1. 1
Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin Listrik
SWITCHED RELUCTANCE MOTOR
Oktarico Susilatama PP (21060110141053)
oktaricopradana@yahoo.co.id
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia
Abstrak –Switched reluctance drive dikembangkan
pada tahun 1980 an untuk menyelesaikan dalam
masalah efisiensi, daya tiap satuan berat dan
volume, kehandalan dan fleksibilitas operasional.
Motor dan hubungannya dengan penggerak
elektronika daya harus didesain sebagai kesatuan
yang terintegrasi dan di optimasi untuk spesifikasi
tertentu, contohnya untuk efisiensi maksimum
dengan sebuah beban tertentu, atau jangkauan
kecepatan maksimum atau torsi puncak jangka
pendek. Walaupun relatif baru, teknologi telah
diterapkan pada aplikasi yang luas termasuk
industri umum, aplikasi kompresor dan peralatan
bisnis. Motor reluktansi tersebut merupakan motor
sinkron yang beroperasi tanpa adanya eksitasi dari
sumber dc,yang operasinya bergantung dari
perbedaan dan reluktansi dalam kuadran titik.
Motor fraksional biasanya dalam bentuk satu phasa
dan dalam aplikasinya membutuhkan kecepatan
sinkron yang tepat seperti pada jam listrik ataupun
peralatan waktu. Motor reluktansi sinkron adalah
versi lain dari motor tipe rotor sangkar, sinkron
disini mengimplikasikan motor berputar pada
kecepatan sinkron pada keadaan normal,
tergantung beban yang dipakai, selama beban lebih
rendah dari pada level tertentu.
Kata kunci : Switched Reluctance Motor (SRM),
posisi rotor, arus fasa, konverter
I PENDAHULUAN
Switched reluctance motor (SRM)
merupakan motor yang memiliki desain lebih
sederhana dibandingkan dengan motor induksi dan
motor sinkron. Kombinasi motor reluktansi dengan
kontroler elektronika daya dapat menghasilkan
sebuah solusi ekonomis. Struktur motor sederhana
dengan kumparan yang terpusat pada stator dan
tidak memiliki kumparan dan sikat-sikat (brushes)
pada rotor. Penggerak switched reluctance motor
memberikan beberapa keunggulan yaitu efisiensi
tinggi, kecepatan operasi maksimum, performa
motor bagus dalam hal rasio torsi atau inersia yang
bekerja sama dengan operasi empat kuadran
sehingga menjadi solusi dalam aplikasi kecepatan
yang variable.
Performa dari switched reluctance motor
tergantung pada pengkontrolan yang diterapkan.
Terdapat tiga bagian utama dari motor reluktansi
switched yaitu motornya sendiri, konverter
elektronika daya dan kontroller. Terdapat satu unit
konverter tiap fasa. Sebuah batere atau rectifier
mensuplai daya dc. Pada motor ini tiap fasa disuplai
dengan tegangan dc dengan unit konverter
elektronika dayanya yang berfungsi sebagai unit
kontrol yang mengembangkan torsi yang cenderung
untuk menggerakkan kutub rotor segaris dengan
kutub stator yang terenergize dengan tujuan untuk
memaksimalkan induktansi dari kumparan eksitasi.
Sebuah fakta penting bahwa produksi torsi tidak
tergantung dengan arah arus untuk mengurangi
jumlah saklar tiap fasa.
II. SWITCHED RELUCTANCE MOTOR
2.1 PENGERTIAN MOTOR RELUKTANSI
Switched Reluctance Motor (SRM)
merupakan jenis motor yang memiliki konstruksi
yang lebih sederhana dibandingkan dengan jenis
motor lainnya. Pada bagian stator terdapat belitan
medan dan pada bagian rotornya tidak memiliki
belitan atau magnet permanen, namun terdiri dari
laminasi baja yang ditumpuk ke poros. Dengan
konstruksi mekanik yang sederhana sehingga
penggunaan SRM lebih ekonomis, dan pada bagian
stator dan rotor SRM memiliki bentuk kutub
menonjol (salient pole). Oleh karena itu, SRM
sering juga disebut mesin dengan kutub ganda
(doubly salient machine). Jika kumparan pada stator
dihubungkan dengan sumber tegangan, maka akan
tercipta medan magnet pada kutub-kutub stator
tersebut. Saat rotor berputar maka akan terjadi
reluktansi antara rotor dengan medan magnet pada
2. 2
stator. Saat kutub pada rotor segaris lurus dengan
kutub menonjol pada stator maka saat itulah terjadi
reluktansi medan magnet minimum, dan jika rotor
tidak segaris lurus dengan kutub menonjol pada
stator saat itu lah terjadi reluktansi medan magnet
maksimum. Sehingga menyebabkan terjadinya
perputaran yang konstan pada rotor. Bentuk
konstruksi stator dan rotor dari beberapa jenis SRM
dapat dilihat pada gambar 1 berikut
.Gambar 1 konstruksi stator dan rotor SRM
2.2 PRINSIP OPERASI MOTOR RELUKTANSI
SWITCHED
Motor reluktansi switched berbeda dari
motor reluktansi konvensional dimana rotor dan
stator memiliki kutub menonjol (salient pole).
Susunan tonjolan (salient) ganda(seperti yang
ditunjukan pada gambar 2) diperlukan untuk
keefektifan selama konversi energi
elektromaknetik.
Stator membawa kumparan pada tiap
kutub, sedangkan rotor yang dibuat dari laminasi
pada cara umumnya tidak memiliki kumparan atau
magnet dan sehingga murah untuk dipabrikan dan
sangat handal. Ditunjukan pada gambar 2 memiliki
12 kutub stator dan 8 kutub rotor dan mewakili
susunan yang digunakan secara umum, tapi
kombinasi kutub lain digunakan untuk membentuk
tiga fasa yang di energi secara mandiri dari
konverter 3 fasa.
Motor berotasi dengan mengeksitasi fasa
secara berurutan pada urutan A,B,C untuk putaran
berlawanan arah jarum jam atau A,C,B untuk
putaran searah jarum jam, pasangan “terdekat” dari
kutub rotor menarik kutub stator yang cocok
dengan aksi torsi reluktansi. Pada gambar 2, empat
kumparan membentuk fasa A ditunjukan dengan
garis tipis, polaritas dari kumparan MMF di tandai
dengan huruf N dan S . Tiap kali fasa dieksitasi
posisi ekuilibrium dari kemajuan rotor sebesar 15
derajat, sehingga setelah satu putaran penuh ( tiap
fasa dari tiga fasa telah dieksitasi sekali) sudut
berubah 45 derajat. Mesin berputar sekali untuk
delapan putaran dasar dari supply ke kumparan
stator, sehingga sesuai dengan hubungan antara
frekuensi dasar masukan dan kecepatan putar,
mesin pada gambar 2 berperilaku sebagai mesin
konvensional 16 kutub.
Gambar 2 Motor reluktansi switched (SR). Tiap 12
kutub membawa satu kumparan padat sedangkan 8
kutub rotor tidak memiliki kumparan ataupun
magnet
Terdapat perbedaan desain penting yang
mencerminkan pandangan yang berbeda (rotasi
kontinu untuk SR, progres bertahap untuk stepper ),
tapi disisi lain mekanisme dari produksi torsi ialah
mirip. Namun, ketika stepper di desain pertama kali
dan terpenting untuk operasi loop terbuka, motor
SR di desain untuk operasi self-sinkron, fasa
diaktifkan menggunakan sinyal yang diturunkan
dari detektor posisi rotor poros (RPT). Dalam hal
performa, pada semua kecepatan dibawah
kecepatan base operasi kontinu pada torsi penuh
ialah mungkin. Diatas kcepatan base, fluks tidak
dapat dipertahankan lebih lama pada amplitudo
penuh dan tersedia torsi yang mengurangi
kecepatan. Sifat operasi sangat mirip dengan
pengendali kontrol kecepatan, tapi dengan efisiensi
satu persen atau dua persen lebih tinggi.
3. 3
Diketahui bahwa mekanisme dari produksi torsi
pada motor reluktansi switched tampak berbeda
dari mesin DC, motor induksi dan mesin sinkron
dikarenakan semuanya memanfaatkan daya BIL
pada konduktor didalam medan magnet
Gambar 3 diagram operasi motor reluktansi
switched
2.3 TORSI PREDIKSI DAN KENDALI
Jika besi dalam sirkit magnetik merupakan
ideal, ekspresi analitis dapat diturunkan untuk
mengekpresikan torsi dari reluktansi motor dalam
hal posisi rotor dan arus didalam kumparan. Pada
prakteknya analisis ini ialah, tidak hanya karena
motor reluktansi switched di desain untuk
beroperasi pada tingkat saturasi magnetik yang
tinggi pada sirkit magnetik, tetapi juga karena,
kecuali pada kecepatan rendah, tidak dapat
dipraktekkan untuk mencapai profil arus spesifik.
Faktanya bahwa saturasi tingkat tinggi
termasuk membuat permasalahan prediksi torsi
pada desain tapi ialah mungkin untuk menghitung
fluks, arus dan torsi sebagai fungsi dari posisi rotor,
sehingga strategi pengontrolan optimum dapat di
rancang untuk menemui spesifikasi performa
tertentu. Sayangnya kompleksitas ini berarti bahwa
tidak terdapat sirkit ekuivalen sederhana.
Seperti yang kita lihat ketika kita
mendiskusikan motor stepping, untuk
memaksimalkan torsi rata rata dapat menetapkan
arus penuh pada tiap fasa dan untuk menghilangkan
nya seketika pada akhir dari tiap periode torsi
positif. Operasi menggunakan tegangan positif
penuh pada awal dan tegangan negatif penuh pada
akhir dari periode “aktif” yang diacukan pada
operasi pulsa tunggal. Untuk smua motor kecil (
kurang dari 1 kW) resistansi fasa di abaikan dan
akibatnya besar fasa fluks gandeng ditentukan
dengan penerapan tegangan dan frekuensi, seperti
kita lihat pada tipe motor lainnya.
Hubungan antara fluks gandeng dan
tegangan mirip sekali dengan hukum faraday
sehingga operasi pulsa tunggal memiliki bentuk
gelombang tegangan kotak dan fluks gandeng
memiliki bentuk segitiga sederhana sperti pada
gambar 4 dimana menunjukan bentuk gelombang
untuk fasa A dari motor 3 fasa. (bentuk gelombang
untuk fasa B dan C ialah mirip tapi tidak
ditunjukan) Setengah keatas dari diagram
menunjukan situasi pada kecepatan N, ketika
setengah ke bawah berkoresponden pada kecepatan
2N. Seperti yang kita lihat, pada kecepatan yang
lebih tinggi (frekuensi tinggi) setengah periode
“aktif” sehingga amplitudo dari setengah fluks,
menuju pada pengurangan torsi yang tersedia..
Penting untuk dicatat bahwa bentuk
gelombang fluks ini tidak tergantung pada posisi
rotor, tapi bentuk gelombang arus koresponden
karena MMF dibutuhkan untuk memberikan fluks
yang tergantung pada reluktansi efektif dari sirkit
magnetik dan hal ini tentunya bervariasi dengan
posisi rotor.
Untuk mendapat torsi motor untuk bentuk
gelombang fluks fasa yang diketahui penaikan dan
penurunan dari fluks harus di ukur waktunya untuk
bertepatan dengan posisi rotor.
Gambar 4 Bentuk gelombang tegangan dan fluks
untuk motor reluktansi switched pada mode pulsa
tunggal
Idealnya, fluks seharusnya hanya ada ketika fluks
memproduksi torsi positif dan menjadi nol ketika
4. 4
fluks akan menghasilkan torsi negatif, tapi
diketahui penundaan sehingga lebih baik untuk
mengaktifkan lebih awal sehingga fluks mencapai
tingkat turunan pada titik ketika dapat
menghasilkan torsi umumnya, walaupun jika ini
membawa pada beberapa torsi negatif pada
permulaan dan akhir siklus.
Pekerjaan dari sistem pengontrolan torsi
ialah untuk mensaklar tiap fasa aktif dan mati pada
posisi rotor optimum yang berhubungan dengan
torsi pada waktu selesai dengan menjaga posisi
rotor menggunakan RPT. Hanya sudut apa yang
menetapkan dan ditentukan dengan acuan data yang
disimpan secara digital didalam kontroller “peta
memori” yang menghubungkan arus,fluks, posisi
rotor dan torsi untuk mesin tertentu. Kontrol torsi
dipertimbangkan kurang mudah dari pada
pengendali DC yang torsi langsung sebanding
dengan arus jangkar atau pengendali motor induksi
dimana torsi sebanding dengan slip.
2.4 KONVERTER DAYA DAN PENGENDALI
Perbedaan penting antara motor SR dan
motor self-sinkron lainnya ialah bahwa kemampuan
torsi penuh dapat dicapai tanpa harus menyediakan
arus positif dan negatif pada fasa. Karena torsi tidak
tergantung pada arah dari arus pada kumparan fasa.
Keunggulan dari pengendali unipolar tersebut ialah
tiap alat pensaklaran utama dihubungkan secara
permanen secara seri dengan satu dari kumparan
motor tidak terdapat kemungkinan dari gangguan
shoot-through.
Pengontrolan kecepatan loop tertutup
keseluruhan didapatkan pada cara yang
konvensional dengan kesalahan kecepatan yang
berprilaku sebagai permintaan torsi pada sistem
kontrol torsi. Namun, pada kasus umumnya
tidaklah perlu untuk menyesuaikan tacho sebagai
sinyal feedback, kecepatan dapat diturunkan dari
RPT.
Pada umumnya dengan pengendali self-
sinkron, jangkauan luas dari karakteristik operasi
tersedia. Jika masukan konverter dikendalikan
secara penuh, regenerasi kontinu, dan operasi empat
kuadran ialah mungkin, dan torsi konstan lazim ,
daya konstan dan tipe karakteristik seri dianggap
sebagai standar. Torsi kecepatan rendah dapat
merata jika pengukuran khusus tidak diambil pada
profil pulsa arus tapi operasi kecepatan rendah
kontinu lebih baik daripada sistem umumnya dalam
hal efisiensi.
Gambar 5 grafik hubungan torsi dengan kecepatan
rotasi
III. KONFIGURASI MOTOR RELUKTANSI
SWITCHED
Motor reluktansi switched dapat diklasifikasikan
seperti pada gambar 6. Klasifikasi awal dibuat pada
dasar gerak alami ( berotasi atau linier).
Gambar 6 Klasifikasi Motor Reluktansi Switched
3.1 MOTOR RELUKTANSI SWITCHED
BERPUTAR
Mesin berputar yang berdasarkan pada
motor reluktansi switched dibedakan oleh jalur
medan magnet karena arahnya sesuai dengan
panjang aksial mesin. Jika jalur medan magnet
tegak lurus dengan poros , motor reluktansi
switched diklasifikasikan sebagai medan radial.
Ketika jalur fluks sepanjang dengan arah aksial,
mesin disebut sebagi medan aksial SRM (Switched
Reluctance Motor).
SRM medan radial digunakan pada
umumnya. Dapat dibedakan kedalam yang lintasan
5. 5
fluks lebih pendek dan yang lebih panjang
berdasarkan bagaimana kumparan diletakkan. Cara
konvensional ialah jalur fluks panjang SRM
dimana kumparan fasa diletakkan pada slot yang
berlawanan seperti ditunjukan pada gambar 7. Pada
jalur fluks SRM yang lebih pendek, kumparan fasa
diletakkan pada slot yang sejajar satu sama lainnya,
seperti yang ditunjukan pada gambar 8. Jalur fluks
SRM pendek memiliki keunggulan yaitu rugi-rugi
inti yang lebih sedikit karena pemutaran fluks tidak
terjadi pada stator dan untuk memiliki jalur fluks
pendek. Namun demikian, SRM medan radial
memiliki kelemahan yaitu rendahnya induktansi
bersama.
Gambar 7 Konfigurasi motor reluktansi switched
Gambar 8 Jalur fluks pendek SRM dengan kutub 10/8
Konfigurasi aksial SRM ditunjukan pada
gambar 9. Tipe dari SRM ini cocok untuk aplikasi
dimana total panjang dapat di paksakan seperti pada
kipas langit-langit atau pada penerapan tenaga
penggerak. Kelemahan dari konfigurasi ini ialah
laminasi stator harus ditekuk satu diatas lainnya,
tidak seperti susunan dari laminasi pada konfigurasi
medan radial.
Gambar 9 Medan aksial motor reluktansi switched
3.2 SRM SATU FASA
SRM satu fasa menarik karena memiliki
kemiripan dengan mesin induksi satu fasa dan
mesin universal dan biaya pembuatan rendah juga.
Penerapan kecepatan tinggi sangat menarik untuk
SRM satu fasa. Ketika kutub stator dan kutub rotor
diselaraskan, arus dihentikan dan rotor tetap
bergerak karena energi kinetik yang tersimpan.
Karena kutub menjadi tidak selaras, kumparan
stator dienergize lagi, menghasilkan torsi
elektromagnetik. Permasalahan dengan operasi
SRM satu fasa muncul hanya ketika kutub stator
dan rotor sejalan pada kemandekan atau rotor
berada pada posisi dimana torsi dihasilkan lebih
rendah daripada torsi beban saat starting. Ini dapat
diatasi dengan memiliki magnet permanen pada
stator untuk menarik rotor jauh dari sejajaran atau
untuk posisi yang cocok, untuk mengijinkan torsi
elektromagnetik maksimum generator, seperti
ditunjukan pada gambar 10.
SRM satu fasa beroperasi dengan maksimum duty
cycle 0,5 sehingga mereka memiliki torsi yang
terhenti yang berakibat pada tingginya ripple torsi
dan noise. Aplikasi yang tidak sensitif pada
pengurangan ini, seperti pada alat rumah tangga
ialah cocok untuk mesin ini.
6. 6
Gambar 10 SRM satu fasa dengan magnet
permanen untuk mengijinkan starting
3.3 SRM LINIER
Motor reluktansi switched linier (LSRM)
merupakan pasangan dari SRM berputar. Faktanya,
motor reluktansi switched linier diperoleh dari
pasangan berputarnya dengan memotong poros.
Gambar 11 menunjukan konfigurasi dari LSRM
tiga fasa
Gambar 11 motor reluktansi switched linier tiga
fasa
IV. SISTEM PENGGERAK SRM
Sistem penggerak SRM ditunjukan pada
gambar 12. Dibuat dari 4 komponen dasar yaitu
konverter daya, kontrol sirkit logika, posisi sensor,
dan motor reluktansi switched
Gambar 12 Struktur sistem penggerak SRM
4.1 KONVERTER DAYA UNTUK SRM
Sejak torsi penggerak SRM tidak tergantung pada
polaritas arus eksitasi, penggerak SRM
membutuhkan hanya satu saklar tiap fasa
kumparan. Lebih lagi, tidak seperti penggerak
motor ac, penggerak SRM selalu memiliki
kumparan fasa yang seri dengan saklar. Jadi, pada
kasus gangguan shoot-through, induktansi dari
kumparan membatasi rating dari kenaikan arus dan
menyediakan waktu untuk memulai proteksi.
Selanjutnya, fasa-fasa dari SRM ialah independen
dan pada kasus gangguan satu kumparan, operasi
yang terganggu ialah mungkin.
4.1.1 KONVERTER JEMBATAN ASIMETRIS
Pada gambar 13a menunjukan konverter
jembatan asimetris. Menghidupkan dua saklar daya
pada tiap fasa akan mensirkulasikan arus pada fasa
SRM tersebut. Jika arus naik diatas nilai yang
diperintahkan, saklar akan off. Energi yang
tersimpan pada kumparan motor fasa akan menjaga
arus pada arah yang sama sampai habis. Bentuk
gelombang ditunjukan pada gambar 13b dan c
dengan strategi pensaklaran yang berbeda
Gambar 13 Konverter asimetrik untuk SRM dan
operasi bentuk gelombang
7. 7
4.1.2 KONFIGURASI PENSAKLARAN (N+1)
DAN DIODA
Penggunaan peralatan daya ialah rendah pada
konverter jembatan asimetrik. Topologi konverter
yang lebih efisien ditunjukan pada gambar 14,
disebutkan konfigurasi saklar (n+1) dan dioda.
Ketika T1 dan T2 dihidupkan, fasa A dienergize
dengan menerapkan sumber tegangan pada
kumparan fasa. Arus dapat dibatasi sampai tingkat
tertentu dengan mengendalikan T1 atau T2 atau
keduanya. Sama halnya, fasa B dapat dienergize
dengan T2 dan T3. Manfaat dari konverter ini ialah
penggunaan daya yang lebih tinggi karena operasi
saklar bagi. Namun, sirkit menyediakan
pengontrolan arus terbatas selama arus fasa lebih
Gambar 14 Topologi konverter pensaklaran (n+1)
4.1.3 TOPOLOGI PENGGERAK TIPE
BIFILAR
Gambar 15a menunjukan konfigurasi konverter
dengan satu saklar daya dan satu dioda tiap fasa tapi
regenerasi energi magnetik yang disimpan pada
sumber. Dicapai dengan memiliki kumparan bifilar
dengan polaritas seperti ditunjukan pada gambar.
Bentuk gelombang variasi waktu dari rangkaian
ditunjukan pada gambar 15b. Ditunjukan bahwa
tegangan pada saklar daya dapat lebih tinggi dari
sumber tegangan. Kelemahan dari penggerak ini
ialah SRM membutuhkan kumparan bifilar yang
meningkatkan kompleksitas dari motor.
Gambar 15 Penggerak tipe bifilar dan bentuk
gelombang
4.1.4 KONVERTER C-DUMP
Konverter C-dump ditunjukan pada
gambar 16a dengan rangkaian energi pemulihan.
Energi magnetik yang disimpan sebagian dialihkan
ke kapasitor Cd dan dipulihkan darinya oleh
chopper kuadran satu yang terdiri dari Tr, Lr dan Dr
dan dikirim ke sumber DC. Gambar 16b
menunjukan bentuk gelombang dari konverter ini.
Konfigurasi ini memiliki keunggulan dari
saklar-saklar daya minimum yang mengijinkan
pengontrolan arus fasa independen. Kelemahan
utama ialah komutasi arus dibatasi dengan
perbedaan antara tegangan Cd, Vo dan tegangan
hubung DC. Selanjutnya, energi bersikulasi antara
Cd dan hubung DC menghasilkan rugi-rugi
tambahan dalam mesin.
Gambar 16 Konverter C-Dump untuk SRM
4.2 POSISI SENSOR
Pada penggerak SRM, posisi rotor sangat
penting untuk komutasi fasa stator dan
pengendalian sudut. Posisi rotor biasanya diperoleh
dari posisi sensor. Penggunaan umum sensor posisi
ialah fototransistor dan fotodioda, element Hall,
sensor magnetik, encoder pulsa dan transformator
differensial variable.
8. 8
4.2.1 SENSOR FOTOTRANSISTOR
Sensor fototransistor berdasarkan pada prinsip
fotoelektrik. Gambar 17 menunjukan struktur dasar
dari sensor fototransistor
Gambar 17 Sensor fototransistor
Seperti yang ditunjukan pada gambar, shutter
berputar sudut elektris 120 ° dipasang pada poros
rotor, yang berputar dengan rotor SRM.
Fototransistor yang sama dengan jumlah motor fasa
(terdapat tiga fasa pada gambar) ditetapkan pada
stator. Ketika celah sejajar dengan fototransistor
PT1, fototransistor akan menghasilkan arus karena
cahaya sedangkan fototransistor PT2 dan PT3
hanya memiliki arus bocor yang kecil karena
cahaya di tutupi oleh shutter yang berputar. Pada
kasus ini, fasa stator berhubungan dengan PT1
harus di aktifkan. Situasi yang sama akan terjadi
ketika celah dari shutter yang berputar sejajar
dengan PT2 atau PT3.
4.2.2 SENSOR POSISI HALL
Fungsi dari sensor Hall berdasarkan pada
prinsip efek Hall yang dinamai setelah penemunya
E.H. Hall: berarti bahwa tegangan yang
dibangkitkan melintang dengan arah aliran arus
pada konduktor elektrik (tegangan Hall), jika
medan magnet diterapkan tegak lurus dengan
konduktor
Gambar 18 Sensor posisi Hall
Struktur dari sensor posisi Hall untuk motor tiga
fasa diillustrasikan pada gambar 18. Terdiri dari
tiga komponen Hall dan piringan putar dengan
magnet permanen yang tetap pada poros rotor.
Mirip dengan celah dari sensor fototransistor,
magnet permanen pada piringan putar dipasang
sesuai sehingga keluaran dari komponen Hall dapat
mengindikasi posisi rotor yang tepat untuk
pengendalian arus fasa.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan materi pada makalah ini, maka
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Pada motor reluktansi switched memiliki
efisiensi dan kehandalan tinggi
dibandingkan dengan konvensional motor
AC atau DC
2. Pada motor reluktansi switched efektif
dalam biaya dibandingkan dengan motor
DC brushless pada volume tinggi.
3. Pada motor reluktansi switched
memungkinkan biaya rendah untuk kontrol
kecepatan akurat jika volume cukup tinggi.
4. Torsi atau produksi gaya pada motor
reluktansi switched dikembangkan dari
variasi energi magnetik yang tersimpan
sebagai fungsi dari posisi rotor
5. Pengendalian SRM 8/6 pada empat
kuadran menggunakan analisis linier telah
dijelaskan dengan menggunakan algoritma
yang didesain dan diimplementasikan
dengan tujuan untuk mengurangi torsi
ripple
6. Produksi torsi pada struktur motor
reluktansi switched datang dari
kecenderungan dari kutub rotor yang
sejajar dengan kutub eksitasi stator.
7. SRM memiliki kutub menonjol ganda dan
karateristik magnetik non-linier, ripple
torsi lebih besar daripada motor
tradisional.
8. Dengan pengendalian torsi dari SRM,
ripple torsi rendah, pengurangan noise atau
bahkan peningkatan efisiensi dapat
dicapai.
9. 9
DAFTAR PUSTAKA
1. A. Chiba, K. Chida and T. Fukao,
"Principles and Characteristics of a
Reluctance Motor with Windings of
Magnetic Bearing," in Proc. PEC Tokyo,
pp.919-926, 1990.
2. Bass, J. T., Ehsani, M. and Miller, T. J. E ;
"Robust torque control of a switched
reluctance motor without a shaft position
sensor," IEEE Transactions, Vol.IE-33,
No.33, 1986, 212-216
3. Byrne, J. V. and Lacy, J.G.;
"Characteristics of saturable stepper and
reluctance motors." IEE Conf. Publ.
No.136,Small Electrical Machines, 1976,
93-96.
4. Davis, R. M., "A Comparison of Switched
Reluctance Rotor Structures," IEEE Trans.
Indu. Elec., Vol.35, No.4, pp.524-529,
Nov. 1988.
5. D.H. Lee, J. Liang, T.H. Kim, J.W. Ahn,
"Novel passive boost power converter for
SR drive with high demagnetization
voltage", International Conference on
Electrical Machines and Systems, 2008,
pp.3353-3357, 17-20 Oct. 2008.
6. D.S. Schramm, B.W. Williams, and T.C.
Green; "Torque ripple reduction of
switched reluctance motors by phase
current optimal profiling", in Proc. IEEE
PESC' 92, Vol. 2, Toledo, Spain, pp.857-
860, 1992 .
7. R. Krishnan, Switched Reluctance Motor
Drives: Modelling, Simulation,
Analysis, Design, and Applications, CRC
Press, 2001
8. Theodore Wildi, Electrical Machines,
Drives andPower Systems 3rd,Prentice
Hall Inc, New Jersey,1997.
9. T. J. E. Miller, Switched Reluctance
Motors and Their Control, Magna Physics
Publishing and Clarendon press, Oxford,
1993
BIOGRAFI
Oktarico Susilatama P,
NIM 21060110141053,
lahir di kendal, 22 Oktober
1992, menempuh
pendidikan di SMPN 1
Semarang, SMAN 3
Semarang. Dan sekarang
sedang menempuh S1 di
Teknik Elektro Universitas Diponegoro.