setiap umat muslim perlu mengetahui cara memandkan jenazah sesuai dengan syariat Islam. Berikut ini merupakan makalah tentang hal-hal yang perlu kita pelajari dan pahami mengenai cara memandikan jenazah yang baik dan benar.
presentasi mata pelajaran agama islam mengenai tata cara merawat jenazah mulai dari memandikan, hingga tahap2 selanjutnya..
by mahasiswa PPL.
semoga bermanfaat :)
perbahasan fiqh ibadah
1 - Solat jenazah
Definisinya, tujuannya, hukumnya, rukunnya, sunatnya, syarat-syaratnya
2 - Azan dan iqamat
Definisinya, syarat sahnya, sunat-sunat yang berkaitan dengannya dan tujuan azan
3 - Jenis- jenis sujud
Termasuk bacaannya dan syarat-syaratnya
sebagai seorang muslim kita perlu tahu bagaimana cara memandikan jenazah dengan baik dan benar. Berikut ini merupakan ketentuan-ketentuan memandikan jenazah sesuai syariat Islam.
setiap umat muslim perlu mengetahui cara memandkan jenazah sesuai dengan syariat Islam. Berikut ini merupakan makalah tentang hal-hal yang perlu kita pelajari dan pahami mengenai cara memandikan jenazah yang baik dan benar.
presentasi mata pelajaran agama islam mengenai tata cara merawat jenazah mulai dari memandikan, hingga tahap2 selanjutnya..
by mahasiswa PPL.
semoga bermanfaat :)
perbahasan fiqh ibadah
1 - Solat jenazah
Definisinya, tujuannya, hukumnya, rukunnya, sunatnya, syarat-syaratnya
2 - Azan dan iqamat
Definisinya, syarat sahnya, sunat-sunat yang berkaitan dengannya dan tujuan azan
3 - Jenis- jenis sujud
Termasuk bacaannya dan syarat-syaratnya
sebagai seorang muslim kita perlu tahu bagaimana cara memandikan jenazah dengan baik dan benar. Berikut ini merupakan ketentuan-ketentuan memandikan jenazah sesuai syariat Islam.
1. Makalah Tata Cara Memandikan Jenazah
(Proses tata cara dalam melaksanakan bahagian fardhu kifayah dalam memandikan jenazah)
Oleh: Ibrahim Lubis
A. PENDAHULUAN
Seperti orang yang hidup, Jenazah pun harus dimandikan sebelum dishalatkan dan dikuburkan.
Memandikan jenazah merupakan bahagian dari fardhu kifayah dalam mengurus jenazah.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa fardhu kifayah merupakan sebuah kewajiban yang harus
dilaksanakan, apabila tidak seorangpun yang melakukan hal tersebut maka seluruh bahagian
kampung dan penduduk di sekitar kediaman jenazah tersebut akan berdosa, Oleh karena itu,
memandikan jenazah merupakan keharusan yang mesti dikerjakan. Dan apabila hal tersebut telah
dilaksanakan, maka putuslah kewajiban penduduk muslim setempat [1].
Dalil mengenai kewajiban seorang muslim untuk memandikan jenazah terdapat dalam hadis
yang disabdakan Rasulullah Saw yaitu:
Dari Abu Hurairah r.a berkata, aku mendengar Rasulllulah saw bersabda, “hak seorang Muslim
yang lain ada lima hal: menjawab salam, membesuk orang sakit, mengantar jenazah,
mendatangi undangan, dan menjawab orang bersin.” (HR Bukhari)
Walaupun kata memandikan dalam hadis diatas tidak ada, namun sebagaimana yang diketahui
bahwa memandikan jenazah merupakan bahagian fardhu kifayah dalam pengurusan jenazah.
Itulah sebabnya memandikan jenazah merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan dengan
segera.
Dalam Makalah ini saya Ibrahim Lubis[2] akan membahas mengenai makalah yang berjudul
“Tata Cara Memandikan Jenazah”
B. PEMBAHASAN
Makalah Tata Cara Memandikan Jenazah
1. Mengurus Jenazah
Sebelum Jenazah dishalatkan, maka yang harus dilakukan adalah memandikannya. Memandikan
jenazah dimaksudkan agar segala bentuk hadas dan najis yang ada pada jenazah tersebut hilang
dan bersih, sehingga jenazah yang akan dikafani terus dishalatkan telah suci dari hadas dan najis.
Pada dasarnya memandikan jenazah sama saja dengan mandinya orang yang hidup, namun
perbedaannya adalah orang yang hidup mandi sendiri sedangkan jenazah harus dimandikan.
Walaupun demikian ada sedikit perbedaan dalam memandikan jenazah, tidak saja meratakan air
keseluruh tubuh, namun dalam memandikannya juga harus dengan hati-hati dan lemah lembut.
2. Memandikan jenazah adalah hal yang harus dilakukan atas jenazah seorang muslim, sebelum ia
dishalatkan. Mandi ini dilakukan dengan cara membersihkan segala najis yang ada di badannya
dahulu, utamanya bagian kemaluan, kemudian meratakan air ke seleruh tubuhnya, ini harus di
usahakan dengan hati-hati upaya mayat tersebut tidak membawa kotoran ke hadapan Allah[3].
Dalam memandikan mayat wajib adanya niat mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena ia
termasuk bagian dari ibadah. Demikian pula muthlak, suci dan halalnya air. Menghilangkan najis
dari badan mayat terlebih dahulu, dan tidak adanya penghalang yang dapat mencegah sampainya
air ke kulit mayat, semua itu harus dipenuhi dalam memandikan mayat[4].
2. Syarat Memandikan Jenazah
Adapun syarat wajib memandikan jenazah yaitu :
a. mayat itu islam
b. Lengkap tubuhnya atau ada bahagian tubuhnya walaupun sedikit
c. Jenazah tersebut bukan mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah).
3. Hukum Memandikan Jenazah
Jumhur Ulama atau golongan terbesar dari ulama berpendapat bahwa memandikan mayat
muslim, hukumnya adalah fardhu kifayah artinya bila telah dilakukan oleh sebagian orang maka
gugurlah kewajiban seluruh mukallaf[5].
4. Klasifikasi dalam Memandikan Jenazah
Klasifikasi ini bertujuan untuk memberikan perbedaan dalam memandikan jenazah. Hal ini
disebabkan bahwa tidak semua jenazah yang ada dapat atau harus dimandikan. Berikut 2 hal
yang perlu untuk diperhatikan dalam memandikan jenazah.
a. Jenazah yang boleh dimandikan
Jenazah yang wajib dimandikan adalah orang Islam dan orang yang meninggal bukan karena
mati syahid di Medan pertempuran[6]
b. Jenazah yang tidak perlu dimandikan
Jenazah yang tidak boleh dimandikan adalah jenazah yang mati syahid di medan pertempuran
karena setiap luka atau setetes darah akan semerbak dengan bau wangi pada hari Kiamat[7].
Jenazah orang kafir tidak wajib dimandikan. Ini pernah dilakkan Nabi saw terhadap paman
beliau yang kafir [10]. Juga berdasarkan firman Allah SWT: “Dan janganlah sekali-kali kamu
menyalatkan jenazah salah seorang yang mati diantara mereka, dan janganlah kamu berdiri
(mendoakan) di kuburnya[8].”
3. Janin yang dibawah usia empat bulan tidak perlu dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Cukup
digali lubang dan dikebumikan.
c. Orang Yang Berhak Memandikan
Tidak semua orang berhak dalam memandikan jenazah, hal ini dimaksudkan untuk menjaga
kerahasian aib atau cacat penyakit yang masih ada di dalam tubuh jenazah tersebut. Tujuan
menjaga dan membatasi bagi orang yang ingin memandikan jenazah adalah agar tidak terjadi
fitnah yang dapat memalukan keluarga jenazah tersebut. Adapun Orang yang berhak
memandikan Jenazah Adalah:
Apabila mayat itu laki-laki, hendaklah memandikannya laki-laki pula, perempuan tidak
boleh memandikan mayat laki-laki, kecuali istri dan muhrimnya. Jika mayat perempuan,
hendaklah dimandikan permpuan pula, laki-laki tidak boleh memandikan mayat
perempuan kecuali suami atau muhrimnya[9].
Orang Yang berhak memandikan Jenazah adalah orang yang telah ditunjuk oleh si mayit
sendiri sebelum wafatnya (berdasarkan wasiatnya)[10]
Kemudian bapaknya, sebab ia tentu lebih tahu mengenali si mayit daripada anak si mayit
tersebut. Kemudian keluarga terdekat si mayit.
Jenazah wanita dimandikan oleh pemegang wasiatnya[11] . Kemudian ibunya lalu anak
perempuannya setelah itu keluarga terdekat.
Seorang suami boleh memandikan jenazah istrinya berdasarkan sabda Nabi saw
kepada‟Aisyah Radhiallahu „Anha: “Tentu tidak ada yang membuatmu gundah, sebab
jika kamu wafat sebelumku, akulah yang memandikan jenazahmu” [12]
5. Tata cara Dalam memandikan jenazah
a. Persiapan Sebelum Memandikan Jenazah
Sebelum Memandikan jenazah, Maka harus dilakukan beberapa Persiapan, adapun Hal-hal yang
perlu dipersiapkan sebelum proses pemandian adalah:
Masker dan kaos tangan untuk memandikan jenazah agar terhindar dari kuman jika si
jenazah memiliki penyakit.
Sabun atau bahan lainnya untuk membersihkan tubuh si jenazah
Sampo untuk mengeramasi rambut si jenazah agar bersih dari kuman dan kotoran
Air secukupnya untuk proses memandikan. Boleh memakai air yang dialiri oleh selang,
boleh juga menyiapkan air sebanyak tiga ember besar.
Meja besar atau dipan yang cukup dan kuat serta tahan air untuk tempat meletakkan
jenazah ketika dimandikan
Handuk untuk mengeringkan tubuh dan rambut si jenazah.
Kapas, kapur barus, daun bidara, atau wewangian yang lain serta bedak.
Dipersiapkan kain kafan tergantung jenis kelamin.
4. b. Proses dan Tata Cara Memandikan Jenazah
Meletakkan jenazah diatas dipan atau meja, usahakan kepala lebih tinggi dari kaki
Tempat jenazah harus tertutup, baik dinding maupun atapnya agar aurat dan cela jenazah
tidak terlihat.
Menutup aurat jenazah dengan handuk besar dan kain. Untuk jenazah putra dari pusar
sampai lutut, sedangkan untuk jenazah perempuan dari dada sampai mata kaki.
Bersihkan kotoran dengan cara mengangkat pundak dan kepala sambil menekan perut
dan dada
Memiringkan ke kanan dan ke kiri sambil ditekan dengan mempergunakan sarung tangan
atau kain perca dan disiram berkali-kali agar kotoran hilang.
Basuhlah jenazah sebagaimana cara berwudhu.[15]
Siram dari mulai yang kanan anggota wudhu dengan bilangan gasal menggunakan air dan
daun bidara, kemudian seluruh tubuh jenazah diberi sabun termasuk pada lipatan-lipatan
yang ada.
Bersihkan tubuhnya dengan air dan miringkan ke kanan serta ke kiri.
Selama memandikan, aurat jenzah harus senantiasa agar tidak terlihat
Kemudian, rambut jenazah dikeramas dan disiram agar bersih. Dan jika jenazahnya
wanita, setelah rambutnya dikeringkan kemudian dipintal menjadi tiga.[16]
Siramkan pada siraman yang terakhir dengan kapur barus dan miringkan ke kanan dan ke
kiri agar air keluar dari mulutnya dan dari lubang yang lain.
Setelah selesai, badannya dikeringkan dengan handuk, kewmudian ditutup dengan kain
yang kering agar auratnya tetap tertutup.
Bersihkan segala najis yang ada di badannya, utamanya bagian kemaluan, kemudian
meratakan air ke seluruh tubuh atau sebaiknya tiga kali yaitu dengan air yang bersih, air
sabun dan air yang bercampur dengan kapur barus. Apabila sudah selesai kesemuanya
yang terakhir adalah di wudhukan.
Setiap mayat muslim itu wajib di mandiakn dengan tiga kali ; pertama dengan air yang
dicampur sedikit kapur dan bidara ; kedua dengan air yang dicapur sedikit kapur kecuali
yang mati dalam keadaan ihram, maka tidak boleh dicampur dengan kapur ; ketiga
dengan aiir murnbi tanpa dicampur apapun. Daun bidara dan kapur yang dicampur
dengan air itu jangan terlalu banyak, karena dikhawatirkan air tersebut menjadi air
mudhaf, sehingga tidak dapat menyucikan.[3] Antara tiga kali mandi tersebut, diwajibkan
pula tertib antara anggota tubuh yang tiga, yakni dimulai dengan kepala berikut leher,
lalu anggota tubuh yang kanan, dan ketiga anggota tubuh yang kiri.
Pekerjaan yang pertama-tama dilakukan dalam menyelenggarakan urusan mayit adalah
memandikannya, yang mempunyai dua macam cara.[4]
1. yaitu cara, asal memenuhi arti mandi yang dengan demikian maka terlepaslah kita dari dosa,
inilah asal najis yang barangkali ada pada tubuh si mayat hilang, kemudian siramlah seluruh
tubuhnya dengan air secara merata.
5. 2. yaitu cara yang sempurna sehingga memenuhi as-sunnah yakni agar orang memandikan mayit
melakukan hal-hal berikut :
a. letakkanlah mayit di tempat kosong, diatas tempat yang tinggi, papan umpamanya, dan
tutuplah auratnya dengan kain atau semisalnya.
b. Mayat didudukkan di temapt mandi, condong ke belakang, sedang kepalanya di sandarkan
pada tangan kirinya, menekan keras-keras perut si mayat, supaya isinya yang mungkin masih
tersisa keluar. Sesudah itu balutlah tangan kiri itu dengan kain atau sarung tangan dan dibasuh
kemaluannya dan dubur si mayat, kemudian dibersihkan pula mulut dan lubang hidungnya lantas
diwudhukan seperti wudhu orang yang hidup.
c. Kepala dan wajah si mayat di basuh dengan sabun atau bisa juga digunakan dengan pembersih
lainnya. Dilepas rambutnya kalau dia mempunyai rambut yang panjang, dan kalau ada yang
tercabut, maka rambut itu harus dikembalikan dan ditanam bersamanya.
d. Sisi kanan mayat sebelah depan terlebih dahului, barulah kemudian sisi depan sebelah kiri,
sesudah itu basuh pula sisi kanannya sebelah kiri, sesudah itu basuh pula sisi kanannya sebelah
belakang, kemudian sisi belakang sebelah kiri, dengan demikian seluruh tubuhnya bisa di ratai
air.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Di dalam memandikan mayat harus teliti supaya mayat itu tidak membawa kotoran ke hadapan
Allah. Perut si mayat harus di tekan, karena di dalam perutnya itu mungkin masih ada kotoran.
Di dalam memandikan mayat terlebih dahulu adalah niat, karena niat adalah bahagian dari
ibadah. Kemudian siramlah tubuhnya sebelah kanan baru sebelah kiri sampai air itu merata
dalam tubuhnya, setelah semuanya siap, lalu mayat tersebut diwudhukan.
Demikianlah isi makalah saya ini dan sebelumnya penulis terlebih dahulu mohon maaf kepada
bapak atas kekurangan yang terdapat di dalam makalah saya ini. Dan saya berterima kasih atas
bapak yang sudi memberikan judul ini terhadap saya, karena saya sudah mengetahui lebih jelas
lagi tentang cara-cara memandikan mayat.