Buku elektronik ini membahas tentang problem solving dengan mendefinisikan masalah, asumsi, klarifikasi, dan definisi masalah. Buku ini berisi contoh-contoh ringan untuk membantu pembaca memahami topik-topik tersebut dan menerapkannya dalam menyelesaikan masalah. Tujuan buku ini adalah untuk membantu pembaca dalam mengembangkan keterampilan problem solving.
Rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran matematika kelas VIII semester 1 membahas sistem persamaan linear dua variabel, termasuk membuat model matematika dari masalah, menyelesaikan model, dan menafsirkan hasilnya. Kegiatan pembelajaran meliputi ceramah, diskusi, dan penugasan soal.
Dokumen tersebut merupakan daftar saran dan teknik untuk meningkatkan kualitas copywriting yang dapat meningkatkan penjualan. Beberapa teknik utama yang disarankan adalah menggunakan rumus AIDA (perhatian, minat, keinginan, tindakan), menyatakan masalah yang dihadapi konsumen dan memperkenalkan solusi, membuat headline yang menarik perhatian, serta menceritakan contoh pengalaman konsumen dengan produk terkait
Dokumen tersebut memberikan tips untuk mengatasi kejenuhan atau burnout yang disebabkan oleh stres kerja, antara lain dengan menikmati waktu luang, berbuat kesalahan kecil, berdiskusi dengan rekan kerja, meditasi, mengenal diri sendiri, mengidentifikasi penyebab stres sebenarnya, dan meminta bantuan tenaga profesional jika diperlukan.
Makalah ini membahas tentang pengambilan keputusan yang efektif berdasarkan pemecahan masalah yang efektif dengan menganalisis beberapa kisah dan studi kasus. Makalah ini menjelaskan bahwa pemecahan masalah yang tepat harus didasarkan pada pemahaman masalah sebenarnya dan penggalian akar penyebabnya, bukan hanya memecahkan masalah secara cepat."
Tugas kelompok ini membahas problem solving dan langkah-langkahnya, termasuk mendefinisikan masalah, mengidentifikasi penyebab, dan menentukan solusi. Metode problem solving dapat digunakan dalam konseling untuk membantu klien menyelesaikan masalah dengan cara berpikir kreatif dan realistis. Kunci keberhasilannya adalah berfikir secara terbuka dan rasional serta percaya bahwa setiap masalah memiliki solusi.
Dokumen ini memberikan panduan langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah secara sistematis, mulai dari menemukan inti masalah, melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda, menganalisis masalah secara mendalam, mencoba berbagai kemungkinan solusi, dan tetap berusaha walaupun mengalami kegagalan sambil melatih refreshing otak untuk mendapatkan solusi baru.
Rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran matematika kelas VIII semester 1 membahas sistem persamaan linear dua variabel, termasuk membuat model matematika dari masalah, menyelesaikan model, dan menafsirkan hasilnya. Kegiatan pembelajaran meliputi ceramah, diskusi, dan penugasan soal.
Dokumen tersebut merupakan daftar saran dan teknik untuk meningkatkan kualitas copywriting yang dapat meningkatkan penjualan. Beberapa teknik utama yang disarankan adalah menggunakan rumus AIDA (perhatian, minat, keinginan, tindakan), menyatakan masalah yang dihadapi konsumen dan memperkenalkan solusi, membuat headline yang menarik perhatian, serta menceritakan contoh pengalaman konsumen dengan produk terkait
Dokumen tersebut memberikan tips untuk mengatasi kejenuhan atau burnout yang disebabkan oleh stres kerja, antara lain dengan menikmati waktu luang, berbuat kesalahan kecil, berdiskusi dengan rekan kerja, meditasi, mengenal diri sendiri, mengidentifikasi penyebab stres sebenarnya, dan meminta bantuan tenaga profesional jika diperlukan.
Makalah ini membahas tentang pengambilan keputusan yang efektif berdasarkan pemecahan masalah yang efektif dengan menganalisis beberapa kisah dan studi kasus. Makalah ini menjelaskan bahwa pemecahan masalah yang tepat harus didasarkan pada pemahaman masalah sebenarnya dan penggalian akar penyebabnya, bukan hanya memecahkan masalah secara cepat."
Tugas kelompok ini membahas problem solving dan langkah-langkahnya, termasuk mendefinisikan masalah, mengidentifikasi penyebab, dan menentukan solusi. Metode problem solving dapat digunakan dalam konseling untuk membantu klien menyelesaikan masalah dengan cara berpikir kreatif dan realistis. Kunci keberhasilannya adalah berfikir secara terbuka dan rasional serta percaya bahwa setiap masalah memiliki solusi.
Dokumen ini memberikan panduan langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah secara sistematis, mulai dari menemukan inti masalah, melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda, menganalisis masalah secara mendalam, mencoba berbagai kemungkinan solusi, dan tetap berusaha walaupun mengalami kegagalan sambil melatih refreshing otak untuk mendapatkan solusi baru.
Teks tersebut membahas tentang bagaimana seseorang sering mencari solusi atas masalahnya dari luar diri, padahal solusi sebenarnya sudah ada dalam diri sendiri. Teks tersebut menjelaskan bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk menemukan solusi atas masalahnya sendiri karena hanya dirinya yang paham dengan masalahnya secara mendalam.
Dokumen tersebut membahas tentang penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Terdapat beberapa poin penting yaitu definisi masalah dan jenis-jenis masalah, langkah-langkah penyelesaian masalah, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang kurang tepat.
Mulai Jenuh di Kantor ? Lakukan 5 Cara Ini Untuk Mengatasinya ! Rasa jenuh bisa dapat kapan saja apalagi jika anda telah merasa penat dengan pekerjaan. Ketika rasa jenuh melanda banyak orang yang cukup sulit menghilangkannya. Karena jenuh termasuk salah satu hal yang dapat menurunkan konsentrasi seseorang.
Hidup membutuhkan kreasi termasuk cara menghilangkan kebosanan. Namun keterkaitan waktu bekerja juga akan membuat anda sulit menghilangkan rasa jenuh.
Tak perlu putus asa karena masih ada cara lain yang ampuh untuk mengusir kejenuhan anda. Penasaran cara apa saja ? simak dahulu pada artikel ini. Mulai Jenuh di Kantor ? Lakukan 5 Cara Ini Untuk Mengatasinya !
Analyzing Steps of The Problem _ Materi Training "Mastering Problem & Analysis"Kanaidi ken
Dokumen tersebut memberikan panduan untuk menganalisis masalah dengan menjabarkannya menjadi bagian-bagian kecil, mendefinisikan tujuan untuk setiap bagian, dan memutuskan cara untuk mengukur kemajuan menuju tujuan. Langkah-langkah ini membantu memecah masalah besar menjadi bagian-bagian yang dapat ditangani dan menentukan arah perbaikan.
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektifIdham Idham
7 Kebiasaan Manusia yang Sangat TIDAK Efektif menjelaskan 7 kebiasaan yang tidak efektif yang harus dihindari, yaitu tidak tampil, menunda pekerjaan, melakukan hal-hal tidak penting, berpikir terlalu lama, bersikap negatif, keras kepala, dan membiarkan informasi membanjiri pikiran.
Pada kesempatan kali ini saya akan mensharingkan kepada anda kebiasaan-kebiasaan manusia dari sudut pandang yang berlawanan, yaitu 7 Kebiasaan Manusia yang SangatTIDAK Efektif. Tujuh kebiasaan ini harus anda hindari. Mungkin anda sendiri tidak menyadarinya karena sudah menjadi kebiasaan anda sehari-hari.
Dokumen tersebut memberikan panduan tentang melakukan penelitian pengguna (user research) untuk mengembangkan produk atau layanan. Beberapa metode penelitian pengguna yang disebutkan adalah wawancara, observasi, dan fokus grup. Wawancara pengguna dijelaskan secara rinci melalui beberapa tahap seperti memperkenalkan diri, mengajukan pertanyaan umum dan spesifik, serta menyimpulkan hasil wawancara. Selain itu
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Desember 2014Firman Pratama
Dokumen tersebut membahas tentang bagaimana persepsi seseorang terhadap suatu peristiwa dapat menentukan apakah peristiwa itu dianggap sebagai masalah atau manfaat. Dokumen juga menjelaskan pentingnya mempelajari ilmu mengontrol pikiran untuk dapat mengubah persepsi negatif menjadi positif sehingga hidup dipenuhi manfaat.
“Time is money,” as the saying goes, but most of us never feel we have enough of either. In Master Your Time, Master Your Life, internationally acclaimed productivity expert and bestselling author Brian Tracy presents a brilliant new approach to time management that will help you gain control of your time and accomplish far more, faster and more easily than you ever thought possible.
Apa yang menghalang anda daripada mencapai matlamat?
Anda mungkin perlu menyatakan masalah dari segi meluas kerana masalah yang tepat mungkin tidak jelas.
MENGAPA LEVEL GM DAN DIRECTOR BERADA PADA LEVEL 9 DIGITToni Wijaya
Level dibawahnya hanya bisa menggerutu – “enak GM-nya atau Director-nya” kita yang kerja keras mereka yang dapat bonus dan fasilitas.
Level dibawah GM atau Director tidak pernah tau dari awal proses – semua GM atau Director telah dihadapkan pada proses yang berat
Dokumen tersebut merupakan proposal bisnis PT. Kuang Zee International yang bergerak di bidang pertambangan fosfat dan kalsit. Proposal ini menjelaskan visi, misi, rencana operasi, analisis pasar, dan kebutuhan dana perusahaan untuk memulai operasi penambangan.
More Related Content
Similar to Para tikus, pasta gigi, dan problem solving
Teks tersebut membahas tentang bagaimana seseorang sering mencari solusi atas masalahnya dari luar diri, padahal solusi sebenarnya sudah ada dalam diri sendiri. Teks tersebut menjelaskan bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk menemukan solusi atas masalahnya sendiri karena hanya dirinya yang paham dengan masalahnya secara mendalam.
Dokumen tersebut membahas tentang penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Terdapat beberapa poin penting yaitu definisi masalah dan jenis-jenis masalah, langkah-langkah penyelesaian masalah, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang kurang tepat.
Mulai Jenuh di Kantor ? Lakukan 5 Cara Ini Untuk Mengatasinya ! Rasa jenuh bisa dapat kapan saja apalagi jika anda telah merasa penat dengan pekerjaan. Ketika rasa jenuh melanda banyak orang yang cukup sulit menghilangkannya. Karena jenuh termasuk salah satu hal yang dapat menurunkan konsentrasi seseorang.
Hidup membutuhkan kreasi termasuk cara menghilangkan kebosanan. Namun keterkaitan waktu bekerja juga akan membuat anda sulit menghilangkan rasa jenuh.
Tak perlu putus asa karena masih ada cara lain yang ampuh untuk mengusir kejenuhan anda. Penasaran cara apa saja ? simak dahulu pada artikel ini. Mulai Jenuh di Kantor ? Lakukan 5 Cara Ini Untuk Mengatasinya !
Analyzing Steps of The Problem _ Materi Training "Mastering Problem & Analysis"Kanaidi ken
Dokumen tersebut memberikan panduan untuk menganalisis masalah dengan menjabarkannya menjadi bagian-bagian kecil, mendefinisikan tujuan untuk setiap bagian, dan memutuskan cara untuk mengukur kemajuan menuju tujuan. Langkah-langkah ini membantu memecah masalah besar menjadi bagian-bagian yang dapat ditangani dan menentukan arah perbaikan.
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektifIdham Idham
7 Kebiasaan Manusia yang Sangat TIDAK Efektif menjelaskan 7 kebiasaan yang tidak efektif yang harus dihindari, yaitu tidak tampil, menunda pekerjaan, melakukan hal-hal tidak penting, berpikir terlalu lama, bersikap negatif, keras kepala, dan membiarkan informasi membanjiri pikiran.
Pada kesempatan kali ini saya akan mensharingkan kepada anda kebiasaan-kebiasaan manusia dari sudut pandang yang berlawanan, yaitu 7 Kebiasaan Manusia yang SangatTIDAK Efektif. Tujuh kebiasaan ini harus anda hindari. Mungkin anda sendiri tidak menyadarinya karena sudah menjadi kebiasaan anda sehari-hari.
Dokumen tersebut memberikan panduan tentang melakukan penelitian pengguna (user research) untuk mengembangkan produk atau layanan. Beberapa metode penelitian pengguna yang disebutkan adalah wawancara, observasi, dan fokus grup. Wawancara pengguna dijelaskan secara rinci melalui beberapa tahap seperti memperkenalkan diri, mengajukan pertanyaan umum dan spesifik, serta menyimpulkan hasil wawancara. Selain itu
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Desember 2014Firman Pratama
Dokumen tersebut membahas tentang bagaimana persepsi seseorang terhadap suatu peristiwa dapat menentukan apakah peristiwa itu dianggap sebagai masalah atau manfaat. Dokumen juga menjelaskan pentingnya mempelajari ilmu mengontrol pikiran untuk dapat mengubah persepsi negatif menjadi positif sehingga hidup dipenuhi manfaat.
“Time is money,” as the saying goes, but most of us never feel we have enough of either. In Master Your Time, Master Your Life, internationally acclaimed productivity expert and bestselling author Brian Tracy presents a brilliant new approach to time management that will help you gain control of your time and accomplish far more, faster and more easily than you ever thought possible.
Apa yang menghalang anda daripada mencapai matlamat?
Anda mungkin perlu menyatakan masalah dari segi meluas kerana masalah yang tepat mungkin tidak jelas.
MENGAPA LEVEL GM DAN DIRECTOR BERADA PADA LEVEL 9 DIGITToni Wijaya
Level dibawahnya hanya bisa menggerutu – “enak GM-nya atau Director-nya” kita yang kerja keras mereka yang dapat bonus dan fasilitas.
Level dibawah GM atau Director tidak pernah tau dari awal proses – semua GM atau Director telah dihadapkan pada proses yang berat
Dokumen tersebut merupakan proposal bisnis PT. Kuang Zee International yang bergerak di bidang pertambangan fosfat dan kalsit. Proposal ini menjelaskan visi, misi, rencana operasi, analisis pasar, dan kebutuhan dana perusahaan untuk memulai operasi penambangan.
Rahasia dan kekuatan di balik papi kostick @tokopediaToni Wijaya
CAPITAL tidak lagi diartikan dalam artian yang sempit; uang-bangunan-kendaraan dan sederet konsep pemahaman kuno atas capital - Dengan personel yang tepat sederet Kebutuhan capital dalam BalanceSheet dapat di realisasikan pada waktu yang terukur dan relative singkat ; Keyword-nya ada pada ; personal yang tepat untuk setiap jobpost
Pedoman ini merupakan bagian dari program SCORE dan merupakan tanggapan terhadap kesimpulan-kesimpulan yang dibuat oleh pemerintah, pengusaha dan pekerja di
International Labour Conference pada tahun 2007. Dalam diskusi mengenai perusahaan yang berkesinambungan, mereka menyimpulkan bahwa:
”Perusahaan yang berkesinambungan perlu untuk berinovasi, mengadopsi teknologi ramah
lingkungan, mengembangkan keterampilan dan sumber daya manusia, dan meningkatkan produktivitas untuk tetap kompetitif di pasar nasional dan internasional. Mereka juga perlu
menerapkan praktek-praktek tempat kerja yang didasarkan pada sikap menjunjung tinggi
hak-hak mendasar di tempat kerja dan standar perburuhan internasional, dan membina
hubungan manajemen-tenaga kerja yang baik sebagai hal penting untuk meningkatkan produktivitas dan menciptakan pekerjaan yang layak. Prinsip-prinsip ini berlaku untuk semua perusahaan. ”
Annual b2b marketing data benchmark report 2015Toni Wijaya
The marketing database sits at the heart of this machine and now has an inextricable linkage to your success in building interest, driving engagement and ultimately creating revenue. While enhanced analytics are increasingly seen as a key tool to identifying new sales opportunities and improving efficiency, so much of your success as marketers still boils down to how well your contact and company data is maintained, and how well it aligns with your go-to-market strategy. More than ever, you are measured by your ability to serve up content that helps customers prioritize and accelerate through the buyer journey. But you have to make sure there is a good fit for your offerings and a valid person on the other end of the line. Your relationship with your sales teams and your CEO depends on it.
Two fundamental truths exist when marketing a startup.
“Nothi Ng kills a bad compaNy faster thaN good marketiNg.”
OnE iS THAT A grEAT PrODUCT ALOnE iS nOT EnOUgH TO SUCCEED.
THE OTHEr iS THAT nO AMOUnT OF MArKETing WiLL MAKE A CrAP PrODUCT gAin A MASS AUDiEnCE.
PT. KUANG ZEE INTERNATIONAL sebagai pemegang ijin penambangan Phospat dan Kalsit di area tersebut di atas, mengajak para investor untuk bergabung dengan harapan dapat lebih mengoptimalkan pengelolaan dan nilai tambah yang dapat dihasilkan bagi semua komponen Stake Holders
5 alasan kenapa kebanyakan orang tidak bisa kaya hingga akhir hayatnyToni Wijaya
Dokumen tersebut membahas 5 alasan utama mengapa kebanyakan orang tidak dapat menjadi kaya sampai akhir hayatnya, yaitu: (1) mindset pesimis, (2) semangat belajar yang buruk, (3) banyak bicara tapi tidak bertindak, (4) daya tahan yang rendah, dan (5) pelit.
Keterpurukan kondisi ekonomi nasional yang terjadi sejak krisis ekonomi tahun 1997 memberikan suatu peringatan kepada kita seluruh pelaku pembangunan termasuk pelaku ekonomi untuk bahumembahu guna lebih memberdayakan semua potensi sektor riil terutama potensi ekonomi ‘Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi” yang sampai saat ini meskipun jumlah pelakunya mayoritas, tetapi kontribusinya masih jauh dari titik optimal. Hal ini terjadi salah satunya diakibatkan oleh masih terlalu kecilnya atensi, fasilitas maupun upaya pembinaan/ pemberdayaan yang diberikan oleh pelaku pembangunan (Pemerintah) yang terkait terhadap mereka.
Syarat-syarat pemberian Kredit kepada Customer
a. Status tempat usaha dan atau tempat tinggal milik sendiri
b. Alamat tempat tinggal jelas
c. Status Pengelolaan usaha Jelas ( penanggungjawab Usaha )
d. Status Usaha / Perusahaan jelas(toko,UD,CV,PT, Koperasi dll)
e. Umur Usaha minimal 2 tahun
f. Hasil Trade Checking minimal 3 nara sumber Bagus.
Karir dalam dunia kerja adalah mutlak dibutuhkan oleh siapa saja yang ingin terus berkembang, Level supervisor adalah level penentu dimana seluruh kemampuan dan kapasitas anda di uji baik dari sisi mental maupun tehknikal - ebook ini akan sangat membantu mengusasai hal tersebut
Dokumen tersebut membahas delapan strategi utama untuk memenangkan pelanggan dan pasar, yaitu bertahan hidup dengan berdiferensiasi, memahami persepsi konsumen, menciptakan diferensiasi, bersaing secara efektif, spesialisasi, kesederhanaan, kepemimpinan yang kuat, dan menghadapi realitas bisnis.
BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025Redis Manik
Buku administrasi guru kelas SD adalah serangkaian dokumen dan catatan yang digunakan oleh guru untuk mengelola kegiatan pembelajaran dan administrasi kelas secara efektif. Buku-buku ini membantu guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran serta memastikan kelancaran operasional kelas. Berikut adalah beberapa jenis buku administrasi yang umumnya digunakan oleh guru kelas SD:
Buku Induk Siswa: Berisi data pribadi siswa, seperti nama, tanggal lahir, alamat, nomor induk siswa, dan informasi penting lainnya.
Buku Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP): Dokumen perencanaan yang berisi rencana kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru setiap hari atau setiap minggu.
Buku Program Tahunan (Prota): Dokumen yang berisi rencana kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan selama satu tahun ajaran.
Buku Program Semester (Promes): Dokumen yang berisi rencana kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan selama satu semester.
Buku Agenda Harian: Catatan harian tentang kegiatan pembelajaran yang dilakukan setiap hari, termasuk materi yang diajarkan dan kegiatan siswa.
Buku Absensi Siswa: Catatan kehadiran siswa setiap hari, termasuk alasan ketidakhadiran jika ada.
Buku Nilai: Catatan penilaian hasil belajar siswa, termasuk nilai ulangan harian, tugas, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester.
Buku Catatan Prestasi dan Pelanggaran Siswa: Berisi catatan tentang prestasi yang diraih siswa serta pelanggaran yang dilakukan dan tindakan yang diambil.
Buku Inventaris Kelas: Catatan inventaris barang-barang yang ada di kelas, seperti peralatan belajar, alat peraga, dan buku-buku.
Buku Kas Kelas: Catatan tentang keuangan kelas, termasuk pemasukan dan pengeluaran dana kelas.
Buku Laporan Harian dan Bulanan: Laporan tentang kegiatan dan perkembangan siswa serta kondisi kelas yang dibuat setiap hari atau setiap bulan.
Buku Piket Guru: Catatan tentang tugas piket harian guru untuk mengawasi kegiatan di sekolah dan kelas.
Buku administrasi ini membantu guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan lebih terorganisir dan efisien, serta memudahkan dalam pelaporan dan evaluasi kegiatan pembelajaran.
0851 5645 4808 Info Lowongan PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Persyaratan PKL...perusahaan704
Info Perusahaan PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Pendaftaran PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Tempat PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Lokasi PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Jadwal PKL Jurusan TKJ Temanggung
2. CHAPTER 1
Saya pernah membaca bahwa banyak yang tidak membaca Kata Pengantar. Pernah seorang penulis*
mengambil solusi gampang, menghapus istilah Kata Pengantar dan menjadikannya Chapter 1. Saya
mencoba eksperimen tersebut. Jika Anda tidak biasa membaca Kata Pengantar dan sekarang sedang
membaca kalimat ini, bisa dikatakan penulis tersebut berhasil mencapai tujuannya.
1
Untitled
3. SECTION 1
Buku elektronik ini sendiri adalah sebuah eksperi-men
problem solving. Saya telah berkali-kali men-coba
menulis dan juga sudah mencoba berbagai cara,
termasuk merekam apa yang terpikirkan oleh saya dan
meminta seseorang menuliskannya kembali. Tetapi, se-mua
selalu gagal.
Kali ini saya mencoba cara lain. Saya mencoba
menulisnya secara cepat, membaginya dalam banyak
pecahan kecil, menulis masing-masing pecahan terse-but
tanpa struktur, dan membiarkan saya pindah dari
satu bagian ke bagian lainnya tanpa harus menyelesai-kan
bahkan satu paragraf.
Apakah buku ini tepat untuk Anda?
Jika Anda mencari solusi atas masalah Anda, Anda
tidak akan menemukannya secara langsung di
buku elektronik ini.
Buku ini lebih berisi ide, provokasi, dan analogi; yang
diharapkan dapat membantu Anda dalam aktivitas
problem solving Anda.
Jika Anda mencari the one silver bullet yang akan
menyelesaikan semua masalah, Anda juga tidak akan
menemukannya di sini. Tetapi, buku ini dirancang agar
Anda dapat menemukan dan menciptakan peluru-peluru
tersebut.
Walaupun saya mencoba mengurutkan tulisan dalam
urutan problem solving yang umum, yakni mendefinisi-kan
masalah, analisa akar masalah, hingga pengenda-lian,
Anda tidak harus mengikuti alur ini. Sama seperti
urutan penulisan saya, Anda dapat langsung mem-baca
tulisan yang menarik bagi Anda dan kemudian
berpindah ke bagian lain tanpa kehilangan esensi dari
problem solving ini.
Untitled
2
4. Buku elektronik ini dipersembahkan kepada para peng-giat
operational excellence, continuous improvement,
dan problem solving. Semua tulisan dalam buku ring-kas
ini adalah hasil diskusi dan pengamatan atas apa
yang dilakukan tim SSCX (http://sscxinternational.com)
saat menyelesaikan masalah di klien.
Penyelesaian masalah alias problem solving adalah
satu subjek yang sudah berkembang sedemikian lama,
saya tidak menciptakan hal baru dalam buku ini.
Buku ini memberi sudut lain untuk
mempermudah pemahaman dan mem-berikan
contoh-contoh menarik yang
akan mempermudah Anda untuk men-jelaskan
satu topik kepada rekan dan
tim Anda.
Saya mendapatkan banyak ide saat diskusi dengan
klien, dari diskusi internal tim SSCX, dan bahkan dari
membaca artikel menarik majalah Shift di
http://shiftindonesia.com
Buku ini memang ditulis hanya dalam hitungan hari dan
telah saya usahakan sesempurna mungkin. Saya yakin
tetap akan ada room for improvement yang otomatis
akan menjadi PR bagi saya.
Saya sangat ingin menerima masukan Anda, sebagai
balas budi atas masukan Anda, saya akan memastikan
Anda menerima rilis kedua secara gratis. Anda dapat
mengirimkan masukan, ide, kritik ke
suwandi@sscx.asia
Rilis pertama ini hanyalah bagian awal. Rilis kedua
akan lebih lengkap dengan lebih banyak lagi ide dan in-spirasi
bagi tim Anda. Rilis kedua saya rencanakan un-tuk
dirilis 75 hari setelah rilis ini.
Suwandi
*Saya ingin sekali membuat referensi ke penulis dan buku tersebut,
namun terus terang saya lupa sama sekali nama buku ataupun pe-nulisnya.
3
5. SECTION 2
Masalah alias Problem
Anda melihat lantai sangat basah dan da-lam
5 detik lagi anak-anak yang sedang
berlari akan berada di area tersebut, apa
yang Anda lakukan? Ini adalah masalah
dan Anda kemudian melakukan analisa
akar masalah. Anak-anak ini kemudian
terpeleset dan menangis.
Tentu saja analisa akar masalah adalah
hal terakhir yang Anda lakukan, setelah
meminta anak-anak tidak berlari ke area
Sekilas
1. Kata ‘masalah’ adalah
satu kata yang memang
terkesan negatif dan sulit
dipilah ataupun
dibayangkan ruang
lingkupnya.
2. Masalah dalam buku ini
lebih ke konteks masalah
yang terjadi sehari-hari
terutama di unit kerja
ataupun perusahaan
Anda.
3. Buku ini memberi sudut
lain untuk mempermudah
pemahaman dan
memberikan contoh-contoh
menarik yang akan
mempermudah Anda
untuk menjelaskan satu
topik kepada rekan dan
tim Anda.
4
6. tersebut, atau secara cekatan membersihkan lantai
hingga kering.
Catatan: dalam buku ini, saya akan menggunakan kata
problem atau masalah untuk hal yang sama.
Masalah ada di mana-mana dan dalam buku ini yang
saya sebut sebagai masalah bukanlah hal urgent yang
memang harus Anda lakukan secara reaktif berdasar-kan
insting dan pengetahuan Anda, atau yang jika
Anda lakukan, malah Anda terjebak pada situasi Analy-sis
Paralysis. Tetapi, lebih jauh lagi yaitu mengenai
masalah yang ada di area kerja kita yang memang ha-rus
kita selesaikan agar tidak berulang.
Kata ‘masalah’ adalah satu kata yang memang terke-san
negatif dan sulit dipilah ataupun dibayangkan ru-ang
lingkupnya. Kopi Anda tumpah adalah ‘masalah’.
Ancaman nuklir dari beberapa negara juga merupakan
‘masalah’.
Jika Anda menggunakan buku ini untuk menyelesaikan
masalah kopi tumpah Anda, rasanya mubazir. Jika
Anda menggunakan buku ini untuk menyelesaikan
masalah ancaman nuklir, rasanya kita telah oversimplify
masalah.
Masalah dalam buku ini lebih ke kon-teks
masalah yang terjadi sehari-hari
terutama di unit kerja ataupun perusa-haan
Anda.
Walaupun demikian, saya yakin aplikasinya dapat Anda
terapkan dimana saja. Nah, mudah-mudahan dengan
satu halaman pembuka ini, kita berada di frame yang
kurang lebih sama terkait kata ‘masalah’ atau ‘problem’
ini.**
Catatan: Ebook ini dapat menjadi gratis karena
dukungan dari SSCX (www.sscxinternational.com) dan
Majalah Shift (www.shiftindonesia.com). Dalam ebook
ini, Anda akan menemukan iklan dari SSCX maupun
Shift pada halaman tertentu tetapi tidak akan
mengganggu tampilan dan konten dari ebook ini.
5
7. SECTION 3
Apa itu Problem Solving?
Pada praktiknya menghilangkan masalah memang kadang sangatlah sulit. Alternatif lain adalah: 1) Mengurangi frekwensi berulangnya masalah ini, 2)
Mengurangi tingkat keseriusan yang ditimbulkan oleh masalah, 3) Menentukan tindakan recovery atas akibat dari masalah.
“For every complex problem there is an
answer that is clear, simple, and wrong.”
H.L. Mencken
Sama seperti istilah ‘business model’, problem solving
adalah istilah umum yang penggunaanya sudah sede-mikian
umum hingga kadang tidak ada lagi yang ber-ani
bertanya “sebenarnya business model itu apa sih?”
atau “problem solving itu apa sih?”
6
8. Well, walaupun Anda tidak bertanya, saya akan coba
menguraikan definisi problem solving dimulai dari prob-lem
dan solving itu sendiri agar kita memiliki pemaha-man
yang sama.
PROBLEM,
MASALAH
Secara ringkas, bagi saya masalah ada-lah
segala situasi tidak ideal yang ber-laku
bagi saya, dan terjadi pada saat
ini.
Jika menggunakan definisi ini, artinya juga sesuatu dise-but
sebagai masalah atau tidak sangatlah tergantung
dari situasi ideal yang diinginkan (ideal state). Sesuatu
yang dianggap masalah bagi satu pihak, mungkin bu-kanlah
masalah bagi pihak lain. Dan, masalah pada
satu titik waktu tertentu, bisa jadi bukanlah masalah
pada titik waktu lain. Saya akan uraikan lebih dalam.
Masalah adalah situasi tidak ideal.
Saya mendefinisikan problem, yang diterjemahkan men-jadi
‘masalah’, sebagai situasi tidak ideal. Tidak ideal
dalam konteks tidak sesuai standar yang ditentukan, ti-dak
sesuai harapan saya dan harapan stakeholder lain.
Anda membuat secangkir kopi panas dengan coffee-maker
Anda, tetapi kopi yang dihasilkan ternyata tidak
panas seperti yang Anda inginkan dan atur di mesin ter-sebut.
Ini adalah masalah.
Anda memiliki smartphone canggih yang ternyata tidak
bisa bisa mengirim email, tetapi Anda memang tidak
pernah menggunakan email. Ini bukanlah masalah,
bagi Anda. Dengan demikian, Anda tidak perlu
memikirkan bagaimana menyelesaikan hal ini.
7
Root
Cause
Problem Impact
9. Masalah Anda mungkin bukan masalah bagi saya.
Saya juga mendefinisikan masalah sebagai kondisi
yang unik dari sudut pandang siapa yang mengalami-nya.
Kemacetan Jakarta adalah masalah bagi mereka
yang menggunakan fasilitas jalan raya pada waktu ter-tentu
di lokasi tertentu yang memiliki harapan tiba lebih
awal. Tapi masalah ini bukanlah masalah bagi warga Ja-karta
yang bekerja di rumah misalnya.
Keterlambatan pengiriman barang adalah masalah bagi
mereka yang memberikan komitmen kepada pelang-gan,
tetapi bukanlah masalah bagi mereka yang mem-produksi
barang tersebut. Oleh karena itu, seringkali pe-rusahaan
membuat Key Performance Indicator agar hal
ini kemudian menjadi ‘masalah’ bagi Departemen Pro-duksi
saat terjadi keterlambatan pengiriman karena
proses produksi.
Masalah bisa berubah status setiap waktu.
Ya. Masalah yang Anda temui saat ini mungkin bukan-lah
masalah pada beberapa waktu lalu dan mungkin bu-kan
lagi masalah pada beberapa saat yang akan da-tang.
Tapi yang pasti, itu adalah masalah pada saat ini.
Dan Anda tentu saja tidak berada pada posisi berharap
masalah ini hilang sendiri. Deal with it. Solve it.
8
10. SOLVING
Menyelesaikan masalah adalah soal
bagaimana Anda membuat masalah ini
hilang.
Dengan membuat masalah ini hilang, harapan kita ada-lah
akibat yang ditimbulkan juga hilang. Jika masalah
pengiriman barang ke pelanggan telah hilang, maka aki-bat
yang mungkin ditimbulkan yaitu keluhan pelang-gan,
kehilangan order, dan negative word of mouth bisa
dihilangkan.
Menghilangkan masalah harus selalu dengan menghi-langkan
akar masalah. Masalah keterlambatan pengiri-man
barang bisa hilang jika kita tahu apa yang menye-babkan
keterlambatan, misalnya kesalahan perenca-naan
produksi, kurangnya informasi pengiriman, tidak
konsistennya hasil produksi, tidak tersedianya bahan
baku dll.
Bagaimana jika saya tidak bisa menghilangkan masa-lah?
Pada praktiknya menghilangkan masa-lah
memang kadang sangatlah sulit.
Alternatif lain adalah:
1. Mengurangi frekwensi berulangnya masalah ini
2. Mengurangi tingkat keseriusan yang ditimbulkan
oleh masalah
3. Menentukan tindakan recovery atas akibat dari masa-lah.
Mengurangi frekwensi masalah sering dilakukan mis-alnya
lewat penentuan Service Level Agreement. Kita
tahu sulit sekali (dan mahal!) bagi operator seluler un-tuk
menghilangkan gangguan jaringan, oleh sebab itu
muncullah standar SLA misalnya 99%. Kemudian, kita
berusaha untuk terus memperbaiknya.
Mengurangi tingkat keseriusan yang ditimbulkan oleh
masalah juga kerap dilakukan, misalnya lewat taktik
pengelolaan harapan pelanggan. Misalnya menunggu
lebih dari 20 menit adalah masalah di ruang tunggu
klinik dokter. Untuk menghindari calon pasien yang
membatalkan berobat dan pindah ke dokter lain karena
menunggu terlalu lama, staf penerima pendaftaran pa-
9
11. sien bisa menginformasikan kepada calon pasien terse-but
berapa lama mereka akan menunggu dan kemu-dian
menyediakan monitor informasi status antrian.
Menentukan tindakan recovery atas akibat dari masa-lah
adalah menurut saya jalan terakhir. Artinya kita ti-dak
bisa menyelesaikan masalah tersebut secara
efisien dan efektif dan memilih taktik menangani akibat-nya.
Misalnya dengan memberikan potongan harga jika
pengiriman terlambat, memberikan bonus pizza saat
pesanan pizza kita lebih dari 30 menit.**
Message from SSCX
Lean Manufacturing
Six Sigma
Total Productive Maintenance
Productivity Improvement
www.sscxinternational.com
10
12. CHAPTER 2
Asumsi, Klarifikasi, Definisi
Setiap kita mengetahui adanya problem atau masalah, asumsi biasanya kerap muncul. Paling
penting bagi kita adalah melakukan klarifikasi atas masalah dan kemudian membuat definisi yang
jelas atas masalah. Kisah Wanita dan Asumsi Masalah, Dokter dan Klarifikasi Masalah adalah 2 kisah
yang bisa memperkaya cara Anda menjelaskan kedua hal ini ke rekan.**
11
13. Wanita dan
Asumsi
Seorang wanita sedang menyetir menuju acara
anaknya di sekolah. Ia membawa hamster yang ditem-patkan
di jok sampingnya. Tiba-tiba, hamster tersebut
berhasil keluar dari kotak yang menjadi kandangnya
dan secara gesit berjalan masuk ke celana wanita ini.
Karena kaget, wanita ini segera menghentikan mo-bilnya
dan mengayun-ayunkan kakinya di pinggir jalan
untuk menyingkirkan hewan. Lewatlah seorang pria
yang berpikir bahwa wanita ini mengalami kejang, se-hingga
ia segera berlari mendekati dan menahan tan-gan
wanita ini untuk menenangkannya.
Pada saat bersamaan, lewat lagi seorang pengemudi
lain yang melihat perjuangan si wanita, dan tanpa ber-pikir
panjang ia menonjok pria karena ia berasumsi
bahwa pria tersebut sedang menyerang si wanita. Ini
adalah sebuah kisah legendaris terkait jumping into
conclusion. Kadang terlalu cepat kita bereaksi, tanpa
lagi mengklarifikasi situasi.**
Dokter dan
Klarifikasi
Masalah
Rekan dan sahabat seperjuangan saya di SSCX, Rifki,
bercerita di salah satu sesi di Bank Mandiri bahwa jika
ingin melihat proses klarifikasi masalah, perhatikanlah
dokter. Walaupun saya pernah pula mendengar lelucon
lain yang berseberangan dengan contoh Rifki. Saya mu-lai
dengan lelucon yang pernah saya dengar dulu ya.
Suatu hari, tangan John sedang nyeri dan dia memerik-sakan
diri ke dokter. Dokter dan asistennya tidak ban-yak
bicara (apalagi bertanya), John langsung diminta
masuk ke ruang persiapan dan membuka baju dan
celana. John heran bukan kepalang.
12
14. Ternyata di ruangan tersebut sudah ada 2 orang lain-nya
yang juga tanpa baju dan celana dan sudah ber-ganti
dengan daster yang disiapkan klinik itu. John
memberanikan diri bertanya kepada orang di sebe-lahnya.
“Saya heran, kenapa saya disuruh buka baju dan
celana ya, padahal yang sakit cuma tangan saya. Kalau
Bapak kenapa?”.
Bapak tersebut menjawab, “Saya juga heran, Pak, saya
cuma sedang sakit kepala. Begitu masuk, tidak ditanya
sakit saya apa, langsung disuruh buka baju buka
celana.”
Tiba-tiba, orang yang satu lagi ikut bersuara, “Saya le-bih
heran, Pak, saya cuma mau antar surat. Begitu
saya masuk langsung diminta buka baju buka
celana…”
Ini cuma ilustrasi saja bahwa kadang kita tidak men-coba
untuk menggali masalah lebih dalam. Tapi, saya
yakin ini cuma lelucon. Tidak usah ditanggapi serius.
Seperti kata Mark Twain:
Humor is mankind's greatest blessing.
Contoh dari teman saya lebih mewakili keadaan
sesungguhnya. Ia mengatakan dokter paling jago men-definisikan
dan mengklarifikasi masalah. Dalam banyak
kunjungan kita ke dokter, saya yakin kita pernah menga-lami
proses ini.
13
15. Dokter selalu memulai dengan menanyakan:
• Ada apa nih?
• Demamnya sejak kapan?
• Ada mencret? Makannya bagaimana?
• Apa ada keluhan lain? Bagaimana dengan
muntah-muntah?
• Kapan terakhir cek darah?
• Apa ada alergi sebelumnya?
Ini adalah mencoba klarifikasi masalah. Tentu saja dok-ter
tidak langsung dengan akar masalah, walaupun ia
bisa menduga-duga dan mengajukan beberapa pertan-yaan
untuk mempertajam analisa dan kemudian menge-tahui
solusinya.**
“If you want to go fast,
go alone. If you want to
go far, go together.”
African Proverb
14
16. SECTION 1
Cara Klarifikasi Masalah
Sering kali begitu diberikan sebuah
masalah untuk diselesaikan, tindakan
pertama kita secara refleks adalah men-cari
solusi yang tepat.
Tergantung seberapa berpengalaman
kita dalam urusan problem solving ini, la-manya
waktu hingga kita tersadar agar
tidak langsung memikirkan solusi bisa
bervariasi antara sepersekian detik
hingga semua terlambat sudah. Kita ser-ing
mendengar istilah fire-fighting bu-kan?
Atau gali lubang tutup lubang?
Sekilas
1. Jika kita telah memahami
proses problem solving,
maka yang akan kita
lakukan biasanya adalah
analisa akar masalah. Kita
(kadang secara refleks)
bertanya ‘mengapa’.
Mengapa ini terjadi.
2. Tapi, tunggu dulu!
Sebenarnya ini bukan hal
yang salah. Tapi
sebaiknya Anda membaca
bagian berikut ini sebelum
melakukan analisa akar
masalah.
3. Mengumpulkan data dan
informasi tambahan untuk
memperjelas masalah.
Kita harus bisa
memisahkan antara fakta,
opini, dan dugaan.
15
17. Coba Anda lakukan latihan kecil ini: “Biaya raw mate-rial
mencapai 75%, ini terlalu tinggi. Harus bagai-mana?”
atau “Seperti Jakarta, Bandung juga sangat
macet terutama di hari libur. Apa solusinya?”, atau
“Setiap malam, byar-pet listrik kerap terjadi di kota ini.
Apa solusinya?”
Apakah Anda langsung memikirkan solusinya? Dari lati-han
kecil ini, pikiran yang sering muncul adalah negosi-asi
dengan suplier untuk turunkan biaya material,
kurangi penggunaan raw material, cari alternatif raw
material. Atau, gunakan 3-in-1, kembangkan transpor-tasi
umum. Atau, tambah pembangkit listrik. Atau
hayoo mungkin Anda langsung mengambil kesimpulan
petugas di PLN*’ tidak becus’ dan harus diganti.
Jika kita telah memahami proses problem solving,
maka yang akan kita lakukan biasanya adalah analisa
akar masalah. Kita (kadang secara refleks) bertanya
‘mengapa’. Mengapa ini terjadi.
• Mengapa biaya raw material tinggi?
• Mengapa ada kemacetan di Bandung?
• Mengapa terjadi banjir?
• Mengapa cacat pada produk ini bisa terjadi?
• Mengapa keluhan keterlambatan pelayanan ini mun-cul?
• Mengapa kecelakaan kerja ini terjadi?
• Mengapa stok bahan baku bisa kosong?
Tapi, tunggu dulu!
Sebenarnya ini bukan hal yang salah. Tapi sebaiknya
Anda membaca bagian berikut ini sebelum melakukan
analisa akar masalah.
Banyak dari kita diajarkan untuk melakukan analisa
akar masalah. Atasan kita, trainer kita, mentor kita,
setiap kali kita menyampaikan adanya problem,
mereka sering menanyakan (dan mengajarkan kita)
mengapa ini bisa terjadi dan apa penyebabnya. Akan
tetapi, ada satu langkah kecil sebelum hal itu dilaku-kan,
yaitu clarifying problem.
“Kami tahu sih masalahnya, hanya saja kami tidak tahu
bagaimana menyelesaikannya.” Apakah Anda sering
mendengar atau mengatakan hal ini? Dalam pengala-man
saya, mereka yang mengatakan hal ini seringkali
salah dan/atau tidak tahu masalahnya. Atau, mungkin
inilah masalahnya: kemampuan menyelesaikannya.
16
18. “Jumlah operator produksi terlalu banyak”. Sekilas
ini terlihat seperti masalah. Tetapi kita perlu lakukan
klarifikasi. Contohnya:
• Mengapa disebut banyak? Karena jumlahnya saat
ini yaitu 1500 tidak sesuai dengan benchmark yang
dilakukan dan komponen biaya SDM sudah sangat
tinggi yaitu 15%.
• Berapa jumlah ideal? Dari benchmark, jumlah di
best-performing company adalah 900 dan komponen
biaya SDM hanya 10%.
• Apa dasar perhitungannya? Dasar perhitungannya
adalah informasi dari produsen mesin produksi dan
juga dari data benchmark di industri kita.
• Sejak kapan jumlah operator menjadi masalah?
Sejak 2 tahun terakhir, yaitu sejak upgrade mesin dan
kenaikan Upah Minimum Provinsi.
• Apa akibatnya jika banyak? Siapa yang ter-ganggu?
Marjin keuntungan hanya 3% dan ini san-gat
tidak sehat.
Nah, sekarang masalah lebih jelas bukan? Saya yakin
Anda sudah bisa menyusun sendiri problem statement-nya.
Bagaimana sebaiknya cara kita melakukan klarifi-kasi?
Mengumpulkan orang dan fungsi yang relevan dengan
masalah ini dan ajak diskusi mengenai definisi lengkap
dari masalah ini. Umumnya yang perlu kita gali adalah:
1. Apa masalahnya?
2. Kapan (dan dalam kondisi apa) masalah ini dianggap
sudah selesai?
3. Sejak kapan ‘masalah ini disebut masalah’?
4. Apa akibatnya? Siapa yang merasakan akibatnya?
5. Area, segmen, proses, departemen mana saja yang
terkena imbasnya?
Mengumpulkan data dan informasi tambahan untuk
memperjelas masalah. Kita harus bisa memisahkan
antara fakta, opini, dan dugaan. Dugaan dan opini
tetap dapat menjadi sumber informasi yang berguna.**
*Catatan: SSCX terlibat dalam aktivitas problem solving
lewat metode Lean Six Sigma di PT Pembangkitan Jawa
Bali (PJB), yang merupakan anak usaha PT PLN. Tim PJB
sangat kompeten dalam bidang mereka dan serius dalam
melakukan banyak pembenahan.
17
19. SECTION 2
Definisi Operasional
Lama proses aplikasi kredit di bank kami adalah 2 hari!
Wah Anda merasa ini adalah layanan prima yang Anda
cari-cari. Setelah mengajukan aplikasi, akhirnya proses
selesai 10 hari kemudian. Anda kecewa dengan pelay-anan
yang over-promise, tetapi tim di bank tersebut
merasa telah mencapai Key Performance Indicators
dan Service Level Agreements mereka. Lho kok bisa?
Ini semua karena perbedaan definisi operasional pada
ukuran “lama proses aplikasi kredit”. Jika Anda melihat
dan membaca lebih teliti, mungkin muncul segudang
persyaratan tambahan, misalnya: sejak dokumen diter-
18
20. ima lengkap dan diverifikasi oleh Tim Verifikasi Keleng-kapan
Data hingga munculnya keputusan aplikasi. Ke-mudian
ditambah lagi, dengan catatan dokumen leng-kap
dan catatan kredit sebelumnya tidak ada masalah
dan seterusnya.
Hal ini cukup umum terjadi dan bukan hanya ada di
bank, di manufaktur, tambang, rumah sakit, semuanya
memiliki kemungkinan kejadian seperti ini. Definisi On
Time Delivery pelanggan kita dengan kita sendiri san-gat
mungkin berbeda, bahkan definisi antara Dept De-livery
dan Dept Sales saja bisa berbeda.
Definisi Operasional adalah definisi yang kita gu-nakan
pada sebuah ukuran sehingga tidak memun-culkan
penafsiran atau interpretasi yang berbeda
antara 2 orang atau 2 pihak.
Jika kita bisa memiliki Definisi Operasional yang jelas
dan dipahami semua orang untuk ukuran “lama proses
aplikasi kredit” tadi, atau bahkan ukuran seperti “lead
time”, “on time delivery”, maka cara pandang kita pada
masalah juga akan sama.
Praktiknya dalam problem solving adalah:
1. Rekan Anda menyampaikan: “Keluhan pelanggan
sekarang sudah sangat tinggi.”
2. Anda harus meminta rekan Anda untuk memberikan
fakta, misalnya “Berapa? Kenapa disebut tinggi?”
3. Rekan Anda mungkin akan menambahkan “10% dari
tiap pengiriman produk selalu diikuti dengan kelu-han.
Disebut tinggi karena kita memiliki standar 3%”
4. Anda harus mendiskusikan Definisi Operasional
seperti ini:
a. Apa definisi dari keluhan?
b. Apakah hanya keluhan resmi tertulis ataukah semua
jenis keluhan termasuk via email, via percakapan lisan?
c. Apakah maksud keluhan per pengiriman produk?
d. Apakah 1 pengiriman hanya maksimal 1 keluhan?
e. Apakah 1 keluhan hanya untuk 1 jenis masalah?
Dari pertanyaan yang diajukan di poin 4 saja, saya
yakin di kebanyakan masalah yang sedang kita telisik
bisa berbeda-beda. Apakah Anda sudah yakin defin-isi
Anda sama dengan rekan Anda?**
19
21. CHAPTER 3
Masalah Dia dan Kita
Seringkali, di dalam kompleksitas perusahaan, satu masalah adalah akibat dari masalah lain. Dan
satu masalah cenderung menyebabkan dan setidaknya memiliki potensi menciptakan (trigger)
masalah lain di tempat lain.**
20
22. Tikus dan
Masalahnya
Alkisah, seekor tikus sedang mengintip melalui sebuah
celah di dinding. Dari sana, ia melihat petani dan istri-nya
sedang membuka sebuah paket. Tikus terkejut me-nemukan
bahwa paket tersebut adalah perangkap
tikus!
Segera Tikus ini berlari ke kandang di peternakan itu
dan berteriak memberi peringatan, "Ada perangkap
tikus di dalam rumah, ada perangkap tikus di dalam ru-mah!”
Ayam berdecak dan menggaruk, mengangkat kepal-anya
dan berkata, "Tikus, ini adalah masalah besar
bagi kamu, tapi itu tidak ada hubungannya dengan
saya. Saya tidak dapat terganggu oleh itu.”
Tikus kemudian segera mencari Kambing dan menga-takan
kepadanya, "Ada perangkap tikus di dalam ru-mah!”
Jawab Kambing, “Wah saya turut prihatin, Tikus, tapi
tidak ada yang bisa saya lakukan tentang hal ini, tetapi
saya akan berdoa, yakinlah bahwa Anda berada dalam
doaku.”
Tikus kali ini beralih ke Sapi, yang hanya menjawab,
“Wow, Tikus, perangkap tikus? Saya dalam bahaya be-sar!”
Ternyata Sapi hanya menyindir Tikus.
Jadi Tikus kembali ke rumahnya, dengan kepala tertun-duk
dan sedih menghadapi perangkap tikus petani.
Malam itu tiba-tiba terdengar suara dari rumah, seperti
suara perangkap tikus yang berhasil menjalankan
fungsinya. Istri petani bergegas untuk melihat apa yang
tertangkap.
Dalam kegelapan rumah itu, dia tidak melihat bahwa itu
adalah seekor ular berbisa. Saat dia mendekat, Ular
langsung menggigit istri petani. Petani itu bergegas
membawanya ke rumah sakit. Setelah dari rumah sakit,
21
23. petani membawa istrinya pulang dengan keadaan de-mam.
Saat demam, semangkuk sup ayam segar yang
hangat sangat membantu. Sehingga petani itu men-gambil
kapak ke peternakan untuk mengambil bahan
utama sup itu, si Ayam.
Sakit istrinya berlanjut sehingga teman-teman dan
tetangga datang untuk menjenguknya. Untuk memberi
makan mereka, petani memotong Kambing.
Istri petani ini tidak membaik, pada kenyataannya,
akhirnya dia meninggal. Begitu banyak orang datang
ke pemakamannya, petani segera menyembelih Sapi
untuk menyediakan daging bagi mereka semua untuk
makan siang.
Jadi pada saat Anda mendengar
bahwa seseorang sedang menghadapi
masalah dan berpikir bahwa itu bukan
urusan Anda, coba pikir kembali.
Seringkali masalah yang terjadi di tempat lain atau men-impa
orang lain terasa seperti bukan masalah kita.
Masalah On Time Delivery rasanya bukan masalah bagi
staff di Finance. Masalah produk yang reject rasanya
juga bukan masalah tim Marketing. Masalah turn-over
karyawan yang tinggi juga rasanya bukan masalah de-partemen
Production Planning.
Tapi, apakah benar? Seringkali, di dalam kompleksi-tas
perusahaan, satu masalah adalah akibat dari masa-lah
lain. Dan satu masalah cenderung menyebabkan
dan setidaknya memiliki potensi menciptakan (trigger)
masalah lain di tempat lain.
On Time Delivery buruk menyebabkan penalti dan pe-nurunan
order. Penurunan order ini ternyata menyebab-kan
kita kelebihan stok bahan baku. Kelebihan stok ba-han
baku ini ternyata menyebabkan masalah bagi Fi-nance.
Dan seterusnya.
Kita bisa dikatakan beruntung jika berhasil mengidentifi-kasi
masalah dan secara cepat menyelesaikannya.
22
24. Dengan demikian kita akan mendapatkan 2 manfaat
lain:
1. Menemukan masalah baru yang selama ini tidak terli-hat
2. Menghindari masalah yang akan muncul jika masa-lah
ini dibiarkan.
Jadi, suatu saat jika Anda diminta membantu rekan
atau tim lain memikirkan cara menyelesaikan suatu
masalah, Anda sebaiknya memang meluangkan waktu
dan energi Anda. Anda tidak akan pernah tahu dam-paknya
pada Anda di masa yang akan datang, atau
jangan-jangan masalah ini justru eventually berasal dari
Anda.**
“Problems can become op-portunities
when the right
people come together.”
Robert Redford
23
SHIFT FEATURED IDEAS INDUSTRY NEWS PRINT EDITION ! "
OPEXCON13
Tonton Video 30 Detik Opexcon:
Free Ideas!
Tim konsultan SSCX akan
memilihkan artikel dan ide menarik
untuk Anda, maksimal 1 email per
minggu.
Nama:
Free Articles, Ideas, Insights:
Email:
www.shiftindonesia.com
SUBSCRIBE
FEATURED POSTS
8 “Dosa Besar” yang
Menggagalkan Program
Lean
Mengenal DMAIC dan 7
Waste di Bisnis
Perbankan dan Jasa
Finansial
5 Hasil Luar Biasa dari
Implementasi Lean Six
Sigma di Perbankan
Bagaimana Amazon
Menaklukkan Dua Batu
Kembarnya
Concept
Toolbox
Financial
Manufacturing
Mining
Services
Profile
News
The View
OPEXCON
Glossary
Download
Edisi Cetak
8 “Dosa Besar” yang
Menggagalkan Program Lean
Shift - October 25, 2013 - Featured, Ideas
Semua strategi dan aktifitas telah dirancang dengan sempurna. Semua sumber daya
telah dianggarkan dan dipersiapkan. Berbagai rapat telah dilaksanakan untuk
menentukan area perbaikan. Semua orang merasa bergairah untuk segera mulai
menjalankan proyek Lean Six Sigma terbaru di perusahaan. Dengan semua persiapan
tersebut, kegagalan implementasi Lean menjadi mimpi buruk semua orang. Lalu
bagaimana menghindari kegagalan yang mengerikan itu?
Continue Reading
Mengenal DMAIC dan 7 Waste di
Bisnis Perbankan dan Jasa
Finansial
Shift - October 25, 2013 - Featured, Financial
DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control) adalah sebuah framework
yang digunakan dalam mengatur alur kerja sebuah proyek improvement,
yang biasanya digunakan dalam proyek-proyek berbasis Six Sigma (dan Lean
Six Sigma tentunya). Penggunaan DMAIC memungkinkan anda untuk
meningkatkan proses bisnis dengan terstruktur. Setiap fase akan
membangun fase berikutnya, dengan tujuan untuk mencapai target berupa
solusi (untuk permasalahan dalam proses bisnis) yang efektif dan bertahan
lama. Continue Reading
5 Hasil Luar Biasa dari
Implementasi Lean Six Sigma di
Perbankan
Shift - October 24, 2013 - Featured, Retail and Transactional
Type keyword and hit enter...
25. SECTION 1
Haruskah Saya Selesaikan?
Masalah di hidup kita dan dunia ini san-gatlah
banyak, tentunya banyak yang ha-rus
pula kita selesaikan untuk membuat
hidup kita lebih nyaman (dan berarti).
Hanya saja, kita memiliki keterbatasan
sumber daya seperti waktu, fokus, skill,
dan energi.
Saat Anda membaca e-book ini, saya
yakin Anda adalah salah satu dari
mereka yang ingin menyelesaikan masa-lah!
That’s good! Saya akan membatasi
Sekilas
1. Sedikit mengulang, apakah ini
benar-benar sebuah masalah?
2. Apakah sudah pernah ada
solusi atas masalah ini di
perusahaan lain atau
departemen lain?
3. Apakah saya orang yang tepat
untuk menyelesaikan masalah
ini?
4. Apakah ada hal yang lebih
urgent untuk diselesaikan?
5. Apakah saya harus
menyelesaikan masalah ini
sekarang?
6. Apa akibatnya jika saya
menunda menyelesaikan
masalah ini?
7. Apa yang harus terjadi agar
saya tahu masalah ini telah
selesai?
8. Apakah ada batasan/
constraint untuk
menyelesaikan masalah
ini?
24
26. ruang lingkup masalah pada bidang yang saya kuasai
yaitu operational management.
Jika Anda ingin tahu mengenai bagaimana menyelesai-kan
masalah yang sangat kompleks seperti kelaparan
di dunia, Anda dapat membaca lebih lanjut di artikel
The Guardian yang ditulis Alex Renton dan didukung
oleh Bill & Melinda Gates Foundation. Saya pribadi ber-harap
tautan tsb setidaknya bisa membantu promosi
mereka.
Nah, balik lagi ke pertanyaan utama, apakah saya ha-rus
menyelesaikan masalah ini?
Ada beberapa hal yang harus dipikirkan dulu.
1. Sedikit mengulang, apakah ini benar-benar sebuah
masalah?
2. Apakah sudah pernah ada solusi atas masalah ini di
perusahaan lain atau departemen lain?
3. Apakah saya orang yang tepat untuk menyelesaikan
masalah ini?
4. Apakah ada hal yang lebih urgent untuk diselesai-kan?
5. Apakah saya harus menyelesaikan masalah ini
sekarang?
6. Apa akibatnya jika saya menunda menyelesaikan
masalah ini?
7. Apa yang harus terjadi agar saya tahu masalah ini te-lah
selesai?
8. Apakah ada batasan/constraint untuk menyelesaikan
masalah ini?
Setelah Anda menjawab 8 pertanyaan tersebut, saya
yakin Anda memiliki gambaran apakah masalah ini ha-rus
Anda selesaikan sekarang atau tidak, ataukah Anda
harus atau bisa:
1. Melakukan klarifikasi atas masalah,
2. Menunda menyelesaikan masalah ini hingga satu
waktu tertentu,
3. Meminta orang lain yang lebih tepat untuk menyele-saikannya,
4. Membiarkan saja karena masalah ini adalah akibat
dari masalah lain yang lebih urgent
25
27. 5. Memikirkan hanya recovery atas akibat yang ditimbul-kan.
Saya akan memberikan beberapa contoh agar hal ini
lebih mudah dipahami.
Kasus 1. Anda menemukan masalah dimana kadang-kala
staf call-center Anda absen dan menyebabkan
service level ke nasabah menurun 1% dari 96% ke
95%. Tetapi pada saat bersamaan, Anda juga dihadapi
masalah akurasi informasi yang sangat rendah. Setelah
menjawab pertanyaan no. 4, mungkin Anda merasa
bahwa Anda harus fokus terlebih dahulu pada masalah
akurasi.
Kasus 2. Anda menemukan masalah yang sama pada
poin A ini, setelah menjawab pertanyaan no. 3, Anda
menemukan bahwa HR adalah divisi yang lebih tepat
untuk menyelesaikan masalah ini.
Kapan saya bisa melangkah ke proses penyele-saian
masalah?
1. Ini benar-benar sebuah masalah dan Anda telah me-lakukan
klarifikasi.
2. Anda sudah mencari informasi dan memang tidak
ada masalah yang sama dengan solusi efektif di peru-sahaan
atau area lain.
3. Anda adalah orang yang tepat untuk menyelesaikan
masalah ini.
4. Masalah ini dikategorikan sebagai urgent.
5. Dan, Anda harus menyelesaikannya sekarang.
6. Akibat dari menunda penyelesaian lebih besar dari-pada
alternatif lain.
7. Anda tahu ukuran atau indikator bahwa masalah te-lah
selesai.
8. Anda juga telah memahami batasan/constraint
penyelesaian masalah.
26
28. SECTION 2
Sepatu Baru dan Tim
"No matter what accomplishments you make,
somebody helped you."
Althea Gibson
Dalam bagian ini, ada beberapa cerita yang saya da-patkan
yang relevan dengan pendekatan tim. Bagai-manapun,
dalam mencari solusi, lebih banyak kepala
lebih baik daripada memikirkannya sendiri. Selain
karena ide akan semakin banyak, perspektif yang di-pakai
juga akan sangat membantu.**
27
29. Pria dan
Sepatu Baru
Alkisah ratusan tahun silam di China, seorang pria
membutuhkan sepasang sepatu baru. Sebelum ia pergi
ke pasar, dia menggambar sebuah gambaran rinci ten-tang
kakinya di selembar kertas. Ia mengukurnya den-gan
seksama dan menuliskan semua dimensi kakinya
seperti lebar, panjang, dan lain lain di kertas yang san-gat
detail itu. Ia memang seseorang yang sangat ahli
dengan diagram, ukuran, dan matematika.
Kemudian, ia berangkat dengan berjalan kaki ke toko
sepatu di kota. Setelah perjalanan panjang, akhirnya ia
tiba menjelang siang. Namun, ia sangat kecewa dan ke-sal
begitu menemukan bahwa ia lupa membawa kertas
yang sudah ditulisnya secara lengkap itu!
Dia akhirnya berjalan kembali ke rumah untuk mengam-bilnya.
Kemudian setelah ia berjalan kembali ke toko
tersebut, ia melihat hampir semua toko sudah tutup
dan ia melihat seorang pedagang sepatu sedang men-gemas
barang dagangannya. Ia menceritakan kenapa
ia baru bisa tiba sesore itu.
"Orang bodoh!" kata pedagang. “Mengapa kau tidak
mencoba ukuran-ukuran yang ada di toko? Bukankah
itu lebih mudah dan gampang? Mengapa kau harus pu-lang
untuk mengambil diagram Anda?"
Pria itu merasa malu, “Saya rasa karena tadinya saya
lebih percaya pada pengukuran yang saya lakukan..."
Kadang kita memang merasa tahu se-galanya.
Kita merasa bahwa logika
yang kita explore di benak kita adalah
satu-satunya jalan yang logis.
Jika kita tidak berbicara dengan tim, dengan orang
lain, dengan stakeholder lain, dengan pelanggan, den-gan
pemasok, maka hal ini sangat mungkin terjadi. **
28
30. Sarjana Ahli
Linguistik
Seorang ahli linguistik sedang bersama tukang perahu
untuk menyeberangi sungai. Perjalanan panjang dan
lambat. Sarjana merasa bosan. “Pak,” ia berseru, “saya
ajak ngobrol ya karena perjalanan sepertinya masih
akan cukup lama.”
Ia kemudian menyarankan topik yang menarik baginya,
ia bertanya, "Apakah Bapak pernah belajar fonetik atau
tata bahasa?"
"Tidak," kata tukang perahu, "Aku tidak menggunakan
fonetik atau apapun itu namanya untuk pekerjaan ini.”
“Wah, sungguh sayang sekali, Pak,” kata sarjana, “Se-tengah
hidup Bapak seperti tersia-siakan karena tidak
mengenal dan memahami tata bahasa. Ini keahlian
yang sangat berguna.”
Kemudian, tiba-tiba perahu kecil ini menabrak sebuah
batu di tengah sungai, tukang perahu berpaling kepada
orang tersebut dan berkata, "Maafkan pikiran dan
keahlian saya yang sederhana ini. Tapi, orang bijak, ka-takan
padaku, apakah Anda pernah belajar berenang?"
"Tidak," kata ahli tersebut, "Saya tidak pernah belajar
berenang. Aku menghabiskan waktuku memikirkan tata
bahasa.”
"Dalam hal itu," kata tukang perahu, "Anda telah
menyia-nyiakan seluruh hidup Anda. Perahu ini segera
tenggelam." Ini adalah sebuah cerita rakyat dari Timur
Tengah.
Kita hanya mengetahui sebatas apa
yang kita ketahui. Dalam problem solv-ing,
seringnya sebuah masalah dalam
perusahaan harus diselesaikan den-gan
melibatkan banyak keahlian dan
pengetahuan.
Paling ideal adalah jika kita bisa melibatkan banyak pi-hak.
Jika Anda merasa bahwa pengalaman Anda saja
sudah lengkap dan memadai, coba pikirkan kembali.**
29
31. Team Based
Problem
Solving
Saya pernah membaca bahwa ide memberikan timer
pada jalur penyeberangan (zebra cross) yang sekarang
sudah umum diaplikasikan di mana-mana, bukanlah da-tang
dari ahli lalu lintas, tetapi justru dari orang awam
yang terinspirasi oleh timer di oven atau microwavenya.
Sama pula dengan banyak masalah yang harus kita se-lesaikan,
kita membutuhkan banyak ide dan sering ide
tersebut datang dari orang lain, departemen lain, mau-pun
keahlian lain. Anda telah membaca 2 cerita sebe-lumnya,
“Pria dan Sepatu Baru” dan “Sarjana Ahli Ba-hasa”.
Kedua cerita tersebut dapat kita gunakan untuk
memberi analogi bahwa pendekatan tim selalu lebih
baik.
Untuk menyelesaikan masalah, cobalah kumpulkan
juga mereka yang tidak secara natural dianggap bagian
dari masalah ini. Misalnya saat kita membahas menge-nai
lamanya waktu antrian teller, cobalah ajak perwaki-lan
dari IT. Saat kita membahas lambatnya proses
changeover, cobalah mengajak satu dua orang dari Pur-chasing.
Sekali lagi, jika kita bisa memiliki tambahan
sudut pandang yang berbeda, seringkali mereka bisa
memberikan tambahan informasi.
Saya harap Anda setuju bahwa menyelesaikan masa-lah
secara tim akan lebih baik daripada secara individ-ual.
Seperti kata Einstein juga:
You can never solve a problem on the level on
which it was created.
Setiap kali kita melibatkan orang lain, tentu saja selain
memiliki dampak positif, juga ada negatifnya.
Umumnya kita sering kesal karena ada rekan yang
cuma bisa bicara tapi tidak bisa bertindak. Kita juga ke-sal
karena ada satu rekan yang sibuk menunjuk-nunjuk
orang untuk melakukan sesuatu padahal dia hanya
duduk-duduk saja. Atau rekan lain yang sibuk pula ber-
30
32. wacana dan tidak membumi. Jika Anda merasa kesal,
tidak heran, tapi saya menyarankan Anda membaca ini:
http://shiftindonesia.com/sembilan-tipe-team-role-pem
bentuk-karakter-tim-menuju-operational-excellence/ **
“Teamwork divides the
task and multiplies the
success.“
Author Unknown
Artikel Terpilih di Inbox Anda
Ya, tim konsultan SSCX akan memilihkan artikel dan
ide menarik untuk Anda!
Kami akan mengirimkan hanya 1-2 email per ming-gu
dan Anda dapat unsubscribe kapan saja.
Dengan berlangganan, Anda diberikan 1 ide yang bisa
mengubah proses dan produk Anda lebih baik lagi
Klik untuk Gabung
Ribuan Member Lain.
FREE.
31
33. CHAPTER 4
Dalam tahapan ini, sebagai problem solver, kita akan melakukan analisa untuk mengetahui akar
masalah. Saya merasa bahwa konsep Y=f(X) adalah esensial dalam pembahasan ini. Di sini kita akan
coba memahami bahwa tidak semua X bisa dikendalikan. Apa yang harus kita lakukan jika semua X
tidak bisa dikendalikan alias uncontrollable?
32
Analysis
34. SECTION 1
“You will only be remembered for
two things: the problems you
solve or the ones you create.”
Mike Murdock
Konsep y=f(x) alias “y adalah fungsi dari
x” adalah konsep yang umum, seder-hana,
tapi penuh makna. Ada banyak
faktor yang mempengaruhi keluaran.
Ada beberapa X yang menyebabkan ter-jadinya
Y.
Y=f(x)
Sekilas
1. Y adalah hasil dari
kombinasi banyak faktor
atau x.
2. X ini sering dibagi lagi
menjadi 2 kategori yaitu:
controllable dan uncon-trollable
3. Anda menemukan bahwa
seluruh faktor adalah
uncontrollable. Jika tidak
ada faktor yang bisa kita
kendalikan, maka kita
tidak bisa mengubah
respon ke arah yang kita
inginkan secara konsisten.
33
35. Berikut ini adalah ilustrasi sederhana dari y=f(x). Apa
yang menentukan kapan kita bisa tiba jika berlayar dari
satu dermaga ke dermaga lain?
• Arah angin
• Kecepatan angin
• Ukuran dan desain layar
• Berat perahu dan beban
• Desain perahu
• Ombak
• Kompetensi
Nah, lama perjalanan dapat kita sebut sebagai re-sponse
atau y. Disini, y adalah hasil dari kombinasi ban-yak
faktor atau x, yaitu 7 hal di atas. X ini sering dibagi
lagi menjadi 2 kategori yaitu:
• Controllable misalnya ukuran dan desain layar
• Uncontrollable misalnya arah angin
Anda harus berpikir lebih dalam jika saat Anda melaku-kan
brainstorming, Anda menemukan bahwa seluruh
faktor adalah uncontrollable. Jika tidak ada faktor yang
bisa kita kendalikan, maka kita tidak bisa mengubah re-spon
ke arah yang kita inginkan secara konsisten.
Apa yang harus dilakukan jika semua faktor tidak
bisa dikendalikan?
1. Lakukan evaluasi, terkadang seakan-akan memang
faktor seperti tidak bisa dikendalikan padahal sebe-narnya
bisa. Misalnya, untuk masalah antrian di front
office, faktor yang berpengaruh adalah jumlah walk-in
customer dan Anda merasa ini tidak bisa diken-dalikan.
Saya pernah melihat perusahaan yang me-masang
informasi grafik jumlah kunjungan dan esti-masi
lama tunggu per 30 menitnya, dengan harapan
pelanggan bisa mengatur kapan mereka sebaiknya
datang, dan kemudian terjadi load-balancing.
2. Lakukan brainstorming dan kemudian gali lebih
dalam, usahakan melibatkan sekelompok orang
yang berbeda fungsi atau kompetensi. Misalnya
menurut kita di Dept Produksi, jumlah order pelang-gan
adalah uncontrollable, jangan-jangan setelah
berdiskusi dengan tim dari Dept Sales, mereka bisa
mengatur bagaimana pelanggan memberikan order.
34
36. Apa yang harus dilakukan jika faktor yang bisa
dikendalikan sangat banyak?
1. Lakukan penentuan prioritas faktor yang akan kita pe-lajari
lebih dalam termasuk nantinya menentukan so-lusi
memperbaiki faktor tersebut. Cara menentukan
prioritas akan saya bahas di bagian lain.
2. Jika semua faktor sama pentingnya, bagi dalam tim
untuk memperbaiki masing-masing faktor. Dengan
ruang lingkup yang lebih kecil, perbaikan akan lebih
cepat.
Bagaimana kita bisa yakin jika semua faktor su-dah
diperhitungkan?
1. Cara paling simpel adalah dengan melakukan trial
and error. Yaitu mencoba perbaikan pada faktor dan
melihat respon. Jika ternyata masalah masih beru-lang
atau target belum tercapai, maka ada kemungki-nan
belum semua faktor diperhitungkan. Catatan:
ada kemungkinkan juga karena solusi atas faktor
(baca: akar masalah) belum efektif.
2. Ada beberapa cara dengan menggunakan statistik
yang bisa digunakan, tetapi tidak akan kita bahas di
ebook sederhana ini.**
Analysis
Paralysis Si
Lipan
Suatu saat, seekor lipan (yang kakinya banyak) menge-jar
seekor laba-laba. Kemudian laba-laba ini berhenti,
menoleh sejenak, dan bertanya kepada si lipan, “Saya
kagum dengan kamu, Lipan! Bagaimana cara kamu
mengkoordinasikan kaki yang banyak itu?”
Lipan itu menjawab, "Saya tidak tahu. Saya tidak per-nah
memikirkan hal itu sebelumnya." Segera setelah
itu, laba-laba kembali berlari, dan lipan mencoba untuk
mengejar, tetapi kali ini ia tidak mampu karena ia tidak
bisa membuat kakinya berjalan dengan baik lagi.
Kakinya saling tersangkut karena ia sibuk memikirkan
mana yang kiri dan mana yang kanan, mana yang du-luan
dan mana yang harus serentak!
35
37. Cerita ini ada dalam banyak versi, tapi pesan yang
ingin disampaikan adalah berpikir atau analisa berlebih
justru merugikan. Kondisi ini dikenal dengan istilah
analysis paralysis atau paralysis of analysis. Dalam kon-disi
ini, justru keputusan apalagi tindakan/action tidak
muncul. Sebuah keputusan memang bisa dipikirkan se-cara
detail dari berbagai sudut pandang, berbagai pili-han,
berbagai kemungkinan. Saat kita terus berusaha
mencari solusi paling maksimal, kadang yang terjadi
adalah kondisi ini.
Memang sulit untuk menentukan apakah kita sudah me-lakukan
analisa berlebihan atau belum. Langkah yang
bisa kita lakukan adalah memilah analisa menjadi 2
atau 3 kategori (short term atau smaller scope, longer
term atau larger scope).
Kita melakukan analisa terbatas secara cepat untuk ke-mudian
beralih untuk menentukan solusi cepat. Sambil,
pada saat bersamaan jika memungkinkan melakukan
analisa yang lebih komprehensif. Cara ini memang
akan lebih menghabiskan energi dan waktu, tapi seti-daknya
bisa mengambil manfaat dan menghindari re-siko
dari analisa terlalu minim dan analisa berlebihan.**
Ikuti Public Class populer di SSCX:
• Lean Six Sigma Green Belt (6 Days)
• Lean Six Sigma Black Belt (12 Days)
• Lean Six Sigma Fundamentals (2 Days)
• Lean Manufacturing Fundamentals (2 Days)
• Practical Total Productive Maintenance (2 Days)
• Understanding Lean Healthcare (2 Days)
+62-21-576-3020
info@sscx.asia
http://sscxinternational.com
Menara Rajawali 11th Floor
Jakarta Selatan, Jakarta, 12950
36
38. SECTION 2
“If you do not know how to ask
the right question, you discover
nothing.”
W. Edwards Deming
5-Whys atau bertanya mengapa secara
5 kali berturut-turut merupakan alat
bantu sederhana yang sangat powerful
untuk menggali akar masalah. Ini adalah
alat bantu yang sangat sering disalah-gunakan.
5 Whys
Lorem Ipsum
1. 5-Whys atau bertanya
mengapa secara 5 kali
berturut-turut merupakan
alat bantu sederhana yang
sangat powerful untuk
menggali akar masalah.
2. Secara ringkas, cara
penggunaannya adalah
mencoba bertanya
mengapa secara
sistematis, analitis, dan
objektif.
3. Alat bantu ini juga memiliki
kelemahan karena
cenderung mengikuti 1
alur berpikir.
37
39. Secara ringkas, cara penggunaannya adalah mencoba
bertanya mengapa secara sistematis, analitis, dan ob-jektif.
Saya memberikan penekanan pada “secara
sistematis, analitis, dan objektif” karena saya sering me-nemukan
bahwa 5-whys ini tidak digunakan secara
sistematis, tidak analitis, dan sangat subjektif.
Contoh masalah: “Panduan cara perakitan meja oleh
bagian perancangan seringkali menyebabkan kesala-han
penggunaan baut. Masalah muncul sejak sekitar 6
bulan lalu saat headquarter menerbitkan panduan kerja
baru. Hal ini menimbulkan incoming call untuk menan-yakan
hal ini sebanyak 100 call per hari dan memakan
waktu 500 menit per hari hanya untuk menjelaskan hal
ini ke pelanggan.”
• Pertanyaan 1: Mengapa sampai butuh waktu 500
menit?
• Jawaban: Karena memang untuk 1 pertanyaan dibu-tuhkan
waktu 5 menit.
• Pertanyaan 2: Mengapa butuh waktu selama itu?
Apakah karena kompetensi call-agent?
• Jawaban: Mungkin.
Bisa ditebak, diskusi akan berlanjut pada peningkatan
kompetensi. Ini adalah contoh yang tidak sistematis
dan cenderung mengarah pada apa yang ada di benak
si penanya. Leading question.
Skenario lain:
• Pertanyaan 1: Mengapa menghubungi call center
saat salah menggunakan baut?
• Jawaban: Karena kita menyarankan mereka untuk
menghubungi jika ada masalah.
• Pertanyaan 2: Mengapa kita menyarankan mereka
seperti itu?
• Jawaban: Karena top management meminta kita un-tuk
menjadi customer-focused company.
• Pertanyaan 3: Mengapa kita harus menjadi
customer-focused company?
• Jawaban:…..
38
40. Analisa “5-Whys” yang benar kira-kira seperti ini:
• Pertanyaan 1: Mengapa pekerja menggunakan baut
yang salah?
• Jawaban: Ia kebingungan harus memilih baut yang
mana
• Pertanyaan 2: Mengapa dia bingung?
• Jawaban: Dia tidak bisa menemukan jawaban dalam
panduan perakitan.
• Pertanyaan 3: Mengapa dia tidak menemukannya di
panduan perakitan?
• Jawaban: Dia membaca panduan perakitan hanya
selama 5 menit.
• Pertanyaan 4: Mengapa dia hanya membaca selama
5 menit?
• Jawaban: Dia tidak punya waktu untuk membaca
keempat panduan perakitan karena deadline.
• Pertanyaan 5: Mengapa terdapat 4 panduan peraki-tan?
• Jawaban:…..
5-Whys adalah alat bantu yang ‘kelewat sederhana’
hingga seringkali muncul kesalahan penggunaan. Bah-kan
beberapa kali, ujung dari 5-Whys ini nantinya ada-lah
kesalahan manajemen dan rendahnya kompetensi
SDM. Jika terjadi seperti itu, 9 dari 10 kali kejadian ada-lah
karena kesalahan cara melakukan analisa 5-Whys.
WARNING: Alat bantu ini juga memiliki kelemahan
karena cenderung mengikuti 1 alur berpikir. Misalnya
untuk kasus diatas, tim akan luput memperhatikan
apakah bahasa panduan sudah cukup jelas, mengapa
diperlukan panduan perakitan, mengapa pekerja
memiliki pilihan baut lain? Sangat disarankan untuk
menggunakan 5-Whys dengan alat bantu lain. Atau
minimal menggunakannya beberapa kali untuk masa-lah
yang sama.**
“Live as if you were to die
tomorrow. Learn as if you
were to live forever.”
Mahatma Gandhi
39
41. SECTION 3
Diagram Fishikawa
Fishbone Diagram atau Diagram Tulang
Ikan ini adalah alat bantu sederhana den-gan
penggunaan yang sangat umum.
Nama lain dari diagram ini adalah Dia-gram
Ishikawa, Cause-and-Effect Dia-gram,
bahkan ada yang menggabung-kannya
menjadi Fishikawa. Mengapa
Disebut Diagram Tulang Ikan?
Pernah suatu kali ada yang bertanya
mengapa tulang ikan dan bukan tulang
lainnya. Saya tertawa terbahak-bahak,
Sekilas
1. Fishbone Diagram atau
Diagram Tulang Ikan ini
adalah alat bantu
sederhana dengan
penggunaan yang sangat
umum.
2. Tulang ini diberi judul
dengan tujuan kita bisa
berpikir dari sudut
pandang yang berbeda.
3. Menggunakan 5-Whys
untuk menggali lebih
dalam Diagram Tulang
Ikan sangatlah disarankan.
Dengan demikian kita bisa
melihat dari lebih banyak
sudut pandang dan
mendalam.
40
42. tetapi ternyata pertanyaan ini juga ada artinya. Coba
bayangkan diagram tulang ayam, paha ayam ben-tuknya
lurus. Artinya kita berasumsi bahwa hanya ada
1 sebab untuk 1 akibat.
Diagram Tulang Ikan bentuknya seperti ini:
Sisi paling kanan adalah akibat alias y. Sementara tu-lang
ikan berisi sebab-sebab alias x.
Setiap tulang utama diberi judul:
• Machine (technology)
• Method (process)
• Material (termasuk Raw Material, Consumables, dan
Informasi)
• Man Power (physical work)
• Measurement (Inspection)
• Mother Nature (Environment)
Tulang ini diberi judul dengan tujuan kita bisa berpikir
dari sudut pandang yang berbeda. Anda juga bisa
membaca Six Thinking Hats dengan cara berpikir
yang sama. Ini mengurangi kemungkinan kita terlalu
fokus pada salah satu aspek saja, misalnya menyalah-kan
Manpower.
Saat Anda mengisi tulang Machine, artinya Anda harus
berpikir apa saja faktor terkait mesin yang menyebab-kan
masalah ini. Begitupun, saat Anda ‘dipaksa’ untuk
pindah berpikir ke tulang Material.
41
43. Alat bantu ini sangat sederhana dan bisa digunakan da-lam
situasi apapun. Anda bisa mengganti judul tulang
sesuai keinginan Anda. Gunakan alat bantu ini saat
Anda ingin melihat kemungkinan akar masalah dari
berbagai aspek atau sudut pandang.
Menggunakan 5-Whys untuk menggali lebih dalam Dia-gram
Tulang Ikan sangatlah disarankan. Dengan de-mikian
kita bisa melihat dari lebih banyak sudut pan-dang
dan mendalam.**
“Sometimes when you
innovate, you make
mistakes. It is best to admit
them quickly, and get on
with improving your other
innovations.”
Steve Jobs
42
SHIFT FEATURED IDEAS INDUSTRY NEWS PRINT EDITION ! "
OPEXCON13
Tonton Video 30 Detik Opexcon:
Free Ideas!
Tim konsultan SSCX akan
memilihkan artikel dan ide menarik
untuk Anda, maksimal 1 email per
minggu.
Nama:
Free Articles, Ideas, Insights:
Email:
www.shiftindonesia.com
SUBSCRIBE
FEATURED POSTS
8 “Dosa Besar” yang
Menggagalkan Program
Lean
Mengenal DMAIC dan 7
Waste di Bisnis
Perbankan dan Jasa
Finansial
5 Hasil Luar Biasa dari
Implementasi Lean Six
Sigma di Perbankan
Bagaimana Amazon
Menaklukkan Dua Batu
Kembarnya
Concept
Toolbox
Financial
Manufacturing
Mining
Services
Profile
News
The View
OPEXCON
Glossary
Download
Edisi Cetak
8 “Dosa Besar” yang
Menggagalkan Program Lean
Shift - October 25, 2013 - Featured, Ideas
Semua strategi dan aktifitas telah dirancang dengan sempurna. Semua sumber daya
telah dianggarkan dan dipersiapkan. Berbagai rapat telah dilaksanakan untuk
menentukan area perbaikan. Semua orang merasa bergairah untuk segera mulai
menjalankan proyek Lean Six Sigma terbaru di perusahaan. Dengan semua persiapan
tersebut, kegagalan implementasi Lean menjadi mimpi buruk semua orang. Lalu
bagaimana menghindari kegagalan yang mengerikan itu?
Continue Reading
Mengenal DMAIC dan 7 Waste di
Bisnis Perbankan dan Jasa
Finansial
Shift - October 25, 2013 - Featured, Financial
DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control) adalah sebuah framework
yang digunakan dalam mengatur alur kerja sebuah proyek improvement,
yang biasanya digunakan dalam proyek-proyek berbasis Six Sigma (dan Lean
Six Sigma tentunya). Penggunaan DMAIC memungkinkan anda untuk
meningkatkan proses bisnis dengan terstruktur. Setiap fase akan
membangun fase berikutnya, dengan tujuan untuk mencapai target berupa
solusi (untuk permasalahan dalam proses bisnis) yang efektif dan bertahan
lama. Continue Reading
5 Hasil Luar Biasa dari
Implementasi Lean Six Sigma di
Perbankan
Shift - October 24, 2013 - Featured, Retail and Transactional
Type keyword and hit enter...
44. SECTION 4
Assumption is The Mother of…
Pertanyaan: Bagaimana Anda memasukkan seekor
jerapah dewasa ke dalam kulkas?
Jawaban: Buka kulkas, masukkan jerapah tersebut
ke dalam kulkas, dan tutup pintunya.
Pertanyaan ini sebenarnya banyak digunakan menguji
apakah Anda cenderung memikirkan hal-hal seder-hana
dengan cara yang terlalu rumit. Ataukah
cenderung berpikir terlalu sederhana.
Seringkali kita langsung berpikir kompleks sebelum
berpikir sederhana. Tidak ada yang salah dengan ber-pikir
kompleks, toh umumnya masalah yang kita ha-dapi
sekarang adalah hasil dari kompleksitas yang
ada. Entah necessary complexity atau bukan.
Yang kerap menjadi hambatan dalam problem solving
adalah seringkali kita sudah memiliki asumsi-asumsi.
Kita berasumsi bahwa jerapah pastinya tinggi sekali
dan kulkas pastilah jauh lebih kecil daripada Jerapah.
Asumsi.
“Assumption is the mother of all screw-ups.” ~
Eugene Lewis Fordsworthe
Di artikel sebelum ini, kita membahas bagaimana Tikus
Kecil menggampangkan solusi sementara di artikel ini
giliran cerita Jerapah membuat kita harus mencoba ti-dak
membatasi pemikiran kita dengan asumsi-asumsi
yang belum tentu benar. **
*Salah satu partner di SSCX suka sekali menggunakan statement Ford-sworthe
dalam rapat dan diskusi di SSCX. Saya mengingat kalimat ini
karena rapat dan diskusi tersebut.
43
45. CHAPTER 5
Result = Q x A
Result adalah hasil dari pengalian Quality of Idea (kualitas ide atau solusi) dan Acceptance
(penerimaan ide). Seringnya sebuah ide berkualitas, tetapi tidak ada yang menerima ide tersebut dan
hasil otomatis juga tidak akan muncul. Memperhatikan kedua faktor ini adalah esensial untuk
memastikan kesuksesan dari problem solving activity.**
44
46. SECTION 1
Menemukan Solusi
“Every problem is an opportunity.”
Kilchiro Toyoda, founder of Toyota
Jika Anda sudah mengetahui akar masalah, maka lang-kah
berikutnya adalah menentukan solusi. Anda dapat
memulai dengan menampilkan informasi akar masalah
yang telah ditemukan dan diduga kuat berkontribusi
besar pada masalah yang sedang dibahas. Saya meng-gunakan
kata ‘diduga kuat’ karena dalam bahasan ini
45
47. saya belum menjelaskan penggunaan alat bantu yang
dapat menghindari kita pada situasi hanya menduga-duga
akar masalah.
Setelah Anda menentukan akar masalah yang akan
Anda perbaiki, menentukan solusi adalah suatu proses
kreatif. Proses analisa akar masalah cenderung analitis,
sementara proses mencari solusi cenderung kreatif. Wa-lau
demikian, cukup banyak kasus dimana solusi yang
perlu dijalankan bukanlah sesuatu yang baru dan tidak
pernah dijalankan.
Anda awalnya akan banyak menemukan solusi untuk
hal-hal ini:
• Konsistensi menjalankan prosedur
• Terlambatnya informasi atau feedback loop
Baru setelah itu, Anda akan banyak bersinggungan den-gan
hal-hal atau ide baru. Di sini, tantangan akan lebih
banyak. Kenapa? Karena Anda akan melakukan hal
baru dan pada praktiknya menjalankan hal baru itu san-gatlah
sulit.
Umumnya sulitnya bukan karena teknis, tetapi pada fak-tor
penerimaan atas ide tersebut. Anda pasti pernah
mendengar:
1. Ooo, cara itu tidak akan bisa di sini.
2. Masalahnya begini,…
3. Kita sudah pernah lakukan hal tersebut.
4. Solusi ini tidak akan bisa karena…
Sulit bagi ebook ini untuk menjejalkan dengan ringkas
bagaimana cara menemukan solusi dikarenakan variasi
yang sangat tinggi antara satu masalah dengan masa-lah
yang lain. Saya akan masuk ke aspek penerimaan
ide dan juga bagaimana menentukan prioritas.**
Iklan: Company Profile SSCX di tautan ini
46
48. SECTION 2
Penerimaan Ide
“Success doesn't necessarily come
from breakthrough innovation but
from flawless execution.”
Naveen Jain
Saya rasa bukan hal aneh saat Anda me-lihat
ide yang luar biasa bagus tetapi ti-dak
dijalankan. Menjalankannya juga
kita lihat sebenarnya mudah saja, tidak
membutuhkan upaya yang sangat keras.
Mengapa? **
Sekilas
1. Result adalah hasil dari
pengalian Quality of Idea
(kualitas ide atau solusi)
dan Acceptance
(penerimaan ide).
Seringnya sebuah ide
berkualitas, tetapi tidak
ada yang menerima ide
tersebut dan hasil
otomatis juga tidak akan
muncul.
2. Atribut-atribut penerimaan
ide adalah:
• Keuntungan Relatif
• Kompatibilitas
• Kompleksitas
• Trialability
• Observability
47
49. Goldman dan
Troli-nya
Sekarang ini berbelanja di hypermarket ataupun super-market,
yang pertama kali kita lakukan adalah mengam-bil
trolley belanja. Tahukah Anda bahwa awalnya untuk
membuat pengunjung menggunakan shopping cart ini
ternyata tidak mudah!
Adalah Sylvan Goldman yang membeli jaringan super-market
Piggly Wiggly pada tahun 1934. Setelah mem-beli
jaringan ini, Goldman mulai mengamati apa yang
dilakukan pengunjung supermarketnya. Dia sedang
khawatir karena angka sales dan marjin yang terus
menipis. Saat Goldman mengamati behavior pengun-jung,
ia menemukan banyak hal menarik. Dalam kon-teks
saat ini, istilah Gemba adalah istilah tepat untuk
menggambarkan hal ini, atau 'blusukan' jika menurut
Jokowi.
Salah satu observasinya adalah ternyata para pengun-jung
berhenti berbelanja setelah keranjang belanjaan
mereka menjadi berat.
Ia dan mekaniknya menemukan solusi untuk hal ini
yaitu troli! Sekilas, ini adalah ide luar biasa yang tidak
mungkin ditolak siapapun. Akan tetapi, pada saat imple-mentasi,
ia menemukan adanya resistensi. Pengunjung
pria tidak suka menggunakan troli karena terkesan ti-dak
macho, wanita merasa tidak fashionable, semen-tara
pengunjung yang lebih tua tidak mau terkesan
lemah.
Walhasil, butuh banyak taktik dan waktu bagi Goldman
hingga akhirnya semua orang terbiasa menggunakan
troli dan bahkan berkembang terus menerus hingga
saat ini dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari
berbelanja.**
48
50. 5 Elemen
Penerimaan
Ide
All imaginable inventions have already been
invented. - Manager of the American Patent
Agency - Charles Duell, 1899
Everett M. Rogers adalah seorang ahli difusi inovasi. Ia
telah meneliti bagaimana orang mengadopsi produk
baru , jasa atau praktek gaya hidup. Dalam penelitian-nya
ia mengisolasi lima sifat inovasi yang membantu un-tuk
mempercepat penerimaan mereka dan kemudian
diadopsi.
Atribut-atribut tersebut adalah:
1. Keuntungan Relatif
2. Kompatibilitas
3. Kompleksitas
4. Trialability
5. Observability
Keuntungan relatif adalah ukuran dari seberapa jauh
lebih baik suatu inovasi dari ide atau produk yang di-gantikannya.
Ini adalah salah satu pendekatan yang pal-ing
umum dan paling efektif untuk menjual ide. Idenya
harus jelas menggambarkan keuntungan dalam hal
biaya lebih rendah, peningkatan kenyamanan, atau
penghematan waktu dan usaha.
Kompatibilitas. Apakah ide Anda konsisten dengan
nilai-nilai , pengalaman masa lalu dan kebutuhan indi-vidu
atau kelompok yang berpotensi akan mengadopsi-nya?
Hal ini sangat mungkin bahwa Anda akan mem-beli
produk atau perubahan aspek gaya hidup Anda
yang bertentangan dengan nilai-nilai Anda. Adalah jauh
lebih mungkin bahwa Anda akan mengadopsi inovasi
yang konsisten dengan mereka.
49
51. Kompleksitas adalah bagaimana sulitnya untuk mema-hami
atau menggunakan ide baru Anda. Semakin kom-pleks
ide Anda tampaknya, semakin kecil kemungkinan
akan diterima. Keep it simple . Mungkin salah satu con-toh
terbaik dari tetap sederhana dan peluncuran pro-duk
yang sukses adalah komputer Macintosh.
Trialability adalah kualitas sebuah inovasi yang me-mungkinkan
pengadopsi potensial atau pelanggan un-tuk
bereksperimen dengan ide secara terbatas sebe-lum
“membeli itu”. Test mengendarai mobil baru adalah
contoh yang sangat baik trialability.
Observability adalah karakteristik dari sebuah inovasi
yang membuatnya terlihat orang lain. Jika Anda men-jual
ide atau konsep tidak berwujud , seperti asuransi
jiwa , apa hasil yang terlihat dari apa yang Anda beli ?
Dalam cara apa Anda dapat membuat hasil yang
nyata? Dapatkah orang benar-benar melihat hasilnya?
Bisakah Anda mengajak mereka ke lokasi lain yang te-lah
mengadopsi ide sehingga mereka dapat melihat se-cara
langsung implementasi ide Anda?
Ingat, melihat adalah percaya, seeing is believing.**
Jadwalkan agenda Anda dengan Indonesia Operational
Excellence Conference and Award 2014.
Acara tahunan ini digelar pada 12 November 2014.
www.opexcon.com
+62-21-5763020 atau info@sscx.asia
50
52. SECTION 3
Semmelweis si Penyelamat Ibu
Ignaz Philipp Semmelweis, 1 Juli 1818 - 13 Agustus
1865 adalah seorang dokter Hungaria yang dikenal se-bagai
pelopor awal prosedur antiseptik. Ia dikenal juga
sebagai “penyelamat ibu”. Semmelweis menemukan
bahwa kejadian demam nifas bisa dipotong secara
drastis dengan menggunakan desinfeksi tangan di
klinik kandungan.
Demam nifas adalah hal umum di rumah sakit perten-gahan
abad 19 dan seringkali demam ini berakibat fa-tal
dengan tingkat kematian mencapai 10-35%.
Semmelweis saat itu bekerja di Rumah Sakit Umum
Ignaz Philipp Semmelweis
51
53. Wina. Di rumah sakit ini, rasio kematian di klinik yang
ditangani dokter mencapai 3 kali lipat kematian di klinik
yang ditangani bidan!
Bahkan, diceritakan oleh Semmelweis bagaimana ibu-ibu
memohon agar dapat masuk ke klinik yang ditan-gani
bidan dan bukan ditangani dokter.
Semmelweis sangat heran dengan fenomena ini. Dan
menariknya, tidak semua orang merasa ini adalah
masalah yang harus diselesaikan. Semua orang, selain
Semmelweis dan ibu-ibu, merasa ini wajar.
Dari pengamatannya, ia menemukan bahwa klinik dok-ter
memiliki tingkat kematian tinggi karena dokter juga
melakukan otopsi (pada mayat), sementara bidan tidak
melakukan otopsi. Ia lewat beberapa penelitiannya, me-nemukan
bahwa ada partikel dari mayat yang menye-babkan
hal ini. Ia mengusulkan perlunya cuci tangan se-belum
tindakan medis.
Ia menerbitkan sebuah buku terkait temuannya dalam
buku Die Ätiologie, der Begriff und die Prophylaxis des
Kindbettfiebers (Etiologi, Konsep, dan Pencegahan De-mam
Nifas). Di sana, ia menampilkan berbagai kisah
sukses di mana tingkat kematian berkurang hingga di
bawah 1% hanya dengan melakukan pencucian tan-gan
dokter.
Walaupun demikian, ide ini tidak diterima secara
umum. Pengamatan Semmelweis bertentangan den-gan
pendapat ilmiah dan medis yang berkembang
pada saat itu. Beberapa dokter bahkan tersinggung
atas saran bahwa mereka harus mencuci tangan
mereka. Sayangnya, Semmelweis tidak bisa memberi-kan
penjelasan ilmiah mengenai temuannya ini.
Ide dan solusi dari Semmelweis baru mendapat peneri-maan
luas dari kalangan medis beberapa tahun setelah
kematiannya. Penerimaan ini muncul setelah Louis Pas-teur
mengkonfirmasi teori kuman dan Joseph Lister,
yang menggunakan hasil penelitian Pasteur yakni
menggunakan metode higienis dan memiliki tingkat suk-ses
tinggi pada tindakan medisnya. **
52
54. SECTION 4
Suatu saat Anda akan dihadapi pada situasi dimana
Anda memiliki banyak hal yang harus dilakukan. Salah
satu alat bantu untuk mempermudah Anda memilih
adalah PICK Chart, yaitu Possible, Implement, Chal-lenge,
dan Kill. Atau ada juga matriks serupa yang dise-but
Benefit - Effort Matrix.
Kita harus memberikan pembobotan apakah sebuah
ide aksi merupakan High Effort, Low Effort, High Im-pact,
Low Impact. Idealnya yang kita akan lakukan di
awal adalah High Impact - Low Effort. Dan, yang ingin
kita hindari adalah Low Impact, High Effort.
Benefit vs Effort
53
55. Kita memberikan nilai akhir pada Effort berdasar-kan
elemen:
1.Waktu yang diperlukan
2. Sumber daya yang diperlukan
3. Resiko dalam aksi ini
4. Tingkat penerimaan
Sementara, untuk Benefit alias Impact berdasar-kan
elemen:
1. Kemampuan menyelesaikan masalah
2. Alignment pada strategi dan fokus perusahaan
Cara menggunakannya sederhana, Anda perlu mem-berikan
pembobotan dan standar penilaian untuk tiap
komponen. Anda bisa membuat sendiri standar Anda
yang kemudian bisa diterima dan dijadikan acuan oleh
tim.
Jika Anda melakukannya dengan benar, maka Anda
akan mendapatkan beberapa solusi yang masuk di
masing-masing kategori, tentunya setelah Anda
mengkonfirmasi ulang lagi dengan tim setelah proses
plotting selesai.
Prioritas utama adalah solusi di kotak Implement. Inilah
solusi yang menurut tim kita memiliki impact yang
tinggi dengan upaya yang cenderung lebih rendah. Jika
Anda memiliki waktu atau sumber daya lebih, Anda
juga dapat menjalankan solusi di kotak Possible.
Jika Anda memiliki banyak solusi di Challenge (dan di
situasi tertentu Anda malah tidak memiliki solusi di Im-plement,
tetapi hanya di Challenge), tugas Anda adalah
coba menggali dan mengkonfirmasi apakah memang
effortnya dikategorikan besar, apakah bisa dipersempit
ruang lingkup solusinya dll.
Alat bantu ini tentunya sangat tepat
digunakan saat Anda sudah menetap-kan
ide-ide apa saja yang akan diek-sekusi
dan jumlahnya ‘cukup’ banyak.
Saya menggunakan kata ‘cukup’ karena definisi ini bisa
berbeda antar orang, antar tim.
“The essence of strategy is choosing
what not to do.”
Michael Porter
54
56. SECTION 5
Dalam banyak sesi diskusi dengan klien, tim SSCX ser-ing
menunjukkan peluang perbaikan (opportunities for
improvement) dan kadang bagaimana cara menyelesai-kan
sebuah masalah. Menariknya, saat kami menyam-paikan
apa yang perlu dan bisa dilakukan banyak yang
mengatakan “Kalau cuma ini, kami juga bisa”.
Dalam banyak sesi sebenarnya kalimat yang ingin
disampaikan klien adalah “Kalau cuma ini, kami juga
bisa. This is obvious. Saya tidak butuh orang lain un-tuk
membantu saya menyelesaikan masalah ini kalau
solusinya cuma segini”.
This is Obvious
55
57. Saat salah satu klien SSCX mengganti pola shift kerja
operator dan menghemat banyak uang, sebagian ek-sekutif
mengatakan bahwa “Ya, ini common sense, ini
sesuatu yang sangat jelas, dari awal kita aware bahwa
kita harus menggantinya”. Tetapi hal ini tidak terjadi
sampai tim SSCX membantu mereka dan memastikan
mereka menggantinya.
Pernah, saat kami mengganti kantong belanja di se-buah
perusahaan ritel dengan spesifikasi yang lebih ren-dah
(dan biaya yang lebih rendah) tetapi masih dapat
diisi dengan beban barang sesuai dengan kebutuhan
pelanggan, eksekutif perusahaan mengatakan bahwa
“Ya, ini sesuatu yang sangat jelas dan kami sudah tahu
dari dulu, ini hanya tinggal menunggu waktu untuk di-jalankan”.
Di sektor manapun, hal yang sama terjadi, saat kami
menjalankan perubahan pada cara setup sebuah mesin
produksi, waktu setup turun dari 3 jam menjadi 25
menit, lagi-lagi ada direktur yang merasa bahwa ini se-suatu
yang mudah dan mereka cuma heran kenapa or-ang
di Produksi tidak melakukan ini lebih awal.
Di awal-awal keterlibatan saya di bidang ini, saya ma-sih
muda dan tidak begitu paham kenapa ini terjadi.
Pertanyaan saya, sebagian terlontar saat sesi me-manas
dan sebagian lagi saya sampaikan dalam hati:
“Jika anda sudah tahu, dan jika ini gampang, mengapa
anda tidak melakukannya sebelum kami ke sini?”
Columbus sedang makan dengan beberapa bangsa-wan
Spanyol setelah ia menemukan benua Amerika, ke-mudian
salah satu dari mereka berkata: “Sir Christo-pher,
bahkan jika Anda tidak menemukan benua itu, be-nua
itu tetap akan segera ditemukan. Negeri ini berlim-pah
dengan orang yang sangat ahli dalam kosmografi
dan sastra, salah satu dari mereka akan memulai petua-langan
yang sama dengan hasil yang sama.”
Columbus tidak menanggapi kata-kata tetapi malah
meminta telur utuh untuk dibawa kepadanya. Dia mele-takkannya
di atas meja dan berkata: “Tuan, saya berta-ruh
dengan salah satu dari Anda bahwa Anda tidak da-pat
membuat telur ini berdiri pada ujungnya seperti aku
akan melakukannya tanpa bantuan apapun atau ban-tuan”.
Mereka semua kemudian mencoba tetapi tidak berhasil
dan ketika telur kembali ke Columbus, ia mengetuk te-lur
dengan lembut di meja dan memecahkan telur ini se-dikit,
dengan ini telur berdiri di ujungnya. Semua orang
56
58. kemudian berkata bahwa kalau cuma seperti itu
mereka juga bisa. Kemudian Columbus menjelaskan
poinnya:
“…setelah sesuatu telah dilakukan, semua orang akan
tahu bagaimana melakukannya…”
Mungkin Anda masih ingat “insiden” logo Pertamina.
Pertamina membayar mahal ke sebuah perusahaan
branding untuk sebuah identitas baru. Saat semua or-ang
melihat logo baru Pertamina, semua mencibir
“Masa’ untuk logo seperti ini saja sekian Milyar Ru-piah?”
Sekali lagi, segala sesuatunya terlihat mudah dan da-pat
dilakukan saat seseorang telah melakukannya dan
menunjukkannya pada Anda.**
“I have not told half of
what I saw.”
Marco Polo
Lean Manufacturing
Six Sigma
Total Productive Maintenance
Productivity Improvement
www.sscxinternational.com
57
59. SECTION 6
Dewan Tikus Mencari Solusi
Di sebuah ladang, tikus-tikus mengadakan satu rapat
besar untuk mempertimbangkan langkah-langkah apa
yang bisa mereka ambil untuk mengecoh musuh ber-sama
mereka. Si Kucing. Akhir-akhir ini, mereka san-gat
terganggu dengan Kucing yang dibawa Pemilik La-dang
ke ladang tersebut.
Beberapa tikus punya solusi ini dan itu, tetapi tidak
ada yang dianggap akan efektif. Hingga akhirnya see-kor
tikus muda berdiri dan berkata dia punya usulan
yang akan menyelesaikan masalah mereka ini. Semua
orang menatap dan serius mendengarkan solusi apa
yang ditawarkan tikus muda ini.
58
60. “Anda semua pasti setuju," katanya, "bahwa masalah
utama kita adalah kita tidak tahu dimana dan kapan
musuh kita ini mendekati kita. Sekarang, jika kita bisa
membuat sinyal saat ia mendekat, kita dapat dengan
mudah melarikan diri darinya. Saya mengusulkan
adanya sebuah lonceng kecil untuk kita gantung di le-her
kucing. Dengan ini, berarti kita akan selalu tahu
ketika ia berada di sekitar kita, dan bisa dengan mudah
lari menghindarinya. "
Proposal ini disambut dengan tepuk tangan seluruh pe-serta
rapat, sungguh ide cemerlang. Sampai seekor
tikus tua yang bijaksana berdiri dan berkata: “Itu ide
yang sangat baik, tapi siapa yang akan menggantung-kan
lonceng ke leher Kucing?”
Tikus tua ini menatap satu sama lain dan tak seorang
pun berbicara.
Fabel Aesop ini masih sangat relevan dengan situasi
hari ini, semua orang seakan memiliki banyak solusi
dan terkadang solusi tersebut sangat tidak masuk akal
dan (terkesan) sangat menggampangkan segala sesua-tunya.
Untuk menghindari situasi seperti ini, kita dapat men-coba
menggali lebih detail, lebih dalam, tidak hanya se-kedar
judul utama. Misalnya untuk permasalahan kema-cetan
lalu lintas, muncullah solusi: “Meningkatkan par-tisipasi
publik pada transportasi umum”, jika kita drill
lebih dalam, kita akan memiliki beberapa actionable-solution:
1. Pengumpulan data dan analisa statistik titik kemace-tan
per satuan 10 menit.
2. MenentukanTop-30 rute commuter terpadat dari pe-mukiman
ke area kerja
3. Dan seterusnya.
Actionable-solution hasil drill ini bias-anya
lebih feasible dan juga akan lebih
mudah dijalankan. Dan tentunya akan
lebih mudah diterima.**
59
61. SECTION 7
Kebiasaan Baru Pepsodent
Suatu hari pada awal 1900-an, seorang pengusaha
terkemuka di Amerika bernama Claude C. Hopkins
didekati oleh seorang teman lama dengan ciptaan
baru yang menakjubkan: pasta gigi rasa mint dan ber-busa
yang ia namakan Pepsodent. Hopkins adalah sa-lah
satu eksekutif periklanan yang sangat terkenal.
Kontribusi Hopkins nantinya bukanlah meledakkan
penjualan pepsodent, tetapi membantu menciptakan
kebiasaan menyikat gigi secara nasional di Amerika.
Pada saat itu, hampir tidak ada orang Amerika meng-gosok
gigi mereka. Sepuluh tahun setelah iklan dan
promosi dari Hopkins, menyikat gigi telah menjadi rit-
60
62. ual harian selama lebih dari setengah populasi. Bagai-mana
Hopkins bisa mengubah kebiasaan?
Dalam buku yang sangat menarik, The Power of
Habit, Duhigg menceritakan bagaimana Hopkins mem-buat
kebiasaan baru di Amerika.
Secara ringkas, Hopkins menciptakan kebiasaan menyi-kat
gigi dengan mengidentifikasi sinyal yang sederhana
dan jelas (cue), memberikan hadiah atau reward yang
jelas dan dengan menciptakan keinginan neurologis
(neurological craving).
Ketika Hopkins setuju untuk mempromosikan Pep-sodent,
dia menyadari bahwa dia harus menemukan
pemicu (trigger) agar Pepsodent digunakan setiap
hari. Dia duduk dengan tumpukan buku tentang kese-hatan
gigi dan setelah sekian lama akhirnya ia mene-mukan
referensi ke plak musin pada gigi , yang ia se-but
'film' atau sebuah lapisan tipis di gigi. Lapisan yang
dimaksud Hopkins adalah satu lapisan licin yang bisa
kita sentuh dan rasakan dengan lidah kita. Coba sen-tuh
gigi
Anda dengan lidah, apakah Anda merasakan satu
lapisan licin tersebut?
61
63. Segera setelah itu, Hopkins memenuhi kota dengan
iklan-iklan "Hanya dengan menempelkan lidah di gigi,
Anda akan merasakan adanya film - itulah yang mem-buat
gigi Anda terlihat tidak putih dan menyebabkan ke-rusakan.”
“Mengapa setiap wanita memiliki film yang suram di
giginya? Pepsodent menghilangkan film!"
Dalam buku The Power of Habit itu, diceritakan bahwa
semua kebiasaan (tidak peduli seberapa besar atau ke-cil),
memiliki tiga komponen:
1. Isyarat/cue atau sinyal
2. Pemicu/trigger untuk perilaku tertentu, sebuah rutini-tas,
yang merupakan perilaku/habit itu sendiri
3. Hadiah/reward, yang merupakan apa yang diingat
otak Anda.
Ketika Hopkins mengidentifikasi film pada gigi, ia mene-mukan
isyarat/sinyal yang telah ada selama ribuan ta-hun.
Imbalan/reward yang Hopkins janjikan sulit untuk
ditolak. Siapa yang tidak ingin senyum cantik? Penjua-lan
Pepsodent benar-benar meledak pada saat itu
karena munculnya kebiasaan baru di Amerika yaitu
menggosok gigi.
Tidak seperti pasta gigi lain dari periode itu, Pepsodent
mengandung asam sitrat, minyak mint dan bahan kimia
unik lainnya. Menariknya, dari salah satu bahan kimia
tersebut, ada efek tak terduga seperti ini: adanya sen-sari
baru di lidah dan gusi, seperti satu sensasi segar
yang sebenarnya lebih mirip sensasi kesemutan ringan.
Ketika para peneliti di kompetitor mulai mewawancarai
konsumen Pepsodent, mereka menemukan bahwa
orang-orang mengatakan bahwa jika mereka lupa un-tuk
menggunakan Pepsodent, mereka menyadari kesa-lahan
mereka karena mereka tidak merasakan adanya
sensasi di lidah dan gusi. Jika sensasi tersebut tidak
ada, rasanya mulut mereka tidak bersih.
Claude Hopkins ternyata tidak menjual gigi yang indah,
dia menjual sensasi. Orang seperti mengasosiasikan
sensasi tersebut dengan rasa bersih. Sebenarnya,
sensasi tersebut tidak berpengaruh pada apakah gigi
akan bersih atau tidak, tetapi sensasi tersebut meyak-inkan
pengguna bahwa Pepsodent sedang secara aktif
bekerja membersihkan.**
62
64. Gagak
Selesaikan
Masalah
Seekor gagak yang kehausan setengah mati menemu-kan
sebuah pithcher yang ternyata airnya tinggal se-dikit.
Ketika si gagak menempatkan paruhnya yang pan-jang
ke dalam mulut pitcher ternyata ia tidak bisa men-capai
cukup jauh ke bawah untuk mendapatkan air itu.
Dia mencoba, dan ia mencoba, tapi akhirnya harus
menyerah dalam keputus-asaan. Kemudian ia menemu-kan
sebuah ide, ia mengambil kerikil dan menjatuhkan-nya
ke dalam pithcher itu.
• Lalu ia mengambil kerikil lain dan menjatuhkannya lagi.
• Lalu ia mengambil kerikil lain dan menjatuhkannya lagi.
• Lalu ia mengambil
kerikil lain dan menja-tuhkannya
lagi.
• Lalu ia mengambil
kerikil lain dan menja-tuhkannya
lagi.
• Lalu ia mengambil
kerikil lain dan menja-tuhkannya
lagi.
Akhirnya, akhirnya, ia
melihat air mulai naik hingga ke permukaan leher
pitcher tersebut dan setelah beberapa kerikil kemudian
ia mampu menyeruput air dan menyelamatkan nya-wanya.
Sedikit demi sedikit, jika dilakukan secara konsisten
dengan sasaran yang jelas bisa membawa perubahan
signifikan. Begitupun aktivitas perbaikan proses dan
penyelesaian masalah. Menyelesaikan masalah sedikit
demi sedikit karena keterbatasan sumber daya lebih
baik daripada membiarkannya.**
63
65. Simple
Reaction Plan
Saya cukup suka fabel Aesop berikut ini. Relevan den-gan
bagian sebelumnya dari buku ini, fabel Kucing vs
Rubah ini menceritakan bagaimana jika kita memiliki
terlalu banyak pilihan dan analisa hingga akhirnya ma-lah
merugikan kita sendiri.
Rubah membual ke seekor Kucing tentang cara dia me-larikan
diri dari musuh-musuhnya. “Saya memiliki sera-tus
cara untuk melarikan diri dari musuh-musuhku.”
“Aku hanya punya satu," kata Kucing, "tapi aku selalu
berhasil melarikan diri.”
Tepat pada saat itu mereka mendengar suara sekelom-pok
anjing datang ke arah mereka, dan Kucing segera
berlari di atas pohon dan bersembunyi di dahan. "Ini
adalah taktik saya," kata Kucing. "Apa yang akan kamu
lakukan?"
Si Rubah memikirkan opsi pertama, kemudian opsi ke-dua
dan seterusnya. Sementara ia sedang berpikir,
kelompok anjing datang semakin dekat, dan akhirnya
Rubah dalam kebingungannya tertangkap oleh anjing-anjing
dan segera dibunuh oleh pemburu.
“Lebih baik satu cara aman yang pasti daripada sera-tus
yang tidak pasti.”
Setelah Anda menyelesaikan problem solving Anda
dan kemudian solusi telah dijalankan, pastikan Anda
juga menyediakan Reaction Plan agar mereka yang
menjalankan solusi ini memiliki rencana aksi yang jelas.
Reaction Plan ini kerap dikenal juga dengan Control
Plan. Contoh penggunaannya adalah kita membuat
satu list berisi potensi variasi di masa yang akan da-tang,
misalnya jika nantinya jumlah antrian mencapai
10, apa yang kita lakukan. Jika jumlah subscriber
melonjak 100 dalam 1 hari, apa yang kita lakukan. Ren-cana
yang telah diatur matang ini akan sangat mem-bantu
mereka yang menemukan variasi di proses
mereka.**
64
66. CHAPTER 6
Ada banyak case study yang bisa digunakan di ebook ini. Saya memilih salah satu yang pernah saya
temukan di internet, sebuah kasus yang ditangani kepolisian di Seattle Police Department. Tautan
case studies ini dapat diakses di sini. Dalam ebook yang akan saya rilis berikutnya, akan lebih
banyak kasus yang directly-related ke industri.
65
Case Study
67. SECTION 1
Case Study: Glass Gallery
Selama musim panas, ketika suhu udara
lebih tinggi, karyawan Fifth Avenue
Glass Gallery harus membuka pintu ge-ser
mereka yang besar, tepatnya beruku-ran
4.5 meter, untuk mendinginkan galeri
mereka karena mereka bekerja meniup
kaca. Ya, kaca adalah seni dan dibuat
dengan teknik glass-blowing.
Selama bulan-bulan musim panas pen-ghuni
Charlesgate Apartments, yang ter-letak
tepat di belakang Fifth Avenue
Lorem Ipsum
1. Setidaknya dua atau tiga
kali seminggu selama
musim panas, penghuni
Charlesgate Apartemen
menelepon 911 mengeluh
tentang kebisingan.
2.Officer Hayes menemukan
sejumlah faktor yang
berkontribusi terhadap
keluhan kebisingan.
3. Melalui langkah-langkah
penyelesaian masalah,
keluhan kebisingan
dihapuskan dan semua
orang diuntungkan.
Figure 6.1 Hasil Karya Maestro Lino Tagliapietra
Tagliapietra adalah seorang maestro kaca dari Venice, Italia. Karyanya dikenal seluruh pecinta seni kaca. Dalam
Case Study ini, saya menggunakan karya Tagliapietra untuk seluruh gambar hanya untuk mempermudah visu-alisasi.
Ia sendiri tidak terkait dengan Case Study ini.
66
68. Glass Gallery, pulang dari kantor mereka dan membuka
jendela kamar mereka untuk sirkulasi udara di aparte-men
mereka. Satu-satunya pemisah antara galeri kaca
tersebut dan gedung apartemen 60 unit ini adalah lo-rong
dengan lebar 4.5 meter.
Akibatnya, setidaknya dua atau tiga kali seminggu se-lama
musim panas, penghuni Charlesgate Apartemen
menelepon 911 mengeluh tentang kebisingan yang
berasal dari Fifth Avenue Glass Gallery. Pada bulan bu-lan
lain, keluhan tidak pernah ada karena pintu dan jen-dela
galeri, serta jendela apartemen, ditutup karena
cuaca dingin.
Untuk setiap keluhan yang mereka terima, petugas ke-polisian
akan tiba di lokasi, menghubungi pelapor, dan
meminta karyawan di galeri untuk mengurangi kebisin-gan.
Karyawan galeri ini selalu sopan kepada petugas
dan mematuhi permintaan untuk menutup pintu dan
jendela dan mengecilkan stereo mereka, masalah sele-sai.
Akan tetapi 2 hari lagi, kembali polisi harus datang
mengingatkan mereka.
Suatu saat, Officer Hayes, polisi yang ditugaskan ke
sana, memutuskan untuk mengambil langkah-langkah
tambahan untuk mengatasi masalah tersebut. Ia berbi-cara
dengan pemilik galeri dan melakukan survei langs-ung
di lokasi (bahasa lainnya: Gemba).
Officer Hayes menemukan sejumlah faktor yang berkon-tribusi
terhadap keluhan kebisingan. Pertama, galeri ini
merupakan studio tempat bekerja bagi sejumlah seni-man
kaca berbeda. Sehingga, walaupun petugas beru-lang
kali menanggapi kejadian dan meminta agar
orang-orang di studio ini menutup pintu pengiriman
dan jendela, seniman yang berbeda kemudian akan
bekerja di studio ini kemudian membuka pintu, dan
sama sekali tidak menyadari bahwa sebelumnya petu-gas
telah meminta mereka untuk menutup pintu ini.
67
69. Kedua, seniman biasanya bekerja di hari kerja hingga
jam 9 malam, kadang-kadang bahkan lebih malam lagi.
Karena itu, ketika warga Charlesgate pulang dari kerja
di malam hari, para seniman masih bekerja.
Ketiga, Officer Hayes juga melihat bahwa penempatan
tape yang dimainkan seniman di galeri saat bekerja
memberikan kontribusi signifikan terhadap masalah.
Tape ini terletak di sebelah pintu. Dengan demikian, ti-dak
ada penghalang untuk mencegah kebisingan dari
tape ke apartemen.
Dari pertemuan ini, Officer Hayes dan pemilik galeri se-pakat
untuk mengambil langkah-langkah proaktif untuk
mengurangi keluhan. Dia menerapkan beberapa aturan
baru, dan menjelaskan kepada setiap seniman yang
memanfaatkan studio, diantaranya mereka membatasi
waktu pintu dan jendala boleh dibuka selama musim
panas. Kemudian, karena keluhan kerap terjadi pada
malam hari ketika penghuni Charlesgate Apartemen pu-lang
kerja, pemilik galeri membuat aturan bahwa pintu
dan jendela ditutup pada jam 5 sore. Selain itu, ia juga
memindahkan tape ke sisi lain untuk mengurangi kebis-ingan
di gang.
Melalui langkah-langkah tersebut, keluhan kebisingan
dihapuskan dan semua orang diuntungkan. Petugas pa-troli
tidak lagi dipanggil ke tempat kejadian untuk me-nangani
keluhan berulang, penghuni Apartemen Char-lesgate
tidak lagi terganggu. Dan pemilik galeri menya-dari
masalah ini dan mendapatkan kesempatan untuk
mengatasi masalah sebelum masalah bertambah
parah.
Kasus ini saya terjemahkan dan ringkas dari pdf “Nine
Case Studies and Lessons Learned” milik Seattle Po-lice
Department. Referensi.
68
71. SUMBER GAMBAR
Seluruh gambar dan ilustrasi diambil dari akun Shutterstock kecuali disebutkan dalam daftar di bawah ini. Seluruh
gambar dan ilustrasi adalah royalty-free dengan batasan tertentu. Saya mengacu pada informasi dalam tautan ini:
http://www.shutterstock.com/licensing.mhtml
Halaman 27, Pimentoo di
http://www.pimentoo.com/media/catalog/product/cache/2/image/b199420c80ef194748d2c4206f0a8117/1/2/12261588162_3.jpg
Halaman 51, Wikipedia di http://en.wikipedia.org/wiki/Ignaz_Semmelweis
Halaman 58, Dontoraneko di http://dontoraneko.deviantart.com/art/Cave-Mice-Crew-Meeting-252434859
Halaman 60, Young Researcher di http://theyoungresearcher.files.wordpress.com/2012/04/pepsodent-ad.jpeg
Halaman 61, History World di
http://www.historyworld.co.uk/advert.php?id=949&offset=0&sort=0&l1=medicines+%26+health&l2=Teeth%2C+Toothpaste
Halaman 63, 10000 Birds di http://10000birds.com/crows-in-the-pacific-northwest-northwestern-american-or-something-in-between.htm
Halaman 65, The Columbus Dispatch di http://www.dispatch.com/content/stories/life_and_entertainment/2012/08/19/wholly-toledo.html
Halaman 66 dan 67 , ABC http://www.abc.net.au/local/photos/2012/09/14/3590081.htm
Halaman 68, Starr Review di http://starr-review.blogspot.com/2012/07/glass-maestro-lino-tagliapietra-rainbow.html
Saya berusaha untuk memenuhi standar dan etika umum dalam menggunakan hasil karya orang lain. Jika ada
yang terlewatkan oleh saya, mohon informasikan kepada saya agar saya bisa mengambil tindakan yang tepat. Ter-ima
kasih. I strive to meet common standards and ethics in using the work of others. If I missed something,
please inform me so that I can take appropriate action. Thank you.
lxx
72. SUMBER DAN REFERENSI
Seluruh cerita dan konsep bukanlah ciptaan saya, tetapi telah sering saya baca di internet. Beberapa cerita tidak
saya ketahui sumber aslinya karena demikian banyaknya ‘sumber’ dari cerita tersebut sehingga tidak diketahui
siapa yang awalnya membuat dan perlu diberi kredit. Untuk yang saya ketahui sumbernya, akan saya cantumkan
dalam daftar berikut ini.
Konsep Penerimaan Ide: Everett M. Rogers di http://www.buffalostate.edu/orgs/cbir/readingroom/html/Firestien-93.html
Studi Kasus Fifth Avenue Glass Gallery di http://www.popcenter.org/library/unpublished/CaseStudies/134_Problem_solving.pdf
Problem dan Solving: Robert Harris di http://www.virtualsalt.com/crebook3.htm
Kisah Tikus, Gagak, Rubah adalah fabel Aesop yang tersedia luas di internet.
Kisah Pria dan Sepatu Baru, Sarjana Linguistik, Heather Forest di http://www.storyarts.org/library/index.html
Kebiasaan Baru Pepsoden, Charles Duhigg, di http://books.google.co.id/books/about/The_Power_of_Habit.html?id=c12idXqsE5cC&redir_esc=y
Saya berusaha untuk memenuhi standar dan etika umum dalam menggunakan hasil karya orang lain. Jika ada
yang terlewatkan oleh saya, mohon informasikan kepada saya agar saya bisa mengambil tindakan yang tepat. Ter-ima
kasih. I strive to meet common standards and ethics in using the work of others. If I missed something,
please inform me so that I can take appropriate action. Thank you.
lxxi