1. TEORI EMILE DURKHEIM
1. Teori Solidaritas (The Division of Labour in Society)
solidaritas menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan / atau kelompok yang
didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh
pengalaman emosional bersama.
a. solidaritas mekanis
solidaritas mekanis dibentuk oleh hokum represif karena anggota masyarakat jenis ini memiliki
kesamaan satu sama lain, dan karena mereka cenderung sangat percaya pada moralitas bersama,
apapun pelanggaran terhadap system nilai bersama tidak akan dinilai main-main oleh setiap
individu.
b. solidaritas organic
masyarakat solidaritas organic dibentuk oleh hukum restitutif. Dimana seseorang yang
melanggar harus melakukan restitusi untuk kejahatan mereka, pelanggaran dilihat sebagai
serangan terhadap individu tertentu atau sekmen tertentu dari masyarakat bukannya terhadap
sistem moral itu sendiri.
3. Teori Bunuh Diri (Suicide)
Menurut Durkheim peristiwa-peristiwa bunuh diri sebenarnya merupakan kenyataan-kenyataan
sosial tersendiri yang karena itu dapat dijadikan sarana penelitian dengan menghubungkannya
terhadap sturktur sosial dan derajat integrasi sosial dari suatu kehidupan masyarakat.
Durkheim membagi tipe bunuh diri ke dalam 4 macam:
a. Bunuh Diri Egoistis
Durkheim menyatakan bahwa ada faktor paksaan sosial dalam diri individu untuk melakukan
bunuh diri, di mana individu menganggap bunuh diri adalah jalan lepas dari paksaan sosial.
b. Bunuh Diri Altruistis
Ketika integrasi mengendur seorang akan melakukan bunuh diri karena tidak ada lagi kebaikan
yang dapat dipakai untuk meneruskan kehidupannya, begitu sebaliknya.
c. Bunuh Diri Anomic
Bunuh diri ini terjadi ketika kekuatan regulasi masyarakat terganggu.
d. Bunuh Diri Fatalistis
Bunuh diri ini terjadi ketika regulasi meningkat.
2. Birokrasi menurut max weber :
Weber juga menyatakan, birokrasi itu sistem kekuasaan, di mana pemimpin (superordinat)
mempraktekkan kontrol atas bawahan (subordinat). Sistem birokrasi menekankan pada aspek “disiplin.”
Sebab itu, Weber juga memasukkan birokrasi sebagai sistem legal-rasional. Legal oleh sebab tunduk pada
aturan-aturan tertulis dan dapat disimak oleh siapa pun juga. Rasional artinya dapat dipahami, dipelajari,
dan jelas penjelasan sebab-akibatnya.
1. KELEBIHAN SISTEM BIROKRASI MAX WEBER:
Ada Aturan, Norma, dan Prosedur untuk Mengatur Organisasi
KEKURANGAN SISTEM BIROKRASI MAX WEBER:
Hierarki Otoritas Yang Formal Malahan Cenderung Kaku
1. Birokrasi rasional
Tidak dapat dipungkiri bahwa, munculnya dorongan untuk membentuk sistem pemerintahan yang
desentralistik tidak terlepas dari adanya tuntutan untuk penyederhanaan sistem birokrasi.
Konsep tentang struktur birokrasi yang rasional menurut Weber sebagaimana yang disebut Etzioni
(1985;77) yaitu:
1. Suatu susunan fungsi pejabat yang tetap dan terikat oleh peraturan.
Weber menjelaskan organisasi rasional merupakan antitesa dari pada hubungan khusus, temporal dan
yang tidak stabil dengan demikian titik beratnya diartikannya kepada kontinuitas. Peraturan akan
menghasilkan suatu penyelesaian baru bagi setiap persoalan dan kasus, peraturan akan mempermudah
standarisasi dan banyak kasus diperlakukan secara sama.
Prinsip birokrasi:
1. Susunan jabatan berdasarkan prinsip hirarki.
2. Peraturan yang mengatur tingkah laku sesuatu jabatan dapat berbentuk peraturan dan norma
teknis.
3. Sudah merupakan prinsip bahwa anggota staf administrasi tidak dapat memiliki sarana produksi
atau administrasi, selain itu pada prinsipnya terdapat pemisahan antara milik organisasi yang
dikendalikan secara resmi dan milik pribadi seorang pejabat.
4. Untuk meningkatkan kebebasan organisasi, semua sumber dan organisasi harus bebas dari setiap
pengendalian ekstern dan posisi tidak dapat dimonopoli didalam tangan pejabat manapun.
5. Tindakan, keputusan dan peraturan administratif harus dirumuskan dan dicatat secara tertulis,
Weber terhadap kedua tipe dasar tindakan rasional.
1.
Rasionalitas Instrumental (Zweckkrationalitat)
Tindakan ini dilakukan seseorang dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang
digunakan dengan tujuan yang akan dicapai.
2.
Rasionalitas yang Berorientasi Nilai (Wertrationalitat)
Tindakan ini bersifat rasional dan memperhitungkan manfaatnya, tetapi tujuan yang hendak
dicapai tidak terlalu dipentingkan oleh si pelaku. rasionalitas nilai adalah tindakan yang ditentukan oleh
keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku-perilaku etis, estetis, religius atau bentuk perilaku lain,
yang terlepas dari prospek keberhasilannya.