Teks ini membahas tentang evolusi primata dan manusia berdasarkan penelitian paleoantropologi. Mahluk primata pertama muncul 70 juta tahun lalu dan berkembang menjadi berbagai cabang, termasuk hominid yang merupakan leluhur manusia. Beberapa primata pendahulu manusia antara lain Pithecanthropus yang hidup di Indonesia dan Australopithecus di Afrika. Manusia pertama adalah Homo Erectus yang berevolusi menjadi Homo Sapiens modern
Presentasi ini bercerita mengenai beberapa penggalan peninggalan prasejarah dan sejarah yang sampai saat ini tidak terpecahkan oleh pengetahuan modern. Namun demikian, kitab suci Veda telah memberikan beberapa clue-clue yang pada dasarnya memiliki paradigma yang berbeda dengan pemahaman ilmu pengetahuan modern.
Presentasi ini bercerita mengenai beberapa penggalan peninggalan prasejarah dan sejarah yang sampai saat ini tidak terpecahkan oleh pengetahuan modern. Namun demikian, kitab suci Veda telah memberikan beberapa clue-clue yang pada dasarnya memiliki paradigma yang berbeda dengan pemahaman ilmu pengetahuan modern.
Wilayah Indonesia, terutama di daerah lembah sungai Bengawan Solo dan sungai Brantas, merupakan daerah temuan fosil manusia purba yang pernah hidup di Indonesia. Setelah ditemukannya fosil Pithecantropus Erectus tersebut orang mulai mengadakan penyelidikan di sekitar Trinil. Pada tahun 1931 dan 1934 Dr. G.H.R. Von Koenigswald di daerah Ngandong, masih di wilayah lembah Bengawan Solo menemukan dua tulang paha dan sebelas tengkorak. Sebagian dari tengkorak itu sudah rusak, tetapi ada beberapa yang masih baik dan bisa digunakan untuk penelitian yang saksama. Penyelidikan yang dilakukan Dr. G.H.R. Von Koenigswald dan Weidenriech menunjukkan bahwa mahluk ini tingkatannya lebih tinggi daripada Pithecantropus Erectus, bahkan mungkin dapat digolongkan kepada manusia (homo sapiens). Pada tahun 1936 Dr. G.H.R. Von Koenigswald menemukan fosil manusia purba ketika mengadakan penelitian di lembah sungai Solo di dekat Mojokerto. Ia menemukan kerangka manusia yang diperkirakan lebih tua daripada sisasisa yang ditemukan oleh Dr. Eugene Dubois. Fosil manusia purba jenis tersebut ditemukan di daerah Wajak, dekat Tulung Agung, Jawa Timur. Makhluk tersebut di sebut Homo Mojokertensis. Para ahli menyebutnya Homo Wajakensis, artinya manusia dari Wajak. Fosil manusia purba dari Mojokerto itu merupakan fosil anak-anak. Menurut ahli purbakala Tn. Van der Hoop, Homo Mojokertensis hidup kira-kira 600.000 tahun yang lalu, sedangkan mahluk Pithecantropus Erectus 300.000 tahun yang lalu. Pada tahun 1939, Von Koenigswald menemukan fosil manusia purba di lembah Bengawan Solo, desa Perning di dekat kota Mojokerto, Jawa Timur. Fosil ini berupa tengkorak kanak-kanak yang tampak pada giginya yang diperkirakan berusia 5 tahun. Jenis manusia purba ini disebut Pithecantropus Mojokertensis, artinya manusia kera dari Mojokerto. Pada tahun yang sama Von Koenigswald menemukan lagi fosil manusia purba di lembah sungai Bengawan Solo. Jenis manusia purbanya disebut Pithecantropus Robusta, artinya manusia kera yang kuat tubuhnya. Disebut demikian karena bentuk tubuhnya lebih besar dan kuat daripada Pithecantropus Erectus.
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia purba. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil dan artefak. Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia Meganthropus Paleojavanicus yaitu manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa dan Pithecanthrophus adalah manusia kera yang berjalan tegak. Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis kaum Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2, yaitu Homo Soloensis yang berarti manusia purba dari Solo dan Homo Wajakensis yang berarti manusia purba dari Wajak.
Wilayah Indonesia, terutama di daerah lembah sungai Bengawan Solo dan sungai Brantas, merupakan daerah temuan fosil manusia purba yang pernah hidup di Indonesia. Setelah ditemukannya fosil Pithecantropus Erectus tersebut orang mulai mengadakan penyelidikan di sekitar Trinil. Pada tahun 1931 dan 1934 Dr. G.H.R. Von Koenigswald di daerah Ngandong, masih di wilayah lembah Bengawan Solo menemukan dua tulang paha dan sebelas tengkorak. Sebagian dari tengkorak itu sudah rusak, tetapi ada beberapa yang masih baik dan bisa digunakan untuk penelitian yang saksama. Penyelidikan yang dilakukan Dr. G.H.R. Von Koenigswald dan Weidenriech menunjukkan bahwa mahluk ini tingkatannya lebih tinggi daripada Pithecantropus Erectus, bahkan mungkin dapat digolongkan kepada manusia (homo sapiens). Pada tahun 1936 Dr. G.H.R. Von Koenigswald menemukan fosil manusia purba ketika mengadakan penelitian di lembah sungai Solo di dekat Mojokerto. Ia menemukan kerangka manusia yang diperkirakan lebih tua daripada sisasisa yang ditemukan oleh Dr. Eugene Dubois. Fosil manusia purba jenis tersebut ditemukan di daerah Wajak, dekat Tulung Agung, Jawa Timur. Makhluk tersebut di sebut Homo Mojokertensis. Para ahli menyebutnya Homo Wajakensis, artinya manusia dari Wajak. Fosil manusia purba dari Mojokerto itu merupakan fosil anak-anak. Menurut ahli purbakala Tn. Van der Hoop, Homo Mojokertensis hidup kira-kira 600.000 tahun yang lalu, sedangkan mahluk Pithecantropus Erectus 300.000 tahun yang lalu. Pada tahun 1939, Von Koenigswald menemukan fosil manusia purba di lembah Bengawan Solo, desa Perning di dekat kota Mojokerto, Jawa Timur. Fosil ini berupa tengkorak kanak-kanak yang tampak pada giginya yang diperkirakan berusia 5 tahun. Jenis manusia purba ini disebut Pithecantropus Mojokertensis, artinya manusia kera dari Mojokerto. Pada tahun yang sama Von Koenigswald menemukan lagi fosil manusia purba di lembah sungai Bengawan Solo. Jenis manusia purbanya disebut Pithecantropus Robusta, artinya manusia kera yang kuat tubuhnya. Disebut demikian karena bentuk tubuhnya lebih besar dan kuat daripada Pithecantropus Erectus.
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia purba. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil dan artefak. Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia Meganthropus Paleojavanicus yaitu manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa dan Pithecanthrophus adalah manusia kera yang berjalan tegak. Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis kaum Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2, yaitu Homo Soloensis yang berarti manusia purba dari Solo dan Homo Wajakensis yang berarti manusia purba dari Wajak.
Presentasi tentang zaman sebelum mengenal tulisan / biasa disebut pra - aksara
Didesain oleh :
Robertus
robertonlyhere.blogspot.com
robertonlyhere.wordpress.com
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Evolusiprimatadanmanusia 140321110811-phpapp02
1. Evolusi Primata dan ManusiaEvolusi Primata dan Manusia
Muchlis, S.SosMuchlis, S.Sos
UNIVERSITAS IBNU CHALDUN JAKARTA
2014
1
2. 1. Percabangan Primata1. Percabangan Primata
Proses evolusi mahluk primata menjadi
manusia dipelajari dan diteliti oleh suatu sub
ilmu antropologi yaitu : “Paleoantropologi”
Ilmu ini meneliti proses evolusi dari mahluk
primata melalui fosil-fosil sisa sisa tubuh
manusia yang terkandung dalam lapisan
bumi.
Menurut ilmu ini mahluk primata merupakan
cabang dari mahluk mamalia, muncul dimuka
bumi kira-kira 70 juta tahun yang lalu dalam
suatu zaman yang oleh orang geologi disebut
zaman “Paleosen”
2
Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
3. Mahluk primata tadi berkembang biak yang
mengakibatkan suatu percabngan baru baik
kedalam subsuku maupun infrasuku khusus
dan diantaranya telah terjadi proses
percabangan antara keluarga kera-kera
“pongid”(kera-kera besar) dari keluarga
“hominid” yang merupkan mahluk nenek
moyang manusia.
Percabangan tertua timbul 30 juta tahun
yang lalu dalam zaman “kala Eosen” Akhir
merupakan percabangan yang
mengevolusikan “kera gibon”
3Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
4. Pada permulaan zaman “Kala Miosen” kira-kira
20 juta tahun yang lalu ada kera
“pongopygmeus”atau “orang utan” yang
berasal dari Afrika Timur yang pada waktu itu
konon masih menjadi satu dengan daerah
Arab, hingga terletak lebih dekat dengan Asia
Selatan daripada sekarang.
Vegetasi afrika timur pada waktu itu belum
seperti sekarang, akan tetapi masih berupa
hutan-hutan yang lebat dan hijau.
Orang utan memang hidup diatas pucuk-pucuk
pohon tinggi yang bebas dari gangguan mahluk
rimba lainnya
4Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
5. Dalam waktu 1–2 juta tahun orang utan
menyebar melalui pucuk-pucuk pohon tinggi
dihutan-hutan rimba di Asia Barat Daya, Asia
Selatan, hingga Asia Tenggara.
Namun hal ini berubah kira-kira pada zaman
akhir “Kala Miosen”, disebabkan karena
terjadinay perubahan besar pada kulit bumi
dan lingkungan alamnya. Benua afrika
membelah dari Asia sehingga terkadilah “laut
Merah” dan belahan bumi berupa lembah yang
dalam, bernama “Great Rift Valley”, secara
ekologi merupakan pemisah alam yang
membujur dari utara ke selatan antara Afrika
Barat dan tengah dengan afrika timur.
5Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
6. Mengikuti perubahan tersebut juga terjadi
menyempitnya daerah hutan rimba diafrika
yang menyebabkan lingkungan alam afrika
Timur menjadi sabana, terjadinya gurun
didaerah arab, serta berkurangnya daerah
rimba di India.
Kera-kera yang hidup didaerah ini Afrika, Asia
barat daya dan Asia selatan tidak bisa
menyesuaikan dii sehingg menghilang.
Sisanya hidup diderah daerah Asia Tenggara
seperti dihutan0hutan rimba kalimantan barat
dan tengah.
6Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
7. Cabang primata yang ketiga adalah sejenis
mahluk yang menurut para ahli diperkirakan
menjadi nenek moyang manusia, hidup pada
kira-kira 10 juta tahun yang lalupada bagian
akhir zaman kala miosen.
Hal ini ditunjukan dengan fosil-fosil yang
memiliki sifaty yang lain daripada yang lain
yaitu ukuran badan raksas yang jauh lebih
besar dari pada kera gorila yang hidup
sekarang.
Hidup mereka sama seperti orang hutan
pendahulunya.
7Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
8. Cabang yang ke 4 yaitu “Kera Pongid” yang lain
yaitu gorila dan simpanse, terjadi kira-kira 12 juta
tahun yang lalupada akhir zaman kal miosen.
Kedua mahluk kera dari Afrika inilah yang mampu
menyesuaikan diri dengan berevolusi
mengembangkan organisme yang dapat hidup
diatas puncak-puncak pohon maupun diatas tanah.
Akibat dari proses evolusi tersebut timbul mahluk
“gigantanthropus” cabang inilah yang menurut
para ahli berevolusi menjadi manusia, karena
mahluk ini yang mampu menyesuaikan diri dengan
proses menghilangnya hutan hutan diafrika timur
dan proses timbulnya saban-saban serta hutan-
hutan terbatas.
8Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
9. 2. Primata Pendahulu Manusia2. Primata Pendahulu Manusia
Dari hasil penelitian para ahli paleoantropologi
pada abad ke 20 mahluk primata merupakan yang
merupakan cikal bakal manusia adalah seekor
mahluk yang fosilnya ditemukan di “Saint-
Gaudens”, “Prancis Selatan”, pada pertengahan
abad yang lalu. Yang oleh para ahli diberinama
“dyopithecus” yang hidup dalam akhir Zaman “Kala
Oligosen” dan permulaan “Kala Miosen” kira-kira
21 juta tahun yang lalu, dihutan-hutan yang kini
menjadi daerah daerah afrika utara dan eropa
selatan.
Mahluk induk kedua adalah “gigantanthropus”,
yang telah dijelaskan sebelumnya, hidup pada
akhir Kala Miosen lebih kurang 10 juta tahun yang
lalu.
9Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
10. Mahluk-mahluk primata ini dapat berdiri tegak
diatas kedua kakinya, dan berjalan dengan jarak
yang cukup jauh, mereka hidup berkelompok yang
terdiri dari 8-10 individu, mereka mampu
mempertahankan dirinya dari serangan mahluk-
mahluk lain diluar kelompoknya.
Salah satu mahluk primata yang memiliki ciri-ciri
tersebut menurut fosil-fosilnya pertama kali
ditemukan tahun 1924 di Taungs, sebelah utara
Kimberley, di Bechuana Timur Afrika Selatan. Oleh
para Ahli Paleoantropologi mahluk tersebut diberi
nama “Australopitechus”.
Fosil-fosil ini diperkirakan hidup mulai 10 juta
tahun yang lalu, dan ditemukan terkahir pada
tahun 1959 di Afrika Timur
10Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
11. Mahluk-mahluk primata ini dapat berdiri tegak
diatas kedua kakinya, dan berjalan dengan jarak
yang cukup jauh, mereka hidup berkelompok yang
terdiri dari 8-10 individu, mereka mampu
mempertahankan dirinya dari serangan mahluk-
mahluk lain diluar kelompoknya.
Salah satu mahluk primata yang memiliki ciri-ciri
tersebut menurut fosil-fosilnya pertama kali
ditemukan tahun 1924 di Taungs, sebelah utara
Kimberley, di Bechuana Timur Afrika Selatan. Oleh
para Ahli Paleoantropologi mahluk tersebut diberi
nama “Australopitechus”.
Fosil-fosil ini diperkirakan hidup mulai 10 juta
tahun yang lalu, dan ditemukan terkahir pada
tahun 1959 di Afrika Timur
11Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
12. Proses evolusi mahluk-mahluk primata ini juga
mengikuti proses-proses lingkungan alam
sekitarnya.
12Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
13. 3. Bentuk-bentuk Manusia Tertua3. Bentuk-bentuk Manusia Tertua
Bumi Indonesia ternyata banyak memebri
sumbangan pada ilmu pengetahuan untuk
memecahkan masalah asal mula manusia.
Pada tahun 1898 ditemukan sekelompok tengkiran
rahang atas dan bawah dan sebuah tulang paha
dilembah Sungai Bengawan Solo oleh seorang
Dokter Belanda “Eugene Du Bois”
Tengkork tersebut seolah olah merupakan sebuah
tengkorak besar yang isi otaknya jauh lebih besar
dibandingkan isi otak kera manapun akan tetapi
jauh lebih kecil dari pada isi otak manusia sekarang,
sedangkan bentuk tulang pahanya menunjukan
bahwa mahluk ini dapat berdiri tegak.
13Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
14. Du Bois memberi nama mahluk ini
“pithecanthropus”, terdiri dari 12 tengkorak,
seorang ahli “paleoantropologi” Teuku Jacob dari
Indonesia menyebutnya “pithecanthropus
soloensis ”.
Fosil-fosil tersebut ditemukan pada lapisan bumi
yang dalam ilmu geologi disebut lapisan “Pleistosen
Tengah (Middle Pleistocene)” yang umurnya
dipekirakan antara 800.000 s/d 200.000 tahun.
Tahun 1963 kembali ditemukan fosil didesa
sangiran, Surakarta, yang diperkirakan berumur @
juta tahun karena ditemukan pada lapisan bumi
yang palin tua “ Lower Pleistocene”
14Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
15. Banyak penemuan penemuan lain menyangkut
mahluk yang bernama “pithecanthropus” ini, para
ahli peloantropologi percaya bahwa isi otak dari
mahluk ini melakukan proses evolusi terus
menerus sehingga isi otaknya menjadi lebih besar,
dan proses evolusi ini juga diikuti oleh
tenggorokan, rongga mulut, lidah, bibir yang
semakin lama semakin dapat membuat berbagai
macam variasi suara yang pada akhirnya mahluk
tersebut bisa berbahasa.
Bahasa disini menyebakan otak makhluk tersebut
menjadi berkembang sehingga mulai mengenal
akan “akal”, akal dan bahasa inilah yang menurut
Teuku Jacob merupakan landasan evolusi
kebudayaan mahluk tersebut
15Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
16. Banyak penemuan penemuan lain menyangkut
mahluk yang bernama “pithecanthropus” ini, para
ahli peloantropologi percaya bahwa isi otak dari
mahluk ini melakukan proses evolusi terus
menerus sehingga isi otaknya menjadi lebih besar,
dan proses evolusi ini juga diikuti oleh
tenggorokan, rongga mulut, lidah, bibir yang
semakin lama semakin dapat membuat berbagai
macam variasi suara yang pada akhirnya mahluk
tersebut bisa berbahasa.
Bahasa disini menyebakan otak makhluk tersebut
menjadi berkembang sehingga mulai mengenal
akan “akal”, akal dan bahasa inilah yang menurut
Teuku Jacob merupakan landasan evolusi
kebudayaan mahluk tersebut
16Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
17. 4. Bentuk Manusia Zaman Kala4. Bentuk Manusia Zaman Kala
Pleistosen MudaPleistosen Muda
Mahluk “pithecanthropus” berevolusi menjadi
mahluk yang mempunyai kebudayaan dengan
jangka waktu yang cukup lama kira-kira lebih dari
1,5 juta tahun, zaman mereka hidup disebut
sebagai zaman “Kala Pleistosen Muda”.
Fosil-fosil mahluk ini kira-kira berumur 200 ribu
tahun, fosil-fosil ini oleh para ahli diberi nama
“ Homo Neandertalensis” (Manusia dari lembah
Nearder, Jerman).
Fosil-fosil yang serupa dengan mahluk ini juga
ditemukan di Palestina, Afrika, Ngandong Solo,
mahluk-mahluk ini berevolusi menjadi manusia
“Homo Sapien”, kira-kira selama 120 ribu tahun.
17Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
18. 5. Manusia sekarang5. Manusia sekarang
(Homo Sapiens)(Homo Sapiens)
Dari Fosil–fosil manusia homo sapien yang
ditemukan, Mahluk manusia homo sapien
diperkirakan hidup pada Zaman Holosen, kurang
lebih 80 ribu tahun yang lalu.
Mahluk manusia homo sapien ini memiliki 4 ras
pokok yang menduduki muka bumi ini yaitu :
1. Ras Australoid : Yang hidup di Benua Australia, Mahluk
manusia jenis ini fosilnya banyak ditemukan didekat desa
Wajak, Tulungangung, Jawa Tengah yang diperkirakan
hidup kira-kira 40 ribu tahun yang lalu, oleh para ahli fosil
tersebut disebut “Homo Wajakensis”, selain itu fosil
manusia wajak ini banyak juga ditemukan didaerah-daerah
tanah sunda, di Palwan Filipina, Niah, Malaysia, dan Papua.
Ras ini berkembang dari daratan Australia melalui daratan
Papua yang pada waktu itu masih menjadi satu.
18Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
19. 2. Ras Mongoloid : Fosil dari mahluk yang menunjukan ras
mongoloid pertama kali ditemukan di gua chou koutien
beijing (Peking), para ahli menyebutnya dengan “Homo
Sapiens Pekinensis” yang hidup di Asia timur, Asia
Tenggara, Asia tengah, Amerika utara, kira-kira 40 ribu
hingga 30 ribu tahun yang lalu.
3. Ras Kaukasoid : Fosil dari mahluk yang menunjukan ras
ini pertama kali ditemukan di desa Les Eyzies, Prancis ,
para ahli menyebutnya dengan nama “Homo sapiens
cromagnon “ mahluk ini dianggap sebagai nenek moyang
penduduk eropa sekarang yang kira-kira hiudp 60.00 tahun
yang lalu.
4. Ras Negroid : fosil mahluk ini ditemukan pertama kali
ditengah-tengah gurun sahara, para ahli menyebutnya
dengan nama “Homo Sapiens Asselar” yang hidup kira-kira
14.000 tahun yang lalu. Ras ini dianggap sebagai ras yang
paling muda.
19Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
20. 6. Organ Manusia6. Organ Manusia
Mahluk manusia adalah mahluk yang hidup
berkelompok, secara fisik kalah dengan kemampuan
mahluk lain yang juga hidup berkelompok. Namun
otak manusia telah berevolusi paling jauh diantara
mahluk-mahluk lainnya.
Dengan bahasa, otak manusia dikembangkan,
karena bahasa mengasah manusia untuk
membangun gagasan-gagasan atau konsep-konsep
tentang berbagai hal, yang semakin lama akan
semakin tajam, untuk memilih alternatif tindakan
yang menguntungkan bagi kelangsungan hidupnya.
Gagasan atau konsep tdi dikomunikasikan melalui
lambang vokal yang kita sebut dengan bahasa
kepada kelompoknya maupun keturunan-
keturunannya.
20Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
21. Dengan bahasa manusia belajar tentang hidupnya
tidak perlu mengalami sendiri secara kongkret suatu
peristiwa akan tetapi juga bisa secara abstrak tanpa
menyelami sendiri peristiwa tersebut, ex : sebagai
seorang manusia kita megetahui bahwa gigitan ular
berbisa bisa membawa maut, walaupun kita sendiri
belum pernah merasakan digiti ular berbisa.
Pengetahuan tadi kita dapatkan karena manusia lain
pernah menceritakan pengalamannya kepada kita.
Dengan demikian bahasa manusia menabstraksikan
dan menyimpan pengetahuan baru kedalam
lambang vokal atau kata-kata baru yang makin
lama makin banyak jumlahnya.
Generasi manusia berikutnya tak perlu mnengalami
suatu peristiwa untuk dapat pengetahuan tentang
suatu keadaan alam.
21Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
22. Mereka cukup belajar dari generasi-generasi
sebelumnya melalui uraian bahasa dan
menambahnya lagi dengan pengalaman-
pengalaman mereka sendiri.
Pengalaman–pengalaman yang makin banyak
jumlahnya itu kemudian disimpan dan diatur oleh
akal menjadi suatu sitem pengetahuan yang akan
diteruskan lagi kepada generasi selanjutnya.
Dengan bahasa pengetahuan manusia dibagi bagi
kepada manusia lainnya, mka apada akhirnya akan
terciptalah sistem pembagian pengetahuan dan
keahlian yang merupakan benih bagi sistem
diferensiasi atau pembagian kerja yang lambat laun
sistem ini akan berkembang menjadi suatu
pengaturan dan organisasi.
22Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
23. Mereka cukup belajar dari generasi-generasi
sebelumnya melalui uraian bahasa dan
menambahnya lagi dengan pengalaman-
pengalaman mereka sendiri.
Pengalaman–pengalaman yang makin banyak
jumlahnya itu kemudian disimpan dan diatur oleh
akal menjadi suatu sitem pengetahuan yang akan
diteruskan lagi kepada generasi selanjutnya.
Dengan bahasa pengetahuan manusia dibagi bagi
kepada manusia lainnya, mka apada akhirnya akan
terciptalah sistem pembagian pengetahuan dan
keahlian yang merupakan benih bagi sistem
diferensiasi atau pembagian kerja yang lambat laun
sistem ini akan berkembang menjadi suatu
pengaturan dan organisasi.
23Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
24. Mereka cukup belajar dari generasi-generasi
sebelumnya melalui uraian bahasa dan
menambahnya lagi dengan pengalaman-
pengalaman mereka sendiri.
Pengalaman–pengalaman yang makin banyak
jumlahnya itu kemudian disimpan dan diatur oleh
akal menjadi suatu sitem pengetahuan yang akan
diteruskan lagi kepada generasi selanjutnya.
Dengan bahasa pengetahuan manusia dibagi bagi
kepada manusia lainnya, mka apada akhirnya akan
terciptalah sistem pembagian pengetahuan dan
keahlian yang merupakan benih bagi sistem
diferensiasi atau pembagian kerja yang lambat laun
sistem ini akan berkembang menjadi suatu
pengaturan dan organisasi.
24Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
25. Kemampuan organisme manusia memang terbatas
dibandingkan dengan kemapuan organisme mahluk
lain, manusia tidak dapat berlari kencang, loncat
sangat tinggi, memanjat pohon dengan cepat,
menyelam didalam air, atau terbang seperti halnya
jenis binatang.
Namun dengan kapasitas otaknya yang unggul
dibandingkan mahluk lain yang berupa “akal”
manusia dapat mengembangkan sistem
pengetahuan yang menjadi dasar pengetahuannya
untuk membuat alat-alat hidup.
Dengan adanya pengaturan antara indvidu-individu
didalam kelompok, dan peralatan hidup manusia
dapat mencari dan memproduksi sendiri pangannya.
25Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
26. Dalam hal keindahan organisme manusia juga
berbeda dengan organisme mahluk lainnya,
manusia mengadakan suatu reaksi yang sadar dan
kreatif terhadap warna, bentuk, dan irama bunyi
sehingga dapat menjadi suatu unsur yang khas
dalam hidupnya yaitu kesenian.
Kebudayan manusia ini tidak tergantung kepada
kapasitas organnya artinya kebudayan manusia
tidak ditentukan oleh gennya melainkan didapat
melalui sebuah proses latihan dari sejak lahir hingga
saatnya mati, yaitu suatu proses “belajar”
Dengan kebudayaannya inilah manusia menjadi
mahluk yang berkuasa dan berkembang biak paling
luas dimuka bumi ini.
26Koenjaraningrat, peng Ilmu Antropologi
27. ReferensiReferensi
Koenjaraningrat, Prof, DR,, Sosiologi
Pengantar ilmu Antropologi, Rineka Cipta,
Jakarta, edisi revisi 2009
Sugeng Pujilaksono, Petualangan
Antropologi Sebuah Pengantar Ilmu
Antropologi, UPT Penerbitan Universitas
Muhamadiyah Malang, 2007
27