SlideShare a Scribd company logo
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik tertentu (secara 
khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang 
dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara. Seorang warga negara berhak memiliki 
paspor dari negara yang dianggotainya. 
Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan (bahasa Inggris: citizenship). Di dalam 
pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten, 
karena keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewargaan ini menjadi 
penting, karena masing-masing satuan politik akan memberikan hak (biasanya sosial) yang berbeda-beda 
bagi warganya. 
Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan (bahasa Inggris: nationality). Yang 
membedakan adalah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan. Ada kemungkinan untuk memiliki 
kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara (contoh, secara hukum merupakan subyek suatu 
negara dan berhak atas perlindungan tanpa memiliki hak berpartisipasi dalam politik). Juga 
dimungkinkan untuk memiliki hak politik tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu negara. 
Di bawah teori kontrak sosial, status kewarganegaraan memiliki implikasi hak dan kewajiban. Dalam 
filosofi "kewarganegaraan aktif", seorang warga negara disyaratkan untuk menyumbangkan 
kemampuannya bagi perbaikan komunitas melalui partisipasi ekonomi, layanan publik, kerja sukarela, 
dan berbagai kegiatan serupa untuk memperbaiki penghidupan masyarakatnya. Dari dasar pemikiran ini 
muncul mata pelajaran Kewarganegaraan (bahasa Inggris: Civics) yang diberikan di sekolah-sekolah. 
A. Pengertian Kewarganegaraan 
Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan antara 
negara dan warga negara. Kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan dengan suatu negara yang 
mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan. Adapun 
menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia, kewarganegaraan adalah segala ikhwal 
yang berhubungan dengan negara. 
Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut: 
a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis 
- Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum anatara orang-orang 
dengan negara. 
- Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum, tetapi ikatan emosionak, 
seperti ikartan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air. 
b. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil. 
- Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukkan pada tempat kewarganegaraan. Dalam sistematika 
hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik. 
- Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat hukum dari status kewarganegaraan, 
yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara. 
B. Pendidikan Kewarganegaraan 
Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan 
pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa 
dan negara. 
Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara berlandaskan 
pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam 
perikehidupan bangsa. 
• Standar isi pendidikan kewarganegaraan adalah pengembangan : 
1. nilai-nilai cinta tanah air; 
2. kesadaran berbangsa dan bernegara; 
3. keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara; 
4. nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup; 
5. kerelaan berkorban untuk masyarakat, bangsa, dan negara, serta 
6. kemampuan awal bela negara. 
• Pengembangan standar isi pendidikan kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 
dijabarkan dalam rambu-rambu materi pendidikan kewarganegaraan. 
• Rambu-rambu materi pendidikan kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi 
materi dan kegiatan bersifat fisik dan nonfisik. 
• Pengembangan rambu-rambu materi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan 
Peraturan Menteri sesuai lingkup penyelenggara pendidikan kewarganegaraan. 
Pembahasan I : Konsep Dasar Tentang Warga Negara 
Dalam pengertian Warga negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang 
menjadi unsur negara serta mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu negara, yakni 
peserta dari suatu perssekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama.. 
Dahulu istilah warga negara seringkali disebut hamba atau kawula negara yang dalam bahasa inggris 
(object) berarti orang yang memiliki dan mengabdi kepada pemiliknya. 
AS Hikam mendifinisikan bahwa warga negara yang merupakan terjemahan dari citizenship adalah 
anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri. 
Sedangkan Koerniatmanto S, mendefinisikan warga negara dengan anggota negara. Sebagai anggota 
negara, seorang warga negara mempunyai kedudukan yang khusus terhadap negaranya.Ia mempunyai 
hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya. 
Dalam konteks Indonesia, istilah warga negara (sesuai dengan UUD 1945 pasal 26) dikhususkan untuk 
bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan undang-undang sebagai warga negara. Dalam pasal 
1 UU No. 22/1958 bahwa warga negara Republik Indonesia adalah orang-orang yang berdasarkan 
perundang-undangan dan/atau perjanjian-perjanjian dan/atau peraturan-peraturan yang berlaku sejak 
Proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warga negara Republik Indonesia. 
Pembahasan II : Asas Kewarganegaraan
Asas kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan ketentuan yang telah disepakati dalam 
negara tersebut. Dalam menerapkan asas kewarganegaraan dikenal dua pedoman penetapan, yaitu: 
1). Asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dijumpai dua bentuk asas yaitu, ius soli dan ius 
sanguinis. Dalam bahasa Latin ius berarti hukum, dalih atau pedoman, soli berasal dari kata solum yang 
berartinegeri, tanah atau daerah dan sanguinis yang berarti darah. Dengan demikian, ius soli berarti 
pedoman kewarganegaraan yang berdasarkan tempat atau daerah kelahiran,sedangkan ius sanguinis 
adalah pedoman kewarganegaraan berdasarkan darah atau keturunan. 
2). Asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan yang dapat dilihat dari sisi perkawinan yang 
mencakup asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat.Asas kesatuan hukum berdasarkan pada 
paradigma bahwa suami- isteri ataupun ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang meniscayakan 
suasana sejahtera, sehat dan tidak terpecah dalam suatu kesatuan yang bulat,sehingga perlu adanya 
kesamaan pemahaman dan komitmen menjalankan kebersamaan atas dasar hukum yang sama dan 
meniscayakan kewarganegaraan yang sama pula. Sedangkan dalam asas persamaan derajat ditentukan 
bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan status kewarganegaraan masing-masingpihak. 
Mereka tetap memiliki status kewarganegaraan sendiri sama halnya ketika mereka belum diikatkan 
menjadi suami istri. Asas ini dapat menghindari terjadinya penyeludupan hukum sehingga banyak 
negara yang menggunakan asas persamaan derajat dalam peraturan kewarganegaraan . 
Pembahasan III : Unsur-Unsur Yang Menentukan Kewarganegaraan 
Dalam menentukan kewarganegaraan setiap negara memberlakukan aturan yang berbeda, namun 
secara umum terdapat tiga unsur yang seringkali digunakan oleh negara - negara di dunia, antara lain : 
1.Unsur Darah Keturunan (Ius Sanguinis) 
Kewarganegaraan dari orang tua yang menurunkannya menentukan kewarganegaraan seseorang, 
prinsip ini berlaku diantaranya di Inggris, Amerika, Perancis, Jepang, dan Indonesia. 
2. Unsur Daerah Tempat Kelahiran (Ius Soli) 
Daerah tempat seseorang dilahirkan menentukan kewarganegaraan,prinsip ini berlaku di Amerika, 
Inggris, Perancis, dan Indonesia, terkecuali di Jepang. 
3.Unsur Pewarganegaraan ( Naturalisasi) 
Syarat-syarat atau prosedur pewarganegaraan disesuaikan menurut kebutuhan yang dibawakan oleh 
kondisi dan situasi negara masing-masing. 
Dalam pewarganegaraan ini ada yang aktif ada pula yang pasif. Dalam pewarganegaraan aktif, seseorang 
dapa menggunakan hak opsi untuk memilih atau mengajukan kehendak menjadi warga negara dari 
suatu negara. Sedangkan dalam pewarganegaraan pasif,seseorang yang tidak mau dijadikan warga 
negara suatu negara, maka yang bersangkutan dapat menggunakan hak repuidasi yaitu hak untuk
menolak pemberian kewarganegaraan tersebut. 
Pembicaraan status kewarganegaraan seseorang dalam sebuah negara ada yang dikenal dengan 
apatride untuk orang-orang yang tidak mempunyai status kewarganegaraan, bipatride untuk orang-orang 
yang memiliki status kewarganegaraan rangkap/dwi-kewarganegaraan, dan multipatride untuk 
menyebutkan status kewarganegaraan seseorang yang memiliki dua atau lebih status kewarganegaraan. 
Pembahasan IV : Karakteristik Warga Negara Yang Demokrat 
Untuk membangun suatu tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadaban, maka setiap warga 
negara yang disebut sebagai demokrat,yakni antara lain sebagai berikut: 
1. rasa hormat dan tanggung jawab 
2. bersikap kritis 
3. membuka diskusi dan dialog 
4. bersikap terbuka 
5. rasional 
6. adil 
7. jujur 
Beberapa karakteristik warga negara yang demokrat tersebut, merupakan sikap dan sifat yang 
seharusnya melekat pada seorang warga negara. Hal ini akan menampilkan sosok warga negara yang 
otonom yang mempunyai karakteristik lanjutan sebagai berikut: 
1. memiliki kemandirian 
2. memiliki tanggung jawab pribadi, politik dan ekonomi sebagai warga negara 
3. menghargai martabat manusia dan kehormatan pribadi 
4. berpartisipasi dalam urusan kemasyarakatan denganpikiran dan sikap yang santun. 
5. mendorong berfungsinya demokrasi konstitusional yang sehat. 
Pada umumnya ada dua kelompok warga negara dalam suatu negara, yakni warga negara yang 
memperoleh status kewarganegaraan melalui stelsel pasif/operation of law dan melalui stesel aktif/by 
registration. 
Dalam penjelasan umum Undang-Undang No. 62/1958 bahwa ada tujuh cara memperoleh 
kewarganegaraan Indonesia , yaitu karena kelahiran, pengangkatan, dikabulkannya permohonannya, 
pewarganegaraan , turut ayah dan atau ibu serta karena pernyataan. 
Pembahasan V : Hak Dan Kewajiban Warga Negara 
Dalam konteks Indonesia, hak warga negara terhadap negara telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 
1945 dan berbagai peraturan lainnya yang merupakan derivasi dari hak-hak umum yang digariskan
dalam UUD 1945. Diantaranya hak asasi manusia yang rumusan lengkapnya tertuang dalam pasal 28 
UUD gubahan kedua. 
Sedangkan contoh kewajiban yang melekat bagi setiap warganegara antara lain kewajiban membayar 
pajak sebagai kontrak utama antara negara dengan warga, membela tanah air (pasal 27), membela 
pertahanan dan keamanan negara (pasal 29), menghormati hak asasi orang lain dan mematuhi 
pembatasan yang tertuang dalam peraturan (pasal 28 J),dan sebagainya. 
Prinsip utama dalam penentuan hak dan kewajiban warganegara adalah terlibatnya warga secara 
langsung ataupun perwakilan dalam saetiap perumusan dan kewajiban tersebut sehingga warga sadar 
dan menganggap hak dan kewajiban tersebut sebagai bagian dari kesepakatan mereka yang dibuat 
sendiri. 
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 
REPUBLIK INDONESIA 
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR 12 TAHUN 2006 
TENTANG 
KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA 
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 
Menimbang: 
Menimbang : 
a. bahwa negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik 
Indonesia Tahun 1945 menjamin potensi, harkat, dan martabat setiap orang sesuai dengan hak asasi 
manusia;
b. bahwa warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok dari suatu negara yang 
memiliki hak dan kewajiban yang perlu dilindungi dan dijamin pelaksanaannya; 
c. bahwa Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia 
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 
Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia sudah tidak sesuai 
lagi dengan perkembangan ketatanegaraan Republik Indonesia sehingga harus dicabut dan diganti 
dengan yang baru; 
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu 
membentuk Undang-Undang tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia; 
Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28B ayat (2), Pasal 28D ayat (1) dan ayat (4), 
Pasal 28E ayat (1), Pasal 28I ayat (2), dan Pasal 28J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 
Tahun 1945; 
Dengan Persetujuan Bersama 
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 
dan 
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 
MEMUTUSKAN: 
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA.
BAB I 
KETENTUAN UMUM 
Pasal 1 
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 
1. Warga Negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. 
2. Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara. 
3. Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh Kewarganegaraan Republik 
Indonesia melalui permohonan. 
4. Menteri adalah menteri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang Kewarganegaraan 
Republik Indonesia. 
5. Pejabat adalah orang yang menduduki jabatan tertentu yang ditunjuk oleh Menteri untuk 
menangani masalah Kewarganegaraan Republik Indonesia. 
6. Setiap orang adalah orang perseorangan, termasuk korporasi.
7. Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri adalah Kedutaan Besar Republik Indonesia, Konsulat 
Jenderal Republik Indonesia, Konsulat Republik Indonesia, atau Perutusan Tetap Republik Indonesia. 
Pasal 2 
Yang menjadi Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang 
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. 
Pasal 3 
Kewarganegaraan Republik Indonesia hanya dapat diperoleh berdasarkan persyaratan yang ditentukan 
dalam Undang-Undang ini. 
BAB II 
WARGA NEGARA INDONESIA 
Pasal 4 
Warga Negara Indonesia adalah: 
a. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau berdasarkan perjanjian 
Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi 
Warga Negara Indonesia; 
b. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia; 
c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia dan ibu warga 
negara asing;
d. k yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu Warga Negara 
Indonesia. 
e. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia; tetapi 
ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asala ayahnya tidak memberikan 
kewargaanegaraan kepada anak tersebut; 
f. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal dunia dari 
perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara Indonesia; 
g. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia; 
h. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui oleh 
seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak 
tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun dan/atau belum kawin; 
i. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status 
kewarganegaraan ayah dan ibunya; 
j. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah dan ibunya 
tidak diketahui; 
k. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai 
kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya. 
l. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan ibu Warga 
Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan 
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
m. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya, 
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji 
setia. 
Pasal 5 
(1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 (delapan 
belas) tahun atau belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap 
diakui sebagai Warga Negara Indonesia. 
(2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara sah sebagai anak 
oleh warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara 
Indonesia. 
Pasal 6 
(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana dimaksud 
dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf f, huruf m, dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda, 
setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih 
salah satu kewarganegaraannya. 
(2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara 
tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di 
dalam peraturan perundang-undangan. 
(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan 
dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah 
kawin. 
Pasal 7 
Setiap orang yang bukan Warga Negara Indonesia diperlakukan sebagai orang asing.
BAB III 
SYARAT DAN TATA CARA MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA 
Pasal 8 
Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga diperoleh melalui pewarganegaraan. 
Pasal 9 
Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai 
berikut: 
a. telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin; 
b. pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia 
paling singkat 5 (lima ) tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh puluh) tahun tidak berturut-turut; 
c. sehat jasmani dan rohani; 
d. dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar 
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 
e. tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 
1 (satu) tahun atau lebih; 
f. jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi 
berkewarganegaraan ganda;
g. mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan 
h. membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara. 
Pasal 10 
(1) Permohonan pewarganegaraan diajukan di Indonesia oleh pemohon secara tertulis dalam bahasa 
Indonesia di atas kertas bermeterai cukup kepada Presiden melalui Menteri. 
(2) Berkas permohonan pewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada 
Pejabat. 
Pasal 11 
Menteri meneruskan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 disertai dengan 
pertimbangan kepada Presiden dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak permohonan 
diterima. 
Pasal 12 
(1) Permohonan pewarganegaraan dikenai biaya. 
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. 
Pasal 13 
(1) Presiden mengabulkan atau menolak permohonan pewarganegaraan. 
(2) Pengabulan permohonan pewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 
ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
(3) Keputusan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan 
terhitung sejak permohonan diterima oleh Menteri dan diberitahukan kepada pemohon paling lambat 
14 (empat belas) hari terhitung sejak Keputusan Presiden ditetapkan. 
(4) Penolakan permohonan pewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disertai 
alasan dan diberitahukan oleh Menteri kepada yang bersangkutan paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung 
sejak permohonan diterima oleh Menteri. 
Pasal 14 
(1) Keputusan Presiden mengenai pengabulan terhadap permohonan pewarganegaraan berlaku efektif 
terhitung sejak tanggal pemohon mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia. 
(2) Paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak Keputusan Presiden dikirim kepada pemohon, Pejabat 
memanggil pemohon untuk mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia. 
(3) Dalam hal setelah dipanggil secara tertulis oleh Pejabat untuk mengucapkan sumpah atau 
menyatakan janji setia pada waktu yang telah ditentukan ternyata pemohon tidak hadir tanpa alasan 
yang sah, Keputusan Presiden tersebut batal demi hukum. 
(4) Dalam hal pemohon tidak dapat mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia pada waktu 
yang telah ditentukan sebagai akibat kelalaian Pejabat, pemohon dapat mengucapkan sumpah atau 
menyatakan janji setia di hadapan Pejabat lain yang ditunjuk Menteri. 
Pasal 15 
(1) Pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) 
dilakukan di hadapan Pejabat.
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membuat berita acara pelaksanaan pengucapan 
sumpah atau pernyataan janji setia. 
(3) Paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah atau pernyataan 
janji setia, Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan berita acara pengucapan 
sumpah atau pernyataan janji setia kepada Menteri. 
Pasal 16 
Sumpah atau pernyataan janji setia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) adalah: 
Yang mengucapkan sumpah, lafal sumpahnya sebagai berikut: 
Demi Allah/demi Tuhan Yang Maha Esa, saya bersumpah melepaskan seluruh kesetiaan saya kepada 
kekuasaan asing, mengakui, tunduk, dan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, 
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan akan membelanya dengan 
sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang dibebankan negara kepada saya sebagai 
Warga Negara Indonesia dengan tulus dan ikhlas. 
Yang menyatakan janji setia, lafal janji setianya sebagai berikut: 
Saya berjanji melepaskan seluruh kesetiaan saya kepada kekuasaan asing, mengakui, tunduk, dan setia 
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, dan Undang-Undang Dasar Negara Republik 
Indonesia Tahun 1945 dan akan membelanya dengan sungguh-sungguh serta akan menjalankan 
kewajiban yang dibebankan negara kepada saya sebagai Warga Negara Indonesia dengan tulus dan 
ikhlas. 
Pasal 17 
Setelah mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia, pemohon wajib menyerahkan 
dokumen atau surat-surat keimigrasian atas namanya kepada kantor imigrasi dalam waktu paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah atau pernyataan janji 
setia. 
Pasal 18 
(1) Salinan Keputusan Presiden tentang pewarganegaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat 
(1) dan berita acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia dari Pejabat sebagaimana dimaksud 
dalam Pasal 15 ayat (2) menjadi bukti sah Kewarganegaraan Republik Indonesia seseorang yang 
memperoleh kewarganegaraan. 
(2) Menteri mengumumkan nama orang yang telah memperoleh kewarganegaraan sebagaimana 
dimaksud pada ayat (1) dalam Berita Negara Republik Indonesia. 
Pasal 19 
(1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan Warga Negara Indonesia dapat memperoleh 
Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di 
hadapan Pejabat. 
(2) Pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila yang bersangkutan sudah 
bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut - 
turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut, kecuali dengan perolehan 
kewarganegaraan tersebut mengakibatkan berkewarganegaraan ganda. 
(3) Dalam hal yang bersangkutan tidak memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia yang 
diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yang bersangkutan 
dapat diberi izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan untuk menjadi Warga Negara 
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 20 
Orang asing yang telah berjasa kepada negara Republik Indonesia atau dengan alasan kepentingan 
negara dapat diberi Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh Presiden setelah memperoleh 
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, kecuali dengan pemberian 
kewarganegaraan tersebut mengakibatkan yang bersangkutan berkewarganegaraan ganda. 
Pasal 21 
(1) Anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin, berada dan bertempat 
tinggal di wilayah negara Republik Indonesia, dari ayah atau ibu yang memperoleh Kewarganegaraan 
Republik Indonesia dengan sendirinya berkewarganegaraan Republik Indonesia 
(2) Anak warga negara asing yang belum berusia 5 (lima) tahun yang diangkat secara sah menurut 
penetapan pengadilan sebagai anak oleh Warga Negara Indonesia memperoleh Kewarganegaraan 
Republik Indonesia. 
(3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) memperoleh kewarganegaraan 
ganda, anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya sebagaimana diatur 
dalam Pasal 6. 
Pasal 22 
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mengajukan dan memperoleh Kewarganegaraan Republik 
Indonesia diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB IV 
KEHILANGAN KEWARGANEGARAAN 
REPUBLIK INDONESIA 
Pasal 23 
Warga Negara Indonesia kehilangan kewarganegaraannya jika yang bersangkutan: 
a. memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri; 
b. tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang bersangkutan 
mendapat kesempatan untuk itu; 
c. dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya sendiri, yang 
bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun, bertempat tinggal di luar negeri, dan dengan 
dinyatakan hilang Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan; 
d. masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden; 
e. secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas semacam itu di 
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat dijabat oleh Warga 
Negara Indonesia;
f. secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau bagian 
dari negara asing tersebut; 
g. tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk 
suatu negara asing; 
<!--[if !supportLists]-->h. <!--[endif]-->mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari 
negara asing atau surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari 
negara lain atas namanya; atau 
i. bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 (lima) tahun terus-menerus 
bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan 
keinginannya untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun itu 
berakhir, dan setiap 5 (lima) tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin 
tetap menjadi Warga Negara Indonesia kepada Perwakilan Republik Indonesia yang wilayah kerjanya 
meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal perwakilan Republik Indonesia tersebut telah 
memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi 
tanpa kewarganegaraan. 
Pasal 24 
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf d tidak berlaku bagi mereka yang mengikuti 
program pendidikan di negara lain yang mengharuskan mengikuti wajib militer. 
Pasal 25 
(1) Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi seorang ayah tidak dengan 
sendirinya berlaku terhadap anaknya yang mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya sampai 
dengan anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.
(2) Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi seorang ibu tidak dengan sendirinya berlaku 
terhadap anaknya yang tidak mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya sampai dengan anak 
tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin 
(3) Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia karena memperoleh kewarganegaraan lain bagi 
seorang ibu yang putus perkawinannya, tidak dengan sendirinya berlaku terhadap anaknya sampai 
dengan anak tersebut berusia 18 ( delapan belas tahun atau sudah kawin. 
(4) Dalam hal status kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana dimaksud pada 
ayat (1), ayat dua (2), dan ayat tiga (3) berakibat anak berkewarganegaraan ganda, stelah berusia 18 
(delapan belas tahun) atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu 
kewarganegaraannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 
Pasal 26 
(1) Perempuan Warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki -laki warga negara asing kehilangan 
Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal suaminya, kewarganegaraan istri 
mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut. 
(2) Laki-laki Warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga negara asing kehilangan 
Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal istrinya, kewarganegaraan suami 
mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut. 
(3) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin 
tetap menjadi Warga Negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai keinginannya 
kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia yang wilayahnya meliputi tempat tinggal 
perempuan atau laki-laki tersebut, kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan ganda. 
(4) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diajukan oleh perempuan 
sebagaimana dimaksud pada ayat dua (2) setelah tiga (3) tahun sejak tanggal perkawinannya 
berlangsung. 
Pasal 27
Kehilangan kewarganegaraan bagi suami atau istri yang terikat perkawinan yang sah tidak 
menyebabkan hilangnya status kewarganegaraan dari istri atau suami. 
Pasal 28 
Setiap orang yang memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan keterangan yang 
kemudian hari dinyatakan palsu atau dipalsukan, tidak benar, atau terjadi kekeliruan mengenai 
orangnya oleh instansi yang berwenang, dinyatakan batal kewarganegaraannya. 
Pasal 29 
Menteri mengumumkan nama orang yang kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia dalam 
Berita Negara Republik Indonesia. 
Pasal 30 
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara kehilangan dan pembatalan 
kewarganegaraan diatur dalam Peraturan Pemerintah. 
BAB V 
SYARAT DAN TATA CARA MEMPEROLEH KEMBALI 
KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA 
Pasal 31
Seseorang yang kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat memperoleh kembali 
kewarganegaraannya melalui prosedur pewarganegaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 sampai 
dengan Pasal 18 dan Pasal 22. 
Pasal 32 
(1) Warga Negara Indonesia yang kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 23 huruf i, Pasal 25, dan Pasal 26 ayat (1) dan ayat (2) dapat memperoleh 
kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri 
tanpa melalui prosedur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 17. 
(2) Dalam hal pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertempat tinggal di luar wilayah negara 
Republik Indonesia, permohonan disampaikan melalui Perwakilan Republik Indonesia yang wilayah 
kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon. 
(3) Permohonan untuk memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat diajukan oleh 
perempuan atau laki-laki yang kehilangan kewarganegaraannya akibat ketentuan sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dan ayat (2) sejak putusnya perkawinan. 
(4) Kepala Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meneruskan 
permohonan tersebut kepada Menteri dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari setelah menerima 
permohonan. 
Pasal 33 
Persetujuan atau penolakan permohonan memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia 
diberikan paling lambat 3 (tiga) bulan oleh Menteri atau Pejabat terhitung sejak tanggal diterimanya 
permohonan. 
Pasal 34 
Menteri mengumumkan nama orang yang memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia 
dalam Berita Negara Republik Indonesia. 
Pasal 35 
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara memperoleh kembali Kewarganegaraan 
Republik Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB VI 
KETENTUAN PIDANA 
Pasal 36 
(1) Pejabat yang karena kelalaiannya melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana ditentukan 
dalam Undang-Undang ini sehingga mengakibatkan seseorang kehilangan hak untuk memperoleh atau 
memperoleh kembali dan/atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia dipidana dengan 
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun. 
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan karena kesengajaan, 
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun. 
Pasal 37 
(1) Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan palsu, termasuk keterangan di atas 
sumpah, membuat surat atau dokumen palsu, memalsukan surat atau dokumen dengan maksud untuk 
memakai atau menyuruh memakai keterangan atau surat atau dokumen yang dipalsukan untuk 
memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia atau memperoleh kembali Kewarganegaraan 
Republik Indonesia dipidana dengan pidana penjara pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan 
paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling sedikit Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta 
rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 
(2) Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan keterangan palsu, termasuk keterangan di atas 
sumpah, membuat surat atau dokumen palsu, memalsukan surat atau dokumen sebagaimana dimaksud 
pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) 
tahun dan denda paling sedikit Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak 
Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 38 
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dilakukan korporasi, pengenaan 
pidana dijatuhkan kepada korporasi dan/atau pengurus yang bertindak untuk dan atas nama korporasi. 
(2) Korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana denda paling sedikit Rp 
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan 
dicabut izin usahanya. 
(3) Pengurus korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling 
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu 
miliar rupiah) dan paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 
BAB VII 
Ketentuan Peralihan 
Pasal 39 
(1) Permohonan pewarganegaraan, pernyataan untuk tetap menjadi warga negara Indonesia, atau 
permohonan memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia yang telah diajukan kepada 
menteri sebelum Undang-undang ini berlaku dan telah diproses tetapi belum selesai, tetap diselesaikan 
berdasarkan Undang-undang no 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan republik Indonesia 
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang no 3 tahun 1976 tentang perubahan 
kewarganegaraan Republik Indonesia. 
(2) Apabila permohonan atau pernaytaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah doproses tetapi 
belum selesai pada saat peraturan pelaksanaan Undang-undang ini ditetapkan, permohonan atau 
pernyataan tersebutdiselesaikan menurut ketentuan Undang-undang ini.
Pasal 40 
(1) Permohonan pewarganegaraan, pernyataan untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia, atau 
permohonan memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia yang telah diajukan kepada 
Menteri sebelum Undang-Undang ini berlaku dan belum diproses, diselesaikanberdasarkan ketentuan 
Undang-undang ini 
Pasal 41 
Anak yang lahir sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf I dan anak yang 
diakui atau diangkat secara sah sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 sebelum Undang-undang ini 
diundangkan da belum berusia 18 ( delapan belas) tahun atau belum kawin memperoleh 
Kewarganegaran Republik Indonesia berdasarkan Undang-undang ini dengan mendaftarkan diri kepada 
menteri melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 (empat) tahun setelah 
Undang-undang ini diundangkan 
Pasal 42 
Warga negara Republik Indonesai yang tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesai selama 5 (lima) 
tahun atau lebih tidak melaporkan diri kepada Perwakilan Republik Indonesia dan telah kehilangan 
Kewarganegaran Republik Indonesia sebelum Undang-undang ini diundangkan dapat memperoleh 
kembali kewarganegaraannyadengan mendaftarkan diri di Perwakilan Republik Indonesia dalam waktu 
paling lamabat 3 (tiga) tahun sejak Undang-undang ini diundangkan sepanjang tidak mengakibatkan 
kewarganegaraan ganda. 
Pasal 43 
Ketentuan lebih lanjut mengani tata cara pendaftaran sebagiamana dimaksud dalam pasal 41 dan pasal 
42 diatur dengan peraturan menteri yang harus ditetapkan paling lambat tiga 3 bulan sejak Undang-undang 
ini di undangkan.
BAB VIII 
KETENTUAN PENUTUP 
Pasal 44 
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku: 
a. Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran 
Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1647) 
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 
Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran 
Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 3077) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; 
b. Peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik 
Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 tentang Perubahan 
Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia 
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan 
ketentuan dalam Undang-Undang ini. 
Pasal 45 
Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus telah ditetapkan paling lambat 6 (enam) bulan sejak 
Undang-Undang ini diundangkan. 
Pasal 46 
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan 
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. 
Disahkan di Jakarta 
pada tanggal 1 Agustus 2006 
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 
SOESILO BAMBANG YUDHOYONO 
Diundangkan di Jakarta 
pada tanggal 1 Agustus 2006 
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA 
REPUBLIK INDONESIA, 
HAMID AWALUDDIN 
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2006 NOMOR 63
Unsur dan Masalah Kewarganegaraan 
22 Apr 
1. Tiga Unsur Yang Menentukan Kewarganegaraan 
1. Asas ius soli 
2. Asas ius sanguinis 
3. Asas naturalisasi 
Asas Ius Soli adalah asas pemberian kewarganegaraan berdasarkan tempat kelahiran (terbatas). Negara 
yang menganut asas ini akan mengakui kewarganegaraan seorang anak yang lahir sebagai 
warganegaranya hanya apabila anak tersebut lahir di wilayah negaranya, tanpa melihat siapa dan 
darimana orang tua anak tersebut. Asas ini memungkinkan adanya bangsa yang modern dan 
multikultural tanpa dibatasi oleh ras, etnis, agama, dll. Contoh negara yang menganut asas ini adalah AS, 
Argentina, Banglades dan Brazil. 
Asas Ius Sanguinis adalah asas pemberian kewarganegaraan berdasarkan keturunan orang tuanya. 
Negara yang menganut asas ini akan mengakui kewarganegaraan seorang anak sebagai warga 
negaranya apabila orang tua dari anak tersebut adalah memiliki status kewarganegaraan negara 
tersebut (dilihat dari keturunannya). Asas ini akan berakbibat munculnya suatu negara dengan etnis 
yang majemuk. Contoh negara yang menganut asas ini adalah negara-negara yang memiliki sejarah 
panjang seperti negara-negara Eropa dan Asia. Contoh negara yang menganut asas ius sanguinis ini 
yakni Brunai, Jordania, Malaysia, Belanda, Cina. 
Asas naturalisasi (pewarganegaraan) adalah asas yang memungkinkan orang dapat menjadi warga 
negara dari suatu negara setelah melakukan langkah-langkah hukum tertentu. Biasanya dilakukan 
setelah dewasa. 
2. Tiga Masalah Status Kewarganegaraan 
A. Apatride 
Apatride, yakni kasus dimana seorang anak tidak memiliki kewarganegaraan. Keadaan ini terjadi karena 
seorang Ibu yang berasal dari negara yang menganut asas ius soli melahirkan seorang anak di negara 
yang menganut asas ius sanguinis. Sehingga tidak ada negara baik itu negara asal Ibunya ataupun negara 
kelahirannya yang mengakui kewarganegaraan anak tersebut. 
B. Bipatride 
Bipatride, yakni timbulnya 2 kewarganegaraan. Hal ini terjadi karena seorang Ibu berasal dari negara 
yang menganut asas ius sanguinis melahirkan seorang anak di negara yang menganut asas ius soli.
Sehingga kedua negara (negara asal dan negara tempat kelahiran) sama-sama memberikan status 
kewarganegaraannya. 
C. Multipatride 
Multipatride, yakni suatu keadaan dimana seseorang memiliki 2 atau lebih kewarganegaraan. Contoh : 
Seorang yang BIPATRIDE juga menerima pemberian status kewarganegaraan lain ketika dia telah 
dewasa, dimana saat menerima kewarganegaraan yang baru ia tidak melepaskan status 
kewarganegaraan yang lama. 
Makalah Pendidikan Kewarganegaraan:Tentang Peran Warga Negara” 
Warga negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur 
negara. Istilah ini dahulu biasa disebut hamba atau kawula negara. Istilah warga negara lebih sesuai 
dengan kedudukannya sebagai orang merdeka dibandingkan dengan istilah hamba atau kawula 
negara, karena warga negara mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu negara, yakni 
peserta dari suatu persekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama, atas dasar tanggung jawab 
bersama dan untuk kepentingan bersama. Untuk itu, setiap warga negara mempunyai persamaan hak 
di hadapan hukum. Semua warga negara memuliki kepastian hak, privasi, dan tanggung jawab. 
Menurut Koerniatmanto S., warga negara diartikan sebagi anggota negara yang mempunyai 
kedudukan khusus terhadap negaranya. Ia mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat 
timbal balik terhadap negaranya. 
Menurut UUD 1945 pasal 26, istilah warga negara dimaksudkan untuk bangsa Indonesia asli dan 
bangsa lain yang disahkan undang-undang sebagai warga negara. Bangsa lain yang bertempat tinggal 
di Indonesia, mengakui Indonesia sebagai Tanah airnya dan bersikap setia kepada Negara Republik 
Indonesia dapat menjadi warga negara. 
2. Unsur-Unsur yang Menentukan Kewarganegaraan 
a. Unsur darah keturunan 
Kewarganegaraan dari orang tua yang menurunkannya menentukan kewarganegaraan seseorang, 
artinya kalau orang dilahirkan dari orang tua yang berwarganegara Indonesia, ia dengan sendirinya 
juga menjadi warga negara Indonesia. Prinsip ini sekarang juga berlaku diantaranya di Inggris, 
Amerika, Perancis dan Jepang. 
b. Unsur daerah tempat kelahiran 
Daerah tempat seseorang dilahirkan menentukan kewarganegaraan misalnya, kalau orang dilahirkan 
didalam daerah hukum Indonesia, ia dengan sendirinya menjadi warga negara Indonesia. Prinsip ini
juga berlaku di Amerika, Inggris dan Perancis. Tetapi di Jepang, prinsip ini tidak berlaku karena 
seseorang yang tidak dapat membuktikan bahwa orang tuanya berkebangsaan Jepang ia tidak dapat 
diakui sebagai warga negara Jepang. 
c. Unsur pewarganegaraan (naturalisasi) 
Unsur kewarganegaraan dibagi menjadi 2 yaitu aktif dan pasif. Dalam kewarganegaraan aktif, 
seseorang dapat menggunakan hak opsi untuk memilih atau mengajukan kehendak menjadi warga 
negara dari suatu negara. Sedangkan dalam kewarganegaraan pasif, negara yang menawarkan status 
warga negara pada seseorang. Orang tersebut dapat menerimanya atau menggunakan hak repudiasi, 
yaitu hak untuk menolak pemberian kewarganegaraan tersebut (Kartasapoerta. 1993: 216-7). 
3. Status Kewarganegaraan 
a. Apatride yaitu istilah untuk orang-orang yang tidak mempunyai status kewarganegaraan. 
b. Bipatride yaitu istilah untuk orang-orang yang memiliki status kewarganegaraan rangkap atau 
dengan istilah lain dikenal dengan dwi- kewarganegaraan. 
c. Multipatride yaitu istilah untuk orang-orang yang memiliki status kewarganegaraan dua atau lebih. 
4. Hak dan Kewajiban Warga Negara 
Hak dan kewajiban warga negara Indonesia tercantum dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 UUD 
1945. Beberapa hak dan kewajiban tersebut antara lain sebagai berikut. 
Hak warga negara antara lain: 
1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 berbunyi 
“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” 
2. Hak membela negara. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 berbunyi: “Setiap warga negaraberhak dan wajib 
ikut serta dalam upaya pembelaan negara.” 
3. Hak berpendapat. Pasal 28 UUD 1945, berbunyi: “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, 
mengeluarkan piikiran dengan lisan, dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.” 
4. Hak kemerdekaan memeluk agama. Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 berbunyi: “Negara menjamin 
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat 
menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” 
5. Hak untuk mendapatkan pengajaran. Pasal 31 ayat (1) dan (2) UUD 1945. 
Ayat (1) berbunyi: “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.” 
Ayat (2) berrbunyi: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran 
nasional yang diatur dengan UUD 1945.”
6. Hak untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Pasal 32 ayat (1) 
berbunyi: “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah perdaban dunia dengan 
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.” 
7. Hak ekonomi atau hak untuk mendapatkan kesejahteraan sosial. Pasal 33 ayat (1), (2), (3), (4), dan 
(5) UUD 1945 berbunyi: 
(1) “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan.” 
(2) “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak 
dikuasai ooleh negara.” 
(3) “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan 
dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.” 
(4). “Perekonomian nasional diselengggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip 
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta 
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.” 
(5). “Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.” 
8. Hak mendapatkan jaminan keadilan social. Pasal 34 UUD 1945 berbunyi: “Fakir miskin dan anak-anak 
terlantar dipelihara oleh negara.” 
Kewajiban warga negara antara lain: 
1. Kewajiban menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi: “Segala 
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib 
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” 
2. Kewajiban membela negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 berbunyi; “Setiap warga negara 
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.” 
3. Kewajiban dalam upaya pertahanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 berbunyi: “Tiap-tiap 
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.” 
Disamping adanya hak dan kewajiban warga negara terhadap negara, dalam UUD 1945 perubahan 
pertama telah dicantumkan adanya hak asasi manusia. Ketentuan mengenai hak asasi manusia ini 
merupakan langkah maju dari bangsa Indonesia untuk menuju kehidupan konstitusional yang 
demokratis. Ketentuan mengenai hak asasi manusia ini tertuang pada Pasal 28 A sampai J UUD 1945. 
DAFTAR PUSTAKA 
1. Tim ICCE UIN JAKARTA. 2003. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, & Masyarakat Madani. ICCE UIN 
JAKARTA, Jakarta. 
2. Winarno. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Bumi Aksara, Jakarta.
Ieta, tugas kwn

More Related Content

What's hot

Hak dan kewajiban warga negara baru
Hak dan kewajiban warga negara baruHak dan kewajiban warga negara baru
Hak dan kewajiban warga negara baru
Zatul El-macka
 
Warga negara dan negara
Warga negara dan negaraWarga negara dan negara
Warga negara dan negara
eganrad
 
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara
Makalah Hak dan Kewajiban Warga NegaraMakalah Hak dan Kewajiban Warga Negara
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara
Dewi Zulaeva
 
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegaraMakalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Warnet Raha
 
Materi ke 8 warga negara dan kewarganegaraan
Materi ke 8 warga negara dan kewarganegaraanMateri ke 8 warga negara dan kewarganegaraan
Materi ke 8 warga negara dan kewarganegaraan
Ahmad Dahlan University
 
Hak dan Kewajiban Warganegara Indonesia
Hak dan Kewajiban Warganegara IndonesiaHak dan Kewajiban Warganegara Indonesia
Hak dan Kewajiban Warganegara Indonesia
Astika Rahayu
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
Murnila_Wati
 
Makalah hak & kewajiban warga negara
Makalah hak & kewajiban warga negaraMakalah hak & kewajiban warga negara
Makalah hak & kewajiban warga negara
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Hak dan kewajiban wni
Hak dan kewajiban wniHak dan kewajiban wni
Hak dan kewajiban wni
Meita Purnamasari
 
Makalah Hak dan Kewajiban
Makalah Hak dan KewajibanMakalah Hak dan Kewajiban
Makalah Hak dan Kewajiban
denzslas
 
Warga Negara dan Kewarganegaraan
Warga Negara dan KewarganegaraanWarga Negara dan Kewarganegaraan
Warga Negara dan KewarganegaraanRizki Noprian
 
Hak dan kewajiban warga negara
Hak dan kewajiban warga negaraHak dan kewajiban warga negara
Hak dan kewajiban warga negara
Ajeng Faiza
 
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 2
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 2Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 2
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 2
Warnet Raha
 
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-pptPancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
andhika perceka
 
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara IndonesiaMakalah Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Dini Audi
 
2. hak dan kewajiban warga negara
2. hak dan kewajiban warga negara2. hak dan kewajiban warga negara
2. hak dan kewajiban warga negara
Mardiah Ahmad
 
Ilmu kewarganegaraanILMU KEWARGANEGARAAN.ppt
Ilmu kewarganegaraanILMU KEWARGANEGARAAN.ppt Ilmu kewarganegaraanILMU KEWARGANEGARAAN.ppt
Ilmu kewarganegaraanILMU KEWARGANEGARAAN.ppt
Manchester United
 
Tanggung jawab sebagai wsarga negara indonesia
Tanggung jawab sebagai wsarga negara indonesiaTanggung jawab sebagai wsarga negara indonesia
Tanggung jawab sebagai wsarga negara indonesiaOperator Warnet Vast Raha
 

What's hot (20)

Hak dan kewajiban warga negara baru
Hak dan kewajiban warga negara baruHak dan kewajiban warga negara baru
Hak dan kewajiban warga negara baru
 
Warga negara dan negara
Warga negara dan negaraWarga negara dan negara
Warga negara dan negara
 
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara
Makalah Hak dan Kewajiban Warga NegaraMakalah Hak dan Kewajiban Warga Negara
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara
 
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegaraMakalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
 
Materi ke 8 warga negara dan kewarganegaraan
Materi ke 8 warga negara dan kewarganegaraanMateri ke 8 warga negara dan kewarganegaraan
Materi ke 8 warga negara dan kewarganegaraan
 
Hak dan Kewajiban Warganegara Indonesia
Hak dan Kewajiban Warganegara IndonesiaHak dan Kewajiban Warganegara Indonesia
Hak dan Kewajiban Warganegara Indonesia
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Makalah hak & kewajiban warga negara
Makalah hak & kewajiban warga negaraMakalah hak & kewajiban warga negara
Makalah hak & kewajiban warga negara
 
Hak dan kewajiban wni
Hak dan kewajiban wniHak dan kewajiban wni
Hak dan kewajiban wni
 
Makalah Hak dan Kewajiban
Makalah Hak dan KewajibanMakalah Hak dan Kewajiban
Makalah Hak dan Kewajiban
 
Warga Negara dan Kewarganegaraan
Warga Negara dan KewarganegaraanWarga Negara dan Kewarganegaraan
Warga Negara dan Kewarganegaraan
 
Hak dan kewajiban warga negara
Hak dan kewajiban warga negaraHak dan kewajiban warga negara
Hak dan kewajiban warga negara
 
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 2
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 2Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 2
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 2
 
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-pptPancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
 
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara IndonesiaMakalah Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
 
Hak dan kewajiban warga negara
Hak dan kewajiban warga negaraHak dan kewajiban warga negara
Hak dan kewajiban warga negara
 
2. hak dan kewajiban warga negara
2. hak dan kewajiban warga negara2. hak dan kewajiban warga negara
2. hak dan kewajiban warga negara
 
Ilmu kewarganegaraanILMU KEWARGANEGARAAN.ppt
Ilmu kewarganegaraanILMU KEWARGANEGARAAN.ppt Ilmu kewarganegaraanILMU KEWARGANEGARAAN.ppt
Ilmu kewarganegaraanILMU KEWARGANEGARAAN.ppt
 
Tanggung jawab sebagai wsarga negara indonesia
Tanggung jawab sebagai wsarga negara indonesiaTanggung jawab sebagai wsarga negara indonesia
Tanggung jawab sebagai wsarga negara indonesia
 

Similar to Ieta, tugas kwn

A
AA
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Muhammad Irwan
 
Bahan tayang-pkn-3
Bahan tayang-pkn-3Bahan tayang-pkn-3
Bahan tayang-pkn-3
sutridaasriani
 
Materi kewarganegaraan
Materi kewarganegaraanMateri kewarganegaraan
Materi kewarganegaraan
Ig Fandy Jayanto
 
hak dan kewajiban warga negara
hak dan kewajiban warga negarahak dan kewajiban warga negara
hak dan kewajiban warga negara
Mahad Alzaytun
 
Bab 5 hak dan kewajiban warga negara
Bab 5   hak dan kewajiban warga negaraBab 5   hak dan kewajiban warga negara
Bab 5 hak dan kewajiban warga negara
Fathur Marah
 
Warga negara indonesia
Warga negara indonesiaWarga negara indonesia
Warga negara indonesia
Febrilidia
 
Makalah pkn
Makalah pknMakalah pkn
Makalah pkn
Farouk Abdillah
 
Makalah hak dan kewajiban warga negara indonesia
Makalah hak dan kewajiban warga negara indonesiaMakalah hak dan kewajiban warga negara indonesia
Makalah hak dan kewajiban warga negara indonesia
Guru Ades Marsela
 
Hak dan kewajiban
Hak dan kewajibanHak dan kewajiban
Hak dan kewajiban
Pamulang University
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARAHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
Akadusyifa .
 
39 aulia alfia r
39 aulia alfia r39 aulia alfia r
39 aulia alfia rAulia Rohma
 
Bangsa, Negara, dan Warga Negara
Bangsa, Negara, dan Warga NegaraBangsa, Negara, dan Warga Negara
Bangsa, Negara, dan Warga Negara
TissaMaharaniPutri
 
P kn kelas e kelompok 3 hak dan kewajiban warga negara 90
P kn kelas e kelompok 3 hak dan kewajiban warga negara   90P kn kelas e kelompok 3 hak dan kewajiban warga negara   90
P kn kelas e kelompok 3 hak dan kewajiban warga negara 90Ibnu Khoiry
 
Pkn
Pkn Pkn
Pengertian Warga Negara
Pengertian Warga Negara Pengertian Warga Negara
Pengertian Warga Negara
Hilda Ayu
 
Hak dan Kewajiban Warga Negara.docx
Hak dan Kewajiban Warga Negara.docxHak dan Kewajiban Warga Negara.docx
Hak dan Kewajiban Warga Negara.docx
Zukét Printing
 
Hak dan Kewajiban Warga Negara.pdf
Hak dan Kewajiban Warga Negara.pdfHak dan Kewajiban Warga Negara.pdf
Hak dan Kewajiban Warga Negara.pdf
Zukét Printing
 

Similar to Ieta, tugas kwn (20)

A
AA
A
 
A
AA
A
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraan
 
Bahan tayang-pkn-3
Bahan tayang-pkn-3Bahan tayang-pkn-3
Bahan tayang-pkn-3
 
Materi kewarganegaraan
Materi kewarganegaraanMateri kewarganegaraan
Materi kewarganegaraan
 
hak dan kewajiban warga negara
hak dan kewajiban warga negarahak dan kewajiban warga negara
hak dan kewajiban warga negara
 
Bab 5 hak dan kewajiban warga negara
Bab 5   hak dan kewajiban warga negaraBab 5   hak dan kewajiban warga negara
Bab 5 hak dan kewajiban warga negara
 
Warga negara indonesia
Warga negara indonesiaWarga negara indonesia
Warga negara indonesia
 
Warga negara indonesia
Warga negara indonesiaWarga negara indonesia
Warga negara indonesia
 
Makalah pkn
Makalah pknMakalah pkn
Makalah pkn
 
Makalah hak dan kewajiban warga negara indonesia
Makalah hak dan kewajiban warga negara indonesiaMakalah hak dan kewajiban warga negara indonesia
Makalah hak dan kewajiban warga negara indonesia
 
Hak dan kewajiban
Hak dan kewajibanHak dan kewajiban
Hak dan kewajiban
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARAHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
 
39 aulia alfia r
39 aulia alfia r39 aulia alfia r
39 aulia alfia r
 
Bangsa, Negara, dan Warga Negara
Bangsa, Negara, dan Warga NegaraBangsa, Negara, dan Warga Negara
Bangsa, Negara, dan Warga Negara
 
P kn kelas e kelompok 3 hak dan kewajiban warga negara 90
P kn kelas e kelompok 3 hak dan kewajiban warga negara   90P kn kelas e kelompok 3 hak dan kewajiban warga negara   90
P kn kelas e kelompok 3 hak dan kewajiban warga negara 90
 
Pkn
Pkn Pkn
Pkn
 
Pengertian Warga Negara
Pengertian Warga Negara Pengertian Warga Negara
Pengertian Warga Negara
 
Hak dan Kewajiban Warga Negara.docx
Hak dan Kewajiban Warga Negara.docxHak dan Kewajiban Warga Negara.docx
Hak dan Kewajiban Warga Negara.docx
 
Hak dan Kewajiban Warga Negara.pdf
Hak dan Kewajiban Warga Negara.pdfHak dan Kewajiban Warga Negara.pdf
Hak dan Kewajiban Warga Negara.pdf
 

Recently uploaded

peluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayespeluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
ayyurah2004
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
mad ros
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
YongYongYong1
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
SABDA
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
pristayulianabila
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
Arumdwikinasih
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
Kanaidi ken
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
d2spdpnd9185
 
Fisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptx
Fisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptxFisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptx
Fisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptx
arielardinda2
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 

Recently uploaded (20)

peluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayespeluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
 
Fisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptx
Fisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptxFisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptx
Fisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptx
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 

Ieta, tugas kwn

  • 1. Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik tertentu (secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara. Seorang warga negara berhak memiliki paspor dari negara yang dianggotainya. Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan (bahasa Inggris: citizenship). Di dalam pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten, karena keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewargaan ini menjadi penting, karena masing-masing satuan politik akan memberikan hak (biasanya sosial) yang berbeda-beda bagi warganya. Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan (bahasa Inggris: nationality). Yang membedakan adalah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan. Ada kemungkinan untuk memiliki kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara (contoh, secara hukum merupakan subyek suatu negara dan berhak atas perlindungan tanpa memiliki hak berpartisipasi dalam politik). Juga dimungkinkan untuk memiliki hak politik tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu negara. Di bawah teori kontrak sosial, status kewarganegaraan memiliki implikasi hak dan kewajiban. Dalam filosofi "kewarganegaraan aktif", seorang warga negara disyaratkan untuk menyumbangkan kemampuannya bagi perbaikan komunitas melalui partisipasi ekonomi, layanan publik, kerja sukarela, dan berbagai kegiatan serupa untuk memperbaiki penghidupan masyarakatnya. Dari dasar pemikiran ini muncul mata pelajaran Kewarganegaraan (bahasa Inggris: Civics) yang diberikan di sekolah-sekolah. A. Pengertian Kewarganegaraan Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan antara negara dan warga negara. Kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan. Adapun menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia, kewarganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan negara. Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut: a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis - Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum anatara orang-orang dengan negara. - Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum, tetapi ikatan emosionak, seperti ikartan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air. b. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil. - Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukkan pada tempat kewarganegaraan. Dalam sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik. - Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat hukum dari status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara. B. Pendidikan Kewarganegaraan Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan
  • 2. kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa. • Standar isi pendidikan kewarganegaraan adalah pengembangan : 1. nilai-nilai cinta tanah air; 2. kesadaran berbangsa dan bernegara; 3. keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara; 4. nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup; 5. kerelaan berkorban untuk masyarakat, bangsa, dan negara, serta 6. kemampuan awal bela negara. • Pengembangan standar isi pendidikan kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijabarkan dalam rambu-rambu materi pendidikan kewarganegaraan. • Rambu-rambu materi pendidikan kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi materi dan kegiatan bersifat fisik dan nonfisik. • Pengembangan rambu-rambu materi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri sesuai lingkup penyelenggara pendidikan kewarganegaraan. Pembahasan I : Konsep Dasar Tentang Warga Negara Dalam pengertian Warga negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara serta mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu negara, yakni peserta dari suatu perssekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama.. Dahulu istilah warga negara seringkali disebut hamba atau kawula negara yang dalam bahasa inggris (object) berarti orang yang memiliki dan mengabdi kepada pemiliknya. AS Hikam mendifinisikan bahwa warga negara yang merupakan terjemahan dari citizenship adalah anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri. Sedangkan Koerniatmanto S, mendefinisikan warga negara dengan anggota negara. Sebagai anggota negara, seorang warga negara mempunyai kedudukan yang khusus terhadap negaranya.Ia mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya. Dalam konteks Indonesia, istilah warga negara (sesuai dengan UUD 1945 pasal 26) dikhususkan untuk bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan undang-undang sebagai warga negara. Dalam pasal 1 UU No. 22/1958 bahwa warga negara Republik Indonesia adalah orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan/atau perjanjian-perjanjian dan/atau peraturan-peraturan yang berlaku sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warga negara Republik Indonesia. Pembahasan II : Asas Kewarganegaraan
  • 3. Asas kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan ketentuan yang telah disepakati dalam negara tersebut. Dalam menerapkan asas kewarganegaraan dikenal dua pedoman penetapan, yaitu: 1). Asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dijumpai dua bentuk asas yaitu, ius soli dan ius sanguinis. Dalam bahasa Latin ius berarti hukum, dalih atau pedoman, soli berasal dari kata solum yang berartinegeri, tanah atau daerah dan sanguinis yang berarti darah. Dengan demikian, ius soli berarti pedoman kewarganegaraan yang berdasarkan tempat atau daerah kelahiran,sedangkan ius sanguinis adalah pedoman kewarganegaraan berdasarkan darah atau keturunan. 2). Asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan yang dapat dilihat dari sisi perkawinan yang mencakup asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat.Asas kesatuan hukum berdasarkan pada paradigma bahwa suami- isteri ataupun ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang meniscayakan suasana sejahtera, sehat dan tidak terpecah dalam suatu kesatuan yang bulat,sehingga perlu adanya kesamaan pemahaman dan komitmen menjalankan kebersamaan atas dasar hukum yang sama dan meniscayakan kewarganegaraan yang sama pula. Sedangkan dalam asas persamaan derajat ditentukan bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan status kewarganegaraan masing-masingpihak. Mereka tetap memiliki status kewarganegaraan sendiri sama halnya ketika mereka belum diikatkan menjadi suami istri. Asas ini dapat menghindari terjadinya penyeludupan hukum sehingga banyak negara yang menggunakan asas persamaan derajat dalam peraturan kewarganegaraan . Pembahasan III : Unsur-Unsur Yang Menentukan Kewarganegaraan Dalam menentukan kewarganegaraan setiap negara memberlakukan aturan yang berbeda, namun secara umum terdapat tiga unsur yang seringkali digunakan oleh negara - negara di dunia, antara lain : 1.Unsur Darah Keturunan (Ius Sanguinis) Kewarganegaraan dari orang tua yang menurunkannya menentukan kewarganegaraan seseorang, prinsip ini berlaku diantaranya di Inggris, Amerika, Perancis, Jepang, dan Indonesia. 2. Unsur Daerah Tempat Kelahiran (Ius Soli) Daerah tempat seseorang dilahirkan menentukan kewarganegaraan,prinsip ini berlaku di Amerika, Inggris, Perancis, dan Indonesia, terkecuali di Jepang. 3.Unsur Pewarganegaraan ( Naturalisasi) Syarat-syarat atau prosedur pewarganegaraan disesuaikan menurut kebutuhan yang dibawakan oleh kondisi dan situasi negara masing-masing. Dalam pewarganegaraan ini ada yang aktif ada pula yang pasif. Dalam pewarganegaraan aktif, seseorang dapa menggunakan hak opsi untuk memilih atau mengajukan kehendak menjadi warga negara dari suatu negara. Sedangkan dalam pewarganegaraan pasif,seseorang yang tidak mau dijadikan warga negara suatu negara, maka yang bersangkutan dapat menggunakan hak repuidasi yaitu hak untuk
  • 4. menolak pemberian kewarganegaraan tersebut. Pembicaraan status kewarganegaraan seseorang dalam sebuah negara ada yang dikenal dengan apatride untuk orang-orang yang tidak mempunyai status kewarganegaraan, bipatride untuk orang-orang yang memiliki status kewarganegaraan rangkap/dwi-kewarganegaraan, dan multipatride untuk menyebutkan status kewarganegaraan seseorang yang memiliki dua atau lebih status kewarganegaraan. Pembahasan IV : Karakteristik Warga Negara Yang Demokrat Untuk membangun suatu tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadaban, maka setiap warga negara yang disebut sebagai demokrat,yakni antara lain sebagai berikut: 1. rasa hormat dan tanggung jawab 2. bersikap kritis 3. membuka diskusi dan dialog 4. bersikap terbuka 5. rasional 6. adil 7. jujur Beberapa karakteristik warga negara yang demokrat tersebut, merupakan sikap dan sifat yang seharusnya melekat pada seorang warga negara. Hal ini akan menampilkan sosok warga negara yang otonom yang mempunyai karakteristik lanjutan sebagai berikut: 1. memiliki kemandirian 2. memiliki tanggung jawab pribadi, politik dan ekonomi sebagai warga negara 3. menghargai martabat manusia dan kehormatan pribadi 4. berpartisipasi dalam urusan kemasyarakatan denganpikiran dan sikap yang santun. 5. mendorong berfungsinya demokrasi konstitusional yang sehat. Pada umumnya ada dua kelompok warga negara dalam suatu negara, yakni warga negara yang memperoleh status kewarganegaraan melalui stelsel pasif/operation of law dan melalui stesel aktif/by registration. Dalam penjelasan umum Undang-Undang No. 62/1958 bahwa ada tujuh cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia , yaitu karena kelahiran, pengangkatan, dikabulkannya permohonannya, pewarganegaraan , turut ayah dan atau ibu serta karena pernyataan. Pembahasan V : Hak Dan Kewajiban Warga Negara Dalam konteks Indonesia, hak warga negara terhadap negara telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan berbagai peraturan lainnya yang merupakan derivasi dari hak-hak umum yang digariskan
  • 5. dalam UUD 1945. Diantaranya hak asasi manusia yang rumusan lengkapnya tertuang dalam pasal 28 UUD gubahan kedua. Sedangkan contoh kewajiban yang melekat bagi setiap warganegara antara lain kewajiban membayar pajak sebagai kontrak utama antara negara dengan warga, membela tanah air (pasal 27), membela pertahanan dan keamanan negara (pasal 29), menghormati hak asasi orang lain dan mematuhi pembatasan yang tertuang dalam peraturan (pasal 28 J),dan sebagainya. Prinsip utama dalam penentuan hak dan kewajiban warganegara adalah terlibatnya warga secara langsung ataupun perwakilan dalam saetiap perumusan dan kewajiban tersebut sehingga warga sadar dan menganggap hak dan kewajiban tersebut sebagai bagian dari kesepakatan mereka yang dibuat sendiri. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjamin potensi, harkat, dan martabat setiap orang sesuai dengan hak asasi manusia;
  • 6. b. bahwa warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok dari suatu negara yang memiliki hak dan kewajiban yang perlu dilindungi dan dijamin pelaksanaannya; c. bahwa Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ketatanegaraan Republik Indonesia sehingga harus dicabut dan diganti dengan yang baru; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia; Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28B ayat (2), Pasal 28D ayat (1) dan ayat (4), Pasal 28E ayat (1), Pasal 28I ayat (2), dan Pasal 28J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA.
  • 7. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Warga Negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. 2. Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara. 3. Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan. 4. Menteri adalah menteri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang Kewarganegaraan Republik Indonesia. 5. Pejabat adalah orang yang menduduki jabatan tertentu yang ditunjuk oleh Menteri untuk menangani masalah Kewarganegaraan Republik Indonesia. 6. Setiap orang adalah orang perseorangan, termasuk korporasi.
  • 8. 7. Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri adalah Kedutaan Besar Republik Indonesia, Konsulat Jenderal Republik Indonesia, Konsulat Republik Indonesia, atau Perutusan Tetap Republik Indonesia. Pasal 2 Yang menjadi Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Pasal 3 Kewarganegaraan Republik Indonesia hanya dapat diperoleh berdasarkan persyaratan yang ditentukan dalam Undang-Undang ini. BAB II WARGA NEGARA INDONESIA Pasal 4 Warga Negara Indonesia adalah: a. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia; b. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia; c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia dan ibu warga negara asing;
  • 9. d. k yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu Warga Negara Indonesia. e. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia; tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asala ayahnya tidak memberikan kewargaanegaraan kepada anak tersebut; f. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara Indonesia; g. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia; h. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun dan/atau belum kawin; i. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya; j. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui; k. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya. l. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
  • 10. m. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia. Pasal 5 (1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia. (2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara sah sebagai anak oleh warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia. Pasal 6 (1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf f, huruf m, dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda, setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya. (2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam peraturan perundang-undangan. (3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin. Pasal 7 Setiap orang yang bukan Warga Negara Indonesia diperlakukan sebagai orang asing.
  • 11. BAB III SYARAT DAN TATA CARA MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA Pasal 8 Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga diperoleh melalui pewarganegaraan. Pasal 9 Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin; b. pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima ) tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh puluh) tahun tidak berturut-turut; c. sehat jasmani dan rohani; d. dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; e. tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih; f. jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi berkewarganegaraan ganda;
  • 12. g. mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan h. membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara. Pasal 10 (1) Permohonan pewarganegaraan diajukan di Indonesia oleh pemohon secara tertulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas bermeterai cukup kepada Presiden melalui Menteri. (2) Berkas permohonan pewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Pejabat. Pasal 11 Menteri meneruskan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 disertai dengan pertimbangan kepada Presiden dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak permohonan diterima. Pasal 12 (1) Permohonan pewarganegaraan dikenai biaya. (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 13 (1) Presiden mengabulkan atau menolak permohonan pewarganegaraan. (2) Pengabulan permohonan pewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
  • 13. (3) Keputusan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak permohonan diterima oleh Menteri dan diberitahukan kepada pemohon paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak Keputusan Presiden ditetapkan. (4) Penolakan permohonan pewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disertai alasan dan diberitahukan oleh Menteri kepada yang bersangkutan paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak permohonan diterima oleh Menteri. Pasal 14 (1) Keputusan Presiden mengenai pengabulan terhadap permohonan pewarganegaraan berlaku efektif terhitung sejak tanggal pemohon mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia. (2) Paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak Keputusan Presiden dikirim kepada pemohon, Pejabat memanggil pemohon untuk mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia. (3) Dalam hal setelah dipanggil secara tertulis oleh Pejabat untuk mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia pada waktu yang telah ditentukan ternyata pemohon tidak hadir tanpa alasan yang sah, Keputusan Presiden tersebut batal demi hukum. (4) Dalam hal pemohon tidak dapat mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia pada waktu yang telah ditentukan sebagai akibat kelalaian Pejabat, pemohon dapat mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia di hadapan Pejabat lain yang ditunjuk Menteri. Pasal 15 (1) Pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) dilakukan di hadapan Pejabat.
  • 14. (2) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membuat berita acara pelaksanaan pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia. (3) Paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia, Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan berita acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia kepada Menteri. Pasal 16 Sumpah atau pernyataan janji setia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) adalah: Yang mengucapkan sumpah, lafal sumpahnya sebagai berikut: Demi Allah/demi Tuhan Yang Maha Esa, saya bersumpah melepaskan seluruh kesetiaan saya kepada kekuasaan asing, mengakui, tunduk, dan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan akan membelanya dengan sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang dibebankan negara kepada saya sebagai Warga Negara Indonesia dengan tulus dan ikhlas. Yang menyatakan janji setia, lafal janji setianya sebagai berikut: Saya berjanji melepaskan seluruh kesetiaan saya kepada kekuasaan asing, mengakui, tunduk, dan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan akan membelanya dengan sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang dibebankan negara kepada saya sebagai Warga Negara Indonesia dengan tulus dan ikhlas. Pasal 17 Setelah mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia, pemohon wajib menyerahkan dokumen atau surat-surat keimigrasian atas namanya kepada kantor imigrasi dalam waktu paling
  • 15. lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia. Pasal 18 (1) Salinan Keputusan Presiden tentang pewarganegaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) dan berita acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia dari Pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) menjadi bukti sah Kewarganegaraan Republik Indonesia seseorang yang memperoleh kewarganegaraan. (2) Menteri mengumumkan nama orang yang telah memperoleh kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam Berita Negara Republik Indonesia. Pasal 19 (1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan Warga Negara Indonesia dapat memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan Pejabat. (2) Pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila yang bersangkutan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut - turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut, kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut mengakibatkan berkewarganegaraan ganda. (3) Dalam hal yang bersangkutan tidak memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yang bersangkutan dapat diberi izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan untuk menjadi Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
  • 16. Pasal 20 Orang asing yang telah berjasa kepada negara Republik Indonesia atau dengan alasan kepentingan negara dapat diberi Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh Presiden setelah memperoleh pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, kecuali dengan pemberian kewarganegaraan tersebut mengakibatkan yang bersangkutan berkewarganegaraan ganda. Pasal 21 (1) Anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia, dari ayah atau ibu yang memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan sendirinya berkewarganegaraan Republik Indonesia (2) Anak warga negara asing yang belum berusia 5 (lima) tahun yang diangkat secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh Warga Negara Indonesia memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia. (3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) memperoleh kewarganegaraan ganda, anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya sebagaimana diatur dalam Pasal 6. Pasal 22 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mengajukan dan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dengan Peraturan Pemerintah.
  • 17. BAB IV KEHILANGAN KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA Pasal 23 Warga Negara Indonesia kehilangan kewarganegaraannya jika yang bersangkutan: a. memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri; b. tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu; c. dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun, bertempat tinggal di luar negeri, dan dengan dinyatakan hilang Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan; d. masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden; e. secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat dijabat oleh Warga Negara Indonesia;
  • 18. f. secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau bagian dari negara asing tersebut; g. tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing; <!--[if !supportLists]-->h. <!--[endif]-->mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain atas namanya; atau i. bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 (lima) tahun terus-menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun itu berakhir, dan setiap 5 (lima) tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia kepada Perwakilan Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan. Pasal 24 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf d tidak berlaku bagi mereka yang mengikuti program pendidikan di negara lain yang mengharuskan mengikuti wajib militer. Pasal 25 (1) Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi seorang ayah tidak dengan sendirinya berlaku terhadap anaknya yang mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya sampai dengan anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.
  • 19. (2) Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi seorang ibu tidak dengan sendirinya berlaku terhadap anaknya yang tidak mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya sampai dengan anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin (3) Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia karena memperoleh kewarganegaraan lain bagi seorang ibu yang putus perkawinannya, tidak dengan sendirinya berlaku terhadap anaknya sampai dengan anak tersebut berusia 18 ( delapan belas tahun atau sudah kawin. (4) Dalam hal status kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat dua (2), dan ayat tiga (3) berakibat anak berkewarganegaraan ganda, stelah berusia 18 (delapan belas tahun) atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 Pasal 26 (1) Perempuan Warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki -laki warga negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal suaminya, kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut. (2) Laki-laki Warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal istrinya, kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut. (3) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki tersebut, kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan ganda. (4) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diajukan oleh perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat dua (2) setelah tiga (3) tahun sejak tanggal perkawinannya berlangsung. Pasal 27
  • 20. Kehilangan kewarganegaraan bagi suami atau istri yang terikat perkawinan yang sah tidak menyebabkan hilangnya status kewarganegaraan dari istri atau suami. Pasal 28 Setiap orang yang memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan keterangan yang kemudian hari dinyatakan palsu atau dipalsukan, tidak benar, atau terjadi kekeliruan mengenai orangnya oleh instansi yang berwenang, dinyatakan batal kewarganegaraannya. Pasal 29 Menteri mengumumkan nama orang yang kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia dalam Berita Negara Republik Indonesia. Pasal 30 Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara kehilangan dan pembatalan kewarganegaraan diatur dalam Peraturan Pemerintah. BAB V SYARAT DAN TATA CARA MEMPEROLEH KEMBALI KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA Pasal 31
  • 21. Seseorang yang kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat memperoleh kembali kewarganegaraannya melalui prosedur pewarganegaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 18 dan Pasal 22. Pasal 32 (1) Warga Negara Indonesia yang kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf i, Pasal 25, dan Pasal 26 ayat (1) dan ayat (2) dapat memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri tanpa melalui prosedur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 17. (2) Dalam hal pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia, permohonan disampaikan melalui Perwakilan Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon. (3) Permohonan untuk memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat diajukan oleh perempuan atau laki-laki yang kehilangan kewarganegaraannya akibat ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dan ayat (2) sejak putusnya perkawinan. (4) Kepala Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meneruskan permohonan tersebut kepada Menteri dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari setelah menerima permohonan. Pasal 33 Persetujuan atau penolakan permohonan memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia diberikan paling lambat 3 (tiga) bulan oleh Menteri atau Pejabat terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan. Pasal 34 Menteri mengumumkan nama orang yang memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia dalam Berita Negara Republik Indonesia. Pasal 35 Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah.
  • 22. BAB VI KETENTUAN PIDANA Pasal 36 (1) Pejabat yang karena kelalaiannya melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini sehingga mengakibatkan seseorang kehilangan hak untuk memperoleh atau memperoleh kembali dan/atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun. (2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan karena kesengajaan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun. Pasal 37 (1) Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan palsu, termasuk keterangan di atas sumpah, membuat surat atau dokumen palsu, memalsukan surat atau dokumen dengan maksud untuk memakai atau menyuruh memakai keterangan atau surat atau dokumen yang dipalsukan untuk memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia atau memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia dipidana dengan pidana penjara pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling sedikit Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (2) Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan keterangan palsu, termasuk keterangan di atas sumpah, membuat surat atau dokumen palsu, memalsukan surat atau dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling sedikit Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
  • 23. Pasal 38 (1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dilakukan korporasi, pengenaan pidana dijatuhkan kepada korporasi dan/atau pengurus yang bertindak untuk dan atas nama korporasi. (2) Korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana denda paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan dicabut izin usahanya. (3) Pengurus korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). BAB VII Ketentuan Peralihan Pasal 39 (1) Permohonan pewarganegaraan, pernyataan untuk tetap menjadi warga negara Indonesia, atau permohonan memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia yang telah diajukan kepada menteri sebelum Undang-undang ini berlaku dan telah diproses tetapi belum selesai, tetap diselesaikan berdasarkan Undang-undang no 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang no 3 tahun 1976 tentang perubahan kewarganegaraan Republik Indonesia. (2) Apabila permohonan atau pernaytaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah doproses tetapi belum selesai pada saat peraturan pelaksanaan Undang-undang ini ditetapkan, permohonan atau pernyataan tersebutdiselesaikan menurut ketentuan Undang-undang ini.
  • 24. Pasal 40 (1) Permohonan pewarganegaraan, pernyataan untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia, atau permohonan memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia yang telah diajukan kepada Menteri sebelum Undang-Undang ini berlaku dan belum diproses, diselesaikanberdasarkan ketentuan Undang-undang ini Pasal 41 Anak yang lahir sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf I dan anak yang diakui atau diangkat secara sah sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 sebelum Undang-undang ini diundangkan da belum berusia 18 ( delapan belas) tahun atau belum kawin memperoleh Kewarganegaran Republik Indonesia berdasarkan Undang-undang ini dengan mendaftarkan diri kepada menteri melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 (empat) tahun setelah Undang-undang ini diundangkan Pasal 42 Warga negara Republik Indonesai yang tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesai selama 5 (lima) tahun atau lebih tidak melaporkan diri kepada Perwakilan Republik Indonesia dan telah kehilangan Kewarganegaran Republik Indonesia sebelum Undang-undang ini diundangkan dapat memperoleh kembali kewarganegaraannyadengan mendaftarkan diri di Perwakilan Republik Indonesia dalam waktu paling lamabat 3 (tiga) tahun sejak Undang-undang ini diundangkan sepanjang tidak mengakibatkan kewarganegaraan ganda. Pasal 43 Ketentuan lebih lanjut mengani tata cara pendaftaran sebagiamana dimaksud dalam pasal 41 dan pasal 42 diatur dengan peraturan menteri yang harus ditetapkan paling lambat tiga 3 bulan sejak Undang-undang ini di undangkan.
  • 25. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 44 Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku: a. Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1647) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3077) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; b. Peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini. Pasal 45 Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus telah ditetapkan paling lambat 6 (enam) bulan sejak Undang-Undang ini diundangkan. Pasal 46 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
  • 26. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal 1 Agustus 2006 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SOESILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 1 Agustus 2006 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, HAMID AWALUDDIN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2006 NOMOR 63
  • 27. Unsur dan Masalah Kewarganegaraan 22 Apr 1. Tiga Unsur Yang Menentukan Kewarganegaraan 1. Asas ius soli 2. Asas ius sanguinis 3. Asas naturalisasi Asas Ius Soli adalah asas pemberian kewarganegaraan berdasarkan tempat kelahiran (terbatas). Negara yang menganut asas ini akan mengakui kewarganegaraan seorang anak yang lahir sebagai warganegaranya hanya apabila anak tersebut lahir di wilayah negaranya, tanpa melihat siapa dan darimana orang tua anak tersebut. Asas ini memungkinkan adanya bangsa yang modern dan multikultural tanpa dibatasi oleh ras, etnis, agama, dll. Contoh negara yang menganut asas ini adalah AS, Argentina, Banglades dan Brazil. Asas Ius Sanguinis adalah asas pemberian kewarganegaraan berdasarkan keturunan orang tuanya. Negara yang menganut asas ini akan mengakui kewarganegaraan seorang anak sebagai warga negaranya apabila orang tua dari anak tersebut adalah memiliki status kewarganegaraan negara tersebut (dilihat dari keturunannya). Asas ini akan berakbibat munculnya suatu negara dengan etnis yang majemuk. Contoh negara yang menganut asas ini adalah negara-negara yang memiliki sejarah panjang seperti negara-negara Eropa dan Asia. Contoh negara yang menganut asas ius sanguinis ini yakni Brunai, Jordania, Malaysia, Belanda, Cina. Asas naturalisasi (pewarganegaraan) adalah asas yang memungkinkan orang dapat menjadi warga negara dari suatu negara setelah melakukan langkah-langkah hukum tertentu. Biasanya dilakukan setelah dewasa. 2. Tiga Masalah Status Kewarganegaraan A. Apatride Apatride, yakni kasus dimana seorang anak tidak memiliki kewarganegaraan. Keadaan ini terjadi karena seorang Ibu yang berasal dari negara yang menganut asas ius soli melahirkan seorang anak di negara yang menganut asas ius sanguinis. Sehingga tidak ada negara baik itu negara asal Ibunya ataupun negara kelahirannya yang mengakui kewarganegaraan anak tersebut. B. Bipatride Bipatride, yakni timbulnya 2 kewarganegaraan. Hal ini terjadi karena seorang Ibu berasal dari negara yang menganut asas ius sanguinis melahirkan seorang anak di negara yang menganut asas ius soli.
  • 28. Sehingga kedua negara (negara asal dan negara tempat kelahiran) sama-sama memberikan status kewarganegaraannya. C. Multipatride Multipatride, yakni suatu keadaan dimana seseorang memiliki 2 atau lebih kewarganegaraan. Contoh : Seorang yang BIPATRIDE juga menerima pemberian status kewarganegaraan lain ketika dia telah dewasa, dimana saat menerima kewarganegaraan yang baru ia tidak melepaskan status kewarganegaraan yang lama. Makalah Pendidikan Kewarganegaraan:Tentang Peran Warga Negara” Warga negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara. Istilah ini dahulu biasa disebut hamba atau kawula negara. Istilah warga negara lebih sesuai dengan kedudukannya sebagai orang merdeka dibandingkan dengan istilah hamba atau kawula negara, karena warga negara mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu negara, yakni peserta dari suatu persekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama, atas dasar tanggung jawab bersama dan untuk kepentingan bersama. Untuk itu, setiap warga negara mempunyai persamaan hak di hadapan hukum. Semua warga negara memuliki kepastian hak, privasi, dan tanggung jawab. Menurut Koerniatmanto S., warga negara diartikan sebagi anggota negara yang mempunyai kedudukan khusus terhadap negaranya. Ia mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya. Menurut UUD 1945 pasal 26, istilah warga negara dimaksudkan untuk bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan undang-undang sebagai warga negara. Bangsa lain yang bertempat tinggal di Indonesia, mengakui Indonesia sebagai Tanah airnya dan bersikap setia kepada Negara Republik Indonesia dapat menjadi warga negara. 2. Unsur-Unsur yang Menentukan Kewarganegaraan a. Unsur darah keturunan Kewarganegaraan dari orang tua yang menurunkannya menentukan kewarganegaraan seseorang, artinya kalau orang dilahirkan dari orang tua yang berwarganegara Indonesia, ia dengan sendirinya juga menjadi warga negara Indonesia. Prinsip ini sekarang juga berlaku diantaranya di Inggris, Amerika, Perancis dan Jepang. b. Unsur daerah tempat kelahiran Daerah tempat seseorang dilahirkan menentukan kewarganegaraan misalnya, kalau orang dilahirkan didalam daerah hukum Indonesia, ia dengan sendirinya menjadi warga negara Indonesia. Prinsip ini
  • 29. juga berlaku di Amerika, Inggris dan Perancis. Tetapi di Jepang, prinsip ini tidak berlaku karena seseorang yang tidak dapat membuktikan bahwa orang tuanya berkebangsaan Jepang ia tidak dapat diakui sebagai warga negara Jepang. c. Unsur pewarganegaraan (naturalisasi) Unsur kewarganegaraan dibagi menjadi 2 yaitu aktif dan pasif. Dalam kewarganegaraan aktif, seseorang dapat menggunakan hak opsi untuk memilih atau mengajukan kehendak menjadi warga negara dari suatu negara. Sedangkan dalam kewarganegaraan pasif, negara yang menawarkan status warga negara pada seseorang. Orang tersebut dapat menerimanya atau menggunakan hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak pemberian kewarganegaraan tersebut (Kartasapoerta. 1993: 216-7). 3. Status Kewarganegaraan a. Apatride yaitu istilah untuk orang-orang yang tidak mempunyai status kewarganegaraan. b. Bipatride yaitu istilah untuk orang-orang yang memiliki status kewarganegaraan rangkap atau dengan istilah lain dikenal dengan dwi- kewarganegaraan. c. Multipatride yaitu istilah untuk orang-orang yang memiliki status kewarganegaraan dua atau lebih. 4. Hak dan Kewajiban Warga Negara Hak dan kewajiban warga negara Indonesia tercantum dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 UUD 1945. Beberapa hak dan kewajiban tersebut antara lain sebagai berikut. Hak warga negara antara lain: 1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” 2. Hak membela negara. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 berbunyi: “Setiap warga negaraberhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.” 3. Hak berpendapat. Pasal 28 UUD 1945, berbunyi: “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan piikiran dengan lisan, dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.” 4. Hak kemerdekaan memeluk agama. Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 berbunyi: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” 5. Hak untuk mendapatkan pengajaran. Pasal 31 ayat (1) dan (2) UUD 1945. Ayat (1) berbunyi: “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.” Ayat (2) berrbunyi: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan UUD 1945.”
  • 30. 6. Hak untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Pasal 32 ayat (1) berbunyi: “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah perdaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.” 7. Hak ekonomi atau hak untuk mendapatkan kesejahteraan sosial. Pasal 33 ayat (1), (2), (3), (4), dan (5) UUD 1945 berbunyi: (1) “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan.” (2) “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai ooleh negara.” (3) “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.” (4). “Perekonomian nasional diselengggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.” (5). “Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.” 8. Hak mendapatkan jaminan keadilan social. Pasal 34 UUD 1945 berbunyi: “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.” Kewajiban warga negara antara lain: 1. Kewajiban menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi: “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” 2. Kewajiban membela negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 berbunyi; “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.” 3. Kewajiban dalam upaya pertahanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 berbunyi: “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.” Disamping adanya hak dan kewajiban warga negara terhadap negara, dalam UUD 1945 perubahan pertama telah dicantumkan adanya hak asasi manusia. Ketentuan mengenai hak asasi manusia ini merupakan langkah maju dari bangsa Indonesia untuk menuju kehidupan konstitusional yang demokratis. Ketentuan mengenai hak asasi manusia ini tertuang pada Pasal 28 A sampai J UUD 1945. DAFTAR PUSTAKA 1. Tim ICCE UIN JAKARTA. 2003. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, & Masyarakat Madani. ICCE UIN JAKARTA, Jakarta. 2. Winarno. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Bumi Aksara, Jakarta.