Studi ini meneliti fenomena ujaran kebencian dan berita hoax dalam argumentasi warganet di media sosial dengan menggunakan konsep berpikir kefilsafatan. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mahasiswa dan masyarakat umum untuk mengetahui pola berpikirnya. Hasilnya menunjukkan bahwa pemahaman filsafat diperlukan sebagai alat berpikir rasional dalam berargumentasi untuk mencegah penye
SARAN BAGI MEDIA DAN MUI
Mengingat:
• Masyarakat yang sudah terlanjur terpengaruh oleh teori konspirasi, anti vaksin, dan kekecewaan kepada keadaan (ekonomi, kebijakan pemerintah, dll) cenderung tidak mau mencari informasi yang benar ketika melihat disinformasi.
• Hoaks banyak diterima dalam bentuk video melalui kanal Whatsapp. Maka disarankan:
• Media dan MUI selain membuat klarifikasi melalui artikel, sebaiknya juga membuat kontra narasi dalam bentuk video yang mudah dishare melalui WhatsApp, TikTok, dan YouTube.
• Video pendek dibuat dengan gaya yang menyentuh emosi dan pikiran, menarik, menggunakan bahasa dan budaya lokal, sehingga masyarakat mau melihat dan turut menyebarkannya.
SARAN BAGI MEDIA DAN MUI
Mengingat:
• Masyarakat yang sudah terlanjur terpengaruh oleh teori konspirasi, anti vaksin, dan kekecewaan kepada keadaan (ekonomi, kebijakan pemerintah, dll) cenderung tidak mau mencari informasi yang benar ketika melihat disinformasi.
• Hoaks banyak diterima dalam bentuk video melalui kanal Whatsapp. Maka disarankan:
• Media dan MUI selain membuat klarifikasi melalui artikel, sebaiknya juga membuat kontra narasi dalam bentuk video yang mudah dishare melalui WhatsApp, TikTok, dan YouTube.
• Video pendek dibuat dengan gaya yang menyentuh emosi dan pikiran, menarik, menggunakan bahasa dan budaya lokal, sehingga masyarakat mau melihat dan turut menyebarkannya.
sebuah tugas presentasi mata kuliah Evaluasi Pembelajaran BSI yang menjelaskan tentang penilaian dalam kompetensi membaca bersumber dari buku Penilaian Pembelajaran Bahasa: Berbasis Kompetensi dan Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa karya Burhan Nurgiyantoro
Tugas mata kuliah Kewirausahaan jurusan PBSI UNY 2012 kelas A.
Menyajikan hasil observasi dengan mengunjungi Sabila Farm untuk mendapatkan kiat-kiat dalam berwirausaha.
Akhir-akhir ini banyak isu-isu yang berkembang mengenai etika pergaulan mahasiswa di kampus terkait dengan persoalan sopan santun, tata krama, etika dalam berkomunikasi serta tata cara berpakaian yang pantas dalam pergaulan di lingkungan kampus. Isu tersebut telah menjadi sorotan banyak pihak mulai dari kalangan birokrasi hingga pihak luar yang tidak terlibat langsung dalam proses akademik. Isu ini menjadi keprihatinan tersendiri, pasalnya UNY merupakan universitas penghasil calon-calon guru yang akan memberi tauladan kepada murid-muridnya kelak.
Peraturan Rektor Nomor 03 Tahun 2009 telah banyak memuat segala hal tentang etika pergaulan mahasiswa di kampus yang telah disepakati bersama antara para pimpinan universitas dengan perwakilan mahasiswa UNY.
Bahkan dalam peraturan rektor tersebut telah disepakati pula pencantuman sanksi bagi yang melanggar etika pergaulan di kampus yang dikriteriakan bersama itu (Pasal 12 – 14 Peraturan Rektor No.03 Th 2009).
Pada dasarnya, etika pergaulan mahasiswa merupakan alat kontrol dari sebuah tindakan. Etika dapat menjadi gambaran bagi mahasiswa dalam mengambil suatu keputusan yang bersifat baik atau buruk. Makna etika perlu dipahami kembali dan diaplikasikan di dalam lingkungan mahasiswa, karena pada realita banyak mahasiswa yang tidak mengetahui makna dan peranan etika itu sendiri, sehingga bermunculanlah mahasiswa yang tidak memiliki sopan santun kepada para dosen, mahasiswa lebih menyukai hidup bebas tanpa beban, berdemonstrasi tidak mengikuti aturan yang berlaku bahkan hal terkecil seperti menyontek disaat ujian dianggap hal yang lumrah. Realita ini juga dapat terbawapada kehidupan sosial bermasyarakat dan ruang lingkup tatanan parlemen seperti korupsi.
Fenomena Ujaran Kebencian dan Berita Hoax dalam Argumentasi Warganet di Media Sosial ditinjau dari Konsep Berpikir Kefilsafatan
1. 1
PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FENOMENA UJARAN KEBENCIAN DAN BERITA HOAX
DALAM ARGUMENTASI WARGANET DI MEDIA SOSIAL
DITINJAU DARI KONSEP BERPIKIR KEFILSAFATAN
ARIEF KURNIATAMA
ROSALIANA INTAN PITALOKA
SURYO EDIYONO
2. 2PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Background
Research
Pemerolehan informasi
tidak lagi terbatas oleh
waktu
Fenomena ujaran
kebencian dan berita
HOAX marak terjadi di
tanah air
Timbul berbagai
macam argumentasi
mengenai masalah
yang terjadi
3. 3PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Kerangka
Teori
Ujaran Kebencian dan
Berita HOAX
Argumentasi
Media Sosial
Konsep Berpikir
Kefilsafatan
4. 4PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Metode
Penelitian
Jenis Penelitian
Deskriptif Kualitatif
Studi Kasus
Sumber Data
Mahasiswa
dan Masyarakat
Umum
Teknik Data
21
3 Lembar Kuesioner
Wawancara
5. 5PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Hasil Penelitian
dan Pembahasan
Pemahaman Kefilsafatan sebagai Alat untuk Berpikir dalam Berargumentasi
Perlunya pemahaman kefilsafatan diterapkan sebagai alat untuk berpikir dalam
berargumentasi.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan bahwa dengan filsafat seseorang dapat
berpikir rasional, sistematik, menyeluruh dan dapat dipertanggungjawabkan.
Selama ini media sosial telah menjadi penghubung untuk memberikan informasi
tentang semua hal termasuk ujaran kebencian dan berita bohong (HOAX) di ruang
publik.
Akan tetapi, masyarakat dan mahasiswa tidak teliti dalam menelaah suatu bahasa
yang menjadi landasan dalam menyatakan ide atau pendapat
6. 6PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Hasil Penelitian
dan Pembahasan
Pemahaman Kefilsafatan sebagai Alat untuk Berpikir dalam Berargumentasi
Berdasarkan pemikiran yang mengarah pada pemahaman filsafat maka tidak sulit
untuk memahami alasan seseorang untuk berargumentasi sekiranya jika sarana
berpikir ilmiah kurang dapat dikuasai dengan baik.
Berpikir merupakan proses bekerjanya akal, dengan dasar berpikir manusia dapat
mengubah keadaan alam sejauh akal pemikirannya. Karena itulah, pemahaman
kefilsafatan ini perlu diterapkan dalam berargumentasi warganet agar mereka
dapat berargumen secara mendalam dan menyeluruh tanpa harus menyebarkan
informasi kebencian dan berita bohong (HOAX)
7. 7PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Hasil Penelitian
dan Pembahasan
Pola Berpikir Warganet dalam Berargumentasi di Media Sosial
Mahasiswa
Informan 1
Sering tidak peduli, sering emosional
kalau sudah keterlaluan saya baru komentar panjang sekali.
Informan 2
sering nyindir dan memberikan perumpamaan-perumpamaan,
sering protes, klarifikasi tapi lama kelamaan bosan jadi dibiarkan
saja
8. 8PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Hasil Penelitian
dan Pembahasan
Masyarakat Umum
Informan 1
ingin ikut tenar dan update pada masalah sekitar
Informan 2
lebih menasehati saja
Pola Berpikir Warganet dalam Berargumentasi di Media Sosial
9. 9PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Simpulan
Konsep berpikir kefilsafatan merinci bahwa berpikir
harus rasional, bersifat umum, bersifat konseptual,
bersifat koheren dan konsisten, bersifat sistematik,
menyeluruh, bebas, dan bertanggung jawab.
Perlunya pemahaman filsafat diterapkan sebagai
landasan berpikir seseorang dalam berargumentasi
Pola berpikir mahasiswa dalam berargumentasi di
media sosial cenderung emosional akibat kurangnya
pemahaman dan ketidaktuntatasan dalam membaca
Pola pikir masyarakat umum cenderung ingin terlihat
tenar dan update pada masalah sekitar.