SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
KONSEP DASAR
EKOWISATA
hafid Fandeli., Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta : Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada
Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor dua di dunia, telah dikenal memiliki
kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Para explorer dari dunia barat maupun
timur jauh telah mengunjungi Indonesia pada abad ke lima belas vang lalu. Perjalanan
eksplorasi yang ingin mengetahui keadaan di bagian benua lain telah dilakukan oleh
Marcopollo, Washington, Wallacea, Weber, Junghuhn dan Van Steines dan masih banyak
yang lain merupakan awal perjalanan antar pulau dan antar benua yang penuh dengan
tantangan. Para adventnrer ini melakukan perjalanan ke alam yang merupakan awal dari
perjalanan ekowisata. Sebagian perjalanan ini tidak memberikan keuntungan konservasi
daerah alami, kebudayaan asli dan atau spesies langka (Lascurain, 1993).
Pada saat ini, ekowisata telah berkembang. Wisata ini tidak hanya sekedar untuk melakukan
pengamatan burung, mengendarai kuda, penelusuran jejak di hutan belantara, tetapi telah
terkait dengan konsep pelestarian hutan dan penduduk lokal. Ekowisata ini kemudian
merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan terhadap
lingkungan, ekonomi dan sosial. Ekowisata tidak dapat dipisahkan dengan konservasi. Oleh
karenanya, ekowisata disebut sebagai bentuk perjalanan wisata bertanggungjawab.
Belantara tropika basah di seluruh kepulauan Indonesia merupakan suatu destinasi. Destinasi
untuk wisata ekologis dapat dimungkinkan mendapatkan manfaat sebesarbesarnya aspek
ekologis, sosial budaya dan ekonomi bagi masyarakat, pengelola dan pemerintah.
Destination areas elect to become involved in tourism primarily for economic reasons: to
provide employment opportunities, to increase standard of leaving and, in the case of
international tourism to generate foreign exchange. Tourism is viewed as a development tool
and as a means of diversifying economics (Wall, 1995: 57).
Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi.
Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan strategi konservasi.
Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan
dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami. Bahkan dengan ekowisata pelestarian alam
dapat ditingkatkan kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari para eco-traveler.
Ekowisata lebih populer dan banyak dipergunakan dibanding dengan terjemahan yang
seharusnya dari istilah ecotourism, yaitu ekoturisme. Terjemahan yang seharusnya dari
ecotourism adalah wisata ekologis. Yayasan Alam Mitra Indonesia (1995) membuat
terjemahan ecotourism dengan ekoturisme. Di dalam tulisan ini dipergunakan istilah
ekowisata yang banyak digunakan oleh para rimbawan. Hal ini diambil misalnya dalam salah
satu seminar dalam Reuni Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (Fandeli,1998).
Kemudian Nasikun (1999), mempergunakan istilah ekowisata untuk menggambarkan adanya
bentuk wisata yang baru muncul pada dekade delapan puluhan.
Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun, pada
hakekatnva, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggungjawab
terhadap kelestarian area yang masih alami (natural aren), memberi manfaat secara ekonomi
dan mempertahankan keutuhan budava bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini,
bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh
penduduk dunia. Eco-traveler ini pada hakekatnya konservasionis.
Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society
(1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang
dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan
kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam
yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, disamping budaya dan
kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.
Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena banyak
digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami, yang dapat
menciptakan kegiatan bisnis. Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai berikut: Ekowisata
adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggungjawab ke area alami dan berpetualang yang
dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999). Dari kedua definisi ini dapat
dimengerti bahwa ekowisata dunia telah berkembang sangat pesat. Ternyata beberapa
destinasi dari taman nasional berhasil dalam mengembangkan ekowisata ini.
Bahkan di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru yang berkait dengan
pengertian ekowisata. Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata ini. Hal ini
seperti yang didefinisikan oleh Australian Department of Tourism (Black, 1999) yang
mendefinisikan ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek
pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan
pengelolaan kelestarian ekologis. Definisi ini memberi penegasan bahwa aspek yang terkait
tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk pariwisata lainnya, tetapi lebih dekat dengan
pariwisata minat khusus, alternative tourism atau special interest tourism dengan obyek dan
daya tarik wisata alam.
Pendekatan Pengelolaan Ekowisata
Ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi. Apabila
ekowisata pengelolaan alam dan budaya masyarakat yang menjamin kelestarian dan
kesejahteraan, sementara konservasi merupakan upaya menjaga kelangsungan pemanfaatan
sumberdaya alam untuk waktu kini dan masa mendatang. Hal ini sesuai dengan definisi yang
dibuat oleh The International Union for Conservntion of Nature and Natural Resources
(1980), bahwa konservasi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan biosphere dengan
berusaha memberikan hasil yang besar dan lestari untuk generasi kini dan mendatang.
Sementara itu destinasi yang diminati wisatawan ecotour adalah daerah alami. Kawasan
konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa Taman Nasional, Taman Hutan
Raya, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata dan Taman Buru. Tetapi kawasan
hutan yang lain seperti hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki obyek alam sebagai
daya tarik ekowisata dapat dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata. Area alami
suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, di daerah hulu atau muara sungai dapat pula
dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan yang harus dilaksanakan adalah tetap menjaga
area tersebut tetap lestari sebagai areal alam.
Pendekatan lain bahwa ekowisata harus dapat menjamin kelestarian lingkungan. Maksud dari
menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan konservasi (UNEP, 1980) sebagai berikut:
" Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan -
Melindungi keanekaragaman hayati - Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan
ekosistemnya "
Di dalam pemanfaatan areal alam untuk ekowisata mempergunakan pendekatan pelestarian
dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan dengan menitikberatkan pelestarian
dibanding pemanfaatan. Pendekatan ini jangan justru dibalik.
Kemudian pendekatan lainnya adalah pendekatan pada keberpihakan kepada masyarakat
setempat agar mampu mempertahankan budaya lokal dan sekaligus meningkatkan kesejah-
teraannya. Bahkan Eplerwood (1999) memberikan konsep dalam hal ini: Urgent need to
generate funding and human resonrces for the management of protected areas in ways that
meet the needs of local rural populations.
Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur conservation tax untuk membiayai
secara langsung kebutuhan kawasan dan masyarakat lokal.
Konsep Pengembangan Ekowisata
Untuk mengembangkan ekowisata dilaksanakan dengan cara pengembangan pariwisata pada
umumnya. Ada dua aspek yang perlu dipikirkan. Pertama, aspek destinasi, kemudian kedua
adalah aspek market. Untuk pengembangan ekowisata dilaksanakan dengan konsep product
driven. Meskipun aspek market perlu dipertimbangkan namun macam, sifat dan perilaku
obyek dan daya tarik wisata alam dan budaya diusahakan untuk menjaga kelestarian dan
keberadaannya.
Pada hakekatnya ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam dan budaya
masyarakat, jauh lebih ketat dibanding dengan hanya keberlanjutan. Pembangunan ekowisata
berwawasan lingkungan jauh lebih terjamin hasilnya dalam melestarikan alam dibanding
dengan keberlanjutan pembangunan. Sebab ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam,
tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pengetahuan, fisik/ dan psikologis wisatawan. Bahkan dalam berbagai aspek ekowisata
merupakan bentuk wisata yang mengarah ke metatourism. Ekowisata bukan menjual
destinasi tetapi menjual filosofi. Dari aspek inilah ekowisata tidak akan mengenal kejenuhan
pasar.
Prinsip Ekowisata
Pengembangan ekowisata di dalam kawasan hutan dapat menjamin keutuhan dan kelestarian
ekosistem hutan. Ecotraveler menghendaki persyaratan kualitas dan keutuhan ekosistem.
Oleh karenanya terdapat beberapa butir prinsip pengembangan ekowisata yang harus
dipenuhi. Apabila seluruh prinsip ini dilaksanakan maka ekowisata menjamin pembangunan
yang ecological friendly dari pembangunan berbasis kerakyatan (commnnity based). The
Ecotourism Society (Eplerwood/1999) menyebutkan ada delapan prinsip, yaitu:
Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya,
pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya
setempat. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat
akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam.
Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk
ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung
penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan conservation tax dapat dipergunakan secara
langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam.
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam merencanakan
pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam pengawasan, peran masyarakat
diharapkan ikut secara aktif. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap
ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian
kawasan alam. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk
pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Apabila
ada upaya disharmonize dengan alam akan merusak produk wisata ekologis ini. Hindarkan
sejauh mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi flora dan fauna serta menjaga keaslian
budaya masyarakat.
Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung yang
lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan sangat
banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi. Peluang penghasilan pada porsi yang besar
terhadap negara. Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka
devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara
bagian atau pemerintah daerah setempat.
PENGEMBANGAN EKOWISATA PANTAI DALAM
MEMASUKI BISNIS REKREASI BERBASIS
MASYARAKAT DAN EKOLOGI
Posted on May 24, 2011 by agustinkpm
ABSTRAK
Community based tourism is one of the tours recommended by the World Tourism Organization
(WTO) to develop. Type of tourism requires the participation of local communities both in the planning
stages and development. In order to encourage their participation in planning and developing a
particular object, such as the coast, projected to become a regional ecotourism, they must have a
good perception about the existence and development plan of the object. Indonesia is among the
countries that have the potential for quite a lot of tourist attraction such as natural resources,
biodiversity, and various cultural values that are spread in various regions of the archipelago. This
reflects the reality that Indonesia has the prospect to be developed as ecotourism management
model.
Keyword: ecotourism,development, participation of communities
Basis komunitas pariwisata merupakan salah satu jenis wisata yang disarankan oleh World Tourism
Organization (WTO) untuk berkembang. Jenis wisata membutuhkan partisipasi masyarakat setempat
baik dalam tahap perencanaan maupun pengembangan. Dalam rangka mendorong partisipasi
mereka dalam perencanaan dan pengembangan objek tertentu yang akan diproyeksikan menjadi
daerah ekowisata, seperti pantai mereka harus memiliki persepsi yang baik mengenai rencana
keberadaan dan pengembangan objek. Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki potensi
daya tarik wisata cukup banyak seperti sumber daya alam, keragaman hayati, dan berbagai nilai
budaya yang tersebar di berbagai kawasan nusantara. Realitas ini mencerminkan bahwa Indonesia
memiliki prospek untuk dapat dikembangkan sebagai model pengelolaan ekowisata.
Kata Kunci: Ekowisata, pengembangan, partisipasi masyarakat
RINGKASAN
Indonesia memiliki potensi sumber daya alam, peninggalan sejarah, seni dan budaya yang sangat
besar sebagai daya tarik pariwisata dunia. Melihat potensi yang dimiliki Indonesia, Indonesia dapat
menciptakan pengembangan pariwisata melalui penyelenggaraan yang mendukung upaya
pelestarian lingkungan (alam dan budaya), yang melibatkan dan menguntungkan masyarakat
setempat, serta menguntungkan secara komersial.
Pantai merupakan salah satu daya tarik utama bagi pangsa pasar ekowisata, sehingga kualitas,
keberlanjutan akan pengembangannya, serta peninggalan sejarahnya sangat penting untuk
pembangunan ekowisata. Pada dasarnya pengetahuan tentang alam dan budaya serta kawasan
daya tarik wisata, dimiliki oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu pelibatan masyarakat menjadi
mutlak, mulai dari tingkat perencanaan hingga pada tingkat pengelolaan. Ekowisata memberikan nilai
tambah kepada pengunjung dan masyarakat setempat dalam bentuk pengetahuan dan pengalaman.
Nilai tambah ini mempengaruhi perubahan perilaku dari pengunjung, masyarakat dan pengembang
pariwisata agar sadar dan lebih menghargai alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya.
Kenyataan memperlihatkan kecenderungan meningkatnya permintaan terhadap produk ekowisata
baik ditingkat internasional maupun nasional. Hal ini disebabkan meningkatnya promosi yang
mendorong orang untuk berprilaku positif terhadap alam dan berkeinginan untuk mengunjungi
kawasan-kawasan yang masih alami agar dapat meningkatkan kesadaran, penghargaan dan
kepeduliannya terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya setempat. Ekowisata
memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan bagi penyelenggara, pemerintah dan
masyarakat setempat, melalui kegiatan-kegiatan yang non-ekstraktif dan non-konsumtif sehingga
meningkatkan perekonomian daerah setempat. Penyelenggaraan yang memperhatikan kaidah-
kaidah ekowisata, mewujudkan ekonomi berkelanjutan.
BAB I
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari sekian banyak pulau dari Sabang sampai
Merauke. Banyaknya pulau yang dimiliki Indonesia, memperlihatkan bahwa Indonesia memiliki pantai
yang panjang, sehingga setiap pantai memiliki karakter yang berbeda satu sama lain. Sejarah
tumbuhnya kota pantai erat kaitanya dengan masalah perdagangan, transportasi dan ekonomi. Tetapi
tidak berarti semua kota yang dekat dengan pantai dapat dikatakan suatu kota pantai yang potensial
dan kota yang dapat dengan mudah dikembangkan menjadi kota wisata pantai, karena banyak faktor
yang mempengaruhinya, seperti kebutuhan masyarakat, pola hidup, kesadaran masyarakat setempat
dan sebagainya.
Pantai merupakan salah satu objek dan daya tarik wisata yang banyak diminati oleh wisatawan, baik
itu wisatawan dalam negeri maupun wisatawan mancanegara. Banyak kawasan wisata yang terkenal
di dunia terletak di pantai. “ Pariwista biasanya akan lebih dikembangkan, jika suatu daerah terdapat
lebih dari satu jenis objek dan daya tarik wisata”[1]. Jenis objek dan daya tarik wisata pantai erat
kaitannya dengan aktivitas seperti bejemur matahari, berenang, selancar, berjalan-jalan di tepi pantai,
mengumpulkan kerang, berperahu, people watching, berfoto, ski air[2]. Dalam perkembangannya,
sektor pariwisata dunia memiliki kecenderungan untuk berubah secara konsep dari Unsustainable
forms of tourism menjadi Sustainable Tourism[3].
Perkembangan industri pariwisata dunia juga menunjukkan pilar barunya yang bernama ekowisata.
Menurut Fandeli et al. (2000), ekowisata adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan jasa
lingkungan, baik itu keindahan dan keunikan alam, ataupun budaya, cara hidup, struktur sosial dalam
masyarakat dan unsur-unsur konservasi, edukasi serta pemberdayaan masyarakat setempat.
Potensi wisatawan asing untuk mengunjungi obyek ekowisata selalu meningkat. Seperti dilansir oleh
The Internatioanl Ecotourism Society yang menyatakan bahwa pertumbuhan jumlah wisatawan dunia
sekitar lima persen setiap tahunnya[4]. Dari jumlah itu sektor ekowisata mengalami pertumbuhan
hingga 30 persen. Perkembangan ekowisata di tahun-tahun mendatang tampaknya akan semakin
pesat, mengingat pada tahun 2002 telah ditetapkan sebagai Tahun Ekowisata Internasional oleh
Majelis Umum PBB (The World Ecotourism Summit, 2002)[5].
Aspek ekonomi, ekologi, dan masyarakat sosial diperlukan dalam paradigma pariwisata. Seperti yang
dikemukakan oleh Fandeli dan Mukhlison (2000) dalam Gunarto (2004)
“Pergeseran paradigma pariwisata dari mass tourism[6] ke individual atau kelompok kecil sangat
berperan dalam menjaga keberadaan dan kelestarian obyek dan daya tarik wisata alam, dimana
pergeseran paradigma tersebut cukup berarti dalam kepariwisataan alam sehingga perlu diperhatikan
aspek ekonomi, ekologi, dan masyarakat lokal (sosial)nya (Fandeli dan Mukhlison
2000 dalam Gunarto 2004)”.
Pada sisi lain ekowisata pantai juga merupakan suatu penanaman investasi yang cukup besar dan
merupakan salah satu alternatif agar manusia dekat dengan alam.
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dikaji beberapa permasalahan yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, diantaranya:
1. Bagaimana tingkat kesadaran masyarakat mengenai ekowisata pantai
2. Bagaimana cara meningkatkan kesadaran masyarakat setempat dalam pengembangan
ekowisata pantai?
3. Bagaimana menata sebuah kawasan menjadi sebuah wadah rekreasi berbasis masyarakat
dan ekologi?
TUJUAN
Merujuk pada perumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui tingkat kesadaran masyarakat terhadap ekowisata pantai
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat dengan mengikutsertakannya dalam pengembangan
ekowisata pantai
3. Mengetahui cara menata kawasan menjadi sebuah wadah rekreasi.
MANFAAT
1. Menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara
2. Melestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang mampu menumbuhkan jati diri
bangsa akibat peningkatan kegiatan ekowisata pantai
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat sebagai penyedia jasa penunjang ekowisata.
BAB 2
TINGKAT KESADARAN MASYARAKAT
Banyaknya tempat wisata pantai di Indonesia yang tidak diketahui oleh banyak orang menunjukan
bahwa masih rendahnya tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan
ekowisata pantai. Hal ini tentu saja menyebabkan potensi ekowisata tersebut tidak berkembang,
padahal kesadaran masyarakat akan pengembangan ekowisata tersebut jelas membawa dampak
positif bagi masyarakat sekitar lingkungan ekowisata. Pada dasarnya pengetahuan tentang alam,
budaya serta kawasan daya tarik wisata juga dimiliki oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu
kesadaran akan pelibatan masyarakat terhadap pengembangan ekowisata pantai ini menjadi mutlak,
mulai dari tingkat perencanaan hingga pada tingkat pengelolaan.
Dalam pengembangan ekowisata itu sendiri terdapat peluang dan tantangan, baik berkaitan dengan
masalah ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Secara ekonomi, pengembangan ekowisata memberi
keuntungan bagi masyarakat lokal di sekitar lokasi tujuan ekowisata, seperti menyediakan
kesempatan kerja dan mendorong perkembangan usaha-usaha baru. Dengan pengelolaan yang
terpadu, ekowisata juga berpotensi menggerakkan ekonomi nasional dan mensejahterakan
masyarakat di sekitar kawasan ekowisata. Potensi daerah, pengetahuan operator ekowisata tentang
pelestarian lingkungan, partisipasi penduduk lokal, kesadaran wisatawan akan kelestarian lingkungan
serta regulasi pengelolaan kawasan ekowisata baik di tingkat daerah, nasional dan internasional
adalah faktor yang menentukan keberhasilan ekowisata. Satu hal yang tidak boleh diabaikan
berkaitan dengan ekowisata adalah pelestarian lingkungan dan penghargaan atas budaya setempat.
MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT
Guna mewujudkan kesadaran masyarakat sekitar dalam pengembangan ekowisata pantai, diperlukan
adanya suatu upaya yang dilakukan agar kesadaran masyarakat akan pengembangan ekowisata
meningkat. Upaya tersebut dimulai dari pelibatan masyarakat setempat. “Pelibatan masyarakat
setempat yang memiliki pengetahuan tentang alam dan budaya serta kawasan daya tarik lingkungan
sekitar menjadi suatu yang harus dilakukan, mulai dari tingkat perencanaan hingga pada tingkat
pengelolaan”[7]. Selanjutnya mengarahkan masyarakat sekitar mengenai dampak positif yang akan
diperoleh dari suatu pengembangan ekowisata pantai ini, yaitu dengan memperlihatkan potensi yang
ada pada kawasan ekowisata yang dapat meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam,
nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya, serta memberikan nilai tambah kepada pengunjung dan
masyarakat setempat dalam bentuk pengetahuan dan pengalaman.
Nilai tambah mempengaruhi perubahan perilaku dari pengunjung, masyarakat dan pengembang
ekowisata agar sadar dan lebih menghargai alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya. Selain
itu masyarakat setempat juga diberi suatu informasi mengenai manfaat dalam bidang ekonomi dari
suatu pengembangan ekowisata, dimana salah satu manfaat tersebut, yaitu ekowisata sebagai
sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan, dimana ekowisata tersebut memberikan peluang untuk
mendapatkan keuntungan bagi penyelenggara, pemerintah dan masyarakat setempat, melalui
kegiatan-kegiatan yang non-ekstraktif dan non-konsumtif sehingga meningkatkan perekonomian
daerah setempat. “Penyelenggaraan yang memperhatikan kaidah-kaidah pariwisata, mewujudkan
ekonomi berkelanjutan”[8]. Dimana ekonomi berkelanjutan ini merupakan salah upaya dalam
memasuki bisnis rekreasi berbasis masyarakat dan ekologi. Seperti yang telah diungkapkan dalam
Siaran Pers, Nomor: S.569/PIK-1/2009
“ Ekowisata telah berkembang sebagai salah satu industri pariwisata yang potensial untuk
meningkatkan penerimaan devisa negara, terutama pada dasawarsa terakhir ini. Hampir 10% jumlah
pekerja di dunia, bekerja di sektor pariwisata dan tidak kurang dari 11% Gross Domestic
Product (GDP) seluruh dunia berasal dari sektor ini. Di Indonesia, ekowisata telah menyumbangkan
devisa sebesar Rp. 80 triliun pada tahun 2008 dengan jumlah wisatawan mancanegara” (Siaran Pers
2009).
Dapat dilihat juga bukti kuantitatif pada tabel 1 dalam lampiran, mengenai jumlah kedatangan
wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia. Secara umum dapat dikatakan terjadi
peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dari bulan Januari sampai Juni 2010. Hal ini
menguntungkan bagi masyarakat karena meningkatnya jumlah wisatawan yang datang sama seperti
meningkatnya devisa negara.
MENATA SEBUAH KAWASAN
Dalam menata sebuah kawasan menjadi suatu wadah rekreasi, dibutuhkan inovasi baik itu
infrastruktur bangunan seperti transportasi, hotel juga keamanan dan kenyaman para wisatawan.
Miskin inovasi akan terasa sulit untuk memasuki bisnis rekreasi berbasis ekologi dan lingkungan.
Bukan hanya bom inovasi, artinya bukan hanya sekali dibuat tapi berlaku untuk seterusnya
(berkelanjutan/Sustainable).
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menata sebuah kawasan, meliputi lingkungan alam,
buatan dan sosial, tahapan, pembiayaan, pengelolaan pembangunan, serta pembinaan dan
kelembagaan. Perencanaan penataan dilakukan melalui proses dan prosedur penyusunan serta
penetapan rencana penataan. Penataan ditinjau kembali dan atau disempurnakan secara berkala
mengikuti kriteria dan tata cara yang ditetapkan peraturan pemerintah[9].
Perlu diketahui juga mengenai sifat dan karakter suatu kawasan untuk menatanya menjadi sebuah
wadah rekreasi. Sifat dan karakter tersebut berupa In-Situ yaitu obyek dan daya tarik wisata alam
hanya dapat dinikmati secara utuh dan sempurna di ekosistemnya. Pemindahan obyek ke Ex-situ
akan menyebabkan terjadinya perubahan dari obyek dan daya tarik atraksinya. Pada umumnya
wisatawan kurang puas apabila tidak mendapatkan sesuatu secara utuh dan apa adanya.
Lalu Perishable, yaitu suatu gejala atau proses alam yang hanya terjadi pada kurun waktu tertentu.
Kadang siklusnya beberapa tahun, bahkan ada yang puluhan atau ratusan tahun. Obyek dan daya
tarik ekowisata yang demikian membutuhkan pengkajian dan pencermatan secara mendalam untuk
dipasarkan. Selanjutnya yaitu Non Recoverable, dimana suatu ekosistem alam yang mempunyai sifat
dan perilaku pemulihan secara alami sangat tergantung dari faktor alam (Genotype) dan faktor luar
(Fenotype). Pada umumnya pemulihan secara alami terjadi dalam waktu yang panjang.
Penataan sebuah kawasan menjadi sebuah wadah ekowisata juga harus memperhatikan aspek-
aspek dalam strategi pengembangan objek dan daya tarik wisata alam. Aspek tersebut, meliputi
perencanaan pembangunan, kelembagaan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pengusahaan,
pemasaran, peran serta masyarakat, dan aspek penelitian dan pengembangan. “Aspek perencanaan
pembangunan objek dan daya tarik wisata alam, mencakup sistem perencanaan kawasan, penataan
ruang (tata ruang wilayah), standarisasi, identifikasi potensi, koordinasi lintas sektoral, pendanaan,
dan sistem informasi objek dan daya tarik wisata alam”[10].
Aspek kelembagaan meliputi pemanfaatan dan peningkatan kapasitas institusi sebagai mekanisme
yang dapat mengatur berbagai kepentingan, secara operasional merupakan organisasi dengan
sumberdaya manusia dan peraturan pemerintah yang sesuai dan memiliki efisiensi tinggi. Aspek
sarana dan prasarana yang memiliki dua sisi kepentingan, yaitu alat memenuhi kebutuhan pariwisata
alam dan sebagai pengendalian dalam rangka memelihara keseimbangan lingkungan, pembangunan
sarana dan prasarana. Aspek pengelolaan, yaitu dengan mengembangkan profesionalisme dan pola
pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam yang siap mendukung kegiatan pariwisata alam dan
mampu memanfaatkan potensi obkek dan daya tarik wisata alam secara lestari.
Aspek pengusahaan yang memberi kesempatan dan mengatur pemanfaatan Objek dan daya tarik
wisata alam untuk tujuan pariwisata yang bersifat komersial kepada pihak ketiga dan membuka
lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Aspek pemasaran dengan menggunakan teknologi tinggi
dan bekerja sama dengan berbagai pihak baik dalam negeri maupun luar negeri. Aspek peran serta
masyarakat melalui kesempatan-kesempatan usaha sehingga ikut membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dan terakhir aspek penelitian dan pengembangan yang meliputi aspek
fisik lingkungan, dan sosial ekonomi dari objek dan daya tarik wisata alam.
BAB III
KESIMPULAN
Tidak semua pantai dapat dikatakan suatu pantai yang potensial atau yang dapat dikembangkan
menjadi sebuah ekowisata pantai, karena banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti kebutuhan
masyarakat, pola hidup dan sebagainya. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap pengembangan
ekowisata pantai yang masih rendah, merupakan salah satu masalah dalam kelestarian dan
kesejahteraannya. Hal tersebut terlihat dari kurangnya ekowisata pantai di Indonesia meskipun
banyak pantai yang menarik. Tingkat kesadaran pada masyarakat setempat dapat ditingkatkan dalam
pengembangkan ekowisata dengan melibatan masyarakat setempat yang memiliki pengetahuan
tentang alam dan budaya serta kawasan daya tarik lingkungan sekitar, sehingga dapat membawa
dampak positif bagi masyarakat setempat seperti terciptannya lapangan kerja. Ekowisata pantai ini
juga membantu dalam memasuki bisnis rekreasi dengan meningkatnya devisa negara.
SARAN
Dalam menata sebuah kawasan menjadi wadah rekreasi, dibutuhkan inovasi baik itu infrastruktur
bangunan seperti transportasi, hotel, juga keamanan dan kenyamanan para wisatawan. Miskin
inovasi akan terasa sulit untuk memasuki bisnis rekreasi berbasis masyarakat dan ekologi. bukan
hanya bom inovasi, artinya bukan hanya sekali dibuat tapi berlaku untuk seterusnya
(berkelanjutan/Sustainable).
Konsekuensi dari ekowisata juga harus diperhitungkan terutama bagi kesejahteraan masyarakat
lokal, untuk itu perlu kajian yang mendalam perihal keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan
ekowisata ini agar masyarakat tidak hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subjek yang ikut
menjadi pelaku usaha ekowisata yang partisipatif.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Indonesia: Selected
Tables. http://www.bps.go.id/tab_sub/print.php?id_subyek=16%20&notab=14
Chaniago, J.I. 2008. Ekowisata Berbasis Masyarakat Dalam Percepatan Pembangunan
Berkelanjutan (Studi Kasus Konsep Ekowisata Pantai di Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat,
Papua). Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor (PKSPL IPB). Diakses
dari http://pksplipb.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=37&Itemid=1.
Fandeli et al. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah
Mada.
Gunarto. 2004. Konservasi Mangrove sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan Pantai. Jurnal
Litbang Pertanian, 23(1), 2004.
Gunawan. 1993. Perencanaan Pariwisata: Apa dan Mengapa? Jurnal PWK 7 (Tribulan I): 9-13.
Haeruman, Herman. 2005. Paradigma Pengelolaan Sumberdaya Alam Indonesia di Masa
Mendatang. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Komarudin. 1999. Pembangunan Perkotaan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jenderal
Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Bekerjasama dengan Deputi Bidang Pengkajian dan
Penerapan Teknologi.
Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta.
Sangganagara, Harjoko. (10 Juli 2008). Meneguhkan Ekowisata Jawa Barat. Kompas; hal. 33.
Siaran Pers. 2009. Melambungkan Devisa Melalui Ekowisata. Jakarta: Kementerian Kehutanan
Republik Indonesia, Nomor: S.569/PIK-1/2009
Suharso, T. W., 2004, Pariwisata Yang Partisipatif, Makalah dalam Seminar ASPI.
The World Ecotourism Summit, Québec, Canada — May 19 to 22, 2002. 2002. Final Report, dapat
diunduh di
http://www.world-tourism.org/sustainable/IYE/quebec/anglais/index_a.html
_____, 1997. Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan, Prosiding Pelatihan dan Lokakarya. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
LAMPIRAN
Tabel 1. Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara Periode Januari-Juni 2010
Pelabuhan
Masuk
2010
Januari Februari Maret April Mei Juni
Soekarno-
Hatta
117,422 121,727 183,449 173,906 183,218 155,951
Ngurah Rai 178,358 191,362 191,125 184,230 199,401 224,695
Polonia 11,365 12,625 14,000 12,326 13,298 15,244
Batam 79,560 80,966 81,732 77,178 84,617 92,719
Juanda 13,889 12,241 14,455 12,561 13,459 15,008
Sam Ratulangi 1,841 2,308 1,602 1,445 1,602 1,590
Entikong 1,262 2,432 1,873 1,538 2,073 2,099
Adi Sumarno 1,033 1,163 2,117 1,790 2,368 2,183
Minangkabau 1,714 2,005 2,350 1,906 2,092 2,972
Tg. Priok 5,535 5,260 5,271 4,945 4,720 5,035
Tg. Pinang 6,173 8,548 7,731 7,942 8,474 10,030
Selaparang 727 974 1,293 1,319 1,170 1,585
Makassar 1,913 2,045 1,080 925 913 1,093
Sepinggan 615 694 1,254 899 780 891
Sultan Syarif
Kasim II
1,056 1,268 1,319 1,234 1,131 1,642
Adi Sucipto 3,672 4,006 4,467 3,733 5,170 4,747
Husein
Sastranegara
6,444 6,809 7,155 6,885 8,156 7,680
Tanjung Uban 21,604 23,718 27,100 22,281 26,349 29.928
Tanjung Balai
karimun
6,912 9,100 9,446 8,810 8,543 9,413
Lainnya 32,704 33,884 35,423 30,692 32,497 28,662
Total 493,799 523,135 594,242 555,915 600,031 613,422
Sumber: Badan Pusat Statistik
[1] Dikutip dari Pengetahuan Kepariwisataan (Bandung: Alfabeta, 2002 hal. 18).
[2] Ibid, hal. 18.
[3] Pariwisata berkelanjutan, yaitu industri pariwisata yang berkomitmen untuk membuat dampak
yang rendah pada lingkungan dan budaya lokal sambil membantu menciptakan lapangan kerja.
[4] Lihat, Harjoko Sangganagara, “Meneguhkan Ekowisata Jawa Barat”, dalam Kompas, 10 Juli 2008.
[5] Lihat, The World Ecotourism Summit, Québec, Canada — May 19 to 22, 2002. 2002. Final Report,
dapat diunduh di (http://www.world-tourism.org/sustainable/IYE/quebec/anglais/index_a.html).
[6] Wisata massal, yaitu bepergian bersama-sama untuk memperluas pengetahuan, bersenang-
senang, bertamasya, piknik dengan mengikutsertakan atau melibatkan banyak orang.
[7] Dikutip dari Perencanaan Pariwisata: Apa dan Mengapa? Jurnal PWK 7 (Tribulan 1): 9-13.
[8] Dikutip dari Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan, Propsiding Pelatihan dan Lokakarya,
(Bandung: Institut Teknologi Bandung, 1997).
[9] Lihat, Komarudin, Pembangunan Perkotaan Berwawasan Lingkungan, (Jakarta: Direktorat
Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Bekerjasama dengan Deputi Bidang Pengkajian
dan Penerapan Teknologi, 1999)
[10] Lihat, Herman Haeruman, Paradigma Pengelolaan sumberdaya Alam Indonesia di Masa
Mendatang, (Bogor: Fakultas kehutanan Institut Pertanian Bogor, 2005)

More Related Content

Similar to KONSEP_DASAR_EKOWISATA.docx

Makalah kawasan konservasi ahmad afandi
Makalah kawasan konservasi ahmad afandiMakalah kawasan konservasi ahmad afandi
Makalah kawasan konservasi ahmad afandiJackAbidin
 
Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)
Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)
Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)UNIB
 
Pelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre Yogyakarta
Pelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre YogyakartaPelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre Yogyakarta
Pelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre YogyakartaBilawal Alhariri Anwar
 
Potensi Ekoturisme Di Indonesia
Potensi  Ekoturisme Di  IndonesiaPotensi  Ekoturisme Di  Indonesia
Potensi Ekoturisme Di IndonesiaPattrick Dengah
 
Ahmad Zaky Muttaqien_126209201043_UTS kepariwisataan.docx
Ahmad Zaky Muttaqien_126209201043_UTS kepariwisataan.docxAhmad Zaky Muttaqien_126209201043_UTS kepariwisataan.docx
Ahmad Zaky Muttaqien_126209201043_UTS kepariwisataan.docxzakyMuttaqien
 
Tugas Kelompok-Ekowisata-Ancillary- - Copy.pptx
Tugas Kelompok-Ekowisata-Ancillary- - Copy.pptxTugas Kelompok-Ekowisata-Ancillary- - Copy.pptx
Tugas Kelompok-Ekowisata-Ancillary- - Copy.pptxStefaniHermioneWinda
 
selasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptx
selasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptxselasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptx
selasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptxssusere7fb6a
 
Pelestarian lingkungan hidup ppt
Pelestarian lingkungan hidup pptPelestarian lingkungan hidup ppt
Pelestarian lingkungan hidup pptM Rizqi Amaluddin
 
Bayu Kusuma - National Geographic
Bayu Kusuma - National GeographicBayu Kusuma - National Geographic
Bayu Kusuma - National Geographicpecha kucha jakarta
 
Prinsip - Prinsip Kepariwisataan Agenda 21
Prinsip - Prinsip Kepariwisataan   Agenda 21Prinsip - Prinsip Kepariwisataan   Agenda 21
Prinsip - Prinsip Kepariwisataan Agenda 21Hanas Yordi Pratama
 
Kesundaan dan kearifan lokal
Kesundaan dan kearifan lokalKesundaan dan kearifan lokal
Kesundaan dan kearifan lokalAlfan Muhammad
 
Keanekaragaman hayat1
Keanekaragaman hayat1Keanekaragaman hayat1
Keanekaragaman hayat1Budi Hikmawan
 

Similar to KONSEP_DASAR_EKOWISATA.docx (20)

Makalah kawasan konservasi ahmad afandi
Makalah kawasan konservasi ahmad afandiMakalah kawasan konservasi ahmad afandi
Makalah kawasan konservasi ahmad afandi
 
Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)
Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)
Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)
 
Pelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre Yogyakarta
Pelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre YogyakartaPelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre Yogyakarta
Pelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre Yogyakarta
 
Potensi Ekoturisme Di Indonesia
Potensi  Ekoturisme Di  IndonesiaPotensi  Ekoturisme Di  Indonesia
Potensi Ekoturisme Di Indonesia
 
MAKALAH WADUK JATILUHUR KELOMPOK 4
MAKALAH WADUK JATILUHUR KELOMPOK 4MAKALAH WADUK JATILUHUR KELOMPOK 4
MAKALAH WADUK JATILUHUR KELOMPOK 4
 
Ahmad Zaky Muttaqien_126209201043_UTS kepariwisataan.docx
Ahmad Zaky Muttaqien_126209201043_UTS kepariwisataan.docxAhmad Zaky Muttaqien_126209201043_UTS kepariwisataan.docx
Ahmad Zaky Muttaqien_126209201043_UTS kepariwisataan.docx
 
Tugas Kelompok-Ekowisata-Ancillary- - Copy.pptx
Tugas Kelompok-Ekowisata-Ancillary- - Copy.pptxTugas Kelompok-Ekowisata-Ancillary- - Copy.pptx
Tugas Kelompok-Ekowisata-Ancillary- - Copy.pptx
 
selasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptx
selasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptxselasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptx
selasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptx
 
Pelestarian lingkungan hidup ppt
Pelestarian lingkungan hidup pptPelestarian lingkungan hidup ppt
Pelestarian lingkungan hidup ppt
 
Bayu Kusuma - National Geographic
Bayu Kusuma - National GeographicBayu Kusuma - National Geographic
Bayu Kusuma - National Geographic
 
Konsep Ekowisata
Konsep EkowisataKonsep Ekowisata
Konsep Ekowisata
 
Prinsip - Prinsip Kepariwisataan Agenda 21
Prinsip - Prinsip Kepariwisataan   Agenda 21Prinsip - Prinsip Kepariwisataan   Agenda 21
Prinsip - Prinsip Kepariwisataan Agenda 21
 
Kesundaan dan kearifan lokal
Kesundaan dan kearifan lokalKesundaan dan kearifan lokal
Kesundaan dan kearifan lokal
 
Buku ajar plh_final
Buku ajar plh_finalBuku ajar plh_final
Buku ajar plh_final
 
SILVIKA
SILVIKASILVIKA
SILVIKA
 
BIODIVERSITAS
BIODIVERSITASBIODIVERSITAS
BIODIVERSITAS
 
Pengembangan pariwisata bahari
Pengembangan pariwisata bahariPengembangan pariwisata bahari
Pengembangan pariwisata bahari
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Keanekaragaman hayat1
Keanekaragaman hayat1Keanekaragaman hayat1
Keanekaragaman hayat1
 

More from VitusAntonio

2. Kuliah 2_MSDF&DDL.pptx
2. Kuliah 2_MSDF&DDL.pptx2. Kuliah 2_MSDF&DDL.pptx
2. Kuliah 2_MSDF&DDL.pptxVitusAntonio
 
Journal ANALISA-DAYA-BELI-MASYARAKAT-TERHADAP-TARIF-AIR-BERSIH-PDAM-KOTA-BAND...
Journal ANALISA-DAYA-BELI-MASYARAKAT-TERHADAP-TARIF-AIR-BERSIH-PDAM-KOTA-BAND...Journal ANALISA-DAYA-BELI-MASYARAKAT-TERHADAP-TARIF-AIR-BERSIH-PDAM-KOTA-BAND...
Journal ANALISA-DAYA-BELI-MASYARAKAT-TERHADAP-TARIF-AIR-BERSIH-PDAM-KOTA-BAND...VitusAntonio
 
ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN RAYA.doc
ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN RAYA.docANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN RAYA.doc
ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN RAYA.docVitusAntonio
 
Mangrove Forest.pdf
Mangrove Forest.pdfMangrove Forest.pdf
Mangrove Forest.pdfVitusAntonio
 
MASYARAKAT KAMPUNG URUG, SUKAJAYA, BOGOR.pdf
MASYARAKAT KAMPUNG URUG, SUKAJAYA, BOGOR.pdfMASYARAKAT KAMPUNG URUG, SUKAJAYA, BOGOR.pdf
MASYARAKAT KAMPUNG URUG, SUKAJAYA, BOGOR.pdfVitusAntonio
 
Mangrove Forest.pdf
Mangrove Forest.pdfMangrove Forest.pdf
Mangrove Forest.pdfVitusAntonio
 

More from VitusAntonio (6)

2. Kuliah 2_MSDF&DDL.pptx
2. Kuliah 2_MSDF&DDL.pptx2. Kuliah 2_MSDF&DDL.pptx
2. Kuliah 2_MSDF&DDL.pptx
 
Journal ANALISA-DAYA-BELI-MASYARAKAT-TERHADAP-TARIF-AIR-BERSIH-PDAM-KOTA-BAND...
Journal ANALISA-DAYA-BELI-MASYARAKAT-TERHADAP-TARIF-AIR-BERSIH-PDAM-KOTA-BAND...Journal ANALISA-DAYA-BELI-MASYARAKAT-TERHADAP-TARIF-AIR-BERSIH-PDAM-KOTA-BAND...
Journal ANALISA-DAYA-BELI-MASYARAKAT-TERHADAP-TARIF-AIR-BERSIH-PDAM-KOTA-BAND...
 
ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN RAYA.doc
ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN RAYA.docANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN RAYA.doc
ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN RAYA.doc
 
Mangrove Forest.pdf
Mangrove Forest.pdfMangrove Forest.pdf
Mangrove Forest.pdf
 
MASYARAKAT KAMPUNG URUG, SUKAJAYA, BOGOR.pdf
MASYARAKAT KAMPUNG URUG, SUKAJAYA, BOGOR.pdfMASYARAKAT KAMPUNG URUG, SUKAJAYA, BOGOR.pdf
MASYARAKAT KAMPUNG URUG, SUKAJAYA, BOGOR.pdf
 
Mangrove Forest.pdf
Mangrove Forest.pdfMangrove Forest.pdf
Mangrove Forest.pdf
 

KONSEP_DASAR_EKOWISATA.docx

  • 1. KONSEP DASAR EKOWISATA hafid Fandeli., Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor dua di dunia, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Para explorer dari dunia barat maupun timur jauh telah mengunjungi Indonesia pada abad ke lima belas vang lalu. Perjalanan eksplorasi yang ingin mengetahui keadaan di bagian benua lain telah dilakukan oleh Marcopollo, Washington, Wallacea, Weber, Junghuhn dan Van Steines dan masih banyak yang lain merupakan awal perjalanan antar pulau dan antar benua yang penuh dengan tantangan. Para adventnrer ini melakukan perjalanan ke alam yang merupakan awal dari perjalanan ekowisata. Sebagian perjalanan ini tidak memberikan keuntungan konservasi daerah alami, kebudayaan asli dan atau spesies langka (Lascurain, 1993). Pada saat ini, ekowisata telah berkembang. Wisata ini tidak hanya sekedar untuk melakukan pengamatan burung, mengendarai kuda, penelusuran jejak di hutan belantara, tetapi telah terkait dengan konsep pelestarian hutan dan penduduk lokal. Ekowisata ini kemudian merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial. Ekowisata tidak dapat dipisahkan dengan konservasi. Oleh karenanya, ekowisata disebut sebagai bentuk perjalanan wisata bertanggungjawab. Belantara tropika basah di seluruh kepulauan Indonesia merupakan suatu destinasi. Destinasi untuk wisata ekologis dapat dimungkinkan mendapatkan manfaat sebesarbesarnya aspek ekologis, sosial budaya dan ekonomi bagi masyarakat, pengelola dan pemerintah. Destination areas elect to become involved in tourism primarily for economic reasons: to provide employment opportunities, to increase standard of leaving and, in the case of international tourism to generate foreign exchange. Tourism is viewed as a development tool and as a means of diversifying economics (Wall, 1995: 57). Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan
  • 2. dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami. Bahkan dengan ekowisata pelestarian alam dapat ditingkatkan kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari para eco-traveler. Ekowisata lebih populer dan banyak dipergunakan dibanding dengan terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism, yaitu ekoturisme. Terjemahan yang seharusnya dari ecotourism adalah wisata ekologis. Yayasan Alam Mitra Indonesia (1995) membuat terjemahan ecotourism dengan ekoturisme. Di dalam tulisan ini dipergunakan istilah ekowisata yang banyak digunakan oleh para rimbawan. Hal ini diambil misalnya dalam salah satu seminar dalam Reuni Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (Fandeli,1998). Kemudian Nasikun (1999), mempergunakan istilah ekowisata untuk menggambarkan adanya bentuk wisata yang baru muncul pada dekade delapan puluhan. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun, pada hakekatnva, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural aren), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budava bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia. Eco-traveler ini pada hakekatnya konservasionis. Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, disamping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga. Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami, yang dapat menciptakan kegiatan bisnis. Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai berikut: Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggungjawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999). Dari kedua definisi ini dapat dimengerti bahwa ekowisata dunia telah berkembang sangat pesat. Ternyata beberapa destinasi dari taman nasional berhasil dalam mengembangkan ekowisata ini. Bahkan di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru yang berkait dengan pengertian ekowisata. Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata ini. Hal ini seperti yang didefinisikan oleh Australian Department of Tourism (Black, 1999) yang mendefinisikan ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Definisi ini memberi penegasan bahwa aspek yang terkait tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk pariwisata lainnya, tetapi lebih dekat dengan pariwisata minat khusus, alternative tourism atau special interest tourism dengan obyek dan daya tarik wisata alam. Pendekatan Pengelolaan Ekowisata Ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi. Apabila ekowisata pengelolaan alam dan budaya masyarakat yang menjamin kelestarian dan kesejahteraan, sementara konservasi merupakan upaya menjaga kelangsungan pemanfaatan
  • 3. sumberdaya alam untuk waktu kini dan masa mendatang. Hal ini sesuai dengan definisi yang dibuat oleh The International Union for Conservntion of Nature and Natural Resources (1980), bahwa konservasi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan biosphere dengan berusaha memberikan hasil yang besar dan lestari untuk generasi kini dan mendatang. Sementara itu destinasi yang diminati wisatawan ecotour adalah daerah alami. Kawasan konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata dan Taman Buru. Tetapi kawasan hutan yang lain seperti hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki obyek alam sebagai daya tarik ekowisata dapat dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata. Area alami suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, di daerah hulu atau muara sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan yang harus dilaksanakan adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai areal alam. Pendekatan lain bahwa ekowisata harus dapat menjamin kelestarian lingkungan. Maksud dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan konservasi (UNEP, 1980) sebagai berikut: " Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan - Melindungi keanekaragaman hayati - Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya " Di dalam pemanfaatan areal alam untuk ekowisata mempergunakan pendekatan pelestarian dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan dengan menitikberatkan pelestarian dibanding pemanfaatan. Pendekatan ini jangan justru dibalik. Kemudian pendekatan lainnya adalah pendekatan pada keberpihakan kepada masyarakat setempat agar mampu mempertahankan budaya lokal dan sekaligus meningkatkan kesejah- teraannya. Bahkan Eplerwood (1999) memberikan konsep dalam hal ini: Urgent need to generate funding and human resonrces for the management of protected areas in ways that meet the needs of local rural populations. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur conservation tax untuk membiayai secara langsung kebutuhan kawasan dan masyarakat lokal. Konsep Pengembangan Ekowisata Untuk mengembangkan ekowisata dilaksanakan dengan cara pengembangan pariwisata pada umumnya. Ada dua aspek yang perlu dipikirkan. Pertama, aspek destinasi, kemudian kedua adalah aspek market. Untuk pengembangan ekowisata dilaksanakan dengan konsep product driven. Meskipun aspek market perlu dipertimbangkan namun macam, sifat dan perilaku obyek dan daya tarik wisata alam dan budaya diusahakan untuk menjaga kelestarian dan keberadaannya. Pada hakekatnya ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam dan budaya masyarakat, jauh lebih ketat dibanding dengan hanya keberlanjutan. Pembangunan ekowisata berwawasan lingkungan jauh lebih terjamin hasilnya dalam melestarikan alam dibanding dengan keberlanjutan pembangunan. Sebab ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
  • 4. pengetahuan, fisik/ dan psikologis wisatawan. Bahkan dalam berbagai aspek ekowisata merupakan bentuk wisata yang mengarah ke metatourism. Ekowisata bukan menjual destinasi tetapi menjual filosofi. Dari aspek inilah ekowisata tidak akan mengenal kejenuhan pasar. Prinsip Ekowisata Pengembangan ekowisata di dalam kawasan hutan dapat menjamin keutuhan dan kelestarian ekosistem hutan. Ecotraveler menghendaki persyaratan kualitas dan keutuhan ekosistem. Oleh karenanya terdapat beberapa butir prinsip pengembangan ekowisata yang harus dipenuhi. Apabila seluruh prinsip ini dilaksanakan maka ekowisata menjamin pembangunan yang ecological friendly dari pembangunan berbasis kerakyatan (commnnity based). The Ecotourism Society (Eplerwood/1999) menyebutkan ada delapan prinsip, yaitu: Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam. Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan conservation tax dapat dipergunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Apabila ada upaya disharmonize dengan alam akan merusak produk wisata ekologis ini. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi flora dan fauna serta menjaga keaslian budaya masyarakat. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian atau pemerintah daerah setempat. PENGEMBANGAN EKOWISATA PANTAI DALAM MEMASUKI BISNIS REKREASI BERBASIS MASYARAKAT DAN EKOLOGI Posted on May 24, 2011 by agustinkpm ABSTRAK
  • 5. Community based tourism is one of the tours recommended by the World Tourism Organization (WTO) to develop. Type of tourism requires the participation of local communities both in the planning stages and development. In order to encourage their participation in planning and developing a particular object, such as the coast, projected to become a regional ecotourism, they must have a good perception about the existence and development plan of the object. Indonesia is among the countries that have the potential for quite a lot of tourist attraction such as natural resources, biodiversity, and various cultural values that are spread in various regions of the archipelago. This reflects the reality that Indonesia has the prospect to be developed as ecotourism management model. Keyword: ecotourism,development, participation of communities Basis komunitas pariwisata merupakan salah satu jenis wisata yang disarankan oleh World Tourism Organization (WTO) untuk berkembang. Jenis wisata membutuhkan partisipasi masyarakat setempat baik dalam tahap perencanaan maupun pengembangan. Dalam rangka mendorong partisipasi mereka dalam perencanaan dan pengembangan objek tertentu yang akan diproyeksikan menjadi daerah ekowisata, seperti pantai mereka harus memiliki persepsi yang baik mengenai rencana keberadaan dan pengembangan objek. Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki potensi daya tarik wisata cukup banyak seperti sumber daya alam, keragaman hayati, dan berbagai nilai budaya yang tersebar di berbagai kawasan nusantara. Realitas ini mencerminkan bahwa Indonesia memiliki prospek untuk dapat dikembangkan sebagai model pengelolaan ekowisata. Kata Kunci: Ekowisata, pengembangan, partisipasi masyarakat RINGKASAN Indonesia memiliki potensi sumber daya alam, peninggalan sejarah, seni dan budaya yang sangat besar sebagai daya tarik pariwisata dunia. Melihat potensi yang dimiliki Indonesia, Indonesia dapat menciptakan pengembangan pariwisata melalui penyelenggaraan yang mendukung upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya), yang melibatkan dan menguntungkan masyarakat setempat, serta menguntungkan secara komersial. Pantai merupakan salah satu daya tarik utama bagi pangsa pasar ekowisata, sehingga kualitas, keberlanjutan akan pengembangannya, serta peninggalan sejarahnya sangat penting untuk pembangunan ekowisata. Pada dasarnya pengetahuan tentang alam dan budaya serta kawasan daya tarik wisata, dimiliki oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu pelibatan masyarakat menjadi mutlak, mulai dari tingkat perencanaan hingga pada tingkat pengelolaan. Ekowisata memberikan nilai tambah kepada pengunjung dan masyarakat setempat dalam bentuk pengetahuan dan pengalaman. Nilai tambah ini mempengaruhi perubahan perilaku dari pengunjung, masyarakat dan pengembang pariwisata agar sadar dan lebih menghargai alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya. Kenyataan memperlihatkan kecenderungan meningkatnya permintaan terhadap produk ekowisata baik ditingkat internasional maupun nasional. Hal ini disebabkan meningkatnya promosi yang mendorong orang untuk berprilaku positif terhadap alam dan berkeinginan untuk mengunjungi kawasan-kawasan yang masih alami agar dapat meningkatkan kesadaran, penghargaan dan kepeduliannya terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya setempat. Ekowisata memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan bagi penyelenggara, pemerintah dan masyarakat setempat, melalui kegiatan-kegiatan yang non-ekstraktif dan non-konsumtif sehingga meningkatkan perekonomian daerah setempat. Penyelenggaraan yang memperhatikan kaidah- kaidah ekowisata, mewujudkan ekonomi berkelanjutan. BAB I
  • 6. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari sekian banyak pulau dari Sabang sampai Merauke. Banyaknya pulau yang dimiliki Indonesia, memperlihatkan bahwa Indonesia memiliki pantai yang panjang, sehingga setiap pantai memiliki karakter yang berbeda satu sama lain. Sejarah tumbuhnya kota pantai erat kaitanya dengan masalah perdagangan, transportasi dan ekonomi. Tetapi tidak berarti semua kota yang dekat dengan pantai dapat dikatakan suatu kota pantai yang potensial dan kota yang dapat dengan mudah dikembangkan menjadi kota wisata pantai, karena banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti kebutuhan masyarakat, pola hidup, kesadaran masyarakat setempat dan sebagainya. Pantai merupakan salah satu objek dan daya tarik wisata yang banyak diminati oleh wisatawan, baik itu wisatawan dalam negeri maupun wisatawan mancanegara. Banyak kawasan wisata yang terkenal di dunia terletak di pantai. “ Pariwista biasanya akan lebih dikembangkan, jika suatu daerah terdapat lebih dari satu jenis objek dan daya tarik wisata”[1]. Jenis objek dan daya tarik wisata pantai erat kaitannya dengan aktivitas seperti bejemur matahari, berenang, selancar, berjalan-jalan di tepi pantai, mengumpulkan kerang, berperahu, people watching, berfoto, ski air[2]. Dalam perkembangannya, sektor pariwisata dunia memiliki kecenderungan untuk berubah secara konsep dari Unsustainable forms of tourism menjadi Sustainable Tourism[3]. Perkembangan industri pariwisata dunia juga menunjukkan pilar barunya yang bernama ekowisata. Menurut Fandeli et al. (2000), ekowisata adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan jasa lingkungan, baik itu keindahan dan keunikan alam, ataupun budaya, cara hidup, struktur sosial dalam masyarakat dan unsur-unsur konservasi, edukasi serta pemberdayaan masyarakat setempat. Potensi wisatawan asing untuk mengunjungi obyek ekowisata selalu meningkat. Seperti dilansir oleh The Internatioanl Ecotourism Society yang menyatakan bahwa pertumbuhan jumlah wisatawan dunia sekitar lima persen setiap tahunnya[4]. Dari jumlah itu sektor ekowisata mengalami pertumbuhan hingga 30 persen. Perkembangan ekowisata di tahun-tahun mendatang tampaknya akan semakin pesat, mengingat pada tahun 2002 telah ditetapkan sebagai Tahun Ekowisata Internasional oleh Majelis Umum PBB (The World Ecotourism Summit, 2002)[5]. Aspek ekonomi, ekologi, dan masyarakat sosial diperlukan dalam paradigma pariwisata. Seperti yang dikemukakan oleh Fandeli dan Mukhlison (2000) dalam Gunarto (2004) “Pergeseran paradigma pariwisata dari mass tourism[6] ke individual atau kelompok kecil sangat berperan dalam menjaga keberadaan dan kelestarian obyek dan daya tarik wisata alam, dimana pergeseran paradigma tersebut cukup berarti dalam kepariwisataan alam sehingga perlu diperhatikan aspek ekonomi, ekologi, dan masyarakat lokal (sosial)nya (Fandeli dan Mukhlison 2000 dalam Gunarto 2004)”. Pada sisi lain ekowisata pantai juga merupakan suatu penanaman investasi yang cukup besar dan merupakan salah satu alternatif agar manusia dekat dengan alam. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dikaji beberapa permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, diantaranya: 1. Bagaimana tingkat kesadaran masyarakat mengenai ekowisata pantai 2. Bagaimana cara meningkatkan kesadaran masyarakat setempat dalam pengembangan ekowisata pantai? 3. Bagaimana menata sebuah kawasan menjadi sebuah wadah rekreasi berbasis masyarakat dan ekologi? TUJUAN Merujuk pada perumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
  • 7. 1. Mengetahui tingkat kesadaran masyarakat terhadap ekowisata pantai 2. Meningkatkan kesadaran masyarakat dengan mengikutsertakannya dalam pengembangan ekowisata pantai 3. Mengetahui cara menata kawasan menjadi sebuah wadah rekreasi. MANFAAT 1. Menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara 2. Melestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang mampu menumbuhkan jati diri bangsa akibat peningkatan kegiatan ekowisata pantai 3. Meningkatkan kemampuan masyarakat sebagai penyedia jasa penunjang ekowisata. BAB 2 TINGKAT KESADARAN MASYARAKAT Banyaknya tempat wisata pantai di Indonesia yang tidak diketahui oleh banyak orang menunjukan bahwa masih rendahnya tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata pantai. Hal ini tentu saja menyebabkan potensi ekowisata tersebut tidak berkembang, padahal kesadaran masyarakat akan pengembangan ekowisata tersebut jelas membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar lingkungan ekowisata. Pada dasarnya pengetahuan tentang alam, budaya serta kawasan daya tarik wisata juga dimiliki oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu kesadaran akan pelibatan masyarakat terhadap pengembangan ekowisata pantai ini menjadi mutlak, mulai dari tingkat perencanaan hingga pada tingkat pengelolaan. Dalam pengembangan ekowisata itu sendiri terdapat peluang dan tantangan, baik berkaitan dengan masalah ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Secara ekonomi, pengembangan ekowisata memberi keuntungan bagi masyarakat lokal di sekitar lokasi tujuan ekowisata, seperti menyediakan kesempatan kerja dan mendorong perkembangan usaha-usaha baru. Dengan pengelolaan yang terpadu, ekowisata juga berpotensi menggerakkan ekonomi nasional dan mensejahterakan masyarakat di sekitar kawasan ekowisata. Potensi daerah, pengetahuan operator ekowisata tentang pelestarian lingkungan, partisipasi penduduk lokal, kesadaran wisatawan akan kelestarian lingkungan serta regulasi pengelolaan kawasan ekowisata baik di tingkat daerah, nasional dan internasional adalah faktor yang menentukan keberhasilan ekowisata. Satu hal yang tidak boleh diabaikan berkaitan dengan ekowisata adalah pelestarian lingkungan dan penghargaan atas budaya setempat. MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT Guna mewujudkan kesadaran masyarakat sekitar dalam pengembangan ekowisata pantai, diperlukan adanya suatu upaya yang dilakukan agar kesadaran masyarakat akan pengembangan ekowisata meningkat. Upaya tersebut dimulai dari pelibatan masyarakat setempat. “Pelibatan masyarakat setempat yang memiliki pengetahuan tentang alam dan budaya serta kawasan daya tarik lingkungan sekitar menjadi suatu yang harus dilakukan, mulai dari tingkat perencanaan hingga pada tingkat pengelolaan”[7]. Selanjutnya mengarahkan masyarakat sekitar mengenai dampak positif yang akan diperoleh dari suatu pengembangan ekowisata pantai ini, yaitu dengan memperlihatkan potensi yang ada pada kawasan ekowisata yang dapat meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya, serta memberikan nilai tambah kepada pengunjung dan masyarakat setempat dalam bentuk pengetahuan dan pengalaman.
  • 8. Nilai tambah mempengaruhi perubahan perilaku dari pengunjung, masyarakat dan pengembang ekowisata agar sadar dan lebih menghargai alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya. Selain itu masyarakat setempat juga diberi suatu informasi mengenai manfaat dalam bidang ekonomi dari suatu pengembangan ekowisata, dimana salah satu manfaat tersebut, yaitu ekowisata sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan, dimana ekowisata tersebut memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan bagi penyelenggara, pemerintah dan masyarakat setempat, melalui kegiatan-kegiatan yang non-ekstraktif dan non-konsumtif sehingga meningkatkan perekonomian daerah setempat. “Penyelenggaraan yang memperhatikan kaidah-kaidah pariwisata, mewujudkan ekonomi berkelanjutan”[8]. Dimana ekonomi berkelanjutan ini merupakan salah upaya dalam memasuki bisnis rekreasi berbasis masyarakat dan ekologi. Seperti yang telah diungkapkan dalam Siaran Pers, Nomor: S.569/PIK-1/2009 “ Ekowisata telah berkembang sebagai salah satu industri pariwisata yang potensial untuk meningkatkan penerimaan devisa negara, terutama pada dasawarsa terakhir ini. Hampir 10% jumlah pekerja di dunia, bekerja di sektor pariwisata dan tidak kurang dari 11% Gross Domestic Product (GDP) seluruh dunia berasal dari sektor ini. Di Indonesia, ekowisata telah menyumbangkan devisa sebesar Rp. 80 triliun pada tahun 2008 dengan jumlah wisatawan mancanegara” (Siaran Pers 2009). Dapat dilihat juga bukti kuantitatif pada tabel 1 dalam lampiran, mengenai jumlah kedatangan wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia. Secara umum dapat dikatakan terjadi peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dari bulan Januari sampai Juni 2010. Hal ini menguntungkan bagi masyarakat karena meningkatnya jumlah wisatawan yang datang sama seperti meningkatnya devisa negara. MENATA SEBUAH KAWASAN Dalam menata sebuah kawasan menjadi suatu wadah rekreasi, dibutuhkan inovasi baik itu infrastruktur bangunan seperti transportasi, hotel juga keamanan dan kenyaman para wisatawan. Miskin inovasi akan terasa sulit untuk memasuki bisnis rekreasi berbasis ekologi dan lingkungan. Bukan hanya bom inovasi, artinya bukan hanya sekali dibuat tapi berlaku untuk seterusnya (berkelanjutan/Sustainable). Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menata sebuah kawasan, meliputi lingkungan alam, buatan dan sosial, tahapan, pembiayaan, pengelolaan pembangunan, serta pembinaan dan kelembagaan. Perencanaan penataan dilakukan melalui proses dan prosedur penyusunan serta penetapan rencana penataan. Penataan ditinjau kembali dan atau disempurnakan secara berkala mengikuti kriteria dan tata cara yang ditetapkan peraturan pemerintah[9]. Perlu diketahui juga mengenai sifat dan karakter suatu kawasan untuk menatanya menjadi sebuah wadah rekreasi. Sifat dan karakter tersebut berupa In-Situ yaitu obyek dan daya tarik wisata alam hanya dapat dinikmati secara utuh dan sempurna di ekosistemnya. Pemindahan obyek ke Ex-situ akan menyebabkan terjadinya perubahan dari obyek dan daya tarik atraksinya. Pada umumnya wisatawan kurang puas apabila tidak mendapatkan sesuatu secara utuh dan apa adanya. Lalu Perishable, yaitu suatu gejala atau proses alam yang hanya terjadi pada kurun waktu tertentu. Kadang siklusnya beberapa tahun, bahkan ada yang puluhan atau ratusan tahun. Obyek dan daya tarik ekowisata yang demikian membutuhkan pengkajian dan pencermatan secara mendalam untuk dipasarkan. Selanjutnya yaitu Non Recoverable, dimana suatu ekosistem alam yang mempunyai sifat dan perilaku pemulihan secara alami sangat tergantung dari faktor alam (Genotype) dan faktor luar (Fenotype). Pada umumnya pemulihan secara alami terjadi dalam waktu yang panjang. Penataan sebuah kawasan menjadi sebuah wadah ekowisata juga harus memperhatikan aspek- aspek dalam strategi pengembangan objek dan daya tarik wisata alam. Aspek tersebut, meliputi perencanaan pembangunan, kelembagaan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pengusahaan, pemasaran, peran serta masyarakat, dan aspek penelitian dan pengembangan. “Aspek perencanaan pembangunan objek dan daya tarik wisata alam, mencakup sistem perencanaan kawasan, penataan ruang (tata ruang wilayah), standarisasi, identifikasi potensi, koordinasi lintas sektoral, pendanaan, dan sistem informasi objek dan daya tarik wisata alam”[10].
  • 9. Aspek kelembagaan meliputi pemanfaatan dan peningkatan kapasitas institusi sebagai mekanisme yang dapat mengatur berbagai kepentingan, secara operasional merupakan organisasi dengan sumberdaya manusia dan peraturan pemerintah yang sesuai dan memiliki efisiensi tinggi. Aspek sarana dan prasarana yang memiliki dua sisi kepentingan, yaitu alat memenuhi kebutuhan pariwisata alam dan sebagai pengendalian dalam rangka memelihara keseimbangan lingkungan, pembangunan sarana dan prasarana. Aspek pengelolaan, yaitu dengan mengembangkan profesionalisme dan pola pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam yang siap mendukung kegiatan pariwisata alam dan mampu memanfaatkan potensi obkek dan daya tarik wisata alam secara lestari. Aspek pengusahaan yang memberi kesempatan dan mengatur pemanfaatan Objek dan daya tarik wisata alam untuk tujuan pariwisata yang bersifat komersial kepada pihak ketiga dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Aspek pemasaran dengan menggunakan teknologi tinggi dan bekerja sama dengan berbagai pihak baik dalam negeri maupun luar negeri. Aspek peran serta masyarakat melalui kesempatan-kesempatan usaha sehingga ikut membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dan terakhir aspek penelitian dan pengembangan yang meliputi aspek fisik lingkungan, dan sosial ekonomi dari objek dan daya tarik wisata alam. BAB III KESIMPULAN Tidak semua pantai dapat dikatakan suatu pantai yang potensial atau yang dapat dikembangkan menjadi sebuah ekowisata pantai, karena banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti kebutuhan masyarakat, pola hidup dan sebagainya. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap pengembangan ekowisata pantai yang masih rendah, merupakan salah satu masalah dalam kelestarian dan kesejahteraannya. Hal tersebut terlihat dari kurangnya ekowisata pantai di Indonesia meskipun banyak pantai yang menarik. Tingkat kesadaran pada masyarakat setempat dapat ditingkatkan dalam pengembangkan ekowisata dengan melibatan masyarakat setempat yang memiliki pengetahuan tentang alam dan budaya serta kawasan daya tarik lingkungan sekitar, sehingga dapat membawa dampak positif bagi masyarakat setempat seperti terciptannya lapangan kerja. Ekowisata pantai ini juga membantu dalam memasuki bisnis rekreasi dengan meningkatnya devisa negara. SARAN Dalam menata sebuah kawasan menjadi wadah rekreasi, dibutuhkan inovasi baik itu infrastruktur bangunan seperti transportasi, hotel, juga keamanan dan kenyamanan para wisatawan. Miskin inovasi akan terasa sulit untuk memasuki bisnis rekreasi berbasis masyarakat dan ekologi. bukan hanya bom inovasi, artinya bukan hanya sekali dibuat tapi berlaku untuk seterusnya (berkelanjutan/Sustainable). Konsekuensi dari ekowisata juga harus diperhitungkan terutama bagi kesejahteraan masyarakat lokal, untuk itu perlu kajian yang mendalam perihal keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan ekowisata ini agar masyarakat tidak hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subjek yang ikut menjadi pelaku usaha ekowisata yang partisipatif. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Indonesia: Selected Tables. http://www.bps.go.id/tab_sub/print.php?id_subyek=16%20&notab=14
  • 10. Chaniago, J.I. 2008. Ekowisata Berbasis Masyarakat Dalam Percepatan Pembangunan Berkelanjutan (Studi Kasus Konsep Ekowisata Pantai di Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Papua). Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor (PKSPL IPB). Diakses dari http://pksplipb.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=37&Itemid=1. Fandeli et al. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Gunarto. 2004. Konservasi Mangrove sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan Pantai. Jurnal Litbang Pertanian, 23(1), 2004. Gunawan. 1993. Perencanaan Pariwisata: Apa dan Mengapa? Jurnal PWK 7 (Tribulan I): 9-13. Haeruman, Herman. 2005. Paradigma Pengelolaan Sumberdaya Alam Indonesia di Masa Mendatang. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Komarudin. 1999. Pembangunan Perkotaan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Bekerjasama dengan Deputi Bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta. Sangganagara, Harjoko. (10 Juli 2008). Meneguhkan Ekowisata Jawa Barat. Kompas; hal. 33. Siaran Pers. 2009. Melambungkan Devisa Melalui Ekowisata. Jakarta: Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, Nomor: S.569/PIK-1/2009 Suharso, T. W., 2004, Pariwisata Yang Partisipatif, Makalah dalam Seminar ASPI. The World Ecotourism Summit, Québec, Canada — May 19 to 22, 2002. 2002. Final Report, dapat diunduh di http://www.world-tourism.org/sustainable/IYE/quebec/anglais/index_a.html _____, 1997. Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan, Prosiding Pelatihan dan Lokakarya. Bandung: Institut Teknologi Bandung. LAMPIRAN Tabel 1. Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara Periode Januari-Juni 2010 Pelabuhan Masuk 2010 Januari Februari Maret April Mei Juni Soekarno- Hatta 117,422 121,727 183,449 173,906 183,218 155,951 Ngurah Rai 178,358 191,362 191,125 184,230 199,401 224,695 Polonia 11,365 12,625 14,000 12,326 13,298 15,244 Batam 79,560 80,966 81,732 77,178 84,617 92,719 Juanda 13,889 12,241 14,455 12,561 13,459 15,008 Sam Ratulangi 1,841 2,308 1,602 1,445 1,602 1,590 Entikong 1,262 2,432 1,873 1,538 2,073 2,099 Adi Sumarno 1,033 1,163 2,117 1,790 2,368 2,183 Minangkabau 1,714 2,005 2,350 1,906 2,092 2,972
  • 11. Tg. Priok 5,535 5,260 5,271 4,945 4,720 5,035 Tg. Pinang 6,173 8,548 7,731 7,942 8,474 10,030 Selaparang 727 974 1,293 1,319 1,170 1,585 Makassar 1,913 2,045 1,080 925 913 1,093 Sepinggan 615 694 1,254 899 780 891 Sultan Syarif Kasim II 1,056 1,268 1,319 1,234 1,131 1,642 Adi Sucipto 3,672 4,006 4,467 3,733 5,170 4,747 Husein Sastranegara 6,444 6,809 7,155 6,885 8,156 7,680 Tanjung Uban 21,604 23,718 27,100 22,281 26,349 29.928 Tanjung Balai karimun 6,912 9,100 9,446 8,810 8,543 9,413 Lainnya 32,704 33,884 35,423 30,692 32,497 28,662 Total 493,799 523,135 594,242 555,915 600,031 613,422 Sumber: Badan Pusat Statistik [1] Dikutip dari Pengetahuan Kepariwisataan (Bandung: Alfabeta, 2002 hal. 18). [2] Ibid, hal. 18. [3] Pariwisata berkelanjutan, yaitu industri pariwisata yang berkomitmen untuk membuat dampak yang rendah pada lingkungan dan budaya lokal sambil membantu menciptakan lapangan kerja. [4] Lihat, Harjoko Sangganagara, “Meneguhkan Ekowisata Jawa Barat”, dalam Kompas, 10 Juli 2008. [5] Lihat, The World Ecotourism Summit, Québec, Canada — May 19 to 22, 2002. 2002. Final Report, dapat diunduh di (http://www.world-tourism.org/sustainable/IYE/quebec/anglais/index_a.html). [6] Wisata massal, yaitu bepergian bersama-sama untuk memperluas pengetahuan, bersenang- senang, bertamasya, piknik dengan mengikutsertakan atau melibatkan banyak orang. [7] Dikutip dari Perencanaan Pariwisata: Apa dan Mengapa? Jurnal PWK 7 (Tribulan 1): 9-13. [8] Dikutip dari Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan, Propsiding Pelatihan dan Lokakarya, (Bandung: Institut Teknologi Bandung, 1997). [9] Lihat, Komarudin, Pembangunan Perkotaan Berwawasan Lingkungan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Bekerjasama dengan Deputi Bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 1999) [10] Lihat, Herman Haeruman, Paradigma Pengelolaan sumberdaya Alam Indonesia di Masa Mendatang, (Bogor: Fakultas kehutanan Institut Pertanian Bogor, 2005)