3. IPPKH
(Permenlhk No P 7 tahun 2019)
Penggunaan Kawasan Hutan bertujuan untuk
mengatur penggunaan sebagian Kawasan hutan untuk
kepentingan Pembangunan diluar kegiatan kehutanan
meliputi:
• Kepentingan religi
• Pertambangan
• Ketenagalistrikan
• Sarana prasana transportasi
• Waduk
• Pelabuhan
• Bandara
• Pertanian dsb,
Pembangunan Kawasan hutan untuk kepentingan
Pembangunan diluar kegiatan kehutanan hanya dapat
dilakukan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan
strategis yang tidak dapat dielakkan dengan
mempertimbangkan Batasan luas dan jangka waktu
tertentu serta kelestarian lingkungan.
Hutan Produksi Hutan Lindung
Diajukan ke KemnLHK melalui Dirjen
Untuk Pertambangan harus
sepersetujuan DPR RI
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
5. PEMEGANG PPKH / IPPKH
DIWAJIBKAN MEMBANGUN
HUTAN
▪ LUAS sesuai areal terganggu dalam IPPKH (YANG
DIKERJAKAN)
▪ Waktu penyelesaian : 1 tahun sebelum IPPKH berakhir/
dikembalikan.
REKLAMASI HUTAN
▪ IPPKH Tujuan Komersial pada Provinsi dengan KH lebih dari 30%
▪ IPPKH Tujuan Non Komersial pada Provinsi dengan KH kurang dari 30%
▪ Luas kewajiban 1:1
▪ Waktu penyelesaian
✓ ½ N (untuk izin di atas 5 Th)
✓ ½ N+ 1(untuk izin kurang 5 Th)
REHABILITASI DAS
6. Reklamasi
— PP No 26 Tahun 2020
• Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki
atau memulihkan kembali Kawasan Hutan yang rusak
sehingga berfungsi secara optimal sesuai dengan
peruntukannya.
Penggunaan Kawasan Untuk Aktivitas Operasional Pertambangan
Bencana Alam
Reklamasi Hutan dilakukan pada Kawasan Hutan rusak yang telah mengalami perubahan permukaan tanah dan perubahan
penutupan tanah yang terjadi akibat penggunaan Kawasan atau bencana.
Longsor Cianjur
7. Reklamasi Hutan
INVENTARISASI
LOKASI
PERENCANAAN
REKLAMASI
PENETAPAN
LOKASI
PELAKSANAAN
REKLAMASI
HUTAN
1. Pengumpulan data dan
Informasi
2. Survei Lapangan
Rencana Umum
(Disusun untuk satu jangka
waktu Izin)
Rencana Tahunan
(disusun tiap tahun)
Ditetapkan Luas & Lokasi
Reklamasi
Muatan :
a. kondisi Kawasan Hutan sebelum dan
sesudah aktivitas;
b. rencana pembukaan Kawasan Hutan;
c. program Reklamasi Hutan;
d. rancangan teknis Reklamasi Hutan;
e. tata waktu pelaksanaan;
f. rencana biaya; dan
g. peta lokasi dan peta rencana kegiatan
reklamasi.
a. penataan lahan;
b. pengendalian erosi dan
sedimentasi; dan
c. Revegetasi.
a. pengendalian erosi dan
sedimentasi; dan
b. Revegetasi.
Kawasan Hutan mengalami
perubahanpermukaan tanah
dan tutupan lahan
Kawasan Hutan hanya
mengalami perubahan tutupan
lahan
AKIBAT PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN [PP 26/2020]
8. Penataan Lahan
Daerah timbunan yang akan
direklamasi akan disusun
kembali kemiringan
lerengnya sehingga
membentuk jenjang yang
aman dan kokoh
• Kemiringan lereng maksimal adalah 26◦
• Ketinggian antar jenjang 10 m
• Pembuatan backslope pada setiap crest lereng
• Pembentukan parit di kaki lereng
• Tebal tanah pucuk 1 m
(Sumber : SOP Internal)
Penataan merupakan kegiatan reklamasi yang mencakup kegiatan penutupan kembali Lembah lahan bekas penggunaan
Kawasan hutan, Pengaturan permukaan lahan, dan penaburan tanah pucuk (PP 26/2020)
9. Penataan Lahan
Permasalahan yang terjadi pada kegiatan Penataan Lahan
• Ketersediaan top soil terbatas
• Genangan air akibat infiltrasi tanah dan drainase yang buruk
• Kestabilan lereng
Ketebalan soil kurang dari standar Genangan air Erosi
10. Penataan Lahan
Improvement Kategori Penataan Lahan
Pemanfaatan Reject Coal untuk campuran media
tanam dan untuk meningkatkan infiltrasi tanah
Pengujianskala laboratorium untuk beberapa tingkatan horizon didapatkan hasil jika
tanah di areal kerja PT TOP hingga lapisan 3 dapat digunakan untuk spreading soil .
11. Pengendalian Erosi
Pengendalian erosi dan sedimentasi dilakukan dengan meminimalkan areal yang terganggu, membatasi atau
mengurangi kecepatan air limpasan, meningkatkan infiltrasi, dan pengelolaan air yang keluar dari lokasi bekas aktivitas
penggunaan Kawasan hutan
Drop Structure Legume Cover Crop Kolam Pengendapan
12. Revegetasi
Revegetasi adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang rusak melalui kegiatan penanaman dan
pemeliharaan pada areal bekas penggunaan Kawasan Hutan
Revegetasi
Pembibitan
Penanaman
Pemeliharaan
13. Jenis Tanaman Reklamasi
PT TOP
Fast Growing Nama Latin Status Konservasi Tempat Tumbuh Tanaman Lokal/ MPTS Nama Latin Status Konservasi
1 Jabon Anthocephalus cadamba Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN) Lahan basah Meranti Shorea leprosula Tidak dilindungi (P106/18) / Near Threatened (IUCN)
2 Mahang Macaranga tanarius Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN) Hutan Sekunder Keruing Dipterocarpus indicus Tidak dilindungi (P106/18) / Endangered (IUCN)
3 Mahang Damar Macaranga triloba Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN) Hutan Sekunder Ulin Eusideroxylon zwageri Tidak dilindungi (P106/18) / Vulnerable (IUCN)
4 Merkubung Macaranga gigantea Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN) Hutan Sekunder Mahoni Swietenia mahagoni Tidak dilindungi (P106/18) / Near Threatened (IUCN)
6 Angsana Pterocarpus indicus Tidak dilindungi (P106/18) / Endangered (IUCN) Semi Toleran Sungkai Peronema canescens Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN)
7 Johar Cassia siamea Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN) Dataran rendah Belangiran Shorea belangiran Tidak dilindungi (P106/18) / Vulnerable (IUCN)
8 Gmelina Gmelina arborea Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN) Tidak tergenang Tengkawang Shorea stenoptera Tidak dilindungi (P106/18) / Near Threatened (IUCN)
9 Pulai Alstonia scholaris Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN) Lahan basah Gaharu Aquilaria malacensis Tidak dilindungi (P106/18) / Criticaly Endagered (IUCN)
10 Sengon Buto Enterolobium cyclocarpum Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN) Tidak tergenang Kelengkeng Dimocarpus longan Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN)
11 Sengon Laut Paraserianthes falcataria Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN) Tidak tergenang Rambutan Nephelium lappaceum Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN)
12 Akasia Mangium Acacia mangium Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN) Tanpa naungan Mangga Mangifera indica Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN)
13 Galam Melaleuca leucadendron Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN) Lahan basah Nangka Artocarpus heterophyllus Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN)
14 Balik Angin Mallotus paniculatus Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN) Hutan Sekunder Durian Durio zibethinus Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN)
15 Ketapang Terminalia cattapa Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN) Hutan Pantai Alpukat Persea americana Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN)
16 Kaliandra Calliandra calothyrsus Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN) Tidak tergenang Jambu Air Syzygium aqueum Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN)
17 Gamal Gliricidia sepium Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN) Hutan sekunder Jambu Biji Psidium guajava Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN)
18 Turi Sesbania grandiflora Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN) Hutan sekunder Duwet Syzygium cumini Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN)
19 Trembesi Samanea saman Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN) Hutan sekunder Belimbing Averrhoa carambola Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN)
20 Lamtoro Leucaena leucocephala Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN) Hutan sekunder Kedondong Spondias dulcis Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN)
21 Laban Vytex pinnata Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN)
22 Hutap Nauclea sp. Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN)
23 Asam Jawa Tamarindus indica Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN)
24 Jambu mete Anacardium occidentale Tidak dilindungi (P106/18) / Least concern (IUCN)
No
Jenis Tanaman Reklamasi
14. Nursery
Persemaian merupakan suatu bidang lahan yang digunakan untuk menghasilkan bibit pohon tertentu yang memenuhi
persyaratan umur, ukuran dan kualitas tertentu yang cukup untuk ditanam di area penanaman
Perencanaan
Pengadaan
alat dan bahan
Pelaksanaan
Persemaian
Pemeliharaan
Persemaian
Seleksi Bibit
Gamal (Gliricidea sepium) Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum)) Belangiran (Shorea balangeran ) Meranti (Shorea spp )
15. Penanaman
Penanaman adalah kegiatan yang dilakukan untuk menumbuhkan tanaman pada suatu lahan dengan tujuan untuk
menjaga kelestarian alam, memperbaiki kualitas udara, meningkatkan kualitas air, dan memperkuat keanekaragaman
hayati.
Penanaman LCC Penanaman Tanaman Fast
Growing
Penanaman Tanaman
Lokal / MPTS
Sengon Laut (Paraserianthes falcataria)) Mangga(Mangifera indica)
Shorea balangeran
Calopogonium mucunoides
Dalam pelaksanaan kegiatan penanaman PT TOP bekerja sama dengan Masyarakat sekitar
Perusahaan yang tergabung dalam Koperasi Buhut Jaya Mandiri sebagai Upaya Perusahaan
dalam penerapan kegiatan pengelolaan lingkungan berbasis pemberdayaan masyarakat
16. Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan serangkaian tindakan yang meliputi penyiangan, pendangiran, penyulaman, dan pencegahan
hama penyakit pada tanaman.
Penyiangan Pendangiran Penyulaman
Pencegahan
hama penyakit
Dilakukan 3 bulan setelah penanaman selama 3
siklus
Kondisional sesuai assessment lapangan
17. Pemeliharaan
Hama Pada Area Reklamasi
Rusa Sambar (Cervus unicolor) termasuk kedalam jenis satwa dilindungi berdasarkan Permenlhk No P 106 2018 serta termasuk kategori
Vulnerable berdasarkan IUCN redlist. Rusa Sambar menjadi salah satu hama bagi tanaman reklamasi karena memakan tanaman reklamasi
khususnya jenis Sengon Buto ( Enterolobium cycocarpum), selain itu juga beberapa jenis kayu keras yang ditanam direklamasi mati akibat
digunakan oleh rusa sambar untuk mengasah tanduknya. Hal ini menjadi tantangan sekaligus capaian PT TOP dalam Upaya membangun hutan
dalam rangka reklamasi dan revegetasi karena dibalik spesies rusa sambar yang menjadi hama namun dilain sisi sekaligus menjadi parameter
keberhasilan PT TOP dalam melakukan reklamasi dan revegetasi karena telah berhasil memulihkan ekosistem untuk satwa dilindungi khususnya
Rusa Sambar.
Upaya penanggulangan kegagalan penanaman akibat rusa dilakukan dengan beberapa metode diantaranya:
• Penggantian jenis tanaman untuk area reklamasi yang berbatasan dengan area reklamasi yang telah berhasil dengan jenis tanaman yang tidak disukai rusa
• Penanaman tanaman pakan sebagai upaya pemenuhan ketersediaan pakan untuk rusa
• Monitoring secara berkala sebagai evaluasi efektivitas menggunakan camera trap
18. Penilaian Keberhasilan
Reklamasi
a. Perpanjangan izin pinjam pakai kawasan hutan
b. Pengembalian izin pinjam pakai kawasan hutan;
c. Menilai kemajuan pelaksanaan reklamasi hutan
pada areal penggunaan kawasan hutan.
Sasaran
1. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.60/Menhut-II/2009 tentang
Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan.
2. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.04/Menhut-II/2011 tentang
Pedoman Reklamasi Hutan
PERPANJANGAN/PENGEMBALIAN IPPKH
PENGURANGAN PNBP
1. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.60/Menhut-II/2009 tentang
Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan.
2. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.04/Menhut-II/2011
tentang Pedoman Reklamasi Hutan
3. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.56/Menhut-II/2008 tentang
Tata Cara Penentuan Luas Areal Terganggu dan Areal
Reklamasi dan Revegetasi untuk Penghitungan Penerimaan
Negara Bukan Pajak Penggunaan Kawasan Hutan,
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri LHK Nomor P.51/Menlhk/Setjen/Kum.1/
9/2019.
4. Surat Dirjen PDASHL Nomor S.79/V-RHL/2015 tanggal 20
Februari 2015 perihal Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan
untuk Perhitungan PNBP Penggunaan Kawasan Hutan.
Dasar Penilaian
19. Tahapan Kegiatan Penilaian
PENILAIAN REKLAMASI
1. Pemegang Izin Mengajukan Permohonan Penilaian Ke Dirjen
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan (PDASRH)
2. Dirjen PDASRH Perintahkan Kadishut Prov. Menilai
3. Penilaian Oleh Tim Provinsi
4. Uji Petik oleh Tim Pusat
5. Rekom Dirjen PDASRH
PROSES PENGEMBALIAN IPPKH
1. Pemegang Izin Mengajukan Permohonan Evaluasi Kewajiban dalam
rangka Pengembalian Ke Dishut Prov, tembusan Dirjen PKTL
2. Dishut Prov Melakukan penilaian
3. Dishut Prov melaporkan ke Menlhk cq Dirjen PKTL (Planologi Kehutanan
dan Tata Lingkungan)
4. Pemegang Izin mengajukan pengembalian izin ke Menlhk di lampiri hasil
penilaian tim prov
5. Proses Lebih Lanjut di Ditjen PKTL
1. Pemegang Izin Mengajukan Permohonan Penilaian Ke Dirjen
PDASRH
2. Dirjen PDASRH Perintahkan Ka BPDASHL (Balai Pengelolaan
DAS dan Hutan Lindung) untuk Menilai
3. Penilaian Oleh Tim Provinsi
4. Uji Petik oleh Tim Pusat
5. Rekom Dirjen PDASRH
6. Pemegang Izin mengajukan permohonan perubahan baseline
PKH ke Dirjen PKTL
7. Proses Lebih lanjut di Ditjen PKTL
PERPANJANGAN/PENGEMBALIAN IPPKH
PENGURANGAN PNBP PKH
20. Kriteria Keberhasilan
Reklamasi
PENATAAN LAHAN (30)
o Pengisian kembali lubang bekas
tambang;
o Penataan permukaan tanah;
o Kestabilan lereng; dan
o Penaburan tanah pucuk
PENGENDALIAN EROSI DAN
SEDIMENTASI (20)
o Pembuatan bangunan konservasi
tanah (checkdam, dam penahan,
pengendali jurang, drop structure,
saluran drainase, dll).
o Penanaman cover crops untuk
memperkecil kecepatan air limpasan
dan meningkatkan infiltrasi.
o Kejadian erosi dan sedimentasi
(diamati dari terjadinya erosi alur dan
erosi parit).
REVEGETASI (50)
o Luas areal penanaman;
o Persentase tumbuh tanaman;
o Jumlah tanaman per hektar;
o Komposisi jenis tanaman; dan
o Pertumbuhan atau kesehatan
tanaman.
Untuk pengembalian pinjam pakai kawasan hutan, apabila izinnya sudah habis, maka perbaikan reklamasi dapat
menggunakan masa pemeliharaan selama 3 tahun, sehingga dapat mencapai nilai yang memadai yaitu ≥ 80.
22. Punah
Suatu takson dinyatakan "punah" ( extinct (EX))
Punah di alam liar
Suatu takson dinyatakan "punah di alam liar" (extinct in the wild (EW))
Terancam kritis
Suatu takson dinyatakan "terancam kritis" (critically endangered (CR))
Genting
Suatu takson dinyatakan "genting" (endangered (EN))
Rentan
Suatu takson dinyatakan "rentan" (vulnerable (VU))
Hampir terancam
Suatu takson dinyatakan "hampir terancam" (near threatened (NT)) .
Risiko rendah
Suatu takson dinyatakan "risiko rendah" (least concern (LC))
Kekurangan data
Suatu takson dinyatakan "kekurangan data" (data deficient (DD))
23. Susunan Tim Penilai
TIM PENILAI TINGKAT PROVINSI
Ketua : Unsur Dinas Provinsi yang menangani kehutanan
Sekretaris : Unsur BPDASHL
Anggota : a. Unsur UPT Kementerian Kehutanan yang terkait
(BPDASHL/BPKH/BPHP/BKSDA)
b. Unsur Dinas Kehutanan Provinsi
c. Unsur Dinas Pertambangan Provinsi
d. Unsur Dinas Kehutaan Kabupaten/Kota
e. Unsur Dinas Pertambangan. Kabupaten/Kota
f. Instansi terkait lainnya.
PERPANJANGAN/PENGEMBALIAN IPPKH
TIM PENILAI TINGKAT PROVINSI
Koord. : Kepala Balai PDASHL
Ketua : Pakar Perguruan Tinggi
Anggota : a. Unsur BPDASHL
b. Unsur BPKH
c. Unsur Dinas Kehutanan Provinsi
c. Unsur Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota
e. Instansi /unsur terkait lainnya yg berkompeten.
PENGURANGAN PNBP
TIM PENILAI TINGKAT PUSAT
Penanggungjawab : Direktur Jenderal PDASRH
Ketua : Direktur KTA
Sekretaris : Kasubdit Reklamasi dan Rehab. PKH, Ditjen PDASHL
Anggota : a. Unsur Ditjen Minerba, / Migas Kem. ESDM
b. Unsur Ditjen PKTL KLHK
c. Unsur Ditjen KSDAE KLHK
d. Unsur Ditjen PDASHL, KLHK
e. Unsur Ditjen Pengendalian Pencemaran &
Kerusakan Lingkungan, KLHK.
f. Unsur Dishut Prov
g. Unsur UPT KLHK (BPDASHL /BPKH/ BPHP/BKSDA)
PERPANJANGAN/PENGEMBALIAN IPPKH
TIM PENILAI TINGKAT PUSAT
Penanggungjawab : Direktur Jenderal PDASRH
Ketua : Direktur KTA
Sekretaris : Kasubdit Reklamasi dan
Rehab.PKH, Ditjen PDASHL
Anggota :
a.Unsur Ditjen PKTL KLHK
b.Unsur Biro Keuangan, Setjen Kemen LHK
c.Unsur Bag. Hukum dan Kerjasama Teknik, Setditjen PDASHL, KLHK
d. Unsur BPDASHL
PENGURANGAN PNBP
PROVINSI
UJI PETIK
24. o survei : kegiatan pengumpulan data dan informasi primer yang dilakukan dgn pengukuran langsung di lapangan
(berupa data numerik dan spasial)
o studi referensi : kegiatan pengumpulan data dan informasi yg telah ada (data sekunder) tanpa dilakukan survei
atau pengukuran di lapangan.
o sampling : untuk pengukuran beberapa parameter dalam penilaian keberhasilan reklamasi hutan, perlu dilakukan
teknik sampling, misalnya untuk persentase tumbuh tanaman dan tingkat kesehatan pohon.
o skoring dan bobot : dilakukan untuk memberikan penilaian secara kuantitatif.
- Pembobotan diberikan pada setiap kriteria dengan total bobot 100.
- Pemberian bobot untuk setiap kriteria sebagai berikut:
a. penataan lahan dengan bobot 30;
b. pengendalian erosi dan sedimentasi dengan bobot 20;
c. revegetasi dengan bobot 50.
- Sistem skoring diterapkan pada setiap parameter dengan memberikan skor/nilai maksimal 5 dan nilai
terendah diberikan 1.
o analisis : penilaian keberhasilan reklamasi hutan di lapangan berdasarkan Tabel Kriteria dan Indikator Tingkat
Keberhasilan Reklamasi Hutan.
METODE PENILAIAN
25. SURVEI DAN STUDI REFERENSI
o DATA-DATA YANG HARUS DIKUMPULKAN:
- SHP FILE/CITRA:
1. Batas IPPKH
2. Batas areal reklamasi (isi field : blok, tahun tanam, luas, jenis tanaman)
3. Sebaran lokasi BKTA
4. Citra/drone minimal 8 bulan terakhir
- DOKUMEN:
1. RKTTL
2. Rancangan Teknis Reklamasi
3. Rencana Pasca Tambang
4. Amdal
5. Dokumentasi tahapan kegiatan (penimbunan lubang, penataan lahan,
pengendalian erosi sedimentasi, revegetasi)
6. Dokumentasi before after
7. Video reklamasi
o LANGKAH-LANGKAH PEKERJAAN:
- ANALISA SPASIAL:
1. Cek Batas IPPKH (sumber paling akurat SHPFile tata batas IPPKH)
2. Cek Batas areal reklamasi (Jika ada yang keluar areal IPPKH
dikeluarkan)
3. Sebaran lokasi BKTA (sebagai acuan peninjauan lapangan)
4. Citra/drone minimal 8 bulan terakhir (jika ada areal yang non vegetasi
agar dikeluarkan, seperti jalan, kantor dll)
26. SURVEI DAN STUDI REFERENSI
2015 2016 2017 Jumlah 2015 2016 2017 Jumlah
1 Luas Tanaman (Ha) 44,50 9,50 73,50 127,50 44,86 9,74 73,93 128,53 100,81
2 Pengisian lubang tambang (Bcm) 17.796.469,00 25.349.381,00 34.391.848,00 77.537.698,00 17.839.004,00 24.180.581,00 35.155.432,00 77.175.017,00 99,53
3 Penataan Lahan (Ha) 44,50 9,50 73,50 127,50 44,86 9,74 73,93 128,53 100,81
4 Penaburan Tanah Pucuk (Bcm) 445.000,00 95.041,00 735.000,00 1.275.041,00 448.600,00 739.300,00
Penaburan Tanah Pucuk (Ha)*Asumsi 44,50 9,50 73,50 127,50 44,86 9,74 73,93 128,53 100,81
5 Bangunan Konservasi Tanah dan Air (BKTA)
Drops Structure,
drainase, Setling Pond,
dan kolam tampungan air
Settling Pond dan
drainase
drop structure,
drainase, kolam
tampungan air,
settling pond
Drops Structure,
drainase, Setling
Pond, embung,
kolam tampungan
air
Settling Pond dan
drainase
drop structure,
drainase, kolam
tampungan air,
embung, settling
pond
BKTA (unit) 5,00 1,00 6,00 12,00 5,00 1,00 6,00 12,00 100,00
6 Cover Crop :CP, CM,PJ (Kg) 4.450,00 950,40 9.611,00 15.011,40 4.486,00 974,00 9.579,00
7 Jarak Tanam 4x4 4x4 4x4 4x4 4x4 4x4
8 Jenis Tanaman
- Pionir
sengon laut, sengon buto,
johar, trembesi, gamal,
akasia, lamtoro
Sengon laut,
Johar, Akasia,
Gamal
Sengon laut, Gamal,
Akasia, Johar
sengon laut,
sengon buto, johar,
trembesi, gamal,
akasia, lamtoro
Sengon laut, Johar,
Akasia, Gamal
Sengon laut, Gamal
, Akasia , Johar
- Kayu
Meranti, Mampapui,
Keruing, Sungkai, Jabon,
Plajau, Jambu-jambuan,
Pantung, Tengkawang,
Bangkirai, Resak, Rimba
Campuran
Meranti,
Mampapui,
Sungkai, Jabon,
Plajau,
Tengkawang,
Pantung, Jambu-
jambuan, Cangal,
Rimba Campuran
Meranti, Mampapui,
Sungkai, Jabon,
Plajau, Pantung,
Jambu-jambuan,
Sangkuang, Kajalaki,
dan Rimba
Campuran
meranti, blangiran,
mampapui, keruing,
sungkai, jabon,
plajau, jambu-
jambu, pantung,
pulai, tengkawang,
bangkirai, resak,
rimba campuran
Meranti,
Mampapui,
Sungkai, Jabon,
Plajau,
Tengkawang,
Pantung, Jambu-
jambuan, Cangal,
Rimba Campuran
Meranti,
Mampapui,
Sungkai, Jabon,
Plajau, Pantung ,
Jambu-jambuan,
Sangkuang,
Kajalaki, Rimba
Campuran
- MPTS
Kedawung, Durian,
Nyamplung, Beringin,
Kayu Putih, Gelam,
Nangkadak, Rambutan
Durian dan
Kedawung
Durian, Kasturi,
Nyamplung, Kayu
Putih, Kedawung
kedawung, durian,
nyamplung,
beringin, kayu
putih, gelam,
nangkadak,
rambutan
Durian dan
Kedawung
Durian, Kasturi,
Nyamplung, Kayu
Putih, Kedawung
Rancangan Reklamasi Laporan reklamasi
Uraian Kegiatan
No %
Analisa Dokumen
Catatan : Jenis tanaman yang tertuang dalam rancangan/rkttl menjadi acuan penilaian
27. MINIMAL 5 %
1. Luas ≤ 100 Ha : Sensus
2. Luas 100 s.d 250 Ha : 25 %
3. Luas 250 s.d 500 Ha : 10 %
4. Luas di atas 500 Ha : 5 %
PERPANJANGAN/PENGEMBALIAN IPPKH
PENGURANGAN PNBP
PERSEN SAMPLING
Pembuatan diagram skema penarikan petak ukur tanaman sebagai berikut:
a. Siapkan peta hasil penanaman skala 1 : 10.000
b. Tentukan pada peta tersebut petak ukur pertama secara acak.
c. Buat garis transek melalui titik petak ukur pertama tersebut, yaitu garis
vertikal dan garis horizontal yang berpotongan pada titik petak ukur pertama
tersebut. Garis vertikal memotong tegak lurus larikan tanaman dan garis
horizontal sejajar larikan tanaman.
d. Buat garis transek berikutnya secara sistematik terhadap garis transek
pertama dengan jarak antar garis vertikal 1 cm dan jarak antar garis
horizontal 1 cm.
e. Buat petak ukur persegi panjang ukuran 4 mm x 2,5 mm di peta (di
lapangan 40 x 25 m) atau lingkaran dengan jari-jari 1,78 mm di peta (di
lapangan 17,8 m) pada garis transek tersebut dengan titik potong garis
transek sebagai titik pusatnya, sehingga penyebaran letak petak ukur
tersebut dapat mewakili seluruh areal tanaman yang dinilai.
Teknik Pembuatan Petak Ukur
28. SURVEI DAN STUDI REFERENSI
1 cm
Keterangan :
f. Untuk tanaman pada blok/lokasi yang tidak berupa hamparan
(misal: bekas jalan) dilakukan dengan metode purposive sampling,
dengan memilih petak ukur yang memiliki ciri tertentu yang bisa
mewakili populasi yang ada.
g. Data yang dicatat dan diukur pada setiap petak ukur meliputi data
tanaman (jenis tanaman, jumlah tanaman yang hidup, kondisi
tanaman (sehat, kurang sehat dan merana), jarak tanam dan data
penunjang (fisiografi lahan, kondisi tanah dan gangguan terhadap
tanaman).
1 cm
cmcm
: Batas areal tanaman
: Petak Ukur Pertama (ditentukan secara acak)
ukuran 4 mm x 2,5 mm
: Petak Ukur berikutnya ditentukan secara
sistematis
29. Tabel . Kriteria dan Indikator Keberhasilan Reklamasi Hutan
Kiteria Indikator Parameter Standar Penilaian Bobot
Nilai
Nilai Keterangan
1. Penataan lahan 30
Penataan
permukaan
lahan
a. Pengisian
kembali lubang
bekas
tambang
1. Pengisian kembali
lubang bekas tambang
90 % dari rencana
2. Pengisian kembali
lubang bekas tambang
80 % - 89% dari rencana
3. Pengisian kembali
lubang bekas tambang
70 % - 79% dari rencana
4. Pengisian kembali
lubang bekas tambang
60 % - 69% dari rencana
5. Pengisian kembali lubang
bekas tambang < 60%
dari rencana
5
4
3
2
1
Membandingk
an rencana
dengan
realisasi
30. b. Luas areal
yang ditata
1. Lahan yang ditata 90 %
dari rencana
2. Lahan yang ditata 80 % -
89 % dari rencana
3. Lahan yang ditata 70 % -
79 % dari rencana
4. Lahan yang ditata 60 % -
69 % dari rencana
3. Lahan yang ditata < 60%
dari rencana
5
4
3
2
1
Membandingkan
rencana dengan
realisasi
c. Kestabilan 1. Tidak terjadi longsor
sampai longsor sangat
ringan (< 5 %)
2. Ada longsor ringan (5 %
– 10 %)
3. Ada longsor sedang (10
% – 15 %)
4. A da longsor berat (15 %
– 20 %)
5. Terjadi longsor sangat
berat (> 20 %)
5
4
3
2
1
Membandingkan
Presentase
kejadian longsor
terhadap
keseluruhan
areal lahan
bekas tambang
(mine out)
31. d. Penaburan
tanah pucuk
1.Penaburan tanah pucuk
90 %
1.Penaburan tanah pucuk 80 %
- 89 %
2.Penaburan tanah pucuk 70 %
- 79 %
3.Penaburan tanah pucuk 60 %
- 69 %
4.Penaburan tanah pucuk < 60
%
5
4
3
2
1
- Membanding-kan
rencana dengan
realisasi.
- Poting system
pada daerah
berbatu dapat
disamakan
dgn penaburan
top soil
2. Pengendalian Erosi dan
Sedimentasi
20
a. Bangunan
Konservasi
Tanah
a. Jumlah fisik
bangunan
b. Manfaat
bangunan
1. Bangunan konstan dibuat
90 %
2. Bangunan konstan dibuat
80 % - 89 %
2. Bangunan konstan dibuat
70 % - 89 %
2. Bangunan konstan dibuat
60 % - 69 %
3. Bangunan konstan dibuat
< 60 %
1. Sangat bermanfaat
2. Bermanfaat
3. Agak bermanfaat
4. Kurang Bermanfaat
5. Tidak bermanfaat
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
Kesesuaian dalam
jumlah spesifikasi
dan lokasi
Melihat kondisi
bangunan apakah
berfungsi atau
tidak
32. b. Penanam-
an Cover
Crop
Luas Cover crop 1. Cover crop ditanam 90 %
2. Cover crop ditanam 80 % -
89 %
3. Cover crop ditanam 70 % -
79 %
4. Cover crop ditanam 60 % -
69 %
5. Cover crop ditanam < 60%
5
4
3
2
1
Untuk areal
persiapan
tanaman
c. Erosi dan
Sedimentasi
Terjadinya erosi 1. Terjadi erosi < 5 %
2. Terjadi erosi 6 % - 10 %
3. Terjadi erosi 11 % - 15 %
4. Terjadi erosi 16 % - 20%
5. Terjadi erosi > 20 %
5
4
3
2
1
Diamati dari erosi
alur dan erosi
parit.
Persentase luas
erosi terhadap
areal reklamasi
3. Revegetasi 50
a. Penanam-
an
a. Luas areal
penanaman
1. Realisasi penanaman 90 %
2. Realisasi penanaman 80 %
- 89 %
3. Realisasi penanaman 70 %
- 79 %
4. Realisasi penanaman 60 %
- 69 %
5. Realisasi penanaman < 60 %
5
4
3
2
1
Membandingkan
rencana dengan
realisasi
33. b. Persentase tumbuh 1. Persentase tumbuh 90 %
2. Persentase tumbuh 80 % – 89 %
3. Persentase tumbuh 70 % – 79 %
4. Persentase tumbuh 60 % – 69 %
5. Persentase tumbuh < 60 %
5
4
3
2
1
Penilaian secara
sampling
c. Jumlah tanaman 1.Jumlah tanaman ≥ 625 ph/ha
2.Jumlah tanaman 551 ph/ha – 625 ph/ha
3.Jumlah tanaman 476 ph/ha – 550 ph/ha
4.Jumlah tanaman 400 ph/ha – 475 ph/ha
5.Jumlah tanaman < 400 ph/ha
5
4
3
2
1
Jarak tanam maks
4 x 4 m sesuai dg
bentuk lahan
d. Komposisi
Jenis tanaman
1. Jenis lokal ≥ 40%
2. Jenis lokal 30% - 39%
3. Jenis lokal 20% - 29%
4. Jenis lokal 10% - 19%
5. Jenis lokal < 10%
5
4
3
2
1
Terhadap jumlah
pohon.
Jenis lokal pokok
tanaman hutan / MPTS
berdaur panjang
f. Kesehatan tanaman 1. Tumbuhan sehat 90 %
2. Tumbuhan sehat 80% -
89%
3. Tumbuhan sehat 70% -
79%
4. Tumbuhan sehat 60% -
69%
5. Tumbuhan
Sehat < 60 %
5
4
3
2
1
Tinggi normal, daun
segar dan tidak kuning.
Batang normal, tdk ada
hama/
Penyakit dan gulma