Hikayat Patani menceritakan asal usul kerajaan Patani di Thailand. Raja Paya Tu Naqpa pergi berburu di tepi laut bersama rakyatnya. Mereka bertemu dengan sepasang suami istri tua bernama Encik Tani yang tinggal di tepi pantai. Raja memutuskan untuk mendirikan kerajaan baru di tempat itu yang dinamakan Patani Darussalam.
Pembelajaran mengenai Teks Ceramah yang didalamnya terdapat Pengertian, jenis-jenis, tujuan komunikasi, pola pengembangan, struktur, ciri kebahasaan, langkah menyusun, dan variasi teks ceramah.
Materi Bahasa Indonesia Kelas XI (Karya Ilmiah) fifinfadriah
Materi Bahasa Indonesia Kelas XI (Karya Ilmiah)
- Pengertian Karya Tulis Ilmiah
- Ciri-Ciri Karya Ilmiah
- Tujuan Penulisan Karya Tulis Imiah
- Bentuk Karya Ilmiah
- Jenis-jenis karya tulis Ilmiah
- Tahap Penulisan Karya Tulis Ilmiah
- Ciri Kebahasaan Karya Ilmiah
- Tata Naskah Karangan Ilmiah
Cerita fantasi adalah bahan tertulis yang berbentuk karangan atau tulisan yang menggambarkan atau membayangkan kejadian berupa angan-angan, khayalan, imajinasi, atau rekaan belaka.
Pembelajaran mengenai Teks Ceramah yang didalamnya terdapat Pengertian, jenis-jenis, tujuan komunikasi, pola pengembangan, struktur, ciri kebahasaan, langkah menyusun, dan variasi teks ceramah.
Materi Bahasa Indonesia Kelas XI (Karya Ilmiah) fifinfadriah
Materi Bahasa Indonesia Kelas XI (Karya Ilmiah)
- Pengertian Karya Tulis Ilmiah
- Ciri-Ciri Karya Ilmiah
- Tujuan Penulisan Karya Tulis Imiah
- Bentuk Karya Ilmiah
- Jenis-jenis karya tulis Ilmiah
- Tahap Penulisan Karya Tulis Ilmiah
- Ciri Kebahasaan Karya Ilmiah
- Tata Naskah Karangan Ilmiah
Cerita fantasi adalah bahan tertulis yang berbentuk karangan atau tulisan yang menggambarkan atau membayangkan kejadian berupa angan-angan, khayalan, imajinasi, atau rekaan belaka.
2. HIKAYAT
Istilah hikayat berasal dari bahasa arab, yaitu Haka
yang berarti kisah atau cerita.
Hikayat merupakan salah satu bagian dari karya sastra
prosa melayu klasik.
Hikayat muncul di zaman peralihan dari Hindu ke
islam.
3. Dalam sastra Melayu lama, hikayat diartikan sebagai cerita
rekaan berbentuk prosa panjang berbahasa Melayu, yang
menceritakan tentang kehebatan dan kepahlawanan orang
ternama dengan segala kesaktian, keanehan, dan karomah
yang mereka miliki. Orang ternama tersebut biasanya raja,
putera-puteri raja, orang-orang suci, dan sebagainya.
Sastra melayu klasik adalah jenis sastra yang tumbuh dan
berkembang pada masa masyarakat melayu tradisional.
4. CIRI-CIRI HIKAYAT
1. Anonim : Pengarangnya tidak dikenal
2. Istana Sentris : Menceritakan tokoh yang berkaitan
dengan kehidupan istana/ kerajaan
3. Bersifat Statis : Tetap, tidak banyak perubahan
4. Bersifat Komunal : Menjadi milik masyarakat
5. Menggunakan bahasa klise : Menggunakan bahasa
yang diulang-ulang
5. 6. Bersifat Tradisional : Meneruskan budaya/ tradisi/ kebiasaan
yang dianggap baik
7. Bersifat Didaktis : Didaktis moral maupun didaktis religius
(Mendidik)
8. Menceritakan Kisah Universal Manusia : Peperangan antara
yang baik dengan yang buruk, dan dimenangkan oleh yang baik
9. Magis : Pengarang membawa pembaca ke dunia khayal
imajinasi yang serba indah (Diluar akal sehat)
6. Penggunaan bahasa dalam Karya Sastra Melayu Klasik
(KSMK) bisanya dihiasi kata-kata seperti alkisah, adalah,
syahdan, hatta, dan kata-kata pembuka lainnya. Sturuktur teks
KSMK terdiri atas tiga bagian, yaitu:
1) Bagian pendahuluan berisi pengantar
2) Bagian isi berisi pokok cerita
3) Bagian penutup berisi pemecahan masalah
8. MACAM-MACAM HIKAYAT
BERDASARKAN ASALNYA
1. Melayu Asli
Hikayat Hang Tuah (bercampur unsur islam)
Hikayat Si Miskin (bercampur unsur islam)
Hikayat Indera Bangsawan
Hikayat Malim Deman
9. 2. Pengaruh Jawa
Hikayat Panji Semirang
Hikayat Cekel Weneng Pati
Hikayat Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma)
3. Pengaruh Hindu (India)
Hikayat Sri Rama (dari cerita Ramayana)
Hikayat Perang Pandhawa (dari cerita Mahabarata)
Hikayat Sang Boma (dari cerita Mahabarata)
Hikayat Bayan Budiman
12. NILAI DALAM HIKAYAT
Hikayat mengandung nilai-nilai kehidupan dan pesan moral. Nilai
tersebut disampaikan dalam bentuk nasihat yang bertujuan
meningkatkan moralitas, perilaku, berbahasadalam masyarakat, dan
keagamaan.
Nilai-nilai yang terkandung pada karya sastra tersebut sekilas
nampak mirip dengan amanat, tetapi keduanya memiliki perbedaan.
13. Perbedaan antara amanat dan nilai-nilai ialah :
amanat : pesan yang akan disampaikan pengarang lewat karyanya.
nilai-nilai : tuntunan perilaku atau hidup sesorang. Oleh karena itu,
nilai-nilai biasanya nampak pada karakter tokoh cerita tersebut.
Ada berbagai nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra,
diantaranya:
• Nilai agama : berkaitan dengan kaidah agama yang berlaku di
masyarakat setempat saat itu
• Nilai moral : berkaitan dengan etika sopan santun yang berlaku
dimasyarakat
• Nilai budaya : berkaitan dengan sosial budaya masyarakat melayu
klasik
14. • Nilai pendidikan : Nilai yang berhubungan dengan proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang/kelompak orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan
• Nilai psikologis : Nilai yang berhubungan dengan sifat kejiwan
manusia.
• Nilai sosial : Nilai yang berhubungan dengan kehidupan di dalam
masyarakat.
15. HIKAYAT PATANI
Inilah suatu kisah yang diceritakan oleh orang tua-tua, asal raja
yang berbuat negeri Patani Darussalam itu.
Adapun raja di Kota Maligai itu namanya Paya Tu Kerub Mahajana. Maka
Paya Tu Kerub Mahajana pun beranak seorang laki-laki, maka dinamai
anakanda baginda itu Paya Tu Antara. Hatta berapa lamanya maka Paya Tu
Kerub Mahajana pun matilah. Syahdan maka Paya Tu Antara pun kerajaanlah
menggantikan ayahanda baginda itu. Ia menamai dirinya Paya Tu Naqpa.
Selama Paya Tu Naqpa kerajaan itu sentiasa ia pergi berburu.
16. Pada suatu hari Paya Tu Naqpa pun duduk diatas takhta kerajaannya dihadap
oleh segala menteri pegawai hulubalang dan rakyat sekalian. Arkian maka
titah baginda: "Aku dengar khabarnya perburuan sebelah tepi laut itu terlalu
banyak konon."
Maka sembah segala menteri: "Daulat Tuanku, sungguhlah seperti titah Duli
Yang Mahamulia itu, patik dengar pun demikian juga."
Maka titah Paya Tu Naqpa: "Jikalau demikian kerahkanlah segala rakyat kita.
Esok hari kita hendak pergi berburu ke tepi laut itu."
Maka sembah segala menteri hulubalangnya: "Daulat Tuanku, mana titah
Duli Yang Mahamulia patik junjung."
17. Arkian setelah datanglah pada keesokan harinya, maka baginda pun
berangkatlah dengan segala menteri hulubalangnya diiringkan oleh rakyat
sekalian. Setelah sampai pada tempat berburu itu, maka sekalian rakyat pun
berhentilah dan kemah pun didirikan oranglah. Maka baginda pun turunlah
dari atas gajahnya semayam didalam kemah dihadap oleh segala menteri
hulubalang rakyat sekalian. Maka baginda pun menitahkan orang pergi
melihat bekas rusa itu. Hatta setelah orang itu datang menghadap baginda
maka sembahnya: "Daulat Tuanku, pada hutan sebelah tepi laut ini terlalu
banyak bekasnya."
Maka titah baginda: "Baiklah esok pagi-pagi kita berburu"
18. Maka setelah keesokan harinya maka jaring dan jerat pun ditahan oranglah.
Maka segala rakyat pun masuklah ke dalam hutan itu mengalan-alan segala
perburuan itu dari pagi-pagi hingga datang mengelincir matahari, seekor
perburuan tiada diperoleh. Maka baginda pun amat hairanlah serta
menitahkan menyuruh melepaskan anjing perburuan baginda sendiri itu.
Maka anjing itu pun dilepaskan oranglah. Hatta ada sekira-kira dua jam
lamanya maka berbunyilah suara anjing itu menyalak. Maka baginda pun
segera mendapatkan suara anjing itu. Setelah baginda datang kepada suatu
serokan tasik itu, maka baginda pun bertemulah dengan segala orang yang
menurut anjing itu. Maka titah baginda: "Apa yang disalak oleh anjing itu?"
19. Maka sembah mereka sekalian itu: "Daulat Tuanku, patik mohonkan ampun
dan karunia. Ada seekor pelanduk putih, besarnya seperti kambing, warna
tubuhnya gilang gemilang. Itulah yang dihambat oleh anjing itu. Maka
pelanduk itu pun lenyaplah pada pantai ini.“
Setelah baginda mendengar sembah orang itu, maka baginda pun berangkat
berjalan kepada tempat itu. Maka baginda pun bertemu dengan sebuah rumah
orang tua laki-bini duduk merawa dan menjerat. Maka titah baginda suruh
bertanya kepada orang tua itu, dari mana datangnya maka ia duduk kemari ini
dan orang mana asalnya. Maka hamba raja itu pun menjunjungkan titah
baginda kepada orang tua itu.
20. Setelah baginda mendengar sembah orang itu, maka baginda pun berangkat
berjalan kepada tempat itu. Maka baginda pun bertemu dengan sebuah rumah
orang tua laki-bini duduk merawa dan menjerat. Maka titah baginda suruh
bertanya kepada orang tua itu, dari mana datangnya maka ia duduk kemari ini dan
orang mana asalnya. Maka hamba raja itu pun menjunjungkan titah baginda
kepada orang tua itu.
Maka sembah orang tua itu: "Daulat Tuanku, adapun patik ini hamba juga pada
kebawah Duli Yang Mahamulia, karena asal patik ini duduk di Kota Maligai. Maka
pada masa Paduka Nenda berangkat pergi berbuat negeri ke Ayutia, maka patik
pun dikerah orang pergi mengiringkan Duli Paduka Nenda berangkat itu. Setelah
Paduka Nenda sampai kepada tempat ini, maka patik pun kedatangan penyakit,
maka patik pun ditinggalkan oranglah pada tempat ini."
21. Maka titah baginda: "Apa nama engkau?".
Maka sembah orang tua itu: "Nama patik Encik Tani."
Setelah sudah baginda mendengar sembah orang tua itu, maka
baginda pun kembalilah pada kemahnya.Dan pada malam itu baginda pun
berbicara dengan segala menteri hulubalangnya hendak berbuat negeri pada
tempat pelanduk putih itu. Setelah keesokan harinya maka segala menteri
hulubalang pun menyuruh orang mudik ke Kota Maligai dan ke Lancang
mengerahkan segala rakyat hilir berbuat negeri itu. Setelah sudah segala
menteri hulubalang dititahkah oleh baginda masingmasing dengan
ketumbukannya, maka baginda pun berangkat kembali ke Kota Maligai.
22. Hatta antara dua bulan lamanya, maka negeri itu pun sudahlah. Maka baginda
pun pindah hilir duduk pada negeri yang diperbuat itu, dan negeri itu pun
dinamakannya Patani Darussalam (negeri yang sejahtera). Arkian pangkalan
yang di tempat pelanduk putih lenyap itu (dan pangkalannya itu) pada Pintu
Gajah ke hulu Jambatan Kedi, (itulah. Dan) pangkalan itulah tempat Encik
Tani naik turun merawa dan menjerat itu. Syahdan kebanyakan kata orang
nama negeri itu mengikut nama orang yang merawa itulah. Bahwa
sesungguhnya nama negeri itu mengikut sembah orang mengatakan pelanduk
lenyap itu. Demikianlah hikayatnya.
23. TERJEMAHN HIKAYAT
PATANI
Inilah suatu kisah yang di ceritakan oleh nenek moyang, raja yang
berkuasa di negeri Patani Darusalam. Ada seorang raja di kota maligai
yang bernama Paya Tu Kerub Mahajana. Paya Tu kerub Mahajana
memiliki anak laki-laki yang bernama Paya Tu Antara. Setelah sekian
lama ia berkuasa Paya Tu Kerub Mahajan meninggal dunia. Maka
Paya Tu Antara menggantikan ayahnya. Ia menamai dirinya Paya Tu
Naqpa. Selama menjadi raja Paya Tu Naqpa selalu pergi berburu.
24. Pada suatu hari Paya TU Naqpa duduk diatas takhta kerjaan bersama
para menteri pegawai hulubalan dan seluruh rakyat. Maka baginda
berkata: ”Aku dengar sebelah tepi laut banyak sekali perburuan.”
Maka para menteri menjawab: “Daulat tuanku, seperti yang mulia
dengar, demikian kami juga mendengar.” Maka Paya Tu Naqpa
berkata: “Jikalau demikian kerahkanlah seluruh rakyat kita. Esok kita
pergi berburu ke tepi laut itu.” Seluruh menteri hulubalang pun
menjawab: “Daulat tuanku segala titah mahamulia kami junjung.”
25. Pada keesokan harinya, baginda pun berangkat dengan seluruh
menteri hulubalang diiringi oleh seluruh rakyatnya. Setelah sampai
ditempat berburu, seluruh rakyat berhenti dan mendirikan kemah.
Maka baginda pun turun dari atas gajahnya dan beristirahat didalam
kemah bersama para menteri hulubalang dan seluruh rakyat. Maka
baginda pun memerintahkan seseorang untuk melihat jejak rusa itu.
Setelah melihatnya orang itu pun mengahadap baginda dan berkata:
“Daulat tuanku, di dalam hutan seblah tepi laut banyak sekali
jejaknya.” Maka baginda berkata: “baiklah esok pagi kita pergi
berburu.”
26. Maka keesokan harinya jaring dan jerat pun di pasang. Seluruh rakyat
pun masuk kedalam hutan menyisir daerah perburuan dari pagi
hingga petang, tapi perburuan itu tidak membuahkan hasil. Baginda
pun terheran-heran dan memerintahkan untuk melepaskan anjing
pemburu. Setelah kira-kira dua jam lamanya maka anjing itu pun
menyalak. Baginda pun menghampiri suara anjing itu, dan
menemukan gundukan tanah yang menurut anjing itu orang. Baginda
pun berkata: “Apa yang digonggong anjing itu?” Mereka pun berkata:
“Daulat tuanku, kami mohon ampun. Ada seekor pelanduk putih
yang besarnya seperti kambing, warna tubuhnya mengkilat. Itulah di
gonggong oleh anjing dan pelanduk itu melarikan diri.”
27. Setelah baginda mendengar jawaban orang itu, maka baginda pun berjalan
pada tempat itu. Baginda pun menemukan rumah seorang suami istri tua
yang sedang duduk di depan rumahnya. Baginda menyuruh seseorang
untuk bertanya kepada orang tua itu, mengapa berada disini dan darimana
asalnya. Kedua orang tua itu pun menjawab: “Daulat tuanku, hamba ini
rakyatmu yang Maha Mulia, karena kami berasal dari kota Maligai.” Ketika
paduka nenda pergi ke negri ayutia, kami pun pergi mengiringi paduka
nenda berangkat. Setelah sampai kami pun sakit maka kami ditinggalkan.
Baginda berkata: “Siapa namamu?” Orang tua itu menjawab: “Nama saya
Pak Tani.” Setelah baginda mendengar jawaban orang tua itu, baginda pun
kembali ke kemahnya. Pada malam itu baginda berbicara dengan seluruh
menteri hulubalannya untuk pergi ke tempat pelanduk putih itu.
28. Keesokan harinya maka seluruh menteri hulubalang menyuruh orang
kembali ke kota Maligai dan Lancang untuk mengerahkan seluruh rakyat
pergi ke ke tempat itu. Setelah seluruh menteri sudah melakukan perintah
raja maka baginda pun kembali ke kota Maligai. Sudah dua bulan lamanya,
negeri itu pun kosong. Pindahlah baginda ke negeri itu dan dinamakan
Patani Darusalam (negeri yang sejahtera).
Dari awal tempat dimana pelanduk putih itu hilang sampai pintu gajah di
ujung Jambatan Kedi, itulah tempat Pak Tani tinggal dan hidup disitu.
Banyak orang mengatakan nama negri berasal dari nama orang yang tinggal
disana. Sesungguhnya nama negri itu berasal dari hilangnya pelandu itu.
Demikianlah ceritanya.
29. Unsur intrinsik
1. Tema : Asal mula adanya Negeri Patani Darusalam
2. Alur : Maju
3. Setting/latar : Hutan, Kerajaan Maligai, Negeri Patani Darusalam.
4. Penokohan : Patani : Penyabar
Baginda Raja (Paya Tu Naqpa) : Bijaksana dan mudah menyerah
Para menteri Hulubalang : Selalu patuh
Paya Tu Kerub Mahajana (Ayah Paya Tu Naqpa)
5. Amanat :
Terbentuknya negeri yang sejahtera tergantung rakyat yang menempati dan
pemimpin yang memipin. Pemimpin bangsa bijaksana dengan masyarakat yang
mematuhi peraturan yang ada, maka suatu negara itu akan maju.
30. Unsur Ekstrinsik
1. Nilai Moral
a. Seorang syaikh yang mengajak raja dan para keluarganya masuk islam,
dan bukan menyembah berhala. Serta dia tidak mengharap imbalan ketika
menyembuhkan raja.
b. Perbuatan seorang raja yang ingkar janji untuk masuk islam, demi
penyakitnya agarcepat sembuh.
c. Seorang yang berprilaku sombong dan angkuh karena menggap dirinya
yang palingberkuasa.
d. Perbuatan seorang raja yang menganggap semua perbuatan dengan
imbalan yangberupa harta.
31. 2. Nilai agama
a. Seorang raja yang lebih menyembah berhala dibanding menyembah tuhan.
b. Perbuatan raja ketika ia menepati janjinya kepada syaikh untuk membawa
agamaislam, maka dia pun masuk islam, tetapi perbuatan untuk menyembah
berhala danmemakan babi pun masih dilakukannya.
c. Perilaku raja yang meremehkan janjinya untuk membawa agama islam
kekehidupannya.
3. Nilai sosial
a. Seorang raja yang kurang membaur kepada rakyatnya, sehingga ketika ia
sakit tak satupun orang yang ada di daerah negri itu mengacuhkannya.
b. Perilaku yang tidak bertanggung jawab membawa agama islam kepada
rakyat danpara mentrinya