Social Psychology; Social Cognition
The manner about how we think, analyze and interpret about other people and the social world.
Psikologi Sosial; Kognisi Sosial
Membahas mengenai perilaku tentang bagaimana kita menganalisa dan menginterpretasikan orang lain dan lingkungan sosial.
Paper yang membahas apa itu diri dan konsep diri--yang juga dihubungkan dengan fenomena terkini. Dilengkapi dengan pendapat para tokoh psikologi sosil.
Materi ini berupaya melihat keragaman bentuk sensasi, persepsi, dan bahkan kesadaran di berbagai budaya. Tentu saja hal ini dilihat dari persepktif Lintas Budaya.
Social Psychology; Social Cognition
The manner about how we think, analyze and interpret about other people and the social world.
Psikologi Sosial; Kognisi Sosial
Membahas mengenai perilaku tentang bagaimana kita menganalisa dan menginterpretasikan orang lain dan lingkungan sosial.
Paper yang membahas apa itu diri dan konsep diri--yang juga dihubungkan dengan fenomena terkini. Dilengkapi dengan pendapat para tokoh psikologi sosil.
Materi ini berupaya melihat keragaman bentuk sensasi, persepsi, dan bahkan kesadaran di berbagai budaya. Tentu saja hal ini dilihat dari persepktif Lintas Budaya.
Materi ini mencoba menjabarkan hal-hal yang mendasari munculnya perilaku menolong. Selain itu ada pula penjelasan hal-hal apa saja yang akan meningkatkan atau malah mengurangi munculnya perilaku menolong. Terakhir, ada satu pertanyaan menggelitik yang coba dilempar, apakah benar perilaku menolong berada di titik yang berseberangan dengan perilaku agresif.
Psikologi Sosial; Sosial Kognisi
Membahas tentang perilaku sosial, yaitu bagaimana kita berpikir, menganalisa, dan menginterpretasikan orang lain dan lingkungan sosial.
Social Psychology; Social Cognition
The manner of how we think, analize and interpret about other people and social world.
asumsi dasar Klein adalah Fantasi atau khayalan hidup yang aktif bayi sejak ia lahir. Fantasi ini merupakan representasi psikis dari ketidak sadaran insting id yang tidak bisa dicampur adukan dengan fantasi kesadaran yang dimiliki oleh anak anak dan dewasa. Klein setuju dengan Freud Manusia mempunyai dorongan bawaan atau insting, termasuk insting kematian. Dorongan-dorongan tersebut berupa objek dan objek-objek tersebut adalah dorongan lapar untuk mendapatkan payudara baik, dorongan berhubungan badan dan memiliki organ seksual, juga lainnya
Sistem Pendukung keputusan adalah istilah untuk aplikasi yang jmembantu manajer, pimpinana, atau sipembuat keputusan dalam menentukanan keputusan yang akan dipilih pada setiap situasi dan pada pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan keputusan yang akan diambil, guna membantu mengambil keputusan.
Materi ini mencoba menjabarkan hal-hal yang mendasari munculnya perilaku menolong. Selain itu ada pula penjelasan hal-hal apa saja yang akan meningkatkan atau malah mengurangi munculnya perilaku menolong. Terakhir, ada satu pertanyaan menggelitik yang coba dilempar, apakah benar perilaku menolong berada di titik yang berseberangan dengan perilaku agresif.
Psikologi Sosial; Sosial Kognisi
Membahas tentang perilaku sosial, yaitu bagaimana kita berpikir, menganalisa, dan menginterpretasikan orang lain dan lingkungan sosial.
Social Psychology; Social Cognition
The manner of how we think, analize and interpret about other people and social world.
asumsi dasar Klein adalah Fantasi atau khayalan hidup yang aktif bayi sejak ia lahir. Fantasi ini merupakan representasi psikis dari ketidak sadaran insting id yang tidak bisa dicampur adukan dengan fantasi kesadaran yang dimiliki oleh anak anak dan dewasa. Klein setuju dengan Freud Manusia mempunyai dorongan bawaan atau insting, termasuk insting kematian. Dorongan-dorongan tersebut berupa objek dan objek-objek tersebut adalah dorongan lapar untuk mendapatkan payudara baik, dorongan berhubungan badan dan memiliki organ seksual, juga lainnya
Sistem Pendukung keputusan adalah istilah untuk aplikasi yang jmembantu manajer, pimpinana, atau sipembuat keputusan dalam menentukanan keputusan yang akan dipilih pada setiap situasi dan pada pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan keputusan yang akan diambil, guna membantu mengambil keputusan.
Sebuah aplikasi berupa Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) mulai dikembangkan pada tahun 1970. Decision Support Sistem (DSS) dengan didukung oleh sebuah sistem informasi berbasis komputer dapat membantu seseorang dalam meningkatkan kinerjanya dalam pengambilan keputusan. Seorang manajer di suatu perusahaan dapat memecahkan masalah semi struktur, dimana manajer dan komputer harus bekerja sama sebagai tim pemecah masalah dalam memecahkan masalah yang berada di area semi struktur. DSS mendayagunakan resources individu-individu secara intelek dengan kemampuan komputer untuk meningkatkan kualitas keputusan.
Sistem pendukung keputusan ( decision support systems disingkat DSS) adalah bagian dari sistem informasi berbasis computer termasuk sistem berbasis pengetahuan (manajemen pengetahuan) yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi perusahaan,atau lembaga pendidikan.
Dapat juga dikatakan sebagai sistem komputer yang mengolah data menjadi informasi untuk mengambil keputusan dari masalah yang spesifik. Menurut Moore and Chang, Sistem Pendukung keputusan dapat digambarkan sebagai sistem yang berkemampuan mendukung analisis data, dan pemodelan keputusan, berorientasi keputusan, orientasi perencanaan masa depan, dan digunakan pada saat-saat yang tidak biasa.
Kegiatan merancang system pendukung keputusan merupakan sebuah kegiatan untuk menemukan, mengembangkan dan menganalisis berbagai alternatif tindakan yang mungkin untuk dilakukan. Tahap perancangan ini meliputi pengembangan dan mengevaluasi serangkaian kegiatan alternatif. Sedangkan kegiatan memilih dan menelaah ini digunakan untuk memilih satu rangkaian tindakan tertentu dari beberapa yang tersedia dan melakukan penilaian terhadap tindakan yang telah dipilih.
Keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan-kemungkinan dari alternatif tersebut bersama konsekuensinya. Setiap keputusan akan membuat pilihan terakhir, dapat berupa tindakan atau opini. Itu semua bermula ketika kita perlu untuk melakukan sesuatu tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untuk itu keputusan dapat dirasakan rasional atau irrasional dan dapat berdasarkan asumsi kuat atau asumsi lemah.
Materi Dasar-dasar Pendidikan MIPA konsep Aspek Perkembangan Mental AnakDasrieny Pratiwi
PPT ini berisi materi untuk pertemuan ke 5 mata kuliah Dasar-dasar Pendidikan MIPA semester Genap T.A 2014/2015 di Universitas Muhammadiyah Metro Lampung Indonesia yang di susun oleh Dasrieny Pratiwi
1. “Pemikiran kita mengenai dunia sosial
berlangsung secara “otomatis”—cepat,
tanpa usaha, dan tanpa banyak
penalaran cermat.”
–Robert A. Baron
Kognisi Sosial
Berpikir mengenai Dunia Sosial
2. HEURISTIK: BAGAIMANA MENGURANGI
USAHA KITA DALAM KOGNISI SOSIAL
Kognisi Sosial
Cara kita menginterpretasi, menganalisis,
mengingat, dan menggunakan informasi
mengenai dunia sosial.
Source of image: Microsoft Office Online.
Kita memiliki kapasitas kognitif
yang terbatas sehingga kita
sering mencoba mengurangi
usaha yang kita gunakan
untuk kognisi sosial.
3. Karena kapasitas untuk
memproses informasi terbatas,
kita sering mengalami
kejenuhan informasi—
keadaan ketika kemampuan kita
untuk memproses informasi
sudah terlampaui.
Untuk memproses informasi
yang kompleks, ketika jawaban
yang benar tidak selalu tampak
jelas (kondisi
ketidakpastian), kita
menggunakan heuristik.
Heuristik
Aturan sederhana untuk membentuk keputusan
kompleks atau menarik simpulan dengan cepat dan
hampir tanpa usaha.
Heuristik
Keterwakilan
Ketersediaan
Anchoring &
Adjustment
4. Keterwakilan:
Menilai Berdasarkan Kemiripan
Salah satu bentuk heuristik adalah heuristik
keterwakilan, yang berarti bahwa semakin sama
ciri yang ditunjukkan oleh seseorang atau
subkelompok orang tertentu terhadap anggota
tipikal sebuah kelompok tertentu—prototipe
kelompok tersebut—kemungkinan mereka
dianggap sebagai anggota kelompok tersebut akan
semakin besar.
Prototipe
Rangkuman atribut-atribut umum yang dimiliki
anggota-anggota dalam sebuah kategori.
5. Heuristik Keterwakilan
Menggunakan heuristik keterwakilan dapat berujung
pada keputusan yang salah ketika nilai acuan tidak
diikutsertakan, padahal relevan.
Terdapat perbedaan budaya dalam penggunaan
keterwakilan untuk mengevaluasi kemungkinan bahwa
suatu kejadian sebab dapat menghasilkan suatu
kejadian hasil.
Warga Asia cenderung tidak terlalu
menganggap “serupa sebanding dengan
serupa”, dan tidak demikian halnya
dengan warga Barat.
Source of image: Microsoft Office Online.
6. Ketersediaan: “Apabila Saya Mengingat
Sesuatu, Hal Tersebut Pasti Penting”
Dalam beberapa kasus, heuristik
ketersediaan dapat juga melibatkan
jumlah informasi yang kita ingat
kembali.
Kita cenderung menerapkan aturan
kemudahan mengingat terhadap
penilaian mengenai diri kita sendiri
daripada penilaian mengenai orang lain.
Heuristik Ketersediaan
Strategi untuk membuat penilaian berdasarkan
seberapa mudah suatu informasi spesifik dapat
dimunculkan dalam pikiran kita.
Source of image: Microsoft Office Online.
7. Bagan menunjukkan penggunaan heuristik ketersediaan, di mana
kreativitas diri yang dipersepsikan bergantung pada kemudahan
mengingat kembali.
8. Anchoring dan Adjustment:
Titik Tempat Anda Memulai Amatlah Berpengaruh
Heuristik anchoring dan
adjustment mendorong kita untuk
menggunakan angka atau nilai tertentu
sebagai titik awal bagi kita untuk
membuat penyesuaian.
Penyesuaian ini mungkin tidak cukup
untuk merefleksikan realitas sosial yang
sebenarnya, kemungkinan karena begitu
kita tiba pada sebuah nilai yang masuk
akal, kita menghentikan proses ini.
Heuristik Anchoring dan Adjustment
Heuristik yang melibatkan kecenderungan untuk
menggunakan serangkaian nilai sebagai titik
awal untuk membuat penyesuaian.
Source of image: Microsoft Office Online.
10. Heuristik Status Quo:
“Keadaan Saat Ini Adalah Keadaan yang Baik”
Objek dan opsi yang lebih
mudah diingat kembali
dapat dinilai secara
heuristik sebagai “hal yang
baik”, sebagai hal yang
lebih baik dan sebuah opsi
baru, yang jarang ditemui
atau mewakili perubahan
status quo.
Source of image: Microsoft Office Online.
11. SKEMA:
KERANGKA MENTAL UNTUK
MENGORGANISASIKAN INFORMASI
SOSIAL
Satu komponen kognisi sosial dasar adalah
skema—kerangka mental yang dikembangkan
melalui pengalaman dan, ketika telah terbentuk,
membantu kita menyusun dan memahami
informasi sosial.
Skema
Kerangka mental yang berpusat pada tema-tema
spesifik yang dapat membantu kita mengorganisasi
informasi sosial.
12. Pengaruh Skema terhadap Kognisi Sosial:
Atensi, Pengodean, Mengingat Kembali
Begitu terbentuk, skema menimbulkan efek yang
kuat pada apa yang kita perhatikan (atensi), apa
yang masuk ke dalam ingatan kita (pengodean),
dan kemudian apa yang kita ingat (mengingat
kembali).
Individu melaporkan lebih banyak informasi yang
diingat apabila informasi tersebut konsisten
dengan skema, dibandingkan bila tidak konsisten
dengan skema. Namun sebenarnya, informasi
yang tidak konsisten pun secara kuat tercakup
dalam ingatan.
13. Pengaruh Skema terhadap Kognisi Sosial:
Atensi, Pengodean, Mengingat Kembali
Atensi
Berkaitan dengan informasi yang kita
perhatikan.
Dalam hubungannya dengan atensi, skema
sering kali berperan sebagai sejenis penyaring:
informasi yang konsisten dengan skema lebih
diperhatikan dan lebih mungkin untuk masuk
ke dalam kesadaran kita.
14. Pengaruh Skema terhadap Kognisi Sosial:
Atensi, Pengodean, Mengingat Kembali
Pengodean
Informasi yang menjadi fokus atensi kita lebih
mungkin untuk disimpan dalam ingatan jangka
panjang.
Umumnya informasi yang konsisten dengan skema
kitalah yang dikodekan, meski terkadang informasi
yang tidak konsisten dengan skema kita dapat
bersifat amat mengejutkan sehingga menyita
seluruh perhatian kita dan hampir memaksa kita
untuk menempatkannya dalam ingatan jangka
panjang.
15. Sosial: Atensi, Pengodean, Mengingat
Kembali
Mengingat Kembali
Proses mengingat kembali informasi dari
ingatan.
Pada umumnya, orang melaporkan informasi
yang konsisten dengan skema mereka, tetapi
informasi yang tidak konsisten dengan skema
juga dapat secara kuat disimpan di dalam
ingatan (tergantung pada pengukuran ingatan
yang digunakan).
16. Skema Mana yang Mengarahkan Pemikiran
Kita?
Seringnya, skema mengalami pemaparan awal—yakni
diaktifkan oleh pengalaman, kejadian, atau stimuli.
Ketika mengalami pemaparan awal, efek skema
cenderung bertahan hingga skema tersebut dapat
diekspresikan dengan suatu cara melalui pemikiran atau
perilaku; ekspresi tersebut (yang dikenal sebagai
unpriming) kemudian mengurangi kemungkinan
skema tersebut memengaruhi pemikiran atau perilaku.
Unpriming
Merujuk pada fakta bahwa efek skema cenderung bertahan
hingga skema tersebut dengan suatu cara dilampiaskan melalui
ekspresi dalam pemikiran atau perilaku, dan hanya dengan
begitulah efek skema tersebut dapat memudar.
18. Persistensi Skema:
Mengapa Bahkan Skema yang Buruk Terkadang
Dapat Memengaruhi Pemikiran dan Perilaku Kita
Skema membantu kita memproses informasi, tetapi
memiliki efek bertahan yang kuat, bahkan ketika
dihadapkan dengan informasi yang kontradiktif,
sehingga dapat membiaskan pemahaman kita
terhadap dunia sosial.
Skema juga dapat menimbulkan efek self-fulfilling
yang menyebabkan kita berperilaku dalam cara-cara
tertentu yang mendukung harapan yang kita miliki.
Efek Bertahan
Kecenderungan atas keyakinan dan skema untuk tetap bertahan
meskipun dihadapkan pada informasi yang bertolak belakang.
19. Penalaran melalui Metafora:
Bagaimana Sikap dan Perilaku Sosial
Dipengaruhi oleh Gaya Bahasa
Metafora dapat membentuk cara kita
memersepsikan dan merespons dunia
sosial.
Metafora
Alat linguistik yang menghubungkan atau
menjalin perbandingan antara sebuah konsep
abstrak dengan konsep lainnya yang berbeda.
20. PEMROSESAN OTOMATIS & TERKONTROL:
DUA MODE DASAR DALAM PEMIKIRAN
SOSIAL
Pemrosesan Otomatis
Hal ini terjadi ketika, setelah
berpengalaman melakukan suatu
tugas atau mengolah informasi
tertentu, kita sampai pada suatu
tahap di mana kita seakan dapat
melakukan tugas atau informasi
tertentu tanpa perlu usaha yang
besar, secara otomatis, dan tidak
disadari.
Source of image: Microsoft Office Online.
21. Pemrosesan Otomatis dan
Perilaku Sosial Otomatis
Ketika skema atau kerangka kognitif lainnya
menjadi aktif (bahkan tanpa disadari alam sadar
kita), hal tersebut dapat memberikan pengaruh
kuat terhadap perilaku kita, dan mengaktifkan
berbagai tindakan yang konsisten dengan
kerangka tersebut, juga mempersiapkan kita untuk
berinteraksi dengan orang-orang atau kelompok-
kelompok yang menjadi fokus skema tersebut.
Source of image: Microsoft Office Online.
23. Keuntungan Pemrosesan
Otomatis
Pemrosesan otomatis memang jelas-jelas cepat dan efisien;
ditambah lagi, hal tersebut juga kadang memiliki
keuntungan lainnya—seperti misalnya membentuk
keputusan yang membuat kita merasa lebih puas.
Ketersediaan pilihan yang terlalu banyak memiliki sifat
paralisis atau melumpuhkan, dan mendorong timbulnya
perasaan tidak puas terhadap pilihan yang telah kita
tentukan.
Penggunaan “arsitektur pilihan”—yakni menempatkan
secara strategis alternatif terbaik bagi kebanyakan orang
sehingga lebih besar kemungkinan bagi orang-orang yang
memproses secara otomatis untuk memilih opsi
tersebut—dapat meningkatkan pembentukan keputusan
dan kepuasan terhadap hasil yang dipilih.
Source of image: Microsoft Office Online.
25. SUMBER YANG BERPOTENSI
MENIMBULKAN KESALAHAN DALAM
KOGNISI SOSIAL
Mengapa kita jarang berpikir rasional?
1. “Bias” dasar dalam pemikiran sosial:
kecenderungan bersikap teramat
optimistis.
2. Sumber-sumber kesalahan berbasis situasi
dalam kognisi sosial: pemikiran
konterfaktual dan pemikiran magis.
26. “Bias” Dasar dalam Pemikiran Sosial:
Kecenderungan Bersikap Teramat Optimistis
Kebanyakan orang menunjukkan bias
optimistis yang kuat.
Selain itu, orang-orang cenderung
menunjukkan kepercayaan diri berlebih
terhadap akurasi penilaian diri dari yang
sewajarnya (disebut overconfidence
barrier).
Bias Optimistis
Predisposisi kita untuk mengharapkan agar segala sesuatu
berjalan dengan baik.
27. Orang-orang yang memiliki kompetensi lebih rendah
dalam suatu bidang memiliki kecenderungan lebih
tinggi untuk memiliki kepercayaan tinggi berlebih
dalam bidang tersebut. Hal inidisebabkan oleh
kesalahan akibat penghilangan, yakni suatu
keadaan ketika kita kekurangan informasi
pembanding yang dapat membantu kita
menyeimbangkan rasa kepercayaan diri kita.
Orang-orang membentuk lebih banyak penilaian
optimistis mengenai masa depan daripada masa
lalu. Optimisme yang tidak menjadi nyata dapat
berujung pada munculnya emosi negatif.
Orang-orang membuat prediksi yang terlampau
optimis mengenai lamanya waktu yang mereka
butuhkan untuk menyelesaikan sebuah tugas
(disebut kesalahan perencanaan).
Source of image: Microsoft Office Online.
28. Sumber Kesalahan Berbasis Situasi
dalam Kognisi Sosial
Pemikiran Konterfaktual
Dalam berbagai situasi, individu mungkin membayangkan
“andai saja hal itu terjadi”, maka mereka terlibat dalam
pemikiran konterfaktual— yaitu kecenderungan untuk
membayangkan hasil yang lain dari yang sesungguhnya
terjadi dalam suatu situasi.
Pemikiran semacam ini dapat memengaruhi simpati kita
terhadap orang lain yang mengalami kejadian negatif.
Pemikiran konterfaktual yang bersifat naik dapat juga
memotivasi kita untuk bekerja lebih baik di masa depan,
dengan harapan dapat menghindari hasil yang baru saja
diperoleh.
29. Sumber Kesalahan Berbasis Situasi dalam
Kognisi Sosial
Pemikiran Magis
Ada beberapa batasan penting terkait kemampuan kita
untuk berpikir secara rasional mengenai dunia sosial.
Salah satunya adalah pemikiran magis—yaitu
mengasumsikan bahwa pemikiran kita dapat
memengaruhi dunia fisik, atau bahwa tindakan kita
(misalnya seperti tidak membeli asuransi) dapat
“menantang nasib” dan meningkatkan kemungkinan
terjadinya kejadian negatif.
Pemikiran magis berasal dari manajemen teror—usaha
kita untuk menghadapi fakta bahwa umur kita terbatas.
30. AFEK DAN KOGNISI:
BAGAIMANA PERASAAN MEMBENTUK PIKIRAN
DAN PIKIRAN MEMBENTUK PERASAAN
Afek memengaruhi kognisi dengan beberapa
cara.
Suasana hati kita saat ini dapat menyebabkan
kita bereaksi positif atau negatif terhadap
rangsangan baru, termasuk terhadap orang
lain, sejauh mana kita berpikir sistematis atau
heuristik, dan dapat memengaruhi ingatan
melalui ingatan yang bergantung pada
suasana hati dan efek kesesuaian
suasana hati.
31. Pengaruh Afek pada Kognisi
Ketika kita berada dalam suasana hati yang
positif, kita cenderung untuk berpikir heuristik
daripada ketika berada dalam suasana hati yang
negatif.
Khususnya, kita lebih bergantung pada stereotip
dan jalan-jalan pintas mental lainnya.
32. Pengaruh Kognisi pada Afek
Kita menggunakan beberapa teknik kognitif untuk
mengontrol emosi atau perasaan. Contoh: ketika
sedang berada di dalam kondisi tekanan emosional,
kita secara sadar memilih untuk melakukan aktivitas
yang membuat kita merasa lebih baik sesaat
walaupun nantinya memiliki akibat yang tidak baik.
Source of image: Microsoft Office Online.
• Kognisi memengaruhi afek melalui
interpretasi kita terhadap peristiwa
yang memicu emosi dan melalui
aktivasi skema yang memuat
komponen afek yang kuat.
33. Peramalan Afektif
Orang-orang melakukan peramalan afektif
menggunakan sistem kognitif, tetapi merespons dengan
sistem emosi ketika dihadapkan pada kejadian tersebut.
Peramalan afektif tidak hanya berujung pada
ketidakakuratan, tetapi juga menyebabkan kesalahan
tertentu: memperkirakan pengaruh lebih besar atas
penderitaan orang lain.
Peramalan Afektif
Prediksi mengenai apa yang akan kita
rasakan mengenai sebuah kejadian yang
belum pernah kita alami sendiri.
Source of image: Microsoft Office Online.
34. Afek dan Kognisi: Bukti Neurosains
Sosial untuk Dua Sistem yang Berbeda
Penelitian di bidang neurosains sosial
mengindikasikan bahwa kita mungkin memiliki
dua sistem yang saling berbeda untuk
memproses informasi sosial:
satu sistem terkait dengan pemikiran logis,
sistem lainnya terkait dengan afek atau emosi.