SE Sekjen Nomor 1829 tentang penyesuaian sistem kerja ASN dalam New Normal (3...
Laporan akhir BPTP Sumsel Tahun 2014
1. I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelaksanaan pembangunan pertanian Tahun 2014 merupakan bagian dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014, yang tetap memegang peran
strategis dalam perekonomian nasional. Untuk menjawab berbagai kebutuhan bagi
pembangunan pertanian saat ini, terutama yang terkait dengan empat target sukses
Kementerian Pertanian, maka pembangunan sektor pertanian selain melibatkan
berbagai sub sistem agribisnis yang meliputi sub sistem hulu, produksi, sub sistem hilir
dan sub sistem pendukung, juga tidak terlepas dari keterkaitan dengan sektor lain
yang dikelola oleh lain kementerian. Sehingga membutuhkan keterpaduan gerak dan
koordinasi.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) merupakan Unit Pelaksanaan
Teknis (UPT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan bertanggung jawab
langsung kepada Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian. Kehadiran BPTP merupakan ujung tombak Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian di daerah dalam upaya mempercepat proses adopsi dan
difusi teknologi pertanian.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dalam kurun waktu 2010-2014
telah mengarahkan agar: (1). BPTP/BBP2TP membangun dan mengembangkan
database kebutuhan inovasi teknologi spesifik lokasi berorientasi Pertanian Industrial,
(2). Pengkajian difokuskan pada Inovasi Teknologi Terpadu Siap Kaji (ITTSK) yang
dihasilkan oleh Balit/BB lingkup Badan Litbang Pertanian untuk percepatan
penerapannya pada kondisi spesifik lokasi, (3). Pengkajian komponen teknologi
1
2. dilakukan untuk kasus khusus sesuai kondisi spesifik lokasi, (4). Pengkajian teknologi
hasil penelitian di luar Badan Litbang Pertanian dilakukan dalam bentuk kerjasama
pengkajian dengan resource sharing, (5). Pengkajian difokuskan untuk menghasilkan
Inovasi Teknologi Terpadu Siap Terap (ITTST) yang mampu diintegrasikan dengan
program-program pengembangan agribisnis yang diimplementasikan di daerah, (6).
Optimalisasi peran Komisi Teknologi di daerah, (7). Optimalisasi alur umpan balik
perbaikan inovasi teknologi kepada Balit/BB/UK (memacu pemantapan program
penelitian di tingkat Balit/BB). Laporan Akhir Tahun BPTP Sumsel ini disusun untuk
menginformasikan kinerja pelaksanaan kegiatan BPTP Sumsel selama tahun 2014,
yang dapat dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan yang lebih baik lagi di masa
mendatang.
1.2. Tugas, Visi dan Misi BPTP Sumatera Selatan
1.2.1. Tugas
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.16/Permentan/OT.140/3/2006,
BPTP Sumsel mempunyai tugas pokok melaksanakan pengkajian, perakitan dan
pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Beberapa fungsi yang
diselenggarakan oleh BPTP sumsel untuk melaksanakan tugas tersebut antara lain;
a. Pelaksanaan inventarisasi dan indentifikasi kebutuhan teknologi pertanian spesifik
lokasi
b. Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna
spesifik lokasi
c. Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta
perakitan materi penyuluhan
2
3. d. Menyiapkan kerja sama, informasi, dokumentasi serta penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi
pertanian tepat guna spesifik lokasi
e. Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai
I.2.2. Visi
Sejalan dengan Visi Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian 2010-2014, untuk menjadi lembaga pengkajian dan pengembangan inovasi
pertanian tepat guna bertaraf internasional, maka visi BPTP Sumatera Selatan adalah
“Pada tahun 2014 menjadi lembaga litkaji yang handal menghasilkan inovasi teknologi
pertanian spesifik lokasi Sumatera Selatan yang berguna bagi masyarakat dalam
menunjang pembangunan pertanian dan peningkatan daya saing global”.
I.2.3. Misi
a. Mengindentifikasi kebutuhan dan melakukan inovasi teknologi pertanian spesifik
lokasi dengan kekuatan utama pada keterpaduan usaha peneliti, penyuluh dan
petani.
b. Melaksanakan pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian spesifik lokasi
dalam upaya meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kemandirian petani di
Sumsel menuju usaha pertanian yang tangguh, berkelanjutan dan berdaya saing
global
3
4. c. Mengembangkan dan mempercepat proses diseminasi atau alih teknologi dan
adopsinya oleh para pengguna.
I.3. Struktur Organisasi
Untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya, BPTP Sumatera Selatan yang
merupakan unit kerja Eselon IIIa, berada di bawah lingkup Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP). Dalam pelaksanaan kegiatan, secara
struktural Kepala Balai dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha, kepala Seksi
Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian. Secara fungsional dibantu oleh Tim Program
dan 4 (empat) Kelompok Pengkaji (kelji) yang terdiri dari: (1). Kelji Sumberdaya, (2).
Kelji Budidaya, (3). Kelji Pasca Panen dan (4). Kelji Sosial Ekonomi. Tugas penelitian
dan pengkajian dari masing-masing kelji berbeda-beda, namun saling mendukung dan
bekerjasama. Di dalam Sie Kerjasama dan Pengkajian terdapat unsur penting yang
mendukung pelaksanaan pengkajian yaitu kebun percobaan, laboratorium dan
perpustakaan.
Sub Bagian Tata Usaha bertugas dalam urusan administrasi, keuangan,
kepegawaian dan rumah tangga Balai. Seksi Pelayanan Pengkajian bertugas dalam
penyiapan dan pengelolaan informasi, komunikasi, diseminasi hasil penelitian dan
pengkajian (litkaji), sarana laboratorium dan sarana lapangan. Dalam tugasnya Kepala
Balai dibantu Tim Program dalam menyiapkan, penyusunan dan perumusan program
litkaji. Tim Program bekerjasama dengan Kelompok Pengkaji (Kelji) yang didukung
oleh Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian dan Sub Bag Tata Usaha.
4
Kepal
5. Gambar 1. Struktur Organisasi BPTP Sumatera Selatan
1.4. Sarana dan Prasarana
Keberhasilan pelaksanaan penelitian dan pengkajian perlu ditunjang dengan
tersedianya sarana dan prasarana. Kantor BPTP Sumsel berada di atas lahan seluas
5.100 m
2
. Di tanah ini berdiri beberapa gedung yang difungsikan untuk kegiatan
administrasi dan tenaga fungsional dengan luas lantai dasar 369,36 m
2
, gedung
keuangan 178,22 m
2
, gedung pelayanan teknis (laboratorium, perpustakaan) dengan
luas lantai dasar 470,69 m
2
, luas garasi kendaraan 173,46 m
2
, Pos Satpam 36,19 m
2
,
gudang 78,59 m
2
, menara air 14,34 m
2
dan luas aula 648,65 m
2
.
Kebun Percobaan Kayuagung dengan luas lahan 26,6 ha, status tanahnya
adalah hak guna pakai. Berada di Desa Sidakersa Kecamatan Kota Kayu Agung
Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan agroekosistem Lebak. Kebun ini dapat
dijangkau dengan mudah dari Palembang dengan kendaraan roda empat. Berada di
tepi jalan Trans Sumatera. Berdasarkan tipenya maka lahan lebak dalam 49,4%, lebak
tengahan 19,4% dan lebak dangkal 31,2%. Kebun ini berada pada ketinggian 31 m di
5
Ka. Sie Kerjasama
dan Pelayanan
Pengkajian
Ka. Sub Bagian
Tata Usaha
Kelji Sosial
Ekonomi
Kelji Pasca
Panen
Kelji
Budidaya
Kelji
Sumberday
6. atas permukaan laut. Adapun Kebun Percobaan Karang Agung dengan luasnya 20 ha
status tanahnya adalah pinjaman. Berada di Desa Sukamulia Kecamatan Tungkal Ilir
Kabupaten Banyuasin. Untuk menjangkau kebun ini, setelah mengendarai kendaraan
roda empat dari Palembang kurang lebih 3,5 jam, maka dilanjutkan dengan
menggunakan speed boat selama 30 menit. Agroekosistem kebun ini pasang surut,
bertipe luapan B/C yang berada pada ketinggian 29 m di atas permukaan laut.
Untuk menunjang pelaksanaan tugasnya, maka di lingkup BPTP Sumsel saat
ini terdapat 8 kendaraan dinas roda empat (dua diantaranya dalam kondisi rusak),
sedangkan fasilitas lapangan terdiri dari alat angkut bermotor roda tiga 4 unit, traktor
tangan 4 unit, Transplanter 1 unit, perontok gabah 2 unit, box dryer 2 unit dan
ditunjang dengan beberapa fasilitas untuk pengolahan benih.
Lebih lanjut mengenai keadaan kekayaan barang bergerak lingkup BPTP
Sumatera Selatan sampai akhir tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
6
7. Tabel 1. Keadaan Kekayaan Barang Bergerak yang Dikelola Lingkup BPTP
Sumatera Selatan tahun 2014
No Jenis Kendaraan No. Polisi Pemakai Keterangan
1. Suzuki Vitara BG.1501 LZ Ka. Balai Kendaraan R.4
2. Toyota Kijang BG.2194-LZ Pool Kendaraan Kendaraan R.4
3. Daihatsu Taft BG.1005-LZ Pool Kendaraan Kendaraan R.4 (sudah
Lelang)
4. Mitsubishi L-300 BG.3534-AZ KP. Kayu Agung Kendaraan R.4 (sudah
Lelang)
5. Toyota Kijang BG.1472-MQ Pool Kendaraan Kendaraan R.4
6. Toyota Hilux B.9158 DQ Pool kendaraan Kendaraan R.4
7. Toyota Hilux Pickup BG 9505 MZ Pool kendaraan Kendaraan R.4
8. Toyota Hilux Pickup F 8466 A KP. Kayuagung Kendaraan R.4
9. Yamaha YT 115 BG. 6291 NZ KP. Kayu Agung Kendaraan R.2
10. Yamaha YT 115 BG. 6292 NZ KP. Kayu Agung Kendaraan R.2
11. Suzuki Trail BG. 5849 NZ KP. Karang
Agung
Kendaraan R.2
12. Yamaha YT 115 BG. 6295 NZ Susno (RT) Kendaraan R.2
13. Yamaha YT 115 BG. 6294 NZ M. Arif Sidik
Purwanto
Kendaraan R.2
14. Yamaha YT 115 BG. 6296 NZ Budi Rahardjo Kendaraan R.2 (sudah lelang)
15. Yamaha YT 115 BG. 6290 NZ Juwedi Kendaraan R.2
16. Honda Mega Pro BG.4825 PZ Drs. M. Syahrul Kendaraan R.2 (sudah lelang)
17. Yamaha YT 115 BG. 6293 NZ Tukiran Kendaraan R.2
18. Viar BG 6414 PZ KP Kayuagung Kendaraan R.3
19. Viar F 5371 A KP Kayuagung Kendaraan R.3
20. Viar F 5398 A KP Kayugung Kendaraan R.3
21. Viar BG 6415 P2 KP Karang
Agung
Kendaraan R.3
22. Suzuki A100 BG 5844 NZ Pool Kendaraan R.2
1.5. Sumber Daya Manusia
7
8. Untuk menjalankan program dalam wujud beberapa kegiatan, BPTP Sumsel
memiliki sumber daya manusia sebanyak 81 orang. Tenaga-tenaga ini menyebar di
kantor BPTP Sumsel 64 orang, Kebun Percobaan Kayuagung di Kabupaten OKI 11
orang dan Kebun Percobaan Karang Agung di Kabupaten Banyuasin 6 orang.
Ditinjau dari tingkat pendidikannya, saat ini terdapat 2 orang yang
berpendidikan strata 3; 15 orang berpendidikan strata 2 dan 34 orang berpendidikan
strata 1. Pegawai yang berpendidikan Diploma (2-4) sebanyak 5 orang, Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas 20 orang, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 3 orang dan yang
berpendidikan Sekolah Dasar 2 orang.
Bila dilihat dari fungsinya, maka SDM yang sudah memiliki fungsional peneliti
17 orang, fungsional penyuluh 10 orang, fungsional pustakawan 1 orang, fungsional
tehnisi litkayasa 1 orang dan fungsional umum 53 orang. Untuk meningkatkan kinerja
pelaksanaan kegiatan BPTP Sumsel, maka perlu dilakukan peningkatan kemampuan
SDM melalui pelatihan dan pendidikan lanjutan dengan menyekolahkan staf ke
jenjang yang lebih tinggi. Ini sudah merupakan komitmen Badan Litbang Pertanian
untuk meningkatkan kemampuan SDM melalui pendidikan tinggi. Saat ini terdapat
satu orang staf peneliti yang mengikuti pendidikan Strata 3 dan dua orang yang
mengikuti pendidikan Strata 2. Berikut rekapitulasi pegawai menurut beberapa kriteria
per Desember 2014.
Tabel 2. Rekapitulasi Pegawai Menurut Golongan Ruang per Desember 2014
No Golongan Ruang
A B C D Jumlah
1 Golongan I 2 2 4
2 Golongan II 1 5 5 6 17
3 Golongan III 9 18 10 11 48
8
9. 4 Golongan IV 8 2 2 - 12
Total 18 25 19 19 81
Tabel 3. Rekapitulasi Pegawai Menurut Golongan/Ruang dan Pendidikan Akhir
per Desember 2014
No Gol/Ruang S3 S2 S1 D4 D3 SLT
A
SLTP SD Jumlah
1 I/c 2 2
2 I/d 2 2
3 II/a 1 1
4 II/b 4 1 5
5 II/c 2 3 5
6 II/d 1 5 6
7 III/a 6 1 2 9
8 III/b 3 9 1 5 18
9 III/c 2 8 10
9
10. Lanjutan Tabel 3.
No Gol/Ruang S3 S2 S1 D4 D3 SLT
A
SLTP SD Jumlah
10 III/d 1 3 7 11
11 IV/a 1 5 2 8
12 IV/b 1 1 2
13 IV/c 1 1 2
Jumlah 2 15 34 1 4 20 3 2 81
Tabel 4. Rekapitulasi Pegawai Menurut Golongan dan Kelompok Umur per
Desember 2014
N
O
Gol/
Ruang
21-25
tahun
26-30
tahun
31-35
tahun
36-40
tahun
41-45
tahun
46-50
tahun
51-55
tahun
56-60
tahun
Jumlah
1 I 2 2 4
2 II 2 2 2 8 3 17
3 III 4 10 4 6 10 13 1 48
4 IV 1 1 9 1 12
Jumlah 6 12 4 11 19 27 2 81
Tabel 5. Rekapitulasi Pegawai Menurut Golongan dan Pendidikan Akhir per
Desember 2014
N
O
Gol/
Ruang
S3 S2 S1 D4 D3 SLTA SLTP SD Jumlah
1 I 2 2 4
2 II 3 13 1 17
3 III 1 8 30 1 1 7 48
4 IV 1 7 4 12
Jumlah 2 15 34 1 4 20 3 2 81
Tabel 6. Rekapitulasi Pegawai Menurut Kelompok Fungsional per Desember
2014
10
11. No
.
Nama Fungsional Jumlah
1. Peneliti 17
2. Penyuluh 10
3. Pustakawan 1
4. Teknisi Litkayasa 1
Tabel 7. Rekapitulasi Pegawai Menurut Kelompok Fungsional Peneliti per
Desember 2014
Tabel 8. Rekapitulasi Pegawai Menurut Kelompok Fungsional Penyuluh
per Desember 2014
No. Nama Fungsional Jumlah
1 Penyuluh Pertanian Madya 3
2 Penyuluh Pertanian Muda 2
3 Penyuluh Pertanian Pertama 5
4 Penyuluh Terampil Penyelia 0
5 Penyuluh Terampil Pelaksana L 0
6 Penyuluh Terampil Pelaksana 0
7 Penyuluh Terampil Pelaksana P 0
8 Penyuluh Non Klasifikasi 0
Jumlah 10
11
No. Nama Fungsional Jumlah
1. Peneliti Utama 0
2. Peneliti Madya 5
3. Peneliti Muda 4
4. Peneliti Pertama 8
5. Peneliti Non Klasifikasi -
Jumlah 17
12. Tabel 9. Rekapitulasi Pegawai Menurut Kelompok Fungsional Pustakawan
No
.
Nama Fungsional Jumlah
1 Pustakawan Pertama 1
Jumlah 1
Tabel 10. Rekapitulasi Pegawai Menurut Kelompok Fungsional Litkayasa
No. Nama Fungsional JUMLAH
1 Teknisi Litkaya Pemula 1
Jumlah 1
Tabel 11. Rekapitulasi Pegawai Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
per Desember 2014
N
o
Jenis
kelamin
20-25
Tahu
n
26-30
Tahu
n
31-35
Tahu
n
36-40
Tahu
n
41-45
Tahu
n
46-50
Tahu
n
51-55
Tahu
n
56-60
Tahu
n
Jumlah
1 Laki-Laki 2 3 2 6 14 19 1 47
2 Perempua
n
4 9 2 5 5 8 1 34
Jumlah 6 12 4 11 19 27 2 81
Tabel 12. Rekapitulasi Pegawai Menurut Jenis Kelamin dan Golongan/Ruang
per Desember 2014
N
o
Golongan
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1 I/c 2 - 2
2 I/d 2 - 2
Jumlah Gol. I 4 - 4
12
13. 3 II/a 1 - 1
II/b 4 1 5
4 II/c 3 2 5
5 II/d 6 - 6
Jumlah Gol. II 14 3 17
6 III/a 4 5 9
7 III/b 7 11 18
8 III/c 2 8 10
9 III/d 7 4 11
Jumlah Gol. III 20 28 48
10 IV/a 7 1 8
11 IV/b 2 1 2
12 IV/C 1 1 2
Jumlah Gol. IV 10 2 12
Total
81
Tabel 13. Rekapitulasi Pegawai Menurut Golongan, Pendidikan Akhir dan
Jenis Kelamin per Desember 2014
N
o
Golongan
/Ruang
Pendidikan Akhir dan Jenis Kelamin
S3 S2 S1 D4 D3 SLTA SLT
P
SD Jumla
h
L P L P L P L P L P L P L P L P
1 GOL. I - - - - - - - - - - - - 2 - 2 - 4
2 GOL. II - - - - - - - - 2 1 1 2 1 - - - 17
13
15. II. HASIL KEGIATAN
2.1. Sub Bagian Tata Usaha
2.1.1. Pendidikan dan Latihan
Untuk meningkatkan pendidikan tenaga peneliti dan non peneliti telah
dilakukan berbagai upaya melalui jalur formal dengan biaya pemerintah maupun
dengan biaya sendiri. Jenjang pendidikan yang diikuti adalah S2 dan S3 dengan
berbagai disiplin Ilmu seperti terlihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Pegawai BPTP Sumsel yang sedang mengikuti pendidikan
N
o
Nama Program Jurusan Tempat Sumber
Biaya
Tahun
mulai
1. Ir. Yustisia, Msi S3 Agronomi UGM
Yogyakarta
Badan
Litbang
2006
2. Budi Rahardjo,
Msi
S3 Teknologi
Industri
Pertanian
UNSRI
Palembang
Pribadi 2011
3. Ir. Dedeh
Hadiyanti
S2 Agronomi UNSRI
Palembang
Pribadi 2011
4. Susilawati, SP S2 Agronomi UNSRI
Palembang
Pribadi 2011
5. Herwenita, SP S2 Community
Development
UPLB
Filipina
Badan
Litbang
2013
6. Drh. Aulia Evi S S2 Budidaya
Ternak
UGM
Yogyakarta
Badan
Litbang
2013
Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh Penanggung Jawab
Kepegawaian pada tahun anggaran 2014 sejak triwulan pertama sampai pada triwulan
keempat adalah sebagai berikut : 1) Kenaikan Gaji Berkala, 2) Kenaikan Pangkat, 3)
15
16. Pembuatan Karpeg, 4) Taspen, 5) Pembuatan Karis dan Karsu dan 6) Pembuatan
Askes.
Untuk pengoperasian Software SIMPEG tersebut pada tahun anggaran 2014
telah dapat dilaksanakan dengan baik, dengan demikian diharapkan dalam
penampilan dan penyajian data-data kepegawaian dapat lebih akurat dan cepat
seperti penampilan daftar Nominatif pegawai berdasarkan tingkat pendidikan, umur,
pangkat/golongan dan Eselon, penampilan kapan kenaikan pangkat pegawai,
kenaikan gaji berkala, kapan pensiun dan pembebasan sementara.
2.1.2. Perlengkapan
Perlengkapan BPTP Sumatera Selatan meliputi barang tidak bergerak dan
barang bergerak. Barang tidak bergerak antara lain meliputi tanah dan bangunan,
sedangkan barang bergerak berupa kendaraan dan alat mesin lainnya.
Pada tahun 2014 telah dilakukan renovasi pada gedung BPTP Sumsel yaitu
berupa pergantian atap dan plavon gedung pelayanan teknis serta renovasi pintu
gedung utama.
2.1.3. Keuangan
Sebagai unit pelaksana teknis dibidang pengkajian dan alih teknologi spesifik
lokasi, dalam melaksanakan tupoksinya BPTP Sumsel pada TA. 2014 didukung oleh
sumber dana yang berasal dari APBN dalam bentuk Rupiah Murni (RM) sebesar Rp
11.208.483.000,-
16
17. Anggaran BPTP Sumsel dicairkan sesuai dengan Surat Pengesahan DIPA
Tahun Anggaran 2014 dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Apabila dana
tersebut dirinci menurut jenis belanjanya, maka persentase realisasi belanja pegawai
sebesar 97,61%, belanja barang 90,42% dan belanja modal 93,22% seperti pada
tabel berikut
Tabel 15. Realisasi penggunaan dana dari DIPA BPTP Sumsel Tahun 2014
No. Jenis PAGU (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (%)
1. Belanja Pegawai 5.025.038.000,- 4.904.832.880,- 97,61
2. Belanja Barang 5.508.445.000,- 4.980.838.539,- 90,42
3. Belanja Modal 675.000.000,- 629.207.000,- 93,22
Jumlah 11.208.483.000,- 10.514.878.419,- 93,81
Realisasi penggunaan dana dari DIPA BPTP tahun 2014 tersebut sebesar
93,81%. Realisasi belanja barang yang hanya 90,42% tersebut disebabkan oleh
terlambatnya pencairan dana kegiatan karena adanya revisi anggaran dan
terlambatnya pencairan dana kegiatan setelah diajukannya rencana kerja. Selain itu
adanya kesediaan petani untuk melakukan sharing dalam pelaksanaan kegiatan
sehingga terjadi penghematan dana. Realisasi belanja dilakukan dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin
terlaksananya kegiatan-kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana
Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL).
Selain dari DIPA BPTP Sumsel 2014, juga terdapat dana penelitian dari
SMARTD yaitu sebesar Rp 364.600.000,- yang terdiri dari kegiatan:
1. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan (m-P3MI) berbasis Usahatani
Padi pada lahan Pasang Surut di Kecamatan Tanjung lago Kabupaten
Banyuasin, Sumatera Selatan, dengan dana Rp 139.600.000,-
17
18. 2. Identifikasi Kebutuhan Inovasi Spesifik Lokasi Mendukung Penetapan Prioritas
Kegiatan Pengkajian dan Perencanaan di Provinsi Sumatera Selatan, dengan
dana Rp 95.000.000,-
3. Demplot Budidaya dan Penangkaran Bawang Merah Asal Biji di Lahan Kering
Dataran Rendah, dengan dana Rp 130.000.000,-
Semua kegiatan yang didanai oleh SMARTD tahun 2014 tersebut terealisasi
keuangannya 100%. Dengan demikian realisasi dana SMARTD masih lebih baik
dibanding tahun lalu (2013) yang terealisasi sebesar 90,63%.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan juga menyetorkan
hasil Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun 2014 sebesar Rp 132.062.945,-
yang terdiri dari penerimaan fungsional dan penerimaan umum dengan rincian seperti
pada Tabel 16 berikut
Tabel 16. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Tahun 2014
Penerimaan Jumlah (Rp)
Fungsional
KP. Kayuagung 10.328.000,-
KP. Karangagung 15.015.000,-
Unit Pengelolaan Benih Sumber 71.229.500,-
Jumlah penerimaan fungsional 96.572.500,-
Jumlah Penerimaan umum 35.490.445,-
Jumlah PNBP 132.062.945,-
Dari PNBP tersebut, maka 73,12% merupakan penerimaan fungsional dan 26,87%
dari penerimaan umum. Adapun anggaran dan realisasi dana pada masing-masing
kegiatan (kegiatan rutin, penelitian, penunjang penelitian) yang dilaksanakan di BPTP
Sumsel terlampir.
18
19. 2.1.4. Penyusunan Laporan Keuangan SAI pada Sekretariat UAPPA/B-W
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan transparansi dan akutabilitas
dalam pengelolaan keuangan Negara, maka diperlukan perangkat hukum yang
didasarkan atas prinsip umum yang sehat, modern dan dinamis. Untuk menjawab
tantangan tersebut, maka pemerintah telah membuat suatu program Sistem Akutansi
Pemerintah Pusat (SAPP) yang telah diperbaharui untuk memonitor apakah keuangan
Negara telah dijalankan secara efektif dan efisien serta telah sesuai dengan tujuan
pengeluaran belanja sebagaimana tercantum dalam Daftar Isian Pengguna Anggaran
(DIPA), maka diperlukan informasi yang relevan dalam bentuk laporan-laporan yang
seragam untuk seluruh instansi pusat sampai ketingkat satuan unit kerja di daerah.
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem
Akutansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan adalah sebagai penanggung jawab UAKPA, yang
mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan BPTP
berupa laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Dengan demikian penyusunan dan penyajian laporan BPTP ini merupakan
perwujudan pertanggung jawaban atas penggunaan anggaran maupun barang pada
BPTP Sumatera Selatan.
Untuk menunjang pelaksanaan program SAI pada Satuan Kerja dengan
mempergunakan Sistem Akutansi Kuasa Pengguna Anggara (SAKPA) pada Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan pada tahun 2013 telah dibentuk
Unit Akutansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA). Untuk pelaksanaan operasional
kegiatan tersebut BPTP Sumatera Selatan telah dilengkapi dengan struktur organisasi
19
20. dan telah mendapat alokasi dana melalui DIPA Nomor DIPA-018.09.2.567495/2014
tanggal 5 Desember 2013 Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp. 11.208.483.000,-
(Sebelas milyar dua ratus delapan juta empat ratus delapan puluh tiga ribu rupiah)
Laporan akhir kegiatan Sistem Akutansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA)
tahun 2014 ini disusun berdasarkan laporan keuangan satker serta disajikan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akutansi
Pemerintah (SAP).
Dari hasil pelaksanaan kegiatan Sistem Akutansi Kuasa Pengguna Anggaran
(SAKPA) yang dilaksanakan BPTP Sumatera Selatan untuk tahun anggaran 2014
maka dihasilkan laporan keuangan yang disusun berdasarkan laporan keuangan
satker serta disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005
tentang Standard Akutansi Pemerintah. Secara kumulatif, realisasi anggaran pada TA
2014 mengalami peningkatan dibandingkan dengan TA 2013. Pada TA 2014,
pencairan anggaran selain belanja pegawai/gaji baru terealisasi pada bulan Februari.
Oleh karena itu, data realisasi baru terlaporkan mulai bulan Maret 2014.
Perkembangan pencairan dana dari bulan April hingga Oktober terlihat membentuk
garis lurus dengan gradien yang hampir sama, yang berarti pada bulan-bulan tersebut
terjadi pencairan anggaran dalam jumlah yang hampir sama. Pada bulan–bulan
berikutnya (Nopember dan Desember), pencairan anggaran berlangsung lebih cepat,
hingga akhirnya mencapai prosentase realisasi anggaran DIPA Umum sebesar
93,78%. Angka ini berdasarkan pencairan anggaran melalui Surat perintah
Membayar (SPM) yang Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) nya diterbitkan oleh
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Palembang.
20
21. Peningkatan pencairan dana pada bulan Nopember dan Desember disebabkan
transaksi pembayaran belanja modal pada umumnya baru dilaksanakan pada bulan-
bulan tersebut. Neraca Semester II 2014 per 31 Desember disusun berdasarkan
atas Laporan Keuangan Departemen Pertanian tahun 2014, dan adanya proses
kapitalisasi SIMAK-BMN. Gambaran perkembangan neraca tersebut dapat dilihat
sebagai berikut: Posisi Neraca BPTP Sumsel pada Semester II/ 31 Desember 2014
seperti terbaca berikut ini: Aset Tetap sebesar Rp 226.936.633.974,- terdiri dari: 1)
Tanah Rp 212.122.829.960,- 2) Peralatan dan Mesin Rp 5.168.565.429,- 3) Gedung
dan Bangunan Rp 19.162.743.012,- 4) Jalan Irigasi dan Jaringan Rp 20.581.960.850,-
, 5) Konstruksi dalam pengerjaan Rp 15.776.500,- 6). Software Rp 151.930.553,- 7)
Aset tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan Rp 1.638.299.757,- 8)
Aset Tetap Lainnya Rp 3.786.638.483,- sedangkan total akumulasi penyusutan
sebesar Rp 35.692.110.570
Pengelolaan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) pada Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sumatera Selatan telah dapat dilaksanakan/dioperasionalkan sebagaimana
mestinya walaupun masih terdapat kendala dan hambatan
2.1.5. Sistem Pengendalian Intern/Wilayah Bebas Korupsi
Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang integral pada tindakan
dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. SPI diselenggarakan
secara menyeluruh baik di lingkungan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
21
22. Pengawasan Intern (PI) adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan
fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan
telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Dengan mengacu pada Peraturan Pemerintas Nomor 60 tahun 2008 tanggal
28 Agustus 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintas (SPI), maka Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan berupaya untuk dapat
mengidentifikasi deviasi atau penyimpangan atas pelaksanaan kegiatan dibandingkan
dengan perencanaan sebagai umpan balik untuk melakukan tindakan koreksi atau
perbaikan bagi pimpinan dalam mencapai tujuan organisasi.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terdiri atas unsur: (a) lingkungan
pengendalian; (b) penilaian resiko; (c) kegiatan pengendalian; (d) informasi dan
komunikasi; dan (e) pemantauan pengendalian intern. Penerapan unsur-unsur-SPI
sebagaimana dimaksud di atas harus dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian
integral dari kegiatan Instansi Pemerintah. Tujuan pelaksanaan SPI yaitu: memberikan
petunjuk teknis bagi Unit Kerja lingkup Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sumatera Selatan pada pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern, dalam rangka
pengelolaan Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara (APBN), Dana
Dekonsentrasi, maupun Dana Tugas Pembantuan.
Seluruh Pimpinan masing-masing bagian di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sumatera Selatan berkewajiban memelihara lingkungan pengendalian di bagiannya,
sehingga menimbulkan perilaku yang positif dan kondusif bagi seluruh staf untuk
22
23. menerapkan SPI di bagiannya masing-masing, implementasi di lapangan adalah
sebagai berikut:
a. Penegakan Integritas dan Nilai Etika
• Seluruh pegawai harus mematuhi jam Kerja, yaitu Senin s.d Kamis masuk
kerja jam 7.30 WIB, pulang jam 16.00 WIB. Hari Jumat masuk jam 7.30 pulang
jam 16.30 WIB. Absensi dilakukan dengan menggunakan elektronik yaitu
absen wajah. Absensi dilakukan sebanyak 3 kali yaitu absen pagi jam 7.30,
siang jam 13.00 dan sore jam 16.00. Apabila melanggar maka dikenakan
sangsi pengurangan penerimaan tunjangan kinerja sesuai dengan Peraturan
Presiden Nomor 103 Tahun 2012 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di
lingkungan Kementerian Pertanian yang dijabarkan kembali dengan Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 68/Permentan/OT.140/11/2012, tentang Pedoman
Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja bagi Pegawai di Lingkungan
Kementerian Pertanian. Selain itu akan diberlakukan pengurangan tunjangan
kinerja sebanyak 2% apabila pegawai tidak mengikuti upacara dengan tanpa
alasan yang jelas.
• Seluruh karyawan telah mendapatkan tugas dan pekerjaannya masing-masing
yang dijabarkan dalam Surat Keputusan Kepala Balai Pengkajian teknologi
Pertanian Sumatera Selatan yang diterbitkan setiap awal tahun anggaran.
• Kepala Balai menegakan disiplin sesuai PP 53 th 2010 tentang Disiplin
Pegawai sehingga tercipta lingkungan kerja yang tertib teratur dan nyaman.
• Setiap tanggal 17 setiap bulan dilaksanakan upacara bendera
23
24. • Pelaksanaan apel pagi setiap hari senin yang dimaksudkan agar terciptanya
komunikasi antara pimpinan dan stafnya serta penyampaian informasi penting
kepada seluruh pegawai dari pimpinan. Pembina apel bukan hanya pimpinan
saja, akan tetapi berganti setiap minggunya, baik dari fungsional peneliti,
fungsional penyuluh maupun pejabat struktural
• Dilakukan santapan rohani untuk meningkatkan keimanan sehingga dapat
berdampak terhadap integritas dan peningkatan nilai etika.
• Dilakukan olahraga bersama setiap hari jumat untuk meningkatkan
kebersamaan dan dilanjutkan dengan jumat bersih dalam menjaga kebersihan
lingkungan bersama.
b. Komitmen terhadap Kompetensi
• Kasubag Tata Usaha, KSPP, Koordinator program, ketua kelji, dan Kepala
Kebun percobaan (Kayu Agung dan Karang Agung) mengidentifikasi kegiatan
yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas dan fungsi bagiannya masing-
masing.
• Bagi pegawai yang ditugaskan harus mempunyai kompetensi yang sesuai
dengan jabatan pekerjaannya. Untuk meningkatkan kompetisi dibidang ahlinya
dilakukan pengajuan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
• KSPP dan Sub Bagian Tata Usaha mengusulkan stafnya untuk mengikuti diklat
yang terkait dengan tugas dan fungsinya.
• Dilakukan pelatihan intern yang ditujukan untuk tenaga pendukung agar
memahami tugas dan pekerjaannya dengan baik
24
25. • Telah dilakukan penerapan akreditasi, penerapan ISO 9001-2008 pada Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian dalam hal pelayanan prima.
c. Kepemimpinan yang kondusif
• Proposal kegiatan yang akan dilaksanakan setiap tahunnya harus sesuai
tugas pokok dan fungsi dan dievaluasi oleh tim evaluator Balai.
• Penanggung jawab kegiatan dan sub bagian masing-masing melaporkan
tentang tugas pekerjaannya masing-masing kepada atasan langsungnya dan
atasan langsung merespon dengan menindak lanjuti permasalahan yang
ditemui.
• Para Pimpinan Balai berinteraksi instensif dengan stafnya melalui rapat-rapat
dengan tim kebijakan untuk mengetahui perkembangan dan juga
permasalahan yang ada.
• Setiap awal bulan dilakukan seminar, yang masing-masing fungsional peneliti
ataupun fungsional penyuluh dibuat jadwal untuk mengajukan topik, tulisan
ilmiah yang disampaikan dalam forum seminar dan dibahas oleh tim
pembahas. Hal ini melatih bagaimana penulisan ilmiah yang baik sehingga
sangat bermanfaat terutama bagi calon peneliti dan penyuluh.
• Dilakukan rapat bulanan untuk membahas perkembangan kegiatan baik
kegiatan teknis maupun non teknis, yang dihadiri seluruh karyawan. Pada
rapat bulanan ini disampaikan progress dari masing-masing kegiatan dan juga
apabila ada permasalahan disampaikan dan ditindak lanjuti.
d. Struktur Organisasi yang sesuai dengan kebutuhan
25
26. • Jumlah pegawai tiap bagian harus memadai baik jumlah maupun
kompetensinya.
• Pada tahun 2014 ini adanya promosi dan mutasi kepala BPTP Sumatera
Selatan pada bulan Oktober 2014.
• Semua pekerjaan dilengkapi dengan uraian tugas yang jelas dituangkan dalam
bentuk SK dan SOP. Namun kedepan SOP yang telah ada akan ditinjau
kembali untuk melihat keefektifannya.
e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat
• Wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat dan sesuai
tanggungjawabnya.
• Pendelegasian wewenang dituangkan dalam bentuk surat keputusan ataupun
surat penugasan
f. Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang sehat tentang Pembinaan
SDM
• Pembinaan Staf disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.
• Para Pimpinan di Balai melakukan pengecekan terhadap kinerja staf, antara
lain mengecek, kebenaran data untuk bahan Rapim, kebenaran data untuk
laporan bulanan, dan pengecekan terhadap pelaksanaan tugas yang diberikan
pimpinan.
• Staf diharuskan memiliki buku catatan kegiatan harian yang dinamakan log
book untuk mengecek kegiatan pegawai masing-masing dan diperiksa oleh
atasan masing-masing untuk melihat kinerja yang telah dicapai masing-masing
pegawai.
26
27. g. Hubungan Kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah Terkait
Para Pimpinan Balai menjalin kerjasama yang baik dengan Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Dinas
instansi terkait di propinsi dan kabupaten, Pemerintah daerah, Balitbangnovda dan
instansi lainnya yang terkait dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi.
Tabel 17. Hasil Kegiatan SPI
No Jenis
Kegiatan
Ringkasan Hasil Rekomendasi
1. Pembuatan
SK Tim
Satlak PI
BPTP Sumsel
Susunan Tim Satlak PI BPTP Sumsel
terdiri dari Penanggung Jawab, Ketua,
Sekretaris dan beberapa anggota yang
masing-masing memiliki tugas dan
fungsi berbeda. Tim Satlak PI secara
umum memiliki tugas ”Melakukan
penilaian dan pembinaan terhadap
pelaksanaan SPI berdasarkan 5 unsur
pengendalian serta
mendokumentasikan semua aktivitas.
Tim Satlak PI yang
telah ditunjuk perlu
melaksanakan tugas
pembinaan dan
penilaian
pelaksanaan SPI
berdasarkan 5 unsur
pengendalian.
2. Penyusunan
Juknis Sistem
Pengendalian
Intern (SPI)
BPTP Sumsel
Ruang lingkup Juknis Sistem
Pengendalian Intern (SPI) BPTP
Sumsel meliputi Kata Pengantar, Daftar
Isi, Pendahuluan, Lingkungan
Pengendalian, Penilaian Risiko,
Kegiatan Pengendalian, Informasi dan
Komunikasi, Pemantauan Pengendalian
Intern.
Juknis SPI yang
telah disusun perlu
disosialisasikan
kepada semua
pegawai, sekaligus
sebagai acuan bagi
Tim Satlak PI dalam
melaksanakan
tugas.
3. Sosialisasi
dan
penyusunan
analisis risiko
kegiatan
Sosialisasi analisis risiko dilakukan
kepada seluruh penanggung jawab
kegiatan. Analisis risiko dilaksanakan
untuk menentukan dampak terhadap
pencapaian tujuan dan sasaran
kegiatan. Berdasarkan hal tersebut,
Setiap penanggung
jawab harus
membuat analisis
risiko dalam bentuk
tabel dan
dilampirkan dalam
27
28. setiap penanggung jawab kegiatan
harus membuat analisis risiko dalam
bentuk tabel yang memuat identifikasi
risiko, analisis/penyebab risiko dan
upaya pengendaliannya.
RPTP/ROPP/RDHP/
RODHP/RKTM/
ROKTM
4. Survei
Pengukuran
Penerapan
Nilai dasar
Budaya Kerja
Aparatur
Negara
(IPNBK)
Berdasarkan Permentan No.32/2009,
setiap UK/UPT perlu melakukan
pemantauan penerapan nilai dasar
budaya kerja melalui pengukuran
IPNBK. Untuk menunjang hal tersebut
perlu dibangun komitmen bersama bagi
seluruh jajaran pimpian pada semua
tingkatan untuk melaksanakan nilai
dasar budaya kerja.
Berdasarkan hasil
survei, nilai IPNBK
di BPTP Sumsel
memilki klasifikasi
Baik (77,33).
5. Pengendalian
kegiatan
pengkajian
dan
diseminasi
melalui
evaluasi dan
reviu kinerja
serta
peninjauan
atau
pemantauan
lapangan
BPTP Sumsel pada tahun 2014
melaksanakan beberapa kegiatan
manajemen, pengkajian dan
diseminasi. Hasil evaluasi dan
pemantauan lapangan ditemukan masih
kurangnya perhatian penanggung
jawab dalam pembuatan laporan
pelaksanaan kegiatan, sedangkan
kegiatan teknis lapangan belum
terlaksana dengan baik sesuai
perencanaan. Selain itu, tim pelaksana
belum terkoordinasi sebagaimana
mestinya.
Perlu percepatan
pelaksanaan
kegiatan sesuai
perencanaan serta
peningkatan
koordinasi tim.
6. Pemantauan
pelaksanaan
pengadaan
barang dan
jasa serta
penggunaan
aset.
Dalam upaya meningkatkan sarana dan
prasarana pengkajian telah dilakukan
pengadaan barang dan jasa serta
perggantian atap dan plapon serta
renovasi pintu gedung utama,
pengadaan laptop 1 unit , pengadaan
AC 3 unit dan kendaraan roda empat 1
buah
Setiap pengadaan
barang dan jasa
agar berpedoman
kepada
PP No. 54/2011
28
29. 2.2. Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian
2.2.1. Kerjasama
Pada tahun 2014, BPTP Sumsel melakukan kerjasama dalam dan luar negeri.
Kerjasama dalam negeri meliputi: 1). Pemanfaatan Lahan untuk Layanan Informasi
Iklim di Kabupaten OKI, 2) Kegiatan Uji Efektifitas Pupuk Organik Hayati ImproBio
TM
Pada Tanaman Padi, sedangkan kerjasama luar negeri berjudul: Closing Rice Yield
Gaps in Asia (CORIGAP)
2.2.1.1. Pemanfaatan Lahan untuk Layanan Informasi Iklim
di Kabupaten OKI
Di Kebun Percobaan Kayu Agung, BPTP Sumsel menyediakan lahan 20 x 20
m untuk menempatkan peralatan pengamatan cuaca. Alat-alat yang disediakan oleh
BMKG adalah: Penangkar petir 1 unit, alat ukur kecepatan angin 3 unit, alat ukur arah
angin 1 unit, alat ukur curah hujan 1 unit, termometer 3 unit, pengukur kelembaban
tanah, komputer 1 paket. BPTP Sumsel dalam kerjasama ini selain menyediakan
lahan, juga menyediakan tenaga untuk mengamati data dan merawat lingkungan
tempat disediakannya peralatan tersebut.
Dari kerjasama ini, BPTP Sumsel mendapatkan informasi tentang cuaca yang
diperoleh dari buku dan bulletin yang tiap bulan diterima.
• Buletin BMKG Provinsi Sumatera Selatan dan Bangka Belitung.
Buletin ini dikeluarkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika,
Stasiun Klimatologi Klas I Kenten, Palembang. Informasi yang diperoleh dari Buletin ini
29
30. adalah data hujan, hari hujan, cuaca ekstrim, arah dan kecepatan angin serta evaluasi
tingkat bahaya kebakaran.
• Buku Informasi Peta Kekeringan Dengan Metode SPI.
Buku ini dikeluarkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika,
Stasiun Klimatologi Klas I Kenten, Palembang. Informasi kekeringan diperoleh dalam
tiga bulanan tersebut, memberikan gambaran mengenai tingkat kekeringan
berdasarkan nilai curah hujan tiga bulanan dengan menggunakan metoda
Standardized Precipitation Index (SPI).
Taman Alat Automatic Weather Station
2.2.1.2. Kegiatan Uji Efektifitas Pupuk Organik Hayati ImproBio
TM
Pada
Tanaman Padi
Pemberian pupuk organik dan pupuk kimia dalam bentuk dan jumlah yang
tepat sangat penting untuk keberlanjutan intensifikasi lahan sawah. Pupuk organik
yang diberikan haruslah dalam jumlah yang cukup dan pupuk anorganik yang
diberikan haruslah dalam jumlah yang tidak menekan pertumbuhan mikroba pupuk
30
31. hayati. Pemanfaatan pupuk organik dapat mengurangi limbah kimia yang dapat
mencemari lingkungan.
PT. Pinago Utama sebagai salah satu perusahaan swasta yang bergerak di
bidang pertanian, yang salah satu komoditi andalannya adalah kelapa sawit, telah
menghasilkan pupuk organik hayati granule ImproBio
TM
. Pupuk organik ini berasal dari
tandan kosong sawit, yang sudah diproses lebih lanjut di pabrik menjadi pupuk. Pupuk
organik hayati ImproBio
TM
dapat digunakan pada berbagai tanaman, salah satunya
untuk tanaman padi.
Kerjasama ini bertujuan untuk menguji efektifitas pupuk organik hayati granule
ImproBio
TM.
Lokasi pengujian bertempat di Kebun Percobaan Karang Agung Desa
Suka Mulia, Kec. Tungkal Ilir, Kab. Banyuasin. Agroekosistem kebun ini pasang surut,
bertipologi lahan potensial dengan tipe luapan B. Kombinasi perlakuan pada uji
efektifitas pupuk ImproBio
TM
adalah sebagai berikut
Tabel 18. Kombinasi antara Pupuk ImproBio
TM
dengan NPK
No
Perlakuan
Pupuk ImproBio
TM
(kg/ha) NPK (Kg/ha)
1 0 250 (NPK 100%)
2 100 125 (50% dari rekomendasi)
3 200 125 (50% dari rekomendasi)
4 300 125 (50% dari rekomendasi)
5 400 125 (50% dari rekomendasi)
6 500 125 (50% dari rekomendasi)
7 600 125 (50% dari rekomendasi)
8 700 125 (50% dari rekomendasi)
9 1000 Tanpa NPK
Tiap petak perlakuan berukuran 4 x 5 m
2
, sehingga secara keseluruhan
pengujian dilakukan pada areal kurang lebih 1.000 m
2
, dengan 4 ulangan Rancangan
31
32. Acak Kelompok dan 9 perlakuan. Selain dilakukan analisa Kandungan Pupuk Organik
ImproBio, juga dilakukan analisa tanah (pH tanah, KTK dan Water Holding Capacity).
Mitra yang terlibat dalam kegiatan ini adalah PT. Pinago Utama, Penyuluh pertanian
lapangan, dan petani setempat.
Penanaman yang dilakukan pada MK 2014 yang lalu mengalami serangan
hama tikus, lembing tanah sehingga penanamannya perlu diulangi kembali pada MH
2014/2015. Kegiatan ini diperpanjang kembali untuk tahun 2015 dengan membuat
addendum antara BPTP Sumsel dengan PT Pinago Utama. Untuk kegiatan pada MH
2014/2015, sudah dilakukan pengambilan sampel tanah untuk dianalisis sebelum
dilakukan pemupukan, pengolahan lahan, persemaian dan penanaman padi.
Uji Efektivitas Pupuk ImproBio
TM
Salah satu Plot Pengujian
2.2.1.3. Closing Rice Yield Gaps in Asia (CORIGAP)
Di Sumatera Selatan, sebanyak 30% produksi padi diperoleh dari lahan
pasang surut. Lahan pasang surut ini terluas di Kabupaten Banyuasin dengan capaian
produksi padi rata-rata 4,3 t/ha. Sementara di lahan irigasi Kab. OKU Timur mencapai
5,24 t/ha. Selain itu lahan pasang surut di dominasi dengan penanaman padi satu kali
dalam satu tahun. Upaya peningkatan produksi padi di lahan pasang surut dapat
ditingkatkan dengan meningkatkan indeks pertanaman disertai dengan menerapkan
32
33. inovasi teknologi budidaya padi yang ramah lingkungan. Tujuan kerjasama ini adalah
untuk mengetahui dampak PTT padi terhadap peningkatan produksi dan produktivitas
padi di lahan pasang surut dan untuk mengetahui dampak penanganan pasca panen
padi untuk mengurangi kehilangan hasil.
Tahap awal ini sudah dilakukan sampai dengan akhir Desember 2014. Ruang
lingkup kegiatan (1). Perbaikan teknologi budidaya padi dengan pendekatan PTT
untuk meningkatkan produktivitas (2) Perbaikan budidaya padi dengan PTT untuk
meningkatkan indeks pertanaman (3) Perbaikan Pasca Panen padi. Demplot PTT
padi untuk meningkatkan produksi diimplementasikan di Desa Saleh Mukti Kec. Air
Salek dan Demplot PTT padi untuk meningkatkan indeks pertanaman di Desa
Mekarsari Kecamatan Muara Telang Kab. Banyuasin. Selain itu, juga dilakukan
penanganan pasca panen padi (bubble grain drying), diseminasi pengering berbahan
bakar sekam, diseminasi stripper harvester dan survei potensi rumah tangga petani.
Mitra yang terlibat dalam kegiatan ini selain IRRI adalah Dinas Pertanian Kabupaten
Banyuasin, BP4K Kabupaten Banyuasin, penyuluh setempat, pemilik RMU dan
kelompok tani.
Saat ini sudah dilakukan penanaman padi dengan menggunakan alat tanam
benih langsung, pemupukan tanaman padi, survey potensi rumah tangga petani dan
uji coba perbaikan pasca panen padi. Penggunaan solar bubble dryer di Desa
Mekarsari mengurangi kadar air gabah dari 23% menjadi 13%. Di Indonesia, alat dari
IRRI ini baru diujicoba penggunaannya di Sumatera Selatan.
Hasil survey potensi rumah tangga petani menunjukkan bahwa:
33
34. (1). Rata-rata luas pemilikan lahan sawah pada strata sempit 0,53 ha, pada strata
sedang 1,1 ha dan pada strata luas 2,31 ha. Selain memiliki lahan sawah petani
berstrata luas juga menyewa lahan orang lain rata-rata 0,09 ha. Namun mereka
juga ada yang menyewakan lahannya yaitu seluas 0,02 ha pada strata sedang
dan 0,06 ha pada strata luas. Petani selain memiliki lahan sawah juga memiliki
kebun dengan luas 0,5 ha pada strata sempit, 0,37 ha pada strata sedang dan
0,32 ha pada strata luas.
(2). Produktivitas usahatani padi masing-masing dari strata sempit, sedang dan luas
adalah 3,24 t/ha; 3,47 t/ha dan 3,57 t/ha. Sedangkan rata - rata produktivitas
tertinggi yang pernah dicapai masing-masing strata adalah 3,97 t/ha; 3,83 t/ha
dan 4,09 t/ha. Dengan demikian terdapat selisih antara produktivitas yang dicapai
kini dengan produktivitas tertinggi rata-rata yang pernah dicapai pada strata
sempit sebesar 722 kg, strata sedang sebesar 351 kg dan strata luas sebesar
519 kg.
(3). Biaya usahatani padi pada strata sempit, sedang dan strata luas masing-masing
sebesar Rp 4.514.685; Rp 8.606.980 dan Rp 17.120.375, sedangkan pendapatan
yang diterima masing-masing sebesar Rp 1.510.315, Rp 5.032.520 dan Rp
11.126.810. Efisiensi usahatani padi masing-masing strata ditunjukkan dengan
besaran nilai R/C sebesar 1,33 pada strata sempit; 1,58 pada strata sedang dan
1.65 pada strata luas.
(4). Selain berusahatani padi, maka rumah tangga petani ini juga memiliki kebun karet,
kelapa, sayuran, memelihara ayam, dan itik. Sebagian besar dari mereka juga
menjadi buruh tani untuk mencukupi kebutuhan hidupnya terutama pada kepala
keluarga yang masih muda usia. Petani pada strata sempit memiliki pendapatan
34
35. pertanian yang menonjol pada usahatani karet yaitu sebesar Rp 5.785.715/kk/
tahun, sedangkan pada strata sedang dan luas masing-masing sebesar Rp
2.676.200/kk/tahun dan Rp 1.627.500/kk/tahun.
(5). Apabila dirinci besarnya pendapatan rumah tangga petani, maka pendapatan
tertinggi diperoleh rumah tangga petani dengan strata luas Rp
36.091.530/kk/tahun, kedua adalah pada strata sedang Rp 28.973.970 /kk
PePelaP/tahun dan terkecil pada strata sempit Rp 23.360.680/kk/tahun.
Pendapatan ini bersumber dari pendapatan usahatani padi, pendapatan pertanian
luar usahatani padi dan pendapatan luar pertanian. Dengan pengeluaran masing-
masing pada strata luas, sedang dan sempit rata-rata sebesar Rp
24.972.150/kk/tahun, Rp 24.270.900/kk/tahun dan Rp21.587.220 /kk/tahun.
Pelatihan Petani
35
Pemasangan Pagar Plastik di MK
36. 2.2.2. Pengelolaan Perpustakaan
Sebagai salah satu kegiatan dalam lingkup unit kerja Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan, Perpustakaan BPTP Sumatera
Selatan memilki peran dalam mendukung fungsi dan tugas pokok BPTP melalui
penyediaan informasi pertanian. BPTP Sumatera Selatan pada era teknologi informasi
dan komunikasi saat ini ingin meningkatkan pelayanan informasi pertanian. Untuk
mewujudkan keinginan ini, BPTP Sumatera Selatan melakukan kegiatan pengelolaan
perpustakaan. Ruang lingkup kegiatan ini, meliputi: 1). pengumpulan data, 2).
pengolahan data, 3). pelatihan, 4). pengambilan materi 5). pembuatan laporan.
Harapan dari kegiatan ini, BPTP Sumatera Selatan dapat memberikan pelayanan
informasi pertanian dengan cepat dan lengkap sehingga memberikan kenyamanan
dan kepuasan bagi pemustaka atau pengguna yang membutuhkannya.
Kegiatan pengelolaan perpustakaan TA. 2014 telah dilakukan dengan baik.
Kegiatan tersebut meliputi : 1). Pengambilan beberapa materi pertanian baik berupa
foto koleksi, 2). File video terbaru sebagai bahan untuk membuat buletin atau publikasi
lainnya ataupun juknis-juknis pertanian. Hasil dari Pengolahan data tersebut
sebanyak 442 eksemplar meliputi Jurnal, buletin, prosiding, dan lainnya, sedangkan
data bahan koleksi yang sudah di online kan sebanyak 38 bahan koleksi.
Koordinasi team perpustakaan BPTP Sumatera Selatan dilakukan dalam
bentuk rapat ataupun diskusi kecil. Untuk pengembangan Sumber Daya Manusia
(SDM) pengelola perpustakaan BPTP Sumsel telah mengikutsertakan satu orang
pengelola dalam kegiatan yang diadakan oleh PUSTAKA yaitu, temu Teknis pengelola
perpustakaan lingkup Kementerian Pertanian dengan tema “Peningkatan Kinerja
Pengelolaan dan Layanan Perpustakaan Melalui Aplikasi Perpustakaan Digital” yang
36
37. dilaksanakan di Hotel Grand Candi, Semarang pada tanggal 7 – 10 Mei 2014, serta
peningkatan kapasitas pustakawan lingkup Kementerian Pertanian dan Sosialisasi
Undang-Undang peraturan kepustakawanan dengan tema “ Apresiasi Peningkatan
Kapasitas dan Sosialisasi Undang-Undang Keputusan bagi Calon/Pustakawan
Lingkup Kementan “ yang berlangsung di Hotel Gumilang, jalan raya puncak
Cipayung, Bogor, Jawa Barat, pada hari/tanggal Rabu - Jum’at, 11 - 13 Juni 2014.
2.2.3. Pengelolaan Website
Sebagai upaya untuk mensosialisasikan aktivitas BPTP Sumsel, maka
digunakan media elektronik melalui website BPTP Sumsel. Pada tahun 2014 berita
yang di upload adalah:
1. Rapat Struktur Organisasi dan Tata Kerja BPTP Sumsel TA. 2014
2. Kunjungan Kepala Balitbangtan ke BPTP Sumatera Selatan “Menyongsong
Pertanian Modern “
3. Kunjungan Peserta Diklat Binaan Kementerian Agama Ke M-KRPL Kota
Palembang dan M-KRPL Kabupaten Banyuasin
4. Workshop Penyusunan Laporan Keuangan Semester II UAPPA/B-W T.A 2013
5. Pembahasan ROPP/RDHP Kegiatan BPTP Sumatera Selatan T.A 2014
6. Lulus Dengan Cum Laude
37
Aktivitas kunjungan di perpustakaan
38. 7. Kunjungan Tim CORIGAP-IRRI Ke BPTP Sumatera Selatan
8. Rapat Koordinasi Kegiatan Pendampingan PSDSK
9. Kunjungan Istri Wakil Wali Kota Ibu Hj. Selfi Harnojoyo Ke KRPL Kota Palembang
10. Kunjungan Kepala BPTP Ke Kebun Percobaan Karang Agung
11. Silahturahmi Ka. BBP2TP dengan Keluarga Besar BPTP SUMSEL
12. Gerakan Penguatan Pengembangan Kawasan Kedelai Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2014
13. Penyakit ‘Kresek’ Pada Tanaman Padi Serta Upaya Pengendaliannya
14. Kunjungan Koordinator CORIGAP-IRRI Mr. Martin Gumert Ke BPTP Sumsel
15. Budidaya Krisan
16. Pengelolaan Tanaman Terpadu Kedelai
17. Sosialisasi Kalender Tanam Terpadu
18. Kunjungan dan Penjajakan Kerjasama antara UNSRI, MIE University Jepang dan
BPTP Sumatera Selatan
19. ISO 9001:2008 BPTP Sumatera Selatan
20. Open House BPTP SUMSEL 2014
21. Seminar Nasional BBP2TP Bekerjasama dengan BPTP Sumsel, IRRI,
Kemenristek, Universitas Sriwijaya dan Balitbangnovda
22. BPTP Sumsel Gelar Teknologi Sayuran dan Jamur
23. Geliat KRPL Kabupaten Banyuasin di Musim Kemarau 2014
24. Pisah Sambut Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan
25. M-KRPL Kelurahan Plaju Darat
26. Pembuatan Pangan Olahan Sayuran Hasil dari Pekarangan pada kegiatan KRPL
27. Sosialisasi Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) pada kegiatan KRPL
38
39. 28. Workshop Penyusunan Program Penyuluhan Tingkat Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2014
29. Dukungan BPTP Sumsel terhadap Pengembangan Bawang Merah di Kabupaten
OKU
30. Presiden RI mengunjungi SPR Kec. Betung, Banyuasin Binaan Dinas Peternakan
Propinsi, LPPM-IPB dan BPTP Sumsel
31. Kunjungan Kerja Kepala BPTP Sumsel ke BPP Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir
32. Kunjungan Anggota Komisi IV DPR RI ke lokasi KRPL di Desa Sukamulya
Kabupaten OKI
33. Pra Workshop Penyusunan Laporan Tingkat Propinsi
34. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan LITKAJIBANGRAP Tahun 2010 – 2014
35. Kunjungan Lapang Menteri Pertanian ke Provinsi Sumatera Selatan
36. Kunjungan Lapang Tim Badan Litbang Pertanian Ke Kota Pagar Alam
37. Kunjungan Tim Peneliti IRRI, BB Padi dan Balittra Ke BPTP Sumsel
Untuk penyebarluasan informasi inovasi teknologi, maka beberapa Liptan BPTP
Sumsel juga ditampilkan seperti:
1. Trichoderma spp. Jamur Ampuh Pengendali Penyakit Tanaman
2. Beauveria bassiana Pengendali Hama Ramah Lingkungan
3. Peningkatan Kesuburan Tanah Melalui Pemupukan Berimbang
4. Mengenal Beberapa Varietas Kentang dan Manfaatnya
Selain berita dan liptan tersebut di website BPTP Sumsel juga ditampilkan profil
tenaga fungsional peneliti/penyuluh, dan pengumuman penting seperti: Sosialisasi
Permentan NO:105/Permentan/PD.300/8/2014, Monitoring dan Evaluasi Kegiatan
39
40. LITKAJIBANGRAP Tahun 2010 – 2014, dan Pra Workshop Penyusunan Laporan
Tingkat Propinsi.
2.2.4. Pengelolaan Laboratorium
Laboratorium merupakan salah satu sarana yang menunjang kegiatan BPTP
Sumsel dalam melakukan pengkajian dan mendesiminasikan teknologi pertanian.
Sebagai salah satu asset yang strategis dalam pengembangan peran BPTP di
masyarakat, maka perlu dilakukan pengelolaan setiap tahunnya. Di tahun 2014 ini
pengelolaan laboratorium bertujuan untuk melakukan pemeliharaan sarana
laboratorium dan melakukan percobaan kegiatan bidang pascapanen dari Balit
maupun produk spesifik lokasi guna memenuhi produk pameran dan permintaan
narasumber bidang pasca panen serta membantu analisa sampel dari kegiatan kajian
di BPTP Sumsel.
Kegiatan pengelolaan laboratorium telah dilakukan seoptimal mungkin dan
sampai akhir tahun pelaksanaan kegiatan berlangsung dengan baik. Pemeliharaan
alat laboratorium yang dilakukan pada tahun ini yaitu; kalibrasi timbangan merek
Ohaus, timbangan merek Shimadzu dan analitical balance, pemeliharaan flame
photometer merek Jenway, Perbaikan muffel furnance, serta perbaikan juga
pengecatan pada incubator binder dan Fume Hood. Laboratorium cukup banyak
dimanfaatkan pengguna khususnya pengguna internal BPTP, tercatat ada 6 (enam)
judul kajian/penelitian yang rutin menggunakan fasilitas di laboratorium dan 5 (lima)
kajian/penelitian yang mengajukan permohonan analisa sampel. Selain itu uji coba
pengolahan pangan dalam rangka peningkatan ketrampilan peneliti/penyuluh dan
memenuhi kebutuhan produk pameran juga telah terpenuhi, beberapa olahan yang
dibuat seperti olahan mocaf, manisan belimbing wuluh dan MOL.
40
41. 2.2.5. Pengelolaan Kebun Percobaan Kayuagung
Kebun Percobaan Kayuagung yang terletak di Kabupaten Ogan Komering Ilir
(OKI) memiliki agroekosistem lahan rawa lebak. Pada kegiatan pengelolaan KP
Kayuagung ini dilakukan penanaman percobaan dan penelitian padi kerjasama
dengan Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi. Penelitian tersebut diantaranya:
Paddy Gree, Uji Daya Hasil Pendahuluan (UDHP) Padi Rawa Lebak MT.1 2014, Uji
Daya Hasil Lapangan (UDHL) Padi Rawa Lebak MT.1 2014, Pengelolaan dan
Identifikasi Gulma pada Lahan Rawa Lebak Dangkal, Percobaan Uji Multi Lokasi
(UML) Padi Rawa Set 1. Untuk tananman palawija kacang tanah ditanam di surjan
seluas 500 m2 terdiri dari 2 varietas yaitu bison dan gajah. Pemeliharaan kebun karet
yang siap sadap sebanyak 300 batang umur 6 tahun, dan kelapa sawit 75 batang
masih buah pasir, dengan pendekatan pemupukan, pembersihan gulma,
pengendalian penyakit. Pemeliharaan kebun entres karet adalah kerjasama dengan
Balai Penelitian Sungai Putih Medan yang terdiri dari 6 klon yaitu IRR 104, GT 1, BP
260, BPM 1, BPM 24 dan RRIC 100, masing-masing 600 batang dengan jarak tanam
1,2 X 1,2 m , waktu tanam 13 Nopember 1012.
Budidaya ikan lele sebanyak 1500 ekor dan ikan Patin sebanyak 1000 ekor
dengan pemeliharaan secara intensif dengan sistem waring ukuran 4 x 6 m. Pada
kegiatan pengelolaan KP Kayuagung dilakukan juga perbanyakan benih sayuran
untuk memenuhi kebutuhan KRPL, seperti Kangkung, cabai, sawi, kacang panjang,
Timun, Buncis, dan bayam yang berasal dari benih sumber sayuran klas benih dasar
dari Balai Besar Penelitian Sayuran Lembang.
41
42. Pembesaran ayam Kampung Unggul Baru (KUB) merupakan bagian dari
kegiatan Kebun Bibit Induk (KBI) dengan jumlah ayam 250 ekor yang setelah umur 4
bulan di bagikan pada kelompok kegiatan pengembangan Kawasan rumah pangan
lestari (KRPL) di beberapa kabupaten. Ada 40 ekor untuk calon indukan yang
dibesarkan di kandang KP Kayuagung untuk ditelorkan dan ditetaskan.
Pemeliharaan kebun koleksi penanaman tahun 2013 yang meliputi tanaman
Duku 60 batang, Durian 50 batang dan tanaman manggis 50 batang. Diantara
tanaman tersebut ditanam padi lokal yaitu padi siam, bone dan siputih. Sementara
untuk penanaman tahun 2014 ini bibit duku yang masih disemaikan di komplek KBI
untuk menunggu waktu tanam yang tepat setelah air rawa lebak surut. Di samping itu
dilakukan pendataan tanaman koleksi yang ada di lingkungan komplek KP
Kayuagung. Hasil Prosesing Unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS) KP Kayuagung
sejumlah 27.828 kg dengan penyebaran varietas padi hasil prosesing UPBS KP
Kayuagung ini meliputi Kab. OKI, OKU Timur, OKU, Ogan Ilir, Banyuasin, Musi
Banyuasin, Musi Rawas dan untuk Provinsi Lampung di Kab. Lampung Tengah,
Metro.
Secara umum dapat disampaikan bahwa kegiatan Pengelolaan KP Kayuagung
di lahan rawa lebak sudah berjalan dengan baik sesuai dengan rencana namun masih
dirasakan adanya kekurangan yang disebabkan oleh faktor alam, iklim dan hama
penyakit tumbuhan.
42
43. 2.2.6. Pengelolaan Kebun Percobaan Karang Agung
Kebun Percobaan Karang Agung adalah salah satu Kebun Percobaan yang
ada di Balai Penkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan, dan di bawah Badan
Litbang Pertanian. Pengelolaan Kebun Percobaan dilaksanakan di lokasi KP Karang
Agung Ulu Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Banyuasin yang memiliki agroekosistem
lahan rawa pasang surut, kegiatan ini termasuk kegiatan diseminasi inovasi teknologi
yang dilakukan oleh BPTP Sumatera Selatan. Bertujuan untuk mengoptimalkan
pemanfaatan Kebun Percobaan Karang Agung agar berfungsi sebagai media
pendidikan dan transfer teknologi kepada pengguna dengan cara memperlihatkan,
memperagakan dan memberikan contoh keunggulan sehingga lahan rawa pasang
surut menjadi lahan pertanian produktif, meningkatkan produktivitas dan produksi
petani. Kegiatan yang dilaksanakan pada musim tanam Th 2014 meliputi demonstrasi
plot beberapa varietas/ galur padi rawah, jagung manis, kelapa sawit, kelapa, koleksi
plasma nutfah durian, manggis dan duku.
Kegiatan kerja sama juga dilakukan dengan Balai Besar Padi Sukamandi.
Pertumbuhan tanaman padi secara umum cukup baik, yang ditanam pada MT1 yaitu ;
Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 4, Inpara 5, Inpara 6, Banyuasin, Batang Hari,
galur B 11377F-34-2. Diperoleh hasil 2.000 kg Benih Pokok (BP). dan pada MT2 yang
43
Pohon entres karet Uji Daya Hasil lanjutan
44. ditanam pada bulan Desember 2014 adalah Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 4,
Banyuasin, Batang Hari, galur B11377F-34-2.
Pemeliharaan kebun kelapa sawit seluas 3,5 ha terdiri dari 60 batang usia
produktif TM, diperoleh hasil 4.300 kg Tandan Buah Segar (TBS) sedangkan yang 420
batang belum produktif (TBM) juga dilakukan pemeliharaan kelapa sebanyak 40
batang. Kebun Pengelolaan Sumber Daya Genetik buah- buahan seluas 1 ha,
penanaman koleksinya pada bulan Desember 2013. Selain perlunya penambahan
dana untuk meningkatkan pengelolaan KP disarankan juga perlunya penambahan
SDM untuk kelanjutan penanganan kebun dan pemagangan calon tenaga fungsional
peneliti/penyuluh di KP untuk mempelajari kondisi rawa pasang surut dan mempelajari
manajemen KP secara keseluruhan
Uji daya hasil lanjutan Pertanaman jagung pada surjan
2.3. PENELITIAN/PENGKAJIAN DAN DISEMINASI
2.3.1. Teknologi pengelolaan sawah bukaan baru di lahan lebak untuk
meningkatkan produksi padi sawah
Salah satu peluang yang akan memberi sumbangan besar terhadap
pertumbuhan produksi padi di masa depan adalah pembukaan sawah baru. Sawah
bukaan baru adalah lahan sawah yang baru diusahakan kurang dari 10 tahun. Tanpa
pengelolaan yang tepat, maka sawah bukaan baru akan berproduksi stabil setelah 10-
44
45. 15 tahun. Hasil penelitian pada tanah sawah bukaan baru yang berumur satu hingga
tujuh tahun belum terbentuk warga glei atau tapak bajak. Persoalan yang dihadapi
pada sawah bukaan baru sangat berbeda dengan sawah mapan, yaitu tingkat
kesuburan tanah yang rendah yang diperparah oleh persoalan keracunan besi. Tujuan
dari kegiatan adalah mendapatkan satu paket teknologi pengelolaan sawah bukaan
baru lahan lebak untuk meningkatkan produksi padi sawah. Kegiatan ini merupakan
lanjutan kegiatan tahun sebelumnya dilaksanakan di Desa Muara Baru Kecamatan
Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Agroekosistem lahan
rawa lebak merupakan daerah persawahan yang baru dibuka atau < 10 tahun.
Penanaman dilakukan musim tanam MK 2014 pada luasan 3 ha. Pengkajian
dilakukan dalam bentuk On Farm Research (OFR). Rancangan yang digunakan
dalam kajian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara
faktorial yang terdiri atas 2 (dua) faktor dengan 3 (tiga) petani sebagai ulangan. Faktor
pertama adalah Tata Air (T) terdiri dari 2 taraf perlakuan T1= Tanpa tata air dan T2=
dengan Tata air dan Faktor kedua terdiri Paket teknologi (P) dengan 3 (tiga) taraf
perlakuan yaitu P1= Teknologi petani (cara tanam bibit :sistem tegel umur bibit >30
hari, varietas ciherang + pemupukan Urea 200 kg/ha Pengendalian OPT, Sistem
Kalender). P2= (cara tanam bibit, sistem tegel umur bibit >30 hari, varietas
situbagendit + pemupukan Urea 100 kg/ha, Ponska 100 kg/ha dan dolomite 500 kg/ha,
pengendalian OPT, PHT), P3= Teknologi introduksi (varietas situbagendit, umur bibit
<30 hari, cara tanam jajar legowo 4:1 + pemupukan Urea 50 kg/ha, Ponska 150 kg/ha
dolomite 1000 kg/ha, Jerami 5 ton/ha, Pengendalian OPT, HPT). Dari kedua faktor
tersebut diperoleh 6 (enam) perlakuan. Pada kegiatan ini dilakukan superimposed
kajian beberapa varietas padi terdiri dari: V1= Varietas Inpara 4, V2= Varietas Inpari 4,
45
46. V3= Varietas Situbagendit, V4= Varietas Inpari 6, V5 = varietas ciherang (kebiasaan
petani).
Hasil pengkajian menunjukkan pemanfaatan lahan lebak sebagai lahan sawah
bukaan baru secara optimal diperlukan teknik penataan lahan dan air, pengelolaan
tanah dan hara, serta pengelolaan tanaman yang baik. Hasil analisa tanah dilokasi
pengkajian dibandingkan dengan musim tanam sebelumnya menunjukkan perubahan
sifat kimia tanah terutama kadar keasaman tanah (pH) berubah dari sangat asam
menjadi asam. Pengamatan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kegiatan MKI
TA 2014 menunjukkan terdapat perbedaan tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang
malai, gabah isi/malai, gabah hampa permalai dan produksi per ha. Penataan air akan
meningkatkan hasil secara signifikan dibanding tanpa penataan air. Hasil yang
tertinggi terdapat pada kombinasi paket teknologi dengan pengelolaan air dan paket
introduksi (T2P3) sebesar 5,6 ton GKP/ha sedangkan dengan tanpa pengelolaan air
dan perlakuan petani (T1P1) hanya sebesar 2,8 ton GKP/ha. Hasil pengamatan
beberapa varietas padi yang diintroduksikan, varietas Situbagendit memiliki hasil yang
tertinggi dibanding beberapa varietas unggul lainnya. Penataan lahan dan air diikuti
penggunaan varietas unggul yang sesuai, juga memberi peluang untuk meningkatkan
indeks pertanaman menjadi IP 200 meskipun hasilnya saat ini baru mencapai 3,4
GKP/ha, dibandingkan dengan teknologi petani hanya melaksanakan pertanaman 1
(satu) kali setahun atau IP100.
46
47. Teknologi introduksi (Jarwo 4:1) Teknologi Petani
2.3.2. Kajian Peningkatan Produktivitas Jagung Dan Kedelai Pada
Lahan
Sub Optimal Sumatera Selatan
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian telah mencanangkan 4 target
sukses yaitu : 1). Swasembada berkelanjutan dan pencapaian swasembada, 2).
Diversifikasi pangan, 3). Peningkatan daya saing nilai tambah ekspor, 4).
Kesejahteraan petani. Pengkajian dilaksanakan pada Januari hingga Desemeber 2014
di lahan pasang surut Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. Tujuan
pengkajian adalah untuk mendapatkan teknologi peningkatan produktivitas lahan serta
jagung dan kedelai di lahan rawa pasang surut. Petani yang terlibat atau kooperator
dipilih pada satu hamparan dengan luasan 2 ha. Penanaman dilaksanakan pada
Musim Kemarau (MK) bulan Mei 2014 setelah panen padi. Teknologi yang diterapkan
pada pengkajian yakni teknologi eksisting (petani) dan teknologi introduksi.
Pemanfaatan lahan pasang surut pada Musim Kemarau (MK) di desa
Purwosari Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin, dapat meningkatkan
produktivitas lahan dengan menghasilkan bahan pangan seperti jagung dan kedelai.
Produksi jagung yang dicapai sebesar 6.300 kg/ha untuk varietas hibrida P 27, dan
3500 kg/ha untuk lokal yang ditanam pada Musim Kemarau (MK) 2014. Apabila petani
menjual dalam bentuk pipilan pendapatan petani Rp. 8.180.000 dengan R/C rasio
47
48. 1,76, sedangkan varietas lokal produksi 3500 kg/ha dengan pendapatan Rp.
3.540.000,-/ha/musim, sedangkan R/C rationya didapatkan 1,50. Produksi kedelai
yang dicapai sebesar 0,885 ton/ha untuk varietas Anjasmoro, 0,815 ton/ha varietas
Tanggamus dan 0,700 ton/ha untuk lokal yang ditanam pada Musim Kemarau (MK)
2014, kalau petani menjual dalam bentuk biji pendapatan Rp. 5.655.000,-/ha/musim,
sedangkan R/C ratio didapatkan 2,24. Sedangkan varietas lokal produksi 700 kg/ha
dengan pendapatan Rp. 1.515.000,-/ha/musim, sedangkan R/C rationya didapatkan
1,56.
Respon dari berbagai kalangan terhadap komponen teknologi untuk tanaman
jagung dan kedelai yang dapat diadopsi dengan baik pasca kegiatan pengkajian
adalah penggunaan benih berkualitas/ bermutu dan berlabel, pembuatan saluran
drainase, menanan secara tugal dan menggunakan jarak tanam tertentu, pemupukan,
pengendalian OPT dan penyiangan 2 kali.
Jagung saat berbunga PHT pada Kedelai
2.3.3. Model Akselerasi Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan
Lestari
(m-AP2RL2)
Model Akselerasi Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan Lestari (m-
AP2RL2) Mendukung Peningkatan Produksi Padi di Sumatera Selatan telah dilakukan
48
49. di Desa Purwosari, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin. Tujuan dari
kegiatan ini, yaitu: 1). menganalisis data dan informasi untuk penyusunan program
percepatan pencapaian peningkatan produksi padi secara ramah lingkungan dan
berkelanjutan di Sumatera Selatan dan 2). menyusun program percepatan
peningkatan produksi padi di Sumatera Selatan menggunakan sistem dinamik.
Keluaran dari kegiatan ini, yaitu: 1). konsep model sistem dinamik dari program
percepatan pencapaian peningkatan produksi padi secara ramah lingkungan dan
berkelanjutan di Sumatera Selatan dan 2). konsep program percepatan peningkatan
produksi padi di Sumatera Selatan. Kegiatan ini mendiseminasikan pengurangan
penggunaan pupuk anorganik dan pestisida kimia. Demplot m-AP2RL2 yang
dilaksanakan dalam kegiatan ini seluas 2 ha. Paket teknologi yang didiseminasikan,
yaitu: penggunaan pagar plastik. penggunaan pupuk kandang (dosis 2 ton/ha), pupuk
cair dan pestisida hayati, serta cara tanaman jajar legowo. Varietas yang digunakan
pada MK Inpari 10, sedangkan pada MH Situbagendit. Produksi pada MK 2 ton
GKP/ha, sedangkan untuk MH 7,6 ton GKP/ha. Pagar plastik digunakan untuk
mencegah serangan hama tikus, terutama pada MK. Penggunaan pupuk kandang
bertujuan memperbaiki strutur tanah dan sekaligus dapat mengurangi pupuk
anorganik.
49
50. Pengamatan jumlah anakan Pengamatan tinggi tanaman
2.3.4. Kajian Penguatan Kelembagaan Lokal Melalui Pendekatan Modal
Sosial Dalam Mendukung Pengembangan Kawasan Hortikultura
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam usaha pengembangan
hortikultura, diantaranya rendahnya produktivitas, lokasi yang terpencar, skala usaha
sempit dan belum efisien, kebijakan dan regulasi di bidang perbankan dan
transportasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui modal sosial dan memperoleh
model penguatan kelembagaan lokal dalam mendukung pengembangan kawasan
hortikultura serta mendapatkan rumusan kebijakan untuk memperkuat kelembagaan
lokal berbasis modal sosial yang mendukung pengembangan kawasan hortikultura.
Metode pengambilan data secara random sampling dilakukan dengan cara
wawancara dengan petani, tokoh masyarakat, gapoktan, kelompok tani di lokasi
pengembangan kawasan hortikultura. Lokasi Kajian: Kecamatan Sosoh Buay Rayap
(Desa Tungku Jaya, Desa Lubuk Leban dan Desa Penantian) Kabupaten Ogan
Komering Ulu, Sumatra Selatan.
Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Sosoh Buay Rayap Bercorak Rural–
Pertanian/perkebunan, Penduduk pada perkampungan dusun padat dan homogen
sedang, untuk pinggir jalan lintas heterogen, satu desa lagi desa transmigrasi yang
homogen. Hubungan sosial cukup erat, meski praktik tolong-menolong dan gotong
royong dilakukan terutama bila terkait dengan fasilitas yang bisa digunakan bersama.
Akses terhadap fasilitas pelayanan publik relatif mudah. Partisipasi masyarakat dalam
50
51. kegiatan bersama cukup tinggi tapi masih tergantung pada ajakan dari tokoh yang
disegani.
Pemetaan karakeristik modal Sosial Kecamatan Sosoh Buay Rayap ada tiga
indikator karakteristik diantaranya: Pertama, Adanya Kelompok dan Jejaring Kerja
yaitu kelompok tani Tunas Harapan, Sukamaju, Maju Bersama, Gapokatan Omiba
Raya, kelompok warga, parpol, kelompok kesenian Rebana, kelompok arisan warga,
karang taruna, kelompok olahraga, komite sekolah, LSM Kamera, Ormas keagamaan
Muhammadiyah, toko sarana pertanian. Kedua, Kepercayaan dan solidaritas yaitu
sebagian besar responden (74,76%) menilai sebagian besar orang-orang di sekitarnya
dapat dipercaya. Sementara yang menilai sebaliknya hanya 3,47%. Ini menunjukkan
bahwa deposit kepercayaan di kalangan masyarakat sebenarnya masih cukup tinggi.
Dalam pergaulan sehari-hari tingkat kepercayaan ini masih menunjukkan tingkat yang
positif, kecuali dalam hal yang menyangkut keuangan. ada temuan yang cukup
menarik, bahwa sebagian besar responden cenderung tidak percaya pada orang lain
dalam hal pinjam-meminjam uang. Ketiga, Aksi Kolektif dan Kerjasama yaitu
Sebanyak 79,32% responden menyatakan ikut serta dalam kegiatan yang bermanfaat
bagi pengembangan kawasan hortikultura selama 1 tahun terakhir. Dan sebanyak
72,47% mengikutinya dengan sukarela. Umumnya, kegiatan kolektif lainnya yang
dilakukan terkait dengan pelaksanaan kegiatan agama seperti tahlilan, pernikahan,
penguburan, pengajian, juga kegiatan bersih desa/lingkungan, membangun sarana
umum, siskamling, posyandu, dan lain lain yang bersifat sosial.
Konsep modal sosial untuk Penguatan Kelembagaan lokal dirumuskan dalam
bentuk: Pertama, Pendekatan modal sosial diarahkan untuk mengembangkan
kapasitas berorganisasi, membangun jejaring kerjasama dan partisipasi dalam
51
52. pengembangan kawasan hortikultura. Kedua, Kelompok masyarakat yang relatif
mampu secara ekonomi dapat didorong untuk berpartisipasi dengan mengembangkan
skema kemitraan sosial, untuk membantu penyediaan modal yang dapat digunakan
bersama di bawah unit usaha milik kelembagaan local. Ketiga, Keberadaan institusi
mediasi, seperti kelembagaan lokal dengan kualitas sumber daya manusia yang relatif
terdidik dapat diberdayakan untuk menjembatani aspirasi masyarakat dengan
pemerintah dalam pembuatan kebijakan lokal.
Pengumpulan informasi Kebun hortikultura
2.3.5. Kajian Peningkatan Produktivitas Jamur Tiram dengan Pemberian
Nutrisi Tambahan pada Media Tanam Jamur Tiram
Peningkatan produktivitas jamur di provinsi Sumatera Selatan cukup besar.
Pengembangan jamur dalam tahun terakhir terdapat gejala penurunan baik produk
maupun nilainya sehingga perlu upaya untuk mengatasinya. Rendahnya produksi
jamur di Indonesia terutama karena kurangnya tenaga terampil dan kurangnya
pengetahuan petani tentang budidaya jamur tiram. Selain itu pertumbuhan jamur tiram
52
53. juga dipengaruhi oleh jenis nutrisi yang diberikan, diantaranya vitamin B kompleks,
mikroelemen (misalnya elemen Fe dan Mg) yang dicampur dengan bahan baku
media. Untuk mengatasi rendahnya produksi jamur tiram khususnya di Sumatera
Selatan perlu penerapan teknologi budidaya jamur tiram dengan memberikan nutrisi
tambahan ke media jamur tiram yang bahannya mudah didapat oleh petani
diantaranya Molase (black strap) merupakan limbah cair yang berasal dari sisa
pengolahan tebu menjadi gula. Air gula pasir, Air kelapa dan Air Leri (air cucian beras)
Kegiatan ini bertujuan : 1). Untuk menerapkan paket teknologi budidaya
tanaman jamur tiram, 2). Untuk memperoleh/mencari pengaruh nutrisi tambahan yang
terbaik untuk pertumbuhan dan produksi jamur tiram. Tahapan pelaksanaan
kegiatan : 1). Persiapan, 2) Koordinasi, 3). Pertemuan kelompok, 4). Pelatihan petani,
5). Pendampingan teknologi, 6). demplot, 7). Pelaporan. Hasil dari kegiatan
pendampingan ini menunjukkan bahwa : 1). pendampingan dan pengawalan teknologi
pada kegiatan ini melalui demplot budidaya jamur dengan kumbung 4 x 6 m², 2).
Percepatan dan perluasan inovasi teknologi kegiatan pertemuan, 3). peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan petani dilakukan melalui kegiatan pelatihan budidaya
jamur tiram melalui pemberian nutrisi tambahan pada media jamur tiram.
53
54. Praktek pembuatan media tanam Jamur Tiram
2.3.6. Pengelolaan Sumber Daya Genetik Lokal Di Sumatera Selatan
Informasi keanekaragaman serta status sumber daya genetik (SDG) tanaman
di Sumatera Selatan sangat diperlukan sebagai dasar penyusunan kebijakan
pemerintah dan pemanfaatan SDG pertanian untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Potensi sumberdaya genetik tersebut perlu dieksplorasi, dikarakterisasi
serta dievaluasi agar pemanfaatannya sebagai sumber pangan dapat dioptimalkan.
BPTP Sumatera Selatan pada T.A. 2014 telah melakukan kegiatan Pengelolaan
Sumber Daya Genetik Lokal Spesifik Sumatera Selatan. Tujuan kegiatan ini adalah :
1) Menginventarisasi dan mengkarakterisasi SDG tanaman pangan dan hortikultura
spesifik Sumatera Selatan sebagai bahan pangan, 2) Melakukan koleksi dan
memelihara SDG tanaman pangan dan hortikultura spesifik Sumatera Selatan (in situ
dan eks situ), 3) Memelihara kebun koleksi SDG tanaman spesifik yang telah
dibangun pada tahun 2013 di Kebun Percobaan BPTP Sumsel, dan 4) Melaksanakan
penguatan kelembagaan SDG di Provinsi Sumatera Selatan melalui Koordinasi,
Rapat/Pertemuan, Sosialisasi/ Penyampaian hasil pengelolaan SDG. Kegiatan
inventarisasi, eksplorasi, dan karakterisasi SDG tanaman pangan dan hortikultura
dilaksanakan di 5 (lima) kabupaten yang terpilih di Sumatera Selatan, yaitu 1)
Kabupaten Empat Lawang, 2) Kota Pagar Alam, 3). Lahat, 4). Muara Enim dan
5).Kota Prabumulih. Metode yang digunakan adalah metode survey yaitu dengan
melakukan inventarisasi, eksplorasi, dan karakterisasi. Sampel petani yang dipilih
54
55. berada dalam satu agroekosistem diambil minimal 30 petani. Pemilihan sampel
lahan/kebun petani dilakukan secara stratifikasi.
Hasil inventarisasi SDG tanaman di Kabupaten Empat Lawang menunjukkan
keragaman tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, perkebunan, dan biofarmaka di
kabupaten tersebut. Dari hasil inventarisasi diketahui ada 51 jenis tanaman dari
22.843 jumlah tanaman yang terdapat dalam lahan kebun milik 30 sampel petani yang
dipilih. Terdapat 3 jenis tanaman yang tergolong tanaman pangan yang banyak
diusahakan oleh petani di Kabupaten Empat Lawang, yaitu tanaman padi, jagung dan
ubi kayu serta ubi jalar. Dari kelompok tanaman sayuran ternyata hanya dua jenis
tanaman sayuran yang diusahakan oleh petani di lahan mereka, yaitu tanaman cabai
dan terong. Hasil inventarisasi SDG tanaman dari kelompok tanaman buah-buahan di
Kabupaten Empat Lawang ini ternyata cukup banyak jenis tanaman buah-buahan
yang ditemukan, yaitu terdapat 28 jenis tanaman buah-buahan. Memang wilayah
kabupaten ini dikenal cukup banyak aneka jenis tanaman buah-buahan, terutama
yang termasuk tanaman buah unggulan Sumatera Selatan, antara lain yaitu, durian
dan manggis. Hasil inventarisasi SDG tanaman perkebunan/kayu di Kabupaten
Empat Lawang terdapat 8 jenis tanaman perkebunan/kayu dari kebun petani sampel
yang diinventarisasi lahan kebunnya. Dari sejumlah jenis tanaman perkebunan
tersebut, ternyata tanaman kakao yang paling banyak diusahakan oleh petani, tetapi
hanya satu aksesi tanaman kakao lokal yang ditemukan karena kebun kakao tersebut
merupakan kebun usaha budidaya yang ditanam secara monokultur, bukan kebun
koleksi. Berdasarkan hasil inventarisasi SDG tanaman biofarmaka di Kabupaten
Empat Lawang, ditemukan terdapat 7 jenis tanaman biofarmaka, namun seluruhnya
hanya satu aksesi, kecuali jahe terdapat 3 jenis, yaitu: jahe gajah, jahe merah dan
55
56. jahe kuning dengan jumlah tanaman keseluruhan mencapai 1.050 rumpun jahe. Hasil
inventarisasi SDG tanaman buah unggulan di Kabupaten Muara Enim ditemukan SDG
tanaman Sawo Dangku (Manilkara zapota L.) dan Durian Bakul (Durio zibethinus L.).
Hasil inventarisasi SDG tanaman buah unggulan di wilayah Kota Prabumulih
ditemukan SDG tanaman nanas (Ananas comosus L.). Hasil inventarisasi SDG
tanaman buah unggul dan langka di wilayah Kota Pagar Alam ditemukan SDG 4 jenis
tanaman buah-buahan, 4 jenis tanaman kayu/hutan, dan 5 jenis tanaman industry.
Dilaporkan juga bahwa telah dipeliharanya kebun koleksi SDG tanaman spesifik lokasi
di Kebun Percobaan Karang Agung dan Kayuagung, masing-masing-masing ±
setengah (0,5 Ha). Selanjutnya telah dilakukan koordinasi dan sinkronisasi program
dalam bentuk pertemuan/rapat sosialisasi dan penyusunan program untuk
memperkuat kelembagaan Komisi Daerah (KOMDA) Provinsi Sumatera Selatan.
2.3. 7. Inventarisasi dan Kajian Perbaikan Produktivitas Itik Pegagan
dalam
upaya Pelestarian Plasma Nutfah Lokal
Itik pegagan merupakan plasma nutfah Sumatera Selatan (Sumsel). Populasi
itik Pegagan saat ini diperkirakan sekitar 10% dari populasi itik di Sumsel (1.118.000
ekor) sehingga perlu dilestarikan keberadaannya. Itik Pegagan, berkembang di
daerah rawa lebak khususnya di pemukiman suku Pegagan di kabupaten Ogan Ilir.
Biasanya dipelihara diintegrasikan dengan tanaman padi rawa lebak, potensi bahan
pakan yang tersedia adalah sisa panen padi, ratun, dedak padi (bahan pakan utama)
serta keong mas, ikan rucah, reamun (ganggang air) dan sirih air (bahan pakan
sumber protein dan hijauan). Rendahnya populasi itik Pegagan diduga karena cara
pemeliharaannya bersifat ekstensif, dan musiman. Sehingga dikhawatirkan akan
56
57. terjadi kepunahan apabila tidak ditangani secara serius. Untuk itu BPTP Sumsel
tahun 2013 sampai 2014 melakukan kegiatan inventarisasi dan Kajian perbaikan
produktivitas Itik Pegagan dalam upaya pelestarian plasma nutfah lokal.
Kegiatan bertempat di desa Kota Daro II Kecamatan Rantau Panjang
Kabupaten Ogan Ilir. Tujuan kegiatan adalah (a) menginventarisasi dan mengkoleksi
sumber daya genetik (SDG) itik pegagan secara in-situ; (b) melakukan kajian
teknologi manajemen itik pegagan spesifik lokasi; (c) melakukan seleksi bibit untuk
mendapatkan bibit generasi ke tiga (G-3). Inventarisasi SDG dilakukan survei terbatas
sebanyak 30 orang dengan metode wawancara dan pengamatan langsung sedangkan
kegiatan kajian teknologi manajemen pemeliharaan itik pegagan dilakukan di
kelompok tani, teknologi yang dikaji adalah sistem pemeliharaan, pakan, seleksi bibit,
data yang diamati produksi telur, berat telur, berat badan, lama periode bertelur, lama
molting dan mortalitas ternak.
Hasil kegiatan : (a) hasil inventarisasi SDG bahwa skala pemeliharaan 10-25
ekor/KK, sistem pemeliharaan semi intensif, ratio jantan:betina=1:9, warna bulu itik
pegagan ada tiga jenis yaitu kelabu tampu; jarak hitam dan jarak coklat, warna kaki
dan paruh hitam kecoklatan, warna telur hijau muda, berat telur 70-80 gram/butir,
produksi telur rata-rata 127/tahun, lama molting 30 hari, lama penetasan telur 28-30
hari, pertama kali bertelur umur 6 bulan, berat badan umur 6 bulan 0,9-1,5 kg, berat
badan dewasa 1,5-2,0 kg, mortalitas mencapai 50%, sikap waktu berdiri condong
45°C; (b). Telah diperoleh koleksi SDG itik pegagan hasil seleksi kajian G-3 di lokasi
kajian (in-situ) melibatkan 20 anggota kelompok tani; (c) hasil kajian teknologi
manajemen pemeliharaan itik pegagan rata-rata dibandingkan dengan petani adalah
untuk lama molting 1 tahun periode produksi 30 hari dengan lama bertelur 11 bulan,
57
58. produksi 167 butir/tahun, meningkat 30,5 % ; berat telur 73,8 gram meningkat 0,9%;
berat DOD 47,7 gram meningkat 5% ; berat itik umur 1 bulan 0,67 kg meningkat
86%; berat itik umur 3 bulan 1,45 kg meningkat 42,2%; berat itik umur 6 bulan 1,72 kg
meningkat 24,6%; berat itik umur dewasa (>1 tahun) 2,01 kg meningkat 16,2% serta
tingkat mortalitas ternak 5-10% menurun dibandingkan di petani 30-50%.
Itik Pegagan warna bulu kelabu tampu Telur Itik Pegagan
2.3.8. Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian Berdasarkan
Zona Agroekologi II (Tingkat semi detil) skala 1:50.000
Penyusunan peta Zona Agro Ekologi skala 1 : 50.000 untuk wilayah
Sumatera Selatan dimulai sejak tahun 2013. Pada tahun 2013 kegiatan tersebut
menghasilkan Peta ZAE skala 1 : 50.000 untuk wilayah Kabupaten OKUT. Pada tahun
2014 dilakukan pemetaan ZAE skala 1 : 50.000 untuk wilayah Kota Prabumulih.
Penilaian kesesuaian lahan sebagai dasar untuk menyusun peta pewilayahan
komoditas pertanian berdasarkan zona agro ekologi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam pemanfaatan secara operasional dari peta ZAE.
Kegiatan ini merupakan kegiatan jaringan penelitian dan pengkajian di bawah
pembinaan Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) dan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (Puslittanak), Badan Litbang
Pertanian. Tujuan dari kegiatan ini adalah : 1) Menyediakan data dan informasi
tentang kondisi biofisik, iklim, dan sumberdaya pertanian lainnya di Kota Prabumulih,
2) Menyusun peta wilayah komoditas pertanian berdasarkan Zone Agro Ekologi skala
58
59. 1:50.000 di Kota Prabumulih, 3) Mendapatkan data kelayakan usahatani komoditas
unggulan dan karakteristik rumah tangga petani di Kota Prabumulih, dan 4)
Mengetahui kesesuaian lahan untuk pengembangan usahatani komoditas pertanian di
Kota Prabumulih. Pelaksanaan kegiatan dari bulan Februari – Desember 2014 di
wilayah Kota Prabumulih, yang merupakan kegiatan desk study dan survey lapangan.
Hasil penyusunan peta ZAE menunjukkan bahwa wilayah Kota Prabumulih
memiliki 3 zonasi kawasan yaitu : 1) Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan
Kering, 2) Kawasan Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Lahan kering, dan
3) Kawasan Konservasi Lahan Kering.
Pertemuan penentuan lokasi survey Salah satu lokasi survey
59
60. Penampang profil tanah Pengambilan sampel tanah
2.3.9. Pendampingan Budidaya Kentang Ramah Lingkungan
Kegiatan Pendampingan Budidaya Kentang Ramah Lingkungan bertujuan
untuk : 1). Memberikan pendampingan dan pengawalan teknologi budidaya kentang,
2). Mensosialisasikan tentang cara pembuatan dan aplikasi pestisida alami yang
ramah lingkungan, 3). Menurunkan penggunaan pestisida kimiawi sintetis, 4).
Menurunkan penggunaan pupuk kimia, 5). Mengetahui pengaruhnya terhadap
intensitas serangan OPT kentang. Kegiatan ini dilaksanakan pada lahan petani secara
partisipatif, dengan melibatkan 4 petani kooperator di Tanjung Keling Kelurahan
Burung Dinang Kecamatan Dempo Utara Kota Pagaralam Sumatera Selatan.
Tahapan kegiatan meliputi ; persiapan, penentuan calon petani dan calon lokasi,
pelaksanaan pendampingan, pelatihan pengumpulan dan analisis data, pelaporan.
Bentuk pendampingan yang dilaksanakan berupa pelatihan, dan demplot varietas
Merbabu-17 dan demplot varietas granola sebagai pembanding. Data yang
dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder, kemudian data yang diperoleh
dilapangan diolah secara tabulasi dan dijelaskan secara deskriptif.
Kegiatan Pelatihan Penyuluh dan Petani dilaksanakan di Kelompok Tani
Tanjung Keling A, Kelurahan Burung Dinang Kecamatan Dempo Utara Kota Pagar
Alam pada hari Selasa tanggal 13 Mei 2014. Pelatihan diikuti oleh seluruh Penyuluh
wilayah Kecamatan Dempo Utara, anggota kelompok Tani Tanjung Keling, dan
60
61. dihadiri oleh Ka. Bidang Horti Dinas Pertanian beserta Staff dan Ka. BPP Kecamatan
Dempo Utara, yang semuanya berjumlah 50 0rang. Sebagai Narasumber penyuluh
dan peneliti BPTP Sumatera Selatan. Materi yang disampaikan pada pelatihan ini
yaitu; 1)Budidaya Kentang Ramah Lingkungan, 2)PHT Kentang dan 3)Pembuatan
Pupuk Cair Organik juga cara aplikasinya di lapangan. Pelatihan dilanjutkan dengan
praktek penanaman kentang dan pembuatan pupuk cair organik yang dilaksanakan di
lahan petani.
Hasil demplot menunjukkan bahwa dengan pemupukan 50% dari dosis
standar, pertumbuhan dan hasil varietas Merbabu-17 lebih baik dari Granola. Dilihat
dari dari rata-rata tinggi tanaman varietas Merbabu-17 (61,5 cm) lebih tinggi dari
Granola (42,3 cm). Rata-rata jumlah umbi (14) dan berat umbi (0,88 kg) per tanaman
untuk varietas Merbabu-17, dan 8 jumlah umbi dan 0,6 kg berat umbi untuk varietas
granola per tanaman. Tingkat ketahanan terhadap serangan hama maupun penyakit
varietas Merbabu-17 lebih tahan dibandingkan dengan varietas Granola. Intensitas
serangan bisa ditekan sampai dibawah 20%.
Panen tanaman kentang
2.3.10. Pendampingan Budidaya Cabai Ramah Lingkungan
61
62. Pengembangan cabai selain dihadapkan dengan produktivitas yang rendah
akibat serangan OPT juga tantangan mutu dari produk yang dihasilkan.
Ketergantungan petani pada penggunaan pestisida kimia telah menyebabkan
munculnya masalah baru seperti ledakan serangan hama penyakit serta
meningkatnya kadar residu pada cabai. Selain OPT permasalahan budidaya cabai di
lahan pasang surut Desa Saleh Mukti diantaranya adalah kondisi lahan yang sering
tergenang saat pasang dan hujan, serangan tikus, dan ketersediaan pupuk organik
yang kurang. Untuk itulah perlu dilakukan pendampingan terutama dalam hal
budidaya cabai ramah lingkungan sehingga diharapkan secara bertahap penggunaan
pestisida di tingkat petani menjadi berkurang.
Pendampingan budidaya cabai ramah ini dilakukan pada sebanyak 20 petani
kooperator yang dipilih secara sengaja. Pola pendampingan yang dilakukan yakni
dengan mengenalkan paket teknologi budidaya cabai ramah lingkungan ke petani di
Desa Saleh Mukti Kec. Air Saleh Kabupaten Banyuasin serta mengaplikasikan
beberapa jenis pestisida/pupuk organik ke petani kooperator. Selain itu, juga dibuat
demplot budidaya cabai ramah lingkungan seluas + 1 ha dengan teknologi
penggunaan mulsa plastik, benih sehat, pupuk kandang, dan penggunaan biopestisida
berbahan Trichoderma, Beauveria, dan ekstrak kompos. Pada demplot diujikan 3
paket teknologi pengendalian OPT di antaranya 1) Cara Petani (pestisida kimia dosis
anjuran), 2) Penggunaan Mulsa + Pemanfataan Biopestisida, 3) Penggunaan Mulsa +
Pemanfaatan Biopestisida dan Pestisida Kimiawi.
Hasil pendampingan pada demplot menunjukkan penggunaan biopestisida
yang dikombinasikan dengan pestisida kimia dapat mengurangi intensitas serangan
OPT penting seperti ulat grayak, virus kuning dan mati pucuk walaupun masih lebih
62
63. rendah dibanding penggunaan pestisida kimia, dimana intensitas serangan OPT
tersebut berturut-turut 19,4%, 14,2% dan 6,2%. Namun, dalam hal produksi belum
terlalu signifikan dikarenakan masih tingginya intensitas serangan penyakit antraknosa
pada demplot. Serangan penyakit ini masih sulit ditekan dengan hanya menggunakan
biopestisida.
Kondisi Pertanaman di lokasi pengkajian
2.3.11. Peningkatan Kualitas Lahan Suboptimal dengan Pemberian
Bahan
Pembenah Tanah
Pengembangan lahan sub optimal sebagai penyedia pangan potensi yang
sangat besar namun mempunyai keterbatasan karena kualitas lahannya relatif rendah.
Rendahnya kualitas lahan ini salah satu penyebabnya berkaitan dengan karakteristik
lahan di daerah tropika basah yaitu erosi dan pemiskinan hara. Penurunan kualitas
lahan dicirikan dengan kandungan hara P, K dan bahan organik rendah, KTK dan KB
rendah serta kadar Al tinggi serta struktur tanah tidak stabil.
Pengkajian dilaksanakan di Kabupaten Banyuasin di lahan petani seluas + 2
ha Kajian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari
63
64. 5 perlakuan dan diulang sebanyak 4 kali. Perlakuan terdiri dari: A) Cara Petani
(Kontrol), B) Kompos 100%, C) arang sekam 25% + kompos 75%, D) arang sekam
50 % + kompos 50%, E) arang sekam 75% + kompos 25%, dan F) Arang sekam
100%. Bahan formulasi kompos yang digunakan adalah jerami padi. Formulasi
kompos dan arang sekam dihitung berdasarkan persen berat kering dan sebagai
tanaman indikator digunakan jagung. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan
data sekunder, data primer meliputi pengamatan langsung seperti 1) pertumbuhan
dan produktivitas tanaman, 2) sifat kimia tanah, dan 3) serapan hara N, P dan K. Data
yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara statistik menggunakan analysis of
variance serta dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan. Sedangkan untuk data sosial
ekonomi meliputi: volume input yang digunakan, harga input dan ouput yang akan
menghasilkan struktur biaya, dan hasil akhir analisis usahatani.
Hasil kegiatan menunjukkan bahwa pemberian bahan pembenah tanah
dengan campuran arang sekam dan kompos jerami memberikan pengaruh yang nyata
terhadap produksi jagung dibandingkan dengan perlakuan petani. Produksi untuk
perlakuan petani adalah 4,12 t/ha dan produksi tertinggi pada komposisi bahan
pembenah tanah diperoleh pada kompos 75% dan arang sekam 25% dengan tingkat
produksi 5,41 t/ha. Untuk mencapai produksi tersebut mampu menekan penggunaan
pupuk anorganik sampai 30%.
64
65. Persiapan lahan Pertanaman jagung
2.3.12. Analisis Kebijakan
Kegiatan ini bertujuan menyusun rekomendasi pembangunan pertanian ramah
lingkungan lestari. Keluaran yang diharapkan: rekomendasi pembangunan pertanian
ramah lingkungan lestari. Manfaat: digunakannya rekomendasi untuk perencanaan
pembangunan pertanian.
Kegiatan ini menggunakan metode desk study dan survei. Untuk mendukung
pertanian ramah lingkungan lestari, dianjurkan dalam budidaya padi menggunakan
pupuk kandang, cara tanam jajar legowo, serta pupuk dan pestisida hayati, sedangkan
dalam budidaya sapi menggunakan pakan lengkap fermentasi dan mengolah kotoran
sapi menjadi biogas.
Pupuk kandang berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah dan menambah
unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Keuntungan cara tanam jajar legowo:
pembersihan gulma dan pemupukan menjadi lebih mudah, jumlah anakan menjadi
lebih banyak dan produksi padi meningkat. Penggunaan pupuk hayati dapat
65
66. mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sekaligus dapat meningkatkan
produksi. Penggunaan pestisida hayati dapat menekan residu dalam produk dan
limbah tanaman padi. Penggunaan pakan lengkap fermentasi dan pengolahan kotoran
sapi menjadi biogas dapat menurunkan volume gas metan yang berasal dari ternak.
2.3.13. Kajian Cemaran Pestisida pada Beberapa Komoditas
Hortikultura
Unggulan Sumatera Selatan terhadap Mutu dan Keamanan
Pangan
Penggunaan pestisida yang berlebihan dan tidak terkendali dapat memberikan
risiko keracunan bagi petani. Penggunaan pestisida sintetis dapat meninggalkan
residu dalam tanah hingga bertahun-tahun setelah pemakaian, sehingga mengurangi
daya dukung lahan akibat menurunnya populasi mikroorganisme pengurai bahan
organik yang hidup di dalamnya. Selain itu, pestisida juga berdampak buruk yakni
menimbulkan resistensi, resurjensi dan ledakan hama serta dapat memusnahkan
musuh alami hama penyakit. Bahaya pestisida tidak hanya secara langsung bagi
petani saat menyemprot tetapi juga risiko residu yang ditimbulkannya pada tanah,
tanaman dan produk yang dihasilkannya.
Kajian dilaksanakan di Desa Tungku Jaya, Kec. Sodoh Buay Rayap,
Kabupaten OKU (produsen bawang merah), Desa Gunung Agung Pauh dan Tanjung
Keling Kec. Dempo Utara Kota Pagar Alam (produsen kentang) dan Desa Tanjung
Baru Kab. Ogan Ilir (produsen cabai keriting) Sumatera Selatan pada tahun 2014.
Metode yang digunakan yakni metode survei dan wawancara langsung dengan
kelompok tani yang menanam bawang merah, kentang dan cabai keriting serta
dilakukan pengambilan sampel bawang merah, kentang dan cabai keriting untuk
66
67. dianalisis residunya. Wawancara dilakukan untuk mengetahui prosedur penggunaan
pestisida yang dilakukan petani. Di Desa Tungku Jaya Kab. OKU, hasil kajian
menunjukkan bahwa sebagian besar petani masih melakukan penyemprotan pestisida
dengan dosis dan frekuensi aplikasi yang tidak tepat. Bahkan, beberapa petani
melakukan pencampuran 2-3 jenis pestisida dalam satu kali aplikasi dengan alasan
mengurangi tenaga dan biaya penyemprotan.
Hasil analisis residu pestisida pada umbi bawang merah yang dihasilkan
menunjukkan kandungan pestisida berbahan aktif propineb mencapai 0,026 mg/kg
dan abamektin mencapai 0,024 mg/kg, sedangkan pestisida golongan organofosfat
maupun karbamat tidak terdeteksi. Hasil kajian di Kec. Dempo Utara Kota Pagar
Alam menunjukkan walaupun dengan tingkat pendidikan yang tinggi serta
pengalaman usahatani yang lama ternyata petani di lokasi ini masih melakukan
prosedur penggunaan pestisida yang kurang tepat. Sebanyak 69,2% petani biasanya
mencampur 2-3 jenis pestisida dalam satu kali aplikasi tanpa memperhatikan dosis
maupun bahan aktifnya. Ada sebanyak 38,5% petani masih melakukan penyemprotan
berlawanan dengan arah angin. Hasil kajian juga menunjukkan >50% petani masih
belum menggunakan peralatan pelindung dalam menyemprot seperti sarung tangan,
masker, dan pelindung mata. Tingkat penggunaan pestisida alami pada petani juga
sangat rendah, bahkan 92,3% petani, diantaranya tidak pernah menggunakan
pestisida alami. Selain ketersediaannya yang sulit didapat, petani beranggapan bahwa
dalam mengendalikan OPT pestisida alami memiliki efektivitas yang lebih rendah
dibandingkan pestisida kimia (92,3% petani). Pengujian terhadap residu pestisida,
menunjukkan adanya kandungan bahan aktif klorpirifos dan abamektin pada umbi
kentang asal Desa Tanjung Keling yakni berturut-turut sebesar 0,02 mg/Kg (di bawah
67
68. BMR) dan 0,015 mg/Kg (di atas BMR). Akan tetapi, tidak terdeteksi kandungan residu
pestisida endosulfan, profenofos, karbofuran dan difenokonazol pada umbi kentang di
Desa Gunung Agung Pauh.
2.3.14. Kegiatan Kajian Pengendalian Penyakit Kresek Padi Melalui
Pemanfaatan Bio-Agent untuk Mendukung Budidaya Ramah
Lingkungan
Penyakit hawar daun bakteri (kresek) merupakan salah satu penyakit tanaman
padi yang sangat penting di negara-negara penghasil padi di dunia, terutama di Asia
termasuk di Indonesia. Serangan kresek di Indonesa menyebabkan kerugian hasil
panen sebesar 21-36% pada musim hujan dan sebesar 18-28% pada musim
kemarau. Luas penularan penyakit HDB pada tahun 2006 mencapai lebih dari 74.000
ha, 16 ha diantaranya menyebabkan tanaman puso. Tindakan pengendalian penyakit
yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan bakteri antagonis seperti
Corynebacterium sp. Pengkajian dilaksanakan di Desa Srikaton Kec. Buay Madang
Timur Kabupaten OKU Timur pada lahan seluas + 2 ha yang pada musim tanam
sebelumnya terindikasi terserang penyakit kresek. Bio-agent yang digunakan dalam
pengkajian ini yakni bakteri Corynebacterium sp.
68
Pengujian residu pestisida pada kentang
69. Kajian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5
paket teknologi sebagai perlakuan yakni kombinasi antara varietas dengan cara
pengendalian yang terdiri dari: A) Inpari 4 + Bio-Agent, B) Inpari 4 + Bio-Agent +
pestisida kimia, C) Inpari 6 + Bio-Agent, D) Inpari 6 + Bio-Agent + pestisida kimia, E)
Mekongga + Cara Petani yang diulang sebanyak 3 kali serta dibandingkan dengan
teknologi petani di luar petak pengkajian.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa Penggunaan bio-agent
Corynebacterium sp. yang dikombinasikan dengan varietas tahan Inpari 4 dan Inpari 6
efektif dalam mengendalikan penyakit kresek. Selain itu, aplikasi bio-agent
Corynebacterium sp. dengan konsentrasi 5 cc/L pada umur padi 1 hst, 3 dan 6 mst
yang dikombinasikan dengan VUB tahan maupun pestisida kimiawi mampu menekan
serangan penyakit kresek hingga 100% dibandingkan cara petani dengan hanya
menggunakan pestisida kimia. Namun demikian perlu dikaji lanjut mengenai efektifitas
tersebut diakibatkan oleh kombinasi perlakuan atau faktor lainnya yang
mempengaruhi penyakit tanaman. Aplikasi bio-agent Corynebacterium sp. yang
dikombinasikan dengan VUB tahan dan pestisida kimia memberikan hasil tertinggi,
dimana produktivitas padi varietas Inpari 4 dan Inpari 6 berturut-turut sebesar 5,97 t/ha
dan 6,09 t/ha. Hasil analisis kandungan pestisida berbahan aktif karbofuran dan
difenokonazol pada gabah padi perlakuan bio-agent maupun cara petani tidak
terdeteksi, sehingga dapat disimpulkan gabah/padi hasil panen dari petak percobaan
bebas residu pestisida.
69
70. Gejala serangan penyakit kresek
2.3.15. Peningkatan Komunikasi Dan Koordinasi Akselerasi Inovasi
Teknologi Pertanian
Penyuluh pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan
pertanian, oleh karena itu diperlukan penyuluh yang profesional, mandiri, inovatif,
kreatif , profokator, dinamisator dan berwawasan global yang mampu menjadikan
fasilitator, motivator dan regulator pelaku usaha pertanian serta mampu membangun
sistem agribisnis yang berdaya saing tinggi. Untuk mencapai hal tersebut
diperlukan peningkatan kapasitas SDM dan penguatan kelembagaan penyuluhan.
Kegiatan peningkatan komunikasi dan koordinasi akselerasi inovasi
teknologi pertanian dilaksanakan di BPP Indralaya Kabupaten Ogan Komering
Ilir tahun 2014, tujuan kegiatan ini kelembagaan penyuluh yang ada dapat
berfungsi sebagai wadah konsultasi, informasi, pembelajaran dan pusat
percontohan dalam rangka penyebaran teknologi pada petani dan pengguna
teknologi.
70
71. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah : 1). Identifikasi kebutuhan
teknologi dan kelembagaan penyuluhan, 2). Pemberdayaan BPP model sebagai
wahana penyuluhan, 3). Pelatihan penyuluh dan Gapoktan/petani, 4). Gelar
Teknologi pertanian dan temu lapang, 5). Pembinaan penyuluhan. Metodologi yang
digunakan adalah secara patisipatif melalui pendekatan teknologi inovasi hasil
kajian, pendekatan kelembagaan melalui BPP dan pembinaan yang dilakukan
oleh penyuluh/peneliti. Pelaksanaan kegiatan gelar teknologi dilakukan dilahan
BPP dengan luas dan tanaman jagung 3000 m2 , sayuran (bayam, kangkung dan
kacang panjang) 1200 m2 dan satu kubung ukuran 4 m x 6 m. Sebelum
pelaksanaan kegiatan penyuluhan, Gapoktan dan petani mengikuti pelatihan
terlebih dahulu. Hasil yang diperoleh jagung 1500 kg, bayam 72 kg, kangkung 44
kg, kacang panjang 39,5 kg, dan jamur 64 kg.
Pemberdayaan BPP Model dilakukan dengan pembentukan klinik
teknologi pertanian. Pembinaan terhadap penyuluh dilakukan dengan cara hadir
pada saat pertemuan penyuluh di BPP/BP3K sudah dilaksanakan pada 10
kabupaten/kota dengan 15 BPP/BP3K. Dalam pertemuan, penyuluh/peneliti
bertindak sebagai narasumber dan menyampaikan materi sesuai dengan kebutuhan
dan spesikasi wilayah, disamping itu juga membantu penyuluh pertanian
lapangan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi di lapangan. Dengan
adanya kegiatan BPTP ini dapat membantu para penyuluh lapangan dan
menjadi salah satu percontohan BPP/BP3K di Sumatera Selatan.
71
72. Pertemuan penyuluh di BPP Indralaya Rak vertikultur sayuran
2.3.16. Sosialisasi, Temu Informasi dan Pameran
Diseminasi inovasi juga dilakukan melalui kegiatan Sosialisasi, Pameran dan
HUT ke 40 Balitbangtan. Sepanjang tahun 2014 terdapat 4 (empat) momen penting
yang diikuti BPTP Sumsel yaitu:
1. Pameran dalam rangka Pekan Nasional (PENAS) Kontak Tani Nelayan Andalan
XIV di Kepanjen-Malang-Jawa Timur (7-12 Juni 2014).
Pada pelaksanaan PENAS tersebut BPTP Sumsel membawa contoh pakan
ternak fermentasi, dan beberapa poster.
2. Hari Pangan Sedunia (HPS) XXXIV di Sumsel (8 September 2014) bertempat di
lapangan/halaman kantor Gubernur Sumsel.
Pada HPS tersebut BPTP Sumsel berpartisipasi dalam penyediaan rak
vertikultur yang dilengkapi dengan sayurannya. Tim Dharma Wanita BPTP Sumsel
pada kesempatan tersebut keluar sebagai juara I dalam perlombaan kreasi lomba
cipta menu Beragam Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA)
3. Open House dalam rangka memperingati 40 tahun Balitbangtan, 20 Tahun BPTP
dan 10 Tahun Agroinovasi (16-17 September 2014).
Pada open house tersebut diadakan seminar nasional, lomba karya tulis Ilmiah
tingkat SLTA, Pameran, Display tanaman ternak dan Demo teknologi. Seminar
Nasional bertema” Pertanian Ramah Lingkungan Mendukung Bio-Industri Di lahan
72
73. Suboptimal”. Topik yang diseminarkan adalah: Sumberdaya Lahan, Budidaya dan
Farming System, Mekanisasi dan Penanganan Pasca Panen serta Sosial, Budaya
dan Kebijakan.
Lomba Karya Tulis Ilmiah mengambil beberapa topik yaitu: Alat dan Mesin
untuk Menunjang Pertanian, Produk Pertanian sebagai Energi Alternatif, Inovasi
Produk dan Teknologi Pertanian, dan Pertanian Ramah Lingkungan.
Materi yang dipamerkan pada open house berupa: olahan pangan lokal,
pestisida nabati, pupuk organik, alsintan, jamu ayam, bibit unggul tanaman buah, VUB
padi dan bibit karet. Selain itu juga ditampilkan informasi cara cepat mengakses
KATAM dan informasi lain yang mendukung pertanian ramah lingkungan.
Pada Display Tanaman dan Ternak, yang diperagakan adalah beberapa jenis
sayuran dataran rendah. Sedangkan ternak yang ditampilkan adalah kelinci, itik, Ayam
Kapas, Merawang dan Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB). Sedangkan pada
Demo Teknologi, diperagakan pembuatan bubu tikus dan atabela legowo,
penggunaan striper harvester, power seeder, reaper, box dryer dan solar bubble dryer.
2.3.17. Pendampingan Pengembangan KRPL di Wilayah Sumsel
73
Salah satu objek kunjungan
HPS di Makasar
Display tanaman di halaman
kantor