Dokumen tersebut membahas tentang etika dan hukum dalam hubungan antara dokter dan pasien lawan jenis dalam Islam. Dokumen menjelaskan bahwa Islam telah mengatur hubungan tersebut dengan baik, diantaranya larangan berduaan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, serta kewajiban pemeriksaan harus dilakukan secara terbuka dan profesional untuk mencegah fitnah. Dokumen juga membahas tentang etika k
2. 1.1 Definisi…
Dokter:
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan
dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau
kedokteran gigi, baik didalam maupun diluar negeri yang
diakui Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang–undangan.
3. Dokter:
Secara operasional seorang tenaga kesehatan yang
menjadi tempat kontak pertama bagi pasien untuk
menyelesaikan masalah kesehatan tanpa memandang jenis
penyakit, organologi, golongan usia dan jenis kelamin
dengan menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan
efisien serta menjunjung tinggi tanggung jawab
professional, hukum, etika dan moral.
Pasien:
Setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan
yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada dokter.
4. Hubungan Dokter Pasien Lawan Jenis:
Interaksi yang berlangsung antara dokter dengan pasien
yang berbeda jenis kelaminnya selama proses pemeriksaan,
pengobatan, perawatan yang terjadi diruang praktik
perorangan, poliklinik, rumah sakit dan puskesmas dalam
rangka membantu menyelesaikan masalah kesehatan
pasien.
5. 1.2 Ruang Lingkup…
Ruang lingkup hubungan dokter pasien lawan jenis
meliputi:
• Hak serta kewajiban seorang dokter
• Hak serta kewajiban pasien
• Standar pelayanan kesehatan seorang dokter terhadap
pasien
• Etika dan hukum kedokteran
6. 1.3 Tujuan Penulisan…
• Memenuhi penugasan Blok Medikolegal tahun ajaran
2011-2012.
• Mengetahui etika kedokteran dan hukum kesehatan.
• Mengetahui batasan-batasan hak dan kewajiban seorang
dokter.
• Menjelaskan batasan-batasan hak dan kewajiban seorang
pasien dan keluarga.
• Menjelaskan kedudukan hukum Islam.
7. 2.1. Rumusan Masalah…
• Bagaimana sikap seorang dokter dengan pasien lawan
jenis?
• Apakah seorang dokter boleh menyentuh (dalam
pemeriksaan fisik) pada pasien lawan jenis?
• Bagaimana etika dokter dalam melakukan pemeriksaan
pada pasien lawan jenis?
• Hukum-hukum Islam apa saja yang mengatur hubungan
dokter dengan pasien lawan jenis?
8. 2.2. Tujuan Penelitian…
• Mengetahui sikap dokter dengan pasien lawan jenis.
• Mengetahui apakah dokter boleh melakukan
pemeriksaan dengan menyentuh pasien lawan jenis atau
tidak.
• Mengetahui etika dokter dengan pasien lawan jenis.
• Mengetahui hukum Islam yang mengatur tentang
hubungan dokter dengan pasien lawan jenis.
9. 3.1 Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan…
• Secara umum hubungan dokter-pasien tidak terlepas dari
hak dan kewajiban pasien atau dokter tersebut.
• Hubungan dokter-pasien jenis hubungan teraupetik
yang hanya bertujuan untuk pemulihan atau peningkatan
kesehatan.
• Kode Etik Kedokteran Internasional disebutkan “Dokter
harus memberikan kepada pasiennya loyalitas penuh dan
seluruh pengetahuan yang dimilikinya.”
10. • KODEKI pasal 10-13 dijelaskan apa saja yang menjadi
kewajiban dokter terhadap pasiennya.
Pasal 10: “dokter wajib untuk bersikap tulus dan
ikhlas serta menggunakan ilmu dan ketrampilannya
untuk kepentingan pasien.”
Pasal 13: “dokter wajib melakukan pertolongan
darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan kecuali
bila terdapat orang lain yang bersedia dan lebih
mampu.”
11. • Sikap ikhlas dan professional menumbuhkan wibawa
dalam melakukan setiap tindakan medik agar pasien
kooperatif dalam tindakan pemeriksaan maupun
pengobatan.
• Dokter harus mempunyai tata sopan santun dan tata
usila yang sudah berlaku dimasyarakat setempat.
• Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan,
maka saat melakukan tindakan pemeriksaan medik harus
ada orang ketiga (petugas kesehatan lain atau salah
seorang dari keluarga pasien).
12. • Hubungan dokter-pasien biasanya memang sangat intim
dan dapat menimbulkan ketertarikan seksual.
• Menurut aturan dasar dalam etika kedokteran tradisional
adalah ketertarikan seperti tersebut harus dicegah.
Dokter harus membentengi hatinya dalam perasaannya
terhadap lawanjenis.
• Pasien adalah orang yang rapuh dan percaya terhadap
dokter untuk merawat mereka dengan baik.
• Hal ini dapat menyebabkan perawatan yang dilakukan
seorang dokter menjadi kacau.
• Keputusan klinik seorang dokter dapat saja dipengaruhi
oleh adanya keterlibatan emosional dengan pasien.
13. • Dalam keadaan darurat dokter dituntut untuk melakukan
pertolongan kepada pasiennya sebagai tugas
kemanusiaan yang tertera dalam sumpah dokter.
• Hal yang diutamakan adalah keselamatan pasien tanpa
memandang apapun sampai jenis kelamin sekalipun.
• Menurut Beuchampdan Childress dalam bukunya The
Principle of Biomedical Ethics tahun 1994 terdapat 4
prinsip dasar dalam kaidah bioetik yaitu Beneficence
(baik), Non Maleficence (tidak jahat), Justice (adil), dan
Otonomi.
• Dalam hubugan dokter dan pasien secara umum harus
diterapkan kaidah bioetik justice.
14. 3.2 Hukum-hukum Islam…
• Islam telah mengatur berbagai hal dalam kehidupan
mulai dari hal yang kecil yang sangat kompleks sehingga
manusia dapat hidup didunia ini dengan mudah dan
tetap pada jalan yang lurus.
• Dalam surat Al-Insyiroh, Allah SWT berfirman:
َّنِإَفَعَم ِرْسُعْلااًرْسُي
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan.” (QS. An Nasyr: 5)
15. َّنِإَعَم ِرْسُعْلااًرْسُي
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS. An Nasyr:6)
• Islam mengatur segala sesuatu yang ada dimuka bumi
ini, tak terkecuali masalah praktek kedokteran dalam
Islam.
• Penjelasan tentang hubungan dokter-pasien lawan jenis
dapat kita dapatkan melalui kandungan yang ada dalam
sumber-sumber hukum Islam yaitu Al-Qur’an, Al-Hadits,
dan fatwa dari ulama-ulama besar yang patut dijadikan
contoh.
16. a. Al-Qur’an
• Didalam Al-Qur’an terdapat ayat yang menjelaskan
bagaimana muamalah atau hubungan antara seorang
laki-laki dan perempuan. Islam telah mengatur bahwa
hubungan antara perempuan dan laki-laki yang bukan
suami istri dapat termasuk dalam kategori zina. Hal ini
telah tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 33:
ََّلَواوُبَرْقَتاَن ِالزُهنِإَنَاكًةَش ِاحَفَءاَسَو ًيًلِبَس
“Dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina
itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
buruk” (QS. Al-Isra’ :32).
17. • Yang dimaksud zina yaitu hubungan anatara perempuan
dan laki-laki, dimana dalam hubungan tersebut terdapat
hawa nafsu setan antara keduanya. Zina dapat diartikan
secara luas, dapat berupa zina mata, zina tangan, dan
zina dalam arti lain.
• Dalam hal ini dapat dikaitkan bahwa dokter harus
berhati-hati dalam melakukan profesinya mulai dari
anamnesis sampai dengan penatalaksanaan.
• Salah satu usaha dalam mencegah perzinahan yaitu
sudah tertuang dalam surat An-Nurayat 30-31.
18. • Hendaknya antara dokter dengan pasien saling
memahami porsi masing-masing untuk dapat selalu
menahan diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan
zina.
• Dalam berkunjung kesebuah praktek dokter, sebaiknya
seorang wanita berobat pada dokter wanita. Begitu juga
sebaliknya seorang laki-laki berobat pada dokter laki-laki.
• Islam telah mengatur jika terpaksa pada seorang wanita
berobat pada dokter laki-laki, hendaknya wanita tersebut
ditemani oleh orang ketiga yaitu makhramnya agar tidak
terjadi fitnah karena seorang perempuan dan laki-laki
dilarang berduaan dalam satu ruang yang bukan
makhramnya atau biasa disebut berkhalwat.
19. b. Al-Hadist
Dalam hadits ini terdapat penjelasan dari isi kandungan Al-
Qur’an dan juga ayat-ayat Allah yang tidak tercantum dalam
Al-Qur’an. Salah satu hadist yg menjelaskan hubungan
antara dokter dengan pasien lawan jenis adalah hadist yg
diriwayatkan oleh Imam Bukhori:
“Tidak boleh berkholwat (berdua-duaan) seorang laki-laki
dan perempuan kecuali disertai dengan muhrimnya”
(HR.Bukhori).
20. c. Fatwa
• Para ulama memberikan berbagai pendapat terkait
dengan hal mengatur hubungan antara seorang dokter
dengan pasien lawan jenis dalam praktek kedokteran
sehari-hari.
• Masing-masing ulama mempunyai pendapat yang
mempunyai dasar Al-Qur’an dan sunnah.
• Menurut Syaikh Bin Baz Rahimahullah seharusnya para
dokter wanita menangani kaum wanita, dan dokter laki-
laki melayani kaum laki-laki kecuali dalam keadaan yang
sangat terpaksa atau darurat.
21. • Hal ini menjadi suatu kewajiban semua pihak agar tercapai suatu
lingkungan yang Islami.
• Artinya: “Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang
halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal
sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang
diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu
memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-
benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka
tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih
mengetahui orang-orang yang melampaui batas.” (QS.Al-An’am:119).
22. 4.1 Simpulan…
• Hubungan dokter pasien hanya sebatas hubungan
teraupetik.
• Hubungan dokter pasien lawan jenis telah diatur dalam
KODEKI pasal10-13.
• Dalam Islam, hubungan dokter pasien lawan jenis pada
saat pemeriksaan harus disertai dengan makhramnya
agar tidak terjadi fitnah atau hal-hal yang tidak
diinginkan.
23. 4.2 Saran…
• Setiap dokter harus selalu menjaga norma-norma serta
etika kedokteran.
• Pada saat pemeriksaan wajib ditemani oleh orang ketiga.
Orang ketiga dapat berupa seorang petugas kesehatan
yang membantu praktek dokter atau salah seorang dari
keluarga pasien agar terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan.