SlideShare a Scribd company logo
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERLANJUTAN MULITUSAHA KEHUTANAN DI
PERHUTANI KPH BANTEN
NOOR ROCHMAN
E1601211012
PROGRAM STUDI ILMU PENGELOLAAN HUTAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2022
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2010 menyatakan bahwa Kawasan Hutan
Produksi dan Hutan Lindung di Pulau Jawa dan Madura diberikan kewenangan
pengelolaannnya oleh Badan Usaha Milik Negara yaitu Perusahaan Umum Kehutanan Negara
(Perum Perhutani). Perum Perhutani yang wilayah kerjanya seluas 2,4 juta Hektar terbagi
menjadi 3 (tiga) Divisi Regional, yaitu Divisi Regional Jawa Tengah, Divisi Regional Jawa
Timur dan Divisi Regional Jawa Barat dan Banten. Dalam pengelolaan Kawasan hutan yang
lebih detail maka Perum Perhutani telah membagi unit pengelolaannya menjadi KPH/Kesatuan
Pemangkuan Hutan yang terdiri dari 57 KPH.
Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan Banten (KPH Banten) merupakan salah satu
unit pengelolaan hutan di Perum Perhutani sebagai BUMN pengelola hutan. Berdasarkan
laporan manajemen KPH Banten tahun 2021 menyatakan bahwa : Perum Perhutani KPH
Banten merupakan salah satu Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) di Wilayah Perum Perhutani
Divisi Regional Jawa Barat dan Banten dengan Luas wilayah KPH Banten 79.483,45 Ha terdiri
dari 3 (tiga) Kelas Perusahaan (KP) yaitu, KP Jati seluas 41.108,27 Ha (51,72%), KP Mahoni
seluas 14.844,44 Ha (18,68 %) dan KP Accacia Mangium 23.533,74 Ha (29,60 %). Potensi
Kawasan hutan KPH Banten selain dari potensi kayu juga non kayu seperti Getah Pinus, Daun
Kayu Putih termasuk potensi agroforestry.
Dengan terbitnya Undang-undang Cipta Kerja Nomor 11 tahun 2016 dan telah dibuat juga
Peraturan turunannya diantaranya berupa Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2021 tentang
Penyelenggaan Kehutanan maka terjadi perubahan kebijakan dalam sektor pengelolaan
kehutanan. Pada PP No 23 tahun 2021 tersebut diantaranya menyatakan bahwa pada pasal 132
“pemegang perizinan berusaha pemanfaatan hutan pada hutan lindung dilakukan dengan
multiusaha kehutanan yang salah satu nya adalah pemanfaatan jasa lingkungan”. Selanjutnya
pada pasal 141 ayat 2b dan pasal 143 menyatakan bahwa “pemanfaatan hutan pada hutan
produksi melalui kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan, serta pada pasal 149 nya disebutkan
bahwa “ kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan pemegang perizinan berusaha pemanfaatan
hutan pada hutan produksi”. Pada pasal 206 nya berbunyi “ pemanfaatan jasa lingkungan
sebagai kegiatan pengembangan usaha perhutanan social”.
Berdasarkan pengelolaan Kawasan hutan KPH Banten ini, salah satu hal yang akan dibahas
adalah pengelolaan agroforestry yang sedang dikembangkan di 214 desa hutan yang tersebar
di 5(lima) kota/kabupaten yang terletak di Propinsi Banten. Potensi agroforestry KPH Banten
terdiri dari berbagai macam komoditas, diantara nya adalah Padi, Jagung, Durian, Kelapa,
Cengkeh, Kopi dan lain-lain.
Berdasarkan wilayah administratif Kabupaten/Kota KPH Banten berada di 5 Kabupaten /Kota
yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tanggerang
dan Kota Cilegon. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel. 1 Luas berdasarkan wilayah administratif
No Kab/Kota Fungsi Hutan (Ha) Jumlah
HL HP HPT
1 2 3 4 5 6
1 Kota Cilegon 361,72 153,28 - 515,00
2 Kabupaten Lebak 5.162,79 13.349,58 18.737,13 37.249,50
3 Kabupaten Pandeglang 2.717,17 26.662,27 5.406,29 34.785,73
4 Kabupaten Serang 868,20 1.145,03 3.568,44 5.581,67
5 Kabupaten Tanggerang 1.351,55 - - 1.351,55
Total 10.461,43 41.310,16 27.711,86 79.483,45
Adapun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan agroforestry di KPH Banten ini,
diantaranya belum tercapainya target pendapatan yang telah ditentukan dalam RKAP tahun
2021. Dalam RKAP tahun 2021 target pendapatan agroforestry direncanakan sebesar Rp.
1.704.404, namun demikian sampai dengan akhir tahun 2021 hanya tercapai Rp, 620.469.000,.
Secara geografis wilayah KPH Banten terletak pada 553’16,8” s/d 70’54” Lintang Selatan
dan 10537’44,4” s/d 10624’54” Bujur Timur. Ditinjau dari kondisi topografi lahan kawasan
hutan KPH Banten tergolong dalam tipe hutan pegunungan dan tipe hutan dataran rendah,
hutan pegunungan sebagian besar berada di sebelah Selatan dan Timur sedangkan hutan
dataran rendah tersebar di sebelah Barat. Pada umumnya bentuk lapangan berbukit- bukit dan
bergelombang.
Keadaan tanah di kawasan hutan KPH Banten menurut T.W.G Domes et al (1955) terdapat 5
macam,yaitu : aluvial, litosol, regosol, grumusol dan mediteran, seperti terdapat pada tabel
berikut.
Tabel 2. Jenis tanah di KPH Banten
No No Code Macam Tanah Bahan Induk Fisiografi
1 2 3 4 5
1 Aluvial 8 Asosiasi aluvial kelabu dan aluvial coklat kelabu Endapan liat pasir Dataran
2 Litosal 18 Kompleks litosal Mediteran dan rensina Campuran batu
Bukit
lipatan
3 Regosol 25 Kompleks regosol/kelabu dan grumosol kelabu tua
Batu kapur dan
napal
Bukit
lipatan
4
Grumosol
33
Grumosol kelabu Endapan lipat Dataran
5 35 Grumosol kelabu tua Endapan lipat Dataran
6 37 Grumosol kelabu tua
Batu kapur dan
napal
Bukit
lipatan
7 40
Asosiasi grumosol coklat ke- kelabuan dan grumosol
keabu- abuan
Napal lunak
Bukit
lipatan
8 Mediteran
Asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
coklat kekuningan
Batu liat
Bukit
lipatan
Tanah-tanah ini berasal dari endapan kapur, tanah liat/lempung dan napal. Tanah dengan bahan
induk berkapur dan berlempung yang hampir selalu infermiable (kedap air), dengan pemuaian
dan pengerutan yang tinggi, merupakan sifat fisik yang jelek dan tidak baik untuk jalan mobil.
Berdasarkan BPS Propinsi Banten, jumlah penduduk di wilayah Kabupaten/ Kota di Provinsi
Banten pada tahun 2019 dan 2020 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3. Jumlah Penduduk di Provinsi Banten Tahun 2019 dan 2020
Kab/Kota
Jumlah Penduduk
2019 2020
1 2 3
Kota Tangerang Selatan 1.747.906 1.354.530
Kota Tangerang 2.229.901 1.895.486
Kota Serang 688.603 692101
Kota Cilegon 437.205 434.896
Kab Tangerang 3.800.787 3.245.619
Kab Serang 1.508.397 1622630
Kab Pandeglang 1.211.909 1.272.687
Kab Lebak 1.302.608 1.386.793
Jumlah 12.927.316 11.904.742
Adapun kepadatan penduduk per kabupaten / kota di provinsi Banten pada tahun 2019 dan
2020 sebagai berikut :
Tabel 4. Kepadatan Penduduk di Provinsi Banten Tahun 2019 dan 2020
Kab/Kota
Kepadatan Penduduk
2019 2020
1 2 3
Kota Tangerang Selatan 11.875 9.201
Kota Tangerang 14.486 12.314
Kota Serang 2.582 2595
Kota Cilegon 2.491 2.478
Kab Tangerang 3.756 3.208
Kab Serang 870 936
Kab Pandeglang 441 463
Kab Lebak 380 405
Jumlah 1.338 1.232
Untuk angkatan Kerja di wilayah Provinsi Banten berdasarkan data dari BPS Provinsi Banten
adalah seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 5. Angkatan Kerja di Provinsi Banten Tahun 2019 dan 2020
Kabupaten/Kota
Angkatan Kerja
Bekerja Pengangguran Terbuka Jumlah
2019 2020 2019 2020 2019 2020
Kab Pandeglang 483 947 481 092 45 955 48 470 529 902 529 562
Kab Lebak 553 290 596 379 47 857 63 527 601 147 659 906
Kab Tangerang 1 651 254 1 596 938 161 671 239 788 1 812 925 1 836 726
Kab Serang 618 820 614 320 73 256 85 538 692 076 699 858
Kota Tangerang 1 026 031 1 030 255 78 859 97 344 1 104 890 1 127 599
Kota Cilegon 182 473 178 699 19 475 25 976 201 948 204 675
Kota Serang 285 989 292 638 25 097 29 846 311 086 322 484
Kota Tangerang Selatan 750 650 761 851 37 655 70 572 788 305 832 423
Provinsi Banten 5 552 454 5 552 172 489 825 661 061 6 042 279 6 213 233
Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Laporan Manajemen Perum Perhutani KPH
Banten tahun 2021, maka dapat diambil kesimpulan hasil analisa Studi Dampak Sosial (SDS)
yang dilaksanakan beberapa tahun kebelakang, antara lain sebagai berikut :
1. Dari sisi perekonomian masyarakat desa yang mempunyai keterkaitan pekerjaan
dengan hutan lebih sedikit dari pada mata pencahariannya tidak terkait hutan.
2. Pendapatan masyarakat pertahunnya yang berasal dari hutan jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan berasal dari luar hutan.
3. Dari jumlah 214 desa yang mempunyai petak pangkuan telah terbentuk LMDH
sebanyak 204 LMDH. Namun 90% KTH masih belum mengakar dan belum mewakili
gambaran masyarakat secara menyeluruh.
4. Semua desa telah mempunyai fasilitas kesehatan terutama Puskesmas dan Bidan.
5. Sejumlah 40% wilayah desa masih mengalami kesulitan air pada musim kemarau.
6. Rata-rata desa yang mempunyai MCK baik adalah 70%, sedangkan 30% memiliki
kondisi MCK yang masih buruk.
7. Penyakit penyebab virus dan bakteri rata-rata hanya flu. Sedangkan kolera muntaber
dan disentri, demam berdarah tidak begitu sering terjadi.
8. Tidak dijumpai penyakit akbat kekurangan gizi.
9. Masih dijumpai warga yang buta aksara di semua desa ada.
Dengan adanya beberapa permasalahan yang timbul di masyarakat, baik perekonomian desa,
kelembagaan, ketenagakerjaan, sosial budaya, sengketa/konflik dengan unit manajemen,
kesehatan, pendidikan, serta persepsi terhadap unit manajemen, maka Perum Perhutani KPH
Banten dapat segera ikut andil dalam menyelesaikan permasalahan tersebut melalui kegiatan
Pengolahan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) atau Perhutanan Sosial. Program ini lebih
disesuaikan dengan karakteristik masing- masing wilayah dengan mengutamakan peningkatan
taraf hidup, tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan di sekitar hutan serta membangun
sinergitas dengan para pihak, khususnya dengan Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kecamatan
dan Desa/Kelurahan. Jumlah Desa sekitar hutan yang ada diwilayah KPH Banten sebanyak
214 Desa dan telah terbentuk Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) sebanyak 204
LMDH.
Semester IV Tahun 2021 Untuk program Perhutanan Sosial di KPH Banten telah terbit SK
Perhutanan sosial dengan skema Kulin KK Sebanyak 22 surat Keputusan yang memberikan
akses pemanfaatan terhadap sumber daya hutan bagi MDH berupa, pemanfaatan dibawah
tegakan dengan budidaya tanaman tahunan dalam sistem Perhutanan Sosial.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan yang diuraikan di atas, maka terdapat
beberapa rumusan permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh faktor teknis terhadap keberlanjutan multiusaha kehutan
Perhutani KPH Banten ?
2. Bagaimanakah pengaruh faktor sosial terhadap keberlanjutan multiusaha kehutan
Perhutani KPH Banten ?
3. Bagaimanakah pengaruh faktor ekonomi terhadap keberlanjutan multiusaha kehutan
Perhutani KPH Banten ?
Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk menganalisis seberapa besar pengaruh dari varibel-varibel
faktor teknis, faktor sosial, dan faktor ekonomi terhadap keberlanjutan kegiatan multiusaha
kehutanan Perhutani KPH Banten dengan berbagai indikator-indikator dari masing-masing
variabel.
METODE
Jenis dan Sumber Data
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer diperoleh dari data
terdahulu para responden petani, serta hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian dan data
sekunder diperoleh dari berbagai sumber seperti penelitian terdahulu, hasil studi pustaka, dan
laporan serta dokumen dari berbagai instansi yang berhubungan dengan bidang penelitian.
Metode penelitian yang digunakan meliputi: metode deskriptif kualitatif dengan sampel yang
diambil secara proportional random sampling sebanyak 50 responden. Jumlah responden
tersebut telah memenuhi persyaratan sebagaimana yang dinyatakan oleh Wiyono (2011)
menyebutkan jumlah sampel minimal untuk melakukan analisis SEM dengan program
SmartPLs 2.0 M3 adalah 30 orang. Terdapat dua jenis pendekatan untuk melakukan analisis
SEM yaitu SEM berbasis varian atau disebut SEM Partial Least Square (SEM-PLS) dan SEM
berbasis covariance (SEM-B) (Ruhimat, 2015).
Variabel Penelitian
Adapun variabel yang berpengaruh pada multiusaha kehutanan di Perum Perhutani KPH
Banten dan dianalisis dengan software smartpls yaitu :
Variabel pertama adalah Faktor Teknis yang bertujuan untuk menilai aktifitas pengelolaan
lahan hutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten di lapangan dengan melihat aspek
teknis dalam kegiatan usahatani yang dapat dilihat melalui indikator –indikatornya. Beberapa
indikator yang termasuk Faktor Teknis antara lain :
a) pola tanam (X1.1),
b) jenis komoditi (X1.2),
c) pengolahan tanah (X1.3),
d) ketersediaan air irigasi (X1.4) dan
e) pengelolaan hama dan penyakit (X1.5).
Variabel kedua adalah Faktor Sosial yang terdiri dari sepuluh indikator antara lain :
a) kebijakan Perhutani (X2.1),
b) kebijakan Pemerintah (X2.2),
c) peran tenaga pendamping masyarakat (X2.3),
d) peran penyuluh kehutanan dan pertanian (X2.4),
e) peran tokoh masyarakat (kokolot) (X2.5),
f) peran petugas lapangan Perhutani (X2.6),
g) akses informasi (X2.7),
h) pendidikan formal petani (X2.8),
i) usia petani (X2.9), dan
j) jumlah tanggungan keluarga (X2.10).
Variabel yang ketiga adalah faktor ekonomi yang dapat dinilai melalui lima indikator antara
lain :
a) kemampuan petani menyediakan pupuk alami (X3.1),
b) penggunaan teknologi pertanian (X3.2),
c) akses pasar (X3.3),
d) luas garapan (X3.4) dan
e) ketersediaan obat-obatan dan pestisida (X3.5).
Variabel keempat adalah keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten yang
dapat dilihat melalui sembilan indikator antara lain :
a) peningkatan jumlah sarana dan prasarana (Y1),
b) konflik masyarakat (Y2),
c) pendapatan multiusaha kehutanan (Y3),
d) kesuburan tanah (Y4),
e) bencana alam (Y5),
f) kerjasama kelompok (Y6),
g) ilegalogging (Y7), dan
h) partisipasi petani dalam usahatani (Y8) dan
i) Partisipasi masyarakat dalam menjaga hutan (Y9).
Analisis Data
Analisis deskriptif merupakan upaya untuk mengumpulkan data, merumuskan dan
mengklasifikasikannya sehingga akan memberi gambaran atau keterangan yang jelas tentang
masalah penelitian (Winarno 2002). Analisis statistik deskriptif dilaksanakan melalui beberapa
tahapan:
1. Penyajian data variabel X1, X2, X3 dan Y dengan metode tabulasi
2. Penentuan kecenderungan nilai responden untuk masing-masing variabel yang
dikelompokkan kedalam 5 (kelas) kelas kriteria masing-masing adalah: (1) sangat
rendah (2) rendah (3) sedang (4) tinggi (5) sangat tinggi.
Selain analisis deskriptif, dilakukan juga analisis SEM, Uji Validitas dan Uji Reabilitas
menggunakan software SmartPLS. Model evaluasi PLS berdasarkan pada pengukuran prediksi
yang mempunyai sifat non-parametrik. Oleh karena itu, model evaluasi PLS dilakukan dengan
menilai outer model, inner model dan pengujian Hipotesis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis outer model maka dapat dijelaskan bahwa Faktor Teknis dalam
penelitian yang menggunakan lima indikator menunjukan bahwa terdapat empat indikator yang
valid yaitu meliputi pola tanam (X1.1), pengolahan tanah (X1.3), ketersediaan air irigasi (X1.4),
dan pengelolaan hama dan penyakit (X1.5). Adapun indikator yang tidak valid adalah indikator
jenis komoditi (X1.2) karena nilai nilai outer loadingnya < 0,7 yang berarti indikator jenis
komoditi kurang berpengaruh terhadap variabel konstruksinya.
Faktor sosial dalam penelitian ini menggunakan sepuluh indikator dan yang valid adalah
sebanyak delapan indikator meliputi kebijakan Perhutani (X2.1), peran tenaga pendamping
masyarakat (X2.3), peran tokoh masyarakat (kokolot) (X2.5), peran petugas lapangan Perhutani
(X2.6), akses informasi (X2.7), pendidikan formal petani (X2.8), usia petani (X2.9), dan jumlah
tanggungan keluarga (X2.10). Indikator yang tidak valid adalah dua indikator yaitu Kebijakan
Pemerintah (X2.2) dan Peran Penyuluh Kehutanan dan Pertanian (X2.4), karena nilai nilai outer
loading kedua indikator < 0,7 yang berarti indikator kebijakan Pemerintah (X2.2), peran
penyuluh kehutanan dan pertanian (X2.4) kurang berpengaruh terhadap variabel konstruknya.
Faktor ekonomi dalam penelitian ini menggunakan lima indikator dan yang valid
digunakan sebagai pengukur faktor ekonomi adalah lima indikator yaitu kemampuan petani
menyediakan pupuk alami (X3.1), penggunaan teknologi pertanian (X3.2), akses pasar (X3.3),
luas garapan (X3.4) dan Ketersediaan obat-obatan dan pestisida (X3.5). Indikator yang tidak
valid adalah tidak ada karena nilai outer loadingnya > 0,7.
Keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten direfleksikan melalui
sembilan indikator dan indikator yang valid terdapat empat indikator yang bisa digunakan
sebagai pengukur keberlanjutan multiusaha kehutanannya yaitu pendapatan multiusaha
kehutanan (Y3), kesuburan tanah (Y4), kerjasama kelompok (Y6), dan partisipasi petani dalam
usahatani (Y8). Indikator yang tidak valid sebanyak lima indikator yaitu indikator peningkatan
jumlah sarana dan prasarana (Y1), konflik masyarakat (Y2), bencana alam (Y5), illegal logging
(Y7), dan partisipasi petani dalam menjaga hutan (Y9). karena nilai outer loadingnya < 0,7 yang
berarti indikator-indikator tersebut kurang berpengaruh terhadap variabel konstruknya. Data
berikut dapat dilihat dalam Lampiran 1.
Hasil evaluasi koefisien jalur menunjukkan adanya hubungan positif antara faktor
teknis (X1) terhadap keberlanjutan kegiatan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten (Y),
faktor sosial (X2) terhadap keberlanjutan kegiatan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH
Banten (Y) dan faktor ekonomi (X3) terhadap keberlanjutan kegiatan Multiusaha Kehutanan
Perhutani KPH Banten (Y) berdasarkan nilai koefisien jalur yang bernilai positif dari masing-
masing variabel yaitu (0,490), (0,083) dan (0,303), dengan koefisien determinan/R-square (R2)
sebesar 0,536. Hasil analisis dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Model Struktural
Nilai R-square (R2) menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut mampu
menjelaskan variabel keberlanjutan kegiatan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten
sebesar 53,6%, sedangkan sisanya sebesar 46,4% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
Pengujian hipotesis masing-masing jalur yang terbentuk dalam model dengan resampling
bootstrapping yaitu dengan uji statistik t (t- test) diuraikan pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)
Original
Sample (O)
Standard
Deviation
(STDEV)
Standard
Error
(STERR)
T Statistics
(O/STERR)
Keterangan
(tstatistik/
t-tabel α5%)
X1 → Y 0,490 0,490 0,131 3,752 Signifikan
X2 → Y 0,083 0,099 0,189 0,442 Tidak signifikan
X3 → Y 0,303 0,292 0,096 3,172 Signifikan
Keterangan : α 5% : Nilai t tabel pada tingkat kepercayaan 5% adalah 1,995
Berdasarkan Tabel 6 tentang hubungan antara variabel dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1. Variabel faktor teknis (X1)
Koefisien parameter jalur yang diperoleh dari hubungan antara variabel faktor teknis
(X1) dengan keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten (Y) sebesar
0,490 dengan nilai T-statistik 3,752 > 1,995 pada taraf signifikansi = 0,05 (5%) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor teknis dengan
keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten. Nilai positif pada koefisien
parameter artinya adalah semakin baik pengelolaan faktor teknis maka keberlanjutan
pengelolaan kegiatan semakin meningkat terlihat dari indikator- indikator pengukurnya
(pola tanam, pengolahan tanah, ketersediaan air irigasi, dan pengelolaan hama dan
penyakit). Sehingga hipotesis faktor teknis berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten
2. Variabel faktor sosial (X2)
Koefisien parameter jalur yang diperoleh dari hubungan antara variabel faktor teknis
(X1) dengan keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten (Y) sebesar
0,083 dengan nilai T-statistik 0,442 < 1,995 pada taraf signifikansi = 0,05 (5%) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor sosial dengan
keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten. Nilai positif pada koefisien
parameter artinya adalah semakin baik pengelolaan faktor sosial maka keberlanjutan
pengelolaan kegiatan semakin meningkat terlihat dari indikator- indikator pengukurnya
(kebijakan Perhutani, peran tenaga pendamping masyarakat, peran tokoh masyarakat
(kokolot), peran Petugas Lapangan Perhutani, akses informasi, pendidikan formal petani,
usia petani, dan jumlah tanggungan keluarga). Sehingga hipotesis faktor sosial berpengaruh
positif akan tetapi tidak signifikan terhadap keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani
KPH Banten
3. Variabel faktor ekonomi (X1)
Koefisien parameter jalur yang diperoleh dari hubungan antara variabel faktor teknis
(X1) dengan keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten (Y) sebesar
0,303 dengan nilai T-statistik 3,172 > 1,995 pada taraf signifikansi = 0,05 (5%) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor teknis dengan
keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten. Nilai positif pada koefisien
parameter artinya adalah semakin baik pengelolaan faktor ekonomi maka keberlanjutan
pengelolaan kegiatan semakin meningkat terlihat dari indikator - indikator pengukurnya
(kemampuan petani menyediakan pupuk alami, penggunaan teknologi pertanian, akses
pasar, luas garapan dan Ketersediaan obat-obatan dan pestisida). Sehingga hipotesis faktor
ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberlanjutan Multiusaha Kehutanan
Perhutani KPH Banten.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh positif yang signifikan antara Faktor Teknis (pola tanam, pengolahan
tanah, ketersediaan air irigasi, dan pengelolaan hama dan penyakit) dan Faktor Ekonomi
(kemampuan petani menyediakan pupuk alami, penggunaan teknologi pertanian, akses
pasar, luas garapan dan Ketersediaan obat-obatan dan pestisida) terhadap keberlanjutan
Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten. Sementara Faktor Sosial (kebijakan
Perhutani, peran tenaga pendamping masyarakat, peran tokoh masyarakat (kokolot), peran
Petugas Lapangan Perhutani, akses informasi, pendidikan formal petani, usia petani, dan
jumlah tanggungan keluarga) meskipun berpengaruh positif akan tetapi tidak berpengaruh
signifikan terhadap keberlanjutan multiusaha kehutanan. Indikator-indikator dalam
variabel Faktor Sosial yang tidak berpengaruh terhadap keberlanjutan multiusaha
kehutanan ini diprediksi kemungkinan karena ketergantungan jawaban dari kuisener,
termasuk juga dinamika sosial yang memang selalu terjadi fluktuasi yang tidak bisa
diprediksi. Sedangkan varibel Keberlanjutan Multiusaha Kehutanan yang semula
dirancang ada sembilan indikator berdasarkan analisis outler model menunjukan bahwa
sebanyak 5 indikator yang tidak valid diprediksi akibat dari ketidak konsistenan atau
kurang pemahaman dari responden sehingga berpengaruh pada nilai validitas.
Dengan demikian guna keberlanjutan multiusaha kehutanan di Perum Perhutani KPH
Banten dapat dikembangkan dengan memperhatikan variable-varibel dan indikator-
indaktor diatas.
SARAN DAN REKOMENDASI
Guna mematangkan lebih dalam dan mengetahui pengaruh keberlanjutan multiusaha
kehutanan, perlu dilakukan riset lebih komprehensif terhadap indikator-indikator yang
merupakan varibel Faktor Sosial dengan responden yang lebih besar dan beragam untuk
mengetahui lebih jauh sebab pengaruh positif nya tidak menyebabkan pengaruh yang
signifikan terhadap keberlanjutan multiusaha kehutanan di Perum Perhutani KPH Banten.
DAFTAR PUSTAKA
Winarno B. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta (ID): Media Press.
Laporan Manajemen Triwulan IV tahun 2021 KPH Banten
Peraturan Pemerintah No : 23 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan
Desi Indrasari, Christine Wulandari, Afif Bintoro, Pengembangan Potensi Hasil Hutan Bukan
Kayu oleh Kelompok Sadar Hutan Lestari Wana Agung di Register 22 Way Waya
Kabupaten Lampung Tengah, Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung,
Jurnal Sylva Lestari ISSN 2339-0913, Vol. 5 No.1, Januari 2017 (81-91)
Ruhimat, I. S. (2015). Tingkat motivasi petani dalam penerapan sistem agroforestry. Jurnal
Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 12(2), 29159.
LAMPIRAN
1. Outer Loading
2.
2. Construct Reliability and Validity
3. Forner Larcker
4. Cross Leading
5. Path Coefficient
6. T-Statistic
7. Fit-Model

More Related Content

Similar to KajianMUKdgsmartpls-Perhutani KPH Banten-.pdf

Policy Brief perhutanan sosial
Policy Brief perhutanan sosialPolicy Brief perhutanan sosial
Policy Brief perhutanan sosial
JARI Indonesia Borneo Barat
 
Laporan akhir kkn izza fix
Laporan akhir kkn izza fixLaporan akhir kkn izza fix
Laporan akhir kkn izza fix
IzzatulMarifah1
 
Contoh Gambaran Umum Wilayah Studi Kec. Bajenis
Contoh Gambaran Umum Wilayah Studi Kec. BajenisContoh Gambaran Umum Wilayah Studi Kec. Bajenis
Contoh Gambaran Umum Wilayah Studi Kec. Bajenis
Institut Teknologi Medan
 
Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab ii
Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab ii Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab ii
Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab ii
Latifah Tio
 
Laporan Akhir KKN UNUSIDA Berdaya Tahun 2020
Laporan Akhir KKN UNUSIDA Berdaya Tahun 2020Laporan Akhir KKN UNUSIDA Berdaya Tahun 2020
Laporan Akhir KKN UNUSIDA Berdaya Tahun 2020
ImroatutThoyyibah
 
Analisis Pentagon Aset Komunitas Pertanian Kelurahan Tunjung, Kabupaten Bangk...
Analisis Pentagon Aset Komunitas Pertanian Kelurahan Tunjung, Kabupaten Bangk...Analisis Pentagon Aset Komunitas Pertanian Kelurahan Tunjung, Kabupaten Bangk...
Analisis Pentagon Aset Komunitas Pertanian Kelurahan Tunjung, Kabupaten Bangk...
AlkautsarAvizena
 
Kelompok 2_Perhutanan Sosial.pptx
Kelompok 2_Perhutanan Sosial.pptxKelompok 2_Perhutanan Sosial.pptx
Kelompok 2_Perhutanan Sosial.pptx
artaSitorus800
 
LAPORAN AKHIR PROGRAM KKN UNUSIDA
LAPORAN AKHIR PROGRAM KKN UNUSIDALAPORAN AKHIR PROGRAM KKN UNUSIDA
LAPORAN AKHIR PROGRAM KKN UNUSIDA
johanrudi2
 
Statistik daerah-kecamatan-nunukan-2015
Statistik daerah-kecamatan-nunukan-2015Statistik daerah-kecamatan-nunukan-2015
Statistik daerah-kecamatan-nunukan-2015
Arifuddin Ali
 
SELAYANG PANDANG BERAU 2020.ppt
SELAYANG PANDANG BERAU 2020.pptSELAYANG PANDANG BERAU 2020.ppt
SELAYANG PANDANG BERAU 2020.ppt
AgistaAristiaArini
 
Statistik daerah-kecamatan-sembakung-2015
Statistik daerah-kecamatan-sembakung-2015Statistik daerah-kecamatan-sembakung-2015
Statistik daerah-kecamatan-sembakung-2015
Arifuddin Ali
 
Renja
RenjaRenja
Bisnis KPH NTB-Menuju KPH Mandiri-KPHL Dit_Julmansyah.pdf
Bisnis KPH NTB-Menuju KPH Mandiri-KPHL Dit_Julmansyah.pdfBisnis KPH NTB-Menuju KPH Mandiri-KPHL Dit_Julmansyah.pdf
Bisnis KPH NTB-Menuju KPH Mandiri-KPHL Dit_Julmansyah.pdf
AvioAviensi1
 
Dispermades - Prioritas penggunaan DD 2021 dan Pengusulan Bankeu Pemdes 2022.pdf
Dispermades - Prioritas penggunaan DD 2021 dan Pengusulan Bankeu Pemdes 2022.pdfDispermades - Prioritas penggunaan DD 2021 dan Pengusulan Bankeu Pemdes 2022.pdf
Dispermades - Prioritas penggunaan DD 2021 dan Pengusulan Bankeu Pemdes 2022.pdf
DesaMundu
 
Memori jabatan 2013
Memori jabatan 2013  Memori jabatan 2013
Memori jabatan 2013
Kang Margino
 
Data umum
Data umumData umum
Data umum
Jhon Blora
 
Statistik daerah-kecamatan-sei-menggaris-2015
Statistik daerah-kecamatan-sei-menggaris-2015Statistik daerah-kecamatan-sei-menggaris-2015
Statistik daerah-kecamatan-sei-menggaris-2015
Arifuddin Ali
 
Bab 2 Gambaran Kondisi Daerah - RKPD Kab. Garut 2023
Bab 2 Gambaran Kondisi Daerah - RKPD Kab. Garut 2023Bab 2 Gambaran Kondisi Daerah - RKPD Kab. Garut 2023
Bab 2 Gambaran Kondisi Daerah - RKPD Kab. Garut 2023
Gugum Gumilar
 
Pemanfataan Lahan Sebagai Upaya Pembangunan Masyarakat Desa
Pemanfataan Lahan Sebagai Upaya Pembangunan Masyarakat DesaPemanfataan Lahan Sebagai Upaya Pembangunan Masyarakat Desa
Pemanfataan Lahan Sebagai Upaya Pembangunan Masyarakat Desa
Habibullah
 
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...Pipiet Noorch
 

Similar to KajianMUKdgsmartpls-Perhutani KPH Banten-.pdf (20)

Policy Brief perhutanan sosial
Policy Brief perhutanan sosialPolicy Brief perhutanan sosial
Policy Brief perhutanan sosial
 
Laporan akhir kkn izza fix
Laporan akhir kkn izza fixLaporan akhir kkn izza fix
Laporan akhir kkn izza fix
 
Contoh Gambaran Umum Wilayah Studi Kec. Bajenis
Contoh Gambaran Umum Wilayah Studi Kec. BajenisContoh Gambaran Umum Wilayah Studi Kec. Bajenis
Contoh Gambaran Umum Wilayah Studi Kec. Bajenis
 
Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab ii
Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab ii Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab ii
Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab ii
 
Laporan Akhir KKN UNUSIDA Berdaya Tahun 2020
Laporan Akhir KKN UNUSIDA Berdaya Tahun 2020Laporan Akhir KKN UNUSIDA Berdaya Tahun 2020
Laporan Akhir KKN UNUSIDA Berdaya Tahun 2020
 
Analisis Pentagon Aset Komunitas Pertanian Kelurahan Tunjung, Kabupaten Bangk...
Analisis Pentagon Aset Komunitas Pertanian Kelurahan Tunjung, Kabupaten Bangk...Analisis Pentagon Aset Komunitas Pertanian Kelurahan Tunjung, Kabupaten Bangk...
Analisis Pentagon Aset Komunitas Pertanian Kelurahan Tunjung, Kabupaten Bangk...
 
Kelompok 2_Perhutanan Sosial.pptx
Kelompok 2_Perhutanan Sosial.pptxKelompok 2_Perhutanan Sosial.pptx
Kelompok 2_Perhutanan Sosial.pptx
 
LAPORAN AKHIR PROGRAM KKN UNUSIDA
LAPORAN AKHIR PROGRAM KKN UNUSIDALAPORAN AKHIR PROGRAM KKN UNUSIDA
LAPORAN AKHIR PROGRAM KKN UNUSIDA
 
Statistik daerah-kecamatan-nunukan-2015
Statistik daerah-kecamatan-nunukan-2015Statistik daerah-kecamatan-nunukan-2015
Statistik daerah-kecamatan-nunukan-2015
 
SELAYANG PANDANG BERAU 2020.ppt
SELAYANG PANDANG BERAU 2020.pptSELAYANG PANDANG BERAU 2020.ppt
SELAYANG PANDANG BERAU 2020.ppt
 
Statistik daerah-kecamatan-sembakung-2015
Statistik daerah-kecamatan-sembakung-2015Statistik daerah-kecamatan-sembakung-2015
Statistik daerah-kecamatan-sembakung-2015
 
Renja
RenjaRenja
Renja
 
Bisnis KPH NTB-Menuju KPH Mandiri-KPHL Dit_Julmansyah.pdf
Bisnis KPH NTB-Menuju KPH Mandiri-KPHL Dit_Julmansyah.pdfBisnis KPH NTB-Menuju KPH Mandiri-KPHL Dit_Julmansyah.pdf
Bisnis KPH NTB-Menuju KPH Mandiri-KPHL Dit_Julmansyah.pdf
 
Dispermades - Prioritas penggunaan DD 2021 dan Pengusulan Bankeu Pemdes 2022.pdf
Dispermades - Prioritas penggunaan DD 2021 dan Pengusulan Bankeu Pemdes 2022.pdfDispermades - Prioritas penggunaan DD 2021 dan Pengusulan Bankeu Pemdes 2022.pdf
Dispermades - Prioritas penggunaan DD 2021 dan Pengusulan Bankeu Pemdes 2022.pdf
 
Memori jabatan 2013
Memori jabatan 2013  Memori jabatan 2013
Memori jabatan 2013
 
Data umum
Data umumData umum
Data umum
 
Statistik daerah-kecamatan-sei-menggaris-2015
Statistik daerah-kecamatan-sei-menggaris-2015Statistik daerah-kecamatan-sei-menggaris-2015
Statistik daerah-kecamatan-sei-menggaris-2015
 
Bab 2 Gambaran Kondisi Daerah - RKPD Kab. Garut 2023
Bab 2 Gambaran Kondisi Daerah - RKPD Kab. Garut 2023Bab 2 Gambaran Kondisi Daerah - RKPD Kab. Garut 2023
Bab 2 Gambaran Kondisi Daerah - RKPD Kab. Garut 2023
 
Pemanfataan Lahan Sebagai Upaya Pembangunan Masyarakat Desa
Pemanfataan Lahan Sebagai Upaya Pembangunan Masyarakat DesaPemanfataan Lahan Sebagai Upaya Pembangunan Masyarakat Desa
Pemanfataan Lahan Sebagai Upaya Pembangunan Masyarakat Desa
 
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
 

Recently uploaded

Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
d2spdpnd9185
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
Kanaidi ken
 
Raport sekolah dasar Kelulusan 2024.docx
Raport sekolah dasar Kelulusan 2024.docxRaport sekolah dasar Kelulusan 2024.docx
Raport sekolah dasar Kelulusan 2024.docx
MuhammadAminullah32
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
Kanaidi ken
 
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
BAHTIARMUHAMAD
 
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
TitisNindiasariAnggr
 
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdfPERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
MunirLuvNaAin
 
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdfPanduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
NurHasyim22
 
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada AnakMengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
Arumdwikinasih
 
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Herry Prasetyo
 
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
AdeSutisna19
 
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdfCP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
andimagfirahwati1
 
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Kanaidi ken
 
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdfProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
anikdwihariyanti
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdfRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
OswaldusDiwaDoka
 
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdfTugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
SafaAgrita1
 

Recently uploaded (20)

Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
 
Raport sekolah dasar Kelulusan 2024.docx
Raport sekolah dasar Kelulusan 2024.docxRaport sekolah dasar Kelulusan 2024.docx
Raport sekolah dasar Kelulusan 2024.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
 
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
 
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdfPERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
 
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdfPanduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
 
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada AnakMengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
 
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
 
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
 
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
 
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdfCP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
 
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
 
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdfProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdfRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
 
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdfTugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
 

KajianMUKdgsmartpls-Perhutani KPH Banten-.pdf

  • 1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERLANJUTAN MULITUSAHA KEHUTANAN DI PERHUTANI KPH BANTEN NOOR ROCHMAN E1601211012 PROGRAM STUDI ILMU PENGELOLAAN HUTAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2022
  • 2. PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2010 menyatakan bahwa Kawasan Hutan Produksi dan Hutan Lindung di Pulau Jawa dan Madura diberikan kewenangan pengelolaannnya oleh Badan Usaha Milik Negara yaitu Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani). Perum Perhutani yang wilayah kerjanya seluas 2,4 juta Hektar terbagi menjadi 3 (tiga) Divisi Regional, yaitu Divisi Regional Jawa Tengah, Divisi Regional Jawa Timur dan Divisi Regional Jawa Barat dan Banten. Dalam pengelolaan Kawasan hutan yang lebih detail maka Perum Perhutani telah membagi unit pengelolaannya menjadi KPH/Kesatuan Pemangkuan Hutan yang terdiri dari 57 KPH. Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan Banten (KPH Banten) merupakan salah satu unit pengelolaan hutan di Perum Perhutani sebagai BUMN pengelola hutan. Berdasarkan laporan manajemen KPH Banten tahun 2021 menyatakan bahwa : Perum Perhutani KPH Banten merupakan salah satu Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) di Wilayah Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten dengan Luas wilayah KPH Banten 79.483,45 Ha terdiri dari 3 (tiga) Kelas Perusahaan (KP) yaitu, KP Jati seluas 41.108,27 Ha (51,72%), KP Mahoni seluas 14.844,44 Ha (18,68 %) dan KP Accacia Mangium 23.533,74 Ha (29,60 %). Potensi Kawasan hutan KPH Banten selain dari potensi kayu juga non kayu seperti Getah Pinus, Daun Kayu Putih termasuk potensi agroforestry. Dengan terbitnya Undang-undang Cipta Kerja Nomor 11 tahun 2016 dan telah dibuat juga Peraturan turunannya diantaranya berupa Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2021 tentang Penyelenggaan Kehutanan maka terjadi perubahan kebijakan dalam sektor pengelolaan kehutanan. Pada PP No 23 tahun 2021 tersebut diantaranya menyatakan bahwa pada pasal 132 “pemegang perizinan berusaha pemanfaatan hutan pada hutan lindung dilakukan dengan multiusaha kehutanan yang salah satu nya adalah pemanfaatan jasa lingkungan”. Selanjutnya pada pasal 141 ayat 2b dan pasal 143 menyatakan bahwa “pemanfaatan hutan pada hutan produksi melalui kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan, serta pada pasal 149 nya disebutkan bahwa “ kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan pemegang perizinan berusaha pemanfaatan hutan pada hutan produksi”. Pada pasal 206 nya berbunyi “ pemanfaatan jasa lingkungan sebagai kegiatan pengembangan usaha perhutanan social”.
  • 3. Berdasarkan pengelolaan Kawasan hutan KPH Banten ini, salah satu hal yang akan dibahas adalah pengelolaan agroforestry yang sedang dikembangkan di 214 desa hutan yang tersebar di 5(lima) kota/kabupaten yang terletak di Propinsi Banten. Potensi agroforestry KPH Banten terdiri dari berbagai macam komoditas, diantara nya adalah Padi, Jagung, Durian, Kelapa, Cengkeh, Kopi dan lain-lain. Berdasarkan wilayah administratif Kabupaten/Kota KPH Banten berada di 5 Kabupaten /Kota yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tanggerang dan Kota Cilegon. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel. 1 Luas berdasarkan wilayah administratif No Kab/Kota Fungsi Hutan (Ha) Jumlah HL HP HPT 1 2 3 4 5 6 1 Kota Cilegon 361,72 153,28 - 515,00 2 Kabupaten Lebak 5.162,79 13.349,58 18.737,13 37.249,50 3 Kabupaten Pandeglang 2.717,17 26.662,27 5.406,29 34.785,73 4 Kabupaten Serang 868,20 1.145,03 3.568,44 5.581,67 5 Kabupaten Tanggerang 1.351,55 - - 1.351,55 Total 10.461,43 41.310,16 27.711,86 79.483,45 Adapun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan agroforestry di KPH Banten ini, diantaranya belum tercapainya target pendapatan yang telah ditentukan dalam RKAP tahun 2021. Dalam RKAP tahun 2021 target pendapatan agroforestry direncanakan sebesar Rp. 1.704.404, namun demikian sampai dengan akhir tahun 2021 hanya tercapai Rp, 620.469.000,. Secara geografis wilayah KPH Banten terletak pada 553’16,8” s/d 70’54” Lintang Selatan dan 10537’44,4” s/d 10624’54” Bujur Timur. Ditinjau dari kondisi topografi lahan kawasan hutan KPH Banten tergolong dalam tipe hutan pegunungan dan tipe hutan dataran rendah, hutan pegunungan sebagian besar berada di sebelah Selatan dan Timur sedangkan hutan dataran rendah tersebar di sebelah Barat. Pada umumnya bentuk lapangan berbukit- bukit dan bergelombang. Keadaan tanah di kawasan hutan KPH Banten menurut T.W.G Domes et al (1955) terdapat 5 macam,yaitu : aluvial, litosol, regosol, grumusol dan mediteran, seperti terdapat pada tabel
  • 4. berikut. Tabel 2. Jenis tanah di KPH Banten No No Code Macam Tanah Bahan Induk Fisiografi 1 2 3 4 5 1 Aluvial 8 Asosiasi aluvial kelabu dan aluvial coklat kelabu Endapan liat pasir Dataran 2 Litosal 18 Kompleks litosal Mediteran dan rensina Campuran batu Bukit lipatan 3 Regosol 25 Kompleks regosol/kelabu dan grumosol kelabu tua Batu kapur dan napal Bukit lipatan 4 Grumosol 33 Grumosol kelabu Endapan lipat Dataran 5 35 Grumosol kelabu tua Endapan lipat Dataran 6 37 Grumosol kelabu tua Batu kapur dan napal Bukit lipatan 7 40 Asosiasi grumosol coklat ke- kelabuan dan grumosol keabu- abuan Napal lunak Bukit lipatan 8 Mediteran Asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran coklat kekuningan Batu liat Bukit lipatan Tanah-tanah ini berasal dari endapan kapur, tanah liat/lempung dan napal. Tanah dengan bahan induk berkapur dan berlempung yang hampir selalu infermiable (kedap air), dengan pemuaian dan pengerutan yang tinggi, merupakan sifat fisik yang jelek dan tidak baik untuk jalan mobil. Berdasarkan BPS Propinsi Banten, jumlah penduduk di wilayah Kabupaten/ Kota di Provinsi Banten pada tahun 2019 dan 2020 dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3. Jumlah Penduduk di Provinsi Banten Tahun 2019 dan 2020 Kab/Kota Jumlah Penduduk 2019 2020 1 2 3 Kota Tangerang Selatan 1.747.906 1.354.530 Kota Tangerang 2.229.901 1.895.486 Kota Serang 688.603 692101 Kota Cilegon 437.205 434.896 Kab Tangerang 3.800.787 3.245.619 Kab Serang 1.508.397 1622630 Kab Pandeglang 1.211.909 1.272.687 Kab Lebak 1.302.608 1.386.793 Jumlah 12.927.316 11.904.742 Adapun kepadatan penduduk per kabupaten / kota di provinsi Banten pada tahun 2019 dan 2020 sebagai berikut :
  • 5. Tabel 4. Kepadatan Penduduk di Provinsi Banten Tahun 2019 dan 2020 Kab/Kota Kepadatan Penduduk 2019 2020 1 2 3 Kota Tangerang Selatan 11.875 9.201 Kota Tangerang 14.486 12.314 Kota Serang 2.582 2595 Kota Cilegon 2.491 2.478 Kab Tangerang 3.756 3.208 Kab Serang 870 936 Kab Pandeglang 441 463 Kab Lebak 380 405 Jumlah 1.338 1.232 Untuk angkatan Kerja di wilayah Provinsi Banten berdasarkan data dari BPS Provinsi Banten adalah seperti pada tabel dibawah ini : Tabel 5. Angkatan Kerja di Provinsi Banten Tahun 2019 dan 2020 Kabupaten/Kota Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Terbuka Jumlah 2019 2020 2019 2020 2019 2020 Kab Pandeglang 483 947 481 092 45 955 48 470 529 902 529 562 Kab Lebak 553 290 596 379 47 857 63 527 601 147 659 906 Kab Tangerang 1 651 254 1 596 938 161 671 239 788 1 812 925 1 836 726 Kab Serang 618 820 614 320 73 256 85 538 692 076 699 858 Kota Tangerang 1 026 031 1 030 255 78 859 97 344 1 104 890 1 127 599 Kota Cilegon 182 473 178 699 19 475 25 976 201 948 204 675 Kota Serang 285 989 292 638 25 097 29 846 311 086 322 484 Kota Tangerang Selatan 750 650 761 851 37 655 70 572 788 305 832 423 Provinsi Banten 5 552 454 5 552 172 489 825 661 061 6 042 279 6 213 233 Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Laporan Manajemen Perum Perhutani KPH Banten tahun 2021, maka dapat diambil kesimpulan hasil analisa Studi Dampak Sosial (SDS) yang dilaksanakan beberapa tahun kebelakang, antara lain sebagai berikut : 1. Dari sisi perekonomian masyarakat desa yang mempunyai keterkaitan pekerjaan dengan hutan lebih sedikit dari pada mata pencahariannya tidak terkait hutan. 2. Pendapatan masyarakat pertahunnya yang berasal dari hutan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan berasal dari luar hutan.
  • 6. 3. Dari jumlah 214 desa yang mempunyai petak pangkuan telah terbentuk LMDH sebanyak 204 LMDH. Namun 90% KTH masih belum mengakar dan belum mewakili gambaran masyarakat secara menyeluruh. 4. Semua desa telah mempunyai fasilitas kesehatan terutama Puskesmas dan Bidan. 5. Sejumlah 40% wilayah desa masih mengalami kesulitan air pada musim kemarau. 6. Rata-rata desa yang mempunyai MCK baik adalah 70%, sedangkan 30% memiliki kondisi MCK yang masih buruk. 7. Penyakit penyebab virus dan bakteri rata-rata hanya flu. Sedangkan kolera muntaber dan disentri, demam berdarah tidak begitu sering terjadi. 8. Tidak dijumpai penyakit akbat kekurangan gizi. 9. Masih dijumpai warga yang buta aksara di semua desa ada. Dengan adanya beberapa permasalahan yang timbul di masyarakat, baik perekonomian desa, kelembagaan, ketenagakerjaan, sosial budaya, sengketa/konflik dengan unit manajemen, kesehatan, pendidikan, serta persepsi terhadap unit manajemen, maka Perum Perhutani KPH Banten dapat segera ikut andil dalam menyelesaikan permasalahan tersebut melalui kegiatan Pengolahan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) atau Perhutanan Sosial. Program ini lebih disesuaikan dengan karakteristik masing- masing wilayah dengan mengutamakan peningkatan taraf hidup, tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan di sekitar hutan serta membangun sinergitas dengan para pihak, khususnya dengan Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Desa/Kelurahan. Jumlah Desa sekitar hutan yang ada diwilayah KPH Banten sebanyak 214 Desa dan telah terbentuk Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) sebanyak 204 LMDH. Semester IV Tahun 2021 Untuk program Perhutanan Sosial di KPH Banten telah terbit SK Perhutanan sosial dengan skema Kulin KK Sebanyak 22 surat Keputusan yang memberikan akses pemanfaatan terhadap sumber daya hutan bagi MDH berupa, pemanfaatan dibawah tegakan dengan budidaya tanaman tahunan dalam sistem Perhutanan Sosial. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan yang diuraikan di atas, maka terdapat beberapa rumusan permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut:
  • 7. 1. Bagaimanakah pengaruh faktor teknis terhadap keberlanjutan multiusaha kehutan Perhutani KPH Banten ? 2. Bagaimanakah pengaruh faktor sosial terhadap keberlanjutan multiusaha kehutan Perhutani KPH Banten ? 3. Bagaimanakah pengaruh faktor ekonomi terhadap keberlanjutan multiusaha kehutan Perhutani KPH Banten ? Tujuan Tujuan makalah ini adalah untuk menganalisis seberapa besar pengaruh dari varibel-varibel faktor teknis, faktor sosial, dan faktor ekonomi terhadap keberlanjutan kegiatan multiusaha kehutanan Perhutani KPH Banten dengan berbagai indikator-indikator dari masing-masing variabel. METODE Jenis dan Sumber Data Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer diperoleh dari data terdahulu para responden petani, serta hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian dan data sekunder diperoleh dari berbagai sumber seperti penelitian terdahulu, hasil studi pustaka, dan laporan serta dokumen dari berbagai instansi yang berhubungan dengan bidang penelitian. Metode penelitian yang digunakan meliputi: metode deskriptif kualitatif dengan sampel yang diambil secara proportional random sampling sebanyak 50 responden. Jumlah responden tersebut telah memenuhi persyaratan sebagaimana yang dinyatakan oleh Wiyono (2011) menyebutkan jumlah sampel minimal untuk melakukan analisis SEM dengan program SmartPLs 2.0 M3 adalah 30 orang. Terdapat dua jenis pendekatan untuk melakukan analisis SEM yaitu SEM berbasis varian atau disebut SEM Partial Least Square (SEM-PLS) dan SEM berbasis covariance (SEM-B) (Ruhimat, 2015). Variabel Penelitian Adapun variabel yang berpengaruh pada multiusaha kehutanan di Perum Perhutani KPH Banten dan dianalisis dengan software smartpls yaitu :
  • 8. Variabel pertama adalah Faktor Teknis yang bertujuan untuk menilai aktifitas pengelolaan lahan hutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten di lapangan dengan melihat aspek teknis dalam kegiatan usahatani yang dapat dilihat melalui indikator –indikatornya. Beberapa indikator yang termasuk Faktor Teknis antara lain : a) pola tanam (X1.1), b) jenis komoditi (X1.2), c) pengolahan tanah (X1.3), d) ketersediaan air irigasi (X1.4) dan e) pengelolaan hama dan penyakit (X1.5). Variabel kedua adalah Faktor Sosial yang terdiri dari sepuluh indikator antara lain : a) kebijakan Perhutani (X2.1), b) kebijakan Pemerintah (X2.2), c) peran tenaga pendamping masyarakat (X2.3), d) peran penyuluh kehutanan dan pertanian (X2.4), e) peran tokoh masyarakat (kokolot) (X2.5), f) peran petugas lapangan Perhutani (X2.6), g) akses informasi (X2.7), h) pendidikan formal petani (X2.8), i) usia petani (X2.9), dan j) jumlah tanggungan keluarga (X2.10). Variabel yang ketiga adalah faktor ekonomi yang dapat dinilai melalui lima indikator antara lain : a) kemampuan petani menyediakan pupuk alami (X3.1), b) penggunaan teknologi pertanian (X3.2), c) akses pasar (X3.3), d) luas garapan (X3.4) dan e) ketersediaan obat-obatan dan pestisida (X3.5). Variabel keempat adalah keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten yang dapat dilihat melalui sembilan indikator antara lain : a) peningkatan jumlah sarana dan prasarana (Y1), b) konflik masyarakat (Y2),
  • 9. c) pendapatan multiusaha kehutanan (Y3), d) kesuburan tanah (Y4), e) bencana alam (Y5), f) kerjasama kelompok (Y6), g) ilegalogging (Y7), dan h) partisipasi petani dalam usahatani (Y8) dan i) Partisipasi masyarakat dalam menjaga hutan (Y9). Analisis Data Analisis deskriptif merupakan upaya untuk mengumpulkan data, merumuskan dan mengklasifikasikannya sehingga akan memberi gambaran atau keterangan yang jelas tentang masalah penelitian (Winarno 2002). Analisis statistik deskriptif dilaksanakan melalui beberapa tahapan: 1. Penyajian data variabel X1, X2, X3 dan Y dengan metode tabulasi 2. Penentuan kecenderungan nilai responden untuk masing-masing variabel yang dikelompokkan kedalam 5 (kelas) kelas kriteria masing-masing adalah: (1) sangat rendah (2) rendah (3) sedang (4) tinggi (5) sangat tinggi. Selain analisis deskriptif, dilakukan juga analisis SEM, Uji Validitas dan Uji Reabilitas menggunakan software SmartPLS. Model evaluasi PLS berdasarkan pada pengukuran prediksi yang mempunyai sifat non-parametrik. Oleh karena itu, model evaluasi PLS dilakukan dengan menilai outer model, inner model dan pengujian Hipotesis. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis outer model maka dapat dijelaskan bahwa Faktor Teknis dalam penelitian yang menggunakan lima indikator menunjukan bahwa terdapat empat indikator yang valid yaitu meliputi pola tanam (X1.1), pengolahan tanah (X1.3), ketersediaan air irigasi (X1.4), dan pengelolaan hama dan penyakit (X1.5). Adapun indikator yang tidak valid adalah indikator jenis komoditi (X1.2) karena nilai nilai outer loadingnya < 0,7 yang berarti indikator jenis komoditi kurang berpengaruh terhadap variabel konstruksinya. Faktor sosial dalam penelitian ini menggunakan sepuluh indikator dan yang valid adalah sebanyak delapan indikator meliputi kebijakan Perhutani (X2.1), peran tenaga pendamping
  • 10. masyarakat (X2.3), peran tokoh masyarakat (kokolot) (X2.5), peran petugas lapangan Perhutani (X2.6), akses informasi (X2.7), pendidikan formal petani (X2.8), usia petani (X2.9), dan jumlah tanggungan keluarga (X2.10). Indikator yang tidak valid adalah dua indikator yaitu Kebijakan Pemerintah (X2.2) dan Peran Penyuluh Kehutanan dan Pertanian (X2.4), karena nilai nilai outer loading kedua indikator < 0,7 yang berarti indikator kebijakan Pemerintah (X2.2), peran penyuluh kehutanan dan pertanian (X2.4) kurang berpengaruh terhadap variabel konstruknya. Faktor ekonomi dalam penelitian ini menggunakan lima indikator dan yang valid digunakan sebagai pengukur faktor ekonomi adalah lima indikator yaitu kemampuan petani menyediakan pupuk alami (X3.1), penggunaan teknologi pertanian (X3.2), akses pasar (X3.3), luas garapan (X3.4) dan Ketersediaan obat-obatan dan pestisida (X3.5). Indikator yang tidak valid adalah tidak ada karena nilai outer loadingnya > 0,7. Keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten direfleksikan melalui sembilan indikator dan indikator yang valid terdapat empat indikator yang bisa digunakan sebagai pengukur keberlanjutan multiusaha kehutanannya yaitu pendapatan multiusaha kehutanan (Y3), kesuburan tanah (Y4), kerjasama kelompok (Y6), dan partisipasi petani dalam usahatani (Y8). Indikator yang tidak valid sebanyak lima indikator yaitu indikator peningkatan jumlah sarana dan prasarana (Y1), konflik masyarakat (Y2), bencana alam (Y5), illegal logging (Y7), dan partisipasi petani dalam menjaga hutan (Y9). karena nilai outer loadingnya < 0,7 yang berarti indikator-indikator tersebut kurang berpengaruh terhadap variabel konstruknya. Data berikut dapat dilihat dalam Lampiran 1. Hasil evaluasi koefisien jalur menunjukkan adanya hubungan positif antara faktor teknis (X1) terhadap keberlanjutan kegiatan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten (Y), faktor sosial (X2) terhadap keberlanjutan kegiatan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten (Y) dan faktor ekonomi (X3) terhadap keberlanjutan kegiatan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten (Y) berdasarkan nilai koefisien jalur yang bernilai positif dari masing- masing variabel yaitu (0,490), (0,083) dan (0,303), dengan koefisien determinan/R-square (R2) sebesar 0,536. Hasil analisis dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
  • 11. Gambar 1 Model Struktural Nilai R-square (R2) menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut mampu menjelaskan variabel keberlanjutan kegiatan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten sebesar 53,6%, sedangkan sisanya sebesar 46,4% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Pengujian hipotesis masing-masing jalur yang terbentuk dalam model dengan resampling bootstrapping yaitu dengan uji statistik t (t- test) diuraikan pada Tabel 6 berikut. Tabel 6 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values) Original Sample (O) Standard Deviation (STDEV) Standard Error (STERR) T Statistics (O/STERR) Keterangan (tstatistik/ t-tabel α5%) X1 → Y 0,490 0,490 0,131 3,752 Signifikan X2 → Y 0,083 0,099 0,189 0,442 Tidak signifikan X3 → Y 0,303 0,292 0,096 3,172 Signifikan Keterangan : α 5% : Nilai t tabel pada tingkat kepercayaan 5% adalah 1,995 Berdasarkan Tabel 6 tentang hubungan antara variabel dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Variabel faktor teknis (X1)
  • 12. Koefisien parameter jalur yang diperoleh dari hubungan antara variabel faktor teknis (X1) dengan keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten (Y) sebesar 0,490 dengan nilai T-statistik 3,752 > 1,995 pada taraf signifikansi = 0,05 (5%) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor teknis dengan keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten. Nilai positif pada koefisien parameter artinya adalah semakin baik pengelolaan faktor teknis maka keberlanjutan pengelolaan kegiatan semakin meningkat terlihat dari indikator- indikator pengukurnya (pola tanam, pengolahan tanah, ketersediaan air irigasi, dan pengelolaan hama dan penyakit). Sehingga hipotesis faktor teknis berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten 2. Variabel faktor sosial (X2) Koefisien parameter jalur yang diperoleh dari hubungan antara variabel faktor teknis (X1) dengan keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten (Y) sebesar 0,083 dengan nilai T-statistik 0,442 < 1,995 pada taraf signifikansi = 0,05 (5%) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor sosial dengan keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten. Nilai positif pada koefisien parameter artinya adalah semakin baik pengelolaan faktor sosial maka keberlanjutan pengelolaan kegiatan semakin meningkat terlihat dari indikator- indikator pengukurnya (kebijakan Perhutani, peran tenaga pendamping masyarakat, peran tokoh masyarakat (kokolot), peran Petugas Lapangan Perhutani, akses informasi, pendidikan formal petani, usia petani, dan jumlah tanggungan keluarga). Sehingga hipotesis faktor sosial berpengaruh positif akan tetapi tidak signifikan terhadap keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten 3. Variabel faktor ekonomi (X1) Koefisien parameter jalur yang diperoleh dari hubungan antara variabel faktor teknis (X1) dengan keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten (Y) sebesar 0,303 dengan nilai T-statistik 3,172 > 1,995 pada taraf signifikansi = 0,05 (5%) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor teknis dengan keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten. Nilai positif pada koefisien parameter artinya adalah semakin baik pengelolaan faktor ekonomi maka keberlanjutan pengelolaan kegiatan semakin meningkat terlihat dari indikator - indikator pengukurnya (kemampuan petani menyediakan pupuk alami, penggunaan teknologi pertanian, akses pasar, luas garapan dan Ketersediaan obat-obatan dan pestisida). Sehingga hipotesis faktor
  • 13. ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara Faktor Teknis (pola tanam, pengolahan tanah, ketersediaan air irigasi, dan pengelolaan hama dan penyakit) dan Faktor Ekonomi (kemampuan petani menyediakan pupuk alami, penggunaan teknologi pertanian, akses pasar, luas garapan dan Ketersediaan obat-obatan dan pestisida) terhadap keberlanjutan Multiusaha Kehutanan Perhutani KPH Banten. Sementara Faktor Sosial (kebijakan Perhutani, peran tenaga pendamping masyarakat, peran tokoh masyarakat (kokolot), peran Petugas Lapangan Perhutani, akses informasi, pendidikan formal petani, usia petani, dan jumlah tanggungan keluarga) meskipun berpengaruh positif akan tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap keberlanjutan multiusaha kehutanan. Indikator-indikator dalam variabel Faktor Sosial yang tidak berpengaruh terhadap keberlanjutan multiusaha kehutanan ini diprediksi kemungkinan karena ketergantungan jawaban dari kuisener, termasuk juga dinamika sosial yang memang selalu terjadi fluktuasi yang tidak bisa diprediksi. Sedangkan varibel Keberlanjutan Multiusaha Kehutanan yang semula dirancang ada sembilan indikator berdasarkan analisis outler model menunjukan bahwa sebanyak 5 indikator yang tidak valid diprediksi akibat dari ketidak konsistenan atau kurang pemahaman dari responden sehingga berpengaruh pada nilai validitas. Dengan demikian guna keberlanjutan multiusaha kehutanan di Perum Perhutani KPH Banten dapat dikembangkan dengan memperhatikan variable-varibel dan indikator- indaktor diatas. SARAN DAN REKOMENDASI Guna mematangkan lebih dalam dan mengetahui pengaruh keberlanjutan multiusaha kehutanan, perlu dilakukan riset lebih komprehensif terhadap indikator-indikator yang merupakan varibel Faktor Sosial dengan responden yang lebih besar dan beragam untuk mengetahui lebih jauh sebab pengaruh positif nya tidak menyebabkan pengaruh yang signifikan terhadap keberlanjutan multiusaha kehutanan di Perum Perhutani KPH Banten.
  • 14. DAFTAR PUSTAKA Winarno B. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta (ID): Media Press. Laporan Manajemen Triwulan IV tahun 2021 KPH Banten Peraturan Pemerintah No : 23 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan Desi Indrasari, Christine Wulandari, Afif Bintoro, Pengembangan Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu oleh Kelompok Sadar Hutan Lestari Wana Agung di Register 22 Way Waya Kabupaten Lampung Tengah, Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Jurnal Sylva Lestari ISSN 2339-0913, Vol. 5 No.1, Januari 2017 (81-91) Ruhimat, I. S. (2015). Tingkat motivasi petani dalam penerapan sistem agroforestry. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 12(2), 29159.
  • 16. 2. Construct Reliability and Validity 3. Forner Larcker
  • 17. 4. Cross Leading 5. Path Coefficient