1. i
PERANCANGAN ARSITEKTUR JARINGAN FIBER TO THE
CURB DI KAWASAN AHMAD YANI BANDUNG DALAM PROYEK
TRADE IN TRADE OUT PT. INDUSTRI TELEKOMUNIKASI
INDONESIA
Network Architecture Design of Fiber to The Curb in The Area of Ahmad Yani
Bandung in Trade In Trade Out Project at PT. Industri Telekomunikasi Indonesia
LAPORAN PROYEK AKHIR
Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi pelaksanaan mata kuliah
Proyek Akhir II dan Seminar
oleh :
KHOMSANAH
6305134111
D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU TERAPAN
UNIVERSITAS TELKOM
2016
2. ii
LEMBAR PENGESAHAN
PROYEK AKHIR
PERANCANGAN ARSITEKTUR JARINGAN FIBER TO THE CURB DI
KAWASAN AHMAD YANI BANDUNG DALAM PROYEK TRADE IN
TRADE OUT PT. INDUSTRI TELEKOMUNIKASI INDONESIA
Network Architecture Design of Fiber to The Curb in The Area of Ahmad Yani Bandung
in Trade In Trade Out Project at PT. Industri Telekomunikasi Indonesia
Oleh :
KHOMSANAH
6305134111
Telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu syarat
mata kuliah Proyek Akhir II dan Seminar pada
Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi
Fakultas Ilmu Terapan
Universitas Telkom
Bandung, 3 Agustus 2016
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
TRI NOPIANI DAMAYANTI, ST., MT. KRISNA YUSUP S, S.T
NIK : 1477338-1 PP. 1210003
UNIVERSITAS TELKOM No. Dokumen
TEL_U-AK-FIT-NPD-PR-
002
Jl. Telekomunikasi No. 1 Ters. Buah Batu Bandung 40257 No. Revisi 00
FORMULIR LEMBAR PENGESAHAN PROYEK AKHIR II Berlaku Efektif 1 April 2015
3. iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Nama : Khomsanah
NIM : 6305134111
Alamat : Kp. Rancakalong RT. 06/01 Kel. Cigadung Kec. Cibeunying Kaler
Bandung 40191 Jawa Barat
No Tlp/HP : 089635769769
E-mail : khomsanah@gmail.com
Menyatakan bahwa Proyek Akhir ini merupakan karya orisinal saya sendiri, dengan judul
PERANCANGAN ARSITEKTUR JARINGAN FIBER TO THE
CURB DI KAWASAN AHMAD YANI BANDUNG DALAM PROYEK
TRADE IN TRADE OUT PT. INDUSTRI TELEKOMUNIKASI
INDONESIA
Network Architecture Design of Fiber to The Curb in The Area of Ahmad Yani
Bandung in Trade In Trade Out Project at PT. Industri Telekomunikasi Indonesia
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko / sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap kejujuran akademik atau etika keilmuan
dalam karya ini, atau ditemukan bukti yang menunjukkan ketidakaslian karya ini.
Bandung, 3 Agustus 2016
Khomsanah
NIM. 6305134111
UNIVERSITAS TELKOM No. Dokumen
TEL_U-AK-FIT-NPD-PR-
002
Jl. Telekomunikasi No. 1 Ters. Buah Batu Bandung 40257 No. Revisi 00
FORMULIR LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS Berlaku Efektif 1 April 2015
4. iv
ABSTRAK
Kebutuhan masyarakat akan layanan telekomunikasi semakin meningkat.
Penggunaan layanan telekomunikasi kini tidak terbatas hanya pada layanan suara saja,
tetapi sudah merambah ke layanan data melalui teknologi internet. Semakin beragam
layanan yang dipakai oleh pelanggan, berakibat harus adanya perubahan pada sistem dan
teknologi yang mampu meningkatkan layanan tersebut. Bandung termasuk dalam kota
yang padat penduduk khususnya untuk kawasan Ahmad Yani, sehingga arsitektur
jaringan Fiber to The Curb (FTTC) dapat diimplementasikan pada lokasi ini.
Pada perancangan FTTC di kawasan Ahmad Yani ini membuat dua tarikan
distribusi yaitu tarikan menuju MSAN MRAH (feeder 11) dan MSAN MRAZ (feeder
16). Metode yang digunakan pada perancangan ini yaitu survey lokasi, pengambilan data
eksisting, perancangan menggunakan Autocad dan GE SmallWorld, serta penelitian hasil
analisis menggunakan perhitungan power link budget dan rise time budget. Analisis ini
selain digunakan perhitungan manual juga digunakan simulasi Optisystem.
Masing-masing tarikan diperoleh nilai power link budget dan rise time budget.
Perhitungan power link budget dilakukan berdasarkan standarisasi ITU-T G.984 dan juga
peraturan yang diterapkan oleh PT. INTI yaitu jarak tidak lebih dari 20 km dan daya
terima tidak kurang dari -28 dBm sedangkan untuk standar nilai kelayakan rise time
budget diperoleh nilai 0.292 ns pada sisi upstream dan 0.583 ns pada sisi downstream.
Pada skema MRAH diketahui jarak feeder sepanjang 9.67 km dengan nilai power
link budget sebesar -11.985 dBm untuk sisi downstream dan -13.308 dBm untuk sisi
upstream. Sedangkan nilai tsys pada perhitungan rise time budget diperoleh sebesar 0.252
ns untuk sisi downstream dan 0.283 ns untuk sisi upstream. Pada skema MRAZ diketahui
jarak feeder sepanjang 3.296 km dengan nilai power link budget sebesar -4.354 dBm
untuk sisi downstream dan -6.623 dBm untuk sisi upstream. Sedangkan nilai tsys diperoleh
sebesar 0.25 ns untuk sisi downstream dan 0.254 ns untuk sisi upstream. Nilai power link
budget dan rise time budget dari masing-masing MSAN masih dalam batasan standarisasi
sehingga perancangan ini dianggap layak untuk diimplementasikan.
Kata kunci : layanan telekomunikasi, serat optik, fiber to the curb, arsitektur
jaringan, Power Link Budget, Rise Time Budget.
5. v
ABSTRACT
The requirement of telecommunication service is increase as far as the society
increased. Now, telecommunications services is not only limited to voice services, but has
expanding to a data service over internet technology. The more diverse range of services
who used by customer, the more too technology and system must improve for the better
services to customer. Bandung, is the one of Indonesian city which have most populating
especially on Ahmad Yani district so Fiber To The Curb (FTTC) network architecture
can be implemented at these locations.
FTTC planning in this Ahmad Yani district have two distibutions pull which one
of that pull is toward to MSAN MRAH (feeder 11) and other pull is toward to MSAN
MRAZ (feeder 16). The method which used in this planning is the survey location,
collecting the existing data, planning using AutoCad and GE SmallWorld and the result
research by calculating power link budget and rise time budget. Beside using the manual
calculation, this analysisis using OptiSystem simulation too.
Each of every pull give the power link budget value and rise time budget value.
The powerlink budget is calculating based on ITU-T G.984 standardization and using
PT. INTI regulation which a distance is not more than 20 km, and receiver power is not
less than -28 dBm while the standard value for the feasibility rise time budget is 0.292
ns in upstream side and 0.583 in downstream side
In MRAH scheme, the feeder distance is known for 9,67 km with the power link
budget value is -11.985 dBm for downstream side and -13.808 dBm for upstream side.
While the value of tsys on rise time budget calculations obtained for 0.252 ns for
downstream side and 0.283 ns for upstream side . In MRAZ scheme, the feeder distance
is known for 3.296 km with the power link budget value is -4.354 dBm for downstream
side and -6.623 dBm for upstream side. While the value of tsys obtained for 0.25 ns for
downstream side and 0.254 ns for upstream side . Power link budget value and rise time
budget value for each MSAN is still within the limits of standardization so this planning
is proper to be implemented.
Keywords: telecommunications, fiber optics, fiber to the curb, network architecture,
Power Link Budget, Rise Time Budget.
6. vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah, penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa mencurahkan taufik, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan , Rasulullah Muhammad SAW, yang akan kita nantikan
safa’atnya di hari akhir nanti.
Proyek Akhir ini dibuat untuk memenuhi syarat kelulusan tahap Diploma pada
program studi Teknik Telekomunikasi Fakultas Ilmu Terapan Universitas Telkom. Judul
yang dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah, “Perancangan Arsitektur Jaringan Fiber To
The Curb di Kawasan Ahmad Yani Bandung dalam Proyek Trade In Trade Out PT.
Industri Telekomunikasi Indonesia”.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan demi
perbaikan dimasa yang akan datang. Kritik dan saran bisa dialamatkan ke
khomsanah@gmail.com. Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga Tugas
Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dan bagi dunia pendidikan pada
umumnya.
Bandung, 3 Agustus 2016
Penulis
7. vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat
serta nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proyek Akhir ini dengan baik.
Dan tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan semangat, bantuan, kritik, dan doanya selama Proyek Akhir ini, antara lain:
1. Kepada Allah SWT atas segala kenikmatan yang telah diberikan-NYA sehingga
proyek akhir ini dapat diselesaikan dengan lancar.
2. Kepada Bapak Iman Setiyono dan Ibu Yuntohani selaku orang tua yang selalu
memberikan doa dan dukungan semangatnya serta perhatian yang tiada
berkesudahan. Terimakasih atas seluruh pengorbanan dan kesabaran bapak dan ibu
dalam membimbing saya selama ini.
3. Kepada Kusdiniyah, Nur Salim, dan Rahmat Hidayat selaku kakak tersayang, yang
selalu menyelipkan saya di setiap doa nya dan yang selalu memberikan dorongan
berupa semangat dalam menyelesaikan proyek akhir ini. Serta Marsitatun selaku adik
tercinta saya yang menjadi penyemangat.
4. Kepada Ibu Tri Nopiani Damayanti S.T, M.T, selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Krisna Yusup S S.T, selaku dosen pembimbing II. Terimakasih untuk segala
bimbingan, pengarahan, dan dorongan serta ilmu yang berguna bagi saya dalam
penyusunan Proyek Akhir ini.
5. Bapak Hafidudin, Amd., S.T., M.T. selaku dosen wali yang selalu memberikan
semangat, motifasi dan saran untuk saya.
6. Seluruh Dosen D3 Teknik Telekomunikasi, admin fakultas dan staff.
7. Kepada Bapak Asep Setiawan S.T, yang turut membantu dalam pengerjaan tugas
akhir saya. Terima kasih atas ilmu serta waktu yang telah diberikan.
8. Keluarga besar D3-TT-37-02, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terimakasih
atas doa, bantuan, dan saran yang membangun saya selama ini. Khususnya Burton
Sinaga sebagai ketua kelas yang bersedia bertanggung jawab menjadi ketua kelas.
8. viii
9. Keluarga besar Bengkel Mekatronika Tahun Ajaran 2015/2016 yang selalu
memberikan semangat tiada henti.
10. Kepada Muhammad Ismail, Irsandy Pratomo Hadi, Hamam Wira Wardani, Yustina
Wahyu Andika, Siti Ghoniah Juniati, dan Rina Rohimah yang setia menemani dan
memberikan semangat selama berada di dunia perkuliahan. Serta Yan Bagus dan
Rizky maulana yang meluangkan waktunya untuk membantu tugas akhir ini.
11. Kepada seluruh Alumni Kelas 2 TGB 3, SMK Negeri 5 Bandung. Khususnya Ulfah
dan Asriah yang selalu memberikan semangat serta doa.
12. Serta seluruh pihak yang ikut membantu saya dalam pengerjaan Proyek Akhir ini
saya ucapkan terimakasih.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, serta penulis mendoakan agar seluruh
orang yang terlibat dan sudah membantu saya selama ini selalu diberi kesehatan, kesuksesan dan
berkat dalam kehidupan. Amin.
9. ix
DAFTAR ISI
Sampul Halaman ..................................................................................................... i
Lembar Pengesahan ............................................................................................... ii
Lembar Pernyataan Orisinalitas............................................................................ iii
Abstrak .................................................................................................................... iv
Abstract ..................................................................................................................... v
Kata Pengantar........................................................................................................ vi
Ucapan Terima Kasih ............................................................................................. vii
Daftar Isi .................................................................................................................. ix
Daftar Gambar ........................................................................................................ xi
Daftar Tabel............................................................................................................. xiii
Daftar Istilah............................................................................................................ xiv
Bab I Pendahuluan ................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
1.2. Tujuan ............................................................................................................. 2
1.3. Manfaat ........................................................................................................... 2
1.4. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.5. Batasan Masalah .............................................................................................. 2
1.6. Sistematika Penulisan ...................................................................................... 3
Bab II Dasar Teori .................................................................................................. 4
2.1. Fiber To The x (FTTx) .................................................................................. 4
2.2. Arsitektur Jaringan FTTx................................................................................. 4
2.2.1 Fiber To The Home (FTTH) ..................................................................... 5
2.2.2 Fiber To The Building (FTTB) ................................................................. 5
2.2.3 Fiber To The Curb (FTTC) ...................................................................... 5
2.3. Komponen Fiber To The Curb (FTTC) ........................................................... 5
2.4. Gigabit Passive Optical Network (GPON) ...................................................... 7
2.5. Konfigurasi GPON........................................................................................... 9
2.5.1 OLT (Optical Line Terminal) ................................................................... 9
2.5.2 ODN (Optical Distribution Network) ...................................................... 10
10. x
2.5.3 ONT/ONU (Optical Network Termination/Unit) ..................................... 10
2.6. Transmisi Data Pada GPON............................................................................. 11
2.7. Multi Service Access Node (MSAN)................................................................ 11
2.8. Trade In Trade Out (TITO) ............................................................................. 12
2.9. Power Link Budget (PLB) Dan Rise Time Budget (RTB) ............................... 12
Bab III Perancangan Sistem................................................................................... 15
3.1. Flowchart Perancangan Sistem ..................................................................... 15
3.2. Penentuan Lokasi........................................................................................... 16
3.3. Pengambilan Data Eksisting.......................................................................... 17
3.4. Perencanaan Perancangan FTTC .................................................................. 20
3.5. Perancangan Menggunakan Autocad............................................................. 21
3.6. Perancangan Menggunakan GE Smallworld ................................................. 22
3.7. Simulasi Perancangan.................................................................................... 40
3.8. Perhitungan PLB............................................................................................ 44
3.9. Perhitungan RTB ........................................................................................... 46
Bab IV Hasil dan Analisis Perancangan ............................................................... 48
4.1. Hasil Perancangan ......................................................................................... 48
4.2. Analisis Perancangan..................................................................................... 52
4.3. Bill Of Quantity (BoQ) .................................................................................. 52
4.4. Implementasi Perancangan............................................................................ 55
Bab V Kesimpulan Dan Saran ............................................................................... 56
5.1 Kesimpulan.................................................................................................... 56
5.2 Saran.............................................................................................................. 57
Daftar Pustaka......................................................................................................... 58
LAMPIRAN
11. xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Arsitektur FTTx..................................................................................... 4
Gambar 2.2 Konfigurasi Umum FTTx/FTTC........................................................... 9
Gambar 2.3 Optical Line Terminal ........................................................................... 9
Gambar 2.4 Optical Network Unit ............................................................................ 10
Gambar 2.5 Multi Service Access Node .................................................................... 12
Gambar 3.1 Diagram Alur Perancangan Arsitektur FTTC ....................................... 15
Gambar 3.2 Lokasi Perancangan............................................................................... 16
Gambar 3.3 Jaringan Primer (Tembaga Eksisting) ................................................... 18
Gambar 3.4 Jaringan Sekunder Eksisting (Tembaga Eksisting) ............................... 19
Gambar 3.5 Skema Perancangan FTTC .................................................................... 20
Gambar 3.6 Proses Perancangan Peta Lokasi menggunakan Autocad...................... 21
Gambar 3.7 Boundary Perancangan.......................................................................... 22
Gambar 3.8 Pembuatan Projek Baru ........................................................................ 23
Gambar 3.9 Status Projek yang dibuat ...................................................................... 23
Gambar 3.10 Pembuatan STO................................................................................... 24
Gambar 3.11 Pembuatan Struktur STO..................................................................... 24
Gambar 3.12 Struktur STO yang telah dibuat........................................................... 24
Gambar 3.13 Peletakkan Manhole............................................................................. 25
Gambar 3.14 Peletakkan Manhole, Handhole, ODC, dan MSAN
dalam satu tarikan................................................................................ 25
Gambar 3.15 Pembuatan Jalur Galian Kabel............................................................. 26
Gambar 3.16 Pemilihan Jenis Conduit yang akan digunakan ................................... 26
Gambar 3.17 Tampilan Conduit yang akan digunakan............................................. 27
Gambar 3.18 Conduit yang sudah terpasang............................................................. 27
Gambar 3.19 Proses penamaan kabel yang akan di masukan ke dalam conduit....... 28
Gambar 3.20 Proses input kabel ke dalam conduit. .................................................. 28
Gambar 3.21 Kabel yang belum di sambung ............................................................ 29
Gambar 3.22 Kabel yang sudah disambung menggunakan closure.......................... 29
Gambar 3.23 Proses Add Bay ODC........................................................................... 30
Gambar 3.24 Pemilihan jenis ODC yang akan di pakai............................................ 30
12. xii
Gambar 3.25 Proses Penamaan ODC berdasarkan KR11 ......................................... 31
Gambar 3.26 Proses Add Bay MSAN........................................................................ 31
Gambar 3.27 Penamaan MSAN ................................................................................ 32
Gambar 3.28 Proses LOC.......................................................................................... 32
Gambar 3.29 Proses Cable Connetivity pada Closure............................................... 33
Gambar 3.30 Proses Cable Connetivity pada ODC................................................... 33
Gambar 3.31 Proses Cable Connetivity pada MSAN................................................ 33
Gambar 3.32 Proses Jumper ODC ............................................................................ 34
Gambar 3.33 Memasukan Perangkat FTM di STO Lembong.................................. 34
Gambar 3.34 Penamaan perangkat FTM di STO Lembong...................................... 35
Gambar 3.35 Internal STO ........................................................................................ 35
Gambar 3.37 Internal STO ........................................................................................ 36
Gambar 3.38 Proses Cable Connectivity pada STO................................................. 36
Gambar 3.39 Proses Pencetakan Perancangan Peta Lokasi ...................................... 37
Gambar 3.40 Proses Pencetakan Perancangan Peta Lokasi ...................................... 37
Gambar 3.41 Proses Pencetakan Perancangan Peta Lokasi ...................................... 38
Gambar 3.42 Proses Trail Schematic ........................................................................ 38
Gambar 3.43 Skematik Perancangan......................................................................... 39
Gambar 3.44 Proses Pencetakan BoQ ....................................................................... 39
Gambar 3.45 Proses Mengekspor desain ke KML.................................................... 40
Gambar 3.46 Simulasi Perancangan MRAH............................................................. 41
Gambar 3.47 Simulasi Perancangan MRAZ ............................................................. 41
Gambar 3.48 Hasil Optical Power Meter MRAZ ..................................................... 42
Gambar 3.49 Hasil Optical Power Meter MRAH..................................................... 43
Gambar 4.1 Hasil Gambar Perancangan Peta Lokasi................................................ 49
Gambar 4.2 Hasil Gambar Perancangan Skematik MRAH ...................................... 50
Gambar 4.3 Hasil Gambar Perancangan Skematik MRAZ....................................... 51
Gambar 4.4 Perancangan MRAZ .............................................................................. 55
Gambar 4.5 Perancangan MRAH.............................................................................. 55
13. xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Persamaan RTB – NRZ code .................................................................... 14
Tabel 3.1 Data Komponen yang akan digunakan dalam Perancangan...................... 20
Tabel 3.2 Keluaran OLT dan Sensitifitas Detector................................................... 44
Tabel 3.3 Spesifikasi Redaman Perangkat yang digunakan...................................... 44
Tabel 3.4 Jumlah Perangkat yang digunakan ............................................................ 44
Tabel 3.5 Perhitungan PLB ....................................................................................... 45
Table 3.6 Data untuk Perhitungan RTB .................................................................... 46
Tabel 3.7 Rumus Perhitungan RTB........................................................................... 47
Tabel 3.8 Perhitungan RTB....................................................................................... 47
Tabel 4.1 Hasil Analisis Perancangan....................................................................... 52
Tabel 4.2 Bill of Quantity MRAH ............................................................................. 53
Table 4.3 Bill of Quantity MRAZ.............................................................................. 54
14. xiv
DAFTAR ISTILAH
FTTB : Fiber To The Building, adalah arsitektur yang jaringan serat
optiknya sampai di gedung-gedung bertingkat, selanjutnya
akan didistribusikan ke setiap ruangan dengan kabel tembaga.
FTTC : Fiber To The Curb, adalah jaringan serat optik sampai pada
suatu titik pendistribusian (curb) yang berada sekitar 300 m
dari tempat pelanggan berada. Dari curb sampai ke rumah-
rumah digunakan koneksi kabel tembaga.
FTTH : Fiber To The Home, adalah arsitektur jaringan kabel serat optik
yang dibuat hingga sampai ke rumah-rumah atau ruangan
dimana terminal berada. Teknologi ini merupakan sepenuhnya
jaringan optik dari provider ke pemakai.
GPON : Gigabit Passive Optical Network
IEEE : Institute of Electrical and Electronics Engineers adalah
organisasi internasional, beranggotakan para insinyur, dengan
tujuan untuk mengembangan teknologi untuk meningkatkan
harkat kemanusiaan.
ITU-T : International Telecommunication Union, merupakan badan
yang membuat rekomendasi teknis tentang telepon, telegraf,
dan antarmuka komunikasi data.
Kabel Feeder : Kabel fiber optik yang diterminasi dari STO
ODC : Optical Distribution Cabinet, merupakan tempat terminasi
antara kabel feeder dan kabel distribusi
OLT : Optical Line Terminal, adalah jenis perangkat aktif yang
merupakan sub systemdari Optical Access Network yang
berdasarkanteknologi PON, berfungsi sebagai antarmuka
sentradengan jaringan yang dihubungkan ke satu ataulebih
jaringan distribusi optik.
ONT : Optical Network Termination, merupakan Perangkat aktif
yang ditempatkan di sisi pelanggan dan telah dilengkapi port-
port layanan (RJ-11,RJ-45, RF)
15. xv
PON : Passive Optical Network, adalah salah satu jenis teknologi
akses fiber optik yang menggunakan konfigurasi Point to
Multipoint.
Triple Play Service
Power link budget
Rise time Budget
Uplink
Downlink
:
:
:
:
:
Jenis layanan yang ditawarkan ke pelanggan agar bisa
menikmatitiga macam layanan yaitu: data, voice, dan video.
Parameter yang digunakan untuk mengetahaui redaman total
yang diijinkan daya keluar pemancar dan sensitivitas penerima
Metode untuk menentukan batasan dispersi suatu link serat
optik.
Pengiriman data dari client ke server
Pengiriman data dari server ke client
17. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi telekomunikasi saat ini semakin berkembang khususnya
pada bidang layanan data. Untuk mendukung layanan ini dibutuhkan pembangunan
infrastruktur yang dapat memberikan bandwidth yang lebih besar dengan kecepatan yang
tinggi sehingga kebutuhan tersebut dapat terlayani.
Bertambahnya kebutuhan layanan pelanggan berakibat pada persaingan antar
operator telekomunikasi. Akibatnya tidak sedikit operator yang mulai membangun
infrastruktur jaringan data untuk menjawab tantangan tersebut, serat optik menjadi salah
satu solusi teknologi yang mampu meningkatkan nilai jasa layanan telekomunikasi. Serat
optik digunakan untuk media transmisi yang mampu memenuhi kebutuhan pelanggan.
Saat ini sebagian besar, jaringan yang dipakai masih menggunakan tembaga. Agar
solusi di atas mampu terealisasikan, maka struktur jaringan tembaga digantikan dengan
struktur jaringan optik. Salah satunya dengen mengimplementasikan arsitektur dari
FTTx.
Berdasarkan pertimbangan bisnis dan kondisi geografis area yang akan dibangun
jaringan data, arsitektur Fiber to The Curb (FTTC) ini cocok untuk solusi daerah dengan
tingkat perkembangan bisnis yang lambat atau kondisi area termasuk kategori padat
penduduk. Kondisi yang padat tidak memungkinkan untuk melakukan pergantian struktur
jaringan menjadi jaringan optik hingga ke rumah pelanggan.
PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (PT. INTI) salah satu perusahaan yang
sedang melangsungkan proyek pembangunan jaringan optik. Salah satunya pembangunan
jaringan optik menggunakan arsitektur Fiber to The Curb (FTTC) sebagai salah satu
solusi dalam menyelesaikan masalah pembangunan di lapangan, dikarenakan kondisi
pembangunan di daerah tersebut yang padat penduduk.
Pembangunan jaringan optik menggunakan arsitektur Fiber to The Curb (FTTC)
ini dimulai dari sentral office (STO) hingga MSAN outdoor yang diletakan di dekat RK
(Rumah Kabel) eksisting atau mendekat ke bangunan pengguna.
18. 2
1.2 Tujuan
1. Mengganti jaringan tembaga menjadi jaringan optik dengan metode Fiber to
The Curb dalam bentuk gambar perencanaan.
2. Memperoleh perancangan jaringan Fiber to The Curb untuk kawasan Ahmad
Yani Bandung.
3. Mendapatkan nilai Power Link Budget yang sesuai dengan ketentuan
standarisasi ITU-T G.984 dan juga peraturan yang diterapkan oleh PT. INTI
yaitu jarak tidak lebih dari 20 km dan daya terima tidak kurang dari -28 dBm.
4. Menghasilkan Bill of Quantity dari perancangan yang telah dibuat.
1.3 Manfaat
1. Mengetahui proses perancangan jaringan Fiber to The Curb untuk kawasan
Ahmad Yani Bandung.
2. Mengetahui perangkat-perangkat utama yang digunakan dalam perancangan
jaringan Fiber to The Curb.
3. Memahami sebuah perencanaan dan perancangan dalam pembangunan
jaringan optik.
1.4 Rumusan Masalah
1. Dimana lokasi yang akan dibuat perancangan jaringan Fiber to The Curb untuk
tugas Proyek Akhir?
2. Bagaimana proses perancangan jaringan Fiber to The Curb di kawasan Ahmad
Yani ?
3. Perangkat apa saja yang digunakan dalam jaringan Fiber to The Curb di
kawasan Ahmad Yani Bandung ?
4. Bagaimana cara menganalisis kelayakan pada perancangan Fiber to The Curb
di kawasan Ahmad Yani ?
1.5 Batasan Masalah
1. Proses perancangan jaringan tembaga menjadi jaringan serat optik dalam
proyek TITO menggunakan arsitektur FTTC di kawasan Ahmad Yani,
Bandung.
19. 3
2. Perancangan pendistribusian jaringan FTTC di kawasan Ahmad Yani
disesuaikan dengan kebijakan PT. INTI, yaitu penarikan feeder 11 dan feeder
16.
3. Perancangan FTTC menggunakan software GE Smallworld, Autocad, dan
OptiSystem.
4. Analisis perancangan FTTC menggunakan perhitungan Power Link Budget
dan Rise Time Budget.
5. Perancangan dan simulasi serta analisis yang dibuat hanya terbatas sampai
MSAN.
1.6 Sistematika Penulisan
Secara umum sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang, tujuan, rumusan masalah, batasan masalah, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Bab ini membahas meteri FTTC, prinsip GPON, perangkat FTTC, perhitungan
power link budget dan rise time budget.
Bab III Perancangan Jaringan FTTB
Bab ini menjelaskan tentang diagram alur dan tahap perancangan jaringan serat
optik.
Bab IV Analisis Hasil Perancangan
Bab ini menjelaskan tentang analisis dari hasil perancangan pada arsitektur
jaringan FTTC yang meliputi parameter power link budget, rise time budge dan
analisis menggunakan Optisystem.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diharapkan dapat membantu
pengembangan dan perbaikan selanjutnya.
20. 4
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Fiber to The x (FTTx)
Fiber To The x merupakan jaringan lokal berbasis fiber optik, dimana dalam
sistem ini terdapat dua buah atau lebih perangkat aktif, dimana satu perangkat aktif yang
dipasang di sisi sentral yang berfungsi untuk mengubah sinyal elektrik menjadi sinyal
optik, dan satu perangkat lagi dipasang didekat pelanggan atau lokasi pelanggan yang
berfungsi mengubah kembali dari sinyal optik menjadi sinyal elektrik, dimana lokasi
perangkat aktif disisi pelanggan disebut juga titik konversi optik (TKO). Dengan
demikian TKO adalah batas akhir kabel optik ke arah pelanggan yang berfungsi sebagai
lokasi konversi sinyal optik ke sinyal elektrik.
2.2 Arsitektur Jaringan FTTx
Arsitektur dari teknologi FTTx ini berbeda-beda diakibatkan oleh adanya
perbedaan letak TKO, bisa berupa Fiber to The Building (FTTB), Fiber to The Zone
(FTTZ), Fiber to The Curb (FTTC) atau Fiber to The Home (FTTH). Ada beberapa hal
yang menjadi pertimbangan dalam menentukan modus aplikasi ini diantaranya :
a. Densitas pelanggan untuk saat ini dan masa mendatang.
b. Jenis layanan yang diperlukan untuk saat ini dan kemungkinan perkembangannya di
masa datang.
c. Teknologi yang dipilih saat ini untuk layanan Broadband menggunakan Ethernet,
Adsl atau vdsl atau Full FTTH.
Gambar 2.1 Arsitektur FTTx
21. 5
2.2.1 Fiber to The Home (FTTH)
TKO mencapai hingga ke titik pelanggan atau yang dikenal sebagai customer
premise. Pada FTTH kabel tembaga dapat dihilangkan sama sekali sehingga penyediaan
bandwith cukup besar untuk sampai ke pelanggan.
2.2.2 Fiber to The Building (FTTB)
TKO terletak di dalam gedung dan biasanya terletak pada ruang telekomunikasi
di basement namun juga dimungkinkan diletakkan pada beberapa lantai di gedung
tersebut. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga indoor.
FTTB dalam diterapkan bagi pelanggan bisnis di gedung-gedung bertingkat atau bagi
pelanggan perumahan di apartement.
2.2.3 Fiber to The Curb (FTTC)
TKO terletak di suatu tempat di luar bangunan, didalam kabinet dan diatas tiang
dengan kapasitas lebih kecil. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO memalui
kabel tembaga hingga beberapa ratus meter. FTTC dapat diterapkan bagi pelanggan bisnis
yang letaknya berkumpul di suatu area terbatas namun tidak berbentuk gedung-gedung
bertingkat atau bagi pelanggan perumahan yang pada waktu dekat akan menjadi
pelanggan jasa hiburan.
2.3 Komponen Fiber to The Curb (FTTC)
Berikut komponen-komponen yang digunakan dalam FTTC.
a. STO (Central Office)
STO sudah menjadi Sentral softswitch. Pada sentral softswitch sudah support
kabel fiber optic. Softswitch memiliki beberapa kelebihan dari Sentral Telepon Otomatis
berbasis IP. Selain itu softswitch memiliki standar terbuka untuk membuat jaringan
terintegrasi dengan memadukan kemampuan layanan yang intelegence dalam menangani
traffic data dan multimedia yang lebih efisien.
22. 6
b. ODF FTM (Optical Distribution Frame – Fiber Termination Management)
FTM digunakan unruk terminasi, interkoneksi dan cross connect fisik kabel optik
baik dari outside plan (OSP), maupun dari perangkat aktif, serta melakukan fungsi
monitoring dan pengukuran serat optik.
Yang dimaksud dengan ODF FTM adalah perangkat berupa suatu frame tertutup
dengan struktur mekanik berupa rack atau shelf atau struktur lain yang mempunyai fungsi
utama sebagai tempat pegangan kabel dan elemen pasif lainnya, dilengkapi fiber
organizer serta tempat terminasi kabel serat optik yang berasal dari OSP dan perangkat
aktif.
Fiber organizer adalah ruang yang berisi kelengkapan dan fitur yang ditujukan
untuk manajemen fiber yaitu menyimpan dan mengarahkan fiber, pigtail, patch cord,
splice, konektor dan peralatan passive lainnya di dalam ODF.
ODF biasa dipasang di MDF lokasi pelanggan biasanya pada lokasi
HRB/Superblok. ODF ini dilengkapi dengan kabel manajemen, tempat splitter dan tempat
casset splicing, kapasitas ODF minimum tujuh fiber termination blok, dimana 1 FTB
maksimal 144 port sehinga kapasitas minimum dari ODF adalah 1008 port.
c. OLT
OLT ditempatkan pada CO (Central Office), dihubungkan ke ONU melalui
GPON dengan kabel fiber, splitter dan komponen pasif lain. Tanggung jawab
fungsionalnya meliputi konversi sinyal optik-ke-elektrik dan elektrik-ke-optik, kontrol
transmisi bidireksional, multipleksing/demultipleksing sinyal dan layanan,
perutean/switching paket, fungsi operasi, administrasi, dan pemeliharaan (OAM),
konversi PON dan jaringan, dan fungsi antarmuka.
d. Kabel Feeder (Fiber Optic)
Feeder mempunyai fungsi untuk menyalurkan informasi yang berupa sinyal optic
hasil konversi perangkat opto elektik, biasanya menggunakan kabel serat optik single
mode dan jenis kabel yang digunakan sesuai dengan instalasinya.
23. 7
e. Manhole
Manhole adalah suatu ruangan di bawah tanah yang mempunyai fungsi sebagai
tempat penarikan kabel, letak sambungan kabel dan sebagai letak untuk melokalisasi
gangguan.
f. Handhole
Handhole sama seperti manhole, hanya saja peletakkanya berdekatannya dengan
ODC.
g. ODC (Optical Distribution Cabinet)
ODC (Optical Distribution Cabinet) merupakan sebuah ruang yang berbentuk
kotak yang biasanya terbuat dari besi sebagai tempat menyimpan serat optik, hasil
penyambungan, konektor, dan splitter. ODC bisa terdapat di dalam ruangan maupun luar
ruangan.
h. DP (Distribution Point)
Tempat catuan terminal kabel dropwire dari rumah pelanggan. Kapasitas DP 10
pair digunakan di daerah residensial dan 20 pair digunakan di daerah bisnis atau gedung
perkantoran.
2.4 Gigabit Passive Optical Network (GPON)
Gigabit Passive Optical Network (GPON) merupakan teknologi akses yang
berkategori Broadband Access dan berbasis kabel fiber optik. ITU-T via G.984
diantaranya telah mengembangkan GPON. Standar GPON memungkinkan untuk jarak
sampai 60 km bersama dengan rasio split maksimum 128 (meskipun dengan split penuh,
dan komponen optik standar, jarak tersebut tidak normal terealisasi), dan kemampuan
total bandwidth hulu dan hilir sebanyak 2,5 Gbps. Standar ini juga memungkinkan
sejumlah mekanisme perlindungan untuk dilaksanakan. Dengan desain yang cermat,
sehingga cocok pertukaran antara jangkauan dan rasio split, dan memilih node dengan
tuntutan bandwidth yang sesuai, sistem GPON bisa dikerahkan untuk melayani node
tersebut dalam berbagai bidang.
24. 8
Prinsip kerja dari GPON, ketika data atau sinyal dikirimkan dari OLT, maka ada
bagian yang bernama splitter yang berfungsi untuk memungkinkan serat optik tunggal
dapat mengirim ke berbagai ONU, untuk ONU sendiri akan memberikan data-data dan
sinyal yang diinginkan pelanggan. Arsitektur sistem GPON berdasarkan pada TDM
(Time Division Multiplexing) sehingga mendukung layanan T1, E1 dan DS3.
Keunggulan GPON antara lain:
Mendukung aplikasi triple play (voice,data,dan video) pada layanan FTTx.
Memberikan power hingga loop terakhir.
Alokasi bandwidth dapat di atur.
Passive component membutuhkan biaya maintenance yang murah.
Proses instalasi dan upgrade menjadi sederhana. Program perangkat sistem GPON
dikemas dalam bentuk modul agar memudahkan proses instalasi.Disamping itu,
penambahan kapasitas jaringan pada GPON dapat dlakukan secara mudah dan tidak
mahal.
Transparan terhadap laju bit dan format data. GPON dapat secara fleksibel
mentransferkan informasi dengan laju bit dan format yang berbeda karena setipe laju
bit dan format data ditransmisikan melalui panjang gelombang yang berbeda. Laju bit
1,244 Gbps untuk upstream dan 2,44 Gbps untuk downstream.
Biaya pemasangan, pemeliharaan dan pengembangan lebih efisien. Hal ini
dikarenakan arsitektur jaringan GPON lebih sederhana daripada arsitektur jaringan
serat optik konvensional.
Dengan adanya GPON mengurangi penggunaan banyak serat optik dan peralatan
pada kantor pusat atau central office bila dibandingkan dengan arsitektur point to
poin. Hanya satu port optik di central office (menggantikan multiple port)
Sedangkan kekurangan yang dimiliki GPON, antara lain:
Model layering yang kompleks
Lebih mahal dibandingkan GEPON
Transceiver pada laju 2.4 Gbps saat ini mahal
Bandwidth upstream terbatas pada hingga 622 Mbps saat ini
25. 9
2.5 Konfigurasi GPON
Gambar 2.2 Konfigurasi Umum FTTx/FTTC
GPON adalah teknologi FTTx yang bisa mengirimakan services hingga ke
premise pelanggan memakai kabel fiber optik. Salah satu atraksi untuk menggunakan
teknologi GPON adalah kemampuan dari modus enkapsulasi GPON (GEM) protokol
yang digunakan untuk mengangkut data dan time-division multiplexing (TDM) lalu lintas
secara bersamaan pada link yang sama dalam deterministik dan cara yang terkendali.
Akibatnya, sistem GPON diharapkan untuk mengelola bandwidth tinggi skenario lebih
efektif daripada yang lain dan data-sentris protokol. Bandwidth yang ditawarkan lebih
unggul hingga 2.488 Gbps (downstream) kepada pelanggan tanpa kehilangan bandwidth.
Pada intiya konfigurasi network GPON bisa terbagi menjadi tiga bagian yaitu
OLT (Optical Line Terminal), ODN (Optical Distribution Network), dan ONT/ONU
(Optical Network Termination/Unit).
2.5.1 OLT (Optical Line Terminal)
Optical Line Terminal menyajikan interface antara penyedia layanan video,
jaringan telepon, dan data dengan sistem PON. Bagian inilah yang akan membentuk link
ke sistem operasi peyedia layanan melalui EMS (Elemen Manajemen Sistem).
Gambar 2.3 Optical Line Terminal
xPON
OLT
ODN
Fiber
Optical
Cable
Optical
Splitter
ONU/
ONT
26. 10
2.5.2 ODN (Optical Distribution Network)
ODN kadang kala disebut konfigurasi jaringan optik yaitu jaringan optik antara
perangkat ONU/ONT dan perangkat OLT. ODN memberikan sarana transmisi optik
mulai dari OLT kepada pengguna hingga sebaliknya dan menggunakan komponen optik
pasif. Perangkat Interior ODN terdiri dari kabel fiber optic, splices, konektor, dan splitter.
Splices adalah penyambung satu kabel fiber optik dengan yang lain secara
permanen yang berbentuk alat. Ada dua prinsip sambungan, pertama sambunan fusi yang
memanfaatkan pancaran listrik untuk mematri dua kabel fiber optik secara bersama-sama.
Teknik ini sangat sulit, karena penjajaran kabel fiber optik membutuhkan komputer yang
terkontrol untuk mengurangi kerugian sampai 0,05 dB. Kedua sambungan mekanik yang
menggunakan sambungan elemen biasa dengan teknik yang mudah karena mencapai
kerugian sekitar 0,2 dB. Konektor optik menjadi pelengkap yang mengelilingi serat kecil
optik yang membawa cahaya bersama-sama tepat pada inti yang segaris dengan asal
cahaya.
Splitter merupakan sautu komponen pasif yang mampu memisahkan daya optik
ke beberapa output fiber dari satu input fiber. Hal ini disebabkan tidak memakai sumber
energi eksternal dan optimasi tidak dikerjakan dengan daya yang dipakaikan pada
pelanggan yang berbeda jarak dari node splitter.
2.5.3 ONT/ONU (Optical Network Termination/Unit)
Gambar 2.4 Optical Network Unit
ONU merupakan elemen pada sisi pelanggan FTTH yang menyediakan
antarmuka pelanggan menuju PON. Dalam perangkat ONU menyediakan pengubah opto-
electrical (melewatkan informasi yang diubah dari framework serat optik menjadi
framework logam listrik. ONU merupakan suatu titik pembatasan, dimana merupakan
27. 11
akhir dari aliran optik jaringan pembawanya dan merupakan awal dari jaringan akses
pelanggan. Perbedaan ONT dan ONU yaitu ONU masih membutuhkan perangkat NT
(Network Terminal) di bagian pelanggan, sedangkan ONT bisa langsung dihubungkan
dengan user equipment. Maksimal jumlah ONU/ONT dalam GE-PON yang bisa
digunakan yaitu 32 ONU. Tanggung jawab fungsionalnya meliputi konversi sinyal E/O
dan O/E, multipleksing/demultipleksing sinyal dan layanan, dan konversi sinyal layanan
pelanggan dan PON beriringan dengan proses menyediakan berbagai antarmuka
customer premise equipment (CPE).
2.6 Transmisi Data Pada GPON
GPON menggunakan GPON Encapsulation Method (GEM) sebagai metode yang
mengenkapsulasi data melalui GPON. Meskipun setiap tipe data dapat dienkapsulasi,
pada kenyataannya hal tersebut bergantung pada layanan yang diminta. GEM melakukan
komunikasi connection-oriented.
Trafik downstream dikirimkan dari OLT ke semua ONU dengan cara Time
Division Multiplexing (TDM). Setiap ONU hanya akan mengambil frame yang ditujukan
untuknya yang telah dienkripsi. Frame downstream mengandung physical control block
downstream (PCBd), partisi ATM, dan partisi GEM. Frame downstream menyediakan
referensi waktu yang sama untuk PON dan menyediakan control signaling yang sama
untuk upstream.
Trafik upstream menggunakan Time Division Multiple Access (TDMA) dibawah
kendali OLT yang menugaskan slot variable time length setiap ONU untuk
mensinkronisasikan transmisi data burst.
2.7 Multi Service Access Node (MSAN)
Multi Service Access Node adalah suatu akses gateway akses multimedia yang
fleksibel yang memungkinkan operator untuk menyediakan layanan xDSL,
narrowband/broadband berbasis TDM dan layanan Next Generation Network dalam
suatu area layanan dari sebuah single node. End user dilayani dari akses node yang
terdistribusi di sekitar pelanggan untuk dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Multi
Service Access Node (MSAN) merupakan platform akses tunggal yang memiliki
kemampuan untuk menggabungkan semua layanan yang didukung oleh backbone
28. 12
operator menuju ke resedensial, tele-working, SOHO, dan skenario aplikasi bisnis adalah
sesuatu yang sangat diharapkan oleh sebagian operator untuk solusi akses. Solusi ini harus
berkemampuan multiservice, multivendor,multiskenario dan aman untuk yang akan
datang.
Gambar 2.5 Multi Service Access Node
2.8 Trade In Trade Out
Trade in trade out adalah proyek yang dikerjakan oleh PT. Industri
Telekomunikasi Industri. Trade in trade out adalah proyek pergantian sistem yang lama
dengan yang baru, yaitu dengan proses trade in atau memasukan sistem baru kemudian
disusul dengan proses trade out atau mencabut sistem yang lama.
Proyek yang dilakukan PT. INTI ini adalah mengganti jaringan lama yaitu
jaringan akses tembaga menjadi jaringan akses serat optik. Tahap yang dilakukan terlebih
dahulu adalah mempersiapkan perancangan jaringan akses serat optik, kemudian disusul
dengan pengimplementasian perancangannya. Setelah semua jaringan optik terpasang,
dilakukan tes pemakaian jaringan optik tersebut, jika sudah siap digunakan kemudian
dilakukan pencabutan jaringan akses tembaga yang lama.
2.9 Power Link Budget (PLB) dan Rise Time Budget (RTB)
Dalam sistem komunikasi optik, parameter transmisi menjadi faktor penting
dalam perancangan jaringan. Salah satunya adalah Attenuation Fiber Optic. Attenuation
atau rugi-rugi ini adalah salah satu karakteristik yang penting dalam serat optik. Rugi-
rugi ini mempengaruhi penurunan bandwidth dari sistem, transmisi informasi yang
29. 13
dibawa, efisien, dan kapasitas sistem secara keseluruhan. Rugi-rugi serat optik meliputi,
rugi-rugi absorpsi, rugi-rugi pada core dan cladding, serta rugi-rugi konektor dan splice.
Power link bugdet adalah cara menghitung daya pada suatu sistem transmisi yang
didasarkan pada karakteristik saluran redaman serat optik, sumber optik dan sensitivitas
detektor. Berikut persamaan redaman total dan daya maksimum.
αtotal = (L x αserat) + (Nc x αc) + (Ns x αs) + Sp
Keterangan :
αtotal = Redaman total system (dB)
L = Panjang serat optik (km)
αserat = Redaman serat optik (dB/km)
Nc = Jumlah konektor
αc = Redaman konektor (dB/konektor)
Ns = Jumlah sambungan
αs = Redaman sambungan (dB/sambungan)
Sp = Redaman splitter (dB)
PRx = PTx – αtotal – SM
Keterangan :
PRx = Sensitifitas daya maksimum detector (dBm)
PTx = Daya keluaran sumber optik (dBm)
αtotal = Redaman total (dB)
SM = Safety Margin
Rise time budget merupakan metode untuk menentukan batasan dispersi suatu link
serat optik. Metode ini sangat berguna untuk menganalisa sistem transmisi digital. Tujuan
dari metode ini adalah untuk menganalisa apakah untuk kerja jaringan secara keseluruhan
telah tercapai dan mampu memenuhi kapasitas kanal yang diinginkan. Secara umum,
degradasi waktu transisi total sebuah link digital tidak melebihi 70 % dari sebuah perioda
bit NRZ (Non-Return to Zero) atau 35 % sebuah perioda bit RZ (Return to Zero). Berikut
perhitungan rise time budget.
30. 14
Tabel 2.1 Persamaan RTB – NRZ code
No. Jenis Perhitungan Sat Rumus Perhitungan
1. Kelayakan jaringan ns 𝑇𝑟 =
70%
𝐵𝑟
2. Rise time material (tgvd) ns 𝑡 𝑚𝑎𝑡 = 𝐷 𝑚𝑎𝑡 x L x σ
3. Rise time total ns
𝑡𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (𝑡 𝑇𝑥
2
+ 𝑡 𝑚𝑎𝑡
2
+ 𝑡 𝑚𝑜𝑑
2
+ 𝑡 𝑅𝑥
2
)
1
2
Keterangan :
Br = Bit rate (Gbps)
𝐷 𝑚𝑎𝑡 = disperse material (ns/nm Km)
L = Panjang Feeder (km)
σ = Lebar spectral (nm)
𝑡 𝑇𝑥 = rise time transmitter (ns)
𝑡 𝑚𝑎𝑡 = rise time material (ns)
𝑡 𝑚𝑜𝑑 = rise time modus (ns)
𝑡 𝑅𝑥 = rise time receiver
31. 15
BAB III
PERANCANGAN SISTEM
3.1 Flowchart Perancangan Sistem
Berikut Gambar 3.1 tahap perancangan sistem dari perancangan FTTC .
Gambar 3.1 Diagram Alur Perancangan Arsitektur FTTC
Mulai
Penentuan lokasi
Pengumpulan data existing
Perencanaan FTTC
Membuat gambar perancangan
Analisa perancangan
Apakah analisis
perancangannya
sesuai dengan
ketentuan ?
Laporan hasil desain dan BoQ
selesai
TIDAK
YA
32. 16
3.2 Penentuan Lokasi
Dalam menentukan lokasi pada suatu perancangan FTTC, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan. Jaringan FTTC ini di rancang dikhususkan untuk daerah-daerah yang
padat penduduk atau pada gedung lama yang ingin dibangun jaringan internet dengan
teknologi serat optik.
Jalan Ahmad Yani termasuk dalam kawasan padat penduduk, sehingga teknologi
yang cocok untuk memasukan teknologi FTTx ini menggunakan perancangan FTTC.
Kendala dalam pembangunan struktur teknologi jaringan optik sebagai salah satu
masalahnya. Sehingga teknologi FTTC ini cocok digunakan karena perancangan ini
melibatkan jaringan lama yaitu jaringan tembaga.
Gambar 3.2 Lokasi Perancangan
33. 17
3.3 Pengambilan Data Eksisting
Dalam perancangan FTTC di Jalan Ahmad Yani ini, perlu beberapa hal yang
menjadi sumber untuk pembuatan perancangannya, yaitu data eksisting atau data awal
dari perancangan sebelumnya.
Data eksisting ini berupa gambar jaringan lama yang telah di bangun di Jalan
Ahmad Yani, yaitu data gambar jaringan primer dan sekunder. Berikut gambar eksisting
yang di gunakan.
36. 20
3.4 Perencanaan Perancangan FTTC
Jalur yang dipakai menggunakan jalur yang ada pada gambar eksisting.
Perancangannya dimulai dari STO sampai MSAN. Ada dua penarikan feeder yang
dilakukan, yang pertama feeder 11 penarikan mulai dari STO Lembong sampai dengan
Gedung Pusat Telkom Bandung di Jalan Japati. Sedangkan yang kedua feeder 16,
penarikan dari STO Lembong sampai dengan Gedung IBCC di Jalan Ahmad Yani.
Gambar 3.5 Skema Perancangan FTTC
Pada Gambar 3.5 menggambarkan skema jaringan yang akan dipakai pada
perancangan ini. STO Lembong ini terdiri dari OLT dan ODF, kemudian masuk kedalam
manhole kemudian masuk ke MSAN. Jika di lihat dari salah satu gambar di atas, ada
ODC yang di pakai. Odc disini dipakai hanya untuk terminasi saja. Jadi jaringan hanya
melewati perangkat ini tanpa memakai fungsi odc sebenarnya. Berikut data untuk
pembuatan perancangannya.
Tabel 3.1 Data Komponen yang akan digunakan dalam Perancangan
No. Komponen yang digunakan
1. Kabel Duct Fiber Optik Single Mode 144 core G 652 D
2. Kabel Duct Fiber Optik Single Mode 24 core G 652 D
3. Kabel Duct Fiber Optik Single Mode 264 core G 652 D
4. Kabel Duct Fiber Optik Single Mode 48 core G 652 D
5. Pipa duct
6. Pipa HDPE 40/33 mm dengan kedalaman 15 meter
7. Handhole(P X L X T = 800x800x800)
8. Manhole (P X L X T = 170x150x165)
9. MSAN Fiber Home ukuran kecil
37. 21
No. Komponen yang digunakan
10. Patch cord 2 meter (FC/LC/SCAPC To FC/LC/SCAPC) G.655C
11. Kabinet ODC (Outdoor) kap 576 core
12. Passive Splitter 1:4 type modular SC/UPC for ODC
13. Alat sambung (cabang/ lurus) untuk Fiber Optik kapasitas 12 – 144 core
14. Alat sambung (cabang/ lurus) untuk Fiber Optik kapasitas s.d 264 core
15. Alat sambung (cabang/ lurus) untuk Fiber Optik kapasitas 12 – 48 core
16. ODF/OTB
3.5 Perancangan Menggunakan Autocad
Autocad ini dipakai untuk pembuatan perancangan peta lokasi dan perancangan
skema kabel feeder. Perancangan peta lokasi dibuat berdasarkan gambar eksisting.
Perancangan ini menggambarkan alur sebuah jaringan, dari STO sampai dengan MSAN
yang bersumber dari perancangan jalur dan penempatan RK pada gambar eksisting.
Sedangkan perancangan skema kabel feeder menunjukan detail alur dalam perancangan
peta lokasi. Perancangan ini berisi pembagian core, dan penentuan jumlah core yang
dipakai mulai dari STO sampai dengan MSAN.
Gambar 3.6 Proses Perancangan Peta Lokasi menggunakan Autocad
38. 22
3.6 Perancangan Menggunakan GE SmallWorld
Dalam perancangan ini, GE SmallWorld dipakai untuk melanjutkan perancangan
dari software Autocad. Aplikasi ini mampu menunjukan detail sebuah perancangan tanpa
harus dibuat terpisah seperti Autocad.
Berikut proses yang dilakukan dalam aplikasi GE SmallWorld.
1. Melakukan boundary perancangan. Pada proses ini dilakukan pembatasan wilayah
sebuah proyek yang akan dikerjakan.
Gambar 3.7 Boundary Perancangan
39. 23
2. Membuat file projek baru dengan memasukkan ketentuan-ketentuan yang telah
disediakan.
Gambar 3.8 Pembuatan Projek Baru
Gambar 3.9 Status Projek Yang Dibuat
40. 24
3. Peletakan STO yang berlokasi di Jalan Lembong, dan merencanakan struktur STO
yang dibuat
Gambar 3.10 Pembuatan STO
Gambar 3.11 Pembuatan Struktur STO
Gambar 3.12 Struktur STO yang telah dibuat
41. 25
4. Peletakkan manhole, handhole, ODC, dan MSAN berdasarkan gambar perancangan
dalam software Autocad.
Gambar 3.13 Peletakkan Manhole
Gambar 3.14 Peletakkan Manhole, Handhole, ODC, dan MSAN dalam satu tarikan.
5. Pembuatan jalur galian untuk pemasangan kabel, jalur berdasarkan gambar
perancangan peta lokasi di software Autocad.
42. 26
Gambar 3.15 Pembuatan Jalur Galian Kabel
6. Memasukkan jenis conduit berdasarkan gambar perancangan peta lokasi di software
Autocad.
Gambar 3.16 Pemilihan Jenis Conduit yang akan digunakan
43. 27
Gambar 3.17 Tampilan Conduit yang akan digunakan
Gambar 3.18 Conduit yang sudah terpasang
44. 28
7. Memasukkan kabel ke dalam conduit yang telah di sediakan. Penamaan kabel
berdasarkan gambar perancangan skema kabel yang ada dalam software Autocad.
Gambar 3.19 Proses penamaan kabel yang akan di masukan ke dalam conduit.
Gambar 3.20 Proses input kabel ke dalam conduit.
45. 29
8. Penyambungan kabel menggunakan closure. Closure di pasang di dalam manhole, dan
pada manhole tertentu, atau berdasarkan manhole-manhole yang telah di rancang
dalam gambar perancangan skema kabel di software autocad.
Gambar 3.21 Kabel yang belum di sambung
Gambar 3.22 Kabel yang sudah disambung menggunakan closure.
46. 30
9. Memasukkan add bay dan pemilihan jenis ODC dan MSAN yang akan di pakai
berdasarkan gambar perancangan peta lokasi pada software Autocad.
Gambar 3.23 Proses Add Bay ODC
Gambar 3.24 Pemilihan jenis ODC yang akan di pakai
48. 32
Gambar 3.27 Penamaan MSAN
10. Melakukan proses Line of Count (LOC),
Gambar 3.28 Proses LOC
11. Melakukan proses cable connection pada closure, ODC dan MSAN. Proses ini
berfungsi untuk menghubungkan antar core pada kabel yang saling dihubungkan.
Proses ini berdasarkan gambar perancangan skema kabel pada software Autocad
yang telah dibuat.
49. 33
Gambar 3.29 Proses Cable Connetivity pada Closure
Gambar 3.30 Proses Cable Connetivity pada ODC
Gambar Proses 3.31 Cable Connectivity pada MSAN
50. 34
12. Kemudian melakukan proses jumper pada ODC.
Gambar 3.32 Proses Jumper ODC
13. Memasukan perangkat ODF/FTM di STO yang telah di buat.
Gambar 3.33 Memasukan Perangkat FTM di STO Lembong
52. 36
Gambar 3.37 Internal STO
14. Melakukan cable connection pada STO, fungsinya sama dengan cable connection
pada ODC dan MSAN.
Gambar 3.38 Proses Cable Connectivity pada STO
53. 37
15. Mencetak hasil perancangan peta lokasi.
Gambar 3.39 Proses Pencetakan perancangan peta lokasi
Gambar 3.40 Proses Pencetakan perancangan peta lokasi
54. 38
Gambar 3.41 Proses Pencetakan perancangan peta lokasi
16. Mencetak skematik perancangan
Gambar 3.42 Proses trail schematic
55. 39
Gambar 3.43 Skematik Perancangan
17. Mencetak BOQ Perancangan.
Gambar 3.44 Proses Pencetakan BoQ
56. 40
18. Mencetak hasil perancangan peta lokasi ke dalam file KML. File KML ini dapat
di buka pada software Google Earth.
Gambar 3.45 Proses Mengekspor desain ke KML
3.7 Simulasi Perancangan
Pada langkah ini menggunakan aplikasi OptiSystem. Simulasi ini menggambarkan
jalannya skema sebuah jaringan, agar dapat diketahui sebuah jaringan sudah sesuai
dengan syarat yang di butuhkan. Elemen dalam perangkat ini juga disesuaikan dengan
spesifikasi perangkat asli yang digunakan agar mendapatkan hasil yang mendekati nilai
yang sebenarnya.
Simulasi ini membuat link downstream dan upstream, elemen yang digunakan
dalam simulasi ini adalah sebagai berikut.
a. Transmitter (Tx) sebagai OLT dengan daya pancar 3 dBm untuk downstream
dan 0.5 dBm untuk upstream.
b. Optical fiber sebagai media transmisinya menggunakan single mode.
c. Splice Attenuation sebagai perangkat closure dalam manhole.
d. Receiver (Rx) sebagai MSAN.
Ada dua simulasi yang dibuat dalam analisis ini, yang pertama simulasi
perancangan untuk MSAN MRAH dan yang kedua untuk MSAN MRAZ.
58. 42
Untuk melihat hasil dari simulasi yang dibuat, dapat dilihat menggunakan
Optical Power Meter. Berikut hasil dari simulasi perancangan yang dibuat.
Gambar 3.48 Hasil Optical Power Meter MRAZ
60. 44
3.8 Perhitungan PLB
Perhitungan power link budget digunakan untuk mengetahui besar nilai redaman
total yang diperbolehkan antara daya pemancar dan sensitivitas penerima. Standar daya
yang di pakai oleh PT.INTI dalam perancangan ini sesuai standarisasi ITU-T G.984
yaitu jarak tidak lebih dari 20 km dan daya terima tidak kurang dari -28 dB
Untuk menghitung nilai link power budget ada beberapa data yang harus
dikumpulkan terlebih dahulu, diantaranya daya pada OLT dan detector, data perangkat
dan pendistribusian, serta redaman pada tiap perangkat. Berikut data yang dibutuhkan.
Tabel 3.2 Keluaran OLT dan Sensitifitas detektor
No. Jenis Nilai (dBm)
1. Daya OLT 3
2. Sensitivitas detector Tidak kurang dari -28
Tabel 3.3 Spesifikasi redaman perangkat yang digunakan
No. Jenis Perangkat
Satuan
Perangkat
Redaman (dB)
1. Kabel serat optik ITU-T G.652 (1490 nm) Km 0.28
2. Kabel serat optik ITU-T G.652 (1310 nm) Km 0.35
3. Fast connector adapter Unit 0.5
4. Splice Unit 0.1
Tabel 3.4 Jumlah perangkat yang digunakan
No. Nama MSAN
Panjang Feeder
(km)
Banyak
Connector
Jumlah
Splice
1. MRAZ (feeder 16) 3.296 6 2
2. MRAH (feeder 11) 9.670 17 6
Setelah data di dapat langkah selanjutnya mencari nilai redaman total dan
sensitifitas daya maksimum dalam satu tarikan MSAN. Berikut persamaan yang dipakai
untuk mendapatkan nilai redaman total.
61. 45
αtotal = (L x αserat) + (Nc x αc) + (Ns x αs) + Sp + M
Keterangan :
αtotal = Redaman total system (dB)
L = Panjang serat optik (km)
αserat = Redaman serat optik (dB/km)
Nc = Jumlah konektor
αc = Redaman konektor (dB/konektor)
Ns = Jumlah sambungan
αs = Redaman sambungan (dB/sambungan)
Sp = Redaman splitter (dB)
Selanjutnya mencari nilai sensitivitas daya maksimum dengan persamaan
sebagai berikut.
PRx = PTx – αtotal – SM
Keterangan :
PRx = Sensitifitas daya maksimum detector (dB)
PTx = daya keluaran sumber optik (dB)
αtotal = Redaman total (dB)
SM = Safety Margin
Perhitungan PLB dilakukan dua sisi perhitungan, yaitu di sisi downstream dan
disisi upstream, yang membedakan dari perhitungan tersebut adalah jika downstream
perhitungan dilakukan dengan arah mulai dari OLT menuju MSAN, sedangkan upstream
mulai dari MSAN menuju OLT. Berikut perhitungan untuk skema MRAH dan MRAZ
dengan menggunakan persamaan di atas.
Tabel 3.5 Perhitungan PLB
Sat.
Downstream Upstream
MRAH MRAZ MRAH MRAZ
L km 9.67 3.296 9.67 3.296
αserat dB 0.35 0.35 0.28 0.28
Nc - 16 6 16 6
αc dB 0.5 0.5 0.5 0.5
Ns - 6 2 6 2
αs dB 0.1 0.1 0.1 0.1
62. 46
Sat.
Downstream Upstream
MRAH MRAZ MRAH MRAZ
Sp dB 0 0 0 0
αtotal dB 11.985 4.354 11.308 4.123
PTx dBm 3 3 0.5 0.5
SM - 3 3 3 3
PRx dBm -11.985 -4.354 -13.808 -6.623
3.9 Perhitungan RTB
Rise time budget ini diperlukan untuk menganalisis kemampuan komponen
system yang dirancang dapat menjamin bahwa perancangan yang didesain dapat
mentransmisikan bit rate yang dirancang. Rise time budget pada single mode ini sangat
perlu dilakukan karena adanya keterbatasan akibat pengaruh disperse pada saluran
transmisi optik. Dalam RTB perhitungannya di fokuskan transmisi digital sehingga lebih
fokus pada sisi OLT, batasan dispersi, spesifikasi pengkodean NRZ dan jenis serat optic
single mode. Berikut data-data yang digunakan pada perhitungan rise time budget.
Table 3.6 Data untuk perhitungan RTB
No. Jenis data Satuan Banyak
1. Panjang Gelombang uplink nm 1310
2. Panjang gelombang downlink nm 1490
3. Panjang Feeder 11 (MRAH) km 9.67
4. Panjang Feeder 16 (MRAZ) km 3.296
5. Pengkodean - NRZ
6. Lebar spektral nm 1
7. Bit Rate downlink Gbps 2.4
8. Bit Rate uplink Gbps 1.2
9. Rise Time Tx ns 150 x 10-3
10. Rise time Rx ns 200 x 10-3
11. Rise time modus single mode ns 0
12. Disperse material uplink ns/nm km 0.00356
13. Disperse material downlink ns/nm km 0.01364
63. 47
Setelah data di dapat, kemudian mencari perhitungan RTB pada sisi downstream
dan upstream. Berikut persamaan yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil RTB.
Tabel 3.7 Rumus Perhitungan RTB
No. Jenis Perhitungan Sat Rumus Perhitungan
1. Kelayakan jaringan ns 𝑇𝑟 =
70%
𝐵𝑟
2. Rise time material ns 𝑡 𝑚𝑎𝑡 = 𝐷 𝑚𝑎𝑡 x L x σ
3. Rise time total ns
𝑡𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (𝑡 𝑇𝑥
2
+ 𝑡 𝑚𝑎𝑡
2
+ 𝑡 𝑚𝑜𝑑
2
+ 𝑡 𝑅𝑥
2
)
1
2
Keterangan
Br = Bit rate (Gbps)
𝐷 𝑚𝑎𝑡 = disperse material (ns/nm Km)
L = Panjang Feeder (km)
σ = Lebar spectral (nm)
𝑡 𝑇𝑥 = rise time transmitter (ns)
𝑡 𝑚𝑎𝑡 = rise time material (ns)
𝑡 𝑚𝑜𝑑 = rise time modus (ns)
𝑡 𝑅𝑥 = rise time receiver
Berikut perhitungan berdasarkan persamaan Tabel 3.7.
Tabel 3.8 Perhitungan RTB
Sat.
MRAH MRAZ
Downstream Upstream Downstream Upstream
Br Gbps 2.4 1.2 2.4 1.2
Tr ns 0.292 0.583 0.292 0.583
ns 0.004 0.014 0.004 0.014
L km 9.67 9.67 3.296 3.296
nm 1 1 1 1
ns 0.034 0.132 0.012 0.045
ns 0.15 0.15 0.15 0.15
ns 0 0 0 0
ns 0.2 0.2 0.2 0.2
ns 0.252 0.283 0.250 0.254
64. 48
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS PERANCANGAN
4.1 Hasil Perancangan
Berikut hasil perancangan FTTC yang dihasilkan dari software Autocad dan GE
SmallWorld.
68. 52
4.2 Analisis Perancangan
Berdasarkan simulasi dan perhitungan yang telah dibuat pada proses perancangan,
di hasilkan nilai daya terima dan nilai RTB, pada sisi downlink dan sisi upstream pada
skema MRAH dan MRAZ. Berikut hasil yang diperoleh dari simulasi yang telah
dilakukan.
Tabel 4.1 Hasil Analisis Perancangan
Analisis
MRAH MRAZ
Downstream Upstream Downstream Upstream
Simulasi Optisystem -12.884 dBm -13.541 dBm -3.696 dBm -6.531 dBm
Perhitungan PLB (PRx) -11.985 dBm -13.808 dBm -4.354 dBm -6.623 dBm
Perhitungan RTB (𝒕𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍) 0.252 ns 0.283 ns 0.250 ns 0.254 ns
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai daya terima dari simulasi Optisystem dan
perhitungan PLB pada skema MRAH dan MRAZ dengan nilai tidak kurang dari -28 dBm.
Nilai ini sesuai dengan ketentuan yang di izinkan oleh PT. INTI. Sedangkan perhitungan
RTB (NRZ) dari semua sisi, baik pada skema MRAH ataupun MRAZ menghasilkan nilai
0.25 ns. Nilai ini masih jauh dibawah nilai batas pengkodean. Sehingga perancangan
jaringan menggunakan FTTC masih mampu digunakan di kawasan Ahmad Yani.
Selain di analisa menggunakan perhitungan dan simulasi. Analisa dilakukan
menggunakan analisa geografis. Secara geografis lokasi perancangan berada di daerah
yang padat penduduk serta pelanggan yang akan menggunakan jaringan sudah memiliki
gedung sendiri. Proses pembangunan jaringan optik butuh pembongkaran lahan, sehingga
perancangan FTTC menggunakan MSAN outdoor sesuai untuk lokasi jalan Ahmad Yani,
karena jaringan optik hanya sampai dengan MSAN tanpa harus membongkar lahan.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka perancangan jaringan optik yang
sesuai untuk kawasan Ahmad Yani Bandung adalah jaringan FTTC menggunakan MSAN
outdoor.
4.3 Bill of Quantity (BoQ)
Setelah gambar perancangan yang telah dibuat layak sesuai dengan analisis yang
telah di buat. Maka Bill of Quantity dapat dicetak. Berikut Bill of Quantity dari hasil
perancangan.
71. 55
4.4 Implementasi Perancangan
Implementasi perancangan ini hasil dari perancngan software GE SmallWorld.
Hasilnya dapat dilihat dalam bentuk KML atau dibuka dengan Google Earth. Berikut
hasil perancangannya.
Gambar 4.4 Perancangan MRAZ
Gambar 4.5 Perancangan MRAH
72. 56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sesuai perancangan dan hasil analisis data, maka didapatkan kesimpulan bahwa
perancangan ini apabila direalisasikan adalah sebagai berikut:
1. Hasil Perancangan jaringan FTTC di Jalan Ahmad Yani dilakukan penarikan dua
feeder, yaitu feeder 11 dan feeder 16. Feeder 11 mengarah ke MSAN MRAH, dan
feeder 16 mengarah ke MSAN MRAZ.
2. Link FTTC di kawasan Ahmad yani dinyatakan layak. Sesuai perhitungan yang telah
dilakukan, untuk skema MRAH diperoleh nilai daya untuk sisi downstream -11.985
dBm dan untuk sisi upstream -13.808 dBm, sedangkan untuk skema MRAZ diperoleh
nilai daya untuk sisi downstream -4.354 dBm dan untuk sisi upstream -6.623 dBm.
Sedangkan berdasarkan hasil simulasi nilai daya pada skema MRAH diperoleh -
12.884 dBm untuk sisi downstream dan -13.541 dBm untuk sisi upstream, dan untuk
nilai daya untuk skema MRAZ diperoleh -3.696 dBm untuk sisi downstream dan -
6.531 dBm untuk sisi upstream. Kedua skema tersebut memiliki nilai daya dalam
batasan standarisasi ITU-T G.984 dan juga peraturan yang diterapkan oleh PT. INTI
yaitu jarak tidak lebih dari 20 km dan daya terima tidak kurang dari -28 dBm.
3. Pada perhitungan analisa rise time budget dengan jenis pengkodean NRZ di
perancangan ini pun masih lulus kelayakan system dengan batas nilai kelayakan 0.292
ns pada downstream dan 0.583 pada upstream. Sedangkan nilai tsys pada skema MRAH
diperoleh sebesar 0.252 ns untuk sisi downstream dan 0.283 ns untuk sisi upstream.
Pada skema MRAZ nilai tsys diperoleh sebesar 0.25 ns untuk sisi downstream dan 0.254
ns untuk sisi upstream. Nilai ini masih dalam batas pengkodean, karena itu batasan
dispersi di kawasan Ahmad yani ini layak dari segi batas dispersinya.
73. 57
5.2 Saran
Selama penyusunan Proyek Akhir ini tentu tidak semua yang terdapat pada buku
ini sempurna, melainkan masih ada beberapa poin yang masih bisa dikembangkan bagi
peneitian selanjutnya yaitu:
1. Perancangan dapat dilakukan sampai dengan rumah-rumah melalui ODC yang
telah di rencanakan.
2. Perancangan dapat dibandingkan teknologi FTTx lainnya, seperti FTTH yang
cocok untuk lokasi ini.
74. 58
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bambang, Hambali, Ramadhan. Jurnal “ Perancangan Jaringan Akses Fiber To
The Home (Ftth) Menggunakan Teknologi Gigabit Passive Optical Network
(Gpon) Di Perumahan Setraduta Bandung”.IT Telkom.Bandung.
[2] Fakhri, Aldrian. Vinaldo, Andrea. “Pengenalan Teknologi Gigabit Passive
Optical Network (GPON)”. Universitas Telkom. Bandung.
[3] Hambali Akhmad.”Jaringan Akses (GPON dan GEPON)”.
Sumber:http://ahambali.staff.telkomuniversity.ac.id/wpcontent/uploads/sites/85/
2014/05/Jaringan-Akses-GPONGEPON.pdf
[4] Handbook Cara Menggunakan Aplikasi GE SmallWorld PT. Industri
Telekomunikasi Indonesia
[5] Hantoro dwi gunadi. 2015. “Fiber Optic”. Bandung.
[6] https://bisnistypeapproval.wordpress.com/2009/05/15/multi-service-access-
node-msan/
[7] ITU-T Recommendation G.652 (2009), Characteristics of single-mode optical
fibre and cable.
[8] Margareth, G. (2014). “Struktur Umum Serat Optik. Dalam Perancangan
Jaringan Akses Fiber To The Home (FTTH)” (hal. 5). Bandung: Telkom
University.
[9] Pedoman Desain Jaringan FTTH PT.Telekomunikasi Indonesia
[10] Priyanto agus dwi.2014.Jurnal Tugas Akhir ”Perancangan Modernisasi Migrasi
Jaringan Dari Kabel Tembaga Ke Kabel Serat Optik Di Perumahan Dian
Anugerah Regency Gambut Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan”.STT
Telematika Telkom. Purwakarta