Manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. "S" dengan preeklampsia berat di Desa Kontunaga, Kabupaten Muna dibahas dalam 3 kalimat. Preeklampsia merupakan penyebab kematian ibu kedua terbesar di dunia. Studi kasus ini bertujuan menjelaskan manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu hamil tersebut. Metode yang digunakan adalah studi pustaka, studi kasus, dan
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan post partum pada Ny. R yang mengalami atonia uteri di BPS Bunda Delima. Dokumen ini merupakan karya tulis ilmiah yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha.
Manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. "S" dengan preeklampsia berat di Desa Kontunaga, Kabupaten Muna dibahas dalam 3 kalimat. Preeklampsia merupakan penyebab kematian ibu kedua terbesar di dunia. Studi kasus ini bertujuan menjelaskan manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu hamil tersebut. Metode yang digunakan adalah studi pustaka, studi kasus, dan
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan post partum pada Ny. R yang mengalami atonia uteri di BPS Bunda Delima. Dokumen ini merupakan karya tulis ilmiah yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha.
Studi kasus ini membahas asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan perawatan tali pusat terhadap Bayi Ny. M usia 2 hari di BPM Maria Suroso Bandar Lampung tahun 2015. Tujuannya adalah memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan perawatan tali pusat. Objek yang diambil adalah satu bayi baru lahir yaitu Bayi Ny. M usia 2 hari. Hasilnya, penul
Studi kasus ini membahas manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan intranatal pada seorang ibu bersalin bernama NY "Y" dengan diagnosis anemia sedang di BPS Arafat Tampo Kabupaten Muna pada tanggal 4 April 2015. Tujuannya adalah untuk mengetahui pelaksanaan manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan intranatal pada ibu hamil dengan diagnosis anemia sedang.
Dokumen tersebut merupakan karya tulis ilmiah tentang manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny. M berusia 3 hari dengan diagnosis infeksi tali pusat di Puskesmas Parigi, Muna. Karya tulis ini membahas latar belakang masalah, tujuan studi, metode yang digunakan, hasil studi kasus yang menunjukkan kondisi bayi membaik setelah menerima asuhan, serta kesimpulan dan saran.
Karya tulis ilmiah ini membahas manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia berat. Anemia merupakan masalah kesehatan penting karena berkontribusi besar pada kematian ibu. Studi kasus dilakukan pada ibu bernama N di BPS Arafat selama 9-29 April 2015. Tujuan studi ini adalah untuk menerapkan manajemen kebidanan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi asu
Studi ini mengidentifikasi penyebab kematian bayi di rumah sakit umum kabupaten Muna tahun 2014-2015. Penelitian deskriptif ini menggunakan sampel 59 bayi yang meninggal dan menemukan bahwa penyebab utama kematian adalah BBLR (75,48%), diikuti sepsis neonatorum (50,95%), gangguan pernafasan (37,74%), dan asfiksia (33,97%). Studi ini menyimpulkan bahwa tingkat kematian bayi di rumah sak
Karya tulis ilmiah ini membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI. Bendungan ASI dapat terjadi karena beberapa faktor seperti pengosongan payudara yang tidak sempurna, hisapan bayi yang tidak aktif, posisi menyusui yang tidak benar, dan kelainan pada puting susu. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan asuhan kebidanan sesuai standar pada ibu nifas tersebut di BPS
Studi kasus ini membahas manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu hamil bernama S dengan diagnosis anemia berat di Puskesmas Wakobalu, Kabupaten Muna. Anemia merupakan masalah kesehatan penting yang dapat membahayakan ibu dan janin. Prevalensi anemia di Indonesia masih tinggi, termasuk di Sulawesi Tenggara.
Karya tulis ilmiah ini membahas manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny. I usia 3 hari dengan diagnosis sepsis neonatorum di RSUD Kabupaten Muna selama 12-14 Mei 2015. Dokumen ini menjelaskan latar belakang, tujuan, metode studi kasus, hasil observasi dan evaluasi, serta kesimpulan dan saran.
Karya tulis ini membahas asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan masalah puting susu tenggelam. Ibu yang menjadi kasus adalah Ny. N umur 26 tahun pada hari ke-1 post partum di BPS Hasmiati Kemiling Bandar Lampung. Penulis menganalisis pola asuhan kebidanan yang diberikan meliputi pengkajian, diagnosa, tindakan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tujuannya adalah mampu memberikan asu
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY.“W” HIPEREM...Warnet Raha
Manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada Ny. W dengan hiperemesis gravidarum tingkat II di Puskesmas Dana Kelurahan Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna mulai tanggal 10 s.d 15 Mei 2015. Studi kasus ini menggunakan metode studi kasus, dokumentasi, dan diskusi untuk melaksanakan manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum tingkat II. Hasil evaluasi setelah 5 hari perawatan
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFI...Warnet Raha
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFIKSIA SEDANG
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA
TANGGAL 29 APRIL S.D 1 MEI
TAHUN 2015
Karya Tulis
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “M” DENGAN INFE...Warnet Raha
Dokumen tersebut merupakan karya tulis ilmiah tentang manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi bernama M yang berusia 3 hari dengan diagnosis infeksi tali pusat di wilayah kerja Puskesmas Parigi, Kabupaten Muna selama periode 24-28 April 2015. Karya tulis ini membahas latar belakang masalah, tujuan studi, metode yang digunakan, hasil studi kasus, kesimpulan dan saran.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny. R dengan asfiksia sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna. Asuhan yang diberikan meliputi pengkajian, identifikasi masalah, rencana asuhan, implementasi, evaluasi, dan pendokumentasian selama 3 hari perawatan. Hasilnya adalah kondisi asfiksia bayi dapat teratasi dan keadaannya membaik.
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI ...Warnet Raha
Karya tulis ini membahas manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny. "H" dengan berat badan lahir rendah di rumah sakit kabupaten Muna selama 3 hari. Latar belakang tingginya angka kematian bayi di Sulawesi Tenggara dan banyaknya kasus bayi berat badan lahir rendah di rumah sakit tersebut. Penulis melakukan studi kasus, literatur dan dokumentasi untuk merencanakan dan mendokumentas
Kti sri wahyu ningsih akbid paramata rahaWarnet Raha
Karya tulis ilmiah ini membahas manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny. "W" dengan asfiksia sedang di bidan praktek swasta Kabupaten Muna. Tujuannya adalah melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi tersebut dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah Varney dan pendokumentasian. Hasilnya adalah setelah diberikan asuhan selama 3 hari, kondisi asfiksia bayi d
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan masalah bendungan ASI. Ibu nifas bernama Ny. M dirawat di Puskesmas Kabawo selama 4 hari mulai 25-28 April 2015. Dokumen ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan DIII Kebidanan.
Studi kasus ini membahas asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan perawatan tali pusat terhadap Bayi Ny. M usia 2 hari di BPM Maria Suroso Bandar Lampung tahun 2015. Tujuannya adalah memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan perawatan tali pusat. Objek yang diambil adalah satu bayi baru lahir yaitu Bayi Ny. M usia 2 hari. Hasilnya, penul
Studi kasus ini membahas manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan intranatal pada seorang ibu bersalin bernama NY "Y" dengan diagnosis anemia sedang di BPS Arafat Tampo Kabupaten Muna pada tanggal 4 April 2015. Tujuannya adalah untuk mengetahui pelaksanaan manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan intranatal pada ibu hamil dengan diagnosis anemia sedang.
Dokumen tersebut merupakan karya tulis ilmiah tentang manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny. M berusia 3 hari dengan diagnosis infeksi tali pusat di Puskesmas Parigi, Muna. Karya tulis ini membahas latar belakang masalah, tujuan studi, metode yang digunakan, hasil studi kasus yang menunjukkan kondisi bayi membaik setelah menerima asuhan, serta kesimpulan dan saran.
Karya tulis ilmiah ini membahas manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia berat. Anemia merupakan masalah kesehatan penting karena berkontribusi besar pada kematian ibu. Studi kasus dilakukan pada ibu bernama N di BPS Arafat selama 9-29 April 2015. Tujuan studi ini adalah untuk menerapkan manajemen kebidanan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi asu
Studi ini mengidentifikasi penyebab kematian bayi di rumah sakit umum kabupaten Muna tahun 2014-2015. Penelitian deskriptif ini menggunakan sampel 59 bayi yang meninggal dan menemukan bahwa penyebab utama kematian adalah BBLR (75,48%), diikuti sepsis neonatorum (50,95%), gangguan pernafasan (37,74%), dan asfiksia (33,97%). Studi ini menyimpulkan bahwa tingkat kematian bayi di rumah sak
Karya tulis ilmiah ini membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI. Bendungan ASI dapat terjadi karena beberapa faktor seperti pengosongan payudara yang tidak sempurna, hisapan bayi yang tidak aktif, posisi menyusui yang tidak benar, dan kelainan pada puting susu. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan asuhan kebidanan sesuai standar pada ibu nifas tersebut di BPS
Studi kasus ini membahas manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu hamil bernama S dengan diagnosis anemia berat di Puskesmas Wakobalu, Kabupaten Muna. Anemia merupakan masalah kesehatan penting yang dapat membahayakan ibu dan janin. Prevalensi anemia di Indonesia masih tinggi, termasuk di Sulawesi Tenggara.
Karya tulis ilmiah ini membahas manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny. I usia 3 hari dengan diagnosis sepsis neonatorum di RSUD Kabupaten Muna selama 12-14 Mei 2015. Dokumen ini menjelaskan latar belakang, tujuan, metode studi kasus, hasil observasi dan evaluasi, serta kesimpulan dan saran.
Karya tulis ini membahas asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan masalah puting susu tenggelam. Ibu yang menjadi kasus adalah Ny. N umur 26 tahun pada hari ke-1 post partum di BPS Hasmiati Kemiling Bandar Lampung. Penulis menganalisis pola asuhan kebidanan yang diberikan meliputi pengkajian, diagnosa, tindakan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tujuannya adalah mampu memberikan asu
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY.“W” HIPEREM...Warnet Raha
Manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada Ny. W dengan hiperemesis gravidarum tingkat II di Puskesmas Dana Kelurahan Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna mulai tanggal 10 s.d 15 Mei 2015. Studi kasus ini menggunakan metode studi kasus, dokumentasi, dan diskusi untuk melaksanakan manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum tingkat II. Hasil evaluasi setelah 5 hari perawatan
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFI...Warnet Raha
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFIKSIA SEDANG
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA
TANGGAL 29 APRIL S.D 1 MEI
TAHUN 2015
Karya Tulis
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “M” DENGAN INFE...Warnet Raha
Dokumen tersebut merupakan karya tulis ilmiah tentang manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi bernama M yang berusia 3 hari dengan diagnosis infeksi tali pusat di wilayah kerja Puskesmas Parigi, Kabupaten Muna selama periode 24-28 April 2015. Karya tulis ini membahas latar belakang masalah, tujuan studi, metode yang digunakan, hasil studi kasus, kesimpulan dan saran.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny. R dengan asfiksia sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna. Asuhan yang diberikan meliputi pengkajian, identifikasi masalah, rencana asuhan, implementasi, evaluasi, dan pendokumentasian selama 3 hari perawatan. Hasilnya adalah kondisi asfiksia bayi dapat teratasi dan keadaannya membaik.
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI ...Warnet Raha
Karya tulis ini membahas manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny. "H" dengan berat badan lahir rendah di rumah sakit kabupaten Muna selama 3 hari. Latar belakang tingginya angka kematian bayi di Sulawesi Tenggara dan banyaknya kasus bayi berat badan lahir rendah di rumah sakit tersebut. Penulis melakukan studi kasus, literatur dan dokumentasi untuk merencanakan dan mendokumentas
Kti sri wahyu ningsih akbid paramata rahaWarnet Raha
Karya tulis ilmiah ini membahas manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny. "W" dengan asfiksia sedang di bidan praktek swasta Kabupaten Muna. Tujuannya adalah melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi tersebut dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah Varney dan pendokumentasian. Hasilnya adalah setelah diberikan asuhan selama 3 hari, kondisi asfiksia bayi d
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan masalah bendungan ASI. Ibu nifas bernama Ny. M dirawat di Puskesmas Kabawo selama 4 hari mulai 25-28 April 2015. Dokumen ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan DIII Kebidanan.
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...Warnet Raha
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI DENGAN SEPSIS NEONATORUM
DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MUNA
TANGGAL 12 S.D 14 MEI 2015
Karya Tulis
Karya tulis ilmiah ini membahas asuhan keperawatan anak berusia pra sekolah dengan diagnosis marasmus di ruang rawat inap rumah sakit. Tulisan ini menjelaskan latar belakang, tujuan, metode dan hasil evaluasi asuhan keperawatan yang diberikan selama 4 hari.
Karya tulis ilmiah ini membahas asuhan keperawatan anak berusia pra sekolah dengan diagnosis marasmus di rumah sakit. Terdapat delapan masalah keperawatan yang diidentifikasi melalui pengkajian dan empat masalah teratasi setelah empat hari perawatan. Evaluasi berkelanjutan diperlukan untuk memastikan pemulihan pasien.
IDENTIFIKASI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ...Warnet Raha
Karya tulis ilmiah ini membahas identifikasi penyebab kematian bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014-2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab utama kematian bayi selama periode tersebut melalui studi dokumen rekam medis bayi yang meninggal. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan upaya pencegahan kematian bayi di masa datang.
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...Warnet Raha
Dokumen tersebut membahas manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada seorang ibu hamil bernama Ny. S yang mengalami anemia berat di Puskesmas Wakobalu. Terdapat penjelasan mengenai latar belakang, ruang lingkup, tujuan, manfaat, dan metode telaah serta sistematika penulisan yang digunakan.
Dokumen tersebut membahas manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada seorang ibu hamil bernama Ny. S yang mengalami anemia berat di Puskesmas Wakobalu. Terdapat penjelasan mengenai latar belakang, ruang lingkup, tujuan, manfaat, dan metode telaah serta sistematika penulisan yang digunakan.
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY. “H” DENGA...Warnet Raha
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
INTRANATAL PADA NY. “H” DENGAN PRESENTASE BOKONG
DI BIDAN PRAKTEK SWASTA FERA KABUPATEN MUNA
TANGGAL 25 S.D. 26 MARET 2015
Karya Tulis
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN ASFI...Warnet Raha
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI NY. “D” DENGAN ASFIKSIA SEDANG
DI RUANG TERATAI RSUD KAB. MUNA
TANGGAL 29 APRIL S.D 01 MEI 2015
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. H DENGAN PERDAR...Warnet Raha
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI NY. H DENGAN PERDARAHAN TALI PUSAT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARIGI KAB. MUNA
TANGGAL 8 s/d 9 MEI 2015
Karya tulis ilmiah ini membahas tentang studi pengetahuan ibu tentang manfaat KMS balita di wilayah kerja Puskesmas Batalaiworu Kabupaten Muna tahun 2016. Latar belakang penelitian ini adalah masih rendahnya pengetahuan ibu tentang pemanfaatan KMS balita di wilayah tersebut berdasarkan hasil survei awal tahun 2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang man
Karya tulis ilmiah ini membahas tentang manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan asfiksia ringan di BPM Sakinah Kabupaten Muna tahun 2016. Asfiksia merupakan salah satu penyebab utama kematian neonatal dini di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan penanganan awal pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan di BPM Sakinah Kabupaten Muna tahun 2016. Metode yang dig
Kelurahan Laiworu dan Kelurahan Wamponiki melaksanakan kegiatan bhabinkamtibmas pada bulan September 2015. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan menjaga ketertiban serta kenyamanan lingkungan. Masyarakat diajak bekerja sama dengan aparat keamanan untuk mencegah terjadinya tindak kriminal di kedua kelurahan.
Bhabinkamtibmas di Kelurahan Laiworu melakukan beberapa kegiatan antara lain patroli rutin di lingkungan kelurahan untuk mencegah terjadinya tindak kriminal, melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya kerjasama masyarakat dalam menjaga ketertiban dan ketenteraman, serta melakukan pengawasan terhadap tempat-tempat yang rawan kejahatan.
Ekosistem padang lamun memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dari ekosistem mangrove dan terumbu karang. Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang mampu beradaptasi hidup di perairan laut dengan memiliki akar, daun, dan pembuluh. Lamun membentuk hamparan vegetasi yang luas dan memiliki peran penting dalam ekosistem perairan pesisir.
Cinderella is a story about a girl named Cinderella who is mistreated by her stepmother and stepsisters. She dreams of attending the prince's ball but is unable to go. With the help of a fairy godmother, Cinderella is able to go to the ball in a magical coach and dress. At midnight, she flees the ball, losing one of her glass slippers. The prince searches for the girl whose foot fits the slipper and finds Cinderella. They get married and live happily ever after.
Pemerintah Kabupaten Muna meminta Panitia Penerima Hasil Pekerjaan untuk melakukan serah terima akhir atas pekerjaan pembangunan drainase dan duiker lingkungan III Wamponiki yang dilaksanakan oleh CV. Sinar Linda pada tanggal 25 Agustus 2014.
Dokumen ini merangkum manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan antenatal pada Ny. I yang menderita preeklampsia berat di Desa Ghonsume, Kecamatan Duruka, Kabupaten Muna dari 14 April hingga 28 April 2015. Laporan ini disusun oleh Sitti Nurjannah sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
Dokumen tersebut menjelaskan 99 nama-nama Allah SWT beserta artinya. Nama-nama tersebut mencakup makna-makna seperti Yang Maha Pemurah, Yang Maha Adil, Yang Maha Mengetahui, dan Yang Maha Esa. Nama-nama tersebut merupakan ungkapan dari sifat-sifat dan keagungan Allah SWT.
Global warming will have significant impacts on forests, reefs, deserts, and storms according to the article. The Amazon forest could lose 30-60% of its area and become dry grasslands by 2050 due to warming and deforestation. The Great Barrier Reef may completely disappear within 20 years as rising sea levels from climate change drown the coral. Climate models predict that the Sahara desert could transform back into a lush grassland like it was 12,000 years ago if rainfall increases. While it's unclear if global warming caused any single storm, models indicate that hurricanes will likely become stronger and more destructive due to rising ocean temperatures caused by climate change.
Acara radio membahas penyakit HIV/AIDS, penyebabnya (virus HIV), dan cara penularannya (darah, cairan kelamin, jarum suntik). Narasumber memberikan saran untuk mencegahnya seperti menjauhi seks bebas dan narkoba, serta meningkatkan iman.
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...Muhammad Nur Hadi
Jurnal "Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ayat 26 dan 32 dan Surah Al-Hujurat Ayat 13), Ditulis oleh Muhammmad Nur Hadi, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hadist di UIN SUSKA RIAU.
1. i
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN
PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDANG
DI BPS BUNDA AMUD KABUPATEN MUNA
TANGGAL 20 S.D. 22APRIL 2015
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh
Fidartin
2012.IB.0046
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2015
2. ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
pada Bayi Ny.”L” dengan Asfiksia Sedang
di BPS Bunda Amud Kabupaten Muna
Tanggal 20 s.d. 22 April 2015
Telah disetujui dan diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Lis Hadriwati, S.ST Nasaruddin, SKM., M.Si
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
3. iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. Wa Ode Siti Asma, S.ST., M.Kes (.............................................)
2. Lis Hadriwati, S.ST
(..............................................)
3. Nasaruddin, SKM., M.Si (..............................................)
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Lis Hadriwati, S.ST Nasaruddin, SKM., M.Si
Mengetahui,
DirekturAkbid ParamataRaha
KabupatenMuna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes
4. iv
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
Nama : Fidartin
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Labuan, 12 Mei 1994
Agama : Islam
Alamat lengkap : Labuan, Kabupaten Buton Utara,
Provinsi Sulawesi Tenggara
B. Identitas Orang Tua
Nama Ayah / Ibu : Fiudin, S.Pd / Farida
Pekerjaan : PNS/ Wiraswasta
Alamat lengkap : Labuan, Kabupaten Buton Utara,
Provinsi Sulawesi Tenggara
C. Riwayat pendidikan
1. Lulus SDN 2 Meleui : Tahun 2006
2. Lulus SMPN 1 Wakorumba Utara : Tahun2009
3. Lulus SMAN 1 Wakorumba Utara : Tahun 2012
4. Sejak tahun 2012 mengikuti pendidikan D3 Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna sampai sekarang
5. v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Ny.
L dengan Aasfiksia Sedang di BPS Bunda Amud”. Karya tulis ini disusun dengan
maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan Akademi
Kebidanan Paramata Raha.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak , Karya Tulis Ilmiah ini tidak sdapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes., selaku Ketua Yayasan Akademi Kebidanan
Paramata RahaKabupaten Muna
2. Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes., selaku Direktur Akademi Kebidanan
Paramata Raha, Kabupaten Muna
3. Wa Ode Sitti Asma,S.ST., M.Kes., selaku Pudir I di Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna sekaligus penguji dalam ujian Karya Tulis
Ilmiah atas keikhlasan dan bimbingannya yang sangat berharga dan tiada henti.
4. Lis Hadriwati, S.ST., selaku pembimbing I atas kesediaannya, baik berupa
waktu, bimbingan, motivasi, petunjuk, pengarahan, dan dorongan moril yang
begitu sangat berharga.
5. Nasaruddin., SKM., M.Si selaku pembimbing II atas kesediaannya, baik
berupa waktu, bimbingan, motivasi, petunjuk, pengarahan dan dorongan moril
yang begitu sangat berharga.
6. vi
6. Ny. L yang telah bersedia jadi pasien dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Seluruh Dosen / Staff Prodi DIII Kebidanan Paramata atas bantuan yang telah
diberikan
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
9. Terima kasih juga pada teman-teman seperjuangan saya Li Made, Lia Cantik,
Riska Ceria, Septi Centil (3C), Aisyah, Nia, serta Anak Fatrrine (Fani, Amna,
Tititen, Risna, Rina, Ila, Nofri dan Made), yang telah memberikan bantuan
dana kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Raha,Juli 2015
Penulis
7. vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................i
Lembar Persetujuan.................................................................................................ii
Lembar Pengesahan................................................................................................iii
Riwayat Hidup........................................................................................................iv
Kata Pengantar.........................................................................................................v
Daftar Isi................................................................................................................vii
Daftar Tabel............................................................................................................ix
Bab I Pendahuluan.................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Ruang Lingkup Pembahasan................... ................................................5
C. Tujuan Telaah...........................................................................................5
D. Manfaat Telaah.........................................................................................6
E. Metode Telaah......................................... ................................................7
F. Sistematika Penulisan...............................................................................8
Bab II Tinjauan Pustaka.....................................................................................11
A. Telaah Pustaka............... ........................................................................11
B. Konsep Manajemen Kebidanan..............................................................29
1. Pengertian........................................................................................30
2. Pedoman Penerapan.........................................................................31
3. Langkah-langkah Manajemen.........................................................41
4. Pendokumentasian...........................................................................46
Bab III Studi Kasus..............................................................................................48
A. Pengumpulan Data Dasar.......................................................................48
B. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual...................................................52
C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial............................. ..................54
D. Tindakan Segera/Kolaborasi...................................................................56
E. Rencana Asuhan.....................................................................................56
F. Pelasanaan Asuhan.................................................................................62
G. Evaluasi...................................................................................................67
H. Pendokumentasian..................................................................................68
vii
8. viii
Bab IV Pembahasan.............................................................................................82
Bab V Penutup......................................................................................................90
A. Kesimpulan.............................................................................................90
B. Saran.......................................................................................................92
Daftar Pustaka......................................................................................................93
Lampiran-Lampiran
9. ix
INTISARI
Fidartin (2012.IB.0046), “Manajemen Dan Pendokumentasian Asuhan
Kebidanan Pada Bayi Ny “L” Dengan Asfiksia Sedang di Bps Bunda Amud
Kabupaten Muna Tanggal 20 S.D.22April2015
Latar belakang : Angka kematian bayi di Indonesia masih sangat tinggi yaitu
32/1.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebabnya adalah asfiksia. Asfiksia adalah
keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Asfiksia sedang memerlukan penanganan yang segera agar
bayi dapat bertahan hidup.
Tujuan : Mampu mengumpulkan dan menganalisis data dasar, merumuskan
diagnosa/masalah aktual, merumuskan diagnosa/masalah potensial,
mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi, merencanakan asuhan
kebidanan, melaksanankan tindakan asuhan kebidanan, mengevaluasi keefektifan
hasil asuhan, mampu mendokumentasikan dan menganalisi kesenjangan serta
memecahkan masalah jika terdapat kesenjangan antara praktek dan teori pada bayi
Ny “L” dengan asfiksia sedang.
Metode : Jenis laporan studi kasus menggunakan metode deskriptif, lokasi studi
kasus di Bps Bunda Amud waktu pada tanggal 20-22April 2015, subyek studi
kasus bayi Ny.”L” dengan Asfiksia Sedang, intrumen yang digunakan adalah
format asuhan kebidanan, tehnik pengumpulan data menggunakan data sekunder
(wawancara dan observasi) dan data primer (studi dokumetasi dan kepustakaan).
Hasil : Dari pengkajian pada bayi Ny. “L” dengan asfiksia sedang diketahui nilai
APGAR skor pada menit pertama yaitu 6, warna tubuh kemerahan ekstremitas
kebiruan, hidung dan mulut terdapat secret,mulut kebiruan dan aktifitas kurang.
Asuhan yang diberikan yaitu menjaga kehangatan bayi, mengatur posisi kepala
bayi sedikit ekstensi, menghisap lendir kedalam rongga mulut dan hidung,
mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil, mengatur kembali
posisi kepala bayi, melakukan penilaian pada menit kelima. Setelah diberikan
asuhan selama 3 hari kondisi asfiksia dapat teratasi dan kondisi bayi normal
dengan keadaan umum bayi baik.
Kesimpulan: Asuhan kebidanan pada bayi Ny “L” dengan asfiksia sedang dalam
pelaksanaany ditemukan kesenjangan.
Kata kunci : Asuhan Kebidanan Bayi Asfiksia Sedang
Daftar Pustaka : 18 (2008-2015)
10. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organitation (WHO) merupakan salahsatu
indikator dalam menentukan derajat kesehatan. Sekitar 75% terjadi pada minggu
pertama kehidupan dan antara 25% sampai 45% kematian tersebut terjadi dalam
24 jam pertama kehidupan seorang bayi. Penyebab utama kematian bayi baru lahir
di dunia antara lain bayi lahir prematur 29%, sepsis dan pnemonia 25% serta 23%
lain merupakan bayi lahir dengan Asfiksia dan trauma. Asfiksia lahir menepati
penyebab kematian bayi ke 3 di dunia dalam periode awal kehidupan.
Angka kematian bayi di Indonesia menduduki peringkat tertinggi ketiga
di antara negara-negara ASEAN. Walaupun demikian, angka kematian bayi di
Indonesia masih cukup tinggi dibanding di negara ASEAN lainnya, seperti
Singapura, Malasya, Thailand, dan Filipina. Tahun 2005 per 1.000 kelahiran
hidup sebesar 4 di Singapura, sebesar 12 di Malasya, sebesar 38 di Filipina, di
Indonesia menurut SKRT tahun 2005 sekitar 54 per kelahiran hidup (Depkes RI,
2007). Pada tahun 2003 angka tersebut mengalami penurunan yaitu menjadi 32
per 1.000 kelahiran hidup, akan tetapi angka ini masih jauh dari target pencapaian
2010 yaitu 15 per 1.000 kelahiran hidup (Saifudin 2012).
Di Indonesia angka kematian neonatal sebesar 25 per 1.000 kelahiran
hidup dan angka kematian neonatal dini (0-7) sebesar 15 per 1.000 kelahiran
hidup. Dari hasil survey demografi kesehatan Indonesia pada tahun 2007
1
11. 2
penyebab utama kematian neonatal dini adalah Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) (35%), asfiksia (35%), tetanus (31,4%). Angka tersebut cukup
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap mordibitas dan mortalitas bayi
baru lahir (Wijaya, 2009).
Sementara WHO menjelaskan bahwa asfiksia neonatus merupakan
urutan pertama penyebab kematian neonatus dinegara berkembang pada tahu 2007
yaitu sebesar 21,1%, setelah itu pneumonia dan tetanus neonatorum masing-
masing sebesar 19,0% dan 14,1%. Dilaporkan kematian neonatal adalah asfiksia
neonatus (33%), prematuritas (10%), BBLR (19%).
Kejadian kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu
sampai hari ke-7 setelah persalinan, pada umumnya disebabkan oleh tetanus
neonatorum, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan penyebab lainnya seperti
pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kurangnya oksigen
dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan pada saat
lahir atau beberapa saat setelah lahir (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tenggara, 2012).
Pada umumnya, sekitar 90% bayi baru lahir cukup dilakukan perawatan
rutin saja, kira-kira 10% bayi baru lahir memerlukan beberapa bantuan untuk
memulai pernapasan dan hanya kira-kira 1% yang memerlukan resusitasi lengkap
untuk kelangsungan hidup. Untuk dapat melakukan antisipasi dari kemungkinan
terjadinya asfiksia, penolong harus memahami kondisi-kondisi (gawat janin) yang
mendahuluinya, sehingga dapat melakukan persiapan tindakan resusitasi
(Indrayani, 2013).
12. 3
Asfiksia neonatorum ialah dimana keadaan bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah bayi lahir. Akibatnya asfiksia akan bertambah
buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang
akan dilakukan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul (Marie, 2013).
Asfiksia adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan
meningkatkan CO2. Adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2dari
ibu ke janin maka hal ini dapat menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut (Atikah, 2010).
Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32/1.000 kelahiran hidup
dan kematian balita adalah 40/1.000 kelahiran hidup dan mayoritas kematian bayi
terjadi pada neonatus (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012).
Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) Angka Kematian Bayi (AKB)
turun menjadi 23/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Untuk mencapai target
tersebut perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja sama antara tenaga
kesehatan (Depkes RI, 2010).
Jumlah kematian bayi di Sulawesi Tenggara tahun 2013–2015 cenderung
berfluktuasi. Pada tahun 2013 jumlah kematian bayi 587 tertinggi terjadi di
Kabupaten Muna 79 orang, menyusul Kabupaten Kolaka 67 orang dan Konawe
Selatan 59 orang. Tahun 2011 jumlah kematian bayi mengalami peningkatan yang
cukup tinggi yaitu mencapai jumlah 1.166 kematian bayi.Kejadian kematian bayi
dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu sampai hari ke-7 setelah persalinan
13. 4
(masa perinatal), pada umumnya disebabkan oleh Tetanus Neonatorum, Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), dan penyebab lain seperti pertumbuhan janin yang
lambat, kekurangan gizi pada janin, kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia
intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan saat lahir atau beberapa saat
setelah lahir / asfiksia lahir (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun,
2012).
Data khusus yang diperoleh dari Medikal Record (Rekam Medis) di
kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Muna, pada tahun 2012 dari bulan Januari
sampai Desember tercatat jumlah bayi baru lahir berkisar 5.706 orang, jumlah
bayi yang Asfiksia berkisar 46 orang. Pada tahun 2013 dari Januari sampai
Desember tercatat jumlah bayi baru lahir 5.897 orang, jumlah bayi Asfiksia
berkisar 46 orang dan pada tahun 2014 dari bulan Januari sampai Desember
jumlah bayi baru lahir 5.647 orang, jumlah bayi yang Asfiksia berkisar 11 orang.
Berdasarkan buku catatan ibu bersalinBidan Praktek Swasta (BPS) pada
bulan September-Desember tahun 2014 jumlah bayi yang lahir sebanyak 67 orang
dan jumlah bayi yang Asfiksia sebanyak 3 orang. Pada bulan Januari-April 2015
jumlah bayi yang lahir sebanyak 71 orang jumlah bayi yang Asfiksia sebanyak 2
orang (Buku Catatan Ibu Bersalin Bidan Praktek Swasta, 2014).
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah pelayanan antenatal yang
berkualitas, asuhan persalinan normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal
oleh tenaga professional. Untuk menurunkan kematian bayi baru lahir karena
asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
14. 5
kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir.
Kemampuan dan keterampilan ini digunakan setiap kali menolong persalinan
(JNPK-KR, 2008).
Dengan melihat masih tingginya angka kematian bayi akibat asfiksia,
serta didukung dari hasil studi pendahuluan di atas maka penulis tertarik untuk
mengambil kasus dengan judul “ ManajemenAsuhan Kebidanan pada Bayi
Ny.”L”dengan Asfiksia Sedang di BPS Bunda Amud Kabupaten Munayang
dilaksanakan pada tanggal 20 s.d. 22 April 2015.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Bahan studi kasus ini menggunakan pendekatan Manajemen Kebidanan
tujuh langkah varney yang meliputi Identifikasi Data Dasar, Identifikasi Diagnosa
/ Masalah Aktual, Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial, Perlunya Tindakan
Segera / Kolaborasi, Rencana Asuhan, Implementasi, Evaluasi dalam
menerapkan Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. L dengan Asfiksia Sedang di BPS
Bunda Amud Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 20l s.d. 22 April
2015.
C. Tujuan Telaah
1. Tujuan Umum
Terlaksanya Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. L dengan Bayi Baru Lahir,
Sesuai Masa Kehamilan, Bayi Asfiksia Sedang dengan lahir tidak langsung
menangis di BPS Bunda Amud Kabupaten Muna tanggal 20 s.d. 22 April 2015.
2. Tujuan Khusus
15. 6
a. Melaksanakan pengkajian dan analisis data dasar pada Bayi Ny. L dengan
Bayi Baru Lahir, Sesuai Masa Kehamilan, Bayi Asfiksia dengan Bayi
Lahir tidak langsung menangis.
b. Merumuskan diagnosa / masalah aktual pada Bayi Ny. L dengan Bayi
Baru Lahir, Sesuai Masa Kehamilan, Bayi Asfiksia Sedang dengan lahir
tidaklangsung menangis.
c. Mampu menentukan diagnosa potensial pada bayi baru lahir
Ny.“L”dengan Asfiksai Sedang.
d. Merumuskan diagnosa / masalahpotensial pada Bayi Ny. L Dengan Bayi
Baru Lahir, Sesuai Masa Kehamilan, Bayi Asfiksia Sedang dengan lahir
tidak langsung menangis.
e. Mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi pada Bayi Ny. L dengan
Bayi Baru Lahir, Sesuai Masa Kehamilan, Bayi Asfiksia Sedang dengan
Bayi Lahir tidak langsung menangis.
f. Melaksanakan tindakan asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. L dengan Bayi
Baru Lahir, Sesuai Masa Kehamilan, Bayi Asfiksia Sedang dengan lahir
tidak langsung menangis.
g. Mengevaluasi hasil Asuhan Kebidanan yang telah diberikan pada Bayi Ny.
L dengan Bayi Baru Lahir, Sesuai Masa Kehamilan, Bayi Asfiksia
Sedangdengan Bayi Lahir tidak langsung menangis.
h. Mendokumentasikan semua temuan asuhan kebidanan yang telah
dilaksanakan pada Bayi Ny. L dengan Bayi Baru Lahir, Sesuai Masa
16. 7
Kehamilan, Bayi Asfiksia Sedang dengan Bayi lahir tidak langsung
enangis.
D. Manfaat Telaah
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan acuan atau perbandingan dalam mengembangkan ilmu
kebidanan dan sebagai masukan bagi rekan-rekan sejawat khususnya rekan-
rekan di Akademik Paramata Raha Kabupaten Muna dalam melakukan
penelitian lebihlanjut tentang Asfiksia Sedang.
2. Bagi Profesi
Untuk menambah informasi bagi bidan dan tenaga kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan Asfiksia Sedang dengan
Manajemen atau Prosedur yang sudah ada.
3. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan menulis dalam
menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang.
E. Metode Telaah
Adapun metode yang digunakan dalam penilaian Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
1. Studi Kepustakaan
Penulis mempelajari berbagai literatur yang adahubunganya dengan asfiksia
diperoleh dari membaca bukumembaca buku, mengakses data melalui internet
dan mempelajari karya tulis yang ada.
17. 8
2. Studi Kasus
Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses
manajemen asuhan kebidanan yang meliputi tujuh langkah varney yaitu
identifikasi dan analisa data, identifikasi diagnosa / masalah aktual, identifikasi
diagnosa / masalah potensial, melaksakan tindakan segera dan kolaborasi,
merencanakan asuhan kebidanan dan evaluasi. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara :
1) Anamnesa / wawancara
Penulis melakukan tanya jawabpada ibu,bapak dan keluarga klienserta
bidan untuk memperolehinformasi yang diperlukan untuk memberikan asuhan
kebidanan pada klien.
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai kaki
meliputi inspeksi, palpasi, dan auskultasi.
3. Studi Dokumentasi
Studi ini dilakukan dengan mengumpulkan data atau informasi melalui catatan
bidan yang berhubungan dengan perkembangan kesehatan klien dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan.
F. Sistematika Penulisan
Menguraikan secara lengkap apa yang termaksud didalamnya mulai dari
Bab I sampai Bab V. Berikut ini dapat dilihat secara garis besar tentang
sisstematika penulisan sebagai berikut :
18. 9
1. Bab I Pendahuluan
Pendaphuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, ruang lingkup
pembahasan, tujuan telaah, manfaat telaah, metode telaah, dan sistematika
penulisan.
2. Bab II Tinjauan
Tinjauan pustaka berisi tentang telaah pustaka dan konsep Manajemen
Kebidanan, untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut :
a. Telaah pustaka bayi baru lahir meliputi pengertian bayi baru lahir,
perubahan bayi baru lahir, ciri-ciri bayi baru lahir, penanganan bayi baru
lahir, bayi baru lahir bermasalah. Kemudian berisi tentang Asfiksia yang
meliputi pengertian asfiksia, etiologi asfiksia, tanda dan gejala asfiksia,
komplikasi bayi baru lahir asfiksia, penatalaksanaan asfiksia dan asuhan
pasca resusitasi.
b. Konsep manajemen kebidanan meliputi pengertian, pedoman penerapan
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, langkah-langkah manajemen
kebidanan dan pendokumentasian asuhan kebidanan.
3. Bab III Studi Kasus
Studi kasus ini berisi tentang manajemen yang meliputi identifikasi data dasar,
identifikasi diagnosa/masalah aktual, identifikasi diagnosa /masalah potensial,
menilai perlunya tindakan segera/kolaborasi, perencanaan asuhan
kebidanan,pelaksanaan asuhan kebidanan, evaluasi keefektifan asuhan, dan
pendokumentasian.
19. 10
4. Bab IV Pembahasan
Pada bagian ini membahas tentang kesenjangan antara teori dengan fakta yang
ada, dibahas secara sistematis, mulai dari langkah satu sampai dengan langkah
tujuh yang meliputi Identifikasi Data Dasar, Identifikasi Diagnosa / Masalah
Aktual, Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial, Perlunya Tindakan Segera /
Kolaborasi, Rencana Asuhan Kebidanan, Melaksanakan Asuhan Kebidanan
Dan Evaluasi Asuhan Kebidanan.
5. Bab V Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran, selain itu dalam pembuatan studi
kasus ini dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
20. 11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Bayi Baru Lahir
a) Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus
dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan
ekstrauterin (Dewi, 2011).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500 gram
sampai 4000 gram nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2011).
b) Perubahan Bayi Baru Lahir
1) Sistem pernapasan / Respirasi
Selama dalam kandungan, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran
gas melalui plasenta. Setelah pelepasan plasenta yang tiba-tiba pada
saat kelahiran, adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk memastikan
kelangsungan hidup. Bayi harus bernapas dengan menggunakan paru-
paru.
2) Metabolisme Karbohidrat
Didalam kandungan, janin mendapatkan kebutuhan akan glukosa dari
plasenta. Tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir
11
21. 12
menyebabkan seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa
sendiri.
3) Sistem Peredaran Darah Pada Janin
a) Sistem Peredaran Darah Pada Janin
Janin menerima oksigen dari sari makanan dan dari plasenta. Selain
itu, plasenta juga menjalankan fungsi paru-paru sehingga tidak ada
sirkulasi pulmonal seperti pada orang dewasa. Darah yang mengalir
melalui arteri purmonalis hanya cukup untuk makan dan pertumbuhan
paru-paru itu sendiri.
b) Adaptasi Sistem Peredaran Darah Pada Bayi Baru Lahir
Pada bayi baru lahir terjadi perubahan fisiologis pada sistem
peredaran darah karena paru-paru mulai berfungsi sehingga proses
pengantaran oksigen ke seluruh jaringan tubuh berubah. Peruban
tersebut mencakup penitupan foramen ovale pada atrium jantung serta
penutupan duktus arteriosus dan duktus venous.
c) Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai mengisap dan menelan.
Refleks gumoh dan refleks batuk sudah terbentuk dengan baik pada
saat lahir.
d) Sistem Kekebalaan Tubuh (Imun)
Sebelum lahir, janin dilindungi oleh plasenta dari antigen dan stres
imunologik. Setelah lahir bayi terlepas dari plasenta sehingga ia
22. 13
menjadi rentan terhadap berbagaai infeksi dan alergi karena sistem
kekebalan tubuhnya belum matang.
e) Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal
Pada tubuh bayi baru lahir terdapat relatif banyak air. Kadar natrium
relatif lebih besar dari pada kalium karena ruangan ekstraselular yang
luas. Akibatnya, kemampuan mengeluarkan produk limbah dari dalam
darah masih kurang.
f) Sistem Hepatik
Hati terus membantu pembentukan darah selama kehidupan janin
hingga tingkat tertentu sesudah lahir.
g) Sistem Saraf
Pada saat lahir, sistem saraf belum terintegrasi sempurna, tetapi sudah
cukup berkembang untuk bertahan dalam kehidupan ekstra uterin.
Sebagian fungsi neurologik berupa refleks primitif, misalnya refleks
moro, refleks rooting (mencari puting susu), refleks mengisap dan
menelan, refleks batuk dan bersin, refleks neck tonis (tonus leher),
refleks stepping (melangkah) dan refleks babinski (Saputra, 2014).
c. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
Menurut Dewi (2012) ciri-ciri bayi baru lahir normal yaitu :
1) Lahir aterm antara 37-42 minggu.
2) Berat badan 2500-4000 gram.
3) Panjang badan 48-52 cm.
4) Lingkar dada 30-38 cm.
23. 14
5) Lingkar kepala 33-35 cm.
6) Lingkar lengan 11-12 cm.
7) Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit.
8) Pernapasan ± 40-60 x/menit.
9) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan yang cukup.
10) Kuku agak panjang dan lemas.
11) Nilai apgar > 7.
12) Gerak aktif.
13) Bayi lahir langsung menangis kuat.
14) Refleks rooting (mencapai puting susu dengan rangsangan taktil pada
pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik, refleks sucking
(isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik, refleks morro
(gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik,
refleks grasping (menggenggam) sudah baik.
15) Genetalia
a) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada
skrotum dan penis yang berlubang.
b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang
berlubang serta adanya labia minora dan mayora.
16) Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24
jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.
24. 15
d. Bayi Baru Lahir Bermasalah
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir bermasalah diberikan kepada bayi-
bayi yang lahir dengan masalah sebagai berikut : bercak mongol,
hemangioma, ikterik, muntah dan gumoh, oral trucsh, diaperash, seboreah,
bisulan, miliriasis, diare, obstipasi, infeksi, dan bayi yang meninggal
mendadak (Rahardjo, 2012).
Menurut (Locart, 2014) masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir
yaitu :
1) Sindrom Distres Pernapasan
Sindrom distres pernapasan / sindrom gawat napas (respiratorydistres
syndrom) berhubungan dengan imaturitasjaringan paru. Sindrom ini
dapat pula disebut penyakit membara hiarin, suatu kelainan yang
kompleks, dengan menifestasi klinis yang berupa tanda distres
pernapasan (gawat napas). Penanganan umum yang bisa diberikan adalah
melaksanakan termoregulasi, pemberian oksigen, ventilasi mekanis bila
diperlukan, pencegahan hipotermi, pencegahan hipovolemia, koreksi
asidosis respiratorik dengan dukungan ventilator, koreksi asidosis
metabolik dengan pemberian natrium bikarbonat, pemberian surfaktan
dan obat lainnya seperti antibiotik, preparat sedatif, pelemas otot dan
diuretik, perlindungan terhadap infeksi, pemberian nutrisi parenteral.
2) Takikardia Neonatal Sepintas
Sindrom ini merupakan permasalahan ringan pada neonatus yang
biasanya dimulai sesudah bayi lahir dan umumnya berlangsung sekitar
25. 16
dua hari. Penanganan umum yang perlu diberikan yaitu pemberian
oksigen, bantuan ventilasi, pemeliharaan keseimbangan asam-basa,
termoregulasi, pemberian nutrisi yang memadai lewat pipa nasogastrik
atau infus cairan, kesulitan dalam memberikan nutrisi per oral karena
(peningkatan nutrisi pernapasan dan kerja respirasi, koordinasi
mekanisnme gerakan mengisap, menelan, dan bernapas dan risiko
bernapas aspirasi yang tinggi akibat frekuensi pernapasan yang cepat),
monitoring oksigen transkutaneus dan perlindungan terhadap infeksi.
3) Gumoh
Keluarnya kembali susu yang telah ditelan ketika atau beberapa saat
setelah bayi menyusu dan jumlahnya hanya sedikit tanpa disertai
kontraksi pada dinding lambung. Hal ini bisa terjadi pada bayi berusia 0-
6 bulan, terutama bayi yang mendapatkan ASI. Gumoh biasanya terjadi
karena bayi menelan udara pada saat menyusu. Penanganan yang perlu
diberikan bersikap tenang dengan segera miringkan badan bayi agar
cairan tidak masuk ke paru-paru, bersihkan segera sisa gumoh dengan
tissu atau lap bersih dan basah terutama pada lipatan leher, jika isi gumoh
keluar melalu hidung, cukup bersihkan hidung dengan cotton bud jangan
menyedot menggunakan mulut karena akan menyakiti bayi dan rentan
menularkan penyakit, tunggu beberapa saat lagi jika ingin meberikan
ASI.
26. 17
4) Muntah
Keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi
setelah agak lama makanan masuk kedalam lambung. Penanganan yang
perlu dilakukan yaitu kaji faktor penyebab dan sifat muntah, berikan
terapi berdasarkan faktor penyebab, ciptakan suasana tenang, perlakukan
bayi dengan baik dan hati-hati, berikan diet yang sesuai dan tidak
merangsang muntah, berikan antimetik jika terjadi reaksi simptomatis.
5) Sindrom Aspirasi Mekonium
Meliputi keadaan terisapnya mekonium ke dalam paru-paru. Mengatasi
kondisi tersebut, lakukan hal-hal yang meliputi bantuan respirasi melalui
ventilasi mekanis, pemeliharaan lingkungan termal dan netral, pemberian
subfaktan dan antibiotik, oksigenasi membran eksrakorporeal pada kasus
yang berat.
6) Sepsis
Sepsis terjadi ketika mikroorganisme patogen atau toksinnya terdapat
dalam darah atau jaringan tubuh.
7) Hiperbilirubinemia
Keadaan ini ditandai oleh kadar bilirubin yang melampaui 6 mg / dl
dalam waktu 24 jam pertama sesudah kelahiran dan tetap tinggi sesudah
waktu 7 hari pada neonatus yang aterem atau sesudah waktu 10 hari
pada neonatus yang prematur. Penanganan yang perlu dilakukan yaitu
transfusi tukar untuk menggantikan darah neonatus oleh darah segar
(yang usianya kurang dari 48 jam) dengan menghilangkan sebagian
27. 18
bilirubin tak terkonjugasi dalam serum, foto terapi, penanganan anemia,
yang disebabkan oleh penyakit hemolitik.
2. Asfiksia
a) Pengerian Asfiksia
Asfiksia neonatorum adalah keadaan diman bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur dan teratur segera dan setelah lahir.
Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan hipoksia dan hiperkapnu serta
sering berakhir dengan asidosis (Sukarni & Fauziah, 2013).
Asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir tidak bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Sering sekali seorang bayi yang mengalami
gawat janin sebelum persalinan akan mengalami asfiksia sesudah
persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan kondisi ibu, masalah
pada tali pusat dan plasenta atau masalah pada bayi selama atau sesudah
persalinan (Kementrian Kesehatan, 2011).
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat
janin akan mengalami asfiksia setelah persalinan. Masalah ini mungkin
saling berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi
selama atau sesudah persalinan (JNPK KR 2008).
Asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir tidak bernapas secara
spontan dan teratur. Sehingga, dengan adanya keadaan ini dapat
menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang dapat menimbulkan
akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Keadaan ini disertai dengan
28. 19
hipoksia, yang merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat ada
adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin. Akibat asfiksia
akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan pada bayi
bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-
gejala lanjut yang mungkin timbul (Syafruddin, 2011).
b) Etiologi
Menurut Saputra (2014) penyebab terjadinya asfiksia meliputi :
2) Asfiksia dalam kehamilan yang meliputi penyakit infeksi akut dan
kronik, keracunan obat bius, uremia dan toksemia gravidarum, anemia
berat, cacat bawaan atau trauma.
3) Asfiksia dalam persalinan
a) Kekurangan O2
Partus lama, ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus
menerus mengganggu sirkulasi darah ke plasenta, tekanan terlalu kuat
pada plasenta oleh kepala janin, prolapsus fenikuli, tali pusat akan
tertekan antara kepala dan panggul dan jika plasenta sudah tua,
asfiksia dapat disebabkan posmaturitas (serotinus) atau disfungsi uteri.
b) Paralisis pusat pernapasan
Trauma dari luar, misalnya karena tindakan dengan forsep, traumadari
dalam misalnya karena obat bius.
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2011) asfiksia pada bayi baru
lahir dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
29. 20
1) Faktor ibu yang meliputi preeklampsia dan eklampsia, perdarahan
abnormal (plasentaa previa atau solusio plasenta), infeksi berat
(malaria, sifilis, TBC, HIV), kehamilan lebih bulan(≥ 42 minggu
kehamilan).
2) Faktor plasenta dan tali pusat yang meliputi infrak plasenta,
hematom plasenta, lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali
pusat, prolapsusu tali pusat.
3) Faktor bayi yang meliputi bayi kurang bulan / prematur (kurang 37
minggu kelahiran), air ketuban bercampur mekonium, kelainan
kongenital, yang memberi dampak pada pernapasan bayi.
c) Tanda dan gejala asfiksia
Menurut Indrayani (2013) tanda gejala asfiksia yaitu :
1) Tidak bernapas atau bernapas megap-megap atau pernapasan lambat
(kurang dari 30 kali / menit).
2) Pernafasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan dada).
3) Tangisan lemah atau merintih.
4) Warna kulit pucat atau kebiruan.
5) Tonus otot lemas.
6) Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardia) (kurang dari 100 kali
/ menit).
7) Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau
dalam 28 hari sesudah lahir.
8) Penurunan kesadaran.
30. 21
d) Klasifikasi Asfiksia
Menurut Dewi (2013) Asfiksia dibedakan menjadi tiga meliputi :
1) Asfiksia Berat (nilai APGAR 0-3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga
memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan
gejala yang muncul pada asfiksia berat meliputi frekuensi jantung kecil,
yaitu < 40 kali / menit, tidak ada usaha napas, tonus otot lemah bahkan
hampir tidak ada, bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan
rangsangan, bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu, terjadi
kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan.
2) Asfiksia Sedang (nilai APGAR 4-6)
Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul meliputi detak
jantung lebih dari 100 kali / menit, usaha napas lambat, tonus otot
kurang baik atau baik, bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan
yang diberikan, bayi tampak sianosis, tidak terjadi kekurangan oksigen
yang bermakna selama proses persalinan.
3) Asfiksia Ringan (nilai APGAR 7-10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul meliputi
takipnea dengan napas lebih dari 60 kali / menit, bayi tampak sianosis,
adanya retraksi sela iga, adanya pernapasan cuping hidung, bayi kurang
aktivitas.
Untuk menentukan tingkatan asfiksia, apakah bayi mengalami
asfiksia berat, sedang atau ringan / normal dapat dipakai penelitian
31. 22
APGAR skor yang meliputi : Apprearance (warna kulit), Pulse (denyut
jantung), Grimace Menyeringai (respon refleks), Activity (tonus otot),
Respiration (Pernafasan).
Dibawah ini tabel untuk menentukan tingkat / derajat asfiksia yang
dialami bayi pada saat dia dilahirkan penilaian dilakukan pada menit
pertama dan menit kelima pada saat bayi lahir.
Tabel 1 Nilai APGAR
Tabel 4-1 Nilai Apgar
Parameter 0 1 2
A: Apearence
(colour)
Warna kulit
Pucat biru Tubuh merah
muda, ekstermitas
biru
Merah muda
seluruhnya
P: Pulse
(Heart rate)
Denyut jantung
Tidak ada
Tidak ada Lambat dibawah
100
Diatas 100
A: Activity
(Muscletone)
Tonus otot
Flaksid Sedikit gerakan Gerakan aktif
R : Respiration
(respiratory effort)
Tidak ada Menangis lemah,
terdengar seperti
merintih
Menangis kuat
Sumber : Elisabeth, (2015)
Keterangan nilai APGAR :
a) 7-10 : Bayi mengalami asfiksia ringan atau dikatakan bayi dalam
keadaan normal.
b) 4-6 : Bayi mengalami asfiksia sedang.
c) 0-3 : Bayi mengalami asfiksia berat.
Lanjutan APGAR :
a) Menunjukan respon bayi pada lingkungan ekstrauterin dan resusitasi.
b) Dinilai pada menit 1 dan 5 atau setiap 5 menit sampai 20 menit.
32. 23
c) Nilai APGAR tidak digunakan untuk menentukan bayi memerlukan
resusitasi.
e) Diagnosa Asfiksia
Diagnosis asfiksia neonatorum ditegakkan dengan cara menghitung nilai
APGAR, memperhatikan keadaan klinis, adanya sianosis, bradikardia dan
hipotoni. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
analisis gas darah dan kardiotografi (KTG). Nilai APGAR 7-10
dikategorikan sebagai asfiksia ringan/bayi normal, nilai APGAR 4-6
dikategorikan sebagai asfiksia sedang, nilai APGAR 1-3 dikategorikan
sebagai asfiksia berat (Wafi, 2011).
f) Patofisiologi Asfiksia
Hipoksia dimulai dengan frekuensi jantung dan tekanan darah pada awalnya
meningkat dan bayi melakukan upaya megap-megap. Bayi kemudian masuk
pada periode Apnea Primer. Bayi yang menerima stimulasi adekuat selama
Apnea Primer akan melakukan usaha napas dan bayi yang mengalami
asfiksia jauh lebih berbeda dalam tahap Apnea Sekunder. Apnea Sekunder
cepat menyababkan kematian kalau tidak dibantu dengan pernapasan buatan
dan warna bayi berubah dari biru menjadi putih karena bayi baru lahir
menutupi sirkulasi perifer sebagai upaya memaksimalkan aliran darah ke
organ-organ seperti jantung dan ginjal. Penurunan oksigen yang tersedia
menyebabkan pembuluh darah di paru-paru mengalami konstriksi.
Konstriksi ini menyebabkan paru-paru resisten terhadap ekspansi sehingga
mempersulit kerja resusitasi.
33. 24
Kurangnya oksigen dalam periode singkat menyebabkan metabolisme
pada bayi baru lahir berubah menjadi metabolisme anaerob, terutama karena
kurangnya glukosa yang dibutuhkan sebagai sumber energi pada saat
darurat. Neonatus yang lahir melalui seksio caesarea, terutama jika tidak ada
tanda persalinan, tidak mendapatkan pengurangan cairan paru dan
penekanan pada toraks sehingga mengalami paru-paru basah yang lebih
persisten, situasi ini dapat mengakibatkan Takipnea sementara pada bayi
baru lahir Transient Tachaypnea Of The Newborn (TTN).
g) Komplikasi Bayi Baru Lahir
Menurut Teguh (7/07/2011) komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus
antara lain :
1) Edema otak dan Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarutsehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak
pun akan menurun, keadaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik
otak yang berakibat terjadinya edema, hal ini juga dapat menimbulkan
perdarahan otak.
2) Anuria atau oliguria
Disfungsi vertikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal dengan istila disfungsi miokardium pada saat
terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini
curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium
dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada
34. 25
pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran
urine sedikit.
3) Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan
persendian O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat
menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfungsi jaringan tak
efektif.
4) Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan dapat
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan pada otak.
h) Penatalaksanaan Asfiksia
Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) penanganan pada bayi
Asfiksiameliputi :
1) Bila air ketuban bercampur mekonium dan bayi bernapas megap-megap
maka lakukan tindakan :
a) Membuka lebar mulut bayi, usap mulut bayi, isap lendir.
b) Memotong tali pusat dengan cepat, dilanjutkan dengan langkah awal
meliputi : jaga bayi tetap hangat, atur posisi bayi, isap lendir,
keringkan dan berikan rangsangan pada bayi, atur kembali posisi bayi
dan lakukan penilaian.
35. 26
2) Jika bayi masih bernapas megap-megap maka lakukan langkah resusitasi
dengan ventilasi meliputi :
a) Memasang sungkup pada muka bayi, menutup hidung, mulut dan
dagu.
b) Lakukan ventilasi 2x dengan cara :
(1) Menutup udara melalui alat tabung dan sungkup / memompa alat
balon dan sungkup kemulut dan hidung bayi 2x (dengan tekanan
30 cm).
(2) Melihat apakah dada bayi mengembang saat ditiup atau dipompa.
(3) Jika dada bayi tidak mengembang periksa posisi sungkup dan
pastikan tidak ada udara yang bocor.
(4) Memeriksa posisi kepala dan membetulkan agar sedikit ekstensi.
(5) Memeriksa apakah ada cairan / lendir dimulut dan mengisap bila
ada.
(6) Meniup udara melalui alat tabung dan sungkup / memompa alat
balon dan sungkup kemulut dan hidung bayi 2x (dengan tekanan
30 cm).
(7) Melanjutkan langkah ventilasi jika dada bayi mengembang.
c) Melanjutkan untuk melakukan ventilasi sebanyak 20x dalam 30 detik
(tekanan 20 cm).
d) Lakukan penilaian, keputusan, tindakan BBL, dengan cara :
(1) Menilai usaha napas.
(2) Jika bernapas spontan menghentikan ventilasi bertahap.
36. 27
(3) Melakukan asuhan pasca resusitasi.
(4) Jika masih megap-megap / tidak bernapas, maka ulangi ventilasi
sebanyak 20x dalam 30 detik.
e) Hentikan ventilasi dan nilai bayi tiap 30 detik dengan cara :
(1) Menhentikan ventilasi setiap 30 detik.
(2) Menilai usaha napas.
(3) Jika bernapas spontan, hentikan ventilasi bertahap.
(4) Melakukan asuhan pasca resusitasi.
(5) Juka megap-megap / tidak bernapas, ulangi ventilasi sebanyak 20x
dalam 30 detik.
(6) Hentikan ventilasi dan nilai frekuensi jantung, napas tiap ventilasi 30
detik.
f) Jika megap-megap / tidak bernapas sesudah 2 menit resusitasi :
(1) Meneruskan ventilasi 20x / 30 detik.
(2) Hentikan ventilasi dan nilai napas tiap ventilasi 30 detik.
(3) Menyiapkan rujukan bayi bersama ibunya sesuai pedoman.
g) Bila tidak bernapas sesudah resusitasi 20 menit maka pertimbangkan
untuk menghentikan ventilasi sesudah resusitasi 20 menit.
3) Asuhan Pasca Resusitasi
Menurut Indriyani (2013) asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai
dengan keadaan bayi setelah menerima tindakan resusitasi. Asuhan pasca
resusitasi dilakukan pada keadaan :
37. 28
1) Resusitasi berhasil
Bayi menangis dan bernapas normalsesudah langkahawal atau
sesudahventilasi, perlu pemantauan dan dukungan. Resusitasi
dinyatakan berhasil apabila pernapasan bayi teratur, warna kulit
kembali normal yang kemudian diikuti dengan perbaikan tonus otot
atau bergerak aktif. Lanjutkan dengan asuhan berikutnya.
a) Konseling
(1) Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil resusitasi yang
telah dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.
(2) Ajarkan ibu cara menilai pernapasan dan menjaga kehangatan
tubuh bayi bila ditemukan kelainan segera hubungi bidan.
(3) Anjurkan ibu segera memberi ASI pada bayi (asuhan dengan
metode kanguru).
(4) Jelaskan pada ibu dan keluarga untuk mengenali tanda-tanda
bahaya bayi baru lahir dan bagaimana memperoleh
pertolongan segera bila terlihat tanda-tanda tersebut pada bayi.
b) Lakukan asuhan bayi baru lahir normal, meliputi :
(1) Anjurkan ibu menyusui sambil memperhatikan dan membelai
bayinya.
(2) Berikan vitamin K, antibiotik, salep mata, imunisasi hepatitis
B.
c) Lakukan pemantauan seksama terhadap bayi pasca resusitasi
selama 2 jam pertama.
38. 29
(1) Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi, tarikan
intercostal, napas megap-megap, frekuensi napas < 30 kali per
menit atau > 60 kali per menit, bayi kebiruan atau pucat, bayi
lemas.
(2) Pantau juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak
bernapas normal.
(3) Jaga bayi agar tetap hangat dan kering.
2) Resusitasi tidak / kurang berhasil/bayi memerlukan rujukan
Bayi perlu rujukan, yaitu sesudah ventilasi 2 menit belum bernafas
atau bayi sudah bernafas tetapi masih megap-megap atau pada
pemantauan tenyata kondisinya makin memburuk, segera rujuk
kefasilitas rujukan.
Tanda-tanda bayi yang memerlukan rujukan sesudah resusitasi :
a) Frekuensi pernafasan < 30 kali per menit atau > 60 kali per menit.
b) Adanya tarikan intercostal.
c) Bayi merintih (bising napas ekspirasi) atau megap-megap (bising
bernafas ispirasi).
d) Tubuh bayi pucat atau kebiruan.
3) Resusitasi gagal
Resusitasi dinyatakan gagal apabila setelah 2 menit diventilasi, bayi
gagal bernapas, hentikan upaya tersebut dan segera rujuk. Biasanya
bayi akan mengalami gangguan yang berat pada susunan syaraf pusat
dan kemudian meninggal. Ibu dan keluarga memerlukan dukungan
39. 30
moral yang adekuat secara hati-hati dan bijaksana, ajak ibu dan
keluarga untuk memahami masalah dan musibah yang terjadi serta
berikan dukungan moral sesuai adat dan budaya setempat.
B. Konsep Manaajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen atau asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah dengan
metode pengaturan pemikiran dan tindakan dalam urutan yang logis untuk
pengambilan keputusan yang berfokus pada passien (Dr. Lyndon Saputra,
2014).
Manajemen kebidana adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis.
Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang
bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi
tanggung jawabnya (Dwiana, 2011).
Varney menjelakan bahwa proses manajemen merupakan proses
pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun
1970. Proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian,
pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logiss dan
menguntungkan bagi klien maupun tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan
bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberian usaha. Proses manajemen
ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja, melainkan juga
perilaku pada setiap langkah agar pelayanan yang komprehensif dan aman
dapat tercapai. Dengan demikian, proses manajement harus mengikuti urutan
logis dan memberikan pengertian yang menyatukan pengetahuan, hasil
40. 31
temuan dan penilaian yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang
berfokus pada manajemen klien (Asrinah, 2010).
Manajemenkebidanan adalahsuatu metode pengaturan,
pengorganisasian pikiran dan tindakan dalam urutan yang logis, efektif dan
efisien baik bagi pasien maupun bidan sebagai petugas kesehatan. Pada saat
ini manejemen kebidanan belum diterapkan oleh komunitas bidan yang ada di
unit pelayanan kesehatan, hanya dilaksanakan pada institusi pendidikan.
Berdasarkan uraian diatas mengenai konsep manajemen secara umum kita
akan mempelajari bagimana manajemen kebidanan kaitannya dengan peran
dan fungsi seorang bidan terutama sebagai menejer dan mengelolah klienya.
Bidan didalam prakteknya secara provesional, dituntut tanggung jawab
manajerial yang bermutu. Untuk itu metode ilmiah akan dapat dilakukan bila
telah memahami betul teknik-teknik manajemen yang adekuat. Artinya yang
didalam prakteknya yang penuh tanggung jawab itu dilakukan menggunakan
teori-teori dan prinsip manajemen, yang telah diakui secara nasional maupun
internasional. Dengan perkataan lain, bidan praktek telah menggunakan
manajemen kebidanan pada klienya (Saputra, 2014).
2. Pedoman penerapan Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
PenerapanmManajemen Kebidanan dalam proses bentuk kegiatan
praktek kebidanan, dilakukan melalui suatu proses yang disebut langkah–
langkah atau proses manajemen kebidanan.
41. 32
a) Tujuan Asuhan Pada Bayi Baru Lahir
Tujuan asuhan bayi baru lahir ini adalah untuk mengkaji penyesuian bayi
dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan fisik secara lengkap untuk mengetahui normalitas dan
mendeteksi adanya penyimpangan (Syafruddin, 2011).
b) Perubahan Pada Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir menggunakan periode tradisional untuk dapat hidup di luar
kandungan meliputi periode reaktivitas, fase tidur dan periode reaktivitas
kedua. Karakteristik didalam periode memperlihatkan kemajuan bayi baru lahir
(Marmi, 2012).
1) Reaktivitas 1
Dimulai pada masa persalinan dan berakhir setelah 30 menit. Selama
periode ini detak jantung cepat dan tali pusat berdenyut jelas. Warna kulit
terlihat sementara sianosis atau akrosianosis. Selama periode ini setiap
usaha harus dibuat untuk mumudahkan kontak bayi dan ibu. Membiarkan
ibu memegang bayi untuk membantu proses pengenalan. Bayi sering
mengeluarkan kotoran dengan seketika setelah persalinan dan suara usus
pada umumnya terdengar setelah usia 30 menit (Marmi, 2012).
2) Fase tidur
Berlangsung selama 30 menit sampai 2 jam persalinan. Tingkat tarif
pernapasan menjadi lebih lambat. Bayi dalam keadaan tidur, suara usus
muncul tapi berkurang. Jika mungkin bayi tidak diganggu untuk pengujian
utama dan jangan memandikannya. Selama masa tidur memberikan
42. 33
kesempatan pada bayi untuk memulihkan diri dari proses persalinan dan
periode transisi ke kehidupan di luar uterin (Marmi, 2012).
3) Periode reaktifitas
Berlangsung selama 2 sampai 6 jam setelah persalinan. Jantung bayi labil
dan terjadi perubahan warna kulit yang berhubungan dengan stimulasi
lingkungan. Tingkat pernapasan bervariasi tergantung pada aktivitas.
Neonatus mungkin membutuhkan makanan dan harus menyusui.
Pemberian makanan awal penting dalam pencegahan hipoglikemia,
stimulasi pengeluaran kotoran dan pencegahan penyakit kuning. Pemberian
makanan awal juga menyediakan kolonisasi bakteri isi perut yang
mengarahkan pembentukan vitamin K oleh traktus intestional (Marmi,
2012).
Periode transisi kekehidupan intrauterine berakhir setelah periode kedua
reaktivitas. Hal ini terjadi sekitar 2-6 jam setelah persalinan. Kulit dan
saluran pencernaan neonatal belum terkolonisasi oleh beberapa tipe bakteri
(Marmi, 2012).
c) Pemeriksaan Pada Bayi Baru Lahir
Menurut marni (2012) pemeriksaan dan perawatan pada bayi baru lahir dapat
dilakukan sebagai berikut :
1) Pengkajian fisik
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir merupakaan bagian dari prosedur
perawatan bayi segera setelah lahir. Berikut ini adalah prosedur perawatan
bayi segera setelah lahir :
43. 34
(a) Mempelajari hasil anamnesa, meliputi riwayat hamil, riwayat
persalinan, riwayat keluarga.
(b) Menilai skor APGAR.
(c) Melakukan resusitasi neonatus.
(d) Melakukan perawataan tali pusat, pemotongan jangan terlalu pendek
dan harus diawasi tiap hari.
(e) Memberikan identifikasi bayi dengan memberi kartu bertulisan nama
ibu, diikatkan dipergelangan tangan atau kaki.
(f) Melakukan pemeriksaan fisik dan observasi tanda-tanda vital.
(g) Meletakan bayi dalam kamar transisi (jika keadaan umum baik), atau
dalam inkubator jika ada indikasi.
(h) Menentukan tempat perawatan : rawat gabung, rawat khusus atau
rawat intensif.
(i) Melakukan prosedur rujukan bila perlu. Jika ada penyakit yang
diturunkan dari ibu, misalnya Hepatitis B aktif, langsung diberikan
vaksinasi pada bayi.
2) Pengukuran Antropometri
a) Penimbangan berat badan dengan meletakkan kain atau kertas
pelindung dan atur skala penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat
alas dan pembungkus bayi.
b) Pengukuran panjang badan dengan meletakan bayi ditempat yang datar.
Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan kaki atau badan
bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur.
44. 35
c) Ukur lingkar kepala dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala
kembali lagi ke dahi.
d) Ukur lingkar dada yang dimulai dari daerah dada ke punggung kembali
kedada yaitu pengukuran dilakukan melalui kedua putting susu.
3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Raba sepanjang garis sutura fontanel, apakah ukuran dan tampilannya
normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,
moulding yang buruk atau hidrosefalus. Periksa adanya trauma
kelahiran dan perhatikan adanya kelainan kongenital.
b) Wajah
Wajah harus tampak simetris, terkadang wajah bayi tampak asimetris
hal ini dikarenakan posisi bayi intrauterin.
c) Mata
Lakukan pemeriksaan diantara jumlah,posisi, adanya strabismus yaitu
koordinasi mata yang belum sempurna,glaukoma congenital, katarak
congenital, trauma dan secret.
d) Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidung, periksa adanya secret dan adanya
pernapasan cuping hidung.
45. 36
e) Leher
Periksa adanya trauma leher, lakukan perabaan untuk mengidentifikasi
adanya pembengkakan, periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid dan
vena jugularis.
f) Dada
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas, pada bayi yang cukup
bulan, putting susu sudah terbentuk dengan baik, simetris dan payudara
dapat tampak membesar tetapi ini normal.
g) Abdomen
Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan
gerakan dada saat bernapas, jika perut sangat cekung kemungkinan
terdapat hernia diafragmatika, abdomen yang membuncit kemungkinan
hepatosplenomegali / tumor, jika perut kembung kemungkinan adanya
eterokolis vesikalis dan omfalokel.
h) Genitalia
Pada bayi laki-laki penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm, periksa posisi
lubang uretra, hipospedia, dan epispedia, skrotum dipalpasi untuk
memastikan jumlah testis. Pada bayi perempuan yang cukup bulan labia
mayora menutupi labia minora, lubang uretra terpisah dengan lubang
vagina.
i) Anus dan rectum
Periksa adanya kelainan atresia ani, kaji posisinya. Mekonium secara
umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belum keluar
46. 37
kemungkinan adanya mekonium plug syndrome, megakolon / obstruksi
saluran pencernaan.
j) Ekstermitas atas dan bawah
Periksa kesimetrisan, jumlah jari, gerakan, periksa adanya paronisia
pada kuku tangan yang dapat terinfeksi dan periksa adanya polidaktili
sidaktili pada jari kaki.
k) Kulit
Periksa adanya ruam dan bercak / tanda lahir, pembengkakan, verniks
kaseosa dan lanugo.
4) Pemeriksaan refleks
a) Refleks hisap
Benda menyentuh bibir disertai refleks menelan. Tekanan pada mulut
bayi pada langit bagian dalam gusi atas timbul isapan yang kuat dan
cepat yang dapat dilihat pada waktu bayi menyusu.
b) Refleks rooting
Bayi menoleh kearah benda yang menyentu pipi dan bayi menolehkan
kepalanya kearah jari kita dan membuka mulutnya.
c) Refleks genggam
Dengan meletakan jari telunjuk pada palmar, tekanan dengan gentle,
normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat. Jika telapak tangan
bayi ditekan, bayi mengepalkan tinjunya.
47. 38
d) Refleks moro
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba
digerakan atau dikejutkan dengan cara bertepuk tangan.
e) Refleks tonik otot leher
Bila kepala bayi dimiringkan dengan cepat kesalah satu sisi, lengan dan
kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan
dan kaki fleksi (Dewi, 2012).
d) Penanganan Bayi Baru Lahir Normal
Menurut Saputra (2014) peanganan bayi baru lahir normal meliputi :
1) Menjaga Bayi Agar Tetap Hangat
Langkah awal dalam menjaga bayi agar tetap hangat adalah dengan cara
menyelimuti bayi sesegera mungkin sesudah lahir. Lalu tunda
memandikan bayi selama setidaknya 6 jam atau sampai bayi stabil untuk
menjaga hipotermi.
2) Bersihkan Saluran Napas
Saluran napas dibersihkan dengan cara mengisap lendir yang ada dimulut
dan hidung. Namun hal ini hanya dapat dilakukan jika diperlukan.
Tindakan ini dilakukan sekaligus dengan penilaian skor APGAR menit
pertama.
3) Mengeringkan Tubuh Bayi
Tubuh bayi dikeringkan dari cairan ketuban dengan menggunakan kain
atau handuk yang kering, bersih, dan halus. Mengeringkan tubuh bayi
48. 39
merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi sehat, hal ini biasanya cukup
untuk merangsang terjadinya pernapasan spontan.
4) Memotong dan Mengikat Tali Pusat
Ketika memotong dan mengikat tali pusat, tehnik aseptik (peralatan yang
digunakan harus steril) dan antiseptik (penolong persalinan harus
memperhatikan kebersihannya). Tindakan ini sekaligus dilakukan untuk
menilai skor APGAR menit kelima.
5) Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Prinsip pemberian ASI eklusif dimulai sedini mungkin selama 6 bulan
tanpa makanan pendamping apapun. Kemudian diteruskan sampai 2 tahun
dengan makanan pendamping ASI. Pemberian ASI pertama kali dapat
dilakukan setelah tali pusat bayi dipotong dan diikat.
6) Memberikan Identitas Diri
Segera setelah IMD, bayi baru lahir di fasilitasi kesehatan mendapatkan
tanda pengenal berupa gelang yang digunakan ibu dan bayi untuk
menghindari tertukarnya bayi.
7) Memberikan Suntikan Vitamin K1
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna,
semua bayi baru lahir berisiko mengalami perdarahan. Untuk mencegah
terjadinya perdarahan, pada semua bayi baru lahir terutama Bayi Berat
Lahir Rendah, diberikan suntikan vitamin K1 sebanyak 1 mg dosis tungga,
intramuskular pada anterolateral paha kiri.
49. 40
8) Memberikan Salep Mata Antibiotik pada Kedua Mata
Salep mata atau antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi
pada mata. Salep ini sebaiknya diberikan 1 jam setelah lahir. Salep mata
antibiotik yang bisa digunakan adalah tetrasicicilin 1%.
9) Memberikan Imunisasi
Hepatitis B pertama (HB-O) di berikan 1-2 jam setelah pemberian vitamin
K1 secara intramuskular. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk
mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu
kebayi.
10) Melakukan Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan atau pengkajian fisik pada bayi baru lahir dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat kelainan yang perlu mendapat tindakan segera
serta kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan
kelahiran.
11) Membersihkan Jalan Napas
Bayi tidak langsung menangis, penolong persalinan segera membersihkan
jalan napas dengan cara meletakkan bayi pada posisi terlentang di tempat
yang keras dan hangat kemudian gulung sepotong kain dan letakkan
dibawah bahu sehingga leher bayi lurus dan kepala tidak menekuk,
bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus dengan kassa steril, tepuk kedua kaki bayi sebanyak 2-3
kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar lalu membersihkan
jalan napas.
50. 41
e) Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Beberapa tanda bahaya bayi baru lahir yang perlu diwaspadai serta deteksi
dini lebih lanjut untuk segera diberi penanganan agar tidak mengancam nyawa
bayi. Tanda bahaya pada bayi baru lahir tersebut antara lain tidak mau minum
atau banyak muntah, kejang, bergerak hanya jika dirangsang , mengantuk
berlebihan, lemas, lunglai, napas cepat atau lambat, tarikan dinding dada ke
dalam yang sangat kuat, merintih, menangis terus-menerus, teraba demam atau
dingin, terdapat banyak nanah di mata, pusar kemerahan atau bengkak, keluar
cairan berbau busuk atau berdarah, telapak tangan dan kaki tampak kuning,
diare, mekonium tidak keluar setelah 3 hari atau feses berwarna hijau, berlendir
atau berdarah serta urine tidak keluar dalam 24 jam pertama kelahiran (Saputra,
2014).
f) Peran Bidan
Menurut Marmi (2012) bidan berperan dalam asuhan terhadap bayi dan balita
terutama dalam hal :
1) Melakukan pengkajian / pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan bayi.
2) Memberikan penyuluhan kesehatan pada orang tua bayi tentang pemberian
makanan dan pemberian ASI serta pemberian imunisasi lengkap pada bayi.
3) Bidan berperan dalam pemantauan BAB dan BAK yaitu mengobservasi
frekuensi, konsistensi dan warna, mengganti popok bila bayi BAB / BAK
dan cara mengobservasi frekuensi, konsistensi dan warna.
51. 42
3. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan
yang dimulai dengan pengimpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi.
Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa
diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bisa
dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai
kondisi klien. Berikut langkah-langkah dalam proses penatalaksanaan
menurut Varney meliputi :
a. Langkah I : Identifikasi Data Dasar
Dalam mengumpulkan data subyektif dan data obyektif yang perlu dikaji
yaitu :
1) Data subyektif
Identitas bayi dan orang tua, menurut Sudarti(2013) bayi baru lahir
dengan asfiksiaa memiliki tanda dan gejala tidak bernapas / megap-
megap atau pernapasan lambat (kurang dari 30x / menit), pernapasan
tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan dada), tangisan lemah
atau merintih, warna kulit pucat atau biru, tonus otot lemas atau
ekstermitas terkulai, denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardi)
(kurang dari 100x / menit).
2) Data obyektif
Pemeriksaan umum pada pasien bayi Asfiksia Sedang menurut Yuliana
(10 / 10 / 2012) tanda dan gejala yang muncul meliputi frekuensi
jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit, usaha napas lambat,
52. 43
tonus otot biasanya dalam keadaan baik, bayi masih bereaksi terhadap
rangsangan yang diberikan pada bayi, bayi tampak sianosis.
b. Langkah II : Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual
Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar
ataas dasar-dasar yang telah dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan
diagnosa atau masalah adalah pengolahan data satu dengan yang lainnya
sehingga tergambar fakta. Menurut (Saputra , 2014) yaitu bayi dikatakan
asfiksia sedang dinilai dari APGAR meliputi asfiksia sedang nilai APGAR
nya 4-6 dan dilihat dari tanda gejala yang menunjukan bahwa bayi
mengalami asfiksia sedang.
c. Langkah III : Identifikasih Diagnosa / Masalah Potensial
Diagnosa masalah potensial terjadi berdasarkan atas diagnosa masalah
aktual yang tidak mendapatkan penanganan secara tepat. Diagnosa
potensial kemungkinan terjadi pada kasus bayi baru lahir dengan asfiksia
sedang menurut Prawiroraharjo (2008) apabila pada tindakan asfiksia
sedang tidak berhasil maka akan mengakibatkan asfiksia berat, menurut
Syafruddin (2011) hipotermi dapat terjadi secara cepat pada bayi yang
diresusitasi atau dipisahkan dari ibu. Menurut Teguh (7 / 07 / 2011)
masalah potensial yang muncul meliputi edema otak dan perdarahan otak,
anuria atau oliguria serta kejang.
53. 44
d. Langkah IV : Perlunya Tindakan Segera / Kolaborasi
Beberapa data yang ada memberi indikasi adanya situasi emergensi
dimana bidan harus bertindak segera dalaam rangka menyelamatkan
nyawa bayi. Tindakan segera yang dibutuhkan pada pasien bayi baru lahir
dengan asfiksia sedang yaitu lakukan JAIKAN penilaian secara cepat
tentang keadaan umum pasien, melakukan kolaborasi dengan bidan
tentang tindakan dan perawatan selanjutnya.
e. Langkah V : Rencana Asuhan
Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) penanganan pada bayi asfiksia
meliputi :
1) Bila air ketuban bercampur mekonium dan bayi bernapas megap-megap
maka lakukan tindakan :
a) Membuka lebar mulut bayi, usap mulut bayi, isap lendir.
b) Memotong tali pusat dengan cepat, dilanjutkan dengan langkah awal
meliputi : jaga bayi tetap hangat, atur posisi bayi, isap lendir,
keringkan dan berikan rangsangan pada bayi, atur kembali posisi
bayi dan lakukan penilaian.
2) Jika bayi masih bernapas megap-megap maka lakukan langkah
resusitasi dengan ventilasi meliputi :
a) Memasang sungkup pada muka bayi, menutup hidung, mulut dan
dagu.
54. 45
b) Lakukan ventilasi 2x dengan cara :
1) Menutup udara melalui alat tabung dan sungkup / memompa alat
balon dan sungkup kemulut dan hidung bayi 2x (dengan tekanan
30 cm).
2) Melihat apakah dada bayi mengembang saat ditiup atau dipompa.
3) Jika dada bayi tidak mengembang periksa posisi sungkup dan
pastikan tidak ada udara yang bocor.
4) Memeriksa posisi kepala dan membetulkan agar sedikit ekstensi.
5) Memeriksa apakah ada cairan / lendir dimulut dan mengisap bila
ada.
6) Meniup udara melalui alat tabung dan sungkup / memompa alat
balon dan sungkup kemulut dan hidung bayi 2x (dengan tekanan
30 cm).
7) Melanjutkan langkah ventilasi jika dada bayi mengembang.
c) Melanjutkan untuk melakukan ventilasi sebanyak 20x dalam 30
detik (tekanan 20 cm).
d) Lakukan penilaian, keputusan, tindakan BBL, dengan cara :
1) Menilai usaha napas.
2) Jika bernapas spontan menghentikan ventilasi bertahap.
3) Melakukan asuhan pasca resusitasi.
4) Jika masih megap-megap / tidak bernapas, maka ulangi ventilasi
sebanyak 20x dalam 30 detik.
e) Hentikan ventilasi dan nilai bayi tiap 30 detik dengan cara :
55. 46
1) Menhentikan ventilasi setiap 30 detik.
2) Menilai usaha napas.
3) Jika bernapas spontan, hentikan ventilasi bertahap.
4) Melakukan asuhan pasca resusitasi.
5) Juka megap-megap / tidak bernapas, ulangi ventilasi sebanyak
20x dalam 30 detik.
6) Hentikan ventilasi dan nilai frekuensi jantung, napas tiap ventilasi
30 detik.
f) Jika megap-megap / tidak bernapas sesudah 2 menit resusitasi :
1) Meneruskan ventilasi 20x / 30 detik.
2) Hentikan ventilasi dan nilai napas tiap ventilasi 30 detik.
3) Menyiapkan rujukan bayi bersama ibunya sesuai pedoman.
g) Bila tidak bernapas sesudah resusitasi 20 menit maka pertimbangkan
untuk menghentikan ventilasi sesudah resusitasi 20 menit.
f. Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dalam langkah
kelimah harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanan ini bisa
dilakukan seluruhya oleh bidan, atau sebagian dilakukan oleh bidan dan
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Dalam situasi
dimana bidan melakukan tindakan dalam penatalaksanaan perawatan klien
yang mengalami komplikasi, maka seorang bidan yang memikul tanggung
jawab untuk pelaksanaan tindakan perawatan secara menyeluruh bagi
pasien. Implementasi yang efektif dapat mengurangi biaya perawaatan dan
56. 47
miningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien. Dalam dal ini untuk
pengumpulan data pada kasus bayi baru lahir dengan asfiksia sedang yaitu
melaksanakan asuhan sesuai rencana.
g. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini, dilakukan evaluasi evektivitas dari asuhan yang
sudah diberikan, meliputi kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaaimana telah diidentifikasi
dalam masalah dan diagnosa.
4. Dokumentasi Asuhan Kebidanan
Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan
pelaporan yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan catatan perawatan yang
berguna untuk kepentingan klien, bidan dan tim kesehatan dalam menberikan
pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara
tertulis dengan tanggung jawaab bidan (Sudarti, 2010).
Dokumentasi dalam asuhan kebidanan merupakan suatu pencatatan
yang lengkap dan akurat terhadap keadaan / kejadian yang dilihat dalaam
pelaksanaan asuhan kebidanan (Sudarti, 2012).
SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan tertulis.
Metode 4 langkah yang disebut SOAP ini di hasilkan dari proses pemikiran
penatalaksanaan kebidanan. Metode SOAP dipakai untuk
mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekam medis sebagaai catatan
kemajuan informasi yang sistematis yang mengorganisir penemuan dan
kesimpulan menjadi suatu rencanan asuhan.
57. 48
Menurut varney, alur pikir bidan saat menghadapi klien meliputi 7
langkah. Agar orang lain mengetahui apa yang telah dilaksanakan oleh bidan
melalui proses berpikir sistematis makaa dilakukan pendokumentasian dalam
format SOAP, yakni :
S : Subyektif, menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui anamnesa, sebagai langkah I Varney.
O: Obyektif, menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien melalui anamnesa, sebagai langkah I Varney.
A : Assesment, menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interprestasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi :
Diagnosa atau Masalah Aktual, antisipasi diagnosa atau masalah
potensial, dan dan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,
kolaborasi atau rujukan. Mengambarkan langkah II, III, IV Varney.
P : Planning , menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi
perencanaan berdasarkan assesment sebagai langkah V, VI, dan VII
Varney.
58. 49
BAB III
STUDI KASUS
Pada Bab ini akan diuraikan tentang penerapan Manajemen Kebidanan
dalam Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “L” dengan Asfiksia Sedang di BPS
Bunda AmudKabupaten Muna tanggal 20 s.d 22 April 2015, diawali dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
A. Manajemen
1. Langkah I. Pengumpulan Data Dasar
a) Biodata
1) Identitas Bayi
Nama Bayi : Bayi Ny. “L”
Tanggal/Jam Lahir : 20-04-2015 / 10.00 Wita
Jenis Kelamin : Laki–laki
Anak Ke : 1 ( Pertama )
Umur Saat Dikaji : Segera Setelah Lahir
2) Identitas Orang Tua ( Ibu / Ayah )
Nama : Ny.“L” / Tn.“S”
Umur : 30 Tahun / 40 Tahun
Suku : Muna / Muna
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Pernikahan : I / I
49
59. 50
Lama Menikah : ± 2 Tahun
Alamat : Jln. Lakilaponto.
b) Data Biologis / Fisiologis
1) Keadaan bayi sekarang
Ibu mengatakan melahirkan tanggal 20-04-2015, Jam 10.00 Wita,
bayinya lahir tidak langsung menangis, bernapas tidak teratur,warna kulit
kebiruan, ekstermitas kebiruan, ada lendir pada hidung dan mulut, hari
pertama haid terakhirnya 15-07-2014
2) Riwayat kesehatan yang lalu / Sekarang
a) Ibu tidak pernah mengalami penyakit kronik seperti hipertensi,
malaria, DM, Jantung dan TBC.
b) Tidak ada riwayat alergi terhadaap makanan, obat-obatan dan tidak
pernah merokok dan minum alkohol.
3) Riwayat kesehatan keluarga
a) Tidak ada anggota keluarga yang mengidap penyakit menular seperti
hepatitis B, TBC.
b) Tidak ada anggota keluarga yang mengidap penyakit keturunan seperti
diabetes melitus.
4) Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar bayi
Ibu mengatakan bayinya belum disusui, bayinya masih dalam perawatan
bidan dan personal hygien terpelihara oleh petugas.
60. 51
c) Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Umum
Tafsiran persalinan 20-04-2015, umur kehamilan 38 minggu 1 hari,
keadaan umum bayi tampak lemah, tangisan lemah, badan kemerahan
ekstermitas kebiruan, pergerakan tonus otot lemah, ada lendir dihidung
dan mulut, jenis kelamin laki-laki.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Denyut jantung 98x / menit, pernapasan 38x / menit, suhu 36,5 °C
3) APGAR skor : 6 / 8
d) Pemeriksaan Fisik Khusus
1) Kepala
Ubun-ubun serta sutura lebar dan belum menutup tidak ada molase dan
tidak ada caput.
2) Wajah
Tidak ada ekspresi, tidak ada oedema.
3) Mata
Sklera tidak ikterus, konjungtiva merah muda tampak bersih.
4) Hidung
Ada gerakan cuping hidung, pernapasan tidak lancar dan teratur.
5) Mulut dan bibir
Bibir lembab dan agak pucat dan tidak ada kelainan pada mulut dan bibir.
61. 52
6) Dada
Gerakan dada sesuai irama pernapasan bayi, tidak ada tonjolan tulang
dada, puting susu tampak jelas dan menonjol.
7) Abdomen
Tidak ada benjolan pada perut, tidak ada perdarahan tali pusat dan tali
pusat tampak basah.
8) Genitalia
Tampak lubang pada penis dan teraba testis dalam skrotum.
9) Anus
Lubang anus ada
10) Ekstremitas atas dan bawah
Simetris kiri dan kanan, pergerakan lemah, warna kebiruan, tidak ada
kelainan/cacat bawaan dan jari-jari lengkap.
11) Pemeriksaan Refleks
Refleks sucking (mengisap) lemah, Refleks graps (menggenggam) lemah,
Refleks moro (kaget) lemah.
12) Pemeriksaan Antropometri
Berat badan lahir 2900 gram, Panjang badan lahir 49 cm, Lingkar
kepala 35 cm, Lingkar dada 33 cm, Lingkar perut 29 cm, Lingkar
lengan atas : 12 cm
Setelah dilakukan pengimpulan data, melaui anamnesa dari beberapa hal dan
pemeriksaan fisik yang dilakukan, maka dapat ditegakkan beberapa diagnosa
masalah aktual pada bayi Ny. L yang selanjutnya dibahas pada langkah II.
62. 53
2. Langkah II. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual
Setelah dilakukan pengumpulan data maka ditegakkan diagnosa
masalah aktual pada Bayi Ny. L yaitu Bayi Baru Lahir, Sesuai Masa
Kehamilan, Asfiksia Sedang BayiLahir tidak langsung menangis.
a) Bayi Baru Lahir
1) Data dasar
1) Data subyektif :
Ibu mengatakan melahirkan tanggal 20 April 2015 Jam 10.00 Wita
2) Data obyektif :
Tanggal pengkajian 20 April 2015 Jam 10.00 Wita
2) Analisis dan interprestasi
Dari hasil anamnesa bayi lahir tanggal 22 April 2015 Jam 10.00 Wita dan
pengkajian tanggal 20 April 2015 Jam 10.00 Wita, dimana umur bayi 1
hari dikatakan bayi baru lahir (Dewi, 2011).
b) Sesuai Masa Kehamilan (SKM)
1) Data dasar
a) Data subyektif :
Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 15-07-2014,
melahirkan tanggal 20-04-2015
b) Data obyektif :
Umur kehamilan 38 minggu 1 hari, BBL 2900 gram.
63. 54
2) Analisis dan interprestasi
Dari hasil anamnese diperoleh data bahwa dari hari pertama haid terakhir
sampai dengan tanggal persalinan didapatkan umur kehamilan ibu 38
minggu 1 hari dan berat badan bayinya 2900 gram sesuai dengan berat
badan bayi pada masa gestasi (Dewi, 2011).
c) Asfiksia Sedang
1) Data Dasar
a) Data subyektif
Ibu mengataakan bayinya lahir tidak segera menangis, bernapas
megap-megap / tidak teratur.
b) Data obyektif
Bayi lahir tidak segera menangis, kulit badan kemerahan ekstermitas
kebiruan / pucat, pernapasan tidak teratur, tampak ledir pada hidung
dan mulut, APGAR SCORE 6 /8.
2) Analisis dan interprestasi
a) Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir
yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan
tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya (Dewi, 2010).
b) Asfiksia sedang adalah kegagalan bayi baru lahir untuk bernapas
secara spontan dan teratur sehingga menimbulkan gangguan
metabolisme pada tubuhnya, memiliki skor apgar 4-6 dengan
64. 55
frekuensi jantung > 100 x / menit, usaha napas lambat, serta tonus otot
kurang baik atau baik, bayi tampak sianosis (Hidayat, 2009).
d) Bayi Lahir Tidak Langsung Menangis
1) Data dasar
a) Data subyektif
Ibu mengatakan bayinya lahir tidak langsung menangis.
b) Data obyektif
Bayi lahir tidak langsung menangis, bernapas megap-megap / tidak
teratur, ada lendir pada hidung dan mulut.
2) Analisis dan interprestasi
Bayi lahir tidak langsung menangis merupakan salah satu tanda gejala
Asfiksia dimana bayi lahir tidak langsung menangis, bernapas tidak
teratur dan warna kulit kemerahan bagian ekstermitas kebiruan. Dari
hasil anamnesa dan dari data penolong persalinan diperoleh bayi baru
lahir tidak langsung menangis, bernapas tidak teratur dan warna kulit
kemerahan bagian ekstermitas kebiruan.
Berdasarkan diagnosa masalah aktual yang diidentifikasi pada langkah II,
jika bayi Ny. L tidak mendapatkan penanganan secara cepat dan tepat, maka
keadaan yang berlanjut pada masalah baru yang lebih berat yang seharusnya
tidak terjadi, untuk selanjutnya akan dibahas pada langkah III.
3. Langkah III. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Berdasarkan identifikasi diagnosa , jika bayi secara cepaat dan tepat,maka
bisa berlanjut terjadinya Asfiksia Berat dan Hipotermi.
65. 56
a. Asfiksia Berat
1) Data dasar
a) Data subyektif : -
b) Data obyektif :
Apgar score 6 / 8, terdapat lendir dalam hidung dan mulut, bayi lahir
tidak langsung menangis, bernapas megap-megap / tidak teratur, kulit
kemerahan dan ekstermitas kebiruan / pucat.
2) Analisis dan interprestasi
a) Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan bayi mengalami
Asfiksia Sedang. Pada umumnya bila terdapat kesalahan dalam
mengambil tindakan atau penanganan maka bayi tersebut akan
mengalami Asfiksia Berat.
b) Adanya lendir yang banyak pada saluran napas (mulut dan hidung)
dapat menghambat jalan napas sehingga proses respirasi terganggu
dan menimbulkan asfiksia sedang dan tanpa pertolongan lebih lanjut
akan berpotensial terjadi asfiksia berat (Syafruddin, 2011).
b. Hipotermi
1) Data dasar
a) Data subyektif : -
b) Data obyektif :
Suhu 36°C dan warnah kulit kemerahan bagian ekstermitas kebiruan /
pucat.
66. 57
2) Analisis dan interprestasi
a) Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan adanya lendir pada
hidung dan mulut, suhu 36°C, dan bagian ekstermitas kebiruan / pucat
apabila suhu bayi menetap atau tidak mengalami perubahan maka
bayi bisa mengalami Hipotermi.
b) Hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal, dimana
suhu normal pada bayi adalah 36,5°C-37,5°C. Gejala awal hipotermi
apabila suhu < 36°C atau kedua kaki teraba dingin (Marmi, 2012).
c) Hipotermi dapat terjadi secara cepat pada bayi yang sangat kecil
memiliki simpanan lemak yang sangat sedikit dalam tubuhnya atau
bayi yang diresusitasi atau dipisahkan dari ibunya (Syafruddin, 2011).
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan, untuk mencegah
kemungkinan terjadinya masalah yang baru yang lebih berat yang dapat terjadi
pada Bayi Ny. L, maka perlu dilakukan evaluasi untuk menilai perlunya
tindakan segera, kolaborasi dan konsultasi.
4. Langkah IV. Perlunya Tindakan Segera / Kolaborasi dan Konsultasi
Untuk memperbaiki keadaan umum bayi, maka diperlukan penanganan
segera dengan melakukan kolaborasi bersama bidan dalam penanganan kasus
Bayi Ny. L yaitu melakukan JAIKAN dan Resusitasi.
5. Langkah V. Rencana Asuhan
Rencana Asuhan yang akan dilakukan pada kasus Bayi Ny. L, Bayi
Baru Lahir Asfiksia Sedang, ditujukan untuk mencapai tujuan dalam masalah-
67. 58
masalah yang dialami oleh Byi Ny. L, hal ini dipaparkan lebih jelas dalaam
uraian berikut :
a. Tujuan
Tujuan dilaksanakan asuhan kebidanan pada bayi Ny. L bayi lahir cukup
bulan dengan Asfiksia Sedang yaitu :
1) Asfiksia Sedang teratasi
2) Tidak terjadi Asfiksia Berat
3) Tidak terjadi Hipotermi
b. Kriteria
1) Asfiksia sedang teratasi yang ditandai dengan pernapasan teratur, seluruh
tubuh kemerahan, pergerakan aktif.
2) Tidak terjadi Asfiksia Berat yang ditandai dengan keadaan umum bayi
baik, tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu :
a) Laju jantung : 120-160 kali/menit
b) Pernapasan : 40-60 kali/menit
c) Suhu : 36,5°C–37,5°C
3) Tidak terjadi Hipotermi dan kehangatan tubuh bayi terjaga.
c. Rencana Asuhan
1) Umum
a) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Rasional : Mencegah kemungkinan kontaminasi dengan kuman
sehingga tidak terjadi infeksi nasokomial.
68. 59
b) Nilai keadaan bayi meliputi tangisan, pernapasan, gerakannya, dan
warna kulit.
Rasional : Agar mengetahui keadaan umum bayi.
c) Keringkan tubuh bayi dengan menggunakan kain atau handuk bersih.
Rasional : Agar tidak terjadi Hipotermi.
d) Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa bayinya asfiksia
meliputi bayinya lahir tidak langsung menangis, pernapasannya
megap-megap, gerakannya lemah dan warna kulitnya kebiruan / pucat.
Rasional : Agar keluarga mengetahui keadaan bayinya dan koperatif
serta memberi dukungan dengan tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya.
2) Asfiksia Sedang
a) Membuka lebar mulut bayi, usap mulut bayi, isap lendir.
Hasil: Agar bayi dapat bernapas dengan baik / teratur.
b) Potong dan ikat tali pusat dengan cepat
Hasil : Agar mempermuda dalam melakukan penanganan awal untuk
asfiksia
c) Melakukan tindakan awal penanganan bayi asfiksia meliputi jaga
kehangatan, atur posisi, isap lendir, keringkan, atur kembali posisi ,
dan nilai kembali keadaan bayi (JAIKAN) :
1) Menjaga kehangatan bayi dengan segera menyelimuti bayi dan
meletakan bayi di bawah pemancar panas.
69. 60
Hasil : bayi terbungkus kain bersih, hangat dan kering serta
bayi telah berada di bawah pemancar panas.
2) Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi.
Hasil : posisi kapala bayi sedikit ekstensi dengan ganjalan sarung
Setingg± 5 cm pada bahu bayi.
3) Menghisap lendir mulai dari mulut bayi sampai 5 cm kedalam
rongga mulut dan hidung sampai 3 cm kedalam lubang hidung.
Hasil : lendir telah dibersihkan.
4) Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil
dengan menepuk dan menyentil telapak kaki serta menggosok
punggung bayi.
Hasil : bayi telah dikeringkan dan diberikan rangsangan taktil.
5) Mengatur kembali posisi kepala bayi dengan melepaskan ganjalan
yang ada pada bahu dan mengganti sarung bayi dengan sarung
bersih, hangat dan kering.
Hasil : sarung telah diganti dan posisi kepala kembali normal.
6) Melakukan penilaian yaitu menangis, tonus otot, pernapasan, warna
kulit dan laju jantung bayi.
Hasil : bayi masih menangis lemah, tonus otot lemah,
pernapasan magap-megap, tubuh kemerahan dan
ekstremitas kebiruan, laju jantung 160 kali/menit.
d) Kolaborasi dengan bidan untuk melakukan langkah resusitasi dengan
melakukan ventilasi meliputi :
70. 61
1) Pasang sungkup pada muka bayi, menutup hidung, mulut dan dagu.
Hasil : Agar ventilasi berjalan lancar.
2) Lakukan ventilasi dengan meniup udara melaui alat tabung dan
sungkup ke mulut dan hidung bayi sebanyak 2x (dengan tekanan
30 cm).
Hasil : Agar dada bayi mengembang.
3) Lihat apakah dada bayi mengembang saat ditiup atau dipompa.
Hasil : Untuk menilai keadaan bayi.
4) Periksa sungkup jika dada bayi tidak mengembang dan pastikan
tidak ada udara yang bocor.
Hasil : Untuk memastikan bahwa tidak ada udara yang keluar.
5) Periksa posisi kepala dan membetulkan agar sedikit ekstensi.
Hasil : Agar mempermudah proses persalianan.
6) Periksa apakah ada cairan / lendir dimulut dan mengisap bila ada.
Hasil : Untuk memastikan ada tidaknya cairan dimulut yang
dapatmenghambat pernapasan.
7) Tiup udara melalui alat tabung dan sungkup / memompa balon
dan sungkup ke mulut dan hidung bayi sebanyak 2x (dengan
tekanan 30 cm).
Hasil : Agar bayi bernapas spontan
8) Lanjutkan langkah ventilasi jika dada bayi tidak mengembang.
Hasil : Agar mempercepat proses pernapasan dan bayi dapat
bernapas spontan.
71. 62
9) Nilai napas, tangisan, gerakan dan warna kulit bayi.
Hasil : Bayi bernapas spontan, tangisan baik, warna kulit
kemerahan dan gerakan mulai aktif.
e) Bungkus tali pusat bayi dengan kassa steril
Hasil : Agar tali pusat cepat pupuh dan tidak terjadi infeksi.
f) Bungkus kembali bayi, memakaikan kaos tangan, kaos kaki dan topi.
Hasil : Agar kehangatan bayi terjaga dan tidak terjadi hipotermi.
g) Berikan suntikn Vit K sebanyak 0,1 cc secara IM pada paha 1/3 paha
kiri bayi setelah keadaan umum bayi baik.
Hasil : Agar bayi segera mendapatkan suntikan Vit K sebanyak 0,1
ccsecara IM pada 1/3 paha kiri bayi.
h) Berikan salep mata oksitetraciciline 1% pada mata kiri dan kanan
bayi.
Hasil : Agar bayi segera mendapatkan oksitetraciciline 1% pada
mata kiri dan kanan.
i) Lakukan pemantauan tanda-tanda vital
Hasil : Agar lebih mudah untuk mengetahui keadaan umum bayi.
3) Edukasi
a) Anjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya.
Rasional : Menjaga kehangatan pada bayi bertujuan untuk mencegah
terjadinya hipotermi
b) Anjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat pada bayi
tanpa membubuhi apapun dan menjaga kebersihan tali pusat.
72. 63
Rasional : Agar tidak terjadi infeksi pada tali pusat bayi.
c) Beritahu ibu untuk segera menghubungi bidan atau petugas kesehatan
yang lain jika bayinya mengalami tanda-tanda bahaya seperti
merintih, bernapas megap-megap / tidak teratur, tidak mau menyusu,
ekstermitas teraba dingin ataupun kejang.
Rasional : Agar bayi mendapat penanganan segera dari bidan atau
petugas kesehatan yang lain.
d) Anjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan bayinya.
Rasional : Agar tidak terjadi infeksi pada daerah genitalia bayi.
Untuk mengendalikan keadaan umum bayi ke keadaan normal, maka perlu
dilaksanakannya asuhan yang telah tercantum dalam rencana asuhan dengan
efisien dan aman. Adapun pelaksanaan asuhannya akan dibahas pada langkah
VI.
6. Langkah VI. Implementasi
Asuhan Kebidanan yang diberikan pada kasus bayi Ny. L, Bayi Baru
Lahir, dengan Asfiksia Sedang, dibagi dalam tujuh langkah asuhan kebidanan,
berdasarkan masalah yang dialami bayi Ny. L, untuk lebih jelasnya lihat.
Tangaal : 20-04-2015 Jam : 10.00 Wita
1. Umum
a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Hasil : Tangan telah dibersihkan.
b) Menilai keadaan bayi meliputi tangisan, pernapasan, gerakannya dan
warna kulitnya.
73. 64
Hasil : Bayi lahir tidak langsung menangis, pernapasan megap-megap
megap / tidak teratur, gerakannya lemah dan warna kulit kebiruan / pucat.
c) Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan kain
atau handuk bersih.
Hasil : Bayi telah dikeringkan dengan kain bersih.
d) Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa bayinya asfiksia
meliputi bayinya lahir tidak langsung menangis, pernapasannya megap-
megap,gerakannya lemah dan warnah kulitnya kebiruan / pucat.
Hasil : Keluarga menetahui keadaan bayinya dan kooperatif serta memberi
dukungan dengan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
2. Asfiksia Sedang
a) Membuka lebar mulut bayi, usap mulut bayi, isap lendir.
Hasil : Agar bayi dapat bernapas dengan baik / teratur.
b) Potong dan ikat tali pusat dengan cepat
Hasil : Agar mempermudah dalam melakukan penanganan awal untuk
asfiksia.
c) elakukan tindakan awal penanganan bayi asfiksia meliputi jaga
kehangatan, atur posisi, isap lendir, keringkan, atur kembali posisi , dan
nilai kembali keadaan bayi meliputi :
1) Menjaga kehangatan bayi dengan segera menyelimuti bayi dan
meletakan bayi di bawah pemancar panas.
Hasil : bayi terbungkus kain bersih, hangat dan kering serta
bayi telah berada di bawah pemancar panas.
74. 65
2) Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi.
Hasil : posisi kapala bayi sedikit ekstensi dengan ganjalan sarung
setinggi ± 5 cm pada bahu bayi.
3) Menghisap lendir mulai dari mulut bayi sampai 5 cm kedalam rongga
mulut dan hidung sampai 3 cm kedalam lubang hidung.
Hasil : lendir telah dibersihkan.
4) Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil dengan
menepuk dan menyentil telapak kaki serta menggosok punggung bayi.
Hasil : bayi telah dikeringkan dan diberikan rangsangan taktil.
5) Mengatur kembali posisi kepala bayi dengan melepaskan ganjalan
yang ada pada bahu dan mengganti sarung bayi dengan sarung bersih,
hangat dan kering.
Hasil : sarung telah diganti dan posisi kepala kembali normal.
6) Melakukan penilaian yaitu menangis, tonus otot, pernapasan, warna
kulit dan laju jantung bayi.
Hasil : bayi masih menangis lemah, tonus otot lemah,
pernapasan magap-megap, tubuh kemerahan dan
ekstremitas kebiruan, laju jantung 160 kali/menit.
d) Kolaborasi dengan bidan untuk melakukan langkah resusitasi dengan
melakukan ventilasi meliputi :
1) Pasang sungkup pada muka bayi, menutup hidung, mulut dan dagu.
Hasil : Agar ventilasi berjalan lancar.
75. 66
2) Lakukan ventilasi dengan meniup udara melaui alat tabung dan
sungkup ke mulut dan hidung bayi sebanyak 2x (dengan tekanan 30
cm).
Hasil : Agar dada bayi mengembang.
3) Lihat apakah dada bayi mengembang saat ditiup atau dipompa.
Hasil : Untuk menilai keadaan bayi.
4) Periksa sungkup jika dada bayi tidak mengembang dan pastikan tidak
ada udara yang bocor.
Hasil : Untuk memastikan bahwa tidak ada udara yang keluar.
5) Periksa posisi kepala dan membetulkan agar sedikit ekstensi.
Hasil : Agar mempermudah proses persalianan.
6) Periksa apakah ada cairan / lendir dimulut dan mengisap bila ada.
Hasil : Untuk memastikan ada tidaknya cairan dimulut yang
dapatmenghambat pernapasan.
7) Tiup udara melalui alat tabung dan sungkup / memompa balon dan
sungkup ke mulut dan hidung bayi sebanyak 2x (dengan tekanan 30
cm).
Hasil : Agar bayi bernapas spontan
8) Lanjutkan langkah ventilasi jika dada bayi tidak mengembang.
Hasil : Agar mempercepat proses pernapasan dan bayi dapat
bernapas spontan.
76. 67
9) Nilai napas, tangisan, gerakan dan warna kulit bayi.
Hasil : Bayi bernapas spontan, tangisan baik, warna kulit kemerahan
dan gerakan mulai aktif.
e) Bungkus tali pusat dengan kassa steril
Hasil : Tali pusat terbungkus dengan kassa steril.
f) Membungkus kembali bayi, memakaikan kaos tangan dan kaki.
Hasil : Bayi telah dibungkus dengan kain bersih dan kering, telah
memakai kaos tanga, serta topi.
g) Berikan suntikn Vit K sebanyak 0,1 cc secara IM pada paha 1/3 paha kiri
bayi setelah keadaan umum bayi baik.
Hasil : Agar bayi segera mendapatkan suntikan Vit K sebanyak 0,1 cc
secara IM pada 1/3 paha kiri bayi.
h) Berikan salep mata oksitetraciciline 1% pada mata kiri dan kanan bayi.
Hasil : Agar bayi segera mendapatkan oksitetraciciline 1% pada mata
kiri dan kanan.
i) Lakukan pemantauan tanda-tanda vital
Hasil : Tanda-tanda vital :
1) Denyut jantung : 120 x / menit
2) Pernapasan : 40 x / menit
3) Suhu : 36,5°C
77. 68
3. Edukasi
a) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya.
Hasil : Bayi telah dibungkus dengan sarung bersih dan telah memakai
kaos kaki, kaos tangan dan topi.
b) Memberitahu ibu bahwa bayinya belum bisa disusui karena bayinya
Asfiksia jika disusui ditakutkan akan terjadi aspirasi dan bayi bisa disusui
setelah bayi lahir selama 12 jam.
Hasil : ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran yang diberikan.
c) Menganjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat pada bayi,
tanpa dibubuhi apapun dan menjaga kebersihan tali pusat.
Hasil : Tali pusat telah dibungkus dengan kassa steril tanpa dibubuhi
apapun dan nampak bersih.
d) Memberitahu ibu untuk segera menghubungi bidan atau petugas
kesehatanyang lain jika bayinya mengalami tanda-tanda bahaya seperti
merintih, bernapas megap-megap / tidak teratur, tidak mau menyusu,
ekstermitas teraba dingin ataupun kejang.
Hasil : ibu bersedia menghubungi bidan atau petugas kesehatan yang lain
jika bayinya menemukan salah satu tanda bahaya tersebut.
e) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan bayinya
terutama pada daerah genetalianya.
Hasil : ibu bersedia mengikuti anjuran bidan.
4. Follow UP
Diharapkan pada kunjungan ulang hari pertama tanggal 21 April 2015 :
78. 69
a) Keadaan umum bayi baik ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas
normal yaitu : (denyut jantung 120-160 x / menit dan suhu 36,5°C-
37,5°C).
b) Tidak terjadi Asfiksia dan Hipotermi.
c) Kehangatan tubuh bayi tetap terjaga.
7. Langkah VII. Evaluasi
Hasil evaluasi dari asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi Ny. L,
Bayi Baru Lahir, Sesuai Masa Kehamilan, Asfiksia Sedang dengan Bayi Lahir
tidak langsung menangis.
Tanggal : 20-04-2015 Jam : 11.30 WITA
a) Asfiksia pada bayi teratasi ditandai dengan pernapasan teratur, seluruh
tubuh kemerahan.
b) Tidak terjadi Asfiksia Berat yang ditandai dengan keadaan umum bayi baik,
tanda-tanda vital dalam batas normal.
1) Laju jantung : 120-160 x / menit
2) Suhu : 36,5°C-37,5°C
3) Pernapasan : 40-60 x / menit
4) Suhu dan kehangatan tubuh bayi terjaga.
5) Tidak terjadi Hipotermi
B. Pendokumentasian
Setelah dilakukan Manajemen Asuhan Kebidanan Asuhan Kebidanan 7
Langkah Varney pada bayi Ny. L, Bayi Baru Lahir, Sesuai Masa Kehamilan, Bayi
Asfiksia dengan Bayi Lahir tidak langsung menangis maka penulis akan
79. 70
merangkum manajemen tersebut dalam 4 langkah pendokumentasia, yang dikenal
dengan SOAP, untuk lebih jelasnya lihat uraian berikut :
1. Data subyektif
Ibu mengatakan hamil pertama, belum pernah melahirkan dan tidak pernah
keguguran, hari pertama haid terakhir tanggal 15-07-2014, memeriksakan
kehamilannya dibidan sebanyak dua kali, tidak mengalami gangguan selama
hamil, melahirkan pada tanggal 20-04-2015, jam 10.00 Wita dan bayi lahir
tidak langsung menangis, bernapas tidak teratur.
2. Data obyektif
a) Pemeriksaan umum
Tafsiran persalinantanggal 20–04-2015,umur kehamilan38 minggu 1 hari,
keadaan umum bayi tampak lemah,bayi lahir tidaklangsung
menangis,badan
kemerahan ekstermitas kebiruan, pergerakan tonus otot lemah, jenis
kelamin laki-laki.
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Denyut jantung 98 x / menit, pernapasan 38 x / menit, suhu 36°C.
c) APGAR Scor : 6 / 8.
d) Pemeriksaan fisik khusus
Tidak ada ekspresi pada wajah, pernapasan tidak teratur, bibir pucat,
ekstermitas kebiruan, pergerakan lemah, refleks sucking (mengisap)
lemah, refleks graps (menggenggam) lemah, refleks moro (kaget) lemah,
refleks batuk dan bersin lemah.
80. 71
e) Pengukuran antropometri
Berat badan lahir 2900 gram, panjang badan lahir 49 cm, lingkar kepala 35
cm, lingkar dada 33 cm, lingkar perut 34 cm dan lingkar lengan atas 34
cm.
3. Assesment (A)
Setelah dilkukan pengumpulan data maka ditegakan diagnosa masalah aktual
pada bayi Ny. L, bayi baru lahir, sesuai masa kehamilan, bayi asfiksia sedang,
dengan bayi lahir tidak langsung menangis, potensial terjadinya asfiksia berat
dan hipotermi dan perlunya tindakan kolaborasi dengan bidan dalam
penanganan asfiksia yaitu melakukan JAIKAN resusitasi dengan ventilasi.
Untuk mencegah terjadinya masalah potensial yang dapat dialami oleh bayi
Ny. Lmaka perlu dilakukan rencana asuhan.
4. Planning (P)
Asuhan kebidanan yang diberikan pada kasus bayi Ny. L, bayi baru lahir,
sesuai masa kehamilan, bayi asfiksia sedang dengan bayi lahir tidak langsung
menangis dibagi dalam tujuh langkah asuhan kebidanan, berdasarkan masalah
yang dialami oleh bayi Ny. L, untuk lebih jelasnya lihat uraian berikut :
Tanggal 20-04-2015 Jam 10.00-10.30 Wita
a. Umum
1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Hasil : Tangan telah dibersihkan.
2) Menilai keadaan bayi meliputi tangisan, pernapasan, gerakannya dan
warna kulitnya.
81. 72
Hasil : pernapasan megap-megap / tidak teratur, gerakan lemah dan
warna kulitnya kebiruan / pucat.
3) Mengeringkan tubuh bayi dengan menggunakan kain atau handuk
bersih.
Hasil : bayi telah dikeringkan dengan kain bersih.
4) Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa bayinya
asfiksia meliputi bayi lahir tidak langsung menangis, pernapasan
megap-megap / tidak teratur, gerakannya lemah dan warna kulit
kebiruan / pucat.
Hasil : keluarga mengetahui keadaan bayinya dan kooperatif serta
memberi dukungan dengan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
b. Asfiksia Sedang
1) Membuka lebar mulut bayi, usap mulut bayi, isap lendir.
Hasil : Agar bayi dapat bernapas dengan baik / teratur.
2) Potong dan ikat tali pusat dengan cepat
Hasil : Agar mempermuda dalam melakukan penanganan awal untuk
asfiksia.
3) Melakukan tindakan awal penanganan bayi asfiksia meliputi jaga
kehangatan, atur posisi, isap lendir, keringkan, atur kembali posisi , dan
nilai kembali keadaan bayi (JAIKAN) :
a) Menjaga kehangatan bayi dengan segera menyelimuti bayi dan
meletakan bayi di bawah pemancar panas.
82. 73
Hasil: bayi terbungkus kain bersih, hangat dan kering serta bayi
telah berada di bawah pemancar panas.
b) Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi.
Hasil : posisi kapala bayi sedikit ekstensi dengan ganjalan sarung
setinggi ± 5 cm pada bahu bayi.
c) Menghisap lendir mulai dari mulut bayi sampai 5 cm kedalam
rongga mulut dan hidung sampai 3 cm kedalam lubang hidung.
Hasil : lendir telah dibersihkan.
d) Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil dengan
menepuk dan menyentil telapak kaki serta menggosok punggung
bayi.
Hasil : bayi telah dikeringkan dan diberikan rangsangan taktil.
e) Mengatur kembali posisi kepala bayi dengan melepaskan ganjalan
yang ada pada bahu dan mengganti sarung bayi dengan sarung
bersih, hangat dan kering.
Hasil : sarung telah diganti dan posisi kepala kembali normal.
f) Melakukan penilaian yaitu menangis, tonus otot, pernapasan, warna
kulit dan laju jantung bayi.
Hasil : bayi masih menangis lemah, tonus otot lemah,
pernapasan magap-megap, tubuh kemerahan dan
ekstremitas kebiruan, laju jantung 160 kali/menit.
4) Kolaborasi dengan bidan untuk melakukan langkah resusitasi dengan
melakukan ventilasi meliputi :
83. 74
a) Pasang sungkup pada muka bayi, menutup hidung, mulut dan dagu.
Hasil : Agar ventilasi berjalan lancar.
b) Lakukan ventilasi dengan meniup udara melaui alat tabung dan
sungkup ke mulut dan hidung bayi sebanyak 2x (dengan tekanan 30
cm).
Hasil : Agar dada bayi mengembang.
c) Lihat apakah dada bayi mengembang saat ditiup atau dipompa.
Hasil : Untuk menilai keadaan bayi.
d) Periksa sungkup jika dada bayi tidak mengembang dan pastikan
tidak ada udara yang bocor.
Hasil : Untuk memastikan bahwa tidak ada udara yang keluar.
e) Periksa posisi kepala dan membetulkan agar sedikit ekstensi.
Hasil : Agar mempermudah proses persalianan.
f) Periksa apakah ada cairan / lendir dimulut dan mengisap bila ada
Hasil : Untuk memastikan ada tidaknya cairan dimulut yang dapat
menghambat pernapasan.
g) Tiup udara melalui alat tabung dan sungkup / memompa balon dan
sungkup ke mulut dan hidung bayi sebanyak 2x (dengan tekanan 30
cm).
Hasil : Agar bayi bernapas spontan
h) Lanjutkan langkah ventilasi jika dada bayi tidak mengembang.
. Hasil : Telah dilakukan.
i) Nilai napas, tangisan, gerakan dan warna kulit bayi.
84. 75
Hasil : Agar mempercepat proses pernapasan dan bayi dapat
bernapas
j) Bungkus tali pusat bayi dengan kassa steril
Hasil : Agar tali pusat cepat pupuh dan tidak terjadi infeksi.
k) Bungkus kembali bayi, memakaikan kaos tangan, kaos kaki dan topi.
Hasil : Agar kehangatan bayi terjaga dan tidak terjadi hipotermi.
l) Membungkus kembali bayi, memakaikan kaos tangan dan kaos kaki.
Hasil : Bayi telah dibungkus dengan kain bersih dan kering.
m)Berikan suntikn Vit K sebanyak 0,1 cc secara IM pada paha 1/3 paha
kiri bayi setelah keadaan umum bayi baik.
Hasil : Agar bayi segera mendapatkan suntikan Vit K sebanyak 0,1
ccsecara IM pada 1/3 paha kiri bayi.
n) Berikan salep mata oksitetraciciline 1% pada mata kiri dan kanan
bayi. Hasil : Agar bayi segera mendapatkan oksitetraciciline
1% pada mata kiri dan kanan.
o) Lakukan pemantauan tanda-tanda vital
Hasil : Tanda-tanda vital :
Denyut jantung : 120 x / menit
Pernapasan : 40 x / menit
Suhu : 36,5°C
85. 76
c. Edukasi
1) Anjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya
Rasional : Menjaga kehangatan pada bayi bertujuan untuk mencegah
terjadinya hipotermi
2) Anjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat pada bayi
tanpa membubuhi apapun dan menjaga kebersihan tali pusat.
Rasional : Agar tidak terjadi infeksi pada tali pusat bayi.
3) Beritahu ibu untuk segera menghubungi bidan atau petugas kesehatan
yang lain jika bayinya mengalami tanda-tanda bahaya seperti merintih,
bernapas megap-megap / tidak teratur, tidak mau menyusu, ekstermitas
teraba dingin ataupun kejang.
Rasional : Agar bayi mendapat penanganan segera dari bidan atau
petugas kesehatan yang lain.
4) Anjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan bayinya.
Rasional : Agar tidak terjadi infeksi pada daerah genitalia bayi.
d. Follow UP
Diharapkan pada kunjungan ulang hari pertama tanggal 20 April 2015 :
1) Keadaan umum bayi baik ditandai dengan tanda-tanda vital dalam
batas normal yaitu : (denyut jantung 120-160 x / menit dan suhu
36,5°C-37,5°C).
2) Tidak terjadi Asfiksia dan Hipotermi.
3) Kehangatan tubuh bayi tetap terjaga.
86. 77
C. Catatan perkembangan
1. Catatan perkembagan I
Tanggal 20-04-2015 Jam 07.00 Wita
a) Data subyektif
Ibu mengatakan keadaan umum bayinya masih lemah, ASI-nya sudah keluar
dan bayinya sudah menyusu pada jam 19.00 Wita tetapi bayinya menyusu
sedikit, popok dan baju bayi diganti bila basah / kotor, bayinya sudah BAB
dan BAK.
b) Data obyektif
1) Keadaan umum bayi lemah
2) Gerakan bayi aktif
3) Warna kulit : seluruh tubuh kemerahan
4) Berat badan 2900 gram
5) Tanda-tanda vital :
a) Denyut jantung : 125 x / menit
b) Pernapasan : 40 x / menit
c) Suhu : 36,5°C
6) Tali pusat masih basah dan terbungkus kassa steril.
c) Assesment (A)
Bayi umur 1 hari, keadaan umum bayi lemah, potensial terjadinya hipotermi
dan tidak ada data yang mendukung adanya tindakan segera / kolaborasi.