SlideShare a Scribd company logo
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bhineka Tunggal Ika, itulah semboyan Negara kita, yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi
tetap satu jua, dari arti dari semboyan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap daerah di Indonesia
sangat berbeda budaya, masyarakat maupun corak kehidupannya. Perbedaan kehidupan akan
mempengaruhi kebutuhan pada daerah itu, begitu juga pendidikan pada daerah itu sendiri,
sebagaimana kita tahu lulusan terbagi dalam tiga kelompok, yaitu; kelompok yang akan terjun ke
masyarakat sekolah, kelompok yang akan terjun ke masyarakat tidak jauh dari tempat tinggalnya
dan kelompok yang terjun ke tempat pelosok jauh dari masyarakat di sekitarnya.
Indonesia terdiri dari lebih dari 3500 buah pulau yang dihuni oleh berbagai suku bangsa yang
mempunyai berbagai macam adapt-istiadat, bahasa, kebudayaan, agama, kepercayaan dan
sebagainya. Berbagai kekayaan alam baik yang terdapat di darat, laut, flora fauna dan berbagai
hasil tambang yang semuanya merupakan sumber daya alam.
Kebudayaan nasional yang didukung oleh berbagai nilai kebudayaan daerah yang luhur dan
beradab yang merupakan nilai jati diri yang menjiwai perilaku manusia dan masyarakat dalam
segenap aspek kehidupan, baik dalam lapangan industri, kerajinan, industri rumah tangga, jasa
pertanian (argo industri dan argo bisnis), perkebunan, perikanan peternakan, pertanian
hortikultura, kepariwisataan, pemeliharaan lingkungan hidup sehingga terjadi kesesuaian,
keselarasan dan keseimbangan yang dinamis.
Muatan Lokal atau yang biasa disebut Mulok merupakan program pendidikan yang isi dan
media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan
budaya serta kebutuhan pembangunan daerah yang perlu dianjurkan kepada siswa (Kemendiknas).
Maka dari itu setiap daerah pasti berbeda Mulok-nya karena kebutuhan masyarakat di tiap daerah
berbeda, misalnya pada mata pelajaran Bahasa Jawa, tentunya bahasa Jawa tidak cocok diterapkan
di Sumatra maupun daerah yang berbeda budaya lainnya di Indonesia.
Kurikulum kecuali mengacu pada karakteristik peserta didik, perkembangan ilmu dan teknologi
pada zamannya juga mengacu kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Penyusunan kurikulum
atas dasar acuan keadaan masyarakat tersebut disebut “Kurikulum Muatan Lokal“. Kurikulum
2
muatan lokal keberadaan di Indonesia telah dikuatkan dengan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan nomor 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987.
Sedang pelaksanaannya telah dijabarkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar
dan menengah Nomor 173/-C/Kep/M/87 tertanggal 7 Oktober 1987
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan kurikulum muatan lokal?
1.2.2. Bagaimanakah ruang lingkup dari kurikulum muatan lokal?
1.2.3. Bagaimanakah pengembangan muatan lokal dan evaluasinya?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk:
1.3.1. Mengetahui pengertian dari kurikulum muatan lokal.
1.3.2. Memperkaya pengetahuan tentang muatan lokal serta ruang lingkupnya.
1.3.3. Mengetahui pengembangan muatan lokal dan evaluasinya di satuan pendidikan.
1.4. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini adalah:
1.4.1. Manfaat praktis, penulisan ini diharapkan menambah wawasan tentang kurikulum
muatan lokal.
1.4.2. Manfaat teoritis, hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian teoritis
yang mendukung penelitian lebih lanjut dan bermanfaat ilmu
1.4.3. Sebagai bahan bacaan bagi yang berminat mengetahui tentang kurikulum muatan
lokal
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kurikulum Muatan Lokal
Menurut pandangan modern, kurikulum bukan hanya sekedar rencana pelajaran. Kurikulum
bertitik tolak dari sesuatu yang bersifat aktual yang terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.
Semua pengalaman belajar yang diperoleh dari sekolah seperti mempelajari berbagai mata
pelajaran, melakukan berbagai kegiatan, interaksi sosial di lingkungan sekolah, kerja sama
kelompok dan pengalaman kehidupan lainnya tercakup dalam pengertian kurikulum. Atas dasar
pandangan tersebut, sekolah dapat dipandang sebagai miniatur masyarakat, karena situasi dalam
lingkungan sekolah, nilai-nilai, adat istiadat, semuanya dapat dipelajari di sekolah melalui
kurikulum sekolah. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam surat keputusannya
No. 060/U/1993, telah ditetapkan kurikulum baru, yang diberlakukan mulai 1994/1995 secara
bertahap. Kurikulum pendidikan dasar tersebut berisi tentang dua muatan kurikulum yaitu: muatan
kurikulum yang berlaku secara nasional dan muatan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan
dan kebutuhan daerah. Muatan kurikulum yang kedua ini disebut “Kurikulum Muatan Lokal”.
Kurikulum muatan lokal adalah salah satu bagian dari kurikulum yang berlaku saat ini, istilah
muatan lokal dalam dunia pendidikan di Indonesia secara resmi mulai tahun 1987, melalui
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987,
tentang muatan lokal. Kurikulum atau mata pelajaran muatan lokal pada awalnya bukan mata
pelajaran yang berdiri sendiri, melainkan materi pelajaran lokal yang dimasukan ke dalam berbagai
bidang studi yang relevan. Ibrahim (1990), mengemukakan bahwa “muatan lokal adalah program
pendidikan yang isinya dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan sosial dan
lingkungan budaya serta kebutuhan perkembangan daerah”.
Sejak diberlakukannya kurikulum tahun 1994, muatan lokal menjadi mata pelajaran yang
berdiri sendiri, atau tidak lagi diintegrasikan pada mata pelajaran lainnya. Konsep muatan lokal
tidak lagi sama seperti tahun 1987, konsep muatan lokal di sini adalah “Bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang bersifat desentralisasi, sebagai upaya pemerintah untuk lebih meningkatkan
4
relevansi terhadap kebutuhan daerah yang bersangkutan” (Suharsimi Arikunto: 1998). Sedangkan
pendapat lainnya mengemukakan
bahwa “Kurikulum muatan lokal menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri, berdasarkan
pendekatan monolitik” (Usman Wahyudi dan Yatim Riyani : 1995).
Pendekatan monolitik bertitik tolak dari pandangan bahwa setiap mata pelajaran mempunyai
otonomi masing-masing, ia membawa misi tertentu dalam suatu kesatuan sistem. Jadi pada
kurikulum 1994 muatan lokal sudah menjadi bidang studi yang berdiri sendiri, baik bidang studi
wajib maupun bidang studi pilihan, atau lebih dikenal dengan muatan lokal wajib dan muatan lokal
pilihan.
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan muatan lokal
tentu saja tidak dapat terlepas dari tujuan umum yang tertera dalam GHBN. Adapun yang langsung
dapat dipaparkan dalam muatan lokal atas dasar tujuan tersebut diantaranya adalah:
1. Berbudi pekerti luhur, sopan santun daerah disamping sopan santun nasional.
2. Berkepribadian ; Punya jati diri dan punya kepribadian daerah di samping kepribadian
nasional
3. Mandiri : dapat mencukupi diri sendiri tanpa batuan orang lain
4. Terampil, menguasai 10 segi PKK di daerahnya
5. Beretos kerja, cinta akan kerja, makanya dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya.
6. Profesional, mengerjakan kerajinan daerah seperti membatik, membuat anyaman, patung
dan sebagainya
7. Produktif, dapat berbuat sebagai produsen dan bukan hanya sebagai konsumen
8. Sehat jasmani dan rohani
9. Cinta lingkungan, dapat menumbuhkan cinta kepada tanah air.
10. Kesetiakawanan sosial, dalam hal bekerja manusia selalu membutuhkan teman kerja, oleh
karenanya akan terjadilah situasi kerja sama dan gotong royong.
11. Kreatif –inovatif untuk hidup, karena tidak pernah menyia-nyiakan waktu luang, dan yang
bersangkutan menjadi orang ulet, tekun, rajin dan sebagainya
12. Mementingkan pekerjaan yang praktis ; Menghilangkan gaps antara lapangan teori dan
praktik
13. Rasa cinta budaya daerah dan budaya nasional.
5
A. Fungsi muatan lokal
1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya,
2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya
yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya,
3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di
daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat
dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
B. Ruang lingkup
Ruang lingkup muatan lokal adalah sebagai berikut:
1. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah.
Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya
berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya.
Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah,
khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut,
yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan.
Kebutuhan daerah tersebut misalnya kebutuhan untuk:
 Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah
 Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu, sesuai dengan keadaan
perekonomian daerah
 Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan sehari hari, dan menunjang
pemberdayaan individu dalam melakukan belajar lebih lanjut (belajar sepanjang hayat)
 Meningkatkan kemampuan berwirausaha
6
2. Lingkup isi/jenis muatan lokal, dapat berupa: bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian
daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai
ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-ha! yang dianggap perlu oleh daerah yang
bersangkutan. Secara skematis
C. Sumber bahan muatan lokal dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Narasumber
 Guru itu sendiri yang mempunyai pengalaman dan keterampilan, misalnya ahli tari,
musik, ukir patung dan sebagainya
 Peserta didik itu sendiri, yang memiliki keterampilan seperti diatas maupun
keterampilan bawaan seperti bertani, berkebun dan sebagainya.
 Narasumber lain yang ada di sekitar yang dapat didatangi.
2. Software
Yaitu bahan ajar yang terdapat pada berbagai tulisan, seperti: Buku cara bertanam, beternak,
cara membuat sesuatu, mungkin juga berbagai film dokumentasi.
3. Hardware
Yaitu suatu bahan ajar yang sifatnya dapat diamati, seperti: upacara daerah, peralatan
pertanian, alat kesenian, pusaka kerajaan dan sebagainya.
4. Lingkungan
Sumber bahan muatan lokal yang ada di sekitar yang bersifat historis, misalnya: museum,
monumen, adat istiadat dan sebagainya.
5. Berbagai hasil diskusi oleh berbagai pakar atau nara sumber yang relevan
Untuk penentuan bahan muatan muatan lokal perlu adanya pemetaan daerah untuk
mengidentifikasi berbagai jenis muatan lokal. Bahan muatan lokal telah ditetapkan oleh
Depdikbud sebesar 20 % dari bahan kurikulum keseluruhan dengan harapan dapat
memperhatikan:
7
 Garis-garis besar program pengajaran yang berlaku.
 Sumber daya yang tersedia
 Kekhasan lingkungan alam, sosial, budaya dan kebutuhan daerah.
 Mobilitas murid
 perkembangan dan kemampuan murid
 Nara sumber yang ada.
Untuk penentuan muatan lokal dari pihak Dinas Depdikbud perlu bekerja sama dengan
dengan pemerintah daerah, instansi lain yang terkait, badan swasta dan masyarakat agar
muatan lokal dapat diterima sebagaimana mestinya.
6. Sistem Penyampaian
Dalam memilih suatu metode mengajar tergantung pada jumlah jenis siswa yang dihadapi
Siswa akan terbagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan minat mereka.
a. Sifat Bahan
Bahan muatan lokal mempunyai ciri khas diantaranya:
 Luas dan urutan bahan tidak kaku
 Sebagian bahan ajar dapat diberikan secara ekstra kurikuler.
 Guru terdiri dari berbagai narasumber yang mungkin berprofesi bukan guru.
 Dapat dilaksanakan dengan metode: karya wisata, drill, demonstrasi, bahkan kursus diluar
sekolah.
b. Media yang tersedia
Karena bahan beraneka ragam perlu berbagai media, misalnya: alat pertanian, bengkel,
kesenian dan sebagainya, sehingga harus ditopang dana yang cukup
c. Kesiapan guru
Di lembaga pendidikan tidak guru tidak ada mata kuliah praktik muatan lokal, sehingga perlu
penataran guru-guru yang mengajar muatan lokal.
8
d. Waktu pelaksanaan
Karena kegiatan ekstra kurikuler pengawasannya sulit dan terbentur dengan biaya dan belum
tentu ada kursus yang siap untuk setiap daerah.
e. Situasi setempat
Situasi setempat bersifat situasional dan kondisional, ada daerah yang kaya muatan lokal dan
ada kota-kota besar yang sulit menentukan bahan muatan lokalnya, terutama daerah-daerah
elit.
D. Kendala dan Rintangan
Kendala kurikulum muatan lokal dapat dilihat dari berbagai sudut, antara lain:
a) Peserta didik: minat dan kebutuhan peserta didik sangat heterogen.
b) G u r u : baik kuantitas maupun kualitas sangat minim, terutama dalam hal Metodologinya
c) Administrasi : administrasi kurikulum agak ruwet, penjadwalan ruwet lalu lintas berliku-liku
d) Sarana/prasarana : buku belum siap, silabus/ GBPP baru disiapkan, dana kurang Mendukung
e) Kurikulum: Setiap daerah mempunyai kurikulum yang berbeda-beda, hal ini sangat
menyulitkan bagi siswa pindahan dari luar daerah.
2.2. Pengembangan muatan lokal dan evaluasinya
2.3.1. Pengembangan muatan lokal
Bahan muatan lokal dapat tercantum pada intra kurikuler, misalnya mata pelajaran
kesenian dan keterampilan, bahasa daerah dan inggris. Sedang bahan muatan lokal yang
dilaksanakan secara ekstra kurikuler bahan dikembangkan dari pola kehidupan dalam
lingkungannya. Karena bahan muatan lokal sifatnya mandiri dan tidak terikat oleh pusat,
maka peranan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam muatan lokal ini sangat
menentukan. Untuk pengembangannya, langkah-langkah yang dapat ditempuh:
9
1. Menyusun Perencanaan Muatan Lokal
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut berbagai unsur atau
komponen. Menyusun perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut berbagai
sumber, pengajar, metode, media, dana dan evaluasi. Merencanakan bahan muatan lokal
yang akan diajarkan antara lain dengan:
a. Mengidentifikasikan segala sesuatu yang mungkin dapat dijadikan bahan muatan
lokal
b. Menseleksi bahan muatan lokal dengan kriteria sebagai berikut :
 Sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
 Tidak bertentangan dengan Pancasila dan aturan adat yang berlaku.
 Letaknya terjangkau dari sekolah.
 Ada narasumber baik di dalam maupun diluar sekolah.
 Bahan/ajaran tersebut merupakan ciri khas daerah tersebut.
c. Menyusun GBPP yang bersangkutan
d. Mencari sumber bahan yang tertulis maupun yang tidak tertulis
e. Mengusahakan sarana/prasarana yang relevan dan terjangkau.
2. Pembinaan dan Pengembangan Muatan Lokal
Pembinaan perlu ditangani oleh tenaga-tenaga yang profesional dan dilakukan secara
kontinu, karena dalam pelaksanaan di lapangan kadang-kadang siswa lebih mahir dari
pada gurunya , karena siswa sudah biasa melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
dimaksud, misalnya anak petani, anak pengrajin, bengkel, peternak dan sebagainya, yang
akibatnya akan terjadi pembuangan tenaga, waktu dan biaya.
3. Pengembangan Muatan Lokal
Ada dua arah pengembangan dalam muatan lokal, yaitu:
a. Pengembangan untuk jangka jauh
Agar para siswa dapat melatih keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan harapan
yang nantinya dapat membantu dirinya, keluarga, masyarakat dan akhirnya membantu
10
pembangunan nusa dan bangsanya. Oleh karena itu perkembangan muatan lokal dalam
jangka panjang harus direncanakan secara sistematik oleh sekolah, keluarga, dan
masyarakat setempat dengan perantara pakar-pakar pada instansi terkait baik negeri
maupun swasta. Untuk muatan lokal di sekolah dasar masih bersifat concentric, kemudian
dilaksanakan secara kontinyu di sekolah menengah pertama dan akan terjadi konvergensi
di sekolah menengah atas.
b. Pengembangan untuk jangka pendek
Perkembangan muatan lokal dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh sekolah
setempat dengan cara menyusun kurikulum muatan lokal kemudian menyusun GBPP-nya
dan direvisi setiap saat. Dalam Pengembangan selanjutnya ada dua hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1. Perluasan muatan lokal
Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang ada di daerah itu yang terdiri dari berbagai
jenis muatan lokal misalnya: pertanian, kalau sudah dianggap cukup ganti peternakan,
perikanan, kerajinan dan sebagainya. Siswa cukup diberi dasar-dasarnya saja dari
berbagai muatan lokal sedang pendalamannya dilaksanakan pada periode berikutnya.
2. Pendalaman muatan lokal
Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang sudah ada kemudian diperdalam sampai
mendalam, misalnya masalah pertanian dibicarakan dan dilaksanakan mengenai
bagaimana cara memupuk, memelihara, mengembangkan, pemasarannya dan
sebagainya. Oleh karena itu pelajaran ini diberikan pada siswa yang telah dewasa.
Berhasil tidaknya pengembangan di sekolah tergantung pada:
1) Kekreativan guru.
2) Kesesuaian program
3) Ketersediaan sarana dan prasarana
4) cara pengelolaan
5) Kesiapan siswa
6) Partisipasi masyarakat setempat
11
7) Pendekatan kepala sekolah dengan nara sumber dan instansi terkait
Adapun cara menentukan bahan pelajaran muatan lokal untuk satu bidang studi dapat
dilaksanakan dengan empat cara:
a. Bagi bidang studi yang sudah punya GBPP, disusun pokok bahasan/ sub pokok
bahasan, kemudian dipilih bahan mana yang berkriteria muatan lokal.
b. GBPP yang telah dipilih, sesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat.
c. Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dijadikan sumber sebagai GBPP yang
mungkin sesuai dengan GBPP atau tidak sesuai dengan GBPP yang telah ada.
d. Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dipilih unsur-unsurnya yang perlu
dimasukan dalam program pendidikan kemudian dibuat GBPP.
2.3.2. Evaluasi dalam Muatan Lokal
Ada dua macam evaluasi dalam pelaksanaan Muatan Lokal:
1. Evaluasi Program Muatan Lokal
Untuk Evaluasi program muatan lokal ada tiga langkah sebagai berikut:
A. Reflektif Evaluation
Program muatan lokal sebelum dilaksanakan di lapangan, dievaluasi terlebih dahulu
konsepnya yang berdasar teori, pengalaman, berbagai hasil penelitian argumentasi,
pengarahan para pakar dan pejabat.
B. Formative Evaluation
Yaitu mengevaluasi pada program muatan lokal pada waktu program tersebut baru
dilaksanakan. Oleh karena itu perlu dilakukan:
 Diadakan tri-out pada beberapa sekolah yang dianggap mewakili sekolah lain di daerah
tersebut, sehingga dapat ditemukan kendala pelaksanaannya.
 Perlu tidaknya revisi program sesuai dengan kenyataannya.
12
 Setelah revisi baru diadakan desiminasi (perluasan) ke sekolah lain yang mempunyai
program muatan lokal sejenis.
Para evaluatornya terdiri dari: para konseptor, guru, supervisor dan narasumber yang
relevan.
E. Summative Evaluation
Summative evaluation adalah mengevaluasi setelah program tersebut selesai
dilaksanakan secara menyeluruh. Yang di evaluasi adalah berbagai kegiatan yang ada pada
program tersebut sesuai dengan tujuan yang telah digariskan.
2. Evaluasi hasil belajar Muatan Lokal
Evaluasi hasil belajar mutan lokal bagi pokok bahasan yang sesuai dengan GBPP cara
evaluasinya telah diatur oleh Depdiknas, misalnya bidang studi: kesenian, keterampilan,
bahasa dan sebagainya. Cara penilaiannya lebih banyak menggunakan pengamatan baik
untuk hasil maupun proses. Skor tidak berupa angka, tetapi cukup dengan predikat: baik
sekali, baik, sedang, atau kurang. Dan tidak ikut menentukan IP siswa.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kurikulum muatan lokal ialah program pendidikan yang media penyampaiannya
dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib
dipelajari oleh murid di daerah tersebut. Kurikulum muatan lokal diberikan bertujuan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum di dalam GBHN.
Sumber bahan muatan lokal dapat diperoleh dari banyak sumber antara lain dari
narasumber, pengalaman lingkungan, hasil diskusi dari para ahli yang relevan dan
sebagainya. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut berbagai unsur atau
komponen. Menyusun perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut berbagai aspek,
antara lain: sumber bahan ajar, pengajar, metode, media, dana dan evaluasi
Sebagai salah satu kurikulum baru dalam dunia pendidikan Muatan lokal dalam
pembelajarannya banyak ditemukan kendala dan rintangan yang ditemukan antara lain dari
segi: peserta didik, guru, administrasi, sarana dan prasarana, bahkan kurikulumnya sendiri.
Tetapi kendala tersebut lambat laun dapat di minimalisir dengan berbagai metode antara lain
dengan mengadakan pelatihan bagi para pengajar, lebih memantapkan GBPP, dengan
evaluasi yang berkesinambungan dan sebagainya.
Muatan lokal perlu untuk diberikan kepada peserta didik agar peserta didik lebih
mengetahui dan mencintai budaya daerahnya sendiri, berbudi pekerti luhur, mandiri, kreatif
dan profesional yang pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa cinta kepada budaya tanah air.
3.2. Saran
3.2.1. Dengan membaca makalah ini diharapkan pengetahuan mahasiswa semakin
bertambah dan tidak hanya berpatokan pada isi makalah ini, tetapi lebih ingin
mencari tahu lebih dalam lagi tentang kurikulum muatan lokal.
3.2.2. Penulis lebih mengembangkan isi makalah.
14
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Idi. 2011. “Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik”. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media.
Dakir, Prof. Dr H. 2004. “Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum”. Jakarta : Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2007. “Manajemen Pengembangan Kurikulum”. Bandung : Rosda
Hamalik, Oemar. 2008. “Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum”.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Haryati, Mimin. 2006. “Model dan Teknik Penilaian Pada tingkat Satuan Pendidikan”.
Jakarta : Gaung persada pers.
Nana, Sukmadinata. 1988. “Prinsip Dan Landasan Pngembangan Kurikulum”.
Jakarta : Depdikbud, P2LPTK.
Purwanto, Ngalim. 2012. “Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran”.
Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Sukendra, I Komang. 2012. “Materi Kuliah Kurikulum SMA”. Bahan Ajar (tidak diterbitkan).
Denpasar : IKIP PGRI Bali.
Tirtarahardja, Umar. 2005. “Pengantar Pendidikan”. Jakarta : Rineka Cipta.
UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Sinar Grafika, Jakarta

More Related Content

What's hot

KODE ETIK PROFESI GURU
KODE ETIK PROFESI GURUKODE ETIK PROFESI GURU
KODE ETIK PROFESI GURU
sukrino
 
Kelebihan dan Kelemahan sistem pendidikan Islam
Kelebihan dan Kelemahan sistem pendidikan Islam Kelebihan dan Kelemahan sistem pendidikan Islam
Kelebihan dan Kelemahan sistem pendidikan Islam
FathurRozi45
 
1. Sisdiknas uu no.20 tahun 2003 (ppt)
1. Sisdiknas uu no.20 tahun 2003 (ppt)1. Sisdiknas uu no.20 tahun 2003 (ppt)
1. Sisdiknas uu no.20 tahun 2003 (ppt)Harun Ar
 
Makalah Problematika Pendidikan di Indonesia
Makalah Problematika Pendidikan di IndonesiaMakalah Problematika Pendidikan di Indonesia
Makalah Problematika Pendidikan di Indonesia
PPS Universitas Sriwijaya
 
Landasan ilmiah dan penelitian teknologi pendidikan
Landasan ilmiah dan penelitian teknologi pendidikanLandasan ilmiah dan penelitian teknologi pendidikan
Landasan ilmiah dan penelitian teknologi pendidikan
Dedi Yulianto
 
Hakikat manusia dan pengembangan
Hakikat manusia dan pengembanganHakikat manusia dan pengembangan
Hakikat manusia dan pengembangan
Dhea Pratiwi
 
Aliran Filsafat Pendidikan.ppt
Aliran Filsafat Pendidikan.pptAliran Filsafat Pendidikan.ppt
Aliran Filsafat Pendidikan.ppt
abheanrose1
 
Laporan observasi manajemen sekolah di mts nurul ulum mranggen demak
Laporan observasi manajemen sekolah di mts nurul ulum mranggen   demakLaporan observasi manajemen sekolah di mts nurul ulum mranggen   demak
Laporan observasi manajemen sekolah di mts nurul ulum mranggen demak
Aziz Zindani
 
Dasar Logika Modul 1 Kb3
 Dasar Logika Modul 1  Kb3 Dasar Logika Modul 1  Kb3
Dasar Logika Modul 1 Kb3
Pet-pet
 
Aliran realisme dalam filsafat pendidikan
Aliran  realisme dalam filsafat pendidikanAliran  realisme dalam filsafat pendidikan
Aliran realisme dalam filsafat pendidikan
Fauzan Wildan
 
Problematika kebudayaan
Problematika kebudayaanProblematika kebudayaan
Problematika kebudayaan
Haidar Bashofi
 
Permendiknas no. 41 tahun 2007 standar proses
Permendiknas no. 41 tahun 2007 standar prosesPermendiknas no. 41 tahun 2007 standar proses
Permendiknas no. 41 tahun 2007 standar prosesSuaidin -Dompu
 
Ppt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaranPpt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaranrizka_pratiwi
 
Media Pembelajaran dan proses komunikasi pembelajaran
 Media Pembelajaran dan proses komunikasi pembelajaran Media Pembelajaran dan proses komunikasi pembelajaran
Media Pembelajaran dan proses komunikasi pembelajaran
Cecep Kustandi
 
Aliran Perenialisme Filsafat Ilmu
Aliran Perenialisme Filsafat IlmuAliran Perenialisme Filsafat Ilmu
Aliran Perenialisme Filsafat IlmuRahmitha Solihat
 
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu PendidikanPPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
University of Jember
 
Tugas makalah b. ind
Tugas makalah b. indTugas makalah b. ind
Tugas makalah b. ind
tampulu
 

What's hot (20)

KODE ETIK PROFESI GURU
KODE ETIK PROFESI GURUKODE ETIK PROFESI GURU
KODE ETIK PROFESI GURU
 
Kelebihan dan Kelemahan sistem pendidikan Islam
Kelebihan dan Kelemahan sistem pendidikan Islam Kelebihan dan Kelemahan sistem pendidikan Islam
Kelebihan dan Kelemahan sistem pendidikan Islam
 
1. Sisdiknas uu no.20 tahun 2003 (ppt)
1. Sisdiknas uu no.20 tahun 2003 (ppt)1. Sisdiknas uu no.20 tahun 2003 (ppt)
1. Sisdiknas uu no.20 tahun 2003 (ppt)
 
Makalah Problematika Pendidikan di Indonesia
Makalah Problematika Pendidikan di IndonesiaMakalah Problematika Pendidikan di Indonesia
Makalah Problematika Pendidikan di Indonesia
 
Landasan ilmiah dan penelitian teknologi pendidikan
Landasan ilmiah dan penelitian teknologi pendidikanLandasan ilmiah dan penelitian teknologi pendidikan
Landasan ilmiah dan penelitian teknologi pendidikan
 
Hakikat manusia dan pengembangan
Hakikat manusia dan pengembanganHakikat manusia dan pengembangan
Hakikat manusia dan pengembangan
 
PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL
PENGEMBANGAN MUATAN LOKALPENGEMBANGAN MUATAN LOKAL
PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL
 
Aliran Filsafat Pendidikan.ppt
Aliran Filsafat Pendidikan.pptAliran Filsafat Pendidikan.ppt
Aliran Filsafat Pendidikan.ppt
 
Laporan observasi manajemen sekolah di mts nurul ulum mranggen demak
Laporan observasi manajemen sekolah di mts nurul ulum mranggen   demakLaporan observasi manajemen sekolah di mts nurul ulum mranggen   demak
Laporan observasi manajemen sekolah di mts nurul ulum mranggen demak
 
Dasar Logika Modul 1 Kb3
 Dasar Logika Modul 1  Kb3 Dasar Logika Modul 1  Kb3
Dasar Logika Modul 1 Kb3
 
Aliran realisme dalam filsafat pendidikan
Aliran  realisme dalam filsafat pendidikanAliran  realisme dalam filsafat pendidikan
Aliran realisme dalam filsafat pendidikan
 
Problematika kebudayaan
Problematika kebudayaanProblematika kebudayaan
Problematika kebudayaan
 
Permendiknas no. 41 tahun 2007 standar proses
Permendiknas no. 41 tahun 2007 standar prosesPermendiknas no. 41 tahun 2007 standar proses
Permendiknas no. 41 tahun 2007 standar proses
 
Ppt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaranPpt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaran
 
Media Pembelajaran dan proses komunikasi pembelajaran
 Media Pembelajaran dan proses komunikasi pembelajaran Media Pembelajaran dan proses komunikasi pembelajaran
Media Pembelajaran dan proses komunikasi pembelajaran
 
Aliran Perenialisme Filsafat Ilmu
Aliran Perenialisme Filsafat IlmuAliran Perenialisme Filsafat Ilmu
Aliran Perenialisme Filsafat Ilmu
 
Pendidik dan peserta didik
Pendidik dan peserta didikPendidik dan peserta didik
Pendidik dan peserta didik
 
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu PendidikanPPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
 
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaanHubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
 
Tugas makalah b. ind
Tugas makalah b. indTugas makalah b. ind
Tugas makalah b. ind
 

Similar to Kurikulum Muatan Lokal

90994471 makalah-pengemb-mulok
90994471 makalah-pengemb-mulok90994471 makalah-pengemb-mulok
90994471 makalah-pengemb-mulok
Puji Rokhayanti
 
Mulookk
MulookkMulookk
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal garuda
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal garudaLampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal garuda
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal garuda
Nayantaka Husna Hartono
 
Permendikbud 2013 ttg Muatal Lokal
Permendikbud 2013 ttg Muatal LokalPermendikbud 2013 ttg Muatal Lokal
Permendikbud 2013 ttg Muatal Lokal
Abdul Hafifudin
 
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran2
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran2Permen tahun2013 nomor81a_lampiran2
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran2Irma Muthiara Sari
 
03. lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
03. lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal03. lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
03. lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
Otto Ono Gallery
 
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokalLampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokalKKGPAI KAB. BANGKALAN
 
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokalLampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokalAmrizal Ahmad
 
Lampiran ii pedoman pengembangan muatal lokal garuda
Lampiran ii pedoman pengembangan muatal lokal garudaLampiran ii pedoman pengembangan muatal lokal garuda
Lampiran ii pedoman pengembangan muatal lokal garudaAepsaenawa
 
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokalLampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
Ari Tanjung
 
12.ppt
12.ppt12.ppt
12.ppt
Nurafiah17
 
Sistem pendidikan nasional (makalah)
Sistem pendidikan nasional (makalah)Sistem pendidikan nasional (makalah)
Sistem pendidikan nasional (makalah)
Pujiati Puu
 
Belajar dan Pembelajaran
Belajar dan PembelajaranBelajar dan Pembelajaran
Belajar dan Pembelajaran
Titin Rohayati
 
Mulok januari-1
Mulok januari-1Mulok januari-1
Mulok januari-1
Wisnu Pratama
 
Keungguln lokal
Keungguln lokalKeungguln lokal
Keungguln lokal
Aidil Ramahdani
 
Kurikulum tingkat satuan pendidikan
Kurikulum tingkat satuan pendidikanKurikulum tingkat satuan pendidikan
Kurikulum tingkat satuan pendidikan
Jurnal Eukariotik
 
3324614.ppt
3324614.ppt3324614.ppt
3324614.ppt
DedeYayan
 
Mulok umum materi 11. pengembangan prog muatan lokal
Mulok umum materi 11. pengembangan prog muatan lokalMulok umum materi 11. pengembangan prog muatan lokal
Mulok umum materi 11. pengembangan prog muatan lokal
Akhmadi Akhmadi
 
6. lampiran permen mulok butik.28 30 mei2014-final
6. lampiran permen mulok butik.28 30 mei2014-final6. lampiran permen mulok butik.28 30 mei2014-final
6. lampiran permen mulok butik.28 30 mei2014-final
Imuh Aryadi
 
PERSPEKTIF_MODUL_8_PPT KELAS PGSD UT JEMBER
PERSPEKTIF_MODUL_8_PPT KELAS PGSD UT JEMBERPERSPEKTIF_MODUL_8_PPT KELAS PGSD UT JEMBER
PERSPEKTIF_MODUL_8_PPT KELAS PGSD UT JEMBER
HelmiatulHasanah
 

Similar to Kurikulum Muatan Lokal (20)

90994471 makalah-pengemb-mulok
90994471 makalah-pengemb-mulok90994471 makalah-pengemb-mulok
90994471 makalah-pengemb-mulok
 
Mulookk
MulookkMulookk
Mulookk
 
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal garuda
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal garudaLampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal garuda
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal garuda
 
Permendikbud 2013 ttg Muatal Lokal
Permendikbud 2013 ttg Muatal LokalPermendikbud 2013 ttg Muatal Lokal
Permendikbud 2013 ttg Muatal Lokal
 
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran2
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran2Permen tahun2013 nomor81a_lampiran2
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran2
 
03. lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
03. lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal03. lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
03. lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
 
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokalLampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
 
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokalLampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
 
Lampiran ii pedoman pengembangan muatal lokal garuda
Lampiran ii pedoman pengembangan muatal lokal garudaLampiran ii pedoman pengembangan muatal lokal garuda
Lampiran ii pedoman pengembangan muatal lokal garuda
 
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokalLampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
Lampiran ii-pedoman-pengembangan-muatal-lokal
 
12.ppt
12.ppt12.ppt
12.ppt
 
Sistem pendidikan nasional (makalah)
Sistem pendidikan nasional (makalah)Sistem pendidikan nasional (makalah)
Sistem pendidikan nasional (makalah)
 
Belajar dan Pembelajaran
Belajar dan PembelajaranBelajar dan Pembelajaran
Belajar dan Pembelajaran
 
Mulok januari-1
Mulok januari-1Mulok januari-1
Mulok januari-1
 
Keungguln lokal
Keungguln lokalKeungguln lokal
Keungguln lokal
 
Kurikulum tingkat satuan pendidikan
Kurikulum tingkat satuan pendidikanKurikulum tingkat satuan pendidikan
Kurikulum tingkat satuan pendidikan
 
3324614.ppt
3324614.ppt3324614.ppt
3324614.ppt
 
Mulok umum materi 11. pengembangan prog muatan lokal
Mulok umum materi 11. pengembangan prog muatan lokalMulok umum materi 11. pengembangan prog muatan lokal
Mulok umum materi 11. pengembangan prog muatan lokal
 
6. lampiran permen mulok butik.28 30 mei2014-final
6. lampiran permen mulok butik.28 30 mei2014-final6. lampiran permen mulok butik.28 30 mei2014-final
6. lampiran permen mulok butik.28 30 mei2014-final
 
PERSPEKTIF_MODUL_8_PPT KELAS PGSD UT JEMBER
PERSPEKTIF_MODUL_8_PPT KELAS PGSD UT JEMBERPERSPEKTIF_MODUL_8_PPT KELAS PGSD UT JEMBER
PERSPEKTIF_MODUL_8_PPT KELAS PGSD UT JEMBER
 

More from Jenny Givany

Kurikulum Muatan Lokal
Kurikulum Muatan LokalKurikulum Muatan Lokal
Kurikulum Muatan Lokal
Jenny Givany
 
Distribusi binomial
Distribusi binomialDistribusi binomial
Distribusi binomial
Jenny Givany
 
Makalah Distribusi Binomial
Makalah Distribusi BinomialMakalah Distribusi Binomial
Makalah Distribusi Binomial
Jenny Givany
 
Jargon, Kata Percakapan, Slang, dan Bahasa Prokem
Jargon, Kata Percakapan, Slang, dan Bahasa ProkemJargon, Kata Percakapan, Slang, dan Bahasa Prokem
Jargon, Kata Percakapan, Slang, dan Bahasa Prokem
Jenny Givany
 
Jargon, Slang, Kata Percakapan, dan Bahasa Prokem
Jargon, Slang, Kata Percakapan, dan Bahasa ProkemJargon, Slang, Kata Percakapan, dan Bahasa Prokem
Jargon, Slang, Kata Percakapan, dan Bahasa Prokem
Jenny Givany
 
Tes dan Non Tes Peserta Didik - Evaluasi Proses dan Hasil Belajar
Tes dan Non Tes Peserta Didik - Evaluasi Proses dan Hasil BelajarTes dan Non Tes Peserta Didik - Evaluasi Proses dan Hasil Belajar
Tes dan Non Tes Peserta Didik - Evaluasi Proses dan Hasil Belajar
Jenny Givany
 

More from Jenny Givany (6)

Kurikulum Muatan Lokal
Kurikulum Muatan LokalKurikulum Muatan Lokal
Kurikulum Muatan Lokal
 
Distribusi binomial
Distribusi binomialDistribusi binomial
Distribusi binomial
 
Makalah Distribusi Binomial
Makalah Distribusi BinomialMakalah Distribusi Binomial
Makalah Distribusi Binomial
 
Jargon, Kata Percakapan, Slang, dan Bahasa Prokem
Jargon, Kata Percakapan, Slang, dan Bahasa ProkemJargon, Kata Percakapan, Slang, dan Bahasa Prokem
Jargon, Kata Percakapan, Slang, dan Bahasa Prokem
 
Jargon, Slang, Kata Percakapan, dan Bahasa Prokem
Jargon, Slang, Kata Percakapan, dan Bahasa ProkemJargon, Slang, Kata Percakapan, dan Bahasa Prokem
Jargon, Slang, Kata Percakapan, dan Bahasa Prokem
 
Tes dan Non Tes Peserta Didik - Evaluasi Proses dan Hasil Belajar
Tes dan Non Tes Peserta Didik - Evaluasi Proses dan Hasil BelajarTes dan Non Tes Peserta Didik - Evaluasi Proses dan Hasil Belajar
Tes dan Non Tes Peserta Didik - Evaluasi Proses dan Hasil Belajar
 

Recently uploaded

KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
SABDA
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
Kanaidi ken
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
mukminbdk
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
nurfaridah271
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
ssuser4dafea
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
opkcibungbulang
 

Recently uploaded (20)

KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
 

Kurikulum Muatan Lokal

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bhineka Tunggal Ika, itulah semboyan Negara kita, yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua, dari arti dari semboyan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap daerah di Indonesia sangat berbeda budaya, masyarakat maupun corak kehidupannya. Perbedaan kehidupan akan mempengaruhi kebutuhan pada daerah itu, begitu juga pendidikan pada daerah itu sendiri, sebagaimana kita tahu lulusan terbagi dalam tiga kelompok, yaitu; kelompok yang akan terjun ke masyarakat sekolah, kelompok yang akan terjun ke masyarakat tidak jauh dari tempat tinggalnya dan kelompok yang terjun ke tempat pelosok jauh dari masyarakat di sekitarnya. Indonesia terdiri dari lebih dari 3500 buah pulau yang dihuni oleh berbagai suku bangsa yang mempunyai berbagai macam adapt-istiadat, bahasa, kebudayaan, agama, kepercayaan dan sebagainya. Berbagai kekayaan alam baik yang terdapat di darat, laut, flora fauna dan berbagai hasil tambang yang semuanya merupakan sumber daya alam. Kebudayaan nasional yang didukung oleh berbagai nilai kebudayaan daerah yang luhur dan beradab yang merupakan nilai jati diri yang menjiwai perilaku manusia dan masyarakat dalam segenap aspek kehidupan, baik dalam lapangan industri, kerajinan, industri rumah tangga, jasa pertanian (argo industri dan argo bisnis), perkebunan, perikanan peternakan, pertanian hortikultura, kepariwisataan, pemeliharaan lingkungan hidup sehingga terjadi kesesuaian, keselarasan dan keseimbangan yang dinamis. Muatan Lokal atau yang biasa disebut Mulok merupakan program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan daerah yang perlu dianjurkan kepada siswa (Kemendiknas). Maka dari itu setiap daerah pasti berbeda Mulok-nya karena kebutuhan masyarakat di tiap daerah berbeda, misalnya pada mata pelajaran Bahasa Jawa, tentunya bahasa Jawa tidak cocok diterapkan di Sumatra maupun daerah yang berbeda budaya lainnya di Indonesia. Kurikulum kecuali mengacu pada karakteristik peserta didik, perkembangan ilmu dan teknologi pada zamannya juga mengacu kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Penyusunan kurikulum atas dasar acuan keadaan masyarakat tersebut disebut “Kurikulum Muatan Lokal“. Kurikulum
  • 2. 2 muatan lokal keberadaan di Indonesia telah dikuatkan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan nomor 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987. Sedang pelaksanaannya telah dijabarkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan menengah Nomor 173/-C/Kep/M/87 tertanggal 7 Oktober 1987 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan kurikulum muatan lokal? 1.2.2. Bagaimanakah ruang lingkup dari kurikulum muatan lokal? 1.2.3. Bagaimanakah pengembangan muatan lokal dan evaluasinya? 1.3. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan ini adalah untuk: 1.3.1. Mengetahui pengertian dari kurikulum muatan lokal. 1.3.2. Memperkaya pengetahuan tentang muatan lokal serta ruang lingkupnya. 1.3.3. Mengetahui pengembangan muatan lokal dan evaluasinya di satuan pendidikan. 1.4. Manfaat Penulisan Manfaat penulisan ini adalah: 1.4.1. Manfaat praktis, penulisan ini diharapkan menambah wawasan tentang kurikulum muatan lokal. 1.4.2. Manfaat teoritis, hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian teoritis yang mendukung penelitian lebih lanjut dan bermanfaat ilmu 1.4.3. Sebagai bahan bacaan bagi yang berminat mengetahui tentang kurikulum muatan lokal
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Kurikulum Muatan Lokal Menurut pandangan modern, kurikulum bukan hanya sekedar rencana pelajaran. Kurikulum bertitik tolak dari sesuatu yang bersifat aktual yang terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Semua pengalaman belajar yang diperoleh dari sekolah seperti mempelajari berbagai mata pelajaran, melakukan berbagai kegiatan, interaksi sosial di lingkungan sekolah, kerja sama kelompok dan pengalaman kehidupan lainnya tercakup dalam pengertian kurikulum. Atas dasar pandangan tersebut, sekolah dapat dipandang sebagai miniatur masyarakat, karena situasi dalam lingkungan sekolah, nilai-nilai, adat istiadat, semuanya dapat dipelajari di sekolah melalui kurikulum sekolah. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam surat keputusannya No. 060/U/1993, telah ditetapkan kurikulum baru, yang diberlakukan mulai 1994/1995 secara bertahap. Kurikulum pendidikan dasar tersebut berisi tentang dua muatan kurikulum yaitu: muatan kurikulum yang berlaku secara nasional dan muatan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan daerah. Muatan kurikulum yang kedua ini disebut “Kurikulum Muatan Lokal”. Kurikulum muatan lokal adalah salah satu bagian dari kurikulum yang berlaku saat ini, istilah muatan lokal dalam dunia pendidikan di Indonesia secara resmi mulai tahun 1987, melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987, tentang muatan lokal. Kurikulum atau mata pelajaran muatan lokal pada awalnya bukan mata pelajaran yang berdiri sendiri, melainkan materi pelajaran lokal yang dimasukan ke dalam berbagai bidang studi yang relevan. Ibrahim (1990), mengemukakan bahwa “muatan lokal adalah program pendidikan yang isinya dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan perkembangan daerah”. Sejak diberlakukannya kurikulum tahun 1994, muatan lokal menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri, atau tidak lagi diintegrasikan pada mata pelajaran lainnya. Konsep muatan lokal tidak lagi sama seperti tahun 1987, konsep muatan lokal di sini adalah “Bentuk penyelenggaraan pendidikan yang bersifat desentralisasi, sebagai upaya pemerintah untuk lebih meningkatkan
  • 4. 4 relevansi terhadap kebutuhan daerah yang bersangkutan” (Suharsimi Arikunto: 1998). Sedangkan pendapat lainnya mengemukakan bahwa “Kurikulum muatan lokal menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri, berdasarkan pendekatan monolitik” (Usman Wahyudi dan Yatim Riyani : 1995). Pendekatan monolitik bertitik tolak dari pandangan bahwa setiap mata pelajaran mempunyai otonomi masing-masing, ia membawa misi tertentu dalam suatu kesatuan sistem. Jadi pada kurikulum 1994 muatan lokal sudah menjadi bidang studi yang berdiri sendiri, baik bidang studi wajib maupun bidang studi pilihan, atau lebih dikenal dengan muatan lokal wajib dan muatan lokal pilihan. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan muatan lokal tentu saja tidak dapat terlepas dari tujuan umum yang tertera dalam GHBN. Adapun yang langsung dapat dipaparkan dalam muatan lokal atas dasar tujuan tersebut diantaranya adalah: 1. Berbudi pekerti luhur, sopan santun daerah disamping sopan santun nasional. 2. Berkepribadian ; Punya jati diri dan punya kepribadian daerah di samping kepribadian nasional 3. Mandiri : dapat mencukupi diri sendiri tanpa batuan orang lain 4. Terampil, menguasai 10 segi PKK di daerahnya 5. Beretos kerja, cinta akan kerja, makanya dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya. 6. Profesional, mengerjakan kerajinan daerah seperti membatik, membuat anyaman, patung dan sebagainya 7. Produktif, dapat berbuat sebagai produsen dan bukan hanya sebagai konsumen 8. Sehat jasmani dan rohani 9. Cinta lingkungan, dapat menumbuhkan cinta kepada tanah air. 10. Kesetiakawanan sosial, dalam hal bekerja manusia selalu membutuhkan teman kerja, oleh karenanya akan terjadilah situasi kerja sama dan gotong royong. 11. Kreatif –inovatif untuk hidup, karena tidak pernah menyia-nyiakan waktu luang, dan yang bersangkutan menjadi orang ulet, tekun, rajin dan sebagainya 12. Mementingkan pekerjaan yang praktis ; Menghilangkan gaps antara lapangan teori dan praktik 13. Rasa cinta budaya daerah dan budaya nasional.
  • 5. 5 A. Fungsi muatan lokal 1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya, 2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya, 3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional. B. Ruang lingkup Ruang lingkup muatan lokal adalah sebagai berikut: 1. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah. Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan. Kebutuhan daerah tersebut misalnya kebutuhan untuk:  Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah  Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu, sesuai dengan keadaan perekonomian daerah  Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan sehari hari, dan menunjang pemberdayaan individu dalam melakukan belajar lebih lanjut (belajar sepanjang hayat)  Meningkatkan kemampuan berwirausaha
  • 6. 6 2. Lingkup isi/jenis muatan lokal, dapat berupa: bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-ha! yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Secara skematis C. Sumber bahan muatan lokal dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Narasumber  Guru itu sendiri yang mempunyai pengalaman dan keterampilan, misalnya ahli tari, musik, ukir patung dan sebagainya  Peserta didik itu sendiri, yang memiliki keterampilan seperti diatas maupun keterampilan bawaan seperti bertani, berkebun dan sebagainya.  Narasumber lain yang ada di sekitar yang dapat didatangi. 2. Software Yaitu bahan ajar yang terdapat pada berbagai tulisan, seperti: Buku cara bertanam, beternak, cara membuat sesuatu, mungkin juga berbagai film dokumentasi. 3. Hardware Yaitu suatu bahan ajar yang sifatnya dapat diamati, seperti: upacara daerah, peralatan pertanian, alat kesenian, pusaka kerajaan dan sebagainya. 4. Lingkungan Sumber bahan muatan lokal yang ada di sekitar yang bersifat historis, misalnya: museum, monumen, adat istiadat dan sebagainya. 5. Berbagai hasil diskusi oleh berbagai pakar atau nara sumber yang relevan Untuk penentuan bahan muatan muatan lokal perlu adanya pemetaan daerah untuk mengidentifikasi berbagai jenis muatan lokal. Bahan muatan lokal telah ditetapkan oleh Depdikbud sebesar 20 % dari bahan kurikulum keseluruhan dengan harapan dapat memperhatikan:
  • 7. 7  Garis-garis besar program pengajaran yang berlaku.  Sumber daya yang tersedia  Kekhasan lingkungan alam, sosial, budaya dan kebutuhan daerah.  Mobilitas murid  perkembangan dan kemampuan murid  Nara sumber yang ada. Untuk penentuan muatan lokal dari pihak Dinas Depdikbud perlu bekerja sama dengan dengan pemerintah daerah, instansi lain yang terkait, badan swasta dan masyarakat agar muatan lokal dapat diterima sebagaimana mestinya. 6. Sistem Penyampaian Dalam memilih suatu metode mengajar tergantung pada jumlah jenis siswa yang dihadapi Siswa akan terbagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan minat mereka. a. Sifat Bahan Bahan muatan lokal mempunyai ciri khas diantaranya:  Luas dan urutan bahan tidak kaku  Sebagian bahan ajar dapat diberikan secara ekstra kurikuler.  Guru terdiri dari berbagai narasumber yang mungkin berprofesi bukan guru.  Dapat dilaksanakan dengan metode: karya wisata, drill, demonstrasi, bahkan kursus diluar sekolah. b. Media yang tersedia Karena bahan beraneka ragam perlu berbagai media, misalnya: alat pertanian, bengkel, kesenian dan sebagainya, sehingga harus ditopang dana yang cukup c. Kesiapan guru Di lembaga pendidikan tidak guru tidak ada mata kuliah praktik muatan lokal, sehingga perlu penataran guru-guru yang mengajar muatan lokal.
  • 8. 8 d. Waktu pelaksanaan Karena kegiatan ekstra kurikuler pengawasannya sulit dan terbentur dengan biaya dan belum tentu ada kursus yang siap untuk setiap daerah. e. Situasi setempat Situasi setempat bersifat situasional dan kondisional, ada daerah yang kaya muatan lokal dan ada kota-kota besar yang sulit menentukan bahan muatan lokalnya, terutama daerah-daerah elit. D. Kendala dan Rintangan Kendala kurikulum muatan lokal dapat dilihat dari berbagai sudut, antara lain: a) Peserta didik: minat dan kebutuhan peserta didik sangat heterogen. b) G u r u : baik kuantitas maupun kualitas sangat minim, terutama dalam hal Metodologinya c) Administrasi : administrasi kurikulum agak ruwet, penjadwalan ruwet lalu lintas berliku-liku d) Sarana/prasarana : buku belum siap, silabus/ GBPP baru disiapkan, dana kurang Mendukung e) Kurikulum: Setiap daerah mempunyai kurikulum yang berbeda-beda, hal ini sangat menyulitkan bagi siswa pindahan dari luar daerah. 2.2. Pengembangan muatan lokal dan evaluasinya 2.3.1. Pengembangan muatan lokal Bahan muatan lokal dapat tercantum pada intra kurikuler, misalnya mata pelajaran kesenian dan keterampilan, bahasa daerah dan inggris. Sedang bahan muatan lokal yang dilaksanakan secara ekstra kurikuler bahan dikembangkan dari pola kehidupan dalam lingkungannya. Karena bahan muatan lokal sifatnya mandiri dan tidak terikat oleh pusat, maka peranan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam muatan lokal ini sangat menentukan. Untuk pengembangannya, langkah-langkah yang dapat ditempuh:
  • 9. 9 1. Menyusun Perencanaan Muatan Lokal Dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut berbagai unsur atau komponen. Menyusun perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut berbagai sumber, pengajar, metode, media, dana dan evaluasi. Merencanakan bahan muatan lokal yang akan diajarkan antara lain dengan: a. Mengidentifikasikan segala sesuatu yang mungkin dapat dijadikan bahan muatan lokal b. Menseleksi bahan muatan lokal dengan kriteria sebagai berikut :  Sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik.  Tidak bertentangan dengan Pancasila dan aturan adat yang berlaku.  Letaknya terjangkau dari sekolah.  Ada narasumber baik di dalam maupun diluar sekolah.  Bahan/ajaran tersebut merupakan ciri khas daerah tersebut. c. Menyusun GBPP yang bersangkutan d. Mencari sumber bahan yang tertulis maupun yang tidak tertulis e. Mengusahakan sarana/prasarana yang relevan dan terjangkau. 2. Pembinaan dan Pengembangan Muatan Lokal Pembinaan perlu ditangani oleh tenaga-tenaga yang profesional dan dilakukan secara kontinu, karena dalam pelaksanaan di lapangan kadang-kadang siswa lebih mahir dari pada gurunya , karena siswa sudah biasa melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dimaksud, misalnya anak petani, anak pengrajin, bengkel, peternak dan sebagainya, yang akibatnya akan terjadi pembuangan tenaga, waktu dan biaya. 3. Pengembangan Muatan Lokal Ada dua arah pengembangan dalam muatan lokal, yaitu: a. Pengembangan untuk jangka jauh Agar para siswa dapat melatih keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan harapan yang nantinya dapat membantu dirinya, keluarga, masyarakat dan akhirnya membantu
  • 10. 10 pembangunan nusa dan bangsanya. Oleh karena itu perkembangan muatan lokal dalam jangka panjang harus direncanakan secara sistematik oleh sekolah, keluarga, dan masyarakat setempat dengan perantara pakar-pakar pada instansi terkait baik negeri maupun swasta. Untuk muatan lokal di sekolah dasar masih bersifat concentric, kemudian dilaksanakan secara kontinyu di sekolah menengah pertama dan akan terjadi konvergensi di sekolah menengah atas. b. Pengembangan untuk jangka pendek Perkembangan muatan lokal dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh sekolah setempat dengan cara menyusun kurikulum muatan lokal kemudian menyusun GBPP-nya dan direvisi setiap saat. Dalam Pengembangan selanjutnya ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Perluasan muatan lokal Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang ada di daerah itu yang terdiri dari berbagai jenis muatan lokal misalnya: pertanian, kalau sudah dianggap cukup ganti peternakan, perikanan, kerajinan dan sebagainya. Siswa cukup diberi dasar-dasarnya saja dari berbagai muatan lokal sedang pendalamannya dilaksanakan pada periode berikutnya. 2. Pendalaman muatan lokal Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang sudah ada kemudian diperdalam sampai mendalam, misalnya masalah pertanian dibicarakan dan dilaksanakan mengenai bagaimana cara memupuk, memelihara, mengembangkan, pemasarannya dan sebagainya. Oleh karena itu pelajaran ini diberikan pada siswa yang telah dewasa. Berhasil tidaknya pengembangan di sekolah tergantung pada: 1) Kekreativan guru. 2) Kesesuaian program 3) Ketersediaan sarana dan prasarana 4) cara pengelolaan 5) Kesiapan siswa 6) Partisipasi masyarakat setempat
  • 11. 11 7) Pendekatan kepala sekolah dengan nara sumber dan instansi terkait Adapun cara menentukan bahan pelajaran muatan lokal untuk satu bidang studi dapat dilaksanakan dengan empat cara: a. Bagi bidang studi yang sudah punya GBPP, disusun pokok bahasan/ sub pokok bahasan, kemudian dipilih bahan mana yang berkriteria muatan lokal. b. GBPP yang telah dipilih, sesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat. c. Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dijadikan sumber sebagai GBPP yang mungkin sesuai dengan GBPP atau tidak sesuai dengan GBPP yang telah ada. d. Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dipilih unsur-unsurnya yang perlu dimasukan dalam program pendidikan kemudian dibuat GBPP. 2.3.2. Evaluasi dalam Muatan Lokal Ada dua macam evaluasi dalam pelaksanaan Muatan Lokal: 1. Evaluasi Program Muatan Lokal Untuk Evaluasi program muatan lokal ada tiga langkah sebagai berikut: A. Reflektif Evaluation Program muatan lokal sebelum dilaksanakan di lapangan, dievaluasi terlebih dahulu konsepnya yang berdasar teori, pengalaman, berbagai hasil penelitian argumentasi, pengarahan para pakar dan pejabat. B. Formative Evaluation Yaitu mengevaluasi pada program muatan lokal pada waktu program tersebut baru dilaksanakan. Oleh karena itu perlu dilakukan:  Diadakan tri-out pada beberapa sekolah yang dianggap mewakili sekolah lain di daerah tersebut, sehingga dapat ditemukan kendala pelaksanaannya.  Perlu tidaknya revisi program sesuai dengan kenyataannya.
  • 12. 12  Setelah revisi baru diadakan desiminasi (perluasan) ke sekolah lain yang mempunyai program muatan lokal sejenis. Para evaluatornya terdiri dari: para konseptor, guru, supervisor dan narasumber yang relevan. E. Summative Evaluation Summative evaluation adalah mengevaluasi setelah program tersebut selesai dilaksanakan secara menyeluruh. Yang di evaluasi adalah berbagai kegiatan yang ada pada program tersebut sesuai dengan tujuan yang telah digariskan. 2. Evaluasi hasil belajar Muatan Lokal Evaluasi hasil belajar mutan lokal bagi pokok bahasan yang sesuai dengan GBPP cara evaluasinya telah diatur oleh Depdiknas, misalnya bidang studi: kesenian, keterampilan, bahasa dan sebagainya. Cara penilaiannya lebih banyak menggunakan pengamatan baik untuk hasil maupun proses. Skor tidak berupa angka, tetapi cukup dengan predikat: baik sekali, baik, sedang, atau kurang. Dan tidak ikut menentukan IP siswa.
  • 13. 13 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Kurikulum muatan lokal ialah program pendidikan yang media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid di daerah tersebut. Kurikulum muatan lokal diberikan bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum di dalam GBHN. Sumber bahan muatan lokal dapat diperoleh dari banyak sumber antara lain dari narasumber, pengalaman lingkungan, hasil diskusi dari para ahli yang relevan dan sebagainya. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut berbagai unsur atau komponen. Menyusun perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut berbagai aspek, antara lain: sumber bahan ajar, pengajar, metode, media, dana dan evaluasi Sebagai salah satu kurikulum baru dalam dunia pendidikan Muatan lokal dalam pembelajarannya banyak ditemukan kendala dan rintangan yang ditemukan antara lain dari segi: peserta didik, guru, administrasi, sarana dan prasarana, bahkan kurikulumnya sendiri. Tetapi kendala tersebut lambat laun dapat di minimalisir dengan berbagai metode antara lain dengan mengadakan pelatihan bagi para pengajar, lebih memantapkan GBPP, dengan evaluasi yang berkesinambungan dan sebagainya. Muatan lokal perlu untuk diberikan kepada peserta didik agar peserta didik lebih mengetahui dan mencintai budaya daerahnya sendiri, berbudi pekerti luhur, mandiri, kreatif dan profesional yang pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa cinta kepada budaya tanah air. 3.2. Saran 3.2.1. Dengan membaca makalah ini diharapkan pengetahuan mahasiswa semakin bertambah dan tidak hanya berpatokan pada isi makalah ini, tetapi lebih ingin mencari tahu lebih dalam lagi tentang kurikulum muatan lokal. 3.2.2. Penulis lebih mengembangkan isi makalah.
  • 14. 14 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Idi. 2011. “Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik”. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. Dakir, Prof. Dr H. 2004. “Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum”. Jakarta : Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2007. “Manajemen Pengembangan Kurikulum”. Bandung : Rosda Hamalik, Oemar. 2008. “Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum”. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Haryati, Mimin. 2006. “Model dan Teknik Penilaian Pada tingkat Satuan Pendidikan”. Jakarta : Gaung persada pers. Nana, Sukmadinata. 1988. “Prinsip Dan Landasan Pngembangan Kurikulum”. Jakarta : Depdikbud, P2LPTK. Purwanto, Ngalim. 2012. “Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran”. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Sukendra, I Komang. 2012. “Materi Kuliah Kurikulum SMA”. Bahan Ajar (tidak diterbitkan). Denpasar : IKIP PGRI Bali. Tirtarahardja, Umar. 2005. “Pengantar Pendidikan”. Jakarta : Rineka Cipta. UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Sinar Grafika, Jakarta