SlideShare a Scribd company logo
CHAPTER 1 
Saya pernah membaca bahwa banyak yang tidak membaca Kata Pengantar. Pernah seorang penulis* 
mengambil solusi gampang, menghapus istilah Kata Pengantar dan menjadikannya Chapter 1. Saya 
mencoba eksperimen tersebut. Jika Anda tidak biasa membaca Kata Pengantar dan sekarang sedang 
membaca kalimat ini, bisa dikatakan penulis tersebut berhasil mencapai tujuannya. 
1 
Untitled
SECTION 1 
Buku elektronik ini sendiri adalah sebuah eksperi-men 
problem solving. Saya telah berkali-kali men-coba 
menulis dan juga sudah mencoba berbagai cara, 
termasuk merekam apa yang terpikirkan oleh saya dan 
meminta seseorang menuliskannya kembali. Tetapi, se-mua 
selalu gagal. 
Kali ini saya mencoba cara lain. Saya mencoba 
menulisnya secara cepat, membaginya dalam banyak 
pecahan kecil, menulis masing-masing pecahan terse-but 
tanpa struktur, dan membiarkan saya pindah dari 
satu bagian ke bagian lainnya tanpa harus menyelesai-kan 
bahkan satu paragraf. 
Apakah buku ini tepat untuk Anda? 
Jika Anda mencari solusi atas masalah Anda, Anda 
tidak akan menemukannya secara langsung di 
buku elektronik ini. 
Buku ini lebih berisi ide, provokasi, dan analogi; yang 
diharapkan dapat membantu Anda dalam aktivitas 
problem solving Anda. 
Jika Anda mencari the one silver bullet yang akan 
menyelesaikan semua masalah, Anda juga tidak akan 
menemukannya di sini. Tetapi, buku ini dirancang agar 
Anda dapat menemukan dan menciptakan peluru-peluru 
tersebut. 
Walaupun saya mencoba mengurutkan tulisan dalam 
urutan problem solving yang umum, yakni mendefinisi-kan 
masalah, analisa akar masalah, hingga pengenda-lian, 
Anda tidak harus mengikuti alur ini. Sama seperti 
urutan penulisan saya, Anda dapat langsung mem-baca 
tulisan yang menarik bagi Anda dan kemudian 
berpindah ke bagian lain tanpa kehilangan esensi dari 
problem solving ini. 
Untitled 
2
Buku elektronik ini dipersembahkan kepada para peng-giat 
operational excellence, continuous improvement, 
dan problem solving. Semua tulisan dalam buku ring-kas 
ini adalah hasil diskusi dan pengamatan atas apa 
yang dilakukan tim SSCX (http://sscxinternational.com) 
saat menyelesaikan masalah di klien. 
Penyelesaian masalah alias problem solving adalah 
satu subjek yang sudah berkembang sedemikian lama, 
saya tidak menciptakan hal baru dalam buku ini. 
Buku ini memberi sudut lain untuk 
mempermudah pemahaman dan mem-berikan 
contoh-contoh menarik yang 
akan mempermudah Anda untuk men-jelaskan 
satu topik kepada rekan dan 
tim Anda. 
Saya mendapatkan banyak ide saat diskusi dengan 
klien, dari diskusi internal tim SSCX, dan bahkan dari 
membaca artikel menarik majalah Shift di 
http://shiftindonesia.com 
Buku ini memang ditulis hanya dalam hitungan hari dan 
telah saya usahakan sesempurna mungkin. Saya yakin 
tetap akan ada room for improvement yang otomatis 
akan menjadi PR bagi saya. 
Saya sangat ingin menerima masukan Anda, sebagai 
balas budi atas masukan Anda, saya akan memastikan 
Anda menerima rilis kedua secara gratis. Anda dapat 
mengirimkan masukan, ide, kritik ke 
suwandi@sscx.asia 
Rilis pertama ini hanyalah bagian awal. Rilis kedua 
akan lebih lengkap dengan lebih banyak lagi ide dan in-spirasi 
bagi tim Anda. Rilis kedua saya rencanakan un-tuk 
dirilis 75 hari setelah rilis ini. 
Suwandi 
*Saya ingin sekali membuat referensi ke penulis dan buku tersebut, 
namun terus terang saya lupa sama sekali nama buku ataupun pe-nulisnya. 
3
SECTION 2 
Masalah alias Problem 
Anda melihat lantai sangat basah dan da-lam 
5 detik lagi anak-anak yang sedang 
berlari akan berada di area tersebut, apa 
yang Anda lakukan? Ini adalah masalah 
dan Anda kemudian melakukan analisa 
akar masalah. Anak-anak ini kemudian 
terpeleset dan menangis. 
Tentu saja analisa akar masalah adalah 
hal terakhir yang Anda lakukan, setelah 
meminta anak-anak tidak berlari ke area 
Sekilas 
1. Kata ‘masalah’ adalah 
satu kata yang memang 
terkesan negatif dan sulit 
dipilah ataupun 
dibayangkan ruang 
lingkupnya. 
2. Masalah dalam buku ini 
lebih ke konteks masalah 
yang terjadi sehari-hari 
terutama di unit kerja 
ataupun perusahaan 
Anda. 
3. Buku ini memberi sudut 
lain untuk mempermudah 
pemahaman dan 
memberikan contoh-contoh 
menarik yang akan 
mempermudah Anda 
untuk menjelaskan satu 
topik kepada rekan dan 
tim Anda. 
4
tersebut, atau secara cekatan membersihkan lantai 
hingga kering. 
Catatan: dalam buku ini, saya akan menggunakan kata 
problem atau masalah untuk hal yang sama. 
Masalah ada di mana-mana dan dalam buku ini yang 
saya sebut sebagai masalah bukanlah hal urgent yang 
memang harus Anda lakukan secara reaktif berdasar-kan 
insting dan pengetahuan Anda, atau yang jika 
Anda lakukan, malah Anda terjebak pada situasi Analy-sis 
Paralysis. Tetapi, lebih jauh lagi yaitu mengenai 
masalah yang ada di area kerja kita yang memang ha-rus 
kita selesaikan agar tidak berulang. 
Kata ‘masalah’ adalah satu kata yang memang terke-san 
negatif dan sulit dipilah ataupun dibayangkan ru-ang 
lingkupnya. Kopi Anda tumpah adalah ‘masalah’. 
Ancaman nuklir dari beberapa negara juga merupakan 
‘masalah’. 
Jika Anda menggunakan buku ini untuk menyelesaikan 
masalah kopi tumpah Anda, rasanya mubazir. Jika 
Anda menggunakan buku ini untuk menyelesaikan 
masalah ancaman nuklir, rasanya kita telah oversimplify 
masalah. 
Masalah dalam buku ini lebih ke kon-teks 
masalah yang terjadi sehari-hari 
terutama di unit kerja ataupun perusa-haan 
Anda. 
Walaupun demikian, saya yakin aplikasinya dapat Anda 
terapkan dimana saja. Nah, mudah-mudahan dengan 
satu halaman pembuka ini, kita berada di frame yang 
kurang lebih sama terkait kata ‘masalah’ atau ‘problem’ 
ini.** 
Catatan: Ebook ini dapat menjadi gratis karena 
dukungan dari SSCX (www.sscxinternational.com) dan 
Majalah Shift (www.shiftindonesia.com). Dalam ebook 
ini, Anda akan menemukan iklan dari SSCX maupun 
Shift pada halaman tertentu tetapi tidak akan 
mengganggu tampilan dan konten dari ebook ini. 
5
SECTION 3 
Apa itu Problem Solving? 
Pada praktiknya menghilangkan masalah memang kadang sangatlah sulit. Alternatif lain adalah: 1) Mengurangi frekwensi berulangnya masalah ini, 2) 
Mengurangi tingkat keseriusan yang ditimbulkan oleh masalah, 3) Menentukan tindakan recovery atas akibat dari masalah. 
“For every complex problem there is an 
answer that is clear, simple, and wrong.” 
H.L. Mencken 
Sama seperti istilah ‘business model’, problem solving 
adalah istilah umum yang penggunaanya sudah sede-mikian 
umum hingga kadang tidak ada lagi yang ber-ani 
bertanya “sebenarnya business model itu apa sih?” 
atau “problem solving itu apa sih?” 
6
Well, walaupun Anda tidak bertanya, saya akan coba 
menguraikan definisi problem solving dimulai dari prob-lem 
dan solving itu sendiri agar kita memiliki pemaha-man 
yang sama. 
PROBLEM, 
MASALAH 
Secara ringkas, bagi saya masalah ada-lah 
segala situasi tidak ideal yang ber-laku 
bagi saya, dan terjadi pada saat 
ini. 
Jika menggunakan definisi ini, artinya juga sesuatu dise-but 
sebagai masalah atau tidak sangatlah tergantung 
dari situasi ideal yang diinginkan (ideal state). Sesuatu 
yang dianggap masalah bagi satu pihak, mungkin bu-kanlah 
masalah bagi pihak lain. Dan, masalah pada 
satu titik waktu tertentu, bisa jadi bukanlah masalah 
pada titik waktu lain. Saya akan uraikan lebih dalam. 
Masalah adalah situasi tidak ideal. 
Saya mendefinisikan problem, yang diterjemahkan men-jadi 
‘masalah’, sebagai situasi tidak ideal. Tidak ideal 
dalam konteks tidak sesuai standar yang ditentukan, ti-dak 
sesuai harapan saya dan harapan stakeholder lain. 
Anda membuat secangkir kopi panas dengan coffee-maker 
Anda, tetapi kopi yang dihasilkan ternyata tidak 
panas seperti yang Anda inginkan dan atur di mesin ter-sebut. 
Ini adalah masalah. 
Anda memiliki smartphone canggih yang ternyata tidak 
bisa bisa mengirim email, tetapi Anda memang tidak 
pernah menggunakan email. Ini bukanlah masalah, 
bagi Anda. Dengan demikian, Anda tidak perlu 
memikirkan bagaimana menyelesaikan hal ini. 
7 
Root 
Cause 
Problem Impact
Masalah Anda mungkin bukan masalah bagi saya. 
Saya juga mendefinisikan masalah sebagai kondisi 
yang unik dari sudut pandang siapa yang mengalami-nya. 
Kemacetan Jakarta adalah masalah bagi mereka 
yang menggunakan fasilitas jalan raya pada waktu ter-tentu 
di lokasi tertentu yang memiliki harapan tiba lebih 
awal. Tapi masalah ini bukanlah masalah bagi warga Ja-karta 
yang bekerja di rumah misalnya. 
Keterlambatan pengiriman barang adalah masalah bagi 
mereka yang memberikan komitmen kepada pelang-gan, 
tetapi bukanlah masalah bagi mereka yang mem-produksi 
barang tersebut. Oleh karena itu, seringkali pe-rusahaan 
membuat Key Performance Indicator agar hal 
ini kemudian menjadi ‘masalah’ bagi Departemen Pro-duksi 
saat terjadi keterlambatan pengiriman karena 
proses produksi. 
Masalah bisa berubah status setiap waktu. 
Ya. Masalah yang Anda temui saat ini mungkin bukan-lah 
masalah pada beberapa waktu lalu dan mungkin bu-kan 
lagi masalah pada beberapa saat yang akan da-tang. 
Tapi yang pasti, itu adalah masalah pada saat ini. 
Dan Anda tentu saja tidak berada pada posisi berharap 
masalah ini hilang sendiri. Deal with it. Solve it. 
8
SOLVING 
Menyelesaikan masalah adalah soal 
bagaimana Anda membuat masalah ini 
hilang. 
Dengan membuat masalah ini hilang, harapan kita ada-lah 
akibat yang ditimbulkan juga hilang. Jika masalah 
pengiriman barang ke pelanggan telah hilang, maka aki-bat 
yang mungkin ditimbulkan yaitu keluhan pelang-gan, 
kehilangan order, dan negative word of mouth bisa 
dihilangkan. 
Menghilangkan masalah harus selalu dengan menghi-langkan 
akar masalah. Masalah keterlambatan pengiri-man 
barang bisa hilang jika kita tahu apa yang menye-babkan 
keterlambatan, misalnya kesalahan perenca-naan 
produksi, kurangnya informasi pengiriman, tidak 
konsistennya hasil produksi, tidak tersedianya bahan 
baku dll. 
Bagaimana jika saya tidak bisa menghilangkan masa-lah? 
Pada praktiknya menghilangkan masa-lah 
memang kadang sangatlah sulit. 
Alternatif lain adalah: 
1. Mengurangi frekwensi berulangnya masalah ini 
2. Mengurangi tingkat keseriusan yang ditimbulkan 
oleh masalah 
3. Menentukan tindakan recovery atas akibat dari masa-lah. 
Mengurangi frekwensi masalah sering dilakukan mis-alnya 
lewat penentuan Service Level Agreement. Kita 
tahu sulit sekali (dan mahal!) bagi operator seluler un-tuk 
menghilangkan gangguan jaringan, oleh sebab itu 
muncullah standar SLA misalnya 99%. Kemudian, kita 
berusaha untuk terus memperbaiknya. 
Mengurangi tingkat keseriusan yang ditimbulkan oleh 
masalah juga kerap dilakukan, misalnya lewat taktik 
pengelolaan harapan pelanggan. Misalnya menunggu 
lebih dari 20 menit adalah masalah di ruang tunggu 
klinik dokter. Untuk menghindari calon pasien yang 
membatalkan berobat dan pindah ke dokter lain karena 
menunggu terlalu lama, staf penerima pendaftaran pa- 
9
sien bisa menginformasikan kepada calon pasien terse-but 
berapa lama mereka akan menunggu dan kemu-dian 
menyediakan monitor informasi status antrian. 
Menentukan tindakan recovery atas akibat dari masa-lah 
adalah menurut saya jalan terakhir. Artinya kita ti-dak 
bisa menyelesaikan masalah tersebut secara 
efisien dan efektif dan memilih taktik menangani akibat-nya. 
Misalnya dengan memberikan potongan harga jika 
pengiriman terlambat, memberikan bonus pizza saat 
pesanan pizza kita lebih dari 30 menit.** 
Message from SSCX 
Lean Manufacturing 
Six Sigma 
Total Productive Maintenance 
Productivity Improvement 
www.sscxinternational.com 
10
CHAPTER 2 
Asumsi, Klarifikasi, Definisi 
Setiap kita mengetahui adanya problem atau masalah, asumsi biasanya kerap muncul. Paling 
penting bagi kita adalah melakukan klarifikasi atas masalah dan kemudian membuat definisi yang 
jelas atas masalah. Kisah Wanita dan Asumsi Masalah, Dokter dan Klarifikasi Masalah adalah 2 kisah 
yang bisa memperkaya cara Anda menjelaskan kedua hal ini ke rekan.** 
11
Wanita dan 
Asumsi 
Seorang wanita sedang menyetir menuju acara 
anaknya di sekolah. Ia membawa hamster yang ditem-patkan 
di jok sampingnya. Tiba-tiba, hamster tersebut 
berhasil keluar dari kotak yang menjadi kandangnya 
dan secara gesit berjalan masuk ke celana wanita ini. 
Karena kaget, wanita ini segera menghentikan mo-bilnya 
dan mengayun-ayunkan kakinya di pinggir jalan 
untuk menyingkirkan hewan. Lewatlah seorang pria 
yang berpikir bahwa wanita ini mengalami kejang, se-hingga 
ia segera berlari mendekati dan menahan tan-gan 
wanita ini untuk menenangkannya. 
Pada saat bersamaan, lewat lagi seorang pengemudi 
lain yang melihat perjuangan si wanita, dan tanpa ber-pikir 
panjang ia menonjok pria karena ia berasumsi 
bahwa pria tersebut sedang menyerang si wanita. Ini 
adalah sebuah kisah legendaris terkait jumping into 
conclusion. Kadang terlalu cepat kita bereaksi, tanpa 
lagi mengklarifikasi situasi.** 
Dokter dan 
Klarifikasi 
Masalah 
Rekan dan sahabat seperjuangan saya di SSCX, Rifki, 
bercerita di salah satu sesi di Bank Mandiri bahwa jika 
ingin melihat proses klarifikasi masalah, perhatikanlah 
dokter. Walaupun saya pernah pula mendengar lelucon 
lain yang berseberangan dengan contoh Rifki. Saya mu-lai 
dengan lelucon yang pernah saya dengar dulu ya. 
Suatu hari, tangan John sedang nyeri dan dia memerik-sakan 
diri ke dokter. Dokter dan asistennya tidak ban-yak 
bicara (apalagi bertanya), John langsung diminta 
masuk ke ruang persiapan dan membuka baju dan 
celana. John heran bukan kepalang. 
12
Ternyata di ruangan tersebut sudah ada 2 orang lain-nya 
yang juga tanpa baju dan celana dan sudah ber-ganti 
dengan daster yang disiapkan klinik itu. John 
memberanikan diri bertanya kepada orang di sebe-lahnya. 
“Saya heran, kenapa saya disuruh buka baju dan 
celana ya, padahal yang sakit cuma tangan saya. Kalau 
Bapak kenapa?”. 
Bapak tersebut menjawab, “Saya juga heran, Pak, saya 
cuma sedang sakit kepala. Begitu masuk, tidak ditanya 
sakit saya apa, langsung disuruh buka baju buka 
celana.” 
Tiba-tiba, orang yang satu lagi ikut bersuara, “Saya le-bih 
heran, Pak, saya cuma mau antar surat. Begitu 
saya masuk langsung diminta buka baju buka 
celana…” 
Ini cuma ilustrasi saja bahwa kadang kita tidak men-coba 
untuk menggali masalah lebih dalam. Tapi, saya 
yakin ini cuma lelucon. Tidak usah ditanggapi serius. 
Seperti kata Mark Twain: 
Humor is mankind's greatest blessing. 
Contoh dari teman saya lebih mewakili keadaan 
sesungguhnya. Ia mengatakan dokter paling jago men-definisikan 
dan mengklarifikasi masalah. Dalam banyak 
kunjungan kita ke dokter, saya yakin kita pernah menga-lami 
proses ini. 
13
Dokter selalu memulai dengan menanyakan: 
• Ada apa nih? 
• Demamnya sejak kapan? 
• Ada mencret? Makannya bagaimana? 
• Apa ada keluhan lain? Bagaimana dengan 
muntah-muntah? 
• Kapan terakhir cek darah? 
• Apa ada alergi sebelumnya? 
Ini adalah mencoba klarifikasi masalah. Tentu saja dok-ter 
tidak langsung dengan akar masalah, walaupun ia 
bisa menduga-duga dan mengajukan beberapa pertan-yaan 
untuk mempertajam analisa dan kemudian menge-tahui 
solusinya.** 
“If you want to go fast, 
go alone. If you want to 
go far, go together.” 
African Proverb 
14
SECTION 1 
Cara Klarifikasi Masalah 
Sering kali begitu diberikan sebuah 
masalah untuk diselesaikan, tindakan 
pertama kita secara refleks adalah men-cari 
solusi yang tepat. 
Tergantung seberapa berpengalaman 
kita dalam urusan problem solving ini, la-manya 
waktu hingga kita tersadar agar 
tidak langsung memikirkan solusi bisa 
bervariasi antara sepersekian detik 
hingga semua terlambat sudah. Kita ser-ing 
mendengar istilah fire-fighting bu-kan? 
Atau gali lubang tutup lubang? 
Sekilas 
1. Jika kita telah memahami 
proses problem solving, 
maka yang akan kita 
lakukan biasanya adalah 
analisa akar masalah. Kita 
(kadang secara refleks) 
bertanya ‘mengapa’. 
Mengapa ini terjadi. 
2. Tapi, tunggu dulu! 
Sebenarnya ini bukan hal 
yang salah. Tapi 
sebaiknya Anda membaca 
bagian berikut ini sebelum 
melakukan analisa akar 
masalah. 
3. Mengumpulkan data dan 
informasi tambahan untuk 
memperjelas masalah. 
Kita harus bisa 
memisahkan antara fakta, 
opini, dan dugaan. 
15
Coba Anda lakukan latihan kecil ini: “Biaya raw mate-rial 
mencapai 75%, ini terlalu tinggi. Harus bagai-mana?” 
atau “Seperti Jakarta, Bandung juga sangat 
macet terutama di hari libur. Apa solusinya?”, atau 
“Setiap malam, byar-pet listrik kerap terjadi di kota ini. 
Apa solusinya?” 
Apakah Anda langsung memikirkan solusinya? Dari lati-han 
kecil ini, pikiran yang sering muncul adalah negosi-asi 
dengan suplier untuk turunkan biaya material, 
kurangi penggunaan raw material, cari alternatif raw 
material. Atau, gunakan 3-in-1, kembangkan transpor-tasi 
umum. Atau, tambah pembangkit listrik. Atau 
hayoo mungkin Anda langsung mengambil kesimpulan 
petugas di PLN*’ tidak becus’ dan harus diganti. 
Jika kita telah memahami proses problem solving, 
maka yang akan kita lakukan biasanya adalah analisa 
akar masalah. Kita (kadang secara refleks) bertanya 
‘mengapa’. Mengapa ini terjadi. 
• Mengapa biaya raw material tinggi? 
• Mengapa ada kemacetan di Bandung? 
• Mengapa terjadi banjir? 
• Mengapa cacat pada produk ini bisa terjadi? 
• Mengapa keluhan keterlambatan pelayanan ini mun-cul? 
• Mengapa kecelakaan kerja ini terjadi? 
• Mengapa stok bahan baku bisa kosong? 
Tapi, tunggu dulu! 
Sebenarnya ini bukan hal yang salah. Tapi sebaiknya 
Anda membaca bagian berikut ini sebelum melakukan 
analisa akar masalah. 
Banyak dari kita diajarkan untuk melakukan analisa 
akar masalah. Atasan kita, trainer kita, mentor kita, 
setiap kali kita menyampaikan adanya problem, 
mereka sering menanyakan (dan mengajarkan kita) 
mengapa ini bisa terjadi dan apa penyebabnya. Akan 
tetapi, ada satu langkah kecil sebelum hal itu dilaku-kan, 
yaitu clarifying problem. 
“Kami tahu sih masalahnya, hanya saja kami tidak tahu 
bagaimana menyelesaikannya.” Apakah Anda sering 
mendengar atau mengatakan hal ini? Dalam pengala-man 
saya, mereka yang mengatakan hal ini seringkali 
salah dan/atau tidak tahu masalahnya. Atau, mungkin 
inilah masalahnya: kemampuan menyelesaikannya. 
16
“Jumlah operator produksi terlalu banyak”. Sekilas 
ini terlihat seperti masalah. Tetapi kita perlu lakukan 
klarifikasi. Contohnya: 
• Mengapa disebut banyak? Karena jumlahnya saat 
ini yaitu 1500 tidak sesuai dengan benchmark yang 
dilakukan dan komponen biaya SDM sudah sangat 
tinggi yaitu 15%. 
• Berapa jumlah ideal? Dari benchmark, jumlah di 
best-performing company adalah 900 dan komponen 
biaya SDM hanya 10%. 
• Apa dasar perhitungannya? Dasar perhitungannya 
adalah informasi dari produsen mesin produksi dan 
juga dari data benchmark di industri kita. 
• Sejak kapan jumlah operator menjadi masalah? 
Sejak 2 tahun terakhir, yaitu sejak upgrade mesin dan 
kenaikan Upah Minimum Provinsi. 
• Apa akibatnya jika banyak? Siapa yang ter-ganggu? 
Marjin keuntungan hanya 3% dan ini san-gat 
tidak sehat. 
Nah, sekarang masalah lebih jelas bukan? Saya yakin 
Anda sudah bisa menyusun sendiri problem statement-nya. 
Bagaimana sebaiknya cara kita melakukan klarifi-kasi? 
Mengumpulkan orang dan fungsi yang relevan dengan 
masalah ini dan ajak diskusi mengenai definisi lengkap 
dari masalah ini. Umumnya yang perlu kita gali adalah: 
1. Apa masalahnya? 
2. Kapan (dan dalam kondisi apa) masalah ini dianggap 
sudah selesai? 
3. Sejak kapan ‘masalah ini disebut masalah’? 
4. Apa akibatnya? Siapa yang merasakan akibatnya? 
5. Area, segmen, proses, departemen mana saja yang 
terkena imbasnya? 
Mengumpulkan data dan informasi tambahan untuk 
memperjelas masalah. Kita harus bisa memisahkan 
antara fakta, opini, dan dugaan. Dugaan dan opini 
tetap dapat menjadi sumber informasi yang berguna.** 
*Catatan: SSCX terlibat dalam aktivitas problem solving 
lewat metode Lean Six Sigma di PT Pembangkitan Jawa 
Bali (PJB), yang merupakan anak usaha PT PLN. Tim PJB 
sangat kompeten dalam bidang mereka dan serius dalam 
melakukan banyak pembenahan. 
17
SECTION 2 
Definisi Operasional 
Lama proses aplikasi kredit di bank kami adalah 2 hari! 
Wah Anda merasa ini adalah layanan prima yang Anda 
cari-cari. Setelah mengajukan aplikasi, akhirnya proses 
selesai 10 hari kemudian. Anda kecewa dengan pelay-anan 
yang over-promise, tetapi tim di bank tersebut 
merasa telah mencapai Key Performance Indicators 
dan Service Level Agreements mereka. Lho kok bisa? 
Ini semua karena perbedaan definisi operasional pada 
ukuran “lama proses aplikasi kredit”. Jika Anda melihat 
dan membaca lebih teliti, mungkin muncul segudang 
persyaratan tambahan, misalnya: sejak dokumen diter- 
18
ima lengkap dan diverifikasi oleh Tim Verifikasi Keleng-kapan 
Data hingga munculnya keputusan aplikasi. Ke-mudian 
ditambah lagi, dengan catatan dokumen leng-kap 
dan catatan kredit sebelumnya tidak ada masalah 
dan seterusnya. 
Hal ini cukup umum terjadi dan bukan hanya ada di 
bank, di manufaktur, tambang, rumah sakit, semuanya 
memiliki kemungkinan kejadian seperti ini. Definisi On 
Time Delivery pelanggan kita dengan kita sendiri san-gat 
mungkin berbeda, bahkan definisi antara Dept De-livery 
dan Dept Sales saja bisa berbeda. 
Definisi Operasional adalah definisi yang kita gu-nakan 
pada sebuah ukuran sehingga tidak memun-culkan 
penafsiran atau interpretasi yang berbeda 
antara 2 orang atau 2 pihak. 
Jika kita bisa memiliki Definisi Operasional yang jelas 
dan dipahami semua orang untuk ukuran “lama proses 
aplikasi kredit” tadi, atau bahkan ukuran seperti “lead 
time”, “on time delivery”, maka cara pandang kita pada 
masalah juga akan sama. 
Praktiknya dalam problem solving adalah: 
1. Rekan Anda menyampaikan: “Keluhan pelanggan 
sekarang sudah sangat tinggi.” 
2. Anda harus meminta rekan Anda untuk memberikan 
fakta, misalnya “Berapa? Kenapa disebut tinggi?” 
3. Rekan Anda mungkin akan menambahkan “10% dari 
tiap pengiriman produk selalu diikuti dengan kelu-han. 
Disebut tinggi karena kita memiliki standar 3%” 
4. Anda harus mendiskusikan Definisi Operasional 
seperti ini: 
a. Apa definisi dari keluhan? 
b. Apakah hanya keluhan resmi tertulis ataukah semua 
jenis keluhan termasuk via email, via percakapan lisan? 
c. Apakah maksud keluhan per pengiriman produk? 
d. Apakah 1 pengiriman hanya maksimal 1 keluhan? 
e. Apakah 1 keluhan hanya untuk 1 jenis masalah? 
Dari pertanyaan yang diajukan di poin 4 saja, saya 
yakin di kebanyakan masalah yang sedang kita telisik 
bisa berbeda-beda. Apakah Anda sudah yakin defin-isi 
Anda sama dengan rekan Anda?** 
19
CHAPTER 3 
Masalah Dia dan Kita 
Seringkali, di dalam kompleksitas perusahaan, satu masalah adalah akibat dari masalah lain. Dan 
satu masalah cenderung menyebabkan dan setidaknya memiliki potensi menciptakan (trigger) 
masalah lain di tempat lain.** 
20
Tikus dan 
Masalahnya 
Alkisah, seekor tikus sedang mengintip melalui sebuah 
celah di dinding. Dari sana, ia melihat petani dan istri-nya 
sedang membuka sebuah paket. Tikus terkejut me-nemukan 
bahwa paket tersebut adalah perangkap 
tikus! 
Segera Tikus ini berlari ke kandang di peternakan itu 
dan berteriak memberi peringatan, "Ada perangkap 
tikus di dalam rumah, ada perangkap tikus di dalam ru-mah!” 
Ayam berdecak dan menggaruk, mengangkat kepal-anya 
dan berkata, "Tikus, ini adalah masalah besar 
bagi kamu, tapi itu tidak ada hubungannya dengan 
saya. Saya tidak dapat terganggu oleh itu.” 
Tikus kemudian segera mencari Kambing dan menga-takan 
kepadanya, "Ada perangkap tikus di dalam ru-mah!” 
Jawab Kambing, “Wah saya turut prihatin, Tikus, tapi 
tidak ada yang bisa saya lakukan tentang hal ini, tetapi 
saya akan berdoa, yakinlah bahwa Anda berada dalam 
doaku.” 
Tikus kali ini beralih ke Sapi, yang hanya menjawab, 
“Wow, Tikus, perangkap tikus? Saya dalam bahaya be-sar!” 
Ternyata Sapi hanya menyindir Tikus. 
Jadi Tikus kembali ke rumahnya, dengan kepala tertun-duk 
dan sedih menghadapi perangkap tikus petani. 
Malam itu tiba-tiba terdengar suara dari rumah, seperti 
suara perangkap tikus yang berhasil menjalankan 
fungsinya. Istri petani bergegas untuk melihat apa yang 
tertangkap. 
Dalam kegelapan rumah itu, dia tidak melihat bahwa itu 
adalah seekor ular berbisa. Saat dia mendekat, Ular 
langsung menggigit istri petani. Petani itu bergegas 
membawanya ke rumah sakit. Setelah dari rumah sakit, 
21
petani membawa istrinya pulang dengan keadaan de-mam. 
Saat demam, semangkuk sup ayam segar yang 
hangat sangat membantu. Sehingga petani itu men-gambil 
kapak ke peternakan untuk mengambil bahan 
utama sup itu, si Ayam. 
Sakit istrinya berlanjut sehingga teman-teman dan 
tetangga datang untuk menjenguknya. Untuk memberi 
makan mereka, petani memotong Kambing. 
Istri petani ini tidak membaik, pada kenyataannya, 
akhirnya dia meninggal. Begitu banyak orang datang 
ke pemakamannya, petani segera menyembelih Sapi 
untuk menyediakan daging bagi mereka semua untuk 
makan siang. 
Jadi pada saat Anda mendengar 
bahwa seseorang sedang menghadapi 
masalah dan berpikir bahwa itu bukan 
urusan Anda, coba pikir kembali. 
Seringkali masalah yang terjadi di tempat lain atau men-impa 
orang lain terasa seperti bukan masalah kita. 
Masalah On Time Delivery rasanya bukan masalah bagi 
staff di Finance. Masalah produk yang reject rasanya 
juga bukan masalah tim Marketing. Masalah turn-over 
karyawan yang tinggi juga rasanya bukan masalah de-partemen 
Production Planning. 
Tapi, apakah benar? Seringkali, di dalam kompleksi-tas 
perusahaan, satu masalah adalah akibat dari masa-lah 
lain. Dan satu masalah cenderung menyebabkan 
dan setidaknya memiliki potensi menciptakan (trigger) 
masalah lain di tempat lain. 
On Time Delivery buruk menyebabkan penalti dan pe-nurunan 
order. Penurunan order ini ternyata menyebab-kan 
kita kelebihan stok bahan baku. Kelebihan stok ba-han 
baku ini ternyata menyebabkan masalah bagi Fi-nance. 
Dan seterusnya. 
Kita bisa dikatakan beruntung jika berhasil mengidentifi-kasi 
masalah dan secara cepat menyelesaikannya. 
22
Dengan demikian kita akan mendapatkan 2 manfaat 
lain: 
1. Menemukan masalah baru yang selama ini tidak terli-hat 
2. Menghindari masalah yang akan muncul jika masa-lah 
ini dibiarkan. 
Jadi, suatu saat jika Anda diminta membantu rekan 
atau tim lain memikirkan cara menyelesaikan suatu 
masalah, Anda sebaiknya memang meluangkan waktu 
dan energi Anda. Anda tidak akan pernah tahu dam-paknya 
pada Anda di masa yang akan datang, atau 
jangan-jangan masalah ini justru eventually berasal dari 
Anda.** 
“Problems can become op-portunities 
when the right 
people come together.” 
Robert Redford 
23 
SHIFT FEATURED IDEAS INDUSTRY NEWS PRINT EDITION ! " 
OPEXCON13 
Tonton Video 30 Detik Opexcon: 
Free Ideas! 
Tim konsultan SSCX akan 
memilihkan artikel dan ide menarik 
untuk Anda, maksimal 1 email per 
minggu. 
Nama: 
Free Articles, Ideas, Insights: 
Email: 
www.shiftindonesia.com 
SUBSCRIBE 
FEATURED POSTS 
8 “Dosa Besar” yang 
Menggagalkan Program 
Lean 
Mengenal DMAIC dan 7 
Waste di Bisnis 
Perbankan dan Jasa 
Finansial 
5 Hasil Luar Biasa dari 
Implementasi Lean Six 
Sigma di Perbankan 
Bagaimana Amazon 
Menaklukkan Dua Batu 
Kembarnya 
Concept 
Toolbox 
Financial 
Manufacturing 
Mining 
Services 
Profile 
News 
The View 
OPEXCON 
Glossary 
Download 
Edisi Cetak 
8 “Dosa Besar” yang 
Menggagalkan Program Lean 
Shift - October 25, 2013 - Featured, Ideas 
Semua strategi dan aktifitas telah dirancang dengan sempurna. Semua sumber daya 
telah dianggarkan dan dipersiapkan. Berbagai rapat telah dilaksanakan untuk 
menentukan area perbaikan. Semua orang merasa bergairah untuk segera mulai 
menjalankan proyek Lean Six Sigma terbaru di perusahaan. Dengan semua persiapan 
tersebut, kegagalan implementasi Lean menjadi mimpi buruk semua orang. Lalu 
bagaimana menghindari kegagalan yang mengerikan itu? 
Continue Reading 
Mengenal DMAIC dan 7 Waste di 
Bisnis Perbankan dan Jasa 
Finansial 
Shift - October 25, 2013 - Featured, Financial 
DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control) adalah sebuah framework 
yang digunakan dalam mengatur alur kerja sebuah proyek improvement, 
yang biasanya digunakan dalam proyek-proyek berbasis Six Sigma (dan Lean 
Six Sigma tentunya). Penggunaan DMAIC memungkinkan anda untuk 
meningkatkan proses bisnis dengan terstruktur. Setiap fase akan 
membangun fase berikutnya, dengan tujuan untuk mencapai target berupa 
solusi (untuk permasalahan dalam proses bisnis) yang efektif dan bertahan 
lama. Continue Reading 
5 Hasil Luar Biasa dari 
Implementasi Lean Six Sigma di 
Perbankan 
Shift - October 24, 2013 - Featured, Retail and Transactional 
Type keyword and hit enter...
SECTION 1 
Haruskah Saya Selesaikan? 
Masalah di hidup kita dan dunia ini san-gatlah 
banyak, tentunya banyak yang ha-rus 
pula kita selesaikan untuk membuat 
hidup kita lebih nyaman (dan berarti). 
Hanya saja, kita memiliki keterbatasan 
sumber daya seperti waktu, fokus, skill, 
dan energi. 
Saat Anda membaca e-book ini, saya 
yakin Anda adalah salah satu dari 
mereka yang ingin menyelesaikan masa-lah! 
That’s good! Saya akan membatasi 
Sekilas 
1. Sedikit mengulang, apakah ini 
benar-benar sebuah masalah? 
2. Apakah sudah pernah ada 
solusi atas masalah ini di 
perusahaan lain atau 
departemen lain? 
3. Apakah saya orang yang tepat 
untuk menyelesaikan masalah 
ini? 
4. Apakah ada hal yang lebih 
urgent untuk diselesaikan? 
5. Apakah saya harus 
menyelesaikan masalah ini 
sekarang? 
6. Apa akibatnya jika saya 
menunda menyelesaikan 
masalah ini? 
7. Apa yang harus terjadi agar 
saya tahu masalah ini telah 
selesai? 
8. Apakah ada batasan/ 
constraint untuk 
menyelesaikan masalah 
ini? 
24
ruang lingkup masalah pada bidang yang saya kuasai 
yaitu operational management. 
Jika Anda ingin tahu mengenai bagaimana menyelesai-kan 
masalah yang sangat kompleks seperti kelaparan 
di dunia, Anda dapat membaca lebih lanjut di artikel 
The Guardian yang ditulis Alex Renton dan didukung 
oleh Bill & Melinda Gates Foundation. Saya pribadi ber-harap 
tautan tsb setidaknya bisa membantu promosi 
mereka. 
Nah, balik lagi ke pertanyaan utama, apakah saya ha-rus 
menyelesaikan masalah ini? 
Ada beberapa hal yang harus dipikirkan dulu. 
1. Sedikit mengulang, apakah ini benar-benar sebuah 
masalah? 
2. Apakah sudah pernah ada solusi atas masalah ini di 
perusahaan lain atau departemen lain? 
3. Apakah saya orang yang tepat untuk menyelesaikan 
masalah ini? 
4. Apakah ada hal yang lebih urgent untuk diselesai-kan? 
5. Apakah saya harus menyelesaikan masalah ini 
sekarang? 
6. Apa akibatnya jika saya menunda menyelesaikan 
masalah ini? 
7. Apa yang harus terjadi agar saya tahu masalah ini te-lah 
selesai? 
8. Apakah ada batasan/constraint untuk menyelesaikan 
masalah ini? 
Setelah Anda menjawab 8 pertanyaan tersebut, saya 
yakin Anda memiliki gambaran apakah masalah ini ha-rus 
Anda selesaikan sekarang atau tidak, ataukah Anda 
harus atau bisa: 
1. Melakukan klarifikasi atas masalah, 
2. Menunda menyelesaikan masalah ini hingga satu 
waktu tertentu, 
3. Meminta orang lain yang lebih tepat untuk menyele-saikannya, 
4. Membiarkan saja karena masalah ini adalah akibat 
dari masalah lain yang lebih urgent 
25
5. Memikirkan hanya recovery atas akibat yang ditimbul-kan. 
Saya akan memberikan beberapa contoh agar hal ini 
lebih mudah dipahami. 
Kasus 1. Anda menemukan masalah dimana kadang-kala 
staf call-center Anda absen dan menyebabkan 
service level ke nasabah menurun 1% dari 96% ke 
95%. Tetapi pada saat bersamaan, Anda juga dihadapi 
masalah akurasi informasi yang sangat rendah. Setelah 
menjawab pertanyaan no. 4, mungkin Anda merasa 
bahwa Anda harus fokus terlebih dahulu pada masalah 
akurasi. 
Kasus 2. Anda menemukan masalah yang sama pada 
poin A ini, setelah menjawab pertanyaan no. 3, Anda 
menemukan bahwa HR adalah divisi yang lebih tepat 
untuk menyelesaikan masalah ini. 
Kapan saya bisa melangkah ke proses penyele-saian 
masalah? 
1. Ini benar-benar sebuah masalah dan Anda telah me-lakukan 
klarifikasi. 
2. Anda sudah mencari informasi dan memang tidak 
ada masalah yang sama dengan solusi efektif di peru-sahaan 
atau area lain. 
3. Anda adalah orang yang tepat untuk menyelesaikan 
masalah ini. 
4. Masalah ini dikategorikan sebagai urgent. 
5. Dan, Anda harus menyelesaikannya sekarang. 
6. Akibat dari menunda penyelesaian lebih besar dari-pada 
alternatif lain. 
7. Anda tahu ukuran atau indikator bahwa masalah te-lah 
selesai. 
8. Anda juga telah memahami batasan/constraint 
penyelesaian masalah. 
26
SECTION 2 
Sepatu Baru dan Tim 
"No matter what accomplishments you make, 
somebody helped you." 
Althea Gibson 
Dalam bagian ini, ada beberapa cerita yang saya da-patkan 
yang relevan dengan pendekatan tim. Bagai-manapun, 
dalam mencari solusi, lebih banyak kepala 
lebih baik daripada memikirkannya sendiri. Selain 
karena ide akan semakin banyak, perspektif yang di-pakai 
juga akan sangat membantu.** 
27
Pria dan 
Sepatu Baru 
Alkisah ratusan tahun silam di China, seorang pria 
membutuhkan sepasang sepatu baru. Sebelum ia pergi 
ke pasar, dia menggambar sebuah gambaran rinci ten-tang 
kakinya di selembar kertas. Ia mengukurnya den-gan 
seksama dan menuliskan semua dimensi kakinya 
seperti lebar, panjang, dan lain lain di kertas yang san-gat 
detail itu. Ia memang seseorang yang sangat ahli 
dengan diagram, ukuran, dan matematika. 
Kemudian, ia berangkat dengan berjalan kaki ke toko 
sepatu di kota. Setelah perjalanan panjang, akhirnya ia 
tiba menjelang siang. Namun, ia sangat kecewa dan ke-sal 
begitu menemukan bahwa ia lupa membawa kertas 
yang sudah ditulisnya secara lengkap itu! 
Dia akhirnya berjalan kembali ke rumah untuk mengam-bilnya. 
Kemudian setelah ia berjalan kembali ke toko 
tersebut, ia melihat hampir semua toko sudah tutup 
dan ia melihat seorang pedagang sepatu sedang men-gemas 
barang dagangannya. Ia menceritakan kenapa 
ia baru bisa tiba sesore itu. 
"Orang bodoh!" kata pedagang. “Mengapa kau tidak 
mencoba ukuran-ukuran yang ada di toko? Bukankah 
itu lebih mudah dan gampang? Mengapa kau harus pu-lang 
untuk mengambil diagram Anda?" 
Pria itu merasa malu, “Saya rasa karena tadinya saya 
lebih percaya pada pengukuran yang saya lakukan..." 
Kadang kita memang merasa tahu se-galanya. 
Kita merasa bahwa logika 
yang kita explore di benak kita adalah 
satu-satunya jalan yang logis. 
Jika kita tidak berbicara dengan tim, dengan orang 
lain, dengan stakeholder lain, dengan pelanggan, den-gan 
pemasok, maka hal ini sangat mungkin terjadi. ** 
28
Sarjana Ahli 
Linguistik 
Seorang ahli linguistik sedang bersama tukang perahu 
untuk menyeberangi sungai. Perjalanan panjang dan 
lambat. Sarjana merasa bosan. “Pak,” ia berseru, “saya 
ajak ngobrol ya karena perjalanan sepertinya masih 
akan cukup lama.” 
Ia kemudian menyarankan topik yang menarik baginya, 
ia bertanya, "Apakah Bapak pernah belajar fonetik atau 
tata bahasa?" 
"Tidak," kata tukang perahu, "Aku tidak menggunakan 
fonetik atau apapun itu namanya untuk pekerjaan ini.” 
“Wah, sungguh sayang sekali, Pak,” kata sarjana, “Se-tengah 
hidup Bapak seperti tersia-siakan karena tidak 
mengenal dan memahami tata bahasa. Ini keahlian 
yang sangat berguna.” 
Kemudian, tiba-tiba perahu kecil ini menabrak sebuah 
batu di tengah sungai, tukang perahu berpaling kepada 
orang tersebut dan berkata, "Maafkan pikiran dan 
keahlian saya yang sederhana ini. Tapi, orang bijak, ka-takan 
padaku, apakah Anda pernah belajar berenang?" 
"Tidak," kata ahli tersebut, "Saya tidak pernah belajar 
berenang. Aku menghabiskan waktuku memikirkan tata 
bahasa.” 
"Dalam hal itu," kata tukang perahu, "Anda telah 
menyia-nyiakan seluruh hidup Anda. Perahu ini segera 
tenggelam." Ini adalah sebuah cerita rakyat dari Timur 
Tengah. 
Kita hanya mengetahui sebatas apa 
yang kita ketahui. Dalam problem solv-ing, 
seringnya sebuah masalah dalam 
perusahaan harus diselesaikan den-gan 
melibatkan banyak keahlian dan 
pengetahuan. 
Paling ideal adalah jika kita bisa melibatkan banyak pi-hak. 
Jika Anda merasa bahwa pengalaman Anda saja 
sudah lengkap dan memadai, coba pikirkan kembali.** 
29
Team Based 
Problem 
Solving 
Saya pernah membaca bahwa ide memberikan timer 
pada jalur penyeberangan (zebra cross) yang sekarang 
sudah umum diaplikasikan di mana-mana, bukanlah da-tang 
dari ahli lalu lintas, tetapi justru dari orang awam 
yang terinspirasi oleh timer di oven atau microwavenya. 
Sama pula dengan banyak masalah yang harus kita se-lesaikan, 
kita membutuhkan banyak ide dan sering ide 
tersebut datang dari orang lain, departemen lain, mau-pun 
keahlian lain. Anda telah membaca 2 cerita sebe-lumnya, 
“Pria dan Sepatu Baru” dan “Sarjana Ahli Ba-hasa”. 
Kedua cerita tersebut dapat kita gunakan untuk 
memberi analogi bahwa pendekatan tim selalu lebih 
baik. 
Untuk menyelesaikan masalah, cobalah kumpulkan 
juga mereka yang tidak secara natural dianggap bagian 
dari masalah ini. Misalnya saat kita membahas menge-nai 
lamanya waktu antrian teller, cobalah ajak perwaki-lan 
dari IT. Saat kita membahas lambatnya proses 
changeover, cobalah mengajak satu dua orang dari Pur-chasing. 
Sekali lagi, jika kita bisa memiliki tambahan 
sudut pandang yang berbeda, seringkali mereka bisa 
memberikan tambahan informasi. 
Saya harap Anda setuju bahwa menyelesaikan masa-lah 
secara tim akan lebih baik daripada secara individ-ual. 
Seperti kata Einstein juga: 
You can never solve a problem on the level on 
which it was created. 
Setiap kali kita melibatkan orang lain, tentu saja selain 
memiliki dampak positif, juga ada negatifnya. 
Umumnya kita sering kesal karena ada rekan yang 
cuma bisa bicara tapi tidak bisa bertindak. Kita juga ke-sal 
karena ada satu rekan yang sibuk menunjuk-nunjuk 
orang untuk melakukan sesuatu padahal dia hanya 
duduk-duduk saja. Atau rekan lain yang sibuk pula ber- 
30
wacana dan tidak membumi. Jika Anda merasa kesal, 
tidak heran, tapi saya menyarankan Anda membaca ini: 
http://shiftindonesia.com/sembilan-tipe-team-role-pem 
bentuk-karakter-tim-menuju-operational-excellence/ ** 
“Teamwork divides the 
task and multiplies the 
success.“ 
Author Unknown 
Artikel Terpilih di Inbox Anda 
Ya, tim konsultan SSCX akan memilihkan artikel dan 
ide menarik untuk Anda! 
Kami akan mengirimkan hanya 1-2 email per ming-gu 
dan Anda dapat unsubscribe kapan saja. 
Dengan berlangganan, Anda diberikan 1 ide yang bisa 
mengubah proses dan produk Anda lebih baik lagi 
Klik untuk Gabung 
Ribuan Member Lain. 
FREE. 
31
CHAPTER 4 
Dalam tahapan ini, sebagai problem solver, kita akan melakukan analisa untuk mengetahui akar 
masalah. Saya merasa bahwa konsep Y=f(X) adalah esensial dalam pembahasan ini. Di sini kita akan 
coba memahami bahwa tidak semua X bisa dikendalikan. Apa yang harus kita lakukan jika semua X 
tidak bisa dikendalikan alias uncontrollable? 
32 
Analysis
SECTION 1 
“You will only be remembered for 
two things: the problems you 
solve or the ones you create.” 
Mike Murdock 
Konsep y=f(x) alias “y adalah fungsi dari 
x” adalah konsep yang umum, seder-hana, 
tapi penuh makna. Ada banyak 
faktor yang mempengaruhi keluaran. 
Ada beberapa X yang menyebabkan ter-jadinya 
Y. 
Y=f(x) 
Sekilas 
1. Y adalah hasil dari 
kombinasi banyak faktor 
atau x. 
2. X ini sering dibagi lagi 
menjadi 2 kategori yaitu: 
controllable dan uncon-trollable 
3. Anda menemukan bahwa 
seluruh faktor adalah 
uncontrollable. Jika tidak 
ada faktor yang bisa kita 
kendalikan, maka kita 
tidak bisa mengubah 
respon ke arah yang kita 
inginkan secara konsisten. 
33
Berikut ini adalah ilustrasi sederhana dari y=f(x). Apa 
yang menentukan kapan kita bisa tiba jika berlayar dari 
satu dermaga ke dermaga lain? 
• Arah angin 
• Kecepatan angin 
• Ukuran dan desain layar 
• Berat perahu dan beban 
• Desain perahu 
• Ombak 
• Kompetensi 
Nah, lama perjalanan dapat kita sebut sebagai re-sponse 
atau y. Disini, y adalah hasil dari kombinasi ban-yak 
faktor atau x, yaitu 7 hal di atas. X ini sering dibagi 
lagi menjadi 2 kategori yaitu: 
• Controllable misalnya ukuran dan desain layar 
• Uncontrollable misalnya arah angin 
Anda harus berpikir lebih dalam jika saat Anda melaku-kan 
brainstorming, Anda menemukan bahwa seluruh 
faktor adalah uncontrollable. Jika tidak ada faktor yang 
bisa kita kendalikan, maka kita tidak bisa mengubah re-spon 
ke arah yang kita inginkan secara konsisten. 
Apa yang harus dilakukan jika semua faktor tidak 
bisa dikendalikan? 
1. Lakukan evaluasi, terkadang seakan-akan memang 
faktor seperti tidak bisa dikendalikan padahal sebe-narnya 
bisa. Misalnya, untuk masalah antrian di front 
office, faktor yang berpengaruh adalah jumlah walk-in 
customer dan Anda merasa ini tidak bisa diken-dalikan. 
Saya pernah melihat perusahaan yang me-masang 
informasi grafik jumlah kunjungan dan esti-masi 
lama tunggu per 30 menitnya, dengan harapan 
pelanggan bisa mengatur kapan mereka sebaiknya 
datang, dan kemudian terjadi load-balancing. 
2. Lakukan brainstorming dan kemudian gali lebih 
dalam, usahakan melibatkan sekelompok orang 
yang berbeda fungsi atau kompetensi. Misalnya 
menurut kita di Dept Produksi, jumlah order pelang-gan 
adalah uncontrollable, jangan-jangan setelah 
berdiskusi dengan tim dari Dept Sales, mereka bisa 
mengatur bagaimana pelanggan memberikan order. 
34
Apa yang harus dilakukan jika faktor yang bisa 
dikendalikan sangat banyak? 
1. Lakukan penentuan prioritas faktor yang akan kita pe-lajari 
lebih dalam termasuk nantinya menentukan so-lusi 
memperbaiki faktor tersebut. Cara menentukan 
prioritas akan saya bahas di bagian lain. 
2. Jika semua faktor sama pentingnya, bagi dalam tim 
untuk memperbaiki masing-masing faktor. Dengan 
ruang lingkup yang lebih kecil, perbaikan akan lebih 
cepat. 
Bagaimana kita bisa yakin jika semua faktor su-dah 
diperhitungkan? 
1. Cara paling simpel adalah dengan melakukan trial 
and error. Yaitu mencoba perbaikan pada faktor dan 
melihat respon. Jika ternyata masalah masih beru-lang 
atau target belum tercapai, maka ada kemungki-nan 
belum semua faktor diperhitungkan. Catatan: 
ada kemungkinkan juga karena solusi atas faktor 
(baca: akar masalah) belum efektif. 
2. Ada beberapa cara dengan menggunakan statistik 
yang bisa digunakan, tetapi tidak akan kita bahas di 
ebook sederhana ini.** 
Analysis 
Paralysis Si 
Lipan 
Suatu saat, seekor lipan (yang kakinya banyak) menge-jar 
seekor laba-laba. Kemudian laba-laba ini berhenti, 
menoleh sejenak, dan bertanya kepada si lipan, “Saya 
kagum dengan kamu, Lipan! Bagaimana cara kamu 
mengkoordinasikan kaki yang banyak itu?” 
Lipan itu menjawab, "Saya tidak tahu. Saya tidak per-nah 
memikirkan hal itu sebelumnya." Segera setelah 
itu, laba-laba kembali berlari, dan lipan mencoba untuk 
mengejar, tetapi kali ini ia tidak mampu karena ia tidak 
bisa membuat kakinya berjalan dengan baik lagi. 
Kakinya saling tersangkut karena ia sibuk memikirkan 
mana yang kiri dan mana yang kanan, mana yang du-luan 
dan mana yang harus serentak! 
35
Cerita ini ada dalam banyak versi, tapi pesan yang 
ingin disampaikan adalah berpikir atau analisa berlebih 
justru merugikan. Kondisi ini dikenal dengan istilah 
analysis paralysis atau paralysis of analysis. Dalam kon-disi 
ini, justru keputusan apalagi tindakan/action tidak 
muncul. Sebuah keputusan memang bisa dipikirkan se-cara 
detail dari berbagai sudut pandang, berbagai pili-han, 
berbagai kemungkinan. Saat kita terus berusaha 
mencari solusi paling maksimal, kadang yang terjadi 
adalah kondisi ini. 
Memang sulit untuk menentukan apakah kita sudah me-lakukan 
analisa berlebihan atau belum. Langkah yang 
bisa kita lakukan adalah memilah analisa menjadi 2 
atau 3 kategori (short term atau smaller scope, longer 
term atau larger scope). 
Kita melakukan analisa terbatas secara cepat untuk ke-mudian 
beralih untuk menentukan solusi cepat. Sambil, 
pada saat bersamaan jika memungkinkan melakukan 
analisa yang lebih komprehensif. Cara ini memang 
akan lebih menghabiskan energi dan waktu, tapi seti-daknya 
bisa mengambil manfaat dan menghindari re-siko 
dari analisa terlalu minim dan analisa berlebihan.** 
Ikuti Public Class populer di SSCX: 
• Lean Six Sigma Green Belt (6 Days) 
• Lean Six Sigma Black Belt (12 Days) 
• Lean Six Sigma Fundamentals (2 Days) 
• Lean Manufacturing Fundamentals (2 Days) 
• Practical Total Productive Maintenance (2 Days) 
• Understanding Lean Healthcare (2 Days) 
+62-21-576-3020 
info@sscx.asia 
http://sscxinternational.com 
Menara Rajawali 11th Floor 
Jakarta Selatan, Jakarta, 12950 
36
SECTION 2 
“If you do not know how to ask 
the right question, you discover 
nothing.” 
W. Edwards Deming 
5-Whys atau bertanya mengapa secara 
5 kali berturut-turut merupakan alat 
bantu sederhana yang sangat powerful 
untuk menggali akar masalah. Ini adalah 
alat bantu yang sangat sering disalah-gunakan. 
5 Whys 
Lorem Ipsum 
1. 5-Whys atau bertanya 
mengapa secara 5 kali 
berturut-turut merupakan 
alat bantu sederhana yang 
sangat powerful untuk 
menggali akar masalah. 
2. Secara ringkas, cara 
penggunaannya adalah 
mencoba bertanya 
mengapa secara 
sistematis, analitis, dan 
objektif. 
3. Alat bantu ini juga memiliki 
kelemahan karena 
cenderung mengikuti 1 
alur berpikir. 
37
Secara ringkas, cara penggunaannya adalah mencoba 
bertanya mengapa secara sistematis, analitis, dan ob-jektif. 
Saya memberikan penekanan pada “secara 
sistematis, analitis, dan objektif” karena saya sering me-nemukan 
bahwa 5-whys ini tidak digunakan secara 
sistematis, tidak analitis, dan sangat subjektif. 
Contoh masalah: “Panduan cara perakitan meja oleh 
bagian perancangan seringkali menyebabkan kesala-han 
penggunaan baut. Masalah muncul sejak sekitar 6 
bulan lalu saat headquarter menerbitkan panduan kerja 
baru. Hal ini menimbulkan incoming call untuk menan-yakan 
hal ini sebanyak 100 call per hari dan memakan 
waktu 500 menit per hari hanya untuk menjelaskan hal 
ini ke pelanggan.” 
• Pertanyaan 1: Mengapa sampai butuh waktu 500 
menit? 
• Jawaban: Karena memang untuk 1 pertanyaan dibu-tuhkan 
waktu 5 menit. 
• Pertanyaan 2: Mengapa butuh waktu selama itu? 
Apakah karena kompetensi call-agent? 
• Jawaban: Mungkin. 
Bisa ditebak, diskusi akan berlanjut pada peningkatan 
kompetensi. Ini adalah contoh yang tidak sistematis 
dan cenderung mengarah pada apa yang ada di benak 
si penanya. Leading question. 
Skenario lain: 
• Pertanyaan 1: Mengapa menghubungi call center 
saat salah menggunakan baut? 
• Jawaban: Karena kita menyarankan mereka untuk 
menghubungi jika ada masalah. 
• Pertanyaan 2: Mengapa kita menyarankan mereka 
seperti itu? 
• Jawaban: Karena top management meminta kita un-tuk 
menjadi customer-focused company. 
• Pertanyaan 3: Mengapa kita harus menjadi 
customer-focused company? 
• Jawaban:….. 
38
Analisa “5-Whys” yang benar kira-kira seperti ini: 
• Pertanyaan 1: Mengapa pekerja menggunakan baut 
yang salah? 
• Jawaban: Ia kebingungan harus memilih baut yang 
mana 
• Pertanyaan 2: Mengapa dia bingung? 
• Jawaban: Dia tidak bisa menemukan jawaban dalam 
panduan perakitan. 
• Pertanyaan 3: Mengapa dia tidak menemukannya di 
panduan perakitan? 
• Jawaban: Dia membaca panduan perakitan hanya 
selama 5 menit. 
• Pertanyaan 4: Mengapa dia hanya membaca selama 
5 menit? 
• Jawaban: Dia tidak punya waktu untuk membaca 
keempat panduan perakitan karena deadline. 
• Pertanyaan 5: Mengapa terdapat 4 panduan peraki-tan? 
• Jawaban:….. 
5-Whys adalah alat bantu yang ‘kelewat sederhana’ 
hingga seringkali muncul kesalahan penggunaan. Bah-kan 
beberapa kali, ujung dari 5-Whys ini nantinya ada-lah 
kesalahan manajemen dan rendahnya kompetensi 
SDM. Jika terjadi seperti itu, 9 dari 10 kali kejadian ada-lah 
karena kesalahan cara melakukan analisa 5-Whys. 
WARNING: Alat bantu ini juga memiliki kelemahan 
karena cenderung mengikuti 1 alur berpikir. Misalnya 
untuk kasus diatas, tim akan luput memperhatikan 
apakah bahasa panduan sudah cukup jelas, mengapa 
diperlukan panduan perakitan, mengapa pekerja 
memiliki pilihan baut lain? Sangat disarankan untuk 
menggunakan 5-Whys dengan alat bantu lain. Atau 
minimal menggunakannya beberapa kali untuk masa-lah 
yang sama.** 
“Live as if you were to die 
tomorrow. Learn as if you 
were to live forever.” 
Mahatma Gandhi 
39
SECTION 3 
Diagram Fishikawa 
Fishbone Diagram atau Diagram Tulang 
Ikan ini adalah alat bantu sederhana den-gan 
penggunaan yang sangat umum. 
Nama lain dari diagram ini adalah Dia-gram 
Ishikawa, Cause-and-Effect Dia-gram, 
bahkan ada yang menggabung-kannya 
menjadi Fishikawa. Mengapa 
Disebut Diagram Tulang Ikan? 
Pernah suatu kali ada yang bertanya 
mengapa tulang ikan dan bukan tulang 
lainnya. Saya tertawa terbahak-bahak, 
Sekilas 
1. Fishbone Diagram atau 
Diagram Tulang Ikan ini 
adalah alat bantu 
sederhana dengan 
penggunaan yang sangat 
umum. 
2. Tulang ini diberi judul 
dengan tujuan kita bisa 
berpikir dari sudut 
pandang yang berbeda. 
3. Menggunakan 5-Whys 
untuk menggali lebih 
dalam Diagram Tulang 
Ikan sangatlah disarankan. 
Dengan demikian kita bisa 
melihat dari lebih banyak 
sudut pandang dan 
mendalam. 
40
tetapi ternyata pertanyaan ini juga ada artinya. Coba 
bayangkan diagram tulang ayam, paha ayam ben-tuknya 
lurus. Artinya kita berasumsi bahwa hanya ada 
1 sebab untuk 1 akibat. 
Diagram Tulang Ikan bentuknya seperti ini: 
Sisi paling kanan adalah akibat alias y. Sementara tu-lang 
ikan berisi sebab-sebab alias x. 
Setiap tulang utama diberi judul: 
• Machine (technology) 
• Method (process) 
• Material (termasuk Raw Material, Consumables, dan 
Informasi) 
• Man Power (physical work) 
• Measurement (Inspection) 
• Mother Nature (Environment) 
Tulang ini diberi judul dengan tujuan kita bisa berpikir 
dari sudut pandang yang berbeda. Anda juga bisa 
membaca Six Thinking Hats dengan cara berpikir 
yang sama. Ini mengurangi kemungkinan kita terlalu 
fokus pada salah satu aspek saja, misalnya menyalah-kan 
Manpower. 
Saat Anda mengisi tulang Machine, artinya Anda harus 
berpikir apa saja faktor terkait mesin yang menyebab-kan 
masalah ini. Begitupun, saat Anda ‘dipaksa’ untuk 
pindah berpikir ke tulang Material. 
41
Alat bantu ini sangat sederhana dan bisa digunakan da-lam 
situasi apapun. Anda bisa mengganti judul tulang 
sesuai keinginan Anda. Gunakan alat bantu ini saat 
Anda ingin melihat kemungkinan akar masalah dari 
berbagai aspek atau sudut pandang. 
Menggunakan 5-Whys untuk menggali lebih dalam Dia-gram 
Tulang Ikan sangatlah disarankan. Dengan de-mikian 
kita bisa melihat dari lebih banyak sudut pan-dang 
dan mendalam.** 
“Sometimes when you 
innovate, you make 
mistakes. It is best to admit 
them quickly, and get on 
with improving your other 
innovations.” 
Steve Jobs 
42 
SHIFT FEATURED IDEAS INDUSTRY NEWS PRINT EDITION ! " 
OPEXCON13 
Tonton Video 30 Detik Opexcon: 
Free Ideas! 
Tim konsultan SSCX akan 
memilihkan artikel dan ide menarik 
untuk Anda, maksimal 1 email per 
minggu. 
Nama: 
Free Articles, Ideas, Insights: 
Email: 
www.shiftindonesia.com 
SUBSCRIBE 
FEATURED POSTS 
8 “Dosa Besar” yang 
Menggagalkan Program 
Lean 
Mengenal DMAIC dan 7 
Waste di Bisnis 
Perbankan dan Jasa 
Finansial 
5 Hasil Luar Biasa dari 
Implementasi Lean Six 
Sigma di Perbankan 
Bagaimana Amazon 
Menaklukkan Dua Batu 
Kembarnya 
Concept 
Toolbox 
Financial 
Manufacturing 
Mining 
Services 
Profile 
News 
The View 
OPEXCON 
Glossary 
Download 
Edisi Cetak 
8 “Dosa Besar” yang 
Menggagalkan Program Lean 
Shift - October 25, 2013 - Featured, Ideas 
Semua strategi dan aktifitas telah dirancang dengan sempurna. Semua sumber daya 
telah dianggarkan dan dipersiapkan. Berbagai rapat telah dilaksanakan untuk 
menentukan area perbaikan. Semua orang merasa bergairah untuk segera mulai 
menjalankan proyek Lean Six Sigma terbaru di perusahaan. Dengan semua persiapan 
tersebut, kegagalan implementasi Lean menjadi mimpi buruk semua orang. Lalu 
bagaimana menghindari kegagalan yang mengerikan itu? 
Continue Reading 
Mengenal DMAIC dan 7 Waste di 
Bisnis Perbankan dan Jasa 
Finansial 
Shift - October 25, 2013 - Featured, Financial 
DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control) adalah sebuah framework 
yang digunakan dalam mengatur alur kerja sebuah proyek improvement, 
yang biasanya digunakan dalam proyek-proyek berbasis Six Sigma (dan Lean 
Six Sigma tentunya). Penggunaan DMAIC memungkinkan anda untuk 
meningkatkan proses bisnis dengan terstruktur. Setiap fase akan 
membangun fase berikutnya, dengan tujuan untuk mencapai target berupa 
solusi (untuk permasalahan dalam proses bisnis) yang efektif dan bertahan 
lama. Continue Reading 
5 Hasil Luar Biasa dari 
Implementasi Lean Six Sigma di 
Perbankan 
Shift - October 24, 2013 - Featured, Retail and Transactional 
Type keyword and hit enter...
SECTION 4 
Assumption is The Mother of… 
Pertanyaan: Bagaimana Anda memasukkan seekor 
jerapah dewasa ke dalam kulkas? 
Jawaban: Buka kulkas, masukkan jerapah tersebut 
ke dalam kulkas, dan tutup pintunya. 
Pertanyaan ini sebenarnya banyak digunakan menguji 
apakah Anda cenderung memikirkan hal-hal seder-hana 
dengan cara yang terlalu rumit. Ataukah 
cenderung berpikir terlalu sederhana. 
Seringkali kita langsung berpikir kompleks sebelum 
berpikir sederhana. Tidak ada yang salah dengan ber-pikir 
kompleks, toh umumnya masalah yang kita ha-dapi 
sekarang adalah hasil dari kompleksitas yang 
ada. Entah necessary complexity atau bukan. 
Yang kerap menjadi hambatan dalam problem solving 
adalah seringkali kita sudah memiliki asumsi-asumsi. 
Kita berasumsi bahwa jerapah pastinya tinggi sekali 
dan kulkas pastilah jauh lebih kecil daripada Jerapah. 
Asumsi. 
“Assumption is the mother of all screw-ups.” ~ 
Eugene Lewis Fordsworthe 
Di artikel sebelum ini, kita membahas bagaimana Tikus 
Kecil menggampangkan solusi sementara di artikel ini 
giliran cerita Jerapah membuat kita harus mencoba ti-dak 
membatasi pemikiran kita dengan asumsi-asumsi 
yang belum tentu benar. ** 
*Salah satu partner di SSCX suka sekali menggunakan statement Ford-sworthe 
dalam rapat dan diskusi di SSCX. Saya mengingat kalimat ini 
karena rapat dan diskusi tersebut. 
43
CHAPTER 5 
Result = Q x A 
Result adalah hasil dari pengalian Quality of Idea (kualitas ide atau solusi) dan Acceptance 
(penerimaan ide). Seringnya sebuah ide berkualitas, tetapi tidak ada yang menerima ide tersebut dan 
hasil otomatis juga tidak akan muncul. Memperhatikan kedua faktor ini adalah esensial untuk 
memastikan kesuksesan dari problem solving activity.** 
44
SECTION 1 
Menemukan Solusi 
“Every problem is an opportunity.” 
Kilchiro Toyoda, founder of Toyota 
Jika Anda sudah mengetahui akar masalah, maka lang-kah 
berikutnya adalah menentukan solusi. Anda dapat 
memulai dengan menampilkan informasi akar masalah 
yang telah ditemukan dan diduga kuat berkontribusi 
besar pada masalah yang sedang dibahas. Saya meng-gunakan 
kata ‘diduga kuat’ karena dalam bahasan ini 
45
saya belum menjelaskan penggunaan alat bantu yang 
dapat menghindari kita pada situasi hanya menduga-duga 
akar masalah. 
Setelah Anda menentukan akar masalah yang akan 
Anda perbaiki, menentukan solusi adalah suatu proses 
kreatif. Proses analisa akar masalah cenderung analitis, 
sementara proses mencari solusi cenderung kreatif. Wa-lau 
demikian, cukup banyak kasus dimana solusi yang 
perlu dijalankan bukanlah sesuatu yang baru dan tidak 
pernah dijalankan. 
Anda awalnya akan banyak menemukan solusi untuk 
hal-hal ini: 
• Konsistensi menjalankan prosedur 
• Terlambatnya informasi atau feedback loop 
Baru setelah itu, Anda akan banyak bersinggungan den-gan 
hal-hal atau ide baru. Di sini, tantangan akan lebih 
banyak. Kenapa? Karena Anda akan melakukan hal 
baru dan pada praktiknya menjalankan hal baru itu san-gatlah 
sulit. 
Umumnya sulitnya bukan karena teknis, tetapi pada fak-tor 
penerimaan atas ide tersebut. Anda pasti pernah 
mendengar: 
1. Ooo, cara itu tidak akan bisa di sini. 
2. Masalahnya begini,… 
3. Kita sudah pernah lakukan hal tersebut. 
4. Solusi ini tidak akan bisa karena… 
Sulit bagi ebook ini untuk menjejalkan dengan ringkas 
bagaimana cara menemukan solusi dikarenakan variasi 
yang sangat tinggi antara satu masalah dengan masa-lah 
yang lain. Saya akan masuk ke aspek penerimaan 
ide dan juga bagaimana menentukan prioritas.** 
Iklan: Company Profile SSCX di tautan ini 
46
SECTION 2 
Penerimaan Ide 
“Success doesn't necessarily come 
from breakthrough innovation but 
from flawless execution.” 
Naveen Jain 
Saya rasa bukan hal aneh saat Anda me-lihat 
ide yang luar biasa bagus tetapi ti-dak 
dijalankan. Menjalankannya juga 
kita lihat sebenarnya mudah saja, tidak 
membutuhkan upaya yang sangat keras. 
Mengapa? ** 
Sekilas 
1. Result adalah hasil dari 
pengalian Quality of Idea 
(kualitas ide atau solusi) 
dan Acceptance 
(penerimaan ide). 
Seringnya sebuah ide 
berkualitas, tetapi tidak 
ada yang menerima ide 
tersebut dan hasil 
otomatis juga tidak akan 
muncul. 
2. Atribut-atribut penerimaan 
ide adalah: 
• Keuntungan Relatif 
• Kompatibilitas 
• Kompleksitas 
• Trialability 
• Observability 
47
Goldman dan 
Troli-nya 
Sekarang ini berbelanja di hypermarket ataupun super-market, 
yang pertama kali kita lakukan adalah mengam-bil 
trolley belanja. Tahukah Anda bahwa awalnya untuk 
membuat pengunjung menggunakan shopping cart ini 
ternyata tidak mudah! 
Adalah Sylvan Goldman yang membeli jaringan super-market 
Piggly Wiggly pada tahun 1934. Setelah mem-beli 
jaringan ini, Goldman mulai mengamati apa yang 
dilakukan pengunjung supermarketnya. Dia sedang 
khawatir karena angka sales dan marjin yang terus 
menipis. Saat Goldman mengamati behavior pengun-jung, 
ia menemukan banyak hal menarik. Dalam kon-teks 
saat ini, istilah Gemba adalah istilah tepat untuk 
menggambarkan hal ini, atau 'blusukan' jika menurut 
Jokowi. 
Salah satu observasinya adalah ternyata para pengun-jung 
berhenti berbelanja setelah keranjang belanjaan 
mereka menjadi berat. 
Ia dan mekaniknya menemukan solusi untuk hal ini 
yaitu troli! Sekilas, ini adalah ide luar biasa yang tidak 
mungkin ditolak siapapun. Akan tetapi, pada saat imple-mentasi, 
ia menemukan adanya resistensi. Pengunjung 
pria tidak suka menggunakan troli karena terkesan ti-dak 
macho, wanita merasa tidak fashionable, semen-tara 
pengunjung yang lebih tua tidak mau terkesan 
lemah. 
Walhasil, butuh banyak taktik dan waktu bagi Goldman 
hingga akhirnya semua orang terbiasa menggunakan 
troli dan bahkan berkembang terus menerus hingga 
saat ini dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari 
berbelanja.** 
48
5 Elemen 
Penerimaan 
Ide 
All imaginable inventions have already been 
invented. - Manager of the American Patent 
Agency - Charles Duell, 1899 
Everett M. Rogers adalah seorang ahli difusi inovasi. Ia 
telah meneliti bagaimana orang mengadopsi produk 
baru , jasa atau praktek gaya hidup. Dalam penelitian-nya 
ia mengisolasi lima sifat inovasi yang membantu un-tuk 
mempercepat penerimaan mereka dan kemudian 
diadopsi. 
Atribut-atribut tersebut adalah: 
1. Keuntungan Relatif 
2. Kompatibilitas 
3. Kompleksitas 
4. Trialability 
5. Observability 
Keuntungan relatif adalah ukuran dari seberapa jauh 
lebih baik suatu inovasi dari ide atau produk yang di-gantikannya. 
Ini adalah salah satu pendekatan yang pal-ing 
umum dan paling efektif untuk menjual ide. Idenya 
harus jelas menggambarkan keuntungan dalam hal 
biaya lebih rendah, peningkatan kenyamanan, atau 
penghematan waktu dan usaha. 
Kompatibilitas. Apakah ide Anda konsisten dengan 
nilai-nilai , pengalaman masa lalu dan kebutuhan indi-vidu 
atau kelompok yang berpotensi akan mengadopsi-nya? 
Hal ini sangat mungkin bahwa Anda akan mem-beli 
produk atau perubahan aspek gaya hidup Anda 
yang bertentangan dengan nilai-nilai Anda. Adalah jauh 
lebih mungkin bahwa Anda akan mengadopsi inovasi 
yang konsisten dengan mereka. 
49
Kompleksitas adalah bagaimana sulitnya untuk mema-hami 
atau menggunakan ide baru Anda. Semakin kom-pleks 
ide Anda tampaknya, semakin kecil kemungkinan 
akan diterima. Keep it simple . Mungkin salah satu con-toh 
terbaik dari tetap sederhana dan peluncuran pro-duk 
yang sukses adalah komputer Macintosh. 
Trialability adalah kualitas sebuah inovasi yang me-mungkinkan 
pengadopsi potensial atau pelanggan un-tuk 
bereksperimen dengan ide secara terbatas sebe-lum 
“membeli itu”. Test mengendarai mobil baru adalah 
contoh yang sangat baik trialability. 
Observability adalah karakteristik dari sebuah inovasi 
yang membuatnya terlihat orang lain. Jika Anda men-jual 
ide atau konsep tidak berwujud , seperti asuransi 
jiwa , apa hasil yang terlihat dari apa yang Anda beli ? 
Dalam cara apa Anda dapat membuat hasil yang 
nyata? Dapatkah orang benar-benar melihat hasilnya? 
Bisakah Anda mengajak mereka ke lokasi lain yang te-lah 
mengadopsi ide sehingga mereka dapat melihat se-cara 
langsung implementasi ide Anda? 
Ingat, melihat adalah percaya, seeing is believing.** 
Jadwalkan agenda Anda dengan Indonesia Operational 
Excellence Conference and Award 2014. 
Acara tahunan ini digelar pada 12 November 2014. 
www.opexcon.com 
+62-21-5763020 atau info@sscx.asia 
50
SECTION 3 
Semmelweis si Penyelamat Ibu 
Ignaz Philipp Semmelweis, 1 Juli 1818 - 13 Agustus 
1865 adalah seorang dokter Hungaria yang dikenal se-bagai 
pelopor awal prosedur antiseptik. Ia dikenal juga 
sebagai “penyelamat ibu”. Semmelweis menemukan 
bahwa kejadian demam nifas bisa dipotong secara 
drastis dengan menggunakan desinfeksi tangan di 
klinik kandungan. 
Demam nifas adalah hal umum di rumah sakit perten-gahan 
abad 19 dan seringkali demam ini berakibat fa-tal 
dengan tingkat kematian mencapai 10-35%. 
Semmelweis saat itu bekerja di Rumah Sakit Umum 
Ignaz Philipp Semmelweis 
51
Wina. Di rumah sakit ini, rasio kematian di klinik yang 
ditangani dokter mencapai 3 kali lipat kematian di klinik 
yang ditangani bidan! 
Bahkan, diceritakan oleh Semmelweis bagaimana ibu-ibu 
memohon agar dapat masuk ke klinik yang ditan-gani 
bidan dan bukan ditangani dokter. 
Semmelweis sangat heran dengan fenomena ini. Dan 
menariknya, tidak semua orang merasa ini adalah 
masalah yang harus diselesaikan. Semua orang, selain 
Semmelweis dan ibu-ibu, merasa ini wajar. 
Dari pengamatannya, ia menemukan bahwa klinik dok-ter 
memiliki tingkat kematian tinggi karena dokter juga 
melakukan otopsi (pada mayat), sementara bidan tidak 
melakukan otopsi. Ia lewat beberapa penelitiannya, me-nemukan 
bahwa ada partikel dari mayat yang menye-babkan 
hal ini. Ia mengusulkan perlunya cuci tangan se-belum 
tindakan medis. 
Ia menerbitkan sebuah buku terkait temuannya dalam 
buku Die Ätiologie, der Begriff und die Prophylaxis des 
Kindbettfiebers (Etiologi, Konsep, dan Pencegahan De-mam 
Nifas). Di sana, ia menampilkan berbagai kisah 
sukses di mana tingkat kematian berkurang hingga di 
bawah 1% hanya dengan melakukan pencucian tan-gan 
dokter. 
Walaupun demikian, ide ini tidak diterima secara 
umum. Pengamatan Semmelweis bertentangan den-gan 
pendapat ilmiah dan medis yang berkembang 
pada saat itu. Beberapa dokter bahkan tersinggung 
atas saran bahwa mereka harus mencuci tangan 
mereka. Sayangnya, Semmelweis tidak bisa memberi-kan 
penjelasan ilmiah mengenai temuannya ini. 
Ide dan solusi dari Semmelweis baru mendapat peneri-maan 
luas dari kalangan medis beberapa tahun setelah 
kematiannya. Penerimaan ini muncul setelah Louis Pas-teur 
mengkonfirmasi teori kuman dan Joseph Lister, 
yang menggunakan hasil penelitian Pasteur yakni 
menggunakan metode higienis dan memiliki tingkat suk-ses 
tinggi pada tindakan medisnya. ** 
52
SECTION 4 
Suatu saat Anda akan dihadapi pada situasi dimana 
Anda memiliki banyak hal yang harus dilakukan. Salah 
satu alat bantu untuk mempermudah Anda memilih 
adalah PICK Chart, yaitu Possible, Implement, Chal-lenge, 
dan Kill. Atau ada juga matriks serupa yang dise-but 
Benefit - Effort Matrix. 
Kita harus memberikan pembobotan apakah sebuah 
ide aksi merupakan High Effort, Low Effort, High Im-pact, 
Low Impact. Idealnya yang kita akan lakukan di 
awal adalah High Impact - Low Effort. Dan, yang ingin 
kita hindari adalah Low Impact, High Effort. 
Benefit vs Effort 
53
Kita memberikan nilai akhir pada Effort berdasar-kan 
elemen: 
1.Waktu yang diperlukan 
2. Sumber daya yang diperlukan 
3. Resiko dalam aksi ini 
4. Tingkat penerimaan 
Sementara, untuk Benefit alias Impact berdasar-kan 
elemen: 
1. Kemampuan menyelesaikan masalah 
2. Alignment pada strategi dan fokus perusahaan 
Cara menggunakannya sederhana, Anda perlu mem-berikan 
pembobotan dan standar penilaian untuk tiap 
komponen. Anda bisa membuat sendiri standar Anda 
yang kemudian bisa diterima dan dijadikan acuan oleh 
tim. 
Jika Anda melakukannya dengan benar, maka Anda 
akan mendapatkan beberapa solusi yang masuk di 
masing-masing kategori, tentunya setelah Anda 
mengkonfirmasi ulang lagi dengan tim setelah proses 
plotting selesai. 
Prioritas utama adalah solusi di kotak Implement. Inilah 
solusi yang menurut tim kita memiliki impact yang 
tinggi dengan upaya yang cenderung lebih rendah. Jika 
Anda memiliki waktu atau sumber daya lebih, Anda 
juga dapat menjalankan solusi di kotak Possible. 
Jika Anda memiliki banyak solusi di Challenge (dan di 
situasi tertentu Anda malah tidak memiliki solusi di Im-plement, 
tetapi hanya di Challenge), tugas Anda adalah 
coba menggali dan mengkonfirmasi apakah memang 
effortnya dikategorikan besar, apakah bisa dipersempit 
ruang lingkup solusinya dll. 
Alat bantu ini tentunya sangat tepat 
digunakan saat Anda sudah menetap-kan 
ide-ide apa saja yang akan diek-sekusi 
dan jumlahnya ‘cukup’ banyak. 
Saya menggunakan kata ‘cukup’ karena definisi ini bisa 
berbeda antar orang, antar tim. 
“The essence of strategy is choosing 
what not to do.” 
Michael Porter 
54
SECTION 5 
Dalam banyak sesi diskusi dengan klien, tim SSCX ser-ing 
menunjukkan peluang perbaikan (opportunities for 
improvement) dan kadang bagaimana cara menyelesai-kan 
sebuah masalah. Menariknya, saat kami menyam-paikan 
apa yang perlu dan bisa dilakukan banyak yang 
mengatakan “Kalau cuma ini, kami juga bisa”. 
Dalam banyak sesi sebenarnya kalimat yang ingin 
disampaikan klien adalah “Kalau cuma ini, kami juga 
bisa. This is obvious. Saya tidak butuh orang lain un-tuk 
membantu saya menyelesaikan masalah ini kalau 
solusinya cuma segini”. 
This is Obvious 
55
Saat salah satu klien SSCX mengganti pola shift kerja 
operator dan menghemat banyak uang, sebagian ek-sekutif 
mengatakan bahwa “Ya, ini common sense, ini 
sesuatu yang sangat jelas, dari awal kita aware bahwa 
kita harus menggantinya”. Tetapi hal ini tidak terjadi 
sampai tim SSCX membantu mereka dan memastikan 
mereka menggantinya. 
Pernah, saat kami mengganti kantong belanja di se-buah 
perusahaan ritel dengan spesifikasi yang lebih ren-dah 
(dan biaya yang lebih rendah) tetapi masih dapat 
diisi dengan beban barang sesuai dengan kebutuhan 
pelanggan, eksekutif perusahaan mengatakan bahwa 
“Ya, ini sesuatu yang sangat jelas dan kami sudah tahu 
dari dulu, ini hanya tinggal menunggu waktu untuk di-jalankan”. 
Di sektor manapun, hal yang sama terjadi, saat kami 
menjalankan perubahan pada cara setup sebuah mesin 
produksi, waktu setup turun dari 3 jam menjadi 25 
menit, lagi-lagi ada direktur yang merasa bahwa ini se-suatu 
yang mudah dan mereka cuma heran kenapa or-ang 
di Produksi tidak melakukan ini lebih awal. 
Di awal-awal keterlibatan saya di bidang ini, saya ma-sih 
muda dan tidak begitu paham kenapa ini terjadi. 
Pertanyaan saya, sebagian terlontar saat sesi me-manas 
dan sebagian lagi saya sampaikan dalam hati: 
“Jika anda sudah tahu, dan jika ini gampang, mengapa 
anda tidak melakukannya sebelum kami ke sini?” 
Columbus sedang makan dengan beberapa bangsa-wan 
Spanyol setelah ia menemukan benua Amerika, ke-mudian 
salah satu dari mereka berkata: “Sir Christo-pher, 
bahkan jika Anda tidak menemukan benua itu, be-nua 
itu tetap akan segera ditemukan. Negeri ini berlim-pah 
dengan orang yang sangat ahli dalam kosmografi 
dan sastra, salah satu dari mereka akan memulai petua-langan 
yang sama dengan hasil yang sama.” 
Columbus tidak menanggapi kata-kata tetapi malah 
meminta telur utuh untuk dibawa kepadanya. Dia mele-takkannya 
di atas meja dan berkata: “Tuan, saya berta-ruh 
dengan salah satu dari Anda bahwa Anda tidak da-pat 
membuat telur ini berdiri pada ujungnya seperti aku 
akan melakukannya tanpa bantuan apapun atau ban-tuan”. 
Mereka semua kemudian mencoba tetapi tidak berhasil 
dan ketika telur kembali ke Columbus, ia mengetuk te-lur 
dengan lembut di meja dan memecahkan telur ini se-dikit, 
dengan ini telur berdiri di ujungnya. Semua orang 
56
kemudian berkata bahwa kalau cuma seperti itu 
mereka juga bisa. Kemudian Columbus menjelaskan 
poinnya: 
“…setelah sesuatu telah dilakukan, semua orang akan 
tahu bagaimana melakukannya…” 
Mungkin Anda masih ingat “insiden” logo Pertamina. 
Pertamina membayar mahal ke sebuah perusahaan 
branding untuk sebuah identitas baru. Saat semua or-ang 
melihat logo baru Pertamina, semua mencibir 
“Masa’ untuk logo seperti ini saja sekian Milyar Ru-piah?” 
Sekali lagi, segala sesuatunya terlihat mudah dan da-pat 
dilakukan saat seseorang telah melakukannya dan 
menunjukkannya pada Anda.** 
“I have not told half of 
what I saw.” 
Marco Polo 
Lean Manufacturing 
Six Sigma 
Total Productive Maintenance 
Productivity Improvement 
www.sscxinternational.com 
57
SECTION 6 
Dewan Tikus Mencari Solusi 
Di sebuah ladang, tikus-tikus mengadakan satu rapat 
besar untuk mempertimbangkan langkah-langkah apa 
yang bisa mereka ambil untuk mengecoh musuh ber-sama 
mereka. Si Kucing. Akhir-akhir ini, mereka san-gat 
terganggu dengan Kucing yang dibawa Pemilik La-dang 
ke ladang tersebut. 
Beberapa tikus punya solusi ini dan itu, tetapi tidak 
ada yang dianggap akan efektif. Hingga akhirnya see-kor 
tikus muda berdiri dan berkata dia punya usulan 
yang akan menyelesaikan masalah mereka ini. Semua 
orang menatap dan serius mendengarkan solusi apa 
yang ditawarkan tikus muda ini. 
58
“Anda semua pasti setuju," katanya, "bahwa masalah 
utama kita adalah kita tidak tahu dimana dan kapan 
musuh kita ini mendekati kita. Sekarang, jika kita bisa 
membuat sinyal saat ia mendekat, kita dapat dengan 
mudah melarikan diri darinya. Saya mengusulkan 
adanya sebuah lonceng kecil untuk kita gantung di le-her 
kucing. Dengan ini, berarti kita akan selalu tahu 
ketika ia berada di sekitar kita, dan bisa dengan mudah 
lari menghindarinya. " 
Proposal ini disambut dengan tepuk tangan seluruh pe-serta 
rapat, sungguh ide cemerlang. Sampai seekor 
tikus tua yang bijaksana berdiri dan berkata: “Itu ide 
yang sangat baik, tapi siapa yang akan menggantung-kan 
lonceng ke leher Kucing?” 
Tikus tua ini menatap satu sama lain dan tak seorang 
pun berbicara. 
Fabel Aesop ini masih sangat relevan dengan situasi 
hari ini, semua orang seakan memiliki banyak solusi 
dan terkadang solusi tersebut sangat tidak masuk akal 
dan (terkesan) sangat menggampangkan segala sesua-tunya. 
Untuk menghindari situasi seperti ini, kita dapat men-coba 
menggali lebih detail, lebih dalam, tidak hanya se-kedar 
judul utama. Misalnya untuk permasalahan kema-cetan 
lalu lintas, muncullah solusi: “Meningkatkan par-tisipasi 
publik pada transportasi umum”, jika kita drill 
lebih dalam, kita akan memiliki beberapa actionable-solution: 
1. Pengumpulan data dan analisa statistik titik kemace-tan 
per satuan 10 menit. 
2. MenentukanTop-30 rute commuter terpadat dari pe-mukiman 
ke area kerja 
3. Dan seterusnya. 
Actionable-solution hasil drill ini bias-anya 
lebih feasible dan juga akan lebih 
mudah dijalankan. Dan tentunya akan 
lebih mudah diterima.** 
59
SECTION 7 
Kebiasaan Baru Pepsodent 
Suatu hari pada awal 1900-an, seorang pengusaha 
terkemuka di Amerika bernama Claude C. Hopkins 
didekati oleh seorang teman lama dengan ciptaan 
baru yang menakjubkan: pasta gigi rasa mint dan ber-busa 
yang ia namakan Pepsodent. Hopkins adalah sa-lah 
satu eksekutif periklanan yang sangat terkenal. 
Kontribusi Hopkins nantinya bukanlah meledakkan 
penjualan pepsodent, tetapi membantu menciptakan 
kebiasaan menyikat gigi secara nasional di Amerika. 
Pada saat itu, hampir tidak ada orang Amerika meng-gosok 
gigi mereka. Sepuluh tahun setelah iklan dan 
promosi dari Hopkins, menyikat gigi telah menjadi rit- 
60
ual harian selama lebih dari setengah populasi. Bagai-mana 
Hopkins bisa mengubah kebiasaan? 
Dalam buku yang sangat menarik, The Power of 
Habit, Duhigg menceritakan bagaimana Hopkins mem-buat 
kebiasaan baru di Amerika. 
Secara ringkas, Hopkins menciptakan kebiasaan menyi-kat 
gigi dengan mengidentifikasi sinyal yang sederhana 
dan jelas (cue), memberikan hadiah atau reward yang 
jelas dan dengan menciptakan keinginan neurologis 
(neurological craving). 
Ketika Hopkins setuju untuk mempromosikan Pep-sodent, 
dia menyadari bahwa dia harus menemukan 
pemicu (trigger) agar Pepsodent digunakan setiap 
hari. Dia duduk dengan tumpukan buku tentang kese-hatan 
gigi dan setelah sekian lama akhirnya ia mene-mukan 
referensi ke plak musin pada gigi , yang ia se-but 
'film' atau sebuah lapisan tipis di gigi. Lapisan yang 
dimaksud Hopkins adalah satu lapisan licin yang bisa 
kita sentuh dan rasakan dengan lidah kita. Coba sen-tuh 
gigi 
Anda dengan lidah, apakah Anda merasakan satu 
lapisan licin tersebut? 
61
Segera setelah itu, Hopkins memenuhi kota dengan 
iklan-iklan "Hanya dengan menempelkan lidah di gigi, 
Anda akan merasakan adanya film - itulah yang mem-buat 
gigi Anda terlihat tidak putih dan menyebabkan ke-rusakan.” 
“Mengapa setiap wanita memiliki film yang suram di 
giginya? Pepsodent menghilangkan film!" 
Dalam buku The Power of Habit itu, diceritakan bahwa 
semua kebiasaan (tidak peduli seberapa besar atau ke-cil), 
memiliki tiga komponen: 
1. Isyarat/cue atau sinyal 
2. Pemicu/trigger untuk perilaku tertentu, sebuah rutini-tas, 
yang merupakan perilaku/habit itu sendiri 
3. Hadiah/reward, yang merupakan apa yang diingat 
otak Anda. 
Ketika Hopkins mengidentifikasi film pada gigi, ia mene-mukan 
isyarat/sinyal yang telah ada selama ribuan ta-hun. 
Imbalan/reward yang Hopkins janjikan sulit untuk 
ditolak. Siapa yang tidak ingin senyum cantik? Penjua-lan 
Pepsodent benar-benar meledak pada saat itu 
karena munculnya kebiasaan baru di Amerika yaitu 
menggosok gigi. 
Tidak seperti pasta gigi lain dari periode itu, Pepsodent 
mengandung asam sitrat, minyak mint dan bahan kimia 
unik lainnya. Menariknya, dari salah satu bahan kimia 
tersebut, ada efek tak terduga seperti ini: adanya sen-sari 
baru di lidah dan gusi, seperti satu sensasi segar 
yang sebenarnya lebih mirip sensasi kesemutan ringan. 
Ketika para peneliti di kompetitor mulai mewawancarai 
konsumen Pepsodent, mereka menemukan bahwa 
orang-orang mengatakan bahwa jika mereka lupa un-tuk 
menggunakan Pepsodent, mereka menyadari kesa-lahan 
mereka karena mereka tidak merasakan adanya 
sensasi di lidah dan gusi. Jika sensasi tersebut tidak 
ada, rasanya mulut mereka tidak bersih. 
Claude Hopkins ternyata tidak menjual gigi yang indah, 
dia menjual sensasi. Orang seperti mengasosiasikan 
sensasi tersebut dengan rasa bersih. Sebenarnya, 
sensasi tersebut tidak berpengaruh pada apakah gigi 
akan bersih atau tidak, tetapi sensasi tersebut meyak-inkan 
pengguna bahwa Pepsodent sedang secara aktif 
bekerja membersihkan.** 
62
Gagak 
Selesaikan 
Masalah 
Seekor gagak yang kehausan setengah mati menemu-kan 
sebuah pithcher yang ternyata airnya tinggal se-dikit. 
Ketika si gagak menempatkan paruhnya yang pan-jang 
ke dalam mulut pitcher ternyata ia tidak bisa men-capai 
cukup jauh ke bawah untuk mendapatkan air itu. 
Dia mencoba, dan ia mencoba, tapi akhirnya harus 
menyerah dalam keputus-asaan. Kemudian ia menemu-kan 
sebuah ide, ia mengambil kerikil dan menjatuhkan-nya 
ke dalam pithcher itu. 
• Lalu ia mengambil kerikil lain dan menjatuhkannya lagi. 
• Lalu ia mengambil kerikil lain dan menjatuhkannya lagi. 
• Lalu ia mengambil 
kerikil lain dan menja-tuhkannya 
lagi. 
• Lalu ia mengambil 
kerikil lain dan menja-tuhkannya 
lagi. 
• Lalu ia mengambil 
kerikil lain dan menja-tuhkannya 
lagi. 
Akhirnya, akhirnya, ia 
melihat air mulai naik hingga ke permukaan leher 
pitcher tersebut dan setelah beberapa kerikil kemudian 
ia mampu menyeruput air dan menyelamatkan nya-wanya. 
Sedikit demi sedikit, jika dilakukan secara konsisten 
dengan sasaran yang jelas bisa membawa perubahan 
signifikan. Begitupun aktivitas perbaikan proses dan 
penyelesaian masalah. Menyelesaikan masalah sedikit 
demi sedikit karena keterbatasan sumber daya lebih 
baik daripada membiarkannya.** 
63
Simple 
Reaction Plan 
Saya cukup suka fabel Aesop berikut ini. Relevan den-gan 
bagian sebelumnya dari buku ini, fabel Kucing vs 
Rubah ini menceritakan bagaimana jika kita memiliki 
terlalu banyak pilihan dan analisa hingga akhirnya ma-lah 
merugikan kita sendiri. 
Rubah membual ke seekor Kucing tentang cara dia me-larikan 
diri dari musuh-musuhnya. “Saya memiliki sera-tus 
cara untuk melarikan diri dari musuh-musuhku.” 
“Aku hanya punya satu," kata Kucing, "tapi aku selalu 
berhasil melarikan diri.” 
Tepat pada saat itu mereka mendengar suara sekelom-pok 
anjing datang ke arah mereka, dan Kucing segera 
berlari di atas pohon dan bersembunyi di dahan. "Ini 
adalah taktik saya," kata Kucing. "Apa yang akan kamu 
lakukan?" 
Si Rubah memikirkan opsi pertama, kemudian opsi ke-dua 
dan seterusnya. Sementara ia sedang berpikir, 
kelompok anjing datang semakin dekat, dan akhirnya 
Rubah dalam kebingungannya tertangkap oleh anjing-anjing 
dan segera dibunuh oleh pemburu. 
“Lebih baik satu cara aman yang pasti daripada sera-tus 
yang tidak pasti.” 
Setelah Anda menyelesaikan problem solving Anda 
dan kemudian solusi telah dijalankan, pastikan Anda 
juga menyediakan Reaction Plan agar mereka yang 
menjalankan solusi ini memiliki rencana aksi yang jelas. 
Reaction Plan ini kerap dikenal juga dengan Control 
Plan. Contoh penggunaannya adalah kita membuat 
satu list berisi potensi variasi di masa yang akan da-tang, 
misalnya jika nantinya jumlah antrian mencapai 
10, apa yang kita lakukan. Jika jumlah subscriber 
melonjak 100 dalam 1 hari, apa yang kita lakukan. Ren-cana 
yang telah diatur matang ini akan sangat mem-bantu 
mereka yang menemukan variasi di proses 
mereka.** 
64
CHAPTER 6 
Ada banyak case study yang bisa digunakan di ebook ini. Saya memilih salah satu yang pernah saya 
temukan di internet, sebuah kasus yang ditangani kepolisian di Seattle Police Department. Tautan 
case studies ini dapat diakses di sini. Dalam ebook yang akan saya rilis berikutnya, akan lebih 
banyak kasus yang directly-related ke industri. 
65 
Case Study
SECTION 1 
Case Study: Glass Gallery 
Selama musim panas, ketika suhu udara 
lebih tinggi, karyawan Fifth Avenue 
Glass Gallery harus membuka pintu ge-ser 
mereka yang besar, tepatnya beruku-ran 
4.5 meter, untuk mendinginkan galeri 
mereka karena mereka bekerja meniup 
kaca. Ya, kaca adalah seni dan dibuat 
dengan teknik glass-blowing. 
Selama bulan-bulan musim panas pen-ghuni 
Charlesgate Apartments, yang ter-letak 
tepat di belakang Fifth Avenue 
Lorem Ipsum 
1. Setidaknya dua atau tiga 
kali seminggu selama 
musim panas, penghuni 
Charlesgate Apartemen 
menelepon 911 mengeluh 
tentang kebisingan. 
2.Officer Hayes menemukan 
sejumlah faktor yang 
berkontribusi terhadap 
keluhan kebisingan. 
3. Melalui langkah-langkah 
penyelesaian masalah, 
keluhan kebisingan 
dihapuskan dan semua 
orang diuntungkan. 
Figure 6.1 Hasil Karya Maestro Lino Tagliapietra 
Tagliapietra adalah seorang maestro kaca dari Venice, Italia. Karyanya dikenal seluruh pecinta seni kaca. Dalam 
Case Study ini, saya menggunakan karya Tagliapietra untuk seluruh gambar hanya untuk mempermudah visu-alisasi. 
Ia sendiri tidak terkait dengan Case Study ini. 
66
Glass Gallery, pulang dari kantor mereka dan membuka 
jendela kamar mereka untuk sirkulasi udara di aparte-men 
mereka. Satu-satunya pemisah antara galeri kaca 
tersebut dan gedung apartemen 60 unit ini adalah lo-rong 
dengan lebar 4.5 meter. 
Akibatnya, setidaknya dua atau tiga kali seminggu se-lama 
musim panas, penghuni Charlesgate Apartemen 
menelepon 911 mengeluh tentang kebisingan yang 
berasal dari Fifth Avenue Glass Gallery. Pada bulan bu-lan 
lain, keluhan tidak pernah ada karena pintu dan jen-dela 
galeri, serta jendela apartemen, ditutup karena 
cuaca dingin. 
Untuk setiap keluhan yang mereka terima, petugas ke-polisian 
akan tiba di lokasi, menghubungi pelapor, dan 
meminta karyawan di galeri untuk mengurangi kebisin-gan. 
Karyawan galeri ini selalu sopan kepada petugas 
dan mematuhi permintaan untuk menutup pintu dan 
jendela dan mengecilkan stereo mereka, masalah sele-sai. 
Akan tetapi 2 hari lagi, kembali polisi harus datang 
mengingatkan mereka. 
Suatu saat, Officer Hayes, polisi yang ditugaskan ke 
sana, memutuskan untuk mengambil langkah-langkah 
tambahan untuk mengatasi masalah tersebut. Ia berbi-cara 
dengan pemilik galeri dan melakukan survei langs-ung 
di lokasi (bahasa lainnya: Gemba). 
Officer Hayes menemukan sejumlah faktor yang berkon-tribusi 
terhadap keluhan kebisingan. Pertama, galeri ini 
merupakan studio tempat bekerja bagi sejumlah seni-man 
kaca berbeda. Sehingga, walaupun petugas beru-lang 
kali menanggapi kejadian dan meminta agar 
orang-orang di studio ini menutup pintu pengiriman 
dan jendela, seniman yang berbeda kemudian akan 
bekerja di studio ini kemudian membuka pintu, dan 
sama sekali tidak menyadari bahwa sebelumnya petu-gas 
telah meminta mereka untuk menutup pintu ini. 
67
Kedua, seniman biasanya bekerja di hari kerja hingga 
jam 9 malam, kadang-kadang bahkan lebih malam lagi. 
Karena itu, ketika warga Charlesgate pulang dari kerja 
di malam hari, para seniman masih bekerja. 
Ketiga, Officer Hayes juga melihat bahwa penempatan 
tape yang dimainkan seniman di galeri saat bekerja 
memberikan kontribusi signifikan terhadap masalah. 
Tape ini terletak di sebelah pintu. Dengan demikian, ti-dak 
ada penghalang untuk mencegah kebisingan dari 
tape ke apartemen. 
Dari pertemuan ini, Officer Hayes dan pemilik galeri se-pakat 
untuk mengambil langkah-langkah proaktif untuk 
mengurangi keluhan. Dia menerapkan beberapa aturan 
baru, dan menjelaskan kepada setiap seniman yang 
memanfaatkan studio, diantaranya mereka membatasi 
waktu pintu dan jendala boleh dibuka selama musim 
panas. Kemudian, karena keluhan kerap terjadi pada 
malam hari ketika penghuni Charlesgate Apartemen pu-lang 
kerja, pemilik galeri membuat aturan bahwa pintu 
dan jendela ditutup pada jam 5 sore. Selain itu, ia juga 
memindahkan tape ke sisi lain untuk mengurangi kebis-ingan 
di gang. 
Melalui langkah-langkah tersebut, keluhan kebisingan 
dihapuskan dan semua orang diuntungkan. Petugas pa-troli 
tidak lagi dipanggil ke tempat kejadian untuk me-nangani 
keluhan berulang, penghuni Apartemen Char-lesgate 
tidak lagi terganggu. Dan pemilik galeri menya-dari 
masalah ini dan mendapatkan kesempatan untuk 
mengatasi masalah sebelum masalah bertambah 
parah. 
Kasus ini saya terjemahkan dan ringkas dari pdf “Nine 
Case Studies and Lessons Learned” milik Seattle Po-lice 
Department. Referensi. 
68
lxix 
Penutup 
Tim SSCX
SUMBER GAMBAR 
Seluruh gambar dan ilustrasi diambil dari akun Shutterstock kecuali disebutkan dalam daftar di bawah ini. Seluruh 
gambar dan ilustrasi adalah royalty-free dengan batasan tertentu. Saya mengacu pada informasi dalam tautan ini: 
http://www.shutterstock.com/licensing.mhtml 
Halaman 27, Pimentoo di 
http://www.pimentoo.com/media/catalog/product/cache/2/image/b199420c80ef194748d2c4206f0a8117/1/2/12261588162_3.jpg 
Halaman 51, Wikipedia di http://en.wikipedia.org/wiki/Ignaz_Semmelweis 
Halaman 58, Dontoraneko di http://dontoraneko.deviantart.com/art/Cave-Mice-Crew-Meeting-252434859 
Halaman 60, Young Researcher di http://theyoungresearcher.files.wordpress.com/2012/04/pepsodent-ad.jpeg 
Halaman 61, History World di 
http://www.historyworld.co.uk/advert.php?id=949&offset=0&sort=0&l1=medicines+%26+health&l2=Teeth%2C+Toothpaste 
Halaman 63, 10000 Birds di http://10000birds.com/crows-in-the-pacific-northwest-northwestern-american-or-something-in-between.htm 
Halaman 65, The Columbus Dispatch di http://www.dispatch.com/content/stories/life_and_entertainment/2012/08/19/wholly-toledo.html 
Halaman 66 dan 67 , ABC http://www.abc.net.au/local/photos/2012/09/14/3590081.htm 
Halaman 68, Starr Review di http://starr-review.blogspot.com/2012/07/glass-maestro-lino-tagliapietra-rainbow.html 
Saya berusaha untuk memenuhi standar dan etika umum dalam menggunakan hasil karya orang lain. Jika ada 
yang terlewatkan oleh saya, mohon informasikan kepada saya agar saya bisa mengambil tindakan yang tepat. Ter-ima 
kasih. I strive to meet common standards and ethics in using the work of others. If I missed something, 
please inform me so that I can take appropriate action. Thank you. 
lxx
SUMBER DAN REFERENSI 
Seluruh cerita dan konsep bukanlah ciptaan saya, tetapi telah sering saya baca di internet. Beberapa cerita tidak 
saya ketahui sumber aslinya karena demikian banyaknya ‘sumber’ dari cerita tersebut sehingga tidak diketahui 
siapa yang awalnya membuat dan perlu diberi kredit. Untuk yang saya ketahui sumbernya, akan saya cantumkan 
dalam daftar berikut ini. 
Konsep Penerimaan Ide: Everett M. Rogers di http://www.buffalostate.edu/orgs/cbir/readingroom/html/Firestien-93.html 
Studi Kasus Fifth Avenue Glass Gallery di http://www.popcenter.org/library/unpublished/CaseStudies/134_Problem_solving.pdf 
Problem dan Solving: Robert Harris di http://www.virtualsalt.com/crebook3.htm 
Kisah Tikus, Gagak, Rubah adalah fabel Aesop yang tersedia luas di internet. 
Kisah Pria dan Sepatu Baru, Sarjana Linguistik, Heather Forest di http://www.storyarts.org/library/index.html 
Kebiasaan Baru Pepsoden, Charles Duhigg, di http://books.google.co.id/books/about/The_Power_of_Habit.html?id=c12idXqsE5cC&redir_esc=y 
Saya berusaha untuk memenuhi standar dan etika umum dalam menggunakan hasil karya orang lain. Jika ada 
yang terlewatkan oleh saya, mohon informasikan kepada saya agar saya bisa mengambil tindakan yang tepat. Ter-ima 
kasih. I strive to meet common standards and ethics in using the work of others. If I missed something, 
please inform me so that I can take appropriate action. Thank you. 
lxxi
Pria Bersepatu Baru, Pasta Gigi, dan Problem Solving 
© 2013 
suwandi@sscx.asia | SSCX International 
Majalah Shift | Opexcon14 
lxxii

More Related Content

Similar to Para tikus, pasta gigi, dan problem solving

Majalah Kekuatan Sugesti, Maret 2014
Majalah Kekuatan Sugesti, Maret 2014Majalah Kekuatan Sugesti, Maret 2014
Majalah Kekuatan Sugesti, Maret 2014
Firman Pratama
 
Kegiatan Belajar Mengajar Matematika Dasar 5
Kegiatan Belajar Mengajar Matematika Dasar 5Kegiatan Belajar Mengajar Matematika Dasar 5
Kegiatan Belajar Mengajar Matematika Dasar 5
Amphie Yuurisman
 
Problem Solving
Problem SolvingProblem Solving
Problem Solving
Enjang Muhaemin
 
Problem_Solving_and_Decision_Making_.ppt
Problem_Solving_and_Decision_Making_.pptProblem_Solving_and_Decision_Making_.ppt
Problem_Solving_and_Decision_Making_.ppt
syaiful huda Ibnu Mas'ud
 
Mulai jenuh di kantor
Mulai jenuh di kantorMulai jenuh di kantor
Mulai jenuh di kantor
Java Wisata Tours & Travel
 
Berperang dengan pekerjaan yang penuh tekanan
Berperang dengan pekerjaan yang penuh tekananBerperang dengan pekerjaan yang penuh tekanan
Berperang dengan pekerjaan yang penuh tekanan
andre m
 
Analyzing Steps of The Problem _ Materi Training "Mastering Problem & Analysis"
Analyzing Steps of The Problem _ Materi Training "Mastering Problem & Analysis"Analyzing Steps of The Problem _ Materi Training "Mastering Problem & Analysis"
Analyzing Steps of The Problem _ Materi Training "Mastering Problem & Analysis"
Kanaidi ken
 
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif
Idham Idham
 
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif
Pusat Informasi Kesehatan Reproduksi dan Jender (PIKIR)
 
Desain grafis
Desain grafisDesain grafis
Desain grafis
Ayu_lestari
 
2 tips menghindari kemalasan
2 tips menghindari kemalasan2 tips menghindari kemalasan
2 tips menghindari kemalasan
Anggih Anggara
 
1.5 A Student Workbook Style Profile
1.5 A Student Workbook Style Profile1.5 A Student Workbook Style Profile
1.5 A Student Workbook Style Profilerobby chandra
 
Buku pertanyaan yang paling sering diajukan saat wawancara dan jawabannya (ww...
Buku pertanyaan yang paling sering diajukan saat wawancara dan jawabannya (ww...Buku pertanyaan yang paling sering diajukan saat wawancara dan jawabannya (ww...
Buku pertanyaan yang paling sering diajukan saat wawancara dan jawabannya (ww...
andre m
 
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Desember 2014
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Desember 2014Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Desember 2014
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Desember 2014
Firman Pratama
 
155 200425 Master Your Time Master Your Life 6-10 by Brian Tracy
155 200425 Master Your Time Master Your Life 6-10 by Brian Tracy155 200425 Master Your Time Master Your Life 6-10 by Brian Tracy
155 200425 Master Your Time Master Your Life 6-10 by Brian Tracy
Lia s. Associates | Branding & Design
 
Bab 4 CRITICAL THINKING FOR DESIGNER.pptx
Bab 4 CRITICAL THINKING FOR DESIGNER.pptxBab 4 CRITICAL THINKING FOR DESIGNER.pptx
Bab 4 CRITICAL THINKING FOR DESIGNER.pptx
Abdul Raheym Ahmad
 
Tips2
Tips2Tips2
12 kesalahan-fatal-penulis-pemula-buku1
12 kesalahan-fatal-penulis-pemula-buku112 kesalahan-fatal-penulis-pemula-buku1
12 kesalahan-fatal-penulis-pemula-buku1Dwi Pratama
 

Similar to Para tikus, pasta gigi, dan problem solving (20)

Majalah Kekuatan Sugesti, Maret 2014
Majalah Kekuatan Sugesti, Maret 2014Majalah Kekuatan Sugesti, Maret 2014
Majalah Kekuatan Sugesti, Maret 2014
 
Kegiatan Belajar Mengajar Matematika Dasar 5
Kegiatan Belajar Mengajar Matematika Dasar 5Kegiatan Belajar Mengajar Matematika Dasar 5
Kegiatan Belajar Mengajar Matematika Dasar 5
 
Problem Solving
Problem SolvingProblem Solving
Problem Solving
 
Ecrs ina
Ecrs inaEcrs ina
Ecrs ina
 
Problem_Solving_and_Decision_Making_.ppt
Problem_Solving_and_Decision_Making_.pptProblem_Solving_and_Decision_Making_.ppt
Problem_Solving_and_Decision_Making_.ppt
 
Mulai jenuh di kantor
Mulai jenuh di kantorMulai jenuh di kantor
Mulai jenuh di kantor
 
Pemecahan masalah
Pemecahan masalahPemecahan masalah
Pemecahan masalah
 
Berperang dengan pekerjaan yang penuh tekanan
Berperang dengan pekerjaan yang penuh tekananBerperang dengan pekerjaan yang penuh tekanan
Berperang dengan pekerjaan yang penuh tekanan
 
Analyzing Steps of The Problem _ Materi Training "Mastering Problem & Analysis"
Analyzing Steps of The Problem _ Materi Training "Mastering Problem & Analysis"Analyzing Steps of The Problem _ Materi Training "Mastering Problem & Analysis"
Analyzing Steps of The Problem _ Materi Training "Mastering Problem & Analysis"
 
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif
 
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif
7 kebiasaan manusia yang sangat tidak efektif
 
Desain grafis
Desain grafisDesain grafis
Desain grafis
 
2 tips menghindari kemalasan
2 tips menghindari kemalasan2 tips menghindari kemalasan
2 tips menghindari kemalasan
 
1.5 A Student Workbook Style Profile
1.5 A Student Workbook Style Profile1.5 A Student Workbook Style Profile
1.5 A Student Workbook Style Profile
 
Buku pertanyaan yang paling sering diajukan saat wawancara dan jawabannya (ww...
Buku pertanyaan yang paling sering diajukan saat wawancara dan jawabannya (ww...Buku pertanyaan yang paling sering diajukan saat wawancara dan jawabannya (ww...
Buku pertanyaan yang paling sering diajukan saat wawancara dan jawabannya (ww...
 
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Desember 2014
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Desember 2014Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Desember 2014
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Desember 2014
 
155 200425 Master Your Time Master Your Life 6-10 by Brian Tracy
155 200425 Master Your Time Master Your Life 6-10 by Brian Tracy155 200425 Master Your Time Master Your Life 6-10 by Brian Tracy
155 200425 Master Your Time Master Your Life 6-10 by Brian Tracy
 
Bab 4 CRITICAL THINKING FOR DESIGNER.pptx
Bab 4 CRITICAL THINKING FOR DESIGNER.pptxBab 4 CRITICAL THINKING FOR DESIGNER.pptx
Bab 4 CRITICAL THINKING FOR DESIGNER.pptx
 
Tips2
Tips2Tips2
Tips2
 
12 kesalahan-fatal-penulis-pemula-buku1
12 kesalahan-fatal-penulis-pemula-buku112 kesalahan-fatal-penulis-pemula-buku1
12 kesalahan-fatal-penulis-pemula-buku1
 

More from Toni Wijaya

MENGAPA LEVEL GM DAN DIRECTOR BERADA PADA LEVEL 9 DIGIT
MENGAPA LEVEL GM DAN DIRECTOR BERADA PADA LEVEL 9 DIGITMENGAPA LEVEL GM DAN DIRECTOR BERADA PADA LEVEL 9 DIGIT
MENGAPA LEVEL GM DAN DIRECTOR BERADA PADA LEVEL 9 DIGIT
Toni Wijaya
 
PROPOSAL_PENAMBANGAN_PHOSPAT_and_KALSIT
PROPOSAL_PENAMBANGAN_PHOSPAT_and_KALSITPROPOSAL_PENAMBANGAN_PHOSPAT_and_KALSIT
PROPOSAL_PENAMBANGAN_PHOSPAT_and_KALSIT
Toni Wijaya
 
Rahasia dan kekuatan di balik papi kostick @tokopedia
  Rahasia dan kekuatan di balik papi kostick @tokopedia  Rahasia dan kekuatan di balik papi kostick @tokopedia
Rahasia dan kekuatan di balik papi kostick @tokopedia
Toni Wijaya
 
Score modul ILO
Score modul ILOScore modul ILO
Score modul ILO
Toni Wijaya
 
Annual b2b marketing data benchmark report 2015
Annual b2b marketing data benchmark report  2015Annual b2b marketing data benchmark report  2015
Annual b2b marketing data benchmark report 2015
Toni Wijaya
 
Ultimate startup marketing guide
Ultimate startup marketing guideUltimate startup marketing guide
Ultimate startup marketing guide
Toni Wijaya
 
Proposal pendirian (setup) manufacture phospat kalsit
Proposal pendirian (setup) manufacture phospat kalsitProposal pendirian (setup) manufacture phospat kalsit
Proposal pendirian (setup) manufacture phospat kalsit
Toni Wijaya
 
5 alasan kenapa kebanyakan orang tidak bisa kaya hingga akhir hayatny
5 alasan kenapa kebanyakan orang tidak bisa kaya hingga akhir hayatny5 alasan kenapa kebanyakan orang tidak bisa kaya hingga akhir hayatny
5 alasan kenapa kebanyakan orang tidak bisa kaya hingga akhir hayatny
Toni Wijaya
 
Pengembangan Unit Bisnis Distribusi
Pengembangan Unit Bisnis DistribusiPengembangan Unit Bisnis Distribusi
Pengembangan Unit Bisnis Distribusi
Toni Wijaya
 
Kebijakan penjualan & pembelian
Kebijakan penjualan & pembelianKebijakan penjualan & pembelian
Kebijakan penjualan & pembelian
Toni Wijaya
 
SAMPLE : SCHEME INCENTIVE - FMCG
SAMPLE : SCHEME INCENTIVE - FMCG SAMPLE : SCHEME INCENTIVE - FMCG
SAMPLE : SCHEME INCENTIVE - FMCG
Toni Wijaya
 
Super supervisor
Super supervisorSuper supervisor
Super supervisor
Toni Wijaya
 
Management trout on strategy
Management trout on strategyManagement trout on strategy
Management trout on strategy
Toni Wijaya
 
Chart of account (manual system accounting) xx
Chart of account (manual system accounting) xxChart of account (manual system accounting) xx
Chart of account (manual system accounting) xx
Toni Wijaya
 

More from Toni Wijaya (14)

MENGAPA LEVEL GM DAN DIRECTOR BERADA PADA LEVEL 9 DIGIT
MENGAPA LEVEL GM DAN DIRECTOR BERADA PADA LEVEL 9 DIGITMENGAPA LEVEL GM DAN DIRECTOR BERADA PADA LEVEL 9 DIGIT
MENGAPA LEVEL GM DAN DIRECTOR BERADA PADA LEVEL 9 DIGIT
 
PROPOSAL_PENAMBANGAN_PHOSPAT_and_KALSIT
PROPOSAL_PENAMBANGAN_PHOSPAT_and_KALSITPROPOSAL_PENAMBANGAN_PHOSPAT_and_KALSIT
PROPOSAL_PENAMBANGAN_PHOSPAT_and_KALSIT
 
Rahasia dan kekuatan di balik papi kostick @tokopedia
  Rahasia dan kekuatan di balik papi kostick @tokopedia  Rahasia dan kekuatan di balik papi kostick @tokopedia
Rahasia dan kekuatan di balik papi kostick @tokopedia
 
Score modul ILO
Score modul ILOScore modul ILO
Score modul ILO
 
Annual b2b marketing data benchmark report 2015
Annual b2b marketing data benchmark report  2015Annual b2b marketing data benchmark report  2015
Annual b2b marketing data benchmark report 2015
 
Ultimate startup marketing guide
Ultimate startup marketing guideUltimate startup marketing guide
Ultimate startup marketing guide
 
Proposal pendirian (setup) manufacture phospat kalsit
Proposal pendirian (setup) manufacture phospat kalsitProposal pendirian (setup) manufacture phospat kalsit
Proposal pendirian (setup) manufacture phospat kalsit
 
5 alasan kenapa kebanyakan orang tidak bisa kaya hingga akhir hayatny
5 alasan kenapa kebanyakan orang tidak bisa kaya hingga akhir hayatny5 alasan kenapa kebanyakan orang tidak bisa kaya hingga akhir hayatny
5 alasan kenapa kebanyakan orang tidak bisa kaya hingga akhir hayatny
 
Pengembangan Unit Bisnis Distribusi
Pengembangan Unit Bisnis DistribusiPengembangan Unit Bisnis Distribusi
Pengembangan Unit Bisnis Distribusi
 
Kebijakan penjualan & pembelian
Kebijakan penjualan & pembelianKebijakan penjualan & pembelian
Kebijakan penjualan & pembelian
 
SAMPLE : SCHEME INCENTIVE - FMCG
SAMPLE : SCHEME INCENTIVE - FMCG SAMPLE : SCHEME INCENTIVE - FMCG
SAMPLE : SCHEME INCENTIVE - FMCG
 
Super supervisor
Super supervisorSuper supervisor
Super supervisor
 
Management trout on strategy
Management trout on strategyManagement trout on strategy
Management trout on strategy
 
Chart of account (manual system accounting) xx
Chart of account (manual system accounting) xxChart of account (manual system accounting) xx
Chart of account (manual system accounting) xx
 

Recently uploaded

Pertemuan 6 Materi Kecerdasan Intelektual.ppt
Pertemuan 6 Materi Kecerdasan Intelektual.pptPertemuan 6 Materi Kecerdasan Intelektual.ppt
Pertemuan 6 Materi Kecerdasan Intelektual.ppt
MardhatilaFitriSopal
 
PAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
PAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMURPAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
PAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
jhanchoek885
 
Ilmu PENGANTAR BISNIS creat riva dan teman teman.pptx
Ilmu PENGANTAR BISNIS creat riva dan teman teman.pptxIlmu PENGANTAR BISNIS creat riva dan teman teman.pptx
Ilmu PENGANTAR BISNIS creat riva dan teman teman.pptx
RamonaChasdiana
 
BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025
BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025
BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025
Redis Manik
 
Pertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdf
Pertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdfPertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdf
Pertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdf
classroomastitiani
 
Materi_Kuliah_aaaaaKewirausahaan_ppt.ppt
Materi_Kuliah_aaaaaKewirausahaan_ppt.pptMateri_Kuliah_aaaaaKewirausahaan_ppt.ppt
Materi_Kuliah_aaaaaKewirausahaan_ppt.ppt
FakhrilHadi
 
0851 5645 4808 Info Lowongan PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Persyaratan PKL...
0851 5645 4808 Info Lowongan PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Persyaratan PKL...0851 5645 4808 Info Lowongan PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Persyaratan PKL...
0851 5645 4808 Info Lowongan PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Persyaratan PKL...
perusahaan704
 
Modul 2.1.a.4 Refleksi Eksplorasi Konsep.pdf.pptxModul 2.1.a.4 Refleksi Ekspl...
Modul 2.1.a.4 Refleksi Eksplorasi Konsep.pdf.pptxModul 2.1.a.4 Refleksi Ekspl...Modul 2.1.a.4 Refleksi Eksplorasi Konsep.pdf.pptxModul 2.1.a.4 Refleksi Ekspl...
Modul 2.1.a.4 Refleksi Eksplorasi Konsep.pdf.pptxModul 2.1.a.4 Refleksi Ekspl...
YoseSuprapman3
 
PPT HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL.pptx
PPT HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL.pptxPPT HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL.pptx
PPT HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL.pptx
IsmiAis2
 
Slide Presentasi Marketing Plan bisnis Alamo
Slide Presentasi Marketing Plan bisnis AlamoSlide Presentasi Marketing Plan bisnis Alamo
Slide Presentasi Marketing Plan bisnis Alamo
HelmyTransformasi
 

Recently uploaded (10)

Pertemuan 6 Materi Kecerdasan Intelektual.ppt
Pertemuan 6 Materi Kecerdasan Intelektual.pptPertemuan 6 Materi Kecerdasan Intelektual.ppt
Pertemuan 6 Materi Kecerdasan Intelektual.ppt
 
PAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
PAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMURPAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
PAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
 
Ilmu PENGANTAR BISNIS creat riva dan teman teman.pptx
Ilmu PENGANTAR BISNIS creat riva dan teman teman.pptxIlmu PENGANTAR BISNIS creat riva dan teman teman.pptx
Ilmu PENGANTAR BISNIS creat riva dan teman teman.pptx
 
BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025
BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025
BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025
 
Pertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdf
Pertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdfPertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdf
Pertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdf
 
Materi_Kuliah_aaaaaKewirausahaan_ppt.ppt
Materi_Kuliah_aaaaaKewirausahaan_ppt.pptMateri_Kuliah_aaaaaKewirausahaan_ppt.ppt
Materi_Kuliah_aaaaaKewirausahaan_ppt.ppt
 
0851 5645 4808 Info Lowongan PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Persyaratan PKL...
0851 5645 4808 Info Lowongan PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Persyaratan PKL...0851 5645 4808 Info Lowongan PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Persyaratan PKL...
0851 5645 4808 Info Lowongan PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Persyaratan PKL...
 
Modul 2.1.a.4 Refleksi Eksplorasi Konsep.pdf.pptxModul 2.1.a.4 Refleksi Ekspl...
Modul 2.1.a.4 Refleksi Eksplorasi Konsep.pdf.pptxModul 2.1.a.4 Refleksi Ekspl...Modul 2.1.a.4 Refleksi Eksplorasi Konsep.pdf.pptxModul 2.1.a.4 Refleksi Ekspl...
Modul 2.1.a.4 Refleksi Eksplorasi Konsep.pdf.pptxModul 2.1.a.4 Refleksi Ekspl...
 
PPT HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL.pptx
PPT HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL.pptxPPT HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL.pptx
PPT HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL.pptx
 
Slide Presentasi Marketing Plan bisnis Alamo
Slide Presentasi Marketing Plan bisnis AlamoSlide Presentasi Marketing Plan bisnis Alamo
Slide Presentasi Marketing Plan bisnis Alamo
 

Para tikus, pasta gigi, dan problem solving

  • 1.
  • 2. CHAPTER 1 Saya pernah membaca bahwa banyak yang tidak membaca Kata Pengantar. Pernah seorang penulis* mengambil solusi gampang, menghapus istilah Kata Pengantar dan menjadikannya Chapter 1. Saya mencoba eksperimen tersebut. Jika Anda tidak biasa membaca Kata Pengantar dan sekarang sedang membaca kalimat ini, bisa dikatakan penulis tersebut berhasil mencapai tujuannya. 1 Untitled
  • 3. SECTION 1 Buku elektronik ini sendiri adalah sebuah eksperi-men problem solving. Saya telah berkali-kali men-coba menulis dan juga sudah mencoba berbagai cara, termasuk merekam apa yang terpikirkan oleh saya dan meminta seseorang menuliskannya kembali. Tetapi, se-mua selalu gagal. Kali ini saya mencoba cara lain. Saya mencoba menulisnya secara cepat, membaginya dalam banyak pecahan kecil, menulis masing-masing pecahan terse-but tanpa struktur, dan membiarkan saya pindah dari satu bagian ke bagian lainnya tanpa harus menyelesai-kan bahkan satu paragraf. Apakah buku ini tepat untuk Anda? Jika Anda mencari solusi atas masalah Anda, Anda tidak akan menemukannya secara langsung di buku elektronik ini. Buku ini lebih berisi ide, provokasi, dan analogi; yang diharapkan dapat membantu Anda dalam aktivitas problem solving Anda. Jika Anda mencari the one silver bullet yang akan menyelesaikan semua masalah, Anda juga tidak akan menemukannya di sini. Tetapi, buku ini dirancang agar Anda dapat menemukan dan menciptakan peluru-peluru tersebut. Walaupun saya mencoba mengurutkan tulisan dalam urutan problem solving yang umum, yakni mendefinisi-kan masalah, analisa akar masalah, hingga pengenda-lian, Anda tidak harus mengikuti alur ini. Sama seperti urutan penulisan saya, Anda dapat langsung mem-baca tulisan yang menarik bagi Anda dan kemudian berpindah ke bagian lain tanpa kehilangan esensi dari problem solving ini. Untitled 2
  • 4. Buku elektronik ini dipersembahkan kepada para peng-giat operational excellence, continuous improvement, dan problem solving. Semua tulisan dalam buku ring-kas ini adalah hasil diskusi dan pengamatan atas apa yang dilakukan tim SSCX (http://sscxinternational.com) saat menyelesaikan masalah di klien. Penyelesaian masalah alias problem solving adalah satu subjek yang sudah berkembang sedemikian lama, saya tidak menciptakan hal baru dalam buku ini. Buku ini memberi sudut lain untuk mempermudah pemahaman dan mem-berikan contoh-contoh menarik yang akan mempermudah Anda untuk men-jelaskan satu topik kepada rekan dan tim Anda. Saya mendapatkan banyak ide saat diskusi dengan klien, dari diskusi internal tim SSCX, dan bahkan dari membaca artikel menarik majalah Shift di http://shiftindonesia.com Buku ini memang ditulis hanya dalam hitungan hari dan telah saya usahakan sesempurna mungkin. Saya yakin tetap akan ada room for improvement yang otomatis akan menjadi PR bagi saya. Saya sangat ingin menerima masukan Anda, sebagai balas budi atas masukan Anda, saya akan memastikan Anda menerima rilis kedua secara gratis. Anda dapat mengirimkan masukan, ide, kritik ke suwandi@sscx.asia Rilis pertama ini hanyalah bagian awal. Rilis kedua akan lebih lengkap dengan lebih banyak lagi ide dan in-spirasi bagi tim Anda. Rilis kedua saya rencanakan un-tuk dirilis 75 hari setelah rilis ini. Suwandi *Saya ingin sekali membuat referensi ke penulis dan buku tersebut, namun terus terang saya lupa sama sekali nama buku ataupun pe-nulisnya. 3
  • 5. SECTION 2 Masalah alias Problem Anda melihat lantai sangat basah dan da-lam 5 detik lagi anak-anak yang sedang berlari akan berada di area tersebut, apa yang Anda lakukan? Ini adalah masalah dan Anda kemudian melakukan analisa akar masalah. Anak-anak ini kemudian terpeleset dan menangis. Tentu saja analisa akar masalah adalah hal terakhir yang Anda lakukan, setelah meminta anak-anak tidak berlari ke area Sekilas 1. Kata ‘masalah’ adalah satu kata yang memang terkesan negatif dan sulit dipilah ataupun dibayangkan ruang lingkupnya. 2. Masalah dalam buku ini lebih ke konteks masalah yang terjadi sehari-hari terutama di unit kerja ataupun perusahaan Anda. 3. Buku ini memberi sudut lain untuk mempermudah pemahaman dan memberikan contoh-contoh menarik yang akan mempermudah Anda untuk menjelaskan satu topik kepada rekan dan tim Anda. 4
  • 6. tersebut, atau secara cekatan membersihkan lantai hingga kering. Catatan: dalam buku ini, saya akan menggunakan kata problem atau masalah untuk hal yang sama. Masalah ada di mana-mana dan dalam buku ini yang saya sebut sebagai masalah bukanlah hal urgent yang memang harus Anda lakukan secara reaktif berdasar-kan insting dan pengetahuan Anda, atau yang jika Anda lakukan, malah Anda terjebak pada situasi Analy-sis Paralysis. Tetapi, lebih jauh lagi yaitu mengenai masalah yang ada di area kerja kita yang memang ha-rus kita selesaikan agar tidak berulang. Kata ‘masalah’ adalah satu kata yang memang terke-san negatif dan sulit dipilah ataupun dibayangkan ru-ang lingkupnya. Kopi Anda tumpah adalah ‘masalah’. Ancaman nuklir dari beberapa negara juga merupakan ‘masalah’. Jika Anda menggunakan buku ini untuk menyelesaikan masalah kopi tumpah Anda, rasanya mubazir. Jika Anda menggunakan buku ini untuk menyelesaikan masalah ancaman nuklir, rasanya kita telah oversimplify masalah. Masalah dalam buku ini lebih ke kon-teks masalah yang terjadi sehari-hari terutama di unit kerja ataupun perusa-haan Anda. Walaupun demikian, saya yakin aplikasinya dapat Anda terapkan dimana saja. Nah, mudah-mudahan dengan satu halaman pembuka ini, kita berada di frame yang kurang lebih sama terkait kata ‘masalah’ atau ‘problem’ ini.** Catatan: Ebook ini dapat menjadi gratis karena dukungan dari SSCX (www.sscxinternational.com) dan Majalah Shift (www.shiftindonesia.com). Dalam ebook ini, Anda akan menemukan iklan dari SSCX maupun Shift pada halaman tertentu tetapi tidak akan mengganggu tampilan dan konten dari ebook ini. 5
  • 7. SECTION 3 Apa itu Problem Solving? Pada praktiknya menghilangkan masalah memang kadang sangatlah sulit. Alternatif lain adalah: 1) Mengurangi frekwensi berulangnya masalah ini, 2) Mengurangi tingkat keseriusan yang ditimbulkan oleh masalah, 3) Menentukan tindakan recovery atas akibat dari masalah. “For every complex problem there is an answer that is clear, simple, and wrong.” H.L. Mencken Sama seperti istilah ‘business model’, problem solving adalah istilah umum yang penggunaanya sudah sede-mikian umum hingga kadang tidak ada lagi yang ber-ani bertanya “sebenarnya business model itu apa sih?” atau “problem solving itu apa sih?” 6
  • 8. Well, walaupun Anda tidak bertanya, saya akan coba menguraikan definisi problem solving dimulai dari prob-lem dan solving itu sendiri agar kita memiliki pemaha-man yang sama. PROBLEM, MASALAH Secara ringkas, bagi saya masalah ada-lah segala situasi tidak ideal yang ber-laku bagi saya, dan terjadi pada saat ini. Jika menggunakan definisi ini, artinya juga sesuatu dise-but sebagai masalah atau tidak sangatlah tergantung dari situasi ideal yang diinginkan (ideal state). Sesuatu yang dianggap masalah bagi satu pihak, mungkin bu-kanlah masalah bagi pihak lain. Dan, masalah pada satu titik waktu tertentu, bisa jadi bukanlah masalah pada titik waktu lain. Saya akan uraikan lebih dalam. Masalah adalah situasi tidak ideal. Saya mendefinisikan problem, yang diterjemahkan men-jadi ‘masalah’, sebagai situasi tidak ideal. Tidak ideal dalam konteks tidak sesuai standar yang ditentukan, ti-dak sesuai harapan saya dan harapan stakeholder lain. Anda membuat secangkir kopi panas dengan coffee-maker Anda, tetapi kopi yang dihasilkan ternyata tidak panas seperti yang Anda inginkan dan atur di mesin ter-sebut. Ini adalah masalah. Anda memiliki smartphone canggih yang ternyata tidak bisa bisa mengirim email, tetapi Anda memang tidak pernah menggunakan email. Ini bukanlah masalah, bagi Anda. Dengan demikian, Anda tidak perlu memikirkan bagaimana menyelesaikan hal ini. 7 Root Cause Problem Impact
  • 9. Masalah Anda mungkin bukan masalah bagi saya. Saya juga mendefinisikan masalah sebagai kondisi yang unik dari sudut pandang siapa yang mengalami-nya. Kemacetan Jakarta adalah masalah bagi mereka yang menggunakan fasilitas jalan raya pada waktu ter-tentu di lokasi tertentu yang memiliki harapan tiba lebih awal. Tapi masalah ini bukanlah masalah bagi warga Ja-karta yang bekerja di rumah misalnya. Keterlambatan pengiriman barang adalah masalah bagi mereka yang memberikan komitmen kepada pelang-gan, tetapi bukanlah masalah bagi mereka yang mem-produksi barang tersebut. Oleh karena itu, seringkali pe-rusahaan membuat Key Performance Indicator agar hal ini kemudian menjadi ‘masalah’ bagi Departemen Pro-duksi saat terjadi keterlambatan pengiriman karena proses produksi. Masalah bisa berubah status setiap waktu. Ya. Masalah yang Anda temui saat ini mungkin bukan-lah masalah pada beberapa waktu lalu dan mungkin bu-kan lagi masalah pada beberapa saat yang akan da-tang. Tapi yang pasti, itu adalah masalah pada saat ini. Dan Anda tentu saja tidak berada pada posisi berharap masalah ini hilang sendiri. Deal with it. Solve it. 8
  • 10. SOLVING Menyelesaikan masalah adalah soal bagaimana Anda membuat masalah ini hilang. Dengan membuat masalah ini hilang, harapan kita ada-lah akibat yang ditimbulkan juga hilang. Jika masalah pengiriman barang ke pelanggan telah hilang, maka aki-bat yang mungkin ditimbulkan yaitu keluhan pelang-gan, kehilangan order, dan negative word of mouth bisa dihilangkan. Menghilangkan masalah harus selalu dengan menghi-langkan akar masalah. Masalah keterlambatan pengiri-man barang bisa hilang jika kita tahu apa yang menye-babkan keterlambatan, misalnya kesalahan perenca-naan produksi, kurangnya informasi pengiriman, tidak konsistennya hasil produksi, tidak tersedianya bahan baku dll. Bagaimana jika saya tidak bisa menghilangkan masa-lah? Pada praktiknya menghilangkan masa-lah memang kadang sangatlah sulit. Alternatif lain adalah: 1. Mengurangi frekwensi berulangnya masalah ini 2. Mengurangi tingkat keseriusan yang ditimbulkan oleh masalah 3. Menentukan tindakan recovery atas akibat dari masa-lah. Mengurangi frekwensi masalah sering dilakukan mis-alnya lewat penentuan Service Level Agreement. Kita tahu sulit sekali (dan mahal!) bagi operator seluler un-tuk menghilangkan gangguan jaringan, oleh sebab itu muncullah standar SLA misalnya 99%. Kemudian, kita berusaha untuk terus memperbaiknya. Mengurangi tingkat keseriusan yang ditimbulkan oleh masalah juga kerap dilakukan, misalnya lewat taktik pengelolaan harapan pelanggan. Misalnya menunggu lebih dari 20 menit adalah masalah di ruang tunggu klinik dokter. Untuk menghindari calon pasien yang membatalkan berobat dan pindah ke dokter lain karena menunggu terlalu lama, staf penerima pendaftaran pa- 9
  • 11. sien bisa menginformasikan kepada calon pasien terse-but berapa lama mereka akan menunggu dan kemu-dian menyediakan monitor informasi status antrian. Menentukan tindakan recovery atas akibat dari masa-lah adalah menurut saya jalan terakhir. Artinya kita ti-dak bisa menyelesaikan masalah tersebut secara efisien dan efektif dan memilih taktik menangani akibat-nya. Misalnya dengan memberikan potongan harga jika pengiriman terlambat, memberikan bonus pizza saat pesanan pizza kita lebih dari 30 menit.** Message from SSCX Lean Manufacturing Six Sigma Total Productive Maintenance Productivity Improvement www.sscxinternational.com 10
  • 12. CHAPTER 2 Asumsi, Klarifikasi, Definisi Setiap kita mengetahui adanya problem atau masalah, asumsi biasanya kerap muncul. Paling penting bagi kita adalah melakukan klarifikasi atas masalah dan kemudian membuat definisi yang jelas atas masalah. Kisah Wanita dan Asumsi Masalah, Dokter dan Klarifikasi Masalah adalah 2 kisah yang bisa memperkaya cara Anda menjelaskan kedua hal ini ke rekan.** 11
  • 13. Wanita dan Asumsi Seorang wanita sedang menyetir menuju acara anaknya di sekolah. Ia membawa hamster yang ditem-patkan di jok sampingnya. Tiba-tiba, hamster tersebut berhasil keluar dari kotak yang menjadi kandangnya dan secara gesit berjalan masuk ke celana wanita ini. Karena kaget, wanita ini segera menghentikan mo-bilnya dan mengayun-ayunkan kakinya di pinggir jalan untuk menyingkirkan hewan. Lewatlah seorang pria yang berpikir bahwa wanita ini mengalami kejang, se-hingga ia segera berlari mendekati dan menahan tan-gan wanita ini untuk menenangkannya. Pada saat bersamaan, lewat lagi seorang pengemudi lain yang melihat perjuangan si wanita, dan tanpa ber-pikir panjang ia menonjok pria karena ia berasumsi bahwa pria tersebut sedang menyerang si wanita. Ini adalah sebuah kisah legendaris terkait jumping into conclusion. Kadang terlalu cepat kita bereaksi, tanpa lagi mengklarifikasi situasi.** Dokter dan Klarifikasi Masalah Rekan dan sahabat seperjuangan saya di SSCX, Rifki, bercerita di salah satu sesi di Bank Mandiri bahwa jika ingin melihat proses klarifikasi masalah, perhatikanlah dokter. Walaupun saya pernah pula mendengar lelucon lain yang berseberangan dengan contoh Rifki. Saya mu-lai dengan lelucon yang pernah saya dengar dulu ya. Suatu hari, tangan John sedang nyeri dan dia memerik-sakan diri ke dokter. Dokter dan asistennya tidak ban-yak bicara (apalagi bertanya), John langsung diminta masuk ke ruang persiapan dan membuka baju dan celana. John heran bukan kepalang. 12
  • 14. Ternyata di ruangan tersebut sudah ada 2 orang lain-nya yang juga tanpa baju dan celana dan sudah ber-ganti dengan daster yang disiapkan klinik itu. John memberanikan diri bertanya kepada orang di sebe-lahnya. “Saya heran, kenapa saya disuruh buka baju dan celana ya, padahal yang sakit cuma tangan saya. Kalau Bapak kenapa?”. Bapak tersebut menjawab, “Saya juga heran, Pak, saya cuma sedang sakit kepala. Begitu masuk, tidak ditanya sakit saya apa, langsung disuruh buka baju buka celana.” Tiba-tiba, orang yang satu lagi ikut bersuara, “Saya le-bih heran, Pak, saya cuma mau antar surat. Begitu saya masuk langsung diminta buka baju buka celana…” Ini cuma ilustrasi saja bahwa kadang kita tidak men-coba untuk menggali masalah lebih dalam. Tapi, saya yakin ini cuma lelucon. Tidak usah ditanggapi serius. Seperti kata Mark Twain: Humor is mankind's greatest blessing. Contoh dari teman saya lebih mewakili keadaan sesungguhnya. Ia mengatakan dokter paling jago men-definisikan dan mengklarifikasi masalah. Dalam banyak kunjungan kita ke dokter, saya yakin kita pernah menga-lami proses ini. 13
  • 15. Dokter selalu memulai dengan menanyakan: • Ada apa nih? • Demamnya sejak kapan? • Ada mencret? Makannya bagaimana? • Apa ada keluhan lain? Bagaimana dengan muntah-muntah? • Kapan terakhir cek darah? • Apa ada alergi sebelumnya? Ini adalah mencoba klarifikasi masalah. Tentu saja dok-ter tidak langsung dengan akar masalah, walaupun ia bisa menduga-duga dan mengajukan beberapa pertan-yaan untuk mempertajam analisa dan kemudian menge-tahui solusinya.** “If you want to go fast, go alone. If you want to go far, go together.” African Proverb 14
  • 16. SECTION 1 Cara Klarifikasi Masalah Sering kali begitu diberikan sebuah masalah untuk diselesaikan, tindakan pertama kita secara refleks adalah men-cari solusi yang tepat. Tergantung seberapa berpengalaman kita dalam urusan problem solving ini, la-manya waktu hingga kita tersadar agar tidak langsung memikirkan solusi bisa bervariasi antara sepersekian detik hingga semua terlambat sudah. Kita ser-ing mendengar istilah fire-fighting bu-kan? Atau gali lubang tutup lubang? Sekilas 1. Jika kita telah memahami proses problem solving, maka yang akan kita lakukan biasanya adalah analisa akar masalah. Kita (kadang secara refleks) bertanya ‘mengapa’. Mengapa ini terjadi. 2. Tapi, tunggu dulu! Sebenarnya ini bukan hal yang salah. Tapi sebaiknya Anda membaca bagian berikut ini sebelum melakukan analisa akar masalah. 3. Mengumpulkan data dan informasi tambahan untuk memperjelas masalah. Kita harus bisa memisahkan antara fakta, opini, dan dugaan. 15
  • 17. Coba Anda lakukan latihan kecil ini: “Biaya raw mate-rial mencapai 75%, ini terlalu tinggi. Harus bagai-mana?” atau “Seperti Jakarta, Bandung juga sangat macet terutama di hari libur. Apa solusinya?”, atau “Setiap malam, byar-pet listrik kerap terjadi di kota ini. Apa solusinya?” Apakah Anda langsung memikirkan solusinya? Dari lati-han kecil ini, pikiran yang sering muncul adalah negosi-asi dengan suplier untuk turunkan biaya material, kurangi penggunaan raw material, cari alternatif raw material. Atau, gunakan 3-in-1, kembangkan transpor-tasi umum. Atau, tambah pembangkit listrik. Atau hayoo mungkin Anda langsung mengambil kesimpulan petugas di PLN*’ tidak becus’ dan harus diganti. Jika kita telah memahami proses problem solving, maka yang akan kita lakukan biasanya adalah analisa akar masalah. Kita (kadang secara refleks) bertanya ‘mengapa’. Mengapa ini terjadi. • Mengapa biaya raw material tinggi? • Mengapa ada kemacetan di Bandung? • Mengapa terjadi banjir? • Mengapa cacat pada produk ini bisa terjadi? • Mengapa keluhan keterlambatan pelayanan ini mun-cul? • Mengapa kecelakaan kerja ini terjadi? • Mengapa stok bahan baku bisa kosong? Tapi, tunggu dulu! Sebenarnya ini bukan hal yang salah. Tapi sebaiknya Anda membaca bagian berikut ini sebelum melakukan analisa akar masalah. Banyak dari kita diajarkan untuk melakukan analisa akar masalah. Atasan kita, trainer kita, mentor kita, setiap kali kita menyampaikan adanya problem, mereka sering menanyakan (dan mengajarkan kita) mengapa ini bisa terjadi dan apa penyebabnya. Akan tetapi, ada satu langkah kecil sebelum hal itu dilaku-kan, yaitu clarifying problem. “Kami tahu sih masalahnya, hanya saja kami tidak tahu bagaimana menyelesaikannya.” Apakah Anda sering mendengar atau mengatakan hal ini? Dalam pengala-man saya, mereka yang mengatakan hal ini seringkali salah dan/atau tidak tahu masalahnya. Atau, mungkin inilah masalahnya: kemampuan menyelesaikannya. 16
  • 18. “Jumlah operator produksi terlalu banyak”. Sekilas ini terlihat seperti masalah. Tetapi kita perlu lakukan klarifikasi. Contohnya: • Mengapa disebut banyak? Karena jumlahnya saat ini yaitu 1500 tidak sesuai dengan benchmark yang dilakukan dan komponen biaya SDM sudah sangat tinggi yaitu 15%. • Berapa jumlah ideal? Dari benchmark, jumlah di best-performing company adalah 900 dan komponen biaya SDM hanya 10%. • Apa dasar perhitungannya? Dasar perhitungannya adalah informasi dari produsen mesin produksi dan juga dari data benchmark di industri kita. • Sejak kapan jumlah operator menjadi masalah? Sejak 2 tahun terakhir, yaitu sejak upgrade mesin dan kenaikan Upah Minimum Provinsi. • Apa akibatnya jika banyak? Siapa yang ter-ganggu? Marjin keuntungan hanya 3% dan ini san-gat tidak sehat. Nah, sekarang masalah lebih jelas bukan? Saya yakin Anda sudah bisa menyusun sendiri problem statement-nya. Bagaimana sebaiknya cara kita melakukan klarifi-kasi? Mengumpulkan orang dan fungsi yang relevan dengan masalah ini dan ajak diskusi mengenai definisi lengkap dari masalah ini. Umumnya yang perlu kita gali adalah: 1. Apa masalahnya? 2. Kapan (dan dalam kondisi apa) masalah ini dianggap sudah selesai? 3. Sejak kapan ‘masalah ini disebut masalah’? 4. Apa akibatnya? Siapa yang merasakan akibatnya? 5. Area, segmen, proses, departemen mana saja yang terkena imbasnya? Mengumpulkan data dan informasi tambahan untuk memperjelas masalah. Kita harus bisa memisahkan antara fakta, opini, dan dugaan. Dugaan dan opini tetap dapat menjadi sumber informasi yang berguna.** *Catatan: SSCX terlibat dalam aktivitas problem solving lewat metode Lean Six Sigma di PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB), yang merupakan anak usaha PT PLN. Tim PJB sangat kompeten dalam bidang mereka dan serius dalam melakukan banyak pembenahan. 17
  • 19. SECTION 2 Definisi Operasional Lama proses aplikasi kredit di bank kami adalah 2 hari! Wah Anda merasa ini adalah layanan prima yang Anda cari-cari. Setelah mengajukan aplikasi, akhirnya proses selesai 10 hari kemudian. Anda kecewa dengan pelay-anan yang over-promise, tetapi tim di bank tersebut merasa telah mencapai Key Performance Indicators dan Service Level Agreements mereka. Lho kok bisa? Ini semua karena perbedaan definisi operasional pada ukuran “lama proses aplikasi kredit”. Jika Anda melihat dan membaca lebih teliti, mungkin muncul segudang persyaratan tambahan, misalnya: sejak dokumen diter- 18
  • 20. ima lengkap dan diverifikasi oleh Tim Verifikasi Keleng-kapan Data hingga munculnya keputusan aplikasi. Ke-mudian ditambah lagi, dengan catatan dokumen leng-kap dan catatan kredit sebelumnya tidak ada masalah dan seterusnya. Hal ini cukup umum terjadi dan bukan hanya ada di bank, di manufaktur, tambang, rumah sakit, semuanya memiliki kemungkinan kejadian seperti ini. Definisi On Time Delivery pelanggan kita dengan kita sendiri san-gat mungkin berbeda, bahkan definisi antara Dept De-livery dan Dept Sales saja bisa berbeda. Definisi Operasional adalah definisi yang kita gu-nakan pada sebuah ukuran sehingga tidak memun-culkan penafsiran atau interpretasi yang berbeda antara 2 orang atau 2 pihak. Jika kita bisa memiliki Definisi Operasional yang jelas dan dipahami semua orang untuk ukuran “lama proses aplikasi kredit” tadi, atau bahkan ukuran seperti “lead time”, “on time delivery”, maka cara pandang kita pada masalah juga akan sama. Praktiknya dalam problem solving adalah: 1. Rekan Anda menyampaikan: “Keluhan pelanggan sekarang sudah sangat tinggi.” 2. Anda harus meminta rekan Anda untuk memberikan fakta, misalnya “Berapa? Kenapa disebut tinggi?” 3. Rekan Anda mungkin akan menambahkan “10% dari tiap pengiriman produk selalu diikuti dengan kelu-han. Disebut tinggi karena kita memiliki standar 3%” 4. Anda harus mendiskusikan Definisi Operasional seperti ini: a. Apa definisi dari keluhan? b. Apakah hanya keluhan resmi tertulis ataukah semua jenis keluhan termasuk via email, via percakapan lisan? c. Apakah maksud keluhan per pengiriman produk? d. Apakah 1 pengiriman hanya maksimal 1 keluhan? e. Apakah 1 keluhan hanya untuk 1 jenis masalah? Dari pertanyaan yang diajukan di poin 4 saja, saya yakin di kebanyakan masalah yang sedang kita telisik bisa berbeda-beda. Apakah Anda sudah yakin defin-isi Anda sama dengan rekan Anda?** 19
  • 21. CHAPTER 3 Masalah Dia dan Kita Seringkali, di dalam kompleksitas perusahaan, satu masalah adalah akibat dari masalah lain. Dan satu masalah cenderung menyebabkan dan setidaknya memiliki potensi menciptakan (trigger) masalah lain di tempat lain.** 20
  • 22. Tikus dan Masalahnya Alkisah, seekor tikus sedang mengintip melalui sebuah celah di dinding. Dari sana, ia melihat petani dan istri-nya sedang membuka sebuah paket. Tikus terkejut me-nemukan bahwa paket tersebut adalah perangkap tikus! Segera Tikus ini berlari ke kandang di peternakan itu dan berteriak memberi peringatan, "Ada perangkap tikus di dalam rumah, ada perangkap tikus di dalam ru-mah!” Ayam berdecak dan menggaruk, mengangkat kepal-anya dan berkata, "Tikus, ini adalah masalah besar bagi kamu, tapi itu tidak ada hubungannya dengan saya. Saya tidak dapat terganggu oleh itu.” Tikus kemudian segera mencari Kambing dan menga-takan kepadanya, "Ada perangkap tikus di dalam ru-mah!” Jawab Kambing, “Wah saya turut prihatin, Tikus, tapi tidak ada yang bisa saya lakukan tentang hal ini, tetapi saya akan berdoa, yakinlah bahwa Anda berada dalam doaku.” Tikus kali ini beralih ke Sapi, yang hanya menjawab, “Wow, Tikus, perangkap tikus? Saya dalam bahaya be-sar!” Ternyata Sapi hanya menyindir Tikus. Jadi Tikus kembali ke rumahnya, dengan kepala tertun-duk dan sedih menghadapi perangkap tikus petani. Malam itu tiba-tiba terdengar suara dari rumah, seperti suara perangkap tikus yang berhasil menjalankan fungsinya. Istri petani bergegas untuk melihat apa yang tertangkap. Dalam kegelapan rumah itu, dia tidak melihat bahwa itu adalah seekor ular berbisa. Saat dia mendekat, Ular langsung menggigit istri petani. Petani itu bergegas membawanya ke rumah sakit. Setelah dari rumah sakit, 21
  • 23. petani membawa istrinya pulang dengan keadaan de-mam. Saat demam, semangkuk sup ayam segar yang hangat sangat membantu. Sehingga petani itu men-gambil kapak ke peternakan untuk mengambil bahan utama sup itu, si Ayam. Sakit istrinya berlanjut sehingga teman-teman dan tetangga datang untuk menjenguknya. Untuk memberi makan mereka, petani memotong Kambing. Istri petani ini tidak membaik, pada kenyataannya, akhirnya dia meninggal. Begitu banyak orang datang ke pemakamannya, petani segera menyembelih Sapi untuk menyediakan daging bagi mereka semua untuk makan siang. Jadi pada saat Anda mendengar bahwa seseorang sedang menghadapi masalah dan berpikir bahwa itu bukan urusan Anda, coba pikir kembali. Seringkali masalah yang terjadi di tempat lain atau men-impa orang lain terasa seperti bukan masalah kita. Masalah On Time Delivery rasanya bukan masalah bagi staff di Finance. Masalah produk yang reject rasanya juga bukan masalah tim Marketing. Masalah turn-over karyawan yang tinggi juga rasanya bukan masalah de-partemen Production Planning. Tapi, apakah benar? Seringkali, di dalam kompleksi-tas perusahaan, satu masalah adalah akibat dari masa-lah lain. Dan satu masalah cenderung menyebabkan dan setidaknya memiliki potensi menciptakan (trigger) masalah lain di tempat lain. On Time Delivery buruk menyebabkan penalti dan pe-nurunan order. Penurunan order ini ternyata menyebab-kan kita kelebihan stok bahan baku. Kelebihan stok ba-han baku ini ternyata menyebabkan masalah bagi Fi-nance. Dan seterusnya. Kita bisa dikatakan beruntung jika berhasil mengidentifi-kasi masalah dan secara cepat menyelesaikannya. 22
  • 24. Dengan demikian kita akan mendapatkan 2 manfaat lain: 1. Menemukan masalah baru yang selama ini tidak terli-hat 2. Menghindari masalah yang akan muncul jika masa-lah ini dibiarkan. Jadi, suatu saat jika Anda diminta membantu rekan atau tim lain memikirkan cara menyelesaikan suatu masalah, Anda sebaiknya memang meluangkan waktu dan energi Anda. Anda tidak akan pernah tahu dam-paknya pada Anda di masa yang akan datang, atau jangan-jangan masalah ini justru eventually berasal dari Anda.** “Problems can become op-portunities when the right people come together.” Robert Redford 23 SHIFT FEATURED IDEAS INDUSTRY NEWS PRINT EDITION ! " OPEXCON13 Tonton Video 30 Detik Opexcon: Free Ideas! Tim konsultan SSCX akan memilihkan artikel dan ide menarik untuk Anda, maksimal 1 email per minggu. Nama: Free Articles, Ideas, Insights: Email: www.shiftindonesia.com SUBSCRIBE FEATURED POSTS 8 “Dosa Besar” yang Menggagalkan Program Lean Mengenal DMAIC dan 7 Waste di Bisnis Perbankan dan Jasa Finansial 5 Hasil Luar Biasa dari Implementasi Lean Six Sigma di Perbankan Bagaimana Amazon Menaklukkan Dua Batu Kembarnya Concept Toolbox Financial Manufacturing Mining Services Profile News The View OPEXCON Glossary Download Edisi Cetak 8 “Dosa Besar” yang Menggagalkan Program Lean Shift - October 25, 2013 - Featured, Ideas Semua strategi dan aktifitas telah dirancang dengan sempurna. Semua sumber daya telah dianggarkan dan dipersiapkan. Berbagai rapat telah dilaksanakan untuk menentukan area perbaikan. Semua orang merasa bergairah untuk segera mulai menjalankan proyek Lean Six Sigma terbaru di perusahaan. Dengan semua persiapan tersebut, kegagalan implementasi Lean menjadi mimpi buruk semua orang. Lalu bagaimana menghindari kegagalan yang mengerikan itu? Continue Reading Mengenal DMAIC dan 7 Waste di Bisnis Perbankan dan Jasa Finansial Shift - October 25, 2013 - Featured, Financial DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control) adalah sebuah framework yang digunakan dalam mengatur alur kerja sebuah proyek improvement, yang biasanya digunakan dalam proyek-proyek berbasis Six Sigma (dan Lean Six Sigma tentunya). Penggunaan DMAIC memungkinkan anda untuk meningkatkan proses bisnis dengan terstruktur. Setiap fase akan membangun fase berikutnya, dengan tujuan untuk mencapai target berupa solusi (untuk permasalahan dalam proses bisnis) yang efektif dan bertahan lama. Continue Reading 5 Hasil Luar Biasa dari Implementasi Lean Six Sigma di Perbankan Shift - October 24, 2013 - Featured, Retail and Transactional Type keyword and hit enter...
  • 25. SECTION 1 Haruskah Saya Selesaikan? Masalah di hidup kita dan dunia ini san-gatlah banyak, tentunya banyak yang ha-rus pula kita selesaikan untuk membuat hidup kita lebih nyaman (dan berarti). Hanya saja, kita memiliki keterbatasan sumber daya seperti waktu, fokus, skill, dan energi. Saat Anda membaca e-book ini, saya yakin Anda adalah salah satu dari mereka yang ingin menyelesaikan masa-lah! That’s good! Saya akan membatasi Sekilas 1. Sedikit mengulang, apakah ini benar-benar sebuah masalah? 2. Apakah sudah pernah ada solusi atas masalah ini di perusahaan lain atau departemen lain? 3. Apakah saya orang yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini? 4. Apakah ada hal yang lebih urgent untuk diselesaikan? 5. Apakah saya harus menyelesaikan masalah ini sekarang? 6. Apa akibatnya jika saya menunda menyelesaikan masalah ini? 7. Apa yang harus terjadi agar saya tahu masalah ini telah selesai? 8. Apakah ada batasan/ constraint untuk menyelesaikan masalah ini? 24
  • 26. ruang lingkup masalah pada bidang yang saya kuasai yaitu operational management. Jika Anda ingin tahu mengenai bagaimana menyelesai-kan masalah yang sangat kompleks seperti kelaparan di dunia, Anda dapat membaca lebih lanjut di artikel The Guardian yang ditulis Alex Renton dan didukung oleh Bill & Melinda Gates Foundation. Saya pribadi ber-harap tautan tsb setidaknya bisa membantu promosi mereka. Nah, balik lagi ke pertanyaan utama, apakah saya ha-rus menyelesaikan masalah ini? Ada beberapa hal yang harus dipikirkan dulu. 1. Sedikit mengulang, apakah ini benar-benar sebuah masalah? 2. Apakah sudah pernah ada solusi atas masalah ini di perusahaan lain atau departemen lain? 3. Apakah saya orang yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini? 4. Apakah ada hal yang lebih urgent untuk diselesai-kan? 5. Apakah saya harus menyelesaikan masalah ini sekarang? 6. Apa akibatnya jika saya menunda menyelesaikan masalah ini? 7. Apa yang harus terjadi agar saya tahu masalah ini te-lah selesai? 8. Apakah ada batasan/constraint untuk menyelesaikan masalah ini? Setelah Anda menjawab 8 pertanyaan tersebut, saya yakin Anda memiliki gambaran apakah masalah ini ha-rus Anda selesaikan sekarang atau tidak, ataukah Anda harus atau bisa: 1. Melakukan klarifikasi atas masalah, 2. Menunda menyelesaikan masalah ini hingga satu waktu tertentu, 3. Meminta orang lain yang lebih tepat untuk menyele-saikannya, 4. Membiarkan saja karena masalah ini adalah akibat dari masalah lain yang lebih urgent 25
  • 27. 5. Memikirkan hanya recovery atas akibat yang ditimbul-kan. Saya akan memberikan beberapa contoh agar hal ini lebih mudah dipahami. Kasus 1. Anda menemukan masalah dimana kadang-kala staf call-center Anda absen dan menyebabkan service level ke nasabah menurun 1% dari 96% ke 95%. Tetapi pada saat bersamaan, Anda juga dihadapi masalah akurasi informasi yang sangat rendah. Setelah menjawab pertanyaan no. 4, mungkin Anda merasa bahwa Anda harus fokus terlebih dahulu pada masalah akurasi. Kasus 2. Anda menemukan masalah yang sama pada poin A ini, setelah menjawab pertanyaan no. 3, Anda menemukan bahwa HR adalah divisi yang lebih tepat untuk menyelesaikan masalah ini. Kapan saya bisa melangkah ke proses penyele-saian masalah? 1. Ini benar-benar sebuah masalah dan Anda telah me-lakukan klarifikasi. 2. Anda sudah mencari informasi dan memang tidak ada masalah yang sama dengan solusi efektif di peru-sahaan atau area lain. 3. Anda adalah orang yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini. 4. Masalah ini dikategorikan sebagai urgent. 5. Dan, Anda harus menyelesaikannya sekarang. 6. Akibat dari menunda penyelesaian lebih besar dari-pada alternatif lain. 7. Anda tahu ukuran atau indikator bahwa masalah te-lah selesai. 8. Anda juga telah memahami batasan/constraint penyelesaian masalah. 26
  • 28. SECTION 2 Sepatu Baru dan Tim "No matter what accomplishments you make, somebody helped you." Althea Gibson Dalam bagian ini, ada beberapa cerita yang saya da-patkan yang relevan dengan pendekatan tim. Bagai-manapun, dalam mencari solusi, lebih banyak kepala lebih baik daripada memikirkannya sendiri. Selain karena ide akan semakin banyak, perspektif yang di-pakai juga akan sangat membantu.** 27
  • 29. Pria dan Sepatu Baru Alkisah ratusan tahun silam di China, seorang pria membutuhkan sepasang sepatu baru. Sebelum ia pergi ke pasar, dia menggambar sebuah gambaran rinci ten-tang kakinya di selembar kertas. Ia mengukurnya den-gan seksama dan menuliskan semua dimensi kakinya seperti lebar, panjang, dan lain lain di kertas yang san-gat detail itu. Ia memang seseorang yang sangat ahli dengan diagram, ukuran, dan matematika. Kemudian, ia berangkat dengan berjalan kaki ke toko sepatu di kota. Setelah perjalanan panjang, akhirnya ia tiba menjelang siang. Namun, ia sangat kecewa dan ke-sal begitu menemukan bahwa ia lupa membawa kertas yang sudah ditulisnya secara lengkap itu! Dia akhirnya berjalan kembali ke rumah untuk mengam-bilnya. Kemudian setelah ia berjalan kembali ke toko tersebut, ia melihat hampir semua toko sudah tutup dan ia melihat seorang pedagang sepatu sedang men-gemas barang dagangannya. Ia menceritakan kenapa ia baru bisa tiba sesore itu. "Orang bodoh!" kata pedagang. “Mengapa kau tidak mencoba ukuran-ukuran yang ada di toko? Bukankah itu lebih mudah dan gampang? Mengapa kau harus pu-lang untuk mengambil diagram Anda?" Pria itu merasa malu, “Saya rasa karena tadinya saya lebih percaya pada pengukuran yang saya lakukan..." Kadang kita memang merasa tahu se-galanya. Kita merasa bahwa logika yang kita explore di benak kita adalah satu-satunya jalan yang logis. Jika kita tidak berbicara dengan tim, dengan orang lain, dengan stakeholder lain, dengan pelanggan, den-gan pemasok, maka hal ini sangat mungkin terjadi. ** 28
  • 30. Sarjana Ahli Linguistik Seorang ahli linguistik sedang bersama tukang perahu untuk menyeberangi sungai. Perjalanan panjang dan lambat. Sarjana merasa bosan. “Pak,” ia berseru, “saya ajak ngobrol ya karena perjalanan sepertinya masih akan cukup lama.” Ia kemudian menyarankan topik yang menarik baginya, ia bertanya, "Apakah Bapak pernah belajar fonetik atau tata bahasa?" "Tidak," kata tukang perahu, "Aku tidak menggunakan fonetik atau apapun itu namanya untuk pekerjaan ini.” “Wah, sungguh sayang sekali, Pak,” kata sarjana, “Se-tengah hidup Bapak seperti tersia-siakan karena tidak mengenal dan memahami tata bahasa. Ini keahlian yang sangat berguna.” Kemudian, tiba-tiba perahu kecil ini menabrak sebuah batu di tengah sungai, tukang perahu berpaling kepada orang tersebut dan berkata, "Maafkan pikiran dan keahlian saya yang sederhana ini. Tapi, orang bijak, ka-takan padaku, apakah Anda pernah belajar berenang?" "Tidak," kata ahli tersebut, "Saya tidak pernah belajar berenang. Aku menghabiskan waktuku memikirkan tata bahasa.” "Dalam hal itu," kata tukang perahu, "Anda telah menyia-nyiakan seluruh hidup Anda. Perahu ini segera tenggelam." Ini adalah sebuah cerita rakyat dari Timur Tengah. Kita hanya mengetahui sebatas apa yang kita ketahui. Dalam problem solv-ing, seringnya sebuah masalah dalam perusahaan harus diselesaikan den-gan melibatkan banyak keahlian dan pengetahuan. Paling ideal adalah jika kita bisa melibatkan banyak pi-hak. Jika Anda merasa bahwa pengalaman Anda saja sudah lengkap dan memadai, coba pikirkan kembali.** 29
  • 31. Team Based Problem Solving Saya pernah membaca bahwa ide memberikan timer pada jalur penyeberangan (zebra cross) yang sekarang sudah umum diaplikasikan di mana-mana, bukanlah da-tang dari ahli lalu lintas, tetapi justru dari orang awam yang terinspirasi oleh timer di oven atau microwavenya. Sama pula dengan banyak masalah yang harus kita se-lesaikan, kita membutuhkan banyak ide dan sering ide tersebut datang dari orang lain, departemen lain, mau-pun keahlian lain. Anda telah membaca 2 cerita sebe-lumnya, “Pria dan Sepatu Baru” dan “Sarjana Ahli Ba-hasa”. Kedua cerita tersebut dapat kita gunakan untuk memberi analogi bahwa pendekatan tim selalu lebih baik. Untuk menyelesaikan masalah, cobalah kumpulkan juga mereka yang tidak secara natural dianggap bagian dari masalah ini. Misalnya saat kita membahas menge-nai lamanya waktu antrian teller, cobalah ajak perwaki-lan dari IT. Saat kita membahas lambatnya proses changeover, cobalah mengajak satu dua orang dari Pur-chasing. Sekali lagi, jika kita bisa memiliki tambahan sudut pandang yang berbeda, seringkali mereka bisa memberikan tambahan informasi. Saya harap Anda setuju bahwa menyelesaikan masa-lah secara tim akan lebih baik daripada secara individ-ual. Seperti kata Einstein juga: You can never solve a problem on the level on which it was created. Setiap kali kita melibatkan orang lain, tentu saja selain memiliki dampak positif, juga ada negatifnya. Umumnya kita sering kesal karena ada rekan yang cuma bisa bicara tapi tidak bisa bertindak. Kita juga ke-sal karena ada satu rekan yang sibuk menunjuk-nunjuk orang untuk melakukan sesuatu padahal dia hanya duduk-duduk saja. Atau rekan lain yang sibuk pula ber- 30
  • 32. wacana dan tidak membumi. Jika Anda merasa kesal, tidak heran, tapi saya menyarankan Anda membaca ini: http://shiftindonesia.com/sembilan-tipe-team-role-pem bentuk-karakter-tim-menuju-operational-excellence/ ** “Teamwork divides the task and multiplies the success.“ Author Unknown Artikel Terpilih di Inbox Anda Ya, tim konsultan SSCX akan memilihkan artikel dan ide menarik untuk Anda! Kami akan mengirimkan hanya 1-2 email per ming-gu dan Anda dapat unsubscribe kapan saja. Dengan berlangganan, Anda diberikan 1 ide yang bisa mengubah proses dan produk Anda lebih baik lagi Klik untuk Gabung Ribuan Member Lain. FREE. 31
  • 33. CHAPTER 4 Dalam tahapan ini, sebagai problem solver, kita akan melakukan analisa untuk mengetahui akar masalah. Saya merasa bahwa konsep Y=f(X) adalah esensial dalam pembahasan ini. Di sini kita akan coba memahami bahwa tidak semua X bisa dikendalikan. Apa yang harus kita lakukan jika semua X tidak bisa dikendalikan alias uncontrollable? 32 Analysis
  • 34. SECTION 1 “You will only be remembered for two things: the problems you solve or the ones you create.” Mike Murdock Konsep y=f(x) alias “y adalah fungsi dari x” adalah konsep yang umum, seder-hana, tapi penuh makna. Ada banyak faktor yang mempengaruhi keluaran. Ada beberapa X yang menyebabkan ter-jadinya Y. Y=f(x) Sekilas 1. Y adalah hasil dari kombinasi banyak faktor atau x. 2. X ini sering dibagi lagi menjadi 2 kategori yaitu: controllable dan uncon-trollable 3. Anda menemukan bahwa seluruh faktor adalah uncontrollable. Jika tidak ada faktor yang bisa kita kendalikan, maka kita tidak bisa mengubah respon ke arah yang kita inginkan secara konsisten. 33
  • 35. Berikut ini adalah ilustrasi sederhana dari y=f(x). Apa yang menentukan kapan kita bisa tiba jika berlayar dari satu dermaga ke dermaga lain? • Arah angin • Kecepatan angin • Ukuran dan desain layar • Berat perahu dan beban • Desain perahu • Ombak • Kompetensi Nah, lama perjalanan dapat kita sebut sebagai re-sponse atau y. Disini, y adalah hasil dari kombinasi ban-yak faktor atau x, yaitu 7 hal di atas. X ini sering dibagi lagi menjadi 2 kategori yaitu: • Controllable misalnya ukuran dan desain layar • Uncontrollable misalnya arah angin Anda harus berpikir lebih dalam jika saat Anda melaku-kan brainstorming, Anda menemukan bahwa seluruh faktor adalah uncontrollable. Jika tidak ada faktor yang bisa kita kendalikan, maka kita tidak bisa mengubah re-spon ke arah yang kita inginkan secara konsisten. Apa yang harus dilakukan jika semua faktor tidak bisa dikendalikan? 1. Lakukan evaluasi, terkadang seakan-akan memang faktor seperti tidak bisa dikendalikan padahal sebe-narnya bisa. Misalnya, untuk masalah antrian di front office, faktor yang berpengaruh adalah jumlah walk-in customer dan Anda merasa ini tidak bisa diken-dalikan. Saya pernah melihat perusahaan yang me-masang informasi grafik jumlah kunjungan dan esti-masi lama tunggu per 30 menitnya, dengan harapan pelanggan bisa mengatur kapan mereka sebaiknya datang, dan kemudian terjadi load-balancing. 2. Lakukan brainstorming dan kemudian gali lebih dalam, usahakan melibatkan sekelompok orang yang berbeda fungsi atau kompetensi. Misalnya menurut kita di Dept Produksi, jumlah order pelang-gan adalah uncontrollable, jangan-jangan setelah berdiskusi dengan tim dari Dept Sales, mereka bisa mengatur bagaimana pelanggan memberikan order. 34
  • 36. Apa yang harus dilakukan jika faktor yang bisa dikendalikan sangat banyak? 1. Lakukan penentuan prioritas faktor yang akan kita pe-lajari lebih dalam termasuk nantinya menentukan so-lusi memperbaiki faktor tersebut. Cara menentukan prioritas akan saya bahas di bagian lain. 2. Jika semua faktor sama pentingnya, bagi dalam tim untuk memperbaiki masing-masing faktor. Dengan ruang lingkup yang lebih kecil, perbaikan akan lebih cepat. Bagaimana kita bisa yakin jika semua faktor su-dah diperhitungkan? 1. Cara paling simpel adalah dengan melakukan trial and error. Yaitu mencoba perbaikan pada faktor dan melihat respon. Jika ternyata masalah masih beru-lang atau target belum tercapai, maka ada kemungki-nan belum semua faktor diperhitungkan. Catatan: ada kemungkinkan juga karena solusi atas faktor (baca: akar masalah) belum efektif. 2. Ada beberapa cara dengan menggunakan statistik yang bisa digunakan, tetapi tidak akan kita bahas di ebook sederhana ini.** Analysis Paralysis Si Lipan Suatu saat, seekor lipan (yang kakinya banyak) menge-jar seekor laba-laba. Kemudian laba-laba ini berhenti, menoleh sejenak, dan bertanya kepada si lipan, “Saya kagum dengan kamu, Lipan! Bagaimana cara kamu mengkoordinasikan kaki yang banyak itu?” Lipan itu menjawab, "Saya tidak tahu. Saya tidak per-nah memikirkan hal itu sebelumnya." Segera setelah itu, laba-laba kembali berlari, dan lipan mencoba untuk mengejar, tetapi kali ini ia tidak mampu karena ia tidak bisa membuat kakinya berjalan dengan baik lagi. Kakinya saling tersangkut karena ia sibuk memikirkan mana yang kiri dan mana yang kanan, mana yang du-luan dan mana yang harus serentak! 35
  • 37. Cerita ini ada dalam banyak versi, tapi pesan yang ingin disampaikan adalah berpikir atau analisa berlebih justru merugikan. Kondisi ini dikenal dengan istilah analysis paralysis atau paralysis of analysis. Dalam kon-disi ini, justru keputusan apalagi tindakan/action tidak muncul. Sebuah keputusan memang bisa dipikirkan se-cara detail dari berbagai sudut pandang, berbagai pili-han, berbagai kemungkinan. Saat kita terus berusaha mencari solusi paling maksimal, kadang yang terjadi adalah kondisi ini. Memang sulit untuk menentukan apakah kita sudah me-lakukan analisa berlebihan atau belum. Langkah yang bisa kita lakukan adalah memilah analisa menjadi 2 atau 3 kategori (short term atau smaller scope, longer term atau larger scope). Kita melakukan analisa terbatas secara cepat untuk ke-mudian beralih untuk menentukan solusi cepat. Sambil, pada saat bersamaan jika memungkinkan melakukan analisa yang lebih komprehensif. Cara ini memang akan lebih menghabiskan energi dan waktu, tapi seti-daknya bisa mengambil manfaat dan menghindari re-siko dari analisa terlalu minim dan analisa berlebihan.** Ikuti Public Class populer di SSCX: • Lean Six Sigma Green Belt (6 Days) • Lean Six Sigma Black Belt (12 Days) • Lean Six Sigma Fundamentals (2 Days) • Lean Manufacturing Fundamentals (2 Days) • Practical Total Productive Maintenance (2 Days) • Understanding Lean Healthcare (2 Days) +62-21-576-3020 info@sscx.asia http://sscxinternational.com Menara Rajawali 11th Floor Jakarta Selatan, Jakarta, 12950 36
  • 38. SECTION 2 “If you do not know how to ask the right question, you discover nothing.” W. Edwards Deming 5-Whys atau bertanya mengapa secara 5 kali berturut-turut merupakan alat bantu sederhana yang sangat powerful untuk menggali akar masalah. Ini adalah alat bantu yang sangat sering disalah-gunakan. 5 Whys Lorem Ipsum 1. 5-Whys atau bertanya mengapa secara 5 kali berturut-turut merupakan alat bantu sederhana yang sangat powerful untuk menggali akar masalah. 2. Secara ringkas, cara penggunaannya adalah mencoba bertanya mengapa secara sistematis, analitis, dan objektif. 3. Alat bantu ini juga memiliki kelemahan karena cenderung mengikuti 1 alur berpikir. 37
  • 39. Secara ringkas, cara penggunaannya adalah mencoba bertanya mengapa secara sistematis, analitis, dan ob-jektif. Saya memberikan penekanan pada “secara sistematis, analitis, dan objektif” karena saya sering me-nemukan bahwa 5-whys ini tidak digunakan secara sistematis, tidak analitis, dan sangat subjektif. Contoh masalah: “Panduan cara perakitan meja oleh bagian perancangan seringkali menyebabkan kesala-han penggunaan baut. Masalah muncul sejak sekitar 6 bulan lalu saat headquarter menerbitkan panduan kerja baru. Hal ini menimbulkan incoming call untuk menan-yakan hal ini sebanyak 100 call per hari dan memakan waktu 500 menit per hari hanya untuk menjelaskan hal ini ke pelanggan.” • Pertanyaan 1: Mengapa sampai butuh waktu 500 menit? • Jawaban: Karena memang untuk 1 pertanyaan dibu-tuhkan waktu 5 menit. • Pertanyaan 2: Mengapa butuh waktu selama itu? Apakah karena kompetensi call-agent? • Jawaban: Mungkin. Bisa ditebak, diskusi akan berlanjut pada peningkatan kompetensi. Ini adalah contoh yang tidak sistematis dan cenderung mengarah pada apa yang ada di benak si penanya. Leading question. Skenario lain: • Pertanyaan 1: Mengapa menghubungi call center saat salah menggunakan baut? • Jawaban: Karena kita menyarankan mereka untuk menghubungi jika ada masalah. • Pertanyaan 2: Mengapa kita menyarankan mereka seperti itu? • Jawaban: Karena top management meminta kita un-tuk menjadi customer-focused company. • Pertanyaan 3: Mengapa kita harus menjadi customer-focused company? • Jawaban:….. 38
  • 40. Analisa “5-Whys” yang benar kira-kira seperti ini: • Pertanyaan 1: Mengapa pekerja menggunakan baut yang salah? • Jawaban: Ia kebingungan harus memilih baut yang mana • Pertanyaan 2: Mengapa dia bingung? • Jawaban: Dia tidak bisa menemukan jawaban dalam panduan perakitan. • Pertanyaan 3: Mengapa dia tidak menemukannya di panduan perakitan? • Jawaban: Dia membaca panduan perakitan hanya selama 5 menit. • Pertanyaan 4: Mengapa dia hanya membaca selama 5 menit? • Jawaban: Dia tidak punya waktu untuk membaca keempat panduan perakitan karena deadline. • Pertanyaan 5: Mengapa terdapat 4 panduan peraki-tan? • Jawaban:….. 5-Whys adalah alat bantu yang ‘kelewat sederhana’ hingga seringkali muncul kesalahan penggunaan. Bah-kan beberapa kali, ujung dari 5-Whys ini nantinya ada-lah kesalahan manajemen dan rendahnya kompetensi SDM. Jika terjadi seperti itu, 9 dari 10 kali kejadian ada-lah karena kesalahan cara melakukan analisa 5-Whys. WARNING: Alat bantu ini juga memiliki kelemahan karena cenderung mengikuti 1 alur berpikir. Misalnya untuk kasus diatas, tim akan luput memperhatikan apakah bahasa panduan sudah cukup jelas, mengapa diperlukan panduan perakitan, mengapa pekerja memiliki pilihan baut lain? Sangat disarankan untuk menggunakan 5-Whys dengan alat bantu lain. Atau minimal menggunakannya beberapa kali untuk masa-lah yang sama.** “Live as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever.” Mahatma Gandhi 39
  • 41. SECTION 3 Diagram Fishikawa Fishbone Diagram atau Diagram Tulang Ikan ini adalah alat bantu sederhana den-gan penggunaan yang sangat umum. Nama lain dari diagram ini adalah Dia-gram Ishikawa, Cause-and-Effect Dia-gram, bahkan ada yang menggabung-kannya menjadi Fishikawa. Mengapa Disebut Diagram Tulang Ikan? Pernah suatu kali ada yang bertanya mengapa tulang ikan dan bukan tulang lainnya. Saya tertawa terbahak-bahak, Sekilas 1. Fishbone Diagram atau Diagram Tulang Ikan ini adalah alat bantu sederhana dengan penggunaan yang sangat umum. 2. Tulang ini diberi judul dengan tujuan kita bisa berpikir dari sudut pandang yang berbeda. 3. Menggunakan 5-Whys untuk menggali lebih dalam Diagram Tulang Ikan sangatlah disarankan. Dengan demikian kita bisa melihat dari lebih banyak sudut pandang dan mendalam. 40
  • 42. tetapi ternyata pertanyaan ini juga ada artinya. Coba bayangkan diagram tulang ayam, paha ayam ben-tuknya lurus. Artinya kita berasumsi bahwa hanya ada 1 sebab untuk 1 akibat. Diagram Tulang Ikan bentuknya seperti ini: Sisi paling kanan adalah akibat alias y. Sementara tu-lang ikan berisi sebab-sebab alias x. Setiap tulang utama diberi judul: • Machine (technology) • Method (process) • Material (termasuk Raw Material, Consumables, dan Informasi) • Man Power (physical work) • Measurement (Inspection) • Mother Nature (Environment) Tulang ini diberi judul dengan tujuan kita bisa berpikir dari sudut pandang yang berbeda. Anda juga bisa membaca Six Thinking Hats dengan cara berpikir yang sama. Ini mengurangi kemungkinan kita terlalu fokus pada salah satu aspek saja, misalnya menyalah-kan Manpower. Saat Anda mengisi tulang Machine, artinya Anda harus berpikir apa saja faktor terkait mesin yang menyebab-kan masalah ini. Begitupun, saat Anda ‘dipaksa’ untuk pindah berpikir ke tulang Material. 41
  • 43. Alat bantu ini sangat sederhana dan bisa digunakan da-lam situasi apapun. Anda bisa mengganti judul tulang sesuai keinginan Anda. Gunakan alat bantu ini saat Anda ingin melihat kemungkinan akar masalah dari berbagai aspek atau sudut pandang. Menggunakan 5-Whys untuk menggali lebih dalam Dia-gram Tulang Ikan sangatlah disarankan. Dengan de-mikian kita bisa melihat dari lebih banyak sudut pan-dang dan mendalam.** “Sometimes when you innovate, you make mistakes. It is best to admit them quickly, and get on with improving your other innovations.” Steve Jobs 42 SHIFT FEATURED IDEAS INDUSTRY NEWS PRINT EDITION ! " OPEXCON13 Tonton Video 30 Detik Opexcon: Free Ideas! Tim konsultan SSCX akan memilihkan artikel dan ide menarik untuk Anda, maksimal 1 email per minggu. Nama: Free Articles, Ideas, Insights: Email: www.shiftindonesia.com SUBSCRIBE FEATURED POSTS 8 “Dosa Besar” yang Menggagalkan Program Lean Mengenal DMAIC dan 7 Waste di Bisnis Perbankan dan Jasa Finansial 5 Hasil Luar Biasa dari Implementasi Lean Six Sigma di Perbankan Bagaimana Amazon Menaklukkan Dua Batu Kembarnya Concept Toolbox Financial Manufacturing Mining Services Profile News The View OPEXCON Glossary Download Edisi Cetak 8 “Dosa Besar” yang Menggagalkan Program Lean Shift - October 25, 2013 - Featured, Ideas Semua strategi dan aktifitas telah dirancang dengan sempurna. Semua sumber daya telah dianggarkan dan dipersiapkan. Berbagai rapat telah dilaksanakan untuk menentukan area perbaikan. Semua orang merasa bergairah untuk segera mulai menjalankan proyek Lean Six Sigma terbaru di perusahaan. Dengan semua persiapan tersebut, kegagalan implementasi Lean menjadi mimpi buruk semua orang. Lalu bagaimana menghindari kegagalan yang mengerikan itu? Continue Reading Mengenal DMAIC dan 7 Waste di Bisnis Perbankan dan Jasa Finansial Shift - October 25, 2013 - Featured, Financial DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control) adalah sebuah framework yang digunakan dalam mengatur alur kerja sebuah proyek improvement, yang biasanya digunakan dalam proyek-proyek berbasis Six Sigma (dan Lean Six Sigma tentunya). Penggunaan DMAIC memungkinkan anda untuk meningkatkan proses bisnis dengan terstruktur. Setiap fase akan membangun fase berikutnya, dengan tujuan untuk mencapai target berupa solusi (untuk permasalahan dalam proses bisnis) yang efektif dan bertahan lama. Continue Reading 5 Hasil Luar Biasa dari Implementasi Lean Six Sigma di Perbankan Shift - October 24, 2013 - Featured, Retail and Transactional Type keyword and hit enter...
  • 44. SECTION 4 Assumption is The Mother of… Pertanyaan: Bagaimana Anda memasukkan seekor jerapah dewasa ke dalam kulkas? Jawaban: Buka kulkas, masukkan jerapah tersebut ke dalam kulkas, dan tutup pintunya. Pertanyaan ini sebenarnya banyak digunakan menguji apakah Anda cenderung memikirkan hal-hal seder-hana dengan cara yang terlalu rumit. Ataukah cenderung berpikir terlalu sederhana. Seringkali kita langsung berpikir kompleks sebelum berpikir sederhana. Tidak ada yang salah dengan ber-pikir kompleks, toh umumnya masalah yang kita ha-dapi sekarang adalah hasil dari kompleksitas yang ada. Entah necessary complexity atau bukan. Yang kerap menjadi hambatan dalam problem solving adalah seringkali kita sudah memiliki asumsi-asumsi. Kita berasumsi bahwa jerapah pastinya tinggi sekali dan kulkas pastilah jauh lebih kecil daripada Jerapah. Asumsi. “Assumption is the mother of all screw-ups.” ~ Eugene Lewis Fordsworthe Di artikel sebelum ini, kita membahas bagaimana Tikus Kecil menggampangkan solusi sementara di artikel ini giliran cerita Jerapah membuat kita harus mencoba ti-dak membatasi pemikiran kita dengan asumsi-asumsi yang belum tentu benar. ** *Salah satu partner di SSCX suka sekali menggunakan statement Ford-sworthe dalam rapat dan diskusi di SSCX. Saya mengingat kalimat ini karena rapat dan diskusi tersebut. 43
  • 45. CHAPTER 5 Result = Q x A Result adalah hasil dari pengalian Quality of Idea (kualitas ide atau solusi) dan Acceptance (penerimaan ide). Seringnya sebuah ide berkualitas, tetapi tidak ada yang menerima ide tersebut dan hasil otomatis juga tidak akan muncul. Memperhatikan kedua faktor ini adalah esensial untuk memastikan kesuksesan dari problem solving activity.** 44
  • 46. SECTION 1 Menemukan Solusi “Every problem is an opportunity.” Kilchiro Toyoda, founder of Toyota Jika Anda sudah mengetahui akar masalah, maka lang-kah berikutnya adalah menentukan solusi. Anda dapat memulai dengan menampilkan informasi akar masalah yang telah ditemukan dan diduga kuat berkontribusi besar pada masalah yang sedang dibahas. Saya meng-gunakan kata ‘diduga kuat’ karena dalam bahasan ini 45
  • 47. saya belum menjelaskan penggunaan alat bantu yang dapat menghindari kita pada situasi hanya menduga-duga akar masalah. Setelah Anda menentukan akar masalah yang akan Anda perbaiki, menentukan solusi adalah suatu proses kreatif. Proses analisa akar masalah cenderung analitis, sementara proses mencari solusi cenderung kreatif. Wa-lau demikian, cukup banyak kasus dimana solusi yang perlu dijalankan bukanlah sesuatu yang baru dan tidak pernah dijalankan. Anda awalnya akan banyak menemukan solusi untuk hal-hal ini: • Konsistensi menjalankan prosedur • Terlambatnya informasi atau feedback loop Baru setelah itu, Anda akan banyak bersinggungan den-gan hal-hal atau ide baru. Di sini, tantangan akan lebih banyak. Kenapa? Karena Anda akan melakukan hal baru dan pada praktiknya menjalankan hal baru itu san-gatlah sulit. Umumnya sulitnya bukan karena teknis, tetapi pada fak-tor penerimaan atas ide tersebut. Anda pasti pernah mendengar: 1. Ooo, cara itu tidak akan bisa di sini. 2. Masalahnya begini,… 3. Kita sudah pernah lakukan hal tersebut. 4. Solusi ini tidak akan bisa karena… Sulit bagi ebook ini untuk menjejalkan dengan ringkas bagaimana cara menemukan solusi dikarenakan variasi yang sangat tinggi antara satu masalah dengan masa-lah yang lain. Saya akan masuk ke aspek penerimaan ide dan juga bagaimana menentukan prioritas.** Iklan: Company Profile SSCX di tautan ini 46
  • 48. SECTION 2 Penerimaan Ide “Success doesn't necessarily come from breakthrough innovation but from flawless execution.” Naveen Jain Saya rasa bukan hal aneh saat Anda me-lihat ide yang luar biasa bagus tetapi ti-dak dijalankan. Menjalankannya juga kita lihat sebenarnya mudah saja, tidak membutuhkan upaya yang sangat keras. Mengapa? ** Sekilas 1. Result adalah hasil dari pengalian Quality of Idea (kualitas ide atau solusi) dan Acceptance (penerimaan ide). Seringnya sebuah ide berkualitas, tetapi tidak ada yang menerima ide tersebut dan hasil otomatis juga tidak akan muncul. 2. Atribut-atribut penerimaan ide adalah: • Keuntungan Relatif • Kompatibilitas • Kompleksitas • Trialability • Observability 47
  • 49. Goldman dan Troli-nya Sekarang ini berbelanja di hypermarket ataupun super-market, yang pertama kali kita lakukan adalah mengam-bil trolley belanja. Tahukah Anda bahwa awalnya untuk membuat pengunjung menggunakan shopping cart ini ternyata tidak mudah! Adalah Sylvan Goldman yang membeli jaringan super-market Piggly Wiggly pada tahun 1934. Setelah mem-beli jaringan ini, Goldman mulai mengamati apa yang dilakukan pengunjung supermarketnya. Dia sedang khawatir karena angka sales dan marjin yang terus menipis. Saat Goldman mengamati behavior pengun-jung, ia menemukan banyak hal menarik. Dalam kon-teks saat ini, istilah Gemba adalah istilah tepat untuk menggambarkan hal ini, atau 'blusukan' jika menurut Jokowi. Salah satu observasinya adalah ternyata para pengun-jung berhenti berbelanja setelah keranjang belanjaan mereka menjadi berat. Ia dan mekaniknya menemukan solusi untuk hal ini yaitu troli! Sekilas, ini adalah ide luar biasa yang tidak mungkin ditolak siapapun. Akan tetapi, pada saat imple-mentasi, ia menemukan adanya resistensi. Pengunjung pria tidak suka menggunakan troli karena terkesan ti-dak macho, wanita merasa tidak fashionable, semen-tara pengunjung yang lebih tua tidak mau terkesan lemah. Walhasil, butuh banyak taktik dan waktu bagi Goldman hingga akhirnya semua orang terbiasa menggunakan troli dan bahkan berkembang terus menerus hingga saat ini dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari berbelanja.** 48
  • 50. 5 Elemen Penerimaan Ide All imaginable inventions have already been invented. - Manager of the American Patent Agency - Charles Duell, 1899 Everett M. Rogers adalah seorang ahli difusi inovasi. Ia telah meneliti bagaimana orang mengadopsi produk baru , jasa atau praktek gaya hidup. Dalam penelitian-nya ia mengisolasi lima sifat inovasi yang membantu un-tuk mempercepat penerimaan mereka dan kemudian diadopsi. Atribut-atribut tersebut adalah: 1. Keuntungan Relatif 2. Kompatibilitas 3. Kompleksitas 4. Trialability 5. Observability Keuntungan relatif adalah ukuran dari seberapa jauh lebih baik suatu inovasi dari ide atau produk yang di-gantikannya. Ini adalah salah satu pendekatan yang pal-ing umum dan paling efektif untuk menjual ide. Idenya harus jelas menggambarkan keuntungan dalam hal biaya lebih rendah, peningkatan kenyamanan, atau penghematan waktu dan usaha. Kompatibilitas. Apakah ide Anda konsisten dengan nilai-nilai , pengalaman masa lalu dan kebutuhan indi-vidu atau kelompok yang berpotensi akan mengadopsi-nya? Hal ini sangat mungkin bahwa Anda akan mem-beli produk atau perubahan aspek gaya hidup Anda yang bertentangan dengan nilai-nilai Anda. Adalah jauh lebih mungkin bahwa Anda akan mengadopsi inovasi yang konsisten dengan mereka. 49
  • 51. Kompleksitas adalah bagaimana sulitnya untuk mema-hami atau menggunakan ide baru Anda. Semakin kom-pleks ide Anda tampaknya, semakin kecil kemungkinan akan diterima. Keep it simple . Mungkin salah satu con-toh terbaik dari tetap sederhana dan peluncuran pro-duk yang sukses adalah komputer Macintosh. Trialability adalah kualitas sebuah inovasi yang me-mungkinkan pengadopsi potensial atau pelanggan un-tuk bereksperimen dengan ide secara terbatas sebe-lum “membeli itu”. Test mengendarai mobil baru adalah contoh yang sangat baik trialability. Observability adalah karakteristik dari sebuah inovasi yang membuatnya terlihat orang lain. Jika Anda men-jual ide atau konsep tidak berwujud , seperti asuransi jiwa , apa hasil yang terlihat dari apa yang Anda beli ? Dalam cara apa Anda dapat membuat hasil yang nyata? Dapatkah orang benar-benar melihat hasilnya? Bisakah Anda mengajak mereka ke lokasi lain yang te-lah mengadopsi ide sehingga mereka dapat melihat se-cara langsung implementasi ide Anda? Ingat, melihat adalah percaya, seeing is believing.** Jadwalkan agenda Anda dengan Indonesia Operational Excellence Conference and Award 2014. Acara tahunan ini digelar pada 12 November 2014. www.opexcon.com +62-21-5763020 atau info@sscx.asia 50
  • 52. SECTION 3 Semmelweis si Penyelamat Ibu Ignaz Philipp Semmelweis, 1 Juli 1818 - 13 Agustus 1865 adalah seorang dokter Hungaria yang dikenal se-bagai pelopor awal prosedur antiseptik. Ia dikenal juga sebagai “penyelamat ibu”. Semmelweis menemukan bahwa kejadian demam nifas bisa dipotong secara drastis dengan menggunakan desinfeksi tangan di klinik kandungan. Demam nifas adalah hal umum di rumah sakit perten-gahan abad 19 dan seringkali demam ini berakibat fa-tal dengan tingkat kematian mencapai 10-35%. Semmelweis saat itu bekerja di Rumah Sakit Umum Ignaz Philipp Semmelweis 51
  • 53. Wina. Di rumah sakit ini, rasio kematian di klinik yang ditangani dokter mencapai 3 kali lipat kematian di klinik yang ditangani bidan! Bahkan, diceritakan oleh Semmelweis bagaimana ibu-ibu memohon agar dapat masuk ke klinik yang ditan-gani bidan dan bukan ditangani dokter. Semmelweis sangat heran dengan fenomena ini. Dan menariknya, tidak semua orang merasa ini adalah masalah yang harus diselesaikan. Semua orang, selain Semmelweis dan ibu-ibu, merasa ini wajar. Dari pengamatannya, ia menemukan bahwa klinik dok-ter memiliki tingkat kematian tinggi karena dokter juga melakukan otopsi (pada mayat), sementara bidan tidak melakukan otopsi. Ia lewat beberapa penelitiannya, me-nemukan bahwa ada partikel dari mayat yang menye-babkan hal ini. Ia mengusulkan perlunya cuci tangan se-belum tindakan medis. Ia menerbitkan sebuah buku terkait temuannya dalam buku Die Ätiologie, der Begriff und die Prophylaxis des Kindbettfiebers (Etiologi, Konsep, dan Pencegahan De-mam Nifas). Di sana, ia menampilkan berbagai kisah sukses di mana tingkat kematian berkurang hingga di bawah 1% hanya dengan melakukan pencucian tan-gan dokter. Walaupun demikian, ide ini tidak diterima secara umum. Pengamatan Semmelweis bertentangan den-gan pendapat ilmiah dan medis yang berkembang pada saat itu. Beberapa dokter bahkan tersinggung atas saran bahwa mereka harus mencuci tangan mereka. Sayangnya, Semmelweis tidak bisa memberi-kan penjelasan ilmiah mengenai temuannya ini. Ide dan solusi dari Semmelweis baru mendapat peneri-maan luas dari kalangan medis beberapa tahun setelah kematiannya. Penerimaan ini muncul setelah Louis Pas-teur mengkonfirmasi teori kuman dan Joseph Lister, yang menggunakan hasil penelitian Pasteur yakni menggunakan metode higienis dan memiliki tingkat suk-ses tinggi pada tindakan medisnya. ** 52
  • 54. SECTION 4 Suatu saat Anda akan dihadapi pada situasi dimana Anda memiliki banyak hal yang harus dilakukan. Salah satu alat bantu untuk mempermudah Anda memilih adalah PICK Chart, yaitu Possible, Implement, Chal-lenge, dan Kill. Atau ada juga matriks serupa yang dise-but Benefit - Effort Matrix. Kita harus memberikan pembobotan apakah sebuah ide aksi merupakan High Effort, Low Effort, High Im-pact, Low Impact. Idealnya yang kita akan lakukan di awal adalah High Impact - Low Effort. Dan, yang ingin kita hindari adalah Low Impact, High Effort. Benefit vs Effort 53
  • 55. Kita memberikan nilai akhir pada Effort berdasar-kan elemen: 1.Waktu yang diperlukan 2. Sumber daya yang diperlukan 3. Resiko dalam aksi ini 4. Tingkat penerimaan Sementara, untuk Benefit alias Impact berdasar-kan elemen: 1. Kemampuan menyelesaikan masalah 2. Alignment pada strategi dan fokus perusahaan Cara menggunakannya sederhana, Anda perlu mem-berikan pembobotan dan standar penilaian untuk tiap komponen. Anda bisa membuat sendiri standar Anda yang kemudian bisa diterima dan dijadikan acuan oleh tim. Jika Anda melakukannya dengan benar, maka Anda akan mendapatkan beberapa solusi yang masuk di masing-masing kategori, tentunya setelah Anda mengkonfirmasi ulang lagi dengan tim setelah proses plotting selesai. Prioritas utama adalah solusi di kotak Implement. Inilah solusi yang menurut tim kita memiliki impact yang tinggi dengan upaya yang cenderung lebih rendah. Jika Anda memiliki waktu atau sumber daya lebih, Anda juga dapat menjalankan solusi di kotak Possible. Jika Anda memiliki banyak solusi di Challenge (dan di situasi tertentu Anda malah tidak memiliki solusi di Im-plement, tetapi hanya di Challenge), tugas Anda adalah coba menggali dan mengkonfirmasi apakah memang effortnya dikategorikan besar, apakah bisa dipersempit ruang lingkup solusinya dll. Alat bantu ini tentunya sangat tepat digunakan saat Anda sudah menetap-kan ide-ide apa saja yang akan diek-sekusi dan jumlahnya ‘cukup’ banyak. Saya menggunakan kata ‘cukup’ karena definisi ini bisa berbeda antar orang, antar tim. “The essence of strategy is choosing what not to do.” Michael Porter 54
  • 56. SECTION 5 Dalam banyak sesi diskusi dengan klien, tim SSCX ser-ing menunjukkan peluang perbaikan (opportunities for improvement) dan kadang bagaimana cara menyelesai-kan sebuah masalah. Menariknya, saat kami menyam-paikan apa yang perlu dan bisa dilakukan banyak yang mengatakan “Kalau cuma ini, kami juga bisa”. Dalam banyak sesi sebenarnya kalimat yang ingin disampaikan klien adalah “Kalau cuma ini, kami juga bisa. This is obvious. Saya tidak butuh orang lain un-tuk membantu saya menyelesaikan masalah ini kalau solusinya cuma segini”. This is Obvious 55
  • 57. Saat salah satu klien SSCX mengganti pola shift kerja operator dan menghemat banyak uang, sebagian ek-sekutif mengatakan bahwa “Ya, ini common sense, ini sesuatu yang sangat jelas, dari awal kita aware bahwa kita harus menggantinya”. Tetapi hal ini tidak terjadi sampai tim SSCX membantu mereka dan memastikan mereka menggantinya. Pernah, saat kami mengganti kantong belanja di se-buah perusahaan ritel dengan spesifikasi yang lebih ren-dah (dan biaya yang lebih rendah) tetapi masih dapat diisi dengan beban barang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, eksekutif perusahaan mengatakan bahwa “Ya, ini sesuatu yang sangat jelas dan kami sudah tahu dari dulu, ini hanya tinggal menunggu waktu untuk di-jalankan”. Di sektor manapun, hal yang sama terjadi, saat kami menjalankan perubahan pada cara setup sebuah mesin produksi, waktu setup turun dari 3 jam menjadi 25 menit, lagi-lagi ada direktur yang merasa bahwa ini se-suatu yang mudah dan mereka cuma heran kenapa or-ang di Produksi tidak melakukan ini lebih awal. Di awal-awal keterlibatan saya di bidang ini, saya ma-sih muda dan tidak begitu paham kenapa ini terjadi. Pertanyaan saya, sebagian terlontar saat sesi me-manas dan sebagian lagi saya sampaikan dalam hati: “Jika anda sudah tahu, dan jika ini gampang, mengapa anda tidak melakukannya sebelum kami ke sini?” Columbus sedang makan dengan beberapa bangsa-wan Spanyol setelah ia menemukan benua Amerika, ke-mudian salah satu dari mereka berkata: “Sir Christo-pher, bahkan jika Anda tidak menemukan benua itu, be-nua itu tetap akan segera ditemukan. Negeri ini berlim-pah dengan orang yang sangat ahli dalam kosmografi dan sastra, salah satu dari mereka akan memulai petua-langan yang sama dengan hasil yang sama.” Columbus tidak menanggapi kata-kata tetapi malah meminta telur utuh untuk dibawa kepadanya. Dia mele-takkannya di atas meja dan berkata: “Tuan, saya berta-ruh dengan salah satu dari Anda bahwa Anda tidak da-pat membuat telur ini berdiri pada ujungnya seperti aku akan melakukannya tanpa bantuan apapun atau ban-tuan”. Mereka semua kemudian mencoba tetapi tidak berhasil dan ketika telur kembali ke Columbus, ia mengetuk te-lur dengan lembut di meja dan memecahkan telur ini se-dikit, dengan ini telur berdiri di ujungnya. Semua orang 56
  • 58. kemudian berkata bahwa kalau cuma seperti itu mereka juga bisa. Kemudian Columbus menjelaskan poinnya: “…setelah sesuatu telah dilakukan, semua orang akan tahu bagaimana melakukannya…” Mungkin Anda masih ingat “insiden” logo Pertamina. Pertamina membayar mahal ke sebuah perusahaan branding untuk sebuah identitas baru. Saat semua or-ang melihat logo baru Pertamina, semua mencibir “Masa’ untuk logo seperti ini saja sekian Milyar Ru-piah?” Sekali lagi, segala sesuatunya terlihat mudah dan da-pat dilakukan saat seseorang telah melakukannya dan menunjukkannya pada Anda.** “I have not told half of what I saw.” Marco Polo Lean Manufacturing Six Sigma Total Productive Maintenance Productivity Improvement www.sscxinternational.com 57
  • 59. SECTION 6 Dewan Tikus Mencari Solusi Di sebuah ladang, tikus-tikus mengadakan satu rapat besar untuk mempertimbangkan langkah-langkah apa yang bisa mereka ambil untuk mengecoh musuh ber-sama mereka. Si Kucing. Akhir-akhir ini, mereka san-gat terganggu dengan Kucing yang dibawa Pemilik La-dang ke ladang tersebut. Beberapa tikus punya solusi ini dan itu, tetapi tidak ada yang dianggap akan efektif. Hingga akhirnya see-kor tikus muda berdiri dan berkata dia punya usulan yang akan menyelesaikan masalah mereka ini. Semua orang menatap dan serius mendengarkan solusi apa yang ditawarkan tikus muda ini. 58
  • 60. “Anda semua pasti setuju," katanya, "bahwa masalah utama kita adalah kita tidak tahu dimana dan kapan musuh kita ini mendekati kita. Sekarang, jika kita bisa membuat sinyal saat ia mendekat, kita dapat dengan mudah melarikan diri darinya. Saya mengusulkan adanya sebuah lonceng kecil untuk kita gantung di le-her kucing. Dengan ini, berarti kita akan selalu tahu ketika ia berada di sekitar kita, dan bisa dengan mudah lari menghindarinya. " Proposal ini disambut dengan tepuk tangan seluruh pe-serta rapat, sungguh ide cemerlang. Sampai seekor tikus tua yang bijaksana berdiri dan berkata: “Itu ide yang sangat baik, tapi siapa yang akan menggantung-kan lonceng ke leher Kucing?” Tikus tua ini menatap satu sama lain dan tak seorang pun berbicara. Fabel Aesop ini masih sangat relevan dengan situasi hari ini, semua orang seakan memiliki banyak solusi dan terkadang solusi tersebut sangat tidak masuk akal dan (terkesan) sangat menggampangkan segala sesua-tunya. Untuk menghindari situasi seperti ini, kita dapat men-coba menggali lebih detail, lebih dalam, tidak hanya se-kedar judul utama. Misalnya untuk permasalahan kema-cetan lalu lintas, muncullah solusi: “Meningkatkan par-tisipasi publik pada transportasi umum”, jika kita drill lebih dalam, kita akan memiliki beberapa actionable-solution: 1. Pengumpulan data dan analisa statistik titik kemace-tan per satuan 10 menit. 2. MenentukanTop-30 rute commuter terpadat dari pe-mukiman ke area kerja 3. Dan seterusnya. Actionable-solution hasil drill ini bias-anya lebih feasible dan juga akan lebih mudah dijalankan. Dan tentunya akan lebih mudah diterima.** 59
  • 61. SECTION 7 Kebiasaan Baru Pepsodent Suatu hari pada awal 1900-an, seorang pengusaha terkemuka di Amerika bernama Claude C. Hopkins didekati oleh seorang teman lama dengan ciptaan baru yang menakjubkan: pasta gigi rasa mint dan ber-busa yang ia namakan Pepsodent. Hopkins adalah sa-lah satu eksekutif periklanan yang sangat terkenal. Kontribusi Hopkins nantinya bukanlah meledakkan penjualan pepsodent, tetapi membantu menciptakan kebiasaan menyikat gigi secara nasional di Amerika. Pada saat itu, hampir tidak ada orang Amerika meng-gosok gigi mereka. Sepuluh tahun setelah iklan dan promosi dari Hopkins, menyikat gigi telah menjadi rit- 60
  • 62. ual harian selama lebih dari setengah populasi. Bagai-mana Hopkins bisa mengubah kebiasaan? Dalam buku yang sangat menarik, The Power of Habit, Duhigg menceritakan bagaimana Hopkins mem-buat kebiasaan baru di Amerika. Secara ringkas, Hopkins menciptakan kebiasaan menyi-kat gigi dengan mengidentifikasi sinyal yang sederhana dan jelas (cue), memberikan hadiah atau reward yang jelas dan dengan menciptakan keinginan neurologis (neurological craving). Ketika Hopkins setuju untuk mempromosikan Pep-sodent, dia menyadari bahwa dia harus menemukan pemicu (trigger) agar Pepsodent digunakan setiap hari. Dia duduk dengan tumpukan buku tentang kese-hatan gigi dan setelah sekian lama akhirnya ia mene-mukan referensi ke plak musin pada gigi , yang ia se-but 'film' atau sebuah lapisan tipis di gigi. Lapisan yang dimaksud Hopkins adalah satu lapisan licin yang bisa kita sentuh dan rasakan dengan lidah kita. Coba sen-tuh gigi Anda dengan lidah, apakah Anda merasakan satu lapisan licin tersebut? 61
  • 63. Segera setelah itu, Hopkins memenuhi kota dengan iklan-iklan "Hanya dengan menempelkan lidah di gigi, Anda akan merasakan adanya film - itulah yang mem-buat gigi Anda terlihat tidak putih dan menyebabkan ke-rusakan.” “Mengapa setiap wanita memiliki film yang suram di giginya? Pepsodent menghilangkan film!" Dalam buku The Power of Habit itu, diceritakan bahwa semua kebiasaan (tidak peduli seberapa besar atau ke-cil), memiliki tiga komponen: 1. Isyarat/cue atau sinyal 2. Pemicu/trigger untuk perilaku tertentu, sebuah rutini-tas, yang merupakan perilaku/habit itu sendiri 3. Hadiah/reward, yang merupakan apa yang diingat otak Anda. Ketika Hopkins mengidentifikasi film pada gigi, ia mene-mukan isyarat/sinyal yang telah ada selama ribuan ta-hun. Imbalan/reward yang Hopkins janjikan sulit untuk ditolak. Siapa yang tidak ingin senyum cantik? Penjua-lan Pepsodent benar-benar meledak pada saat itu karena munculnya kebiasaan baru di Amerika yaitu menggosok gigi. Tidak seperti pasta gigi lain dari periode itu, Pepsodent mengandung asam sitrat, minyak mint dan bahan kimia unik lainnya. Menariknya, dari salah satu bahan kimia tersebut, ada efek tak terduga seperti ini: adanya sen-sari baru di lidah dan gusi, seperti satu sensasi segar yang sebenarnya lebih mirip sensasi kesemutan ringan. Ketika para peneliti di kompetitor mulai mewawancarai konsumen Pepsodent, mereka menemukan bahwa orang-orang mengatakan bahwa jika mereka lupa un-tuk menggunakan Pepsodent, mereka menyadari kesa-lahan mereka karena mereka tidak merasakan adanya sensasi di lidah dan gusi. Jika sensasi tersebut tidak ada, rasanya mulut mereka tidak bersih. Claude Hopkins ternyata tidak menjual gigi yang indah, dia menjual sensasi. Orang seperti mengasosiasikan sensasi tersebut dengan rasa bersih. Sebenarnya, sensasi tersebut tidak berpengaruh pada apakah gigi akan bersih atau tidak, tetapi sensasi tersebut meyak-inkan pengguna bahwa Pepsodent sedang secara aktif bekerja membersihkan.** 62
  • 64. Gagak Selesaikan Masalah Seekor gagak yang kehausan setengah mati menemu-kan sebuah pithcher yang ternyata airnya tinggal se-dikit. Ketika si gagak menempatkan paruhnya yang pan-jang ke dalam mulut pitcher ternyata ia tidak bisa men-capai cukup jauh ke bawah untuk mendapatkan air itu. Dia mencoba, dan ia mencoba, tapi akhirnya harus menyerah dalam keputus-asaan. Kemudian ia menemu-kan sebuah ide, ia mengambil kerikil dan menjatuhkan-nya ke dalam pithcher itu. • Lalu ia mengambil kerikil lain dan menjatuhkannya lagi. • Lalu ia mengambil kerikil lain dan menjatuhkannya lagi. • Lalu ia mengambil kerikil lain dan menja-tuhkannya lagi. • Lalu ia mengambil kerikil lain dan menja-tuhkannya lagi. • Lalu ia mengambil kerikil lain dan menja-tuhkannya lagi. Akhirnya, akhirnya, ia melihat air mulai naik hingga ke permukaan leher pitcher tersebut dan setelah beberapa kerikil kemudian ia mampu menyeruput air dan menyelamatkan nya-wanya. Sedikit demi sedikit, jika dilakukan secara konsisten dengan sasaran yang jelas bisa membawa perubahan signifikan. Begitupun aktivitas perbaikan proses dan penyelesaian masalah. Menyelesaikan masalah sedikit demi sedikit karena keterbatasan sumber daya lebih baik daripada membiarkannya.** 63
  • 65. Simple Reaction Plan Saya cukup suka fabel Aesop berikut ini. Relevan den-gan bagian sebelumnya dari buku ini, fabel Kucing vs Rubah ini menceritakan bagaimana jika kita memiliki terlalu banyak pilihan dan analisa hingga akhirnya ma-lah merugikan kita sendiri. Rubah membual ke seekor Kucing tentang cara dia me-larikan diri dari musuh-musuhnya. “Saya memiliki sera-tus cara untuk melarikan diri dari musuh-musuhku.” “Aku hanya punya satu," kata Kucing, "tapi aku selalu berhasil melarikan diri.” Tepat pada saat itu mereka mendengar suara sekelom-pok anjing datang ke arah mereka, dan Kucing segera berlari di atas pohon dan bersembunyi di dahan. "Ini adalah taktik saya," kata Kucing. "Apa yang akan kamu lakukan?" Si Rubah memikirkan opsi pertama, kemudian opsi ke-dua dan seterusnya. Sementara ia sedang berpikir, kelompok anjing datang semakin dekat, dan akhirnya Rubah dalam kebingungannya tertangkap oleh anjing-anjing dan segera dibunuh oleh pemburu. “Lebih baik satu cara aman yang pasti daripada sera-tus yang tidak pasti.” Setelah Anda menyelesaikan problem solving Anda dan kemudian solusi telah dijalankan, pastikan Anda juga menyediakan Reaction Plan agar mereka yang menjalankan solusi ini memiliki rencana aksi yang jelas. Reaction Plan ini kerap dikenal juga dengan Control Plan. Contoh penggunaannya adalah kita membuat satu list berisi potensi variasi di masa yang akan da-tang, misalnya jika nantinya jumlah antrian mencapai 10, apa yang kita lakukan. Jika jumlah subscriber melonjak 100 dalam 1 hari, apa yang kita lakukan. Ren-cana yang telah diatur matang ini akan sangat mem-bantu mereka yang menemukan variasi di proses mereka.** 64
  • 66. CHAPTER 6 Ada banyak case study yang bisa digunakan di ebook ini. Saya memilih salah satu yang pernah saya temukan di internet, sebuah kasus yang ditangani kepolisian di Seattle Police Department. Tautan case studies ini dapat diakses di sini. Dalam ebook yang akan saya rilis berikutnya, akan lebih banyak kasus yang directly-related ke industri. 65 Case Study
  • 67. SECTION 1 Case Study: Glass Gallery Selama musim panas, ketika suhu udara lebih tinggi, karyawan Fifth Avenue Glass Gallery harus membuka pintu ge-ser mereka yang besar, tepatnya beruku-ran 4.5 meter, untuk mendinginkan galeri mereka karena mereka bekerja meniup kaca. Ya, kaca adalah seni dan dibuat dengan teknik glass-blowing. Selama bulan-bulan musim panas pen-ghuni Charlesgate Apartments, yang ter-letak tepat di belakang Fifth Avenue Lorem Ipsum 1. Setidaknya dua atau tiga kali seminggu selama musim panas, penghuni Charlesgate Apartemen menelepon 911 mengeluh tentang kebisingan. 2.Officer Hayes menemukan sejumlah faktor yang berkontribusi terhadap keluhan kebisingan. 3. Melalui langkah-langkah penyelesaian masalah, keluhan kebisingan dihapuskan dan semua orang diuntungkan. Figure 6.1 Hasil Karya Maestro Lino Tagliapietra Tagliapietra adalah seorang maestro kaca dari Venice, Italia. Karyanya dikenal seluruh pecinta seni kaca. Dalam Case Study ini, saya menggunakan karya Tagliapietra untuk seluruh gambar hanya untuk mempermudah visu-alisasi. Ia sendiri tidak terkait dengan Case Study ini. 66
  • 68. Glass Gallery, pulang dari kantor mereka dan membuka jendela kamar mereka untuk sirkulasi udara di aparte-men mereka. Satu-satunya pemisah antara galeri kaca tersebut dan gedung apartemen 60 unit ini adalah lo-rong dengan lebar 4.5 meter. Akibatnya, setidaknya dua atau tiga kali seminggu se-lama musim panas, penghuni Charlesgate Apartemen menelepon 911 mengeluh tentang kebisingan yang berasal dari Fifth Avenue Glass Gallery. Pada bulan bu-lan lain, keluhan tidak pernah ada karena pintu dan jen-dela galeri, serta jendela apartemen, ditutup karena cuaca dingin. Untuk setiap keluhan yang mereka terima, petugas ke-polisian akan tiba di lokasi, menghubungi pelapor, dan meminta karyawan di galeri untuk mengurangi kebisin-gan. Karyawan galeri ini selalu sopan kepada petugas dan mematuhi permintaan untuk menutup pintu dan jendela dan mengecilkan stereo mereka, masalah sele-sai. Akan tetapi 2 hari lagi, kembali polisi harus datang mengingatkan mereka. Suatu saat, Officer Hayes, polisi yang ditugaskan ke sana, memutuskan untuk mengambil langkah-langkah tambahan untuk mengatasi masalah tersebut. Ia berbi-cara dengan pemilik galeri dan melakukan survei langs-ung di lokasi (bahasa lainnya: Gemba). Officer Hayes menemukan sejumlah faktor yang berkon-tribusi terhadap keluhan kebisingan. Pertama, galeri ini merupakan studio tempat bekerja bagi sejumlah seni-man kaca berbeda. Sehingga, walaupun petugas beru-lang kali menanggapi kejadian dan meminta agar orang-orang di studio ini menutup pintu pengiriman dan jendela, seniman yang berbeda kemudian akan bekerja di studio ini kemudian membuka pintu, dan sama sekali tidak menyadari bahwa sebelumnya petu-gas telah meminta mereka untuk menutup pintu ini. 67
  • 69. Kedua, seniman biasanya bekerja di hari kerja hingga jam 9 malam, kadang-kadang bahkan lebih malam lagi. Karena itu, ketika warga Charlesgate pulang dari kerja di malam hari, para seniman masih bekerja. Ketiga, Officer Hayes juga melihat bahwa penempatan tape yang dimainkan seniman di galeri saat bekerja memberikan kontribusi signifikan terhadap masalah. Tape ini terletak di sebelah pintu. Dengan demikian, ti-dak ada penghalang untuk mencegah kebisingan dari tape ke apartemen. Dari pertemuan ini, Officer Hayes dan pemilik galeri se-pakat untuk mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengurangi keluhan. Dia menerapkan beberapa aturan baru, dan menjelaskan kepada setiap seniman yang memanfaatkan studio, diantaranya mereka membatasi waktu pintu dan jendala boleh dibuka selama musim panas. Kemudian, karena keluhan kerap terjadi pada malam hari ketika penghuni Charlesgate Apartemen pu-lang kerja, pemilik galeri membuat aturan bahwa pintu dan jendela ditutup pada jam 5 sore. Selain itu, ia juga memindahkan tape ke sisi lain untuk mengurangi kebis-ingan di gang. Melalui langkah-langkah tersebut, keluhan kebisingan dihapuskan dan semua orang diuntungkan. Petugas pa-troli tidak lagi dipanggil ke tempat kejadian untuk me-nangani keluhan berulang, penghuni Apartemen Char-lesgate tidak lagi terganggu. Dan pemilik galeri menya-dari masalah ini dan mendapatkan kesempatan untuk mengatasi masalah sebelum masalah bertambah parah. Kasus ini saya terjemahkan dan ringkas dari pdf “Nine Case Studies and Lessons Learned” milik Seattle Po-lice Department. Referensi. 68
  • 71. SUMBER GAMBAR Seluruh gambar dan ilustrasi diambil dari akun Shutterstock kecuali disebutkan dalam daftar di bawah ini. Seluruh gambar dan ilustrasi adalah royalty-free dengan batasan tertentu. Saya mengacu pada informasi dalam tautan ini: http://www.shutterstock.com/licensing.mhtml Halaman 27, Pimentoo di http://www.pimentoo.com/media/catalog/product/cache/2/image/b199420c80ef194748d2c4206f0a8117/1/2/12261588162_3.jpg Halaman 51, Wikipedia di http://en.wikipedia.org/wiki/Ignaz_Semmelweis Halaman 58, Dontoraneko di http://dontoraneko.deviantart.com/art/Cave-Mice-Crew-Meeting-252434859 Halaman 60, Young Researcher di http://theyoungresearcher.files.wordpress.com/2012/04/pepsodent-ad.jpeg Halaman 61, History World di http://www.historyworld.co.uk/advert.php?id=949&offset=0&sort=0&l1=medicines+%26+health&l2=Teeth%2C+Toothpaste Halaman 63, 10000 Birds di http://10000birds.com/crows-in-the-pacific-northwest-northwestern-american-or-something-in-between.htm Halaman 65, The Columbus Dispatch di http://www.dispatch.com/content/stories/life_and_entertainment/2012/08/19/wholly-toledo.html Halaman 66 dan 67 , ABC http://www.abc.net.au/local/photos/2012/09/14/3590081.htm Halaman 68, Starr Review di http://starr-review.blogspot.com/2012/07/glass-maestro-lino-tagliapietra-rainbow.html Saya berusaha untuk memenuhi standar dan etika umum dalam menggunakan hasil karya orang lain. Jika ada yang terlewatkan oleh saya, mohon informasikan kepada saya agar saya bisa mengambil tindakan yang tepat. Ter-ima kasih. I strive to meet common standards and ethics in using the work of others. If I missed something, please inform me so that I can take appropriate action. Thank you. lxx
  • 72. SUMBER DAN REFERENSI Seluruh cerita dan konsep bukanlah ciptaan saya, tetapi telah sering saya baca di internet. Beberapa cerita tidak saya ketahui sumber aslinya karena demikian banyaknya ‘sumber’ dari cerita tersebut sehingga tidak diketahui siapa yang awalnya membuat dan perlu diberi kredit. Untuk yang saya ketahui sumbernya, akan saya cantumkan dalam daftar berikut ini. Konsep Penerimaan Ide: Everett M. Rogers di http://www.buffalostate.edu/orgs/cbir/readingroom/html/Firestien-93.html Studi Kasus Fifth Avenue Glass Gallery di http://www.popcenter.org/library/unpublished/CaseStudies/134_Problem_solving.pdf Problem dan Solving: Robert Harris di http://www.virtualsalt.com/crebook3.htm Kisah Tikus, Gagak, Rubah adalah fabel Aesop yang tersedia luas di internet. Kisah Pria dan Sepatu Baru, Sarjana Linguistik, Heather Forest di http://www.storyarts.org/library/index.html Kebiasaan Baru Pepsoden, Charles Duhigg, di http://books.google.co.id/books/about/The_Power_of_Habit.html?id=c12idXqsE5cC&redir_esc=y Saya berusaha untuk memenuhi standar dan etika umum dalam menggunakan hasil karya orang lain. Jika ada yang terlewatkan oleh saya, mohon informasikan kepada saya agar saya bisa mengambil tindakan yang tepat. Ter-ima kasih. I strive to meet common standards and ethics in using the work of others. If I missed something, please inform me so that I can take appropriate action. Thank you. lxxi
  • 73. Pria Bersepatu Baru, Pasta Gigi, dan Problem Solving © 2013 suwandi@sscx.asia | SSCX International Majalah Shift | Opexcon14 lxxii