5. Framing adalah pengemasan peristiwa pada suatu berita
agar dapat dikemas sedemikian rupa agar mudah
dipahami oleh masyarakat umum.
Menurut Robert N. Entman,
Framing adalah proses seleksi dari
berbagai aspek realitas sehingga bagian
tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol
daripada aspek lainnya.
6.
7. Realitas yg ada tidak
ditangkap dan ditulis sesuai
dengan fakta, melainkan
realitas sebaiknya
dikonstruksi
8. Mendefinisikan realitas tertentu Melupakan definisi lain atas realitas
Menonjolkan aspek tertentu Mengaburkan aspek lain
Menyajikan sisi tertentu Menghilangkan sisi tertentu
Pemilihan fakta tertentu Pengabaian fakta lain
12. Framing erat kaitan dengan opini publik
Isu tertentu ketika dikemas dengan dibingkai tertentu bisa mengakibatkan pemahaman
khalayak yang berbeda atas isu suatu isu.
frame
Isu dikemas
Kejadian
dimaknai
Peristiwa
dipahami
14. Media dan Konstruksi
Berita bukan refleksi dari realitas, ia hanya konstruksi dari realitas
Positif Konstruksionis
Media sebagai saluran pesan Media sebagai agen konstruksi pesan
Berita adalah cerminan dan refleksi
dari kenyataan
Berita tidak mungkin merupakan
cermin dan refleksi dari realitas
Berita bersifat objektif Berita bersifat subjektif
Wartawan sebagai pelapor Wartawan sebagai partisipan yang
menjembatani keragaman
subjektivitas pelaku sosial
Berita diterima sama dengan apa
yang dimaksudkan oleh pembuat
berita
Khalayak mempunyai penafsiran
sendiri yang memungkinkan berbeda
dari pembuat berita
16. Aspek Framing
Eriyanto (2005: 69-70) menyebutkan ada dua
aspek penting dalam framing:
1. Memilih fakta atau realitas.
Proses pemilihan fakta ini didasarkan pada
sebuah asumsi, bahwa wartawan tidak
mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif.
2. Menuliskan fakta.
proses ini terkait dengan fakta yang telah
dipilih oleh media pada khalayak. Unsur
penulisan fakta ini berhubungan dengan
penonjolan realitas yang diangkat.