SlideShare a Scribd company logo
MODUL PRAKTIKUM MEDAN ELEKTROMAGNETIS
(BERBASIS MATLAB/SCILAB)
LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI DAN TEKNIK FREKUENSI
TINGGI
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA
2021
2
PREFACE
Dalam membantu mahasiswa menjalankan simulasi, praktikum ini memanfaatkan software
MATLAB atau SCILAB yang sudah umum digunakan untuk keperluan scientific computing.
Alasannya adalah MATLAB dan SCILAB merupakan platform yang dapat diandalkan untuk
menciptakan simulasi percobaan secara cepat dan ringkas (rapid prototyping) berbasis model
matematika. Terlebih, titik berat software MATLAB dan SCILAB adalah pada kemahiran
pengguna dalam pengolahan vektor dan matriks, sehingga cocok bagi mahasiswa engineering.
Selain itu, kecakapan penggunaan MATLAB dan SCILAB yang akan dipelajari mahasiswa pada
praktikum ini diharapkan berguna untuk kewajiban proyek tugas akhir yang akan datang.
Pada praktikum ini, mahasiswa dibebaskan menggunakan software MATLAB atau
SCILAB untuk merealisasikan suatu rancangan yang diminta. MATLAB merupakan software
berbayar yang memiliki fitur dan dokumentasi yang lebih lengkap dibanding SCILAB. Sementara
itu, SCILAB merupakan software free-license dan memiliki ukuran file instalasi yang jauh lebih
kecil dibanding MATLAB. Apapun pilihan praktikan, disarankan menggunakan software tersebut
dalam edisi terbarunya untuk mendapatkan kestabilan maksimal. MATLAB dengan versi R2020b,
sedangkan SCILAB dengan versi 6.1.0. MATLAB dan SCILAB dapat diinstal di Windows, Linux,
maupun Mac OS.
Gambar 1 MATLAB R2020b dan SCILAB 6.1.0
4
Ketentuan Pengerjaan Praktikum dan Laporan
1. Praktikum dikerjakan menggunakan software yang diminta saja, MATLAB atau SCILAB
(pilih salah satu).
2. Laporan dikerjakan berdasarkan pengerjaan eksperimen masing โ€“ masing. Eksperimen
sudah dirancang unik sehingga kode MATLAB/SCILAB setidaknya berbeda signifikan
antar praktikan. Maka, plagiarisme (pada kode maupun laporan) dapat dengan mudah
dideteksi dan langsung mendapat nilai minimal pada unit yang terkait.
3. Laporan dikerjakan secara tulis tangan dengan melampirkan semua penjelasan dari
figures (semua figures dari MATLAB/SCILAB disertakan) yang diminta.
4. Laporan di-scan (dalam pdf) lalu dikumpulkan via Microsoft Teams yang sudah disediakan
bersama dengan file .m (bila memakai MATLAB) atau .sci (bila memakai SCILAB).
Keterlambatan pengumpulan laporan akan dikenakan pengurangan nilai. Format nama
untuk kedua file : Unit1_NIU_Nama.pdf dan Unit1_NIU_Nama.m (atau
Unit1_NIU_Nama.sci).
5. Laporan maksimal 4 halaman dengan format (lampiran dan cover tidak termasuk):
a. Halaman cover yang berisi nama dan judul unit praktikum (sudah disediakan)
b. Analisis hasil pengujian
c. Pertanyaan dan jawaban
d. Kesimpulan
6. Tiap unit praktikum akan ada beberapa spesifikasi yang dikerjakan dengan ketentuan :
DIGIT TERAKHIR NOMOR INDUK FAKULTAS SPESIFIKASI
2 atau 8 A
3 atau 9 B
4 atau 0 C
5 atau 6 D
1 atau 7 E
Pengerjaan dengan spesifikasi yang tidak sesuai tidak akan dinilai.
27
UNIT 1 โ€“ POLA RADIASI DAN PERARAHAN ANTENA
A. Pengantar
Antena merupakan piranti yang berfungsi menerima dan/atau memancarkan gelombang
elektromagnetik dengan medium udara sebagai jalurnya. Antena mengubah isyarat listrik menjadi
gelombang elektromagnetik atau sebaliknya sesuai konfigurasi. Antena umumnya terbuat dari
suatu metal yang dialiri arus listrik berubah waktu. Perubahan arus listrik pada antena akan
membangkitkan radiasi gelombang berubah waktu pula di sekitarnya. Frekuensi pada gelombang
elektromagnetik pancaran antena sama persis dengan frekuensi isyarat listrik yang dikirim ke
antena. Dengan demikian, perancangan suatu antena bergantung terhadap spesifikasi isyarat listrik
yang diumpankan ke antena tersebut.
Dalam menganalisis antena, terdapat beberapa parameter yang perlu diperhatikan, di antaranya
adalah gain, directivity (perarahan), pola radiasi, intensitas radiasi, dan berbagai parameter lain
yang akan dipelajari di mata kuliah lanjut Teknik Antena. Praktikum ini akan mengenalkan
praktikan terhadap parameter pola radiasi dan directivity. Parameter pola radiasi adalah
representasi matematis dan/atau grafis dari radiasi antena sebagai fungsi spasial. Dengan kata lain,
pola radiasi menggambarkan bagaimana suatu antena akan memancarkan gelombang
elektromagnetik yang dilihat dari suatu bidang dan dapat dirumuskan dengan suatu persamaan
matematika. Parameter directivity adalah rasio antara intensitas radiasi pada suatu arah terhadap
rerata intensitas radiasi ke segala arah. Dengan kata lain, antena yang memiliki fokus pancaran di
suatu titik tertentu akan memiliki nilai directivity yang tinggi, sedangkan antena yang
memancarkan ke segala arah tanpa fokus memiliki nilai directivity yang rendah. Berdasarkan
parameter pola radiasi, antena dapat dibagi menjadi 3 kategori yakni isotropis, directional, dan
omnidirectional. Antena isotropis merupakan antena khayal yang dapat memancarkan ke segala
arah sama rata sehingga antena isotropis memiliki directivity bernilai 1. Antena directional
merupakan antena yang pancarannya terfokus ke titik โ€“ titik tertentu saja, sementara antena
omnidirectional adalah antena directional yang memiliki pancaran ke segala arah dengan beberapa
titik menjadi fokusnya. Kedua jenis antena ini umumnya akan memiliki directivity lebih dari 1
bergantung seberapa terfokus pancaran antena tersebut.
Demi mencapai directivity yang tinggi untuk skenario penggunaan tertentu, seringkali
manipulasi pola radiasi antena membutuhkan ukuran antena yang dibesarkan. Seringkali pula,
peningkatan ukuran antena bukanlah sesuatu yang diinginkan karena antena menjadi terlalu besar
sehingga sulit ditempatkan. Alternatif untuk mengatasi hal tersebut adalah menambahkan suatu
28
array antena pada antena utama yang dialiri arus listrik. Array antena tidak lain merupakan
sekumpulan elemen antena yang identik yang diletakkan dengan jarak tertentu untuk antar
elemennya. Dengan menambahkan komponen array antena, karakteristik pola radiasi antena akan
berubah dan perubahannya dapat didesain agar mengarah ke suatu titik. Dengan demikian, dapat
dicapai suatu antena yang memiliki directivity yang tinggi dengan arah yang diinginkan, cukup
dengan menambah array antena. Di kehidupan nyata, aplikasi array antena sebagai director (untuk
meningkatkan directivity antena) sering dijumpai. Seperti pada antena Yagi-Uda (Gambar 23)
yang umum dipakai untuk aplikasi televisi rumah tangga. Untuk menjaga kesederhanaan,
praktikum ini akan berfokus ke jenis antena dipole saja yang ditambah konfigurasi array antena.
B. Eksperimen
1. Mengidentifikasi persamaan pola radiasi dan array antena
Suatu antena dipole sederhana seperti Gambar 24 dapat dirumuskan karakteristik
pola radiasinya dalam persamaan bidang medan listriknya (E-plane). Persamaan ini
juga dikenal sebagai far-field radiation pattern equation.
Secara umum persamaan pola radiasi antena dipole sederhana berbasis E-plane (๐ธ )
dirumuskan sebagai berikut (digambarkan dalam spherical coordinate yang berubah
tiap sudut elevasi ๐œƒ) :
Gambar 23 Contoh aplikasi array antena
Gambar 24 Antena dipole
29
๐ธ =
๐‘—๐œ‚๐ผ ๐‘™๐‘’
4๐œ‹๐‘Ÿ
cos (๐œƒ)
dengan penjelasan tiap variabel sebagai berikut :
๐œ† = ๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘—๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘”๐‘’๐‘™๐‘œ๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘” (๐‘š), ๐‘‘๐‘Ž๐‘๐‘Ž๐‘ก ๐‘‘๐‘–๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘– ๐‘‘๐‘’๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘› ๐‘/๐‘“
๐‘“ = ๐‘“๐‘Ÿ๐‘’๐‘˜๐‘ข๐‘’๐‘›๐‘ ๐‘– ๐‘œ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ ๐‘– ๐‘Ž๐‘›๐‘ก๐‘’๐‘›๐‘Ž (๐ป๐‘ง)
๐‘ = ๐‘๐‘’๐‘๐‘Ž๐‘ก ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘ก ๐‘”๐‘’๐‘™๐‘œ๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘‘๐‘– ๐‘Ÿ๐‘ข๐‘Ž๐‘›๐‘” โ„Ž๐‘Ž๐‘š๐‘๐‘Ž (3๐‘ฅ10 ๐‘š/๐‘ )
๐œ‚ = ๐‘–๐‘š๐‘๐‘’๐‘‘๐‘Ž๐‘›๐‘ ๐‘– ๐‘Ÿ๐‘ข๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘๐‘’๐‘๐‘Ž๐‘  (377 ๐›บ)
๐ผ = ๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘ข๐‘  ๐‘š๐‘Ž๐‘˜๐‘ ๐‘–๐‘š๐‘ข๐‘š ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘š๐‘Ž๐‘ ๐‘ข๐‘˜ ๐‘˜๐‘’ ๐‘Ž๐‘›๐‘ก๐‘’๐‘›๐‘Ž (๐‘ข๐‘š๐‘ข๐‘š๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž ๐‘‘๐‘–๐‘๐‘ข๐‘Ž๐‘ก 1 ๐ด)
๐‘™ = ๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘—๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘˜๐‘’๐‘ ๐‘’๐‘™๐‘ข๐‘Ÿ๐‘ขโ„Ž๐‘Ž๐‘› ๐‘Ž๐‘›๐‘ก๐‘’๐‘›๐‘Ž ๐‘‘๐‘–๐‘๐‘œ๐‘™๐‘’ (๐‘ข๐‘š๐‘ข๐‘š๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž ๐‘‘๐‘–๐‘๐‘ข๐‘Ž๐‘ก 0,5๐œ†)
๐‘˜ = ๐‘๐‘–๐‘™๐‘Ž๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘› ๐‘”๐‘’๐‘™๐‘œ๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘” (๐‘ค๐‘Ž๐‘ฃ๐‘’๐‘›๐‘ข๐‘š๐‘๐‘’๐‘Ÿ), ๐‘‘๐‘–๐‘Ÿ๐‘ข๐‘š๐‘ข๐‘ ๐‘˜๐‘Ž๐‘›
2๐œ‹
๐œ†
๐‘Ÿ = ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘‘๐‘–๐‘ข๐‘  ๐‘ ๐‘โ„Ž๐‘’๐‘Ÿ๐‘–๐‘๐‘Ž๐‘™ ๐‘๐‘œ๐‘œ๐‘Ÿ๐‘‘๐‘–๐‘›๐‘Ž๐‘ก๐‘’
๐œƒ = ๐‘ ๐‘ข๐‘‘๐‘ข๐‘ก ๐‘’๐‘™๐‘’๐‘ฃ๐‘Ž๐‘ ๐‘–
Persamaan di atas juga dapat dimodifikasi menjadi sinus untuk mengubah orientasi
antena menjadi horizontal terhadap sudut elevasi (puncak kuncup utama ada di 900
dan 2700
sudut elevasi).
๐ธ =
๐‘—๐œ‚๐ผ ๐‘™๐‘’
4๐œ‹๐‘Ÿ
sin (๐œƒ)
Perlu diperhatikan bahwa persamaan pola radiasi di bagian ini merupakan contoh
sederhana dengan mengasumsikan ukuran antena dipole yang sangat kecil
(infinitesimal). Pada penugasan nanti digunakan persamaan pola radiasi yang
Gambar 25 Pola radiasi antena dipole dengan orientasi antena (a) secara vertikal dan (b) secara horizontal
(a) (b)
30
berbeda. Gambar 25 menunjukkan pola radiasi antena dipole dengan orientasi antena
secara vertikal dan horizontal.
Telah dijelaskan di bagian Pengantar bahwa untuk memodifikasi karakteristik pola
radiasi antena dapat digunakan konfigurasi array antena. Dengan mengatur besaran โ€“
besaran yang terdapat di persamaan array antena, maka dapat diubah pola radiasi suatu
antena menjadi terfokus ke arah tertentu. Pada unit ini, array antena berjenis linear
digunakan untuk mengubah karakteristik pola radiasi antena dipole. Pola radiasi linear
array antena dapat dirumuskan sebagai berikut :
๐ด๐น =
1
๐‘
sin (
๐‘
2 ๐œ“)
sin (
1
2
๐œ“)
๐‘‘๐‘’๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘› ๐œ“ = ๐‘˜๐‘‘๐‘๐‘œ๐‘ (๐œƒ) + ๐›ฝ
Persamaan tersebut juga dikenal sebagai Array Factor (AF) equation yang dapat
mengubah karakteristik suatu pola radiasi antena. Penjelasan tiap variabel diberikan
sebagai berikut :
๐‘ = ๐‘—๐‘ข๐‘š๐‘™๐‘Žโ„Ž ๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ฆ ๐‘Ž๐‘›๐‘ก๐‘’๐‘›๐‘Ž
๐‘˜ = ๐‘๐‘–๐‘™๐‘Ž๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘› ๐‘”๐‘’๐‘™๐‘œ๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘” (๐‘ค๐‘Ž๐‘ฃ๐‘’๐‘›๐‘ข๐‘š๐‘๐‘’๐‘Ÿ), ๐‘‘๐‘–๐‘Ÿ๐‘ข๐‘š๐‘ข๐‘ ๐‘˜๐‘Ž๐‘›
2๐œ‹
๐œ†
๐‘‘ = ๐‘—๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘˜ ๐‘Ž๐‘›๐‘ก๐‘Ž๐‘Ÿ ๐‘’๐‘™๐‘’๐‘š๐‘’๐‘› ๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ฆ ๐‘Ž๐‘›๐‘ก๐‘’๐‘›๐‘›๐‘Ž
๐›ฝ = ๐‘“๐‘Ž๐‘ ๐‘’ ๐‘’๐‘˜๐‘ ๐‘–๐‘ก๐‘Ž๐‘ ๐‘–
๐œƒ = ๐‘ ๐‘ข๐‘‘๐‘ข๐‘ก ๐‘’๐‘™๐‘’๐‘ฃ๐‘Ž๐‘ ๐‘–
Gambar 26 Pola radiasi yang dihasilkan oleh array antena
31
Gambar 26 menunjukkan pola radiasi yang dihasilkan oleh array antena dengan 2
elemen antena dengan mengatur fase eksitasi ke besaran sudut tertentu sehingga
didapat pola radiasi yang lebih terfokus ke suatu titik (directivity yang lebih tinggi).
Bila pola radiasi pada array antena dikalikan dengan pola radiasi pada antena
dipole maka akan didapat antena dipole dengan directivity yang tinggi di titik yang
diinginkan. Hasil perkalian tersebut dinamakan pola radiasi gabungan ๐ธ yang
ditunjukkan dengan persamaan berikut :
๐ธ = ๐ธ โˆ™ ๐ด๐น
Pola radiasi gabungan antara ๐ธ pada Gambar 25 (a) dan AF pada Gambar 26
ditunjukkan oleh Gambar 27.
Gambar 27 jelas menunjukkan modifikasi yang cukup signifikan pada directivity
antena dipole sehingga menjadi fokus ke arah yang dikehendaki. Dengan konfigurasi
yang sama persis, namun jumlah array antena ๐‘ pada AF ditingkatkan menjadi 32
buah dan 64 buah, Gambar 28 menujukkan fenomena yang unik. Directivity antena
akan meningkat secara signifikan akibat penambahan jumlah array antena tersebut.
Dengan demikian, penambahan array dapat menjadi salah satu alternatif sederhana
untuk meningkatkan directivity tanpa mengubah persamaan pola radiasi antena.
Namun, perlu diingat juga bahwa penambahan jumlah array antena jelas dapat
meningkatkan ukuran antena secara signifikan. Tentu saja konsekuensi ini tidak terlalu
diinginkan untuk beberapa skenario penggunaan antena.
Gambar 27 Pola radiasi gabungan
32
2. Melakukan plot pola radiasi antena secara 2D
Telah dibahas di bagian pertama, tepatnya di bagian persamaan pola radiasi antena
bahwa far-field radiation pattern equation berubah pada sudut elevasi ๐œƒ. Persamaan
tersebut juga menunjukkan adanya bilangan kompleks sebagai hasilnya. Oleh
karenanya, plot 2D dapat dianggap sebagai complex plane yang terdapat banyak phasor
yang berubah terhadap sudut elevasi ๐œƒ. Hal ini berarti Anda perlu mencari magnitude
dari ๐ธ atau AF yang nilainya berubah sesuai sudut elevasi yang telah ditentukan. Pada
Appendix terlampir Anda dapat melihat plot 2D dari suatu isyarat berubah waktu yang
tidak lain merupakan data โ€“ data dengan variasi waktu sebagai time vector-nya. Kali
ini, time vector tersebut digantikan oleh angle vector yang berisi variasi perubahan
sudut dari 0 hingga 2๐œ‹ radian. Untuk resolusi plot yang baik, disarankan menggunakan
increment sebesar 0,01 radian. Dengan demikian, pada software
MATLAB/SCILAB, setelah Anda selesai melakukan definisi variabel, angle
vector dapat didefinisi sebagai nilai sudut dalam radian yang berubah dari 0
hingga ๐Ÿ๐… dengan increment 0,01 sehingga didapatkan ๐‘ฒ buah titik sudut. Pada
MATLAB/SCILAB, by default, saat Anda mendefinisikan suatu variasi nilai ke bentuk
array, maka array tersebut akan berbentuk row vector. Istilah vektor pada
MATLAB/SCILAB merupakan istilah untuk menggambarkan a single row or column
of a matrice.
(a) (b)
Gambar 28 Pola radiasi gabungan oleh (a) 32 array antena dan (b) 64 array antena
33
Selanjutnya, sangat disarankan membuat tampilan pola radiasi dalam power
pattern. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan konversi ke dB dari hasil magnitude
dari ๐ธ atau AF. Secara matematis power pattern dapat dirumuskan sebagai berikut :
๐‘Ÿ = |๐ธ ๐‘œ๐‘Ÿ ๐ด๐น|
๐‘Ÿ , = 10 โˆ™ log (๐‘Ÿ )
๐‘… = ๐‘Ÿ ,
Terakhir, plot pola radiasi secara 2D dapat dilakukan dengan perintah polarplot
yang terdapat pada MATLAB/SCILAB. Saat melakukan plot untuk pola radiasi AF
dan pola radiasi gabungan, perintah rlim dengan batasan yang sesuai dapat digunakan
untuk menampilkan plot dengan proper scaling. Gambar 25, 26, 27 dan 28 adalah
contoh plot pola radiasi antena secara 2D.
3. Melakukan plot pola radiasi antena secara 3D
Plot pola radiasi secara 2D pada dasarnya merupakan irisan secara vertikal dari
bidang 3D (ingat kembali bahwa plot 2D berubah berdasarkan sudut elevasi). Irisan
tersebut yang membentuk bidang 2D. Oleh karena itu, untuk melakukan plot pada
bidang 3D diperlukan satu lagi angle vector untuk melukiskan nilai โ€“ nilai magnitude
dari ๐ธ secara ke depan dan ke belakang bidang 3D. Pada spherical coordinate system,
terdapat 3 buah besaran yakni ๐’“ yang merupakan magnitude, sudut elevasi ๐œฝ yang
menggambarkan perubahan sudut secara vertikal, dan sudut azimuth ๐“ yang
menggambarkan perubahan sudut secara horizontal. Dengan demikian, Anda perlu
mendefinisikan satu lagi angle vector yakni berupa sudut azimuth ๐œ™. Besarnya angle
vector sudut azimuth ini sama dengan angle vector sudut elevasi yakni nilai sudut
dalam radian yang berubah dari 0 hingga ๐Ÿ๐… dengan increment 0,01.
Langkah selanjutnya adalah melakukan beberapa normalisasi agar tampilan 3D
menjadi lebih sesuai. Pertama, cari nilai minimum dari magnitude ๐ธ atau AF yang
telah dikonversi ke dB. Lalu, seluruh nilai magnitude ๐ธ atau AF yang telah dikonversi
ke dB dikurangi dengan nilai minimum tadi. Proses normalisasi ini secara matematis
adalah sebagai berikut :
๐‘… , = ๐‘… โˆ’ min(๐‘… )
๐‘‘๐‘’๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘› min(๐‘… ) ๐‘Ž๐‘‘๐‘Ž๐‘™๐‘Žโ„Ž ๐‘›๐‘–๐‘™๐‘Ž๐‘– ๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ๐‘˜๐‘’๐‘๐‘–๐‘™ ๐‘‘๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘– ๐‘ฃ๐‘’๐‘˜๐‘ก๐‘œ๐‘Ÿ ๐‘…
Setelah dinormalisasi, nilai pertama dari vektor ๐‘… , perlu diisi dengan 0. Proses
normalisasi ini diperlukan agar pola radiasi 3D dapat simetris di origin secara vertikal.
34
Oleh karena itu, pola radiasi antena pada unit ini akan dirancang dengan
mengasumsikan orientasi antena dipole adalah horizontal (lihat kembali Gambar 25b).
Setelah normalisasi dilakukan, vektor sudut azimuth ๐œ™, sudut elevasi ๐œƒ, dan
magnitude ternormalisasi ๐‘… , perlu diekspansi menjadi matriks untuk mencakup
bidang 3D. Berikut algoritmanya : Langkah pertama, bentuk suatu matriks dari
kumpulan vektor baris sudut azimuth ๐œ™ sebanyak ๐พ buah (nilai ๐‘ฒ adalah banyaknya
titik sudut dari angle vector). Karena terdapat ๐พ buah baris yang nilainya sama
dengan panjang vektor baris sudut azimuth ๐œ™, maka Anda akan mendapatkan suatu
matriks persegi berukuran ๐พ ๐‘ฅ ๐พ. Langkah kedua, bentuk suatu matriks dari kumpulan
vektor kolom sudut elevasi ๐œƒ sebanyak ๐พ buah pula sehingga Anda juga akan
mendapatkan suatu matriks persegi berukuran ๐พ ๐‘ฅ ๐พ. Langkah ketiga, bentuk suatu
matriks dari kumpulan vektor kolom magnitude ternormalisasi ๐‘… , sebanyak ๐พ
buah. Dengan demikian, Anda sudah memiliki 3 buah matriks persegi berukuran
๐‘ฒ ๐’™ ๐‘ฒ. Nilai โ€“ nilai yang ada di dalam matriks persegi itu merupakan titik โ€“ titik yang
akan saling terhubung pada bidang 3D. Ketiga buah matriks tadi dapat ditunjukkan
sebagai berikut :
๐‘โ„Ž๐‘–_๐‘š๐‘Ž๐‘ก๐‘Ÿ๐‘–๐‘ฅ =
0 โ‹ฏ 2๐œ‹
โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ
0 โ‹ฏ 2๐œ‹
๐‘กโ„Ž๐‘’๐‘ก๐‘Ž_๐‘š๐‘Ž๐‘ก๐‘Ÿ๐‘–๐‘ฅ =
0 โ‹ฏ 0
โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ
2๐œ‹ โ‹ฏ 2๐œ‹
๐‘… , _๐‘š๐‘Ž๐‘ก๐‘Ÿ๐‘–๐‘ฅ =
0 โ‹ฏ 0
โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ
๐‘… , โ‹ฏ ๐‘… ,
Silakan Anda pahami, mengapa suatu plot 2D dapat dikembangkan menjadi plot 3D
dengan algoritma ini. Dalam membentuk ketiga buah matriks tersebut, Anda dapat
memakai berbagai cara, mulai dari manual, iterasi, hingga memakai perintah spesfik
untuk menduplikasi vektor pada MATLAB/SCILAB. Selanjutnya, cara termudah pada
MATLAB/SCILAB untuk dapat menggambarkan plot 3D adalah dengan perintah surf.
Oleh karena itu, Anda membutuhkan koordinat Cartesian alih โ€“ alih koordinat
spherical pada ketiga matriks yang telah Anda buat. Anda dapat melakukan
konversi koordinat dengan algoritma berikut (ingat kembali proses konversi
koordinat pada mata kuliah Medan Elektromagnetis pra UTS) :
35
Gambar 29a Pola radiasi antena dipole secara 3D
36
Setelah konversi koordinat, Anda akan mendapatkan matriks persegi X, Y, dan Z
dengan ukuran yang sama persis dengan ketiga matriks dalam koordinat spherical
(๐พ ๐‘ฅ ๐พ). Nilai โ€“ nilai dalam matriks X, Y, dan Z inilah yang dapat di-plot secara 3D
dengan perintah surf. Gambar 29 menunjukkan plot 3D dari antena dipole dengan
orientasi antena horizontal, bila diiris secara vertikal maka akan didapat plot 2D yang
sama dengan Gambar 25b.
Dalam melakukan plot pola radiasi secara 3D tersebut, masih terdapat satu langkah
lagi yakni melakukan remapping pada color shading yang memberikan warna pada
plot 3D. Secara default, color shading pada MATLAB/SCILAB akan memberikan
warna yang berbeda untuk nilai sumbu z dari positif ke negatif. Hal ini tentu tidak
diinginkan, mengingat pola radiasi antena dipole adalah simetris di origin (akibatnya
warna semakin pekat seiring menjauh dari origin tetapi masih dengan warna yang
sama). Maka, silakan Anda pelajari documentation MATLAB/SCILAB mengenai
colormap yang berguna untuk melakukan redefinisi pada colormap sehingga didapat
color shading yang tepat sesuai Gambar 29 dan 30. Preset warna tidak harus kuning
dan merah seperti pada contoh Gambar 29 dan 30. Anda dapat menggunakan preset
warna lain, selama efek โ€œmakin jauh dari origin, makin pekat dengan warna yang
samaโ€ tercapai.
Gambar 29b Irisan secara vertikal dari Gambar 29a
37
C. Penugasan
Setelah memahami langkah โ€“ langkah menggambar pola radiasi secara 2D dan 3D pada
MATLAB/SCILAB, terdapat beberapa tugas yang perlu dikerjakan :
1. Menggambar plot pola radiasi antena dipole dengan MATLAB/SCILAB
Diketahui persamaan pola radiasi ๐ธ sebagai berikut :
Gambar 30 Pola radiasi antena dipole yang ditambah konfigurasi array
antena
38
๐ธ =
๐‘—๐œ‚๐ผ ๐‘’
2๐œ‹๐‘Ÿ
cos
๐‘˜๐‘™
2
๐‘๐‘œ๐‘ ๐œƒ โˆ’ ๐‘๐‘œ๐‘ 
๐‘˜๐‘™
2
๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ
Gunakan konfigurasi variabel terkunci seperti berikut :
๐œ‚ = 377 ฮฉ
๐‘“ = 3 ๐บ๐ป๐‘ง
๐‘ = ๐‘๐‘’๐‘๐‘Ž๐‘ก ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘ก ๐‘”๐‘’๐‘™๐‘œ๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘‘๐‘– ๐‘Ÿ๐‘ข๐‘Ž๐‘›๐‘” โ„Ž๐‘Ž๐‘š๐‘๐‘Ž (3๐‘ฅ10 ๐‘š/๐‘ )
๐ผ = 1 ๐ด
๐‘Ÿ = 10๐œ†
๐œƒ = ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘ฃ๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘–๐‘Ž๐‘ ๐‘– ๐‘‘๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘– 0 โ„Ž๐‘–๐‘›๐‘”๐‘”๐‘Ž 2๐œ‹ ๐‘‘๐‘’๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘› ๐‘–๐‘›๐‘๐‘Ÿ๐‘’๐‘š๐‘’๐‘›๐‘ก 0,01
Variabel yang diubah โ€“ ubah adalah sebagai berikut :
Gunakan nilai ๐‘™ awal bernilai 0,5๐œ† sebagai acuan awal. Selanjutnya, nilai ๐‘™ diubah โ€“ ubah
sesuai pembagian spesifikasi berikut :
Spesifikasi A : Nilai ๐‘™ diubah โ€“ ubah dari 1,1๐œ† sampai 2๐œ† dengan increment sebesar 0,1
Spesifikasi B : Nilai ๐‘™ diubah โ€“ ubah dari 2,1๐œ† sampai 3๐œ† dengan increment sebesar 0,1
Spesifikasi C : Nilai ๐‘™ diubah โ€“ ubah dari 4,1๐œ† sampai 5๐œ† dengan increment sebesar 0,1
Spesifikasi D : Nilai ๐‘™ diubah โ€“ ubah dari 5,1๐œ† sampai 6๐œ† dengan increment sebesar 0,1
Spesifikasi E : Nilai ๐‘™ diubah โ€“ ubah dari 6,1๐œ† sampai 7๐œ† dengan increment sebesar 0,1
Amati perubahan yang terjadi tiap Anda meningkatkan nilai ๐‘™! Tampilkan di laporan plot
2D dan 3D (lihat Gambar 30) dari nilai ๐‘™ yang meningkat sesuai spesifikasi yang Anda
dapatkan (dengan color shading yang tepat untuk plot 3D)! Tidak perlu semua nilai ๐’
dibuat plot, cukup ambil beberapa nilai ๐’ saja sehingga menunjukkan tren apa yang
terjadi pada pola radiasi saat nilai ๐’ ditingkatkan. Berikan penjelasan Anda dalam
pengerjaan penugasan 1 ini!
2. Menggambar plot pola radiasi antena dipole yang dimodifikasi dengan array antena
Diketahui persamaan array factor sebagai berikut :
๐ด๐น =
1
๐‘
sin (
๐‘
2
๐œ“)
sin (
1
2
๐œ“)
๐‘‘๐‘’๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘› ๐œ“ = ๐‘˜๐‘‘๐‘๐‘œ๐‘ (๐œƒ) + ๐›ฝ
dengan pola radiasi kombinasi sebagai berikut :
๐ธ = ๐ธ โˆ™ ๐ด๐น
39
Pola radiasi antena dipole yang digunakan sama persis dengan penungasan pertama, namun
kali ini nilai ๐‘™ dikunci di 1,5๐œ†. Selanjutnya, gunakan spesifikasi berikut :
Spesifikasi A :
๐‘‘ = ๐œ† ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐›ฝ =
๐œ‹
2
Nilai ๐‘› diubah โ€“ ubah dari 32, 64, dan 128
Spesifikasi B :
๐‘‘ =
๐œ†
4
๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐›ฝ = โˆ’
3๐œ‹
2
Nilai ๐‘› diubah โ€“ ubah dari 10, 30, dan 50
Spesifikasi C :
๐‘‘ =
๐œ†
2
๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐›ฝ = ๐œ‹
Nilai ๐‘› diubah โ€“ ubah dari 64, 128, dan 256
Spesifikasi D :
๐‘‘ =
๐œ†
4
๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐›ฝ =
๐œ‹
2
Nilai ๐‘› diubah โ€“ ubah dari 60, 80, dan 100
Spesifikasi E :
๐‘‘ =
๐œ†
2
๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐›ฝ = 0
Nilai ๐‘› diubah โ€“ ubah dari 10, 20, dan 30
Amati perubahan yang terjadi tiap Anda meningkatkan nilai ๐‘›! Tampilkan di laporan plot
2D dan 3D (lihat Gambar 30) dari ketiga nilai ๐’ yang meningkat sesuai spesifikasi yang
Anda dapatkan (dengan color shading yang tepat untuk plot 3D)! Berikan penjelasan
Anda dalam pengerjaan penugasan 2 ini!
D. Pertanyaan
Pertanyaan โ€“ pertanyaan berikut dapat dijawab di laporan.
1. Pada penugasan yang pertama, apa yang terjadi ketika Anda terus meningkatkan
panjang antena (nilai ๐‘™)? Apa dampak positif dan negatif dari peningkatan panjang
antena tersebut?
2. Pada penugasan yang kedua, apa yang terjadi ketika Anda terus menambah jumlah
array antena (nilai ๐‘›)? Apa dampak positif dan negatif dari penambahan jumlah array
antena tersebut?
40
3. Pada unit praktikum ini, jenis antena yang digunakan adalah antena dipole dan jenis
antena tersebut (dikombinasikan dengan array antena) merupakan antena yang paling
umum dijumpai sehari โ€“ hari. Namun, mengapa piranti mobile seperti smartphone tidak
memakai jenis antena ini? Jenis antena apa yang umum digunakan untuk piranti
mobile? Apakah masih ada aplikasi array antena pada piranti mobile?
4. Bila antena mendapatkan arus listrik dari sumbernya lalu melakukan proses
pemancaran, mengapa tidak terjadi sengatan listrik pada ruang bebas di sekitar antena
tersebut? Apakah benar bila dikatakan โ€œantena memancarkan arus listrikโ€? Bila tidak,
jelaskan apa yang dipancarkan oleh antena sehingga bisa ditumpangi informasi sebagai
media komunikasi!
5. Kini teknologi komunikasi nirkabel yang menggunakan frekuensi tinggi semakin
populer seperti 5G (sub-6 GHz atau mmWave) dan B5G (Beyond 5G). Jelaskan
keuntungan pemakaian frekuensi tinggi dalam kaitannya dengan ukuran fisik antena
yang digunakan, utamanya untuk piranti mobile! Bila perlu, sertakan persamaan
matematis yang relevan di laporan.

More Related Content

Similar to Modul Praktik Medan Elektromagnetis Berbasis Matlab.pdf

MODUL PRAKTIKUM Listrik dan Magnet (1).pdf
MODUL PRAKTIKUM Listrik dan Magnet (1).pdfMODUL PRAKTIKUM Listrik dan Magnet (1).pdf
MODUL PRAKTIKUM Listrik dan Magnet (1).pdf
sttdutabangsa1
ย 
Paper satelit
Paper satelitPaper satelit
Paper satelit
dwisoltan wicaksono
ย 
Dua ld
Dua ldDua ld
Dua ld
deaqu
ย 
Antena radio kel ii
Antena radio kel iiAntena radio kel ii
Antena radio kel iiMerah Mars HiiRo
ย 
Aplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdf
Aplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdfAplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdf
Aplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdf
Adam Superman
ย 
Tugas Jaringan Wireless Kelompok V
Tugas Jaringan Wireless Kelompok VTugas Jaringan Wireless Kelompok V
Tugas Jaringan Wireless Kelompok VCoepielz Koto
ย 
DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR ANALISIS PERFORMANSI ANTENA SEASPACE AXY...
DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR ANALISIS PERFORMANSI ANTENA SEASPACE AXY...DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR ANALISIS PERFORMANSI ANTENA SEASPACE AXY...
DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR ANALISIS PERFORMANSI ANTENA SEASPACE AXY...
Arif Hidayat
ย 
DESIGN AND IMPLEMENTATION WEB BASED EXPERT SYSTEM FOR ANALIZING PERFORMANCE ...
DESIGN AND IMPLEMENTATION WEB BASED  EXPERT SYSTEM FOR ANALIZING PERFORMANCE ...DESIGN AND IMPLEMENTATION WEB BASED  EXPERT SYSTEM FOR ANALIZING PERFORMANCE ...
DESIGN AND IMPLEMENTATION WEB BASED EXPERT SYSTEM FOR ANALIZING PERFORMANCE ...
Arif Hidayat
ย 
SEMPRO ANTENA MIKROSTRIP HARVESTING.pptx
SEMPRO ANTENA MIKROSTRIP HARVESTING.pptxSEMPRO ANTENA MIKROSTRIP HARVESTING.pptx
SEMPRO ANTENA MIKROSTRIP HARVESTING.pptx
GaluhIndah2
ย 
3512100004
35121000043512100004
3512100004
Irma Sholihah
ย 
14 kajian kebutuhan spesifikasi antena untuk penerimaan data resolusi sangat ...
14 kajian kebutuhan spesifikasi antena untuk penerimaan data resolusi sangat ...14 kajian kebutuhan spesifikasi antena untuk penerimaan data resolusi sangat ...
14 kajian kebutuhan spesifikasi antena untuk penerimaan data resolusi sangat ...
Arif Hidayat
ย 
Literature review ECVT
Literature review ECVTLiterature review ECVT
Literature review ECVT
Rifa Fadilah
ย 
MODUL PRAKTIKUM KSO.pdf
MODUL PRAKTIKUM KSO.pdfMODUL PRAKTIKUM KSO.pdf
MODUL PRAKTIKUM KSO.pdf
globalkomputer
ย 
Anten
AntenAnten
Antensyamedward
ย 
Function generator
Function generatorFunction generator
Function generator
Sofia Christine Samosir
ย 
Ringkasan artikel sistem embedded 3
Ringkasan artikel sistem embedded 3Ringkasan artikel sistem embedded 3
Ringkasan artikel sistem embedded 3
Dimas Kalbuadi
ย 
FPGA-based real time incremental conductance maximum power point tracking con...
FPGA-based real time incremental conductance maximum power point tracking con...FPGA-based real time incremental conductance maximum power point tracking con...
FPGA-based real time incremental conductance maximum power point tracking con...
YogoParantoAji
ย 
Alan surya, berryl teguh xii tkjb - kelompok 11- laporan antena horn
Alan surya, berryl teguh   xii tkjb - kelompok 11- laporan antena horn Alan surya, berryl teguh   xii tkjb - kelompok 11- laporan antena horn
Alan surya, berryl teguh xii tkjb - kelompok 11- laporan antena horn Berryl Arga
ย 
2 analisis sinyal_seismik_gunung_merapi__jawa_tengah_-_indonesia_menggunakan_...
2 analisis sinyal_seismik_gunung_merapi__jawa_tengah_-_indonesia_menggunakan_...2 analisis sinyal_seismik_gunung_merapi__jawa_tengah_-_indonesia_menggunakan_...
2 analisis sinyal_seismik_gunung_merapi__jawa_tengah_-_indonesia_menggunakan_...Alen Pepa
ย 

Similar to Modul Praktik Medan Elektromagnetis Berbasis Matlab.pdf (20)

MODUL PRAKTIKUM Listrik dan Magnet (1).pdf
MODUL PRAKTIKUM Listrik dan Magnet (1).pdfMODUL PRAKTIKUM Listrik dan Magnet (1).pdf
MODUL PRAKTIKUM Listrik dan Magnet (1).pdf
ย 
1152
11521152
1152
ย 
Paper satelit
Paper satelitPaper satelit
Paper satelit
ย 
Dua ld
Dua ldDua ld
Dua ld
ย 
Antena radio kel ii
Antena radio kel iiAntena radio kel ii
Antena radio kel ii
ย 
Aplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdf
Aplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdfAplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdf
Aplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdf
ย 
Tugas Jaringan Wireless Kelompok V
Tugas Jaringan Wireless Kelompok VTugas Jaringan Wireless Kelompok V
Tugas Jaringan Wireless Kelompok V
ย 
DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR ANALISIS PERFORMANSI ANTENA SEASPACE AXY...
DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR ANALISIS PERFORMANSI ANTENA SEASPACE AXY...DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR ANALISIS PERFORMANSI ANTENA SEASPACE AXY...
DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR ANALISIS PERFORMANSI ANTENA SEASPACE AXY...
ย 
DESIGN AND IMPLEMENTATION WEB BASED EXPERT SYSTEM FOR ANALIZING PERFORMANCE ...
DESIGN AND IMPLEMENTATION WEB BASED  EXPERT SYSTEM FOR ANALIZING PERFORMANCE ...DESIGN AND IMPLEMENTATION WEB BASED  EXPERT SYSTEM FOR ANALIZING PERFORMANCE ...
DESIGN AND IMPLEMENTATION WEB BASED EXPERT SYSTEM FOR ANALIZING PERFORMANCE ...
ย 
SEMPRO ANTENA MIKROSTRIP HARVESTING.pptx
SEMPRO ANTENA MIKROSTRIP HARVESTING.pptxSEMPRO ANTENA MIKROSTRIP HARVESTING.pptx
SEMPRO ANTENA MIKROSTRIP HARVESTING.pptx
ย 
3512100004
35121000043512100004
3512100004
ย 
14 kajian kebutuhan spesifikasi antena untuk penerimaan data resolusi sangat ...
14 kajian kebutuhan spesifikasi antena untuk penerimaan data resolusi sangat ...14 kajian kebutuhan spesifikasi antena untuk penerimaan data resolusi sangat ...
14 kajian kebutuhan spesifikasi antena untuk penerimaan data resolusi sangat ...
ย 
Literature review ECVT
Literature review ECVTLiterature review ECVT
Literature review ECVT
ย 
MODUL PRAKTIKUM KSO.pdf
MODUL PRAKTIKUM KSO.pdfMODUL PRAKTIKUM KSO.pdf
MODUL PRAKTIKUM KSO.pdf
ย 
Anten
AntenAnten
Anten
ย 
Function generator
Function generatorFunction generator
Function generator
ย 
Ringkasan artikel sistem embedded 3
Ringkasan artikel sistem embedded 3Ringkasan artikel sistem embedded 3
Ringkasan artikel sistem embedded 3
ย 
FPGA-based real time incremental conductance maximum power point tracking con...
FPGA-based real time incremental conductance maximum power point tracking con...FPGA-based real time incremental conductance maximum power point tracking con...
FPGA-based real time incremental conductance maximum power point tracking con...
ย 
Alan surya, berryl teguh xii tkjb - kelompok 11- laporan antena horn
Alan surya, berryl teguh   xii tkjb - kelompok 11- laporan antena horn Alan surya, berryl teguh   xii tkjb - kelompok 11- laporan antena horn
Alan surya, berryl teguh xii tkjb - kelompok 11- laporan antena horn
ย 
2 analisis sinyal_seismik_gunung_merapi__jawa_tengah_-_indonesia_menggunakan_...
2 analisis sinyal_seismik_gunung_merapi__jawa_tengah_-_indonesia_menggunakan_...2 analisis sinyal_seismik_gunung_merapi__jawa_tengah_-_indonesia_menggunakan_...
2 analisis sinyal_seismik_gunung_merapi__jawa_tengah_-_indonesia_menggunakan_...
ย 

More from Adam Superman

1. Konsep Stunting Final Updating TPK.pptx
1. Konsep Stunting Final Updating TPK.pptx1. Konsep Stunting Final Updating TPK.pptx
1. Konsep Stunting Final Updating TPK.pptx
Adam Superman
ย 
5. Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dalam Pendampingan Keluarga.pptx
5. Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dalam Pendampingan Keluarga.pptx5. Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dalam Pendampingan Keluarga.pptx
5. Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dalam Pendampingan Keluarga.pptx
Adam Superman
ย 
4. Peran strategis KKB untuk Penanganan Stunting_Refreshing Fasilitator.pptx
4. Peran strategis KKB untuk Penanganan Stunting_Refreshing Fasilitator.pptx4. Peran strategis KKB untuk Penanganan Stunting_Refreshing Fasilitator.pptx
4. Peran strategis KKB untuk Penanganan Stunting_Refreshing Fasilitator.pptx
Adam Superman
ย 
3. Alur dan Mekanisme Kerja TPK.pptx
3. Alur dan Mekanisme Kerja TPK.pptx3. Alur dan Mekanisme Kerja TPK.pptx
3. Alur dan Mekanisme Kerja TPK.pptx
Adam Superman
ย 
2. Tugas dan Fungsi TPK.pptx
2. Tugas dan Fungsi TPK.pptx2. Tugas dan Fungsi TPK.pptx
2. Tugas dan Fungsi TPK.pptx
Adam Superman
ย 
PENGANTAR PENGOLAHAN CITRA.pdf
PENGANTAR PENGOLAHAN CITRA.pdfPENGANTAR PENGOLAHAN CITRA.pdf
PENGANTAR PENGOLAHAN CITRA.pdf
Adam Superman
ย 
Morfologi Citra.pdf
Morfologi Citra.pdfMorfologi Citra.pdf
Morfologi Citra.pdf
Adam Superman
ย 
Propagansi Gelombang Elektromagnetik di Udara.pdf
Propagansi Gelombang Elektromagnetik di Udara.pdfPropagansi Gelombang Elektromagnetik di Udara.pdf
Propagansi Gelombang Elektromagnetik di Udara.pdf
Adam Superman
ย 
PEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptx
PEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptxPEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptx
PEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptx
Adam Superman
ย 
KONSEP DASAR ANAK DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN.pptx
KONSEP DASAR ANAK DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN.pptxKONSEP DASAR ANAK DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN.pptx
KONSEP DASAR ANAK DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN.pptx
Adam Superman
ย 
Mikroprosessor 80386.pptx
Mikroprosessor 80386.pptxMikroprosessor 80386.pptx
Mikroprosessor 80386.pptx
Adam Superman
ย 
Pendidikan Profesi Guru dan Program Sertifikasi.pptx
Pendidikan Profesi Guru dan Program Sertifikasi.pptxPendidikan Profesi Guru dan Program Sertifikasi.pptx
Pendidikan Profesi Guru dan Program Sertifikasi.pptx
Adam Superman
ย 
Pengolahan Citra Berwarna.pdf
Pengolahan Citra Berwarna.pdfPengolahan Citra Berwarna.pdf
Pengolahan Citra Berwarna.pdf
Adam Superman
ย 
Klasifikasi Data Mining.pptx
Klasifikasi Data Mining.pptxKlasifikasi Data Mining.pptx
Klasifikasi Data Mining.pptx
Adam Superman
ย 
Pengenalan Pola Dasar Pengenalan Pola.pptx
Pengenalan Pola Dasar Pengenalan Pola.pptxPengenalan Pola Dasar Pengenalan Pola.pptx
Pengenalan Pola Dasar Pengenalan Pola.pptx
Adam Superman
ย 
Transformasi Fourier dan Aplikasinya.pdf
Transformasi Fourier dan Aplikasinya.pdfTransformasi Fourier dan Aplikasinya.pdf
Transformasi Fourier dan Aplikasinya.pdf
Adam Superman
ย 
Peningkatan Kualitas Citra Spasial.pdf
Peningkatan Kualitas Citra Spasial.pdfPeningkatan Kualitas Citra Spasial.pdf
Peningkatan Kualitas Citra Spasial.pdf
Adam Superman
ย 
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF.pptx
STRATEGI PEMBELAJARAN  DALAM SETTING  PENDIDIKAN INKLUSIF.pptxSTRATEGI PEMBELAJARAN  DALAM SETTING  PENDIDIKAN INKLUSIF.pptx
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF.pptx
Adam Superman
ย 
The Parallel Printer Interface (LPT).pptx
The Parallel Printer Interface (LPT).pptxThe Parallel Printer Interface (LPT).pptx
The Parallel Printer Interface (LPT).pptx
Adam Superman
ย 
Hukum Ohm dan Rangkaian Hambatan Seri dalam Rangkaian Lisrik dan Elektronika....
Hukum Ohm dan Rangkaian Hambatan Seri dalam Rangkaian Lisrik dan Elektronika....Hukum Ohm dan Rangkaian Hambatan Seri dalam Rangkaian Lisrik dan Elektronika....
Hukum Ohm dan Rangkaian Hambatan Seri dalam Rangkaian Lisrik dan Elektronika....
Adam Superman
ย 

More from Adam Superman (20)

1. Konsep Stunting Final Updating TPK.pptx
1. Konsep Stunting Final Updating TPK.pptx1. Konsep Stunting Final Updating TPK.pptx
1. Konsep Stunting Final Updating TPK.pptx
ย 
5. Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dalam Pendampingan Keluarga.pptx
5. Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dalam Pendampingan Keluarga.pptx5. Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dalam Pendampingan Keluarga.pptx
5. Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dalam Pendampingan Keluarga.pptx
ย 
4. Peran strategis KKB untuk Penanganan Stunting_Refreshing Fasilitator.pptx
4. Peran strategis KKB untuk Penanganan Stunting_Refreshing Fasilitator.pptx4. Peran strategis KKB untuk Penanganan Stunting_Refreshing Fasilitator.pptx
4. Peran strategis KKB untuk Penanganan Stunting_Refreshing Fasilitator.pptx
ย 
3. Alur dan Mekanisme Kerja TPK.pptx
3. Alur dan Mekanisme Kerja TPK.pptx3. Alur dan Mekanisme Kerja TPK.pptx
3. Alur dan Mekanisme Kerja TPK.pptx
ย 
2. Tugas dan Fungsi TPK.pptx
2. Tugas dan Fungsi TPK.pptx2. Tugas dan Fungsi TPK.pptx
2. Tugas dan Fungsi TPK.pptx
ย 
PENGANTAR PENGOLAHAN CITRA.pdf
PENGANTAR PENGOLAHAN CITRA.pdfPENGANTAR PENGOLAHAN CITRA.pdf
PENGANTAR PENGOLAHAN CITRA.pdf
ย 
Morfologi Citra.pdf
Morfologi Citra.pdfMorfologi Citra.pdf
Morfologi Citra.pdf
ย 
Propagansi Gelombang Elektromagnetik di Udara.pdf
Propagansi Gelombang Elektromagnetik di Udara.pdfPropagansi Gelombang Elektromagnetik di Udara.pdf
Propagansi Gelombang Elektromagnetik di Udara.pdf
ย 
PEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptx
PEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptxPEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptx
PEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptx
ย 
KONSEP DASAR ANAK DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN.pptx
KONSEP DASAR ANAK DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN.pptxKONSEP DASAR ANAK DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN.pptx
KONSEP DASAR ANAK DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN.pptx
ย 
Mikroprosessor 80386.pptx
Mikroprosessor 80386.pptxMikroprosessor 80386.pptx
Mikroprosessor 80386.pptx
ย 
Pendidikan Profesi Guru dan Program Sertifikasi.pptx
Pendidikan Profesi Guru dan Program Sertifikasi.pptxPendidikan Profesi Guru dan Program Sertifikasi.pptx
Pendidikan Profesi Guru dan Program Sertifikasi.pptx
ย 
Pengolahan Citra Berwarna.pdf
Pengolahan Citra Berwarna.pdfPengolahan Citra Berwarna.pdf
Pengolahan Citra Berwarna.pdf
ย 
Klasifikasi Data Mining.pptx
Klasifikasi Data Mining.pptxKlasifikasi Data Mining.pptx
Klasifikasi Data Mining.pptx
ย 
Pengenalan Pola Dasar Pengenalan Pola.pptx
Pengenalan Pola Dasar Pengenalan Pola.pptxPengenalan Pola Dasar Pengenalan Pola.pptx
Pengenalan Pola Dasar Pengenalan Pola.pptx
ย 
Transformasi Fourier dan Aplikasinya.pdf
Transformasi Fourier dan Aplikasinya.pdfTransformasi Fourier dan Aplikasinya.pdf
Transformasi Fourier dan Aplikasinya.pdf
ย 
Peningkatan Kualitas Citra Spasial.pdf
Peningkatan Kualitas Citra Spasial.pdfPeningkatan Kualitas Citra Spasial.pdf
Peningkatan Kualitas Citra Spasial.pdf
ย 
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF.pptx
STRATEGI PEMBELAJARAN  DALAM SETTING  PENDIDIKAN INKLUSIF.pptxSTRATEGI PEMBELAJARAN  DALAM SETTING  PENDIDIKAN INKLUSIF.pptx
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF.pptx
ย 
The Parallel Printer Interface (LPT).pptx
The Parallel Printer Interface (LPT).pptxThe Parallel Printer Interface (LPT).pptx
The Parallel Printer Interface (LPT).pptx
ย 
Hukum Ohm dan Rangkaian Hambatan Seri dalam Rangkaian Lisrik dan Elektronika....
Hukum Ohm dan Rangkaian Hambatan Seri dalam Rangkaian Lisrik dan Elektronika....Hukum Ohm dan Rangkaian Hambatan Seri dalam Rangkaian Lisrik dan Elektronika....
Hukum Ohm dan Rangkaian Hambatan Seri dalam Rangkaian Lisrik dan Elektronika....
ย 

Recently uploaded

COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
delphijean1
ย 
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptxNADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
nadiafebianti2
ย 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
HADIANNAS
ย 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
rhamset
ย 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
muhammadiswahyudi12
ย 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
jayakartalumajang1
ย 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
indahrosantiTeknikSi
ย 
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
AdityaWahyuDewangga1
ย 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Tsabitpattipeilohy
ย 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
AnandhaAdkhaM1
ย 
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptxMetode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
ssuser2537c0
ย 

Recently uploaded (11)

COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
ย 
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptxNADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
ย 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
ย 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
ย 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
ย 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
ย 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
ย 
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
ย 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
ย 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
ย 
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptxMetode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
ย 

Modul Praktik Medan Elektromagnetis Berbasis Matlab.pdf

  • 1. MODUL PRAKTIKUM MEDAN ELEKTROMAGNETIS (BERBASIS MATLAB/SCILAB) LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI DAN TEKNIK FREKUENSI TINGGI PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2021
  • 2. 2 PREFACE Dalam membantu mahasiswa menjalankan simulasi, praktikum ini memanfaatkan software MATLAB atau SCILAB yang sudah umum digunakan untuk keperluan scientific computing. Alasannya adalah MATLAB dan SCILAB merupakan platform yang dapat diandalkan untuk menciptakan simulasi percobaan secara cepat dan ringkas (rapid prototyping) berbasis model matematika. Terlebih, titik berat software MATLAB dan SCILAB adalah pada kemahiran pengguna dalam pengolahan vektor dan matriks, sehingga cocok bagi mahasiswa engineering. Selain itu, kecakapan penggunaan MATLAB dan SCILAB yang akan dipelajari mahasiswa pada praktikum ini diharapkan berguna untuk kewajiban proyek tugas akhir yang akan datang. Pada praktikum ini, mahasiswa dibebaskan menggunakan software MATLAB atau SCILAB untuk merealisasikan suatu rancangan yang diminta. MATLAB merupakan software berbayar yang memiliki fitur dan dokumentasi yang lebih lengkap dibanding SCILAB. Sementara itu, SCILAB merupakan software free-license dan memiliki ukuran file instalasi yang jauh lebih kecil dibanding MATLAB. Apapun pilihan praktikan, disarankan menggunakan software tersebut dalam edisi terbarunya untuk mendapatkan kestabilan maksimal. MATLAB dengan versi R2020b, sedangkan SCILAB dengan versi 6.1.0. MATLAB dan SCILAB dapat diinstal di Windows, Linux, maupun Mac OS. Gambar 1 MATLAB R2020b dan SCILAB 6.1.0
  • 3. 4 Ketentuan Pengerjaan Praktikum dan Laporan 1. Praktikum dikerjakan menggunakan software yang diminta saja, MATLAB atau SCILAB (pilih salah satu). 2. Laporan dikerjakan berdasarkan pengerjaan eksperimen masing โ€“ masing. Eksperimen sudah dirancang unik sehingga kode MATLAB/SCILAB setidaknya berbeda signifikan antar praktikan. Maka, plagiarisme (pada kode maupun laporan) dapat dengan mudah dideteksi dan langsung mendapat nilai minimal pada unit yang terkait. 3. Laporan dikerjakan secara tulis tangan dengan melampirkan semua penjelasan dari figures (semua figures dari MATLAB/SCILAB disertakan) yang diminta. 4. Laporan di-scan (dalam pdf) lalu dikumpulkan via Microsoft Teams yang sudah disediakan bersama dengan file .m (bila memakai MATLAB) atau .sci (bila memakai SCILAB). Keterlambatan pengumpulan laporan akan dikenakan pengurangan nilai. Format nama untuk kedua file : Unit1_NIU_Nama.pdf dan Unit1_NIU_Nama.m (atau Unit1_NIU_Nama.sci). 5. Laporan maksimal 4 halaman dengan format (lampiran dan cover tidak termasuk): a. Halaman cover yang berisi nama dan judul unit praktikum (sudah disediakan) b. Analisis hasil pengujian c. Pertanyaan dan jawaban d. Kesimpulan 6. Tiap unit praktikum akan ada beberapa spesifikasi yang dikerjakan dengan ketentuan : DIGIT TERAKHIR NOMOR INDUK FAKULTAS SPESIFIKASI 2 atau 8 A 3 atau 9 B 4 atau 0 C 5 atau 6 D 1 atau 7 E Pengerjaan dengan spesifikasi yang tidak sesuai tidak akan dinilai.
  • 4. 27 UNIT 1 โ€“ POLA RADIASI DAN PERARAHAN ANTENA A. Pengantar Antena merupakan piranti yang berfungsi menerima dan/atau memancarkan gelombang elektromagnetik dengan medium udara sebagai jalurnya. Antena mengubah isyarat listrik menjadi gelombang elektromagnetik atau sebaliknya sesuai konfigurasi. Antena umumnya terbuat dari suatu metal yang dialiri arus listrik berubah waktu. Perubahan arus listrik pada antena akan membangkitkan radiasi gelombang berubah waktu pula di sekitarnya. Frekuensi pada gelombang elektromagnetik pancaran antena sama persis dengan frekuensi isyarat listrik yang dikirim ke antena. Dengan demikian, perancangan suatu antena bergantung terhadap spesifikasi isyarat listrik yang diumpankan ke antena tersebut. Dalam menganalisis antena, terdapat beberapa parameter yang perlu diperhatikan, di antaranya adalah gain, directivity (perarahan), pola radiasi, intensitas radiasi, dan berbagai parameter lain yang akan dipelajari di mata kuliah lanjut Teknik Antena. Praktikum ini akan mengenalkan praktikan terhadap parameter pola radiasi dan directivity. Parameter pola radiasi adalah representasi matematis dan/atau grafis dari radiasi antena sebagai fungsi spasial. Dengan kata lain, pola radiasi menggambarkan bagaimana suatu antena akan memancarkan gelombang elektromagnetik yang dilihat dari suatu bidang dan dapat dirumuskan dengan suatu persamaan matematika. Parameter directivity adalah rasio antara intensitas radiasi pada suatu arah terhadap rerata intensitas radiasi ke segala arah. Dengan kata lain, antena yang memiliki fokus pancaran di suatu titik tertentu akan memiliki nilai directivity yang tinggi, sedangkan antena yang memancarkan ke segala arah tanpa fokus memiliki nilai directivity yang rendah. Berdasarkan parameter pola radiasi, antena dapat dibagi menjadi 3 kategori yakni isotropis, directional, dan omnidirectional. Antena isotropis merupakan antena khayal yang dapat memancarkan ke segala arah sama rata sehingga antena isotropis memiliki directivity bernilai 1. Antena directional merupakan antena yang pancarannya terfokus ke titik โ€“ titik tertentu saja, sementara antena omnidirectional adalah antena directional yang memiliki pancaran ke segala arah dengan beberapa titik menjadi fokusnya. Kedua jenis antena ini umumnya akan memiliki directivity lebih dari 1 bergantung seberapa terfokus pancaran antena tersebut. Demi mencapai directivity yang tinggi untuk skenario penggunaan tertentu, seringkali manipulasi pola radiasi antena membutuhkan ukuran antena yang dibesarkan. Seringkali pula, peningkatan ukuran antena bukanlah sesuatu yang diinginkan karena antena menjadi terlalu besar sehingga sulit ditempatkan. Alternatif untuk mengatasi hal tersebut adalah menambahkan suatu
  • 5. 28 array antena pada antena utama yang dialiri arus listrik. Array antena tidak lain merupakan sekumpulan elemen antena yang identik yang diletakkan dengan jarak tertentu untuk antar elemennya. Dengan menambahkan komponen array antena, karakteristik pola radiasi antena akan berubah dan perubahannya dapat didesain agar mengarah ke suatu titik. Dengan demikian, dapat dicapai suatu antena yang memiliki directivity yang tinggi dengan arah yang diinginkan, cukup dengan menambah array antena. Di kehidupan nyata, aplikasi array antena sebagai director (untuk meningkatkan directivity antena) sering dijumpai. Seperti pada antena Yagi-Uda (Gambar 23) yang umum dipakai untuk aplikasi televisi rumah tangga. Untuk menjaga kesederhanaan, praktikum ini akan berfokus ke jenis antena dipole saja yang ditambah konfigurasi array antena. B. Eksperimen 1. Mengidentifikasi persamaan pola radiasi dan array antena Suatu antena dipole sederhana seperti Gambar 24 dapat dirumuskan karakteristik pola radiasinya dalam persamaan bidang medan listriknya (E-plane). Persamaan ini juga dikenal sebagai far-field radiation pattern equation. Secara umum persamaan pola radiasi antena dipole sederhana berbasis E-plane (๐ธ ) dirumuskan sebagai berikut (digambarkan dalam spherical coordinate yang berubah tiap sudut elevasi ๐œƒ) : Gambar 23 Contoh aplikasi array antena Gambar 24 Antena dipole
  • 6. 29 ๐ธ = ๐‘—๐œ‚๐ผ ๐‘™๐‘’ 4๐œ‹๐‘Ÿ cos (๐œƒ) dengan penjelasan tiap variabel sebagai berikut : ๐œ† = ๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘—๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘”๐‘’๐‘™๐‘œ๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘” (๐‘š), ๐‘‘๐‘Ž๐‘๐‘Ž๐‘ก ๐‘‘๐‘–๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘– ๐‘‘๐‘’๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘› ๐‘/๐‘“ ๐‘“ = ๐‘“๐‘Ÿ๐‘’๐‘˜๐‘ข๐‘’๐‘›๐‘ ๐‘– ๐‘œ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ ๐‘– ๐‘Ž๐‘›๐‘ก๐‘’๐‘›๐‘Ž (๐ป๐‘ง) ๐‘ = ๐‘๐‘’๐‘๐‘Ž๐‘ก ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘ก ๐‘”๐‘’๐‘™๐‘œ๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘‘๐‘– ๐‘Ÿ๐‘ข๐‘Ž๐‘›๐‘” โ„Ž๐‘Ž๐‘š๐‘๐‘Ž (3๐‘ฅ10 ๐‘š/๐‘ ) ๐œ‚ = ๐‘–๐‘š๐‘๐‘’๐‘‘๐‘Ž๐‘›๐‘ ๐‘– ๐‘Ÿ๐‘ข๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘๐‘’๐‘๐‘Ž๐‘  (377 ๐›บ) ๐ผ = ๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘ข๐‘  ๐‘š๐‘Ž๐‘˜๐‘ ๐‘–๐‘š๐‘ข๐‘š ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘š๐‘Ž๐‘ ๐‘ข๐‘˜ ๐‘˜๐‘’ ๐‘Ž๐‘›๐‘ก๐‘’๐‘›๐‘Ž (๐‘ข๐‘š๐‘ข๐‘š๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž ๐‘‘๐‘–๐‘๐‘ข๐‘Ž๐‘ก 1 ๐ด) ๐‘™ = ๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘—๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘˜๐‘’๐‘ ๐‘’๐‘™๐‘ข๐‘Ÿ๐‘ขโ„Ž๐‘Ž๐‘› ๐‘Ž๐‘›๐‘ก๐‘’๐‘›๐‘Ž ๐‘‘๐‘–๐‘๐‘œ๐‘™๐‘’ (๐‘ข๐‘š๐‘ข๐‘š๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž ๐‘‘๐‘–๐‘๐‘ข๐‘Ž๐‘ก 0,5๐œ†) ๐‘˜ = ๐‘๐‘–๐‘™๐‘Ž๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘› ๐‘”๐‘’๐‘™๐‘œ๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘” (๐‘ค๐‘Ž๐‘ฃ๐‘’๐‘›๐‘ข๐‘š๐‘๐‘’๐‘Ÿ), ๐‘‘๐‘–๐‘Ÿ๐‘ข๐‘š๐‘ข๐‘ ๐‘˜๐‘Ž๐‘› 2๐œ‹ ๐œ† ๐‘Ÿ = ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘‘๐‘–๐‘ข๐‘  ๐‘ ๐‘โ„Ž๐‘’๐‘Ÿ๐‘–๐‘๐‘Ž๐‘™ ๐‘๐‘œ๐‘œ๐‘Ÿ๐‘‘๐‘–๐‘›๐‘Ž๐‘ก๐‘’ ๐œƒ = ๐‘ ๐‘ข๐‘‘๐‘ข๐‘ก ๐‘’๐‘™๐‘’๐‘ฃ๐‘Ž๐‘ ๐‘– Persamaan di atas juga dapat dimodifikasi menjadi sinus untuk mengubah orientasi antena menjadi horizontal terhadap sudut elevasi (puncak kuncup utama ada di 900 dan 2700 sudut elevasi). ๐ธ = ๐‘—๐œ‚๐ผ ๐‘™๐‘’ 4๐œ‹๐‘Ÿ sin (๐œƒ) Perlu diperhatikan bahwa persamaan pola radiasi di bagian ini merupakan contoh sederhana dengan mengasumsikan ukuran antena dipole yang sangat kecil (infinitesimal). Pada penugasan nanti digunakan persamaan pola radiasi yang Gambar 25 Pola radiasi antena dipole dengan orientasi antena (a) secara vertikal dan (b) secara horizontal (a) (b)
  • 7. 30 berbeda. Gambar 25 menunjukkan pola radiasi antena dipole dengan orientasi antena secara vertikal dan horizontal. Telah dijelaskan di bagian Pengantar bahwa untuk memodifikasi karakteristik pola radiasi antena dapat digunakan konfigurasi array antena. Dengan mengatur besaran โ€“ besaran yang terdapat di persamaan array antena, maka dapat diubah pola radiasi suatu antena menjadi terfokus ke arah tertentu. Pada unit ini, array antena berjenis linear digunakan untuk mengubah karakteristik pola radiasi antena dipole. Pola radiasi linear array antena dapat dirumuskan sebagai berikut : ๐ด๐น = 1 ๐‘ sin ( ๐‘ 2 ๐œ“) sin ( 1 2 ๐œ“) ๐‘‘๐‘’๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘› ๐œ“ = ๐‘˜๐‘‘๐‘๐‘œ๐‘ (๐œƒ) + ๐›ฝ Persamaan tersebut juga dikenal sebagai Array Factor (AF) equation yang dapat mengubah karakteristik suatu pola radiasi antena. Penjelasan tiap variabel diberikan sebagai berikut : ๐‘ = ๐‘—๐‘ข๐‘š๐‘™๐‘Žโ„Ž ๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ฆ ๐‘Ž๐‘›๐‘ก๐‘’๐‘›๐‘Ž ๐‘˜ = ๐‘๐‘–๐‘™๐‘Ž๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘› ๐‘”๐‘’๐‘™๐‘œ๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘” (๐‘ค๐‘Ž๐‘ฃ๐‘’๐‘›๐‘ข๐‘š๐‘๐‘’๐‘Ÿ), ๐‘‘๐‘–๐‘Ÿ๐‘ข๐‘š๐‘ข๐‘ ๐‘˜๐‘Ž๐‘› 2๐œ‹ ๐œ† ๐‘‘ = ๐‘—๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘˜ ๐‘Ž๐‘›๐‘ก๐‘Ž๐‘Ÿ ๐‘’๐‘™๐‘’๐‘š๐‘’๐‘› ๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ฆ ๐‘Ž๐‘›๐‘ก๐‘’๐‘›๐‘›๐‘Ž ๐›ฝ = ๐‘“๐‘Ž๐‘ ๐‘’ ๐‘’๐‘˜๐‘ ๐‘–๐‘ก๐‘Ž๐‘ ๐‘– ๐œƒ = ๐‘ ๐‘ข๐‘‘๐‘ข๐‘ก ๐‘’๐‘™๐‘’๐‘ฃ๐‘Ž๐‘ ๐‘– Gambar 26 Pola radiasi yang dihasilkan oleh array antena
  • 8. 31 Gambar 26 menunjukkan pola radiasi yang dihasilkan oleh array antena dengan 2 elemen antena dengan mengatur fase eksitasi ke besaran sudut tertentu sehingga didapat pola radiasi yang lebih terfokus ke suatu titik (directivity yang lebih tinggi). Bila pola radiasi pada array antena dikalikan dengan pola radiasi pada antena dipole maka akan didapat antena dipole dengan directivity yang tinggi di titik yang diinginkan. Hasil perkalian tersebut dinamakan pola radiasi gabungan ๐ธ yang ditunjukkan dengan persamaan berikut : ๐ธ = ๐ธ โˆ™ ๐ด๐น Pola radiasi gabungan antara ๐ธ pada Gambar 25 (a) dan AF pada Gambar 26 ditunjukkan oleh Gambar 27. Gambar 27 jelas menunjukkan modifikasi yang cukup signifikan pada directivity antena dipole sehingga menjadi fokus ke arah yang dikehendaki. Dengan konfigurasi yang sama persis, namun jumlah array antena ๐‘ pada AF ditingkatkan menjadi 32 buah dan 64 buah, Gambar 28 menujukkan fenomena yang unik. Directivity antena akan meningkat secara signifikan akibat penambahan jumlah array antena tersebut. Dengan demikian, penambahan array dapat menjadi salah satu alternatif sederhana untuk meningkatkan directivity tanpa mengubah persamaan pola radiasi antena. Namun, perlu diingat juga bahwa penambahan jumlah array antena jelas dapat meningkatkan ukuran antena secara signifikan. Tentu saja konsekuensi ini tidak terlalu diinginkan untuk beberapa skenario penggunaan antena. Gambar 27 Pola radiasi gabungan
  • 9. 32 2. Melakukan plot pola radiasi antena secara 2D Telah dibahas di bagian pertama, tepatnya di bagian persamaan pola radiasi antena bahwa far-field radiation pattern equation berubah pada sudut elevasi ๐œƒ. Persamaan tersebut juga menunjukkan adanya bilangan kompleks sebagai hasilnya. Oleh karenanya, plot 2D dapat dianggap sebagai complex plane yang terdapat banyak phasor yang berubah terhadap sudut elevasi ๐œƒ. Hal ini berarti Anda perlu mencari magnitude dari ๐ธ atau AF yang nilainya berubah sesuai sudut elevasi yang telah ditentukan. Pada Appendix terlampir Anda dapat melihat plot 2D dari suatu isyarat berubah waktu yang tidak lain merupakan data โ€“ data dengan variasi waktu sebagai time vector-nya. Kali ini, time vector tersebut digantikan oleh angle vector yang berisi variasi perubahan sudut dari 0 hingga 2๐œ‹ radian. Untuk resolusi plot yang baik, disarankan menggunakan increment sebesar 0,01 radian. Dengan demikian, pada software MATLAB/SCILAB, setelah Anda selesai melakukan definisi variabel, angle vector dapat didefinisi sebagai nilai sudut dalam radian yang berubah dari 0 hingga ๐Ÿ๐… dengan increment 0,01 sehingga didapatkan ๐‘ฒ buah titik sudut. Pada MATLAB/SCILAB, by default, saat Anda mendefinisikan suatu variasi nilai ke bentuk array, maka array tersebut akan berbentuk row vector. Istilah vektor pada MATLAB/SCILAB merupakan istilah untuk menggambarkan a single row or column of a matrice. (a) (b) Gambar 28 Pola radiasi gabungan oleh (a) 32 array antena dan (b) 64 array antena
  • 10. 33 Selanjutnya, sangat disarankan membuat tampilan pola radiasi dalam power pattern. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan konversi ke dB dari hasil magnitude dari ๐ธ atau AF. Secara matematis power pattern dapat dirumuskan sebagai berikut : ๐‘Ÿ = |๐ธ ๐‘œ๐‘Ÿ ๐ด๐น| ๐‘Ÿ , = 10 โˆ™ log (๐‘Ÿ ) ๐‘… = ๐‘Ÿ , Terakhir, plot pola radiasi secara 2D dapat dilakukan dengan perintah polarplot yang terdapat pada MATLAB/SCILAB. Saat melakukan plot untuk pola radiasi AF dan pola radiasi gabungan, perintah rlim dengan batasan yang sesuai dapat digunakan untuk menampilkan plot dengan proper scaling. Gambar 25, 26, 27 dan 28 adalah contoh plot pola radiasi antena secara 2D. 3. Melakukan plot pola radiasi antena secara 3D Plot pola radiasi secara 2D pada dasarnya merupakan irisan secara vertikal dari bidang 3D (ingat kembali bahwa plot 2D berubah berdasarkan sudut elevasi). Irisan tersebut yang membentuk bidang 2D. Oleh karena itu, untuk melakukan plot pada bidang 3D diperlukan satu lagi angle vector untuk melukiskan nilai โ€“ nilai magnitude dari ๐ธ secara ke depan dan ke belakang bidang 3D. Pada spherical coordinate system, terdapat 3 buah besaran yakni ๐’“ yang merupakan magnitude, sudut elevasi ๐œฝ yang menggambarkan perubahan sudut secara vertikal, dan sudut azimuth ๐“ yang menggambarkan perubahan sudut secara horizontal. Dengan demikian, Anda perlu mendefinisikan satu lagi angle vector yakni berupa sudut azimuth ๐œ™. Besarnya angle vector sudut azimuth ini sama dengan angle vector sudut elevasi yakni nilai sudut dalam radian yang berubah dari 0 hingga ๐Ÿ๐… dengan increment 0,01. Langkah selanjutnya adalah melakukan beberapa normalisasi agar tampilan 3D menjadi lebih sesuai. Pertama, cari nilai minimum dari magnitude ๐ธ atau AF yang telah dikonversi ke dB. Lalu, seluruh nilai magnitude ๐ธ atau AF yang telah dikonversi ke dB dikurangi dengan nilai minimum tadi. Proses normalisasi ini secara matematis adalah sebagai berikut : ๐‘… , = ๐‘… โˆ’ min(๐‘… ) ๐‘‘๐‘’๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘› min(๐‘… ) ๐‘Ž๐‘‘๐‘Ž๐‘™๐‘Žโ„Ž ๐‘›๐‘–๐‘™๐‘Ž๐‘– ๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ๐‘˜๐‘’๐‘๐‘–๐‘™ ๐‘‘๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘– ๐‘ฃ๐‘’๐‘˜๐‘ก๐‘œ๐‘Ÿ ๐‘… Setelah dinormalisasi, nilai pertama dari vektor ๐‘… , perlu diisi dengan 0. Proses normalisasi ini diperlukan agar pola radiasi 3D dapat simetris di origin secara vertikal.
  • 11. 34 Oleh karena itu, pola radiasi antena pada unit ini akan dirancang dengan mengasumsikan orientasi antena dipole adalah horizontal (lihat kembali Gambar 25b). Setelah normalisasi dilakukan, vektor sudut azimuth ๐œ™, sudut elevasi ๐œƒ, dan magnitude ternormalisasi ๐‘… , perlu diekspansi menjadi matriks untuk mencakup bidang 3D. Berikut algoritmanya : Langkah pertama, bentuk suatu matriks dari kumpulan vektor baris sudut azimuth ๐œ™ sebanyak ๐พ buah (nilai ๐‘ฒ adalah banyaknya titik sudut dari angle vector). Karena terdapat ๐พ buah baris yang nilainya sama dengan panjang vektor baris sudut azimuth ๐œ™, maka Anda akan mendapatkan suatu matriks persegi berukuran ๐พ ๐‘ฅ ๐พ. Langkah kedua, bentuk suatu matriks dari kumpulan vektor kolom sudut elevasi ๐œƒ sebanyak ๐พ buah pula sehingga Anda juga akan mendapatkan suatu matriks persegi berukuran ๐พ ๐‘ฅ ๐พ. Langkah ketiga, bentuk suatu matriks dari kumpulan vektor kolom magnitude ternormalisasi ๐‘… , sebanyak ๐พ buah. Dengan demikian, Anda sudah memiliki 3 buah matriks persegi berukuran ๐‘ฒ ๐’™ ๐‘ฒ. Nilai โ€“ nilai yang ada di dalam matriks persegi itu merupakan titik โ€“ titik yang akan saling terhubung pada bidang 3D. Ketiga buah matriks tadi dapat ditunjukkan sebagai berikut : ๐‘โ„Ž๐‘–_๐‘š๐‘Ž๐‘ก๐‘Ÿ๐‘–๐‘ฅ = 0 โ‹ฏ 2๐œ‹ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ 0 โ‹ฏ 2๐œ‹ ๐‘กโ„Ž๐‘’๐‘ก๐‘Ž_๐‘š๐‘Ž๐‘ก๐‘Ÿ๐‘–๐‘ฅ = 0 โ‹ฏ 0 โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ 2๐œ‹ โ‹ฏ 2๐œ‹ ๐‘… , _๐‘š๐‘Ž๐‘ก๐‘Ÿ๐‘–๐‘ฅ = 0 โ‹ฏ 0 โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ ๐‘… , โ‹ฏ ๐‘… , Silakan Anda pahami, mengapa suatu plot 2D dapat dikembangkan menjadi plot 3D dengan algoritma ini. Dalam membentuk ketiga buah matriks tersebut, Anda dapat memakai berbagai cara, mulai dari manual, iterasi, hingga memakai perintah spesfik untuk menduplikasi vektor pada MATLAB/SCILAB. Selanjutnya, cara termudah pada MATLAB/SCILAB untuk dapat menggambarkan plot 3D adalah dengan perintah surf. Oleh karena itu, Anda membutuhkan koordinat Cartesian alih โ€“ alih koordinat spherical pada ketiga matriks yang telah Anda buat. Anda dapat melakukan konversi koordinat dengan algoritma berikut (ingat kembali proses konversi koordinat pada mata kuliah Medan Elektromagnetis pra UTS) :
  • 12. 35 Gambar 29a Pola radiasi antena dipole secara 3D
  • 13. 36 Setelah konversi koordinat, Anda akan mendapatkan matriks persegi X, Y, dan Z dengan ukuran yang sama persis dengan ketiga matriks dalam koordinat spherical (๐พ ๐‘ฅ ๐พ). Nilai โ€“ nilai dalam matriks X, Y, dan Z inilah yang dapat di-plot secara 3D dengan perintah surf. Gambar 29 menunjukkan plot 3D dari antena dipole dengan orientasi antena horizontal, bila diiris secara vertikal maka akan didapat plot 2D yang sama dengan Gambar 25b. Dalam melakukan plot pola radiasi secara 3D tersebut, masih terdapat satu langkah lagi yakni melakukan remapping pada color shading yang memberikan warna pada plot 3D. Secara default, color shading pada MATLAB/SCILAB akan memberikan warna yang berbeda untuk nilai sumbu z dari positif ke negatif. Hal ini tentu tidak diinginkan, mengingat pola radiasi antena dipole adalah simetris di origin (akibatnya warna semakin pekat seiring menjauh dari origin tetapi masih dengan warna yang sama). Maka, silakan Anda pelajari documentation MATLAB/SCILAB mengenai colormap yang berguna untuk melakukan redefinisi pada colormap sehingga didapat color shading yang tepat sesuai Gambar 29 dan 30. Preset warna tidak harus kuning dan merah seperti pada contoh Gambar 29 dan 30. Anda dapat menggunakan preset warna lain, selama efek โ€œmakin jauh dari origin, makin pekat dengan warna yang samaโ€ tercapai. Gambar 29b Irisan secara vertikal dari Gambar 29a
  • 14. 37 C. Penugasan Setelah memahami langkah โ€“ langkah menggambar pola radiasi secara 2D dan 3D pada MATLAB/SCILAB, terdapat beberapa tugas yang perlu dikerjakan : 1. Menggambar plot pola radiasi antena dipole dengan MATLAB/SCILAB Diketahui persamaan pola radiasi ๐ธ sebagai berikut : Gambar 30 Pola radiasi antena dipole yang ditambah konfigurasi array antena
  • 15. 38 ๐ธ = ๐‘—๐œ‚๐ผ ๐‘’ 2๐œ‹๐‘Ÿ cos ๐‘˜๐‘™ 2 ๐‘๐‘œ๐‘ ๐œƒ โˆ’ ๐‘๐‘œ๐‘  ๐‘˜๐‘™ 2 ๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ Gunakan konfigurasi variabel terkunci seperti berikut : ๐œ‚ = 377 ฮฉ ๐‘“ = 3 ๐บ๐ป๐‘ง ๐‘ = ๐‘๐‘’๐‘๐‘Ž๐‘ก ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘ก ๐‘”๐‘’๐‘™๐‘œ๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘‘๐‘– ๐‘Ÿ๐‘ข๐‘Ž๐‘›๐‘” โ„Ž๐‘Ž๐‘š๐‘๐‘Ž (3๐‘ฅ10 ๐‘š/๐‘ ) ๐ผ = 1 ๐ด ๐‘Ÿ = 10๐œ† ๐œƒ = ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘ฃ๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘–๐‘Ž๐‘ ๐‘– ๐‘‘๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘– 0 โ„Ž๐‘–๐‘›๐‘”๐‘”๐‘Ž 2๐œ‹ ๐‘‘๐‘’๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘› ๐‘–๐‘›๐‘๐‘Ÿ๐‘’๐‘š๐‘’๐‘›๐‘ก 0,01 Variabel yang diubah โ€“ ubah adalah sebagai berikut : Gunakan nilai ๐‘™ awal bernilai 0,5๐œ† sebagai acuan awal. Selanjutnya, nilai ๐‘™ diubah โ€“ ubah sesuai pembagian spesifikasi berikut : Spesifikasi A : Nilai ๐‘™ diubah โ€“ ubah dari 1,1๐œ† sampai 2๐œ† dengan increment sebesar 0,1 Spesifikasi B : Nilai ๐‘™ diubah โ€“ ubah dari 2,1๐œ† sampai 3๐œ† dengan increment sebesar 0,1 Spesifikasi C : Nilai ๐‘™ diubah โ€“ ubah dari 4,1๐œ† sampai 5๐œ† dengan increment sebesar 0,1 Spesifikasi D : Nilai ๐‘™ diubah โ€“ ubah dari 5,1๐œ† sampai 6๐œ† dengan increment sebesar 0,1 Spesifikasi E : Nilai ๐‘™ diubah โ€“ ubah dari 6,1๐œ† sampai 7๐œ† dengan increment sebesar 0,1 Amati perubahan yang terjadi tiap Anda meningkatkan nilai ๐‘™! Tampilkan di laporan plot 2D dan 3D (lihat Gambar 30) dari nilai ๐‘™ yang meningkat sesuai spesifikasi yang Anda dapatkan (dengan color shading yang tepat untuk plot 3D)! Tidak perlu semua nilai ๐’ dibuat plot, cukup ambil beberapa nilai ๐’ saja sehingga menunjukkan tren apa yang terjadi pada pola radiasi saat nilai ๐’ ditingkatkan. Berikan penjelasan Anda dalam pengerjaan penugasan 1 ini! 2. Menggambar plot pola radiasi antena dipole yang dimodifikasi dengan array antena Diketahui persamaan array factor sebagai berikut : ๐ด๐น = 1 ๐‘ sin ( ๐‘ 2 ๐œ“) sin ( 1 2 ๐œ“) ๐‘‘๐‘’๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘› ๐œ“ = ๐‘˜๐‘‘๐‘๐‘œ๐‘ (๐œƒ) + ๐›ฝ dengan pola radiasi kombinasi sebagai berikut : ๐ธ = ๐ธ โˆ™ ๐ด๐น
  • 16. 39 Pola radiasi antena dipole yang digunakan sama persis dengan penungasan pertama, namun kali ini nilai ๐‘™ dikunci di 1,5๐œ†. Selanjutnya, gunakan spesifikasi berikut : Spesifikasi A : ๐‘‘ = ๐œ† ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐›ฝ = ๐œ‹ 2 Nilai ๐‘› diubah โ€“ ubah dari 32, 64, dan 128 Spesifikasi B : ๐‘‘ = ๐œ† 4 ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐›ฝ = โˆ’ 3๐œ‹ 2 Nilai ๐‘› diubah โ€“ ubah dari 10, 30, dan 50 Spesifikasi C : ๐‘‘ = ๐œ† 2 ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐›ฝ = ๐œ‹ Nilai ๐‘› diubah โ€“ ubah dari 64, 128, dan 256 Spesifikasi D : ๐‘‘ = ๐œ† 4 ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐›ฝ = ๐œ‹ 2 Nilai ๐‘› diubah โ€“ ubah dari 60, 80, dan 100 Spesifikasi E : ๐‘‘ = ๐œ† 2 ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐›ฝ = 0 Nilai ๐‘› diubah โ€“ ubah dari 10, 20, dan 30 Amati perubahan yang terjadi tiap Anda meningkatkan nilai ๐‘›! Tampilkan di laporan plot 2D dan 3D (lihat Gambar 30) dari ketiga nilai ๐’ yang meningkat sesuai spesifikasi yang Anda dapatkan (dengan color shading yang tepat untuk plot 3D)! Berikan penjelasan Anda dalam pengerjaan penugasan 2 ini! D. Pertanyaan Pertanyaan โ€“ pertanyaan berikut dapat dijawab di laporan. 1. Pada penugasan yang pertama, apa yang terjadi ketika Anda terus meningkatkan panjang antena (nilai ๐‘™)? Apa dampak positif dan negatif dari peningkatan panjang antena tersebut? 2. Pada penugasan yang kedua, apa yang terjadi ketika Anda terus menambah jumlah array antena (nilai ๐‘›)? Apa dampak positif dan negatif dari penambahan jumlah array antena tersebut?
  • 17. 40 3. Pada unit praktikum ini, jenis antena yang digunakan adalah antena dipole dan jenis antena tersebut (dikombinasikan dengan array antena) merupakan antena yang paling umum dijumpai sehari โ€“ hari. Namun, mengapa piranti mobile seperti smartphone tidak memakai jenis antena ini? Jenis antena apa yang umum digunakan untuk piranti mobile? Apakah masih ada aplikasi array antena pada piranti mobile? 4. Bila antena mendapatkan arus listrik dari sumbernya lalu melakukan proses pemancaran, mengapa tidak terjadi sengatan listrik pada ruang bebas di sekitar antena tersebut? Apakah benar bila dikatakan โ€œantena memancarkan arus listrikโ€? Bila tidak, jelaskan apa yang dipancarkan oleh antena sehingga bisa ditumpangi informasi sebagai media komunikasi! 5. Kini teknologi komunikasi nirkabel yang menggunakan frekuensi tinggi semakin populer seperti 5G (sub-6 GHz atau mmWave) dan B5G (Beyond 5G). Jelaskan keuntungan pemakaian frekuensi tinggi dalam kaitannya dengan ukuran fisik antena yang digunakan, utamanya untuk piranti mobile! Bila perlu, sertakan persamaan matematis yang relevan di laporan.