Dokumen ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan multiusaha kehutanan di Perhutani KPH Banten. Beberapa faktor yang dibahas meliputi faktor teknis (jenis tanah, topografi), sosial (jumlah penduduk, angkatan kerja), dan ekonomi (target pendapatan agroforestry). Dokumen ini juga menjelaskan permasalahan yang dihadapi KPH Banten dalam pencapaian target pendapatan agroforestry dan
Dokumen tersebut membahas tentang implementasi Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Jawa Timur. PHBM dilaksanakan melalui kegiatan tumpangsari namun masih menghadapi tantangan seperti bagi hasil yang kurang adil dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan. Dokumen ini menganalisis berbagai faktor ekonomi, sosial, dan lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masy
Laporan KKN UNUSIDA Berdaya 2020 Desa Gelang Kecamatan Tulangan Kabupaten Sid...AchmadFauzi150
Program kuliah kerja nyata (KKN) merupakan salah satu program Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo sebagai salah satu implementasi Tri Dharma Perguruan tinggi yaitu pengabdian mahasiswa terhadap masyarakat untuk membantu dan membimbing masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya yang diharapkan dapat membantu mengembangkan potensi masyarakat. Program ini dilaksanakan dengan menyelaraskan kegiatan riset dan pengabdian kepada masyarakat dari dosen dan mahasiswa lintas keilmuan.
Dokumen tersebut membahas tentang implementasi Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Jawa Timur. PHBM dilaksanakan melalui kegiatan tumpangsari namun masih menghadapi tantangan seperti bagi hasil yang kurang adil dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan. Dokumen ini menganalisis berbagai faktor ekonomi, sosial, dan lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masy
Laporan KKN UNUSIDA Berdaya 2020 Desa Gelang Kecamatan Tulangan Kabupaten Sid...AchmadFauzi150
Program kuliah kerja nyata (KKN) merupakan salah satu program Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo sebagai salah satu implementasi Tri Dharma Perguruan tinggi yaitu pengabdian mahasiswa terhadap masyarakat untuk membantu dan membimbing masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya yang diharapkan dapat membantu mengembangkan potensi masyarakat. Program ini dilaksanakan dengan menyelaraskan kegiatan riset dan pengabdian kepada masyarakat dari dosen dan mahasiswa lintas keilmuan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Program KKN dilaksanakan di Desa Gelang untuk membantu masyarakat dalam pencegahan virus COVID-19 dengan memberikan informasi tentang bahaya virus dan melakukan pendampingan belajar siswa. Desa Gelang memiliki potensi industri kecil dan pertanian yang dapat dikembangkan.
Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab ii Latifah Tio
[Ringkasan]
Berdasarkan dokumen tersebut, terdapat tiga kecamatan yang dianalisis yaitu Kecamatan Manyaran, Wuryantoro, dan Eromoko. Masing-masing kecamatan memiliki karakteristik geografis, demografi, dan penggunaan lahan yang berbeda-beda. Kecamatan Eromoko merupakan yang terluas dengan lahan pertanian dan tegalan mendominasi, sedangkan Kecamatan Manyaran didominasi lahan tegalan.
Analisis Pentagon Aset Komunitas Pertanian Kelurahan Tunjung, Kabupaten Bangk...AlkautsarAvizena
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Analisis aset komunitas pertanian di Kelurahan Tunjung, Bangkalan menemukan bahwa modal alam, modal manusia, modal sosial, modal fisik, dan modal finansial di kelurahan tersebut cukup untuk mendukung kegiatan pertanian. Petani di Tunjung memiliki pengetahuan yang baik meskipun pendidikan formal rendah, serta terdapat kelompok tani yang mendukung kerja sama antar petani.
Laporan ini membahas program KKN di Desa Gelang, Sidoarjo. Desa ini memiliki potensi industri mikro seperti keripik ceker dan kerajinan tangan. Program KKN memberikan informasi tentang COVID-19 dan membantu siswa belajar daring."
Statistik daerah-kecamatan-nunukan-2015Arifuddin Ali
Statistik Daerah Kecamatan Nunukan 2015 diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Nunukan berisi berbagai data dan informasi terpilih seputar Kecamatan Nunukan yang dianalisis secara sederhana untuk membantu pengguna data memahami perkembangan pembangunan serta potensi yang ada di Kecamatan Nunukan. Materi yang disajikan dalam ini memuat berbagai informasi/indikator terpilih yang terkait dengan pembangunan di berbagai sektor di Kecamatan Nunukan dan diharapkan dapat menjadi bahan rujukan/kajian dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan pembangunan.
Statistik daerah-kecamatan-sembakung-2015Arifuddin Ali
Dokumen ini berisi ringkasan statistik daerah Kecamatan Sembakung tahun 2015 yang mencakup geografi, pemerintahan, penduduk, pendidikan, kesehatan, pertanian, ekonomi dan transportasi Kecamatan Sembakung.
[/ringkasan]
Memori jabatan ini membahas tentang penyelenggaraan pemerintahan Desa Melung selama periode 2007-2013. Terdiri dari pendahuluan, monografi desa (statis dan dinamis), rencana program kerja, pelaksanaan program, kegiatan sedang dan akan dilaksanakan, hambatan, dan penutup. Dokumen ini bertujuan melaporkan kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan selama masa jabatan serta sebagai pertanggungjawaban
Dokumen tersebut memberikan gambaran umum mengenai Kabupaten Blora. Kabupaten Blora terletak di Jawa Tengah bagian timur dengan luas wilayah 182.058,797 km2. Sebagian besar wilayahnya digunakan untuk hutan dan lahan pertanian seperti sawah dan tegalan. Iklimnya panas dengan curah hujan tertinggi di bulan Februari. Tanahnya bervariasi antara aluvial, grumosol, dan mediteran dengan tekstur sedang dan kedal
Statistik daerah-kecamatan-sei-menggaris-2015Arifuddin Ali
Dokumen tersebut merupakan statistik daerah Kecamatan Sei Menggaris tahun 2015 yang mencakup informasi geografi, pemerintahan, penduduk, pendidikan, kesehatan, pertanian, dan ekonomi di kecamatan tersebut."
Bab 2 Gambaran Kondisi Daerah - RKPD Kab. Garut 2023Gugum Gumilar
Bab ini menyajikan gambaran umum kondisi Kabupaten Garut meliputi aspek geografi, demografi, dan capaian kinerja pemerintahan. Secara geografi, Garut memiliki luas wilayah 3.107,05 km2 dan terdiri atas 42 kecamatan, 21 kelurahan, dan 421 desa. Kondisi topografi beragam antara dataran rendah hingga pegunungan curam.
Pemanfataan Lahan Sebagai Upaya Pembangunan Masyarakat DesaHabibullah
Tiga kalimat:
1. Artikel ini menganalisis pola pemanfaatan lahan dan sumber daya alam oleh masyarakat di empat desa sekitar Taman Nasional Bukit Duabelas di Kabupaten Batanghari, Jambi.
2. Hasilnya menunjukkan bahwa kebanyakan masyarakat mengembangkan komoditas karet, meskipun ada kendala sosial-ekonomi seperti ketergantungan pada tengkulak dan lemahnya peran KUD
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka
More Related Content
Similar to KajianMUKdgsmartpls-Perhutani KPH Banten-.pdf
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Program KKN dilaksanakan di Desa Gelang untuk membantu masyarakat dalam pencegahan virus COVID-19 dengan memberikan informasi tentang bahaya virus dan melakukan pendampingan belajar siswa. Desa Gelang memiliki potensi industri kecil dan pertanian yang dapat dikembangkan.
Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab ii Latifah Tio
[Ringkasan]
Berdasarkan dokumen tersebut, terdapat tiga kecamatan yang dianalisis yaitu Kecamatan Manyaran, Wuryantoro, dan Eromoko. Masing-masing kecamatan memiliki karakteristik geografis, demografi, dan penggunaan lahan yang berbeda-beda. Kecamatan Eromoko merupakan yang terluas dengan lahan pertanian dan tegalan mendominasi, sedangkan Kecamatan Manyaran didominasi lahan tegalan.
Analisis Pentagon Aset Komunitas Pertanian Kelurahan Tunjung, Kabupaten Bangk...AlkautsarAvizena
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Analisis aset komunitas pertanian di Kelurahan Tunjung, Bangkalan menemukan bahwa modal alam, modal manusia, modal sosial, modal fisik, dan modal finansial di kelurahan tersebut cukup untuk mendukung kegiatan pertanian. Petani di Tunjung memiliki pengetahuan yang baik meskipun pendidikan formal rendah, serta terdapat kelompok tani yang mendukung kerja sama antar petani.
Laporan ini membahas program KKN di Desa Gelang, Sidoarjo. Desa ini memiliki potensi industri mikro seperti keripik ceker dan kerajinan tangan. Program KKN memberikan informasi tentang COVID-19 dan membantu siswa belajar daring."
Statistik daerah-kecamatan-nunukan-2015Arifuddin Ali
Statistik Daerah Kecamatan Nunukan 2015 diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Nunukan berisi berbagai data dan informasi terpilih seputar Kecamatan Nunukan yang dianalisis secara sederhana untuk membantu pengguna data memahami perkembangan pembangunan serta potensi yang ada di Kecamatan Nunukan. Materi yang disajikan dalam ini memuat berbagai informasi/indikator terpilih yang terkait dengan pembangunan di berbagai sektor di Kecamatan Nunukan dan diharapkan dapat menjadi bahan rujukan/kajian dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan pembangunan.
Statistik daerah-kecamatan-sembakung-2015Arifuddin Ali
Dokumen ini berisi ringkasan statistik daerah Kecamatan Sembakung tahun 2015 yang mencakup geografi, pemerintahan, penduduk, pendidikan, kesehatan, pertanian, ekonomi dan transportasi Kecamatan Sembakung.
[/ringkasan]
Memori jabatan ini membahas tentang penyelenggaraan pemerintahan Desa Melung selama periode 2007-2013. Terdiri dari pendahuluan, monografi desa (statis dan dinamis), rencana program kerja, pelaksanaan program, kegiatan sedang dan akan dilaksanakan, hambatan, dan penutup. Dokumen ini bertujuan melaporkan kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan selama masa jabatan serta sebagai pertanggungjawaban
Dokumen tersebut memberikan gambaran umum mengenai Kabupaten Blora. Kabupaten Blora terletak di Jawa Tengah bagian timur dengan luas wilayah 182.058,797 km2. Sebagian besar wilayahnya digunakan untuk hutan dan lahan pertanian seperti sawah dan tegalan. Iklimnya panas dengan curah hujan tertinggi di bulan Februari. Tanahnya bervariasi antara aluvial, grumosol, dan mediteran dengan tekstur sedang dan kedal
Statistik daerah-kecamatan-sei-menggaris-2015Arifuddin Ali
Dokumen tersebut merupakan statistik daerah Kecamatan Sei Menggaris tahun 2015 yang mencakup informasi geografi, pemerintahan, penduduk, pendidikan, kesehatan, pertanian, dan ekonomi di kecamatan tersebut."
Bab 2 Gambaran Kondisi Daerah - RKPD Kab. Garut 2023Gugum Gumilar
Bab ini menyajikan gambaran umum kondisi Kabupaten Garut meliputi aspek geografi, demografi, dan capaian kinerja pemerintahan. Secara geografi, Garut memiliki luas wilayah 3.107,05 km2 dan terdiri atas 42 kecamatan, 21 kelurahan, dan 421 desa. Kondisi topografi beragam antara dataran rendah hingga pegunungan curam.
Pemanfataan Lahan Sebagai Upaya Pembangunan Masyarakat DesaHabibullah
Tiga kalimat:
1. Artikel ini menganalisis pola pemanfaatan lahan dan sumber daya alam oleh masyarakat di empat desa sekitar Taman Nasional Bukit Duabelas di Kabupaten Batanghari, Jambi.
2. Hasilnya menunjukkan bahwa kebanyakan masyarakat mengembangkan komoditas karet, meskipun ada kendala sosial-ekonomi seperti ketergantungan pada tengkulak dan lemahnya peran KUD
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1Arumdwikinasih
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodasi dari semua perbedaan murid, terbuka untuk semua dan memberikan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap individu.kelas 1 ........
1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERLANJUTAN MULITUSAHA KEHUTANAN DI
PERHUTANI KPH BANTEN
NOOR ROCHMAN
E1601211012
PROGRAM STUDI ILMU PENGELOLAAN HUTAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2022
2. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2010 menyatakan bahwa Kawasan Hutan
Produksi dan Hutan Lindung di Pulau Jawa dan Madura diberikan kewenangan
pengelolaannnya oleh Badan Usaha Milik Negara yaitu Perusahaan Umum Kehutanan Negara
(Perum Perhutani). Perum Perhutani yang wilayah kerjanya seluas 2,4 juta Hektar terbagi
menjadi 3 (tiga) Divisi Regional, yaitu Divisi Regional Jawa Tengah, Divisi Regional Jawa
Timur dan Divisi Regional Jawa Barat dan Banten. Dalam pengelolaan Kawasan hutan yang
lebih detail maka Perum Perhutani telah membagi unit pengelolaannya menjadi KPH/Kesatuan
Pemangkuan Hutan yang terdiri dari 57 KPH.
Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan Banten (KPH Banten) merupakan salah satu
unit pengelolaan hutan di Perum Perhutani sebagai BUMN pengelola hutan. Berdasarkan
laporan manajemen KPH Banten tahun 2021 menyatakan bahwa : Perum Perhutani KPH
Banten merupakan salah satu Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) di Wilayah Perum Perhutani
Divisi Regional Jawa Barat dan Banten dengan Luas wilayah KPH Banten 79.483,45 Ha terdiri
dari 3 (tiga) Kelas Perusahaan (KP) yaitu, KP Jati seluas 41.108,27 Ha (51,72%), KP Mahoni
seluas 14.844,44 Ha (18,68 %) dan KP Accacia Mangium 23.533,74 Ha (29,60 %). Potensi
Kawasan hutan KPH Banten selain dari potensi kayu juga non kayu seperti Getah Pinus, Daun
Kayu Putih termasuk potensi agroforestry.
Dengan terbitnya Undang-undang Cipta Kerja Nomor 11 tahun 2016 dan telah dibuat juga
Peraturan turunannya diantaranya berupa Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2021 tentang
Penyelenggaan Kehutanan maka terjadi perubahan kebijakan dalam sektor pengelolaan
kehutanan. Pada PP No 23 tahun 2021 tersebut diantaranya menyatakan bahwa pada pasal 132
“pemegang perizinan berusaha pemanfaatan hutan pada hutan lindung dilakukan dengan
multiusaha kehutanan yang salah satu nya adalah pemanfaatan jasa lingkungan”. Selanjutnya
pada pasal 141 ayat 2b dan pasal 143 menyatakan bahwa “pemanfaatan hutan pada hutan
produksi melalui kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan, serta pada pasal 149 nya disebutkan
bahwa “ kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan pemegang perizinan berusaha pemanfaatan
hutan pada hutan produksi”. Pada pasal 206 nya berbunyi “ pemanfaatan jasa lingkungan
sebagai kegiatan pengembangan usaha perhutanan social”.
3. Berdasarkan pengelolaan Kawasan hutan KPH Banten ini, salah satu hal yang akan dibahas
adalah pengelolaan agroforestry yang sedang dikembangkan di 214 desa hutan yang tersebar
di 5(lima) kota/kabupaten yang terletak di Propinsi Banten. Potensi agroforestry KPH Banten
terdiri dari berbagai macam komoditas, diantara nya adalah Padi, Jagung, Durian, Kelapa,
Cengkeh, Kopi dan lain-lain.
Berdasarkan wilayah administratif Kabupaten/Kota KPH Banten berada di 5 Kabupaten /Kota
yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tanggerang
dan Kota Cilegon. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel. 1 Luas berdasarkan wilayah administratif
No Kab/Kota Fungsi Hutan (Ha) Jumlah
HL HP HPT
1 2 3 4 5 6
1 Kota Cilegon 361,72 153,28 - 515,00
2 Kabupaten Lebak 5.162,79 13.349,58 18.737,13 37.249,50
3 Kabupaten Pandeglang 2.717,17 26.662,27 5.406,29 34.785,73
4 Kabupaten Serang 868,20 1.145,03 3.568,44 5.581,67
5 Kabupaten Tanggerang 1.351,55 - - 1.351,55
Total 10.461,43 41.310,16 27.711,86 79.483,45
Adapun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan agroforestry di KPH Banten ini,
diantaranya belum tercapainya target pendapatan yang telah ditentukan dalam RKAP tahun
2021. Dalam RKAP tahun 2021 target pendapatan agroforestry direncanakan sebesar Rp.
1.704.404, namun demikian sampai dengan akhir tahun 2021 hanya tercapai Rp, 620.469.000,.
Secara geografis wilayah KPH Banten terletak pada 553’16,8” s/d 70’54” Lintang Selatan
dan 10537’44,4” s/d 10624’54” Bujur Timur. Ditinjau dari kondisi topografi lahan kawasan
hutan KPH Banten tergolong dalam tipe hutan pegunungan dan tipe hutan dataran rendah,
hutan pegunungan sebagian besar berada di sebelah Selatan dan Timur sedangkan hutan
dataran rendah tersebar di sebelah Barat. Pada umumnya bentuk lapangan berbukit- bukit dan
bergelombang.
Keadaan tanah di kawasan hutan KPH Banten menurut T.W.G Domes et al (1955) terdapat 5
macam,yaitu : aluvial, litosol, regosol, grumusol dan mediteran, seperti terdapat pada tabel
4. berikut.
Tabel 2. Jenis tanah di KPH Banten
No No Code Macam Tanah Bahan Induk Fisiografi
1 2 3 4 5
1 Aluvial 8 Asosiasi aluvial kelabu dan aluvial coklat kelabu Endapan liat pasir Dataran
2 Litosal 18 Kompleks litosal Mediteran dan rensina Campuran batu
Bukit
lipatan
3 Regosol 25 Kompleks regosol/kelabu dan grumosol kelabu tua
Batu kapur dan
napal
Bukit
lipatan
4
Grumosol
33
Grumosol kelabu Endapan lipat Dataran
5 35 Grumosol kelabu tua Endapan lipat Dataran
6 37 Grumosol kelabu tua
Batu kapur dan
napal
Bukit
lipatan
7 40
Asosiasi grumosol coklat ke- kelabuan dan grumosol
keabu- abuan
Napal lunak
Bukit
lipatan
8 Mediteran
Asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
coklat kekuningan
Batu liat
Bukit
lipatan
Tanah-tanah ini berasal dari endapan kapur, tanah liat/lempung dan napal. Tanah dengan bahan
induk berkapur dan berlempung yang hampir selalu infermiable (kedap air), dengan pemuaian
dan pengerutan yang tinggi, merupakan sifat fisik yang jelek dan tidak baik untuk jalan mobil.
Berdasarkan BPS Propinsi Banten, jumlah penduduk di wilayah Kabupaten/ Kota di Provinsi
Banten pada tahun 2019 dan 2020 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3. Jumlah Penduduk di Provinsi Banten Tahun 2019 dan 2020
Kab/Kota
Jumlah Penduduk
2019 2020
1 2 3
Kota Tangerang Selatan 1.747.906 1.354.530
Kota Tangerang 2.229.901 1.895.486
Kota Serang 688.603 692101
Kota Cilegon 437.205 434.896
Kab Tangerang 3.800.787 3.245.619
Kab Serang 1.508.397 1622630
Kab Pandeglang 1.211.909 1.272.687
Kab Lebak 1.302.608 1.386.793
Jumlah 12.927.316 11.904.742
Adapun kepadatan penduduk per kabupaten / kota di provinsi Banten pada tahun 2019 dan
2020 sebagai berikut :
5. Tabel 4. Kepadatan Penduduk di Provinsi Banten Tahun 2019 dan 2020
Kab/Kota
Kepadatan Penduduk
2019 2020
1 2 3
Kota Tangerang Selatan 11.875 9.201
Kota Tangerang 14.486 12.314
Kota Serang 2.582 2595
Kota Cilegon 2.491 2.478
Kab Tangerang 3.756 3.208
Kab Serang 870 936
Kab Pandeglang 441 463
Kab Lebak 380 405
Jumlah 1.338 1.232
Untuk angkatan Kerja di wilayah Provinsi Banten berdasarkan data dari BPS Provinsi Banten
adalah seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 5. Angkatan Kerja di Provinsi Banten Tahun 2019 dan 2020
Kabupaten/Kota
Angkatan Kerja
Bekerja Pengangguran Terbuka Jumlah
2019 2020 2019 2020 2019 2020
Kab Pandeglang 483 947 481 092 45 955 48 470 529 902 529 562
Kab Lebak 553 290 596 379 47 857 63 527 601 147 659 906
Kab Tangerang 1 651 254 1 596 938 161 671 239 788 1 812 925 1 836 726
Kab Serang 618 820 614 320 73 256 85 538 692 076 699 858
Kota Tangerang 1 026 031 1 030 255 78 859 97 344 1 104 890 1 127 599
Kota Cilegon 182 473 178 699 19 475 25 976 201 948 204 675
Kota Serang 285 989 292 638 25 097 29 846 311 086 322 484
Kota Tangerang Selatan 750 650 761 851 37 655 70 572 788 305 832 423
Provinsi Banten 5 552 454 5 552 172 489 825 661 061 6 042 279 6 213 233
Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Laporan Manajemen Perum Perhutani KPH
Banten tahun 2021, maka dapat diambil kesimpulan hasil analisa Studi Dampak Sosial (SDS)
yang dilaksanakan beberapa tahun kebelakang, antara lain sebagai berikut :
1. Dari sisi perekonomian masyarakat desa yang mempunyai keterkaitan pekerjaan
dengan hutan lebih sedikit dari pada mata pencahariannya tidak terkait hutan.
2. Pendapatan masyarakat pertahunnya yang berasal dari hutan jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan berasal dari luar hutan.
6. 3. Dari jumlah 214 desa yang mempunyai petak pangkuan telah terbentuk LMDH
sebanyak 204 LMDH. Namun 90% KTH masih belum mengakar dan belum mewakili
gambaran masyarakat secara menyeluruh.
4. Semua desa telah mempunyai fasilitas kesehatan terutama Puskesmas dan Bidan.
5. Sejumlah 40% wilayah desa masih mengalami kesulitan air pada musim kemarau.
6. Rata-rata desa yang mempunyai MCK baik adalah 70%, sedangkan 30% memiliki
kondisi MCK yang masih buruk.
7. Penyakit penyebab virus dan bakteri rata-rata hanya flu. Sedangkan kolera muntaber
dan disentri, demam berdarah tidak begitu sering terjadi.
8. Tidak dijumpai penyakit akbat kekurangan gizi.
9. Masih dijumpai warga yang buta aksara di semua desa ada.
Dengan adanya beberapa permasalahan yang timbul di masyarakat, baik perekonomian desa,
kelembagaan, ketenagakerjaan, sosial budaya, sengketa/konflik dengan unit manajemen,
kesehatan, pendidikan, serta persepsi terhadap unit manajemen, maka Perum Perhutani KPH
Banten dapat segera ikut andil dalam menyelesaikan permasalahan tersebut melalui kegiatan
Pengolahan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) atau Perhutanan Sosial. Program ini lebih
disesuaikan dengan karakteristik masing- masing wilayah dengan mengutamakan peningkatan
taraf hidup, tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan di sekitar hutan serta membangun
sinergitas dengan para pihak, khususnya dengan Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kecamatan
dan Desa/Kelurahan. Jumlah Desa sekitar hutan yang ada diwilayah KPH Banten sebanyak
214 Desa dan telah terbentuk Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) sebanyak 204
LMDH.
Semester IV Tahun 2021 Untuk program Perhutanan Sosial di KPH Banten telah terbit SK
Perhutanan sosial dengan skema Kulin KK Sebanyak 22 surat Keputusan yang memberikan
akses pemanfaatan terhadap sumber daya hutan bagi MDH berupa, pemanfaatan dibawah
tegakan dengan budidaya tanaman tahunan dalam sistem Perhutanan Sosial.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan yang diuraikan di atas, maka terdapat
beberapa rumusan permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut:
7. 1. Bagaimanakah pengaruh faktor teknis terhadap keberlanjutan multiusaha kehutan
Perhutani KPH Banten ?
2. Bagaimanakah pengaruh faktor sosial terhadap keberlanjutan multiusaha kehutan
Perhutani KPH Banten ?
3. Bagaimanakah pengaruh faktor ekonomi terhadap keberlanjutan multiusaha kehutan
Perhutani KPH Banten ?
Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk menganalisis seberapa besar pengaruh dari varibel-varibel
faktor teknis, faktor sosial, dan faktor ekonomi terhadap keberlanjutan kegiatan multiusaha
kehutanan Perhutani KPH Banten dengan berbagai indikator-indikator dari masing-masing
variabel.
METODE
Jenis dan Sumber Data
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer diperoleh dari data
terdahulu para responden petani, serta hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian dan data
sekunder diperoleh dari berbagai sumber seperti penelitian terdahulu, hasil studi pustaka, dan
laporan serta dokumen dari berbagai instansi yang berhubungan dengan bidang penelitian.
Metode penelitian yang digunakan meliputi: metode deskriptif kualitatif dengan sampel yang
diambil secara proportional random sampling sebanyak 50 responden. Jumlah responden
tersebut telah memenuhi persyaratan sebagaimana yang dinyatakan oleh Wiyono (2011)
menyebutkan jumlah sampel minimal untuk melakukan analisis SEM dengan program
SmartPLs 2.0 M3 adalah 30 orang. Terdapat dua jenis pendekatan untuk melakukan analisis
SEM yaitu SEM berbasis varian atau disebut SEM Partial Least Square (SEM-PLS) dan SEM
berbasis covariance (SEM-B) (Ruhimat, 2015).
Variabel Penelitian
Adapun variabel yang berpengaruh pada multiusaha kehutanan di Perum Perhutani KPH
Banten dan dianalisis dengan software smartpls yaitu :
8. Variabel pertama adalah Faktor Teknis yang bertujuan untuk menilai aktifitas pengelolaan
lahan hutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten di lapangan dengan melihat aspek
teknis dalam kegiatan usahatani yang dapat dilihat melalui indikator –indikatornya. Beberapa
indikator yang termasuk Faktor Teknis antara lain :
a) pola tanam (X1.1),
b) jenis komoditi (X1.2),
c) pengolahan tanah (X1.3),
d) ketersediaan air irigasi (X1.4) dan
e) pengelolaan hama dan penyakit (X1.5).
Variabel kedua adalah Faktor Sosial yang terdiri dari sepuluh indikator antara lain :
a) kebijakan Perhutani (X2.1),
b) kebijakan Pemerintah (X2.2),
c) peran tenaga pendamping masyarakat (X2.3),
d) peran penyuluh kehutanan dan pertanian (X2.4),
e) peran tokoh masyarakat (kokolot) (X2.5),
f) peran petugas lapangan Perhutani (X2.6),
g) akses informasi (X2.7),
h) pendidikan formal petani (X2.8),
i) usia petani (X2.9), dan
j) jumlah tanggungan keluarga (X2.10).
Variabel yang ketiga adalah faktor ekonomi yang dapat dinilai melalui lima indikator antara
lain :
a) kemampuan petani menyediakan pupuk alami (X3.1),
b) penggunaan teknologi pertanian (X3.2),
c) akses pasar (X3.3),
d) luas garapan (X3.4) dan
e) ketersediaan obat-obatan dan pestisida (X3.5).
Variabel keempat adalah keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten yang
dapat dilihat melalui sembilan indikator antara lain :
a) peningkatan jumlah sarana dan prasarana (Y1),
b) konflik masyarakat (Y2),
9. c) pendapatan multiusaha kehutanan (Y3),
d) kesuburan tanah (Y4),
e) bencana alam (Y5),
f) kerjasama kelompok (Y6),
g) ilegalogging (Y7), dan
h) partisipasi petani dalam usahatani (Y8) dan
i) Partisipasi masyarakat dalam menjaga hutan (Y9).
Analisis Data
Analisis deskriptif merupakan upaya untuk mengumpulkan data, merumuskan dan
mengklasifikasikannya sehingga akan memberi gambaran atau keterangan yang jelas tentang
masalah penelitian (Winarno 2002). Analisis statistik deskriptif dilaksanakan melalui beberapa
tahapan:
1. Penyajian data variabel X1, X2, X3 dan Y dengan metode tabulasi
2. Penentuan kecenderungan nilai responden untuk masing-masing variabel yang
dikelompokkan kedalam 5 (kelas) kelas kriteria masing-masing adalah: (1) sangat
rendah (2) rendah (3) sedang (4) tinggi (5) sangat tinggi.
Selain analisis deskriptif, dilakukan juga analisis SEM, Uji Validitas dan Uji Reabilitas
menggunakan software SmartPLS. Model evaluasi PLS berdasarkan pada pengukuran prediksi
yang mempunyai sifat non-parametrik. Oleh karena itu, model evaluasi PLS dilakukan dengan
menilai outer model, inner model dan pengujian Hipotesis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis outer model maka dapat dijelaskan bahwa Faktor Teknis dalam
penelitian yang menggunakan lima indikator menunjukan bahwa terdapat empat indikator yang
valid yaitu meliputi pola tanam (X1.1), pengolahan tanah (X1.3), ketersediaan air irigasi (X1.4),
dan pengelolaan hama dan penyakit (X1.5). Adapun indikator yang tidak valid adalah indikator
jenis komoditi (X1.2) karena nilai nilai outer loadingnya < 0,7 yang berarti indikator jenis
komoditi kurang berpengaruh terhadap variabel konstruksinya.
Faktor sosial dalam penelitian ini menggunakan sepuluh indikator dan yang valid adalah
sebanyak delapan indikator meliputi kebijakan Perhutani (X2.1), peran tenaga pendamping
10. masyarakat (X2.3), peran tokoh masyarakat (kokolot) (X2.5), peran petugas lapangan Perhutani
(X2.6), akses informasi (X2.7), pendidikan formal petani (X2.8), usia petani (X2.9), dan jumlah
tanggungan keluarga (X2.10). Indikator yang tidak valid adalah dua indikator yaitu Kebijakan
Pemerintah (X2.2) dan Peran Penyuluh Kehutanan dan Pertanian (X2.4), karena nilai nilai outer
loading kedua indikator < 0,7 yang berarti indikator kebijakan Pemerintah (X2.2), peran
penyuluh kehutanan dan pertanian (X2.4) kurang berpengaruh terhadap variabel konstruknya.
Faktor ekonomi dalam penelitian ini menggunakan lima indikator dan yang valid
digunakan sebagai pengukur faktor ekonomi adalah lima indikator yaitu kemampuan petani
menyediakan pupuk alami (X3.1), penggunaan teknologi pertanian (X3.2), akses pasar (X3.3),
luas garapan (X3.4) dan Ketersediaan obat-obatan dan pestisida (X3.5). Indikator yang tidak
valid adalah tidak ada karena nilai outer loadingnya > 0,7.
Keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten direfleksikan melalui
sembilan indikator dan indikator yang valid terdapat empat indikator yang bisa digunakan
sebagai pengukur keberlanjutan multiusaha kehutanannya yaitu pendapatan multiusaha
kehutanan (Y3), kesuburan tanah (Y4), kerjasama kelompok (Y6), dan partisipasi petani dalam
usahatani (Y8). Indikator yang tidak valid sebanyak lima indikator yaitu indikator peningkatan
jumlah sarana dan prasarana (Y1), konflik masyarakat (Y2), bencana alam (Y5), illegal logging
(Y7), dan partisipasi petani dalam menjaga hutan (Y9). karena nilai outer loadingnya < 0,7 yang
berarti indikator-indikator tersebut kurang berpengaruh terhadap variabel konstruknya. Data
berikut dapat dilihat dalam Lampiran 1.
Hasil evaluasi koefisien jalur menunjukkan adanya hubungan positif antara faktor
teknis (X1) terhadap keberlanjutan kegiatan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten (Y),
faktor sosial (X2) terhadap keberlanjutan kegiatan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH
Banten (Y) dan faktor ekonomi (X3) terhadap keberlanjutan kegiatan Multiusaha Kehutanan
Perhutani KPH Banten (Y) berdasarkan nilai koefisien jalur yang bernilai positif dari masing-
masing variabel yaitu (0,490), (0,083) dan (0,303), dengan koefisien determinan/R-square (R2)
sebesar 0,536. Hasil analisis dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
11. Gambar 1 Model Struktural
Nilai R-square (R2) menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut mampu
menjelaskan variabel keberlanjutan kegiatan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten
sebesar 53,6%, sedangkan sisanya sebesar 46,4% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
Pengujian hipotesis masing-masing jalur yang terbentuk dalam model dengan resampling
bootstrapping yaitu dengan uji statistik t (t- test) diuraikan pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)
Original
Sample (O)
Standard
Deviation
(STDEV)
Standard
Error
(STERR)
T Statistics
(O/STERR)
Keterangan
(tstatistik/
t-tabel α5%)
X1 → Y 0,490 0,490 0,131 3,752 Signifikan
X2 → Y 0,083 0,099 0,189 0,442 Tidak signifikan
X3 → Y 0,303 0,292 0,096 3,172 Signifikan
Keterangan : α 5% : Nilai t tabel pada tingkat kepercayaan 5% adalah 1,995
Berdasarkan Tabel 6 tentang hubungan antara variabel dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1. Variabel faktor teknis (X1)
12. Koefisien parameter jalur yang diperoleh dari hubungan antara variabel faktor teknis
(X1) dengan keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten (Y) sebesar
0,490 dengan nilai T-statistik 3,752 > 1,995 pada taraf signifikansi = 0,05 (5%) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor teknis dengan
keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten. Nilai positif pada koefisien
parameter artinya adalah semakin baik pengelolaan faktor teknis maka keberlanjutan
pengelolaan kegiatan semakin meningkat terlihat dari indikator- indikator pengukurnya
(pola tanam, pengolahan tanah, ketersediaan air irigasi, dan pengelolaan hama dan
penyakit). Sehingga hipotesis faktor teknis berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten
2. Variabel faktor sosial (X2)
Koefisien parameter jalur yang diperoleh dari hubungan antara variabel faktor teknis
(X1) dengan keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten (Y) sebesar
0,083 dengan nilai T-statistik 0,442 < 1,995 pada taraf signifikansi = 0,05 (5%) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor sosial dengan
keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten. Nilai positif pada koefisien
parameter artinya adalah semakin baik pengelolaan faktor sosial maka keberlanjutan
pengelolaan kegiatan semakin meningkat terlihat dari indikator- indikator pengukurnya
(kebijakan Perhutani, peran tenaga pendamping masyarakat, peran tokoh masyarakat
(kokolot), peran Petugas Lapangan Perhutani, akses informasi, pendidikan formal petani,
usia petani, dan jumlah tanggungan keluarga). Sehingga hipotesis faktor sosial berpengaruh
positif akan tetapi tidak signifikan terhadap keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani
KPH Banten
3. Variabel faktor ekonomi (X1)
Koefisien parameter jalur yang diperoleh dari hubungan antara variabel faktor teknis
(X1) dengan keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten (Y) sebesar
0,303 dengan nilai T-statistik 3,172 > 1,995 pada taraf signifikansi = 0,05 (5%) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor teknis dengan
keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten. Nilai positif pada koefisien
parameter artinya adalah semakin baik pengelolaan faktor ekonomi maka keberlanjutan
pengelolaan kegiatan semakin meningkat terlihat dari indikator - indikator pengukurnya
(kemampuan petani menyediakan pupuk alami, penggunaan teknologi pertanian, akses
pasar, luas garapan dan Ketersediaan obat-obatan dan pestisida). Sehingga hipotesis faktor
13. ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberlanjutan Multiusaha Kehutanan
Perhutani KPH Banten.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh positif yang signifikan antara Faktor Teknis (pola tanam, pengolahan
tanah, ketersediaan air irigasi, dan pengelolaan hama dan penyakit) dan Faktor Ekonomi
(kemampuan petani menyediakan pupuk alami, penggunaan teknologi pertanian, akses
pasar, luas garapan dan Ketersediaan obat-obatan dan pestisida) terhadap keberlanjutan
Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten. Sementara Faktor Sosial (kebijakan
Perhutani, peran tenaga pendamping masyarakat, peran tokoh masyarakat (kokolot), peran
Petugas Lapangan Perhutani, akses informasi, pendidikan formal petani, usia petani, dan
jumlah tanggungan keluarga) meskipun berpengaruh positif akan tetapi tidak berpengaruh
signifikan terhadap keberlanjutan multiusaha kehutanan. Indikator-indikator dalam
variabel Faktor Sosial yang tidak berpengaruh terhadap keberlanjutan multiusaha
kehutanan ini diprediksi kemungkinan karena ketergantungan jawaban dari kuisener,
termasuk juga dinamika sosial yang memang selalu terjadi fluktuasi yang tidak bisa
diprediksi. Sedangkan varibel Keberlanjutan Multiusaha Kehutanan yang semula
dirancang ada sembilan indikator berdasarkan analisis outler model menunjukan bahwa
sebanyak 5 indikator yang tidak valid diprediksi akibat dari ketidak konsistenan atau
kurang pemahaman dari responden sehingga berpengaruh pada nilai validitas.
Dengan demikian guna keberlanjutan multiusaha kehutanan di Perum Perhutani KPH
Banten dapat dikembangkan dengan memperhatikan variable-varibel dan indikator-
indaktor diatas.
SARAN DAN REKOMENDASI
Guna mematangkan lebih dalam dan mengetahui pengaruh keberlanjutan multiusaha
kehutanan, perlu dilakukan riset lebih komprehensif terhadap indikator-indikator yang
merupakan varibel Faktor Sosial dengan responden yang lebih besar dan beragam untuk
mengetahui lebih jauh sebab pengaruh positif nya tidak menyebabkan pengaruh yang
signifikan terhadap keberlanjutan multiusaha kehutanan di Perum Perhutani KPH Banten.
14. DAFTAR PUSTAKA
Winarno B. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta (ID): Media Press.
Laporan Manajemen Triwulan IV tahun 2021 KPH Banten
Peraturan Pemerintah No : 23 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan
Desi Indrasari, Christine Wulandari, Afif Bintoro, Pengembangan Potensi Hasil Hutan Bukan
Kayu oleh Kelompok Sadar Hutan Lestari Wana Agung di Register 22 Way Waya
Kabupaten Lampung Tengah, Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung,
Jurnal Sylva Lestari ISSN 2339-0913, Vol. 5 No.1, Januari 2017 (81-91)
Ruhimat, I. S. (2015). Tingkat motivasi petani dalam penerapan sistem agroforestry. Jurnal
Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 12(2), 29159.