Apakah mereka wanita-wanita itu masuk neraka karena kafir (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala)?”
Nabi mengatakan,”Tidak!
يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ
“Akan tetapi mereka kufur (durhaka/melawan) kepada suami mereka.”
وَيَكْفُرْنَالْإِحْسَانَ
“dan mereka mengkufuri (mengingkari) kebaikan-kebaikan (jasa-jasa) suami mereka.” (HR. al-Bukhari no. 29)
Sehingga apabila para suami berbuat baik kepada mereka, lalu mereka melihat sesuatu yang tidak berkenan pada diri kamu (para suami), maka mereka akan mengatakan, “Aku tidak melihat kebaikan pada dirimu sama sekali.”
Di dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan salah satu penyebab kaum wanita banyak menghuni neraka yaitu mereka suka kufur, mereka suka berbuat durhaka kepada suami-suami mereka. Maka dari itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menjelaskan betapa besar hak suami yang mesti ditunaikan oleh seorang istri. Dalam sebuah hadits Nabi mengatakan:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ ِلأَحَدٍ َلأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Kalaulah aku boleh menyuruh seseorang untuk sujud kepada orang lain maka niscaya aku akan perintahkan seorang istri untuk sujud kepada suami.” [Hadits hasan shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 1159), Ibnu Hibban (no. 1291 – al-Mawaarid) dan al-Baihaqi (VII/291), dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. Hadits ini diriwayatkan juga dari beberapa Shahabat. Lihat Irwaa-ul Ghaliil (no. 1998)]
Tentunya tidak boleh seorang manusia sujud kepada manusia yang lain. Ini menunjukkan betapa besar hak seorang suami atas istri, hak suami yang mesti ditunaikan oleh seorang istri. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa berpesan kepada kaum wanita agar tidak mengabaikan dan tidak meninggalkan kewajiban-kewajiban mereka terhadap suami-suami mereka. Dalam satu hadits ada seorang wanita yang datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk suatu keperluan. Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memenuhi keperluannya tersebut. Setelah itu Nabi bertanya kepadanya, “Bagaimana kedudukanmu di sisi suamimu?” yaitu bagaimana muamalah-mu terhadap suamimu? Maka ia menjawab, “Aku senantiasa melayani suamiku semampu yang aku dapat lakukan.” Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpesan kepadanya:
انْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ ، فَإِنَّهُ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ
“Perhatikan kedudukanmu di sisi suamimu, karena suamimu itu merupakan surga bagimu ataupun neraka bagimu.” [HR. An-Nasaai dalam As-Sunan Al-Kubro dari Hushain bin Mihshon Radhiyallaahu ’anhu, Shahihut Targhib: 1933]
Maksudnya yaitu bahwa suamimu bisa menjadi penyebab engkau masuk ke dalam surga dan bisa menjadi penyebab engkau masuk ke dalam neraka. Maka dari itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa berpesan kepada kita semua khususnya kepada kaum wanita agar melaksanakan hak-hak terutama hak suami. Karena ketika mereka telah berumah-tangga maka tanggung jawab itu telah berpindah dari ibu bapak mereka kepada suami mereka.
Suami adalah orang yang paling bertan
Apakah mereka wanita-wanita itu masuk neraka karena kafir (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala)?”
Nabi mengatakan,”Tidak!
يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ
“Akan tetapi mereka kufur (durhaka/melawan) kepada suami mereka.”
وَيَكْفُرْنَالْإِحْسَانَ
“dan mereka mengkufuri (mengingkari) kebaikan-kebaikan (jasa-jasa) suami mereka.” (HR. al-Bukhari no. 29)
Sehingga apabila para suami berbuat baik kepada mereka, lalu mereka melihat sesuatu yang tidak berkenan pada diri kamu (para suami), maka mereka akan mengatakan, “Aku tidak melihat kebaikan pada dirimu sama sekali.”
Di dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan salah satu penyebab kaum wanita banyak menghuni neraka yaitu mereka suka kufur, mereka suka berbuat durhaka kepada suami-suami mereka. Maka dari itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menjelaskan betapa besar hak suami yang mesti ditunaikan oleh seorang istri. Dalam sebuah hadits Nabi mengatakan:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ ِلأَحَدٍ َلأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Kalaulah aku boleh menyuruh seseorang untuk sujud kepada orang lain maka niscaya aku akan perintahkan seorang istri untuk sujud kepada suami.” [Hadits hasan shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 1159), Ibnu Hibban (no. 1291 – al-Mawaarid) dan al-Baihaqi (VII/291), dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. Hadits ini diriwayatkan juga dari beberapa Shahabat. Lihat Irwaa-ul Ghaliil (no. 1998)]
Tentunya tidak boleh seorang manusia sujud kepada manusia yang lain. Ini menunjukkan betapa besar hak seorang suami atas istri, hak suami yang mesti ditunaikan oleh seorang istri. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa berpesan kepada kaum wanita agar tidak mengabaikan dan tidak meninggalkan kewajiban-kewajiban mereka terhadap suami-suami mereka. Dalam satu hadits ada seorang wanita yang datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk suatu keperluan. Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memenuhi keperluannya tersebut. Setelah itu Nabi bertanya kepadanya, “Bagaimana kedudukanmu di sisi suamimu?” yaitu bagaimana muamalah-mu terhadap suamimu? Maka ia menjawab, “Aku senantiasa melayani suamiku semampu yang aku dapat lakukan.” Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpesan kepadanya:
انْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ ، فَإِنَّهُ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ
“Perhatikan kedudukanmu di sisi suamimu, karena suamimu itu merupakan surga bagimu ataupun neraka bagimu.” [HR. An-Nasaai dalam As-Sunan Al-Kubro dari Hushain bin Mihshon Radhiyallaahu ’anhu, Shahihut Targhib: 1933]
Maksudnya yaitu bahwa suamimu bisa menjadi penyebab engkau masuk ke dalam surga dan bisa menjadi penyebab engkau masuk ke dalam neraka. Maka dari itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa berpesan kepada kita semua khususnya kepada kaum wanita agar melaksanakan hak-hak terutama hak suami. Karena ketika mereka telah berumah-tangga maka tanggung jawab itu telah berpindah dari ibu bapak mereka kepada suami mereka.
Suami adalah orang yang paling bertan
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
2. Artikel
ALTERNATIF #2
• Tulisan/karangan yang bersifat utuh dalam
surat kabar, majalah atau bentuk publikasi
yang lain (Hornby, 1980:43)
• Ragam tulisan opini berbentuk ringkas-padat
dalam media masa cetak yang ditulis dari
sudut pandang penulisnya (Wibowo, 2006: xi
& 6)
3. Jurnal Ilmiah
• Penerbitan berkala yang bisa serupa
majalah, koran, atau buletin yang
diterbitkan oleh perguruan tinggi
(Wibowo, 2006: 23)
• Periodikal atau jenis-jenis publikasi yang
mengikuti kaidah-kaidah keilmuan, yaitu
berdasarkan teori dan metode tertentu
serta pemikiran yang logis
4. Ciri Artikel
• Menonjolkan tujuan eksposisinya, yakni dalam
rangka menerangkan, menjelaskan, atau
memberitahukan pembaca akan sesuatu hal
(Wibowo, 2006: xi & 7)
5. PENDAHULUAN
SEBELUM MENULIS ARTIKEL ILMIAH ADA PRASYARAT
MUTLAK YANG HARUS DIPENUHI YAITU ADA
PENELITIAN YANG DIRANCANG DAN DILAKUKAN
DENGAN BAIK DENGAN HASIL YANG SUDAH
DIANALISIS, DITABULASIKAN DAN DIILUSTRASIKAN
DENGAN BAIK, DAN TELAH DIPAHAMI DAN DIKUASAI
DENGAN BAIK DAN YANG TELAH MEMPUNYAI
SIMPULAN
6. Kaidah yang harus dipegangi dalam
penyiapan artikel ilmiah : ABC
• A(ccurate) akurat, memiliki ketepatan
tinggi
• B(rief) singkat, padat, lugas.
• C(lear) jelas, tak diragukan, tidak
rancu, tidak multi tafsir
7. Pembagian Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah ada 2, yaitu :
1. artikel hasil penelitian bersumber dari
laporan hasil penelitian
2. artikel non penelitian berisi pemikiran-
pemikiran, argumentasi, maupun pendapat
penulis dengan dukungan sumber-sumber
ilmiah
8. Anatomi atau Isi Artikel Ilmiah
secara Umum :
• Judul
• Baris kepemilikan
• Abstrak
• Kata kunci
• Isi atau tubuh teks
• Bibliografi atau Tinjauan Pustaka
• Lampiran (jika ada)
9. Tubuh Teks
Secara Umum mengikuti pola IMReD :
I (introduction), memuat pendahuluan, alasan permasalahan
yang melatarbelakangi dilakukan penelitian atau pemaparan
artikel dengan dukungan teori
M(methods), untuk artikel hasil penelitian menjelaskan
bagamana penelitian dan apa yang sudah dilakukan. Untuk
artikel non penelitian bagian ini dapat diisi sujudul yang
memdukung pemaparan judul
R (results), hasil, untuk artikel penelitian memaparkan hasil
penelitian yang diperoleh. Sedang untuk artikel non
penelitian menjelaskan pemikiran yang dikembangkan
D (discussion), pembahasan, untuk menjelaskan makna yang
terungkap dari hasil penelitian atau pemikiran penulis,
bagaimana kaitan dengan pendapat yang berlaku di
kalangan ilmuwan, dan apa simpulannya.
10. JUDUL
Syarat judul :
Jelas mencerminkan isi artikel secara lengkap, informatif
sekali dibaca langsung dapat dimengerti isinya, dipahami
maksud dan maknanya
Mutakhir terkini
Bermanfaat pemaparan artikel berguna bagi
pembaca
Menarik menarik perhatian dan merangsang minat untuk
membaca
Singkat sesuai aturan di jurnal, mungkin di jurnal lain dapat
berbeda, tetapi intinya hampir sama. Menurut Rifai (2010)
untuk bhs Inggris judul sebaiknya kurang atau sama dengan 10
kata, bhs Indonesia 12 kata)
11. Baris Kepemilikan
• Merupakan bagian integral artikel yang
menunjukkan hak kepengarangan dan hak
kepemilikan karya
• Dituliskan dalam bentuk nama pengarang,
dituliskan di bawah judul, tanpa gelar, disertai
asal lembaga (biasanya ditulis dalam bentuk
foot note atau catatan kaki
12. Abstrak
• Merupakan penyajian singkat keseluruhan artikel
• Memuat intisari karangan, menyangkut masalah
pokok yang diajukan, kerangka berpikir
pemecahan, dan simpulan atau jawaban atau
klarifikasi atas permasalahan yang dibahas
• Untuk jurnal terakreditasi menuntut sajian
abstrak dalam bahasa Inggris
• Sebaiknya tidak lebih dari 200 kata
• Memuat kata kunci pilihan kata yang menjadi
inti artikel umumnya 3-6, diletakkan di bawah
abstrak
13. Pendahuluan
• Memberi pengantar tentang substansi artikel
sesuai topik dan alasan-alasan baik teoritis
maupun praktis yang melatarbelakangi
penulisan artikel
• Memuat secara eksplisit dengan singkat dan
jelas arah, maksud, tujuan, dan kegunaan
artikel
• Penyajian runtut, jelas objek yang dibahas,
dan ada kaitan ogis antar alinea
14. Bagian Inti/Batang Tubuh
Berupa uraian analisis atas permasalahan yang diajukan
dan disajikan atas beberapa bagian diharapkan
runtut
Harus relevan dengan judul
Untuk artikel hasil penelitian : memuat metode,
pelaksanaan penelitian, dan pembahasan
Untuk artikel bukan hasil penelitian : memuat sub-sub
judul yang mendukung pemaparan isi dan pembahasan
Untuk artikel hasil penelitian pembahasan bukan
sekedar menarasikan data tetapi mengembangkan
gagasan atau argumentasi dengan mengaitkan hasil
atau pendapat sebelumnya
15. Penutup
• Berupa simpulan, jawaban, atau klarifikasi dari
masalah yang dibahas
• Berikan komentar evaluatif, prediksi atau
rekomendasi jika diperlukan
16. Tata Tulis
Penulisan mengacu pada EYD
Ada perujukan atau pengacuan sumber. Ada 3 bentuk:
- catatan perut atau berkurung nama pengarang,
tahun terbit, nomor halaman jka perlu
- catatan kaki menempatkan informasi di bawah
teks, di halaman yang sama dengan pengacuannya
- menempatkan informasi tentang identitas lengkap
rujukan di bagian akhir artikel
- pengutipan 2-3 baris dapat langsung disisipkan, jika 4 baris atau
lebih biasannya idented dan huruf berukuran lebih kecil
• Daftar Pustaka nama pengarang, tahun, buku acuan, kota tempat
buku atau acuan diterbitkan, penerbit ditulis alfabetis