DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
Miskomunikasi antara pasangan yang memiliki perbedaan Agama dan latar belakang Budaya
1. Miskomunikasi antara pasangan yang memiliki perbedaan Agama dan latar belakang
Budaya
Raden Ayu Mergyanti, Novalia Agung Wardjito Ardhoyo
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
Email : rmergyanti@gmai.com
Abstrak - Dikutip dari Gramedia Blog, Secara etimologi, Antropologi berasal dari bahasa
Yunani yaitu Anthropos yang memiliki arti manusia dan logos yang memiliki arti wacana,
bernalar, berakal yang bisa juga disebut dengan ilmu. (Keesing, 1999:5) Antropologi komunikasi
dalam pengertian yang terbatas, komunikasi adalah sarana untuk mengirim pesan. Menurut
KBBI Budaya adalah pikiran: akal budi, serta sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar
diubah. Menurut Koentjaraningrat Budaya adalah segala daya dan aktivitas manusia untuk
mengolah serta mengubah semesta alam. Konflik ini saya bahas karena bertujuan untuk
memberi tahu kepada pembaca agar dari awal ketika ingin memiliki sebuah hubungan dengan
seseorang maka harus mempertimbangkan dari segala aspek, salah satu contohnya yaitu aspek
agama dan latar budaya mereka agar tidak terjadi perdebatan dan miskomunikasi antara kedua
belah pihak. Menurut Moleong (2005:6) Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Saya
akan menggunakan penelitian Kualitatif dalam riset ini. Penelitian kualitatif dapat dilakukan oleh
dua cara yaitu dengan cara wawancara dan observasi. Kesimpulan dari hasil riset yang sudah
saya buat adalah mempertimbangkan lebih matang lagi jika memiliki hubungan yg sudah lama
dilakukan dan harus ada persetujuan antara kedua belah pihak untuk melakukan hubungan serius
dan jika berbicara jangan asal bicara karena kita tidak akan tau bagaimana lawan bicara kita
menanggapi perkataan yang kita bicarakan.
Kata Kunci : Antropologi, Miskomunikasi, Teori Komunikasi
2. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dikutip dari Gramedia Blog, Secara etimologi, Antropologi berasal dari bahasa Yunani
yaitu Anthropos yang memiliki arti manusia dan logos yang memiliki arti wacana, bernalar,
berakal yang bisa juga disebut dengan ilmu. Secara mudahnya antropologi adalah suatu ilmu
yang mempelajari tentang manusia. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia atau
KBBI, adalah suatu ilmu yang didalamnya membahas tentang manusia, khususnya tentang asal-
usul, beragam bentuk fisik dan warna, adat istiadat serta kepercayaan pada masa lampau.
Koentjaraningrat yang juga merupakan Bapak Antropologi Indonesia menjelaskan jika
antropologi merupakan suatu ilmu yang didalamnya mempelajari seputar umat manusia seperti
pada umumnya, aneka warna, bentuk fisik manusia hingga kebudayaan yang dihasilkan.
(Keesing, 1999:5) Antropologi komunikasi dalam pengertian yang terbatas, komunikasi
adalah sarana untuk mengirim pesan. Dalam pandangan Antropologi, sarana untuk mengirim
pesan ini eksis dalam konteksnya. Oleh karena itu makna pesan juga akan berhubungan dengan
konteksnya. Dalam perkembangan Antropologi mutakhir, para ahli Antropologi tertarik akan
upaya pemahaman makna. Mereka menekankan penafsiran atau studi interpretif. Demikian pula
dalam memperlakukan komunikasi, pesan-pesan komunikasi akan berdekatan dengan
pemaknaan yang interpretif. Makna komunikasi diinterpretasikan dengan melihat konteksnya.
Dari bidang Antropologi Fisik, Paleontologi manusia memberi kontribusi pada Ilmu
Komunikasi dalam memahami sistem/alat komunikasi yang digunakan nenek moyang pada masa
lampau sesuai dengan gambaran fisik mereka. Sementara itu, kontribusi Antropologi dari bidang
studi tentang variasi manusia adalah dalam rangka mengembangkan teknologi komunikasi yang
disesuaikan dengan keberagaman kelompok manusia secara fisik dan biologis.
Menurut KBBI Budaya adalah pikiran: akal budi, serta sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaan dan sukar diubah. Menurut Koentjaraningrat Budaya adalah segala daya dan aktivitas
manusia untuk mengolah serta mengubah semesta alam. Sedangkan menurut Parsudi Suparlan,
budaya adalah semua pengetahuan manusia yang dimanfaatkan untuk mengetahui dan
memahami pengalaman serta lingkungan yang dialaminya. Dalam Littlejohn (1999:70)
dikemukakan pula bahwa budaya adalah semiotik, sementara makna adalah unit-unit budaya.
3. Teori-teori yang termasuk kelompok ini adalah teori tentang tanda, perilaku dan interaksi dari
Morris; teori tentang simbol dari Langer dan semiotika Eco. Karena tidak ada kebudayaan tanpa
adanya manusia, maka pekerjaan ahli antropologi fisik merupakan kerangka yang diperlukan
oleh ahli antropologi budaya. Antropologi budaya, dibedakan lagi menjadi 5, yaitu :
1) Etholiguistik yaitu yang mempelajari tentang bahasa-bahasanya. 2) Prehistori yaitu
mempelajari tentang sejarah perkembangan dan penyebaran semua kebudayaan manusia
mengenal tulisan. 3) Etnolog yaitu Ilmu yang mempelajari kehidupan suku-suku bangsa
misalnya adat, agama, dan kebudayaan masa kini. 4) Antropologi spesifikasi yaitu ilmu
antropologi yang melakukan perkembangan dari ilmu antropologi murni. 5) Antropologi terapan
yaitu berusaha mengaplikasikan temuan-temuan antropologi dalam pemecahan masalah yang
dihadapi manusia, misalkan membuat bahan makanan yang mempunyai nilai jual yang tinggi.
Miskomunikasi atau miscommunication, adalah kegagalan dua orang untuk dapat
berkomunikasi secara memadai. Istilah satu ini juga menggambarkan ketidakmampuan seseorang
untuk mengungkapkan ide atau pikirannya dengan benar. Isu ini merupakan salah satu di antara
banyak hambatan komunikasi, di mana pesan atau kata yang disampaikan secara keliru diartikan
oleh pendengar. Hal ini terjadi karena mereka tidak dapat menafsirkan makna sebenarnya dari
pembicara. Miskomunikasi sendiri sering terjadi dalam situasi di mana ada kesalahan dalam
mengungkapkan pikiran atau salah persepsi oleh salah satu lawan bicara.
Konflik menurut Soerjono Soekanto (2006) adalah pertentangan yang ditimbulkan
adanya perbedaan antara individu dengan kelompok sosial. Perbedaan ini umumnya bisa
disebabkan oleh pertentangan kepentingan dan perbedaan tujuan.
"Perbedaan pemikiran antara pasangan yang memiliki perbedaan agama dan
budaya." Termasuk ke dalam Antropologi Budaya karena kepercayaan ataupun pembahasan
tentang agama termasuk ke dalam budaya. Tetapi berkaitan juga dengan Antropologi
Komunikasi karena hubungan mereka sering terjadi miskomunikasi yang mengakibatkan konflik
antara mereka. Seperti contoh kasus Antropologi komunikasi dan budaya yaitu :
Rayu dan Bram saat awal pacaran tidak mempermasalahkan tentang perbedaan agama
mereka. Rayu sudah akrab dengan keluarganya begitupun sebaliknya. Latar belakang keluarga
4. Bram yaitu keluarga Batak yang memiliki kepribadian keras atau tegas dalam menentukan
sesuatu dan selalu teguh dalam pendiriannya. Sedangkan keluarga Rayu yang bersifat lembut
tetapi memiliki prinsip hidupnya masing-masing dan sangat bebas dalam menentukan pilihan
hidup.
Pada saat masuk kuliah, pertengkaran miss komunikasi sering terjadi di hubungan mereka.
Rayu yang diawal hubungan bilang akan pindah agama setelah berpacaran 2 tahun lebih
dianggap serius oleh Bram. Setelah hubungan mereka sudah 3 tahun, Bram mulai
mempertanyakan bagaimana hubungan mereka selanjutnya dikarenakan Bram yang sudah
memiliki umur yang cukup untuk menikah sedangkan Rayu yang masih menjadi mahasiswa baru.
Jarak usia mereka beda 3 tahun dan tentu saja lebih tua usia Bram. Pada saat mereka sedang
bermain, Bram tiba-tiba mengajak Rayu untuk menjalin hubungan yang serius karena keluarga
Bram sudah menanyakan hal tentang pernikahan. Jika hanya sekali Bram mengajak Rayu untuk
menikah tidak dipermasalahkan olehnya, tetapi obrolan tersebut sering dilakukan Bram sehingga
Rayu pun binggung menanggapi hal tersebut dan Bram juga membahas omongan di masa lalu
yang katanya Rayu akan pindah agama demi Bram. Rayu menjelaskan bahwa perkataan dia saat
itu hanyalah bercanda tetapi dianggap serius oleh Bram, hal tersebut membuat Bram marah dan
kecewa karena Rayu mengganggap hubungan mereka tidak serius. Keluarga Bram pun tidak
menyetujui jika ada yang pindah di antara mereka karena menurut keluarga Bram, hal tersebut
merupakan hal yang sangat sensitif, sedangkan keluarga Rayu yang membebaskan pilihannya
kepada Rayu, tetapi dalam lubuk hatinya Rayu tidak ingin mengorbankan agamanya demi
pacarnya saat itu. Walaupun mereka sudah mengkomunikasikannya dengan baik, tetapi tetap saja
tidak ada jalan tengah untuk hubungan mereka selanjutnya. Oleh karena itu, adanya miss
komunikasi tersebut menyebabkan kerenggangan hubungan mereka, yg mengakibatkan mereka
harus mengakhiri hubungannya.
Alasan saya memilih judul pembahasan tersebut karena pembahasan tentang hubungan
perbedaan agama dan budaya sangat banyak dilakukan oleh kalangan anak-anak zaman sekarang
yang belum terlalu mementingkan hubungan kedepannya dalam artian mereka hanya
mementingkan untuk memiliki pasangan agar tidak kesepian, bukan bertujuan untuk memiliki
hubungan yang serius dan banyak juga yang tidak menepati komitmen yg dari awal mereka jalin
sehingga mengakibatkan konflik miskomunikasi tersebut.
5. Konflik tersebut berkaitan dengan antropologi karena Menurut Ember dan Ember
(1990:11) Antropologi tidak hanya mempelajari ragam manusia, namun juga mempelajari semua
aspek pengalaman manusia dan dalam orientasinya, Antropologi bercirikan kajian kemanusiaan
(human being) yang lebih berkaitan dengan makna ketimbang ukuran. Selain itu juga memiliki
konteks kehidupan sehari-hari masyarakat, yang dimana konlik miskomunikasi tersebut sering
terjadi di kehidupan sehari-hari kita. Selain itu, perbedaan latar belakang budaya dan kebiasaan
mereka yang berbeda menyebabkan terjadinya permasaahan tersebut terjadi. Bram yang berasal
dari suku Batak yang keras dan latar belakang keluarganya yang sangat menentang hubungan
pernikahan beda agama sedangkan Rayu berasal dari suku Jawa yang lembut dan dibebaskan
dalam menentukan pilihan oleh keluarganya. Kondisi tersebut juga menunjukan bahwa
komunikasi sejak awal sangat penting dalam suatu hubungan agar tidak terjadi miskomunikasi.
TUJUAN
Konflik ini saya bahas karena bertujuan untuk memberi tahu kepada pembaca agar dari
awal ketika ingin memiliki sebuah hubungan dengan seseorang maka harus mempertimbangkan
dari segala aspek, salah satu contohnya yaitu aspek agama dan latar budaya mereka agar tidak
terjadi perdebatan dan miskomunikasi antara kedua belah pihak. Dalam konflik tersebut,
miskomunikasi sering terjadi karena pasangan masing-masing memiliki pemahaman dan
keyakinan yang berbeda. Mereka mungkin memiliki harapan dan kebutuhan yang berbeda dalam
hubungan, serta cara pandang yang berbeda dalam memandang hal-hal tertentu seperti cara
penyampaian pesan Rayu terhadap Bram.
Selain itu, miskomunikasi dalam hubungan yang memiliki perbedaan agama dan budaya
dapat memunculkan konflik yang serius dan bahkan dapat mengancam keberlangsungan
hubungan. Oleh karena itu, memahami dan mengatasi miskomunikasi dalam hubungan ini sangat
penting untuk menjaga keharmonisan dan keberlangsungan hubungan.
METODE PENELITIAN
Menurut Moleong (2005:6) Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
6. metode alamiah. Saya akan menggunakan penelitian Kualitatif dalam riset ini. Penelitian
kualitatif dapat dilakukan oleh dua cara yaitu dengan cara wawancara dan observasi.
(Saputri Marheni, 2020) Wawancara adalah “Suatu proses komunikasi relasional dengan
tujuan yang serius dan ditetapkan lebih dulu yang dirancang untuk mempertukar perilaku dan
melibatkan tanya jawab.” Atau singkatnya “suatu percakapan berdasarkan suatu maksud.”
Berdasarkan hasil riset yang saya bahas, terdapat 6 informan yang ada di pembahasan
tersebut yaitu yang pertama selaku informan utama yg memiliki konflik dalam hubungan adalah
Bram (nama samaran) yang berusia 23 tahun dan bergender laki-laki dan Rayu (nama samaran)
yang berusia 20 tahun, ia memiliki gender sebagai perempuan. Sedangkan orang tua Bram yang
bernama Batara (nama samaran) yang berusia 52 tahun dan bergender laki-laki selaku ayahnya
Bram dan Anggi (nama samaran) yang berusia 50 tahun dan memeiliki geder perempuan selaku
bundanya Bram. Setelah itu ada orang tua Rayu yang bernama Bagas (nama samaran) yang
berusia 53 tahun dan memiliki gender laki-laki, sedangkan Zaina (nama samaran) yang berusia
54 tahun dan memiliki gender perempuan. Dan dari ke-6 informan tersebut, saya akan
mewawancarai Rayu dan Bram saja.
Dalam menggunakan metode wawancara, saya akan menanyakan beberapa pertanyaan
kepada Bram dan Rayu selaku informan utama.
Pertanyaannya yaitu :
1) Mengapa konflik tersebut dapat terjadi?
2) Bagaimana cara menyelasaikan konflik yang terjadi?
3) Kapan mereka akan menyelesaikan konflik tersebut?
Dikutip dari fisip UNMUL Observasi adalah proses sitematis dalam merekam pola
perilaku manusia, objek dan kejadian-kejadian tanpa menggunakan pertanyaan atau
berkomunikasi dengan subjek. proses tersebut mengubah fakta menjadi data. Istilah observasi
diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.
Setelah melakukan wawancara seharusnya selanjutnya melakukan observasi. Tetapi,
karena konlik yang saya bahas sudah selesai dan tidak terjadi lagi, maka saya tidak akan
melakukan metode penelitian observasi tersebut.
7. ANALISIS PEMBAHASAN
SOLUSI
(ANNET & Naranjo, 2014) Pemilihan solusi penyelesaian merupakan tindakan untuk
menyelesaikan atau proses yang menggunakan kekuatan berfikir untuk menyelaraskan
permasalahan. Solusi dari konflik tersebut yaitu mereka yang ingin memiliki hubungan
seharusnya dari awal memiliki komitmen, komitmen dalam artian dari awal mereka harus setuju
dengan janji yang mereka bikin dan seharusnya dari awal memilh pasangan yang memiliki
kesamaan kepercayaan atau agama yang sama serta kebudayaan yang tidak menentang satu sama
lain serta jika berbicara jangan asal bicara karena kita tidak akan tau bagaimana lawan bicara kita
menanggapi perkataan yang kita bicarakan.
Selain itu, komunikasi yang buruk juga dapat menjadi penyebab miskomunikasi dalam
hubungan pasangan yang berbeda agama atau latar belakang budaya. Pasangan harus belajar
untuk berkomunikasi dengan jelas dan terbuka tentang perbedaan-perbedaan mereka, serta saling
mendengarkan dan memahami perspektif satu sama lain. Komunikasi yang baik dapat membantu
pasangan untuk menyelesaikan masalah dan membangun kepercayaan satu sama lain.
ANALISIS TEORI
Sebagaimana dikutip dari buku Teori Komunikasi Interpersonal Disertai Contoh
Fenomena Praktis (2020) karya Ali Nurdin, Kerlinger mendefinisikan teori sebagai himpunan
konstruksi atau konsep, definisi, serta proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis
tentang gejala yang menjabarkan relasi di antara variabel. Teori komunikasi adalah pedoman
bagi manusia untuk membantu memahami serta mempelajari fenomena, gejala, dan proses
komunikasi.
Dalam konflik yang saya bahas, konflik tersebut masuk kedalam komunikasi antarpribadi
sebagaimana pengertian komunikasi antarpribadi menurut para ahli yaitu menurut Little John
memberikan definisi komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi
antar individu-individu. Agus M.Hardjana mengatakan, komunikasi antarpribadi adalah interaksi
tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara
langsung dan penerima pesan dapat menerima dan dapat menanggapai secara langsung. Arni
8. Muhammad mengatakan komunikasi antarpribadi adalah proses pertukaran informasi diantara
seseorang dengan orang lain yang dapat langsung diketahui balikannya.
Komunikasi antarpribadi dapat terjadi melalui tahapan proses yaitu :
1. Kontak (First impression) : Awal sosialisasi dimulai dari saling melemparkan kesan pertama
yang baik kepada orang lain. Kesan yang baik dapat dilakukan melalui bahasa tubuh dan bahasa
yang baik. 2. Perkenalan : Kesan yang baik mampu untuk mendorong orang lain membuka diri
untuk saling mengenalkan diri. 3. Pertemanan : Pertemanan yang baik adalah pertemanan yang
terjalin dalam kurun waktu tertentu dan mampu mengenal lebih intim antar pelaku di dalamnya.
4. Decline : Tantangan yang sering muncul dalam sebuah hubungan adalah konflik Konflik yang
bisa terjadi dikarenakan antar pelaku saling mempertahankan ego atau kesalahpahaman.
5. Perpecahan : Konflik yang memuncak dan tidak bisa diselesaikan dengan baik akan
memasuki proses perpecahan Pelaku yang ada dalam sebuah hubungan akan memilih berpisah
atau tidak kembali lagi menjalin komunikasi.
Teori Dialektika Relasional
Teori ini pertama kali diusulkan pada tahun 1988, mendefinisikan pola komunikasi antara
mitra hubungan sebagai akibat dari ketegangan dialektis endemik. Yang menyatakan bahwa
hidup berhubungan dicirikan oleh ketegangan-ketegangan atau konflik antar individu. Konflik
tersebut terjadi ketika seseorang mencoba memaksakan keinginannya satu terhadap yang lain.
Relational Dialektika merupakan penjabaran ide Mikhail Bakhtin bahwa hidup adalah
sebuah monolog terbuka dan manusia mengalami tabrakan antara menentang keinginan dan
kebutuhan dalam komunikasi relasional. Baxter termasuk bagian dari Ketegangan dialektis yang
mengingatkan kita bahwa hubungan yang terus berubah, dan bahwa hubungan yang sukses dan
memuaskan membutuhkan perhatian konstan.
Teori Dialektika Relasional menyatakan bahwa hubungan antarpersonal dapat dipahami
melalui pertentangan antara tiga dimensi yang saling bertentangan: integrasi-terpisah, stabilitas-
perubahan, dan ekspresi-non-ekspresi. Miskomunikasi antara pasangan yang memiliki perbedaan
agama dan latar belakang budaya dapat terkait dengan ketiga dimensi ini. Pertama, integrasi-
terpisah mengacu pada bagaimana individu memandang hubungan mereka sebagai entitas yang
terpisah dari diri mereka atau sebagai bagian dari diri mereka. Pasangan yang memiliki
perbedaan agama dan budaya mungkin mengalami kesulitan dalam menentukan seberapa banyak
9. identitas mereka ingin digabungkan dalam hubungan. Mereka mungkin mengalami konflik
ketika mencoba menemukan keseimbangan antara mempertahankan keunikan mereka sendiri
dan merangkul perbedaan pasangan mereka. Kedua, stabilitas-perubahan berkaitan dengan
kecenderungan individu untuk mempertahankan status atau mencari perubahan dalam hubungan
mereka. Pasangan dengan perbedaan agama dan budaya mungkin mengalami konflik ketika
salah satu pasangan ingin mempertahankan tradisi mereka sementara pasangan lainnya ingin
menciptakan sesuatu yang baru dan unik dalam hubungan mereka. Ketiga, ekspresi-non-ekspresi
berkaitan dengan kecenderungan individu untuk mengekspresikan perasaan dan emosi mereka
atau menahan diri dari mengungkapkannya. Pasangan yang memiliki perbedaan agama dan
budaya mungkin mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan mengekspresikan perasaan
mereka secara efektif. Mereka mungkin memiliki pola komunikasi yang berbeda, yang dapat
menyebabkan miskomunikasi dan konflik.
Secara keseluruhan, teori Dialektika Relasional dapat membantu menjelaskan bagaimana
miskomunikasi terjadi dalam hubungan antara pasangan yang memiliki perbedaan agama dan
latar belakang budaya. Pasangan tersebut mungkin mengalami konflik antara keinginan mereka
untuk mempertahankan keunikan mereka sendiri dan merangkul perbedaan pasangan mereka,
serta antara keinginan mereka untuk mempertahankan tradisi dan menciptakan sesuatu yang baru
dan unik dalam hubungan mereka. Selain itu, mereka mungkin mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi dan mengekspresikan perasaan mereka secara efektif karena perbedaan dalam
pola komunikasi mereka.
Teori Penilaian Sosial
Teori Penilaian Sosial, Teori ini dikemukakan oleh Sherif dan Hovland (1961). Teori ini
menyatakan makin besar perbedaan antara pendapat pembicara dan pandangan pendengaranya
maka akan makin besar juga perubahan sikapnya, sejauh pesan tersebut berada dalam wilayah
penerimaannya. Selain itu keterlibatan ego yang tinggi menunjukan luasnya wilayah penolakan.
Jika teori atribusi menunjukan kepada kita pentingnya penilaian interpersonal. Maka teori
penilaian sosial, sebuah karya ilmu psikologi sosial, berfokus pada bagaimana kita membuat
penilaian mengenai pernyataan yang kita dengar. Rentang penerimaan dan penolakan seseorang
dipengaruhi oleh sebuah variabel kunci-keterlibatan Ego.
10. Keterlibatan Ego (Ego Involvement) adalah pemahaman tentang hubungan pribadi anda
dengan sebuah masalah.Efek Kontras (Contrast Effect) terjadi ketika semua individu menilai
sebuah pesan lebih jauh dari sudut pandang mereka daripada yang seharusnya dan Efek
Asimilasi (Asimilation Effect) terjadi ketika manusia menilai sebuah pesan lebih dekat dengan
sudut pandang mereka daripada yang seharusnya.
Selain Teori Dialektika Relasional, teori selanjutnya yang berkaitan dengan konflik yang
saya bahas yaitu Teori Penelitian Sosial. Keterkaitan antara konflik Bram dan Rayu dengan teori
penelitian sosial tersebut karena seperti pada penjelasan diatas ketika semakin besar perbedaan
antara pendapat pembicara dan pandangan pendengarnya, maka akan semakin besar perubahan
sikap dan akan melibatkan ego. Besarnya perbedaan pendapat mereka tentang suatu hubungan
pernikahan yang dihalangi karena perbedaan agama membuat hubungan mereka renggang.
Ketika Rayu bilang ingin pindah agama, maka disitulah si pendengar atau Bram merasa senang,
namun ketika si pembicara (Rayu) bilang bahwa saat itu perkatannya hanyalah sekedar bercanda,
pendengar pun tidak terima dan kecewa mendengarnya serta keterlibatan ego itu muncul dan
membawa hubungan mereka ke akhir yang mengecewakan atau kondisi tersebut membuat
hubungan mereka harus berakhir.
Teori Penilaian Sosial adalah sebuah teori yang mengemukakan bahwa individu dalam
berinteraksi sosial akan melakukan penilaian terhadap orang lain dan situasi, serta memberikan
respon berdasarkan penilaian tersebut. Teori ini dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana
miskomunikasi terjadi antara pasangan yang memiliki perbedaan agama dan latar belakang
budaya. Dalam konteks hubungan antara pasangan yang memiliki perbedaan agama dan latar
belakang budaya, penilaian sosial dapat mempengaruhi terjadinya miskomunikasi. Misalnya,
ketika seorang pasangan melakukan penilaian terhadap pasangan lainnya dengan sudut pandang
agama atau budaya yang berbeda, hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman dan
miskomunikasi.
Dalam hal ini, penting bagi pasangan yang memiliki perbedaan agama dan latar belakang
budaya untuk saling memahami dan menghargai perbedaan tersebut. Dengan demikian, pasangan
11. dapat melakukan penilaian sosial yang objektif dan meminimalkan terjadinya miskomunikasi
dalam hubungan mereka.
KESIMPULAN
Miskomunikasi dalam hubungan pasangan yang memiliki perbedaan agama dan latar
belakang budaya bisa menjadi masalah serius yang mengganggu keharmonisan hubungan
mereka. Pasangan dengan perbedaan agama atau latar belakang budaya yang berbeda cenderung
menghadapi tantangan dalam memahami dan menerima nilai-nilai dan keyakinan satu sama lain.
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kesalahpahaman, konflik, dan perpecahan dalam
hubungan. Kemudian hasil riset yang sudah saya buat adalah mempertimbangkan lebih matang
lagi jika memiliki hubungan yg sudah lama dilakukan dan harus ada persetujuan antara kedua
belah pihak untuk melakukan hubungan serius dan jika berbicara jangan asal bicara karena kita
tidak akan tau bagaimana lawan bicara kita menanggapi perkataan yang kita bicarakan.
Salah satu faktor penyebab miskomunikasi dalam hubungan pasangan yang berbeda agama
atau latar belakang budaya adalah perbedaan dalam pemahaman tentang kepercayaan agama dan
budaya masing-masing. Pasangan harus berusaha untuk memahami dan menerima perbedaan
tersebut, serta menemukan cara untuk menjalin hubungan yang sehat dan harmonis.
Hal penting lainnya dalam mengatasi miskomunikasi dalam hubungan pasangan yang
berbeda agama atau latar belakang budaya adalah toleransi. Pasangan harus belajar untuk
menghormati keyakinan dan budaya satu sama lain, serta tidak mencoba untuk mengubah satu
sama lain. Mereka harus belajar untuk memahami bahwa perbedaan adalah bagian dari
kehidupan, dan bahwa cinta dan pengertian harus selalu diutamakan dalam hubungan mereka.
12. DAFTAR PUSTAKA
Ade, H, K. (2014). Antropologi dalam ilmu komunikasi. Mahasiswa UNG.
Ninik, S, R. (2010). Perspektif Antropologi dan Teori Komunikasi: Penelusuran Teori-teori
Komunikasi dari Disiplin Antropologi. Media Neliti.
Ananda. Alasan Kenapa Antropologi adalah Ilmu Penting untuk Pelajari Manusia.
Gramedia.com.
ANNET, N., & Naranjo, J. (2014). Applied Microbiology and Biotechnology, 85(1), 2071–2079.
Saputri Marheni. (2020). Wawancara. 1–29.
Psikologi.fisip-unmul.ac.id. (2016). Observasi.
Humaria, A. (2022). Miskomunikasi: Arti, Penyebab, Contoh dan Cara Mengatasinya.
Glints.com.
Mesakh, A, D. (2022). Pengertian Budaya Menurut para Ahli. Media Indonesia.
Anwar, H. (2012). Penelitian Kualitatif (Metode): Penjelasan Lengkap. Statistikian.
Vanya, K, M, P. (2021). Pengertian Teori Komunikasi dan Fungsinya. Kompas.com
SARI, A, Anditha (2017). Komunikasi Antarpribadi. Deepublish. 1-78
Pemikirannya, S. D. A. N., Nuraini, H., Putri, S. M., & Husein, S. A. (2020). Disusun oleh : Kata
pengantar Abstrak. 201510048, 1–10.