Manajemen perubahan (change management) adalah pendekatan sistematis untuk mengelola perubahan dalam suatu organisasi. Ini melibatkan merencanakan, melaksanakan, dan memantau perubahan organisasi untuk memastikan bahwa perubahan tersebut dilakukan secara efektif dan terkendali.
Proses manajemen perubahan biasanya melibatkan empat tahap utama: analisis perubahan, perencanaan perubahan, implementasi perubahan, dan evaluasi perubahan. Tahap analisis melibatkan identifikasi masalah atau peluang yang memicu perubahan, serta evaluasi dampak perubahan pada organisasi, proses bisnis, dan karyawan. Tahap perencanaan melibatkan merancang dan mengembangkan rencana perubahan, termasuk identifikasi sumber daya yang diperlukan dan komunikasi rencana kepada stakeholder. Tahap implementasi melibatkan pelaksanaan rencana perubahan, termasuk pemantauan dan penanganan masalah yang muncul selama proses perubahan. Tahap evaluasi melibatkan pengukuran efektivitas perubahan dan identifikasi peluang untuk meningkatkan proses manajemen perubahan di masa depan. Manajemen perubahan sangat penting dalam konteks bisnis modern, di mana perubahan teknologi, persaingan, dan kebutuhan pelanggan yang berubah-ubah membutuhkan respons yang cepat dan terkendali dari organisasi. Oleh karena itu, pemahaman dan penerapan manajemen perubahan yang efektif menjadi semakin penting bagi organisasi untuk tetap bersaing dan bertahan di pasar.
Selain itu, manajemen perubahan juga dapat membantu organisasi untuk mengurangi ketidakpastian dan kecemasan yang muncul selama proses perubahan, serta memastikan bahwa karyawan dan stakeholder lainnya terlibat secara aktif dan mendukung perubahan tersebut.
Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam manajemen perubahan antara lain:
Komunikasi yang efektif: Penting untuk memastikan bahwa semua stakeholder terlibat dalam proses perubahan dan memiliki pemahaman yang jelas tentang rencana dan tujuan perubahan.
Pemimpin yang efektif: Penting bagi pemimpin organisasi untuk memimpin perubahan dengan keyakinan dan memotivasi karyawan untuk mendukung perubahan.
Pelatihan dan pengembangan: Karyawan harus diberikan pelatihan dan pengembangan yang diperlukan agar dapat mengatasi tantangan baru yang muncul selama perubahan.
Melibatkan karyawan: Penting untuk melibatkan karyawan dalam perencanaan dan pelaksanaan perubahan, sehingga mereka merasa memiliki dan mendukung perubahan tersebut.
Memonitor dan mengevaluasi: Penting untuk memonitor dan mengevaluasi perubahan secara teratur untuk memastikan bahwa perubahan tersebut efektif dan membawa dampak positif bagi organisasi.
Dengan penerapan strategi-strategi ini, manajemen perubahan dapat membantu organisasi untuk mengatasi tantangan dan mencapai tujuan bisnis yang diinginkan.
1. M A N A J E M E N
PERUBAHAN
A N I K A W AT I
C 2 B 0 2 1 0 3 3
2. TOPIK BAHASAN
A paradigm shift in attitudes towards marginalized
groups
(Perubahan paradigma sikap terhadap kelompok yang
terpinggirkan)
3. LATAR BELAKANG
Dalam ruang lingkup kehidupan berorganisasi ada kala masa kita memiliki pemikiran
yang berbeda dengan beberapa pihak petinggi organisasi, merujuk dengan hal itu maka
diperlukannya perlakuan terhadap perbedaan pola pikir tersebut sebagai upaya
menormalkan keadaan salah satunya adalah berbicara secara personal terkait perbedaan.
Namun beberapa alternatif saat ini justru memediasi dengan cara yang cukup frontal
yaitu dengan langsung mengesampingkan kepentingan yang berbeda tersebut dan
akhirnya membuat “pola pikir” yang berbeda itu disingkirkan agar tidak memprovokasi
hal lain yang sudah berjalan seharusnya. Dari sinilah ide bahwa menggeneralisasikan
sikap baik belum tentu akan berakhir baik pula akhirnya, dengan rencana yang lebih
komunikatif dalam mengatasi suatu sikap harusnya dapat merubah perbedaan tindak
pada suatu kejadian.
4. CORE VALUE
1. Kelompok Organisasi
2. transactional Leader
3. Keterbukaan
4. Integritas
5. Transparansi
6. Diversitas
7. Resolusi konflik,
8. Budaya organisasi
9. Soliditas kelompok
5. VISI DAN MISI PERUBAHAN
Visi
Membangun Pemerintahan yang bebas KKN
Misi
Membangun pemerintahan yang bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme
dengan tindakan integritas tinggi, transparansi, dan akuntabilitas. Didukung sistem
hukum yang kuat dan partisipasi lingkungan yang aktif dalam proses pembuatan
kebijakan yang memastikan bahwa setiap individu, kelompok, dan organisasi
memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses layanan publik.
6. TEORITIS
Menurut model Taylor Cox dalam perbedaan di organisasi sebenarnya akan mencakup
keterbukaan, keingintahuan, interaksi timbal balik dan kualitas antara perwakilan dari
kelompok yang berbeda, kelas sosial, jenis kelamin atau ras, kemauan untuk berkomunikasi
dengan perwakilan dari budaya lain dan untuk belajar dari mereka. Dengan dikelolanya hal
yang dirasa berbeda maka ini akan menjadi batu loncatan bagi organisasi menjadi lebih jauh
lagi (T. Cox, 1991). Lebih lanjut oleh Cox dan Blake berpendapat bahwa kemampuan untuk
berinteraksi secara efektif dengan individu yang berbeda dari diri sendiri membangun
fleksibilitas kognitif, kemampuan untuk memikirkan berbagai hal secara berbeda dan
menyesuaikan perspektif seseorang. Ketika karyawan memiliki fleksibilitas kognitif,
fleksibilitas sistem berkembang di tingkat organisasi (T. H. Cox & Blake, 1994). Karyawan
belajar dari satu sama lain bagaimana mentolerir perbedaan pendapat dan ide, yang
memungkinkan komunikasi mengalir lebih bebas dan interaksi kelompok menjadi lebih
efektif (T. Cox, 1990).
7. ALAT ANALISIS
ADKAR Model
Adkar model adalah suatu model perubahan organisasi yang digunakan untuk
membantu individu dan organisasi dalam mengidentifikasi dan mengelola perubahan.
Adkar adalah singkatan dari lima tahap kunci dalam model tersebut: Awareness
(kesadaran), Desire (keinginan), Knowledge (pengetahuan), Ability (kemampuan), dan
Reinforcement (penguatan).
Adkar model banyak digunakan dalam manajemen perubahan, termasuk dalam
pengimplementasian teknologi baru, restrukturisasi organisasi, atau perubahan budaya.
Dalam model ini, organisasi dapat menggunakan pendekatan yang lebih terstruktur dan
terukur dalam mengelola perubahan, sehingga meminimalkan potensi ketidakpastian
dan kegagalan perubahan.
8. ANALISIS SWOT
Strengths:
• Berkaitan dengan toleransi terhadap perbedaan: Dalam kelompok yang toleran
terhadap perbedaan, individu dapat merasa lebih bebas untuk mengekspresikan
pendapat dan pilihan mereka tanpa takut diterima atau diterima.
• Dapat memperkuat rasa saling menghormati: Menghormati pilihan yang berbeda
dapat memperkuat rasa saling menghormati dan menghargai antar anggota
kelompok.
Weaknesses:
• Bisa menyebabkan konflik: Dalam kelompok yang memiliki pilihan yang berbeda,
konflik dapat terjadi karena perbedaan pendapat dan pilihan yang tidak seiring.
• Bisa mengakibatkan pengucilan: Dalam kelompok yang memiliki pilihan yang berbeda,
pengucilan dapat terjadi jika individu dengan pilihan yang berbeda diterima secara
buruk oleh anggota lain dalam kelompok.
9. ANALISIS SWOT
Opportunities:
• Peluang untuk mempelajari perspektif baru: Dalam kelompok yang memiliki pilihan
yang berbeda, anggota dapat mempelajari perspektif baru dan memperluas
pandangan mereka.
• Peluang untuk memperkuat rasa kebersamaan: Mengingat perbedaan dan menerima
pilihan yang berbeda dapat memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas dalam
kelompok.
Threats:
• Ancaman terhadap integritas kelompok: Dalam kelompok yang memiliki pilihan yang
berbeda, konflik dan pengucilan dapat mengancam integritas dan soliditas kelompok.
• Ancaman terhadap kualitas interaksi: Dalam kelompok yang memiliki pilihan yang
berbeda, konflik dan pengucilan dapat menurunkan kualitas interaksi dan komunikasi
10. ADKAR MODELS
Awareness: Perusahaan atau organisasi harus memastikan bahwa semua individu dalam organisasi
memahami pentingnya menghormati dan memperlakukan kelompok yang terpinggirkan dengan adil.
• Penyuluhan: Mengadakan sesi penyuluhan atau seminar tentang pentingnya penghargaan dan
penghormatan terhadap kelompok yang terpinggirkan dapat membantu meningkatkan kesadaran
individu atau kelompok akan pentingnya sikap positif terhadap kelompok tersebut.
• Komunikasi: Komunikasi yang efektif dan terbuka dapat membantu meningkatkan kesadaran individu
atau kelompok akan pentingnya penghargaan dan penghormatan terhadap kelompok yang
terpinggirkan. Misalnya, membuka diskusi terbuka tentang isu-isu sosial dan etnis yang
mempengaruhi kelompok yang terpinggirkan.
• Kampanye: Melakukan kampanye sosial atau iklan publik yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang isu-isu yang mempengaruhi kelompok yang terpinggirkan, seperti
diskriminasi atau pengucilan.
• Contoh: Memberikan contoh sikap yang baik terhadap kelompok yang terpinggirkan melalui tindakan
nyata dapat membantu meningkatkan kesadaran individu atau kelompok akan pentingnya sikap
positif terhadap kelompok tersebut.
• Edukasi: Memberikan edukasi yang memadai tentang isu-isu sosial dan etnis yang mempengaruhi
kelompok yang terpinggirkan dapat membantu meningkatkan kesadaran individu atau kelompok akan
pentingnya penghargaan dan penghormatan terhadap kelompok tersebut.
11. ADKAR MODELS
Desire: Perusahaan atau organisasi harus membangun dorongan dalam diri individu untuk berperilaku
sesuai dengan sikap terhadap kelompok yang terpinggirkan.
• Penyadaran: Menyadarkan individu atau kelompok akan pentingnya penghargaan dan penghormatan
terhadap kelompok yang terpinggirkan dapat membantu meningkatkan keinginan untuk berubah dan
menunjukkan sikap positif terhadap kelompok tersebut.
• Pembuktian manfaat: Memberikan informasi tentang manfaat dari sikap positif terhadap kelompok
yang terpinggirkan dapat membantu meningkatkan keinginan untuk berubah dan menunjukkan sikap
positif terhadap kelompok tersebut.
• Motivasi: Memberikan motivasi yang cukup dapat membantu meningkatkan keinginan individu atau
kelompok untuk berubah dan menunjukkan sikap positif terhadap kelompok yang terpinggirkan.
• Konsekuensi negatif: Memberikan informasi tentang konsekuensi negatif dari sikap negatif terhadap
kelompok yang terpinggirkan dapat membantu meningkatkan keinginan individu atau kelompok
untuk berubah dan menunjukkan sikap positif terhadap kelompok tersebut.
• Pemahaman: Membantu individu atau kelompok memahami pentingnya penghargaan dan
penghormatan terhadap kelompok yang terpinggirkan dan dampak negatif dari sikap negatif
terhadap kelompok tersebut dapat membantu meningkatkan keinginan untuk berubah dan
menunjukkan sikap positif terhadap kelompok tersebut.
12. ADKAR MODELS
Knowledge: Perusahaan atau organisasi harus menyediakan informasi dan pendidikan
yang membantu individu memahami bagaimana berinteraksi dengan kelompok yang
terpinggirkan secara positif.
• Pengetahuan tentang keberadaan kelompok yang terpinggirkan dan pengalaman
mereka dalam masyarakat.
• Pengetahuan tentang hak-hak dan kebutuhan kelompok yang terpinggirkan.
• Pengetahuan tentang cara berkomunikasi yang sensitif terhadap kelompok yang
terpinggirkan.
• Pengetahuan tentang peran individu dalam memperbaiki kondisi kelompok yang
terpinggirkan.
• Pengetahuan tentang cara mengurangi atau menghilangkan diskriminasi dan
mempromosikan inklusi dan kesetaraan di masyarakat.
13. ADKAR MODELS
Ability: Perusahaan atau organisasi harus memastikan bahwa individu memiliki keterampilan
dan sumber daya yang diperlukan untuk berinteraksi dengan kelompok yang terpinggirkan
secara positif.
• Seseorang harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan bahasa yang sensitif
dan tidak merendahkan kelompok tersebut, serta mendengarkan dengan baik untuk
memahami pengalaman dan perspektif mereka.
• Mengambil tindakan nyata untuk mengurangi atau menghilangkan diskriminasi Ini meliputi
kemampuan untuk mengambil tindakan nyata seperti memberikan dukungan atau
melakukan tindakan konkrit seperti mengampanyekan kesetaraan dan penghapusan
diskriminasi.
• Seseorang harus memiliki kemampuan untuk merasakan dan memahami pengalaman dan
emosi kelompok tersebut.
• Memiliki kemampuan untuk mempertahankan sikap dan tindakan baru terhadap kelompok
tersebut, dan tidak kembali ke sikap dan tindakan lama yang mungkin tidak memperbaiki
kondisi kelompok tersebut.
• Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi perilaku diskriminatif atau tidak inklusif yang
mungkin dilakukan oleh dirinya sendiri atau orang lain, dan kemudian mengambil tindakan
untuk mengubah perilaku tersebut.
14. ADKAR MODELS
Reinforcement yang dapat diterapkan, antara lain:
• Pengakuan dan Apresiasi: Memberikan pengakuan dan apresiasi kepada individu atau kelompok yang
berhasil memperbaiki sikap terhadap kelompok yang terpinggirkan dapat memperkuat perilaku positif
tersebut. Misalnya, memberikan penghargaan atau sertifikat kepada individu atau kelompok yang
berhasil membantu atau memperjuangkan hak-hak kelompok yang terpinggirkan.
• Penguatan Positif: Memberikan penguatan positif, seperti pujian atau hadiah kecil, kepada individu
atau kelompok yang menunjukkan sikap yang baik terhadap kelompok yang terpinggirkan, dapat
meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut dilakukan kembali di masa depan.
• Sosialisasi: Mengintegrasikan individu atau kelompok yang terpinggirkan ke dalam lingkungan yang
lebih luas dapat membantu memperkuat hubungan antara kelompok yang terpinggirkan dan
kelompok lainnya. Misalnya, mengadakan kegiatan atau acara yang melibatkan anggota kelompok
yang terpinggirkan dan kelompok lainnya.
• Pelatihan: Memberikan pelatihan kepada individu atau kelompok tentang pentingnya penghargaan
dan penghormatan terhadap kelompok yang terpinggirkan dapat membantu memperkuat sikap
positif dan memperkuat hubungan antara kelompok yang terpinggirkan dan kelompok lainnya.
• Partisipasi: Memperkuat partisipasi individu atau kelompok dalam kegiatan atau acara yang
melibatkan kelompok yang terpinggirkan dapat memperkuat sikap positif dan memperkuat hubungan
antara kelompok yang terpinggirkan dan kelompok lainnya.
15. STRATEGI PERUBAHAN
Menjalin komunikasi yang baik: Komunikasi yang jelas dan terbuka antara seluruh anggota organisasi
atau masyarakat sangat penting. Komunikasi juga harus memastikan bahwa semua anggota memahami
peran dan tanggung jawab mereka dalam mencapai tujuan tersebut.
Melibatkan seluruh anggota: Perubahan paradigma ini tidak bisa dilakukan oleh satu orang atau satu
kelompok saja. Seluruh anggota organisasi atau masyarakat harus terlibat dan berpartisipasi aktif dalam
mencapai tujuan tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan mengadakan pertemuan, diskusi, atau pelatihan.
Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan: penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi hambatan-
hambatan tersebut agar perubahan dapat berjalan lancar. Hambatan tersebut bisa berupa resistensi,
ketidakpahaman, atau ketidaknyamanan.
Memfasilitasi proses perubahan: Memfasilitasi proses perubahan mencakup memberikan dukungan dan
bimbingan kepada anggota organisasi atau masyarakat dalam menghadapi perubahan. Dukungan
tersebut bisa berupa pelatihan, konseling, atau mentoring. Selain itu, fasilitator juga harus memberikan
umpan balik konstruktif untuk membantu anggota organisasi atau masyarakat terus memperbaiki diri
dalam mencapai tujuan perubahan.
Menjaga konsistensi: penting untuk menjaga konsistensi dalam menerapkan perubahan dan terus
memonitor dan mengevaluasi perkembangan yang telah dicapai. Jika diperlukan, perbaikan dan
penyesuaian perlu dilakukan agar perubahan tetap berjalan sesuai dengan tujuan dan dampak yang
diinginkan.