Makalah ini membahas tentang asuhan intranatal berdasarkan evidence based pada persalinan kala 1 fase laten dan aktif. Makalah ini menjelaskan diagnosis dan fisiologi persalinan kala 1, pemantauan ibu dan janin, serta penatalaksanaan persalinan kala 1 berdasarkan bukti-bukti terkini."
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...Warnet Raha
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupaten Muna yang dilaksanankan pada20 juli 2014 dengan menggunakan manajemen kebidanan sesuai wewenang Bidan
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...Warnet Raha
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupaten Muna yang dilaksanankan pada20 juli 2014 dengan menggunakan manajemen kebidanan sesuai wewenang Bidan
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
Kel 3 Asuhan internal Berdasarkan Kala 1 Fase Laten.docx
1. MAKALAH EVIDENCE BASED
“Asuhan Intranatal Berdasarkan Evidence Based ”
Disusun Oleh Kelompok 3 :
1. Agus Fitri Sianturi (PO71241220258)
2. Ayu Fadila (PO71241220265)
3. Lamria Silitonga (PO71241220284)
4. Mahmudah Hardian (PO71241220266)
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG DIPLOMA IV JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2022/2023
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Penulis berharap agar makalah
ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca maupun penulis sendiri.
Penulis mengucapkan terimkasih kepada Ibu Herinawati, S.SiT, M.Keb selaku
dosen mata kuliah. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan dalam makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.
Kuala Tungkal, Agustus 2022
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................3
C. Tujuan ...................................................................................................................3
D. Manfaat .................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................5
A. Konsep Dasar Preeklampsia..................................................................................5
B. Patofisiologi Preeklampsia....................................................................................6
C. Penanganan dan langkah segera kasus preeklampsia............................................7
D. Peran bidan dalam penanganan asuhan kebidanan kasus preeklampsia ...............9
BAB III TINJAUAN KASUS.......................................................................................15
A. Pengumpulan Data Dasar....................................................................................15
B. Interpretasi Data..................................................................................................21
C. Diagnosa Potensial..............................................................................................21
D. Antisipasi Tindakan Segara.................................................................................21
E. Perencanaan.........................................................................................................22
F. Pelaksanan...........................................................................................................23
G. Evaluasi...............................................................................................................25
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................................26
BAB V PENUTUP.........................................................................................................32
A. Kesimpulan .........................................................................................................32
B. Saran....................................................................................................................34
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan proses pengeluaran janin yang sudah cukup bulan atau
kehamilan cukup bulan (37-42 Minggu) lahir secara spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung selama 18 jam (Walyani & Purwoastuti, 2019). Persalinan adalah
proses kelahiran janin, plasenta dan selaput plasenta melalui jalan lahir kedunia luar yang
dapat hidup diluar uterus (Sondakh, 2013).
Kala I persalinan diartikan sebagai permulaan kontraksi sejati yang dapat
menyebabkan terjadinya pembukaan serviks dan diakhiri dengan pembukaan lengkap
(Varney, 2008). Kala I persalinan terdiri dari kala I fase laten dan kala I fase aktif. Kala I
fase laten adalah keadaan dimana pembukaan serviks berlangsung lambat hingga
pembukaan 3 cm yang berlangsung selama 7-8 jam, sedangkan kala I fase aktif adalah
keadaan dimana pembukaan serviks berlangsung mulai dari pembukaan 4 cm hingga 10 cm
yang berlangsung selama 6 jam yang terdiri dari 2 jam periode akselerasi, 2 jam periode
dilatasi maksimal dan 2 jam periode deselerasi. Fase ini ditemui pada primigravida.
Sehingga normalnya lama kala I persalinan pada primigravida berlangsung selama13-14 jam
sedangkan pada multigravida berlangsung selama 6-7 jam (Sofian, 2013).
Pada primigravida, lama kala I persalinan berlangsung lebih lama dibandingkan
dengan multigravida. Perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan dilatasi pada serviks.
Seorang primigravida akan mengalami penipisan serviks secara sempurna saat memasuki
persalinan setelah itu baru terjadi pembukaan, sedangkan pada multigravida penipisan dan
pembukaan serviks akan terjadi secara bersamaan (Sofian, 2013). Sokol, dkk dalam
Prawirohardjo (2014), melaporkan bahwa 25% persalinan pada primigravida dipersulit oleh
kelainan fase aktif.
Lamanya persalinan dapat berpengaruh terhadap kelelahan dan penurunan fisik ibu
bersalin. Menurut Lestari dalam Wahyuni (2017), kelelahan dapat mengakibatkan beberapa
penyulit pada kala I. Semakin lama persalinan, ibu bersalin akan merasakan kelelahan yang
semakin besar. Sebaliknya, kelelahan juga dapat mengakibatkan persalinan berlangsung
lebih lama karena mengakibatkan kontraksi uterus yang tidak adekuat, akibatnya akan
terjadi persalinan yang memanjang, peningkatan distres maternal, dan peningkatan resiko
perdarahan postpartum yang menyumbang angka kematian ibu (Varney, 2008). Menurut
Afriani dalam Ainny (2014), pada kasus persalinan yang memanjang, 61.8% disebabkan
oleh adanya kelainan kontraksi uterus. Faktor resiko yang memegang peranan penting atas
terjadinya kelainan kontraksi uterus yang menyebabkan persalinan memanjang adalah emosi
dan kekuatan (Rukiyah dan Lia, 2010). Menurut Wahyuningsih dalam Baktiyani, dkk
(2016), di Indonesia insiden persalinan yang memanjang rata-rata menyebabkan kematian
ibu sebesar 9%. Persalinan yang memanjang menjadi penyebab perdarahan postpartum yang
merupakan penyebab kematian ibu terpenting di Indonesia. Pada 80-90% kasus perdarahan
5. 2
postpartum segera, penyebabnya adalah atonia uteri dimana salah satu kondisi yang dapat
menjadi faktor resikonya adalah kala I persalinan yang memanjang (Varney, 2008).
Suatu usaha dapat menurunkan AKI dan AKB adalah dengan mendorong tenaga
medis terlatih seperti dokter kandungan (SpOG), dokter spesialis kandungan, kemudian
dokter umum, serta bidan yang mendampingi dan memberi asuhan kasih sayang ibu dalam
setiap persalinan serta pelayanan kesehatan (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2019).
Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita sering
mendengar tentang evidence bassed. Evidence bassed artinya berdasarkan bukti, tidak lagi
berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti
ini pun tidak sekedar bukti. Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan.
Itulah evidence based, melalui paradigma baru ini maka pedekatan medik barulah
dianggap accountable apabila didasarkan pada temuan terkini yang secara medic, ilmiah dan
metodologi dapat diterima atau dengan kata lain Evidence Based Midwefery atau yang lebih
dikenal dengan EBM adalah penggunaan mutahir terbaik yang ada secara bersungguh-
sungguh, eksplisit dan bijaksana untuk mengambilan keputusan dalam penangan pasien
perseorangan (Sackett et al 1997). Evidenced Based Midwifery (EBM) ini sangat penting
peranannya pada dunia kebidanan karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah
tindakan-tindakan yang tidak diperlukan/tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien
terutama pada proses persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga
dapat menurunkan angka ibu dan angka kematian bayi.
Berdasarkan pemaparan diatas kami tertarik untuk membahas tentang asuhan
intranatal berdasarkan evidence based terkini mengenai penatalaksanaan persalinan kala 1
fase laten dan fase aktif .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas, maka rumusan
masalahnya yaitu bagaimana asuhan kebidanan intranatal berdasarkan evidence based
terkini mengenai penatalaksanaan pada persalinan kala 1 fase laten dan kala 1 fase aktif?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan kebidanan intranatal berdasarkan evidence based
terkini mengenai penatalaksanaan pada persalinan kala 1 fase laten dan fase aktif.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui diagnosis inpartu persalinan kala 1 fase laten dan fase aktif.
b. Untuk mengetahui fisiologis persalinan kala 1 fase laten dan fase aktif.
c. Untuk mengetahui pemantauan ibu dan janin pada persalinan kala 1 fase laten
dan fase aktif.
d. Untuk mengetahui penatalaksanaan persalinan kala 1 fase laten dan fase aktif.
6. 3
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Penulisan ini sebagai wahana Latihan dan pengembangan kemampuan dalam
bidang penerapan asuhan kebidanan intranatal sesuai evidence bassed terbaru.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi pengembangan penulisan dan
referensi terbaru mengenai asuhan kebidanan intranatal sesuai evidence based
terbaru .
3. Bagi Ibu Bersalin
Sebagai bahan pengetahuan dan petunjuk teknis bagi ibu bersalin mengenai
penatalaksanaan persalinan kala 1 fase laten dan fase aktif.
7. 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Bentuk persalinan
berdasarkan degfinisi adalah persalinan spontan, persalinan buatan, dan persalinan
anjuran. Preeklamsia merupakan suatu penyakit vasopastik, melibatkan banyak
system dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi yang terjadi setelah minggu
ke-20 dan protein uria ( Nita dan mustika 2013).
Persalinan normal adalah proses persalinan yang melalui kejadian secara
alami dengan adanya kontraksi Rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan untuk
mengeluarkan bayi. Dari pengertian diatas persalinan adalah proses alamiah dimana
terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi dan plasenta dari Rahim ibu. Persalinan normal
disebut juga alami karena terjadi secara alami. Jadi secara umum persalinan normal
adalah proses persalinan yang melalui kejadian secara alami dengan adanya
kontraksi Rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan untuk mengeluarkan bayi.
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase :
Kala 1 persalinan di mulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan
serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10cm). Persalinan kala 1 berlangsung
18-24 jam dan terbagi menjadi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten
persalinan
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap
Pembukaan serviks kurang dari 4 cm
Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam
Fase aktif persalinan
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (Kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih.
Serviks membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih
perjam hingga pembukaan lengkap (10cm).
Terjadi penurunan bagian terendah janin
A. Penatalaksanaan persalinan Kala I Fase Laten
1. Diagnosis Inpartu Fase Laten
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangakaian masalah dan diagnose yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
8. 5
mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap – siap bila diagnose/masalah
potensial ini benar – benar terjadi (Mufdillah, dkk 2012: 117). Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien, bidan dapat diharapkan bersiap-siap bila diagnose/masalah
potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan
yang aman.
Dalam mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial dilakukan
pengantisipasian penanganan yang kemungkinan muncul pada kala I yaitu terjadinya
kala I lama, peningkatan atau penurunan tanda-tanda vital, DJJ kurang dari 100 atau
lebih dari 180 kali/menit, terjadinya perdarahan pervaginam selain dari lender dan
darah, ketuban pecah yang bercampur dengan mekonium kental yang di sertai dengan
tanda gawat janin, kontraksi uterus kurang dari 2 kontraksi dalam 10 menit dan
berlangsung kurang dari 20 detik serta tidak di temukan perubahan serviks dalam 1-2
jam, pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada pada partograf.
2. Perubahan Fisiologis Pada Persalinan Fase Laten
a. Perubahan pada Uterus
Uterus terdiri dua komponen fungsional utama myometrium dan serviks.
Berikut ini akan dibahas tentang kedua komponen fungsional dengan perubahan
yang terjadi pada keuda komponen tersebut. Kontraksi uterus bertanggung jawab
terhadap penipisan dan pembukaan servik dan pengeluaran bayi dalam persalinan.
Kontraksi uterus saat persalinan sangat unik karena kontraksi ini merupakan
kontraksi otot yang sangat sakit. Kontraksi ini bersifat involunter yang bekerja
dibawah control saraf dan bersifat intermitten yang memberikan keuntungan
berupa adanya periode istrihat/reaksi diantara dua kontraksi.
Terdapat 4 perubahan fisiologi pada kontraksi uterus yaitu :
1) Fundal dominan atau dominasi
Kontraksi berawal dari fundus pada salah kornu. Kemudian menyebar ke
samping dan kebawah. Kontraksi tersebar dan terlama adalah dibagian fundus.
Namum pada puncak kontraksi dapat mencapai seluruh bagian uterus.
2) Kontraksi dan retraksi
Pada awal persalinan kontraksi uterus berlangsung setiap 15-20menit
selama 30 detik dan diakhir kala 1 setiap 2-3 menit selama 50-60 detik dengan
intensitas yang sangat kuat. Pada segmen atas Rahim tidak beralaksasi sampai
kembali ke panjang aslinya setelah kontraksi namun relative menetap pada
panjang yang lebih pendek. Hal ini disebut dengan retraksi.
3) Polaritas
Polaritas adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keselarasan
saraf-saraf otot yang berada pada kedua kutub atau segmen uterus ketika
berkontraksi. Ketika segmen atas uterus berkontraksi dengan kuat dan
9. 6
bereetraksi maka segmen bawah uterus hanya berkontraksi sedikit dan
membuka.
4) Differensisiasi atau perbedaan kontraksi uterus
Selama persalinan aktif uterus berubah menjadi 2 bagian yang berbeda
segmen atau uterus yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika
persalinan maju. Segmen bawah uterus dan servik relative pasif dibanding
dengan segmen atas dan bagian ini berkembang menjadi jalan yang berdinding
jauh lebih tipis untuk janin. Cincin retraksi terbentuk pada persambungan
segmen bawah dan atas uterus. Segmen bawah Rahim terbentuk secara bertahap
ketika kehamilan bertambah tua dan kemudian menipis sekali pada saat
persalinan.
b. Perubahan Serviks
Kala 1 persalinan dimulai dari munculnya kontraksi persalinan yang ditandai
dengan perubhan serviks secara progesif dan diakhiri dengan pembukaan servik
lengkap. Kala ini dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif.
Fase laten : fase yang dimulai pada pembukaan serviks 0 dan berakhir sampai
pembukaan serviks mencapai 3cm. pada fase ini kontraksi uterus meningkat
frekuensi, durasi, dan intensitasnya dari setiap 10-20 menit, lama 15-20 detik
dengan intensitas cukup menjadi 5-7 menit, lama 30-40 detik dan dengan
intensitas yang kuat.
3. Pemantauan ibu dan janin Fase Laten
a. Beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu
b. Jika ibu tampak gelisah/kesakitan : biarkan ia berganti posisi sesuai keinginan
tapi jika di tempat tidur sarankan untuk miring kiri, biarkan ia berjalan atau
beraktivitas ringan sesuai kesanggupannya, anjurkan suami atau keluarga
memijat punggung atau membasuh muka ibu, ajari teknik bernapas.
c. Jaga privasi ibu, gunakan tirai penutup dan tidak menghadirkan orang tanpa
seizin ibu.
d. Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setalah buang air
kecil/besar.
e. Jaga kondisi ruangan sejuk. Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi lahir,
suhu ruangan minimal 25ºC dan semua pintu serta jendela harus tertutup.
f. Beri minum yang cukup untuk menghindari
g. Sarankan ibu berkemih sesering mungkin
h. Pantau parameter berikut secara rutin dengan menggunakan partograph
Fase laten ditandai dengan pembukaan serviks 1-3 cm. Selama fase laten
persalinan, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat terpisah dari
partograf, yaitu pada catatan atau Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan
10. 7
waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan dan
semua asuhan serta intervensi harus dicatat. Waktu penilaian, kondisi ibu, dan kondisi
janin pada fase laten meliputi : Denyut jantung janin, frekuensi dan lama kontraksi
uterus, nadi setiap 1 jam, pembukaan serviks, penurunan kepala, tekanan darah, dan
suhu setiap 2 sampai 4 jam dan apabila di temui tanda penyulit, penilaian kondisi ibu
dan bayi harus lebih sering dilakukan.
4. Penatalaksanaan Kala I Fase Laten
Pembagian kala dalam persalinan normal dibagi 4 kala yaitu :
Lamanya persalinan
Lamanya persalinan tertentu bagi primigravida dan multi gravida. Primigravida12,5
jam dan Multigravida 7 jam 20 menit. Penambahan pembukaan I sejam bagi
primigravida dan 2cm sejam bagi multigravida. Tapi sesungguhnya kemajuan
pembukaan tidak sama rata.
Asuhan persalinan Kala I
a. Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga,orang
terdekat, yang dapat menemani ibu dan memberikan support pada ibu.
b. Mengatur aktivitas dan posisi ibu sesuai dengan keinginannya dengan
kesanggupanya, posisi tidur sebaiknya tidak dilakukan delam terlentang lurus.
c. Membimbing ibi untuk rilrks sewaktu ada his dan dianjurkan untuk menarik nafas
panjang, tahan nafas sebentar dan dikeluarkan dengan meniup sewaktu his.
d. Menjaga privasi ibu antara orang lain menggunakan penutup tirai, tidak
menghadirkan orang tanpa sizing ibu.
e. Menjelaskan tentang kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi pada tubuh ibu
serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan.
f. Menjaga kebersihan diri dengan cara mandi, membasuh sekitar kemaluan sesuan
BAK/BAK.
g. Mengetasi rasa panas dan banyak keringat, dapat diatasi dengan menggunakan kipas
angina, AC didalam kamar.
h. Melakukan massase pada daerah punggung atau mengusap perut ibu dengan lembut.
i. Pemberian cukup minum atau kebutuhan ebergi dan mencegah dehidrasi.
j. Mempertahankan kandung kemih tetap kosong dan ibu dianjurkan untuk berkemih
sesering mungkin.
B. Penatalaksanaan persalinan Kala I Fase Aktif
Fase aktif persalinan
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (Kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih
11. 8
Serviks membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih
perjam hingga pembukaan lengkap (10cm).
Terjadi penurunan bagian terendah janin
1. Diagnosis Inpartu Fase Aktif
Dari data subjektif dan objektif yang diperoleh, didapatkan diagnosis
kebidanan pada kedua pasien yaitu ibu bersalin UK 37 dan 36 minggu inpartu kala 1
fase aktif. Secara teori pada fase ini, ibu masih tetap bisa makan dan minum atau
tertawa dan ngobrol riang diantara kontraksi. Ketika persalinan semakin kuat, ibu
menjadi kurang mobilitas memegang sesuatu saat kontraksi (Nurasiah, Rukmawati
& Badriah, 2014).
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnose atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data - data
yang di kumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga
di temukan masalah atau diagnose yang spesifik. Langkah awal dari perumusan
masalah/diagnose kebidanan adalah pengelolahan/analisa data yang menggabungkan
dan menghubungkan satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta (Mufdillah,
dkk2012: 113).
Pada kala I persalinan, lama pembukaan yang berlangsung pada primigravida
yaitu berlangsung selama 12 jam sedangkan pada multigravida berlangsung selama 8
jam yang dimulai dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 10 cm. Pada fase laten
persalinan yang dimulai sejak awal kontraksi menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap yang berlangsung hingga serviks membuka
kurang dari 4 cm yang umumnya berlangsung selama 8 jam.
Kemudian pada fase aktif persalinan frekuensi dan kontraksi uterus
meningkat secara bertahap (kontraksi dianggab adekuat/memadai jika terjadi tiga
kali atau lebih dalam 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih), dari
pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan 10 cm dengan kecepatan rata-rata 1
cm per jam pada multigravida dan primigravida, atau lebih dari 1 sampai 2 cm
multigravida. Pada kala I persalinan juga perlu adanya pemeriksaan tanda-tanda vital
sekitar 2 atau 3 jam dan memperhatikan agar kandung kemih selalu kosong, serta
pemantauan denyut jantung janin ½ jam sampai 1 jam.
Mengidentifikasi Diagnose Atau Masalah Potensial pada langkah ini kita
mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangakaian
masalah dan diagnose yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambal mengamati klien
bidan diharapkan dapat bersiap – siap bila diagnose/masalah potensial ini benar –
benar terjadi(Mufdillah, dkk 2012: 117).
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
12. 9
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambal
mengamati klien, bidan dapat diharapkan bersiap-siap bila diagnose/masalah
potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan
yang aman.
Dalam mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial dilakukan
pengantisipasian penanganan yang kemungkinan muncul pada kala I yaitu terjadinya
kala I lama, peningkatan atau penurunan tanda-tanda vital, DJJ kurang dari 100 atau
lebih dari 180 kali/menit, terjadinya perdarahan pervaginam selain dari lender dan
darah, ketuban pecah yang bercampur dengan mekonium kental yang di sertai
dengan tanda gawat janin, kontraksi uterus kurang dari 2 kontraksi dalam 10 menit
dan berlangsung kurang dari 20 detik serta tidak di temukan perubahan serviks
dalam 1-2 jam, pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada pada
partograf.
2. Perubahan Fisiologis Pada Persalinan Fase Aktif
a. Tekanan darah
Tekanan darah dapat meningkat 15 sampai 25 mmHg selama kontraksi pada
kala dua. Upaya mengedan pada ibu juga dapat memengaruhi tekanan darah,
menyebabkan tekanan darah meningkat dan kemudian menurun dan pada akhirnya
berada sedikit diatas normal. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi tekanan darah
dengan cermat diantara kontraksi. Rata – rata peningkatan tekanan darah 10 mmHg
di antara kontraksi ketika wanita telah mengedan adalah hal yang normal.
b. Metabolisme
Peningkatan metabolisme yang terus menerus berlanjut sampai kala dua
disertai upaya mengedan pada ibu yang akan menambah aktivitas otot – otot rangka
untuk memperbesar peningkatan metabolisme.
c. Denyut nadi
Frekuensi denyut nadi ibu bervariasi pada setiap kali mengedan. Secara
keseluruhan, frekuensi nadi meningkat selama kala dua persalinan disertai takikardi
yang mencapai puncaknya pada saat persalinan.
d. Suhu
Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat persalinan dan segera
setelahnya. Peningkatan normal adalah 0.5 sampai 10C.
e. Perubahan system pernafasan
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih normal diakibatkan
peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan mencerminkan
peningkatan metabolisme yang terjadi.
f. Perubahan ginjal
Polyuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat diakibatkan
peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan
13. 10
peningkatan laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal. Polyuria menjadi
kurang jelas pada posisi terlentang karena posisi ini membuat aliran urine
berkurang selama kehamilan.
g. Perubahan gastrointestinal
Penurunan motilitas lambung berlanjut saampai kala dua. Muntah
normalnya hanya terjadi sesekali. Muntah yang konstan dan menetap merupakan
hal yang abnormal dan kemungkinan merupakan indikasi komplikasi obstetric,
seperti rupture uterus.
h. Dorongan mengejan
Perubahan fisiologis terjadi akibat montinuasi kekuatan serupa yang telah
bekerja sejak jam – jam awal persalinan , tetapi aktivitas ini mengalami akselerasi
setelah serviks berdilatasi lengkap namun, akselerasi ini tidak terjadi secara tiba-
tiba. Beberapa wanita merasakan dorongan mengejan sebelum serviks berdilatasi
lengkap dan sebagian lagi tidak merasakan aktivitas ini sebelum sifat ekspulsif
penuh. Kontraksi menjadi ekspulsif pada saat janin turun lebih jauh kedalam
vagina. Tekanan dan bagian janin yang berpresentasi menstimulasi reseptor saraf
di dasar pelvik (hal ini disebut reflek ferguson) dan ibu mengalami dorongan
untuk mengejan. Reflex ini pada awalnya dapat dikendalikan hingga batas
tertentu, tetapi menjadi semakin kompulsif, kuat, dan involunter pada setiap
kontraksi. Respon ibu adalah menggunakan kekuatan ekspulsi sekundernya
dengan mengontraksikan otot abdomen dan diafragma.
i. Pergeseran jaringan lunak
Saat kepala janin yang keras menurun, jaringan lunak pelvis mengalami
pergeseran. Dari anterior, kandung kemih terdorong keatas kedalam abdomen
tempat risiko cedera terhadap kandung kemih lebih sedikit selama penurunan
janin. Akibatnya, terjadi peregangan dan penipisan uretra sehingga lumen uretra
mengecil. Dari posterior rectum menjadi rata dengan kurva sacrum, dan tekanan
kepala menyebabkan keluarnya materi fekal residual. Otot levator anus berdilatasi,
menipis, dan bergeser kearah lateral, dan badan perineal menjadi datar, meregang
dan tipis. Kepala janin menjadi terlihat pada vulva, maju pada setiap kontraksi
dan mundur diantara kontraksi sampai terjadinya crowning.
j. Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat rata – rata 1.2 gm/ 100 ml selama persalinan dan
kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama paska partum jika tidak
ada kehilangan darah yang abnormal.
Fase aktif : fase yang dimulai pada pembukaan serviks 4 dan berakhir
sampai pembukaan servkis mencapai 10cm. pada fase ini kontraksi uterus
menjadi efektif ditandai dengan meningkatnya frekuensi, durasi dan kekuatan
kontraksi. Tekanan puncak kontraksi yang dihasilkan mencapai 40-50 mmHg.
Diakhir fase aktif kontraksi berlangsung 2-3menit sekali,selama 60 detik dengan
14. 11
intensitas lebih dari 40 mmHg. Fase aktif dibedakan menjadi fase akselerasi, fase
lereng maksimal dan fase deselarasi.
Fase akselerasi : dari pembukaan serviks 3 menjadi 4cm fase ini merupakan
fase persiapan menuju fase berikutnya.
Fase lereng maksimal : fase ini merupakan waktu ketika dilatasi serviks
meningkat dengan cepat. Dari pembukaan 4cm menjadi 9 cm selama 2 jam.
Normalnya pembukaan serviks pada fase ini konstan yaitu 3 cm perjam untuk
multipara dan 1,2 cm untuk primipara.
Fase deselerasi : merupakan akhir aktif dimana dilatasi serviks dari 9cm
menuju pembukaan lengkap 10cm dilatasi serviks pada fase ini lambat rata-
rata 1 cm perjam namun pada multipara lebih cepat.
3. Pemantauan ibu dan janin Fase Aktif
Memantau kemajuan persalinan dapat menggunakan patograf dan
Kardiotokografi (CTG). Patograf adalah alat bantu yang di gunakan selama fase
aktif persalinan. Partograf adalah alat untuk mencatat informasi berdasarkan
observasi, anamnesis, dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan, dan sangat
penting khususnya untuk membuat keputusan klinik selama kala I persalinan.
Tujuan utama penggunaan partograf adalah mengamati dan mencatat hasil
observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui
pemeriksaan dalam dan menentukan normal atau tidaknya persalinan serta
mendeteksi dini persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi mengenai
kemungkinan persalinan lama. Partograf dapat di gunakan untuk semua ibu selama
fase aktif kala I persalinan ; selama persalinan dan kelahiran di semua tempat
seperti rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit dll.
a) Bagian Partograf
Partograf berisi ruang untuk mencatat hasil pemeriksaan yang dilakukan selama
kala I persalinan yang mencakup kemajuan persalinan, keadaan janin, dan
keadaan ibu.
1) Kemajuan Persalinan
Kemajuan persalinan yang di catat dalam partograf meliputi pembukaan
serviks, penurunan kepala janin, dan kontraksi uterus.
2) Pencatatan Dan Temuan Pada Partograf Selama Fase Aktif
Dilengkapi pada bagian awal (atas) partograf, saat memulai asuhan
persalinan.
3) Kesehatan dan Kenyamanan Janin
Menilai dan mencatat setiap 30 menit (lebih sering, jika ada tanda gawat
janin). Setiap kotak pada bagian tersebut menunjukan waktu 30 menit,
kisaran normal DJJ terpanjan pada partograf di antara garis tebal angka 180
15. 12
dan 100. Akan tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ dibawah 120
atau diatas 160.
4) Warna dan Adanya Ketuban
Warna ketuban dinilai setiap melakukan pemeriksaan dalam, selain warna air
ketuban, jika pecah. Catat temuan dalam kontak yang sesuai di bawah lajur
DJJ dan gunakan lambang berikut.
U = ketuban utuh (belum pecah)
J = ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M = ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D = ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K = ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering)
Mekonium dalam air ketuban tidak selalu menunjukan gawat janin. Apabila
terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda gawat
janin (DJJ <100 atau >180 kali per menit) selama proses persalinan.
5) Molase (Penyusupan Kepala Janin)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh bayi dapat
menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang
saling menyusup menunjukkan kemungkinan adanya disproposi tulang
panggul (Cephalopelvic disproportionate) CPD. Setiap kali melakukan
pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin dan catat temuan dibawah
lajur air ketuban dengan menggunakan lambang berikut ini.
0 = Tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1 = Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 = Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, namun masih dapat
dipisahkan
3 = Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat di pisahkan.
6) Kemajuan Persalinan
Kolom dan lajur pada partograf adalah pencatatan kemajuan persalinan.
Angka 0-10 pada tepi kolom paling kiri adalah besarnya dailatasi serviks.
Skala angka 1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Masing-
masing kotak dibagian ini menyatakan waktu 30 menit.
7) Pembukaan Serviks
Penilaian dan pencatatan pembukaan serviks dilakukan setiap 4 jam (lebih
sering, jika terdapat tanda penyulit). Tanda “X” harus ditulis di garis waktu
yang sesuai dengan laju besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk
temuan pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif
persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeruksaan
dengan garis utuh (tidak terputus).
16. 13
8) Penurunan Bagian Terbawah Atau Presentasi Janin
Setiap melakukan pemeriksaan dalam (4 jam atau lebih), jika terdapat tanda
penyulit, catat dan nilai penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
Kemajuan pembukaan serviks umumnya diikuti dengan penurunan bagian
terbawah atau presentasi janin pada persalinan normal. Akan tetapi,
penurunan bagian terbawah janin terkadang baru terjadi setelah pembukaan
serviks 7 cm. Penurunan kepala bayi harus selalu diperiksa dengan
memeriksa perut ibu sesaat sebelum pemeriksaan dalam dengan ukuran
perlimaan diatas Pintu Atas Panggul (PAP). Beri tanda “o” pada garis waktu
yang sesuai dengan garis tidak terputus. 0-5 yang tertera di sisi yang
samadengan pembukaan serviks. Hubungkan tanda “o” dari setiap
pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
9) Garis Waspada dan Garis Bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik
dengan pembukaan lengkap yang diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1
cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis
waspada. Apabila pembukaan serviks mengarah kesebelah kanan garis
waspada, penyulit yang ada harus di pertimbngkan (misalnya fase aktif
memanjang, macet dll).
10) Jam dan Waktu
Waktu dimulai fase aktif persalinan, Bagian bawah partograf (pembukaan
serviks dan penurunan kepala janin) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-
16. Setiap kontak menanyakan waktu satu jam sejak dimulai fase aktif
persalinan. Waktu actual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak
menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh
menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur kontraksi dibawahnya. Saat ibu
masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis
waspada, lalu catatkan waktu actual pemeriksaan tersebut dikotak yang
sesuai.
11) Kontraksi Uterus
Terdapat lima lajur dengan tulisan “ kontraksi setiap 10 menit “ di sebelah
luar kolom paling kiri dibawah lajur waktu partograf. Setiap kotak
menyatakan satu kontraksi.Tiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi
dalam 10 menit dan lama satuan detik >40 detik.
12) Obat dan Cairan yang Diberikan
Oksitosin
Apabila tetesan (drips) oksitosin telah dimulai, dokumentasikan setiap 30
menit jumlah unit oksitosin yang diberikan pervolume cairan intra vena
dan satuan tetesan permenit.
Obat lain dan cairan intra vena
17. 14
Catat semua pemberian obat tambahan dan atau cairan intravena dalam
kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
13) Kesehatan dan Kenyamanan IbuBagian terakhir pada lembar depan partograf
bekaitan dengan kesehatan ibu meliputi hal-hal sebagai berikut.
14) Nadi, tekanan darah, dan temperature tubuh. Catat dan nilai nadi ibu setiap
30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jika dicurigai terdapat
penyulit). Beri tanda titik (.) pada kolom pada waktu yang sesuai. Nilai
tekanan darah ibu dan catatat setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih
sering jika dicurigai terdapat penyulit). Beri tanda panah dalam kolom waktu
yang sesuai pada partograf. Nilai dan catat juga temperature tubuh ibu setiap
2 jam dan catat temperature tubuh dalam kotak yang selesai.
15) Volume urine, protein dan aseton. Ukuran catat jumlah produksi urine ibu
sedikitnya setiap 2 jam. Apabila memungkinkan, setiap kali ibu berkemih,
lakukan pemeriksaaan aseton atau protein dalam urine.
Asuhan, Pengamatan Dan Keputusan Klinik Lainnya
Catatan semua asuhan lain, hasil pengamatan, dan keputusan klinik di sisi luar
kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan
juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan. Asuhan pengamatan, dan/
atau keputusan klinik mencakup jumlah cairan oral yang diberikan, seperti keluhan
sakit kepala atau penglihatan kabur, konsultasi dengan penolong pesalinan lainnya
(dokter obgin, bidan, dokter umum), persiapan sebelum melakukan rujukan dan upaya
rujukan.
a) Pencataan Pada Lembar Belakang Partograf
Data Dasar
Data dasar terdiri atas tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat
persalinan, catatan alasan merujuk, tempat rujukan, dan pendamping saat
merujuk. Data kala I terdiri atas pertanyaan tentang partograf saat melewati garis
waspada, masalah yang dihadapi, penatalaksanaan dan hasil penatalaksaaan
tersebut.
Langkah pertama merupakan awal yang akan menentukan langkah berikutnya.
Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang klien/orang yang
meminta asuhan. Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan
dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung,
data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber yang dapat memerikan
informasi paling akurat yang dapat diperoleh secepat mungkin dan upaya sekecil
mungkin. Pasien adalah sumber informasi yang akurat dan ekonomis, yang di
sebut sebagai sumber data primer. Sumber data alternatif atau sumber data
skunder adalah data yang sudah ada, praktikan kesehatan lain dan anggota
keluarga.
18. 15
Tekhnik pengumpulan data ada tiga yaitu ; Observasi, dimana pengumpulan
data melalui indra penglihatan (perilaku, tanda fisik, kecacatan, ekspresi wajah),
pendengaran (bunyi batuk, bunyi nafas), penciuman (bau nafas, bau luka), (suhu
badan, nadi). Wawancara, dimana pembicaraan terarah yang umumnya dilakukan
pada pertemuan tatap muka. Dalam wawancara yang penting di perhatikan adalah
data yang ditanyakan di arahkan data yang relefan, dan Pemeriksaan, dimana
pengumpulan data yang dilakukan dengan memakai instrument/alat mengukur.
Dengan tujuan untuk memastikan batas dimensi angka, irama kuantitas. Misalnya
pengukuran tinggi badan dengan meteran, berat badan dengan timbangan, tekanan
darah dengan tensimeter. Data secara garis besar diklasifikasikan sebagai data
subyektif dan data obyektif. Pada waktu mengumpulkan data subyektif harus
mengembangkan hubungan antar personalyang efektif dengan pasien/klien/yang
diwawancarai, lebih diperhatikan hal-hal yang menjadi keluhan utama pasien dan
mencemaskan, berupa pendapatan data/fakta yang sangat bermakna dalam kaitan
dengan masalah pasien (Mufdillah, dkk 2012: 111-113). Untuk memperoleh data
dilakukan dengan cara, anamneses dengan melakukan tanya jawab untuk
memperoleh data meliputi : riwayat kesehatan, Riwayat reproduksi : riwayat haid,
riwayat obstetri, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, riwayat ginekologi,
riwayat KB, riwayat pemenuhan kebutuhan dasar, data social ekonomi dan
psikologi.Dan pemeriksaan fisik, yang meliputi keadaan umum klien, tanda-tanda
vital dan pemeriksaan fisik dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
dan dilakukan pemeriksaan penunjang bila perlu. Tahap ini merupakan langkah yang
menentukan langkah berikutnya.
Kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses
interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam
pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil
pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi atau masukan klien yang
sebenarnya. Pada persalinan kala I umumnya klien akan mengeluh tentang
keadaannya dimana klien merasakan mules pada perut bagian bawah yang menjalar
kepinggang, dan klien juga mengatakan bahwa terdapat pengeluaran lender
bercampur dengan darah, serta sifat nyeri yang dirasakan semakin lama semakin
sering dan bertambah
kuat.
b) Kardiotokografi (CTG)
Cardiotocography (CTG) merupakan sebuah alat yang digunakan oleh dokter
kandungan untuk memantau denyut jantung dan kontraksi rahim saat bayi berada di
dalam kandungan. Biasanya, bayi di dalam kandungan memiliki detak jantung antara
110 dan 160 denyut per menit dan meningkat ketika bayi bergerak. Pemeriksaan
detak jantung bayi ini secara tidak langsung menjadi cara mengetahui bayi mendapat
cukup oksigen dari plasenta. Tes ini melihat bagaimana detak jantung bayi
19. 16
dipengaruhi oleh kontraksi. Alat ini digunakan saat ibu hamil menginjak trimester
ketiga dan bermanfaat untuk mendeteksi apakah ada gangguan atau tidak pada bayi
sebelum atau selama persalinan.
Oleh karena itu, saat terdapat perubahan denyut jantung janin atau terjadi
kontraksi, maka dokter kandungan bersama dengan bidan siap memberikan tindakan
tepat untuk menolong janin dalam kandungan.
1) Cara Kerja Alat Cardiotocografy
CTG umumnya meliputi dua piringan kecil yang ditempelkan ke
permukaan perut menggunakan ikat pinggang elastis yang dilingkarkan di perut
ibu hamil. Satu piringan berfungsi untuk mengukur denyut jantung janin,
sedangkan piringan yang lain untuk mengukur kekuatan dan kontraksi rahim ibu
hamil. Alat ini dapat menentukan seberapa sering ibu hamil merasakan kontraksi,
durasi kontraksi rahim, dan kondisi janin di dalam kandungan ketika kontraksi
berlangsung. Sebelum CTG digunakan, dokter atau bidan akan mengoleskan gel
khusus terlebih dahulu pada perut ibu hamil. Setelah itu, piringan dan ikat
pinggang dari CTG akan dipasang di perut ibu hamil. Setelah beberapa menit,
piringan CTG yang terhubung pada mesin CTG akan menampilkan data
kontraksi rahim, denyut jantung janin, dan aktivitas janin di dalam rahim melalui
layar monitor. Data tersebut juga bisa dicetak pada kertas khusus yang
menggambarkan grafik CTG.
2) Indikasi
Faktor risiko kehamilan dengan penyakit penyerta atau penyulit yang dapat
menjadi indikasi Kardiotokografi (CTG) adalah adanya preeklampsia, eklampsia
hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit thyroid, diabetes
gestasional, anemia serta kelainan darah, Ketuban pecah dini, kehamilan lewat
waktu.
Indikasi Janin
Kondisi yang memerlukan pengawasan kesejahteraan janin yaitu
pertumbuhan janin terhambat, gerakan janin berkurang, adanya lilitan tali
pusat, aritmia, bradikardi, takikardi janin, hidrops fetalis, kelainan presentasi
(termasuk pasca versi luar), mekoneum dalam cairan ketuban, riwayat lahir
mati, kehamilan ganda. Adapun syarat usia kehamilan ≥ 28 minggu
(susunan saraf otonom janin sudah tumbuh sempurna.
CTG juga dapat dilakukan untuk mendeteksi dan mengukur kontraksi
palsu atau Braxton Hicks dan mengantisipasi kontraksi asli pada ibu hamil yang
sudah melewati kehamilan trimester ketiga, namun belum juga melahirkan.
Mesin CTG akan mengeluarkan hasil berupa grafik sesuai dengan denyut jantung
janin dan kontraksi rahim. Hasil pemeriksaan dapat dikategorikan menjadi
reaktif dan nonreaktif. Kondisi janin dapat dikatakan nonreaktif bila denyut
20. 17
jantung janin tidak bertambah setelah ia bergerak. Sebaliknya, janin disebut
reaktif jika denyut jantung janin meningkat setelah bergerak. Pada intinya, ketika
dokter menganjurkan untuk menjalankan CTG, Bumil tidak perlu khawatir
karena prosedur ini aman dan belum tentu menandakan kehamilan Bumil
bermasalah.
Pemeriksaan CTG termasuk tes rutin kehamilan dan dilakukan bersamaan
dengan pemeriksaan lain yang digunakan untuk mendeteksi yang ada tidaknya
kondisi tertentu yang dialami oleh ibu hamil. Misalnya, diabetes, tekanan darah
tinggi, atau gangguan medis lain yang bisa menyebabkan masalah pada janin.
Setiap ibu hamil membutuhkan pemeriksaan cardiotocography. Prosedur ini
penting dilakukan selama kehamilan dan saat akan melahirkan.
3) Siapa saja yang harus menjalani cardiotocography?
Cardiotocography dapat dianjurkan untuk dilakukan oleh semua ibu
hamil, namun pada kehamilan yang sehat, pemeriksaan ini biasanya tidak
dilakukan secara rutin. Dokter mungkin menganjurkannya beberapa kali selama
masa kehamilan, terutama saat trimester ketiga dan saat akan melahirkan.
Pemeriksaan CTG juga akan dianjurkan oleh dokter apabila terjadi kondisi-
kondisi di bawah ini:
a) Pergerakan janin berkurang dari biasanya atau bahkan berhenti sama sekali
b) Ada gangguan plasenta yang bisa menghambat suplai darah ke janin.
c) Belum ada tanda-tanda persalinan meski sudah lewat waktu perkiraan lahir
(HPL)
d) Berat badan janin di bawah normal
e) Ibu hamil mengalami tekanan darah tinggi, diabetes, atau penyakit lain yang
bisa membahayakan kehamilan
f) Ibu hamil mengalami demam atau tanda-tanda infeksi
g) Kehamilan kembar
h) Janin telah membuang meconium (zat buangan) ke dalam air ketuban
i) Keluar darah segar ketika persalinan
j) Ibu punya riwayat pernah mengalami kematian janin di dalam kandungan di
trimester kedua kehamilan sebelumnya
4) Apa saja persiapan untuk menjalani cardiotocography?
Tidak terdapat persiapan khusus sebelum Anda menjalani cardiotocography.
5) Bagaimana cardiotocography dilakukan?
Prosedur CTG mirip dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG) pada perut. Secara
garis besar, prosedurnya meliputi:
a) Ibu hamil akan diinstruksikan untuk duduk di kursi khusus atau tiduran
dalam posisi menyamping di atas kasur periksa
21. 18
b) Dokter akan mengoleskan gel di perut ibu hamil agar lempeng atau piringan
alat pemantau yang menempel ke kulit akan memberikan sinyal yang baik.
c) Dua piringan yang tersambung dengan tali elastis sebagai pemantau detak
jantung janin akan diletakkan pada perut ibu.
d) Piringan yang satu berfungsi memonitor detak jantung janin, dan piringan
lainnya berperan mengukur tekanan dalam perut ibu.
e) Pemeriksaan dilakukan selama kurang lebih 20 - 60 menit
f) Saat pemeriksaan CTG, dokter akan memeriksa detak jantung janin saat janin
istirahat dan yang kedua, saat janin bergerak. Layaknya detak jantung orang
dewasa, detak jantung janin juga akan meningkat saat bergerak.
Dengan mengetahui jumlah detak jantung bayi, maka dokter dapat melihat
seberapa baik janin menerima oksigen selama di dalam rahim. Tes ini juga akan
menunjukkan respon janin terhadap kontraksi yang terjadi pada perut ibu.
6) Seperti apa hasil cardiotocography?
Pemeriksaaan cardiotocography dapat menunjukkan detak jantung janin. Berikut
nilai-nilainya:
a) Detak jantung janin yang normal, detak jantung janin yang normal adalah
110-160 kali/menit.
b) Detak jantung janin tidak normal kurang dari 110 kali/menit
c) Lebih dari 160 kali/menit
d) Pola atau irama detak jantung yang tidak normal
e) Detak jantung janin tidak meningkat ketika janin bergerak atau selama
kontraksi
7) Apa yang harus dilakukan bila hasil cardiotocography tidak normal?
Hasil cardiotocography yang tidak normal mungkin menandakan janin tidak
mendapatkan cukup oksigen. Untuk mengatasinya, dokter bisa melakukan
langkah-langkah di bawah ini:
a) Mengubah posisi ibu hamil
b) Memberikan cairan lewat infus
c) Memberikan oksigen
d) Memberikan obat untuk merelaksasikan rahim dan mengurangi kontraksi
Bila penanganan tersebut tidak menunjukkan perbaikan, dokter bisa
mempertimbangkan untuk segera melakukan persalinan. Ketika pembukaan sudah
lengkap, dokter mungkin menggunakan forsep atau vakum khusus untuk membantu
proses kelahiran. Namun jika tidak, dokter mungkin mempertimbangkan operasi
caesar.
22. 19
8) Kenapa Melakukan Tes Cardiotocography?
Pihak medis umumnya tidak meminta ibu hamil untuk memeriksakan
kandunganannya menggunakan CTG jika tidak ada faktor risiko atau gangguan
tertentu pada kehamilan dan persalinan. Dokter akan meminta ibu hamil untuk
memiliki CTG di trimester ketiga apabila memiliki kondisi seperti berikut:
a) Ibu merasa bahwa gerakan bayi di dalam kandungan melambat atau menjadi
tidak teratur, kondisi ini dicurigai terjadi karena ada masalah dengan plasenta
yang membatasi aliran darah ke bayi.
b) Bayi memiliki berat badan yang sangat rendah atau tidak sesuai dengan usia
kehamilan.
c) Ibu memiliki tingkat cairan amniotik (air ketuban) yang rendah.
d) Ibu hamil anak kembar.
e) Ibu menderita diabetes atau hipertensi.
f) Mengalami demam tinggi
g) Adanya perdarahan saat persalinan.
h) Mengalami infeksi seperti HIV atau hepatitis B dan C.Kehamilan sungsang.
i) Ketuban pecah lebih cepat.
j) Kehamilan telah melewati masa perkiraan lahir.
k) Pernah mengalami keguguran atau stillbirth di kehamilan sebelumnya.
l) CTG dapat dilakukan untuk mengukur Braxton Hicks atau kontraksi palsu,
dan mengantisipasi kontraksi asli pada bumil yang sudah melewati kehamilan
trimester ketiga namun belum juga melahirkan.
9) Kapan Harus Melakukan Tes Cardiotocography?
Cardiotocography dilakukan saat menginjak trimester ketiga. Selain itu,
jika faktor-faktor pemicu bahaya (seperti yang disebutkan di atas) pada bayi cukup
mengkhawatirkan, maka dokter juga meminta ibu hamil sering melakukan tes ini.
Sebelum melakukan prosedur CTG, biasanya dokter akan meminta ibu untuk makan
atau minum sesuatu. Biasanya, dengan mengonsumsi makanan atau minuman, hal ini
membuat bayi bergerak lebih sering.
10) Bagaimana Melakukan Tes Cardiotocography?
Cardiotocography berbentuk seperti dua piringan kecil yang ditempelkan ke
permukaan perut menggunakan ikat pinggang elastis yang dilingkarkan pada perut
ibu hamil. Satu piringan berfungsi untuk mengukur denyut jantung janin, sementara
yang lainnya akan mengukur tekanan pada perut. Ibu hamil harus tetap duduk atau
berbaring selama proses pemeriksaan CTG. Pemeriksaan ini bisa bertahan antara 20
hingga 60 menit. Dengan begitu, alat ini mampu menunjukkan kapan bumil
mengalami kontraksi dan tiap kontraksi dapat diperkirakan kekuatannya. Seperti
halnya pemeriksaan USG, sebelum alat CTG dipasang maka perlu dioleskan gel ke
23. 20
permukaan perut ibu hamil agar sinyal dapat tertangkap dengan baik. Sabuk ini
kemudian dihubungkan pada mesin yang menerjemahkan sinyal yang diterima oleh
piringan. Selama prosedur, ibu akan disarankan untuk duduk di kursi malas atau
berbaring miring ke arah kiri.
11) Bagaimana Cara Kerja Cardiotocography?
Mesin CTG mengeluarkan hasil berupa grafik sesuai dengan denyut jantung
janin dan kontraksi rahim. Hasil pemeriksaan dapat dikategorikan menjadi reaktif
dan nonreaktif. Disebut non-reaktif bila denyut jantung janin tidak bertambah setelah
ia bergerak, dan reaktif jika denyut jantung meningkat setelah ia bergerak.
Namun, hasil yang tidak reaktif tidak selalu menunjukkan masalah. Bisa jadi
bayi sedang dalam kondisi tertidur lelap saat tes dilakukan, oleh sebab itu dokter
akan mencoba tes setelah meminta ibu hamil bergerak atau menggunakan stimulator
akustik janin untuk membangunkan bayi. Jika hasil masih tidak reaktif, dokter dapat
meminta untuk melakukan tes ini lagi setelah satu jam.
Jika CTG kedua menunjukkan bayi tetap tidak merespons dengan baik atau
denyut jantungnya tidak seperti yang seharusnya, dokter akan merujuk ibu hamil
untuk pemindaian ultrasound untuk menilai profil biofisik bayi.
Profil biofisik akan mengetahui kondisi bayi dan mengukurnya berdasarkan
gerakan, pernapasan, reaksi, dan tonus otot. Jika bayi menunjukkan hasil yang
kurang bagus, mungkin dokter menyarankan melakukan persalinan dini.
Tes profil biofisik menggabungkan tes non stres dengan ultrasound. Ada
beberapa yang diperhatikan saat melakukan tes ini, seperti gerakan tubuh, tonus otot,
gerakan pernapasan, jumlah cairan ketuban yang mengelilinginya, hingga detak
jantung.
Hasil tes akan menunjukkan apakah bayi mendapatkan asupan oksigen yang
sesuai dengan kebutuhannya atau tidak. Masing-masing dari hal yang diperhatikan
tersebut akan diberi penilaian. Secara umum skor 8-10 artinya normal, dianggap
batasan normal, sedangkan jika nilai dibawah 6 tanda mengkhkawatirkan. Dengan
begitu dokter harus melakukan tindakan yang tepat atas kondisi ini.
4. Penatalaksanaan Persalinan Kala 1 Fase Aktif
a. Asuhan kala I Menurut depkes RI (2004), asuhan kala I yaitu :
1) Melakukan pengawasan menggunakan partograf mulai pembukaan 4 – 10cm.
2) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam .
3) Menilai dan mencatat kondisi ibu dan bayi yaitu :
DJJ setiap 30 menit.
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus tiap 30 menit
Nadi setiap 30 menit
24. 21
Pembukaan serviks tiap 4 jam
Penurunan kepala tiap 4 jam
Tekanan darah tiap 4 jam
Temperature tubuh timpat 2 jam
Produksi urin, aseton, dan protein setiap 2 jam.
4. Pengawasan 10, menurut saifudin (2002) meliputi :
Keadaan umum
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Temperature
His/ kontraksi
DJJ
Pengluaran pevaginam
Bandle ring
25. 22
BAB III
Evidence Based Midwifery
Telaah Jurnal
INDUCTION OF LABOR COMPARED WITH PREGNANCY MANAGEMENT IN
NULIPARA TERM WITH THE LATENT PHASE OF LABOR MORE THAN 8 HOURS
INDUKSI PERSALINAN DIBANDINGKAN DENGAN MANAJEMEN HAMIL PADA
NULIPARA ATERM DENGAN FASE LATEN PERSALINAN LEBIH DARI 8 JAM
Pendahuluan
Alamat website : https://d-nb.info/1207728284/34
Abstrak
A prolonged latent phase of labor is associated with adverse maternal and infant
outcomes. Preliminary data suggest that induction of labor for a prolonged latent phase may
reduce cesarean delivery. We performed a supported study for cesarean delivery to evaluate
labor induction compared with expectant management in full-term nulliparas who were
hospitalized for persistent but not progressive contractions until labor was established after
an overnight stay.
Artinya
Fase laten persalinan yang berkepanjangan dikaitkan dengan hasil ibu dan bayi yang
merugikan. Data awal menunjukkan bahwa induksi persalinan untuk fase laten yang
berkepanjangan dapat mengurangi persalinan sesar. Kami melakukan penelitian yang
didukung untuk persalinan sesar untuk mengevaluasi induksi persalinan dibandingkan
dengan manajemen hamil pada nulipara jangka penuh yang dirawat di rumah sakit karena
kontraksi persisten tetapi tidak progresif hingga persalinan yang mapan setelah menginap
semalam.
Deskripsi Artikel Jurnal / Jurnal
a) Deskripsi Umum
1. Judul : Induction of labor compared with expectant management
in nulliparas at term with a latent phase of labor more than
8 hours
Artinya : Induksi persalinan dibandingkan dengan manajemen
hamil pada nulipara aterm dengan fase laten persalinan
lebih dari 8 jam
2. Penulis : Patrick Naveen Sargunam, Lindy Li Mei Bak, Peng
Chiong Tan, Narayanan Vallikkannu, Mat Adenan Noor
Azmi, Syeda Nureena Zaidi, Sandar Tin Win and Siti
Zawiah Omar
26. 23
3. Publikasi :Sargunam et al. BMC Pregnancy and Childbirth (2019)
19:493 https://doi.org/10.1186/s12884-019-2602-2
4. Penelaah :Agus Fitri Sianturi, Ayu Fadila, Lamria Silitonga dan
Mahmudah Hardian
5. Tanggal : 13 Agustus 2022
b) Deskripsi Konten
1. Tujuan Penelitian
To determine the induction of labor compared with management of pregnant at
term nullipara with a latent phase of labor more than 8 hours
Artinya
Untuk mengetahui Induksi persalinan dibandingkan dengan manajemen hamil
pada nulipara aterm dengan fase laten persalinan lebih dari 8 jam.
c) Metode Penelitian
This is a randomized controlled trial conducted at a University hospital in
Malaysia, with the first participants recruited on 5 June 2015 and the last on 10
November 2017. Our delivery unit is located within a tertiary referral facility with
approximately 5000 deliveries per year and overall The cesarean delivery rate is 30%.
The trial was approved by the Medical Ethics Committee of the University of Malaya
Medical Center (approval date: 25 February 2015; reference numbers: 20151–971) and is
listed on the online Malaysia National Register of Medical Research (no.NMRR-15-16-
23,886; https http://www.nmrr.gov.my) on January 6, 2015 prior to trial registration.
Malaysian research regulations governing public health institutions require NMRR
registration after 'initial' ethical approval with formalized ethical approval following
issuance of the NMRR number. In addition, the trial was also registered with the
International Registry of Standard Randomized Controlled Trial Number, registration
number ISRCTN14099170 (http://www.isrctn.com/ISRCTN14099170 on 5 Nov 2015 as
Malaysian NMRR may not be recognized. The trial was conducted in accordance with
the Declaration of Helsinki about human trials.This study followed the CONSORT
guidelines.
Artinya
Ini adalah uji coba terkontrol secara acak yang dilakukan di rumah sakit
Universitas di Malaysia, dengan peserta pertama direkrut pada 5 Juni 2015 dan yang
terakhir pada 10 November 2017. Unit persalinan kami terletak di dalam fasilitas rujukan
tersier dengan sekitar 5000 persalinan per tahun dan secara keseluruhan Tingkat
persalinan sesar 30%. Persidangan disetujui oleh Komite Etika Medis Pusat Medis
Universitas Malaya (tanggal persetujuan: 25 Februari 2015; referensi nomor: 20151–971)
dan terdaftar di Daftar Penelitian Medis Nasional Malaysia yang dapat dicari secara
27. 24
online (no.NMRR-15-16-23.886; https://www.nmrr.gov.my) pada 6 Januari 2015
sebelum pendaftaran sidang. Peraturan penelitian Malaysia yang mengatur lembaga
kesehatan masyarakat membutuhkan NMRR pendaftaran setelah persetujuan etika 'awal'
dengan etika persetujuan diformalkan setelah dikeluarkannya nomor NMRR. Di Selain
itu, sidang juga terdaftar di Internasional Registri Nomor Percobaan Terkendali Acak
Standar, nomor registrasi ISRCTN14099170 (http://www.isrctn.com/ISRCTN14099170
pada 5 Nov 2015 sebagai orang Malaysia NMRR mungkin tidak dikenali. Persidangan
dilakukan di sesuai dengan Deklarasi Helsinki tentang manusia percobaan. Studi ini
mengikuti CONSORT pedoman.
d) Hasil penelitian
1. refusal of labor induction (four women),
Figure 1 illustrates the recruitment flow of trial participants. Of the 321
eligible women approached, 3 declined participation; 318 women were randomized
(158 to induced labor and 160 to expectant management). Due to a violation of the
criteria, we excluded nine women who were allocated for labor induction because
refusal of labor induction (four women),
ruptured membranes (three women) and
Inconclusive pre-induced fetal heart rate tracking (two women) and one woman
assigned to expectant management because the membranes had ruptured.
Table 1 describes the characteristics of participants stratified according to randomization
for early induction or expectant management. The included characteristics of the Bishop
scores were similar across the experimental groups.
Artinya
Tabel 1 menggambarkan karakteristik peserta dikelompokkan menurut pengacakan untuk
induksi awal atau manajemen hamil. Karakteristik termasuk dari skor Bishop serupa di
seluruh kelompok percobaan.
28. 25
Gambar 1 menggambarkan alur rekrutmen peserta uji coba. Dari 321 wanita yang
memenuhi syarat yang didekati, 3 menolak partisipasi; 318 wanita diacak (158 untuk
persalinan induksi dan 160 untuk manajemen hamil). Karena pelanggaran kriteria, kami
mengecualikan sembilan wanita yang dialokasikan untuk induksi persalinan karena
1. Penolakan induksi persalinan (empat wanita),
2. Ketuban sudah pecah (tiga wanita) dan
3. jantung janin pra-induksi yang tidak meyakinkan pelacakan tingkat (dua wanita) dan
satu wanita ditugaskan untuk manajemen hamil karena membran sudah pecah.
Table 2 illustrates the analysis of the main results:
Cesarean delivery (vs vaginal delivery) was 24.2% (36/149) vs. 23.3% (37/159)
RR 1.0 95% CI 0.7–1.6, P = 0.96; spontaneous vaginal delivery rate 55.0% (82/149) vs.
56.6 (90/159), instrumental (forceps or vacuum) vaginal delivery rate was 20.8%
(31/149) vs. 20.1% (32/159), P = 0.88 (3 times 2 Chi squared analysis) for labor
induction vs. pregnant each other's arms. The indications for cesarean delivery were also
similar across the trial arms.
Artinya
Selengkapnya tentang teks sumber ini diperlukan teks sumber untuk mendapatkan
informasi terjemahan tambahan Kirim masukan Panel samping.
Tabel 2 menggambarkan analisis hasil utama :
Persalinan sesar (vs persalinan pervaginam) adalah 24,2% (36/149) vs. 23,3%
(37/159) RR 1,0 95% CI 0,7–1,6, P = 0,96; persalinan pervaginam spontan tingkat 55,0%
(82/149) vs. 56,6 (90/159), instrumental (forceps atau vakum) tingkat persalinan
pervaginam adalah 20,8% (31/149) vs. 20,1% (32/159), P = 0,88 (3 kali 2 ChiAnalisis
kuadrat) untuk induksi persalinan vs. hamil lengan masing-masing. Indikasi persalinan
sesar adalah juga serupa di seluruh lengan percobaan.
Table 3 describes secondary maternal and Table 4 neonatal outcomes. The
intervention for delivery as expected was significantly shorter in the induction arm of
labor 17.1 ± 9.9 vs 40.1 ± 19.8 hours P < 0.001, with the intervention in active labor and
the interval in active labor also significantly shorter in the group. induction of labor 9.6 ±
29. 26
10.2 vs. 29.6 ± 18.5 hours P < 0.001 and 7.6 ± 3.6 vs. 10.5 ± 7.2 hours P < 0.001 each.
Intervention to hospital discharge interval was also significantly shorter in the induction
arm 2.4 ± 1.2 vs. 2.9 ± 1.4 days P < 0.001 but hospital delivery was much longer 1.4 ±
1.2 vs. 1 0.0 ± 1.3 days P = 0.03. As expected the use of vaginal dinoprostone for labor
induction was higher in the labor induction arm 19.5% (29/149) vs. 8.2% (13/159) 5 min
RR, umbilical cord arterial pH and alkaline excess, birth weight, Neonatal admissions
and indications did not differ significantly across the experimental groups.
Artinya
Tabel 3 menggambarkan ibu sekunder dan Tabel 4 hasil neonatus. Intervensi untuk
pengiriman seperti yang diharapkan secara signifikan lebih pendek dalam induksi lengan
persalinan 17,1 ± 9,9 vs 40,1 ± 19,8 jam P <0,001, dengan intervensi pada persalinan
aktif dan interval persalinan aktif juga secara signifikan lebih pendek pada kelompok
induksi persalinan 9,6 ± 10,2 vs 29,6 ± 18,5 jam P <0,001 dan 7,6 ± 3,6 vs. 10,5 ± 7,2
jam P <0,001 masing-masing. Intervensi ke rumah sakit interval debit juga secara
signifikan lebih pendek dilengan induksi persalinan 2,4 ± 1,2 vs 2,9 ± 1,4 hari P <0,001
tetapi pengiriman ke rumah sakit jauh lebih lama 1,4 ± 1,2 vs 1,0 ± 1,3 hari P = 0,03.
Seperti yang diharapkan penggunaan dinoprostone vagina untuk induksi persalinan lebih
tinggi pada lengan induksi persalinan 19,5% (29/149) vs 8,2% (13/159) RR 5 menit, pH
arteri tali pusat dan kelebihan basa, lahir berat badan, penerimaan neonatal dan indikasi
tidak berbeda secara signifikan di seluruh kelompok percobaan.
30. 27
Telaah Jurnal
DESCRIBING THE DURATION OF THE LATENT PHASE AND RELATED
CHARACTERISTICS BETWEEN 1,281 WOMEN AT LOW RISK IN
SPONTANEOUS LABOR
MENGGAMBARKAN DURASI FASE LATEN DAN KARAKTERISTIK TERKAIT DI
ANTARA 1.281 WANITA BERISIKO RENDAH DALAM PERSALINAN SPONTAN
Alamat website : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6765461/
Abstrak
Recent studies have shown that the latent phase of labor can end at 6 inches of cervical
dilation instead of 4 centimeters. The aims of this study were to: 1) characterize the duration of
the latent phase of labor between term, low-risk, AS women in spontaneous labor using self-
identified onset women; and 2) measuring the relationship between demographic and
maternal/infant health characteristics and the duration of the latent phase.
Artinya
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa fase laten persalinan dapat berakhir pada
pembukaan serviks 6, bukan 4 sentimeter. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1)
mengkarakterisasi durasi fase laten persalinan antara aterm, risiko rendah, wanita AS dalam
persalinan spontan menggunakan onset yang diidentifikasi sendiri wanita; dan 2) mengukur
hubungan antara demografi dan karakteristik kesehatan ibu/bayi dan durasi fase laten.
Deskripsi Artikel Jurnal / Jurnal
a. Deskripsi Umum
1. Judul Jurnal : Describing the duration of the latent phase and
associated characteristics among 1,281 women at
low risk in spontaneous labor
Artinya
: Menggambarkan durasi fase laten dan karakteristik
terkait di antara 1.281 wanita berisiko rendah dalam
persalinan spontan
2. Penulis : Ellen L.TILDEN, PhD, Julia C. PHILLIPPI,
PhD,3Mia AHLBERG, PhD,Tekoa L. KING, MPH,
Mekhala DISSANAYAKE, MPH, Christopher S.
LEE, PhD, Jonathan M. SNOWDEN, PhD, and
Aaron B. CAUGHEY, MD, PhD
3. Publikasi : HHS Public Access
4. Penelaah : Agus Fitri Sianturi, Ayu Fadila, Lamria Silitonga
dan Mahmudah Hardian.
5. Tanggal : 13 Agustus 2022
31. 28
b. Deskripsi Konten
1. Tujuan Penelitian
To describe the duration of the latent phase and associated characteristics among 1,281
women at low risk in spontaneous labor.
Artinya
Untuk mengetahui gambaran durasi fase laten dan karakteristik terkait di antara 1.281
wanita berisiko rendah dalam persalinan spontan
2. Metode Penelitian
Oregon Health & Science University (OHSU) certified practice midwife (CNM)
has been at OHSU for 43 years. The CNM in this practice attends about 600 women
during birth each year and is a licensed, independent practitioner who consults as
needed with other providers. All forms of data collected for this prospective cohort
were reviewed biweekly by the data entry team. CNM students, trained in data entry
and verification, transfer data into the Research Electronic Data Capture (REDCap)
system. Uncertainties or missing data are highlighted and addressed by the faculty
providing clinical care. In addition, the CNM director compared the convenience
sample (generally 10 cases) with data recorded in the women's electronic medical
records twice a month. This is achieved both for ongoing quality assessments and for
resolving any uncertainties or discrepancies.
Following the approval of the OHSU IRB to use this data store for the current
study, an unidentified sample was obtained. Ten percent of the sample was randomly
selected for multiple verification to assess accuracy between paper data collection
forms, electronic medical records, and the REDCap database. This process determines
the data accuracy of 99%.
Artinya
Praktek bidan (CNM) bersertifikat Oregon Health & Science University
(OHSU) telah berada di OHSU selama 43 tahun. CNM dalam praktik ini menghadiri
sekitar 600 wanita selama kelahiran setiap tahun dan berlisensi, praktisi independen
yang berkonsultasi sesuai kebutuhan dengan penyedia lain. Semua formulir data yang
dikumpulkan untuk kohort prospektif ini ditinjau dua minggu sekali oleh tim entri data.
Siswa CNM, dilatih dalam entri dan verifikasi data, mentransfer data ke dalam sistem
Research Electronic Data Capture (REDCap). Ketidakpastian atau data yang hilang
disorot dan ditangani oleh fakultas yang memberikan perawatan klinis. Selain itu,
direktur CNM membandingkan sampel kenyamanan (umumnya 10 kasus) dengan data
yang dicatat dalam rekam medis elektronik wanita dua kali sebulan. Hal ini dicapai
baik untuk penilaian kualitas yang sedang berlangsung dan untuk menyelesaikan
setiap ketidakpastian atau perbedaan.
Setelah persetujuan OHSU IRB untuk menggunakan penyimpanan data ini
untuk penelitian saat ini, sampel yang tidak teridentifikasi diperoleh. Sepuluh persen
32. 29
dari sampel dipilih secara acak untuk verifikasi ganda untuk menilai akurasi antara
formulir pengumpulan data kertas, catatan medis elektronik, dan database REDCap.
Proses ini menentukan akurasi data 99%.
3. Hasil penelitian
After excluding data from women who did not meet the eligibility criteria, our
final sample included 665 nulliparous women and 616 multiparous women (N = 1281).
The women in this sample were predominantly married or in a partner, were white,
and had a large proportion of gestational weight gain within the Institute of Medicine
(IOM) recommended guidelines (Table 1). Compared with nulliparous women, a
higher percentage of multiparous women experienced a shorter duration of the latent
phase (Figure 2). Among nulliparous women, the median duration of the latent phase
was 11.8 hours and the median was 9.0 hours. Among multiparous women, the median
duration of the latent phase was 9.3 hours and the median was 6.8 hours.
Artinya
Setelah mengecualikan data dari wanita yang tidak memenuhi kriteria
kelayakan, sampel akhir kami mencakup 665 wanita nulipara dan 616 wanita
multipara (N = 1281). Wanita dalam sampel ini sebagian besar menikah atau
berpasangan, berkulit putih, dan sebagian besar mengalami kenaikan berat badan
kehamilan dalam pedoman yang direkomendasikan Institute of Medicine (IOM)
(Tabel 1). Dibandingkan dengan wanita nulipara, persentase yang lebih tinggi dari
wanita multipara mengalami durasi fase laten yang lebih pendek (Gambar 2). Di antara
wanita nulipara, durasi rata-rata fase laten adalah 11,8 jam dan median adalah 9,0 jam.
Di antara wanita multipara, durasi rata-rata fase laten adalah 9,3 jam dan median
adalah 6,8 jam.
After adjusting for confounders, the four variables remained significantly
associated with a longer latent phase at various distribution points. Nulliparous women
whose fetuses were malpositioned (occiput posterior or occiput transverse) both at
birth and at the last cervical examination before delivery had a significantly longer
duration of the latent phase when compared with women whose fetuses were in the
occiput anterior position. mean, 11.8 vs. 9.0 hours, P<0.05; median, 16.2 vs 11.6 hours,
P<0.01] (Figure 3). Multiparous women diagnosed with chorioamnionitis (defined as a
fever of 38°C and one other symptom, eg, tachycardia) had a significantly longer
duration of the latent phase than multiparous women who did not have
chorioamnionitis. When the median duration of the latent phase for these women was
evaluated it was more than 2-fold longer than the median duration of multiparous
women not diagnosed with chorioamnionitis (mean, 18.3 vs. 9.1 hours, P<0.01;
median, 15.9 vs. 6.5 hours, P < 0.01 (Figure 3).Multiparous women who were
unpaired or married also experienced a longer latency phase (mean, 14.2 vs 9.2 hours,
P <0.05; median, 15.4 vs 6.5 hours, P<0.05].
33. 30
During multivariate analysis after adjusting for partner status, maternal age,
maternal height, Body Mass Index category (normal, overweight, obese), pregnancy
overweight, vaginal colonization with Beta Group streptococci, gestational diabetes,
prenatal rupture of membranes, age pregnancy at birth, birth weight, chorioamnionitis,
and fetal position at birth. (unless the variable is the outcome examined) we found that
among nulliparous women, fetal malposition was significantly associated with the
duration of the latent phase at and beyond the 95th percentile. Among multiparous
women: a) chorioamnionitis was significantly associated with a longer latent phase at
and beyond the mean, 80th, and 90th percentiles, but not beyond the 95th percentile; b)
late gestational age (vs. term) at birth was associated with a significantly longer
duration of the latent phase at and beyond the 90th percentile; and c) those without (vs.
with) partners experienced a significantly longer latency phase only at the 80th
percentile.
Artinya
Setelah disesuaikan untuk pembaur, empat variabel tetap secara signifikan
terkait dengan fase laten yang lebih lama di berbagai titik distribusi. Wanita nulipara
yang janinnya berada dalam malposisi (oksiput posterior atau oksiput transversal) baik
saat lahir maupun pada pemeriksaan serviks terakhir sebelum melahirkan memiliki
durasi fase laten yang secara signifikan lebih lama jika dibandingkan dengan wanita
yang janinnya berada pada posisi oksiput anterior. rata-rata, 11,8 vs 9,0 jam, P<0,05;
median, 16,2 vs 11,6 jam, P<0,01] (Gambar 3). Wanita multipara yang didiagnosis
dengan korioamnionitis (didefinisikan sebagai demam 38C dan satu gejala lain,
misalnya, takikardia) memiliki durasi fase laten yang lebih lama secara signifikan
daripada wanita multipara yang tidak memiliki korioamnionitis. Ketika durasi rata-rata
fase laten untuk wanita ini dievaluasi lebih dari 2 kali lipat lebih lama dari durasi rata-
rata wanita multipara yang tidak didiagnosis dengan korioamnionitis (rata-rata, 18,3 vs
9,1 jam, P<0,01; median, 15,9 vs 6,5 jam, P<0,01 (Gambar 3). Wanita multipara yang
tidak berpasangan atau menikah juga mengalami fase laten yang lebih lama (rata-rata,
14,2 vs 9,2 jam, P<0,05; median, 15,4 vs 6,5 jam, P<0,05].
Selama analisis multivariat setelah disesuaikan dengan status pasangan, usia
ibu, tinggi badan ibu, kategori Indeks Massa Tubuh (normal, kelebihan berat badan,
obesitas), kelebihan berat badan kehamilan, kolonisasi vagina Streptokokus Grup Beta,
diabetes gestasional, ketuban pecah sebelum persalinan, usia kehamilan saat lahir,
berat lahir, korioamnionitis, dan posisi janin saat lahir. (kecuali variabel adalah hasil
yang diperiksa) kami menemukan bahwa di antara wanita nulipara, malposisi janin
secara signifikan terkait dengan durasi fase laten pada dan di luar persentil ke-95. Di
antara wanita multipara: a) korioamnionitis secara signifikan terkait dengan fase laten
yang lebih lama pada dan di luar persentil rata-rata, ke-80, dan ke-90, tetapi tidak di
luar persentil ke-95; b) usia kehamilan akhir (vs. aterm) saat lahir dikaitkan dengan
durasi fase laten yang lebih lama secara signifikan pada dan di luar persentil ke-90;
34. 31
dan c) mereka yang tidak (vs. dengan) pasangan mengalami fase laten yang lebih lama
secara signifikan hanya pada persentil ke-80.
35. 32
ACTIVE MANAGEMENT OF LABOR PROCESS UNDER INTELLIGENT
MEDICAL MODEL IMPROVES VAGINAL DELIVERY OUTCOMES OF
PREGNANT WOMEN WITH PREECLAMSIA
MANAJEMEN AKTIF PROSES PERSALINAN DI BAWAH MODEL MEDIS CERDAS
MENINGKATKAN HASIL PERSALINAN PERVAGINA DARI WANITA HAMIL
DENGAN PREEKLAMSIA
Pendahuluan
Alamat website : https://www.hindawi.com/journals/jhe/2022/8926335/
Abstrak
In a global environment that increasing the rate of cesarean delivery, encouraging
vaginal delivery, reducing the rate of first cesarean section, and the incidence of
complications of vaginal delivery are the goals of obstetric medical gvghbnbjquality and
safety in China. As a common obstetric complication, preeclampsia affects the safety of
many pregnant women. It is the great responsibility of obstetricians to promote vaginal
delivery and improve delivery outcomes in preeclampsia. To this end, we explored the
role of active labor management under a smart medical model in improving vaginal
delivery outcomes for pregnant women with preeclampsia. Method. Clinical data from
219 cases of preeclampsia pregnant women who delivered vaginally at our hospital from
January 2017 to December 2020 were analyzed retrospectively. According to different
labor management groups, they were divided into study group (active labor management
group) and control group (normal labor management group). Active labor management
methods include intrapartum ultrasonography, central fetal heart rate monitoring, Doula
delivery, labor analgesia, and quality of life care. Differences in labor process, delivery
outcome, cause of bleeding, and hemostatic measures were compared between the two
groups. Results. (1) The incidence of preeclampsia in our hospital showed an increasing
trend in the last four years; (2) in smart hospitals, active management of the delivery
process reduces the likelihood of transfer to cesarean section in preeclamptic pregnant
women with failed vaginal trials; and (3) active labor management reduces the rate of
lateral episiotomy, decreases the volume of postpartum hemorrhage within two hours, and
improves the outcome of vaginal delivery in preeclamptic pregnant women. Conclusion.
In the era of rapid Internet development, vigorously promoting the construction of smart
hospitals and actively managing the delivery process can reduce the failure rate of vaginal
trial deliveries and improve vaginal delivery outcomes in preeclamptic women.
Artinya
Dalam lingkungan global yang meningkatkan angka persalinan sesar, mendorong
persalinan pervaginam, mengurangi angka seksio sesarea pertama, dan insiden komplikasi
persalinan pervaginam adalah tujuan kualitas dan keamanan medis obstetrik di Cina.
Sebagai komplikasi obstetrik yang umum, preeklamsia mempengaruhi keselamatan
36. 33
banyak wanita hamil. Merupakan tanggung jawab besar dokter kandungan untuk
mempromosikan persalinan pervaginam dan meningkatkan hasil persalinan pada
preeklamsia. Untuk tujuan ini, kami mengeksplorasi peran manajemen persalinan aktif di
bawah model medis cerdas dalam meningkatkan hasil persalinan pervaginam untuk wanita
hamil dengan preeklamsia. Metode. Data klinis dari 219 kasus wanita hamil preeklamsia
yang melahirkan pervaginam di rumah sakit kami dari Januari 2017 hingga Desember
2020 dianalisis secara retrospektif. Menurut manajemen proses persalinan yang berbeda,
mereka dibagi menjadi kelompok studi (kelompok manajemen proses persalinan aktif) dan
kelompok kontrol (kelompok manajemen proses persalinan normal). Metode manajemen
proses persalinan aktif termasuk ultrasonografi intrapartum, pemantauan denyut jantung
janin sentral, persalinan Doula, analgesia persalinan, dan perawatan kualitas hidup.
Perbedaan dalam proses persalinan, hasil persalinan, penyebab perdarahan, dan tindakan
hemostatik dibandingkan antara kedua kelompok. Hasil. (1) Insiden preeklamsia di rumah
sakit kami menunjukkan tren yang meningkat dalam empat tahun terakhir; (2) di rumah
sakit pintar, manajemen aktif proses persalinan mengurangi kemungkinan transfer ke
operasi caesar pada wanita hamil preeklamsia dengan kegagalan percobaan vagina; dan (3)
manajemen proses persalinan aktif mengurangi tingkat episiotomi lateral, menurunkan
volume perdarahan postpartum dalam waktu dua jam, dan meningkatkan hasil persalinan
pervaginam pada wanita hamil preeklamsia. Kesimpulan. Di era perkembangan Internet
yang pesat, dengan gencar mempromosikan pembangunan rumah sakit pintar dan secara
aktif mengelola proses persalinan dapat mengurangi tingkat kegagalan persalinan
percobaan pervaginam dan meningkatkan hasil persalinan pervaginam pada wanita
preeklamsia.
Deskripsi Artikel Jurnal / Jurnal
a. Deskripsi Umum
1. Judul Jurnal : Active management of labor under a smart
medical model improves vaginal delivery
outcomes of pregnant women with preeclampsia
Artinya : Manajemen aktif proses persalinan di bawah
model medis cerdas meningkatkan hasil
persalinan vagina wanita hamil dengan
preeklamsia
2. Penulis : Siming Xin, Xianxian Liu, Jiusheng Zheng, Hua
Lai, Jiao Zhou, Feng Zhang, Xiaoying Wu, Ting
Shen, Lin Xu, and Xiaoming Zeng
3. Publikasi : Volume 2022 |Article ID 8926335 |
https://doi.org/10.1155/2022/8926335
4. Penelaah : Agus Fitri Sianturi, Ayu Fadila, Lamria
Silitonga dan Mahmudah Hardian
5. Tanggal : 13 Agustus 2022
37. 34
Deskripsi Konten
1. Tujuan Penelitian
To find out Active management of the labor process under a smart medical
model improves vaginal delivery outcomes of pregnant women with
preeclampsia.
Artinya:
Untuk mengetahui Manajemen aktif proses persalinan di bawah model medis
cerdas meningkatkan hasil persalinan vagina wanita hamil dengan preeklamsia.
2. Metode Penelitian
Ini adalah studi kasus-kontrol retrospektif pusat tunggal. Semua catatan
medis berasal dari Rumah Sakit Kesehatan Ibu dan Anak Provinsi Jiangxi dan
diambil melalui sistem rekam medis elektronik rumah sakit. Strategi
pengambilan adalah sebagai berikut: preeklamsia sebagai diagnosis debit,
persalinan pervaginam sebagai cara persalinan, dan 1 Januari 2017 hingga 31
Desember 2020, sebagai waktu persalinan. Kriteria inklusi adalah sebagai berikut:
kelahiran hidup tunggal, kehamilan cukup bulan, dan persalinan spontan. Kriteria
eksklusi adalah sebagai berikut: uterus parut, tekanan darah yang tidak terkontrol,
gangguan fungsi organ yang parah, hipertensi kronis dengan komplikasi
preeklamsia, dan hipertensi ginjal dengan komplikasi sindrom antibodi
antifosfolipid. Sebanyak 219 wanita hamil terdaftar dalam penelitian ini.
3. Hasil penelitian
From 2017 to 2020, a total of 87010 deliveries were performed at our
hospital, including 44601 deliveries from 2017 to 2018 and 42409 deliveries
from 2019 to 2020. Mode of delivery and volume of deliveries of pregnant
women with preeclampsia. Statistical analysis The results showed that the
number of preeclampsia deliveries from 2019 to 2020 increased significantly
compared to the previous two years, and the rate of cesarean section deliveries
due to failed vaginal attempts at delivery decreased compared to the previous
two years.
Under an environment that actively promotes vaginal delivery, reduces
the rate of first cesarean section and the rate of complications of vaginal delivery,
actively promotes the construction of smart hospitals, improves medical
information systems, ensures comfortable and adequate maternal and fetal
monitoring equipment, and improves the quality of delivery services not only can
effectively reduce the likelihood of failed perineal delivery attempts and perineal
scoliosis in preeclamptic women but also effectively reduce the volume of
postpartum hemorrhage within two hours without increasing the use of
hemostatic drugs. As obstetricians, we must strengthen our knowledge and
38. 35
theoretical skills in obstetrics, as well as our knowledge of psychology and
ultrasound imaging, to deal with various emergencies that may occur during
labour.
Artinya
Dari 2017 hingga 2020, total 87010 persalinan dilakukan di rumah sakit
kami, termasuk 44601 persalinan dari 2017 hingga 2018 dan 42409 persalinan
dari 2019 hingga 2020. Cara persalinan dan volume persalinan ibu hamil dengan
preeklamsia. Analisis statistik Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah
persalinan preeklampsia dari tahun 2019 hingga 2020 meningkat secara
signifikan dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, dan angka persalinan
seksio sesarea akibat kegagalan persalinan percobaan pervaginam menurun
dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya.
Di bawah lingkungan yang secara aktif mempromosikan persalinan
pervaginam, mengurangi tingkat operasi caesar pertama dan tingkat komplikasi
persalinan pervaginam, secara aktif mempromosikan pembangunan rumah sakit
pintar, meningkatkan sistem informasi medis, memastikan peralatan pemantauan
ibu dan janin yang nyaman dan memadai, dan meningkatkan kualitas pelayanan
persalinan tidak hanya dapat secara efektif mengurangi kemungkinan kegagalan
percobaan persalinan perineum dan skoliosis perineum pada wanita preeklampsia
tetapi juga secara efektif mengurangi volume perdarahan postpartum dalam
waktu dua jam tanpa meningkatkan penggunaan obat hemostatik. Sebagai dokter
kandungan, kita harus memperkuat pengetahuan dan keterampilan teoretis kita di
bidang kebidanan, serta pengetahuan kita tentang psikologi dan pencitraan
ultrasound, untuk menghadapi berbagai keadaan darurat yang mungkin terjadi
selama persalinan.
Deskripsi Artikel Jurnal / Jurnal
a. Deskripsi Umum
1. Judul Jurnal : Active management of labor under a smart
medical model improves vaginal delivery
outcomes of pregnant women with
preeclampsia
Artinya
: Manajemen aktif proses persalinan di bawah
model medis cerdas meningkatkan hasil
persalinan vagina wanita hamil dengan
preeklamsia
2. Penulis : Siming Xin, Xianxian Liu, Jiusheng Zheng,
Hua Lai, Jiao Zhou, Feng Zhang, Xiaoying
Wu, Ting Shen, Lin Xu, and Xiaoming Zeng
39. 36
3. Publikasi : Volume 2022 |Article ID 8926335 |
https://doi.org/10.1155/2022/8926335
4. Penelaah : Agus Fitri Sianturi, Ayu Fadila, Lamria
Silitonga dan Mahmudah Hardian
b. Deskripsi Konten
Tujuan Penelitian : To find out Active management of the labor process
under a smart medical model improves vaginal delivery outcomes of pregnant
women with preeclampsia.
Artinya
Untuk mengetahui Manajemen aktif proses persalinan di bawah model medis
cerdas meningkatkan hasil persalinan vagina wanita hamil dengan preeklamsia.
40. 37
Telaah Jurnal
SPONTANEOUS LATENT PHASE LABOR PROBLEM REVIEW IN DEFINITION,
CLASSIFICATION AND MANAGEMENT OPTIONS
PERSALINAN FASE LATEN SPONTAN TINJAUAN MASALAH DALAM DEFINISI,
KLASIFIKASI, DAN MANAJEMEN PILIHAN
Pendahuluan
Alamat website : https://www.ajol.info/index.php/tjog/article/view/85173
Abstrak
The latent phase of labor has been the subject of controversy since the original
concept over 5 decades ago by Friedman and this controversy still persists today.
Today there is so much new knowledge about labor that when applied to the latent
phase it can clear up some gray areas especially in definition and diagnosis. However,
there is still substantial and heated debate in the area of classification and management
of the latent phase for which there is currently no consensus. This review has
attempted to highlight more of the gray areas of definition and diagnosis by reviewing
the original study by Friedman, Hendricks and O'Driscoll who were the principal
scientists in the evolutionary history of latent phase labour. The studies of several
other workers in the debate on classification and management were critically reviewed
with a view to developing consensus. Finally it was concluded that currently latent
phase of labor is a clinically recognizable entity with clear features and parameters for
prospective diagnosis. Also despite the current debate, it is suggested that the latent
phase which is only the initial aspect of stage 1 labor, be classified as a continuum
consisting of a normal latent phase, a prolonged latent phase, and a sham labor. With
this type of classification, false labor is not a differential diagnosis but a series of
prolonged latent phases. Based on the knowledge that the latent phase of any
classification is only the initial aspect of the first stage of labour, management should
be passive observation until transformation to active phase of labor without any
associated complications either before or during observation. This is the best option to
avoid or stir up further problems than what is a normal occurrence.
Artinya
Persalinan fase laten telah menjadi subyek kontroversi sejak konsep asli lebih
dari 5 dekade yang lalu oleh Friedman dan kontroversi ini masih bertahan sampai saat
ini. Saat ini ada begitu banyak pengetahuan baru tentang persalinan yang bila
diterapkan pada fase laten dapat membersihkan beberapa area abu-abu terutama dalam
definisi dan diagnosis. Namun, masih ada perdebatan substansial dan panas di bidang
klasifikasi dan pengelolaan fase laten dimana untuk saat ini masih belum ada
konsensus. Ulasan ini telah berusaha untuk menyoroti lebih banyak area abu-abu
41. 38
didefinisi dan diagnosis dengan meninjau studi asli oleh Friedman, Hendricks dan
O'Driscoll yang merupakan ilmuwan utama dalam sejarah evolusi persalinan fase laten.
Studi dari beberapa pekerja lain dalam perdebatan tentang klasifikasi dan manajemen
ditinjau secara kritis dengan maksud untuk mengembangkan konsensus. Akhirnya
disimpulkan bahwa saat ini persalinan fase laten adalah entitas yang dapat dikenali
secara klinis dengan fitur dan parameter yang jelas untuk diagnosis prospektif. Juga
terlepas dari perdebatan saat ini, disarankan bahwa fase laten yang hanya merupakan
aspek awal dari persalinan kala 1, diklasifikasikan sebagai kontinum yang terdiri dari
fase laten normal, fase laten memanjang, dan persalinan palsu. Dengan klasifikasi
jenis ini, persalinan palsu bukanlah diagnosis banding tetapi merupakan rangkaian fase
laten yang berkepanjangan. Berdasarkan pengetahuan bahwa fase laten dari klasifikasi
apapun hanyalah aspek awal dari persalinan kala satu, manajemen harus observasi
pasif sampai transformasi menjadi persalinan fase aktif tanpa adanya komplikasi
terkait baik sebelum atau selama observasi. Ini adalah pilihan terbaik untuk
menghindari atau membangkitkan masalah lebih lanjut dari apa yang merupakan
kejadian normal.
Deskripsi Artikel Jurnal / Jurnal
a. Deskripsi Umum
1. Judul Jurnal : Spontaneous latent phase of labor review of
problems in definition, classification and
management options
Artinya
: Persalinan fase laten spontan tinjauan masalah
dalam definisi, klasifikasi, dan opsi
manajemen
2. Penulis : Orhue, Augustine A.E. (Frcog, Fmcog);
Aziken, M.E. (Fmcog, Fwacs); Osemwenkha,
A.P. (Fwacs)
3. Publikasi : Trop J Obstet Gynaecol, Vol 27 (2), August
2010
4. Penelaah : Agus Fitri Sianturi, Ayu Fadila, Lamria
Silitonga dan Mahmudah Hardian
5. Tanggal : 13 Agustus 2022
b. Deskripsi Konten
1. Tujuan Penelitian
To find out Spontaneous latent phase of Labor review problems in definition,
classification and management options
Artinya
42. 39
Untuk mengetahui Persalinan fase laten spontan tinjauan masalah dalam definisi,
klasifikasi, dan opsi manajemen
2. Metode penelitian
3. Hasil penelitian
The search identified 45 publications consisting of 9 textbooks, 2 W.H.O
publications, 2 Cochrane systemic review databases and 32 selected journal
articles. This review relied on studies listed from 1–17 for the definition of the
latent phase through detailed evolutionary history reviews and studies listed from
18–26 for diagnosis. A critical review of the debate on classification comes from
the studies listed from 27 – 35 and finally the studies cited from 36 to 45 are in
the area of treatment options and these suggest mixed opinions. The reviewed
discussion is divided into subheadings for convenience under the first appeal and
concludes with a set of recommendations as a basis for consensus on the
definition, classification and management of the spontaneous latent phase.
Artinya
Pencarian mengidentifikasi 45 publikasi yang terdiri dari 9 buku teks, 2
publikasi W.H.O, 2 Cochrane tinjauan sistemik database dan 32 jurnal terpilih
artikel. Ulasan ini mengandalkan studi yang terdaftar dari 1 –17 untuk definisi
fase laten melalui detailulasan sejarah evolusi dan studi yang terdaftardari 18-26
untuk diagnosis. Tinjauan kritis dari perdebatan tentang klasifikasi berasal dari
studi yang terdaftar dari 27 – 35 dan akhirnya studi yang dikutip dari 36 hingga
45 berada di area pilihan pengobatan dan ini mengemukakan pendapat yang
beragam. Diskusi diulasan dibagi menjadi subpos untuk kemudahan di bawah
anding pertama dan diakhiri dengan set of rekomendasi sebagai dasar untuk
konsensus tentang definisi, klasifikasi dan manajemen fase laten spontan.
43. 40
Telaah Jurnal
LATENT PHASE OF LABOR
FASE LATEN PERSALINAN YANG PANJANG
Pendahuluan
Alamat website :https://www.divaportal.org/smash/get/diva2:1257992/FULLTEXT02.pdf
Abstrak
Prolonged latent phase of labour: prevalence, delivery outcomes, quality of care,
women's experiences and preferences, and psychometric traits
Artinya
Fase laten persalinan yang berkepanjangan: prevalensi, hasil persalinan, kualitas
perawatan, pengalaman dan preferensi wanita, dan sifat psikometrik
dari sebuah kuesioner. Tujuan keseluruhan dari tesis ini adalah untuk
menyelidiki prevalensi dan persalinan hasil dari fase laten persalinan yang
berkepanjangan, kualitas perawatan, pengalaman dan preferensi wanita selama
persalinan, dan untuk menguji kuesioner secara psikometri.
Deskripsi Artikel Jurnal / Jurnal
a. Deskripsi Umum
1. Judul Jurnal : Long Latent Phase of Labor
Artinya
: Fase Laten Persalinan Yang Panjang
2. Penulis : Karin Angeby
3. Publikasi : Fakultas Kesehatan, Sains dan Teknologi
Ilmu Keperawatan Studi Universitas Karlstad
2018:49
4. Penelaah : Agus Fitri Sianturi, Ayu Fadila, Lamria
Silitonga dan Mahmudah Hardian
b. Deskripsi Konten
1. Tujuan Penelitian
To find out the long latent phase of labor
Artinya
Fase Laten Persalinan Yang Panjang
2. Metode penelitian
Qualitative and quantitative methods. Sixteen primiparous women's
preferences for care during the prolonged latent phase of labor were studied by focus
group and individual interviews and analyzed by content analysis (I). Of the one-
year cohort of 2660 women, 1554 women with spontaneous onset of labor were
invited to participate and 1389 women accepted the invitation (II–IV). Data from
44. 41
1343 women's birth records were analyzed descriptively and statistically analytically
(II). 758 women (RR 64%), 343 primiparous and 415 multiparous, responded to the
Intrapartal-specific Quality of Patient Perspectives Questionnaire, QPP-I (III), Early
Childbirth Experience Questionnaire, ELEQ (IV) and additional birth-related items.
Data were analyzed by descriptive, analytical, and psychometric statistics.
Artinya
Metode kualitatif dan kuantitatif. Enam belas wanita primipara preferensi
untuk perawatan selama fase laten persalinan yang berkepanjangan dipelajari dengan
wawancara kelompok fokus dan individu dan dianalisis dengan analisis isi (SAYA).
Dari kohort satu tahun dari 2660 wanita, 1554 wanita dengan spontan permulaan
persalinan diundang untuk berpartisipasi dan 1389 wanita menerima undangan (II-
IV). Data dari 1343 catatan kelahiran wanita dianalisis secara deskriptif dan statistik
analitik (II). 758 wanita (RR 64%), 343 primipara dan 415 multipara, menanggapi
Kualitas Intrapartal-spesifik dari Kuesioner Perspektif Pasien, QPP-I (III), Kuesioner
Pengalaman Persalinan Dini, ELEQ (IV) dan item terkait kelahiran tambahan. Data
dianalisis dengan statistik deskriptif, analitik, dan psikometri.
3. Hasil penelitian
The prolonged latent phase of labor can be considered a risk factor. This may
result in more obstetric interventions, more instrumental births, and so a lower
perception of quality of care, and a more negative parity birth experience.
Differences in parity should be considered when evaluating early delivery care
during the latent phase of labour, with a particular focus on primiparous women.
Artinya
Fase laten persalinan yang berkepanjangan dapat dianggap sebagai faktor
risiko. Ini dapat menghasilkan lebih banyak intervensi kebidanan, lebih banyak
kelahiran instrumental, dan sebagainya persepsi kualitas perawatan yang lebih
rendah, dan pengalaman melahirkan yang lebih negative paritas. Perbedaan paritas
harus dipertimbangkan ketika mengevaluasi persalinan dini perawatan selama fase
laten persalinan, dengan fokus khusus untuk wanita primipara.
45. 42
THE EFFECT OF THE USE OF THE BIRTH BALL ON PAIN REDUCTION AND
LONG TIME OF LABOR I TIME ACTIVE AND PRIMIGRAVIDA MATERNITY II
DELIVERY
PENGARUH PENGGUNAAN BOLA KELAHIRAN TERHADAP PENGURANGAN
NYERI DAN LAMA PERSALINAN KALA I KALA AKTIF DAN KALA II
PERSALINAN PRIMIGRAVIDA MATERNITY
Pendahuluan
Alamat website : https://midwifery.iocspublisher.org/index.php/midwifery/article/view/12
Abstrak
Labor pain is caused by uterine muscle contractions that push the fetus out.
Maternity mothers find it difficult to adapt to labor pains, especially primigravida,
this can cause lengthening of the first stage of labor. There are two ways to reduce
labor pain, namely pharmacological and non-pharmacological. One of the non-
pharmacological methods is to use a birth ball. The purpose of this study was to
assess the effect of using a birth ball on reducing pain in the first active phase and
the length of the first stage and the length of the second stage of labor. This study
uses an experimental design with a pretest-posttest control group design. The sample
consisted of 13 treatment people and 13 controls using the Consecutive Sampling
technique. The pain scale was measured by the Faces Pain Rating Scale and the
duration of the active phase I and the second stage of labor using a partograph.
Differences in pain scores and duration of stage I and duration II for the treatment
and control groups were tested by independent T if the data were normally
distributed and the Mann-Whitney test if the distribution was not normal. There are
differences in the effect of the use of birth balls on the reduction of pain in the first
stage of active phase in primigravida with p value = 0.000 and there are also
differences in the effect of using birth balls on the duration of active-phase labor in
the treatment and control groups with p = 0.000, while for the duration of labor. in
the second stage of labor there was no difference in the effect of using a birth ball
with p = 0.160. The use of birth balls is proven to reduce labor pain during the active
phase and accelerate the duration of the first stage. Maternity balls are recommended
to be used as an alternative to reduce labor pain in obstetric services.
Artinya
Nyeri persalinan disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang mendorong janin keluar.
Ibu bersalin sulit beradaptasi dengan nyeri persalinan terutama primigravida, hal ini
dapat menyebabkan pemanjangan kala I persalinan. Ada dua cara untuk mengurangi
nyeri persalinan yaitu farmakologi dan nonfarmakologi. Salah satu cara
46. 43
nonfarmakologis adalah dengan menggunakan birth ball. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menilai pengaruh penggunaan birth ball terhadap penurunan nyeri kala
I fase aktif dan lama kala I serta lama kala II persalinan. Penelitian ini menggunakan
desain eksperimen dengan desain pretest-posttest control group design. Sampel
terdiri dari 13 orang perlakuan dan 13 kontrol dengan teknik Consecutive Sampling.
Skala nyeri diukur dengan Faces Pain Rating Scale dan durasi fase aktif I dan kala II
persalinan menggunakan partograf. Perbedaan skor nyeri dan durasi stadium I dan
durasi II untuk kelompok perlakuan dan kontrol diuji dengan T-independen jika data
terdistribusi normal dan uji Mann-Whitney jika distribusi tidak normal. Terdapat
perbedaan pengaruh penggunaan birth ball terhadap penurunan nyeri kala I fase aktif
pada primigravida dengan nilai p = 0,000 dan terdapat juga perbedaan pengaruh
penggunaan birth ball terhadap lama persalinan persalinan fase aktif pada kelompok
perlakuan dan kontrol dengan p = 0,000, sedangkan untuk lama persalinan. pada
persalinan kala II tidak terdapat perbedaan pengaruh penggunaan birth ball dengan p
= 0,160. Penggunaan birth ball terbukti dapat mengurangi nyeri persalinan saat fase
aktif dan mempercepat durasi kala I. Bola bersalin direkomendasikan untuk
digunakan sebagai alternatif untuk mengurangi nyeri persalinan dalam pelayanan
kebidanan.
Deskripsi Artikel Jurnal / Jurnal
a. Deskripsi Umum
1. Judul Jurnal : The Effect of Using a Birth Ball on
Reduction of Pain and Length of Labor in
the First Stage of Active Stage and
Second Stage of Labor Primigravida
Maternity
Artinya
: Pengaruh Penggunaan Bola Kelahiran
Terhadap Pengurangan Nyeri Dan Lama
Persalinan Kala I Kala Aktif Dan Kala Ii
Persalinan Primigravida Maternity
2. Penulis Rahmi : Mutia Ulfa
3. Publikasi : Vol. 9 No. 2 (2021): April: Science
Midwifery
4. Penelaah : Agus Fitri Sianturi, Ayu Fadila, Lamria
Silitonga, Mahmudah Hardian
5. Tanggal : 13 Agustus 2022
b. Deskripsi Konten
1. Tujuan Penelitian
47. 44
The purpose of this study was to determine the effect of using a birth
ball on the reduction of pain and duration of labor during the first active stage
and the first stage of labor in Primigravida Maternity.
Artinya
Untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Bola Kelahiran Terhadap
Pengurangan Nyeri Dan Lama Persalinan Kala I Kala Aktif Dan Kala I
Persalinan Primigravida Maternity.
2. Metode penelitian
Face Point Rating Scale Sheet (FPRS), partograph sheet, Explanation sheet
before consent, informed consent, Ball having a diameter of 55 cm and or 65
cm, clock, pillow, mattress, paper and pencil
Artinya
Lembar Skala Peringkat Titik Wajah (FPRS), lembar partograf, Lembar
penjelasan sebelum persetujuan, informed consent, Bola memiliki diameter
55 cm dan atau 65 cm, jam, bantal, matras, kertas dan pensil.
3. Hasil penelitian
The results of the frequency study obtained that the pre-test level of
pain in the first stage of labor in the active phase of the treatment group and
the control group was mostly found in the grade 1 score in the very mild
pain category. Furthermore, at grade 2 the mild pain category in the
treatment group and grade 3 with moderate pain category were only found in
control respondents. The active phase I labor pain obtained after using a
birth ball in the treatment group was mostly in grade 1 in the very mild pain
category and the least experienced pain in grade 2 in the mild category.
Furthermore, in the control group that did not use a ball delivery device,
there were still many respondents who experienced grade 4 in the severe
pain category, grade 3 for the moderate pain category, and grade 5 for the
very severe pain category. The results of the assessment of the duration of
the first stage of labor in the active stage in the treatment group were shorter
than the control group and the duration of the second stage of labor in the
treatment group was also shorter than the control group. There was no effect
of the use of birth balls on the reduction of pain in the first stage of the
active phase in primigravida mothers in the pretest results of the treatment
and control groups. While the post-test results of the treatment and control
groups affected the use of the birthing ball. There is an effect of the use of
birth balls on the duration of the first stage of labor in the active phase in the
treatment and control groups, while in the treatment and control groups it
has no effect on the use of birth balls.