SlideShare a Scribd company logo
1 of 1
Download to read offline
MENYELAMATKAN LINGKUNGAN DENGAN NATA DECACAO

Perkebunan kakao bisa menambah pendapatan dengan menyelenggarakan agrowisata, seperti
perkebunan teh yang menawarkan acara Tea Walk bagi masyarakat di luar perkebunan. Sudah sejak
lama, perkebunan teh yang menyelenggarakan agrowisata semacam itu meraih sukses besar. Udara
segar di kebun teh membuat para wisatawan benar-benar betah menikmati selingan hidup di
lingkungan hijau yang segar, setelah berhari- hari super sibuk di tempat kerja yang membosankan,
dengan segala kesemrawutan lalu lintas kota sumpek.
Apakah perkebunan kakao bisa menyelenggarakan agrowisata seperti itu, yang letaknya juga di
lereng-lereng gunung seperti kebun-kebun teh? Bisa, kalau dibenahi dulu!
Di Jawa ada sejumlah perkebunan kakao yang potensial menawarkan lingkungan kebunnya
sebagai objek agrowisata. Misalnya, perkebunan Jatironggo, Getas, dan Kedondong di Jawa
Tengah, dan perkebunan Pasirmuncang dan Siluwok-Sawangan di Jawa Barat.

Mengapa perlu dibenahi?
Soolnya, sering tercium bau kurang sedap di perkebunan itu. Bau berasal dari lendir biji kakao yang
sedang di fermentasikan. Lendir yang dihasilkan oleh biji kakao sebanyak satu ton bisa mencapai
101 dalam semalam dan baunya tidak ketolongan. Sialnya, oleh perkebunan yang tidak peduli
lingkungan, cairan ini dibiarkan begitu saja. Kalaupun ada yang membuangnya, cuma dibuang ke
selokan yang menuju ke saluran pembuangan dalam perkebunan itu juga.
Sejumlah peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi Perkebunan, beberapa waktu yang lalu berhasil
mencarikan jalan keluar. Cairan yang keluar dari peti fermentasi biji kakao itu ditampung dengan
lembaran plastik yang dibentangkan dan dibentuk menjadi semacam kolam di kolong deretan peti
fermentasi. Cairan yang tertampung bukannya dibuang ke selokan yang menuju ke saluran
pembuangan dalam perkebunan (kalau begitu caranya, pencemaran lingkungan cuma dipindah
tempat saja), tetapi diolah menjadi nata.

Mencontoh perlakuan serupa terhadap air kelapa dan limbah tahu yang diolah menjadi nata de
coco dan nata de tahu, maka nata de cacao hasil limbah perkebunan kakao bisa dicoba.
Cairan itu disaring dulu dengan kain bersih, lalu air saringannya diencerkan dengan air bersih,
sehingga warna yang semula kuning kecoklatan menjadi putih bersih. Air ini direbus sampai
mendidih dan dibiarkan selama lima menit.
Diperlukan gula 50 gil agar bakteri pembentuk nata bisa tumbuh. Lalu perlu ditambahkan urea 1.5
gil dan kaliumdihidrogenfosfat dan magnesiumsulfat. masing-masing 1 gil.
Setelah didinginkan, ke dalamnya dimasukkan cairan bibit bakteri Acetobacter xylinum seperti yang
dipakai untuk membuat nata de coco itu, sebanyak 150 cell air saringan lendir kakao. Sesudah 14
hari, hasilnya berupa nata bisa dipanen.

Dengan ini ada tiga hasil yang diperoleh. Lingkungan perkebunan bebas bau dan segar kembali,
nata de cacao bisa dijual sebagai penghasilan tambahan (dijual lewat toko koperasi dan pengusaha
kecil), dan lingkungan bisa dijual sebagai objek agro wisata (lewat biro-biro wisata) di kota-kota
nasional dan internasional. (Khairul Amri)

Sumber: Intisari Agustus 1998 – Halaman Hijau – hal.126-127.

More Related Content

Similar to Menyelamatkan lingkungan dengan nata decacao

pembuatan nata de coco dari awal sa.pptx
pembuatan nata de coco dari awal sa.pptxpembuatan nata de coco dari awal sa.pptx
pembuatan nata de coco dari awal sa.pptxTheReaper87
 
Eco Industrial dalam Industri Kelapa
Eco Industrial dalam Industri KelapaEco Industrial dalam Industri Kelapa
Eco Industrial dalam Industri KelapaAgung Firdausi Ahsan
 
Budidaya kakao dan perhitungan analisa usaha
Budidaya kakao dan perhitungan analisa usahaBudidaya kakao dan perhitungan analisa usaha
Budidaya kakao dan perhitungan analisa usahaWarta Wirausaha
 
Teknologi Fermentasi Cuka Aren (Annisa dan Arni)
Teknologi Fermentasi Cuka Aren (Annisa dan Arni)Teknologi Fermentasi Cuka Aren (Annisa dan Arni)
Teknologi Fermentasi Cuka Aren (Annisa dan Arni)fathriska
 
Teknologi Fermentasi Nata de coco
Teknologi Fermentasi Nata de cocoTeknologi Fermentasi Nata de coco
Teknologi Fermentasi Nata de cocoNuruliswati
 
Proses pembuatan nata de coco
Proses pembuatan nata de cocoProses pembuatan nata de coco
Proses pembuatan nata de cocoLutfia Nur Izzati
 
Teknologi Fermentasi Teh Kombucha
Teknologi Fermentasi Teh KombuchaTeknologi Fermentasi Teh Kombucha
Teknologi Fermentasi Teh Kombuchafathriska
 
Mikroorganisme_yang_Berperan_dalam_Industri.docx
Mikroorganisme_yang_Berperan_dalam_Industri.docxMikroorganisme_yang_Berperan_dalam_Industri.docx
Mikroorganisme_yang_Berperan_dalam_Industri.docxAgathaHaselvin
 
Teknologi Fermentasi pada Natadecoco
Teknologi Fermentasi pada NatadecocoTeknologi Fermentasi pada Natadecoco
Teknologi Fermentasi pada NatadecocoNuruliswati
 
Manajemen Pemeliharaan Tanaman Kakao Melalui Pemangkasan Pemupukan Panen Seri...
Manajemen Pemeliharaan Tanaman Kakao Melalui Pemangkasan Pemupukan Panen Seri...Manajemen Pemeliharaan Tanaman Kakao Melalui Pemangkasan Pemupukan Panen Seri...
Manajemen Pemeliharaan Tanaman Kakao Melalui Pemangkasan Pemupukan Panen Seri...Yos F. da-Lopes
 

Similar to Menyelamatkan lingkungan dengan nata decacao (15)

Nata de legen
Nata de legenNata de legen
Nata de legen
 
NATA_DE_COCO.pptx
NATA_DE_COCO.pptxNATA_DE_COCO.pptx
NATA_DE_COCO.pptx
 
pembuatan nata de coco dari awal sa.pptx
pembuatan nata de coco dari awal sa.pptxpembuatan nata de coco dari awal sa.pptx
pembuatan nata de coco dari awal sa.pptx
 
Eco Industrial dalam Industri Kelapa
Eco Industrial dalam Industri KelapaEco Industrial dalam Industri Kelapa
Eco Industrial dalam Industri Kelapa
 
Budidaya kakao dan perhitungan analisa usaha
Budidaya kakao dan perhitungan analisa usahaBudidaya kakao dan perhitungan analisa usaha
Budidaya kakao dan perhitungan analisa usaha
 
Teknologi Fermentasi Cuka Aren (Annisa dan Arni)
Teknologi Fermentasi Cuka Aren (Annisa dan Arni)Teknologi Fermentasi Cuka Aren (Annisa dan Arni)
Teknologi Fermentasi Cuka Aren (Annisa dan Arni)
 
Teknologi Fermentasi Nata de coco
Teknologi Fermentasi Nata de cocoTeknologi Fermentasi Nata de coco
Teknologi Fermentasi Nata de coco
 
Makalahe toga
Makalahe togaMakalahe toga
Makalahe toga
 
Proses pembuatan nata de coco
Proses pembuatan nata de cocoProses pembuatan nata de coco
Proses pembuatan nata de coco
 
PPT PRODUK BIOETANOL KETAN HITAM_KELOMPOK 9_5J.pptx
PPT PRODUK BIOETANOL KETAN HITAM_KELOMPOK 9_5J.pptxPPT PRODUK BIOETANOL KETAN HITAM_KELOMPOK 9_5J.pptx
PPT PRODUK BIOETANOL KETAN HITAM_KELOMPOK 9_5J.pptx
 
Membuat vco
Membuat vco Membuat vco
Membuat vco
 
Teknologi Fermentasi Teh Kombucha
Teknologi Fermentasi Teh KombuchaTeknologi Fermentasi Teh Kombucha
Teknologi Fermentasi Teh Kombucha
 
Mikroorganisme_yang_Berperan_dalam_Industri.docx
Mikroorganisme_yang_Berperan_dalam_Industri.docxMikroorganisme_yang_Berperan_dalam_Industri.docx
Mikroorganisme_yang_Berperan_dalam_Industri.docx
 
Teknologi Fermentasi pada Natadecoco
Teknologi Fermentasi pada NatadecocoTeknologi Fermentasi pada Natadecoco
Teknologi Fermentasi pada Natadecoco
 
Manajemen Pemeliharaan Tanaman Kakao Melalui Pemangkasan Pemupukan Panen Seri...
Manajemen Pemeliharaan Tanaman Kakao Melalui Pemangkasan Pemupukan Panen Seri...Manajemen Pemeliharaan Tanaman Kakao Melalui Pemangkasan Pemupukan Panen Seri...
Manajemen Pemeliharaan Tanaman Kakao Melalui Pemangkasan Pemupukan Panen Seri...
 

Menyelamatkan lingkungan dengan nata decacao

  • 1. MENYELAMATKAN LINGKUNGAN DENGAN NATA DECACAO Perkebunan kakao bisa menambah pendapatan dengan menyelenggarakan agrowisata, seperti perkebunan teh yang menawarkan acara Tea Walk bagi masyarakat di luar perkebunan. Sudah sejak lama, perkebunan teh yang menyelenggarakan agrowisata semacam itu meraih sukses besar. Udara segar di kebun teh membuat para wisatawan benar-benar betah menikmati selingan hidup di lingkungan hijau yang segar, setelah berhari- hari super sibuk di tempat kerja yang membosankan, dengan segala kesemrawutan lalu lintas kota sumpek. Apakah perkebunan kakao bisa menyelenggarakan agrowisata seperti itu, yang letaknya juga di lereng-lereng gunung seperti kebun-kebun teh? Bisa, kalau dibenahi dulu! Di Jawa ada sejumlah perkebunan kakao yang potensial menawarkan lingkungan kebunnya sebagai objek agrowisata. Misalnya, perkebunan Jatironggo, Getas, dan Kedondong di Jawa Tengah, dan perkebunan Pasirmuncang dan Siluwok-Sawangan di Jawa Barat. Mengapa perlu dibenahi? Soolnya, sering tercium bau kurang sedap di perkebunan itu. Bau berasal dari lendir biji kakao yang sedang di fermentasikan. Lendir yang dihasilkan oleh biji kakao sebanyak satu ton bisa mencapai 101 dalam semalam dan baunya tidak ketolongan. Sialnya, oleh perkebunan yang tidak peduli lingkungan, cairan ini dibiarkan begitu saja. Kalaupun ada yang membuangnya, cuma dibuang ke selokan yang menuju ke saluran pembuangan dalam perkebunan itu juga. Sejumlah peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi Perkebunan, beberapa waktu yang lalu berhasil mencarikan jalan keluar. Cairan yang keluar dari peti fermentasi biji kakao itu ditampung dengan lembaran plastik yang dibentangkan dan dibentuk menjadi semacam kolam di kolong deretan peti fermentasi. Cairan yang tertampung bukannya dibuang ke selokan yang menuju ke saluran pembuangan dalam perkebunan (kalau begitu caranya, pencemaran lingkungan cuma dipindah tempat saja), tetapi diolah menjadi nata. Mencontoh perlakuan serupa terhadap air kelapa dan limbah tahu yang diolah menjadi nata de coco dan nata de tahu, maka nata de cacao hasil limbah perkebunan kakao bisa dicoba. Cairan itu disaring dulu dengan kain bersih, lalu air saringannya diencerkan dengan air bersih, sehingga warna yang semula kuning kecoklatan menjadi putih bersih. Air ini direbus sampai mendidih dan dibiarkan selama lima menit. Diperlukan gula 50 gil agar bakteri pembentuk nata bisa tumbuh. Lalu perlu ditambahkan urea 1.5 gil dan kaliumdihidrogenfosfat dan magnesiumsulfat. masing-masing 1 gil. Setelah didinginkan, ke dalamnya dimasukkan cairan bibit bakteri Acetobacter xylinum seperti yang dipakai untuk membuat nata de coco itu, sebanyak 150 cell air saringan lendir kakao. Sesudah 14 hari, hasilnya berupa nata bisa dipanen. Dengan ini ada tiga hasil yang diperoleh. Lingkungan perkebunan bebas bau dan segar kembali, nata de cacao bisa dijual sebagai penghasilan tambahan (dijual lewat toko koperasi dan pengusaha kecil), dan lingkungan bisa dijual sebagai objek agro wisata (lewat biro-biro wisata) di kota-kota nasional dan internasional. (Khairul Amri) Sumber: Intisari Agustus 1998 – Halaman Hijau – hal.126-127.