RSJPDHK berusaha meningkatkan pelayanan kesehatan dengan biaya yang terjangkau dengan mengoptimalkan sistem pengelolaan farmasi berbasis elektronik dan kontrak harga satuan obat tahunan, sehingga obat dapat dipesan dan dijual berdasarkan tren konsumsi tiga tahun terakhir dengan harga stabil.
73. per ka bpom no 8 tahun 2014 ttg perubahan per ka bpom nomor 28 tahun 2013litacici
Peraturan ini memperbarui Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 28 Tahun 2013 dengan menambahkan ketentuan pelaporan realisasi impor dan penggunaan/penyaluran bahan obat secara triwulanan bagi industri farmasi dan pedagang besar farmasi serta mengatur pelaporan dilakukan secara elektronik.
Permenkes 36 2016 perubahan permenkes 30-2014 standar pelayanan kefarmasian d...Ulfah Hanum
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2016
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 30 TAHUN
2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS
Dokumen tersebut membahas tentang administrasi obat di tingkat kabupaten/kota yang mencakup peran setiap tingkatan dalam pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, sumber dana, organisasi unit pengelola, serta tugas pokok dan fungsi unit pengelola obat publik dan perbekalan kesehatan di tingkat provinsi/kabupaten/kota."
Pmk no. 36 ttg perubahan standar pelayanan kefarmasian di puskesmasDokter Tekno
Peraturan ini merubah Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas dengan menambahkan definisi baru dan memasukkan ketentuan mengenai peran Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam pengawasan obat serta sanksi untuk pelanggaran peraturan ini.
[Ringkasan]
Panduan ini memberikan pedoman penggunaan dana pajak rokok untuk bidang kesehatan sesuai UU No. 28 tahun 2009. Dana tersebut sekurangnya 50% digunakan untuk pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum, mencakup upaya promosi kesehatan, pembangunan sarana kesehatan, dan pemberantasan rokok ilegal. Panduan ini diharapkan meningkatkan kesehatan masyarakat secara lebih tepat sas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1171 Tahun 2011 menetapkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) sebagai sistem pelaporan yang wajib dilaksanakan setiap rumah sakit di Indonesia. SIRS meliputi pengumpulan data identitas, ketenagaan, kegiatan pelayanan, dan morbiditas pasien rumah sakit yang dilaporkan secara berkala kepada Kementerian Kesehatan guna merumuskan kebijakan perumahsakitan dan melakukan
73. per ka bpom no 8 tahun 2014 ttg perubahan per ka bpom nomor 28 tahun 2013litacici
Peraturan ini memperbarui Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 28 Tahun 2013 dengan menambahkan ketentuan pelaporan realisasi impor dan penggunaan/penyaluran bahan obat secara triwulanan bagi industri farmasi dan pedagang besar farmasi serta mengatur pelaporan dilakukan secara elektronik.
Permenkes 36 2016 perubahan permenkes 30-2014 standar pelayanan kefarmasian d...Ulfah Hanum
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2016
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 30 TAHUN
2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS
Dokumen tersebut membahas tentang administrasi obat di tingkat kabupaten/kota yang mencakup peran setiap tingkatan dalam pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, sumber dana, organisasi unit pengelola, serta tugas pokok dan fungsi unit pengelola obat publik dan perbekalan kesehatan di tingkat provinsi/kabupaten/kota."
Pmk no. 36 ttg perubahan standar pelayanan kefarmasian di puskesmasDokter Tekno
Peraturan ini merubah Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas dengan menambahkan definisi baru dan memasukkan ketentuan mengenai peran Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam pengawasan obat serta sanksi untuk pelanggaran peraturan ini.
[Ringkasan]
Panduan ini memberikan pedoman penggunaan dana pajak rokok untuk bidang kesehatan sesuai UU No. 28 tahun 2009. Dana tersebut sekurangnya 50% digunakan untuk pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum, mencakup upaya promosi kesehatan, pembangunan sarana kesehatan, dan pemberantasan rokok ilegal. Panduan ini diharapkan meningkatkan kesehatan masyarakat secara lebih tepat sas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1171 Tahun 2011 menetapkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) sebagai sistem pelaporan yang wajib dilaksanakan setiap rumah sakit di Indonesia. SIRS meliputi pengumpulan data identitas, ketenagaan, kegiatan pelayanan, dan morbiditas pasien rumah sakit yang dilaporkan secara berkala kepada Kementerian Kesehatan guna merumuskan kebijakan perumahsakitan dan melakukan
Dokumen ini berisi petunjuk teknis pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Petunjuk ini memberikan panduan mengenai pengelolaan sumber daya, pelayanan resep, informasi obat, promosi kesehatan, konseling, dan evaluasi mutu pelayanan di apotek.
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotekAlbertus Beny
Peraturan ini menetapkan standar pelayanan kefarmasian di apotek di Indonesia untuk meningkatkan mutu pelayanan dan melindungi pasien. Standar ini mencakup pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis serta pelayanan farmasi klinik seperti pengkajian resep, dispensing, konseling pasien, dan pemantauan terapi obat. Peraturan ini menggantikan peraturan sebelumnya dan berlaku sejak diundangkan.
Keputusan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan pedoman penerapan Formularium Nasional (Fornas) untuk menjamin penggunaan obat yang aman, berkualitas dan terjangkau dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Fornas disusun oleh komite ahli dengan mempertimbangkan usulan dari fasilitas kesehatan dan organisasi profesi, serta mengevaluasi obat yang sudah tercantum dalam pedoman sebelumnya.
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotikaUlfah Hanum
Peraturan ini mengatur tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Peraturan ini mengatur tata cara peredaran melalui penyaluran dan penyerahan, serta persyaratan izin untuk produksi, impor, dan penyaluran narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi.
Keputusan Menteri Kesehatan menetapkan Daftar Obat Esensial Nasional 2013 untuk menjamin ketersediaan obat yang lebih merata dan terjangkau bagi masyarakat. Daftar ini direvisi berkala berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pola penyakit, dengan mempertimbangkan bukti ilmiah, manfaat, risiko, biaya, dan ketersediaan obat. Revisi ini mengacu pada pedoman WHO untuk memilih ob
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekAstriedAmalia
Dokumen tersebut membahas tentang kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa apoteker harus mematuhi standar pelayanan kefarmasian dan kode etik apoteker Indonesia dalam memberikan obat kepada pasien. Jika apoteker lalai, maka dapat dikenai sanksi atau bahkan dijadikan tersangka karena melanggar undang-undang.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 menetapkan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang meliputi jenis dan mutu pelayanan minimal yang harus disediakan rumah sakit untuk masyarakat. Standar ini ditetapkan untuk memastikan pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai standar diseluruh rumah sakit di Indonesia.
Laporan ini membahas praktik kerja lapangan di Apotek Bencoolen dan UPTD Puskesmas Jalan Gedang. Tujuannya adalah untuk memenuhi syarat Ujian Nasional dan memperoleh pengalaman langsung di bidang farmasi. Laporan ini mencakup latar belakang, tujuan, manfaat praktik lapangan, tinjauan umum tentang apotek dan persyaratan-persyaratan apotek.
Pengadaan obat di puskesmas dapat dilakukan melalui permintaan ke dinas kesehatan kabupaten atau pengadaan mandiri. Permintaan obat diajukan berdasarkan laporan pemakaian dan kebutuhan obat, sedangkan pengadaan mandiri dapat dilakukan melalui sistem pengadaan pemerintah atau langsung ke apotek dalam kondisi tertentu. Apoteker berperan penting dalam proses pengadaan obat di puskesmas.
RUU Kesehatan membahas penyederhanaan regulasi kesehatan dengan merubah dan mencabut sejumlah undang-undang lama serta mengatur definisi baru untuk telekesehatan, telemedisin, organisasi profesi, tenaga medis dan kesehatan. RUU ini juga membahas penyesuaian tarif rumah sakit, ketentuan rawat inap standar untuk peserta BPJS, serta audit pelayanan kesehatan.
Dokumen ini berisi petunjuk teknis pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Petunjuk ini memberikan panduan mengenai pengelolaan sumber daya, pelayanan resep, informasi obat, promosi kesehatan, konseling, dan evaluasi mutu pelayanan di apotek.
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotekAlbertus Beny
Peraturan ini menetapkan standar pelayanan kefarmasian di apotek di Indonesia untuk meningkatkan mutu pelayanan dan melindungi pasien. Standar ini mencakup pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis serta pelayanan farmasi klinik seperti pengkajian resep, dispensing, konseling pasien, dan pemantauan terapi obat. Peraturan ini menggantikan peraturan sebelumnya dan berlaku sejak diundangkan.
Keputusan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan pedoman penerapan Formularium Nasional (Fornas) untuk menjamin penggunaan obat yang aman, berkualitas dan terjangkau dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Fornas disusun oleh komite ahli dengan mempertimbangkan usulan dari fasilitas kesehatan dan organisasi profesi, serta mengevaluasi obat yang sudah tercantum dalam pedoman sebelumnya.
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotikaUlfah Hanum
Peraturan ini mengatur tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Peraturan ini mengatur tata cara peredaran melalui penyaluran dan penyerahan, serta persyaratan izin untuk produksi, impor, dan penyaluran narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi.
Keputusan Menteri Kesehatan menetapkan Daftar Obat Esensial Nasional 2013 untuk menjamin ketersediaan obat yang lebih merata dan terjangkau bagi masyarakat. Daftar ini direvisi berkala berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pola penyakit, dengan mempertimbangkan bukti ilmiah, manfaat, risiko, biaya, dan ketersediaan obat. Revisi ini mengacu pada pedoman WHO untuk memilih ob
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekAstriedAmalia
Dokumen tersebut membahas tentang kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa apoteker harus mematuhi standar pelayanan kefarmasian dan kode etik apoteker Indonesia dalam memberikan obat kepada pasien. Jika apoteker lalai, maka dapat dikenai sanksi atau bahkan dijadikan tersangka karena melanggar undang-undang.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 menetapkan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang meliputi jenis dan mutu pelayanan minimal yang harus disediakan rumah sakit untuk masyarakat. Standar ini ditetapkan untuk memastikan pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai standar diseluruh rumah sakit di Indonesia.
Laporan ini membahas praktik kerja lapangan di Apotek Bencoolen dan UPTD Puskesmas Jalan Gedang. Tujuannya adalah untuk memenuhi syarat Ujian Nasional dan memperoleh pengalaman langsung di bidang farmasi. Laporan ini mencakup latar belakang, tujuan, manfaat praktik lapangan, tinjauan umum tentang apotek dan persyaratan-persyaratan apotek.
Pengadaan obat di puskesmas dapat dilakukan melalui permintaan ke dinas kesehatan kabupaten atau pengadaan mandiri. Permintaan obat diajukan berdasarkan laporan pemakaian dan kebutuhan obat, sedangkan pengadaan mandiri dapat dilakukan melalui sistem pengadaan pemerintah atau langsung ke apotek dalam kondisi tertentu. Apoteker berperan penting dalam proses pengadaan obat di puskesmas.
RUU Kesehatan membahas penyederhanaan regulasi kesehatan dengan merubah dan mencabut sejumlah undang-undang lama serta mengatur definisi baru untuk telekesehatan, telemedisin, organisasi profesi, tenaga medis dan kesehatan. RUU ini juga membahas penyesuaian tarif rumah sakit, ketentuan rawat inap standar untuk peserta BPJS, serta audit pelayanan kesehatan.
Dokumen tersebut membahas tentang evaluasi pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah proses pengelolaan keuangan BLUD RSU Bahteramas telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Ruang lingkup penelitian ini adalah proses pengelolaan keuangan BLUD RSU Bahteramas
Web Seminar " UU RS 2009: Perlu Judicial Review atau Disempurnakan?"Suprijanto Rijadi
Pembahasan UU no 44/2009 ttg Rumah Sakit dari sudut SKN dan Materi Pasal pasal yg ada,
Secara umum UU ini banyak kelemahannya, peraturan RS yg terlalu banyak, Tg jawab hukum RS terlalu besar, shg kedepan perlu kerja keras agar PP/Permenkes yg dibuat membuat sinergi antara Pusat dan Daerah, antara Pemerintah dan Swasta, dan perlu partisipasi banyak pihak agar UU ini bisa menjadi sempurna.
1203407607 standar pelayanan farmasi di rs Dewi Novalina
Dokumen tersebut merupakan keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit yang mencakup latar belakang, tujuan, dan daftar isi standar pelayanan farmasi rumah sakit. Dokumen ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan farmasi di rumah sakit.
Puskesmas - Pusat Kesehatan Masyarakat atau Pusat Kesehatan Perorangan?Suprijanto Rijadi
Dokumen tersebut membahas tentang:
1. Sejarah dan perkembangan puskesmas di Indonesia sejak tahun 1968 hingga 2014
2. Fungsi dan peran puskesmas sebagai fasilitas kesehatan primer dan pusat pemberdayaan masyarakat
3. Tantangan yang dihadapi puskesmas seiring dengan diberlakukannya Jaminan Kesehatan Nasional pada 2014
Similar to Pengelolaan obat di pjn rsjpd harapan kita 2011 (20)
Upaya efisiensi logistik inventori di rsjpdhk pada era jkn dr.lies dina champsLies Dina Liastuti
Strategi efisiensi dalam pengelolaan logistik inventori di RSJPD Harapan Kita meliputi standarisasi dan pembatasan jumlah jenis obat serta peralatan medis, penataan sistem informasi, pemantauan pemakaian, serta penyesuaian yang dilakukan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas dalam era jaminan kesehatan nasional.
Proses dan Kendala Pemenuhan kebutuhan Barang dan Jasa di BLU RSJPDHK- lies ...Lies Dina Liastuti
proses proses dan kendala dalam pemenuhan kebutuhan operasional RS yang berkelanjutan, bermutu dan terjangkau serta demi keamanan pasien melalui Pengadaan Barang dan Jasa di Badan Layanan Umum (BLU) Rumah Sakit . suatu telaah di Jantung & Pembuluh darah Harapan Kita.
Dokumen tersebut membahas tentang tiga unsur utama sistem pelayanan kesehatan di Indonesia yaitu layanan, sumber daya manusia kesehatan, dan pembiayaan. Dokumen ini juga membahas tantangan-tantangan dalam menjalankan rumah sakit berstatus BLU seperti masalah tarif, remunerasi, dan pengadaan barang serta upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja rumah sakit.
Dokumen tersebut membahas tentang visi, misi, dan strategi Pusat Jantung Nasional Harapan Kita untuk menjadi institusi kardiovaskular terpercaya di Asia Pasifik dengan menyediakan layanan kesehatan, pendidikan, dan hasil penelitian jantung berkualitas dunia. Untuk merealisasikan hal tersebut, diperlukan transformasi sistem pelayanan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, serta pengembangan fungsi sosial dan tata kelola yang ba
Pelaksanaan management pemeliharaan peralatan medis pjnhkLies Dina Liastuti
Dokumen tersebut membahas tentang dasar hukum dan sistem pemeliharaan peralatan medis di RSJPDHK yang meliputi UU Kesehatan, Rumah Sakit, struktur organisasi bidang sarana medis, SDM, peralatan kerja dan kalibrasi, serta prosedur pemeliharaan yang dilakukan oleh pemakai, teknisi, dan pihak ketiga.
This document discusses improving inventory management professionalism in a pharmacy. It begins by outlining the benefits of effective inventory management, such as meeting regulatory requirements and reducing costs. It then analyzes current inventory trends from 2009 to 2011. Issues with the current inventory system are identified, such as uncoordinated codes and unstable stock levels. Finally, solutions are proposed, such as creating an accurate master data and implementing a complete integrated inventory management information technology system using a standardized project methodology.
Masa depan rs dalam implementasi UU bpjs_ pertas oktober 2013 ldlLies Dina Liastuti
The document discusses data from a study of 5,472 patients with acute myocardial infarction (AMI) admitted to a hospital in Indonesia. Some key findings:
- The average age was 56.3 years, with most male patients aged 45-49 and most female patients over 60.
- Males outnumbered females 7:1.
- 51% of patients came from Jakarta or its surrounding areas.
- The most common AMI types were STEMI (55.5%) and NSTEMI (44.5%).
2. LATAR BELAKANG
Setiap tahunnya Pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Kementrian Kesehatan, dan Rumah Sakit
Pemerintah di seluruh wilayah Indonesia dipusingkan oleh naiknya harga obat ditengah-tengah kesulitan
masyarakat untuk berobat. Perusahaan Besar Farmasi (PBF) dan Principal Obat di Indonesia sering ditengah
tahun atau bahkan secara tiba-tiba menaikkan harga dengan pemberitahuan waktu yang sangat sempit untuk
diantisipasi.
Biaya kesehatan cenderung terus meningkat, dan rumah sakit dituntut untuk secara mandiri mengatasi
masalah tersebut. Peningkatan biaya kesehatan ini menyebabkan fenomena tersendiri bagi rumah sakit
pemerintahan karena rumah sakit pemerintah memiliki segmen layanan kesehatan untuk kalangan
menengah ke bawah. Akibantnya rumah sakit pemerintah diharapkan menjadi rumah sakit yang murah dan
bermutu. Rumah sakit pemerintah menghadapi dilemma antara misi melayani masyarakat kelas menengah
ke bawah dan adanya keterbatasan sumber dana, serta berbagai aturan dan birokrasi yang harus dihadapi.
Kondisi tersebut akan mengakibatkan rumah sakit pemerintah mengalami kebingungan apakah rumah sakit
dijadikan sebagai lembaga birokrasi dalam sistem kesehatan ataukah sebagai lembaga pelayanan kesehatan
yang tidak birokratis.
3. Dengan banyaknya keterbatasan yang ada dan keharusan melayani masyarakat menengah
ke bawah yang ada, masih belum banyak yang bisa dilakukan di RS milik Pemerintah.
Banyak RS Pemerintah masih terbelenggu oleh aturan Kepres dan Perpres yang kurang
dipahami maksud dan tujuannya, bahkan kurang dapat diimplimentasikan lebih detail lagi
dalam aturan RS masing-masing walaupun sudah ada Keputusan Menteri, baik Menteri
Kesehatan maupun Menteri Keuangan.
Oleh karena itu, dengan banyaknya persoalan yang ada, Direktorat Penunjang RSJPDHK
berusaha mengatasi hambatan-hambatan tersebut, dengan trobosan-trobosan baru serta
optimalisasi aturan-aturan yang ada namun sesuai perundang-undangan yang berlaku
diwilayah Republik Indonesia, antara lain dibidang kefarmasian, dimana dijelaskan bahwa
Instalasi Farmasi RSJPDHK merupakan suatu tempat untuk mengadakan dan
menyimpan obat-obatan, gas medik alat kesehatan serta bahan kimia yang bukan berdiri
sendiri tetapi merupakan satuan organic yang tidak terpisah dari keseluruhan rumah sakit.
4. DASAR-DASAR HUKUM
¨
UU No. 44 TAHUN 2009, TENTANG RUMAH SAKIT
¨
UU No. 25 TAHUN 2009, TENTANG PELAYANAN PUBLIK
¨
PP No. 23 TAHUN 2005, TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN BLU
¨
PERPRES No.54 TAHUN 2010, TENTANG PEDOMAN PENGADAAN BARANG
DAN JASA
¨
PERMENKES No. 1682/MENKES/PER/XII/2005, TENTANG ORGANISASI &
TATA KERJA RS JANTUNG & PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA
¨
PERMENPAN : PER/02/M.PANN/1/2007, TENTANG PEDOMAN ORGANISASI
SATUAN KERJA DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH YANG
MENERAPKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BLU
¨
PERMENKU No. 76 TAHUN 2008, TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN
PELAPORAN KEUANGAN BLU
¨
SOP 2011 RSJPDHK TENTANG PEDOMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA
5. PENGERTIAN BLU
Pengertian atau definisi BLU diatur dalam Pasal 1 angka 23 UU No.
1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, yaitu :
“Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan Pemerintah
yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas”.
6. TUJUAN DAN MANFAAT
1. “BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan
berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapanpraktek bisnis
yang sehat”.
2. Kekayaan BLU merupakan bagian dari kekayaan negara/daerah yang tidak
dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk
menyelenggarakan kegiatan BLU yang bersangkutan
7. Azas-azas BLU
Menurut Pasal 3 PP No. 23 Tahun 2005, azas BLU yaitu:
1. Menyelenggarakan pelayanan umum yang pengelolaannya berdasarkan
kewenangan yang didelegasikan, tidak terpisah secara hukum dari instansi
Induknya;
2. Pejabat BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan layanan umum kepada
pimpinan instansi induk;
3. BLU tidak mencari laba;
4. Rencana kerja, anggaran dan laporan BLU dan instansi induk tidak terpisah;
5. Pengelolaan sejalan dengan praktik bisnis yang sehat.
8. Berdasarkan definisi, tujuan dan asas BLU, maka dapat terlihat bahwa
BLU memiliki special karakteristik tertentu, yaitu :
1. Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah yang tidak dipisahkan dari kekayaan
Negara;
2. Menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan masyarakat;
3. Tidak bertujuan untuk mencarai laba;
4. Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi;
5. Rencana kerja, anggaran dan pertanggungjawabannya dikonsolidasikan pada
instansi induk;
6. Penerimaan baik pendapatan maupun sumbangan dapat digunakan secara
langsung;
7. Pegawai dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan bukan pegawai negeri sipil;
8. BLU bukan subyek pajak.
9. KESIMPULAN AWAL
" Dengan status BLU yang dimiliki RSJPDHK, maka dapat melaksanakan
"
"
"
"
"
pengadaan obat dan alkes BHP lebih mudah, efisien, terbuka/transparan,
patuh hukum.
Dapat melaksanakan Kontrak Harga Satuan Alkes dan Obat BHP agar dapat
memberi obat dan alkes kepada pasien dengan harga lebih murah dan
konsisten selama minimal 1 tahun.
Dengan murahnya harga obat, maka biaya pengobatan juga otomatis akan
murah.
Keinginan pemerintah memberi pelayanan murah dapat tercapai dengan baik.
Keinginan pemerintah memberi harga obat murah yang naik harganya dapat
terlaksana dengan baik.
Menjadikan RS Efisien, Keterbukaan, WTP, JCI, ISO, dll.
10. PROSES AWAL
Dalam rangka mendukung dan berdasarkan prinsip – prinsip efisien, efektif,
transparansi, adil/tidak diskriminatif, akuntabilitas dan praktek bisnis yang
sehat, RSJPDHK membuat Standar Operating Procedures (SOP) atau pedoman
pengadaan barang dan jasa yang bertujuan mempermudah proses pengadaan
barang dan jasa. Adapun dasasr-dasar hukum yang dipakai adalah seperti yang
tertera diawal presentasi ini.
16. Memenuhi Tantangan Dirjen BUK
" RS Pemerintah yang mempunyai Electronically Drugs
and Stent History minimal selama 3 Tahun terakhir .
" RS Pemetintah yang mempunyai Electronically Data
Kontrak Harga Satuan History.
24. Total
Pemakaian
persediaan
Jan
-‐
Agust
2011
FARMASI
/
APOTIK
86%
LABORATORIUM
6%
SARANA
NON
MEDIK:
BARANG
TEHNIK
0%
1%
BARANG
UMUM
2%
BARANG
CETAKAN
1%
GIZI:
2%
SARANA
MEDIK
0%
ALKES
STENT
&
BALLON
(Bantuan
Depkes)
2%
25. Alkes
Ruangan
Verban
&
Pembalut
0,66%
Pemakaian
Obat
&
Alkes
RSJPDHK
Januari
-‐ Agustus
2011
Obat
Tablet
(Askes)
14,16%
Alkes
Apotek
0,41%
Alkes
/
Obat
Bebas
0,35%
Alkes
Bedah
Jantung
u/
Ruangan
0,22%
Alkes
Bedah
Jantung
9,14%
Alkes
Benang
5,22%
Alkes
Cathether
2,26%
Alkes
Pengemas
dan
Gas
Medik
0,11%
Alkes
Ruangan
Kertas
Medik
0,45%
Obat
Tablet
(Apotik)
17,63%
Obat
Sirup
(Apotik)
0,27%
Alkes
Umum
8,96%
Obat
Suppos
(Apotik)
0,15%
Obat
Oint
/
CR/
Tetes
(Apotik)
0,15%
Obat
Narkotika
/
Psikotropika
0,16%
Obat
Narkotika
0,40%
Oxygenator
5,78%
Obat
Injeksi
(Apotik)
16,62%
Obat
L ain-‐
Lain
Farmasi
0,55%
Alkes
Verban
dan
Pembalut
0,74%
Generik
A skes
/
Reguler
1,60%
Obat
Injeksi
8,76%
Obat
Inhaler
0,09%
Alkes
Umum
Ruangan
0,24%
Obat
Infus
(Apotik)
2,93%
Obat
A nti
Septik
u/
Ruangan
0,78%
Obat
Cairan
Infus
1,19%
Bahan
Baku
0,01%
26.
27.
28.
29.
30.
31. MASTER DATA YANG BAIK
SESUAI ATURAN KEMKES
Contoh MD 2012 Lengkap.xls
32. PERBEDAAN PENGELOLAAN DAN HASILNYA
¨
¨
¨
¨
¨
Dengan penataan ulang sistem pengelolaan Instalasi Farmasi mulai Tahun
2010, pencatatan mulai dari perencanaan –pengadaan-pemakaian
serta monev obat serta alkes menjadi lebih rapi dan terkoodinasi
Mulai Tahun 2011 pencatatan dari penyerapan penggunaan obat dan
alkes terkompilasi
Obat yang dibeli diluar kontrak diminimalisasikan karena sejak tahun
2011, semua obat dibeli berdasarkan kontrak. Obat2 khusus diluar
kontrak dilakukan melalui kerjasama institui (RS) dengan apotik Kimia
Farma sehingga kebocoran dapat dikurangi dengan pencatatan dan
tagihan langsung pada RS secara berkala.
Obat yg dibeli sudah sesuai obat dipakai, terlihat dari grafik di previous
slides.
Dll.
33. KESIMPULAN AKHIR
" Dengan pengadaan obat yang menggunakan Kontrak Harga Satuan dan pembuatan sistem
otomatisasi aplikasi dalam pembuatan Surat Pesanan, maka RS dapat melakukan efisiensi
yang tinggi.
" Obat dan alkes BPH dibeli berdasarkan trend yang ada dan bisa terlihat sampai 3 tahun ke
belakang.
" RS dapat melayani semua pasien dengan biaya murah dan terjangkau karena harga obat
murah.
" RS meningkat pendapatannya dari penjualan obat dan alkes yang lebih murah ke pasien
dengan harga pasti /tidak berubah-ubah dalam setahun (win- win solution)