SlideShare a Scribd company logo
Lentera news -edJanuari2016|1
Lentera newss m a r t | b e r i m a n | i n s p i r a t i f
HILANGNYA
RASAMALU!?
Lentera news -edJanuari2016|2
DAFTARISI
Lentera news
Edisi#21Januari2016
SapaanRedaksi 3
TelisikPemred
LenteraKhusus
4
7
LenteraIman
LenteraRefleksi
KolomPollung
Sastra
LapoAksara
10
12
14
17
20
Credit ilustrasi cover : ­
http://www.warrenphotographic.co.uk/39551-white-japanese-
spitz-dog-hiding-face-in-shame
3|Lentera news -edJanuari2016
Salam sejahtera!
Selamat Tahun Baru 2016, bagi
­sahabat pembaca Lentera News.
Kiranya Anda diberkahi kesehatan
dan bahagia menapaki hari awal di
­tahun yang baru ini.
Merupakan sebuah kebanggan bisa
menapak tahun 2016 ini ­bersama
­sahabat pembaca Lentera News.
­Terutama sekali menjadikan majalah
online kesayangan kita ini sebagai
­ilham kehidupan yang beriman,
smart dan inspiratif.
SapaanRedaksi
Sahabat pembaca Lentera News
­tentu lekas mendapati perwajahan
baru dalam edisi bulan ini.
Komisi Komsos Keuskupan Agung
Medan (KAM), pada Desember 2015,
telah mendapat masukan untuk
­menyegarkan layout untuk kakak
­majalah ini, Menjemaat yang rutin
­terbit untuk lingkup wilayah KAM.
Pastor Erwin dari Bina ­Media
­Perintis menganjurkan untuk
­konsultasi dengan desainer senior
Kompas, Lim Bun Chai.
Karena satu dan lain hal, upaya
penyegaran wajah juga ­berlanjut
ke ­majalah online ini. Seperti
­mengingatkan petuah kecipratan
getah nangka dari saudara sendiri.
Namun getah ini, malah memberi
kenikmatan. :)
Dalam edisi ini, perubahan belum
diterapkan dalam lingkup kolom.
Sebab, Lentera News juga ditopang
para penulis yang murah hati berbagi
inspirasi dan pengetahuan-nya.
Akhir kata, semoga wajah baru
­Lentera News turut menyalakan
­semangat menjalani tahun baru ini.
Meskipun senang bergumul untuk
pembaharuan, kami tetap ­berbahagia
menyajikan nilai utama dalam
­menerbitkan majalah ini: smart, beri-
man & inspiratif.
Shalom,
Redaksi
Lentera news -edJanuari2016|4
TelisikPemred
Aurat sering disebut ­Kemaluan.
Umumnya tertutup, dan ­memang
seharusnya begitu. Dalam arti
tidak untuk ­dipertontonkan.
­Manusia menjadi malu kalau
­sadar bahwa orang lain ­melihat
auratnya. Bahkan menjadi
aib berkepanjangan dalam
­kehidupannya.
Nalar sehat mengatakan
bahwa aurat itu disebut ke-
maluan, itu tidak tepat, dan
salah kaprah Aurat adalah
bagian vital, dan merupakan
salah satu organ yang pent-
ing dalam sirkulasi ­kehidupan
manusia. Logis bahwa yang
ditutup itu bukan aib, ­keburukan,
atau kehinaan. ­Ditutupi, bukan
dalam ­ditutup-tutupi. Ditutupi
disini dalam pemahaman dijaga,
dan ­dilindungi, bahkan kalau
boleh nyawa menjadi taruhan
karena kehormatan. Aurat itu
­Kehormatan, harga diri, bukan
Kemaluan.
Beberapa tahun yang lalu,
budaya malu sempat ­menjadi
perbincangan. Bahkan ­berujung
gerakan kesadaran umum.
Saat itu manusia menjadi tidak
­menjaga ­kehormatannya.
­Manusia memanfaatkan
­kepercayaan sesamanya, jabatan,
peluang, dan kesempatan, untuk
­kepentingannya. Ia tidak malu-
malu alias menelanjang dirinya
dan merasa nyaman ber-KKN
(Kolusi,Korupsi, dan ­Nepotisme).
Pada tatanan ini ­manusia
­melanggar aturan, norma, etika,
dan kebiasaan.
Kala manusia menjual
atau lebih tepat melacurkan
­kehormatannya demi kenikmatan
diri, keluarga, dan ­kroni-kroninya,
maka manusia seharusnya
malu. Tetapi aneh manusia
menjadi tak tahu malu maka
munculah ­gerakan Budaya Malu.
Pada ­intinya gerakan itu ingin
menghanguskan mentalitas tak
tahu malu itu alias mengumbar
­kehormatannya demi ­kenikmatan
diri, keluarga, dan kroninya.
­Gerakan itu disebut reformasi
bahkan ditambah lagi kata
mental. Jadi lengkapnya revolusi
mental.
Seiring dengan bergulirnya
masa itu, toh ternyata men-
talitas tak tahu malu tidak
hilang juga. Bahkan berubah
bentuk ­menjadi lebih moderen.
­Syukur pada ­jaman reformasi itu
media-media sosial mengalami
­kebebasan yang berarti. ­Terbuka
dan ­kritis, ­bahkan ­menjadi
­kekuatan sosial yang ­pantas
diperhitungkan. ­Media inilah yang
­mempertontonkan mentalitas tak
tahu malu yang sudah mengalami
perubahan yang signifikan itu.
Perubahannya adalah manusia
merasa bebas mempertoton-
tonkan perilaku yang tidak elok.
Adu jontos di ruang sidang yang
terhormat. Senyum bak selebritis
saat digadang polisi anti korupsi
menuju mobil tahanan.
Pembenaran diri juga ­menjadi
lebih canggih, sehingga yang
benar jadi salah dan sebaliknya
yang salah jadi benar. Di kalangan
BUDAYAMALU,
LOGIKATERBALIK
RP Hubertus Lidi OSC
Ketua Komsos KAM
5|Lentera news -edJanuari2016
masyarakat umum, semangat
untuk menegakan yang katanya
hukum, juga mempertoton-
kan ­kebrutalan. Misalnya demi
menghukum, maka orang yang
kedapatan berbuat yang tak
senono, diarak telanjang menge-
lilingi perkampungan. Anehnya
yang mengarak tidak malu
­menotontonnya bahkan bersorak
sorai. Dalam konteks ini, yang
tertangkap sangat manusiawi,
karena pada saat genting itu ia
berupaya meraih apa saja menu-
tupi auratnya dengan caranya
sendiri. Bagaimana dengan yang
mengarak dan menangkap?
Malu pada dasarnya berkaitan
dengan manusia yang berakal
budi. Manusia seyogianya ­adalah
makluk yang berakal budi. Ia
­sadar akan ­­keberadaannya,
­sehingga harkat dan ­martabatnya
berbeda dengan Kuda dan
­Kambing. Hewan tidak sadar akan
keberadaannya. Akal budi inilah
yang menghantar manusia pada
tatanan yang berbeda dengan
makluk lain di muka bumi ini.
­Esensi kehormatan ada disana,
akal dan budi. Ini merupakan
kehormatan bagi diri dan sesa-
manya.
Pada bagian lain manusia
dari dirinya bukan ­merupakan
­merupakan maklum yang
­sempurna. Ia membutuhkan
orang lain; interaksi, relasi, dan
persahabatan serta ­pengabdian
sebagai bentuk untuk saling
melengkapi dan menghargai
satu dengan yang lain. Jabatan
yang berujung pada pengabdian,
merupakan bentuk apreasiasi dari
manusia sebagai makluk yang tak
sempurna itu. Saling membutuh-
kan dan melengkapi.
Teman-teman di Papua
­menyebut manusia yang tak tahu
dengan sebutan: urat malunya
sudah putus. Kadang mereka
menyebutnya Malu Picah (pecah)
diantara kita. Manusia yang tidak
menjaga kehormatanya entah
jabatan, kapasitas, dan statusnya
dengan seenaknya perutnya
melanggar aturan, norma, etika,
dan kebiasaaan baik adalah orang
yang tak tahu malu. Kita sedang
krisis, Tak Tahu Malu.
Credit ilustrasi: ­
lavishgulatiblogs.wordpress.com
Lentera news -edJanuari2016|6
Jeda
7|Lentera news -edJanuari2016
Hari-hari ini sepertinya adalah
sebuah masa yang tak terduga.
Masa yang menjanjikan
kebebasan namun pada saat yang
sama memberikan kebingungan.
Sejak berakhirnya rezim militer
di Indonesia, ada beberapa
hal yang mudah kita saksikan
di negeri ini: perpecahan di
kalangan elit politik, peningkatan
politik agamis, pengungkapan
pelanggaran hak asasi manusia
di masa lalu, menguatnya budaya
populer, serta revolusi komunikasi
digital terutama di kalangan kelas
menengah baru. Berakhirnya
rezim represif yang berumur
panjang ternyata pada satu sisi
menghadirkan gegap gempita
kebebasan, namun segera diikuti
oleh berbagai peristiwa tak
terduga dengan kebingungan arah
dan sepertinya juga keputusasaan.
Barangkali salah satu wujud “kebin-
gungan” tersebut bisa kita temukan
dalam kasus Setya Novanto. Ia adalah
ketua DPR RI yang semakin populer
sejak rekaman 120 menit percakapan
dengan dua orang lainnya terkait PT
Freeport, tersebar di berbagai media.
Di dalam percakapan tersebut, Setya
Novanto dikabarkan mencatut nama
RI 1 untuk renegosiasi kontrak dengan
korporasi asing tadi. Ia juga meminta
saham perusahaan itu untuk Presiden
dan Wakilnya, serta saham proyek
listrik yang akan dibangun di Timika,
Papua. Setya Novanto meminta PT
Freeport menjadi pembeli (offtaker)
sekaligus investor tenaga listrik yang
akan dihasilkan di dalam proyek
tersebut. Lantas, rekaman percakapan
ini pun segera menjadi viral, massif,
tersebar luas di berbagai media publik
setelah, katanya, dibocorkan oleh
beberapa wartawan. Kasus ini pun
segera menuai kecaman dan makian
dari masyarakat luas yang mudah
diketemukan di berbagai media sosial.
Dengan kemunculan kasus terse-
but, hadir suasana riuh, sekaligus tak
terkontrolnya kekuasaan media yang
bersilang dengan kekuatan pasar atau
bisnis. Setiap hari, berbagai media
berlomba menampilkan, mengulas,
membahas, dan mengulang-ulang
pemberitaan rekaman percakapan
tadi. “Tidak etis-nya” seorang ketua
legislatif segera menjelma sebagai
lahan komodifikasi. Konstruksi pe-
nilaian publik atas “tidak tahu malu-
nya” seorang pejabat publik ternyata
menjadi “rejeki” dan “ladang uang”
bagi industri media. Segera muncul
para “pakar” dan “ahli” yang melaku-
kan analisis terkait rekaman percaka-
pan Setya Novanto. Tak hanya itu,
berlimpahnya informasi menjadikan
masyarakat tak kurang “tahu” dan
tak kurang “pintar”. Barangkali yang
jadi persoalan kita sekarang bukan
lagi kurang pengetahuan melainkan
kurang kedalaman saja. Beberapa
orang yang menjadi lawan politik
Setya Novanto pun berlomba untuk
tampil bak seorang “penjaga morali-
tas”. Kasus ini bersegera mengalami
“metamorfosis” menjadi semacam
sinetron. Yang jahat dan brutal pasti
selalu kalah. Di akhir kisah, penonton
pun bertepuk tangan setelah pem-
eran antagonis (dalam hal ini Setya
Novanto) mengundurkan diri. Kini,
kisah itu pun menguap entah kemana
dan berganti dengan cerita “sinetron”
lainnya.
Kita tak hendak mengatakan Setya
Novanto tak salah, kita juga tak ingin
mengatakan media publik adalah
sesuatu yang salah. Tentu dari sisi
‘SetNov’:WAJAH
BINGUNGKITA
Milda L. Pinem
Dosen FISIPOL di UGM,
Yogyakarta.
Saat ini sedang
­melanjutkan studi S3
di University of Hull,
Inggris.
LenteraUtama
Lentera news -edJanuari2016|8
etika bagi seorang pejabat publik, apa
yang telah dilakukan oleh Setya No-
vanto adalah sesuatu yang tak boleh
dibenarkan. Namun, ada hal lain yang
tak kalah penting namun genting yang
perlu dicermati pasca kasus rekaman
percakapan tersebut. Kasus Setya No-
vanto telah memantik refleksi atas re-
alitas terdalam masyarakat kita yang
sebenarnya sedang ­“kebingungan”.
Kasus ini pada akhirnya menjadi
semacam momen untuk menilai
wajah diri dan masyarakat kita.
Masyarakat pasca Orde Baru dan
masyarakat era teknologi informasi
yang gandrung dengan informasi tapi
kurang kedalaman dan kurang kritis,
haus akan moral religius tapi kurang
rasional dan gemar menghakimi,
tertarik dengan berita proses politik
tapi seringkali apolitis dan amnesia
tentang sejarahnya sendiri yang kom-
pleks, cinta akan kebersamaan dan
mengagungkan karakter komunalitas
tapi tak jarang individualistis. Yang
terjadi juga adalah tergerusnya rasa
“malu” dan juga tumpulnya komit-
men. Terjadi berbagai perdebatan
berisik di berbagai tempat di ranah
publik baik mengenai kepentingan
umum dan juga urusan pribadi orang
lain. Tersebar luas kepicikan wa-
wasan historis dalam mendiskusikan
masalah-masalah mutakhir, sebagai
contoh penyerangan kepercayaan
minoritas oleh kelompok agama may-
oritas. Kita memang telah mening-
galkan era supremasi militer dan kini
memasuki zaman “supremasi sipil”
yang ternyata tak kalah berbahaya.
Jika kita cermati lebih jauh, salah
satu wujud lain dari wajah “bin-
gung” masyarakat adalah hadirnya
kelompok kelas menengah baru di
Indonesia. Mereka adalah kelompok
muda yang sebagian besar tinggal di
perkotaan, orang kaya baru, dan selalu
menjadi sasaran pasar. Yang menarik
di sini adalah transformasi makna
­kelas menengah. Pada zaman ­Revolusi
Industri di Eropa, kelas menengah
dipandang mampu membawa iklim
Kasus ini pada
akhirnya menjadi
semacam momen
untuk menilai
wajah diri dan
masyarakat kita. …
Yang terjadi juga
adalah tergerusnya
rasa “malu” dan juga
tumpulnya komitmen.
perubahan yang akan mengangkat
derajat kaum bawah yang tertindas
dan tereksploitasi. Pada masa itu,
peran kelas menengah sangat politis
dan “menarik”: membela kaum buruh
dan kaum tertindas dari kekuasaan
negara juga pasar yang dianggap tak
sesuai dengan “kesadaran” mereka.
Apa yang ditekankan adalah arti dari
“kesadaran kelas”.
Untuk konteks Indonesia, yang
muncul dan berkembang justru kelas
menengah baru yang sifatnya tak lagi
politis melainkan kultural, bahkan
sebenarnya sangat apolitis. Kelas ini
memiliki tabiat, selera dan pandangan
yang seragam. Tidak hanya karakter
yang homogen, karakter paradoks
dan “kebingungan” juga sering
mewarnai kelas menengah baru ini.
Kitalah ­wajah kelas menengah baru
yang menjadi relawan penanam
pohon sembari menjadi advokat di
­perusahaan tambang perusak ling-
kungan, kitalah yang menjadi pegawai
sebuah lembaga perkreditan dan
bank yang juga berlomba menyicil
mobil mewah, kitalah yang yang
ramai posting status di facebook dan
berkicau nyaring di twitter tentang
kemelaratan dan kesengsaraan orang-
orang di remote area sambil melirik
tas-tas branded dengan harga selan-
git, kitalah yang berlomba beramal
dan menyumbang ke rumah-rumah
ibadah sembari nongkrong di pub
dan cafe-cafe kelas atas. Kita jugalah
yang konon sangat mendukung
program “penggusuran” dari sebuah
perkampungan di Jakarta. Sebuah
kebijakan yang sangat dekat dengan
market values dan kepentingan bisnis
dengan mengabaikan konsep citizen-
ship bahwa masyarakat miskin tidak
berhak tinggal di kota besar tersebut
karena tidak mampu berkompetisi
dalam proses ekonomi.
Praktik-praktik masyarakat dan
situasi yang membingungkan seperti
itu tak mudah lagi “dijinakkan” oleh
negara, tak mudah ditertibkan oleh
institusi agama. Kasus Setya Novanto
“
Setya Novanto via Smeaker.com
9|Lentera news -edJanuari2016
dan respon terhadapnya, hanyalah
salah satu wujud dari kebingun-
gan masyarakat. Setiap orang kini
seolah-olah memegang otoritas yang
semu namun pada saat yang sama
ia tak bisa menjadi penentu dalam
­hidupnya. Krisis gagasan besar yang
orisinil pun hadir di mana-mana,
karena kita memang mewarisi kultur
didaktis, “mem-beo” dan “latah”.
Kita hidup di sebuah masa di mana
manusia adalah mahluk yang penuh
dengan kemungkinan yang tak tere-
dam. Segala yang ganjil, gila-gilaan,
yang memalukan, yang tak etis bisa
terjadi tanpa pernah dibayangkan
­sebelumnya. Lantas apakah ada solusi
untuk “kebingungan” ini? Barang-
kali waktu bisa menjawab. Karena
hanya waktu yang bisa membuat kita
bisa menunggu, menunda, bersiap,
berubah dan mengantar kita pada
peristiwa lain. Waktu selalu memiliki
batas, tapi ia juga membuka pintu
pada perubahan lainnya. Sementara
kita hanya bisa terus mencoba.
Jeda
Lentera news -edJanuari2016|10
YUBILEUMDANPINTUSUCI,
APAMAKNANYA?
M
ulai 8 Desember 2015
sampai 20 ­November
2016 ini, kita akan
­merayakan sebuah
­perayaan maha agung, yakni Tahun
Suciatau­TahunYubileum.MelaluiBulla
­Kepausan“MisericordiaeVultus”,Paus
Fransiskus mendeklarasikan ­Yubileum
ini dalam rangka memperingati 50
­tahun Penutupan Konsili Vatikan II (8
Desember 1965).
Yubileum kali ini mau berpusat
pada Kerahiman Allah yang Maha Be-
sar, sehingga Yubileum ini dinamakan
sebagai “YUBILEUM KERAHIMAN”.
Namun, kita pasti bertanya-tanya,
apa sih Yubileum itu? Kemudian jika
kita mendengar kata “Yubileum” pasti
menyangkut-pautkan “Pintu Suci”.
Nah, apa sih Pintu Suci itu? Supaya
kita bisa paham istilah-istilah terse-
but sehingga dapat merayakan Tahun
Yubileum Kerahiman dengan khidmat
dan maksimal, mari kita bahas satu-
persatu.
APA ITU YUBILEUM?
Tradisi Yubileum berakar dari
­bangsa Yahudi. Pertama-tama kita
harus tahu bahwa Gereja ­Katolik
memiliki kekayaan tradisi dan
­simbolisme iman yang berlimpah, se-
bagian dari antaranya berakar dari
tradisi bangsa Yahudi, bangsa yang
pertama dipilih Allah untuk menjadi
sarana keselamatan seluruh umat ma-
nusia. Kata “yubileum” berasal dari
bahasa Ibrani “yobel” yang berarti
“tanduk domba jantan” atau “sang-
kakala”. Disebut Tahun Yobel atau Ta-
hun Pembebasan adalah tahun ke-50
yang diatur dalam Kitab Imamat 25:1-
22 sebagai tahun pembebasan bagi
umat Israel. “..... Kamu harus mengu-
duskan tahun yang kelima puluh, dan
memaklumkan kebebasan di negeri
itu bagi segenap penduduknya. Itu
harusmenjaditahunYobelbagimu.....”
(Im 25:10).
YUBILEUM DALAM GEREJA
Sejarah mencatat Tahun Yubi-
leum pertama kali diadakan dalam
Gereja pada masa pontifikat Paus
Bonifasius VIII (1294-1303). Pada
masa itu perang dan wabah pen-
yakit mengguncang hampir seluruh
Benediktus Diptyarsa
Janardana
Mahasiswa Psikologi di
Universitas Negeri Malang
LenteraIman
(credit foto: http://monroenews.com)
11|Lentera news -edJanuari2016
kawasan Eropa sehingga banyak
sekali ­korban jiwa berjatuhan dan
penderitaan di mana-mana. Alhasil,
umat pun ­berbondong-bondong ke
Roma untuk berziarah memohon
­pengampunan Allah dengan melaku-
kan silih dan ­tobat di depan makam
St. Petrus dan Paulus. Tren ­ziarah ke
Roma ini ­mencapai puncaknya pada
Natal 1299. Menanggapi hal itu, Paus
­Bonifasius memutuskan untuk men-
jadikan ­tahun berikutnya, yakni tahun
1300 menjadi “Tahun Pengampunan
Segala Dosa”. Inilah awal dari Tahun
­Yubileum dalam Gereja Katolik.
Sejak saat itu, Gereja mulai secara
teratur mengadakan Tahun Yubileum,
awalnya diadakan setiap 100 tahun
sekali, kemudian 50 tahun sekali, dan
kemudian 25 tahun sekali hingga seka-
rang. Yubileum 25 Tahunan ini disebut
sebagai “Tahun Yubileum Biasa”. Tak
jarang Tahun Yubileum ­diadakan di
luarjangkawaktu25tahunan­tersebut,
terutama ketika ­memperingati
­peristiwa Gereja yang amat penting.
Nah, Yubileum yang diadakan di luar
jangka waktu 25 tahunan ini disebut
sebagai “Tahun Yubileum Luar Biasa”.
Contohnya adalah tahun 1983. Paus St.
Yohanes Paulus II mendeklarasikan
tahun 1983 sebagai Tahun Yubileum
Luar Biasa guna merayakan 1950 ta-
hun Wafat dan Kebangkitan Yesus
Kristus. Kita merayakan Tahun Yubi-
leum Biasa terakhir pada tahun 2000,
pada saat Gereja memasuki Milenium
baru, Milenium ke-3.
APA SIH YANG TERJADI WAKTU
­YUBILEUM?
Nah, yang menjadi pusat perhatian
umat pada waktu pelaksanaan Tahun
Yubileum (baik Biasa maupun Luar
Biasa) adalah pembukaan Pintu Suci,
atau dalam bahasa Latinnya disebut
“Porta Sancta”. Jadi, pada saat Pembu-
kaan Tahun Yubileum, Sri Paus akan
membuka Pintu Suci yang terdapat
di Basilika St. Petrus, Vatikan, dilan-
jutkan dengan pembukaan Pintu Suci
di Basilika Agung St. Yohanes Lat-
eran, Basilika St. Paulus di Luar Tem-
bok, dan Basilika St. Maria Maggiore.
Masing-masing Pintu Suci di basilika-
basilika tersebut dibuka oleh seorang
delegasi Sri Paus (tapi tidak menutup
kemungkinan Sri Paus sendiri yang
membuka Pintu Suci di keempat basi-
lika ini seperti pada Tahun Yubileum
2000). Keempat basilika ini adalah
basilika paling utama dan paling pent-
ing dalam Gereja Katolik.
Seiring perkembangan zaman, guna
memperluas kerahiman Allah di nega-
ra-negara yang jauh dari basilika-basi-
lika utama Roma, Pintu Suci juga dil-
etakkan di basilika-basilika kecil yang
ada di seluruh Dunia, sehingga pada
saat Tahun Yubileum tiba, Pintu-Pintu
Suciiniakandibukaolehuskupsetem-
pat. Selama Tahun Yubileum, Pintu
Suci dibuka 24 jam, sehingga memu-
dahkan umat untuk berziarah dan ber-
doa di depan Pintu Suci. Lalu Pada Pe-
nutupan Tahun Yubileum, Pintu Suci
akan ditutup dan disegel dengan tem-
bok. Biasanya di dalam tembok akan
ditanam sebuah kotak logam yang
berisi perkamen Kepausan, medali
peringatan Yubileum, dan kunci un-
tuk membuka Pintu Suci. Menjelang
Tahun Yubileum selanjutnya, segel ini
akan dibongkar dan kunci Pintu Suci
akan diambil untuk disiapkan dalam
Pembukaan Tahun Yubileum.
(bersambung di edisi Februari 2016)
Penjebolan tembok yang menyegel Pintu Suci di mana di dalam nya ditanam kotak segel berlapis logam. Isi kotak segel
dalam foto di atas ditampilkan medali-medali peringatan Tahun Yubileum, terdiri dari 1 medali emas yang dibuat
­menyambut Yubileum Agung 2000, 23 medali perak yang menandakan masa pontifikat Paus Yohanes Paulus II saat
membuka Pintu Suci di tahun 2000, dan 17 medali perunggu yang dibuat sejak Yubileum sebelumnya di tahun 1983.
Lentera news -edJanuari2016|12
H
ujan mengguyur kota saya
­sepanjang hari ini. Membuat
kaki enggan beranjak kema-
na saja karena bangku atau
kasur yang didiami lebih hangat dari
semilir angin yang berhembus. Dalam
menikmati hujan, saya menemukan
kembali alasan ­untuk bertahan dalam
menjalani hidup ini. Dengan tetap
bersyukur saya ­menjalani semuanya.
Yeah, ­BERSYUKUR.
Bersyukur berarti menerima segala
yang terjadi dan memetik hal positif
dari masalah yang ada. Dengan
bersyukur, kita menemukan hal baru.
Bahwa ternyata pribadi kita lebih
tegar dari masalah yang dihadapkan.
Bahwa masih ada yang lebih buruk
atau lebih baik dari apa yang kita
alami. Tangan Tuhan sedang merenda
hidup kita. Menguji pribadi tentang
iman yang kita miliki kepada-Nya,
hingga seberapa besar hati mampu
mensyukuri pergolakan dalam hidup
ini.
Setiap pribadi diberikan batasan
dalam masalahnya. Maka percayalah,
tak ada alasan bagi kita untuk mem-
benci situasi yang terjadi dilingkaran
hidup ini dan seberat apapun itu.
Seharusnya tidak akan sulit bagi tiap
pribadi untuk mengucap syukur.
Menurutku, ada beberapa cara
untuk bersyukur. Pertama, berdoalah
dengan teduh dan kesungguhan hati.
Curahkan segala penatmu, berendah
hatilah. Serahkan segala amarah,
luka, dendam dan kebencian serta
dosamu padaNya agar diubahkan
dalam tangan pengasihNya. ­Mintalah
pada Bapa untuk dituntun tiap
­langkahmu, agar Dia membawamu ke-
hal yang baik. Agar rencanamu adalah
­rencana-Nya juga.
Lalu percayalah bahwa hidup itu in-
dah begini adanya. Selama kita masih
ingin hidup, Tuhan akan membuat
semesta membantu kita bertahan
dan melaluinya. Akan disediakannya
makan, minum, tempat dan tentunya
sepaket dengan orang – orang yang
berbagai rupa karakternya. Hingga
hidup pantas dihargai, diperjuang-
kan dan disyukuri. Dan yang paling
penting untuk membuat rasa syukur
diam di hati kita adalah berusaha dan
berbagi.
Berusahalah memahami hal yang
terjadi tidak hanya dari kacamata kita
sendiri. Berusahalah dalam tindakan
– tindakan nyata. Lalu berbagilah hal
– hal yang baik disekitar hidup kita
dengan tulus. Niscaya, segala yang
terjadi mampu membuat kita untuk
selalu bersyukur.
Jadi, sudahkah anda bersyukur hari
ini? Jawabnya ada dalam hati.
Selamat mengagumi semesta dan
cintailah Nirwana di hatimu.
Binjai KM 10.5 |3-4 Desember 2015
(credit foto:
http://anokhimedia.com)
Margaretha Ayu
Bawaulu
Peminat Sajak, umat di
Paroki Helvetia - Medan
HIDUPKAN
PRIBADIBERSYUKUR
LenteraRefleksi
13|Lentera news -edJanuari2016
Evaluasi merupakan hal ­penting
bagi lembaga pers. Seluruh awak
redaksi mengoreksi kekeliruan,
­sembari berbagi pengetahuan.
­Demikian digambarkan ­wartawan
Tempo, Bagja Hidayat dalam
­buku-nya berjudul #kelaSelasa.
Judul yang terilhami nama kegiatan
­evaluasi, Kelas Selasa, wartawan
Tempo.
Berseberangan dengan yang lazim,
tulisan di buku #kelaSelasa merupa-
kan kumpulan cuitan atau posting
teks di akun Twitter milik Hidayat,
tentang koreksi dari wartawan senior
Tempo. Kajian yang paling banyak
diposting dari Amarzan Loebis.
Buku #kelaSelasa memaparkan
pengetahuan dan etika jurnalis-
tik secara ringkas dan lugas. Yang
­merupakan karakter publikasi di
Twittter. Sehingga pembaca, yang
berminat maupun berprofesi di dunia
pers, jarang mengernyitan dahi untuk
memahami satu pemaparan.
Hidayat memilah seluruh cuitan
dalam tagar #kelaSelasa, dalam kurun
2011 hingga 2014, dalam empat bagian
utama. Yakni: Liputan, Menulis, Lain-
lain, Epilog. Beberapa ­pengetahuan
baru tentang jurnalistik dapat
ditemukan dalam buku ini. Sebab kaji-
annya berkenaan dengan studi kasus
yang dialami para pewarta di Tempo.
Kekurangan kecil dalam buku ini
ialah pengulangan beberapa poin.
Meskipun tidak fatal, hanya saja
sedikit mengurangi kenyamanan
dalam membaca.
#kelaSelasa merupakan rujukan
bagus bagi peminat maupun pelaku
dunia jurnalistik. Terutama mereka
yang haus pengetahuan tentang karya
jurnalistik layak muat, dan bebas dari
bias.
[Ananta Bangun]
ResensiBuku
InspirasiJurnalistik
dariWadahCuitan
Lentera news -edJanuari2016|14
J
epang tiba di Porsea pada
Jumat malam, 13 Maret 1942.
Mereka mengejutkan barisan
pertahanan Belanda. Barangkali
saja Jepang sudah memata-matai
­kekokohan bertahan serdadu
­Belanda sebelum mereka memutus-
kan memulai serangan.
Belanda memusatkan ­pertahanan
dengan membelakangi danau.
Mereka memilih darat sebagai pusat
penyambutan serdadu Jepang yang
memang sudah mereka prediksi
­kedatangannya. Begitu mereka
mendengar tentara Jepang sudah
mendarat di Pantai Timur, ­Gubernur
mengirim satu kompi ke Balige
­memperkuat pertahanan. Mereka
berasal dari para buruh kebun dan
pegawai kantor yang diwajibkan
menjadi pasukan perang. Mereka
kemudian bergabung dengan orang-
orang Belanda di Balige. Beberapa
hari sebelum kejutan dari Jepang
itu, beberapa serdadu ditugaskan
­pemerintah ­Belanda memasang
peledak di jembatan penghubung
Porsea dan Balige.
Selain itu Gubernur di Medan
juga memerintahkan kontrolirnya
di ­Balige mengamankan aneka
­minuman yang dikirim dua truk dari
Medan. Minuman itu kepunyaan
Witte Societeit Medan. Gubernur
tidak ingin botol-botol berisi jenewer,
whisky, gin, bir, sampanye, chianti,
dan beragam jenis anggur itu jatuh ke
tangan orang Jepang. Nantinya semua
minuman ini dihancurkan di depan
gudang penyimpanannya di Laguboti
karena kontrolir harus menghancur-
kannya tatkala Jepang sudah semakin
tercium aromanya. Karena akan
terasa aneh dan janggal mengutama-
kan menjaga minuman ketimbang
memperkuat barikade.
Serdadu Jepang merampas
perahu motor dari Parapat serta
membawa seorang Batak sebagai
pemandu jalan. Bergerak dalam
kegelapan malam, mereka tiba di
Porsea. ­Kemudian segera mereka
­menguasai ­jembatan yang tak sempat
­diledakkan itu ­dengan menembaki
para serdadu yang tampak gagap
karena tak ­menduga kedatangan
mereka. ­Beberapa orang selamat
dengan ­memanfaatkan arus sungai
Asahan. Bagi yang tertangkap, Jepang
mengikat kaki dan tangan mereka
lalu membunuh mereka dengan
PerangdanDanauToba
KolomPollung
Dian Purba
Anggota HIMAPA
(Himpunan
­Mahasiswa Pakkat)
15|Lentera news -edJanuari2016
­bayonet kemudian melemparkannya
ke sungai.
Keesokan harinya Jepang bergerak
ke Balige. Sementara itu beberapa
rumah orang Belanda dirampok oleh
penduduk. Itu menunjukkan zaman
akan berganti. Tanah jajahan akan
menyambut tuan baru.
Sesungguhnya Jepang datang ke
Toba tidak dengan perlengkapan
senjata canggih dan lengkap. Mereka
“hanya” bermodalkan senapan.
Penampilan para serdadu itu ­tampak
kumal, tidak rapi, dan kelihatan
­sangat letih. Namun, jumlah mereka
yang sangat banyak itu mengecilkan
hati orang Belanda.
Tak terlalu lama mereka berhasil
menjadikan orang Belanda ­menjadi
barisan kalah perang. Mereka
digiring berjalan kaki dari Balige ke
­Tanggabatu. Di beberapa titik mereka
rehat menghilangkan lelah sembari
menabung tenaga.
Dalam situasi yang begitu cepat
berubah dan mereka rasakan ­begitu
mengerikan menjadikan Danau
Toba yang indah itu dirasakan orang
Belanda sebagai siksaan sekaligus
kekaguman yang takkan pernah
­tuntas. Siksaan karena udara ­sejuk
dan keindahannya akan segera
­ditinggalkan. Kekaguman yang ­takkan
pernah tuntas itu sendiri sangat
terkait dengan siksaan yang tadi itu.
Sehingga ketika mereka berhenti di
satu titik sebelum tiba di Tanggabatu,
sambil melihat danau di sebelah
kanan mereka, seorang dari mereka
bergumam, “Bagaimana mungkin
­semua ini bisa terjadi, sedangkan
alam begitu indah tak ­terlukiskan,
begitu damai dan tenang.”
Beberapa bulan setelah itu, orang-
orang Belanda itu sudah menjadi
penghuni penjara Jepang di bekas
hong kuli di Belawan.
(credit foto: ­
http://paradiseintheworld.com)
Lentera news -edJanuari2016|16
17|Lentera news -edJanuari2016
A
ndai suatu hari menjauh
dari tempat ini, masihkah
ada waktu bagiku untuk
­­bertemu dengan cinta
­sejatiku? Itulah hatiku yang galau
mengisi malam sepi, dingin dan tak
berdaya dalam rintikan hujan.
Suatu saat yang tak ­kuduga,
saya bertemu dengan ­seorang
gadis, dan dari keterus
terangannya dia menceritakan
kisahnya itu kepadaku. Saya
hampir tidak tahu bagaimana
awalnya bertemu ­dengannya
dan lalu berkenalan… ­sangat
dalam dengannya. Ya….
Sedalam hatiku yang tak
pernah juga kumengerti… dan
dia pun memulai ceriteranya
saat itu. Gadis muda.. masih
belia… dan aku melihatnya
dalam kegalauan yang be-
sar…. Entah apa sesungguhnya
yang ada di benaknya… tak
bisa ­kumengerti… tak bisa
­kupahami dengan akal sehatku
yang sederhana.
Lalu ia berkisah bahwa
ia tidak pernah persis ingat
bagaimana dirinya mengenali
orang itu. Sampai akhirnya
dia tidak berani mengatakan
banyak hal lagi dan si gadis
belia memutuskan untuk tidak
terlalu banyak mengatakan
apa-apa. Menurutnya kisah itu
mengandung sejuta rasa yang
tersibak di dalam hatinya yang
tidak juga bisa dijawabnya
sendiri. Namun semakin ia
diam, semakin ia merenung,
semakin juga kebingungan
melanda ­keseluruhan diri dan
batinnya… dan saat ia ­tersadar
lalu bertanya ­bergumam,
“Mengapa pada musim
ini kenangan ­perjumpaan
itu ­menjadi penentu cerita
­hidupku?”
Sang gadis terlihat galau
membuat pilihan. Dia tahu
pasti bahwa setiap ­pilihan
­memiliki resiko. Dan ­suatu
saat batin, pikiran dan
­pandangannya menjadi
­gelap, ada yang ­mengganggu
­pikirannya sehingga lupa arah
jalan yang ingin ia tempuh.
Si gadis pun berhenti
­beberapa detik. Ia benar-benar
mengajukan pertanyaan ­kepada
dirinya. Inikah jalan yang
harus ku tempuh? Jalan yang
­hampir tertutup oleh pikiran
dan ­perasaan yang kabut.
Seketika itu, teringatlah ia
akan ­Alleysia. Seorang teman
karib di bangku SMK. Dia
yang menunjukkan jalan ini
padanya.
Ia harus mengakui, Al-
leysia memang tidak hanya
sahabat karib yang setia
­menemaninya di hari-hari
yang penuh tanya tetapi juga
membantu untuk mengetahui
dan memahami tradisi-tradisi,
visi dan misi yang harus di
lakukan saat menjalani pilihan
Untuksebuahnama:
Alleysia
Angela Siallagan,
FCJM
Penulis, cerpenis
Sastra
Lentera news -edJanuari2016|18
hidup. Dan mestilah dia akui
bahwa ­Alleysia telah berjasa
­menemaninya dalam setiap
langkah hidupnya.
Ternyata di suatu ­waktu
yang sunyi, Alleysia
­pernah bertanya, “Jawab
­pertanyaan ini dengan segenap
­kejujuranmu: Apakah ­mutiara
yang telah kamu temukan
dengan segenap tenagamu
akan kamu korbankan dan
kamu akan melepaskan semua
kenangan kehidupan bersama
Sang cinta sejatimu?”
Gadis belia itu hanya
bisa menarik nafas dalam-
dalam mengumpulkan
­keberanian dan perlahan-lahan
­mendapatkan sedikit ­ketenanan
hingga ­perlahan-lahan
­kalbunya ­merasa normal.
Gadis belia itu tak mau
­menjawab ­karena dorongan
sesaat dan akan terlambat
­memperbaikinya. Mungkin
menjadi suatu ­kebodohan
bagi sang pencari mutiara
yang ­dengan susah payah
untuk ­menemukannya dan
dengan gampang ­melepaskan
dan ­membuangnya. Tapi
­mungkinkah ada satu ­alasan
yang cukup kuat yang
­melampaui kekuatan yang
­dihabiskan dalam ­menggapai
mutiara itu?. Yang pasti ia
harus mengambil sebuah
­kesimpulan seperti yang ia
yakini sudah berada di telapak
tangannya.
Si gadis yang ­kujumpai di
hari itu merasakan ­dorongan
yang luar biasa untuk
­menangis. Ia bahkan tidak
­memahami pergulatan itu.
Itulah pilihan yang ­paling sulit
yang pernah dialami dalam
hidupnya. Pilihan yang ­sulit
namun harus diambilnya.
Meskipun pilihan itu telah
sejuta kali direnungkannya,
­namun tetaplah sedikit sulit
saat memulainya.
Kusadarilah kini bahwa
bukan saat mutiara yang
kutemukan menjadi titik akhir
perjuangan dalam hidup ini,
tetapi saat diri ini sanggup
setia hingga bertemu dengan
Sang cinta sejati, yaitu pemberi
­mutiara yang berharga ini.
Sang gadis mulai
­mengangkat kepalanya yang
dari tadi menunduk dan
tak memandangku meski
hanya ­sedetik pun. ­Beberapa
orang telah melakukan
yang ­demikian, ­melepaskan
­mutiara itu kemudian ­mencari
­jalan lain. Kuharap kamu
tidak ­pernah ­menyesali
hari ­pertemuan dengan
­Alleysia, yang membawa dan
­mengajarimu seluk beluk jalan
ini. Malam kelam yang baru
TELAH terhampar di depan,
tetapi SELANJUT-nya akan
jauh lebih ­menyenangkan
dan ceria. Ia akan lebih
mirip ­dengan apa yang kamu
­impikan. Tuhan mendengar
semua ceritamu. Bertanyalah
dengan dirimu apa yang kau
cari dalam kehidupan ini?.
Suatu perjalanan jiwa menyatu
dengan kepenuhan diri dan
cahaya yang senantiasa me-
nyinari jalanmu untuk setia
hingga bertemu dengan Sang
Pecinta Sejati dalam suka yang
tak terkira bersama Alleysia,
sahabatmu.
Gadis belia… setialah
­dengan mutiara pilihanmu…
tak banyak anak manusia
mendapat kekuatan seperti
dirimu… dan tak banyak putri-
putri Yerusalem mensyukuri
kerikil tajam yang dipijaknya…
dan kamu adalah manusia yang
beruntung…. Ketika semua
batu wadas itu kamu pijak
hingga sampai di ujung….
Dan kamu pasti mampu untuk
itu… Itu gumamku ketika aku
beranjak meninggalkannya
yang semakin ceria… dan aku
pun berlalu……
(credit foto: http://peacefulwife.
wordpress.com)
19|Lentera news -edJanuari2016
Redaksi
mengucapkan:
Selamat Natal 2015
& Tahun Baru 2016
kepada:
Mgr.AnicetusB.Sinaga,OFMCap
Mgr.A.G.P.Datubara,OFMCap
Biarawan/Biarawati,MitraKerja,
Pelanggan/Pembacamajalah
Menjemaat,sertaSeluruhUmatKatolik
se-KeuskupanAgungMedan
Menjemaat
Kami mohon doa dan dukungan
­bagi penyelenggaraan
Sarasehan Signis ­Indonesia
di PPS Cinta Alam - Deli Serdang
pada 13 - 17 Februari 2016
Lentera news -edJanuari2016|20
LapoAksara
Ananta Bangun
Redaktur Tulis
K
arin Muller, seorang
­produser film dan ­penulis,
pada 1987 hingga 1989,
menggali sumur dan
­membangun sekolah di sebuah
desa di Filipina. Suatu malam,
tujuh belas Anggota New ­People’s
Army (NPA) atau pasukan
­bersenjata Partai Komunis ­Filipina,
datang ke gubuk-nya untuk
­interogasi.
Sebelum hari itu, orang-orang
desa sudah ­memperingatkannya
bahwa hal itu akan terjadi.
­Bukannya panik, Muller malah
mencari dua benda ajaib: gula dan
kopi. Dan mendapatkannya.
Ketika NPA datang, ia
berseru,”Syukurlah kalian
­datang juga. Aku sudah ­seharian
­menunggu. Silakan minum kopi.
­Tinggalkan senjata kalian di
­pintu.”
Pasukan bersenjata tersebut
bisa saja membalas ­undangan
­Muller dengan rentetetan
­tembakan atau penyiksaan.
Namun ­sebaliknya, reaksi ­Muller
membuat bingung kelompok
itu. Orang-orang itu ­meletakkan
­senjata-nya dan duduk minum
kopi. Apa yang ­sebenarnya
­terjadi?
Karen berhasil menghindari
­interogasi atau hal yang lebih
buruk, karena menurutnya,”Anda
tidak bisa menginterogasi teman
Anda minum kopi.”
Petuah itu bukan ­sembarang
mantra. Muller paham betul
bahwa kekerasan tak dapat
­dihentikan dengan kekerasan.
Sebaliknya, sang wanita petualang
membuat senang pemimpin itu
dengan keramahannya yang tak
terduga dan mengubah ­hatinya,
pikirannya, juga ­tindakannya.
­Sisanya, mantra Muller pun
­menjadi legenda.
(credit foto: http://media.salon.com)
Muller
&SecangkirMantra

More Related Content

Viewers also liked

Cardápio King Rocky
Cardápio King RockyCardápio King Rocky
Cardápio King Rocky
Alessandro Roveda
 
GLS
GLSGLS
Succesvol content management
Succesvol content managementSuccesvol content management
Succesvol content management
Sterc Internet & Marketing
 
Alisterjamesscottcv revised20june
Alisterjamesscottcv revised20juneAlisterjamesscottcv revised20june
Alisterjamesscottcv revised20june
ruralfringe
 
Algorithmus
AlgorithmusAlgorithmus
Algorithmus
Michael Konzett
 
NY Web Perf Meetup: Peeling the Web Performance Onion
NY Web Perf Meetup: Peeling the Web Performance OnionNY Web Perf Meetup: Peeling the Web Performance Onion
NY Web Perf Meetup: Peeling the Web Performance Onion
Catchpoint Systems
 
Question jsdfayidsgdfsdgsdfg 3
Question jsdfayidsgdfsdgsdfg 3Question jsdfayidsgdfsdgsdfg 3
Question jsdfayidsgdfsdgsdfg 3
blastrat5
 
Locallandscapes 29092005asfinal
Locallandscapes 29092005asfinalLocallandscapes 29092005asfinal
Locallandscapes 29092005asfinal
ruralfringe
 
STR2 Winners Round 3
STR2 Winners Round 3STR2 Winners Round 3
STR2 Winners Round 3
Mahindra Rise
 
Commonwealth games 2010
Commonwealth games 2010Commonwealth games 2010
Commonwealth games 2010
y3ehps
 
España
EspañaEspaña
España
Naida Labra
 
Mirian
MirianMirian
цахим ном ганаа 2
цахим ном ганаа 2цахим ном ганаа 2
цахим ном ганаа 2ariunaaaaaa
 
Bureaupresentatie Linked In
Bureaupresentatie Linked InBureaupresentatie Linked In
Bureaupresentatie Linked Inpaulus1971
 
This is a book called dai zeer book
This is a book called dai zeer bookThis is a book called dai zeer book
This is a book called dai zeer book
bowenslide
 
Building Webs Better
Building Webs BetterBuilding Webs Better
Building Webs Better
David Eldridge
 
Ferrofluid materials news
Ferrofluid materials newsFerrofluid materials news
Ferrofluid materials newsTomasz Miotk
 
BlackBerry10 alapú natív alkalmazásfejlesztés
BlackBerry10 alapú natív alkalmazásfejlesztésBlackBerry10 alapú natív alkalmazásfejlesztés
BlackBerry10 alapú natív alkalmazásfejlesztésOpen Academy
 

Viewers also liked (19)

Cardápio King Rocky
Cardápio King RockyCardápio King Rocky
Cardápio King Rocky
 
GLS
GLSGLS
GLS
 
Succesvol content management
Succesvol content managementSuccesvol content management
Succesvol content management
 
Alisterjamesscottcv revised20june
Alisterjamesscottcv revised20juneAlisterjamesscottcv revised20june
Alisterjamesscottcv revised20june
 
Algorithmus
AlgorithmusAlgorithmus
Algorithmus
 
NY Web Perf Meetup: Peeling the Web Performance Onion
NY Web Perf Meetup: Peeling the Web Performance OnionNY Web Perf Meetup: Peeling the Web Performance Onion
NY Web Perf Meetup: Peeling the Web Performance Onion
 
Question jsdfayidsgdfsdgsdfg 3
Question jsdfayidsgdfsdgsdfg 3Question jsdfayidsgdfsdgsdfg 3
Question jsdfayidsgdfsdgsdfg 3
 
Locallandscapes 29092005asfinal
Locallandscapes 29092005asfinalLocallandscapes 29092005asfinal
Locallandscapes 29092005asfinal
 
STR2 Winners Round 3
STR2 Winners Round 3STR2 Winners Round 3
STR2 Winners Round 3
 
2a
2a2a
2a
 
Commonwealth games 2010
Commonwealth games 2010Commonwealth games 2010
Commonwealth games 2010
 
España
EspañaEspaña
España
 
Mirian
MirianMirian
Mirian
 
цахим ном ганаа 2
цахим ном ганаа 2цахим ном ганаа 2
цахим ном ганаа 2
 
Bureaupresentatie Linked In
Bureaupresentatie Linked InBureaupresentatie Linked In
Bureaupresentatie Linked In
 
This is a book called dai zeer book
This is a book called dai zeer bookThis is a book called dai zeer book
This is a book called dai zeer book
 
Building Webs Better
Building Webs BetterBuilding Webs Better
Building Webs Better
 
Ferrofluid materials news
Ferrofluid materials newsFerrofluid materials news
Ferrofluid materials news
 
BlackBerry10 alapú natív alkalmazásfejlesztés
BlackBerry10 alapú natív alkalmazásfejlesztésBlackBerry10 alapú natív alkalmazásfejlesztés
BlackBerry10 alapú natív alkalmazásfejlesztés
 

Similar to Lentera news ed. #21 Januari 2016

Lentera news ed.#23 April 2016
Lentera news  ed.#23 April 2016Lentera news  ed.#23 April 2016
Lentera news ed.#23 April 2016
Ananta Bangun
 
masyarakat berkarakter.pdf
masyarakat berkarakter.pdfmasyarakat berkarakter.pdf
masyarakat berkarakter.pdf
Rasya Rianto
 
Catatan Harian Ahmad Wahib - Pergolakan Pemikiran Islam disertai Komentar Pro...
Catatan Harian Ahmad Wahib - Pergolakan Pemikiran Islam disertai Komentar Pro...Catatan Harian Ahmad Wahib - Pergolakan Pemikiran Islam disertai Komentar Pro...
Catatan Harian Ahmad Wahib - Pergolakan Pemikiran Islam disertai Komentar Pro...
Dadang Solihin
 
bahan smarttrend wahyu.pptx
bahan smarttrend wahyu.pptxbahan smarttrend wahyu.pptx
bahan smarttrend wahyu.pptx
ssuser78abce1
 
Memaknai Nilai-Nilai Keindonesiaan
Memaknai Nilai-Nilai KeindonesiaanMemaknai Nilai-Nilai Keindonesiaan
Memaknai Nilai-Nilai Keindonesiaan
Lestari Moerdijat
 
Manajemen sdm
Manajemen sdmManajemen sdm
Manajemen sdm
Soetyono Iskandar
 
Makalah Masyarakat Madani
Makalah Masyarakat MadaniMakalah Masyarakat Madani
Makalah Masyarakat Madani
Wahyuni Jrs
 
[Buku poket 1] anwar ibrahim, cerita persahabatan & kisah kebangkitan islam
[Buku poket 1] anwar ibrahim, cerita persahabatan & kisah kebangkitan islam[Buku poket 1] anwar ibrahim, cerita persahabatan & kisah kebangkitan islam
[Buku poket 1] anwar ibrahim, cerita persahabatan & kisah kebangkitan islam
ustghani
 
Makalah agama masyarakat madani
Makalah agama masyarakat madaniMakalah agama masyarakat madani
Makalah agama masyarakat madani
Dwi Oktalidiasari
 
(sindonews.com) Opini sosial budaya 10 oktober 2016-18 november 2016
(sindonews.com) Opini sosial budaya 10 oktober 2016-18 november 2016(sindonews.com) Opini sosial budaya 10 oktober 2016-18 november 2016
(sindonews.com) Opini sosial budaya 10 oktober 2016-18 november 2016
ekho109
 
Majalah Experience Salavie ED : xi 2013
Majalah Experience Salavie ED : xi 2013Majalah Experience Salavie ED : xi 2013
Majalah Experience Salavie ED : xi 2013
Roziq Bahtiar
 
1.1.1.22.045-Ghazwul-Fikri.ppt
1.1.1.22.045-Ghazwul-Fikri.ppt1.1.1.22.045-Ghazwul-Fikri.ppt
1.1.1.22.045-Ghazwul-Fikri.ppt
DodoAnwar2
 
Belenggu kesemrawutan
Belenggu kesemrawutanBelenggu kesemrawutan
Belenggu kesemrawutanPT. SASA
 
Sosiopat di lingkungan kita
Sosiopat di lingkungan kitaSosiopat di lingkungan kita
Sosiopat di lingkungan kitaitsnadia
 
Ks03 struktur pesan film
Ks03   struktur pesan filmKs03   struktur pesan film
Ks03 struktur pesan filmMaurice Chavez
 
MAJALAH ABSOLUT SMAN 1 BANDONGAN Edisi VI.pdf
MAJALAH ABSOLUT SMAN 1 BANDONGAN Edisi VI.pdfMAJALAH ABSOLUT SMAN 1 BANDONGAN Edisi VI.pdf
MAJALAH ABSOLUT SMAN 1 BANDONGAN Edisi VI.pdf
SMABAPERS
 
Substansiasi agama dan banalitas media revisi
Substansiasi agama dan banalitas media   revisiSubstansiasi agama dan banalitas media   revisi
Substansiasi agama dan banalitas media revisi
arief permadi arief
 
Prinsip Kemajemukan.pptx
Prinsip Kemajemukan.pptxPrinsip Kemajemukan.pptx
Prinsip Kemajemukan.pptx
wakiah4
 
Pemimpin untuk perubahan Syariat Islam Ditegakkan
Pemimpin untuk perubahan Syariat Islam DitegakkanPemimpin untuk perubahan Syariat Islam Ditegakkan
Pemimpin untuk perubahan Syariat Islam Ditegakkan
hera wijaya
 

Similar to Lentera news ed. #21 Januari 2016 (20)

Lentera news ed.#23 April 2016
Lentera news  ed.#23 April 2016Lentera news  ed.#23 April 2016
Lentera news ed.#23 April 2016
 
masyarakat berkarakter.pdf
masyarakat berkarakter.pdfmasyarakat berkarakter.pdf
masyarakat berkarakter.pdf
 
Catatan Harian Ahmad Wahib - Pergolakan Pemikiran Islam disertai Komentar Pro...
Catatan Harian Ahmad Wahib - Pergolakan Pemikiran Islam disertai Komentar Pro...Catatan Harian Ahmad Wahib - Pergolakan Pemikiran Islam disertai Komentar Pro...
Catatan Harian Ahmad Wahib - Pergolakan Pemikiran Islam disertai Komentar Pro...
 
bahan smarttrend wahyu.pptx
bahan smarttrend wahyu.pptxbahan smarttrend wahyu.pptx
bahan smarttrend wahyu.pptx
 
Memaknai Nilai-Nilai Keindonesiaan
Memaknai Nilai-Nilai KeindonesiaanMemaknai Nilai-Nilai Keindonesiaan
Memaknai Nilai-Nilai Keindonesiaan
 
Manajemen sdm
Manajemen sdmManajemen sdm
Manajemen sdm
 
Makalah Masyarakat Madani
Makalah Masyarakat MadaniMakalah Masyarakat Madani
Makalah Masyarakat Madani
 
[Buku poket 1] anwar ibrahim, cerita persahabatan & kisah kebangkitan islam
[Buku poket 1] anwar ibrahim, cerita persahabatan & kisah kebangkitan islam[Buku poket 1] anwar ibrahim, cerita persahabatan & kisah kebangkitan islam
[Buku poket 1] anwar ibrahim, cerita persahabatan & kisah kebangkitan islam
 
Makalah agama masyarakat madani
Makalah agama masyarakat madaniMakalah agama masyarakat madani
Makalah agama masyarakat madani
 
(sindonews.com) Opini sosial budaya 10 oktober 2016-18 november 2016
(sindonews.com) Opini sosial budaya 10 oktober 2016-18 november 2016(sindonews.com) Opini sosial budaya 10 oktober 2016-18 november 2016
(sindonews.com) Opini sosial budaya 10 oktober 2016-18 november 2016
 
Majalah Experience Salavie ED : xi 2013
Majalah Experience Salavie ED : xi 2013Majalah Experience Salavie ED : xi 2013
Majalah Experience Salavie ED : xi 2013
 
1.1.1.22.045-Ghazwul-Fikri.ppt
1.1.1.22.045-Ghazwul-Fikri.ppt1.1.1.22.045-Ghazwul-Fikri.ppt
1.1.1.22.045-Ghazwul-Fikri.ppt
 
Buku mentoring 13
Buku mentoring  13Buku mentoring  13
Buku mentoring 13
 
Belenggu kesemrawutan
Belenggu kesemrawutanBelenggu kesemrawutan
Belenggu kesemrawutan
 
Sosiopat di lingkungan kita
Sosiopat di lingkungan kitaSosiopat di lingkungan kita
Sosiopat di lingkungan kita
 
Ks03 struktur pesan film
Ks03   struktur pesan filmKs03   struktur pesan film
Ks03 struktur pesan film
 
MAJALAH ABSOLUT SMAN 1 BANDONGAN Edisi VI.pdf
MAJALAH ABSOLUT SMAN 1 BANDONGAN Edisi VI.pdfMAJALAH ABSOLUT SMAN 1 BANDONGAN Edisi VI.pdf
MAJALAH ABSOLUT SMAN 1 BANDONGAN Edisi VI.pdf
 
Substansiasi agama dan banalitas media revisi
Substansiasi agama dan banalitas media   revisiSubstansiasi agama dan banalitas media   revisi
Substansiasi agama dan banalitas media revisi
 
Prinsip Kemajemukan.pptx
Prinsip Kemajemukan.pptxPrinsip Kemajemukan.pptx
Prinsip Kemajemukan.pptx
 
Pemimpin untuk perubahan Syariat Islam Ditegakkan
Pemimpin untuk perubahan Syariat Islam DitegakkanPemimpin untuk perubahan Syariat Islam Ditegakkan
Pemimpin untuk perubahan Syariat Islam Ditegakkan
 

More from Ananta Bangun

Seminar "Bijak Bermedia Sosial"
Seminar "Bijak Bermedia Sosial"Seminar "Bijak Bermedia Sosial"
Seminar "Bijak Bermedia Sosial"
Ananta Bangun
 
Lentera #31 edisi juni 2017
Lentera #31 edisi juni 2017Lentera #31 edisi juni 2017
Lentera #31 edisi juni 2017
Ananta Bangun
 
Presentasi untuk semiloka aksi umat menulis
Presentasi untuk semiloka aksi umat menulisPresentasi untuk semiloka aksi umat menulis
Presentasi untuk semiloka aksi umat menulis
Ananta Bangun
 
Lentera news - mei 2016
Lentera news  - mei 2016Lentera news  - mei 2016
Lentera news - mei 2016
Ananta Bangun
 
Lentera news ed. #22 Maret 2016
Lentera news ed. #22 Maret 2016Lentera news ed. #22 Maret 2016
Lentera news ed. #22 Maret 2016
Ananta Bangun
 
Lenteranews Oktober 2015
Lenteranews Oktober 2015Lenteranews Oktober 2015
Lenteranews Oktober 2015
Ananta Bangun
 
Lentera News edisi September 2015 | Bijak Kata Bijak Berbagi
Lentera News edisi September 2015 | Bijak Kata Bijak BerbagiLentera News edisi September 2015 | Bijak Kata Bijak Berbagi
Lentera News edisi September 2015 | Bijak Kata Bijak Berbagi
Ananta Bangun
 
Lentera news #17 Agustus 2015 | Merayakan Agustus
Lentera news #17 Agustus 2015 | Merayakan AgustusLentera news #17 Agustus 2015 | Merayakan Agustus
Lentera news #17 Agustus 2015 | Merayakan Agustus
Ananta Bangun
 
Lentera News edisi #16 Juli 2015
Lentera News edisi #16 Juli 2015Lentera News edisi #16 Juli 2015
Lentera News edisi #16 Juli 2015
Ananta Bangun
 
Lentera News edisi #15 Juni 2015
Lentera News edisi #15 Juni 2015Lentera News edisi #15 Juni 2015
Lentera News edisi #15 Juni 2015
Ananta Bangun
 
LENTERA NEWS Edisi #14 Mei 2015
LENTERA NEWS Edisi #14 Mei 2015LENTERA NEWS Edisi #14 Mei 2015
LENTERA NEWS Edisi #14 Mei 2015
Ananta Bangun
 
majalah online Lentera News edisi Maret 2015
majalah online Lentera News edisi Maret 2015majalah online Lentera News edisi Maret 2015
majalah online Lentera News edisi Maret 2015
Ananta Bangun
 
Internet bijak
Internet bijakInternet bijak
Internet bijak
Ananta Bangun
 
Pendidikan dan TIK, Jatuh Cinta (lagi)
Pendidikan dan TIK, Jatuh Cinta (lagi)Pendidikan dan TIK, Jatuh Cinta (lagi)
Pendidikan dan TIK, Jatuh Cinta (lagi)
Ananta Bangun
 
Mengenal & Mendaftar Gmail
Mengenal & Mendaftar GmailMengenal & Mendaftar Gmail
Mengenal & Mendaftar Gmail
Ananta Bangun
 
Mengenal & Mendaftar di Gmail
Mengenal & Mendaftar di GmailMengenal & Mendaftar di Gmail
Mengenal & Mendaftar di Gmail
Ananta Bangun
 
Parts of speech
Parts of speechParts of speech
Parts of speech
Ananta Bangun
 

More from Ananta Bangun (17)

Seminar "Bijak Bermedia Sosial"
Seminar "Bijak Bermedia Sosial"Seminar "Bijak Bermedia Sosial"
Seminar "Bijak Bermedia Sosial"
 
Lentera #31 edisi juni 2017
Lentera #31 edisi juni 2017Lentera #31 edisi juni 2017
Lentera #31 edisi juni 2017
 
Presentasi untuk semiloka aksi umat menulis
Presentasi untuk semiloka aksi umat menulisPresentasi untuk semiloka aksi umat menulis
Presentasi untuk semiloka aksi umat menulis
 
Lentera news - mei 2016
Lentera news  - mei 2016Lentera news  - mei 2016
Lentera news - mei 2016
 
Lentera news ed. #22 Maret 2016
Lentera news ed. #22 Maret 2016Lentera news ed. #22 Maret 2016
Lentera news ed. #22 Maret 2016
 
Lenteranews Oktober 2015
Lenteranews Oktober 2015Lenteranews Oktober 2015
Lenteranews Oktober 2015
 
Lentera News edisi September 2015 | Bijak Kata Bijak Berbagi
Lentera News edisi September 2015 | Bijak Kata Bijak BerbagiLentera News edisi September 2015 | Bijak Kata Bijak Berbagi
Lentera News edisi September 2015 | Bijak Kata Bijak Berbagi
 
Lentera news #17 Agustus 2015 | Merayakan Agustus
Lentera news #17 Agustus 2015 | Merayakan AgustusLentera news #17 Agustus 2015 | Merayakan Agustus
Lentera news #17 Agustus 2015 | Merayakan Agustus
 
Lentera News edisi #16 Juli 2015
Lentera News edisi #16 Juli 2015Lentera News edisi #16 Juli 2015
Lentera News edisi #16 Juli 2015
 
Lentera News edisi #15 Juni 2015
Lentera News edisi #15 Juni 2015Lentera News edisi #15 Juni 2015
Lentera News edisi #15 Juni 2015
 
LENTERA NEWS Edisi #14 Mei 2015
LENTERA NEWS Edisi #14 Mei 2015LENTERA NEWS Edisi #14 Mei 2015
LENTERA NEWS Edisi #14 Mei 2015
 
majalah online Lentera News edisi Maret 2015
majalah online Lentera News edisi Maret 2015majalah online Lentera News edisi Maret 2015
majalah online Lentera News edisi Maret 2015
 
Internet bijak
Internet bijakInternet bijak
Internet bijak
 
Pendidikan dan TIK, Jatuh Cinta (lagi)
Pendidikan dan TIK, Jatuh Cinta (lagi)Pendidikan dan TIK, Jatuh Cinta (lagi)
Pendidikan dan TIK, Jatuh Cinta (lagi)
 
Mengenal & Mendaftar Gmail
Mengenal & Mendaftar GmailMengenal & Mendaftar Gmail
Mengenal & Mendaftar Gmail
 
Mengenal & Mendaftar di Gmail
Mengenal & Mendaftar di GmailMengenal & Mendaftar di Gmail
Mengenal & Mendaftar di Gmail
 
Parts of speech
Parts of speechParts of speech
Parts of speech
 

Lentera news ed. #21 Januari 2016

  • 1. Lentera news -edJanuari2016|1 Lentera newss m a r t | b e r i m a n | i n s p i r a t i f HILANGNYA RASAMALU!?
  • 2. Lentera news -edJanuari2016|2 DAFTARISI Lentera news Edisi#21Januari2016 SapaanRedaksi 3 TelisikPemred LenteraKhusus 4 7 LenteraIman LenteraRefleksi KolomPollung Sastra LapoAksara 10 12 14 17 20 Credit ilustrasi cover : ­ http://www.warrenphotographic.co.uk/39551-white-japanese- spitz-dog-hiding-face-in-shame
  • 3. 3|Lentera news -edJanuari2016 Salam sejahtera! Selamat Tahun Baru 2016, bagi ­sahabat pembaca Lentera News. Kiranya Anda diberkahi kesehatan dan bahagia menapaki hari awal di ­tahun yang baru ini. Merupakan sebuah kebanggan bisa menapak tahun 2016 ini ­bersama ­sahabat pembaca Lentera News. ­Terutama sekali menjadikan majalah online kesayangan kita ini sebagai ­ilham kehidupan yang beriman, smart dan inspiratif. SapaanRedaksi Sahabat pembaca Lentera News ­tentu lekas mendapati perwajahan baru dalam edisi bulan ini. Komisi Komsos Keuskupan Agung Medan (KAM), pada Desember 2015, telah mendapat masukan untuk ­menyegarkan layout untuk kakak ­majalah ini, Menjemaat yang rutin ­terbit untuk lingkup wilayah KAM. Pastor Erwin dari Bina ­Media ­Perintis menganjurkan untuk ­konsultasi dengan desainer senior Kompas, Lim Bun Chai. Karena satu dan lain hal, upaya penyegaran wajah juga ­berlanjut ke ­majalah online ini. Seperti ­mengingatkan petuah kecipratan getah nangka dari saudara sendiri. Namun getah ini, malah memberi kenikmatan. :) Dalam edisi ini, perubahan belum diterapkan dalam lingkup kolom. Sebab, Lentera News juga ditopang para penulis yang murah hati berbagi inspirasi dan pengetahuan-nya. Akhir kata, semoga wajah baru ­Lentera News turut menyalakan ­semangat menjalani tahun baru ini. Meskipun senang bergumul untuk pembaharuan, kami tetap ­berbahagia menyajikan nilai utama dalam ­menerbitkan majalah ini: smart, beri- man & inspiratif. Shalom, Redaksi
  • 4. Lentera news -edJanuari2016|4 TelisikPemred Aurat sering disebut ­Kemaluan. Umumnya tertutup, dan ­memang seharusnya begitu. Dalam arti tidak untuk ­dipertontonkan. ­Manusia menjadi malu kalau ­sadar bahwa orang lain ­melihat auratnya. Bahkan menjadi aib berkepanjangan dalam ­kehidupannya. Nalar sehat mengatakan bahwa aurat itu disebut ke- maluan, itu tidak tepat, dan salah kaprah Aurat adalah bagian vital, dan merupakan salah satu organ yang pent- ing dalam sirkulasi ­kehidupan manusia. Logis bahwa yang ditutup itu bukan aib, ­keburukan, atau kehinaan. ­Ditutupi, bukan dalam ­ditutup-tutupi. Ditutupi disini dalam pemahaman dijaga, dan ­dilindungi, bahkan kalau boleh nyawa menjadi taruhan karena kehormatan. Aurat itu ­Kehormatan, harga diri, bukan Kemaluan. Beberapa tahun yang lalu, budaya malu sempat ­menjadi perbincangan. Bahkan ­berujung gerakan kesadaran umum. Saat itu manusia menjadi tidak ­menjaga ­kehormatannya. ­Manusia memanfaatkan ­kepercayaan sesamanya, jabatan, peluang, dan kesempatan, untuk ­kepentingannya. Ia tidak malu- malu alias menelanjang dirinya dan merasa nyaman ber-KKN (Kolusi,Korupsi, dan ­Nepotisme). Pada tatanan ini ­manusia ­melanggar aturan, norma, etika, dan kebiasaan. Kala manusia menjual atau lebih tepat melacurkan ­kehormatannya demi kenikmatan diri, keluarga, dan ­kroni-kroninya, maka manusia seharusnya malu. Tetapi aneh manusia menjadi tak tahu malu maka munculah ­gerakan Budaya Malu. Pada ­intinya gerakan itu ingin menghanguskan mentalitas tak tahu malu itu alias mengumbar ­kehormatannya demi ­kenikmatan diri, keluarga, dan kroninya. ­Gerakan itu disebut reformasi bahkan ditambah lagi kata mental. Jadi lengkapnya revolusi mental. Seiring dengan bergulirnya masa itu, toh ternyata men- talitas tak tahu malu tidak hilang juga. Bahkan berubah bentuk ­menjadi lebih moderen. ­Syukur pada ­jaman reformasi itu media-media sosial mengalami ­kebebasan yang berarti. ­Terbuka dan ­kritis, ­bahkan ­menjadi ­kekuatan sosial yang ­pantas diperhitungkan. ­Media inilah yang ­mempertontonkan mentalitas tak tahu malu yang sudah mengalami perubahan yang signifikan itu. Perubahannya adalah manusia merasa bebas mempertoton- tonkan perilaku yang tidak elok. Adu jontos di ruang sidang yang terhormat. Senyum bak selebritis saat digadang polisi anti korupsi menuju mobil tahanan. Pembenaran diri juga ­menjadi lebih canggih, sehingga yang benar jadi salah dan sebaliknya yang salah jadi benar. Di kalangan BUDAYAMALU, LOGIKATERBALIK RP Hubertus Lidi OSC Ketua Komsos KAM
  • 5. 5|Lentera news -edJanuari2016 masyarakat umum, semangat untuk menegakan yang katanya hukum, juga mempertoton- kan ­kebrutalan. Misalnya demi menghukum, maka orang yang kedapatan berbuat yang tak senono, diarak telanjang menge- lilingi perkampungan. Anehnya yang mengarak tidak malu ­menotontonnya bahkan bersorak sorai. Dalam konteks ini, yang tertangkap sangat manusiawi, karena pada saat genting itu ia berupaya meraih apa saja menu- tupi auratnya dengan caranya sendiri. Bagaimana dengan yang mengarak dan menangkap? Malu pada dasarnya berkaitan dengan manusia yang berakal budi. Manusia seyogianya ­adalah makluk yang berakal budi. Ia ­sadar akan ­­keberadaannya, ­sehingga harkat dan ­martabatnya berbeda dengan Kuda dan ­Kambing. Hewan tidak sadar akan keberadaannya. Akal budi inilah yang menghantar manusia pada tatanan yang berbeda dengan makluk lain di muka bumi ini. ­Esensi kehormatan ada disana, akal dan budi. Ini merupakan kehormatan bagi diri dan sesa- manya. Pada bagian lain manusia dari dirinya bukan ­merupakan ­merupakan maklum yang ­sempurna. Ia membutuhkan orang lain; interaksi, relasi, dan persahabatan serta ­pengabdian sebagai bentuk untuk saling melengkapi dan menghargai satu dengan yang lain. Jabatan yang berujung pada pengabdian, merupakan bentuk apreasiasi dari manusia sebagai makluk yang tak sempurna itu. Saling membutuh- kan dan melengkapi. Teman-teman di Papua ­menyebut manusia yang tak tahu dengan sebutan: urat malunya sudah putus. Kadang mereka menyebutnya Malu Picah (pecah) diantara kita. Manusia yang tidak menjaga kehormatanya entah jabatan, kapasitas, dan statusnya dengan seenaknya perutnya melanggar aturan, norma, etika, dan kebiasaaan baik adalah orang yang tak tahu malu. Kita sedang krisis, Tak Tahu Malu. Credit ilustrasi: ­ lavishgulatiblogs.wordpress.com
  • 7. 7|Lentera news -edJanuari2016 Hari-hari ini sepertinya adalah sebuah masa yang tak terduga. Masa yang menjanjikan kebebasan namun pada saat yang sama memberikan kebingungan. Sejak berakhirnya rezim militer di Indonesia, ada beberapa hal yang mudah kita saksikan di negeri ini: perpecahan di kalangan elit politik, peningkatan politik agamis, pengungkapan pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu, menguatnya budaya populer, serta revolusi komunikasi digital terutama di kalangan kelas menengah baru. Berakhirnya rezim represif yang berumur panjang ternyata pada satu sisi menghadirkan gegap gempita kebebasan, namun segera diikuti oleh berbagai peristiwa tak terduga dengan kebingungan arah dan sepertinya juga keputusasaan. Barangkali salah satu wujud “kebin- gungan” tersebut bisa kita temukan dalam kasus Setya Novanto. Ia adalah ketua DPR RI yang semakin populer sejak rekaman 120 menit percakapan dengan dua orang lainnya terkait PT Freeport, tersebar di berbagai media. Di dalam percakapan tersebut, Setya Novanto dikabarkan mencatut nama RI 1 untuk renegosiasi kontrak dengan korporasi asing tadi. Ia juga meminta saham perusahaan itu untuk Presiden dan Wakilnya, serta saham proyek listrik yang akan dibangun di Timika, Papua. Setya Novanto meminta PT Freeport menjadi pembeli (offtaker) sekaligus investor tenaga listrik yang akan dihasilkan di dalam proyek tersebut. Lantas, rekaman percakapan ini pun segera menjadi viral, massif, tersebar luas di berbagai media publik setelah, katanya, dibocorkan oleh beberapa wartawan. Kasus ini pun segera menuai kecaman dan makian dari masyarakat luas yang mudah diketemukan di berbagai media sosial. Dengan kemunculan kasus terse- but, hadir suasana riuh, sekaligus tak terkontrolnya kekuasaan media yang bersilang dengan kekuatan pasar atau bisnis. Setiap hari, berbagai media berlomba menampilkan, mengulas, membahas, dan mengulang-ulang pemberitaan rekaman percakapan tadi. “Tidak etis-nya” seorang ketua legislatif segera menjelma sebagai lahan komodifikasi. Konstruksi pe- nilaian publik atas “tidak tahu malu- nya” seorang pejabat publik ternyata menjadi “rejeki” dan “ladang uang” bagi industri media. Segera muncul para “pakar” dan “ahli” yang melaku- kan analisis terkait rekaman percaka- pan Setya Novanto. Tak hanya itu, berlimpahnya informasi menjadikan masyarakat tak kurang “tahu” dan tak kurang “pintar”. Barangkali yang jadi persoalan kita sekarang bukan lagi kurang pengetahuan melainkan kurang kedalaman saja. Beberapa orang yang menjadi lawan politik Setya Novanto pun berlomba untuk tampil bak seorang “penjaga morali- tas”. Kasus ini bersegera mengalami “metamorfosis” menjadi semacam sinetron. Yang jahat dan brutal pasti selalu kalah. Di akhir kisah, penonton pun bertepuk tangan setelah pem- eran antagonis (dalam hal ini Setya Novanto) mengundurkan diri. Kini, kisah itu pun menguap entah kemana dan berganti dengan cerita “sinetron” lainnya. Kita tak hendak mengatakan Setya Novanto tak salah, kita juga tak ingin mengatakan media publik adalah sesuatu yang salah. Tentu dari sisi ‘SetNov’:WAJAH BINGUNGKITA Milda L. Pinem Dosen FISIPOL di UGM, Yogyakarta. Saat ini sedang ­melanjutkan studi S3 di University of Hull, Inggris. LenteraUtama
  • 8. Lentera news -edJanuari2016|8 etika bagi seorang pejabat publik, apa yang telah dilakukan oleh Setya No- vanto adalah sesuatu yang tak boleh dibenarkan. Namun, ada hal lain yang tak kalah penting namun genting yang perlu dicermati pasca kasus rekaman percakapan tersebut. Kasus Setya No- vanto telah memantik refleksi atas re- alitas terdalam masyarakat kita yang sebenarnya sedang ­“kebingungan”. Kasus ini pada akhirnya menjadi semacam momen untuk menilai wajah diri dan masyarakat kita. Masyarakat pasca Orde Baru dan masyarakat era teknologi informasi yang gandrung dengan informasi tapi kurang kedalaman dan kurang kritis, haus akan moral religius tapi kurang rasional dan gemar menghakimi, tertarik dengan berita proses politik tapi seringkali apolitis dan amnesia tentang sejarahnya sendiri yang kom- pleks, cinta akan kebersamaan dan mengagungkan karakter komunalitas tapi tak jarang individualistis. Yang terjadi juga adalah tergerusnya rasa “malu” dan juga tumpulnya komit- men. Terjadi berbagai perdebatan berisik di berbagai tempat di ranah publik baik mengenai kepentingan umum dan juga urusan pribadi orang lain. Tersebar luas kepicikan wa- wasan historis dalam mendiskusikan masalah-masalah mutakhir, sebagai contoh penyerangan kepercayaan minoritas oleh kelompok agama may- oritas. Kita memang telah mening- galkan era supremasi militer dan kini memasuki zaman “supremasi sipil” yang ternyata tak kalah berbahaya. Jika kita cermati lebih jauh, salah satu wujud lain dari wajah “bin- gung” masyarakat adalah hadirnya kelompok kelas menengah baru di Indonesia. Mereka adalah kelompok muda yang sebagian besar tinggal di perkotaan, orang kaya baru, dan selalu menjadi sasaran pasar. Yang menarik di sini adalah transformasi makna ­kelas menengah. Pada zaman ­Revolusi Industri di Eropa, kelas menengah dipandang mampu membawa iklim Kasus ini pada akhirnya menjadi semacam momen untuk menilai wajah diri dan masyarakat kita. … Yang terjadi juga adalah tergerusnya rasa “malu” dan juga tumpulnya komitmen. perubahan yang akan mengangkat derajat kaum bawah yang tertindas dan tereksploitasi. Pada masa itu, peran kelas menengah sangat politis dan “menarik”: membela kaum buruh dan kaum tertindas dari kekuasaan negara juga pasar yang dianggap tak sesuai dengan “kesadaran” mereka. Apa yang ditekankan adalah arti dari “kesadaran kelas”. Untuk konteks Indonesia, yang muncul dan berkembang justru kelas menengah baru yang sifatnya tak lagi politis melainkan kultural, bahkan sebenarnya sangat apolitis. Kelas ini memiliki tabiat, selera dan pandangan yang seragam. Tidak hanya karakter yang homogen, karakter paradoks dan “kebingungan” juga sering mewarnai kelas menengah baru ini. Kitalah ­wajah kelas menengah baru yang menjadi relawan penanam pohon sembari menjadi advokat di ­perusahaan tambang perusak ling- kungan, kitalah yang menjadi pegawai sebuah lembaga perkreditan dan bank yang juga berlomba menyicil mobil mewah, kitalah yang yang ramai posting status di facebook dan berkicau nyaring di twitter tentang kemelaratan dan kesengsaraan orang- orang di remote area sambil melirik tas-tas branded dengan harga selan- git, kitalah yang berlomba beramal dan menyumbang ke rumah-rumah ibadah sembari nongkrong di pub dan cafe-cafe kelas atas. Kita jugalah yang konon sangat mendukung program “penggusuran” dari sebuah perkampungan di Jakarta. Sebuah kebijakan yang sangat dekat dengan market values dan kepentingan bisnis dengan mengabaikan konsep citizen- ship bahwa masyarakat miskin tidak berhak tinggal di kota besar tersebut karena tidak mampu berkompetisi dalam proses ekonomi. Praktik-praktik masyarakat dan situasi yang membingungkan seperti itu tak mudah lagi “dijinakkan” oleh negara, tak mudah ditertibkan oleh institusi agama. Kasus Setya Novanto “ Setya Novanto via Smeaker.com
  • 9. 9|Lentera news -edJanuari2016 dan respon terhadapnya, hanyalah salah satu wujud dari kebingun- gan masyarakat. Setiap orang kini seolah-olah memegang otoritas yang semu namun pada saat yang sama ia tak bisa menjadi penentu dalam ­hidupnya. Krisis gagasan besar yang orisinil pun hadir di mana-mana, karena kita memang mewarisi kultur didaktis, “mem-beo” dan “latah”. Kita hidup di sebuah masa di mana manusia adalah mahluk yang penuh dengan kemungkinan yang tak tere- dam. Segala yang ganjil, gila-gilaan, yang memalukan, yang tak etis bisa terjadi tanpa pernah dibayangkan ­sebelumnya. Lantas apakah ada solusi untuk “kebingungan” ini? Barang- kali waktu bisa menjawab. Karena hanya waktu yang bisa membuat kita bisa menunggu, menunda, bersiap, berubah dan mengantar kita pada peristiwa lain. Waktu selalu memiliki batas, tapi ia juga membuka pintu pada perubahan lainnya. Sementara kita hanya bisa terus mencoba. Jeda
  • 10. Lentera news -edJanuari2016|10 YUBILEUMDANPINTUSUCI, APAMAKNANYA? M ulai 8 Desember 2015 sampai 20 ­November 2016 ini, kita akan ­merayakan sebuah ­perayaan maha agung, yakni Tahun Suciatau­TahunYubileum.MelaluiBulla ­Kepausan“MisericordiaeVultus”,Paus Fransiskus mendeklarasikan ­Yubileum ini dalam rangka memperingati 50 ­tahun Penutupan Konsili Vatikan II (8 Desember 1965). Yubileum kali ini mau berpusat pada Kerahiman Allah yang Maha Be- sar, sehingga Yubileum ini dinamakan sebagai “YUBILEUM KERAHIMAN”. Namun, kita pasti bertanya-tanya, apa sih Yubileum itu? Kemudian jika kita mendengar kata “Yubileum” pasti menyangkut-pautkan “Pintu Suci”. Nah, apa sih Pintu Suci itu? Supaya kita bisa paham istilah-istilah terse- but sehingga dapat merayakan Tahun Yubileum Kerahiman dengan khidmat dan maksimal, mari kita bahas satu- persatu. APA ITU YUBILEUM? Tradisi Yubileum berakar dari ­bangsa Yahudi. Pertama-tama kita harus tahu bahwa Gereja ­Katolik memiliki kekayaan tradisi dan ­simbolisme iman yang berlimpah, se- bagian dari antaranya berakar dari tradisi bangsa Yahudi, bangsa yang pertama dipilih Allah untuk menjadi sarana keselamatan seluruh umat ma- nusia. Kata “yubileum” berasal dari bahasa Ibrani “yobel” yang berarti “tanduk domba jantan” atau “sang- kakala”. Disebut Tahun Yobel atau Ta- hun Pembebasan adalah tahun ke-50 yang diatur dalam Kitab Imamat 25:1- 22 sebagai tahun pembebasan bagi umat Israel. “..... Kamu harus mengu- duskan tahun yang kelima puluh, dan memaklumkan kebebasan di negeri itu bagi segenap penduduknya. Itu harusmenjaditahunYobelbagimu.....” (Im 25:10). YUBILEUM DALAM GEREJA Sejarah mencatat Tahun Yubi- leum pertama kali diadakan dalam Gereja pada masa pontifikat Paus Bonifasius VIII (1294-1303). Pada masa itu perang dan wabah pen- yakit mengguncang hampir seluruh Benediktus Diptyarsa Janardana Mahasiswa Psikologi di Universitas Negeri Malang LenteraIman (credit foto: http://monroenews.com)
  • 11. 11|Lentera news -edJanuari2016 kawasan Eropa sehingga banyak sekali ­korban jiwa berjatuhan dan penderitaan di mana-mana. Alhasil, umat pun ­berbondong-bondong ke Roma untuk berziarah memohon ­pengampunan Allah dengan melaku- kan silih dan ­tobat di depan makam St. Petrus dan Paulus. Tren ­ziarah ke Roma ini ­mencapai puncaknya pada Natal 1299. Menanggapi hal itu, Paus ­Bonifasius memutuskan untuk men- jadikan ­tahun berikutnya, yakni tahun 1300 menjadi “Tahun Pengampunan Segala Dosa”. Inilah awal dari Tahun ­Yubileum dalam Gereja Katolik. Sejak saat itu, Gereja mulai secara teratur mengadakan Tahun Yubileum, awalnya diadakan setiap 100 tahun sekali, kemudian 50 tahun sekali, dan kemudian 25 tahun sekali hingga seka- rang. Yubileum 25 Tahunan ini disebut sebagai “Tahun Yubileum Biasa”. Tak jarang Tahun Yubileum ­diadakan di luarjangkawaktu25tahunan­tersebut, terutama ketika ­memperingati ­peristiwa Gereja yang amat penting. Nah, Yubileum yang diadakan di luar jangka waktu 25 tahunan ini disebut sebagai “Tahun Yubileum Luar Biasa”. Contohnya adalah tahun 1983. Paus St. Yohanes Paulus II mendeklarasikan tahun 1983 sebagai Tahun Yubileum Luar Biasa guna merayakan 1950 ta- hun Wafat dan Kebangkitan Yesus Kristus. Kita merayakan Tahun Yubi- leum Biasa terakhir pada tahun 2000, pada saat Gereja memasuki Milenium baru, Milenium ke-3. APA SIH YANG TERJADI WAKTU ­YUBILEUM? Nah, yang menjadi pusat perhatian umat pada waktu pelaksanaan Tahun Yubileum (baik Biasa maupun Luar Biasa) adalah pembukaan Pintu Suci, atau dalam bahasa Latinnya disebut “Porta Sancta”. Jadi, pada saat Pembu- kaan Tahun Yubileum, Sri Paus akan membuka Pintu Suci yang terdapat di Basilika St. Petrus, Vatikan, dilan- jutkan dengan pembukaan Pintu Suci di Basilika Agung St. Yohanes Lat- eran, Basilika St. Paulus di Luar Tem- bok, dan Basilika St. Maria Maggiore. Masing-masing Pintu Suci di basilika- basilika tersebut dibuka oleh seorang delegasi Sri Paus (tapi tidak menutup kemungkinan Sri Paus sendiri yang membuka Pintu Suci di keempat basi- lika ini seperti pada Tahun Yubileum 2000). Keempat basilika ini adalah basilika paling utama dan paling pent- ing dalam Gereja Katolik. Seiring perkembangan zaman, guna memperluas kerahiman Allah di nega- ra-negara yang jauh dari basilika-basi- lika utama Roma, Pintu Suci juga dil- etakkan di basilika-basilika kecil yang ada di seluruh Dunia, sehingga pada saat Tahun Yubileum tiba, Pintu-Pintu Suciiniakandibukaolehuskupsetem- pat. Selama Tahun Yubileum, Pintu Suci dibuka 24 jam, sehingga memu- dahkan umat untuk berziarah dan ber- doa di depan Pintu Suci. Lalu Pada Pe- nutupan Tahun Yubileum, Pintu Suci akan ditutup dan disegel dengan tem- bok. Biasanya di dalam tembok akan ditanam sebuah kotak logam yang berisi perkamen Kepausan, medali peringatan Yubileum, dan kunci un- tuk membuka Pintu Suci. Menjelang Tahun Yubileum selanjutnya, segel ini akan dibongkar dan kunci Pintu Suci akan diambil untuk disiapkan dalam Pembukaan Tahun Yubileum. (bersambung di edisi Februari 2016) Penjebolan tembok yang menyegel Pintu Suci di mana di dalam nya ditanam kotak segel berlapis logam. Isi kotak segel dalam foto di atas ditampilkan medali-medali peringatan Tahun Yubileum, terdiri dari 1 medali emas yang dibuat ­menyambut Yubileum Agung 2000, 23 medali perak yang menandakan masa pontifikat Paus Yohanes Paulus II saat membuka Pintu Suci di tahun 2000, dan 17 medali perunggu yang dibuat sejak Yubileum sebelumnya di tahun 1983.
  • 12. Lentera news -edJanuari2016|12 H ujan mengguyur kota saya ­sepanjang hari ini. Membuat kaki enggan beranjak kema- na saja karena bangku atau kasur yang didiami lebih hangat dari semilir angin yang berhembus. Dalam menikmati hujan, saya menemukan kembali alasan ­untuk bertahan dalam menjalani hidup ini. Dengan tetap bersyukur saya ­menjalani semuanya. Yeah, ­BERSYUKUR. Bersyukur berarti menerima segala yang terjadi dan memetik hal positif dari masalah yang ada. Dengan bersyukur, kita menemukan hal baru. Bahwa ternyata pribadi kita lebih tegar dari masalah yang dihadapkan. Bahwa masih ada yang lebih buruk atau lebih baik dari apa yang kita alami. Tangan Tuhan sedang merenda hidup kita. Menguji pribadi tentang iman yang kita miliki kepada-Nya, hingga seberapa besar hati mampu mensyukuri pergolakan dalam hidup ini. Setiap pribadi diberikan batasan dalam masalahnya. Maka percayalah, tak ada alasan bagi kita untuk mem- benci situasi yang terjadi dilingkaran hidup ini dan seberat apapun itu. Seharusnya tidak akan sulit bagi tiap pribadi untuk mengucap syukur. Menurutku, ada beberapa cara untuk bersyukur. Pertama, berdoalah dengan teduh dan kesungguhan hati. Curahkan segala penatmu, berendah hatilah. Serahkan segala amarah, luka, dendam dan kebencian serta dosamu padaNya agar diubahkan dalam tangan pengasihNya. ­Mintalah pada Bapa untuk dituntun tiap ­langkahmu, agar Dia membawamu ke- hal yang baik. Agar rencanamu adalah ­rencana-Nya juga. Lalu percayalah bahwa hidup itu in- dah begini adanya. Selama kita masih ingin hidup, Tuhan akan membuat semesta membantu kita bertahan dan melaluinya. Akan disediakannya makan, minum, tempat dan tentunya sepaket dengan orang – orang yang berbagai rupa karakternya. Hingga hidup pantas dihargai, diperjuang- kan dan disyukuri. Dan yang paling penting untuk membuat rasa syukur diam di hati kita adalah berusaha dan berbagi. Berusahalah memahami hal yang terjadi tidak hanya dari kacamata kita sendiri. Berusahalah dalam tindakan – tindakan nyata. Lalu berbagilah hal – hal yang baik disekitar hidup kita dengan tulus. Niscaya, segala yang terjadi mampu membuat kita untuk selalu bersyukur. Jadi, sudahkah anda bersyukur hari ini? Jawabnya ada dalam hati. Selamat mengagumi semesta dan cintailah Nirwana di hatimu. Binjai KM 10.5 |3-4 Desember 2015 (credit foto: http://anokhimedia.com) Margaretha Ayu Bawaulu Peminat Sajak, umat di Paroki Helvetia - Medan HIDUPKAN PRIBADIBERSYUKUR LenteraRefleksi
  • 13. 13|Lentera news -edJanuari2016 Evaluasi merupakan hal ­penting bagi lembaga pers. Seluruh awak redaksi mengoreksi kekeliruan, ­sembari berbagi pengetahuan. ­Demikian digambarkan ­wartawan Tempo, Bagja Hidayat dalam ­buku-nya berjudul #kelaSelasa. Judul yang terilhami nama kegiatan ­evaluasi, Kelas Selasa, wartawan Tempo. Berseberangan dengan yang lazim, tulisan di buku #kelaSelasa merupa- kan kumpulan cuitan atau posting teks di akun Twitter milik Hidayat, tentang koreksi dari wartawan senior Tempo. Kajian yang paling banyak diposting dari Amarzan Loebis. Buku #kelaSelasa memaparkan pengetahuan dan etika jurnalis- tik secara ringkas dan lugas. Yang ­merupakan karakter publikasi di Twittter. Sehingga pembaca, yang berminat maupun berprofesi di dunia pers, jarang mengernyitan dahi untuk memahami satu pemaparan. Hidayat memilah seluruh cuitan dalam tagar #kelaSelasa, dalam kurun 2011 hingga 2014, dalam empat bagian utama. Yakni: Liputan, Menulis, Lain- lain, Epilog. Beberapa ­pengetahuan baru tentang jurnalistik dapat ditemukan dalam buku ini. Sebab kaji- annya berkenaan dengan studi kasus yang dialami para pewarta di Tempo. Kekurangan kecil dalam buku ini ialah pengulangan beberapa poin. Meskipun tidak fatal, hanya saja sedikit mengurangi kenyamanan dalam membaca. #kelaSelasa merupakan rujukan bagus bagi peminat maupun pelaku dunia jurnalistik. Terutama mereka yang haus pengetahuan tentang karya jurnalistik layak muat, dan bebas dari bias. [Ananta Bangun] ResensiBuku InspirasiJurnalistik dariWadahCuitan
  • 14. Lentera news -edJanuari2016|14 J epang tiba di Porsea pada Jumat malam, 13 Maret 1942. Mereka mengejutkan barisan pertahanan Belanda. Barangkali saja Jepang sudah memata-matai ­kekokohan bertahan serdadu ­Belanda sebelum mereka memutus- kan memulai serangan. Belanda memusatkan ­pertahanan dengan membelakangi danau. Mereka memilih darat sebagai pusat penyambutan serdadu Jepang yang memang sudah mereka prediksi ­kedatangannya. Begitu mereka mendengar tentara Jepang sudah mendarat di Pantai Timur, ­Gubernur mengirim satu kompi ke Balige ­memperkuat pertahanan. Mereka berasal dari para buruh kebun dan pegawai kantor yang diwajibkan menjadi pasukan perang. Mereka kemudian bergabung dengan orang- orang Belanda di Balige. Beberapa hari sebelum kejutan dari Jepang itu, beberapa serdadu ditugaskan ­pemerintah ­Belanda memasang peledak di jembatan penghubung Porsea dan Balige. Selain itu Gubernur di Medan juga memerintahkan kontrolirnya di ­Balige mengamankan aneka ­minuman yang dikirim dua truk dari Medan. Minuman itu kepunyaan Witte Societeit Medan. Gubernur tidak ingin botol-botol berisi jenewer, whisky, gin, bir, sampanye, chianti, dan beragam jenis anggur itu jatuh ke tangan orang Jepang. Nantinya semua minuman ini dihancurkan di depan gudang penyimpanannya di Laguboti karena kontrolir harus menghancur- kannya tatkala Jepang sudah semakin tercium aromanya. Karena akan terasa aneh dan janggal mengutama- kan menjaga minuman ketimbang memperkuat barikade. Serdadu Jepang merampas perahu motor dari Parapat serta membawa seorang Batak sebagai pemandu jalan. Bergerak dalam kegelapan malam, mereka tiba di Porsea. ­Kemudian segera mereka ­menguasai ­jembatan yang tak sempat ­diledakkan itu ­dengan menembaki para serdadu yang tampak gagap karena tak ­menduga kedatangan mereka. ­Beberapa orang selamat dengan ­memanfaatkan arus sungai Asahan. Bagi yang tertangkap, Jepang mengikat kaki dan tangan mereka lalu membunuh mereka dengan PerangdanDanauToba KolomPollung Dian Purba Anggota HIMAPA (Himpunan ­Mahasiswa Pakkat)
  • 15. 15|Lentera news -edJanuari2016 ­bayonet kemudian melemparkannya ke sungai. Keesokan harinya Jepang bergerak ke Balige. Sementara itu beberapa rumah orang Belanda dirampok oleh penduduk. Itu menunjukkan zaman akan berganti. Tanah jajahan akan menyambut tuan baru. Sesungguhnya Jepang datang ke Toba tidak dengan perlengkapan senjata canggih dan lengkap. Mereka “hanya” bermodalkan senapan. Penampilan para serdadu itu ­tampak kumal, tidak rapi, dan kelihatan ­sangat letih. Namun, jumlah mereka yang sangat banyak itu mengecilkan hati orang Belanda. Tak terlalu lama mereka berhasil menjadikan orang Belanda ­menjadi barisan kalah perang. Mereka digiring berjalan kaki dari Balige ke ­Tanggabatu. Di beberapa titik mereka rehat menghilangkan lelah sembari menabung tenaga. Dalam situasi yang begitu cepat berubah dan mereka rasakan ­begitu mengerikan menjadikan Danau Toba yang indah itu dirasakan orang Belanda sebagai siksaan sekaligus kekaguman yang takkan pernah ­tuntas. Siksaan karena udara ­sejuk dan keindahannya akan segera ­ditinggalkan. Kekaguman yang ­takkan pernah tuntas itu sendiri sangat terkait dengan siksaan yang tadi itu. Sehingga ketika mereka berhenti di satu titik sebelum tiba di Tanggabatu, sambil melihat danau di sebelah kanan mereka, seorang dari mereka bergumam, “Bagaimana mungkin ­semua ini bisa terjadi, sedangkan alam begitu indah tak ­terlukiskan, begitu damai dan tenang.” Beberapa bulan setelah itu, orang- orang Belanda itu sudah menjadi penghuni penjara Jepang di bekas hong kuli di Belawan. (credit foto: ­ http://paradiseintheworld.com)
  • 17. 17|Lentera news -edJanuari2016 A ndai suatu hari menjauh dari tempat ini, masihkah ada waktu bagiku untuk ­­bertemu dengan cinta ­sejatiku? Itulah hatiku yang galau mengisi malam sepi, dingin dan tak berdaya dalam rintikan hujan. Suatu saat yang tak ­kuduga, saya bertemu dengan ­seorang gadis, dan dari keterus terangannya dia menceritakan kisahnya itu kepadaku. Saya hampir tidak tahu bagaimana awalnya bertemu ­dengannya dan lalu berkenalan… ­sangat dalam dengannya. Ya…. Sedalam hatiku yang tak pernah juga kumengerti… dan dia pun memulai ceriteranya saat itu. Gadis muda.. masih belia… dan aku melihatnya dalam kegalauan yang be- sar…. Entah apa sesungguhnya yang ada di benaknya… tak bisa ­kumengerti… tak bisa ­kupahami dengan akal sehatku yang sederhana. Lalu ia berkisah bahwa ia tidak pernah persis ingat bagaimana dirinya mengenali orang itu. Sampai akhirnya dia tidak berani mengatakan banyak hal lagi dan si gadis belia memutuskan untuk tidak terlalu banyak mengatakan apa-apa. Menurutnya kisah itu mengandung sejuta rasa yang tersibak di dalam hatinya yang tidak juga bisa dijawabnya sendiri. Namun semakin ia diam, semakin ia merenung, semakin juga kebingungan melanda ­keseluruhan diri dan batinnya… dan saat ia ­tersadar lalu bertanya ­bergumam, “Mengapa pada musim ini kenangan ­perjumpaan itu ­menjadi penentu cerita ­hidupku?” Sang gadis terlihat galau membuat pilihan. Dia tahu pasti bahwa setiap ­pilihan ­memiliki resiko. Dan ­suatu saat batin, pikiran dan ­pandangannya menjadi ­gelap, ada yang ­mengganggu ­pikirannya sehingga lupa arah jalan yang ingin ia tempuh. Si gadis pun berhenti ­beberapa detik. Ia benar-benar mengajukan pertanyaan ­kepada dirinya. Inikah jalan yang harus ku tempuh? Jalan yang ­hampir tertutup oleh pikiran dan ­perasaan yang kabut. Seketika itu, teringatlah ia akan ­Alleysia. Seorang teman karib di bangku SMK. Dia yang menunjukkan jalan ini padanya. Ia harus mengakui, Al- leysia memang tidak hanya sahabat karib yang setia ­menemaninya di hari-hari yang penuh tanya tetapi juga membantu untuk mengetahui dan memahami tradisi-tradisi, visi dan misi yang harus di lakukan saat menjalani pilihan Untuksebuahnama: Alleysia Angela Siallagan, FCJM Penulis, cerpenis Sastra
  • 18. Lentera news -edJanuari2016|18 hidup. Dan mestilah dia akui bahwa ­Alleysia telah berjasa ­menemaninya dalam setiap langkah hidupnya. Ternyata di suatu ­waktu yang sunyi, Alleysia ­pernah bertanya, “Jawab ­pertanyaan ini dengan segenap ­kejujuranmu: Apakah ­mutiara yang telah kamu temukan dengan segenap tenagamu akan kamu korbankan dan kamu akan melepaskan semua kenangan kehidupan bersama Sang cinta sejatimu?” Gadis belia itu hanya bisa menarik nafas dalam- dalam mengumpulkan ­keberanian dan perlahan-lahan ­mendapatkan sedikit ­ketenanan hingga ­perlahan-lahan ­kalbunya ­merasa normal. Gadis belia itu tak mau ­menjawab ­karena dorongan sesaat dan akan terlambat ­memperbaikinya. Mungkin menjadi suatu ­kebodohan bagi sang pencari mutiara yang ­dengan susah payah untuk ­menemukannya dan dengan gampang ­melepaskan dan ­membuangnya. Tapi ­mungkinkah ada satu ­alasan yang cukup kuat yang ­melampaui kekuatan yang ­dihabiskan dalam ­menggapai mutiara itu?. Yang pasti ia harus mengambil sebuah ­kesimpulan seperti yang ia yakini sudah berada di telapak tangannya. Si gadis yang ­kujumpai di hari itu merasakan ­dorongan yang luar biasa untuk ­menangis. Ia bahkan tidak ­memahami pergulatan itu. Itulah pilihan yang ­paling sulit yang pernah dialami dalam hidupnya. Pilihan yang ­sulit namun harus diambilnya. Meskipun pilihan itu telah sejuta kali direnungkannya, ­namun tetaplah sedikit sulit saat memulainya. Kusadarilah kini bahwa bukan saat mutiara yang kutemukan menjadi titik akhir perjuangan dalam hidup ini, tetapi saat diri ini sanggup setia hingga bertemu dengan Sang cinta sejati, yaitu pemberi ­mutiara yang berharga ini. Sang gadis mulai ­mengangkat kepalanya yang dari tadi menunduk dan tak memandangku meski hanya ­sedetik pun. ­Beberapa orang telah melakukan yang ­demikian, ­melepaskan ­mutiara itu kemudian ­mencari ­jalan lain. Kuharap kamu tidak ­pernah ­menyesali hari ­pertemuan dengan ­Alleysia, yang membawa dan ­mengajarimu seluk beluk jalan ini. Malam kelam yang baru TELAH terhampar di depan, tetapi SELANJUT-nya akan jauh lebih ­menyenangkan dan ceria. Ia akan lebih mirip ­dengan apa yang kamu ­impikan. Tuhan mendengar semua ceritamu. Bertanyalah dengan dirimu apa yang kau cari dalam kehidupan ini?. Suatu perjalanan jiwa menyatu dengan kepenuhan diri dan cahaya yang senantiasa me- nyinari jalanmu untuk setia hingga bertemu dengan Sang Pecinta Sejati dalam suka yang tak terkira bersama Alleysia, sahabatmu. Gadis belia… setialah ­dengan mutiara pilihanmu… tak banyak anak manusia mendapat kekuatan seperti dirimu… dan tak banyak putri- putri Yerusalem mensyukuri kerikil tajam yang dipijaknya… dan kamu adalah manusia yang beruntung…. Ketika semua batu wadas itu kamu pijak hingga sampai di ujung…. Dan kamu pasti mampu untuk itu… Itu gumamku ketika aku beranjak meninggalkannya yang semakin ceria… dan aku pun berlalu…… (credit foto: http://peacefulwife. wordpress.com)
  • 19. 19|Lentera news -edJanuari2016 Redaksi mengucapkan: Selamat Natal 2015 & Tahun Baru 2016 kepada: Mgr.AnicetusB.Sinaga,OFMCap Mgr.A.G.P.Datubara,OFMCap Biarawan/Biarawati,MitraKerja, Pelanggan/Pembacamajalah Menjemaat,sertaSeluruhUmatKatolik se-KeuskupanAgungMedan Menjemaat Kami mohon doa dan dukungan ­bagi penyelenggaraan Sarasehan Signis ­Indonesia di PPS Cinta Alam - Deli Serdang pada 13 - 17 Februari 2016
  • 20. Lentera news -edJanuari2016|20 LapoAksara Ananta Bangun Redaktur Tulis K arin Muller, seorang ­produser film dan ­penulis, pada 1987 hingga 1989, menggali sumur dan ­membangun sekolah di sebuah desa di Filipina. Suatu malam, tujuh belas Anggota New ­People’s Army (NPA) atau pasukan ­bersenjata Partai Komunis ­Filipina, datang ke gubuk-nya untuk ­interogasi. Sebelum hari itu, orang-orang desa sudah ­memperingatkannya bahwa hal itu akan terjadi. ­Bukannya panik, Muller malah mencari dua benda ajaib: gula dan kopi. Dan mendapatkannya. Ketika NPA datang, ia berseru,”Syukurlah kalian ­datang juga. Aku sudah ­seharian ­menunggu. Silakan minum kopi. ­Tinggalkan senjata kalian di ­pintu.” Pasukan bersenjata tersebut bisa saja membalas ­undangan ­Muller dengan rentetetan ­tembakan atau penyiksaan. Namun ­sebaliknya, reaksi ­Muller membuat bingung kelompok itu. Orang-orang itu ­meletakkan ­senjata-nya dan duduk minum kopi. Apa yang ­sebenarnya ­terjadi? Karen berhasil menghindari ­interogasi atau hal yang lebih buruk, karena menurutnya,”Anda tidak bisa menginterogasi teman Anda minum kopi.” Petuah itu bukan ­sembarang mantra. Muller paham betul bahwa kekerasan tak dapat ­dihentikan dengan kekerasan. Sebaliknya, sang wanita petualang membuat senang pemimpin itu dengan keramahannya yang tak terduga dan mengubah ­hatinya, pikirannya, juga ­tindakannya. ­Sisanya, mantra Muller pun ­menjadi legenda. (credit foto: http://media.salon.com) Muller &SecangkirMantra