SlideShare a Scribd company logo
1 of 183
Download to read offline
Dwi H Santoso
Merawat
Takdir Cinta

insanmandiricendekia
DWI H SANTOSO
MERAWAT
TAKDIR CINTA
Insanmandiricendikia
i
ii
Merawat Takdir Cinta
Penulis : Dwi H Santoso
ISBN : 978-623-6996-02-7 (PDF)
Cover : Foto oleh Wofgang-hasselman dari unsplash
Penerbit:
PT Insan Mandiri Cendekia
Redaksi:
Palma One Building, 7
th
floor suite 709
Rasuna Said road Kav X2 no.4 Kuningan
Jakarta 12950
Cetakan pertama : Desember 2020
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam
bentuk dan dengan cara apa pun tanpa ijin dari
penulis
iii
Cinta adalah bukan bagaimana
cara kita mendapatkannya akan
tetapi
Bagaimana cara Merawat Takdir Cinta yang sudah
dianugerahkan Allah SWT tersebut
iv
KATA PENGANTAR
Menyatunya dua hati manusia adalah buah dari
takdir cinta yang telah berhasil digapai oleh mereka berdua.
Ada yang menganggapnya sebagai akhir dari pencarian cinta,
walau sebenarnya yang terjadinya justru ini barulah awal
dari perjuangan untuk membuktikan bahwa mereka layak
untuk mendapatkannya
Bagaimana mereka merawat takdir cinta yang sudah
digapai itulah yang akan menghantarkannya pada puncak
kesejatian cinta pada mereka berdua. Dan inilah yang sedang
diarungi oleh Adi & Indah setelah mereka berhasil
mendapatkan takdir cintanya
Semoga kisah mereka berdua dapat menjadi inspirasi
bagi semua pasangan cinta yang sedang berjuang untuk
menumbuhkan dan merawat takdir cinta yang telah mereka
peroleh
Bogor, Desember 2020
v
SINOPSIS
Akhirnya Adi & Indah berhasil menggapai takdir cinta
mereka, dan mengukuhkannya dalam ikatan cinta sebagai
pasangan suami istri. Mahligai cinta yang dibangun dengan
niatan suci untuk saling mengisi dan mendukung perbaikan
diri masing masing dalam meningkatkan kualitas hubungan
dengan Sang Maha Pencipta ini pada akhirnya akan menjadi
pembuktian apakah mereka memang layak untuk
mendapatkan kesejatian cinta itu
Dimulai dari perjuangan seorang Adi untuk dapat hijrah
menjadi pribadi muslim yang lebih baik dengan lebih taat
dalam menjalankan perintah untuk beribadah terhadap Allah
dengan dukungan dan kesabaran Indah yang telah ditetapkan
sebagai takdir cintanya. Perjuangan hijrah yang tidak mudah
tapi sudah menjadi menjadi tekad mereka berdua untuk dapat
mewujudkannya.
Tapi hijrah adalah baru langkah awal. Bagaimana
untuk istiqomah untuk dapat mempertahankan ketaatan yang
sudah didapatkan oleh Adi adalah menjadi tantangan bagi Adi
berikutnya. Menjadi suatu pertanyaan besar apakah dia dapat
melakukannya
Dan ditengah perjuangan Adi tersebut, mereka juga
harus menghadapi ujian atas impian besar Indah untuk dapat
mewujudkan keluarga seutuhnya dengan hadirnya sang buah
vi
hati. Impian yang kandas sebelum waktunya tersebut sangat
mengguncangkan ketegaran mereka dalam mempertahankan
niat suci pada saat awal mereka membangun mahligai rumah
tangganya
Akankah mereka berdua dapat kembali bangkit untuk
menegakan mahligai cinta mereka sesuai dengan niatan
sucinya tersebut, atau justru mereka makin terseret jauh
meninggalkannya?
vii
DAFTAR ISI
Hijrah 1
Istiqomah 33
Ujian 63
Puncak Ujian 97
Hikmah 167
viii
1
Hijrah
“Mas Adi, Alhamdulillah aku hamil”, perkataan Indah
yang mengagetkan sekaligus membahagiakan itu menyambut
kedatanganku di waktu yang menjelang tengah malam
tersebut. Kutatap wajah Indah yang berbinar binar itu saat
pintu rumah terbuka menyambut kedatanganku
Akupun segera memeluknya dengan erat sambil
meneteskan air mata yang tidak bisa kubendung. Ya
perasaanku saat itu sangat bahagia sekali. Bukan hanya
karena mendengar kabar bahagia tersebut, akan tetapi juga
perasaan yang sangat lega dan terlepas dari segala himpitan
2
beban berat yang kami rasakan selama beberapa waktu ke
belakang.
Ya, memang banyak hal yang terjadi dalam kehidupan
pernikahan kami yang sudah menapaki tahun ke empat ini.
Tapi apa yang terjadi dalam 1 tahun terakhir ini memang
kami rasakan sangat memberatkan, bahkan membahayakan
keutuhan mahligai cinta kami yang kami bangun dengan
fondasi untuk mendapatkan ridho Illahi tersebut.
Perlahan pikiranku pun bergerak kembali ke masa
masa yang telah berlalu
--------
Selesai juga semua proses acara pernikahan kami.
Alhamdulillah semuanya dapat berjalan dengan lancar, tidak
ada satu halangan apapun
Persiapan yang hanya sekitar 2 bulan itu tidak
mengurangi kelancaran dan kekhidmatan acara kami
tersebut. Satu moment yang sangat mengharukan ku yang
belum pernah kurasakan sepanjang hidupku sampai saat ini
adalah pada saat aku bersumpah setia untuk menerima
Indah sebagai istri ku dan akan membahagiakannya
sepanjang usia kami nanti. Sungguh suatu acara ijab kabul
yang sangat menyentuh hatiku yang paling dalam
Ya, memang kami hanya merasa perlu untuk
menyiapkannya selama 2 bulan saja. Sebuah acara yang
3
memang kami niatkan untuk dilangsungkan secara
sederhana yang diselenggarakan di rumah orang tua Indah.
Perjalanan kami menemukan takdir cinta kami dan niatan
kami untuk membangun mahligai cinta atas dasar untuk
kami saling mendukung untuk memperbaiki hubungan
masing masing kami dengan Sang Maha Pencipta itu,
membuat kami bersepakat untuk menjadikan acara resepsi
pernikahan kami tersebut sebagai rasa syukur kami dan
saling berbagi kebahagiaan dengan keluarga dan teman. Itu
saja, tidak lebih.
Seperti yang telah pernah aku kisahkan pada novel
sebelumnya, perjalanan cinta kami memang tumbuh secara
perlahan di sela kesibukan kami mengerjakan suatu project
besar di perusahaan tempat kami bekerja. Bermula dari rasa
ketertarikanku pada Indah pada saat kami pertama kali
bertemu di kantor cabang tempat Indah bertugas mengurusi
bagian Finance, berlanjut dengan hubungan kerja yang
sangat erat untuk mengerjakan project peluncuran produk
baru di cabang tempat Indah bertugas
Perasaan cinta yang kupendam dalam hati itu pun
terus bertumbuh, walau kemudian muncul perasaan
ketidakpercayaan diriku apakah aku pantas untuk Indah. Ya,
memang Indah berbeda dengan kebanyakan wanita yang
pernah kukenal sebelumnya. Dalam pandanganku, Indah
adalah sosok yang sangat religius. Tidak saja kulihat dari
busana muslim dengan hijab panjang yang selalu
4
dikenakannya, atau kegiatan ibadahnya seperti yang sering
aku lihat di kantor. Akan tetapi lebih pada pandangan
pandangannya tentang kehidupan yang kadang kami
perbincangkan di sela sela kesibukan kerja bersama.
Sebaliknya aku, untuk ibadah wajib saja seperti
sholat fardhu aku seringkali tidak di awal waktu. Bahkan
tidak jarang aku menerapkan metode 2 in 1, sholat Dzuhur
menjelang Ashar, agar dalam 1 kali wudhu bisa 2 kali sholat
fardhu he..he. Bagaimana dengan ibadah yang sunah seperti
membaca Al Qur'an? Nyaris tak terdengar .. Tapi perlahan
timbul pemikiran dalam diriku, bahwa kehadiran Indah
dalam hatiku bisa jadi petunjuk Allah agar aku dapat
merubah diriku menjadi jauh lebih baik melalui Indah.
Setidaknya itu yang terpikirkan. Ge'er sedikit boleh dong
he..he
Sampai pada suatu saat aku memberanikan diri
untuk mengungkapkan perasaanku ke Indah pada satu
kesempatan aku berkunjung ke rumahnya. Tentu aku berani
melakukannya setelah sebelumnya aku mengirimkan isyarat
isyarat tanda cinta yang menurutku di respon baik oleh
Indah. Alhamdulillah, Indah menerima ungkapan cintaku
dan juga menyatakan bahwa dia pun memiliki perasaan yang
sama terhadapku. Bahkan Indah pun mengatakan bahwa
sebenarnya setelah melalui proses pemikiran yang panjang
dan juga meminta petunjuk Yang Maha Pemberi Petunjuk,
dia yakin bahwa aku adalah imam yang sudah ditakdirkan
5
Allah kepadanya. Aku paham makna pesan tersembunyi dari
perkataan Indah tersebut. Indah memintaku untuk segera
menikahinya
Begitulah, tidak lama setelah hari itu, kedua orang
tua ku datang ke rumah Indah untuk melamar Indah
untukku. Lamaran diterima dengan baik oleh kedua orang
tua Indah. Setelah acara lamaran tersebut, dibicarakan
mengenai persiapan acara pernikahan. Ya, memang bisa
dibilang kami tidak pernah menjalani proses yang sering
disebut orang sebagai pacaran tersebut. Bahkan masa
persiapan acara pernikahan pun kami tidak pernah pergi
berdua saja. Kalaupun kami harus pergi ke satu tempat
untuk keperluan terkait pernikahan, selalu didampingi oleh
orang tua atau kakak perempuan Indah. Itu memang prinsip
hidupnya, dan aku sangat memahami serta dapat
menerimanya dengan baik
Sampailah kemudian pada masa pacaran pertama
kami. Dua hari setelah acara pernikahan kami, kami
melakukan perjalanan bulan madu kami. Aku memang
sengaja mengambil cuti hampir 2 Minggu agar kami dapat
melakukan perjalanan bulan madu kami melalui darat
menuju Yogyakarta, kota kelahiranku. Sengaja kami
menempuh jalan darat dengan menggunakan mobil sendiri
agar kami dapat lebih merasakan kebersamaan kami dalam
masa pacaran pertama kali kami tersebut. Rute yang kami
ambil pun bukan rute biasa, akan tetapi rute rute yang
6
menurut kami cukup “romantis”. Dalam perjalanan tersebut
pun kami telah tentukan beberapa tempat kami akan
menginap sebelum melanjutkan perjalanan kembali.
Perjalanan Jakarta – Yogyakarta yang biasanya hanya sekitar
12 jam itu, sengaja kami jalankan selama beberapa hari. Saat
telah tiba di Yogyakarta pun, selain berkunjung ke rumah
orang tuaku, kami juga mengunjungi beberapa tempat dan
menginap di sana. Lagi lagi di tempat tempat yang kami
anggap romantis.
Sudah segitu aja cerita perjalanan bulan madu kami
ya ... Detailnya biar Allah dan kami berdua saja yang tahu
he..he
------
2 minggu waktu berjalan, sampailah kami pada waktu
kami untuk memulai perjalanan kehidupan rumah tangga
kami. Jika pada bulan madu semuanya terasa sangat manis
dan indah, tentu tidaklah demikian dalam kehidupan rumah
tangga yang sebenarnya. Tapi itulah jalan yang sudah kami
pilih, dan akan kami jalani bersama
Atas permintaan kedua orang tua Indah, kami untuk
sementara tinggal bersama mereka di rumah yang cukup
besar dengan halaman yang luas di pinggir selatan Jakarta
tersebut. Oh iya aku belum mengenalkan kedua mertuaku.
Papa mertuaku namanya Pak Rahmat. Usia beliau sekitar 60
tahun. Beliau baru saja pensiun sebagai eksekutif di sebuah
7
perusahaan manufaktur besar. Sebenarnya perusahaan
sudah menawarkan masa kerja beliau sampai 5 tahun lagi,
mengingat kontribusi beliau masih sangat dibutuhkan. Akan
tetapi papa mertuaku tidak bersedia dan hanya bersedia
sebagai konsultan yang hanya perlu datang ke kantor
beberapa hari saja dalam sebulan. Sisanya dapat
dikerjakannya dari rumah. Ini disetujui oleh perusahaan
Indah pernah bercerita bahwa alasan sebenarnya
papa mertuaku adalah ingin lebih fokus dalam untuk
beribadah di usia tuanya tersebut. Beliau merasa selama ini
beliau sudah sangat disibukkan dengan pekerjaannya, dan
kurang memperhatikan urusan ibadah. Padahal sih menurut
pandanganku, papa mertuaku cukup religius. Sholat
fardhunya selalu tepat waktu, ditambah sholat tahajud dan
dhuha yang hampir tak pernah putus. Membaca Al Qur'an
pun rutin dan bagus bacaannya. Bahkan hafal Al Qur'an
walaupun baru sekitar 10 juz. Pokoknya, jauuhh lah
dibandingkan aku yang padahal masih karyawan pemula ini
he..he..
Mama mertuaku namanya Ibu Reni, kira kira
seumuran dengan papa mertua. Beliau memilih untuk
menjadi ibu rumah tangga walaupun dahulu sempat bekerja
sebagai arsitek di konsultan arsitek yang terkenal sampai
kakak Indah yang pertama lahir. Setelah itu beliau
memutuskan untuk fokus mengurus keluarga dengan 4
8
orang anak tersebut. Sama seperti papa mertuaku, mama
mertua juga seorang yang cukup religius.
Oh ya sekalian aku kenalkan kakak kakak Indah ya,
biar sekalian di bab ini he..he Indah itu anak bungsu
kesayangan seluruh keluarga. Kakaknya yang pertama
perempuan namanya Mbak Fitri berusia sekitar 30 tahun,
bekerja sebagai desain interior. Sudah menikah dan
dikaruniai 2 anak. Saat ini tinggal bersama suami dan
anaknya di daerah Jakarta Timur. Kakak kedua Mas Farhan
usianya sekitar 28 tahun, sudah menikah dengan 1 anak dan
tinggal bersama keluarganya di daerah Bekasi. Mas Farhan
bekerja di perusahaan produsen makanan sebagai marketer.
Kakak ketiga Mas Hasyim, usianya sekitar 26 tahun belum
menikah. Dia lulusan teknik perminyakan dan saat ini
bekerja di kilang minyak lepas pantai, jadi memang jarang
pulang ke rumah. Bisa sebulan sekali
Oke sekarang kembali ke laptop ... Karena status
Indah sebagai anak bungsu yang juga perempuan, maka
secara tidak langsung kakak kakaknya pernah meminta
Indah untuk menjaga papa dan mama mertua di masa
tuanya nanti. Memang sih, itu dikatakan jauh sebelum Indah
mengenal aku, akan tetapi sepertinya hal itu berlaku sampai
saat ini. Ditambah lagi dengan Indah yang adalah anak
bungsu kesayangan seluruh keluarga, jadilah permintaan
agar kami tinggal dengan papa dan mama mertua diajukan
9
Jujur, aku sebetulnya lebih nyaman jika kami memulai
hidup berumah tangga berdua walaupun dengan situasi yang
sederhana. Tabungan ku memang belum cukup untuk
membeli rumah, tapi setidaknya kami bisa mengontrak rumah
yang masih dekat kantor. Paling tidak itu upaya kami untuk
mencoba hidup mandiri membangun keluarga impian kami.
Tapi aku memahami situasinya. Bahkan aku tidak
berani mengungkapkan perasaan ini kepada Indah, sebab
aku tahu betul Indah adalah anak sangat berbakti dan
memperhatikan papa mama nya. Aku tidak mau perasaanku
tadi justru membuatnya tidak nyaman. Aaahh ... Kami
memang masih harus belajar untuk benar benar saling
terbuka dengan perasaan masing masing ... Aku hanya
mencoba berfikir positif saja. Pasti akan ada hikmahnya dari
hal ini. Insyaallah
------
Hari pertama aku kembali bekerja setelah cuti
panjang. Ada hal yang sangat berbeda di hari itu dibanding
hari hari kerja sebelumnya. Biasanya sebelum menikah, aku
selalu terbangun hampir jam setengah enam kala waktu
sholat Shubuh sudah hampir habis. Setelah siap berangkat
ke kantor, aku biasa membeli sarapan di warung nasi uduk
dekat tempat kost untuk dibawa ke kantor yang hanya
setengah jam perjalanan itu
10
Aku agak terkaget ketika Indah membangunkan ku
dengan lembut. Refleks aku melihat jam weker di samping
tempat tidur. Masih jam 3.00? “Indah, ini jam nya mati ya?”
tanyaku heran. Indah segera mengambil jam weker tersebut
seraya berkata,”Nggak kok Mas, ini jarum detiknya masih
bergerak kok” katanya sambil mendekatkannya ke arahku
yang masih berbaring. Aku segera duduk sambil mengambil
jam weker tersebut dari tangannya. Benar, jam tersebut tidak
mati! “Lho, kenapa aku sudah dibangunkan jam segini”
tanyaku yang masih setengah sadar tersebut. “Mas Adi lupa
ya? Kan Mas Adi sudah komitmen menjadi imam sholat
tahajud untuk Indah” katanya sedikit merajuk
Oh iya, kataku dalam hati sambil menepuk keningku.
Ini bagian dari komitmenku untuk berubah menjadi lebih
baik dengan dibantu Indah. Tapi aku nggak menyangka
ternyata seberat ini menjalankannya. “Indah sudah
berwudhu?” tanyaku. Pertanyaan bodoh sih, secara aku
melihat Indah sudah mengenakan mukenanya. Tapi
dimaklumi lah, namanya juga masih setengah sadar he..he..
Indah hanya tersenyum mendengar pertanyaanku
tersebut. “Sudah, sana Mas Adi wudhu juga”. Dengan sedikit
terhuyung huyung aku berjalan menuju kamar mandi di
sudut kamar kami. Toh nanti setelah wudhu nanti ngantuk
nya akan hilang, pikirku. Tapi ternyata tidak. Langkah
terhuyungku masih berlanjut saat aku keluar dari kamar
mandi. Maklum, kalau tidak sedang sahur pada saat puasa
11
Ramadhan, nggak pernah pernahnya aku bangun jam segini.
Melihat keadaanku ini, sambil sedikit cemas, Indah bertanya
padaku,” Mas Adi nggak apa apa? Yakin bisa jadi imam
sholat Tahajud?”. “Nggak tahu Indah, ini mata rasanya masih
berat banget” jawabku agak memelas
“Ya udah deh Mas, kita ikut jamaah dengan papa saja
ya. Biasanya jam segini juga baru mau mulai sholat tahajud
di mushola rumah. Nanti kalau Mas Adi sudah agak terbiasa,
baru kita buat jamaah sendiri ya” kata Indah sambil berjalan
menuju pintu kamar. Aku mengangguk saja sambil mengikuti
langkah Indah. Di mushola dekat ruang keluarga aku melihat
papa dan mama mertua sudah bersiap sholat tahajud
berjamaah. “Pa, kami ikut jamaah ya, Mas Adi masih belum
terbiasa menjadi imam sholat tahajud” kata Indah, yang
disambut senyum papa mertua. Sambil menahan malu aku
mengambil posisi dibelakang papa mertua sebagai makmun.
Sambil menahan kantuk akupun berhasil mengikuti sholat
tahajud yang diakhiri dengan sholat witir tersebut selama
kurang lebih setengah jam tersebut
Masih ada waktu sekitar setengah jam lagi sebelum
adzan subuh berkumandang. Mataku masih terasa sangat
berat. Ingin rasanya kembali melanjutkan tidur yang
tertunda. Tapi kulihat papa dan mama mertua mulai
membaca Al Qur'an. Demikian pula Indah. Aku jadi malu
untuk meneruskan niatku. Akupun mengambil Al Qur'an di
rak buku di sudut musholla, dan mencoba membacanya
12
sambil bersender di dinding. Tapi baru beberapa ayat aku
baca mataku sudah tidak bisa ditahan lagi
“Mas Adi, sudah adzan subuh, ayo siap siap sholat”
panggil Indah dengan lembut. Agak tergagap aku terbangun.
Oo rupanya aku tertidur hampir setengah jam. Kulihat papa
mertua sudah bersiap berangkat ke masjid dekat rumah.
Bergegas aku bersiap untuk ikut dengan beliau. Sekembali
dari masjid, aku lihat Indah sudah duduk di ruang keluarga
sambil membaca buku. Indah tersenyum melihat
kedatanganku. Aku segera duduk disampingnya. “Bagaimana
Mas, tadi?” tanyanya. Kulihat ada senyum menggoda ketika
Indah mengucapkannya “Maksud Indah apa?” tanyaku
sambil memencet hidungnya dengan lembut. “Ya itu Mas,
jadwal rutin kita setiap memulai hari” katanya dengan tetap
senyum menggodanya
Aku menghela nafas panjang mendengarnya. “Terus
terang aku pesimis Indah bisa melakukannya. Apalagi aku
kan pulang kantor biasanya sehabis Maghrib. Paling sampai
rumah pas sholat Isya. Selesai mandi dan makan malam jam
8 an. Jam berapa aku harus tidur untuk bisa bangun jam 3”
keluhku. “Insyaallah bisa Mas, aku juga biasanya sampai
rumah dari kantor juga jam segitu, bisa tidur jam 10 malam
kok. Bangun jam 3 berarti kan berarti sudah tidur 5 jam.
Cukup lah Mas, memangnya bayi tidur 10 jam” katanya
sambil mencubit tanganku. “Apaan sih” kataku sambil
13
menggerakkan tanganku menjauhi jangkauan tangannya.
Kulihat dia tersenyum
“Ya sudah, Mas Adi janji akan terus berusaha lebih
baik. Tapi beri aku waktu untuk membiasakan diri ya. Indah
kan tahu dulu aku biasa tidur jam 12 malam. Kalau nggak
karena nongkrong di cafe dulu sama teman teman kantor,
nonton film di bioskop, atau paling nggak ya nonton TV di
kamar kost. Perlu waktu untuk menyesuaikan itu semua”
pintaku penuh harap. “Ya Mas, aku ngerti kok. Indah juga
akan sabar kok sampai Mas Adi bener bener terbiasa dan
bisa menjadi imam Indah termasuk di sholat tahajud”
katanya sambil menggelayut manja di pundak ku. Aku
membalasnya dengan mengecup keningnya“Udah ah ntar
keterusan lagi” kata Indah sambil melepaskan tangannya dari
pundakku. “Mas Adi mandi dulu ya, nanti kita sarapan
bareng. Aku juga mau bantuin mama masak di dapur”
katanya. Aku mengangguk dan bergegas menuju kamar kami.
Hmmmh awal hari yang cukup berat
-------
Selesai mandi dan bersiap dengan kemeja casual
berlengan pendek, aku segera mengambil tas laptop ku
sembari memeriksa kembali dokumen dokumen yang sudah
aku persiapkan untuk kubawa ke kantor. Ya, kantorku
memang menerapkan aturan pakaian casual yang semi
formal, jadi biasanya pun aku mengenakan pakaian kerja
seperti ini. Selesai memastikan semua dokumen sudah
14
terbawa, sekilas aku melihat jam tangan ku. Masih jam 6
pagi, masih aman secara jam kantor mulai jam 8 dan
perjalanan ke kantor hanya memerlukan waktu setengah jam
saja. Akupun berjalan keluar kamar
Dari pintu kamar kulihat Indah sedang membantu
mamanya menyiapkan sarapan di meja makan. Jadi teringat
dulu setiap jam segini harus berjuang untuk mendapatkan
sarapan di warung nasi uduk samping tempat kost yang
selalu ramai itu he..he
“Selamat pagi Mas Adi ku, sudah rapi sekali, jadi
tambah ganteng deh” sapa Indah dengan manja ketika aku
sudah berada di dekat meja makan. “Lho, memangnya selama
ini Mas Adi nggak ganteng” godaku sambil mencubit lembut
lengannya. “Kan aku bilangnya tambah ganteng, berarti
sebelumnya juga sudah ganteng dong” kata Indah sambil
sedikit merajuk. “Iya iya, pasti ganteng lah. Kalau nggak
masa dipilih Indah jadi suami” godaku kembali. “Ihhh ..
apaan sih Mas Adi” jawab Indah tersipu sambil membalas
mencubit lenganku. Mama mertuaku hanya tersenyum saja
melihat pemandangan kemesraan kami tersebut
“Ya udah Mas, aku mandi dulu ya. Nanti habis itu kita
sarapan bareng. Sekarang Mas Adi temani papa dulu” kata
Indah manja sambil lengannya merangkul bahuku. Tak kusia
siakan kesempatan itu untuk mencuri kecup keningnya.
“Ihhh, Mas Adi apaan sih. Malu sama mama” balas Indah
sambil tersipu sipu malu. Kemudian Indah berjalan menuju
15
kamar untuk mandi pagi. Sambil menunggu Indah selesai
mandi, aku mengobrol dengan papa mertua di ruang
keluarga. Rupanya beliau sedang mempersiapkan presentasi
nanti siang di kantornya. Ini pula yang kemudian menjadi
topik pembicaraan kami
Tak lama, Indah selesai mandi, kami berempat pun
segera sarapan pagi bersama sambil diselingi obrolan santai.
Sesekali Indah menggelayut manja di bahuku. “O Mas Adi, itu
sudah hampir jam 7, siap siap berangkat. Nanti terlambat ke
kantor lho” kata papa mertuaku mengingatkan. “Oh iya Pa,
untung diingatkan. Keasyikan ngobrol nya” kataku sambil
tersenyum. Tak lama aku aku pamit dengan papa mama
mertua dengan mencium tangan mereka. Indah segera
menyiapkan tas laptop ku dan kemudian mengantarku
menuju mobil yang terparkir di halaman. Eh iya ada yang
tanya, kok Indah nggak siap siap berangkat kerja juga? Maaf,
aku lupa belum jelasin ya ..
Begini ceritanya. Seperti sudah pernah aku jelasin di
novel sebelumnya, pada masa pendekatan dengan Indah di
saat kami kerja bareng menyiapkan project di kantor cabang,
Indah pernah cerita sedikit tentang visi misi hidupnya,
termasuk setelah menikah. Indah mengatakan akan berhenti
bekerja setelah menikah dan lebih memilih merintis usaha
sendiri di rumah. Kebetulan minatnya adalah di bisnis
busana muslim. Ketika aku tanya apa alasannya, Indah
menjawab akan memprioritaskan memperhatikan keluarga.
16
Toh dia masih bisa menjalankan minatnya tersebut dengan
bekerja dari rumah
Nah, hal yang sudah ditekadkan itulah yang
dijalankan Indah. 1 bulan sebelum hari pernikahan kami,
Indah mengajukan pengunduran diri ke atasannya.
Sebetulnya di perusahaan kami bekerja tidak ada peraturan
yang melarang suami dan istri bekerja dalam 1 kantor. Jadi
sebenarnya, walaupun Indah tetap bekerja pun tidak ada
masalah. Hal itu pulalah yang menjadi alasan Bu Sarah yang
adalah atasan langsungnya pada awalnya menolak
permohonan Indah tersebut. Walau Indah baru bekerja
sekitar 1 tahun di kantor cabang Jakarta tersebut, akan
tetapi Bu Sarah sudah merasa cocok dan sayang dengan
supervisor finance nya tersebut. Tidak saja karena kualitas
dan komitmen kerja Indah yang dinilainya sangat tinggi, juga
karena keluwesannya dalam bekerja dengan berbagai fihak di
dalam dan di luar perusahaan serta selalu bersedianya
membantu kesulitan kerja rekannya yang lain, menjadi nilai
plus tersendiri bagi Bu Sarah
Bahkan Bu Sarah sempat meneleponku yang bertugas
di kantor pusat, yang secara pribadi memohon bantuanku
untuk dapat membujuk Indah untuk membatalkan
keputusannya tersebut. Saat itu aku menyanggupi
permintaan Bu Sarah tersebut, walau dalam hatiku merasa
tidak yakin akan dapat merubah niat Indah tersebut. Dan
itulah yang terjadi. Indah tetap pada keputusannya walaupun
17
aku menyampaikan permintaan pribadi Bu Sarah tersebut.
Alhasil pada saat acara perpisahan yang diadakan secara
informal di kantor cabang Jakarta, suasananya sangat
mengharukan, terutama pada moment kata sambutan dari
Bu Sarah yang sebelum menyelesaikannya ia kemudian
memeluk erat Indah diikuti oleh teman teman Indah di
bagian Finance & Accounting cabang Jakarta yang semuanya
wanita tersebut
Dan disinilah Indah sekarang, mengantarku yang
akan berangkat bekerja he..he Setelah Indah mencium
tanganku dan aku aku mengecup lembut keningnya, aku
pamit dan menghidupkan mesin mobil untuk kemudian
mengendarainya menuju kantor
Ahhh terasa berbeda sekali perjalanan menuju kantor
pagi itu. Ada perasaan sangat bahagia yang belum pernah
kurasakan sebelumnya. Rasa hati sangat bersemangat untuk
bekerja hari itu. Sekaligus ada rasa kangen ingin cepat cepat
selesai jam kantor dan pulang ke rumah ketemu Indah lagi
he..he
-------
Telepon genggam yang kuletakkan di atas meja
kerjaku berbunyi. Waktu menunjukkan sekitar jam 12.30
siang. Kulihat nama Indah tertera di layar handphone ku.
“Assalamualakum sayang ... apa kabar dirimu hari ini”
kataku menggoda. “Walaikumsallam cinta .. Alhamdulillah
18
kabar baik. Kabar cinta di kantor juga baik kan. Nggak ada
wanita menganggu kan” balas Indah menggoda balik. “Dalam
hatiku hanya ada Indah seorang kok, sueerrr deh” balasku.
“Ah gombal ah Mas Adi” kata Indah merajuk dari seberang
telepon, yang aku balas dengan tawa panjang. “Mas Adi
sudah makan siang dengan bekal yang tadi aku bawakan
ya?” tanya Indah mulai serius. “Sudah sayang, nggak ada
warteg di sini yang seenak masakan Indah deh” godaku
kembali. “Ihhh Mas Adi, Indah tanya serius kok, jawabnya
begitu sih” jawabnya kembali merajuk
“Serius kok Indah, Alhamdulillah semuanya sudah
aku santap habis di meja kerjaku” kataku kali ini dengan
serius. “Alhamdulillah kalau begitu Mas”” balas Indah. “Ya
udah kalau Mas Adi sudah makan siang, langsung sholat
Dzuhur ya. Jangan seperti biasanya ditunggu sampai
menjelang Ashar lagi ya” kata Indah mengingatkan. He..he
rupanya Indah masih ingat ceritaku kalau biasanya aku
biasa kembali ke kantor sehabis makan siang di tempat
makan dekat kantor sudah hampir jam 1 siang, sehingga aku
langsung bekerja kembali serta menunda sholat Dzuhur ke
jam 2 an, atau bahkan menjelang jam 3 menjelang sholat
Ashar
“Siap Indah, Insyaallah sebentar lagi aku sholat
Dzuhur ya. Indah juga sudah kan?” tanyaku. “Alhamdulillah
sudah Mas” jawab Indah lagi. “Ya sudah Mas Adi siap siap
sholat Dzuhur ya. Eh iya Mas Adi tadi pagi sampai kantor
19
nggak lupa sholat dhuha dulu kan?” tanya Indah. “Eh ..
Alhamdulillah sudah .. tapi hanya 2 rakaat Indah” kataku
jujur dengan pelan. “Ya udah nggak apa apa Mas Adi.
Dimulai dari 2 rakaat saja dulu. Nanti kalau sudah terbiasa
bisa ditambah lagi menjadi 4 begitu seterusnya. Insyaallah
nanti kalau sudah terbiasa 12 rakaat pun tidak terasa kok
Mas” hibur Indah. “12 rakaat Indah? Banyak amaat”
keluhku. “Insyaallah bisa kok Mas Adi. Yang penting
dibiasakan dulu saja ya Mas. Ya udah aku tutup telepon ya.
Daaahhh sayaaangg ... Assalamualaikum”. Kata Indah
memberi salam. “Wallaikumsallam” balasku
Hmmmmh ... aku menghembuskan nafas panjang.
Telepon absen seperti ini bakalan ada setiap hari, keluhku
dalam hati. Tapi segera aku tepis perasaan itu sambil
mengingat kembali komitmen pernikahan kami untuk saling
mendukung dalam meningkatkan ibadah kami kepada Allah.
Tentunya dalam hal ini aku lah yang lebih banyak harus
ditingkatkan he..he Akhirnya dengan langkah ringan aku
berjalan menuju mushola kantor untuk menunaikan sholat
Dzuhur
Selesai sholat Dzuhur, aku kembali ke meja kerjaku
dan kembali menyiapkan materi untuk meeting bulanan
departemenku bertugas, sekitar jam 14.30 an nanti. Oh ya
sekadar informasi, aku bertugas di departemen Marketing
Communication yang dipimpin oleh Pak Daniel sebagai senior
manager nya. Aku ditunjuk sebagai brand activation
20
assistant manager – west area selepas menyelesaikan masa
Management Trainee selama 1 tahun. Tugasku kurang lebih
ya melakukan koordinasi kegiatan event dan promosi di
pusat ataupun di kantor cabang di area barat Indonesia,
meliputi pulau Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan. Harus
banyak kunjungan ke cabang memang, terutama jika sedang
ada event dan promosi yang sifatnya nasional
Tepat jam 14.45 meeting pun dimulai. Banyak hal
yang dibahas, tapi yang terkait dengan tugasku adalah akan
diadakannya rangkaian event diberbagai kota oleh merek
produk remaja yang diproduksi perusahaan kami, dalam
peluncuran seri baru produknya. Masih sekitar 2 bulanan
lagi sih, itupun masih harus menunggu brief detail dari brand
manager yang menangani merek tersebut. Pak Daniel hanya
berpesan agar aku bersiap saja, sebab nantinya aku yang
harus “mengawal” pelaksanaan event tersebut di cabang
cabang di bawah koordinasi ku. Waahh bakalan sering
ninggalin Indah nih hiks ...
Sekitar jam 15.20 an ada panggilan masuk ke telepon
genggamku. Memang sengaja aku silent sih, aku melihat
Indah kembali meneleponku. Mungkin ingin mengingatkan
aku untuk sholat Ashar pikirku. Sengaja tidak aku angkat
karena kami semua sedang serius mendengarkan penjelasan
Pak Daniel. Aku hanya membalasnya dengan whattsapp
memberitahukan bahwa aku sedang meeting. Tak lama Indah
menjawab. Benar saja, ingin mengingatkanku untuk sholat
21
Ashar. Kali dengan pesan agar aku segera sholat setelah
meeting selesai
Sekitar jam 5 sore meeting pun selesai. Cukup lama
karena memang banyak hal yang dibahas. Cukup
melelahkan, terutama bagi aku yang baru cuti panjang ini
he..he..he. Keluar ruang meeting, aku segera bergegas
menuju mushola, sebelum diingatkan Indah lagi . Jam 5
sebenarnya adalah jam pulang kantor, tapi biasanya aku
baru bisa keluar kantor sekitar jam 6 lewat setelah sholat
Maghrib, karena banyaknya pekerjaan yang harus
diselesaikan. Kali ini aku rencananya pulang tepat waktu,
sudah kangen Indah he..he Tapi apa mau dikata, hasil
meeting yang harus segera ditindaklanjuti memaksaku baru
bisa meninggalkan kantor setelah sholat Maghrib. Semoga
jalan tidak tidak terlalu macet ya
Tepat saat adzan Isya berkumandang dari masjid
dekat rumah Indah, aku pun sampai di rumah. Dari halaman
parkir kulihat papa mertua sedang duduk di teras,
tampaknya sedang menunggu kumandang adzan selesai
sebelum berjalan menuju masjid. Akupun segera
menghampiri dan menyapa beliau, sebelum sama sama pergi
ke masjid untuk menunaikan sholat Isya berjamaah. Sekitar
setengah jam kemudian setelah selesai sholat kami kembali
ke rumah. Sesampainya di rumah, kulihat Indah sudah
menungguku di ruang tamu. Melihatku datang, Indah segera
berdiri dan menghampiriku. Sambil mencium tanganku,
22
dengan lembut Indah bertanya padaku,”Mas Adi capek ya”.
Aku tidak langsung menjawabnya. Kukecup kening Indah
dengan lembut baru kemudian aku menjawabnya,”Melihat
Indah lagi rasa capek Mas Adi langsung hilang kok” yang
langsung disambut dengan cubitan mesra Indah. “Ya udah
Mas Adi mandi dulu nanti kita makan malam bareng ya” kata
Indah kemudian. Aku menuruti katanya dan segera menuju
ke kamar kami
Selesai mandi kulihat Indah dan papa mama nya
sedang mengobrol di ruang keluarga. Kami kemudian menuju
meja makan untuk makan malam bersama, yang dilanjutkan
dengan mengobrol sampai menjelang jam 9 malam. Indah
pun pamit pada papa mamanya untuk ke kamar sambil
menggandeng tanganku. Tampaknya Indah ingin mengobrol
berdua saja denganku
“Bagaimana Mas Adi tadi suasana di kantor, digodain
teman teman nggak?” tanya Indah membuka percakapan.
Sambil bersandar di headboard tempat tidur kami, aku
menjawab,”Ya gitu deh, namanya juga pengantin baru.
Apalagi pas meeting tadi. Pak Daniel aja bolak balik godain
aku. Apalagi yang lain” kataku yang disambut dengan tawa
kecil Indah. “Mungkin mereka iri ya akhirnya Mas Adi lah
yang berhasil memiliki Indah” kataku lagi dengan nada
menggoda. “Ahhh Mas Adi bisa saja” kata Indah manja sambil
menyenderkan kepalanya ke bahuku. Sejenak kami terdiam
menikmati suasana mesra ini
23
Tak lama Indah pun berkata,”Mas Adi, Mas merasa
terganggu nggak dengan segala permintaanku hari ini, dari
mulai sholat tahajud tadi sampai telpon Indah mengingatkan
waktu sholat” tanya Indah sambil tetap merebahkan
kepalanya di bahuku. Kutatap lembut wajah Indah, sebelum
aku menjawabnya,”justru aku sangat bahagia Indah
memperhatikanku seperti ini. Indah masih ingatkan ketika
Mas Adi menyatakan perasaan Mas Adi ke Indah, bahwa
perasaan Mas Adi tersebut mungkin adalah isyarat dari Allah
bahwa Mas Adi dapat berubah menjadi jauh lebih baik
melalui Indah”. “Ya Mas Adi, Indah masih ingat betul itu”
jawabnya
“Segala hal yang dilakukan Indah tadi adalah bagian
dari hal itu. Jadi justru Mas Adi bersyukur atas hal tersebut.
Mas Adi justru harus minta maaf kalau belum bisa
sepenuhnya bisa memenuhi harapan Indah. Mas Adi akui
memang berat di awal merubah hal yang sudah menjadi
kebiasaan bertahan tahun. Insyaallah Mas Adi diberi
kekuatan untuk menjalankannya, tentunya dengan
dukungan Indah” kataku sambil tanganku mengusap lembut
rambut panjangnya itu. “Ya Mas Adi, Indah memahami hal
itu. Jadi kalau Indah terlalu memaksa Mas Adi untuk
berubah, Indah tolong diingatkan ya Mas Adi” kata Indah
lembut. “Insyaallah” jawabku. Kembali kami terdiam
menikmati suasana mesra ini
24
Setelah sekian lama, akupun membuka percakapan
kembali,”Besok hari Kamis, Indah biasanya puasa Senin –
Kamis kan? Sehabis sholat tahajud Mas Adi mau ikut sahur
ya” pintaku. Kulihat Indah memandang wajahku kemudian
berkata,”Benar Mas Adi mau ikut puasa? Apa tidak
menjalankan yang hari ini saja dulu, nanti kalau sudah
nyaman dan terbiasa, baru ditambah dengan puasa senin-
kamis ya Mas?” tanyanya. “Nggak apa apa Indah, biar
sekalian saja Mas Adi kerjakan. Doakan Mas Adi bisa
melaksanakannya dengan baik ya” jawabku yang disambut
dengan ucapan Indah dengan raut muka
bahagia,”Alhamdulillah, Insyaallah Mas Adi”.
Kami pun melanjutkan perbincangan mesra kami
tersebut sampai menjelang jam 10 malam, saat Indah
mengajakku untuk tidur agar besok dapat bangun dengan
kondisi segar untuk sholat tahajud kembali. Akupun
mencoba untuk tidur, walaupun untuk awalnya mungkin
agak cukup sulit mengingat sebelumnya aku sudah terbiasa
tidur jam 12 malam. Insyaallah bisa
---------
Begitulah minggu minggu pertama pernikahan kami
nikmati bersama. Banyak sukaaaaaa nya dan hanya
menyisakan sedikit tempat untuk “duka” nya. Lho, kenapa
kata duka diberi tanda petik? Maksudnya itu bukan dalam
artian yang sebenarnya, cuma bahasa kiasan saja. Itu hanya
kata kiasan untuk menggambarkan perjuangan kerasku
25
untuk merubah diriku menjadi lebih baik. Hal ini demi
memenuhi harapan Indah agar aku dapat menjadi imam yang
sebaik baik nya buat dia, sesuai komitmenku pada saat akan
memulai mahligai cinta kami dulu
Mudah? Tentu tidak. Untuk hal yang mungkin bagi
Indah mudah saja, seperti bangun jam 3 dini hari untuk
menunaikan sholat tahajud, sudah menjadi hal yang amat
berat bagiku. Masalahnya ya itu, dengan pola tidurku yang
jam 12 malam itu, berat sekali rasanya mata ini ketika Indah
membangunkanku. Beruntung Indah sabar sekali. Bahkan
dia sengaja bangun setengah jam lebih awal, hanya sekedar
untuk usaha membangunkanku. Ya, memang aku baru bisa
benar benar bangun setelah beberapa kali Indah
mengingatkanku. Itupun masih dalam kondisi setengah sadar
he..he
Bukan nggak ada usaha tidur cepat. Sudah. Kami
biasa tidur jam 10 malam, tapi ya tetap saja aku baru bisa
terlelap jam 12 an. Sering aku iri dengan Indah yang
langsung terlelap begitu kepalanya menempel bantal.
Sementara aku, bolak Balik badanku, tetap saja mataku
tidak bisa terpejam. Ya sudah, lebih baik aku memandang
wajah manis Indah yang sedang terlelap itu. Ehemmmm. Tapi
seiring berjalannya waktu, lambat laun aku mulai bisa
menyesuaikan diri. Mungkin karena setiap hari “dipaksa”
bangun jam 3 dini hari sehingga jam terlelapnya mata pun
kian bergeser maju. Hingga sekitar satu bulan kemudian aku
26
sudah bisa terlelap tidak lama setelah aku meletakan
kepalaku di bantal sekitar jam 10 malam. Dampaknya
memang terasa, badan ini rasanya segar ketika bangun dan
tidak begitu merasa mengantuk lagi. Alhasil, persiapan dan
pelaksanaan sholat Tahajud ku juga dapat jauh lebih baik
Eitss tapi jangan langsung menuduh aku sudah
berani menjadi imam Sholat tahajud buat Indah ya.
Beluuumm, bukan hanya itu masalahnya. Masih ada lagi.
Aku masih harus menambah hafalan surat pendek dari Al
Qur'an, agar tidak ada bacaan surat berulang pada 8 rakaat
sholat tahajud dan 3 rakaat sholat witir itu. Sebenarnya tidak
apa apa juga sih mengulang surat pendek yang dibaca, hanya
aku mencoba memberikan yang terbaik yang bisa aku
berikan kepada Indah. Dan usahaku menghafal surat pendek
termasuk salah satunya. Dan tidak mudah pula. Mungkin
sudah kelamaan tidak menghafal setelah selesai kuliah dulu,
sehingga menghafal beberapa surat pendek rasanya susah
sekali he..he
Beruntung Indah bisa memahami hal ini. Dan masih
sabar untuk menahan harapannya agar kami dapat
membentuk jamaah sholat Tahajud sendiri. Sepertinya Indah
ingin menjadikan saat saat sholat Tahajud yang di sepertiga
terakhir malam yang tenang itu, sebagai salah satu usaha
untuk semakin mendekatkan kami satu sama lain serta
menjaga niat suci kami membangun mahligai cinta ini di atas
dasar untuk semakin mendekatkan diri kami kepada Allah.
27
Niat yang sangat mulia sekali. Sabar ya Indah, doakan Mas
Adi dapat segera memenuhi harapanmu itu
---------
Hal yang terasa berat lainnya adalah puasa Senin –
Kamis. Akupun heran sebenarnya. Kenapa ketika puasa
Ramadhan sebulan penuh Alhamdulillah aku dapat
menjalankannya dengan ringan. Sama sekali tidak ada rasa
berat dalam menjalankannya. Akan tetapi untuk puasa Senin
– Kamis kok rasanya berat sekaliiii. Mungkin masalah niat
yang masih belum kuat, dibandingkan dengan puasa
Ramadhan. Ditambah lagi jika pada puasa Ramadhan bisa
dibilang hampir semua orang di kantor menjalankan puasa
bersamaan. Berbeda dengan puasa Sunah yang bisa dibilang
tidak banyak orang yang menjalankannya. Sehingga
pemandangan orang sedang menyantap makanan dan
minuman adalah hal yang wajar. Bahkan aroma nasi uduk
yang biasa biasa saja, bisa menjadi luar biasa jika saat puasa
Sunah tersebut he..he
Hal itulah yang aku rasakan pada minggu minggu
awal menjalankannya. Memang aku yang meminta untuk
menjalankan lebih awal, walaupun sebenarnya Indah
memintaku menjalankan puasa Senin – Kamis tersebut
setelah aku nyaman melaksanakan sholat Tahajud dan
Dhuha. Tapi tidak apalah, sekalian sekaligus terasa berat,
agar nantinya berbarengan pula terasa ringannya. Terkadang
pula aku lupa mengambil gelas di pantry untuk kemudian
28
diisi air mineral galon saat sedang puasa sunnah itu. Untung
belum sempat terminum. Tapi lambat laun waktupun
membiasakan. Setelah berjalan waktu sekitar 1 bulanan aku
sudah mulai terbiasa dan tidak terlalu terasa berat lagi.
Terkadang saja jika ada lunch meeting dengan pihak event
organizer atau key person dari dealer besar rekanan
perusahaan pada saat aku sedang berpuasa, lumayan berat
juga melihat yang lainnya makan dalam satu meja he..he Aku
coba alihkan saja pandangan ke layar laptop untuk
mempelajari materi meeting setelah semuanya nanti selesai
makan siang
Alhamdulillah satu persatu “duka” sudah mulai
beralih menjadi suka. Tersisa 1 lagi, dan walau terkesan lebih
ringan dari yang lain, akan tetapi sebenarnya justru yang
terberat. Masih ingatkan sebelumnya aku sudah ceritakan
bahwa setelah sholat Tahajud berjamaah, sambil menunggu
waktu Sholat shubuh tiba kami mengisinya dengan masing
masing membaca Al Qur'an? Ya akupun juga melakukannya
setelah jam tidurku dapat bergeser lebih awal sehingga
kondisi tidak terlalu mengantuk lagi ketika sholat Tahajud.
Hal itu jugalah yang menyebabkanku tidak tertidur lagi saat
membaca Al Qur'an
Saat membaca Al Qur'an tersebut aku berusaha
melirihkan suaraku sekecil mungkin agar tidak terdengar
oleh yang lain. Ya aku sadar betul akan kemampuanku
untuk hal ini. Bacaan Al Qur'an ku masih belum lancar
29
benar. Pelafalan huruf nya pun aku masih sering salah. Jujur
aku akui, terakhir aku belajar mengaji saat aku SMP. Setelah
itu aku berhenti dengan alasan kesibukan saat SMA dan
kuliah. Alasan yang kubuat buat sendiri sih, karena
sebenarnya kalau mau dialokasikan waktu sebenarnya ya
masih bisa juga
Parahnya lagi, saat kuliah bisa dibilang aku sudah
jarang membaca Al Qur'an. Apalagi semenjak bekerja, sudah
tidak pernah lagi! Dan baru sekarang memulai kembali. Aku
pernah menceritakan hal ini kepada Indah, dan Indah pun
mengatakan nggak apa apa walau belum lancar yang penting
selalu rutin membacanya. Jadi, Indah pasti maklum akan hal
ini. Persoalannya kan ini ada papa mamanya juga. Malu aku
kalau sampai ketahuan masih belum lancar membaca Al
Qur'an. Padahal aku dengar mereka sangat lancar
membacanya, lafaz dan tajwidnya pun sepertinya tidak ada
yang salah dalam pengucapannya. Ibarat jarak langit dan
bumi lah aku dengan mereka
Apalagi jika dibandingkan Indah, secara dia itu
lulusan pesantren. Ya memang semenjak tingkat SMP, Indah
dan kakak kakaknya dikirim papa mamanya ke pesantren
modern yang terkenal di daerah Bogor yang menggunakan
sistem boarding school alias sistem asrama. Otomatis dari
awal hari sampai malamnya mereka sudah dibiasakan
dengan berbagai kegiatan ibadah termasuk diantaranya
dengan pendidikan Al Qur'an. Tidak saja membacanya, akan
30
tetapi juga mempelajari tafsir dan maknanya, bahkan
menghafalkannya. Lulus dari tingkat SMA di pesantren
modern tersebut, Alhamdulillah Indah sudah hafal 20 juz
sesuai kurikulumnya, yang kemudian ditambahkannya
sendiri 4 juz ketika Indah menempuh kuliah di universitas.
Bandingkan dengan aku yang untuk menghafal surat surat
pendek saja masih tertatih tatih begini he..he..
Nah, walau aku sudah berusaha membaca Al Qur'an
selirih mungkin itu, rupanya papa mertuaku masih bisa juga
mendengarnya. Ini baru aku ketahui ketika pada suatu
waktu aku sedang mengobrol berdua dengan Indah di ruang
keluarga. Sambil menatap wajahku dengan lembut, Indah
memulai perbincangan,” Mas Adi, Indah senang sekali lihat
Mas Adi sekarang sudah bisa lebih khusyuk sholat
tahajudnya nggak ngantuk lagi” katanya sambil tanggannya
menggelayut manja di pundakku. “Alhamdulillah, berkat doa
dan dukungan Indah pula akhirnya Mas Adi bisa merubah
pola tidur sehingga bisa bangun jam 3 lebih segar dan nggak
ngantuk lagi” jawabku sambil memegang lembut dagu nya.
Yang disambutnya dengan senyum tersipu.
“Mas Adi minta waktu sebentar lagi ya untuk
Insyaallah dapat menjadi imam sholat tahajud buat Indah ya”
pintaku lembut. “Iya Mas, Indah akan sabar menanti kok.
Insyaallah dalam waktu dekat ya Mas” katanya penuh harap.
“Insyaallah Indah, doa kan Mas Adi ya” pinta ku yang dibalas
dengan anggukan lembut Indah. “Oh iya, Indah juga senang
31
Mas Adi sudah mulai membaca Al Qur'an lagi sambil
menunggu sholat subuh. Terus rutin dibaca Al Qur'an nya ya
Mas” pintanya dengan suara manja. “Insyaallah, Indah
doakan agar Mas Adi semakin baik membaca Al Qur'an nya
ya” pintaku. Indah menjawab dengan anggukan lembut
“Oh iya Mas Adi, kemarin pas ngobrol dengan papa,
papa sempat menyinggung tentang hal ini” kata Indah. Deg ..
waduh ada apa ini, kataku dalam hati. Segera kutegakkan
posisi dudukku yang sebelumnya menyandar di kursi.”Papa
bilang apa ya?” tanyaku dengan nada cemas. “Oo nggak apa
apa kok Mas Adi” jawab Indah berusaha menenangkanku
sambil menegakkan duduknya. Rupanya dia dapat
menangkap rasa cemas dalam perkataanku,”Papa
menawarkan kalau Mas Adi bersedia, untuk membantu
kemampuan Mas Adi baca Al Qur'an nya. Papa kan dulu di
masa mudanya yg pernah juga jadi guru ngaji lho” jelasnya
sambil tertawa kecil. “Oo begitu. Tapi akan menganggu papa
nggak?” tanyaku
“Nggak kok Mas Adi, justru papa serahkan jadwalnya
bisanya Mas Adi kapan. Paling kan hari Sabtu dan Ahad kan
Mas. Kata papa daripada Mas belajar ngaji ke guru ngaji lain
kan belum tentu jadwalnya sesuai. Paling kalau nanti pas
ngaji bareng sehabis sholat Tahajud, bisa sambil bener
benerin bacaan Al Qur'an Mas Adi juga. Mas Adi mau kan?”
tanya Indah penuh harap. Aku tertawa kecil melihat wajah
Indah, ekspresif sekali wajah penuh harapnya.
32
“Iya Indah, sebenarnya pun sudah ada niat untuk
belajar mengaji lagi. Tapi belum terfikir siapa yang mengajar
dan apakah waktunya bisa disesuaikan. Alhamdulillah kalau
Papa bersedia mengajar mengaji. Tapi sebenarnya Mas Adi
malu ....” kataku pelan dan tidak bisa melanjutkan lagi
perkataanku
“Mengapa harus malu Mas. Semua dulunya juga
belum bisa mengaji dengan baik kok. Papa pun dulu juga
begitu. Yang penting niat dan semangat untuk belajar ya
Mas” kata Indah memberi semangat.”Terima kasih ya Indah
selalu mendukung dan mengisi hari Mas Adi” kataku sambil
mengecup keningnya dengan mesra
Begitulah. Setiap Sabtu dan Ahad aku mulai rutin
belajar ngaji dengan papa mertuaku. Waktunya sih fleksibel
tergantung kami bisanya kapan. Indah pun sering pula
menemani. Terkadang juga menggodaku dengan
membenarkan bacaanku yang salah sebelum papanya
sempat membenarkannya. Biasanya aku segera mencubit
lembut lengannya dengan mesra sambil berkata,”Udah deh,
jangan gangguin Mas Adi. Sana bantuin mama saja” kataku
lembut yang disambut dengan tawa kecil Indah. Tapi tetap
saja Indah duduk di sampingku memperhatikanku belajar
mengaji. Mungkin dia ingin memantau progress perbaikan
mengajiku. Sabar ya Indah, Insyaallah Mas Adi akan
berusaha keras untuk dapat segera memperbaiki bacaan Al
Qur'an ku
33
Istiqomah
Menapaki bulan kedua pernikahan kami, semuanya
sudah makin terasa ringan olehku. Aku pun kadang merasa
takjub sendiri dengan perubahan yang terjadi pada diriku. Ya
walaupun masih belum sepenuhnya berjalan baik, tapi tetap
saja aku saat ini berbeda cukup jauh dengan aku lebih dari 2
bulan yang lalu sebelum kami menikah. Alhamdulillah aku
secara perlahan dapat merubah diriku lebih baik dan
Insyaallah dapat membahagiakan Indah karena hal tersebut
Hingga pada suatu ketika, di kala sedang mengobrol
berdua di kamar kami seperti biasa kami lakukan setelah
kami selesai makan malam, aku memberanikan diri
mengutarakan sesuatu kepada Indah. Kumulai pembicaraan
dengan bertanya padanya,”Indah, ada yang aku ingin
34
tanyakan pada Indah..” aku menghentikan perkataanku
untuk mengetahui reaksinya. Indah yang saat itu sedang
merebahkan kepalanya dibahuku langsung mengarahkan
pandangannya ke wajahku,”Iya ada apa Mas?” tanya Indah
dengan nada ingin tahu. “Hmmmh menurut Indah bagaimana
Mas Adi setelah hampir 2 bulan kita menikah” tanyaku.
“Oooh itu” kata Indah sambil menegakkan tubuhnya dan
duduk bersila menghadapku
“Indah lihat Mas Adi dari sisi ibadah sudah banyak
berubah lebih baik. Kalau dari sisi pribadi sih Mas Adi
memang sudah sangat baikkkkk dari dulu pertama kali Indah
kenal. Itulah yang membuat Indah memilih Mas Adi jadi
imam nya Indah” jawab Indah dengan pandangan menggoda.
“Ah Indah ditanya serius kok malah menggoda begitu sih”
kataku sambil mencubit lembut lengannya. “Siapa lagi yang
nggak serius, ini Indah serius Mas Adi” rajuknya
“Iya iya, Mas Adi percaya” kataku sambil
tertawa,”Indah jadi tambah manis deh kalau merajuk begitu”
lanjutku menggodanya.”Ihh Mas Adi ngomong apa sih”
katanya membalas mencubit lenganku. Aku hanya tertawa
melihatnya
“Oke oke sekarang kita serius lagi. Kalau menurut
Indah, Mas Adi berubah bagaimana dari segi ibadah?”
tanyaku lagi. “Ya yang paling terlihat sih sekarang Mas Adi
sudah bisa khusyuk ya sholat tahajudnya. Sudah nggak ada
masalah lagi kalau harus bangun jam 3” jawabnya cepat dan
35
kemudian melanjutkan,”Mas Adi juga sholatnya juga sudah
tepat waktu. Setiap aku telpon pasti sudah sholat. Itu kalau
Mas Adi nggak bohong ya...”katanya menggodaku sambil
tertawa.”Yee mana bisa aku berbohong dengan
istriktercintaku” balasku sambil memencet lembut
hidungnya, yang disambut dengan tawa manja Indah.
“Terus apalagi?” tanyaku.”Hmmh apa lagi ya? Oh Mas
Adi juga puasa Senin-Kamis nya juga sudah nggak ada lagi
ngeluh ngeluh seperti awal awal dulu hiihii” tawa Indah
sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan kanannya.
“Indah jangan ungkit ungkit aib Mas Adi ah” protesku yang
disambut dengan tawa Indah.
“Terus apalagi?” kejarku. “Terus terus, memangnya
Mas Adi tukang parkir ha..ha..” kali ini Indah tertawa cukup
lebar. Kembali kupencet mesra hidungnya sambil
berkata,”Iya, Mas Adi kan memarkirkan hati mu di hatiku”
balasku cepat. “Ihh Mas Adi gombal ah” balasnya sambil
mencubit lenganku dengan gemas. Kami pun tertawa
bersama dengan cukup keras
“Sssstt jangan keras keras ketawanya Mas Adi, nanti
kedengaran papa mama lho” sambil menempelkan jari
telunjuk kanannya di bibirnya. “Iya iya, makanya Indah
jawab pertanyaan Mas Adi dong” kataku. “Iya Indah jawab,
hmmh sama ini Mas, Indah lihat Mas Adi baca Al Qur'an nya
sudah lebih baik. Tapi memang belajar mengaji yang benar
itu butuh proses sih, jadi masih perlu waktu untuk Mas Adi
36
dapat membaca Al Qur'an dengan baik. Tapi ya nggak apa
apa Mas, Indah yakin pada saatnya Mas Adi bisa
melakukannya” kata Indah kali ini dengan nada serius
“Alhamdulillah kalau Indah menganggap Mas Adi
demikian” kataku. “Terus kenapa Mas Adi tanya begitu” tanya
Indah.. lha Indah malah ketularan ngomong terus terus ...
he..he
“Begini Indah” kataku memulai dengan nada serius
dan kemudian melanjutkan,”Alhamdulillah kalau Indah
menilai sudah lebih baik sekarang. Walau Mas Adi merasa
masih belum cukup baik dan masih banyak lagi yang harus
diperbaiki. Tapi Mas Adi janji akan memperbaikinya secara
bertahap” kataku sambil memegang erat jemarinya. “Iya Mas
Adi, Indah senang dengan niat Mas Adi ini. Indah akan
berusaha selalu mendukung sebisa Indah ya Mas” balas
Indah.”Terima kasih ya sayang atas semua perhatian yang
sudah diberikan ke Mas Adi,” kataku mesra sambil mengecup
keningnya. Wajah Indah kulihat sangat berbinar binar
bahagia saat itu
“Hmmh Mas Adi tadi cuma mau ngomong, Insyaallah
mulai nanti malam Mas Adi sudah berani menjadi imam
sholat Tahajud buat Indah” kataku. Kulihat ada ekspresi
kaget bercampur bahagia di wajah Indah. Indah segera
memelukku sambil berkata,”benar Mas, terima kasih ya Mas
Adi” katanya dengan suara penuh haru. Kubiarkan Indah
memelukku cukup lama sambil kutepuk tepuk lembut
37
punggungnya dengan telapak tanganku. Sesaat kudengar ada
tangis bahagia dari Indah. Setelah cukup lama memelukku
dan Indah sudah berhasil mengendalikan dirinya dari emosi
bahagia ini, perlahan Indah melepaskan pelukannya.
Kulihat ada sisa sisa air mata bahagia di wajahnya
yang segera aku hapus dengan jemari tanganku. Sungguh
aku tidak mengira sedemikian besarnya harapan Indah aku
sebagai imamnya dapat mengimaninya di sholat Tahajud ini.
“Indah bahagia ya” tanyaku yang segera dijawabnya dengan
cepat “Sangat bahagia Mas Adi” katanya dengan ekspresi
wajah yang menggambarkan apa yang dikatakannya
“Sampai saat inipun Mas Adi masih terus belajar
untuk dapat menjadi imam yang baik untuk Indah. Termasuk
untuk mengimami sholat Tahajud. Jadi kalau Mas Adi masih
belum dapat melaksanakannya dengan cukup baik, Indah
dapat memakluminya ya” pintaku sambil memandang wajah
Indah dengan lembut. “Ya Mas Adi, kita sama sama saling
mendukung untuk dapat beribadah kepada Allah dengan
lebih baik ya” balasnya lembut. Dan kubalas kembali dengan
kecupan lembut yang mesra di kening nya
Dan di sepertiga terakhir malam itu pun untuk
pertama kalinya kami membentuk jamaah sholat Tahajud
sendiri yang Insyaallah akan terus berjalan menerangi
mahligai cinta kami seterusnya. Kulihat wajah Indah sangat
bahagia sekali saat itu
38
-------
Dibulan kedua pernikahan kami tersebut jugalah
Indah mulai merintis apa yang dicita citakannya selama ini,
mempunyai usaha sendiri yang dijalankannya dari rumah
itu. Dan sesuai dengan minatnya di bidang busana muslim,
bisnis ini lah yang dipilih oleh Indah
Dalam angan angan Indah, kelak Indah akan memiliki
merek busana muslim yang di produksinya sendiri dan di
pasarkan di seluruh wilayah di Indonesia, dan bahkan bisa di
ekspor ke manca negara. Tentu Indah juga sadar jalan
menuju hal tersebut memerlukan proses yang panjang.
Sebelum mencapai tahapan itu Indah harus paham benar
mengenai trend pasar dan perilaku pembelian dari
konsumennya. Juga desain busana muslim apa yang disukai
termasuk bahan kain yang digunakan. Belum lagi hal hal
seperti masalah produksi dan distribusinya. Kalau masalah
Finance & Accounting merem lah, Indah kan jago nya he..he
Karenanya untuk tahap awal Indah lebih memilih
untuk menjadi agen penjualan beberapa merek busana
muslim yang cukup terkenal, untuk kemudian akan
menjualnya sendiri atau melalui reseller. Indah pun memilih
beberapa merek busana muslim premium tapi dengan harga
medium alias cukup terjangkau. Ya, pengetahuan tentang
beberapa merek tersebut memang telah dimiliki Indah jauh
hari sebelumnya. Bahkan Indah pun sudah memiliki cukup
banyak koleksi busana muslim dari merek merek tersebut,
39
yang biasa dikenakannya sehari hari. Dari sini Indah dapat
mengetahui kelebihan dan kelemahan dari masing masing
merek tersebut, termasuk dari unsur kenyamanannya saat
dipakai
Pada saat menyiapkan pernikahan kami lalu pun,
Indah sudah mencari kontak person di masing masing
perusahaan pemegang merek tersebut serta menghubunginya
untuk menanyakan kemungkinan menjadi agen penjualan.
Dari sini Indah mendapatkan rekomendasi distributor dari
masing masing merek tersebut yang akan men-suply stok
produk yang bisa Indah pasarkan melalui reseller atau
langsung ke konsumen
Indah pun sudah merancang untuk penjualan online
melalui beberapa jenis pasar online atau biasa disebut
sebagai marketplace itu. Sedangkan untuk penjualan offline
akan menggunakan reseller terlebih dahulu. Sengaja Indah
memilih tidak langsung membuka toko butik sendiri, dengan
pertimbangan akan fokus pengembangan penjualan online
dulu, dan modal lebih diarahkan untuk membeli stok produk.
Diam diam aku merasa kagum dengan semua rencana Indah
ini. Sangat sistematis dan teratur, padahal Indah kan tidak
punya latar belakang marketing. Latar belakang pendidikan
dan juga pengalaman kerjanya di bidang keuangan. Tapi
Indah bisa punya rencana bisnis yang menurutku cukup
matang. Aku memang sesekali memberikan input padanya,
tapi sebagian besar dia pikirkan sendiri.
40
Untuk modal pun, Indah berkeras untuk
menggunakan tabungannya sendiri semasa dia bekerja
sambil kuliah dan saat sudah lulus. Memang walaupun
Indah adalah anak bungsu, tapi dia sangat mandiri yang
bahkan waktu kuliah di tahun tahun terakhir pun dia
memilih bekerja untuk dapat membiayai kuliahnya sendiri.
Padahal papa nya jelas bisa membiayai kuliahnya lebih dari
cukup. Itulah Indah, yang sangat teguh memegang
prinsipnya.
Tapi pada saat kami mengobrol berdua di kamar
seperti biasanya setelah makan malam, aku mencoba
membahas hal ini. “Hmmmh ... Indah ...” kataku mencoba
mengalihkan pembicaraan kami sebelumnya ke topik
mengenai modal kerja bisnis yang akan dirintis Indah. Indah
yang sedang merebahkan kepalanya ke bahuku, hal yang
suka dilakukannya saat ngobrol denganku, menolehkan
wajahnya menatap wajahku.”Ya, ada apa Mas Adi?” tanyanya
heran
“Hmmmh tadi waktu jalan pulang dari masjid, aku
sempat ngobrol dengan Papa. Papa bilang Indah nggak mau
ya dibantu Papa untuk modal bisnis yang akan dibangun
Indah” tanyaku hati hati. Indah segera menegakkan
duduknya dan duduk bersila menghadap ke arah ku. “Papa
bilang begitu ya?” tanya Indah balik. Aku hanya
menganggukan kepalaku.
41
Hmmhh ... seperti yang Indah dulu pernah cerita ke
Mas Adi, Indah maunya merintis usaha dengan modal Indah
sendiri, sekecil apapun. Jika Insyaallah nanti usaha Indah
berkembang, Indah ingin benar benar merasakan hasil kerja
Indah ini, Mas” katanya menjelaskan. “Apalagi Indah merasa
selama ini juga merasa sering menyusahkan Papa mama.
Indah mulai sekarang berusaha untuk tidak lagi
menyusahkan mereka” sambungnya
“Ya enggaklah Indah. Mana ada orang tua yang
merasa di susahkan oleh anak anaknya, apalagi untuk yang
mereka senang melakukannya, mendukung anak anak
mereka” kataku mencoba memberikan argumen. “Lagipula
kebutuhan modal untuk stok berbagai varian desain dari
beberapa merek yang akan Indah akan pasarkan cukup
besar. Dan modal Indah mungkin tidak dapat memenuhinya
semua” lanjutku
“Nggak apa apa Mas Adi. Indah mulai dari kecil dulu
saja. Insyaallah nanti juga akan besar” katanya mantap.
“Tapi mau berapa lama Indah. Kalau Indah stok nya lengkap
kan bisa lebih cepat berkembangnya. Permintaan pembeli
pun dapat lebih dipenuhi kalau stok nya lengkap” kataku
meyakinkan. “Tapi Mas Adi, Indah nggak mau nyusahin papa
mama lagi. Masa Indah sudah punya imam sendiri masih
menyusahkan mereka. Nggak apa apa ya Mas Adi.
Pleasssseee ...” kata Indah dengan raut wajah memohon. Aku
42
tersenyum saja melihat ekspresi memohon di wajahnya yang
manis itu
Tapi that's point ... Aku mendapatkan jalan untuk
bisa bisa membujuk Indah agar bersedia dibantu untuk lebih
mempercepat berkembang usaha yang tengah dirintisnya itu.
“Oke oke, Mas Adi nggak akan memaksa Indah lagi menerima
tambahan modal dari papa” jawabku. “Janjiii Mas Adi?” kejar
Indah lagi. “Insyaallah” jawabku, yang disambut dengan
kecupan mesra Indah di pipi ku. “Terima kasih ya Mas”
katanya.
“Tadi Indah bilang nggak mau nyusahin papa mama
lagi karena sudah ada Mas Adi sebagai imam nya Indah yang
bertanggungjawab menjaga Indah kan?” pancingku. “Bener
Mas Adi” jawab Indah lagi. “Sebagai imam, Mas Adi
berkewajiban untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan
Indah sebagai jamaah ku kan?” pancingku lebih lanjut.
“Bener lagi Mas Adi” kata Indah manja . “Nah kalau Mas Adi
sebagai imam, tentu wajar untuk mendukung Indah
sepenuhnya sebagai jamaah ku kan” tanyaku. “Betul imam
ku” kata Indah manja sambil kedua tangannya mencubit
lembut kedua pipiku. “Makanya, kali ini ijinkan Mas Adi
membantu Indah agak usaha busana muslim Indah bisa
berkembang lebih cepat” kataku sambil menatap wajahnya
“Maksudnya gimana Mas?” tanya Indah dengan raut
wajah ingin tahu. “Indah pakai tabungan Mas Adi juga ya
untuk modal awalnya” kataku. Raut wajah Indah pun
43
berubah agak kaget,”Tapi Mas, kita kedepannya kan akan
perlu biaya untuk berbagai keperluan. Tabungan Mas Adi
kan dicadangkan untuk itu” protes Indah. “Misalnya apa?”
pancingku
“Ya misalnya buat keperluan kalau nanti dedek udah
ada” kata Indah sambil melihat perutnya. “Lhaaa dedek nya
belum ada juga sudah diajak ajak” godaku. “Iihhh Mas Adi,
tapi kita kan perlu juga siap siap” kata Indah gemas sambil
mencubit lenganku. Kali ini cubitannya cukup keras.
“Adduuh ampun Indah, jangan keras keras dong nyubitnya”
protesku. “Habis, Indah gemes” katanya merajuk
“Ya nggak usah juga dipakai semua. Pakai saja yang
kemarin Mas Adi alokasikan untuk kontrak rumah 2 tahun.
Kan nggak terpakai karena kita tinggal di rumah papa mama.
Jumlahnya juga Mas Adi alokasikan lumayan kok. Cukuplah
buat nambah nambah modal Indah” kataku berusaha
meyakinkannya.”Lagi pula kan Insyaallah Mas Adi tiap bulan
juga masih bisa nabung kok” lanjutku lagi
“Bener ini Mas Adi?” tanya Indah. “Bener, masa Indah
nggak percaya sama imam nya sih” jawabku yang segera
disambut oleh kecup mesra Indah dipipiku. “Indah sangat
percaya, Mas Adi” katanya lembut
--------
Begitulah, kesibukan Indah pun bertambah. Pada
bulan pertama pernikahan kami, Indah memang sengaja
44
hanya fokus memperhatikanku untuk dapat hijrah menjadi
lebih baik, agar dapat menjadi imamnya yang sebaik baiknya.
Baru pada bulan kedua ini setelah Indah yakin aku mulai
dapat istiqomah untuk menjalankannya, Indah pun mulai
mewujudkan impiannya memiliki usaha bisnis busana
muslim tanpa harus meninggalkan rumah
Tidak lama setelah Indah bersedia untuk
menggunakan sebagian tabunganku untuk menambah modal
awal usahanya, Indah langsung bergerak cepat dengan
menjadi agen penjualan beberapa merek busana muslim.
Stok produk untuk dijual pun segera dibelinya melalui
distributor yang ditunjuk. Untuk menampung stok yang
cukup banyak itu, atas ijin apa mamanya satu kamar kosong
diubahnya menjadi gudang, yang segera diisi setelah rak besi
yang dipesan tiba. Semuanya dikerjakan Indah sendiri
dengan dibantu asistant rumah tangga mama nya
Dan sesuai dengan rencananya, untuk tahap pertama
Indah akan fokus membangun bisnis online nya terlebih
dahulu di beberapa pasar online atau bahasa kerennya sering
disebut sebagai marketplace itu. Inilah kesibukan berikutnya
Indah. Dimulai dengan mengisi etalase di setiap toko online
nya di berbagai marketplace itu. Memang ada software
komputer khusus yang dapat membantu meringankan
pekerjaan ini. Akan tetapi karena banyaknya varian desain
yang dijual, tetap saja pekerjaan ini membutuhkan waktu
yang cukup lama dan cukup melelahkan. Belum lagi
45
menentukan jenis jenis promosi yang akan dilakukan, tentu
membutuhkan kejelian dan ketelitian melihat trend pasar
serta penjualan kompetitor
Ya persaingan pasar di marketplace memang sangat
ketat. Termasuk untuk masalah harga. Walau Indah cukup
yakin harga yang diterapkannya cukup bersaing, karena
sebagai agen penjualan Indah memperoleh discount yang
cukup besar dari distributor. Sehingga dapat menjual
kembali produknya dengan harga yang cukup kompetitif.
Setelah semua toko online nya sudah berdiri, bukannya
kesibukan Indah berkurang. Mulai masuknya order dari
konsumen membuatnya tetap sibuk. Mulai proses order
masuk sampai dengan pengemasan produk masih dikerjakan
ya sendiri. Terkadang saja dia dibantu asistant rumah tangga
mama nya jika memang produk yang perlu dikemas sudah
cukup banyak.
Belum lagi untuk proses pengiriman ke jasa kurir.
Karena tidak semua kurir dapat mengambil ke rumah untuk
paket yang akan dikirim. Sebagian harus diantar sendiri ke
loket pengiriman paketnya. Beruntung jaraknya tidak terlalu
jauh dari rumah, sehingga masih diantar Indah dengan
sepeda motor. Tapi tetap saja memakan waktu, apalagi jika
dalam 1 hari harus beberapa kali mengantarnya karena jam
order konsumen yang berbeda beda
Semakin lama jumlah order yang masuk semakin
banyak. Indah semakin terlihat sibuk. Stok pun mulai
46
menipis yang membuat Indah harus melakukan order ulang
ke beberapa distributor. Indah pun harus mengambil sendiri
stok produk tersebut ke distributor yang jaraknya cukup jauh
dari rumah itu. Indah terpaksa harus mengendarai mobil,
satu hal yang sangat tidak dia sukai di jalan Jakarta yang
macet dan semrawut itu. Bahkan mobil yang dibelikan
papanya sebagai hadiah diterimanya Indah di Fakultas
Ekonomi di universitas negeri yang termasuk terbaik di
Indonesia itu, jarang dipergunakannya
Indah sih tidak pernah terlihat mengeluh akan hal ini.
Tapi aku tetap bisa merasakan hal tersebut. Setidaknya bisa
terlihat dari sudah jarangnya Indah meneleponku di kantor
untuk sekedar mengingatkan waktu Sholat. Nggak apa apa
juga sih, toh tanpa harus diingatkan sekalipun,
Alhamdulillah aku sudah hampir selalu sholat di awal waktu,
kecuali pada saat saat tertentu saja seperti saat meeting. Tapi
setidaknya ini menjadi tanda bahwa Indah memang tidak
dalam kondisi biasanya.
Indah memang tidak pernah mengeluh. Itu memang
karakternya yang tidak pernah mau mengeluh. Bahkan
sekedar curhat ke akupun tentang masalah ini sepertinya
juga tidak akan dilakukannya. Tapi aku kasihan juga jika dia
tidak berbaginya denganku. Setidaknya dapat membuat
perasaannya lega, syukur syukur kalau aku bisa memberikan
solusi. Hingga pada kesempatan mengobrol berdua
dengannya seperti biasa sehabis makan malam aku mencoba
47
memancingnya mencurahkan unek uneknya mengenai hal
ini,”Mas Adi lihat akhir akhir ini Indah sibuk sekali ya?”
tanyaku kepada Indah yang seperti biasanya senang
merebahkan kepalanya di pundakku. “Biasa aja Mas, order
memang Alhamdulillah meningkat terus, tapi masih Indah
atasi lah. Paling kalau sibuk sekali, Indah minta bantuan
Ningsih” jawab Indah sambil menyebut nama asistant rumah
tangga mamanya
“Tapi Indah juga masih harus mengantar paketnya ke
jasa kurir kan? Belum lagi kalau harus order ulang ke
distributor. Ditambah menjawab chatting dari calon
konsumen kan” kataku menggugat pernyataannya. “Ya kan
nggak selalu begitu Mas, ada kalanya juga senggang waktu
Indah” katanya pelan mengakui. “Berarti seringnya iya kan?”
kejarku. Indah hanya bisa mengangguk kecil sambil
menunduk. “Alhamdulillah Mas Adi, banyak yang order”
katanya pelan. “Tapi Indahnya kan yang capek?” tanyaku.
“Memang waktu Indah cukup banyak tersita, tapi kalau
capek sih enggak begitulah. Masih capek Mas Adi di kantor
lah” katanya masih berusaha mengelak
“Tetap aja judulnya sibuk kan” kejarku. “Iya sedikit
Mas” akunya. “Yang penting Indah tetap bisa sholat di awal
waktu, tetap Sholat dhuha, dan punya cukup waktu untuk
membaca Al Qur'an serta menambah hafalan, Indah anggap
waktu Indah masih cukup Mas” kata Indah pelan. Iya, Indah
memang saat ini sedang memulai untuk menambah hafalan
48
Al Qur'an nya yang saat ini sudah 24 juz itu. Targetnya sih
bisa lengkap 30 juz
“Indah belum mempertimbangkan untuk
mempekerjakan 1 orang khusus menangani pengemasan dan
pengiriman barang, jadi Indah bisa fokus mengurusi masalah
online nya” usulku.” Belum waktunya Mas, keuntungan yang
diperoleh bisa terpotong banyak untuk membayar gajinya.
Mungkin nanti kalau sudah keuntungannya 2 - 3 kali lipat
dari gajinya itu ya Mas” jawab Indah lagi
“Atau tahap mencari reseller offline dipercepat saja,
kan mereka kalau order jumlahnya sekalian cukup banyak
juga, tanpa harus dikemas dan dikirim” usulku kembali. “Iya
Mas Adi, Indah juga sudah terfikir itu. Hanya memang Indah
harus hati hati milihnya terutama yang bayarnya dengan
sistem tempo. Mungkin dari saudara atau teman dulu ya Mas
Adi” jawab Indah. “ Iya Indah, yang penting dimulai dulu.
Jadi Indah nggak hanya mengandalkan penjualan
perseorangan saja melalui marketplace, yang harus ditangani
satu satu dan cukup memakan waktu. Kecuali kalau hitung
hitungan Indah nanti sudah memungkinkan untuk
mempekerjakan orang yang khusus menangani hal itu,”
saranku. “Iya Mas Adi” jawab Indah sungguh sungguh
“Lagi pula kalau penjualan lewat reseller nya berhasil
kan omset penjualan meningkat. Insyaallah keuntungan
meningkat, sehingga Indah segera dapat mempekerjakan
orang tersebut” kataku lagi. “Iya Mas Adi, doakan agar segera
49
terwujud ya” pinta Indah manja. “Insyaallah Indah, imam mu
ini akan selalu mendoakan Indah” kataku lembut sambil
mengecup keningnya dengan mesra.
--------
Selang beberapa waktu setelah pembicaraan tersebut,
Indah mulai menghubungi kembali beberapa kerabat dan
teman yang sebelumnya sudah menyatakan minatnya untuk
menjadi reseller yang akan ikut menjualkan stok produk
milik Indah. Harga dan pembagian keuntungan pun sudah
pernah dibicarakan
Sebagian memang sudah punya toko sendiri walau
bukan toko khusus busana muslim. Tapi paling tidak masih
ada tempat untuk display produk stok milik Indah lah.
Sebagian lagi memilih untuk menjual secara door to door
dikalangan tetangga dan arisan, dengan sistem pembayaran
cicilan. Apapun itu sepanjang ada rasa saling percaya, ya
dijalankan oleh Indah. Sebab sebagian menggunakan sistem
pembayaran tempo 1 – 2 bulan, sebagian lagi bahkan setelah
stok terjual. Yang penting bisa ikut membantu penjualan stok
produk milik Indah lah, agar perputarannya barangnya bisa
lebih cepat
Alhamdulillah semua berjalan lancar. Beberapa
reseller Indah bahkan sudah melakukan order ulang. Berarti
produknya bisa diterima pasar. Ya mudah mudahan
50
perkembangannya semakin baik sehingga Indah dapat segera
mempunyai karyawan yang dapat membantu kerjanya juga
Dan dibulan ke 4 pernikahan kami itu, seperti telah
dijadwalkan sebelumnya aku ditugaskan untuk
mengkoordinasikan even promosi peluncuran produk untuk
merek remaja di cabang cabang yang menjadi tanggung
jawabku. Konsep acaranya jumpa artis dan performance dari
artis penyanyi yang menjadi brand ambasador dari merek
tersebut
Tiap kota acaranya sih hanya sehari di Sabtu malam.
Tapi sebagai koordinator event dari kantor pusat, aku sudah
harus terbang ke kota tersebut hari Kamis pagi selanjutnya
berkoordinasi internal dengan tim kantor cabang, juga
koordinasi eksternal dengan tim event organizer dan tim dari
mall tempat event diselenggarakan. Setelah selesai acara pun
pada Ahad pagi nya masih melakukan evaluasi event dengan
tim cabang sebelum pada sorenya terbang kembali ke
Jakarta. Hari Senin nya aku mendapatkan hari libur
pengganti karena weekend bertugas mengkoordinasikan
event. Begitu seterusnya sampai 8 minggu ke depan sampai
semua cabang dalam koordinasiku melaksanakan event
tersebut
Kota pertama event adalah Medan. Hari Selasa
malamnya sehabis makan malam, Indah mengajakku untuk
menyiapkan segala yang akan aku bawa ke Surabaya dan
mengaturnya di koper. Sambil membuka koper yang akan
51
kubawa, Indah sibuk memilih pakaian di lemari yang akan
aku bawa. Berulangkali dia menanyakan apakah aku mau
membawanya, setiap kali dia memilih pakaian di lemari. Aku
tersenyum saja menyaksikannya sambil duduk dilantai
menyender tempat tidur. “Kenapa Mas Adi senyum senyum
saja dari tadi” tanya Indah heran. “He..he.. Indah nyiapin
koper ku seperti mau pindahan saja” kataku dengan nada
menggoda. “Pindahan gimana sih Mas Adi, Indah kan hanya
nyiapkan pakaian untuk 4 hari saja. Mana untuk ke kantor
cabang dan tempat event, mana untuk malam kalau diajak
tim cabang makan malam, mana untuk tidur. Mana pas saat
event dan lainnya. Belum lagi asesories nya. Kan lebih baik
disiapkan sekarang daripada nanti ada yang tertinggal”
jawabnya dengan nada merajuk. Aku semakin tersenyum
melihatnya dengan ekspresi merajuk itu
“Dan harus satu koper begitu?” tanyaku sambil
tertawa dan menutup mulutku dengan telapak tangan
kananku. “Lha iya lah Mas Adi, kalau nggak mana cukup”
protesnya yang aku sambut dengan tawaku yang semakin
lebar. “Perasaan dulu aku kalau ke cabang hanya bawa tas
ransel aja cukup. Kalau pakaian, ya pakai saja dari pagi
sampai malam” kataku sambil tertawa. “Itupun aku
nyiapinnya Rabu malam sebelum tidur. Sebentar selesai
he..he” kataku mengakhiri dengan tetap tertawa.
“Iiih, itu kan dulu sebelum ada yang mengurus.
Sekarang udah beda, Mas Adi udah ada aku. Masa mau tetap
52
nggak teratur seperti dulu” katanya gemas kemudian
melanjutkan,”Kalau caranya seperti itu sekarang, kan nanti
orang cabang komentar, ‘ini Indah nggak bisa ngurus Pak Adi
ya, kok penampilannya berantakan begitu', kan Indah malu
Mas Adi” katanya sambil merajuk
“Hahaha” tawaku melihat ekspresi merajuk di
wajahnya. “Lagian mana ada yang kenal sih orang kantor
cabang dengan Indah?” lanjutku dengan nada menggodanya.
“Ya adaaa Mas Adi, aku kan kenal dengan semua tim Finance
& Accounting cabang lain. Kan pada saat meeting nasional
Finance & Accounting aku ketemu mereka semua. Kami ada
grup WA nya juga. Ya sudah pada tahulah semuanya aku
menikah dengan Mas Adi” katanya sambil melanjutkan nada
merajuknya.
“Ya udah Mas Adi terima beres saja ya. Tinggal bawa
aja ya” katanya tegas. Ya sudah aku menurut saja. Perlahan
kudekati Indah dan setelah dekat aku kecup keningnya
dengan mesra sambil berkata,” Iya sayang, Mas Adi ikut saja”
kataku lembut. Seketika hilang ekspresi merajuk di
wajahnya, berganti dengan senyum bahagia
-------
Taxi yang akan mengantarku ke bandara sudah
terlihat di depan rumah ketika aku kembali dari masjid
untuk menunaikan sholat subuh disana. Aku memang
sengaja minta dijemput jam 5 pagi walaupun pesawat take off
53
jam 9.30. Agar lebih tenang saja dan menghindari macet saja,
secara lalu lintas Jakarta jika sudah agak siang tidak dapat
diprediksi tingkat kemacetannya
Setelah berpamitan dengan papa dan mama mertua,
ditemani Indah aku berjalan menuju taxi yang sudah
menunggu. Setelah memasukkan koper ke bagasi aku pamit
ke Indah. Ada guratan sedih di wajahnya. Ya ini memang kali
pertama kami tidak bersama setelah menikah. “Indah jangan
sedih ya, Insyaallah kan Mas Adi kan hanya pergi 4 hari saja”
kataku menenangkan hati nya. “Ya Mas Adi nggak apa apa
kok. Mas Adi hati hati saja ya di sana” katanya pelan.
Kukecup mesra keningnya sambil berkata “Jangan lupa
Indah ingatkan Mas Adi untuk tetap Istiqomah beribadah ya”
kataku yang disambut Indah dengan berkata “Insyaallah Mas
Adi”
Singkat cerita ketika sampai bandara aku dijemput
oleh Pak Rudi kepala cabang Medan dan segera diantar ke
kantor cabang. Sebelumnya Pak Rudi mengajakku makan
siang dulu di sebuah restoran, alasannya setelah sampai
kantor cabang kami bisa langsung meeting koordinasi dengan
tim cabang. Saat makan siang, notifikasi WA terdengar.
Setelah kulihat ternyata dari Indah yang menanyakan apakah
aku sudah sampai sekaligus mengingatkan waktu sholat
dzuhur. Mungkin Indah takut aku sedang sibuk jika dia
menelepon langsung. Segera aku jawab bahwa aku sedang
54
makan siang dan aku usahakan sholat Dzuhur ketika sudah
sampai kantor cabang
Ternyata kantor cabang terletak tidak jauh dari
tempat kami makan siang. Sesampainya di sana ternyata
kami memang sudah ditunggu oleh tim cabang untuk
meeting koordinasi. Aku minta ijin untuk menunaikan sholat
Dzuhur sebentar dan setelah itu kami meeting. Tak terasa 2
jam kami meeting koordinasi. Cukup lama memang,
mengingat cukup banyak hal yang perlu dibahas. Dan setelah
meeting ditutup, dan aku ngobrol selama beberapa lama
dengan tim promosi cabang, Pak Rudi menawarkanku untuk
mengantarkan ke hotel sebelum malamnya diajak makan
malam sekaligus meninjau lokasi acara di mall. Aku setuju
saja, secara aku sudah kangen mendengar suara Indah
eeehhhmm ..
Setelah selesai mandi dan sholat ashar, sambil
menikmati teh hangat yang kubuat sendiri di kamar hotel,
aku menelepon Indah. Mudah mudahan Indah juga tidak
sedang sibuk, doa ku. Alhamdulillah ternyata Indah memang
sedang menunggu teleponku. Maka ngobrollah kami cukup
lama sampai kemudian Indah mengatakan bahwa di Jakarta
sudah adzan Maghrib. Kalau di Medan sih masih sekitar
setengah jam an lagi. Indah pamit sholat Maghrib dulu
sambil berpesan jika nanti malam aku sampai hotel belum
terlalu malam supaya menelepon lagi
55
Tidak lama setelah aku selesai sholat Maghrib, Pak
Rudi datang menjemputku dan segera menuju mall yang
akan dijadikan tempat event. Sampai di sana ternyata sudah
menunggu beberapa orang tim sales dan promosi cabang.
Kami segera menuju venue yang akan dijadikan tempat acara
dan mendiskusikan beberapa hal disana. Selesai meninjau
venue, Pak Rudi mengajak semuanya makan malam. Semula
aku berfikir akan makan malam di mall itu saja. Ternyata
Pak Rudi mengajak ke tempat makan yang menurut Pak Rudi
cukup favorit di Medan
Lokasinya ternyata cukup jauh dari mall.
Sesampainya di sana kami segera mencari meja yang kosong.
Ternyata tempat makan itu memang favorit. Sangat ramai
sekali. Padahal kan belum weekend. Setelah susah payah
mencari meja yang cukup untuk 7 orang itu, kami
mendapatkannya di sudut yang tidak terlalu ramai. Agak
jauh dari live music di sana sih, tapi malah jadi tidak terlalu
bising, enak untuk mengobrol. Jadilah kami mengobrol
berbagai hal sambil menikmati hidangan makan malam.
Sampai Pak Rudi berkata,”Waahh ini sudah hampir jam 12.
Besok pagi kita ada meeting dengan pihak Event Organizer
dan mall. Kita pulang sekarang ya”. Astaga. Lama juga kami
ngobrolnya, kataku dalam hati.
Tepat jam 00.20 tengah malam aku memasuki kamar
hotel. Mata sudah terasa berat secara sudah cukup lama aku
tidak tidur selarut itu. Aku paksakan diriku untuk sholat
56
Isya dulu sebelum tidur. Sebelum tidur aku sempatkan
untuk mengatur alarm untuk dapat bangun sekitar jam 3.45
untuk dapat sholat tahajud sesuai dengan waktu sholat
Medan. Kulihat ada beberapa miscall dan wa dari Indah.
Rupanya karena terlalu asyik mengobrol, aku tidak
mendengar suara panggilan masuk dan notifikasinya. Segera
aku balas WA nya dan aku minta maaf atas hal itu. Juga
minta agar aku juga ditelepon Indah untuk dibangunkan
sholat Tahajud. Walau aku sebenarnya tidak yakin akan hal
tersebut
--------
Aku terbangun dari tidur dan refleks kuambil ttelepon
genggamku untuk melihat jam. Astaga sudah jam 4.55.
Segera kusingkap korden kamar hotel. Ternyata di luar masih
sangat gelap. Aku teringat waktu Subuh disini memang
sampai sekitar jam 6. Berarti saat ini juga mungkin masih di
awal waktu sholat subuh
Tapi bukan itu masalahnya. Tahajud yang terlewat
itulah yang kusesali. Memang aku pun juga baru belajar
untuk melaksanakannya dengan baik, tapi setidaknya 4
bulan terakhir ini aku selalu menunaikannya. Kulihat lagi
layar telepon genggamki ku, terlihat ada beberapa miscall
dari Indah. Rupanya dia mencoba untuk membangunkan ku.
Kuputuskan untuk segera sholat shubuh sebelum kemudian
meneleponnya
57
Begitu Indah mengangkat telponku aku segera
meminta maaf atas hal yang terjadi. Indah memahami
situasinya dan justru menenangkanku. Katanya yang penting
aku sudah berniat menjalankannya. Juga berpesan agar jika
besok aku dapat melaksanakannya jika situasi
memungkinkan. Insyaallah Indah akan aku jalankan
Setelah mengobrol cukup lama, kami pun mengakhiri
pembicaraan tersebut. Akupun segera bergegas untuk mandi
dan bersiap untuk memulai aktivitas hari itu. Setelah selesai
mandi, aku segera turun menuju restoran hotel untuk
sarapan pagi. Waktu masih menunjukkan jam 7 pagi. Masih
ada 1 jam lebih sebelum Pak Rudi menjemputku untuk
meeting dengan event organizer dan pihak mall di ruang
meeting kantor pengelola mall. Kunikmati saja sarapan yang
disajikan dalam format buffet tersebut
Sekitar jam 8.00 aku sudah duduk santai di lobby
hotel sampai Pak Rudi datang menjemputku tepat jam 8.20.
Tidak sampai 1 jam kami sudah sampai di mall dan kami
segera menuju ruang meeting. Kulihat sudah cukup banyak
orang disana. Untuk personel event organizer tidak asing
buatku sebab sebagian sudah pernah meeting denganku di
kantor pusat. Beberapa tampak asing, mungkin dari pihak
mall. Setelah saling berkenalan kami pun memulai meeting
koordinasi yang dilanjutkan dengan peninjauan venue event,
yang berakhir jam 11 lewat, waktu menjelang Sholat Jum'at
58
Setelah selesai Sholat Jum'at di masjid yang ada di
mall, Bu Santi, contact person dari event organizer yang biasa
meeting denganku di Jakarta, mengajakku dan Pak Rudi
makan siang di salah satu restoran di mall untuk membahas
kedatangan artist pada sore hari itu dan acara “meet & greet”
untuk beberapa fans yang beruntung makan malam dengan
sang artis. Ya memang sebelumnya kami mengadakan undian
bagi pembeli produk dengan hadiah tersebut
Untuk kesemua acara tersebut menjadi tanggungjawab
event organizer, kami tinggal memantau saja. Pun untuk
pendampingan artis juga akan ditangani teman kantorku yang
menjabat sebagai brand manager produk remaja yang
mengadakan event tersebut, dan datang ke Medan bersama
sang artis. Jadi aku hanya akan datang pada acara nanti
malam ini sebagai pengamat saja. Mudah mudahan tidak
sampai malam lagi, secara kalau melihat jadwal acara selesai
jam 9 malam
Selesai makan siang, aku diantar Pak Rudi ke hotel
untuk beristirahat sebentar sebelum sore jam 5 dijemput lagi
untuk persiapan acara meet & greet malam harinya. Sampai
hotel kulihat ada beberapa WA dari Indah yang tadi tidak
sempat kubaca. Mungkin Indah tidak menelepon karena
takut menganggu kesibukanku. Maafkan Mas Adi ya Indah
kalau terkesan aku mengabaikan pesan pesanmu. Segera aku
telepon Indah
59
Tepat jam 5 Pak Rudi datang menjemputku, dan
setengah jam kemudian kami sudah di restoran tempat
acara. Situasi masih agak sepi, karena memang malam ini
seluruh ruang sudah dibooking untuk acara meet & greet.
Kulihat beberapa personil event organizer termasuk Bu Santi.
Segera kuhampiri dan kusapa mereka. Dari mereka aku
diberi informasi bahwa artisnya akan datang sekitar jam 7
malam, akan tetapi peserta makan malam diharapkan sudah
hadir jam 6 malam
Benar saja, sekitar jam 7 malam sang artis datang
dengan didampingi oleh Bu Sabrina, brand manager teman
kantor ku itu. Suasana langsung heboh oleh para remaja
peserta makan malam yang umumnya perempuan itu. Aku
tersenyum saja melihat kehebohan itu
Acara pun berjalan lancar sampai berakhir jam 9
malam. Akupun mempersiapkan diri untuk segera kembali ke
hotel. Tiba tiba Bu Sabrina yang sedang berbicara dengan
sang artist memanggilku dan memperkenalkanku dengannya.
Bu Sabrina kemudian mengajakku untuk bergabung mereka
nongkrong di cafe di hotel tempat mereka menginap. Hotel ku
memang berbeda tempat, secara bukan kelas artis he..he.
Aku tidak enak menolak permintaan mereka, jadilah aku ikut
ke hotel mereka. Dalam perjalanan aku sempat mengirimkan
pesan WA ke Indah mengenai hal ini. Indah menjawab nggak
apa apa kalaupun aku terlewat sholat Tahajud lagi karena
hal tersebut. Tetap saja aku merasa tidak enak
60
Benar saja, setelah mengobrol kesana kemari sambil
menikmati hidangan dan suasana cafe yang memang nyaman
tersebut, sekitar jam 12 malam kami baru membubarkan
diri. Dengan diantar mobil yang khusus disewa untuk
keperluan transportasi sang artis selama di Meda tersebutn,
sekitar jam 00.30 aku sampai di kamar hotel. Setelah
melaksanakan sholat Isya aku pun segera tertidur
--------
Dan hal yang kukhawatirkan pun terjadi lagi. Aku
terbangun kala jam hampir menunjukkan jam 5 pagi. Aku
segera melaksanakan sholat subuh dan menelepon Indah.
Indah kembali menenangkanku tentang sholat tahajud. Indah
juga mendoakan agar acara nanti malam berlangsung lancar
dan sukses
Hari itu memang hari yang amat sibuk. Semenjak pagi
aku sudah harus memantau persiapan pembangunan venue
dan peralatan pendukungnya seperti peralatan musik dan
soundsystem nya. Juga memastikan keamanan panggung
serta jalur untuk artisnya. Dan yang tidak kalah pentingnya
adalah pemasangan media promosi termasuk spanduk,
umbul umbul dll. Pulang ke hotel pun hanya sebentar untuk
mandi sore, setelah itu kembali lagi ke venue.
Dan waktu event pun tiba. Tepat jam 19.30
pertunjukkan dimulai. Penampilan musik dan diselingi
obrolan sang artis dengan audiens itu, berlangsung lancar
61
sampai dengan event ditutup sekitar jam 22.00. Acara bubar
bukan berarti panitia ikut bubar. Kami justru merayakan
keberhasilan ini dengan mengobrol sekaligus evaluasi event
yang sudah terlaksana dengan sukses itu. Hal ini
berlangsung sampai menjelang jam 12 malam, saat aku
kembali ke hotel. Dan aku sudah mengira bahwa akan lagi
terjadi hal seperti 2 hari ini
Ah, ternyata bersikap Istiqomah dalam menjalankan
ibadah pada setiap waktu bukan hal yang mudah ...
**************
62
63
Ujian
Tak terasa sudah 2 tahun lebih usia pernikahan kami
berjalan. Alhamdulillah kami menjalaninya dengan rasa
bahagia. Bahkan kerabat dan rekan kami banyak yang
menjuluki kami pasangan yang serasi dan harmonis. Itu kata
mereka lho.. Nggak tahu saja mereka kami juga kadang ada
konflik konflik. Alhamdulillah semua konflik kecil saja,
wajarlah namanya menyatukan dua hati yang berbeda. Pasti
perlu proses penyesuaian lah, 2 tahun pun belum cukup.
Tapi setidaknya, kami menjalaninya dengan niat untuk
membantu satu sama lain untuk meningkatkan diri, sehingga
kalaupun konflik terjadi, kami dapat menyelesaikan sebelum
masalahnya menjadi besar
64
Alhamdulillah pekerjaan di kantor jugalancar. Kalau
masalah tugas ke luar kota ya memang sudah job
descriptionnya ya dijalani saja. Indah pun sudah terbiasa
dengan pola kerjaku seperti itu. Toh Indah juga sudah ada
kesibukan juga, jadi kalau lagi kangen aku juga bisa
menyibukan diri dengan bisnis busana muslimnya
Oh iya, Alhamdulillah Indah sekarang sudah memiliki
butik kecil yang menjual berbagai merek busana muslim.
Tempatnya di ruko dekat rumah, jadi lebih mudah
mengawasinya. Indah juga sudah mempunyai 2 karyawan
untuk mengurusi butiknya tersebut, dan 2 orang lagi yang
mengurusi penjualan online nya dan pengelolaan stok di
gudang. Jadi Indah lebih mengontrol saja pekerjaan mereka,
selain mengurusi pengadaan stok dan pengembangan
reseller, yang saat ini juga sudah tersebar ke luar kota juga.
Dan Indah sudah mulai mempersiapkan mempunyai merek
sendiri yang menurut rencananya akan diluncurkan di tahun
depan
Memang belum tahap punya pabrik konveksi sendiri.
Itu rencana jangka panjang. Rencana jangka menengahnya
ya akan merancang desain busana muslim sendiri, sedang
pengerjaannya diserahkan ke pabrik konveksi yang dipilih
Indah. Jadi saat ini Indah mulai lebih serius lagi mempelajari
trend dunia fashion pada umumnya, dan busana muslim
pada khususnya. Nantinya semua pengetahuan tersebut
65
akan dituangkannya ketika ia mulai merancang desain
busana muslim
Indah bisa desain fashion? Aku pun pada awalnya
juga nggak menyangka sih, walau kalau dipikir pikir ya
masih masuk akal juga. Secara mama nya adalah seorang
arsitek, bakat merancang desain Indah menurun dari sana.
Hal ini yang terlihat juga pada Mbak Fitri kakaknya Indah
yang desainer interior itu
Memang beda arah sih antara bangunan dan fashion,
tapi setidaknya masih ada kesamaannyalah. Sama sama
merancang desain, perlu rasa seni dan paham terhadap trend
juga he..he. Saat ini pun coretan coretan desain karya Indah
beberapa sebetulnya sudah ada. Tapi Indah masih
beranggapan desain itu masih kurang bagus. Masih harus
belajar lebih banyak lagi katanya.
Jadilah saat ini Indah lebih banyak bekerja dengan
laptopnya untuk memindahkan coretan coretan kasar desain
busana muslim nya ke dalam bentuk digital sehingga lebih
mudah untuk melakukan modifikasi pada desainnya,
sekaligus menerapkannya pada corak kain yang akan
dipergunakan. Terlihat sekali Indah sangat serius
mempersiapkan rencana memiliki merek sendiri tersebut
Tapi segala kesibukan itu tidaklah membuat Indah
melewatkan agenda rutin kami setiap selesai makan malam,
ngobrol berdua denganku di kamar. Seperti biasa, topik yang
66
di obrolkan bisa apa saja, tergantung kami ingin bicarakan
apa saja. Seperti pada saat kami ingin membicarakan
mengenai rencana pengembangan usaha busana muslim
Indah tersebut
“Mas Adi, kira kira nanti produk busana muslim karya
Indah diberi merek apa ya? Kan Mas Adi orang marketing,
bisa lebih tahu merek yang bagus” tanya Indah setelah
beberapa saat tangannya sibuk membuat sketsa desain pada
sehelai kertas. “Hhhmmmhhh apa ya” kataku tergagap
karena tidak menyangka akan menerima pertanyaan seperti
itu
“Iiihhhh Mas Adi bagaimana sih. Ditanya kok malah
tanya” katanya gemas sambil mencubit lenganku dengan
lembut yang aku sambut dengan tawa kecil. “Hmmmh
mungkin 'Indah Collection' bagus kali ya” jawabku
sekenanya. “Biasa banget itu Mas, kurang kuat mereknya”
protes Indah cepat
“Ya udah gabungan nama kita aja, 'Indah Adi
Collection', artinya 'keindahan yang luar biasa’. Bagus tuh,
artinya menunjukkan bahwa busana muslim rancangan
Indah desain dan corak lainnya sangat Indah sekali” kataku
kali ini agak serius. “Tapi jangan dibalik ya, 'Adi Indah',”
lanjutku cepat
“Kenapa Mas?” tanya Indah heran. “Karenaa ... setahu
Mas Adi, merek yang diakhiri kata 'Indah', biasanya merek
67
perusahaan bis antar kota ha...ha...ha” kataku sambil
tertawa lebar yang langsung disambut dengan cubitan Indah
di lenganku, kal ini agak keras,”Iiihhh Mas Adi nakal, nggak
bisa diajak ngomong serius” katanya gemas
“Adduhh ... ampun Indah, kok keras sekali
cubitannya” kataku sambil tetap tertawa. “Salahnya, Mas Adi
nggak bisa serius” rajuknya. “Iya Indah, maaf. kali ini Mas
Adi serius deh” kataku. “Yang Mas Adi terfikir ya baru 'Indah
Adi Collection' tadi, paling tidak arti katanya sendiri bagus,
sesuai dengan konsep produk yang akan Indah buat,”
kataku, kali ini dengan nada serius
“Tapi kan ini merek busana muslim Mas Adi, harus
mempunyai nuansa Islami. Kalau merek yang Mas Adi
usulkan tadi mungkin tepat untuk busana batik sepertinya”
kata Indah mencoba berargumen. “Hmmmh bener juga ya. Ya
udah diterjemahkan ke bahasa Arab saja agar lebih
bernuansa Islami. Yang penting maknanya sama” kataku
sambil mengambil telepon genggamku ku untuk membuka
aplikasi translator bahasa
“Sebentarrrr .... Mas Adi cari dulu terjemahan ke
bahasa Arab dari kata 'Indah Adi' ... Ya ini ...’Jamila Jidaan'
... Hmmh kenapa malah seperti nama bintang sepak bola ya”
kataku sambil mengerutkan kening teringat Zinedine Zidane
bintang sepak bola asal Perancis itu. “Ihhhhh Mas Adi” balas
Indah dengan nada merajuk. Aku tertawa kecil melihatnya
68
“Ini 'Jamila' juga bagus artinya indah. Bisa juga ditulis
‘Jameela’. Biarin saja mirip nama artis, malah bisa dikira ada
hubungannya he..he” kataku sambil menahan tawa takut
Indah merajuk lagi. “Hmmh iya bagus sih Mas Adi, tapi
sepertinya kalau hanya 1 kata seperti itu rasanya ada yang
aneh ya”. “Ya tinggal cari satu kata lagi aja mau 'jameela”
yang seperti apa kan” kataku
“Apa ya Mas Adi” kata Indah sambil berusaha berfikir
keras. “Hmm apa ya ... mungkin bisa ditambahkan kata
'ibadah', kan menggunakan busana muslim itu bagian dari
ibadah menaati perintah Allah. Nah dengan busana muslim
karya Indah ini, pembeli dapat beribadah tapi juga dengan
keindahan. Coba Mas Adi lihat dulu bagaimana
merangkaikan katanya dalam bahasa Arab” kataku sambil
kembali mengambil telepon genggamku ku
“Eibadat Jameela” potong Indah. Eh iya, Indah kan
lulusan pesantren, pasti bahasa Arab nya lumayan bagus lah
he..he. “Iya bener sama seperti di translator. Bagus itu jadi
merek busana muslim” kataku. “Hmmmhh iya sih” balas
Indah walau ada sedikit ragu dalam nada suaranya.
“
Sudah nggak usah terlalu dipikir sekarang. Toh juga
dipakainya juga masih 1 tahun lagi. Ditampung aja dulu”
hiburku melihat Indah yang masih terlihat bingung itu. “Iya
juga sih Mas Adi” kata Indah sambil tertawa lega. Aku pun
ikut tertawa melihatnya
69
-------------
Lha soal momongan bagaimana? Tadi ada yang tanya
begitu. Bener juga tadi aku belum cerita ya he..he. Sampai
tahun ke 2 usia pernikahan kami ini, belum terlihat adanya
tanda tanda kedatangan sang buah hati. Kalau aku sih terus
terang tidak terlalu memikirkan nya. Secara kami juga belum
terlalu lama menikah menurutku wajar sajalah. Toh kalau
sudah saatnya takdir kami mendapatkan momongan,
Insyaallah sang buah hati akan hadir juga
Indah pun pada awalnya juga memiliki pendapat yang
sama. Tapi memasuki tahun ke 2, Indah sudah mulai gelisah.
Awalnya dia hanya memendam sendiri rasa kegelisahannya
tersebut, sampai pada suatu malam pada saat kami sedang
mengobrol berdua, Indah sudah tidak bisa lagi memendam
rasa hati itu sendirian
“Mas Adi, hmmmh Indah mau ngomong serius ini ya”
katanya tiba tiba. Aku terheran mendengarnya. Kupandang
wajahnya sambil berkata,”Bukannya kita sudah bicara serius
tapi santai dari tadi?”. “Maksud Indah ini benar benar serius
Mas Adi” katanya lagi. “Ya udah, Indah cerita saja. Mas Adi
dengarkan” kataku
“Hmmhh ... Mas Adi bener bener pengen punya
dedek nggak?” tanyanya pelan. “Ya Allah, ya pengen banget
lah Mas Adi dikaruniai anak dari rahim Indah. Memangnya
kenapa Indah bertanya begitu?” jawabku kaget mendengar
70
pertanyaannya itu. “Hmmmh .. maaf ya Mas Adi, bukan
maksud Indah mau menyinggung Mas Adi” balas Indah cepat
melihat reaksiku barusan. “Mas Adi nggak tersinggung kok,
Mas Adi cuma heran kenapa Indah tiba tiba bertanya seperti
itu?” kataku menegaskan.
“Maaf ya Mas, Indah hanya ingin tahu sepertinya Mas
Adi nggak terlihat gelisah ya dedek belum hadir di antara
kita?” katanya pelan sambil menundukkan wajahnya. Oo..
sekarang aku faham maksud pertanyaannya. Ini hanya
sekedar perwujudan rasa gelisah dalam hatinya saja. Dengan
lembut aku pegang dagunya dengan telapak tangan kananku
dan perlahan kuangkat wajahnya hingga ia bisa menatap
wajahku.
“Indah, Mas Adi bukannya tidak pernah memikirkan
hal ini. Mas Adi sama dengan Indah, sangat mengharapkan
kehadiran sang buah hati segera. Hanya Mas Adi yakin
semua itu sudah diatur oleh takdir Allah, kapan dedek akan
hadir. Jadi Mas Adi berusaha untuk tidak merasa gelisah.
Mas Adi hanya selalu berdoa untuk hal ini. Itulah mengapa
mungkin Indah menangkap kesan Mas Adi tidak pernah
memikirkannya” kataku berusaha memberikan pemahaman
kepada Indah
“Indah pun demikian Mas Adi. Indah juga sangat
yakin kelahiran itu bagian dari takdir Allah. Indah juga tidak
putus berdoa kepada Allah agar segera diberikan adek bayi.
Tapi kita sebagai umat Nya kan juga diwajibkan untuk selalu
71
berikhtiar dan berusaha Mas. Apalagi kita sudah 2 tahun
lebih menikah Mas Adi” balas Indah dengan tarikan nafas
panjang diakhir perkataannya tersebut. Tampak ada hal
berat yang mengganjal dipikirannya
“Lho, bukannya selama ini kita juga sudah berusaha?”
kataku dengan tatapan wajah menggoda. “Iihhhh Mas Adi,
bukan hanya usaha itu yang Indah maksud” kata Indah
dengan wajah tersipu sipu malu. “Maksud Indah, kita juga
ikhtiar dan berusaha mencari tahu ke ahlinya, ke dokter
kandungan Mas” jelas Indah
“Memangnya apa saja yang diperiksa” kataku ingin
tahu. Jujur aku tidak pernah terpikirkan hal ini. “Yang
banyak Mas Adi. Intinya ya diperiksa apakah suami dan istri
ada masalah apa tidak. Kalau ada masalah ya di cari tahu
masalahnya di mana terus dicari solusinya” jelas Indah.
“Oooo .. ya kalau menurut Indah ini adalah ikhtiar yang perlu
dilakukan, Mas Adi ikut saja. Memangnya rencananya kapan
periksanya?” tanyaku. Kulihat wajah Indah berbinar binar
mendengar jawabanku tadi. “Benar Mas? Insyaallah Indah
cari informasinya dulu ya Mas Adi” jawabnya dengan nada
riang
Dan sesuai dengan jadwal periksa yang sudah
didapatkan Indah kami pun berkonsultasi dan menjalani
pemeriksaan di dokter kandungan yang direkomendasikan
oleh Mbak Fitri. Alhamdulillah setelah melalui proses
72
pemeriksaan, pada kami berdua tidak ditemukan adanya
tanda tanda masalah. Semua normal.
Ketika Indah menanyakan ke dokter kandungan
mengapa ia belum hamil juga setelah 2 tahun menikah, bu
dokter itu menjawabnya ada beberapa faktor baik yang
bersifat fisik seperti terlalu lelah atau yang bersifat psikis
seperti beban fikiran atau stress. Dalam hatiku, aku
menjawab karena memang belum takdir nya saja. Tapi aku
nggak berani mengutarakannya ke Indah he..he
Setelah pemeriksaan itu, Indah terlihat sudah tenang
dan tidak gelisah lagi soal momongan. Paling paling dia jadi
agak cerewet saja minta aku tidak sering lembur dan banyak
pikiran. Lha, bagaimana kerja kalau tidak banyak pikiran.
Ada ada saja Indah he..he
Dan semuapun kembali normal. Indah pun kembali
sibuk dengan bisnis nya tanpa ada perasaan yang
membebani lagi. Bahkan Indah semakin sibuk saja karena
permintaan yang semakin meningkat, baik dari penjualan
online ataupun reseller. Dan langkah untuk mempunyai
merek sendiri pun tampaknya semakin dekat. Hitung
hitungan Indah menunjukkan bahwa keuntungan yang
diperoleh sudah dapat menutupi budget yang diperlukan
untuk investasi stok dengan merek sendiri. Beberapa desain
pun ada yang menurut Indah sendiri sudah bagus dan layak
untuk diproduksi. Indah pun mulai mempertimbangkan
73
mempercepat rencana untuk memproduksi busana muslim
mereknya sendiri.
Aku pun juga kembali pada kesibukan di kantor.
Tugas luar kota pun tetap berjalan terutama saat ada event
nasional yang harus ditangani. Sampai pada suatu pagi
ketika aku sedang sibuk mengerjakan proposal kegiatan,
kudengar telepon genggamku berbunyi dengan suara dering
ringtone yang khas, ya panggilan dari Indah. Aku lihat jam
tanganku, waktu menunjukkan hampir jam 10. Tumben jam
segini Indah sudah telepon, kataku dalam hati
“Assalamualaikum sayang, apa kabar dirimu hari ini”
kataku seperti biasa aku menyapa jika Indah meneleponku.
“Wallaikumsallam Mas Adi .... Alhamdulillah Mas Adi ....”
kudengar suara Indah dibalik telepon seperti sedang
menahan emosi haru yang sangat dalam. “Ada apa Indah?”
tanyaku dengan rasa khawatir karena tidak biasanya Indah
menelepon dalam kondisi seperti itu. “Alhamdulillah Mas Adi,
Indah hamil”
Aku tersentak kaget mendengar jawaban Indah. Kaget
campur bahagia sih. “Alhamdulillah. Indah tahu dari mana?”
tanyaku. Pertanyaan bodoh sih, ya pasti cek sendiri dengan
test pack lah. Dimaklumi, sedang surprised he..he. “Indah
baru saja periksa dengan test pack Mas. Insyaallah akurat”
jawabnya kemudian melanjutkan “Indah sebenarnya mau
kasih surprised ke Mas Adi pas pulang kantor. Tapi Indah
74
sudah tidak sabar memberitahunya Mas” jelas Indah.
Kudengar suara Indah sangat gembira sekali.
“Nanti sore anterin Indah ke dokter kandungan untuk
lebih memastikan ya Mas Adi” pinta Indah manja. “Insyaallah
nanti sore Mas Adi ijin ke Pak Daniel pulang jam 4 ya buat
ngejar jam praktek dokternya. Mulai jam 5 kan?” tanyaku.
“Alhamdulillah. Iya Mas Adi. Ditunggu ya. Assalamualaikum”
tutup Indah tetap dengan nada manjanya. “Wallaikumsallam
Indah” balasku. Konsentrasiku hari itupun langsung buyar ..
ingin segera sore hari saja
Sorenya, tepat jam 5.30 sore kami sudah sampai di
praktek dokter kandungan. Kebetulan lokasinya tidak terlalu
jauh dari rumah. Dari hasil pemeriksaan dipastikan memang
Indah sedang hamil. Alhamdulillah. Walaupun sebelumnya
sudah dapat memperkirakannya, tetap saja Indah bahagianya
sekali mendengarnya langsung dari bu dokter. Selama
perjalanan pulang pun Indah sangat ceria. Indah banyak
bercerita bagaimana menjaga kandungan, asupan makanan
yang diperlukan, dan hal hal lain terkait dengan kehamilan.
Termasuk menasihatiku bagaimana menjadi bapak siaga.
Aku dengarkan saja ceritanya dengan antusias. Rupanya
kamu memang sangat mengharapkan hal ini segera terjadi ya
Indah. Maafkan Mas Adi yang terkesan kurang
mendukungmu untuk hal ini ya, kataku dalam hati
Sesampai di rumah, setelah selesai makan malam
bersama papa mama Indah, tidak seperti biasanya dimana
75
kami biasanya mengobrol dahulu berempat, kali itu Indah
langsung pamit ke papa mama nya dan mengajakku ke
kamar untuk mengobrol lebih lama. “Alhamdulillah ya Mas
Adi, Allah kabulkan doa kita” kata Indah membuka
pembicaraan sambil seperti biasanya merebahkan kepalanya
dibahuku. Kali ini sambil mengelus ngelus perutnya. Aku
tersenyum saja melihatnya. “Kan Mas Adi pernah bilang,
kalau takdir Allah sudah sampai pasti akan terjadi.
Alhamdulillah saat ini terjadinya” kataku. “Iya iya Mas Adi”
balas Indah manja
“Besok Indah mau belanja keperluan asupan gizi buat
dedek. Kebetulan Indah kan sudah banyak dapat informasi
dari Mbak Fitri, juga banyak baca buku mengenai menjaga
kehamilan” lanjutnya lagi. “Perlu Mas Adi antar nggak?”
tanyaku. “Nggak usah Mas, aku sama mama saja. Di
supermarket dekat sini aja kok” jawab Indah. “Kalau baju
hamil sih gampang, tinggal beli aja dari stok sendiri digudang
he..he” katanya lagi sambil tertawa renyah.
“Tapi jangan lupa Indah, selain asupan gizi makanan,
dedek juga diberikan asupan gizi rohani ya” kataku. Kali ini
sambil telapak tanganku memegang telapak tangan Indah
yang sedang mengelus ngelus perutnya. “Insyaallah Mas Adi.
Indah akan bacakan ayat ayat Al Qur'an di setiap
kesempatan. Termasuk saat Indah sedang menghafal Al
Qur'an untuk mengejar khatam hafal Al Qur'an 30 juz” jawab
Indah. “Alhamdulillah, semoga dedek kalau sudah besar juga
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso

More Related Content

Similar to Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso

Narasi Kuliah Kerja Nyata 2019
Narasi Kuliah Kerja Nyata 2019Narasi Kuliah Kerja Nyata 2019
Narasi Kuliah Kerja Nyata 2019NajmatulHusna
 
majalah-kekuatan-sugesti-april- 2022.pdf
majalah-kekuatan-sugesti-april- 2022.pdfmajalah-kekuatan-sugesti-april- 2022.pdf
majalah-kekuatan-sugesti-april- 2022.pdfFirmanPratama12
 
Naskah_Ngunduh_Mantu.docx
Naskah_Ngunduh_Mantu.docxNaskah_Ngunduh_Mantu.docx
Naskah_Ngunduh_Mantu.docxNurulAbidah8
 
Unsur kebahasaan teks eksemplum, Bahasa indonesia
Unsur kebahasaan teks eksemplum, Bahasa indonesiaUnsur kebahasaan teks eksemplum, Bahasa indonesia
Unsur kebahasaan teks eksemplum, Bahasa indonesiaTuty Marmiaty
 
Dirosah NgajiJodoh Edisi 26
Dirosah NgajiJodoh Edisi 26Dirosah NgajiJodoh Edisi 26
Dirosah NgajiJodoh Edisi 26Relio
 
cerita kkn.docx
cerita kkn.docxcerita kkn.docx
cerita kkn.docxDaraAtika
 

Similar to Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso (11)

Dody & Esthy
Dody & EsthyDody & Esthy
Dody & Esthy
 
Narasi Kuliah Kerja Nyata 2019
Narasi Kuliah Kerja Nyata 2019Narasi Kuliah Kerja Nyata 2019
Narasi Kuliah Kerja Nyata 2019
 
majalah-kekuatan-sugesti-april- 2022.pdf
majalah-kekuatan-sugesti-april- 2022.pdfmajalah-kekuatan-sugesti-april- 2022.pdf
majalah-kekuatan-sugesti-april- 2022.pdf
 
Keajaiban rezeki
Keajaiban rezeki Keajaiban rezeki
Keajaiban rezeki
 
Naskah_Ngunduh_Mantu.docx
Naskah_Ngunduh_Mantu.docxNaskah_Ngunduh_Mantu.docx
Naskah_Ngunduh_Mantu.docx
 
Unsur kebahasaan teks eksemplum, Bahasa indonesia
Unsur kebahasaan teks eksemplum, Bahasa indonesiaUnsur kebahasaan teks eksemplum, Bahasa indonesia
Unsur kebahasaan teks eksemplum, Bahasa indonesia
 
Dirosah NgajiJodoh Edisi 26
Dirosah NgajiJodoh Edisi 26Dirosah NgajiJodoh Edisi 26
Dirosah NgajiJodoh Edisi 26
 
PPT Pernikahan
PPT PernikahanPPT Pernikahan
PPT Pernikahan
 
Kisah
KisahKisah
Kisah
 
cerita kkn.docx
cerita kkn.docxcerita kkn.docx
cerita kkn.docx
 
Retret keluarga 2015
Retret keluarga 2015Retret keluarga 2015
Retret keluarga 2015
 

More from Dwi Hertyanto Santoso

Novel - Setengah Abad by Dwi H Santoso
Novel - Setengah Abad by Dwi H SantosoNovel - Setengah Abad by Dwi H Santoso
Novel - Setengah Abad by Dwi H SantosoDwi Hertyanto Santoso
 
Novel - Semua Demi Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Semua Demi Cinta by Dwi H SantosoNovel - Semua Demi Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Semua Demi Cinta by Dwi H SantosoDwi Hertyanto Santoso
 
Novel - Semua Bisa Kena : Kisah Penyintas Serangan Jantung by Dwi H Santoso
Novel - Semua Bisa Kena : Kisah Penyintas Serangan Jantung by Dwi H SantosoNovel - Semua Bisa Kena : Kisah Penyintas Serangan Jantung by Dwi H Santoso
Novel - Semua Bisa Kena : Kisah Penyintas Serangan Jantung by Dwi H SantosoDwi Hertyanto Santoso
 
Buku - Trade & Shopper Marketing : Sebuah Perspektif by Dwi H Santoso
Buku - Trade & Shopper Marketing : Sebuah Perspektif  by Dwi H SantosoBuku - Trade & Shopper Marketing : Sebuah Perspektif  by Dwi H Santoso
Buku - Trade & Shopper Marketing : Sebuah Perspektif by Dwi H SantosoDwi Hertyanto Santoso
 
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H SantosoBuku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H SantosoDwi Hertyanto Santoso
 
Buku - Bosque Otoriter by Dwi H Santoso
Buku - Bosque Otoriter by Dwi H SantosoBuku - Bosque Otoriter by Dwi H Santoso
Buku - Bosque Otoriter by Dwi H SantosoDwi Hertyanto Santoso
 
Novel - Citaku Berawal dari Pesantren by Dwi H Santoso
Novel - Citaku Berawal dari Pesantren by Dwi H SantosoNovel - Citaku Berawal dari Pesantren by Dwi H Santoso
Novel - Citaku Berawal dari Pesantren by Dwi H SantosoDwi Hertyanto Santoso
 
Marketing saat Krisis : Dampak & Solusi
Marketing saat Krisis : Dampak & SolusiMarketing saat Krisis : Dampak & Solusi
Marketing saat Krisis : Dampak & SolusiDwi Hertyanto Santoso
 
Kembangkan Layar Arungi Asa : Strategi MArketing untuk UMKM
Kembangkan Layar Arungi Asa : Strategi MArketing untuk UMKMKembangkan Layar Arungi Asa : Strategi MArketing untuk UMKM
Kembangkan Layar Arungi Asa : Strategi MArketing untuk UMKMDwi Hertyanto Santoso
 
Marketing di New Normal : Strategi & Taktik Melewati Badai
Marketing di New Normal : Strategi & Taktik Melewati BadaiMarketing di New Normal : Strategi & Taktik Melewati Badai
Marketing di New Normal : Strategi & Taktik Melewati BadaiDwi Hertyanto Santoso
 

More from Dwi Hertyanto Santoso (12)

Branding Mistakes - Final.pdf
Branding Mistakes - Final.pdfBranding Mistakes - Final.pdf
Branding Mistakes - Final.pdf
 
Novel - Setengah Abad by Dwi H Santoso
Novel - Setengah Abad by Dwi H SantosoNovel - Setengah Abad by Dwi H Santoso
Novel - Setengah Abad by Dwi H Santoso
 
Novel - Semua Demi Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Semua Demi Cinta by Dwi H SantosoNovel - Semua Demi Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Semua Demi Cinta by Dwi H Santoso
 
Novel - Semua Bisa Kena : Kisah Penyintas Serangan Jantung by Dwi H Santoso
Novel - Semua Bisa Kena : Kisah Penyintas Serangan Jantung by Dwi H SantosoNovel - Semua Bisa Kena : Kisah Penyintas Serangan Jantung by Dwi H Santoso
Novel - Semua Bisa Kena : Kisah Penyintas Serangan Jantung by Dwi H Santoso
 
Buku - Trade & Shopper Marketing : Sebuah Perspektif by Dwi H Santoso
Buku - Trade & Shopper Marketing : Sebuah Perspektif  by Dwi H SantosoBuku - Trade & Shopper Marketing : Sebuah Perspektif  by Dwi H Santoso
Buku - Trade & Shopper Marketing : Sebuah Perspektif by Dwi H Santoso
 
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H SantosoBuku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
 
Buku - Bosque Otoriter by Dwi H Santoso
Buku - Bosque Otoriter by Dwi H SantosoBuku - Bosque Otoriter by Dwi H Santoso
Buku - Bosque Otoriter by Dwi H Santoso
 
Novel - Citaku Berawal dari Pesantren by Dwi H Santoso
Novel - Citaku Berawal dari Pesantren by Dwi H SantosoNovel - Citaku Berawal dari Pesantren by Dwi H Santoso
Novel - Citaku Berawal dari Pesantren by Dwi H Santoso
 
Rasa yang tertinggal
Rasa yang tertinggalRasa yang tertinggal
Rasa yang tertinggal
 
Marketing saat Krisis : Dampak & Solusi
Marketing saat Krisis : Dampak & SolusiMarketing saat Krisis : Dampak & Solusi
Marketing saat Krisis : Dampak & Solusi
 
Kembangkan Layar Arungi Asa : Strategi MArketing untuk UMKM
Kembangkan Layar Arungi Asa : Strategi MArketing untuk UMKMKembangkan Layar Arungi Asa : Strategi MArketing untuk UMKM
Kembangkan Layar Arungi Asa : Strategi MArketing untuk UMKM
 
Marketing di New Normal : Strategi & Taktik Melewati Badai
Marketing di New Normal : Strategi & Taktik Melewati BadaiMarketing di New Normal : Strategi & Taktik Melewati Badai
Marketing di New Normal : Strategi & Taktik Melewati Badai
 

Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso

  • 1. Dwi H Santoso Merawat Takdir Cinta  insanmandiricendekia
  • 2.
  • 3. DWI H SANTOSO MERAWAT TAKDIR CINTA Insanmandiricendikia i
  • 4. ii Merawat Takdir Cinta Penulis : Dwi H Santoso ISBN : 978-623-6996-02-7 (PDF) Cover : Foto oleh Wofgang-hasselman dari unsplash Penerbit: PT Insan Mandiri Cendekia Redaksi: Palma One Building, 7 th floor suite 709 Rasuna Said road Kav X2 no.4 Kuningan Jakarta 12950 Cetakan pertama : Desember 2020 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa pun tanpa ijin dari penulis
  • 5. iii Cinta adalah bukan bagaimana cara kita mendapatkannya akan tetapi Bagaimana cara Merawat Takdir Cinta yang sudah dianugerahkan Allah SWT tersebut
  • 6. iv KATA PENGANTAR Menyatunya dua hati manusia adalah buah dari takdir cinta yang telah berhasil digapai oleh mereka berdua. Ada yang menganggapnya sebagai akhir dari pencarian cinta, walau sebenarnya yang terjadinya justru ini barulah awal dari perjuangan untuk membuktikan bahwa mereka layak untuk mendapatkannya Bagaimana mereka merawat takdir cinta yang sudah digapai itulah yang akan menghantarkannya pada puncak kesejatian cinta pada mereka berdua. Dan inilah yang sedang diarungi oleh Adi & Indah setelah mereka berhasil mendapatkan takdir cintanya Semoga kisah mereka berdua dapat menjadi inspirasi bagi semua pasangan cinta yang sedang berjuang untuk menumbuhkan dan merawat takdir cinta yang telah mereka peroleh Bogor, Desember 2020
  • 7. v SINOPSIS Akhirnya Adi & Indah berhasil menggapai takdir cinta mereka, dan mengukuhkannya dalam ikatan cinta sebagai pasangan suami istri. Mahligai cinta yang dibangun dengan niatan suci untuk saling mengisi dan mendukung perbaikan diri masing masing dalam meningkatkan kualitas hubungan dengan Sang Maha Pencipta ini pada akhirnya akan menjadi pembuktian apakah mereka memang layak untuk mendapatkan kesejatian cinta itu Dimulai dari perjuangan seorang Adi untuk dapat hijrah menjadi pribadi muslim yang lebih baik dengan lebih taat dalam menjalankan perintah untuk beribadah terhadap Allah dengan dukungan dan kesabaran Indah yang telah ditetapkan sebagai takdir cintanya. Perjuangan hijrah yang tidak mudah tapi sudah menjadi menjadi tekad mereka berdua untuk dapat mewujudkannya. Tapi hijrah adalah baru langkah awal. Bagaimana untuk istiqomah untuk dapat mempertahankan ketaatan yang sudah didapatkan oleh Adi adalah menjadi tantangan bagi Adi berikutnya. Menjadi suatu pertanyaan besar apakah dia dapat melakukannya Dan ditengah perjuangan Adi tersebut, mereka juga harus menghadapi ujian atas impian besar Indah untuk dapat mewujudkan keluarga seutuhnya dengan hadirnya sang buah
  • 8. vi hati. Impian yang kandas sebelum waktunya tersebut sangat mengguncangkan ketegaran mereka dalam mempertahankan niat suci pada saat awal mereka membangun mahligai rumah tangganya Akankah mereka berdua dapat kembali bangkit untuk menegakan mahligai cinta mereka sesuai dengan niatan sucinya tersebut, atau justru mereka makin terseret jauh meninggalkannya?
  • 9. vii DAFTAR ISI Hijrah 1 Istiqomah 33 Ujian 63 Puncak Ujian 97 Hikmah 167
  • 10. viii
  • 11. 1 Hijrah “Mas Adi, Alhamdulillah aku hamil”, perkataan Indah yang mengagetkan sekaligus membahagiakan itu menyambut kedatanganku di waktu yang menjelang tengah malam tersebut. Kutatap wajah Indah yang berbinar binar itu saat pintu rumah terbuka menyambut kedatanganku Akupun segera memeluknya dengan erat sambil meneteskan air mata yang tidak bisa kubendung. Ya perasaanku saat itu sangat bahagia sekali. Bukan hanya karena mendengar kabar bahagia tersebut, akan tetapi juga perasaan yang sangat lega dan terlepas dari segala himpitan
  • 12. 2 beban berat yang kami rasakan selama beberapa waktu ke belakang. Ya, memang banyak hal yang terjadi dalam kehidupan pernikahan kami yang sudah menapaki tahun ke empat ini. Tapi apa yang terjadi dalam 1 tahun terakhir ini memang kami rasakan sangat memberatkan, bahkan membahayakan keutuhan mahligai cinta kami yang kami bangun dengan fondasi untuk mendapatkan ridho Illahi tersebut. Perlahan pikiranku pun bergerak kembali ke masa masa yang telah berlalu -------- Selesai juga semua proses acara pernikahan kami. Alhamdulillah semuanya dapat berjalan dengan lancar, tidak ada satu halangan apapun Persiapan yang hanya sekitar 2 bulan itu tidak mengurangi kelancaran dan kekhidmatan acara kami tersebut. Satu moment yang sangat mengharukan ku yang belum pernah kurasakan sepanjang hidupku sampai saat ini adalah pada saat aku bersumpah setia untuk menerima Indah sebagai istri ku dan akan membahagiakannya sepanjang usia kami nanti. Sungguh suatu acara ijab kabul yang sangat menyentuh hatiku yang paling dalam Ya, memang kami hanya merasa perlu untuk menyiapkannya selama 2 bulan saja. Sebuah acara yang
  • 13. 3 memang kami niatkan untuk dilangsungkan secara sederhana yang diselenggarakan di rumah orang tua Indah. Perjalanan kami menemukan takdir cinta kami dan niatan kami untuk membangun mahligai cinta atas dasar untuk kami saling mendukung untuk memperbaiki hubungan masing masing kami dengan Sang Maha Pencipta itu, membuat kami bersepakat untuk menjadikan acara resepsi pernikahan kami tersebut sebagai rasa syukur kami dan saling berbagi kebahagiaan dengan keluarga dan teman. Itu saja, tidak lebih. Seperti yang telah pernah aku kisahkan pada novel sebelumnya, perjalanan cinta kami memang tumbuh secara perlahan di sela kesibukan kami mengerjakan suatu project besar di perusahaan tempat kami bekerja. Bermula dari rasa ketertarikanku pada Indah pada saat kami pertama kali bertemu di kantor cabang tempat Indah bertugas mengurusi bagian Finance, berlanjut dengan hubungan kerja yang sangat erat untuk mengerjakan project peluncuran produk baru di cabang tempat Indah bertugas Perasaan cinta yang kupendam dalam hati itu pun terus bertumbuh, walau kemudian muncul perasaan ketidakpercayaan diriku apakah aku pantas untuk Indah. Ya, memang Indah berbeda dengan kebanyakan wanita yang pernah kukenal sebelumnya. Dalam pandanganku, Indah adalah sosok yang sangat religius. Tidak saja kulihat dari busana muslim dengan hijab panjang yang selalu
  • 14. 4 dikenakannya, atau kegiatan ibadahnya seperti yang sering aku lihat di kantor. Akan tetapi lebih pada pandangan pandangannya tentang kehidupan yang kadang kami perbincangkan di sela sela kesibukan kerja bersama. Sebaliknya aku, untuk ibadah wajib saja seperti sholat fardhu aku seringkali tidak di awal waktu. Bahkan tidak jarang aku menerapkan metode 2 in 1, sholat Dzuhur menjelang Ashar, agar dalam 1 kali wudhu bisa 2 kali sholat fardhu he..he. Bagaimana dengan ibadah yang sunah seperti membaca Al Qur'an? Nyaris tak terdengar .. Tapi perlahan timbul pemikiran dalam diriku, bahwa kehadiran Indah dalam hatiku bisa jadi petunjuk Allah agar aku dapat merubah diriku menjadi jauh lebih baik melalui Indah. Setidaknya itu yang terpikirkan. Ge'er sedikit boleh dong he..he Sampai pada suatu saat aku memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku ke Indah pada satu kesempatan aku berkunjung ke rumahnya. Tentu aku berani melakukannya setelah sebelumnya aku mengirimkan isyarat isyarat tanda cinta yang menurutku di respon baik oleh Indah. Alhamdulillah, Indah menerima ungkapan cintaku dan juga menyatakan bahwa dia pun memiliki perasaan yang sama terhadapku. Bahkan Indah pun mengatakan bahwa sebenarnya setelah melalui proses pemikiran yang panjang dan juga meminta petunjuk Yang Maha Pemberi Petunjuk, dia yakin bahwa aku adalah imam yang sudah ditakdirkan
  • 15. 5 Allah kepadanya. Aku paham makna pesan tersembunyi dari perkataan Indah tersebut. Indah memintaku untuk segera menikahinya Begitulah, tidak lama setelah hari itu, kedua orang tua ku datang ke rumah Indah untuk melamar Indah untukku. Lamaran diterima dengan baik oleh kedua orang tua Indah. Setelah acara lamaran tersebut, dibicarakan mengenai persiapan acara pernikahan. Ya, memang bisa dibilang kami tidak pernah menjalani proses yang sering disebut orang sebagai pacaran tersebut. Bahkan masa persiapan acara pernikahan pun kami tidak pernah pergi berdua saja. Kalaupun kami harus pergi ke satu tempat untuk keperluan terkait pernikahan, selalu didampingi oleh orang tua atau kakak perempuan Indah. Itu memang prinsip hidupnya, dan aku sangat memahami serta dapat menerimanya dengan baik Sampailah kemudian pada masa pacaran pertama kami. Dua hari setelah acara pernikahan kami, kami melakukan perjalanan bulan madu kami. Aku memang sengaja mengambil cuti hampir 2 Minggu agar kami dapat melakukan perjalanan bulan madu kami melalui darat menuju Yogyakarta, kota kelahiranku. Sengaja kami menempuh jalan darat dengan menggunakan mobil sendiri agar kami dapat lebih merasakan kebersamaan kami dalam masa pacaran pertama kali kami tersebut. Rute yang kami ambil pun bukan rute biasa, akan tetapi rute rute yang
  • 16. 6 menurut kami cukup “romantis”. Dalam perjalanan tersebut pun kami telah tentukan beberapa tempat kami akan menginap sebelum melanjutkan perjalanan kembali. Perjalanan Jakarta – Yogyakarta yang biasanya hanya sekitar 12 jam itu, sengaja kami jalankan selama beberapa hari. Saat telah tiba di Yogyakarta pun, selain berkunjung ke rumah orang tuaku, kami juga mengunjungi beberapa tempat dan menginap di sana. Lagi lagi di tempat tempat yang kami anggap romantis. Sudah segitu aja cerita perjalanan bulan madu kami ya ... Detailnya biar Allah dan kami berdua saja yang tahu he..he ------ 2 minggu waktu berjalan, sampailah kami pada waktu kami untuk memulai perjalanan kehidupan rumah tangga kami. Jika pada bulan madu semuanya terasa sangat manis dan indah, tentu tidaklah demikian dalam kehidupan rumah tangga yang sebenarnya. Tapi itulah jalan yang sudah kami pilih, dan akan kami jalani bersama Atas permintaan kedua orang tua Indah, kami untuk sementara tinggal bersama mereka di rumah yang cukup besar dengan halaman yang luas di pinggir selatan Jakarta tersebut. Oh iya aku belum mengenalkan kedua mertuaku. Papa mertuaku namanya Pak Rahmat. Usia beliau sekitar 60 tahun. Beliau baru saja pensiun sebagai eksekutif di sebuah
  • 17. 7 perusahaan manufaktur besar. Sebenarnya perusahaan sudah menawarkan masa kerja beliau sampai 5 tahun lagi, mengingat kontribusi beliau masih sangat dibutuhkan. Akan tetapi papa mertuaku tidak bersedia dan hanya bersedia sebagai konsultan yang hanya perlu datang ke kantor beberapa hari saja dalam sebulan. Sisanya dapat dikerjakannya dari rumah. Ini disetujui oleh perusahaan Indah pernah bercerita bahwa alasan sebenarnya papa mertuaku adalah ingin lebih fokus dalam untuk beribadah di usia tuanya tersebut. Beliau merasa selama ini beliau sudah sangat disibukkan dengan pekerjaannya, dan kurang memperhatikan urusan ibadah. Padahal sih menurut pandanganku, papa mertuaku cukup religius. Sholat fardhunya selalu tepat waktu, ditambah sholat tahajud dan dhuha yang hampir tak pernah putus. Membaca Al Qur'an pun rutin dan bagus bacaannya. Bahkan hafal Al Qur'an walaupun baru sekitar 10 juz. Pokoknya, jauuhh lah dibandingkan aku yang padahal masih karyawan pemula ini he..he.. Mama mertuaku namanya Ibu Reni, kira kira seumuran dengan papa mertua. Beliau memilih untuk menjadi ibu rumah tangga walaupun dahulu sempat bekerja sebagai arsitek di konsultan arsitek yang terkenal sampai kakak Indah yang pertama lahir. Setelah itu beliau memutuskan untuk fokus mengurus keluarga dengan 4
  • 18. 8 orang anak tersebut. Sama seperti papa mertuaku, mama mertua juga seorang yang cukup religius. Oh ya sekalian aku kenalkan kakak kakak Indah ya, biar sekalian di bab ini he..he Indah itu anak bungsu kesayangan seluruh keluarga. Kakaknya yang pertama perempuan namanya Mbak Fitri berusia sekitar 30 tahun, bekerja sebagai desain interior. Sudah menikah dan dikaruniai 2 anak. Saat ini tinggal bersama suami dan anaknya di daerah Jakarta Timur. Kakak kedua Mas Farhan usianya sekitar 28 tahun, sudah menikah dengan 1 anak dan tinggal bersama keluarganya di daerah Bekasi. Mas Farhan bekerja di perusahaan produsen makanan sebagai marketer. Kakak ketiga Mas Hasyim, usianya sekitar 26 tahun belum menikah. Dia lulusan teknik perminyakan dan saat ini bekerja di kilang minyak lepas pantai, jadi memang jarang pulang ke rumah. Bisa sebulan sekali Oke sekarang kembali ke laptop ... Karena status Indah sebagai anak bungsu yang juga perempuan, maka secara tidak langsung kakak kakaknya pernah meminta Indah untuk menjaga papa dan mama mertua di masa tuanya nanti. Memang sih, itu dikatakan jauh sebelum Indah mengenal aku, akan tetapi sepertinya hal itu berlaku sampai saat ini. Ditambah lagi dengan Indah yang adalah anak bungsu kesayangan seluruh keluarga, jadilah permintaan agar kami tinggal dengan papa dan mama mertua diajukan
  • 19. 9 Jujur, aku sebetulnya lebih nyaman jika kami memulai hidup berumah tangga berdua walaupun dengan situasi yang sederhana. Tabungan ku memang belum cukup untuk membeli rumah, tapi setidaknya kami bisa mengontrak rumah yang masih dekat kantor. Paling tidak itu upaya kami untuk mencoba hidup mandiri membangun keluarga impian kami. Tapi aku memahami situasinya. Bahkan aku tidak berani mengungkapkan perasaan ini kepada Indah, sebab aku tahu betul Indah adalah anak sangat berbakti dan memperhatikan papa mama nya. Aku tidak mau perasaanku tadi justru membuatnya tidak nyaman. Aaahh ... Kami memang masih harus belajar untuk benar benar saling terbuka dengan perasaan masing masing ... Aku hanya mencoba berfikir positif saja. Pasti akan ada hikmahnya dari hal ini. Insyaallah ------ Hari pertama aku kembali bekerja setelah cuti panjang. Ada hal yang sangat berbeda di hari itu dibanding hari hari kerja sebelumnya. Biasanya sebelum menikah, aku selalu terbangun hampir jam setengah enam kala waktu sholat Shubuh sudah hampir habis. Setelah siap berangkat ke kantor, aku biasa membeli sarapan di warung nasi uduk dekat tempat kost untuk dibawa ke kantor yang hanya setengah jam perjalanan itu
  • 20. 10 Aku agak terkaget ketika Indah membangunkan ku dengan lembut. Refleks aku melihat jam weker di samping tempat tidur. Masih jam 3.00? “Indah, ini jam nya mati ya?” tanyaku heran. Indah segera mengambil jam weker tersebut seraya berkata,”Nggak kok Mas, ini jarum detiknya masih bergerak kok” katanya sambil mendekatkannya ke arahku yang masih berbaring. Aku segera duduk sambil mengambil jam weker tersebut dari tangannya. Benar, jam tersebut tidak mati! “Lho, kenapa aku sudah dibangunkan jam segini” tanyaku yang masih setengah sadar tersebut. “Mas Adi lupa ya? Kan Mas Adi sudah komitmen menjadi imam sholat tahajud untuk Indah” katanya sedikit merajuk Oh iya, kataku dalam hati sambil menepuk keningku. Ini bagian dari komitmenku untuk berubah menjadi lebih baik dengan dibantu Indah. Tapi aku nggak menyangka ternyata seberat ini menjalankannya. “Indah sudah berwudhu?” tanyaku. Pertanyaan bodoh sih, secara aku melihat Indah sudah mengenakan mukenanya. Tapi dimaklumi lah, namanya juga masih setengah sadar he..he.. Indah hanya tersenyum mendengar pertanyaanku tersebut. “Sudah, sana Mas Adi wudhu juga”. Dengan sedikit terhuyung huyung aku berjalan menuju kamar mandi di sudut kamar kami. Toh nanti setelah wudhu nanti ngantuk nya akan hilang, pikirku. Tapi ternyata tidak. Langkah terhuyungku masih berlanjut saat aku keluar dari kamar mandi. Maklum, kalau tidak sedang sahur pada saat puasa
  • 21. 11 Ramadhan, nggak pernah pernahnya aku bangun jam segini. Melihat keadaanku ini, sambil sedikit cemas, Indah bertanya padaku,” Mas Adi nggak apa apa? Yakin bisa jadi imam sholat Tahajud?”. “Nggak tahu Indah, ini mata rasanya masih berat banget” jawabku agak memelas “Ya udah deh Mas, kita ikut jamaah dengan papa saja ya. Biasanya jam segini juga baru mau mulai sholat tahajud di mushola rumah. Nanti kalau Mas Adi sudah agak terbiasa, baru kita buat jamaah sendiri ya” kata Indah sambil berjalan menuju pintu kamar. Aku mengangguk saja sambil mengikuti langkah Indah. Di mushola dekat ruang keluarga aku melihat papa dan mama mertua sudah bersiap sholat tahajud berjamaah. “Pa, kami ikut jamaah ya, Mas Adi masih belum terbiasa menjadi imam sholat tahajud” kata Indah, yang disambut senyum papa mertua. Sambil menahan malu aku mengambil posisi dibelakang papa mertua sebagai makmun. Sambil menahan kantuk akupun berhasil mengikuti sholat tahajud yang diakhiri dengan sholat witir tersebut selama kurang lebih setengah jam tersebut Masih ada waktu sekitar setengah jam lagi sebelum adzan subuh berkumandang. Mataku masih terasa sangat berat. Ingin rasanya kembali melanjutkan tidur yang tertunda. Tapi kulihat papa dan mama mertua mulai membaca Al Qur'an. Demikian pula Indah. Aku jadi malu untuk meneruskan niatku. Akupun mengambil Al Qur'an di rak buku di sudut musholla, dan mencoba membacanya
  • 22. 12 sambil bersender di dinding. Tapi baru beberapa ayat aku baca mataku sudah tidak bisa ditahan lagi “Mas Adi, sudah adzan subuh, ayo siap siap sholat” panggil Indah dengan lembut. Agak tergagap aku terbangun. Oo rupanya aku tertidur hampir setengah jam. Kulihat papa mertua sudah bersiap berangkat ke masjid dekat rumah. Bergegas aku bersiap untuk ikut dengan beliau. Sekembali dari masjid, aku lihat Indah sudah duduk di ruang keluarga sambil membaca buku. Indah tersenyum melihat kedatanganku. Aku segera duduk disampingnya. “Bagaimana Mas, tadi?” tanyanya. Kulihat ada senyum menggoda ketika Indah mengucapkannya “Maksud Indah apa?” tanyaku sambil memencet hidungnya dengan lembut. “Ya itu Mas, jadwal rutin kita setiap memulai hari” katanya dengan tetap senyum menggodanya Aku menghela nafas panjang mendengarnya. “Terus terang aku pesimis Indah bisa melakukannya. Apalagi aku kan pulang kantor biasanya sehabis Maghrib. Paling sampai rumah pas sholat Isya. Selesai mandi dan makan malam jam 8 an. Jam berapa aku harus tidur untuk bisa bangun jam 3” keluhku. “Insyaallah bisa Mas, aku juga biasanya sampai rumah dari kantor juga jam segitu, bisa tidur jam 10 malam kok. Bangun jam 3 berarti kan berarti sudah tidur 5 jam. Cukup lah Mas, memangnya bayi tidur 10 jam” katanya sambil mencubit tanganku. “Apaan sih” kataku sambil
  • 23. 13 menggerakkan tanganku menjauhi jangkauan tangannya. Kulihat dia tersenyum “Ya sudah, Mas Adi janji akan terus berusaha lebih baik. Tapi beri aku waktu untuk membiasakan diri ya. Indah kan tahu dulu aku biasa tidur jam 12 malam. Kalau nggak karena nongkrong di cafe dulu sama teman teman kantor, nonton film di bioskop, atau paling nggak ya nonton TV di kamar kost. Perlu waktu untuk menyesuaikan itu semua” pintaku penuh harap. “Ya Mas, aku ngerti kok. Indah juga akan sabar kok sampai Mas Adi bener bener terbiasa dan bisa menjadi imam Indah termasuk di sholat tahajud” katanya sambil menggelayut manja di pundak ku. Aku membalasnya dengan mengecup keningnya“Udah ah ntar keterusan lagi” kata Indah sambil melepaskan tangannya dari pundakku. “Mas Adi mandi dulu ya, nanti kita sarapan bareng. Aku juga mau bantuin mama masak di dapur” katanya. Aku mengangguk dan bergegas menuju kamar kami. Hmmmh awal hari yang cukup berat ------- Selesai mandi dan bersiap dengan kemeja casual berlengan pendek, aku segera mengambil tas laptop ku sembari memeriksa kembali dokumen dokumen yang sudah aku persiapkan untuk kubawa ke kantor. Ya, kantorku memang menerapkan aturan pakaian casual yang semi formal, jadi biasanya pun aku mengenakan pakaian kerja seperti ini. Selesai memastikan semua dokumen sudah
  • 24. 14 terbawa, sekilas aku melihat jam tangan ku. Masih jam 6 pagi, masih aman secara jam kantor mulai jam 8 dan perjalanan ke kantor hanya memerlukan waktu setengah jam saja. Akupun berjalan keluar kamar Dari pintu kamar kulihat Indah sedang membantu mamanya menyiapkan sarapan di meja makan. Jadi teringat dulu setiap jam segini harus berjuang untuk mendapatkan sarapan di warung nasi uduk samping tempat kost yang selalu ramai itu he..he “Selamat pagi Mas Adi ku, sudah rapi sekali, jadi tambah ganteng deh” sapa Indah dengan manja ketika aku sudah berada di dekat meja makan. “Lho, memangnya selama ini Mas Adi nggak ganteng” godaku sambil mencubit lembut lengannya. “Kan aku bilangnya tambah ganteng, berarti sebelumnya juga sudah ganteng dong” kata Indah sambil sedikit merajuk. “Iya iya, pasti ganteng lah. Kalau nggak masa dipilih Indah jadi suami” godaku kembali. “Ihhh .. apaan sih Mas Adi” jawab Indah tersipu sambil membalas mencubit lenganku. Mama mertuaku hanya tersenyum saja melihat pemandangan kemesraan kami tersebut “Ya udah Mas, aku mandi dulu ya. Nanti habis itu kita sarapan bareng. Sekarang Mas Adi temani papa dulu” kata Indah manja sambil lengannya merangkul bahuku. Tak kusia siakan kesempatan itu untuk mencuri kecup keningnya. “Ihhh, Mas Adi apaan sih. Malu sama mama” balas Indah sambil tersipu sipu malu. Kemudian Indah berjalan menuju
  • 25. 15 kamar untuk mandi pagi. Sambil menunggu Indah selesai mandi, aku mengobrol dengan papa mertua di ruang keluarga. Rupanya beliau sedang mempersiapkan presentasi nanti siang di kantornya. Ini pula yang kemudian menjadi topik pembicaraan kami Tak lama, Indah selesai mandi, kami berempat pun segera sarapan pagi bersama sambil diselingi obrolan santai. Sesekali Indah menggelayut manja di bahuku. “O Mas Adi, itu sudah hampir jam 7, siap siap berangkat. Nanti terlambat ke kantor lho” kata papa mertuaku mengingatkan. “Oh iya Pa, untung diingatkan. Keasyikan ngobrol nya” kataku sambil tersenyum. Tak lama aku aku pamit dengan papa mama mertua dengan mencium tangan mereka. Indah segera menyiapkan tas laptop ku dan kemudian mengantarku menuju mobil yang terparkir di halaman. Eh iya ada yang tanya, kok Indah nggak siap siap berangkat kerja juga? Maaf, aku lupa belum jelasin ya .. Begini ceritanya. Seperti sudah pernah aku jelasin di novel sebelumnya, pada masa pendekatan dengan Indah di saat kami kerja bareng menyiapkan project di kantor cabang, Indah pernah cerita sedikit tentang visi misi hidupnya, termasuk setelah menikah. Indah mengatakan akan berhenti bekerja setelah menikah dan lebih memilih merintis usaha sendiri di rumah. Kebetulan minatnya adalah di bisnis busana muslim. Ketika aku tanya apa alasannya, Indah menjawab akan memprioritaskan memperhatikan keluarga.
  • 26. 16 Toh dia masih bisa menjalankan minatnya tersebut dengan bekerja dari rumah Nah, hal yang sudah ditekadkan itulah yang dijalankan Indah. 1 bulan sebelum hari pernikahan kami, Indah mengajukan pengunduran diri ke atasannya. Sebetulnya di perusahaan kami bekerja tidak ada peraturan yang melarang suami dan istri bekerja dalam 1 kantor. Jadi sebenarnya, walaupun Indah tetap bekerja pun tidak ada masalah. Hal itu pulalah yang menjadi alasan Bu Sarah yang adalah atasan langsungnya pada awalnya menolak permohonan Indah tersebut. Walau Indah baru bekerja sekitar 1 tahun di kantor cabang Jakarta tersebut, akan tetapi Bu Sarah sudah merasa cocok dan sayang dengan supervisor finance nya tersebut. Tidak saja karena kualitas dan komitmen kerja Indah yang dinilainya sangat tinggi, juga karena keluwesannya dalam bekerja dengan berbagai fihak di dalam dan di luar perusahaan serta selalu bersedianya membantu kesulitan kerja rekannya yang lain, menjadi nilai plus tersendiri bagi Bu Sarah Bahkan Bu Sarah sempat meneleponku yang bertugas di kantor pusat, yang secara pribadi memohon bantuanku untuk dapat membujuk Indah untuk membatalkan keputusannya tersebut. Saat itu aku menyanggupi permintaan Bu Sarah tersebut, walau dalam hatiku merasa tidak yakin akan dapat merubah niat Indah tersebut. Dan itulah yang terjadi. Indah tetap pada keputusannya walaupun
  • 27. 17 aku menyampaikan permintaan pribadi Bu Sarah tersebut. Alhasil pada saat acara perpisahan yang diadakan secara informal di kantor cabang Jakarta, suasananya sangat mengharukan, terutama pada moment kata sambutan dari Bu Sarah yang sebelum menyelesaikannya ia kemudian memeluk erat Indah diikuti oleh teman teman Indah di bagian Finance & Accounting cabang Jakarta yang semuanya wanita tersebut Dan disinilah Indah sekarang, mengantarku yang akan berangkat bekerja he..he Setelah Indah mencium tanganku dan aku aku mengecup lembut keningnya, aku pamit dan menghidupkan mesin mobil untuk kemudian mengendarainya menuju kantor Ahhh terasa berbeda sekali perjalanan menuju kantor pagi itu. Ada perasaan sangat bahagia yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Rasa hati sangat bersemangat untuk bekerja hari itu. Sekaligus ada rasa kangen ingin cepat cepat selesai jam kantor dan pulang ke rumah ketemu Indah lagi he..he ------- Telepon genggam yang kuletakkan di atas meja kerjaku berbunyi. Waktu menunjukkan sekitar jam 12.30 siang. Kulihat nama Indah tertera di layar handphone ku. “Assalamualakum sayang ... apa kabar dirimu hari ini” kataku menggoda. “Walaikumsallam cinta .. Alhamdulillah
  • 28. 18 kabar baik. Kabar cinta di kantor juga baik kan. Nggak ada wanita menganggu kan” balas Indah menggoda balik. “Dalam hatiku hanya ada Indah seorang kok, sueerrr deh” balasku. “Ah gombal ah Mas Adi” kata Indah merajuk dari seberang telepon, yang aku balas dengan tawa panjang. “Mas Adi sudah makan siang dengan bekal yang tadi aku bawakan ya?” tanya Indah mulai serius. “Sudah sayang, nggak ada warteg di sini yang seenak masakan Indah deh” godaku kembali. “Ihhh Mas Adi, Indah tanya serius kok, jawabnya begitu sih” jawabnya kembali merajuk “Serius kok Indah, Alhamdulillah semuanya sudah aku santap habis di meja kerjaku” kataku kali ini dengan serius. “Alhamdulillah kalau begitu Mas”” balas Indah. “Ya udah kalau Mas Adi sudah makan siang, langsung sholat Dzuhur ya. Jangan seperti biasanya ditunggu sampai menjelang Ashar lagi ya” kata Indah mengingatkan. He..he rupanya Indah masih ingat ceritaku kalau biasanya aku biasa kembali ke kantor sehabis makan siang di tempat makan dekat kantor sudah hampir jam 1 siang, sehingga aku langsung bekerja kembali serta menunda sholat Dzuhur ke jam 2 an, atau bahkan menjelang jam 3 menjelang sholat Ashar “Siap Indah, Insyaallah sebentar lagi aku sholat Dzuhur ya. Indah juga sudah kan?” tanyaku. “Alhamdulillah sudah Mas” jawab Indah lagi. “Ya sudah Mas Adi siap siap sholat Dzuhur ya. Eh iya Mas Adi tadi pagi sampai kantor
  • 29. 19 nggak lupa sholat dhuha dulu kan?” tanya Indah. “Eh .. Alhamdulillah sudah .. tapi hanya 2 rakaat Indah” kataku jujur dengan pelan. “Ya udah nggak apa apa Mas Adi. Dimulai dari 2 rakaat saja dulu. Nanti kalau sudah terbiasa bisa ditambah lagi menjadi 4 begitu seterusnya. Insyaallah nanti kalau sudah terbiasa 12 rakaat pun tidak terasa kok Mas” hibur Indah. “12 rakaat Indah? Banyak amaat” keluhku. “Insyaallah bisa kok Mas Adi. Yang penting dibiasakan dulu saja ya Mas. Ya udah aku tutup telepon ya. Daaahhh sayaaangg ... Assalamualaikum”. Kata Indah memberi salam. “Wallaikumsallam” balasku Hmmmmh ... aku menghembuskan nafas panjang. Telepon absen seperti ini bakalan ada setiap hari, keluhku dalam hati. Tapi segera aku tepis perasaan itu sambil mengingat kembali komitmen pernikahan kami untuk saling mendukung dalam meningkatkan ibadah kami kepada Allah. Tentunya dalam hal ini aku lah yang lebih banyak harus ditingkatkan he..he Akhirnya dengan langkah ringan aku berjalan menuju mushola kantor untuk menunaikan sholat Dzuhur Selesai sholat Dzuhur, aku kembali ke meja kerjaku dan kembali menyiapkan materi untuk meeting bulanan departemenku bertugas, sekitar jam 14.30 an nanti. Oh ya sekadar informasi, aku bertugas di departemen Marketing Communication yang dipimpin oleh Pak Daniel sebagai senior manager nya. Aku ditunjuk sebagai brand activation
  • 30. 20 assistant manager – west area selepas menyelesaikan masa Management Trainee selama 1 tahun. Tugasku kurang lebih ya melakukan koordinasi kegiatan event dan promosi di pusat ataupun di kantor cabang di area barat Indonesia, meliputi pulau Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan. Harus banyak kunjungan ke cabang memang, terutama jika sedang ada event dan promosi yang sifatnya nasional Tepat jam 14.45 meeting pun dimulai. Banyak hal yang dibahas, tapi yang terkait dengan tugasku adalah akan diadakannya rangkaian event diberbagai kota oleh merek produk remaja yang diproduksi perusahaan kami, dalam peluncuran seri baru produknya. Masih sekitar 2 bulanan lagi sih, itupun masih harus menunggu brief detail dari brand manager yang menangani merek tersebut. Pak Daniel hanya berpesan agar aku bersiap saja, sebab nantinya aku yang harus “mengawal” pelaksanaan event tersebut di cabang cabang di bawah koordinasi ku. Waahh bakalan sering ninggalin Indah nih hiks ... Sekitar jam 15.20 an ada panggilan masuk ke telepon genggamku. Memang sengaja aku silent sih, aku melihat Indah kembali meneleponku. Mungkin ingin mengingatkan aku untuk sholat Ashar pikirku. Sengaja tidak aku angkat karena kami semua sedang serius mendengarkan penjelasan Pak Daniel. Aku hanya membalasnya dengan whattsapp memberitahukan bahwa aku sedang meeting. Tak lama Indah menjawab. Benar saja, ingin mengingatkanku untuk sholat
  • 31. 21 Ashar. Kali dengan pesan agar aku segera sholat setelah meeting selesai Sekitar jam 5 sore meeting pun selesai. Cukup lama karena memang banyak hal yang dibahas. Cukup melelahkan, terutama bagi aku yang baru cuti panjang ini he..he..he. Keluar ruang meeting, aku segera bergegas menuju mushola, sebelum diingatkan Indah lagi . Jam 5 sebenarnya adalah jam pulang kantor, tapi biasanya aku baru bisa keluar kantor sekitar jam 6 lewat setelah sholat Maghrib, karena banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan. Kali ini aku rencananya pulang tepat waktu, sudah kangen Indah he..he Tapi apa mau dikata, hasil meeting yang harus segera ditindaklanjuti memaksaku baru bisa meninggalkan kantor setelah sholat Maghrib. Semoga jalan tidak tidak terlalu macet ya Tepat saat adzan Isya berkumandang dari masjid dekat rumah Indah, aku pun sampai di rumah. Dari halaman parkir kulihat papa mertua sedang duduk di teras, tampaknya sedang menunggu kumandang adzan selesai sebelum berjalan menuju masjid. Akupun segera menghampiri dan menyapa beliau, sebelum sama sama pergi ke masjid untuk menunaikan sholat Isya berjamaah. Sekitar setengah jam kemudian setelah selesai sholat kami kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, kulihat Indah sudah menungguku di ruang tamu. Melihatku datang, Indah segera berdiri dan menghampiriku. Sambil mencium tanganku,
  • 32. 22 dengan lembut Indah bertanya padaku,”Mas Adi capek ya”. Aku tidak langsung menjawabnya. Kukecup kening Indah dengan lembut baru kemudian aku menjawabnya,”Melihat Indah lagi rasa capek Mas Adi langsung hilang kok” yang langsung disambut dengan cubitan mesra Indah. “Ya udah Mas Adi mandi dulu nanti kita makan malam bareng ya” kata Indah kemudian. Aku menuruti katanya dan segera menuju ke kamar kami Selesai mandi kulihat Indah dan papa mama nya sedang mengobrol di ruang keluarga. Kami kemudian menuju meja makan untuk makan malam bersama, yang dilanjutkan dengan mengobrol sampai menjelang jam 9 malam. Indah pun pamit pada papa mamanya untuk ke kamar sambil menggandeng tanganku. Tampaknya Indah ingin mengobrol berdua saja denganku “Bagaimana Mas Adi tadi suasana di kantor, digodain teman teman nggak?” tanya Indah membuka percakapan. Sambil bersandar di headboard tempat tidur kami, aku menjawab,”Ya gitu deh, namanya juga pengantin baru. Apalagi pas meeting tadi. Pak Daniel aja bolak balik godain aku. Apalagi yang lain” kataku yang disambut dengan tawa kecil Indah. “Mungkin mereka iri ya akhirnya Mas Adi lah yang berhasil memiliki Indah” kataku lagi dengan nada menggoda. “Ahhh Mas Adi bisa saja” kata Indah manja sambil menyenderkan kepalanya ke bahuku. Sejenak kami terdiam menikmati suasana mesra ini
  • 33. 23 Tak lama Indah pun berkata,”Mas Adi, Mas merasa terganggu nggak dengan segala permintaanku hari ini, dari mulai sholat tahajud tadi sampai telpon Indah mengingatkan waktu sholat” tanya Indah sambil tetap merebahkan kepalanya di bahuku. Kutatap lembut wajah Indah, sebelum aku menjawabnya,”justru aku sangat bahagia Indah memperhatikanku seperti ini. Indah masih ingatkan ketika Mas Adi menyatakan perasaan Mas Adi ke Indah, bahwa perasaan Mas Adi tersebut mungkin adalah isyarat dari Allah bahwa Mas Adi dapat berubah menjadi jauh lebih baik melalui Indah”. “Ya Mas Adi, Indah masih ingat betul itu” jawabnya “Segala hal yang dilakukan Indah tadi adalah bagian dari hal itu. Jadi justru Mas Adi bersyukur atas hal tersebut. Mas Adi justru harus minta maaf kalau belum bisa sepenuhnya bisa memenuhi harapan Indah. Mas Adi akui memang berat di awal merubah hal yang sudah menjadi kebiasaan bertahan tahun. Insyaallah Mas Adi diberi kekuatan untuk menjalankannya, tentunya dengan dukungan Indah” kataku sambil tanganku mengusap lembut rambut panjangnya itu. “Ya Mas Adi, Indah memahami hal itu. Jadi kalau Indah terlalu memaksa Mas Adi untuk berubah, Indah tolong diingatkan ya Mas Adi” kata Indah lembut. “Insyaallah” jawabku. Kembali kami terdiam menikmati suasana mesra ini
  • 34. 24 Setelah sekian lama, akupun membuka percakapan kembali,”Besok hari Kamis, Indah biasanya puasa Senin – Kamis kan? Sehabis sholat tahajud Mas Adi mau ikut sahur ya” pintaku. Kulihat Indah memandang wajahku kemudian berkata,”Benar Mas Adi mau ikut puasa? Apa tidak menjalankan yang hari ini saja dulu, nanti kalau sudah nyaman dan terbiasa, baru ditambah dengan puasa senin- kamis ya Mas?” tanyanya. “Nggak apa apa Indah, biar sekalian saja Mas Adi kerjakan. Doakan Mas Adi bisa melaksanakannya dengan baik ya” jawabku yang disambut dengan ucapan Indah dengan raut muka bahagia,”Alhamdulillah, Insyaallah Mas Adi”. Kami pun melanjutkan perbincangan mesra kami tersebut sampai menjelang jam 10 malam, saat Indah mengajakku untuk tidur agar besok dapat bangun dengan kondisi segar untuk sholat tahajud kembali. Akupun mencoba untuk tidur, walaupun untuk awalnya mungkin agak cukup sulit mengingat sebelumnya aku sudah terbiasa tidur jam 12 malam. Insyaallah bisa --------- Begitulah minggu minggu pertama pernikahan kami nikmati bersama. Banyak sukaaaaaa nya dan hanya menyisakan sedikit tempat untuk “duka” nya. Lho, kenapa kata duka diberi tanda petik? Maksudnya itu bukan dalam artian yang sebenarnya, cuma bahasa kiasan saja. Itu hanya kata kiasan untuk menggambarkan perjuangan kerasku
  • 35. 25 untuk merubah diriku menjadi lebih baik. Hal ini demi memenuhi harapan Indah agar aku dapat menjadi imam yang sebaik baik nya buat dia, sesuai komitmenku pada saat akan memulai mahligai cinta kami dulu Mudah? Tentu tidak. Untuk hal yang mungkin bagi Indah mudah saja, seperti bangun jam 3 dini hari untuk menunaikan sholat tahajud, sudah menjadi hal yang amat berat bagiku. Masalahnya ya itu, dengan pola tidurku yang jam 12 malam itu, berat sekali rasanya mata ini ketika Indah membangunkanku. Beruntung Indah sabar sekali. Bahkan dia sengaja bangun setengah jam lebih awal, hanya sekedar untuk usaha membangunkanku. Ya, memang aku baru bisa benar benar bangun setelah beberapa kali Indah mengingatkanku. Itupun masih dalam kondisi setengah sadar he..he Bukan nggak ada usaha tidur cepat. Sudah. Kami biasa tidur jam 10 malam, tapi ya tetap saja aku baru bisa terlelap jam 12 an. Sering aku iri dengan Indah yang langsung terlelap begitu kepalanya menempel bantal. Sementara aku, bolak Balik badanku, tetap saja mataku tidak bisa terpejam. Ya sudah, lebih baik aku memandang wajah manis Indah yang sedang terlelap itu. Ehemmmm. Tapi seiring berjalannya waktu, lambat laun aku mulai bisa menyesuaikan diri. Mungkin karena setiap hari “dipaksa” bangun jam 3 dini hari sehingga jam terlelapnya mata pun kian bergeser maju. Hingga sekitar satu bulan kemudian aku
  • 36. 26 sudah bisa terlelap tidak lama setelah aku meletakan kepalaku di bantal sekitar jam 10 malam. Dampaknya memang terasa, badan ini rasanya segar ketika bangun dan tidak begitu merasa mengantuk lagi. Alhasil, persiapan dan pelaksanaan sholat Tahajud ku juga dapat jauh lebih baik Eitss tapi jangan langsung menuduh aku sudah berani menjadi imam Sholat tahajud buat Indah ya. Beluuumm, bukan hanya itu masalahnya. Masih ada lagi. Aku masih harus menambah hafalan surat pendek dari Al Qur'an, agar tidak ada bacaan surat berulang pada 8 rakaat sholat tahajud dan 3 rakaat sholat witir itu. Sebenarnya tidak apa apa juga sih mengulang surat pendek yang dibaca, hanya aku mencoba memberikan yang terbaik yang bisa aku berikan kepada Indah. Dan usahaku menghafal surat pendek termasuk salah satunya. Dan tidak mudah pula. Mungkin sudah kelamaan tidak menghafal setelah selesai kuliah dulu, sehingga menghafal beberapa surat pendek rasanya susah sekali he..he Beruntung Indah bisa memahami hal ini. Dan masih sabar untuk menahan harapannya agar kami dapat membentuk jamaah sholat Tahajud sendiri. Sepertinya Indah ingin menjadikan saat saat sholat Tahajud yang di sepertiga terakhir malam yang tenang itu, sebagai salah satu usaha untuk semakin mendekatkan kami satu sama lain serta menjaga niat suci kami membangun mahligai cinta ini di atas dasar untuk semakin mendekatkan diri kami kepada Allah.
  • 37. 27 Niat yang sangat mulia sekali. Sabar ya Indah, doakan Mas Adi dapat segera memenuhi harapanmu itu --------- Hal yang terasa berat lainnya adalah puasa Senin – Kamis. Akupun heran sebenarnya. Kenapa ketika puasa Ramadhan sebulan penuh Alhamdulillah aku dapat menjalankannya dengan ringan. Sama sekali tidak ada rasa berat dalam menjalankannya. Akan tetapi untuk puasa Senin – Kamis kok rasanya berat sekaliiii. Mungkin masalah niat yang masih belum kuat, dibandingkan dengan puasa Ramadhan. Ditambah lagi jika pada puasa Ramadhan bisa dibilang hampir semua orang di kantor menjalankan puasa bersamaan. Berbeda dengan puasa Sunah yang bisa dibilang tidak banyak orang yang menjalankannya. Sehingga pemandangan orang sedang menyantap makanan dan minuman adalah hal yang wajar. Bahkan aroma nasi uduk yang biasa biasa saja, bisa menjadi luar biasa jika saat puasa Sunah tersebut he..he Hal itulah yang aku rasakan pada minggu minggu awal menjalankannya. Memang aku yang meminta untuk menjalankan lebih awal, walaupun sebenarnya Indah memintaku menjalankan puasa Senin – Kamis tersebut setelah aku nyaman melaksanakan sholat Tahajud dan Dhuha. Tapi tidak apalah, sekalian sekaligus terasa berat, agar nantinya berbarengan pula terasa ringannya. Terkadang pula aku lupa mengambil gelas di pantry untuk kemudian
  • 38. 28 diisi air mineral galon saat sedang puasa sunnah itu. Untung belum sempat terminum. Tapi lambat laun waktupun membiasakan. Setelah berjalan waktu sekitar 1 bulanan aku sudah mulai terbiasa dan tidak terlalu terasa berat lagi. Terkadang saja jika ada lunch meeting dengan pihak event organizer atau key person dari dealer besar rekanan perusahaan pada saat aku sedang berpuasa, lumayan berat juga melihat yang lainnya makan dalam satu meja he..he Aku coba alihkan saja pandangan ke layar laptop untuk mempelajari materi meeting setelah semuanya nanti selesai makan siang Alhamdulillah satu persatu “duka” sudah mulai beralih menjadi suka. Tersisa 1 lagi, dan walau terkesan lebih ringan dari yang lain, akan tetapi sebenarnya justru yang terberat. Masih ingatkan sebelumnya aku sudah ceritakan bahwa setelah sholat Tahajud berjamaah, sambil menunggu waktu Sholat shubuh tiba kami mengisinya dengan masing masing membaca Al Qur'an? Ya akupun juga melakukannya setelah jam tidurku dapat bergeser lebih awal sehingga kondisi tidak terlalu mengantuk lagi ketika sholat Tahajud. Hal itu jugalah yang menyebabkanku tidak tertidur lagi saat membaca Al Qur'an Saat membaca Al Qur'an tersebut aku berusaha melirihkan suaraku sekecil mungkin agar tidak terdengar oleh yang lain. Ya aku sadar betul akan kemampuanku untuk hal ini. Bacaan Al Qur'an ku masih belum lancar
  • 39. 29 benar. Pelafalan huruf nya pun aku masih sering salah. Jujur aku akui, terakhir aku belajar mengaji saat aku SMP. Setelah itu aku berhenti dengan alasan kesibukan saat SMA dan kuliah. Alasan yang kubuat buat sendiri sih, karena sebenarnya kalau mau dialokasikan waktu sebenarnya ya masih bisa juga Parahnya lagi, saat kuliah bisa dibilang aku sudah jarang membaca Al Qur'an. Apalagi semenjak bekerja, sudah tidak pernah lagi! Dan baru sekarang memulai kembali. Aku pernah menceritakan hal ini kepada Indah, dan Indah pun mengatakan nggak apa apa walau belum lancar yang penting selalu rutin membacanya. Jadi, Indah pasti maklum akan hal ini. Persoalannya kan ini ada papa mamanya juga. Malu aku kalau sampai ketahuan masih belum lancar membaca Al Qur'an. Padahal aku dengar mereka sangat lancar membacanya, lafaz dan tajwidnya pun sepertinya tidak ada yang salah dalam pengucapannya. Ibarat jarak langit dan bumi lah aku dengan mereka Apalagi jika dibandingkan Indah, secara dia itu lulusan pesantren. Ya memang semenjak tingkat SMP, Indah dan kakak kakaknya dikirim papa mamanya ke pesantren modern yang terkenal di daerah Bogor yang menggunakan sistem boarding school alias sistem asrama. Otomatis dari awal hari sampai malamnya mereka sudah dibiasakan dengan berbagai kegiatan ibadah termasuk diantaranya dengan pendidikan Al Qur'an. Tidak saja membacanya, akan
  • 40. 30 tetapi juga mempelajari tafsir dan maknanya, bahkan menghafalkannya. Lulus dari tingkat SMA di pesantren modern tersebut, Alhamdulillah Indah sudah hafal 20 juz sesuai kurikulumnya, yang kemudian ditambahkannya sendiri 4 juz ketika Indah menempuh kuliah di universitas. Bandingkan dengan aku yang untuk menghafal surat surat pendek saja masih tertatih tatih begini he..he.. Nah, walau aku sudah berusaha membaca Al Qur'an selirih mungkin itu, rupanya papa mertuaku masih bisa juga mendengarnya. Ini baru aku ketahui ketika pada suatu waktu aku sedang mengobrol berdua dengan Indah di ruang keluarga. Sambil menatap wajahku dengan lembut, Indah memulai perbincangan,” Mas Adi, Indah senang sekali lihat Mas Adi sekarang sudah bisa lebih khusyuk sholat tahajudnya nggak ngantuk lagi” katanya sambil tanggannya menggelayut manja di pundakku. “Alhamdulillah, berkat doa dan dukungan Indah pula akhirnya Mas Adi bisa merubah pola tidur sehingga bisa bangun jam 3 lebih segar dan nggak ngantuk lagi” jawabku sambil memegang lembut dagu nya. Yang disambutnya dengan senyum tersipu. “Mas Adi minta waktu sebentar lagi ya untuk Insyaallah dapat menjadi imam sholat tahajud buat Indah ya” pintaku lembut. “Iya Mas, Indah akan sabar menanti kok. Insyaallah dalam waktu dekat ya Mas” katanya penuh harap. “Insyaallah Indah, doa kan Mas Adi ya” pinta ku yang dibalas dengan anggukan lembut Indah. “Oh iya, Indah juga senang
  • 41. 31 Mas Adi sudah mulai membaca Al Qur'an lagi sambil menunggu sholat subuh. Terus rutin dibaca Al Qur'an nya ya Mas” pintanya dengan suara manja. “Insyaallah, Indah doakan agar Mas Adi semakin baik membaca Al Qur'an nya ya” pintaku. Indah menjawab dengan anggukan lembut “Oh iya Mas Adi, kemarin pas ngobrol dengan papa, papa sempat menyinggung tentang hal ini” kata Indah. Deg .. waduh ada apa ini, kataku dalam hati. Segera kutegakkan posisi dudukku yang sebelumnya menyandar di kursi.”Papa bilang apa ya?” tanyaku dengan nada cemas. “Oo nggak apa apa kok Mas Adi” jawab Indah berusaha menenangkanku sambil menegakkan duduknya. Rupanya dia dapat menangkap rasa cemas dalam perkataanku,”Papa menawarkan kalau Mas Adi bersedia, untuk membantu kemampuan Mas Adi baca Al Qur'an nya. Papa kan dulu di masa mudanya yg pernah juga jadi guru ngaji lho” jelasnya sambil tertawa kecil. “Oo begitu. Tapi akan menganggu papa nggak?” tanyaku “Nggak kok Mas Adi, justru papa serahkan jadwalnya bisanya Mas Adi kapan. Paling kan hari Sabtu dan Ahad kan Mas. Kata papa daripada Mas belajar ngaji ke guru ngaji lain kan belum tentu jadwalnya sesuai. Paling kalau nanti pas ngaji bareng sehabis sholat Tahajud, bisa sambil bener benerin bacaan Al Qur'an Mas Adi juga. Mas Adi mau kan?” tanya Indah penuh harap. Aku tertawa kecil melihat wajah Indah, ekspresif sekali wajah penuh harapnya.
  • 42. 32 “Iya Indah, sebenarnya pun sudah ada niat untuk belajar mengaji lagi. Tapi belum terfikir siapa yang mengajar dan apakah waktunya bisa disesuaikan. Alhamdulillah kalau Papa bersedia mengajar mengaji. Tapi sebenarnya Mas Adi malu ....” kataku pelan dan tidak bisa melanjutkan lagi perkataanku “Mengapa harus malu Mas. Semua dulunya juga belum bisa mengaji dengan baik kok. Papa pun dulu juga begitu. Yang penting niat dan semangat untuk belajar ya Mas” kata Indah memberi semangat.”Terima kasih ya Indah selalu mendukung dan mengisi hari Mas Adi” kataku sambil mengecup keningnya dengan mesra Begitulah. Setiap Sabtu dan Ahad aku mulai rutin belajar ngaji dengan papa mertuaku. Waktunya sih fleksibel tergantung kami bisanya kapan. Indah pun sering pula menemani. Terkadang juga menggodaku dengan membenarkan bacaanku yang salah sebelum papanya sempat membenarkannya. Biasanya aku segera mencubit lembut lengannya dengan mesra sambil berkata,”Udah deh, jangan gangguin Mas Adi. Sana bantuin mama saja” kataku lembut yang disambut dengan tawa kecil Indah. Tapi tetap saja Indah duduk di sampingku memperhatikanku belajar mengaji. Mungkin dia ingin memantau progress perbaikan mengajiku. Sabar ya Indah, Insyaallah Mas Adi akan berusaha keras untuk dapat segera memperbaiki bacaan Al Qur'an ku
  • 43. 33 Istiqomah Menapaki bulan kedua pernikahan kami, semuanya sudah makin terasa ringan olehku. Aku pun kadang merasa takjub sendiri dengan perubahan yang terjadi pada diriku. Ya walaupun masih belum sepenuhnya berjalan baik, tapi tetap saja aku saat ini berbeda cukup jauh dengan aku lebih dari 2 bulan yang lalu sebelum kami menikah. Alhamdulillah aku secara perlahan dapat merubah diriku lebih baik dan Insyaallah dapat membahagiakan Indah karena hal tersebut Hingga pada suatu ketika, di kala sedang mengobrol berdua di kamar kami seperti biasa kami lakukan setelah kami selesai makan malam, aku memberanikan diri mengutarakan sesuatu kepada Indah. Kumulai pembicaraan dengan bertanya padanya,”Indah, ada yang aku ingin
  • 44. 34 tanyakan pada Indah..” aku menghentikan perkataanku untuk mengetahui reaksinya. Indah yang saat itu sedang merebahkan kepalanya dibahuku langsung mengarahkan pandangannya ke wajahku,”Iya ada apa Mas?” tanya Indah dengan nada ingin tahu. “Hmmmh menurut Indah bagaimana Mas Adi setelah hampir 2 bulan kita menikah” tanyaku. “Oooh itu” kata Indah sambil menegakkan tubuhnya dan duduk bersila menghadapku “Indah lihat Mas Adi dari sisi ibadah sudah banyak berubah lebih baik. Kalau dari sisi pribadi sih Mas Adi memang sudah sangat baikkkkk dari dulu pertama kali Indah kenal. Itulah yang membuat Indah memilih Mas Adi jadi imam nya Indah” jawab Indah dengan pandangan menggoda. “Ah Indah ditanya serius kok malah menggoda begitu sih” kataku sambil mencubit lembut lengannya. “Siapa lagi yang nggak serius, ini Indah serius Mas Adi” rajuknya “Iya iya, Mas Adi percaya” kataku sambil tertawa,”Indah jadi tambah manis deh kalau merajuk begitu” lanjutku menggodanya.”Ihh Mas Adi ngomong apa sih” katanya membalas mencubit lenganku. Aku hanya tertawa melihatnya “Oke oke sekarang kita serius lagi. Kalau menurut Indah, Mas Adi berubah bagaimana dari segi ibadah?” tanyaku lagi. “Ya yang paling terlihat sih sekarang Mas Adi sudah bisa khusyuk ya sholat tahajudnya. Sudah nggak ada masalah lagi kalau harus bangun jam 3” jawabnya cepat dan
  • 45. 35 kemudian melanjutkan,”Mas Adi juga sholatnya juga sudah tepat waktu. Setiap aku telpon pasti sudah sholat. Itu kalau Mas Adi nggak bohong ya...”katanya menggodaku sambil tertawa.”Yee mana bisa aku berbohong dengan istriktercintaku” balasku sambil memencet lembut hidungnya, yang disambut dengan tawa manja Indah. “Terus apalagi?” tanyaku.”Hmmh apa lagi ya? Oh Mas Adi juga puasa Senin-Kamis nya juga sudah nggak ada lagi ngeluh ngeluh seperti awal awal dulu hiihii” tawa Indah sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan kanannya. “Indah jangan ungkit ungkit aib Mas Adi ah” protesku yang disambut dengan tawa Indah. “Terus apalagi?” kejarku. “Terus terus, memangnya Mas Adi tukang parkir ha..ha..” kali ini Indah tertawa cukup lebar. Kembali kupencet mesra hidungnya sambil berkata,”Iya, Mas Adi kan memarkirkan hati mu di hatiku” balasku cepat. “Ihh Mas Adi gombal ah” balasnya sambil mencubit lenganku dengan gemas. Kami pun tertawa bersama dengan cukup keras “Sssstt jangan keras keras ketawanya Mas Adi, nanti kedengaran papa mama lho” sambil menempelkan jari telunjuk kanannya di bibirnya. “Iya iya, makanya Indah jawab pertanyaan Mas Adi dong” kataku. “Iya Indah jawab, hmmh sama ini Mas, Indah lihat Mas Adi baca Al Qur'an nya sudah lebih baik. Tapi memang belajar mengaji yang benar itu butuh proses sih, jadi masih perlu waktu untuk Mas Adi
  • 46. 36 dapat membaca Al Qur'an dengan baik. Tapi ya nggak apa apa Mas, Indah yakin pada saatnya Mas Adi bisa melakukannya” kata Indah kali ini dengan nada serius “Alhamdulillah kalau Indah menganggap Mas Adi demikian” kataku. “Terus kenapa Mas Adi tanya begitu” tanya Indah.. lha Indah malah ketularan ngomong terus terus ... he..he “Begini Indah” kataku memulai dengan nada serius dan kemudian melanjutkan,”Alhamdulillah kalau Indah menilai sudah lebih baik sekarang. Walau Mas Adi merasa masih belum cukup baik dan masih banyak lagi yang harus diperbaiki. Tapi Mas Adi janji akan memperbaikinya secara bertahap” kataku sambil memegang erat jemarinya. “Iya Mas Adi, Indah senang dengan niat Mas Adi ini. Indah akan berusaha selalu mendukung sebisa Indah ya Mas” balas Indah.”Terima kasih ya sayang atas semua perhatian yang sudah diberikan ke Mas Adi,” kataku mesra sambil mengecup keningnya. Wajah Indah kulihat sangat berbinar binar bahagia saat itu “Hmmh Mas Adi tadi cuma mau ngomong, Insyaallah mulai nanti malam Mas Adi sudah berani menjadi imam sholat Tahajud buat Indah” kataku. Kulihat ada ekspresi kaget bercampur bahagia di wajah Indah. Indah segera memelukku sambil berkata,”benar Mas, terima kasih ya Mas Adi” katanya dengan suara penuh haru. Kubiarkan Indah memelukku cukup lama sambil kutepuk tepuk lembut
  • 47. 37 punggungnya dengan telapak tanganku. Sesaat kudengar ada tangis bahagia dari Indah. Setelah cukup lama memelukku dan Indah sudah berhasil mengendalikan dirinya dari emosi bahagia ini, perlahan Indah melepaskan pelukannya. Kulihat ada sisa sisa air mata bahagia di wajahnya yang segera aku hapus dengan jemari tanganku. Sungguh aku tidak mengira sedemikian besarnya harapan Indah aku sebagai imamnya dapat mengimaninya di sholat Tahajud ini. “Indah bahagia ya” tanyaku yang segera dijawabnya dengan cepat “Sangat bahagia Mas Adi” katanya dengan ekspresi wajah yang menggambarkan apa yang dikatakannya “Sampai saat inipun Mas Adi masih terus belajar untuk dapat menjadi imam yang baik untuk Indah. Termasuk untuk mengimami sholat Tahajud. Jadi kalau Mas Adi masih belum dapat melaksanakannya dengan cukup baik, Indah dapat memakluminya ya” pintaku sambil memandang wajah Indah dengan lembut. “Ya Mas Adi, kita sama sama saling mendukung untuk dapat beribadah kepada Allah dengan lebih baik ya” balasnya lembut. Dan kubalas kembali dengan kecupan lembut yang mesra di kening nya Dan di sepertiga terakhir malam itu pun untuk pertama kalinya kami membentuk jamaah sholat Tahajud sendiri yang Insyaallah akan terus berjalan menerangi mahligai cinta kami seterusnya. Kulihat wajah Indah sangat bahagia sekali saat itu
  • 48. 38 ------- Dibulan kedua pernikahan kami tersebut jugalah Indah mulai merintis apa yang dicita citakannya selama ini, mempunyai usaha sendiri yang dijalankannya dari rumah itu. Dan sesuai dengan minatnya di bidang busana muslim, bisnis ini lah yang dipilih oleh Indah Dalam angan angan Indah, kelak Indah akan memiliki merek busana muslim yang di produksinya sendiri dan di pasarkan di seluruh wilayah di Indonesia, dan bahkan bisa di ekspor ke manca negara. Tentu Indah juga sadar jalan menuju hal tersebut memerlukan proses yang panjang. Sebelum mencapai tahapan itu Indah harus paham benar mengenai trend pasar dan perilaku pembelian dari konsumennya. Juga desain busana muslim apa yang disukai termasuk bahan kain yang digunakan. Belum lagi hal hal seperti masalah produksi dan distribusinya. Kalau masalah Finance & Accounting merem lah, Indah kan jago nya he..he Karenanya untuk tahap awal Indah lebih memilih untuk menjadi agen penjualan beberapa merek busana muslim yang cukup terkenal, untuk kemudian akan menjualnya sendiri atau melalui reseller. Indah pun memilih beberapa merek busana muslim premium tapi dengan harga medium alias cukup terjangkau. Ya, pengetahuan tentang beberapa merek tersebut memang telah dimiliki Indah jauh hari sebelumnya. Bahkan Indah pun sudah memiliki cukup banyak koleksi busana muslim dari merek merek tersebut,
  • 49. 39 yang biasa dikenakannya sehari hari. Dari sini Indah dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan dari masing masing merek tersebut, termasuk dari unsur kenyamanannya saat dipakai Pada saat menyiapkan pernikahan kami lalu pun, Indah sudah mencari kontak person di masing masing perusahaan pemegang merek tersebut serta menghubunginya untuk menanyakan kemungkinan menjadi agen penjualan. Dari sini Indah mendapatkan rekomendasi distributor dari masing masing merek tersebut yang akan men-suply stok produk yang bisa Indah pasarkan melalui reseller atau langsung ke konsumen Indah pun sudah merancang untuk penjualan online melalui beberapa jenis pasar online atau biasa disebut sebagai marketplace itu. Sedangkan untuk penjualan offline akan menggunakan reseller terlebih dahulu. Sengaja Indah memilih tidak langsung membuka toko butik sendiri, dengan pertimbangan akan fokus pengembangan penjualan online dulu, dan modal lebih diarahkan untuk membeli stok produk. Diam diam aku merasa kagum dengan semua rencana Indah ini. Sangat sistematis dan teratur, padahal Indah kan tidak punya latar belakang marketing. Latar belakang pendidikan dan juga pengalaman kerjanya di bidang keuangan. Tapi Indah bisa punya rencana bisnis yang menurutku cukup matang. Aku memang sesekali memberikan input padanya, tapi sebagian besar dia pikirkan sendiri.
  • 50. 40 Untuk modal pun, Indah berkeras untuk menggunakan tabungannya sendiri semasa dia bekerja sambil kuliah dan saat sudah lulus. Memang walaupun Indah adalah anak bungsu, tapi dia sangat mandiri yang bahkan waktu kuliah di tahun tahun terakhir pun dia memilih bekerja untuk dapat membiayai kuliahnya sendiri. Padahal papa nya jelas bisa membiayai kuliahnya lebih dari cukup. Itulah Indah, yang sangat teguh memegang prinsipnya. Tapi pada saat kami mengobrol berdua di kamar seperti biasanya setelah makan malam, aku mencoba membahas hal ini. “Hmmmh ... Indah ...” kataku mencoba mengalihkan pembicaraan kami sebelumnya ke topik mengenai modal kerja bisnis yang akan dirintis Indah. Indah yang sedang merebahkan kepalanya ke bahuku, hal yang suka dilakukannya saat ngobrol denganku, menolehkan wajahnya menatap wajahku.”Ya, ada apa Mas Adi?” tanyanya heran “Hmmmh tadi waktu jalan pulang dari masjid, aku sempat ngobrol dengan Papa. Papa bilang Indah nggak mau ya dibantu Papa untuk modal bisnis yang akan dibangun Indah” tanyaku hati hati. Indah segera menegakkan duduknya dan duduk bersila menghadap ke arah ku. “Papa bilang begitu ya?” tanya Indah balik. Aku hanya menganggukan kepalaku.
  • 51. 41 Hmmhh ... seperti yang Indah dulu pernah cerita ke Mas Adi, Indah maunya merintis usaha dengan modal Indah sendiri, sekecil apapun. Jika Insyaallah nanti usaha Indah berkembang, Indah ingin benar benar merasakan hasil kerja Indah ini, Mas” katanya menjelaskan. “Apalagi Indah merasa selama ini juga merasa sering menyusahkan Papa mama. Indah mulai sekarang berusaha untuk tidak lagi menyusahkan mereka” sambungnya “Ya enggaklah Indah. Mana ada orang tua yang merasa di susahkan oleh anak anaknya, apalagi untuk yang mereka senang melakukannya, mendukung anak anak mereka” kataku mencoba memberikan argumen. “Lagipula kebutuhan modal untuk stok berbagai varian desain dari beberapa merek yang akan Indah akan pasarkan cukup besar. Dan modal Indah mungkin tidak dapat memenuhinya semua” lanjutku “Nggak apa apa Mas Adi. Indah mulai dari kecil dulu saja. Insyaallah nanti juga akan besar” katanya mantap. “Tapi mau berapa lama Indah. Kalau Indah stok nya lengkap kan bisa lebih cepat berkembangnya. Permintaan pembeli pun dapat lebih dipenuhi kalau stok nya lengkap” kataku meyakinkan. “Tapi Mas Adi, Indah nggak mau nyusahin papa mama lagi. Masa Indah sudah punya imam sendiri masih menyusahkan mereka. Nggak apa apa ya Mas Adi. Pleasssseee ...” kata Indah dengan raut wajah memohon. Aku
  • 52. 42 tersenyum saja melihat ekspresi memohon di wajahnya yang manis itu Tapi that's point ... Aku mendapatkan jalan untuk bisa bisa membujuk Indah agar bersedia dibantu untuk lebih mempercepat berkembang usaha yang tengah dirintisnya itu. “Oke oke, Mas Adi nggak akan memaksa Indah lagi menerima tambahan modal dari papa” jawabku. “Janjiii Mas Adi?” kejar Indah lagi. “Insyaallah” jawabku, yang disambut dengan kecupan mesra Indah di pipi ku. “Terima kasih ya Mas” katanya. “Tadi Indah bilang nggak mau nyusahin papa mama lagi karena sudah ada Mas Adi sebagai imam nya Indah yang bertanggungjawab menjaga Indah kan?” pancingku. “Bener Mas Adi” jawab Indah lagi. “Sebagai imam, Mas Adi berkewajiban untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan Indah sebagai jamaah ku kan?” pancingku lebih lanjut. “Bener lagi Mas Adi” kata Indah manja . “Nah kalau Mas Adi sebagai imam, tentu wajar untuk mendukung Indah sepenuhnya sebagai jamaah ku kan” tanyaku. “Betul imam ku” kata Indah manja sambil kedua tangannya mencubit lembut kedua pipiku. “Makanya, kali ini ijinkan Mas Adi membantu Indah agak usaha busana muslim Indah bisa berkembang lebih cepat” kataku sambil menatap wajahnya “Maksudnya gimana Mas?” tanya Indah dengan raut wajah ingin tahu. “Indah pakai tabungan Mas Adi juga ya untuk modal awalnya” kataku. Raut wajah Indah pun
  • 53. 43 berubah agak kaget,”Tapi Mas, kita kedepannya kan akan perlu biaya untuk berbagai keperluan. Tabungan Mas Adi kan dicadangkan untuk itu” protes Indah. “Misalnya apa?” pancingku “Ya misalnya buat keperluan kalau nanti dedek udah ada” kata Indah sambil melihat perutnya. “Lhaaa dedek nya belum ada juga sudah diajak ajak” godaku. “Iihhh Mas Adi, tapi kita kan perlu juga siap siap” kata Indah gemas sambil mencubit lenganku. Kali ini cubitannya cukup keras. “Adduuh ampun Indah, jangan keras keras dong nyubitnya” protesku. “Habis, Indah gemes” katanya merajuk “Ya nggak usah juga dipakai semua. Pakai saja yang kemarin Mas Adi alokasikan untuk kontrak rumah 2 tahun. Kan nggak terpakai karena kita tinggal di rumah papa mama. Jumlahnya juga Mas Adi alokasikan lumayan kok. Cukuplah buat nambah nambah modal Indah” kataku berusaha meyakinkannya.”Lagi pula kan Insyaallah Mas Adi tiap bulan juga masih bisa nabung kok” lanjutku lagi “Bener ini Mas Adi?” tanya Indah. “Bener, masa Indah nggak percaya sama imam nya sih” jawabku yang segera disambut oleh kecup mesra Indah dipipiku. “Indah sangat percaya, Mas Adi” katanya lembut -------- Begitulah, kesibukan Indah pun bertambah. Pada bulan pertama pernikahan kami, Indah memang sengaja
  • 54. 44 hanya fokus memperhatikanku untuk dapat hijrah menjadi lebih baik, agar dapat menjadi imamnya yang sebaik baiknya. Baru pada bulan kedua ini setelah Indah yakin aku mulai dapat istiqomah untuk menjalankannya, Indah pun mulai mewujudkan impiannya memiliki usaha bisnis busana muslim tanpa harus meninggalkan rumah Tidak lama setelah Indah bersedia untuk menggunakan sebagian tabunganku untuk menambah modal awal usahanya, Indah langsung bergerak cepat dengan menjadi agen penjualan beberapa merek busana muslim. Stok produk untuk dijual pun segera dibelinya melalui distributor yang ditunjuk. Untuk menampung stok yang cukup banyak itu, atas ijin apa mamanya satu kamar kosong diubahnya menjadi gudang, yang segera diisi setelah rak besi yang dipesan tiba. Semuanya dikerjakan Indah sendiri dengan dibantu asistant rumah tangga mama nya Dan sesuai dengan rencananya, untuk tahap pertama Indah akan fokus membangun bisnis online nya terlebih dahulu di beberapa pasar online atau bahasa kerennya sering disebut sebagai marketplace itu. Inilah kesibukan berikutnya Indah. Dimulai dengan mengisi etalase di setiap toko online nya di berbagai marketplace itu. Memang ada software komputer khusus yang dapat membantu meringankan pekerjaan ini. Akan tetapi karena banyaknya varian desain yang dijual, tetap saja pekerjaan ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan cukup melelahkan. Belum lagi
  • 55. 45 menentukan jenis jenis promosi yang akan dilakukan, tentu membutuhkan kejelian dan ketelitian melihat trend pasar serta penjualan kompetitor Ya persaingan pasar di marketplace memang sangat ketat. Termasuk untuk masalah harga. Walau Indah cukup yakin harga yang diterapkannya cukup bersaing, karena sebagai agen penjualan Indah memperoleh discount yang cukup besar dari distributor. Sehingga dapat menjual kembali produknya dengan harga yang cukup kompetitif. Setelah semua toko online nya sudah berdiri, bukannya kesibukan Indah berkurang. Mulai masuknya order dari konsumen membuatnya tetap sibuk. Mulai proses order masuk sampai dengan pengemasan produk masih dikerjakan ya sendiri. Terkadang saja dia dibantu asistant rumah tangga mama nya jika memang produk yang perlu dikemas sudah cukup banyak. Belum lagi untuk proses pengiriman ke jasa kurir. Karena tidak semua kurir dapat mengambil ke rumah untuk paket yang akan dikirim. Sebagian harus diantar sendiri ke loket pengiriman paketnya. Beruntung jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah, sehingga masih diantar Indah dengan sepeda motor. Tapi tetap saja memakan waktu, apalagi jika dalam 1 hari harus beberapa kali mengantarnya karena jam order konsumen yang berbeda beda Semakin lama jumlah order yang masuk semakin banyak. Indah semakin terlihat sibuk. Stok pun mulai
  • 56. 46 menipis yang membuat Indah harus melakukan order ulang ke beberapa distributor. Indah pun harus mengambil sendiri stok produk tersebut ke distributor yang jaraknya cukup jauh dari rumah itu. Indah terpaksa harus mengendarai mobil, satu hal yang sangat tidak dia sukai di jalan Jakarta yang macet dan semrawut itu. Bahkan mobil yang dibelikan papanya sebagai hadiah diterimanya Indah di Fakultas Ekonomi di universitas negeri yang termasuk terbaik di Indonesia itu, jarang dipergunakannya Indah sih tidak pernah terlihat mengeluh akan hal ini. Tapi aku tetap bisa merasakan hal tersebut. Setidaknya bisa terlihat dari sudah jarangnya Indah meneleponku di kantor untuk sekedar mengingatkan waktu Sholat. Nggak apa apa juga sih, toh tanpa harus diingatkan sekalipun, Alhamdulillah aku sudah hampir selalu sholat di awal waktu, kecuali pada saat saat tertentu saja seperti saat meeting. Tapi setidaknya ini menjadi tanda bahwa Indah memang tidak dalam kondisi biasanya. Indah memang tidak pernah mengeluh. Itu memang karakternya yang tidak pernah mau mengeluh. Bahkan sekedar curhat ke akupun tentang masalah ini sepertinya juga tidak akan dilakukannya. Tapi aku kasihan juga jika dia tidak berbaginya denganku. Setidaknya dapat membuat perasaannya lega, syukur syukur kalau aku bisa memberikan solusi. Hingga pada kesempatan mengobrol berdua dengannya seperti biasa sehabis makan malam aku mencoba
  • 57. 47 memancingnya mencurahkan unek uneknya mengenai hal ini,”Mas Adi lihat akhir akhir ini Indah sibuk sekali ya?” tanyaku kepada Indah yang seperti biasanya senang merebahkan kepalanya di pundakku. “Biasa aja Mas, order memang Alhamdulillah meningkat terus, tapi masih Indah atasi lah. Paling kalau sibuk sekali, Indah minta bantuan Ningsih” jawab Indah sambil menyebut nama asistant rumah tangga mamanya “Tapi Indah juga masih harus mengantar paketnya ke jasa kurir kan? Belum lagi kalau harus order ulang ke distributor. Ditambah menjawab chatting dari calon konsumen kan” kataku menggugat pernyataannya. “Ya kan nggak selalu begitu Mas, ada kalanya juga senggang waktu Indah” katanya pelan mengakui. “Berarti seringnya iya kan?” kejarku. Indah hanya bisa mengangguk kecil sambil menunduk. “Alhamdulillah Mas Adi, banyak yang order” katanya pelan. “Tapi Indahnya kan yang capek?” tanyaku. “Memang waktu Indah cukup banyak tersita, tapi kalau capek sih enggak begitulah. Masih capek Mas Adi di kantor lah” katanya masih berusaha mengelak “Tetap aja judulnya sibuk kan” kejarku. “Iya sedikit Mas” akunya. “Yang penting Indah tetap bisa sholat di awal waktu, tetap Sholat dhuha, dan punya cukup waktu untuk membaca Al Qur'an serta menambah hafalan, Indah anggap waktu Indah masih cukup Mas” kata Indah pelan. Iya, Indah memang saat ini sedang memulai untuk menambah hafalan
  • 58. 48 Al Qur'an nya yang saat ini sudah 24 juz itu. Targetnya sih bisa lengkap 30 juz “Indah belum mempertimbangkan untuk mempekerjakan 1 orang khusus menangani pengemasan dan pengiriman barang, jadi Indah bisa fokus mengurusi masalah online nya” usulku.” Belum waktunya Mas, keuntungan yang diperoleh bisa terpotong banyak untuk membayar gajinya. Mungkin nanti kalau sudah keuntungannya 2 - 3 kali lipat dari gajinya itu ya Mas” jawab Indah lagi “Atau tahap mencari reseller offline dipercepat saja, kan mereka kalau order jumlahnya sekalian cukup banyak juga, tanpa harus dikemas dan dikirim” usulku kembali. “Iya Mas Adi, Indah juga sudah terfikir itu. Hanya memang Indah harus hati hati milihnya terutama yang bayarnya dengan sistem tempo. Mungkin dari saudara atau teman dulu ya Mas Adi” jawab Indah. “ Iya Indah, yang penting dimulai dulu. Jadi Indah nggak hanya mengandalkan penjualan perseorangan saja melalui marketplace, yang harus ditangani satu satu dan cukup memakan waktu. Kecuali kalau hitung hitungan Indah nanti sudah memungkinkan untuk mempekerjakan orang yang khusus menangani hal itu,” saranku. “Iya Mas Adi” jawab Indah sungguh sungguh “Lagi pula kalau penjualan lewat reseller nya berhasil kan omset penjualan meningkat. Insyaallah keuntungan meningkat, sehingga Indah segera dapat mempekerjakan orang tersebut” kataku lagi. “Iya Mas Adi, doakan agar segera
  • 59. 49 terwujud ya” pinta Indah manja. “Insyaallah Indah, imam mu ini akan selalu mendoakan Indah” kataku lembut sambil mengecup keningnya dengan mesra. -------- Selang beberapa waktu setelah pembicaraan tersebut, Indah mulai menghubungi kembali beberapa kerabat dan teman yang sebelumnya sudah menyatakan minatnya untuk menjadi reseller yang akan ikut menjualkan stok produk milik Indah. Harga dan pembagian keuntungan pun sudah pernah dibicarakan Sebagian memang sudah punya toko sendiri walau bukan toko khusus busana muslim. Tapi paling tidak masih ada tempat untuk display produk stok milik Indah lah. Sebagian lagi memilih untuk menjual secara door to door dikalangan tetangga dan arisan, dengan sistem pembayaran cicilan. Apapun itu sepanjang ada rasa saling percaya, ya dijalankan oleh Indah. Sebab sebagian menggunakan sistem pembayaran tempo 1 – 2 bulan, sebagian lagi bahkan setelah stok terjual. Yang penting bisa ikut membantu penjualan stok produk milik Indah lah, agar perputarannya barangnya bisa lebih cepat Alhamdulillah semua berjalan lancar. Beberapa reseller Indah bahkan sudah melakukan order ulang. Berarti produknya bisa diterima pasar. Ya mudah mudahan
  • 60. 50 perkembangannya semakin baik sehingga Indah dapat segera mempunyai karyawan yang dapat membantu kerjanya juga Dan dibulan ke 4 pernikahan kami itu, seperti telah dijadwalkan sebelumnya aku ditugaskan untuk mengkoordinasikan even promosi peluncuran produk untuk merek remaja di cabang cabang yang menjadi tanggung jawabku. Konsep acaranya jumpa artis dan performance dari artis penyanyi yang menjadi brand ambasador dari merek tersebut Tiap kota acaranya sih hanya sehari di Sabtu malam. Tapi sebagai koordinator event dari kantor pusat, aku sudah harus terbang ke kota tersebut hari Kamis pagi selanjutnya berkoordinasi internal dengan tim kantor cabang, juga koordinasi eksternal dengan tim event organizer dan tim dari mall tempat event diselenggarakan. Setelah selesai acara pun pada Ahad pagi nya masih melakukan evaluasi event dengan tim cabang sebelum pada sorenya terbang kembali ke Jakarta. Hari Senin nya aku mendapatkan hari libur pengganti karena weekend bertugas mengkoordinasikan event. Begitu seterusnya sampai 8 minggu ke depan sampai semua cabang dalam koordinasiku melaksanakan event tersebut Kota pertama event adalah Medan. Hari Selasa malamnya sehabis makan malam, Indah mengajakku untuk menyiapkan segala yang akan aku bawa ke Surabaya dan mengaturnya di koper. Sambil membuka koper yang akan
  • 61. 51 kubawa, Indah sibuk memilih pakaian di lemari yang akan aku bawa. Berulangkali dia menanyakan apakah aku mau membawanya, setiap kali dia memilih pakaian di lemari. Aku tersenyum saja menyaksikannya sambil duduk dilantai menyender tempat tidur. “Kenapa Mas Adi senyum senyum saja dari tadi” tanya Indah heran. “He..he.. Indah nyiapin koper ku seperti mau pindahan saja” kataku dengan nada menggoda. “Pindahan gimana sih Mas Adi, Indah kan hanya nyiapkan pakaian untuk 4 hari saja. Mana untuk ke kantor cabang dan tempat event, mana untuk malam kalau diajak tim cabang makan malam, mana untuk tidur. Mana pas saat event dan lainnya. Belum lagi asesories nya. Kan lebih baik disiapkan sekarang daripada nanti ada yang tertinggal” jawabnya dengan nada merajuk. Aku semakin tersenyum melihatnya dengan ekspresi merajuk itu “Dan harus satu koper begitu?” tanyaku sambil tertawa dan menutup mulutku dengan telapak tangan kananku. “Lha iya lah Mas Adi, kalau nggak mana cukup” protesnya yang aku sambut dengan tawaku yang semakin lebar. “Perasaan dulu aku kalau ke cabang hanya bawa tas ransel aja cukup. Kalau pakaian, ya pakai saja dari pagi sampai malam” kataku sambil tertawa. “Itupun aku nyiapinnya Rabu malam sebelum tidur. Sebentar selesai he..he” kataku mengakhiri dengan tetap tertawa. “Iiih, itu kan dulu sebelum ada yang mengurus. Sekarang udah beda, Mas Adi udah ada aku. Masa mau tetap
  • 62. 52 nggak teratur seperti dulu” katanya gemas kemudian melanjutkan,”Kalau caranya seperti itu sekarang, kan nanti orang cabang komentar, ‘ini Indah nggak bisa ngurus Pak Adi ya, kok penampilannya berantakan begitu', kan Indah malu Mas Adi” katanya sambil merajuk “Hahaha” tawaku melihat ekspresi merajuk di wajahnya. “Lagian mana ada yang kenal sih orang kantor cabang dengan Indah?” lanjutku dengan nada menggodanya. “Ya adaaa Mas Adi, aku kan kenal dengan semua tim Finance & Accounting cabang lain. Kan pada saat meeting nasional Finance & Accounting aku ketemu mereka semua. Kami ada grup WA nya juga. Ya sudah pada tahulah semuanya aku menikah dengan Mas Adi” katanya sambil melanjutkan nada merajuknya. “Ya udah Mas Adi terima beres saja ya. Tinggal bawa aja ya” katanya tegas. Ya sudah aku menurut saja. Perlahan kudekati Indah dan setelah dekat aku kecup keningnya dengan mesra sambil berkata,” Iya sayang, Mas Adi ikut saja” kataku lembut. Seketika hilang ekspresi merajuk di wajahnya, berganti dengan senyum bahagia ------- Taxi yang akan mengantarku ke bandara sudah terlihat di depan rumah ketika aku kembali dari masjid untuk menunaikan sholat subuh disana. Aku memang sengaja minta dijemput jam 5 pagi walaupun pesawat take off
  • 63. 53 jam 9.30. Agar lebih tenang saja dan menghindari macet saja, secara lalu lintas Jakarta jika sudah agak siang tidak dapat diprediksi tingkat kemacetannya Setelah berpamitan dengan papa dan mama mertua, ditemani Indah aku berjalan menuju taxi yang sudah menunggu. Setelah memasukkan koper ke bagasi aku pamit ke Indah. Ada guratan sedih di wajahnya. Ya ini memang kali pertama kami tidak bersama setelah menikah. “Indah jangan sedih ya, Insyaallah kan Mas Adi kan hanya pergi 4 hari saja” kataku menenangkan hati nya. “Ya Mas Adi nggak apa apa kok. Mas Adi hati hati saja ya di sana” katanya pelan. Kukecup mesra keningnya sambil berkata “Jangan lupa Indah ingatkan Mas Adi untuk tetap Istiqomah beribadah ya” kataku yang disambut Indah dengan berkata “Insyaallah Mas Adi” Singkat cerita ketika sampai bandara aku dijemput oleh Pak Rudi kepala cabang Medan dan segera diantar ke kantor cabang. Sebelumnya Pak Rudi mengajakku makan siang dulu di sebuah restoran, alasannya setelah sampai kantor cabang kami bisa langsung meeting koordinasi dengan tim cabang. Saat makan siang, notifikasi WA terdengar. Setelah kulihat ternyata dari Indah yang menanyakan apakah aku sudah sampai sekaligus mengingatkan waktu sholat dzuhur. Mungkin Indah takut aku sedang sibuk jika dia menelepon langsung. Segera aku jawab bahwa aku sedang
  • 64. 54 makan siang dan aku usahakan sholat Dzuhur ketika sudah sampai kantor cabang Ternyata kantor cabang terletak tidak jauh dari tempat kami makan siang. Sesampainya di sana ternyata kami memang sudah ditunggu oleh tim cabang untuk meeting koordinasi. Aku minta ijin untuk menunaikan sholat Dzuhur sebentar dan setelah itu kami meeting. Tak terasa 2 jam kami meeting koordinasi. Cukup lama memang, mengingat cukup banyak hal yang perlu dibahas. Dan setelah meeting ditutup, dan aku ngobrol selama beberapa lama dengan tim promosi cabang, Pak Rudi menawarkanku untuk mengantarkan ke hotel sebelum malamnya diajak makan malam sekaligus meninjau lokasi acara di mall. Aku setuju saja, secara aku sudah kangen mendengar suara Indah eeehhhmm .. Setelah selesai mandi dan sholat ashar, sambil menikmati teh hangat yang kubuat sendiri di kamar hotel, aku menelepon Indah. Mudah mudahan Indah juga tidak sedang sibuk, doa ku. Alhamdulillah ternyata Indah memang sedang menunggu teleponku. Maka ngobrollah kami cukup lama sampai kemudian Indah mengatakan bahwa di Jakarta sudah adzan Maghrib. Kalau di Medan sih masih sekitar setengah jam an lagi. Indah pamit sholat Maghrib dulu sambil berpesan jika nanti malam aku sampai hotel belum terlalu malam supaya menelepon lagi
  • 65. 55 Tidak lama setelah aku selesai sholat Maghrib, Pak Rudi datang menjemputku dan segera menuju mall yang akan dijadikan tempat event. Sampai di sana ternyata sudah menunggu beberapa orang tim sales dan promosi cabang. Kami segera menuju venue yang akan dijadikan tempat acara dan mendiskusikan beberapa hal disana. Selesai meninjau venue, Pak Rudi mengajak semuanya makan malam. Semula aku berfikir akan makan malam di mall itu saja. Ternyata Pak Rudi mengajak ke tempat makan yang menurut Pak Rudi cukup favorit di Medan Lokasinya ternyata cukup jauh dari mall. Sesampainya di sana kami segera mencari meja yang kosong. Ternyata tempat makan itu memang favorit. Sangat ramai sekali. Padahal kan belum weekend. Setelah susah payah mencari meja yang cukup untuk 7 orang itu, kami mendapatkannya di sudut yang tidak terlalu ramai. Agak jauh dari live music di sana sih, tapi malah jadi tidak terlalu bising, enak untuk mengobrol. Jadilah kami mengobrol berbagai hal sambil menikmati hidangan makan malam. Sampai Pak Rudi berkata,”Waahh ini sudah hampir jam 12. Besok pagi kita ada meeting dengan pihak Event Organizer dan mall. Kita pulang sekarang ya”. Astaga. Lama juga kami ngobrolnya, kataku dalam hati. Tepat jam 00.20 tengah malam aku memasuki kamar hotel. Mata sudah terasa berat secara sudah cukup lama aku tidak tidur selarut itu. Aku paksakan diriku untuk sholat
  • 66. 56 Isya dulu sebelum tidur. Sebelum tidur aku sempatkan untuk mengatur alarm untuk dapat bangun sekitar jam 3.45 untuk dapat sholat tahajud sesuai dengan waktu sholat Medan. Kulihat ada beberapa miscall dan wa dari Indah. Rupanya karena terlalu asyik mengobrol, aku tidak mendengar suara panggilan masuk dan notifikasinya. Segera aku balas WA nya dan aku minta maaf atas hal itu. Juga minta agar aku juga ditelepon Indah untuk dibangunkan sholat Tahajud. Walau aku sebenarnya tidak yakin akan hal tersebut -------- Aku terbangun dari tidur dan refleks kuambil ttelepon genggamku untuk melihat jam. Astaga sudah jam 4.55. Segera kusingkap korden kamar hotel. Ternyata di luar masih sangat gelap. Aku teringat waktu Subuh disini memang sampai sekitar jam 6. Berarti saat ini juga mungkin masih di awal waktu sholat subuh Tapi bukan itu masalahnya. Tahajud yang terlewat itulah yang kusesali. Memang aku pun juga baru belajar untuk melaksanakannya dengan baik, tapi setidaknya 4 bulan terakhir ini aku selalu menunaikannya. Kulihat lagi layar telepon genggamki ku, terlihat ada beberapa miscall dari Indah. Rupanya dia mencoba untuk membangunkan ku. Kuputuskan untuk segera sholat shubuh sebelum kemudian meneleponnya
  • 67. 57 Begitu Indah mengangkat telponku aku segera meminta maaf atas hal yang terjadi. Indah memahami situasinya dan justru menenangkanku. Katanya yang penting aku sudah berniat menjalankannya. Juga berpesan agar jika besok aku dapat melaksanakannya jika situasi memungkinkan. Insyaallah Indah akan aku jalankan Setelah mengobrol cukup lama, kami pun mengakhiri pembicaraan tersebut. Akupun segera bergegas untuk mandi dan bersiap untuk memulai aktivitas hari itu. Setelah selesai mandi, aku segera turun menuju restoran hotel untuk sarapan pagi. Waktu masih menunjukkan jam 7 pagi. Masih ada 1 jam lebih sebelum Pak Rudi menjemputku untuk meeting dengan event organizer dan pihak mall di ruang meeting kantor pengelola mall. Kunikmati saja sarapan yang disajikan dalam format buffet tersebut Sekitar jam 8.00 aku sudah duduk santai di lobby hotel sampai Pak Rudi datang menjemputku tepat jam 8.20. Tidak sampai 1 jam kami sudah sampai di mall dan kami segera menuju ruang meeting. Kulihat sudah cukup banyak orang disana. Untuk personel event organizer tidak asing buatku sebab sebagian sudah pernah meeting denganku di kantor pusat. Beberapa tampak asing, mungkin dari pihak mall. Setelah saling berkenalan kami pun memulai meeting koordinasi yang dilanjutkan dengan peninjauan venue event, yang berakhir jam 11 lewat, waktu menjelang Sholat Jum'at
  • 68. 58 Setelah selesai Sholat Jum'at di masjid yang ada di mall, Bu Santi, contact person dari event organizer yang biasa meeting denganku di Jakarta, mengajakku dan Pak Rudi makan siang di salah satu restoran di mall untuk membahas kedatangan artist pada sore hari itu dan acara “meet & greet” untuk beberapa fans yang beruntung makan malam dengan sang artis. Ya memang sebelumnya kami mengadakan undian bagi pembeli produk dengan hadiah tersebut Untuk kesemua acara tersebut menjadi tanggungjawab event organizer, kami tinggal memantau saja. Pun untuk pendampingan artis juga akan ditangani teman kantorku yang menjabat sebagai brand manager produk remaja yang mengadakan event tersebut, dan datang ke Medan bersama sang artis. Jadi aku hanya akan datang pada acara nanti malam ini sebagai pengamat saja. Mudah mudahan tidak sampai malam lagi, secara kalau melihat jadwal acara selesai jam 9 malam Selesai makan siang, aku diantar Pak Rudi ke hotel untuk beristirahat sebentar sebelum sore jam 5 dijemput lagi untuk persiapan acara meet & greet malam harinya. Sampai hotel kulihat ada beberapa WA dari Indah yang tadi tidak sempat kubaca. Mungkin Indah tidak menelepon karena takut menganggu kesibukanku. Maafkan Mas Adi ya Indah kalau terkesan aku mengabaikan pesan pesanmu. Segera aku telepon Indah
  • 69. 59 Tepat jam 5 Pak Rudi datang menjemputku, dan setengah jam kemudian kami sudah di restoran tempat acara. Situasi masih agak sepi, karena memang malam ini seluruh ruang sudah dibooking untuk acara meet & greet. Kulihat beberapa personil event organizer termasuk Bu Santi. Segera kuhampiri dan kusapa mereka. Dari mereka aku diberi informasi bahwa artisnya akan datang sekitar jam 7 malam, akan tetapi peserta makan malam diharapkan sudah hadir jam 6 malam Benar saja, sekitar jam 7 malam sang artis datang dengan didampingi oleh Bu Sabrina, brand manager teman kantor ku itu. Suasana langsung heboh oleh para remaja peserta makan malam yang umumnya perempuan itu. Aku tersenyum saja melihat kehebohan itu Acara pun berjalan lancar sampai berakhir jam 9 malam. Akupun mempersiapkan diri untuk segera kembali ke hotel. Tiba tiba Bu Sabrina yang sedang berbicara dengan sang artist memanggilku dan memperkenalkanku dengannya. Bu Sabrina kemudian mengajakku untuk bergabung mereka nongkrong di cafe di hotel tempat mereka menginap. Hotel ku memang berbeda tempat, secara bukan kelas artis he..he. Aku tidak enak menolak permintaan mereka, jadilah aku ikut ke hotel mereka. Dalam perjalanan aku sempat mengirimkan pesan WA ke Indah mengenai hal ini. Indah menjawab nggak apa apa kalaupun aku terlewat sholat Tahajud lagi karena hal tersebut. Tetap saja aku merasa tidak enak
  • 70. 60 Benar saja, setelah mengobrol kesana kemari sambil menikmati hidangan dan suasana cafe yang memang nyaman tersebut, sekitar jam 12 malam kami baru membubarkan diri. Dengan diantar mobil yang khusus disewa untuk keperluan transportasi sang artis selama di Meda tersebutn, sekitar jam 00.30 aku sampai di kamar hotel. Setelah melaksanakan sholat Isya aku pun segera tertidur -------- Dan hal yang kukhawatirkan pun terjadi lagi. Aku terbangun kala jam hampir menunjukkan jam 5 pagi. Aku segera melaksanakan sholat subuh dan menelepon Indah. Indah kembali menenangkanku tentang sholat tahajud. Indah juga mendoakan agar acara nanti malam berlangsung lancar dan sukses Hari itu memang hari yang amat sibuk. Semenjak pagi aku sudah harus memantau persiapan pembangunan venue dan peralatan pendukungnya seperti peralatan musik dan soundsystem nya. Juga memastikan keamanan panggung serta jalur untuk artisnya. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah pemasangan media promosi termasuk spanduk, umbul umbul dll. Pulang ke hotel pun hanya sebentar untuk mandi sore, setelah itu kembali lagi ke venue. Dan waktu event pun tiba. Tepat jam 19.30 pertunjukkan dimulai. Penampilan musik dan diselingi obrolan sang artis dengan audiens itu, berlangsung lancar
  • 71. 61 sampai dengan event ditutup sekitar jam 22.00. Acara bubar bukan berarti panitia ikut bubar. Kami justru merayakan keberhasilan ini dengan mengobrol sekaligus evaluasi event yang sudah terlaksana dengan sukses itu. Hal ini berlangsung sampai menjelang jam 12 malam, saat aku kembali ke hotel. Dan aku sudah mengira bahwa akan lagi terjadi hal seperti 2 hari ini Ah, ternyata bersikap Istiqomah dalam menjalankan ibadah pada setiap waktu bukan hal yang mudah ...
  • 73. 63 Ujian Tak terasa sudah 2 tahun lebih usia pernikahan kami berjalan. Alhamdulillah kami menjalaninya dengan rasa bahagia. Bahkan kerabat dan rekan kami banyak yang menjuluki kami pasangan yang serasi dan harmonis. Itu kata mereka lho.. Nggak tahu saja mereka kami juga kadang ada konflik konflik. Alhamdulillah semua konflik kecil saja, wajarlah namanya menyatukan dua hati yang berbeda. Pasti perlu proses penyesuaian lah, 2 tahun pun belum cukup. Tapi setidaknya, kami menjalaninya dengan niat untuk membantu satu sama lain untuk meningkatkan diri, sehingga kalaupun konflik terjadi, kami dapat menyelesaikan sebelum masalahnya menjadi besar
  • 74. 64 Alhamdulillah pekerjaan di kantor jugalancar. Kalau masalah tugas ke luar kota ya memang sudah job descriptionnya ya dijalani saja. Indah pun sudah terbiasa dengan pola kerjaku seperti itu. Toh Indah juga sudah ada kesibukan juga, jadi kalau lagi kangen aku juga bisa menyibukan diri dengan bisnis busana muslimnya Oh iya, Alhamdulillah Indah sekarang sudah memiliki butik kecil yang menjual berbagai merek busana muslim. Tempatnya di ruko dekat rumah, jadi lebih mudah mengawasinya. Indah juga sudah mempunyai 2 karyawan untuk mengurusi butiknya tersebut, dan 2 orang lagi yang mengurusi penjualan online nya dan pengelolaan stok di gudang. Jadi Indah lebih mengontrol saja pekerjaan mereka, selain mengurusi pengadaan stok dan pengembangan reseller, yang saat ini juga sudah tersebar ke luar kota juga. Dan Indah sudah mulai mempersiapkan mempunyai merek sendiri yang menurut rencananya akan diluncurkan di tahun depan Memang belum tahap punya pabrik konveksi sendiri. Itu rencana jangka panjang. Rencana jangka menengahnya ya akan merancang desain busana muslim sendiri, sedang pengerjaannya diserahkan ke pabrik konveksi yang dipilih Indah. Jadi saat ini Indah mulai lebih serius lagi mempelajari trend dunia fashion pada umumnya, dan busana muslim pada khususnya. Nantinya semua pengetahuan tersebut
  • 75. 65 akan dituangkannya ketika ia mulai merancang desain busana muslim Indah bisa desain fashion? Aku pun pada awalnya juga nggak menyangka sih, walau kalau dipikir pikir ya masih masuk akal juga. Secara mama nya adalah seorang arsitek, bakat merancang desain Indah menurun dari sana. Hal ini yang terlihat juga pada Mbak Fitri kakaknya Indah yang desainer interior itu Memang beda arah sih antara bangunan dan fashion, tapi setidaknya masih ada kesamaannyalah. Sama sama merancang desain, perlu rasa seni dan paham terhadap trend juga he..he. Saat ini pun coretan coretan desain karya Indah beberapa sebetulnya sudah ada. Tapi Indah masih beranggapan desain itu masih kurang bagus. Masih harus belajar lebih banyak lagi katanya. Jadilah saat ini Indah lebih banyak bekerja dengan laptopnya untuk memindahkan coretan coretan kasar desain busana muslim nya ke dalam bentuk digital sehingga lebih mudah untuk melakukan modifikasi pada desainnya, sekaligus menerapkannya pada corak kain yang akan dipergunakan. Terlihat sekali Indah sangat serius mempersiapkan rencana memiliki merek sendiri tersebut Tapi segala kesibukan itu tidaklah membuat Indah melewatkan agenda rutin kami setiap selesai makan malam, ngobrol berdua denganku di kamar. Seperti biasa, topik yang
  • 76. 66 di obrolkan bisa apa saja, tergantung kami ingin bicarakan apa saja. Seperti pada saat kami ingin membicarakan mengenai rencana pengembangan usaha busana muslim Indah tersebut “Mas Adi, kira kira nanti produk busana muslim karya Indah diberi merek apa ya? Kan Mas Adi orang marketing, bisa lebih tahu merek yang bagus” tanya Indah setelah beberapa saat tangannya sibuk membuat sketsa desain pada sehelai kertas. “Hhhmmmhhh apa ya” kataku tergagap karena tidak menyangka akan menerima pertanyaan seperti itu “Iiihhhh Mas Adi bagaimana sih. Ditanya kok malah tanya” katanya gemas sambil mencubit lenganku dengan lembut yang aku sambut dengan tawa kecil. “Hmmmh mungkin 'Indah Collection' bagus kali ya” jawabku sekenanya. “Biasa banget itu Mas, kurang kuat mereknya” protes Indah cepat “Ya udah gabungan nama kita aja, 'Indah Adi Collection', artinya 'keindahan yang luar biasa’. Bagus tuh, artinya menunjukkan bahwa busana muslim rancangan Indah desain dan corak lainnya sangat Indah sekali” kataku kali ini agak serius. “Tapi jangan dibalik ya, 'Adi Indah',” lanjutku cepat “Kenapa Mas?” tanya Indah heran. “Karenaa ... setahu Mas Adi, merek yang diakhiri kata 'Indah', biasanya merek
  • 77. 67 perusahaan bis antar kota ha...ha...ha” kataku sambil tertawa lebar yang langsung disambut dengan cubitan Indah di lenganku, kal ini agak keras,”Iiihhh Mas Adi nakal, nggak bisa diajak ngomong serius” katanya gemas “Adduhh ... ampun Indah, kok keras sekali cubitannya” kataku sambil tetap tertawa. “Salahnya, Mas Adi nggak bisa serius” rajuknya. “Iya Indah, maaf. kali ini Mas Adi serius deh” kataku. “Yang Mas Adi terfikir ya baru 'Indah Adi Collection' tadi, paling tidak arti katanya sendiri bagus, sesuai dengan konsep produk yang akan Indah buat,” kataku, kali ini dengan nada serius “Tapi kan ini merek busana muslim Mas Adi, harus mempunyai nuansa Islami. Kalau merek yang Mas Adi usulkan tadi mungkin tepat untuk busana batik sepertinya” kata Indah mencoba berargumen. “Hmmmh bener juga ya. Ya udah diterjemahkan ke bahasa Arab saja agar lebih bernuansa Islami. Yang penting maknanya sama” kataku sambil mengambil telepon genggamku ku untuk membuka aplikasi translator bahasa “Sebentarrrr .... Mas Adi cari dulu terjemahan ke bahasa Arab dari kata 'Indah Adi' ... Ya ini ...’Jamila Jidaan' ... Hmmh kenapa malah seperti nama bintang sepak bola ya” kataku sambil mengerutkan kening teringat Zinedine Zidane bintang sepak bola asal Perancis itu. “Ihhhhh Mas Adi” balas Indah dengan nada merajuk. Aku tertawa kecil melihatnya
  • 78. 68 “Ini 'Jamila' juga bagus artinya indah. Bisa juga ditulis ‘Jameela’. Biarin saja mirip nama artis, malah bisa dikira ada hubungannya he..he” kataku sambil menahan tawa takut Indah merajuk lagi. “Hmmh iya bagus sih Mas Adi, tapi sepertinya kalau hanya 1 kata seperti itu rasanya ada yang aneh ya”. “Ya tinggal cari satu kata lagi aja mau 'jameela” yang seperti apa kan” kataku “Apa ya Mas Adi” kata Indah sambil berusaha berfikir keras. “Hmm apa ya ... mungkin bisa ditambahkan kata 'ibadah', kan menggunakan busana muslim itu bagian dari ibadah menaati perintah Allah. Nah dengan busana muslim karya Indah ini, pembeli dapat beribadah tapi juga dengan keindahan. Coba Mas Adi lihat dulu bagaimana merangkaikan katanya dalam bahasa Arab” kataku sambil kembali mengambil telepon genggamku ku “Eibadat Jameela” potong Indah. Eh iya, Indah kan lulusan pesantren, pasti bahasa Arab nya lumayan bagus lah he..he. “Iya bener sama seperti di translator. Bagus itu jadi merek busana muslim” kataku. “Hmmmhh iya sih” balas Indah walau ada sedikit ragu dalam nada suaranya. “ Sudah nggak usah terlalu dipikir sekarang. Toh juga dipakainya juga masih 1 tahun lagi. Ditampung aja dulu” hiburku melihat Indah yang masih terlihat bingung itu. “Iya juga sih Mas Adi” kata Indah sambil tertawa lega. Aku pun ikut tertawa melihatnya
  • 79. 69 ------------- Lha soal momongan bagaimana? Tadi ada yang tanya begitu. Bener juga tadi aku belum cerita ya he..he. Sampai tahun ke 2 usia pernikahan kami ini, belum terlihat adanya tanda tanda kedatangan sang buah hati. Kalau aku sih terus terang tidak terlalu memikirkan nya. Secara kami juga belum terlalu lama menikah menurutku wajar sajalah. Toh kalau sudah saatnya takdir kami mendapatkan momongan, Insyaallah sang buah hati akan hadir juga Indah pun pada awalnya juga memiliki pendapat yang sama. Tapi memasuki tahun ke 2, Indah sudah mulai gelisah. Awalnya dia hanya memendam sendiri rasa kegelisahannya tersebut, sampai pada suatu malam pada saat kami sedang mengobrol berdua, Indah sudah tidak bisa lagi memendam rasa hati itu sendirian “Mas Adi, hmmmh Indah mau ngomong serius ini ya” katanya tiba tiba. Aku terheran mendengarnya. Kupandang wajahnya sambil berkata,”Bukannya kita sudah bicara serius tapi santai dari tadi?”. “Maksud Indah ini benar benar serius Mas Adi” katanya lagi. “Ya udah, Indah cerita saja. Mas Adi dengarkan” kataku “Hmmhh ... Mas Adi bener bener pengen punya dedek nggak?” tanyanya pelan. “Ya Allah, ya pengen banget lah Mas Adi dikaruniai anak dari rahim Indah. Memangnya kenapa Indah bertanya begitu?” jawabku kaget mendengar
  • 80. 70 pertanyaannya itu. “Hmmmh .. maaf ya Mas Adi, bukan maksud Indah mau menyinggung Mas Adi” balas Indah cepat melihat reaksiku barusan. “Mas Adi nggak tersinggung kok, Mas Adi cuma heran kenapa Indah tiba tiba bertanya seperti itu?” kataku menegaskan. “Maaf ya Mas, Indah hanya ingin tahu sepertinya Mas Adi nggak terlihat gelisah ya dedek belum hadir di antara kita?” katanya pelan sambil menundukkan wajahnya. Oo.. sekarang aku faham maksud pertanyaannya. Ini hanya sekedar perwujudan rasa gelisah dalam hatinya saja. Dengan lembut aku pegang dagunya dengan telapak tangan kananku dan perlahan kuangkat wajahnya hingga ia bisa menatap wajahku. “Indah, Mas Adi bukannya tidak pernah memikirkan hal ini. Mas Adi sama dengan Indah, sangat mengharapkan kehadiran sang buah hati segera. Hanya Mas Adi yakin semua itu sudah diatur oleh takdir Allah, kapan dedek akan hadir. Jadi Mas Adi berusaha untuk tidak merasa gelisah. Mas Adi hanya selalu berdoa untuk hal ini. Itulah mengapa mungkin Indah menangkap kesan Mas Adi tidak pernah memikirkannya” kataku berusaha memberikan pemahaman kepada Indah “Indah pun demikian Mas Adi. Indah juga sangat yakin kelahiran itu bagian dari takdir Allah. Indah juga tidak putus berdoa kepada Allah agar segera diberikan adek bayi. Tapi kita sebagai umat Nya kan juga diwajibkan untuk selalu
  • 81. 71 berikhtiar dan berusaha Mas. Apalagi kita sudah 2 tahun lebih menikah Mas Adi” balas Indah dengan tarikan nafas panjang diakhir perkataannya tersebut. Tampak ada hal berat yang mengganjal dipikirannya “Lho, bukannya selama ini kita juga sudah berusaha?” kataku dengan tatapan wajah menggoda. “Iihhhh Mas Adi, bukan hanya usaha itu yang Indah maksud” kata Indah dengan wajah tersipu sipu malu. “Maksud Indah, kita juga ikhtiar dan berusaha mencari tahu ke ahlinya, ke dokter kandungan Mas” jelas Indah “Memangnya apa saja yang diperiksa” kataku ingin tahu. Jujur aku tidak pernah terpikirkan hal ini. “Yang banyak Mas Adi. Intinya ya diperiksa apakah suami dan istri ada masalah apa tidak. Kalau ada masalah ya di cari tahu masalahnya di mana terus dicari solusinya” jelas Indah. “Oooo .. ya kalau menurut Indah ini adalah ikhtiar yang perlu dilakukan, Mas Adi ikut saja. Memangnya rencananya kapan periksanya?” tanyaku. Kulihat wajah Indah berbinar binar mendengar jawabanku tadi. “Benar Mas? Insyaallah Indah cari informasinya dulu ya Mas Adi” jawabnya dengan nada riang Dan sesuai dengan jadwal periksa yang sudah didapatkan Indah kami pun berkonsultasi dan menjalani pemeriksaan di dokter kandungan yang direkomendasikan oleh Mbak Fitri. Alhamdulillah setelah melalui proses
  • 82. 72 pemeriksaan, pada kami berdua tidak ditemukan adanya tanda tanda masalah. Semua normal. Ketika Indah menanyakan ke dokter kandungan mengapa ia belum hamil juga setelah 2 tahun menikah, bu dokter itu menjawabnya ada beberapa faktor baik yang bersifat fisik seperti terlalu lelah atau yang bersifat psikis seperti beban fikiran atau stress. Dalam hatiku, aku menjawab karena memang belum takdir nya saja. Tapi aku nggak berani mengutarakannya ke Indah he..he Setelah pemeriksaan itu, Indah terlihat sudah tenang dan tidak gelisah lagi soal momongan. Paling paling dia jadi agak cerewet saja minta aku tidak sering lembur dan banyak pikiran. Lha, bagaimana kerja kalau tidak banyak pikiran. Ada ada saja Indah he..he Dan semuapun kembali normal. Indah pun kembali sibuk dengan bisnis nya tanpa ada perasaan yang membebani lagi. Bahkan Indah semakin sibuk saja karena permintaan yang semakin meningkat, baik dari penjualan online ataupun reseller. Dan langkah untuk mempunyai merek sendiri pun tampaknya semakin dekat. Hitung hitungan Indah menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh sudah dapat menutupi budget yang diperlukan untuk investasi stok dengan merek sendiri. Beberapa desain pun ada yang menurut Indah sendiri sudah bagus dan layak untuk diproduksi. Indah pun mulai mempertimbangkan
  • 83. 73 mempercepat rencana untuk memproduksi busana muslim mereknya sendiri. Aku pun juga kembali pada kesibukan di kantor. Tugas luar kota pun tetap berjalan terutama saat ada event nasional yang harus ditangani. Sampai pada suatu pagi ketika aku sedang sibuk mengerjakan proposal kegiatan, kudengar telepon genggamku berbunyi dengan suara dering ringtone yang khas, ya panggilan dari Indah. Aku lihat jam tanganku, waktu menunjukkan hampir jam 10. Tumben jam segini Indah sudah telepon, kataku dalam hati “Assalamualaikum sayang, apa kabar dirimu hari ini” kataku seperti biasa aku menyapa jika Indah meneleponku. “Wallaikumsallam Mas Adi .... Alhamdulillah Mas Adi ....” kudengar suara Indah dibalik telepon seperti sedang menahan emosi haru yang sangat dalam. “Ada apa Indah?” tanyaku dengan rasa khawatir karena tidak biasanya Indah menelepon dalam kondisi seperti itu. “Alhamdulillah Mas Adi, Indah hamil” Aku tersentak kaget mendengar jawaban Indah. Kaget campur bahagia sih. “Alhamdulillah. Indah tahu dari mana?” tanyaku. Pertanyaan bodoh sih, ya pasti cek sendiri dengan test pack lah. Dimaklumi, sedang surprised he..he. “Indah baru saja periksa dengan test pack Mas. Insyaallah akurat” jawabnya kemudian melanjutkan “Indah sebenarnya mau kasih surprised ke Mas Adi pas pulang kantor. Tapi Indah
  • 84. 74 sudah tidak sabar memberitahunya Mas” jelas Indah. Kudengar suara Indah sangat gembira sekali. “Nanti sore anterin Indah ke dokter kandungan untuk lebih memastikan ya Mas Adi” pinta Indah manja. “Insyaallah nanti sore Mas Adi ijin ke Pak Daniel pulang jam 4 ya buat ngejar jam praktek dokternya. Mulai jam 5 kan?” tanyaku. “Alhamdulillah. Iya Mas Adi. Ditunggu ya. Assalamualaikum” tutup Indah tetap dengan nada manjanya. “Wallaikumsallam Indah” balasku. Konsentrasiku hari itupun langsung buyar .. ingin segera sore hari saja Sorenya, tepat jam 5.30 sore kami sudah sampai di praktek dokter kandungan. Kebetulan lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah. Dari hasil pemeriksaan dipastikan memang Indah sedang hamil. Alhamdulillah. Walaupun sebelumnya sudah dapat memperkirakannya, tetap saja Indah bahagianya sekali mendengarnya langsung dari bu dokter. Selama perjalanan pulang pun Indah sangat ceria. Indah banyak bercerita bagaimana menjaga kandungan, asupan makanan yang diperlukan, dan hal hal lain terkait dengan kehamilan. Termasuk menasihatiku bagaimana menjadi bapak siaga. Aku dengarkan saja ceritanya dengan antusias. Rupanya kamu memang sangat mengharapkan hal ini segera terjadi ya Indah. Maafkan Mas Adi yang terkesan kurang mendukungmu untuk hal ini ya, kataku dalam hati Sesampai di rumah, setelah selesai makan malam bersama papa mama Indah, tidak seperti biasanya dimana
  • 85. 75 kami biasanya mengobrol dahulu berempat, kali itu Indah langsung pamit ke papa mama nya dan mengajakku ke kamar untuk mengobrol lebih lama. “Alhamdulillah ya Mas Adi, Allah kabulkan doa kita” kata Indah membuka pembicaraan sambil seperti biasanya merebahkan kepalanya dibahuku. Kali ini sambil mengelus ngelus perutnya. Aku tersenyum saja melihatnya. “Kan Mas Adi pernah bilang, kalau takdir Allah sudah sampai pasti akan terjadi. Alhamdulillah saat ini terjadinya” kataku. “Iya iya Mas Adi” balas Indah manja “Besok Indah mau belanja keperluan asupan gizi buat dedek. Kebetulan Indah kan sudah banyak dapat informasi dari Mbak Fitri, juga banyak baca buku mengenai menjaga kehamilan” lanjutnya lagi. “Perlu Mas Adi antar nggak?” tanyaku. “Nggak usah Mas, aku sama mama saja. Di supermarket dekat sini aja kok” jawab Indah. “Kalau baju hamil sih gampang, tinggal beli aja dari stok sendiri digudang he..he” katanya lagi sambil tertawa renyah. “Tapi jangan lupa Indah, selain asupan gizi makanan, dedek juga diberikan asupan gizi rohani ya” kataku. Kali ini sambil telapak tanganku memegang telapak tangan Indah yang sedang mengelus ngelus perutnya. “Insyaallah Mas Adi. Indah akan bacakan ayat ayat Al Qur'an di setiap kesempatan. Termasuk saat Indah sedang menghafal Al Qur'an untuk mengejar khatam hafal Al Qur'an 30 juz” jawab Indah. “Alhamdulillah, semoga dedek kalau sudah besar juga