Dokumen tersebut membahas tentang ketentuan netralitas bagi ASN, kepala desa, dan perangkat desa dalam pelaksanaan pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah. Dokumen menjelaskan larangan-larangan yang berlaku bagi mereka seperti tidak boleh terlibat dalam kegiatan kampanye dan membuat keputusan yang memihak calon tertentu. Dokumen juga menjelaskan peran Badan Pengawas Pemilihan Umum dalam mengawasi pelaks
Evaluasi pengawasan netralitas asn dalam pilkada 2017Ahsanul Minan
Dokumen tersebut membahas tentang modus politisasi birokrasi dan penyalahgunaan kekuasaan dalam pemilu oleh calon incumbent dan partai penguasa daerah. Terdapat berbagai aturan yang melarang tindakan tersebut namun seringkali sulit dilacak dan dibuktikan. Diperlukan kerja sama antar lembaga pengawas untuk mengawal pelaksanaan rekomendasi terkait dugaan pelanggaran.
Dokumen tersebut membahas pentingnya netralitas aparatur sipil negara dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah, legislatif, dan presiden agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan dan sumber daya birokrasi untuk kepentingan politik. Beberapa peraturan seperti UU ASN, UU Pilkada, dan PP tentang Disiplin PNS mengatur larangan bagi ASN untuk terlibat dalam kegiatan kampanye dan mendukung calon tertentu agar tet
Dokumen tersebut membahas tentang ketentuan netralitas bagi ASN, kepala desa, dan perangkat desa dalam pelaksanaan pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah. Dokumen menjelaskan larangan-larangan yang berlaku bagi mereka seperti tidak boleh terlibat dalam kegiatan kampanye dan membuat keputusan yang memihak calon tertentu. Dokumen juga menjelaskan peran Badan Pengawas Pemilihan Umum dalam mengawasi pelaks
Evaluasi pengawasan netralitas asn dalam pilkada 2017Ahsanul Minan
Dokumen tersebut membahas tentang modus politisasi birokrasi dan penyalahgunaan kekuasaan dalam pemilu oleh calon incumbent dan partai penguasa daerah. Terdapat berbagai aturan yang melarang tindakan tersebut namun seringkali sulit dilacak dan dibuktikan. Diperlukan kerja sama antar lembaga pengawas untuk mengawal pelaksanaan rekomendasi terkait dugaan pelanggaran.
Dokumen tersebut membahas pentingnya netralitas aparatur sipil negara dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah, legislatif, dan presiden agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan dan sumber daya birokrasi untuk kepentingan politik. Beberapa peraturan seperti UU ASN, UU Pilkada, dan PP tentang Disiplin PNS mengatur larangan bagi ASN untuk terlibat dalam kegiatan kampanye dan mendukung calon tertentu agar tet
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, dasar hukum, pelaksana, materi, metode, dan larangan kampanye pemilu menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu serta sanksi pidananya.
TATA KERJA DAN POLA HUBUNGAN PANWASLU KECAMATAN DENGAN SEKRETARIAT.pptxHardiFadli1
Dokumen tersebut membahas tentang tata kerja dan pola hubungan antara Panwaslu Kecamatan dengan Sekretariat, yang mencakup pembinaan kinerja Sekretariat oleh Bawaslu Kabupaten/Kota, evaluasi pegawai oleh Koordinator Sekretariat, serta pembinaan dan pengawasan terhadap Pengawas Pemilu secara berjenjang oleh instansi terkait.
Dokumen tersebut membahas tentang netralitas aparatur sipil negara (ASN) dalam pemilu dan pemilihan. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan, ASN diwajibkan untuk netral dan tidak boleh terlibat dalam kegiatan kampanye politik partai maupun calon. Pelanggaran atas netralitas ASN dapat dikenakan sanksi berupa hukuman disiplin.
Laporan ini merangkum hasil observasi proses pemilu legislatif 2014 di TPS 10 Banaran, Gunung Pati, Semarang. Isinya menjelaskan tentang sistem pemilihan umum, proses pencalonan calon legislatif termasuk syarat dan jumlahnya, pelaksanaan pemungutan suara, serta daerah pemilihan yang meliputi tingkat nasional, provinsi, dan kota.
[Ringkasan]
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 mengatur tentang penyelenggaraan Pemilu yang dilaksanakan secara serentak pada tahun 2024. Undang-undang ini menggabungkan 3 undang-undang sebelumnya dan memperkuat lembaga penyelenggara pemilu seperti KPU, Bawaslu, dan DKPP. Undang-undang ini juga mengatur tahapan pelaksanaan Pemilu serentak 2019 mulai dari pendaftaran partai hingga penetapan hasil
Dokumen tersebut membahas tentang tahapan, program, dan jadwal penyelenggaraan pemilihan gubernur, bupati, dan walikota tahun 2018 sesuai dengan peraturan Komisi Pemilihan Umum. Termasuk di dalamnya adalah tahap persiapan dengan program sosialisasi, pemutakhiran data, dan pembentukan panitia. Kemudian tahap pelaksanaan meliputi pencalonan, kampanye, pemungutan suara, hingga penetapan
Dokumen tersebut membahas peran Jaksa dalam penegakan hukum pemilu di Indonesia, termasuk dalam penerimaan laporan pelanggaran, kajian pelanggaran, dan penuntutan kasus-kasus tindak pidana pemilu."
Produk hukum dan partisipasi masyarakat dalam dokumen tersebut membahas tentang jenis-jenis produk hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah, dan keputusan serta peran serta masyarakat dalam penyusunan peraturan dan pelaksanaan pemilu melalui sosialisasi, pendidikan pemilih, dan pengawasan."
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, dasar hukum, pelaksana, materi, metode, dan larangan kampanye pemilu menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu serta sanksi pidananya.
TATA KERJA DAN POLA HUBUNGAN PANWASLU KECAMATAN DENGAN SEKRETARIAT.pptxHardiFadli1
Dokumen tersebut membahas tentang tata kerja dan pola hubungan antara Panwaslu Kecamatan dengan Sekretariat, yang mencakup pembinaan kinerja Sekretariat oleh Bawaslu Kabupaten/Kota, evaluasi pegawai oleh Koordinator Sekretariat, serta pembinaan dan pengawasan terhadap Pengawas Pemilu secara berjenjang oleh instansi terkait.
Dokumen tersebut membahas tentang netralitas aparatur sipil negara (ASN) dalam pemilu dan pemilihan. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan, ASN diwajibkan untuk netral dan tidak boleh terlibat dalam kegiatan kampanye politik partai maupun calon. Pelanggaran atas netralitas ASN dapat dikenakan sanksi berupa hukuman disiplin.
Laporan ini merangkum hasil observasi proses pemilu legislatif 2014 di TPS 10 Banaran, Gunung Pati, Semarang. Isinya menjelaskan tentang sistem pemilihan umum, proses pencalonan calon legislatif termasuk syarat dan jumlahnya, pelaksanaan pemungutan suara, serta daerah pemilihan yang meliputi tingkat nasional, provinsi, dan kota.
[Ringkasan]
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 mengatur tentang penyelenggaraan Pemilu yang dilaksanakan secara serentak pada tahun 2024. Undang-undang ini menggabungkan 3 undang-undang sebelumnya dan memperkuat lembaga penyelenggara pemilu seperti KPU, Bawaslu, dan DKPP. Undang-undang ini juga mengatur tahapan pelaksanaan Pemilu serentak 2019 mulai dari pendaftaran partai hingga penetapan hasil
Dokumen tersebut membahas tentang tahapan, program, dan jadwal penyelenggaraan pemilihan gubernur, bupati, dan walikota tahun 2018 sesuai dengan peraturan Komisi Pemilihan Umum. Termasuk di dalamnya adalah tahap persiapan dengan program sosialisasi, pemutakhiran data, dan pembentukan panitia. Kemudian tahap pelaksanaan meliputi pencalonan, kampanye, pemungutan suara, hingga penetapan
Dokumen tersebut membahas peran Jaksa dalam penegakan hukum pemilu di Indonesia, termasuk dalam penerimaan laporan pelanggaran, kajian pelanggaran, dan penuntutan kasus-kasus tindak pidana pemilu."
Produk hukum dan partisipasi masyarakat dalam dokumen tersebut membahas tentang jenis-jenis produk hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah, dan keputusan serta peran serta masyarakat dalam penyusunan peraturan dan pelaksanaan pemilu melalui sosialisasi, pendidikan pemilih, dan pengawasan."
1. Abhan
Ketua Bawaslu RI
PENGAWASAN NETRALITAS
ASN DALAM KAMPANYE
PEMILU 2019
“Bersama Rakyat Awasi Pemilu, Bersama Bawaslu Tegakkan Keadilan Pemilu”
2. DASAR
HUKUM
Undang Undang No.5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara.
Undang Undang No.7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum.
Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2004
tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode
Etik Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah No.11 Tahun 2017
tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
Surat Menteri PAN-RB No.
B/71/M.SM.00.00/2017 tanggal 27 Desember
2017 hal Pelaksanaan Netralitas bagi ASN pada
Pilkada Serentak Tahun 2018, Pileg Tahun 2019,
dan Pilpres Tahun 2019
Surat Menteri PAN-RB No.
B/36/M.SM.00.00/2018 tanggal 08 Februari
2018 hal Ketentuan bagi ASN yang Suami atau
Istrinya menjadi Calon Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah Calon Anggota Legislatif dan
Calon Presiden/Wakil Presiden
3. Pasal 2 huruf f Salah satu asas penyelenggaraan kebijakan dan
manajemen ASN adalah netralitas. (Setiap pegawai ASN tidak
berpihak dari segala bentuk pengaruh manapun dan tidak
memihak kepada kepentingan siapapun)
Pasal 9 ayat (2), Pegawai ASN harus bebas dari pengaruh dan
intervensi semua golongan dan partai politik.
Pasal 1 Undang Undang No.5 Tahun 2014, ASN adalah profesi bagi
Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.
PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat
pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) adalah warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat
berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam
rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
UNDANG – UNDANG NO.5 TAHUN
2014
Apa itu
Netralitas
Siapa saja
yang
dikategorikan
sebagai ASN
4. HASIL
PENGAWASAN
MENGAPA
ASN
HARUS
NETRAL
1
3
2
Menjaga marwah, ASN tidak
terpengaruh pada kepentingan orang
perorang atau kelompok tertentu
Sebagai pengayom masyarakat, ASN
tidak terpengaruh sirkulasi kekuasaan
politik
Isu netralitas ASN menjadi salah
satu obyek pengawasan, tidak
hanya oleh Bawaslu, tetapi juga
oleh Komisi ASN, dan masyarakat
pada umumnya.
ASN dengan Kewenangan dan Kekuasaan yang
dimilikinya sangat rentan untuk dipengaruhi dan
mempengaruhi, serta berpihak pada salah satu
pasangan calon.
Tanggung Jawab
Sebagai Pelayan
Publik
Kewenangan dan
Kekuasaan
Merupakan Objek
Pengawasan
5. a. Ketua, wakil ketua, ketua
muda, hakim agung pada MA,
dan hakim pada semua badan
peradilan di bawah MA, dan
hakim konstitusi pada MK
b. Ketua, wakil
ketua, dan
anggota Badan
Pemeriksa
Keuangan
c. Gubernur,
deputi gubernur
senior, dan
deputi gubernur
Bank Indonesia
d. Direksi, komisaris,
dewan pengawas, dan
karyawan Badan Usaha
Milik Negara/Badan
Usaha Milik Daerah
e. Pejabat negara bukan
anggota Partai Politik
yang menjabat sebagai
pimpinan di lembaga
nonstruktural
f. ASN
g. Anggota Tentara
Nasional Indonesia
dan Kepolisian
Negara Republik
Indonesia
h. Kepala desa
i. Perangkat
desa
j. Anggota
Badan
Permusyawarat
an Desa; dan
k. Warga Negara
Indonesia yang
tidak memiliki
hak memilih
Setiap orang sebagaimana
dimaksud pada ayat 2
dilarang ikut serta sebagai
pelaksana dan/atau tim
kampanye pemilu
Pasal
280 AYAT 2
Pelaksana dan/atau Tim
kampanye dalam kegiatan
kampanye pemilu dilarang
mengikutsertakan
Pasal
280 AYAT 3
Pelanggaran terhadap
larangan ketentuan pada
ayat 2 merupakan tindak
pidana pemilu
Pasal
280 AYAT 4
Larangan dalam kampanye
UU No .7 Tahun 2017
6. Lanjutan
Pasal
281
(1) Kampanye Pemilu yang mengikutsertakan Presiden, Wakil Presiden, menteri, gubernur, wakil
gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil walikota harus memenuhi ketentuan:
a. tidak menggunakan fasilitas dalam jabatannya, kecuali fasilitas pengamanan bagi pejabat
negara sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
b. menjalani cuti di luar tanggungan negara.
Pasal
282
Pejabat negara, pejabat struktural, dan pejabat fungsional dalam jabatan negeri, serta kepala
desa dilarang membuat keputusan dan/atau melakukan tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu Peserta Pemilu selama masa Kampanye.
Pasal
283
(1) Pejabat negara, pejabat struktural dan pejabat fungsional dalam jabatan negeri
serta aparatur sipil negara lainnya dilarang mengadakan kegiatan yang mengarah
kepada keberpihakan terhadap Peserta Pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa
Kampanye.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pertemuan, ajakan,
imbauan, seruan atau pemberian barang kepada aparatur sipil negara dalam
lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.
Larangan dalam kampanye
UU No 7 Tahun 2017
7. Pasal
299
Ayat 3
Pejabat negara lainnya yang bukan berstatus sebagai, anggota Partai Politik dapat
melaksanakan Kampanye apabila yang bersangkutan sebagai:
a. calon Presiden atau calon Wakil Presiden;
b. anggota tim kampanye yang sudah didaftarkan ke KPU; atau
c. pelaksana kampanye yang sudah didaftarkan ke KPU.
Pasal
302
(1)Menteri sebagai anggota tim kampanye dan/atau pelaksana kampanye
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 299 ayat (3) huruf b dan huruf c dapat
diberikan cuti.
(2)Cuti bagi menteri yang melaksanakan Kampanye dapat diberikan 1 (satu) hari
kerja dalam setiap minggu selama masa Kampanye.
(3)Hari libur adalah hari bebas untuk melakukan Kampanye di luar ketentuan cuti
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Lanjutan Larangan dalam kampanye
UU No 7 Tahun 2017
8. Lanjutan Larangan dalam kampanye
UU No 7 Tahun 2017
Pasal
304
1. Dalam melaksanakan Kampanye, Presiden dan Wakil Presiden, pejabat negara, pejabat
daerah dilarang menggunakan fasilitas negara.
2. Fasilitas negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. sarana mobilitas, seperti kendaraan dinas meliputi kendaraan dinas pejabat negara dan
kendaraan dinas pegawai, serta alat transportasi dinas lainnya;
b. gedung kantor, rumah dinas, rumah jabatan milik Pemerintah, milik pemerintah
provinsi, milik pemerintah kabupaten/kota, kecuali daerah terpencil yang
pelaksanaannya harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip keadilan;
c. sarana perkantoran, radio daerah dan sandi/telekomunikasi milik pemerintah
provinsi/kabupaten/kota, dan peralatan lainnya; dan d. fasilitas lainnya yang dibiayai
oleh APBN atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.
9. Penggunaan
fasilitas dan
anggaran
negara/daerah
Menyalahgunakan
kewenangan dalam
merencanakan
program dan distribusi
bantuan sosial
Memengaruhi warga
dengan politik uang
untuk memilih
paslon tertentu
Menyalahgunakan
kewenangan dalam
merencanakan
program dan
distribusi bantuan
sosial
Menggerakkan struktur
birokrasi/Memengaruh
i/mengintimidasi para
pegawai bahwan di
jajaran
Melarang/menghala
ngi pemasangan alat
peraga kampanye
paslon tertentu
Terlibat sebagai Tim
Kampanye/Tim Sukses
Paslon
Memengaruhi/Meng
-intimidasi
perangkat desa
untuk berpihak
kepada/memilih
paslon tertentu
Terlibat dalam kampanye
(menjadi pembicara/jurkam,
menyediakan rumah sebagai
tempat kampanye,
memobilisasi warga
masyarakat untuk
menghadiri kampanye)
Membuat kebijakan
dalam bentuk SK
:Pegawai Honor,
Mutasi, Rotasi yang
bersifat politik praktis
BENTUK – BENTUK PELANGGARAN
NETRALITAS ASN
Penggunaan
fasilitas dan
anggaran
negara/daerah
Memengaruhi/Meng
-intimidasi
perangkat desa
untuk berpihak
kepada/memilih
paslon tertentu
10. TUGAS
Menerima &
Menindaklanjuti
Laporan Dugaan
Pelanggaran
Memeriksa, mengkaji, dan
memutus pelanggaran
administrasi Pemilu
Memeriksa, mengkaji, dan
memutus pelanggaran
politik uang
WEWENANG
Merekomendasikan kepada
instansi yang bersangkutan
mengenai hasil pengawasan
terhadap netralitas ASN,
netralitas anggota TNI/POLRI,
Menerima, memeriksa, memediasi
atau mengadjudikasi, dan
memutus penyelesaian sengketa
proses
Pemilu;
Melakukan pencegahan dan
penindakan terhadap
pelanggaran Pemilu dan
sengketa proses Pemilu;
mengawasi pelaksanaan
tahapan Penyelenggaraan
Pemilu
mencegah terjadinya
praktik politik uang
menyampaikan dugaan
tindak pidana Pemilu
kepada Gakkumdu
menyampaikan dugaan
pelanggaran kode etik
Penyelenggara Pemilu kepada
DKPP
Mengawasi Netralitas ASN,
Netralitas anggota TNI, dan
Netralitas Anggota Polri
Mengoreksi putusan & rekomendasi
Bawaslu Provinsi & Bawaslu
Kab/Kota apabila terdapat hal yang
bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
TUGAS DAN WEWENANG
BAWASLU
11. KOMISI APARATUR SIPIL NEGARA
Tugas:
Menjaga netralitas pegawai ASN
Melakukan pengawasan atas
pembinaan profesi ASN
Melapor pengawasan dan evaluasi
pelaksanaan kebijakan manajemen
ASN kepada Presiden
• Berdasarkan hasil pengawasan, KASN merekomendasikan kepada Presiden untuk
menjatuhkan sanksi kepada PPK yang melanggar sistem merit serta ketentuan
peraturan perundang-undangan.
• Saksi dapat berupa:
– Peringatan
– Teguran
– Revisi, pencabutan, pembatalan penerbitan keputusan, dan/atau pengembalian
pembayaran
– Hukum disiplin untuk PyB
– Sanksi untuk PPK
12. PENCEGAHAN
PENINDAKAN
• Pembentukan Gugus Tugas Pengawasan Netralitas
ASN dengan melimbatkan K/L terkait (Bawaslu,
KASN, Kemenpan RB, Kemendagri,
Kemenpolhukam).
• Penegakan sanksi dan Pengawasan terhadap
putusan sanksi.
• Limit/kepastian waktu penanganan
• Undang-undang
• Peraturan pemerintah
• Surat Edaran Kementrian/Lembaga Negara Terkait
• MoU
• Sosialisasi Bersama
• KASN melakukan pemetaan potensi pelanggaran
netralitas dan desain pencegahannya
PENGAWASAN NETRALITAS ASN
DALAM PEMILU
13. 01
02
03
04
ASN tidak melakukan mobilisasi
ASN lain/warga untuk
menghadiri kampanye
INDIKATOR NETRALITAS ASN DALAM
KAMPANYE PEMILU
Tidak terlibat sebagai
pelaksana/tim kampanye
Penggunaan media sosial tidak
mendukung aktivitas kampanye (like
status paslon, selfie dengan paslon,dll)
ASN tidak memakai atribut PNS
dalam kegiatan kampanye
Tidak membagi – bagi uang
dan/atau materi lainnya
kepada pemilih
14. PENGAWAS
PEMILU
(daluarsa 7 hari
sejak diketahui)
KAJIAN
• Kasus Posisi
• Klarifikasi
• Data
• Pengumpulan alat bukti
• Melakukan kajian
PLENO
Pelanggaran
Netralitas ASN
7 + 7 Hari
1 x 24
Jam
Dugaan
Pidana
Pemilu
TEMUAN
(Pengawas pemilu)
LAPORAN
(Pelapor)
Pembahasan
Sentra Gakumdu
(pengawas
Pemilu,
Kepolisan, dan
Kejaksaan)
1. WNI yang
memiliki hak pilih
2. Peserta Pemilu
3. Pemantau Pemilu
Direkomendasikan ke KASN
ALUR PENANGANAN PELANGGARAN NETRALITAS
ASN DALAM PEMILU
Diteruskan ke Kepolisian
15. SANKSI TERHADAP PELANGGARAN NETRALITAS
ASN
Pasal 547
Setiap pejabat negara yang dengan sengaja membuat keputusan
dan/atau melakukan tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu Peserta Pemilu dalam masa Kampanye,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta
rupiah).
Pasal 494
Setiap aparatur sipil negara, anggota Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, kepala desa, perangkat desa,
dan/atau anggota badan permusyawaratan desa yang terlibat sebagai
Pelaksana/Tim Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280 ayat (3)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).