1. IBU HAMIL DAN MENYUSUI SEPATUTNYA PERHATIKAN KEBUTUHAN AIR
Status hidrasi pada wanita hamil dan menyusui sangat penting. Ibu hamil
dan menyusui perlu menjaga keseimbangan cairan tubuhnya. Hal itu dapat
dilakukan dengan cara mencukupi asupan cairan harian, khusunya dengan
mengonsumsi air putih. Air minum yang baik adalah air putih, bukan kopi,
teh bergula, sirup atau minuman dengan zat pengawet, pewarna dan soda.
Hasil Penelitian Indonesian Hydration Working Group
Di tahun 2014, IHWG melakukan penelitian soal fluid intake (asupan cairan)
pada ibu hamil di Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya yang bertujuan untuk
melihat apakah wanita hamil dan menyusi mengerti efek serius kekurangan
cairan. Pada wanita hamil dan menyusui sehat umur 20-35 tahun, 55.9 %
dari wanita hamil dan 51 % dari wanita menyusui dilaporkan merasakan
haus. Sebanyak 13.9 % wanita hamil serta 5.4 % dari wanita menyusui
dilaporkan memiliki tanda bibir kering. Kontribusi cairan terhadap asupan
energi rata-rata per hari adalah sebesar1.5-1.6 ml per-kcal. Berdasarkan
rekaman menggunakan metode asupan cairan 7 hari berturut-turut, rata-rata
asupan cairan ibu hamil 2381 mL dan ibu menyusui 2575 mL, sedangkan
jika memakai 24H dietary recall didapatkan asupan cairan ibu hamil dan
menyusui masing-masing 2607 mL dan 2773 ML.
Berapa banyak air yang dibutuhkan ibu hamil dan menyusui?
Kebutuhan air pada wanita hamil adalah kebutuhan air sehari-hari ditambah
dengan 640 mL/hari, sedangkan pada wanita menyusui dibutuhkan
tambahan 1,4 mL/kkal/hari. Hal ini tertera pada buku “Status Hidrasi Pada
Kondisi Umum dan Khusus” yang diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia melalui kemitraan dengan Indonesian Hidration
Working Group. Ibu hamil yang kekurangan cairan akan mengalami
masalah pada air ketuban yang akhirnya menyebabkan pertumbuhan janin
dalam kandungan menjadi terhambat atau bayi tidak berkembang maksimal.
Kehilangan cairan yang dialami ibu hamil bisa disebabkan oleh banyak hal,
namun yang paling umum adalah melalui urin. Pelepasan urin saat hamil
memang lebih sering, sebab uterus membesar dan kandung kemih terus
tertekan. Sedangkan pada ibu menyusui, frekuensi menyusui akan dijadikan
patokan seberapa banyak jumlah cairan yang mencukupi untuk mengganti
cairan yang hilang. Terlalu banyak asupan air menyebabkan overhidrasi,
sedangan terlalu sedikit dapat menimbulkan dehidrasi, bahkan gejala
2. semacam konstipasi (sulit buang air besar) dan nyeri kandung kemih saat
buang air kecil.
Syarat Air Bersih
Syarat air yang bersih adalah bebas dari kuman penyakit pes, tifoid, ulkus
Siberia, keracunan botulinum dan enfalitis Venezuela. Jika ibu hamil
mengonsumsi air yang tercemar dikhawatirkan akan berujung pada abortus,
kelahiran premature, komplikasi kehamilan, gangguan eklamasia dan bahkan
keguguran. Sedangkan pada ibu menyusui, konsumsi air yang
terkontaminasi menyebabkan gangguan laktasi dan bukan tidak mungkin
kuman ikut dialirkan lewat ASI. Oleh karena itu, air minum tidak boleh
mengandung trikloreotilen, kloreotilen, arsen, kadminum, merkuri, timbal,
heptoklorin, mangan, toluen, kloroform dan pestisida.