Barotrauma adalah cedera yang disebabkan oleh perbedaan tekanan antara didalam tubuh dengan ruang eksternal yang paling sering terjadi di telinga tengah akibat gagalnya tuba eustakius untuk menyeimbangkan tekanan udara, menyebabkan gejala seperti nyeri, tuli, dan vertigo. Barotrauma juga dapat terjadi pada paru-paru, sinus, dan usus bila tekanan tidak terseimbangkan dengan tepat.
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan fisiologi hidung serta penjelasan mengenai epistaksis (mimisan). Hidung terdiri atas hidung luar dan cavitas nasi yang dibagi menjadi bagian kanan dan kiri oleh septum nasi. Epistaksis adalah gejala berupa perdarahan dari hidung yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di dalam hidung, dengan insidensi sekitar 60% populasi dunia yang pernah mengalaminya. Penyebab epist
Dokumen tersebut membahas tentang sistem pernapasan pada manusia, mulai dari bagian-bagian organ pernapasan seperti hidung, tenggorokan, paru-paru, proses pernapasan, jenis-jenis pernapasan, hingga penyakit yang dapat menyerang sistem pernapasan seperti asma, bronkitis, influenza, dan pneumonia.
Sistem pernapasan pada manusia terdiri dari hidung, rongga hidung, pharink, larink, trakea, rongga pleura, paru-paru kanan, paru-paru kiri, tulang rusuk, otot intercosta, dan diafragma. Udara masuk melalui hidung dan berakhir pada alveolus di mana oksigen diserap ke darah. Penyakit sistem pernapasan meliputi asma, bronkitis, influenza, flu burung, asbestosis, dan pneumonia.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem pernapasan pada manusia, meliputi organ-organ yang terlibat dalam proses pernapasan seperti hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Juga dijelaskan proses pernapasan yang terdiri dari inspirasi dan ekspirasi serta gangguan-gangguan yang dapat terjadi pada sistem pernapasan seperti asma, emfisema, dan tuberkulosis.
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan fisiologi hidung serta penjelasan mengenai epistaksis (mimisan). Hidung terdiri atas hidung luar dan cavitas nasi yang dibagi menjadi bagian kanan dan kiri oleh septum nasi. Epistaksis adalah gejala berupa perdarahan dari hidung yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di dalam hidung, dengan insidensi sekitar 60% populasi dunia yang pernah mengalaminya. Penyebab epist
Dokumen tersebut membahas tentang sistem pernapasan pada manusia, mulai dari bagian-bagian organ pernapasan seperti hidung, tenggorokan, paru-paru, proses pernapasan, jenis-jenis pernapasan, hingga penyakit yang dapat menyerang sistem pernapasan seperti asma, bronkitis, influenza, dan pneumonia.
Sistem pernapasan pada manusia terdiri dari hidung, rongga hidung, pharink, larink, trakea, rongga pleura, paru-paru kanan, paru-paru kiri, tulang rusuk, otot intercosta, dan diafragma. Udara masuk melalui hidung dan berakhir pada alveolus di mana oksigen diserap ke darah. Penyakit sistem pernapasan meliputi asma, bronkitis, influenza, flu burung, asbestosis, dan pneumonia.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem pernapasan pada manusia, meliputi organ-organ yang terlibat dalam proses pernapasan seperti hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Juga dijelaskan proses pernapasan yang terdiri dari inspirasi dan ekspirasi serta gangguan-gangguan yang dapat terjadi pada sistem pernapasan seperti asma, emfisema, dan tuberkulosis.
Dokumen tersebut membahas tentang emfisema, gangguan paru yang ditandai dengan pelebaran saluran napas distal dan kerusakan dinding alveolus. Emfisema disebabkan oleh berbagai faktor seperti merokok, polusi udara, dan infeksi paru. Gejalanya meliputi sesak napas, produksi sputum sedikit, dan penurunan fungsi paru. Pemeriksaan spirometri dan rontgen dada digunakan untuk diagnosis.
Efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal di rongga pleura yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi, gagal jantung, tumor, dan lainnya. Manifestasi klinisnya berupa sesak nafas, nyeri dada, dan kelelahan. Penatalaksanaannya meliputi thorakosenstesis, pemberian antibiotik, dan pleurodesis.
Trauma dada dapat menyebabkan gangguan sistem pernafasan dan jantung akibat benturan yang mengenai organ-organ tersebut. Gejala yang dirasakan pasien antara lain nyeri dada, kesulitan bernapas, detak jantung cepat, dan tekanan darah rendah. Komplikasi yang mungkin timbul diantaranya pneumotoraks, hemotoraks, dan fraktur tulang rusuk.
Trauma dada dapat menyebabkan gangguan sistem pernafasan dan jantung akibat benturan yang mengenai organ-organ tersebut. Gejala yang dirasakan pasien antara lain nyeri dada, kesulitan bernapas, detak jantung cepat, dan tekanan darah rendah. Komplikasi yang mungkin timbul diantaranya pneumotoraks, hemotoraks, dan fraktur tulang rusuk.
Laporan ini membahas asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia. Bronkopneumonia adalah radang paru dalam satu atau lebih area dalam bronki dan meluas ke parenkim paru. Laporan ini menjelaskan anatomi saluran pernapasan, definisi, klasifikasi, etiologi, gejala, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan bronkopneumonia pada anak.
Dokumen tersebut membahas tentang hematothorax yang merupakan keadaan adanya darah di rongga pleura akibat trauma dada. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain:
1. Hematothorax dapat disebabkan oleh trauma tumpul maupun tajam seperti tusukan.
2. Gejala klinisnya antara lain sesak napas, nyeri dada, dan penurunan suara napas.
3. Pengobatannya meliputi pemasangan
Pneumothorax adalah keberadaan udara di ruang pleura yang menyebabkan kolaps paru. Dokumen ini membahas definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patogenesis, dan manifestasi klinis pneumothorax. Pneumothorax dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma, dan bervariasi dalam besarnya area paru yang terkena dampak serta keberadaan hubungan dengan lingkungan luar. Gejala umum termasuk sesak napas, nyeri dada,
Trauma dada dapat disebabkan oleh benturan pada dinding dada akibat kecelakaan atau kejatuhan. Ini dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan dan seringkali disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Trauma dada dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti pneumotoraks, hemotoraks, atau fraktur tulang rusuk yang dapat membahayakan jiwa pasien. Penanganan trauma dada meliputi tindakan konservatif
Trauma dada dapat disebabkan oleh benturan pada dinding dada akibat kecelakaan atau kejatuhan. Ini dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan dan seringkali disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Gejala yang muncul antara lain nyeri dada, kesulitan bernapas, dan batuk darah. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan radiologi. Pengobatan meliputi pemberian oksigen, drainase pleura, at
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan fungsi tiga bagian utama telinga manusia yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. Juga dijelaskan beberapa penyakit telinga seperti otitis eksterna, media, dan labirintitis beserta gejala dan penyebabnya.
Trauma dada dapat disebabkan oleh benturan pada dinding dada akibat benda tajam atau tumpul, yang dapat mengganggu sistem pernapasan. Dokumen ini menjelaskan pengertian, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, tanda dan gejala, sistem yang mempengaruhinya, manajemen medis, dan komplikasi dari trauma dada. Asuhan keperawatan meliputi pengkajian dan pemeriksaan fisik pasien dengan fokus
Dokumen tersebut membahas tentang emfisema, gangguan paru yang ditandai dengan pelebaran saluran napas distal dan kerusakan dinding alveolus. Emfisema disebabkan oleh berbagai faktor seperti merokok, polusi udara, dan infeksi paru. Gejalanya meliputi sesak napas, produksi sputum sedikit, dan penurunan fungsi paru. Pemeriksaan spirometri dan rontgen dada digunakan untuk diagnosis.
Efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal di rongga pleura yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi, gagal jantung, tumor, dan lainnya. Manifestasi klinisnya berupa sesak nafas, nyeri dada, dan kelelahan. Penatalaksanaannya meliputi thorakosenstesis, pemberian antibiotik, dan pleurodesis.
Trauma dada dapat menyebabkan gangguan sistem pernafasan dan jantung akibat benturan yang mengenai organ-organ tersebut. Gejala yang dirasakan pasien antara lain nyeri dada, kesulitan bernapas, detak jantung cepat, dan tekanan darah rendah. Komplikasi yang mungkin timbul diantaranya pneumotoraks, hemotoraks, dan fraktur tulang rusuk.
Trauma dada dapat menyebabkan gangguan sistem pernafasan dan jantung akibat benturan yang mengenai organ-organ tersebut. Gejala yang dirasakan pasien antara lain nyeri dada, kesulitan bernapas, detak jantung cepat, dan tekanan darah rendah. Komplikasi yang mungkin timbul diantaranya pneumotoraks, hemotoraks, dan fraktur tulang rusuk.
Laporan ini membahas asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia. Bronkopneumonia adalah radang paru dalam satu atau lebih area dalam bronki dan meluas ke parenkim paru. Laporan ini menjelaskan anatomi saluran pernapasan, definisi, klasifikasi, etiologi, gejala, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan bronkopneumonia pada anak.
Dokumen tersebut membahas tentang hematothorax yang merupakan keadaan adanya darah di rongga pleura akibat trauma dada. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain:
1. Hematothorax dapat disebabkan oleh trauma tumpul maupun tajam seperti tusukan.
2. Gejala klinisnya antara lain sesak napas, nyeri dada, dan penurunan suara napas.
3. Pengobatannya meliputi pemasangan
Pneumothorax adalah keberadaan udara di ruang pleura yang menyebabkan kolaps paru. Dokumen ini membahas definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patogenesis, dan manifestasi klinis pneumothorax. Pneumothorax dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma, dan bervariasi dalam besarnya area paru yang terkena dampak serta keberadaan hubungan dengan lingkungan luar. Gejala umum termasuk sesak napas, nyeri dada,
Trauma dada dapat disebabkan oleh benturan pada dinding dada akibat kecelakaan atau kejatuhan. Ini dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan dan seringkali disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Trauma dada dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti pneumotoraks, hemotoraks, atau fraktur tulang rusuk yang dapat membahayakan jiwa pasien. Penanganan trauma dada meliputi tindakan konservatif
Trauma dada dapat disebabkan oleh benturan pada dinding dada akibat kecelakaan atau kejatuhan. Ini dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan dan seringkali disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Gejala yang muncul antara lain nyeri dada, kesulitan bernapas, dan batuk darah. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan radiologi. Pengobatan meliputi pemberian oksigen, drainase pleura, at
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan fungsi tiga bagian utama telinga manusia yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. Juga dijelaskan beberapa penyakit telinga seperti otitis eksterna, media, dan labirintitis beserta gejala dan penyebabnya.
Trauma dada dapat disebabkan oleh benturan pada dinding dada akibat benda tajam atau tumpul, yang dapat mengganggu sistem pernapasan. Dokumen ini menjelaskan pengertian, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, tanda dan gejala, sistem yang mempengaruhinya, manajemen medis, dan komplikasi dari trauma dada. Asuhan keperawatan meliputi pengkajian dan pemeriksaan fisik pasien dengan fokus
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
2. Anggota Kelompok
Ade Ningsih
Adelia
Ahmad Ramadhan
Andi Asriawan
Andi Selti Asiska
Andi Umi Kaslum
Andri Mitra
Aprir Sabana
Arni Anggriani
Asnina
Az Zubair
Citra Hediana
Citra Selvia Dewi
Dandi Hardianto
DesianaTassi
Desisca Sasmita Saputri
Desiyanti
Dwi Santoso
Evi Damayanti
Fitria Ningsih
Giatni
Gita Putu Chanitya. D
3. Definisi Barotrauma
Barotrauma telinga adalah cedera jaringan pada telinga yang terjadi akibat
pemerataan tekanan yang tidak memadai antara ruang tubuh yang berisi gas dan
lingkungan eksternal. Dalam berbagai literatur dilaporkan bahwa insiden dan prevalensi barotrauma
telinga berkisar antara 4,1 – 82% (Ariani et al., 2020).
Barotrauma merupakan cedera yang disebabkan oleh perbedaan tekanan
antara didalam tubuh dengan ruang eksternal (Kaplan, 2017).
Barotrauma dapat terjadi pada setiap struktur tubuh, dimana terdapat ruang tertutup yang dapat ditempati
oleh udara, antara lain ruang telinga tengah, sinus, paru-paru,lambung dan usus (Arbanto etal., 2018).
Namun, barotrauma paling sering terjadi di telinga tengah, yang terutama disebabkan oleh rumitnya
fungsi tuba Eustachius. Barotrauma telinga tengah terjadi ketika tuba Eustachius tidak dapat dibuka
untuk menyeimbangkan tekanan udara (Martinus et al., 2019).
4. Epidemologi Barotrauma
Data yang di kumpulkan
DepKes. R.I dari 10 Propinsi
sampai dengan tahun 2008,
sebanyak 93,9%, dari 1.028
penyelam tradisional yang di
wawancarai secara langsung di
temukan penyakit dengan gejala
klinis akibat penyelaman. 39,7%
diantaranya mengalami
gangguan pendengaran ringan
sampai ketulian (Sugianto et al.,
2017).
Dalam berbagai literatur dilaporkan
bahwa insiden dan prevalensi
barotrauma telinga berkisar antara 4,1 –
82% (Ariani et al., 2020). Barotrauma
terjadi pada banyak penyelam di dunia
termasuk di Indonesia. Insiden
barotrauma cukup banyak di Indonesia
terutama pada penyelam tradisional.
Hal tersebut dikarenakan penyelam
tradisional umumnya kurang
memperhatikan hal-hal yang
berhubungan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja, sehingga berpotensi
terkena barotrauma telinga tengah
(Martinus et al., 2019).
5. Etiologi
• Barotrauma paling sering terjadi pada perubahan tekanan yang besar
seperti pada penerbangan, penyelaman misalkan pada penyakit
dekompresi yang dapat menyebabkan kelainan pada telinga, paru-
paru, sinus paranasalis serta emboli udara pada arteri yang dimana
diakibatkan oleh perubahan tekanan yang secara tiba-tiba, misalkan
pada telinga tengah sewaktu dipesawat yang menyebabkan tuba
eustakius gagal untuk membuka. Tuba eustakius adalah penghubung
antara telinga tengah dan bagian belakang dari hidung dan bagian
atas tenggorokan. Untuk memelihara tekanan yang sama pada kedua
sisi dari gendang telinga yang intak, diperlukan fungsi tuba yang
normal. Jika tuba eustakius tersumbat, tekanan udara di dalam telinga
tengah berbeda dari tekanan di luar gendang telinga, menyebabkan
barotrauma.
6. Patofisiologi
Barotrauma waktu turun (descent)
Barotrauma waktu turun lebih
sering terjadi daripada waktu naik.
Saat penyelam turun, tubuhnya
mendapat penambahan tekanan dari
luar.
Barotrauma waktu naik (ascent Barotrauma)
Sebaliknya, waktu penyelam naik ke
permukaan penyelam mengalami penurunan
tekanan di sekelilingnya. Sesuai hukum
Boyle penurunan tekanan mengakibatkan
pengembangan (expansion) udara dalam
rongga-rongga fisiologis tubuh.
7. Gejala-gejala klinik barotrauma telinga
Gejala descent barotrauma
Nyeri (bervariasi)
pada telinga yang
terpapar
Kadang ada
bercak darah
dihidung atau
nasofaring
Rasa tersumbat
dalam telinga/tuli
konduktif
Gejala ascent barotrauma
Rasa tertekan
atau nyeri dalam
telinga
1)Vertigo.
Tinnitus/tuli
ringan
8. Kelainan pada paru-paru
Barotrauma pada paru-paru dapat diakibatkan oleh menyelam, ketika penyelam hendak naik dari
permukaan bawah laut ke atas maka dapat terjadi barotrauma. Barotrauma paru waktu naik (burst lung)
dibagi menjadi empat kelompok yaitu:
1. Kerusakan jaringan paru-paru. Penyebabnya adalah penyelam pada waktu naik terlalu cepat, penyelam pada
waktu naik tidak menghembuskan udara. Gejalanya sesak sanaf, batuk disertai dahak yang berdarah, kepala
terasa pusing, sakit dada dan cyanosis.
2. Surgical empiesema adalah penyakit akibat dari pecahnya kantung-kantung udara dalam paru-paru yang sangat
kecil, sehingga gas akan masuk ke dalam jaringan-jaringan disekitar paru-paru.
3. Pneumothorak (udara dalam rongga dada) adalah penyakit akibat dari pecahnya paru-paru dekat permukaan
paru-paru itu sendiri, sehingga udara dalam tempat ini dilepaskan ke dalam rongga dada dan dapat
menyebabkan kolaps paru-paru. Penyebabnya adalah penyelam pada waktu naik tidak menghembuskan udara.
4. Emboli udara: (pengembangan paru-paru) adalah keadaan paling berbahaya dari pecahnya paru-paru dan dapat
menyebabkan kerusakan otak yang berat.
9. Kelainan pada sinus paranasal
Rongga tubuh yang lain yang sering mendapat gangguan akibat adanya perbedaan tekanan
antara di dalam rongga dan sekitar tubuh adalah sinus paranasalis. Dinding sinus ini dilapisi
mukosa dan muaranya pada cavum nasi. Ada 4 buah sinus pada tubuh kita, tapi yang sering
terganggu adalah 2 buah, yaitu sinus maxilaris dan sinus frontalis, sedang yang 2 buah lagi,
yaitu sinus ethmoidalis dan sinus sphenoidalis jarang terganggu. Kelainan di sinus-sinus ini
disebut : Barosinusitis. Prosentase kejadiannya kira-kira 1,17 — 1,5%.
10. Diagnosis
Tes pendengaran, untuk memeriksa fungsi pendengaran
dan mendeteksi kerusakan pada telinga
Foto Rontgen, untuk mendeteksi tumpukan cairan atau
udara di bagian tubuh, seperti sinus atau rongga perut
CT scan atau MRI, untuk memeriksa kondisi organ yang
dicurigai mengalami barotrauma, misalnya paru-paru atau
saluran pencernaan
11. Penatalakasanaan
Saat ini diketahui ada 4 cara menyeimbangkan tekanan di rongga telinga
tengah yaitu:
dengan menggerakkan rahang ke kiri dan ke kanan,
meniup perlahan dengan lubang hidung tertutup (teknik Valsava)
menelan ludah (metode Toynbee) dan
menguap (Arbanto et al., 2018).