Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didikwiyadnya
Makalah ini membahas tentang peran layanan konseling terhadap kesehatan mental peserta didik. Ia menjelaskan tentang pengertian bimbingan konseling dan layanannya, kesehatan mental, serta hubungan antara layanan konseling dengan kesehatan mental peserta didik.
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara langsung. Komunikasi jenis ini dipengaruhi oleh persepsi, konsep diri, daya tarik, dan hubungan antarpribadi. Hubungan antarpribadi yang baik ditandai dengan kepercayaan, sikap mendukung, dan keterbukaan.
HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA...Indra Wijaya
Teks tersebut membahas tentang komunikasi dalam keluarga dan hubungannya dengan tingkat kepercayaan diri siswa. Teks tersebut menjelaskan bahwa komunikasi yang baik antar anggota keluarga, seperti saling mendengarkan dan menghargai pendapat, dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri pada anak. Faktor lain seperti dukungan emosional dari orang tua juga berperan penting dalam membentuk kepercayaan diri re
Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didikwiyadnya
Makalah ini membahas tentang peran layanan konseling terhadap kesehatan mental peserta didik. Ia menjelaskan tentang pengertian bimbingan konseling dan layanannya, kesehatan mental, serta hubungan antara layanan konseling dengan kesehatan mental peserta didik.
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara langsung. Komunikasi jenis ini dipengaruhi oleh persepsi, konsep diri, daya tarik, dan hubungan antarpribadi. Hubungan antarpribadi yang baik ditandai dengan kepercayaan, sikap mendukung, dan keterbukaan.
HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA...Indra Wijaya
Teks tersebut membahas tentang komunikasi dalam keluarga dan hubungannya dengan tingkat kepercayaan diri siswa. Teks tersebut menjelaskan bahwa komunikasi yang baik antar anggota keluarga, seperti saling mendengarkan dan menghargai pendapat, dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri pada anak. Faktor lain seperti dukungan emosional dari orang tua juga berperan penting dalam membentuk kepercayaan diri re
Dokumen tersebut membahas pengaruh konsep diri terhadap komunikasi interpersonal. Konsep diri dipengaruhi oleh faktor seperti orang lain dan kelompok rujukan, serta memengaruhi efektivitas komunikasi melalui pembukaan diri, perasaan percaya diri, dan selektivitas terhadap pesan yang diterima. Konsep diri positif maupun negatif memiliki ciri-ciri tertentu yang berdampak pada komunikasi antarpribadi.
Makalah ini membahas relevansi teori biologis, estetis, dan ekonomis dalam menjalin hubungan komunikasi antar pribadi di kampus. Topik utama meliputi pengertian komunikasi antar pribadi, ciri-cirinya, tujuannya, dan faktor-faktor yang memengaruhinya di lingkungan kampus. Teori-teori tersebut berperan penting dalam pengembangan diri melalui komunikasi antar mahasiswa.
Ahmad Suryadi-Muh. Ulil Amri-Muh.Azhar Ma'ruf-Motivasi dan Pembelajaran.docxAhmadSuryadi12
Makalah ini membahas tentang motivasi dan pembelajaran. Motivasi adalah dorongan untuk mencapai tujuan dalam memenuhi kebutuhan, sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar untuk mencapai tujuan. Keterkaitannya adalah motivasi mempengaruhi hasil pembelajaran karena peserta didik yang termotivasi akan lebih giat belajar.
K1_pengantar komunikasi pendidikan (1) (2).pdf2210130220016
Kelompok 1 Anggota:
Aisha Saputri (2210130220024)
Chindy Masita Abdul Rahim (2210130220016)
Eko Bayu Putra Wicjaksono (2210130310001)
Risma Halifah (2210130220017)
K1_pengantar komunikasi pendidikan (1).pdf2210130220017
PPT KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Kelompok 1 Anggota:
Aisha Saputri (2210130220024) Chindy Masita Abdul Rahim (2210130220016)
Eko Bayu Putra Wicjaksono (2210130310001)
Risma Halifah (2210130220017)
teks ini menjelaskan tentang proses perkembangan dan pertumbuhan peserta didik dalam usia balita sampai usia dewasa silahkan di baca semoga bermanfaat :)
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang humanisme, termasuk pengertian, ciri-ciri, dan pandangan tokoh humanis seperti Arthur W. Combs mengenai pendidikan.
2. Tokoh-tokoh filsafat humanisme seperti Petrarca dan Erasmus muncul pada abad pertengahan dan renaisans.
3. Humanisme menekankan pada martabat manusia, kemampuan rasional, dan perkembangan kepribadian secar
Makalah ini membahas tentang fungsi komunikasi antar pribadi. Terdapat beberapa fungsi komunikasi antar pribadi seperti memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis, mengembangkan kesadaran diri, mempengaruhi atau dipengaruhi oleh orang lain, serta mendapatkan informasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi antar pribadi antara lain persepsi interpersonal dan konsep diri. Komunikasi antar pribadi yang efektif
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Pendidikan dibahas dari berbagai perspektif agama, filsafat, psikologi, dan sosiologi. Beberapa teori yang dijelaskan mencakup tujuan, materi, dan metode pendidikan dalam perspektif agama, serta filsafat perenialisme, idealisme, realisme, eksperimentalisme, dan eksistensialisme. Dari sudut pandang psikologi dijelaskan behaviorisme, sosial-kogn
Dokumen tersebut membahas tentang pendidik, peserta didik, dan perkembangan sosial peserta didik. Ia menjelaskan bahwa pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan proses pembelajaran, sedangkan peserta didik adalah individu yang belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan sosial peserta didik terlihat dari bentuk-bentuk interaksi sosial seperti pembangkian dan agresi yang merupakan bag
Dokumen tersebut membahas pengaruh konsep diri terhadap komunikasi interpersonal. Konsep diri dipengaruhi oleh faktor seperti orang lain dan kelompok rujukan, serta memengaruhi efektivitas komunikasi melalui pembukaan diri, perasaan percaya diri, dan selektivitas terhadap pesan yang diterima. Konsep diri positif maupun negatif memiliki ciri-ciri tertentu yang berdampak pada komunikasi antarpribadi.
Makalah ini membahas relevansi teori biologis, estetis, dan ekonomis dalam menjalin hubungan komunikasi antar pribadi di kampus. Topik utama meliputi pengertian komunikasi antar pribadi, ciri-cirinya, tujuannya, dan faktor-faktor yang memengaruhinya di lingkungan kampus. Teori-teori tersebut berperan penting dalam pengembangan diri melalui komunikasi antar mahasiswa.
Ahmad Suryadi-Muh. Ulil Amri-Muh.Azhar Ma'ruf-Motivasi dan Pembelajaran.docxAhmadSuryadi12
Makalah ini membahas tentang motivasi dan pembelajaran. Motivasi adalah dorongan untuk mencapai tujuan dalam memenuhi kebutuhan, sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar untuk mencapai tujuan. Keterkaitannya adalah motivasi mempengaruhi hasil pembelajaran karena peserta didik yang termotivasi akan lebih giat belajar.
K1_pengantar komunikasi pendidikan (1) (2).pdf2210130220016
Kelompok 1 Anggota:
Aisha Saputri (2210130220024)
Chindy Masita Abdul Rahim (2210130220016)
Eko Bayu Putra Wicjaksono (2210130310001)
Risma Halifah (2210130220017)
K1_pengantar komunikasi pendidikan (1).pdf2210130220017
PPT KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Kelompok 1 Anggota:
Aisha Saputri (2210130220024) Chindy Masita Abdul Rahim (2210130220016)
Eko Bayu Putra Wicjaksono (2210130310001)
Risma Halifah (2210130220017)
teks ini menjelaskan tentang proses perkembangan dan pertumbuhan peserta didik dalam usia balita sampai usia dewasa silahkan di baca semoga bermanfaat :)
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang humanisme, termasuk pengertian, ciri-ciri, dan pandangan tokoh humanis seperti Arthur W. Combs mengenai pendidikan.
2. Tokoh-tokoh filsafat humanisme seperti Petrarca dan Erasmus muncul pada abad pertengahan dan renaisans.
3. Humanisme menekankan pada martabat manusia, kemampuan rasional, dan perkembangan kepribadian secar
Makalah ini membahas tentang fungsi komunikasi antar pribadi. Terdapat beberapa fungsi komunikasi antar pribadi seperti memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis, mengembangkan kesadaran diri, mempengaruhi atau dipengaruhi oleh orang lain, serta mendapatkan informasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi antar pribadi antara lain persepsi interpersonal dan konsep diri. Komunikasi antar pribadi yang efektif
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Pendidikan dibahas dari berbagai perspektif agama, filsafat, psikologi, dan sosiologi. Beberapa teori yang dijelaskan mencakup tujuan, materi, dan metode pendidikan dalam perspektif agama, serta filsafat perenialisme, idealisme, realisme, eksperimentalisme, dan eksistensialisme. Dari sudut pandang psikologi dijelaskan behaviorisme, sosial-kogn
Dokumen tersebut membahas tentang pendidik, peserta didik, dan perkembangan sosial peserta didik. Ia menjelaskan bahwa pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan proses pembelajaran, sedangkan peserta didik adalah individu yang belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan sosial peserta didik terlihat dari bentuk-bentuk interaksi sosial seperti pembangkian dan agresi yang merupakan bag
Similar to Makalah Kelompok 7 - Psikologi Komunikasi dan Tabligh salinan.docx (20)
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Makalah Kelompok 7 - Psikologi Komunikasi dan Tabligh salinan.docx
1. MAKALAH PSIKOLOGI KOMUNIKASI DAN TABLIGH
“Pengaruh Konsep Diri Pada Komunikasi”
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Komunikasi dan Tabligh
Dosen Pengampu: Dr. Suhaimi, M.Si.
Disusun oleh kelompok 7:
Khairunnisa Ika Putri 11220511000141
M. Fahrudin Hani R. 11220511000171
Sabila Weliza 11220511000180
4D
PROGRAM STUDI JURNALISTIK
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2024
2. 2
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Komunikasi merupakan fondasi dari interaksi antarmanusia yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam setiap interaksi, individu tidak hanya menyampaikan
pesan verbal dan nonverbal, tetapi juga membawa dengan mereka pandangan mereka
tentang diri mereka sendiri, yang dikenal sebagai konsep diri. Konsep diri merujuk pada
cara individu memahami dan mengevaluasi diri mereka sendiri, termasuk keyakinan
tentang kemampuan, nilai-nilai, dan identitas pribadi mereka.
Pertama-tama, konsep diri memengaruhi tingkat kepercayaan diri individu dalam
berkomunikasi. Individu dengan konsep diri yang positif cenderung lebih percaya diri
dalam menyampaikan ide, pendapat, dan perasaan mereka kepada orang lain. Mereka
merasa yakin akan kemampuan dan nilai diri mereka, yang memungkinkan mereka untuk
berkomunikasi dengan lebih lancar dan efektif. Sebaliknya, individu dengan konsep diri
yang negatif mungkin cenderung ragu-ragu atau merasa tidak nyaman dalam
berkomunikasi, yang dapat menghambat kemampuan mereka dalam menyampaikan diri.
Selain itu, konsep diri juga memengaruhi cara individu memahami dan merespons
pesan dari orang lain. Individu dengan konsep diri yang positif cenderung lebih terbuka
terhadap umpan balik dan sudut pandang orang lain. Mereka mampu menerima kritik
dengan lebih baik dan melihatnya sebagai peluang untuk belajar dan berkembang. Di sisi
lain, individu dengan konsep diri yang negatif mungkin cenderung defensif atau merasa
terancam oleh umpan balik, yang dapat menghambat komunikasi yang efektif dan
memperburuk hubungan interpersonal.
Oleh karena itu, pemahaman tentang pengaruh konsep diri terhadap komunikasi
sangat penting dalam meningkatkan keterampilan komunikasi individu dan membangun
hubungan yang sehat dan positif dengan orang lain. Dengan menyadari peran konsep diri
dalam komunikasi, individu dapat bekerja untuk memperbaiki konsep diri mereka sendiri
dan mengembangkan strategi komunikasi yang lebih efektif.
3. 3
Mahasiswa FH UNNES Raih Juara 1 dan Best Speaker Lomba Debat Nasional Universitas
Pendidikan Ganesha
BY: HUMAS
Tiga yuris muda Fakultas Hukum Universitas Negri Semarang kembali menorehkan prestasi
membangggakan dengan menyabet juara 1 dalam perlombaan yang di gelar di Universitas
Pendidikan Ganesha, 23/2.
Ketiga yuris muda tersebut yakni Dina Pramesti Putri, Widia Indriyani, dan Fatimah mahasiswa
Fakultas Hukum Angkatan 2020. Ketiganya merupakan anggota Mahasiswa berprestasi Institute
atau biasa dikenal MPI.
Lomba yang dilaksanakan secara online ini diikuti oleh kurang lebih 30 tim debat yang tersebar
di seluruh daerah. Menurut penuturan salah satu anggota tim tersebut bahwa mereka tidak
menyangka akan mendapatkan juara satu dikarenakan masih banyaknya kekurangan. Lomba
yang di selenggarakan di Universitas Ganesha ini memiliki dua tahapan yakni, tahapan pertama
para peserta diwajibkan untuk membuat paper yang sub tema yang ditentukan. Selanjutnya baru
proses pelaksanaan debat secara online.
“Saya sangat bangga dengan banyaknya mahasiswa yang antusias untuk mengukir prestasi
walaupun di masa pandemic seperti sekarang ini. Semoga hal ini menjadi pacuan untuk
mahasiswa lainnya agar semangat berprestasi” tutur Ibu Dr. Rodiyah.SPd.SH MSi. Hal serupa
juga disampaikan oleh Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FH Bapak Tri
Sulistiyono,S.H.,M.H.
“Dengan adanya wadah seperti MPI ini yang mendorong mahasiswa untuk semangat berprestasi
merupakan hal yang sangat bagus” Selain itu, salah satu yuris muda tersebut mendapatkan best
speaker dalam lomba debat di Universitas Pendidikan Ganesha.
4. 4
Fatimah, salah satu mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negri Semarang asal Bekasi meraih
juara sebagai best speaker dalam ajang lomba debat yang diselenggarakan oleh Universitas
Pendidikan Ganesha pada Kamis, 11 Februari 2021. Menurut penuturannya ia sangat bahagia
dan juga terkejut ketika ternyata terpilih sebagai best speaker karena menurut dirinya peserta
yang lainnya sangat hebat – hebat. Bentuk apresiasi lainnya pun disampaikan oleh Ibu Ayup
Suran Ninggsih, SH LLM MH selaku dosen Pembina MPI FH UNNES
“Semoga prestasi ini dapat menjadi pemantik dan penyemangat anggora MPI untuk terus
berprestasi”
Dengan mendapatkan juara pada kesempatan kali ini diharapkan dapat menjadi pacuan,
motivasi, dan pengalaman untuk meraih prestasi yang lebih tinggi dan menjadi kebanggaan
Fakultas Hukum UNNES.1
Dalam kisah yang menginspirasi tersebut dapat kami simpulkan bahwa konsep diri sangat
berpengaruh terhadap komunikasi seseorang. Mahasiswi UNNES yang bernama Fatimah
tersebut memiliki konsep diri yang positif karena walaupun ia tau peserta lomba lainnya hebat
hebat, tetapi ia tetap mengikuti lomba tersebut dengan baik.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep diri?
2. Apa jenis-jenis konsep diri?
3. Apa faktor yang mempengaruhi konsep diri?
4. Bagaimana dimensi pada konsep diri?
5. Bagaimana hubungan antara konsep diri terhadap komunikasi dalam Islam?
1
https://unnes.ac.id/mahasiswa-fh-unnes-raih-juara-1-dan-best-speaker-lomba-debat-nasional-universitas-
pendidikan-ganesha/ diakses pada Rabu, 17 April 2024, pukul 13.45
5. 5
PEMBAHASAN
1. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah komponen penting dari kepribadian setiap orang. Konsep diri
berasal dari pemahaman tentang diri sendiri yang didasarkan pada pengalaman dan
hubungannya dengan lingkungannya. Dukungan dan penilaian orang lain terhadap
perilaku seseorang berdampak pada konsep diri tersebut. Oleh karena itu, konsep diri
memengaruhi perkembangan dan pembentukan karakter seseorang.2
Calhaun dan Acocella (1990 : 67) mengungkapkan bahwa konsep diri adalah
pandangan diri anda tentang anda sendiri yang meliputi tiga dimensi yakni: (1)
pengetahuan atau apa yang diketahui tentang dirinya sendiri, (2) pengharapan mengenai
dirinya dan (3) penilaian tentang dirinya sendiri.3
Konsep diri terdapat dua komponen yaitu komponen kognitif dan komponen
afektif. Dalam psikologi sosial, komponen kognitif disebut citra-diri (self image), dan
komponen afektif disebut harga-diri (self esteem). Keduanya, menurut William D.
Brooks dan Philip Emmert (1976:45), berpengaruh besar pada pola komunikasi
interpersonal.4
Konsep diri sangat penting untuk pengintegrasian kepribadian individu ini karena
merupakan sumber motivasi tingkah laku dan pencapaian kesehatan mental. Individu
akan bertindak berdasarkan penghargaan orang lain terhadap dirinya sendiri. Jika
seseorang percaya bahwa dia bisa, mereka cenderung sukses, dan jika mereka merasa
gagal, mereka sebenarnya telah mempersiapkan diri untuk gagal. Jadi konsep diri
merupakan bagian diri yang mempengaruhi setiap aspek pengalaman baik pikiran,
perasaan, persepsi dan tingkah laku individu tersebut.5
2
Shavelson, RJ; Hubner, JJ; Stanton, GC “Self-Concept: Validation of Construct Interpretations.”( Pdt. Res V.46,
No.10. 1976). h. 410
3
Subaryana, “Konsep Diri dan Prestasi Belajar.” Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar Volume 7, No 2, September
2015, h. 22
4
Jalaluddin Rakhmat, “Psikologi Komunikasi” (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004) h. 100
5
Gusti Jhoni P. “Konsep Diri Pada Pasien Luka Kaki Diabetik” (Pontianak: CV Kanaka Media, 2019), h. 5
6. 6
William D.Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai “those physical, social,
and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and
our interaction with others” (1940:40). Jadi, konsep diri adalah pandangan dan perasaan
kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial dan fisis.6
Dari berbagai definisi di atas, konsep diri dapat didefinisikan sebagai gambaran
lengkap tentang diri sendiri yang terdiri dari perasaan, sikap, dan keyakinan seseorang
tentang dirinya sendiri. Meliputi aspeknya yang fisik, emosional, sosial, serta intelektual.
Dalam Al-Quran, Surah Az-Zariyat ayat 21 dan 22, Allah SWT berfirman :
َينِنِقوُمألِل ٌاتَيآ ِ
ض أرَ أ
اْل يِف َ(و20) َونُر ِ
أصبُت َ
َلَفَأ أمُكِسُفأنَأ يِف َ)و21
Ayat tersebut mempunyai arti: “Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu
tidak memperhatikan?” (Q.S. Adz-Dzariyat: 20- 21).
Dari ayat tersebut, Allah memerintahkan manusia untuk memperhatikan dirinya
sendiri. Karena berbagai sifat dan potensi masing-masing, setiap orang termasuk dalam
kebesaran Allah SWT. Oleh karena itu, konsep diri merupakan ciri khas manusia karena
cara mereka membentuk diri dalam kehidupan.
Ibnu Katsir menafsirkan bahwa yang di maksud ayat ini adalah bahwa di dunia ini
telah terdapat tanda-tanda yang semuanya itu menunjukkan keagungan sang Maha
Pencipta dan kekuasaannya yang sangat luas, seperti bermacam-macam tumbuh-
tumbuhan, hewanhewan, gunung-gunung, gurun-gurun, sungai-sungai, dan perbedaan
bahasa, ras atau warna kulit pada manusia serta apa-apa yang terdapat dalam diri manusia
yaitu akal, pemahaman, harkat, dan kebahagian.7
Setiap individu berbeda dalam cara mereka melihat diri mereka sendiri, dan ini
adalah hal-hal yang paling menonjol yang membuat mereka berbeda satu sama lain.
6
Jalaluddin Rakhmat, “Psikologi Komunikasi” (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004) h. 99
7
Muhammad Nasib ar-Rifa’i, “Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtisari Tafsir Ibnu Kasir jilid 4” (Jakarta: Gema Insani,
2000) h. 281
7. 7
Dengan adanya perbedaan fisik dan psikologis, manusia mudah mengenali dirinya
sendiri. Selanjutnya, penilaian diri didasarkan pada kebiasaan yang telah diterapkan pada
diri sendiri dalam interaksi dengan orang lain dan lingkungannya.
Islam menekankan konsep diri yang positif untuk semua orang. Menjadi makhluk
termulia dari semua makhluk yang diciptakan Tuhan, manusia diberi tugas untuk
mengelola dunia ini. Untuk menjadi individu yang dapat menjadi contoh bagi orang lain,
manusia perlu memiliki konsep diri yang baik. Namun, manusia juga dapat berperilaku
buruk yang dapat merugikan sesamanya, jadi manusia perlu memiliki iman dan moralitas
untuk membentuk konsep diri yang positif dan membawa pengaruh positif pada sesama.
2. Jenis-Jenis Konsep Diri
Menurut Calhoun dan Acocella (1990) dalam bukunya Psikologi tentang
Penyesuaian Diri dan Hubungan Kemanusiaan (terjemahan RS Satmoko), jenis konsep
diri terdiri dari:
1. Konsep Diri Positif
Konsep diri positif atau tinggi adalah ketika seseorang dapat memahami dan menerima
fakta tentang dirinya dari orang lain, mengevaluasi dirinya secara positif, dan mampu
menerima keberadaan orang lain. Mereka juga dapat menghadapi kehidupan saat ini dan
melihat hidup sebagai proses penemuan diri. Individu yang memiliki konsep diri yang
positif berperilaku baik terhadap orang lain dan juga terhadap dirinya sendiri.8
Adapun ciri-ciri yang dimiliki orang dengan konsep diri positif yaitu:
a. Tidak takut dengan situasi baru
b. Mudah berteman
c. Mencoba hal hal baru tanpa banyak keraguan
d. Dapat bekerja sama dengan mudah dan mengikuti aturan
e. Memiliki tanggung jawab untuk mengendalikan perilaku
f. Mandiri dan hanya membutuhkan sedikit arahan
g. Memiliki pemikiran yang kreatif
8
Calhoun and Joan Ross Acocella. “Psikologi tentang Penyesuaian Diri dan Hubungan Kemanusiaan, terjemahan
RS Satmoko”. (Semarang: IKIP press, 1990).
8. 8
2. Konsep Diri Negatif
Apabila seseorang memiliki pemikiran negatif tentang dirinya sendiri. Bisa dibilang,
konsep diri negatif dikategorikan sebagai pemikiran yang rendah dan kurang menerima
diri sendiri.
Adapun ciri-ciri yang dimiliki konsep diri rendah antara lain:
a. Jarang menunjukan inisiatif
b. Suka mengasingkan diri
c. Ragu-ragu untuk berbicara
d. Cenderung untuk menarik diri
Rakhmat mengemukakan bahwa konsep diri negatif cendrung sangat tidak tahan kritik
yang diterimanya, responsif terhadap pujian dan hiperkritis terhadap orang lain, serta
cendrung merasa tidak disenangi orang lain.9
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
Verderber berpendapat bahwa setidaknya ada tiga hal yang mempengaruhi konsep diri:
1. Self Appraisal atau persepsi diri sendiri
Menunjukkan perspektif yang menjadikan diri kita sebagai subjek komunikasi, atau
kesan kita tentang diri kita sendiri. Salah satu contohnya adalah ketika kita melihat diri
kita di cermin, kita menilai dan mempertimbangkan ukuran badan kita, pakaian yang kita
kenakan, dan senyum manis kita. Penilaian ini berdampak besar pada cara kita memberi
kesan terhadap diri kita, serta apakah kita suka atau tidak suka apa yang kita lihat tentang
diri kita.
2. Reaction and Responses The Other atau reaksi dan respons orang lain
Konsep diri adalah hasil langsung dari cara orang lain berperilaku terhadap seseorang.
Karena kita dapat mendengar reaksi orang terhadap diri kita, seperti apa yang mereka
sukai atau tidak sukai, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan diri kita, persepsi mereka
tentang diri kita memengaruhi bagaimana kita berkembang.
9
Jalaluddin Rakhmat, “Psikologi Komunikasi” (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) h. 122
9. 9
3. Roles You Play atau peran yang anda mainkan.
Peran yang kita mainkan itu adalah hasil dari sistem nilai kita. Kita dapat memotret diri
kita sebagai seseorang tang dapat berperan sesuai dengan persepsi kita yang didasarkan
pada pengalaman diri sendiri. Lebih banyak peran yang kita mainkan dan dianggap
positif oleh orang lain, semakin positif konsep diri kita. Semakin positif konsep diri kita,
semakin positif komunikasi kita dengan orang lain.10
Brooks juga menambahkan faktor
lain, yaitu Reference Group atau referensi kelompok yaitu sikap tidak senang terhadap
kehadiran seseorang dalam kelompok dapat menjadi bahan penilaian dan pengembangan
konsep diri.
Namun, Menurut William H. Fitts, faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
meliputi: pengalaman, kompetensi dan aktualisasi diri.11
1. Pengalaman
Pengalaman ini berkaitan dengan interaksi interpersonal yang diperoleh dari
kehidupan diri sendiri karena pemahaman diri seseorang pada dasarnya terbentuk
dari interaksi mereka dengan lingkungan sekitar dan hubungan mereka dengan
orang lain. Oleh karena itu, pengalaman interpersonal sangat penting untuk
pembentukan pemahaman diri seseorang.
2. Kompetensi
Kompetensi dapat diperoleh melalui berbagai macam bidang, baik dalam bidang
pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Kompetensi yang tinggi dapat
meningkatkan peluang untuk mencapai tujuan dan aktualisasi diri.
3. Aktualisasi Diri
Implementasi dan realisasi dari potensi fisik dan psikologis seseorang untuk
mencapai tujuannya. Pengalaman, kompetensi, dan pengembangan diri dapat
digabungkan untuk mencapai aktualisasi diri.
10
Sobur, A, “Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah” (Bandung: Pustaka Setia, 2003) h. 518-521
11
Agustiani, Hendriati. "Psikologi perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya Dengan Konsep Diri Dan
Penyesuaian Diri Pada Remaja." (Bandung: Refika Aditama, 2006) h. 139
10. 10
4. Dimensi Konsep Diri
Konsep diri menurut Fitts dibagi dalam 2 dimensi pokok, yaitu sebagai berikut:
a. Dimensi internal
Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal (internal frame
of reference) adalah penilaian yang dilakukan individu yakni penilaian yang dilakukan
individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia didalam dirinya. Dimensi ini dibagi
menjadi tiga bentuk:
1) Diri identitas (identity self)
Diri identitas merupakan bagian yang mendasar pada konsep diri dan
mengacu pada pertanyaan “Siapa saya?”. Dari pertanyaan itulah individu akan
menggambarkan dirinya sendiri dan membangun identitas diri. Pengetahuan
individu tentang dirinya akan bertambah dan semakin kompleks seiring
dengan bertambahnya usia dan interaksi dengan lingkungannya.
2) Diri pelaku (behavioral self)
Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang
berisikan segala kesadaran mengenai “apa yang dilakukan oleh diri”. Bagian
ini berkaitan erat dengan diri identitas. Keserasian antara diri identitas dengan
diri pelaku menjadikan individu dapat mengenali dan menerima baik diri
sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku.
3) Diri penerimaan/penilai (judging self)
Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator.
Kedudukan diri penilai adalah sebagai perantara antara diri identitas dan diri
pelaku. Penilaian ini nantinya akan berperan dalam menentukan tindakan yang
akan ditampilkan individu tersebut. Diri penilai juga menentukan kepuasan
individu akan diri sendiri.
b. Dimensi Eksternal
Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas
sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain diluar dirinya. Dimensi ini
11. 11
merupakan suatu hal yang luas, misalnya diri yang berkaitan dengan sekolah, organisasi,
agama dan sebagainya. Dimensi yang dikemukakan oleh Fitts adalah dimensi eksternal
yang bersifat umum bagi semua orang, dan Dibedakan atas lima bentuk:
1) Diri fisik (physical self)
Aspek ini menggambarkan bagaimana individu memandang kondisi
kesehatan, penampilan diri, dan keadaan tubuhnya.
2) Diri etik-moral (moral-ethical self)
Aspek ini menggambarkan bagaimana individu memandang hubungan dengan
Tuhan, kepuasan akan kehidupan keagamaan, dan nilai moral yang
dipegangnya (meliputi batasan baik-buruk).
3) Diri pribadi (personal self)
Aspek ini menggambarkan perasaan individu tentang keadaan pribadinya
yang tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik maupun hubungan dengan orang
lain. Persepsi individu pada aspek ini dipengaruhi oleh kepuasan individu
terhadap diri sendiri dan sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang
tepat.
4) Diri keluarga (family self)
Aspek ini mencerminkan perasaan dan harga diri individu dalam kapasitasnya
sebagai anggota keluarga.
5) Diri sosial (social self)
Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan
orang lain maupun lingkungan disekitarnya.
Pembentukan penilaian individu terhadap bagian-bagian dirinya dalam dimensi
eksternal ini dapat dipengaruhi oleh penilaian dan interaksinya dengan orang lain.
Seseorang tidak dapat mengatakan bahwa ia memiliki diri pribadi yang baik tanpa adanya
tanggapan atau reaksi orang lain disekitarnya yang menunjukan bahwa ia memang
memiliki pribadi yang baik.12
12
Ratna Dwi Astuti, “Skripsi: Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Siswa Sekolah Dasar
Negeri Mendungan I Yogyakarta” (Universitas Negri Yogyakarta, 2014) h. 18-20
12. 12
5. Hubungan antara Konsep Diri terhadap Komunikasi dalam Islam
Dalam Islam, konsep diri (al-Mushawwir) memiliki keterkaitan yang sangat erat
dengan komunikasi. Konsep diri yang positif dapat membantu meningkatkan kemampuan
seseorang dalam berkomunikasi interpersonal yang efektif. Penelitian menunjukkan
bahwa guru yang memiliki konsep diri yang positif cenderung menggunakan ciri-ciri
komunikasi efektif seperti keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesamaan
dalam berinteraksi dengan murid penyandang tunanetra.13
Konsep diri yang positif juga dapat membantu meningkatkan kemampuan
seseorang dalam berkomunikasi dengan cara yang lebih efektif dan empati, sehingga
meningkatkan efektivitas dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dakwah dan
bimbingan.
Dalam Islam, komunikasi interpersonal yang efektif sangat penting dalam
berbagai aspek kehidupan, seperti dalam proses dakwah dan bimbingan. Komunikasi
yang baik dapat membantu meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap
nilai-nilai agama, serta meningkatkan efektivitas dalam memberikan bimbingan dan
nasihat. Dalam hal ini, konsep diri yang positif dapat membantu meningkatkan
kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dengan cara yang lebih efektif dan empati
13
Deni Yanuar dkk, “KOMUNIKASI ISLAM DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI
MURID PENYANDANG TUNANETRA” Jurnal Peurawi Volume 2, No 2, 2019, h. 122
13. 13
KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah di atas adalah bahwa konsep diri memiliki peran yang sangat
penting dalam komunikasi dan interaksi sosial seseorang. Konsep diri mencakup pemahaman
dan penilaian individu terhadap diri mereka sendiri, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti pengalaman, interaksi dengan orang lain, dan peran yang dimainkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Dari pembahasan tentang konsep diri, kita memahami bahwa konsep diri dapat terbagi
menjadi konsep diri positif dan konsep diri negatif. Individu dengan konsep diri positif
cenderung lebih percaya diri dan mampu berinteraksi dengan orang lain secara efektif, sementara
individu dengan konsep diri negatif mungkin mengalami hambatan dalam komunikasi dan
hubungan interpersonal.
Selain itu, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri, seperti
self appraisal atau persepsi diri sendiri, reaksi dan respons orang lain, serta peran yang
dimainkan dalam kehidupan sehari-hari. Faktor-faktor ini memainkan peran penting dalam
membentuk pandangan seseorang tentang diri mereka sendiri.
Dalam dimensi konsep diri, terdapat dimensi internal dan eksternal. Dimensi internal
mencakup identitas, perilaku, dan penilaian diri sendiri, sementara dimensi eksternal melibatkan
hubungan sosial, nilai-nilai, dan peran dalam keluarga dan masyarakat. Secara keseluruhan,
pemahaman tentang konsep diri dapat membantu individu untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi mereka, memperbaiki hubungan interpersonal, dan mencapai tujuan hidup yang
lebih baik. Dengan kesadaran akan konsep diri, individu dapat bekerja untuk mengembangkan
konsep diri yang positif dan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.
Dalam sintesis, keterkaitan antara konsep diri dan komunikasi dalam Islam sangat
signifikan. Konsep diri yang positif dapat membantu meningkatkan kemampuan seseorang
dalam berkomunikasi interpersonal yang efektif, yang pada gilirannya dapat meningkatkan
efektivitas dalam berbagai aspek kehidupan.
14. 14
DAFTAR PUSTAKA
Shavelson, RJ; Hubner, JJ; Stanton, GC. (1976) “Self-Concept: Validation of Construct
Interpretations.”( Pdt. Res V.46, No.10.). 410
Subaryana, (2015). “Konsep Diri dan Prestasi Belajar.” Jurnal Dinamika Pendidikan
Dasar Volume 7, No 2, 22
Alex, Sobur. (2003). “Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah” Bandung: Pustaka
Setia.
Rakhmat, Jalaluddin. (2004). “Psikologi Komunikasi”. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
P., Jhoni, Gusti. (2019). “Konsep Diri Pada Pasien Luka Kaki Diabetik” Pontianak: CV
Kanaka Media.
M. ar-Rifa’I, Nasib. (2000). “Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtisari Tafsir Ibnu Kasir jilid
4” Jakarta: Gema Insani.
Acocella Ross, Joan and Calhoun. (1990). “Psikologi tentang Penyesuaian Diri dan
Hubungan Kemanusiaan, terjemahan RS Satmoko.” Semarang: IKIP Press.
Hendriati, Agustiani. (2006). “Psikologi perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya
Dengan Konsep Diri Dan Penyesuaian Diri Pada Remaja.” Bandung: Refika Aditama.
Astuti Dwi, Ratna. (2014). “Skripsi: Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Konsep Diri Siswa Sekolah Dasar Negeri Mendungan I Yogyakarta” Unversitas Negeri
Yogyakarta. 18-20.
Unnes.ac.id. (2021, 24 Februari). Mahasiswa FH UNNES Raih Juara 1 dan Best Speaker
Lomba Debat Nasional Universitas Pendidikan Ganesha. Diakses pada 17 April 2024, dari:
https://unnes.ac.id/mahasiswa-fh-unnes-raih-juara-1-dan-best-speaker-lomba-debat-nasional-
universitas-pendidikan-ganesha/
Deni Yanuar, Nur Anisah, Mini Sartika, Intan Maisarah “KOMUNIKASI ISLAM
DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI MURID PENYANDANG TUNANETRA” Jurnal
Peurawi Volume 2, No 2, 122
15. 15
LAMPIRAN TESTIMONI KELOMPOK 7
Khairunnisa Ika Putri – 11220511000141
Pencerahan dalam Berkomunikasi
Testimoni yang akan saya berikan yaitu kisah saya pada saat SMA tepatnya pada awal
tahun 2020. Saya dulu bersekolah di SMA Negeri 63 Jakarta yang terletak di Jalan AMD
Petukangan Utara, Jakarta Selatan. Saya dulu mempunyai lumayan banyak teman, yang bernama
ahista, indah, aliya, adhis, najun dan triana.
Awal masuk sekolah ini, saya sedikit terkejut karena beberapa mata pelajaran sudah
menerapkan sistem belajar mandiri. Sistem belajar mandiri disini maksudnya adalah guru
membagi siswanya menjadi beberapa kelompok dan menugaskan untuk mempresentasikan
materi yang sudah diberikan. Karena pada saat saya SMP tidak pernah berbicara di depan kelas,
jadi saya sedikit gugup untuk menjalani tugas ini.
Saya pun bercerita kepada teman saya yaitu triana, saya bercerita bahwa saya tidak
pernah berbicara di depan kelas sebelumnya, jadi saya sedikit takut jika saya melakukan
kesalahan nantinya. Lalu, triana pun menenangkan saya dan berkata bahwa tidak perlu gugup,
cukup percaya dengan kemampuan diri maka akan memperlancar kita dalam menjelaskan
sesuatu. Dan triana pun menambahkan bahwa nanti di dunia perkuliahan juga akan banyak
melakukan presentasi di depan kelas.
Pada saat itu pun saya berusaha dan berlatih untuk memberanikan diri berbicara di depan
kelas. Walaupun awalnya saya tidak yakin bahwa saya bisa melakukannya dengan baik. Tetapi,
triana bersama teman-teman saya yang lainnya menenangkan dan mendukung saya agar bisa
melakukannya dengan baik.
Ditambah lagi saya pernah mengikuti kajian setelah shalat subuh yang dilaksanakan di
masjid al-Amin di dekat rumah nenek saya yang terletak di komplek Pesanggrahan Permai,
Petukangan Selatan, Jakarta Selatan, Pada bulan April 2020. Kajian tersebut mengenai
pentingnya kita berkomunikasi dengan baik. Penceramah dalam kajian tersebut bernama ustadz
Akhmad. Inti dari kajian tersebut yang saya ingat yaitu tentang pentingnya kita menanamkan
sifat percaya diri agar memperlancar sebuah komunikasi.
16. 16
Sejak saat itu, saya mulai mengubah persepsi tentang diri saya sendiri. Sebagai contoh,
saya mengubah diri saya yang awalnya pemalu dan penakut menjadi mulai berbicara dengan
lebih tegas dan percaya diri kepada orang-orang di sekitar saya termasuk berbicara di depan
banyak orang. Meskipun tidak langsung menjadi mahir, saya terus berlatih dan akhirnya saya
berhasil mengatasi rasa gugup jika ingin berbicara di depan kelas maupun di depan banyak
orang.
Saya menanamkan konsep diri positif yaitu percaya dengan diri saya sendiri dan juga
tercermin kepada ayat alquran yaitu Surah Ali Imran ayat 139 yang artinya "Janganlah kamu
bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang
paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang orang yang beriman. "
Ayat ini membuat saya menyadari bahwa kepercayaan diri bukan hanya tentang
kemampuan berbicara, tetapi juga tentang sifat dan sikap seorang mukmin yang memiliki nilai
positif terhadap dirinya dan memiliki keyakinan yang kuat. Dengan mengandalkan keyakinan
tersebut, kita dapat mengatasi segala rintangan yang terjadi di hidup kita.
17. 17
Sabila Weliza – 11220511000180
Menemukan Suara Yang Hilang
Sebagai makhluk sosial, manusia perlu berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain.
Kita tidak dapat hidup sendirian dan akan membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
fisik dan emosional kita. Berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk kehidupan pribadi,
profesional, dan sosial, sangat dipengaruhi oleh komunikasi. Dalam hal ini, komunikasi memiliki
keterkaitan dengan konsep diri. Konsep diri merupakan pondasi penting dalam membangun
kemampuan komunikasi yang efektif. Ketika kita memiliki konsep diri yang positif, kita akan
lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapat, lebih terbuka dalam menerima masukan, dan
lebih mudah menjalin hubungan dengan orang lain. Sebaliknya, jika kita memiliki konsep diri
negatif maka akan berpengaruh terhadap komunikasi seperti rendahnya rasa percaya diri dan
tidak bisa menerima respon ataupun kritik dan masukan dari orang lain.
Sebagai contoh, di tahun 2022 saya berada di kelas 3 SMA, waktu itu saya benar-benar
lelah dengan salah satu tugas kelompok yaitu tugas biologi di mana kelompok kami
mendapatkan judul materi tentang “Pencemaran Lingkungan”. Namun, pada saat itu saya
mendapat teman kelompok yang tidak berkontribusi dengan baik. saya sudah beberapa kali
mencoba untuk memberitahu hal apa yang harus dikerjakan ke teman saya itu, tetapi ia masih
tidak mau berusaha untuk mengerjakan dengan alasan tidak ada waktu, setelah itu saya menangis
dan orang tua saya menanyakan kenapa saya menangis, tentu saja saya menjawab apa yang saya
rasakan, saya bercerita dengan suara yang bergetar karena menangis. namun, orang tua saya
seakan tidak peduli dengan hal itu, mereka seperti menyepelekan apa yang dirasakan oleh
anaknya. Saya ingin sekali orang tua saya memahami perasaan saya, dan membantu saya untuk
menyelesaikan masalah yang saya hadapi. Namun, mereka justru tampak acuh tak acuh dan
setelah mengetahui alasan saya menangis, mereka hanya berkata “terlalu berlebihan”.
Dari kejadian ini, saya memiliki konsep diri yang negatif yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan keluarga. Konsep diri negatif yang terjadi kepada saya meliputi rasa tidak percaya
diri, menjadi anak yang pendiam dan tertutup serta merasa takut untuk mengungkapkan pendapat
karena takut tidak didengar dan akan disepelekan oleh orang lain.
18. 18
Namun, beberapa waktu kemudian, saya mencoba memberanikan diri untuk terbuka dan
berkomunikasi kepada orang tua saya. saya menyatakan ketidak-sukaan saya terhadap respon
mereka terhadap perasaan saya. Pada awalnya, mereka tampak terkejut dan bahkan sedikit
tersinggung. Namun, setelah saya menjelaskan dengan tenang dan sabar bagaimana perasaan
saya ketika mereka menyepelekan masalah saya, mereka mulai memahami sudut pandang saya.
Seiring berjalannya waktu, sikap mereka berubah. Mereka menjadi pendengar yang baik dan
berusaha untuk memahami perasaan saya. Mereka juga meminta maaf atas kesalahan mereka di
masa lalu dan berjanji untuk lebih peduli dengan perasaan saya. Dan pada akhirnya dapat
membantu saya untuk membangun rasa percaya diri dan harga diri yang lebih kuat.
Saya melakukan hal tersebut juga sesuai dengan ajaran islam, di mana islam mengajarkan
keberanian, kejujuran serta berkomunikasi dengan baik seperti berbicara dengan tenang. Hal ini
tercermin dalam ayat Al-Qur'an Surat Al-Hujurat ayat 12 yang artinya: "Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu meninggikan suara-suaramu melebihi suara Nabi dan janganlah kamu
berbicara dengan kasar kepadanya sebagaimana kerasnya berbicara sebagian kamu kepada
sebagian yang lain, karena sesungguhnya yang demikian itu adalah suatu kefasikan."
Saat ini, saya berusaha untuk menjadi individu yang memiliki konsep diri positif yang
lebih percaya diri dan tidak takut untuk bersuara ataupun berpendapat. Saya mencoba untuk
keluar dari rasa ketakutan-ketakutan tersebut, saya berusaha untuk tidak memikirkan hal-hal
yang membuat saya kurang yakin kepada diri sendiri. Saya juga meyakini bahwa jika kita
memikirkan kegagalan maka kita akan gagal, tetapi jika kita memikirkan keberhasilan, maka kita
akan berhasil.
19. 19
Muhammad Fahrudin Hani Rabbani – 11220511000171
Menanamkan Konsep Diri Positif
Cerita ini berawal dari ketika saya di pondok pesantren miftahul ulum, saya dikenal
sebagai sosok yang pendiam dan pemalu. Bahkan di Pesantren ketika ustadz memerintahkan
saya untuk memperkenalkan diri di depan teman-teman, badan saya keringet dingin serta nada
bicara saya gemetar dan gugup. Selesai tampil memperkenalkan diri, teman-teman saya pun
banyak yang tertawa dan berkomentar. "Din antum ngomong apa kumur-kumur? Suara nya
sampai gemetar gitu" lalu diiringi gelak tawa teman yang lainnya. Setelah kejadian itu, saya
mulai tidak percaya diri dan percaya diri saya semakin berkurang.
Suatu hari tepat ditanggal 16 November 2015, saya sudah menginjak kelas 1 Tsanawiyah
dan Pengurus Pondok Pesantren mengumumkan suatu kegiatan muhadoroh di tanggal 19
November. Muhadoroh tersebut terdapat beberapa penampilan acara yang akan diikuti seluruh
santri Pondok Pesantren, teman-teman saya tidak sedikit yang mengikuti acara tersembut.
Pengurus Pondok Pesantren saya mulai memilih beberapa santri untuk mengikuti
penampilan acara sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki santri tersebut. Ada yang
diikut sertakan dalam penampilan sholawat, pidato, pembacaan ayat suci al-qur’an, dan lain
sebagainya. Hingga ada 2 penampilan yang tersisa, yaitu berpidato dan membaca ayat suci al-
qur’an.
Lalu, Pengurus Pondok Pesantren saya menawarkan saya untuk tampil dalam acara
muhadoroh dan memilih penampilan yang tersisa. Saya memilih untuk membaca ayat suci al-
qur’an, karena saya merasa saya memiliki sedikit bakat dalam hal membaca al-qur’an. Awalnya
Pengurus Pondok Pesantren setuju, tetapi akhirnya beliau berubah pikiran. "Din, jangan jadi ikut
nampil membaca ayat suci al-qur’an ya. Aturan penampilannya, membaca ayat suci al-qur’an
harus tidak boleh sampai salah tajwidnya. kamu kalau membaca ayat suci al-qur’an kan suka
salah tajwidnya, jadi mending Raffi aja yang membaca ayat suci al-qur’an. kamu pidato aja,
kalau ngga ngerti nanti konsepnya saya bantu.
Akhirnya dengan terpaksa saya mengangguk setuju. Memang apa yang beliau katakan
sesuai dengan fakta, membaca ayat suci al-qur’an saya saat itu salah dalam pengucapan
20. 20
tajwidnya. Yang jadi masalah, saya tidak mempunyai kemampuan dalam hal public speaking.
Menghapal teks pidato bagi saya tidak jadi masalah, sehari pun saya mampu menghapalnya.
Namun jika saya harus berpidato dihadapan banyak orang, saya khawatir rasa gugup saya
menghancurkan isi pikiran saya, dan saya pasti akan terbata-bata saat berpidato. Dan benar saja,
sebelum penampilan tiba, Pengurus Pondok Pesantren saya ingin menguji hasil latihan saya
selama ini. Ketika selesai sholat magrhib berjamaah, sebelum santri di bubarkan, tiba-tiba
Pengurus Pondok Pesantren saya memanggil nama saya di depan seluruh santri. Beliau
memerintahkan saya agar berpidato di depan lapangan dan disaksikan oleh seluruh santri,
sebagai bentuk latihan ujarnya. Hasilnya?? Seperti yang saya duga sebelumnya. Saya gugup
melihat semua tatapan hanya tertuju kepada saya. Badan saya bergetar hebat, nafas saya tidak
teratur. Teks pidato yang sudah saya hafal langsung lupa, isi pikiran saya tergantikan oleh
pikiran-pikiran negatif. Saya terlalu sibuk menduga-duga respon mereka saat melihat penampilan
saya berpidato. Saya malu. Saya pun takut membuat Pengurus Pondok Pesantren saya kecewa.
Baru pembukaan saja, ucapan saya terbata-bata. Saya mendadak lupa semua yang saya
hapalkan. Mau improvisasi pun saya tak mampu. Mau tidak mau saya berhenti berpidato, saya
tutup dengan ucapan salam walaupun sebenarnya saya baru berpidato sekitar satu paragraf.
Semua yang ada di sana merasa heran, saya pun mendengar banyak bisikan cemoohan. Tapi saya
tidak perduli, saya segera berlali menuju balkon kamar. Di sana badan saya tiba - tiba terasa
lemas, kepala saya pusing. Tidak berselang lama, Pengurus Pondok Pesantren saya datang
menghampiri. Beliau menenangkan saya dan tetap memberi semangat.
Acara Muhadoroh pun tiba. Terdapat 5 santri yang mengikuti pidato. Saat itu saya
mendapatkan giliran no 4 dari 5 santri yang telah tampil, saya perhatikan mereka mempunyai
gaya yang beragam. Kemampuannya pun berbeda-beda, ada yang begitu fasih berpidato, ada
juga yang terbata-bata persis seperti pidato saya saat di ko’ah.
Dari semua peserta yang sudah tampil, ada seorang peserta yang menjadi pusat perhatian
semua orang. Ternyata dia merupakan santri yang sering mengikuti lomba dakwah. Pantas saja
kemampuan public speaking nya luar biasa, layak nya ustad-ustad yang terbiasa berdakwah
dihadapan para jama'ah nya. Semua orang, termasuk saya sudah bisa memperkirakan siapa yang
akan dinilai bagus dalam menampilkan pidato.
21. 21
Hingga giliran saya pun tiba, saya tampil tanpa harapan apapun. Karena jelas saya bukan
tandingan santri yang lain. Karena sudah tidak ada harapan, saya pun merasa tidak terbebani
dengan hal apapun. Saya hanya ingin menuntaskan kewajiban saya santri, saya ingin segera
selesai. Karena sudah merasa 'bodo amat', saya tampil sesuka hati saya. Saya tidak
memperdulikan semua tatapan penonton. Saya berbicara sesuka hati saya, gestur tubuh pun saya
gerakan senyamannya saya. Pada bagian akhir paragraf, saya lupa dengan pidato yang sudah
saya hapalkan, maka secara otomatis saya berimprovisasi sebisanya, asalkan tidak keluar tema
dan yang terpenting agar pidato saya cepat selesai. Saat itu panggung seolah-olah milik saya.
Saat saya selesai berpidato, semua pandangan masih terpaku pada saya, hingga saya kembali ke
tempat duduk. Entah apa yang mereka semua pikirkan, tapi saya tidak perduli sama sekali.
Hingga pengumuman penilaian pun tiba. Siapa sangka, ternyata saya mendapatkan nilai
cukup tinggi walaupun hanya lomba acara Muhadoroh. Pengurus Pondok Pesantren saya sangat
bangga dengan saya. Ternyata saya dapat memaksimalkan kemampuan saya disaat saya merasa
nyaman. Kenyamanan saya dapatkan saat saya sudah dapat menguasai materi, saat saya tidak
tertekan dengan respon orang lain dan saat saya tidak terbebani dengan hasil.
Kesimpulan yang saya dapatkan, ternyata yang terpenting dalam public speaking adalah
sebuah kenyamanan. Saat merasa nyaman kita bisa dengan mudah menguasai panggung bahkan
berinteraksi dengan penonton. Sejak saat itu saya selalu mempersiapkan diri saya dan berusaha
berbicara juga bertingkah senyaman mungkin saat berbicara di depan banyak orang. Hasilnya
pun mengesankan. Tak jarang saya mendapat banyak pujian saat selesai pidato di depan santri.
Kunci untuk dapat melakukan Konsep Diri dengan baik adalah kenyamanan. Jika kamu
nyaman saat sudah menguasai materi, maka kamu harus berusaha memahami materi yang akan
kamu sampaikan. Jika kamu merasa risih dengan tatapan mata, maka saat tampil usahakan mata
mu tidak bertemu dengan mata penonton. Kamu bisa mengedarkan pandangan mata mu ke atas
kepala penonton, atau ke dinding tembok. Intinya buat dirimu senyaman mungkin. Konsep diri
terbentuk melalui proses belajar yang berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa. Self
Concept dapat untuk memahamkan diri kita sebagai mahluk ciptaan Allah yang sempurna
dengan berbagai potensi dalam diri yang kelak akan di pertanggung jawabkan di hadapan Allah.