Manajemen bencana melibatkan serangkaian kegiatan baik sebelum, saat, maupun sesudah terjadi bencana untuk meminimalkan dampaknya. Kegiatan tersebut meliputi mitigasi, kesiapan, tanggap darurat, pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi dengan tujuan melindungi masyarakat dan memastikan penanganan yang terkoordinasi.
Manajemen bencana di Indonesia berfokus pada pencegahan dan mitigasi bencana melalui pemetaan daerah rawan bencana, peningkatan kesiapsiagaan masyarakat, serta pembangunan infrastruktur tangguh. Pendekatan ini bertujuan mengurangi dampak bencana bagi masyarakat.
Instansi/organisasi ini melakukan penilaian kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan dalam kegiatan penyadaran publik pengurangan risiko bencana di Aceh. Penilaian ini bertujuan mengetahui kondisi saat ini, kebutuhan, dan merekomendasikan pilihan untuk meningkatkan kapasitas dalam penyadaran publik PRB.
Partisipasi Masyarakat dan Antispasi Bencanamusniumar
Dokumen tersebut membahas pentingnya antisipasi bencana melalui langkah-langkah seperti pencegahan, kesiapsiagaan, peringatan dini, mitigasi, dan tanggap darurat. Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai jenis bencana yang berpotensi terjadi di DKI Jakarta khususnya Jakarta Selatan."
Bencana alam dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur, kematian, dan penderitaan masyarakat. Untuk meminimalkan dampak bencana, perlu dilakukan kesiapsiagaan, mitigasi, dan tanggap darurat selama terjadi bencana serta rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana.
Manajemen bencana melibatkan serangkaian kegiatan baik sebelum, saat, maupun sesudah terjadi bencana untuk meminimalkan dampaknya. Kegiatan tersebut meliputi mitigasi, kesiapan, tanggap darurat, pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi dengan tujuan melindungi masyarakat dan memastikan penanganan yang terkoordinasi.
Manajemen bencana di Indonesia berfokus pada pencegahan dan mitigasi bencana melalui pemetaan daerah rawan bencana, peningkatan kesiapsiagaan masyarakat, serta pembangunan infrastruktur tangguh. Pendekatan ini bertujuan mengurangi dampak bencana bagi masyarakat.
Instansi/organisasi ini melakukan penilaian kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan dalam kegiatan penyadaran publik pengurangan risiko bencana di Aceh. Penilaian ini bertujuan mengetahui kondisi saat ini, kebutuhan, dan merekomendasikan pilihan untuk meningkatkan kapasitas dalam penyadaran publik PRB.
Partisipasi Masyarakat dan Antispasi Bencanamusniumar
Dokumen tersebut membahas pentingnya antisipasi bencana melalui langkah-langkah seperti pencegahan, kesiapsiagaan, peringatan dini, mitigasi, dan tanggap darurat. Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai jenis bencana yang berpotensi terjadi di DKI Jakarta khususnya Jakarta Selatan."
Bencana alam dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur, kematian, dan penderitaan masyarakat. Untuk meminimalkan dampak bencana, perlu dilakukan kesiapsiagaan, mitigasi, dan tanggap darurat selama terjadi bencana serta rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana.
Dokumen tersebut membahas definisi dan jenis-jenis bencana serta unsur-unsur penanggulangan bencana seperti ancaman, kerentanan, risiko, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan. Dokumen ini juga menjelaskan peraturan terkait penanggulangan bencana di Indonesia.
Bahan ajar ini membahas tentang penanggulangan bencana meliputi pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan. Adapun tujuan penanggulangan bencana adalah melindungi masyarakat dari dampak bencana serta meminimalkan kerugian. Mitigasi bencana meliputi upaya struktural seperti pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir maupun non-struktural seperti kesadaran masyar
Dokumen tersebut membahas tentang mitigasi bencana berbasis masyarakat di Kabupaten Jepara. Ia menjelaskan ancaman bencana utama di Jepara seperti longsor, banjir, kebakaran, dan gempa bumi serta peran PMI dalam menangani bencana melalui kegiatan sebelum, saat, dan sesudah bencana terjadi. Dokumen ini juga menjelaskan pendekatan kegiatan siaga bencana berbasis masyarakat di Jepara.
Dokumen tersebut membahas tentang mitigasi bencana berbasis masyarakat di Kabupaten Jepara. Ia menjelaskan ancaman bencana utama di Jepara seperti longsor, banjir, kebakaran, dan gempa bumi serta peran PMI dalam menangani bencana melalui kegiatan sebelum, saat, dan sesudah bencana terjadi. Dokumen ini juga menjelaskan pendekatan kegiatan siaga bencana berbasis masyarakat di Jepara.
Dokumen tersebut membahas tentang mitigasi bencana berbasis masyarakat di Kabupaten Jepara. Ia menjelaskan ancaman bencana utama di Jepara seperti longsor, banjir, kebakaran, dan gempa bumi serta peran PMI dalam menangani bencana melalui kegiatan sebelum, saat, dan sesudah bencana terjadi. Dokumen ini juga menjelaskan pendekatan kegiatan siaga bencana berbasis masyarakat di Jepara.
Dokumen tersebut membahas tentang mitigasi bencana berbasis masyarakat di Kabupaten Jepara. Ia menjelaskan ancaman bencana utama di Jepara seperti longsor, banjir, kebakaran, dan gempa bumi serta peran PMI dalam menangani bencana melalui kegiatan sebelum, saat, dan sesudah bencana terjadi. Dokumen ini juga menjelaskan pendekatan kegiatan siaga bencana berbasis masyarakat di Jepara.
Musni Umar, Ph.D: Partisipasi Masyarakat dan Antispasi Bencanamusniumar
Bencana selalu mengancam manusia. Bencana banjir yang melanda DKI Jakarta awal tahun 2013 merupakan bukti ketidak-berdayaan manusia menghadapi bencana.
Pert 9 PERSIAPAN DAN MITIGASI BENCANA.pdfEsterMeinelsa
Dokumen tersebut membahas tentang persiapan dan mitigasi bencana. Terdapat penjelasan mengenai pencegahan, mitigasi, perbedaan antara pencegahan dan mitigasi, tujuan mitigasi bencana, langkah-langkah melakukan pencegahan dan mitigasi, serta kegiatan mitigasi bencana seperti pengenalan risiko, perencanaan partisipatif, dan penerapan upaya fisik dan nonfisik. Dokumen tersebut juga membahas mengenai pen
Dokumen tersebut merangkum tentang rencana mitigasi bencana yang disusun oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Samosir. Dokumen tersebut menjelaskan definisi bencana dan mitigasi bencana, serta langkah-langkah yang perlu dilakukan seperti identifikasi daerah rawan bencana, penelitian dampak bencana, dan pembentukan kelompok tanggap darurat di desa.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen penanggulangan bencana di Kabupaten Pasangkayu. Terdapat 9 potensi bencana di kabupaten tersebut, termasuk banjir, tanah longsor, dan gempabumi. BPBD Pasangkayu telah melakukan berbagai kegiatan seperti sosialisasi kesiapsiagaan bencana, simulasi, pelatihan, dan evakuasi untuk mengurangi dampak bencana.
Komunitas kompleks bersiap menghadapi bencana banjir dengan merencanakan evakuasi, logistik darurat, dan latihan simulasi. Berbagai lembaga dan sumber daya dipersiapkan untuk bekerja sama dalam penanganan bencana.
Undang undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencanaRizki Fitrianto
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana mengatur tentang tanggung jawab dan wewenang pemerintah pusat dan daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Pemerintah bertanggung jawab menjamin perlindungan masyarakat dari bencana, pemulihan kondisi pascabencana, dan pengalokasian anggaran penanggulangan bencana. Wewenang pemerintah meliputi penetapan kebijakan dan status bencana
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana mengatur tentang tanggung jawab dan wewenang pemerintah pusat dan daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Pemerintah bertanggung jawab menjamin perlindungan masyarakat dari bencana, pemulihan kondisi pascabencana, dan pengalokasian anggaran penanggulangan bencana. Wewenang pemerintah meliputi penetapan kebijakan dan status bencana
Dokumen tersebut membahas definisi dan jenis-jenis bencana serta unsur-unsur penanggulangan bencana seperti ancaman, kerentanan, risiko, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan. Dokumen ini juga menjelaskan peraturan terkait penanggulangan bencana di Indonesia.
Bahan ajar ini membahas tentang penanggulangan bencana meliputi pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan. Adapun tujuan penanggulangan bencana adalah melindungi masyarakat dari dampak bencana serta meminimalkan kerugian. Mitigasi bencana meliputi upaya struktural seperti pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir maupun non-struktural seperti kesadaran masyar
Dokumen tersebut membahas tentang mitigasi bencana berbasis masyarakat di Kabupaten Jepara. Ia menjelaskan ancaman bencana utama di Jepara seperti longsor, banjir, kebakaran, dan gempa bumi serta peran PMI dalam menangani bencana melalui kegiatan sebelum, saat, dan sesudah bencana terjadi. Dokumen ini juga menjelaskan pendekatan kegiatan siaga bencana berbasis masyarakat di Jepara.
Dokumen tersebut membahas tentang mitigasi bencana berbasis masyarakat di Kabupaten Jepara. Ia menjelaskan ancaman bencana utama di Jepara seperti longsor, banjir, kebakaran, dan gempa bumi serta peran PMI dalam menangani bencana melalui kegiatan sebelum, saat, dan sesudah bencana terjadi. Dokumen ini juga menjelaskan pendekatan kegiatan siaga bencana berbasis masyarakat di Jepara.
Dokumen tersebut membahas tentang mitigasi bencana berbasis masyarakat di Kabupaten Jepara. Ia menjelaskan ancaman bencana utama di Jepara seperti longsor, banjir, kebakaran, dan gempa bumi serta peran PMI dalam menangani bencana melalui kegiatan sebelum, saat, dan sesudah bencana terjadi. Dokumen ini juga menjelaskan pendekatan kegiatan siaga bencana berbasis masyarakat di Jepara.
Dokumen tersebut membahas tentang mitigasi bencana berbasis masyarakat di Kabupaten Jepara. Ia menjelaskan ancaman bencana utama di Jepara seperti longsor, banjir, kebakaran, dan gempa bumi serta peran PMI dalam menangani bencana melalui kegiatan sebelum, saat, dan sesudah bencana terjadi. Dokumen ini juga menjelaskan pendekatan kegiatan siaga bencana berbasis masyarakat di Jepara.
Musni Umar, Ph.D: Partisipasi Masyarakat dan Antispasi Bencanamusniumar
Bencana selalu mengancam manusia. Bencana banjir yang melanda DKI Jakarta awal tahun 2013 merupakan bukti ketidak-berdayaan manusia menghadapi bencana.
Pert 9 PERSIAPAN DAN MITIGASI BENCANA.pdfEsterMeinelsa
Dokumen tersebut membahas tentang persiapan dan mitigasi bencana. Terdapat penjelasan mengenai pencegahan, mitigasi, perbedaan antara pencegahan dan mitigasi, tujuan mitigasi bencana, langkah-langkah melakukan pencegahan dan mitigasi, serta kegiatan mitigasi bencana seperti pengenalan risiko, perencanaan partisipatif, dan penerapan upaya fisik dan nonfisik. Dokumen tersebut juga membahas mengenai pen
Dokumen tersebut merangkum tentang rencana mitigasi bencana yang disusun oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Samosir. Dokumen tersebut menjelaskan definisi bencana dan mitigasi bencana, serta langkah-langkah yang perlu dilakukan seperti identifikasi daerah rawan bencana, penelitian dampak bencana, dan pembentukan kelompok tanggap darurat di desa.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen penanggulangan bencana di Kabupaten Pasangkayu. Terdapat 9 potensi bencana di kabupaten tersebut, termasuk banjir, tanah longsor, dan gempabumi. BPBD Pasangkayu telah melakukan berbagai kegiatan seperti sosialisasi kesiapsiagaan bencana, simulasi, pelatihan, dan evakuasi untuk mengurangi dampak bencana.
Komunitas kompleks bersiap menghadapi bencana banjir dengan merencanakan evakuasi, logistik darurat, dan latihan simulasi. Berbagai lembaga dan sumber daya dipersiapkan untuk bekerja sama dalam penanganan bencana.
Undang undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencanaRizki Fitrianto
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana mengatur tentang tanggung jawab dan wewenang pemerintah pusat dan daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Pemerintah bertanggung jawab menjamin perlindungan masyarakat dari bencana, pemulihan kondisi pascabencana, dan pengalokasian anggaran penanggulangan bencana. Wewenang pemerintah meliputi penetapan kebijakan dan status bencana
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana mengatur tentang tanggung jawab dan wewenang pemerintah pusat dan daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Pemerintah bertanggung jawab menjamin perlindungan masyarakat dari bencana, pemulihan kondisi pascabencana, dan pengalokasian anggaran penanggulangan bencana. Wewenang pemerintah meliputi penetapan kebijakan dan status bencana
Prediksi Iklim di Daerah Rawan Bencana sebagai Langkah Awal Antisipasi Iklim ...Khairullah Khairullah
Pentingnya prediksi iklim di daerah rawan bencana untuk memahami risiko, mencegah kegagalan karena iklim ekstrem sebagai mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim.
2. Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007,
• Serangkaian upaya untuk mengurangi resiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
3. Mitigasi Bencana Alam
• Upaya yang dilakukan terus menerus untuk
mengurangi risiko bencana sehingga dampak
yang ditimbulkan bencana dapat ditekan
sekecil-kecilnya.
5. • Mitigasi merupakan tahap awal
penanggulangan bencana alam untuk
mengurangi dan memperkecil dampak
bencana. Mitigasi adalah kegiatan sebelum
bencana terjadi. Contoh kegiatannya antara
lain membuat peta wilayah rawan bencana,
pembuatan bangunan tahan gempa,
penanaman pohon bakau, penghijauan hutan,
serta memberikan penyuluhan dan
meningkatkan kesadaran masyarakat yang
tinggal di wilayah rawan gempa
6. 4 hal penting dalam mitigasi bencana :
1. Tersedianya informasi dan peta kawasan rawan
bencana untuk setiap jenis bencana.
2. Sosialisasi kepada masyarakat untuk
meningkatkan pemahaman dan kesadaran
dalam menghadapi bencana.
3. Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan
dihindari, serta mengetahui cara penyelamatan
diri jika bencana datang.
4. Pengaturan dan penataan kawasan rawan
bencana untuk mengurangi ancaman bencana.
7. • Kesiapsiagaan merupakan perencanaan
terhadap cara merespons kejadian bencana.
Perencanaan dibuat berdasarkan bencana
yang pernah terjadi dan bencana lain yang
mungkin akan terjadi.
• Tujuannya adalah untuk meminimalkan
korban jiwa dan kerusakan sarana-sarana
pelayanan umum yang meliputi upaya
mengurangi tingkat risiko, pengelolaan
sumber-sumber daya masyarakat, serta
pelatihan warga di wilayah rawan bencana.
8. • Respons merupakan upaya meminimalkan
bahaya yang diakibatkan bencana.
• Tahap ini berlangsung sesaat setelah terjadi
bencana. Rencana penanggulangan bencana
dilaksanakan dengan fokus pada upaya
pertolongan korban bencana dan antisipasi
kerusakan yang terjadi akibat bencana.
9. • Pemulihan merupakan upaya mengembalikan
kondisi masyarakat seperti semula.
• Pada tahap ini, fokus diarahkan pada
penyediaan tempat tinggal sementara bagi
korban serta membangun kembali sarana dan
prasarana yang rusak. Selain itu, dilakukan
evaluasi terhadap langkah penanggulangan
bencana yang dilakukan.
10. Mitigasi. Dalam melakukan tindakan mitigasi
bencana, langkah awal yang kita harus lakukan
ialah melakukan kajian resiko bencana terhadap
daerah tersebut. Dalam menghitung resiko
bencana sebuah daerah kita harus mengetahui :
1. Bahaya (hazard)
2. Kerentanan (vulnerability)
3. Kapasitas (capacity)
4. Resiko bencana ( Risk )
11. • Bahaya (hazard) adalah suatu kejadian yang
mempunyai potensi untuk menyebabkan
terjadinya kecelakaan, cedera, hilangnya
nyawa atau kehilangan harta benda.
• Bahaya ini bisa menimbulkan bencana
maupun tidak. Bahaya dianggap sebuah
bencana (disaster) apabila telah menimbulkan
korban dan kerugian.
12. • Kerentanan (vulnerability) adalah rangkaian
kondisi yang menentukan apakah bahaya (baik
bahaya alam maupun bahaya buatan) yang
terjadi akan dapat menimbulkan bencana
(disaster) atau tidak.
• Rangkaian kondisi, umumnya dapat berupa
kondisi fisik, sosial dan sikap yang
mempengaruhi kemampuan masyarakat
dalam melakukan pencegahan, mitigasi,
persiapan dan tindak-tanggap terhadap
dampak bahaya.
13. Jenis-jenis kerentanan :
1. Kerentanan Fisik : Bangunan, Infrastruktur,
Konstruksi yang lemah.
2. Kerentanan Sosial : Kemiskinan, Lingkungan,
Konflik, tingkat pertumbuhan yang tinggi,
anak-anak dan wanita, lansia.
3. Kerentanan Mental : ketidaktahuan, tidak
menyadari, kurangnya percaya diri, dan
lainnya.
14. • Kapasitas (capacity) adalah kemampuan
untuk memberikan tanggapan terhadap
situasi tertentu dengan sumber daya yang
tersedia (fisik, manusia, keuangan dan
lainnya).
• Kapasitas ini bisa merupakan kearifan lokal
masyarakat yang diceritakan secara turun
temurun dari generasi ke generasi.
15. • Risiko bencana (Risk) adalah potensi kerugian
yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat
berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam,
hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan
atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat.
• Risiko merupakan akibat kombinasi dari
bahaya, kerentanan, dan kapasitas dari daerah
yang bersangkutan.
16. • Setelah melakukan kajian resiko bencana,
yang harus kita lakukan ialah melakukan
tindakan untuk mengurangi resiko bencana
tersebut. Tindakan yang dilakukan bertujuan
untuk mengurangi kerentanan dan menambah
kapasitas sebuah daerah.
17. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko
bencana antara lain :
1. Relokasi penduduk dari daerah rawan bencana, misal
memindahkan penduduk yang berada dipinggir tebing
yang mudah longsor
2. Pelatihan-pelatihan kesiapsiagaan bencana bagi
penduduk di sebuah daerah.
3. Pengkondisian rumah atau sarana umum yang
tanggap bencana.
4. Bangunannya relatif lebih kuat jika dilanda gempa.
5. Penciptaan dan penyebaran kearifan lokal tentang
kebencanaan.
6. Dan lain-lain
18. Kelembagaan Penanggulangan
Bencana
BNPB mempunyai tugas sebagai berikut :
• Memberikan pedoman dan pengarahan
terhadap usaha penanggulangan bencana
yang mencakup pencegahan bencana,
penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan
rekonstruksi secara adil dan setara.
• Menetapkan standardisasi dan kebutuhan
penyelenggaraan penanggulangan bencana
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
19. Kelembagaan Penanggulangan
Bencana
• Menyampaikan informasi kegiatan
penanggulangan bencana kepada masyarakat.
• Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan
bencana kepada Presiden setiap sebulan sekali
dalam kondisi normal dan setiap saat dalam
kondisi darurat bencana.
• Menggunakan dan mempertanggungjawabkan
sumbangan atau bantuan nasional dan
internasional.
20. Kelembagaan Penanggulangan
Bencana
• Mempertanggungjawabkan penggunaan
anggaran yang diterima dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
• Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
• Menyusun pedoman pembentukan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah.
21. Prinsip-prinsip penanggulangan
bencana
• Cepat dan Tepat
Penanganan bencana harus cepat dan tepat
karena kalau terlambat akan menibulkan
kerugian harta benda dan korban manusia
yang banyak.
• Prioritas
Penanggulangan bencana harus
memprioritaskan penyelamatan nyawa
manusia, kemudian harta benda.
22. Prinsip-prinsip penanggulangan
bencana
• Koordinasi dan Keterpaduan
Koordinasi maksudnya dalam penanganan
bencana antar instansi pemerintah dan
masyarakat harus memiliki koordinasi yang
baik dan saling mendukung. Keterpaduan
maksudnya dalam penanganan bencana harus
dilakukan oleh berbagai sector secara terpadu
dan saling mendukung.
23. Prinsip-prinsip penanggulangan
bencana
• Berdaya Guna dan Berhasil Guna
Berdaya guna dan berhasil guna maksudnya
dalam penanganan bencana tidak membuang
waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
• Transparansi dan Akuntabilitas
Transparansi penanggulangan bencana harus
dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan. Akuntabilitas
maksudnya bahwa penanggulangan bencana
harus dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.
24. Prinsip-prinsip penanggulangan
bencana
• Kemitraan
Kemitraan maksudnya bahwa penanggulangan
bencana tidak hanya dilakukan oleh pemerintah,
tetapi harus bersama-sama dengan semua
elemen masyarakat.
• Pemberdayaan
Pemberdayaan merupakan upaya meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman masyarakat dalam
menghadapi bencana seperti langkah antisipasi,
penyelamatan, dan pemulihan bencana.
25. Prinsip-prinsip penanggulangan
bencana
• Non Diskriminatif
Dalam penanggulangan bencana tidak boleh
diskriminatif dengan memberikan perlakukan
yang berbeda berdasarkan jenis kelamin, suku,
agama, ras, dan paham politik.
• Non Proletisi
Non proletisi maksudnya dalam penanggulangan
bencana dilarang memanfaatkan keadaan
darurat dengan menyebarkan agama atau
keyakinan tertentu, misalnya dengan dalih
pemberian bantuan.
26. • Penanggulangan bencana harus
berasaskan kemanusiaan, keadilan,
kesamaan kedudukan dalam hukum dan
pemerintahan, keseimbangan,
keselarasan, keserasian, ketertiban, dan
kepastian hukum, kebersamaan,
kelestarian lingkungan hidup, ilmu
pengetahuan dan teknologi.
28. GEMPA BUMI
Sebelum Terjadi Gempa Bumi
• Mengidentifikasi dan memetakan patahan aktif yang
berpotensi memicu terjadinya gempa bumi.
• Penyadaran pengetahuan sejak dini tentang bahaya
gempa, melalui latihan penyelamatan diri pada saat
terjadi gempa, minimal dua kali dalam setahun.
• Membangun rumah tahan gempa.
• Mengetahui tempat yang aman jika terjadi gempa
bumi, baik di dalam ruangan maupun luar ruangan.
29. Sebelum Terjadi Gempa Bumi
• Menyiaipkan tas ransel yang berisi barang-barang
yang sangat dibutuhkan pada saat darurat, antara
lain air minum dalam kemasan, makanan tahan lama
seperti biscuit, kotak P3K yang berisi obat-obatan.
• Memiliki kaca jendela yang tidak mudah pecah atau
jenis kaca yang tidak berserakan jika pecah dan
melukai orang.
• Mendidik diri sendiri dan semua anggota keluarga
tidak panik menghadapi gempa bumi, dan
mengetahui nomor-nomor penting seperti telepon
darurat, polisi, pemadam kebakaran, dan stasiun
yang menyiarkan informasi darurat.
30. Sedang Terjadi Gempa Bumi
Di Dalam Rumah
• Jika Anda berada di dalam rumah, segeralah selamatkan
diri dan keluarga dengan keluar rumah dengan
memperhatikan barang-barang yang mudah roboh. Jika
tidak sempat keluar rumah, berlindunglah di bawah meja
yang kuat sehingga dapat terlindung dari jatuhan benda-
benda, lindungi kepala dengan helm atau benda lainnya.
Segera ambil tas yang sudah berisi makanan, minuman, dan
obat-obatan. Jika kompor sedang menyala matikan segera
agar tidak terjadi kebakaran. Pada saat evakuasi pastikan
tidak ada anggota keluarga yang tertinggal. Segera beri
pertolongan jika memungkinkan karena petugas kesehatan
akan kesulitan datang. Segera mengungsi ke tempat yang
aman.
31. Di Sekolah
• Jika Anda berada di sekolah, jangan panic,
lindungi kepala dengan tas atau buku. Jika
tidak memungkinkan keluar, berlindunglah di
bawah kolong meja. Jika gempa sudah
mereda, segera keluar mencari lapangan
terbuka yang jauh dari pohon, gedung, dan
tiang.
32. Di Luar Bangunan
• Lindungi kepala dari benda-benda berbahaya,
seperti kaca dan papan reklame, pohon besar
dan hindari jembatan atau jalan layang.
33. Di Dalam Gedung Perkantoran atau Mall
• Jangan menggunakan lift, segera mencari
tangga darurat, ikuti semua petunjuk dari
petugas atau satpam.
34. Di Dalam Kendaraan
• Jika sedang menyetir, jangan sekali-kali
ngerem mendadak, kurangilah kecepatan dan
berhentilah di bahu jalan, jangan di dekat
pompa bensin, di bawah kabel tegangan
tinggi, parkirkan mobil di kiri jalan. Segeralah
keluar dari kendaraan. Jika di dalam kereta
api, berpeganglah dengan erat untuk
menghindari jatuh pada saat kereta dihentikan
mendadak.
35. Di Daerah Gunung dan Pantai
• Jika sedang di daerah gunung, jauhilah tebing-
tebing yang tinggi untuk menghindari longsor.
Di daerah pantai, jauhilah pantai untuk
menghindari tsunami.
36. Setelah Terjadi Gempa Bumi
• Periksa luka pada diri sendiri, jika memungkinkan tolonglah
orang lain, seperti orang tua, anak-anak, ibu hamil, ibu
menyusui, dan orang cacat.
• Singkirkan dan bersihkan barang-barang yang berbahaya
seperti pecahan kaca.
• Jauhilah kabel listrik dan tetaplah berada jauh dari
bangunan yang mudah roboh.
• Waspada dengan adanya gempa susulan karena bisa
merobohkan bangunan yang sudah retak pada gempa
pertama.
• Hubungi petugas yang menangani bencana, kembali ke
rumah jika pihak berwenang sudah mengumumkan bahwa
kondisi sudah aman.
37. Letusan Gunungapi
• Bahaya dari letusan gunungapi terdiri atas bahaya
langsung (primer) dan bahaya tidak langsung.
Bahaya langsung merupakan bahaya yang
ditimbulkan secara langsung oleh erupsi
gunungapi berupa aliran lava, awan panas,
longsoran gunungapi, guguran lava pijar, lontaran
batu, hujan abu, hujan lumpur, lahar letusan, gas
racun, dan tsunami gunung api. Bahaya tidak
langsung (sekunder) merupakan bahaya yang
ditimbulkan secara tidak langsung oleh erupsi
gunungapi, yang berupa lahar hujan dan
longsoran gunungapi.
38. Mitigasi Sebelum Terjadi Letusan
Gunungapi
• Melakukan pemantauan dan pengamatan kegiatan
gunungapi yang aktif.
• Membuat peta zonasi kawasan rawan bencana letusan
gunungapi. Informasi ini disebarkan kepada seluruh elemen
pemerintah dan masyarakat.
• Membuat jalur evakuasi dan tempat pengungsian yang
dilengkapi dengan fasilitas dapur umum, toilet, kamar
mandi, dan ruang kesehatan.
• Melakukan pelatihan kepada masyrakat dalam menghadapi
bahaya letusan gunungapi.
• Menyosialisasikan kepada masyarakat tentang arti
peringatan dini dari pemerintah mengenai bencana letusan
gunungapi.
39. Mitigasi ketika Sedang Terjadi Letusan
Gunungapi
• Perhatian tanda-tanda letusan gunungapi, seperti
hewan-hewan turun dari gunung.
• Segera hindari daerah yang rawan bencana
letusan gunungapi seperti lereng gunung,
lembah, aliran sungai, dan daerah aliran lava.
• Segera melindungi diri dari abu letusan
gunungapi seperti menggunakan kacamata,
masker, topi, dan pakaian lengan panjang.
• Segera ikuti instruksi dari pemerintah setempat
berkaitan dengan evakuasi, jalur evakuasi, dan
lainnya.
40. Setelah terjadi Letusan Gunungapi
• Segera dilakukan penanganan terhadap korban
bencana letusan gunungapi, korban yang
meninggal segera dikuburkan, korban yang
mengalami luka-luka segera diberikan perawatan.
• Membersihkan atap bangunan dari timbunan abu
letusan karena beratnya dapat meruntuhkan atap
bangunan.
• Memperbaiki fasilitas yang rusak akibat letusan
seperti jembatan, jalan, dan sumber air bersih.
41. Setelah terjadi Letusan Gunungapi
• Mendata korban jiwa dan kerugian harta
benda untuk evaluasi penanganan bencana.
• Membuat struktur bangunan tahan api dan
bangunan yang tahan terhadap tambahan
berat abu vulkanik.
• Membuat tempat penampungan yang kuat
dan tahan api untuk keadaan darurat.
• Mematuhi instruksi pemerintah seperti tidak
membangun rumah di daerah rawan bencana
42. Tsunami
• Tsunami adalah gelombang tinggi atau besar yang
menghantam daerah pantai dan pesisir. Istilah
tsunami berasal dari bahasa Jepang, yaitu Tsu
berarti pelabuhan dan name berarti gelombang.
Tsunami terjadi akibat gempa bumi di dasar laut
dengan kekuatan lebih dari 7.5 skala richter dan
memiliki kedalaman episentrum kurang dari 70
km yang mengakibatkan terjadinya patahan
sehingga air laut mengalami goncangan dan
membentuk gelombang yang besar di daerah
pantai dan pesisir.
43. Tsunami
• Hampir seluruh wilayah Indonesia rawan
bencana tsunami. Hal ini karena Indonesia
merupakan Negara kepulauan yang memiliki
total garis sepanjang 80.000 km. kepulauan
Indonesia dikelilingi oleh patahan aktif yang
merupakan hasil pertemuan tiga lempeng
bumi yang saling bergerak dan bertumbukan.
44. Risiko bencana tsunami sangat
bergantung pada hal-hal berikut.
• Kepadatan penduduk dan kesiapan penduduknya
menghadapi bencana tsunami.
• Karakteristik tsunami seperti tinggi, panjang, dan arah
gelombang.
• Kepadatan vegetasi di pinggir pantai.
• Topografi daerah pantai, jika morfologinya berupa
tebing-tebing yang tinggi tidak rentan tsunami, tetapi
jika pantanya berupa dataran yang landai sangat rentan
terhadap tsunami.
• Bangunan penghalang di sepanjang pantai, seperti
hotel, dan rumah.
• Fasilitas peringatan dini.
45. Sebelum Terjadi Tsunami
• Membuat tempat pengungsian. Lokasi untuk
evakuasi harus mudah dijangkau jika bencana
tsunami terjadi.
• Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang
bencana tsunami seperti keterampilan
menyelamatkan diri. Pemahaman ini dapat
dilakukan dengan sosialisasi kepada masyarakat,
seperti pengertian tsunami, penyebab terjadinya
tsunami, ciri-ciri tsunami, dampak bencana
tsunami, cara penyelamatan dan evakuasi.
46. Sebelum Terjadi Tsunami
• Melakukan latihan-latihan (simulasi) seperti
kondisi tsunami yang sebenarnya.
• Masyarakat harus mengetahui rute evakuasi,
langkah-langkah penyelamatan, dan
kesepakatan bersama dalam evakuasi.
• Melindungi daerah pantai dari tsnumai
dengan menanam pepohonan yang bercabang
(green belt) seperti cemara laut (casuarina
equisetifolia), bakau, nipah, ketapang.
47. Sebelum Terjadi Tsunami
• Membangun peringatan dini, seperti alat-alat
penyampaian informasi jika terjadi tsunami,
seperti sirine, lonceng, dan pengeras suara.
• Pembangunan bangunan pelindung tsunami,
yaitu tembok yang panjang dan tinggi dengan
konstruksi yang kuat dapat menahan tsunami
dengan ukuran tertentu.
48. Sebelum Terjadi Tsunami
• Peningkatan kapasitas rumah sakit di daerah-
daerah rawan tsunami.
• Siapkan fisik seperti sering berolah raga agar
bisa berlari kencang jika tsunami datang.
• Jalur lebar evakuasi harus direncanakan
khusus untuk evakuasi bukan untuk lalu lintas
pada umumnya.
• Memetakan (zonasi) daerah yang rawan
bencana tsunami.
49. Sedang Terjadi Tsunami
• Perhatikan tanda akan terjadinya tsunami adalah
bau amis ikan yang berlebihan. Air laut yang surut
mendadak adalah tanda bahwa tsunami akan
segera datang, tetapi kedatangan tsunami tidak
selalu didahului dengan air laut yang surut
mendadak.
• Selamatkan dirimu terlebih dahulu dan
bertindaklah selamatkan orang lain jika situasi
memungkinkan. Tinggalkan barang-barang berat.
50. Sedang Terjadi Tsunami
• Perhatikan dan jangan sepelekan tanda
bahaya dari petugas/pemerintah.
• Segera menuju tempat yang lebih tinggi dan
tetap di sana, memanjat pohon yang kuat
terhadap tsunami, dan berpegangan ada
benda yang bisa terapung, misalnya kayu yang
terapung.
51. Sedang Terjadi Tsunami
• Jika saat evakuasi membawa mobil dan motor,
akan terjadi kemacetan di jalan. Jika ada satu
dua yang macet atau kecelakaan karena
keributan, seluruh evakuasi akan terganggu.
• Waspadai kemungkinan terjadinya tsunami
susulan yang lebih besar.
52. Sesudah Terjadi Tsunami
• Penguburan segera korban yang meninggal.
• Segera menangani korban yang mengalami
luka-luka.
• Waspada dengan penyakit seperti ISPA akibat
bau mayat yang menyengat.
• Segera membangun fasilitas sosial yang rusak
seperti rumah, jaringan jalan dan jembatan.
53. BANJIR
Besarnya banjir disebabkan oleh faktor-
faktor berikut.
• Jumlah air hujan, luas daerah tangkapan, dan lamanya
waktu hujan. Jika jumlah air hujan besar, akan terjadi banjir,
luas daerah tangkapan luas akan menahan banjir, dan hujan
yang terlalu lama akan menyebabkan banjir.
• Kemampuan tanah menahan air. Hujan yang deras akan
diserap oleh lapisan tanah melalui pori-pori tanah.
• Pembangunan dan perubahan lingkungan di daerah
tangkapan hujan dan daerah dataran banjir, seperti
membangun permukiman di bantaran sungai.
•
54. Besarnya banjir disebabkan oleh
faktor-faktor berikut.
• Pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya.
Sampah yang dibuang ke sungai akan mengurangi
kapasitas sungai menampung air hujan. Sampah
dapat menyumbat aliran air di sungai.
• Tidak tertatanya saluran drainase yang berfungsi
untuk menyalurkan air hujan dan mengalirkannya
ke luar daerah hunian.
• Kurangnya lahan hijau untuk menyerap air hujan
dan penebangan hutan di daerah hulu yang
merusak daerah tangkapan hujan.
55. Tahapan dan kegiatan yang harus dilakukan
secara bertahap dan terus menerus adalah
sebagai berikut.
• Persiapan untuk melakukan gawat darurat harus disusun
beberapa bulan sebelum musim hujan. Seperti sosialisasi
jalur evakuasi dan lokasi tempat pengungsian, tujuannya
untuk memastikan bahwa penanganan dan evakuasi korban
banjir dilakukan secara efektif dan tepat waktu.
• Kesuksesan kegiatan penanganan banjir seperti pencarian
dan penyelamatan korban jiwa atau pengungsi bergantung
kepada perencanaan yang baik dan penerapan kegiatan
kesiapsiagaan dan mitigasi terhadap banjir.
• Dalam rehabilitasi dan rekonstruksi setelah banjir, ahrus
ditekankan kepada kesiapsiagaan dan mitigasi banjir,
misalnya pembangunan tahan banjir, dan memperbaiki
sistem drainase.
56. Mitigasi Sebelum Banjir
• Membuat pertemuan untuk membahas
pengalaman banjir terakhir dan melakukan
perencanaan untuk menghadapi banjir yang akan
dating.
• Pemberdayaan masyarakat, misalnya masyarakat
menyiapkan stok makanan, beras, air bersih,
menyiapkan dana untuk menghadapi banjir.
• Meningkatkan kesadaran dan pengertian
masyarakat tentang penyebab banjir dan
dampaknya.
57. Mitigasi Sebelum Banjir
• Promosi keterlibatan masyarakat dan
pertolongan diri sendiri.
• Membentuk dan memperkenalkan system
peringatan dini berupa pengeras suara dari
masjid atau dari kantor kelurahan.
• Membangun pengetahuan masyarakat dan
melatih tokoh masyarakat.
58. Mitigasi Sebelum Banjir
• Mempersiapkan pengungsian.
• Membersihkan selokan, got, dan sungai dari
sampah dan pasir sehingga dapat mengalirkan air
keluar dari daerah perumahan dengan maksimal.
• Membuat system dan tempat pembuangan
sampah ke sungai atau selokan.
• Memperkokoh bantaran sungai dengan menanam
pohon dan semak belukar, dan membuat bidang
resapan di halaman rumah yang terhubung
dengan saluran drainase.
59. Mitigasi Sebelum Banjir
• Memindahkan rumah, bangunan dan konstruksi
lainnya dari dataran banjir sehingga daerah
tersebut dapat dimanfaatkan oleh sunga untuk
mengalirkan air yang tidak dapat ditampung
dalam badan sungai saat hujan.
• Tidak membangun rumah atau bangunan lainnya
pada daerah tangkapan hujan seperti hutan.
• Membangun tembok-tembok penahan dan
tanggul-tanggul di sepanjang sungai.
60. Ketika Terjadi Banjir
• Badan koordinasi yang baik. Komunikasi dan kerja
sama yang baik dari semua pihak seperti
masyarakat, pemerintah (kelurahan), untuk
menyatukan pengetahuan, kemampuan dan
penyelamatan korban.
• Pencarian dan penyelamatan korban.
• Pendataan dan tersedianya makanan darurat,
tempat pengungsian, tenaga medis.
• Melindungi daerah permukiman dari pencurian.
• Mengungsi.
61. Setelah Terjadi Banjir
• Analisis kerusakan dan kebutuhan, harus
melibatkan masyarakat dalam pendataan
kerusakan bangunan, kerugian harta benda
sehingga menjadi informasi untuk kepentingan
pengambilan keputusan dan pemberian bantuan.
• Pembangunan gedung dan infrastruktur, seperti
bangunan, jembatan yang harus mengacu pada
kesiapsiagaan, agar jika terjadi banjir selanjutnya
dapat meminimalkan kerusakan.
62. Setelah Terjadi Banjir
• Melakukan pendekatan terhadap lembaga donor
atau organisasi lain yang mau membantu,
misalnya dengan bantuan media massa.
• Kajian pasca bencana, seperti diskusi pengalaman
bencana seperti penanganan, kesiapsiagaan, dan
tindakan untuk menghindari banjir berikutnya.
• Memperbaiki sarana dan prasaranan yang rusak.
• Membersihkan sarana dan prasarana yang kotor.
63. Kekeringan
Penyebab kekeringan :
• Faktor meteorologi, sperti pengaruh curah hujan yang lebih
sedikit dari biasanya, kemudian ada pengaruh El Nino
sehingga kekeringan yang panjang.
• Faktor hidrologi, penggundulan hutan sehingga
berkurangnya resapan air ke dalam tanah (infiltrasi) yang
menyebabkan debit air berkurang pada sumber-sumber air.
• Faktor prasarana sumber daya air seperti mendangkalnya
waduk, saluran irigasi.
• Faktor sosial ekonomi. Pelestarian sumber daya lahan yang
pemanfaatannya sesuai dengan peruntukkannya dan
penggunaan air yang tidak efisien.
64. Dampak Kekeringan Jangka Pendek
• Kekurangan air bersih untuk kebutuhan rumah
tangga.
• Gagal panen atau puso sehingga menurunkan
pendapatan petani.
• Munculnya penyakit, seperti diare, campak,
dan cacar.
• Menurunkan kualitas gizi bayi.
65. Penanggulangan kekeringan dalam
waktu jangka pendek
• Segera membantu masyarakat yang
kekurangan air.
• Membuat hujan buatan.
• Member bantuan pangan bagi masyarakat
yang kekurangan makan.
• Mengobati penyakit akibat kekeringan.
• Meningkatkan gizi balita.
66. Kekeringan Jangka Menengah
• Dampak kekeringan yang terjadi dalam waktu
jangka menengah adalah sebagai berikut.
• Berkurangnya kuantitas sumber air bersih bagi
masyarakat.
• Kurang maksimalnya sarana dan prasarana air
bersih.
67. Penanggulangan kekeringan dalam
waktu jangka menengah
• Meningkatkan ketersediaan sumber air seperti
pembangunan sumur gali, sumur air tanah
dalam, penampungan air hujan (PAH),
terminal air, waduk.
• Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana
air bersih.
• Mencari potensi sumber air baru.
68. Dampak Kekeringan Jangka Panjang
• Menurunnya debit sumber mata air.
• Rusaknya lingkungan sekitar sumber mata air
dan waduk.
• Rusaknya hutan.
• Semakin meluasnya lahan kritis.
69. Penanggulangan kekeringan dalam
waktu jangka panjang
• Reboisasi atau penghijauan di sekitar sumber
mata air, sungai, dan waduk.
• Rehabilitasi lahan kritis, meningkatkan atau
memperbaiki daerah yang tandus dengan
mengelola lahan secara maksimal.
• Pengelolaan hutan bersama masyarakat.
70. Penanggulangan kekeringan dalam
waktu jangka panjang
• Pembangunan sumur resapan di wilayah
rawan kekeringan.
• Pengenalan pertanian dan pola-pola tanam
yang fleksibel.
• Pengelolaan air secara bijaksana seperti
mengurangi pemanfaatan air tanah dengan
banyak mengelola air permukaan seperti
dengan membangun waduk.