, PDTT Nomor 13 tahun 2020 tentang prioritas penggunaan...
Peraturan Menteri Desa, PDTT Nomor 13 tahun 2020 tentang prioritas penggunaan...Peraturan Menteri Desa, PDTT Nomor 13 tahun 2020 tentang prioritas penggunaan...
Peraturan Menteri Desa, PDTT Nomor 13 tahun 2020 tentang prioritas penggunaan...
TV Desa
 
Perdes no. 2 tahun 2017 tentang kesehatan desa
Perdes no. 2 tahun 2017 tentang kesehatan desaPerdes no. 2 tahun 2017 tentang kesehatan desa
Perdes no. 2 tahun 2017 tentang kesehatan desa
ari saridjo
 
264 lampiran pelayanan prima modul uu no.25 2009
264 lampiran pelayanan prima modul uu no.25 2009264 lampiran pelayanan prima modul uu no.25 2009
264 lampiran pelayanan prima modul uu no.25 2009Delia Qballz
 
Uu no.25 2009
Uu no.25 2009Uu no.25 2009
Uu no.25 2009
Capung Humve
 
Konsepsi pelayanan prima paramedis padang panjang
Konsepsi pelayanan prima paramedis padang panjangKonsepsi pelayanan prima paramedis padang panjang
Konsepsi pelayanan prima paramedis padang panjangedisofyan04
 
Perdes no. 5 tahun 2017 tentang pkd
Perdes no. 5 tahun 2017 tentang pkdPerdes no. 5 tahun 2017 tentang pkd
Perdes no. 5 tahun 2017 tentang pkd
ari saridjo
 
Permensos no. 19 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 19 tahun 2012 idn journalPermensos no. 19 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 19 tahun 2012 idn journalIdnJournal
 
Perdes no. 4 tahun 2017 tentang psn
Perdes no. 4 tahun 2017 tentang psnPerdes no. 4 tahun 2017 tentang psn
Perdes no. 4 tahun 2017 tentang psn
ari saridjo
 
Permensos no. 1 tahun 2013 idn journal
Permensos no. 1 tahun 2013 idn journalPermensos no. 1 tahun 2013 idn journal
Permensos no. 1 tahun 2013 idn journalIdnJournal
 

What's hot (20)

Permensos no. 29 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 29 tahun 2012 idn journalPermensos no. 29 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 29 tahun 2012 idn journal
 
Kepmensos no. 50 tahun 2013
Kepmensos no. 50 tahun 2013Kepmensos no. 50 tahun 2013
Kepmensos no. 50 tahun 2013
 
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan PublikUU No 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
 
Kepmensos no. 146 tahun 2013
Kepmensos no. 146 tahun 2013Kepmensos no. 146 tahun 2013
Kepmensos no. 146 tahun 2013
 
Perdes no. 7 tahun 2017 tentang lingkungan hidup
Perdes no. 7 tahun 2017 tentang lingkungan hidupPerdes no. 7 tahun 2017 tentang lingkungan hidup
Perdes no. 7 tahun 2017 tentang lingkungan hidup
 
Keputusan lurah pembentukan bapel jps
Keputusan lurah pembentukan bapel jpsKeputusan lurah pembentukan bapel jps
Keputusan lurah pembentukan bapel jps
 
Permen Desa PDTT nomor 14 tahun 2020 ttg Perubahan Ketiga atas Permendesapdtt...
Permen Desa PDTT nomor 14 tahun 2020 ttg Perubahan Ketiga atas Permendesapdtt...Permen Desa PDTT nomor 14 tahun 2020 ttg Perubahan Ketiga atas Permendesapdtt...
Permen Desa PDTT nomor 14 tahun 2020 ttg Perubahan Ketiga atas Permendesapdtt...
 
Permensos no 07 tahun 2013 idn journal
Permensos no 07 tahun 2013 idn journalPermensos no 07 tahun 2013 idn journal
Permensos no 07 tahun 2013 idn journal
 
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
 
Perda Penanggulangan Kemiskinan
Perda Penanggulangan KemiskinanPerda Penanggulangan Kemiskinan
Perda Penanggulangan Kemiskinan
 
Perda tanggung jawab_sosial_dan_lingkungan_perusahaan
Perda tanggung jawab_sosial_dan_lingkungan_perusahaanPerda tanggung jawab_sosial_dan_lingkungan_perusahaan
Perda tanggung jawab_sosial_dan_lingkungan_perusahaan
 
Peraturan Menteri Desa, PDTT Nomor 13 tahun 2020 tentang prioritas penggunaan...
Peraturan Menteri Desa, PDTT Nomor 13 tahun 2020 tentang prioritas penggunaan...Peraturan Menteri Desa, PDTT Nomor 13 tahun 2020 tentang prioritas penggunaan...
Peraturan Menteri Desa, PDTT Nomor 13 tahun 2020 tentang prioritas penggunaan...
 
Perdes no. 2 tahun 2017 tentang kesehatan desa
Perdes no. 2 tahun 2017 tentang kesehatan desaPerdes no. 2 tahun 2017 tentang kesehatan desa
Perdes no. 2 tahun 2017 tentang kesehatan desa
 
264 lampiran pelayanan prima modul uu no.25 2009
264 lampiran pelayanan prima modul uu no.25 2009264 lampiran pelayanan prima modul uu no.25 2009
264 lampiran pelayanan prima modul uu no.25 2009
 
Uu no.25 2009
Uu no.25 2009Uu no.25 2009
Uu no.25 2009
 
Konsepsi pelayanan prima paramedis padang panjang
Konsepsi pelayanan prima paramedis padang panjangKonsepsi pelayanan prima paramedis padang panjang
Konsepsi pelayanan prima paramedis padang panjang
 
Perdes no. 5 tahun 2017 tentang pkd
Perdes no. 5 tahun 2017 tentang pkdPerdes no. 5 tahun 2017 tentang pkd
Perdes no. 5 tahun 2017 tentang pkd
 
Permensos no. 19 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 19 tahun 2012 idn journalPermensos no. 19 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 19 tahun 2012 idn journal
 
Perdes no. 4 tahun 2017 tentang psn
Perdes no. 4 tahun 2017 tentang psnPerdes no. 4 tahun 2017 tentang psn
Perdes no. 4 tahun 2017 tentang psn
 
Permensos no. 1 tahun 2013 idn journal
Permensos no. 1 tahun 2013 idn journalPermensos no. 1 tahun 2013 idn journal
Permensos no. 1 tahun 2013 idn journal
 

Similar to PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK

RAN Pencegahan Bulying.pdf
RAN Pencegahan Bulying.pdfRAN Pencegahan Bulying.pdf
RAN Pencegahan Bulying.pdf
paulus7
 
Perda 2 2017 ttg PPA PPB.pdf
Perda 2  2017 ttg PPA PPB.pdfPerda 2  2017 ttg PPA PPB.pdf
Perda 2 2017 ttg PPA PPB.pdf
Herlita5
 
RUU TPKS
RUU TPKSRUU TPKS
RUU TPKS
CIkumparan
 
UU no12 TPKS-2022
UU no12 TPKS-2022UU no12 TPKS-2022
UU no12 TPKS-2022
LennyS12
 
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).pptSTOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
BidangPPdanPA
 
stopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdf
stopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdfstopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdf
stopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdf
JayaSaragih3
 
Perlindungan Hak-hak Perempuan
Perlindungan Hak-hak PerempuanPerlindungan Hak-hak Perempuan
Perlindungan Hak-hak Perempuan
Posdaya Solok
 
Salinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdf
Salinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdfSalinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdf
Salinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdf
Irawan Setyabudi
 
Materi 1 - Desa Bebas Pornografi
Materi 1 - Desa Bebas PornografiMateri 1 - Desa Bebas Pornografi
Materi 1 - Desa Bebas Pornografi
ECPAT Indonesia
 
Perlindungan perempuan 2
Perlindungan perempuan 2Perlindungan perempuan 2
Perlindungan perempuan 2
Afrizal Bob
 
PPT PATBM_LKD_RL new.pptx
PPT PATBM_LKD_RL new.pptxPPT PATBM_LKD_RL new.pptx
PPT PATBM_LKD_RL new.pptx
ssuser1519bc
 
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan UU Nomor 32 Tahun 2002 te...
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan UU Nomor 32 Tahun 2002 te...Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan UU Nomor 32 Tahun 2002 te...
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan UU Nomor 32 Tahun 2002 te...
bidangpppa7
 
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Uundang Nomor...
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Uundang Nomor...Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Uundang Nomor...
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Uundang Nomor...
bidangpppa7
 
Uu no 35_2014
Uu no 35_2014Uu no 35_2014
Uu no 35_2014
Bintang Butarbutar
 
Uu no 35_2014
Uu no 35_2014Uu no 35_2014
Uu no 35_2014
Arga Bimantara
 
Hukum Profesi Dalam Pelayanan Kebidanan
Hukum Profesi Dalam Pelayanan KebidananHukum Profesi Dalam Pelayanan Kebidanan
Hukum Profesi Dalam Pelayanan Kebidanan
UFDK
 
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan riUu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
Legal Akses
 
uu pkdrt.pdf
uu pkdrt.pdfuu pkdrt.pdf
uu pkdrt.pdf
lenamaya
 
Uu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrt
Uu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrtUu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrt
Uu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrt
Legal Akses
 

Similar to PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK (20)

RAN Pencegahan Bulying.pdf
RAN Pencegahan Bulying.pdfRAN Pencegahan Bulying.pdf
RAN Pencegahan Bulying.pdf
 
Perda 2 2017 ttg PPA PPB.pdf
Perda 2  2017 ttg PPA PPB.pdfPerda 2  2017 ttg PPA PPB.pdf
Perda 2 2017 ttg PPA PPB.pdf
 
RUU TPKS
RUU TPKSRUU TPKS
RUU TPKS
 
UU no12 TPKS-2022
UU no12 TPKS-2022UU no12 TPKS-2022
UU no12 TPKS-2022
 
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).pptSTOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
 
stopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdf
stopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdfstopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdf
stopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdf
 
Perlindungan Hak-hak Perempuan
Perlindungan Hak-hak PerempuanPerlindungan Hak-hak Perempuan
Perlindungan Hak-hak Perempuan
 
Salinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdf
Salinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdfSalinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdf
Salinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdf
 
Materi 1 - Desa Bebas Pornografi
Materi 1 - Desa Bebas PornografiMateri 1 - Desa Bebas Pornografi
Materi 1 - Desa Bebas Pornografi
 
Perlindungan perempuan 2
Perlindungan perempuan 2Perlindungan perempuan 2
Perlindungan perempuan 2
 
Korban Tindak Kekerasan
Korban Tindak KekerasanKorban Tindak Kekerasan
Korban Tindak Kekerasan
 
PPT PATBM_LKD_RL new.pptx
PPT PATBM_LKD_RL new.pptxPPT PATBM_LKD_RL new.pptx
PPT PATBM_LKD_RL new.pptx
 
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan UU Nomor 32 Tahun 2002 te...
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan UU Nomor 32 Tahun 2002 te...Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan UU Nomor 32 Tahun 2002 te...
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan UU Nomor 32 Tahun 2002 te...
 
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Uundang Nomor...
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Uundang Nomor...Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Uundang Nomor...
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Uundang Nomor...
 
Uu no 35_2014
Uu no 35_2014Uu no 35_2014
Uu no 35_2014
 
Uu no 35_2014
Uu no 35_2014Uu no 35_2014
Uu no 35_2014
 
Hukum Profesi Dalam Pelayanan Kebidanan
Hukum Profesi Dalam Pelayanan KebidananHukum Profesi Dalam Pelayanan Kebidanan
Hukum Profesi Dalam Pelayanan Kebidanan
 
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan riUu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
 
uu pkdrt.pdf
uu pkdrt.pdfuu pkdrt.pdf
uu pkdrt.pdf
 
Uu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrt
Uu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrtUu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrt
Uu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrt
 

More from iniPurwokerto

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYAPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA
iniPurwokerto
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPA...
iniPurwokerto
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGA...
iniPurwokerto
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2. TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN ...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2. TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN ...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2. TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN ...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2. TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN ...
iniPurwokerto
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN T...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN T...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN T...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN T...
iniPurwokerto
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENJARINGAN, P...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENJARINGAN, P...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENJARINGAN, P...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENJARINGAN, P...
iniPurwokerto
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAA...
iniPurwokerto
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN D...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN D...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN D...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN D...
iniPurwokerto
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARA...
iniPurwokerto
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMB...
 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMB... PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMB...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMB...
iniPurwokerto
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
iniPurwokerto
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYAN...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYAN...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYAN...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYAN...
iniPurwokerto
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYAN...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYAN...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYAN...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYAN...
iniPurwokerto
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCABUTAN PE...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCABUTAN PE...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCABUTAN PE...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCABUTAN PE...
iniPurwokerto
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARA...
iniPurwokerto
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DA...
iniPurwokerto
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODA...
iniPurwokerto
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
iniPurwokerto
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
iniPurwokerto
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MO...
 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MO... PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MO...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MO...
iniPurwokerto
 

More from iniPurwokerto (20)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYAPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPA...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGA...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2. TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN ...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2. TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN ...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2. TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN ...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2. TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN ...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN T...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN T...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN T...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN T...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENJARINGAN, P...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENJARINGAN, P...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENJARINGAN, P...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENJARINGAN, P...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAA...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN D...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN D...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN D...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN D...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARA...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMB...
 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMB... PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMB...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMB...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYAN...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYAN...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYAN...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYAN...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYAN...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYAN...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYAN...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYAN...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCABUTAN PE...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCABUTAN PE...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCABUTAN PE...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCABUTAN PE...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARA...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DA...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODA...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MO...
 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MO... PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MO...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MO...
 

Recently uploaded

Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).pptGratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
SardiPasaribu
 
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdfRUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
CI kumparan
 
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
HansWijaya13
 
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.comSalinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
CI kumparan
 
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
adbangplk
 
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdfppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
thegoddescorp
 
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdfppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
thegoddescorp
 
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
Adhi Setyowibowo
 
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdfPeran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
intelkejarimimika07
 
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASICONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
SharonPriscilla3
 
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum PidanaHukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Pelita9
 
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdfPerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
asmazn0001
 
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASIPPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
MunirMisbah1
 
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri DrafDOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
CIkumparan
 
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRIPengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
JabalArfah
 
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
intelkejarimimika07
 

Recently uploaded (16)

Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).pptGratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
 
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdfRUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
 
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
 
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.comSalinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
 
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
 
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdfppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
 
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdfppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
 
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
 
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdfPeran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
 
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASICONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
 
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum PidanaHukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
 
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdfPerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
 
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASIPPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
 
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri DrafDOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
 
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRIPengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
 
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
 

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK

  • 1. BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa segala bentuk tindak kekerasan, terutama kekerasan berbasis gender dan anak merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan; b. bahwa korban kekerasan berbasis gender dan anak di Daerah terus mengalami peningkatan; c. bahwa korban kekerasan perlu dilindungi harga diri dan martabatnya serta dijamin hak hidupnya sesuai dengan fitrah dan kodratnya tanpa diskriminasi; d. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Pemerintah Daerah bersama dengan masyarakat berkewajiban melakukan upaya pencegahan, perlindungan, dan pemulihan terhadap korban kekerasan berbasis gender dan anak; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d maka perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Perlindungan Korban Kekerasan Berbasis Gender 1
  • 2. dan Anak; Mengingat 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah; 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235); 5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419); 7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4635); 8. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4720); 2
  • 3. 9. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4976); 10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 64); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Mekanisme Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan/atau Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4818); 13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 03 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perlindungan terhadap Korban Kekerasan Berbasis Gender dan Anak (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 20); 3
  • 4. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUMAS, dan BUPATI BANYUMAS, MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Banyumas. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Banyumas. 4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah yang diberi tugas pokok dan kewenangan tertentu di daerah. 5. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 6. Gender adalah konsep yang mengacu pada peran-peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat. 7. Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 8. Penyelenggaraan Perlindungan adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mencegah terjadinya kekerasan, memberikan perlindungan dan pelayanan bagi korban kekerasan berbasis gender dan anak, melakukan koordinasi dan kerjasama, dan peningkatan 4
  • 5. partisipasi masyarakat yang dilakukan oleh Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Korban Kekerasan Berbasis Gender dan Anak. 9. Kekerasan Berbasis Gender adalah setiap bentuk pembatasan, pengucilan, pembedaan dan seluruh bentuk perlakuan yang dilakukan atas dasar jenis kelamin dan bertujuan untuk mengurangi, menghapuskan pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak asasi manusia, yang akibatnya berupa dan tidak terbatas pada kekerasan fisik, seksual, psikologis dan ekonomi. 10. Kekerasan terhadap Anak adalah setiap bentuk pembatasan, pembedaan, pengucilan dan seluruh bentuk perlakuan yang dilakukan terhadap anak, yang akibatnya berupa dan tidak terbatas pada kekerasan fisik, seksual, psikologis, dan ekonomi. 11. Korban Kekerasan Berbasis Gender adalah orang yang karena jenis kelaminnya mengalami penderitaan fisik, psikis, ekonomi, sosial, seksual, dan kerugian lain yang diakibatkan karena kebijakan negara, tindak kekerasan dan atau ancaman kekerasan dalam lingkup rumah tangga dan masyarakat. 12. Anak Korban Kekerasan adalah anak yang mendapatkan perlakuan kasar baik secara fisik, psikis, ekonomi, sosial, seksual, dan kerugian lain yang diakibatkan karena kebijakan negara, tindak kekerasan dan atau ancaman kekerasan dalam lingkup rumah tangga dan masyarakat. 13. Pemulihan Korban adalah segala upaya penguatan korban kekerasan berbasis gender dan anak agar lebih berdaya, baik fisik, psikis, sosial, ekonomi maupun seksual. 14. Pendamping adalah pekerja sosial yang mempunyai kompetensi profesional dalam bidangnya. 15. Pendampingan adalah segala tindakan berupa konseling, terapi psikologis, advokasi, dan bimbingan rohani, guna penguatan diri korban kekerasan berbasis gender dan anak untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. 16. Reintegrasi Sosial adalah proses mempersiapkan korban dan masyarakat yang mendukung penyatuan kembali korban ke dalam lingkungan keluarga atau pengganti keluarga yang dapat memberikan perlindungan dan pemenuhan kebutuhan korban. 5
  • 6. 17. Rumah Aman adalah tempat tinggal sementara yang digunakan untuk memberikan perlindungan terhadap korban kekerasan berbasis gender dan anak sesuai dengan standar operasional yang ditentukan. 18. Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Korban Kekerasan Berbasis Gender dan Anak yang selanjutnya disingkat dengan PPT PKBGA adalah tempat pelayanan khusus bagi korban kekerasan berbasis gender dan anak yang dilakukan secara lintas fungsi dan lintas sektoral sebagai satu kesatuan penyelenggaraan agar korban mendapatkan pelayanan maksimal secara terpadu dan komprehensif. 19. Lembaga Pelayanan Pengaduan Tingkat Kecamatan yang selanjutnya disingkat dengan LPPTK adalah tempat pelayanan khusus bagi korban kekerasan berbasis gender dan anak yang berada di tingkat kecamatan agar korban mendapatkan pelayanan maksimal secara terpadu dan komprehensif. BAB II ASAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Pasal 2 Asas Penyelenggaraan Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Berbasis Gender dan Anak adalah: a. non diskriminasi; b. kepentingan terbaik bagi korban; c. keadilan dan kesetaraan gender; d. perlindungan korban; e. kelangsungan hidup ibu; f. kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang anak; g. penghargaan terhadap pendapat anak; h. keterbukaan; i. keterpaduan; j. tidak menyalahkan korban; k. pemberdayaan; l. kerahasiaan korban; m. pengambilan keputusan di tangan korban. Pasal 3 Tujuan Perlindungan Korban adalah untuk : 6
  • 7. a. mencegah segala bentuk kekerasan berbasis gender dan kekerasan terhadap anak, yang terjadi di lingkup rumah tangga dan/atau masyarakat; b. memberikan perlindungan berupa layanan pengaduan, layanan kesehatan, layanan rehabilitasi sosial, layanan bantuan dan penegakan hukum, serta layanan pemulangan dan reintegrasi sosial; c. mengupayakan peningkatan partisipasi masyarakat. Pasal 4 Ruang lingkup perlindungan terhadap Korban meliputi upaya pencegahan, pelayanan dan pemberdayaan terhadap korban kekerasan. BAB III BENTUK KEKERASAN Pasal 5 Bentuk-bentuk kekerasan yaitu: a. kekerasan fisik; b. kekerasan psikis; c. kekerasan seksual; d. penelantaran; e. eksploitasi; dan/atau f. kekerasan lainnya. Pasal 6 Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a disebabkan karena perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, cedera, luka atau cacat pada tubuh seseorang, gugurnya kandungan, pingsan dan/atau menyebabkan kematian. Pasal 7 Kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b disebabkan karena perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Pasal 8 Kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c disebabkan karena: 7
  • 8. a. perbuatan yang berupa pelecehan seksual; b. pemaksaan hubungan seksual; c. pemaksaan hubungan seksual dengan tidak wajar atau tidak disukai; dan/atau d. pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu. Pasal 9 Penelantaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d disebabkan karena: a. perbuatan yang mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan anak secara wajar, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial yang dilakukan oleh orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhannya; b. perbuatan mengabaikan dengan sengaja untuk memelihara, merawat, atau mengurus anak sebagaimana mestinya yang dilakukan oleh orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhannya; c. perbuatan yang menelantarkan orang dalam lingkup rumahtangganya; dan/atau d. perbuatan yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut. Pasal 10 Eksploitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e disebabkan karena: a. perbuatan yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain; b. perbuatan yang dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan atau mentransplantasi organ dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materiil maupun immateriil; 8
  • 9. c. segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ tubuh lain dari korban untuk mendapatkan keuntungan, termasuk tetapi tidak terbatas pada semua kegiatan pelacuran atau pencabulan. Pasal 11 Kekerasan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f disebabkan karena: a. ancaman kekerasan meliputi setiap perbuatan secara melawan hukum berupa ucapan, tulisan, gambar, simbol, atau gerakan tubuh, baik dengan atau tanpa menggunakan sarana yang menimbulkan rasa takut atau mengekang kebebasan hakiki seseorang; dan b. pemaksaan, meliputi suatu keadaan dimana seseorang/korban disuruh melakukan sesuatu sedemikian rupa sehingga orang itu melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kehendak sendiri. BAB IV KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB Bagian Kesatu Pemerintah Daerah Pasal 12 (1) Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melaksanakan upaya perlindungan korban kekerasan dalam bentuk: a. mencegah terjadinya segala bentuk kekerasan berbasis gender dan anak; b. memberikan perlindungan dengan menyediakan layanan pengaduan, layanan kesehatan, layanan rehabilitasi sosial, layanan bantuan dan penegakan hukum, layanan pemulangan dan reintegrasi sosial, mengupayakan peningkatan partisipasi masyarakat, serta monitoring dan pelaporan; c. mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat; d. melakukan kerjasama dengan penyedia layanan dalam upaya pencegahan, perlindungan dan pemulihan korban kekerasan. (2) Untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan untuk : a. merumuskan kebijakan dan program tentang penghapusan kekerasan berbasis gender dan anak; b. membentuk pusat pelayanan terpadu; c. membentuk lembaga pelayanan pengaduan di tingkat kecamatan; 9
  • 10. d. memfasilitasi terselenggaranya pusat pelayanan terpadu dan kegiatan lembaga pelayanan pengaduan di tingkat kecamatan; e. menyediakan sarana dan prasarana; f. meningkatkan kapasitas lembaga penyedia layanan; g. melakukan koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan perlindungan terhadap korban kekerasan berbasis gender dan anak; h. mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat; i. melakukan monitoring dan evaluasi. (3) Dalam pelaksanaan kewajiban, tanggungjawab dan kewenangannya, Bupati dapat melimpahkan kepada SKPD terkait. (4) SKPD terkait yang menerima pelimpahan dari Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam pelaksanaannya menyusun Rencana Aksi Daerah untuk perlindungan korban. Bagian Kedua Masyarakat, Keluarga dan Orang Tua Pasal 13 Dalam Upaya Pemberian perlindungan korban kekerasan, Masyarakat, Keluarga dan Orang Tua mempunyai kewajiban dan tanggung jawab: a. mencegah terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak; b. melaporkan bila terjadi kekerasan; c. melindungi korban; dan d. memberikan pertolongan darurat. BAB V PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN Bagian Kesatu Kelembagaan Pasal 14 Dalam menyelenggarakan perlindungan terhadap korban kekerasan berbasis gender dan anak, Pemerintah Daerah dibantu oleh: a. PPT PKBGA; dan b. LPPTK. 10
  • 11. Bagian Kedua PPT PKBGA Pasal 15 (1) PPT PKBGA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a dibentuk oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan perundang- undangan. (2) Keanggotaan PPT PKBGA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. unsur Pemerintah Daerah; b. instansi vertikal; c. lembaga non pemerintah; d. institusi pelayanan kesehatan; e. aparat penegak hukum; f. tenaga profesi; g. relawan pendamping; h. pekerja sosial; i. rohaniwan; j. pusat rehabilitasi sosial; k. unsur Perguruan Tinggi. Pasal 16 PPT PKBGA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a mempunyai tugas: a. mengupayakan pencegahan; b. memberikan pelayanan pengaduan; c. memberikan pelayanan kesehatan; d. memberikan pelayanan rehabilitasi sosial; e. memberikan pelayanan bantuan dan penegakan hukum; f. memberikan pelayanan pemulangan dan reintegrasi sosial; g. melakukan koordinasi dan kerjasama; h. mengupayakan peningkatan partisipasi masyarakat; i. melakukan monitoring dan pelaporan. 11
  • 12. Paragraf 1 Upaya Pencegahan Pasal 17 Upaya pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a meliputi: a. menyelenggarakan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang kekerasan berbasis gender dan anak; b. menyosialisasikan peraturanperundang-undangan yang berkaitan dengan kekerasan berbasis gender dan anak. Paragraf 2 Pelayanan Pengaduan Pasal 18 Pelayanan Pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, huruf b meliputi: a. pelayanan pengaduan langsung; b. pelayanan pengaduan melalui telepon; c. pelayanan pengaduan melalui surat; d. pelayanan pengaduan dari rujukan; e. pelayanan penjangkauan korban. Paragraf 3 Pelayanan Kesehatan Pasal 19 Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, huruf c meliputi: a. pelayanan medis; b. pelayanan medis psikiatrik; c. pelayanan medicolegal, meliputi: visum et repertum (VER), visum et psikiatrum dan identifikasi DNA. 12
  • 13. Paragraf 4 Pelayanan Rehabilitasi Sosial Pasal 20 Pelayanan Rehabilitasi Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, huruf d meliputi: a. pelayanan konseling awal; b. pelayanan konseling lanjutan; c. penyediaan rumah aman; d. pelayanan bimbingan rohani. Paragraf 5 Pelayanan Bantuan dan Penegakan Hukum Pasal 21 Pelayanan Bantuan dan Penegakan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, huruf e meliputi: a. pelayanan bantuan hukum meliputi bantuan pendampingan hukum litigasi dan bantuan pendampingan hukum non litigasi; b. pelayanan penegakan hukum meliputi penegakan hukum di tingkat Kepolisian, penegakan hukum di tingkat Kejaksaan dan penegakan hukum di tingkat Pengadilan; c. pelayanan penegakan hukum di tingkat kepolisian sebagaimana dimaksud pada huruf b meliputi penegakan hukum pada proses Penyelidikan dan/atau peyidikan; d. pelayanan penegakan hukum di tingkat Kejaksaan sebagaimana dimaksud pada huruf b meliputi: penegakan hukum pada proses Pra Penuntutan dan Penuntutan; e. pelayanan penegakan hukum di tingkat Pengadilan sebagimana dimaksud pada huruf b meliputi penegakan hukum pada tahap Pra Persidangan, Persidangan dan Penjatuhan Putusan. Paragraf 6 Pelayanan Pemulangan dan Reintegrasi Sosial Pasal 22 (1) Pelayanan Pemulangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, huruf f meliputi: a. pemulangan pekerja migran bermasalah; b. pemulangan korban kekerasan berbasis gender dan anak; 13
  • 14. c. pemulangan korban tindak pidana perdagangan orang. (2) Pelayanan Reintegrasi Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, huruf f meliputi: a. reintgrasi dengan keluarga; b. reintegrasi dengan keluarga pengganti; c. reintegrasi dengan lingkungan; d. reintegrasi pendidikan. Paragraf 7 Koordinasi dan Kerjasama Pasal 23 Koordinasi dan kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, huruf g meliputi: a. melakukan koordinasi dan kerjasama penanganan kasus kekerasan dengan lembaga pelayanan pengaduan tingkat kecamatan; b. melakukan koordinasi dan kerjasama dengan pusat pelayanan terpadu antarkabupaten/kota; c. melakukan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga-lembaga penyedia layanan bagi korban kekerasan berbasis gender dan anak; d. melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Pemerintah Daerah. Paragraf 8 Upaya Peningkatan Partisipasi Masyarakat Pasal 24 Peningkatan partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, huruf h dilakukan dengan cara: a. menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap kasus-kasus kekerasan berbasis gender dan anak; b. mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam memberikan informasi dan melaporkan adanya kekerasan berbasis gender dan anak; c. menumbuhkan kearifan lokal dalam penanganan kekerasan berbasis gender dan anak; d. menyelenggarakan penguatan kelompok-kelompok masyarakat dalam penanganan kekerasan berbasis gender dan anak; e. menyebarluaskan informasi tentang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kekerasan berbasis gender dan anak. 14
  • 15. Paragraf 9 Monitoring dan Pelaporan Pasal 25 Monitoring dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 huruf i. meliputi monitoring, pendokumentasian dan pelaporan kasus kekerasan berbasis gender dan anak. Pasal 26 Penyelenggaraan PPT PKBGA pelaksanaannya dikoordinasikan oleh SKPD yang membidangi pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Pasal 27 (1) PPT PKBGA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a, dibentuk oleh Bupati sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Teknis dan mekanisme pelayanan terpadu lebih lanjut diatur dalam Peraturan Bupati. Bagian Ketiga LPPTK Pasal 28 (1) LPPTK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b, dibentuk oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. (2) Pembentukan LPPTK sebagaimana dimaksud pada ayat(1) keanggotaannya terdiri dari : a. unsur Pemerintah Kecamatan; b. unsur kepolisian kecamatan; c. institusi pelayanan kesehatan; d. tokoh masyarakat; e. tokoh agama; f. unsur organisasi kemasyarakatan. Pasal 29 LPPTK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, mempunyai tugas: a. menerima pengaduan kasus kekerasan berbasis gender dan anak; b. memberikan konsultasi awal kepada korban kekerasan berbasis gender dan anak; c. melakukan intervensi krisis terhadap korban kekerasan berbasis gender dan anak; 15
  • 16. d. memberi rujukan penanganan kasus kekerasan berbasis gender dan anak kepada PPT PKBGA. Pasal 30 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, LPPTK berkewajiban: a. berkoordinasi dan berkonsultasi dengan PPT PKBGA; b. mendokumentasikan dan melaporkan setiap kasus kekerasan berbasis gender dan anak yang ditanganinya kepada PPT PKBGA. Pasal 31 LPPTK dibentuk dengan Keputusan Camat. Bagian Keempat Hak Korban Kekerasan Pasal 32 (1) Setiap korban kekerasan berbasis gender dan anak berhak: a. memperoleh perlindungan atas kemanan pribadi, keluarga dan harta bendanya, serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan keterangan yang akan, sedang, atau telah diberikan; b. untuk ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan keamanan; c. bebas dari pertanyaan yang menjerat; d. mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus dan putusan pengadilan; e. mendapatkan layanan pengaduan, layanan kesehatan, layanan rehabilitasi sosial, layanan bantuan dan penegakan hukum, serta layanan pemulangan dan reintegrasi sosial. (2) Hak korban sebagimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kelima Kerjasama Pasal 33 (1) Dalam menyelenggarakan perlindungan bagi korban kekerasan berbasis gender dan anak, Pemerintah Daerah dapat melakukan kerjasama dengan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota lain dan lembaga lainnya. 16
  • 17. (2) Kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Provinsi atau Pemerintah meliputi konsultasi, koordinasi, advokasi, rujukan, monitoring, evaluasi dan pelaporan. (3) Kerjasama antara Pemerintah Daerah dan Kabupaten/Kota meliputi koordinasi, advokasi dan rujukan. (4) Pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 34 (1) Pembinaan dan Pengawasan terhadap pelaksanaan penyelenggaraan perlindungan korban kekerasan berbasis gender dan anak dilakukan oleh Bupati. (2) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan korban kekerasan berbasis gender dan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. BAB VII PENDANAAN Pasal 35 Pendanaan atas kegiatan perlindungan terhadap korban kekerasan berbasis gender dan anak yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dibebankan pada APBD dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VIII PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 36 (1) Masyarakat dapat berperan serta dalam membantu upaya pencegahan dan penanganan korban kekerasan berbasis gender dan anak. (2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. memberikan informasi dan atau melaporkan setiap kekerasan yang diketahuinya; b. memberikan perlindungan bagi korban; c. memberikan pertolongan darurat; 17
  • 18. d. memberikan advokasi terhadap korban dan atau masyarakat tentang penanganan kekerasan berbasis gender dan anak; e. membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan; f. membantu dalam proses pemulangan dan reintegrasi sosial. (3) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh perorangan, lembaga sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, swasta, dan media massa. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 37 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua produk hukum daerah yang berkaitan dengan perlindungan korban kekerasan berbasis gender dan anak dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti dengan peraturan yang baru. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 38 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah. Ditetapkan di Purwokerto pada tanggal BUPATI BANYUMAS, ttd ACHMAD HUSEIN NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS, PROVINSI JAWA TENGAH: (2/2015). 18
  • 19. PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK I. UMUM Hak untuk hidup layak, harga diri serta martabat perempuan dan anak sudah selayaknya mendapat perlindungan sesuai dengan fitrah dan kodratnya tanpa diskriminasi serta kemungkinan terjadinya tindak kekerasan. Kebijakan pelayanan perlindungan terhadap korban kekerasan berbasis gender dan anak secara normatif telah diatur di dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 01 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Layanan Terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan. Langkah konkret yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah agar perempuan dan anak terhindar dari tindak kekerasan, ancaman kekerasan, penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan, dapat dilakukan dengan menerapkan satu aturan hukum yang tertuang dalam bentuk peraturan daerah. Penyusunan norma tentang perlindungan perempuan dan anak korban kekerasan dalam bentuk peraturan daerah perlu dilakukan, pemberlakuan peraturan daerah adalah dalam rangka untuk mempertegas dukungan kelembagaan. Peraturan Daerah ini mengatur upaya perlindungan bagi korban kekerasan khususnya dalam hal pencegahan, pelayanan dan pemberdayaan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan, peran serta masyarakat, mekanisme pelaksanaan, pembinaan, pendanaan serta pembinaan dan pengawasannya. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas 19
  • 20. Pasal 2 Huruf a Yang dimaksud dengan “non diskriminasi” adalah perlindungan kepada semua korban kekerasan berbasis gender dan anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnis, budaya dan bahsa, status hukum dan kondisi fisik maupun mental. Huruf b Yang dimaksud dengan “kepentingan terbaik bagi korban” adalah semua tindakan yang menyangkut korban yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan badan yudikatif, maka kepentingan terbaik bagi korban harus menjadi pertimbangan utama. Huruf c Yang dimaksud dengan “keadilan gender” adalah perlakuan adil yang diberikan pada perempuan maupun laki-laki. Yang dimaksud dengan “kesetaraan gender” adalah kondisi dan posisi yang menggambarkan relasi yang selaras, serasi, dan seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh peluang/kesempatan dalam mengakses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pelaksanaan pembangunan serta menikmati hasil pembangunan dalam kehidupan keluarga, maupun dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Huruf d Yang dimaksud dengan “perlindungan korban” adalah memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya baik secara sementara maupun berdasarkan penetapan pengadilan. Huruf e Yang dimaksud dengan “kelangsungan hidup ibu” adalah memastikan bahwa seorang ibu tidak mengalami kematian yang terjadi selama kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan, baik yang disebabkan oleh kondisi fisik maupun non fisik. 20
  • 21. Huruf f Yang dimaksud dengan “tumbuh kembang” anak adalah sebagaimana tercantum dalam prinsip-prinsip Konvensi Hak Anak, meliputi hak atas pendidikan, hak atas bermain, hak atas berkreasi dan berekreasi. Yang dimaksud dengan “kelangsungan hidup” anak adalah sebagaimana tercantum dalam prinsip-prinsip Konvensi Hak Anak, meliputi hak tas identitas dan hak untuk menikmati status kesehatn tertinggi yang dapat dicapai. Huruf g Yang dimaksud dengan “penghargaan terhadap pendapat anak” adalah penghormatan atas hak-hak anak untuk berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam pengambilan keputusan terutama jika menyangkut hal- hal yang mempengaruhi kehidupannya. Huruf h Yang dimaksud dengan “keterbukaan” adalah bahwa dalam penyelenggaraan perlindungan korban kekerasan berbasis gender dan anak bersifat transparan diantara para penyedia layanan. Huruf i Yang dimaksud dengan “keterpaduan” adalah bahwa dalam penyelenggaraan perlindungan korban kekerasan berbasis gender dan anak dilaksanakan dengan membangun koordinasi antar penyedia layanan, antara lain pelayanan mdis, pendamping hukum, psikolog, rohaniwan, pekerja sosial, polisi. Huruf j Yang dimaksud dengan “tidak menyalahkan korban” adalah sikap dan perlakuan tidak menyalahkan korban atas peristiwa terjadinya kekerasan yang dialaminya. Huruf k Yang dimaksud dengan “pemberdayaan” adalah setiap usaha yang diberikan harus dapat menguatkan korban, baik secara fisik, psikis, sosial maupun ekonomi. 21
  • 22. Huruf l Yang dimaksud dengan “kerahasiaan korban” adalah setiap tindakan yang dilakukan untuk menjamin korban dalam kondisi aman dari ancaman atau tindakan lainnya yang mengancam jiwa dan psikologis korban. Huruf m Yang dimaksud dengan “pengambilan keputusan di tangan korban” adalah hak korban untuk menentukan pilihan terbaik dalam menyelesaikan masalahnya. Pasal 3 Cukup Jelas Pasal 4 Cukup Jelas Pasal 5 Cukup Jelas Pasal 6 Cukup Jelas Pasal 7 Cukup Jelas Pasal 8 Cukup Jelas Pasal 9 Cukup Jelas Pasal 10 Cukup Jelas Pasal 11 Cukup Jelas Pasal 12 Cukup Jelas Pasal 13 Cukup Jelas Pasal 14 Cukup Jelas Pasal 15 Cukup Jelas Pasal 16 Cukup Jelas 22
  • 23. Pasal 17 Cukup Jelas Pasal 18 Huruf a Cukup Jelas Huruf b Cukup Jelas Huruf c Cukup Jelas Huruf d Cukup Jelas Huruf e Pelayanan penjangkauan korban atau disebut juga dengan Outreach. Pasal 19 Cukup Jelas Pasal 20 Huruf a Pelayanan konseling awal termasuk didalamnya identifikasi dan assessment. Huruf b Cukup Jelas Huruf c Penyediaan rumah aman atau disebut juga dengan shelter. Huruf d Cukup Jelas Pasal 21 Cukup Jelas Pasal 22 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Huruf a Cukup Jelas 23
  • 24. Huruf b yang dimaksud dengan “keluarga pengganti” adalah keluarga alternatif yang bisa memberikan pengasuhan melalui sistem orang tua asuh (fostering), perwalian (guardianship) atau pengangkatan anak (adopsi) Huruf c Cukup Jelas Huruf d yang dimaksud dengan “pendidikan” adalah Pendidikan Formal dan Pendidikan Non Formal (Keaksaraan Fungsional), Program Kesetaraan dan Program Ketrampilan Pasal 23 Cukup Jelas Pasal 24 Huruf a Cukup Jelas Huruf b Cukup Jelas Huruf c Yang dimaksud dengan “kearifan lokal” adalah gagasan- gagasan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Huruf d Cukup jelas Huruf e Cukup jelas Pasal 25 Cukup Jelas Pasal 26 Cukup Jelas Pasal 27 Cukup Jelas 24
  • 25. Pasal 28 Cukup Jelas Pasal 29 Huruf a Cukup Jelas Huruf b Cukup Jelas Huruf c yang dimaksud dengan “intervensi krisis” adalah tindakan yang harus segera dilakukan karena korban dalam keadaan kritis, misalnya korban dalam keadaan luka atau sakit yang memerlukan perawatan dan pengobatan segera, korban kondisi jiwanya terancam. Huruf d Cukup jelas Pasal 30 Cukup Jelas Pasal 31 Cukup Jelas Pasal 32 Ayat (1) Huruf a Cukup Jelas Huruf b Cukup Jelas Huruf c yang dimaksud dengan “pertanyaan yang menjerat” adalah pertanyaan yang merugikan (menyudutkan, merendahkan, melecehkan, menyalahkan, dan menghakimi) korban. Huruf b Cukup Jelas 25
  • 26. Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 33 Cukup Jelas Pasal 34 Cukup Jelas Pasal 35 Cukup Jelas Pasal 36 Cukup Jelas Pasal 37 Cukup Jelas Pasal 38 Cukup Jelas 26