Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut memberikan rekomendasi tujuh tempat wisata yang harus dikunjungi dalam waktu tujuh jam di Yogyakarta, menurut tiga tokoh yang ahli dengan kota tersebut.
2) Tempat-tempat wisata yang direkomendasikan antara lain Candi Borobudur, Desa Wisata Kasongan, Candi Prambanan, Gudeg Yu Djum, Kaliurang, Keraton Yogyakarta, dan Malioboro.
3) Re
1. DESTINASI
134 VENUE | Desember 2012
DESTINASI
di
7Jam
Yogyakarta
Tujuh jam seolah waktu yang sebentar jika
dihabiskan di Yogyakarta. Sihir dan pesona Kota
Gudeg tersebut memang mampu membuat raga dan
pikiran betah berlama-lama tinggal didalamnya.
Oleh Hanindya Christiana
B
erkonferensi sambil berlibur kadang menjadi kendala. Namun,
dengan padatnya jadwal konferensi, kebutuhan refreshing jadi hal
yang dirasa perlu. Beberapa dari mereka memilih memperpanjang
masa tinggal agar bisa menikmati liburan di destinasi tempat konferensi
terselenggara. Namun, bagi mereka yang terpaksa kembali ke rutinitas
keesokan harinya, memanfaatkan waktu selepas konferensi adalah jalan
keluar terbaik.
Jika Anda hanya mempunyai waktu tujuh jam di kota Gudeg ini,
pasti Anda akan sangat bingung dalam mengatur waktu untuk memilih
tempat yang harus Anda kunjungi. Ya, karena Yogya merupakan kota
dengan seribu tempat yang layak dan menarik untuk dikunjungi. Mulai
dari alamnya yang sejuk, orang sekitar yang ramah, batiknya, jajanan
kulinernya, pantainya yang juga menawarkan keindahan, makanannya
yang akan menggoyang lidah Anda semua, dan masih banyak lagi.
Untuk lebih mempermudah perjalanan Anda, VENUE sengaja
meminta rekomendasi destinasi di Yogyakarta dari Susilowani Daud
selaku Managing Director Pacto, Adrie Subono, Pimpinan Java
Musikindo, dan Ernst K. Remboen, Presiden Direktur Radyatama.
Ketiganya, selain khatam setiap sudut Yogyakarta, mereka juga terbilang
sering melakukan trip hitungan jam.
2. Salah satu saujana jantung Jawa adalah
Candi Borobudur. Bukan saja karena masuk
dalam daftar situs warisan dunia oleh
UNESCO, namun Candi Borobudur juga
merupakan perpaduan sempurna keagungan
serta keanggunan pusaka alam juga budaya
dalam kesatuan ruang dan waktu. Maka
menyambangi Borobudur menjadi agenda
pertama yang wajib dikunjungi Susilowani
Daud setiap kali dia berada di Yogyakarta.
Sejak ditemukan pada tahun 1814,
telah dilakukan beberapa upaya pelestarian
candi, yang
menurut
perkiraan
para ahli,
Candi
Borobudur didirikan di atas bukit dan memiliki
luas 123 x 123 meter persegi. Candi ini
memiliki sebuah stupa induk, 72 buah stupa
terawang dan 504 buah patung Buddha.
Selain itu, ada ribuan relief yang tersusun
dalam panel-panel di Candi Borobudur, yang
menggambarkan kisah, agama, ataupun
sejarah masa lampau.
“Ada banyak hal yang bisa dilakukan
dalam kompleks Candi Borobudur, selain
melihat relief Candi,” sahut Susilowani.
Hal lain yang dimaksud di antaranya adalah
menjelajahi danau purba, menyaksikan
matahari terbit dari puncak bukit, dan
menelusuri pemanfaatan ruang di Borobudur
untuk kegiatan budaya—seperti rumah, galeri,
dan museum seni Elo & Progo.
Perjalanan
terus berlanjut,
berselang-
seling antara
mengagumi
kecantikan
budaya dan
kreativitas
mengolah
kerajinan,
Susilowani
memilih
menghabiskan sisa waktunya menikmati
Candi Prambanan. Sudah berdiri sejak
abad ke-9 M, Candi Prambanan tidak
cuma menjadi potret keindahan tetapi juga
menunjukkan kejayaan Hindu di tanah
Jawa. Candi Prambanan memiliki 2 buah
candi apit, 4 buah candi kelir, dan 4 buah
candi sudut. Sementara, halaman kedua
memiliki 224 buah candi.
Di malam hari (hanya setiap Selasa,
Kamis dan Sabtu) Anda bisa menikmati
sajian seni pertunjukan; Sendratari
Ramayana namanya. Pertunjukan ini
mampu menyatukan ragam kesenian Jawa
berupa tari, drama, dan musik dalam satu
panggung dan satu momentum untuk
menyuguhkan kisah Ramayana, epos
legendaris karya Walmiki, yang ditulis dalam
bahasa Sanskerta. “Kita tak akan kecewa
menonton Ramayana sebab tak hanya
tarian dan musik saja yang dipersiapkan.
Pencahayaan disiapkan sedemikian rupa
sehingga tak hanya menjadi sinar yang
bisu, tetapi juga mampu menggambarkan
kejadian tertentu dalam cerita,” ungkap
Susilowani. Begitu pula riasan pada tiap
penari, tak hanya mempercantik, tetapi
juga mampu menggambarkan watak tokoh
yang diperankan, sehingga penonton mudah
mengenali tokoh meski tak ada dialog.
an
Puas bermain-main dengan pesona
Candi Borobudur, Susilowani memilih
lanjut menghabiskan waktu ke Desa
Kasongan, yang merupakan sentra
industri kerajinan gerabah. Di sinilah
Anda dapat menemukan perkakas yang
menggunakan tanah liat atau tanah
lempung sebagai bahan utamanya.
Desa Wisata Kasongan serta merta
merupakan wilayah permukiman para
pembuat barang-barang kerajinan
berupa perabotan
dan barang-
barang sejenisnya.
Susilowani
pun selalu
menyarankan
wisatawan yang hendak ke Yogyakarta
untuk menyempatkan berkunjung ke
Kasongan. “Banyak perkakas unik yang
hanya ditemukan di sini. Kerajinan
gerabah ini akan menambah daftar
souvenir yang patut diboyong jika
kembali ke daerah asal wisatawan,” kata
Susilowani.
Di Kasongan, wisatawan dapat
sekadar melihat-lihat show room yang
dipenuhi berbagai hasil kerajinan
keramik. Dan jika tertarik melihat
pembuatan keramik, wisatawan dapat
mengunjungi beberapa galeri keramik
yang memproduksi langsung kerajinan
khas itu di tempat. Pembuatan gerabah
di desa ini, sekarang, tidak hanya
terbatas pada perabotan rumah tangga
saja, namun juga barang-barang lain
sejenis yang memiliki nilai jual tinggi
di pasaran. Barang-barang seperti guci,
pot bunga, lampu hias, miniatur alat
transportasi (becak, sepeda, mobil),
aneka tas, patung, serta hiasan lainnya
yang menarik untuk dipajang di rumah,
juga diproduksi di sini. Saat berkunjung
ke desa Kasongan, para wisatawan
akan disambut hangat oleh penduduk
setempat.
Susilowani Daud,
Presiden Direktur
Pacto Convex
terus berlanjut,
berselang-
seling antara
mengagumi
kecantikan
budaya dan
kreativitas
mengolah
kerajinan,
Susilowani
memilih
13.00–15.00:CandiBorobodur
16.30–17.30:DesaWisataKasongan
18.00 – 20.00: Candi Prambanan
candi, yang
menurut
perkiraan
para ahli,
Candi
an
berupa perabotan
dan barang-
barang sejenisnya.
Susilowani
136 VENUE | Desember 2012
3. 138 VENUE | Desember 2012
Adrie Subono,
CEO Java Musikindo
Menjelajahi Yogyakarta, Adrie memilih
memulai perjalanan dengan menyinggahi
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang
dirancang oleh Sri Sultan Hamengkubuwono.
Ini destinasi wajib yang kerap dikunjungi
Adrie setiap dia mengunjungi Kota Gudeg
ini, apalagi bila ia membawa rombongan artis
dari luar negeri. Seakan ada kebanggaan bagi
Adrie bisa memperlihatkan kepada mereka
eksterior dan interior keraton yang berseni
tinggi, juga benda-benda koleksinya yang
bersejarah, dari batik, lukisan, gamelan, dan
kursi singgasana ratusan tahun.
Memang tidak semua bagian keraton
bisa dijelajahi, tetapi setidaknya ia bisa
mengetahui bagian-bagian pentingnya,
seperti Bangsal Sri Manganti, yang menjadi
tempat pertunjukan seni bagi pengunjung.
Ia juga mengetahui penggalan sejarah peran
keraton sebagaimana disampaikan oleh sang
pemandu; sejak era kekuasaan Kerajaan
Mataram sampai awal kemerdekaan, yakni
ketika kedudukan pemerintah Republik
Indonesia dipindahkan dari Jakarta ke
Yogyakarta pada 1946. Mendalami Keraton
Yogyakarta, bagi Adrie, seperti meresapi
sebuah filosofi kehidupan; hakikat seorang
manusia, bagaimana alam bekerja dan
manusia menjalani hidupnya, dan berbagai
perlambangan eksistensi kehidupan.
Sore menjelang, Adrie memilih mengarahkan tujuannya bersantap Gudeg
Yu Djum. “Ini gudeg legendaris,” begitu celoteh Adrie. Selama 40 tahun,
Gudeg Yu Djum masih mempertahankan cara masak tradisional, yaitu dengan
meletakkannya di panci-panci besar dan dimasak di atas kompor yang
menggunakan kayu bakar. Selain melihat langsung proses pembuatan gudeg,
pengunjung juga diperbolehkan terlibat proses pembuatan gudeg yang diracik
Mbah Djuwariah (nama asli pemilik Gudeg Yu Djum) bersama 40 orang yang
menjadi karyawannya.
Sebenarnya Gudeg Yu Djum juga ada di daerah Wijilan, yang juga
dikenal sebagai kampung gudeg. “Tapi saya lebih menyukai makan di Gudeg
Yu Djum yang ada di daerah Mbarek, Jalan Kaliurang Selokan Mataram,
deket MM UGM Yogya. Lebih nyaman,” celetuk Adrie. Di sana, lanjut Adrie,
sambil menikmati suguhan gudeg kering, pengunjung juga disuguhi alunan
musik beberapa lagu pop dan juga alunan musik dari peralatan keroncong
sederhana yang mendayu-dayu, sehingga benar-benar menciptakan suasana
yang haujek soro (enak banget).
Perjalanan menuju Kaliurang, dari
arah Yogya, akan mengingatkan Adrie pada
lukisan pemandangan saat masih di taman
kanak-kanak. Sebuah gunung dengan jalan
di tengahnya serta hamparan hijau yang
membentang di kedua sisinya, dan dihiasi
rumah penduduk, akan menghilangkan penat
dalam bingkai lukisan alam. Bersentuhan
dengan udara sejuk dan meresapi suasana
romantis ala nyonya dan meneer Belanda
tempo dulu di Kaliurang yang terletak di kaki
Gunung Merapi; inilah mengapa Adrie begitu
menyukai tempat ini. Pemandangan Gunung
Merapi memberi sensasi tersendiri di kawasan
ini. “Bagaikan seorang gadis desa yang
menutup tabirnya bila sengaja diperhatikan,
gunung ini akan tertutup kabut seolah malu
bila sengaja datang untuk melihatnya” ungkap
Adrie sedikit berpuisi.
Di samping keindahan alamnya, Kaliurang
juga mempunyai beberapa bangunan
peninggalan sejarah. Di antaranya adalah
Wisma Kaliurang dan Pesanggrahan Dalem
Ngeksigondo milik keraton yang pernah
dipakai sebagai tempat berlangsungnya Komisi
Tiga Negara. Atau Museum Ullen Sentalu yang
sebagian bangunannya berada di bawah tanah.
Museum ini menguak misteri kebudayaan
dan nilai-nilai sejarah Jawa, terutama yang
berhubungan dengan putri Keraton Yogyakarta
dan Surakarta pada abad ke-19.
15.00 – 16.30: Gudeg Yu Djum, dekat Universitas Gajah Mada
17.00 – 20.00: Kaliurang
Jam 13.00—14.30: Keraton Yogyakarta
4. VENUE |Desember 2012 139
Ernst K.Remboen,
Presiden Direktur
Radyatama
Setelah seharian berkutat
dalam hiruk-pikuk konferensi,
tentunya Anda ingin menikmati
suasana khas Yogya. Oleh
karena itu, Ernst harus mampir
ke Malioboro.“Di sepanjang
Malioboro, terdapat pedagang
asongan, kaki lima—yang
menjual berbagai macam oleh-
oleh dari Yogya seperti batik,
gantungan kunci, sandal batik,
tas anyaman, dan lainnya—
yang berujung pada pasar
Batik Beringharjo, surganya
batik Yogya,” kata Ernst.
Di seberang Pasar
Beringharjo ada Mirota
Batik, salah satu toko
batik terlengkap di
Yogyakarta. Jika Anda
adalah tipe orang
yang pintar menawar
harga dan tidak
mempunyai masalah
dalam berdesak-
desakan, masuklah ke
pasar Beringharjo. Tetapi jika
Anda tipe orang yang kurang
bisa untuk menawar dan
mencari sedikit kenyamanan
berbelanja, maka Anda cukup
mampir ke Mirota Batik.
Jika tangan sudah
dipenuhi dengan tas belanja,
Anda bisa menyempatkan
untuk menaiki andong.
Biasanya, Anda akan dibawa
berkeliling Yogya selama
kurang lebih setengah jam.
Perjalanan menaiki andong ini
seolah mengalihkan kepenatan
dari tumpukan pekerjaan.
Belum puas mencari buah tangan di Malioboro? Ernst
menyarankan untuk berburu kerajinan perak yang sangat
khas di Kotagede. Menjejakkan kaki ke Kotagede berarti siap
menyaksikan geliat sebuah kota tua yang tak pernah lekang dan
menyerah menempuh masa. Lima ratus tahun sudah kawasan
kota tua ini mewujud sebagai sebuah permukiman, yang diawali
dari pendirian Kedaton Dalem Kerajaan Mataram Islam oleh Ki
Ageng Pemanahan di paruh akhir abad ke-16 M. Selain sebagai
pusat produksi dan penjualan perhiasan perak, Kotagede juga
menyimpan sekitar 170 buah bangunan kuno buatan tahun 1700
hingga 1930. Hal tersebut menjadikan Kotagede tidak hanya
sebagai Kota Perak, tetapi juga kota tua bersejarah. Kerajinan
perak sendiri merupakan budaya turun-temurun.
Pada awalnya kerajinan di Kotagede berupa emas, perak,
dan tembaga. Namun seiring waktu, kerajinan peraklah yang
paling diminati. Sehingga para pengrajin lebih banyak memilih
untuk mengolah perak hingga sekarang. Saat ini, kerajinan ini
sudah diekspor ke mancanegara. “Bengkel-bengkel dan toko-toko
kerajinan perak juga bisa ditemui di sepanjang jalan. Anda dapat
melihat proses pembuatan kerajinan perak dan membeli perhiasan
dari perak seperti gelang, cincin, anting, (dan) kalung di
sini,” kata Ernst menjelaskan.
Di Kotagede juga terdapat
pabrik cokelat Monggo,
sebuah produk cokelat asli
Yogyakarta. Di sana kita
diperbolehkan masuk ke dalam
pabriknya (kecuali pada hari
Minggu) untuk melihat sendiri
dari dekat proses pengolahan
cokelat super enak tersebut.
Jarang ada penyelenggara yang
menyuguhkan masakan khas daerah setempat
selama konferensi. Kalaupun ada, hanya menu
populer, semisal gudeg untuk mewakili cita rasa
Yogyakarta. Nah, biasanya untuk melengkapi
hari setelah konferensi yang melelahkan, Ernst
menyempatkan diri mampir menikmati Bakmi
Jawa Kadin.
Apa yang istimewa dari Bakmi Jawa Kadin
kesukaan Ernst ini? “Di sini sang pemilik
mengolah sendiri mie melalui proses memasak
yang dicampur dengan telur bebek di atas bara
arang,” sahut Ernst menjelaskan. Kemudian
setelah hampir matang, mie Jawa panas
disajikan bersama rajangan kol dan suwiran
ayam goreng. Sambil ditemani segelas teh
manis, menghabiskan malam menyantap Bakmi
Jawa Kadin menjadi puncak pelarian tujuh
jam berlibur di kota Yogyakarta. Apalagi, untuk
menikmati satu porsi bakmi Jawa yang terletak
di Pakualaman, Anda hanya perlu merogoh
kocek Rp10.000 hingga Rp19.000.
13.00–15.00: Malioboro
18.00 – 20.00: Bakmi Jawa Kadin
pasar Beringharjo. Tetapi jika Anda bisa menyempatkan
sini,” kata Ernst menjelaskan.
Di Kotagede juga terdapat
pabrik cokelat Monggo,
sebuah produk cokelat asli
Yogyakarta. Di sana kita
diperbolehkan masuk ke dalam
pabriknya (kecuali pada hari
Minggu) untuk melihat sendiri
dari dekat proses pengolahan
cokelat super enak tersebut.
Jam15.30–17.00:Kotagede