SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
DRAMA BAHASA INDONESIA
“NARKOBA MEMBUNUHKU”
PARA PEMERAN :
1. ELMA NAZILA PUTRI (FARAH)
2. HAISA (SINTA)
3. INDAH INDRIYANI UMAR (IBU)
4. INTAN PURNAMA (NAMIRA)
5. LUKMAN TALAYANSA (AYAH)
6. SITTI KHAFIFATUL MAR’ATH (KAK AFI)
7. WA ODE FONI ARSIH (POLISI)
8. YUSTIKA AL HADDAD (YUKI)
Dikisahkan ada seorang anak bernama Yuki, yang terlahir di sebuah keluarga
yang tidak seperti keluarga yang banyak didambakan orang pada umumnya. Ayahnya
merupakan seorang Direktur Utama di sebuah perusahaan ternama, sedangkan ibunya
merupakan seorang designer terkenal. Keduanya sangat jarang berada di rumah dan
sangat sibuk dengan urusan mereka masing – masing. Kakaknya pun demikian. “BROKEN
HOME”, mungkin merupakan istilah yang tepat untuk menyebut keadaan keluarganya
saat ini. Di usianya yang telah beranjak remaja, saat naluri keingintahuannya yang sangat
tinggi untuk mencoba hal – hal baru, keluarga yang seharusnya menjadi motivator
terbesar baginya, justru tidak ada di sampingnya. Berangkat dari situlah, ia masuk dalam
pergaulan yang salah, sehingga akhirnya ia terjerumus dalam hal yang sangat buruk,
yakni “NARKOBA”.
(Sepulang sekolah, Yuki memberitahukan kedua orang tuanya agar menghadiri rapat
komite di sekolahnya)
Yuki : “Ayah, lusa ada rapat komite di sekolah, ayah bisa datang tidak?”
Ayah : “Besok Ayah ada meeting di luar kota, jadi Ayah tidak bisa hadir. Pergi
sama ibu saja.”
Yuki : “Ya sudahlah..” (menghela napas)
(Yuki pun menghampiri ibunya)
Ibu : (sambil menelpon) “Dress yang kayak gimana bu? Mau yang pake balzer,
rompi, atau..”
Yuki : “Bu..”
Ibu : (masih menelpon) “Oh iya nanti pesanan ibu akan jadi secepatnya.”
Yuki : “Bu..”
Ibu : “Apaan sih, kamu gak lihat apa ibu lagi sibuk?”
Yuki : “Maaf bu. Lusa ada rapat komite di sekolah Yuki. Ibu bisa hadir, kan?
Ibu : “Ibu nggak bisa, orderan ibu lagi banyak, kamu harusnya bisa ngertiin ibu
dong.”
Yuki : “Lalu kalau ayah dan ibu sibuk, siapa yang akan menghadiri rapat lusa.”
(Tiba – tiba Kak Afi datang dan menguping pembicaraan mereka)
Kak Afi : “Tenang saja, Ki, nanti biar kakak yang hadir di sekolahmu.”
Ibu : “Makasih ya, Fi. Kamu ngertiin ibu banget.”
Kak Afi : “Iya bu, sama – sama.”
Ibu : “Ya sudah, ibu pergi dulu yah.”
Kak Afi : “Hati – hati di jalan bu.”
(Ibu pun pergi meninggalkan Kak Afi dan Yuki)
Yuki : “Kak Afi beneran mau…”
Kak Afi : “Mau apa?”
Yuki : “Buat hadir di rapat komite aku di sekolah.”
Kak Afi : “Hahaha… Eh asal kamu tau yah, tadi itu aku cuma cari muka di depan ibu.
Emang buat apa aku hadirin acara begituan? Nggak ada untungnya juga
buat aku. Mending aku pergi hang out bareng teman-temanku.” (pergi
meninggalkan yuki. Yuki pun terdiam)
(Di sekolah)
Namira : “Yuki kamu kenapa, kok murung gitu?”
Sinta : “Iya, biasanya kamu orangnya periang.
Yuki : “Untuk rapat komite besok, orang tua kalian akan datang tidak?”
Namira : “Tentu saja. Aku sudah memberi tahu ayah, dan ayah bilang akan datang.”
Sinta : “Kalau aku ibuku yang akan datang karena ayah ku ada rapat keluar kota.
Bagaimana denganmu, Yuki ?”
Yuki : “Ayah dan ibuku terlalu sibuk dengan bisnisnya. Kak Afi pun sama. Aku
bingung, akhir-akhir ini keluargaku berantakan , tidak ada yang mau
memperdulikan aku.”
Namira : “Kamu yang sabar yah. ‘Kan ada kita yang selalu ada buat kamu.”
Yuki : “Iya makasih yah, kalian memang baik.”
Sinta : “Sama – sama Yuki. Kita ‘kan sahabat.”
(Di balik pintu ternyata ada farah yang menguping pembicaraan Yuki dan kedua
sahabatnya farah pun mempunyai ide baru)
Farah : “Hai semuanya.”
Namira : “Kamu ngapain kesini? Mau buat masalah lagi?”
Farah : “Kok, ngomongnya gitu sih Ra, aku mau minta maaf sama kalian atas semua
kesalahanku selama ini sama kalian.”
Sinta : “Sok suci amat sih lo, Far.”
Yuki : “Kalian nggak boleh ngomong kayak gitu. Farah kan niatnya baik mau minta
maaf sama kita.”
Farah : “Iya maafin aku yah teman-teman.” (mengulurkan tangan)
Yuki : “Iya, Far aku dan teman-teman uda maafin kok.” (bersalaman dengan Farah)
Farah : “Tadi aku sempat dengar sedikit pembicaraan, katanya kamu lagi sedih
karena orang tua kamu sibuk banget yah?”
Yuki : “Iya nih Far, akhir-akhir ini orang tua aku sibuk dengan pekerjaannya
masing-masing.”
Farah : “Nasib kita sama ya, Ki. Orang tuaku juga sibuk banget dengan urusan
mereka. Juga jarang banget pulang di rumah. Tapi aku gak mau terlalu
kepikiran. Aku malah pergi bersenang – senang dan malas urusin mereka.
Buat apa mikirin orang yang gak pernah mikirin kita?”
(Bel pulang pun berbunyi. Yuki, Sinta, Namira, dan Farah pun bersiap untuk pulang ke
rumah masing – masing)
(Di rumah)
Kak Afi : “Yuki…”
Yuki : “Iya kak.”
Kak Afi : “Buatin kakak minum dong.”
Yuki : “Baik kak.”
“Ini kak minumannya.”
Kak Afi : “Maaf ya, Ki. Minumannya kamu minum sendiri aja, teman kakak udah
nungguin di depan tuh.”
Yuki : “Memangnya kakak mau kemana?”
Kak Afi : “Ah, kepo lu.”
(Kini jam telah menunjukkan pukul 11 malam, namun Kak Afi belum juga pulang)
Yuki : “Kak Afi kemana ya? Kok jam segini belum juga pulang?”
(Tiba – tiba Kak Afi muncul)
Yuki : “Kakak dari mana? Kok baru pulang?”
Kak Afi : “Banyak nanya kamu, aku capek banget tau.”
Yuki : “Tapi ‘kan, ini sudah larut malam.”
Kak Afi : “Terus kalau udah larut malam memangnya masalah buatmu? Lagian aku
perginya gak pernah nyusahin kamu.” (pergi meninggalkan Yuki)
(Pagi harinya di sekolah)
Namira : “Kok akhir – akhir ini kamu selalu cemberut, Ki?”
Sinta : “Iya tuh. Lagian kalau kamu punya masalah ‘kan bisa cerita sama kita.”
Yuki : “Aku heran, Kak Afi sekarang bukan seperti Kak Afi yang dulu lagi. Udah
jauh berubah.” (menangis)
Farah : “Aku ‘kan sudah bilang, kamu gak usah mikirin orang – orang yang gak pernah
mikirin kamu.”
Namira : “Kok kamu ngomongnya gitu sih, Far?”
Yuki : “Sepertinya omongan Farah ada benarnya.”
Sinta : “Kamu ngomong apaan sih Yuki?
Yuki : “Aku capek kayak gini terus, Sin.”
Farah : “Betul tuh, Ki. Oh iya, sebentar kita pulang bareng ya.”
Yuki : “Oke.”
Namira : “Eh, ngapain kamu ngajak – ngajak Yuki?
Farah : “Nggak kok, aku ‘kan cuma mau pulang bareng dia.
Namira : “Awas kalau kamu berbuat yang tidak – tidak.”
Farah : “Tentu saja tidak. Aku ‘kan teman kalian.”
(Dalam perjalanan)
Farah : “Yuki, kamu lagi punya banyak masalah ya?”
Yuki : “Iya nih, Far.”
Farah : “Aku punya sesuatu yang bisa buat kamu melupankan seluruh masalahmu
dalam waktu singkat.”
Yuki : “Benaran?”
Farah : “Tentu saja benar. Ini dia.” (sambil menyodorkan bungkusan kecil)
Yuki : “Ini apaan?”
Farah : “Makanlah dan percaya padaku bahwa semua masalahmu akan hilang dalam
sekejap. Baiklah, rumahku sudah dekat. Aku duluan ya.”
(Setiba di rumah, ternyata ayah dan ibu Yuki sedang bertengkar)
Ayah : “Kamu ‘kan yang akan hadir di sekolah Yuki besok?
Ibu : “Tentu saja bukan, tapi aku sudah menyuruh Afi.”
Ayah : “Kok malah menyuruh Afi? Kamu ‘kan ibunya.”
Ibu : “Aku lagi sibuk, kenapa bukan kamu saja?”
Ayah : “Kamu ‘kan sudah tahu kalau hari ini aku mau keluar kota.”
Ibu : “Kamu juga sudah tahu kalau aku lagi sibuk. Banyak orderan sana – sini,
harusnya kamu bisa ngerti dong.”
Ayah : “Kamu itu ibunya. Harusnya kamu lebih banyak luangin waktu buat keluarga,
bukan hanya urusan bisnis.”
Ibu : “Kamu juga sama saja. Udah jarang pulang banyak ngomel lagi.”
(Tiba – tiba Yuki datang)
Yuki : “Kenapa sih Ayah dan Ibu selalu bertengkar? Nggak pernah pikirin perasaan
aku.”
Ayah : “Yuki…” (kaget)
Yuki : “Nggak perlu kok. Ayah dan Ibu tidak usah hadir di sekolah besok.”
Ibu : “Tuh ‘kan, Yuki aja ngomomgnya gitu.”
Ayah : “Kamu ini ya, nggak pernah mikirin perasaan Yuki.”
Ibu : “Kok jadi aku yang salah?”
Yuki : “Sudah. Hentikan pertengkaran ini! Yuki capek dengarnya. Ayah dan Ibu
memang tidak sayang pada Yuki.” (pergi meninggalkan ayah dan ibu)
(Yuki pun masuk ke kamarnya sambil membanting pintu)
Yuki : (sambil menangis) “Kenapa Ayah dan Ibu tidak pernah memperdulikanku?
Kenapa? (melihat bungkusan kecil di atas meja) Itu ‘kan obat yang
diberikan Farah tadi. Katanya kalau aku makan semua masalahku akan
hilang. Mungkin Farah ada benarnya juga. Kalau gitu aku makan saja deh.”
Dan akhirnya Yuki memutuskan untuk mencoba isi bungkusan pemberian Farah
yang tak lain adalah sebungkus sabu – sabu.
(Beberapa saat kemudian)
Yuki : “Ternyata Farah benar. Sekarang kepalaku terasa lebih ringan. Ah
senangnya. (mulai berhalusinasi)
(Keesokan harinya di sekolah)
Namira : “Yuki, kamu kenapa? Kok bahagia banget?”
Sinta : “Tapi mukamu kok pucat?”
Yuki : “Nggak kok, aku nggak apa – apa.” (pergi meninggalkan Namira dan Sinta)
Namira : “Eh Sin, kamu merasa tidak, semenjak Yuki dekat sama Farah ia jadi
berbeda dari biasanya.”
Sinta : “Maksud kamu gimana?”
Namira : “Sepertinya Yuki menyembunyikan sesuatu.”
Sinta : “Menyembunyikan apa?”
Namira : “Entahlah, aku juga tidak tahu. Sudah lupakan saja.”
Sementara itu…
Yuki : “Far, ternyata kamu benar. Setelah aku minum obat yang kamu berikan
kemarin, kepalaku jadi ringan dan aku langsung bahagia banget.”
Farah : “Kan aku sudah bilang dari dulu, hanya kamu saja yang tidak mau dengar.
Lalu sekarang kamu mau lagi ‘kan?”
Yuki : “Tentu saja.”
Farah : “Tapi kali ini kamu harus membayarnya.”
Yuki : “Tenang saja, kalau soal itu tentu gampang.”
Farah : “Baiklah, kamu temui aku di belakang kantin sepulang sekolah.”
Yuki : “Oke.”
(Dibelakang sekolah)
Yuki : “Mana pesananku?”
Farah : “Ini dia.” (sambil memberi bungkusan kecil)
Yuki : (mengeluarkan uang dari saku) “Dosisnya gimana sih, Far?”
Farah : “Makin banyak makin bagus. Ya udah aku pulang dulu, bye..”
Setelah beberapa lama mengkonsumsi obat terlarang itu, Yuki menjadi
semakin berubah, baik dari segi fisik, psikologi, maupun perilaku. Wajahnya juga makin
pucat dan seperti tidak lagi memiliki gairah hidup.
Namira : “Sin, kamu ngerasain perubahan Yuki nggak?”
Sinta : “Iya nih, aku juga melihat akhir – akhir ini Yuki telah banyak berubah.”
Namira : “Sepertinya dugaanku selama ini ada benarnya.”
Sinta : “Menurut buku yang aku baca kemarin, gejala yang dimiliki Yuki sama dengan
gejala para pecandu narkoba.”
Namira : “Aku juga berpikir begitu.”
(Di rumah)
Kak Afi : “Yuki, kamu kenapa sih akhir – akhir ini mukamu suka pucat? Kamu sakit ya?
Yuki : “Nggak kok, siapa yang sakit?”
Kak Afi : “Tapi mukamu pucat banget. Atau jangan – jangan…”
Yuki : “Ih, sewot banget sih. Lagian aku gak nyusahin kakak kok. Aku capek lihat
kecuekan kakak sama aku. Jadi sekarang jangan ikut campur dengan
masalahku dan jangan pernah urusin aku lagi.
Kak Afi : (menampar Yuki) “Sejak kapan kamu jadi melawan, hah?”
Yuki : “Memangnya kenapa? Aku udah gak tahan diperlakukan seperti ini terus.
Kakak hanya gak tau rasanya jadi diriku. Kakak gak pernah perduliin aku.
Jadi sekarang giliran aku yang gak akan perduliin kakak. (pergi meninggalkan
Kak Afi)
Yuki pun makin berubah. Seorang gadis periang yang baik hati kepada siapa pun
kini menjadi sangat dingin dan jutek. Hal itu makin memperkuat dugaan kedua
sahabatnya.
Namira : “Hai Yuki.”
Yuki : “Hai.” (bersikap dingin)
Sinta : “Kamu kok makin hari makin pucat. Kelakuanmu juga makin berubah.”
Yuki : “Kalian ngomong apaan sih?”
Namira : “Yuki, sekarang jujur pada kami, kamu menggunkan narkoba bukan?”
Yuki : “Oh, jadi kalian nuduh aku?”
Sinta : “Bukannya nuduh, tapi perubahanmu mengarah kesitu.”
Yuki : “Terserah kalian mau ngomong apa.” (pergi meninggalkan Namira dan Sinta)
Sinta : “Nam, kayaknya dugaan kita benar.”
Namira : “Iya. Ini pasti karena Farah! Awas dia ya!”
(Di belakang sekolah tampak Yuki dan Farah yang sedang melakukan transaksi)
Yuki : “Far, mana barangnya? Aku udah gak tahan nih.”
Farah : “Tenang aja, tapi ada uang ada barang.”
Yuki : “Ah, itu mah gampang. Ini (menyodorkan uang) Sekarang mana
barangnya? Ayo cepetan!!”
Farah : “Ih kamu maksa banget sih. Nih ambil!” (menyodorkan bungkusan kecil)
(Namun tiba – tiba Namira dan Sinta lewat secara tidak sengaja dan memergoki mereka
berdua)
Namira : “Hah?! (kaget) ternyata dugaanku selama ini benar! Kamu hanya ingin
memanfaatkan Yuki untuk menjerumuskkannya ke dalam narkoba.”
Sinta : “Oh, ternyata dalang di balik semua ini adalah kau, Farah!!”
Yuki & Farah : (kaget)
Sinta : (mendorong Farah dan menarik tangan Yuki)
“Yuki, kenapa sih kamu bisa masuk ke perangkap Farah? Kamu gak tau
apa itu ‘kan bisa menghancurkan masa depanmu, Ki.” (sambil menangis)
Namira : “Far, kamu benar – benar keterlaluan! Aku gak nyangka kalau kamu
sejahat itu sama Yuki! Nyesel aku kenal kamu, Far! Nyesel!!”
(Farah pun menarik Yuki pergi dari tempat itu)
Sinta dan Namira pun memutuskan untuk memberitahu keluarga Yuki yang
sebenarnya. Pertama – tama mereka menemui Kak Afi.
Namira : “Kita tidak boleh membiarkan ini begitu saja. Ayah, Ibu, dan kakak Yuki
harus tahu."
Sinta : “Kalau gitu ntar kita ngajak mereka ketemu aja”
Namira : “Kamu benar, pulang sekolah kita ngajak mereka aja ke restoran.”
Sinta : “Kalau gitu kamu telfon kak Afi aja”
Namira : “Oke...Hallo kak Afi! Apa kabar?”
Afi : “Hallo, Ra,,,baik ada apa sih,,tumben kamu nelfon aku.”
Namira : “Kakak ada waktu nggak ntar siang kita ketemuan di restoran tapi
kakak ngajak ayah dan ibunya kakak.”
Afi : “Emang penting amat ya? ‘Kan bisa lewat telepon aja.”
Namira : “Ini soal Yuki kak.”
Afi : “Yuki? Ada apa lagi sih itu anak? Ya udah deh.”
Namira : “Kalau gitu udah dulu yah kak....”
Afi : “Oke.”
(Di Restoran)
Namira : “Assalamualaikum , tante, om”
Ayah dn Ibu : “Walaikumsallam”
Sinta : “Hai Kak Afi.”
Afi : “Hai... kalian mau ngomongin apaan sih?”
Namira : “Begini, om, tante. Emangnya om, tante, dan kak afi tidak menyadari
perubahan Yuki?”
Ibu : “Perubahan gimana maksud kamu?”
Sinta : “Belakangan ini Yuki itu terlihat pucat sekali dan ia juga tidak seceria
biasanya.”
Ayah : “Maksud kamu? Yuki sakit?”
Namira : “Yuki nggak sakit om tapi...”
Ayah : “Tapi kenapa?
Sinta : “Yuki pake narkoba.”
Ibu : “Apa?” ( kaget )
Afi : “Iya, Bu. Kayaknya apa yang di katakan teman – teman Yuki benar
soalnya kemarin aku ketemu Yuki dan nanya kenapa Yuki pucat tapi dia
malah ngebentak aku.”
Ayah : “Kok kamu nggak pernah cerita sama ayah dan ibu?”
Afi : “Gimana afi bisa cerita ke ayah dan ibu sementara ayah sama ibu nggak
pernah ada di rumah dan ngasih perhatian ke kita.” ( sedih )
Sinta : “Yuki pernah cerita kita kalau dia pusing karena om dan tante ngga
pernah kasih perhatian ke dia begitu pula dengan Kak Afi, nggak ada
bedanya.”
(Tiba – tiba mereka terkejut dengan kedatangan seorang polisi)
Polisi : “Selamat siang, Pak, Bu.
Ayah : “Selamat siang, Bu. Ada perlu apa, Bu?
Polisi : “Kami dari kepolisian ingin memberitahukan kepada ibu bahwa anak ibu
yang bernama Yuki dan temannya yang bernama farah terlibat narkoba
dan sekarang yuki masih menjadi buronan sedangkan farah sudah kami
tangkap.”
Ibu : “Apa?” (menangis)
Maka mereka semua bergegas menuju ke rumah Yuki. Dan setiba di rumah,
mereka langsung menuju ke kamar Yuki. Mereka pun terkejut ketika menemukan Yuki
sudah tergeletak tak berdaya dis usdut kamarnya.
Ibu : “Yuki…” (sambil menangis tersedu – sedu)
Yuki : “Ibu, Ayah, Kak Afi, maafin Yuki atas kelakuan Yuki selama ini, juga
karena telah banyak merepotan kalian. Sebenarnya yang Yuki butuhkan
hanyalah kasih sayang dari kalian semua. Sekali lagi maaf karena mungkin
kehadiranku memberi beban bagi kalian...”
Ibu : “Maafkan ibu, Yuki. Ibu sungguh menyesal tidak memperhatikanmu. Ibu
memang gak pantas menjadi Ibu kamu, nak..” (menangis tersedu – sedu)
Sinta : “Yuki… maafin kami.”
Yuki : “Nggak kok, Sin. Kalian gak pernah salah. Harusnya aku yang minta maaf
sama kalian karena tidak mau mendengarkan perkataan kalian.”
Namira : “Kamu gak usah minta maaf, Ki. Kami sudah memaafkanmu.”
Ayah : “Yuki, maafkan ayah dan ibu karena tak punya banyak waktu untukmu.
Juga maafkan Ayah dan Ibu karena belum bisa jadi orangtua yang
terbaik untukmu.”
Yuki : “Gak apa – apa ayah. Walaupun begitu, aku bangga bisa terlahir di
keluarga ini. Terima kasih karena telah mau menjadi orangtuaku. Untuk
Kak Afi, terima kasih telah mau menjadi kakakku, dan Sinta serta
Namira, terima kasih telah meu menjadi sahabat yang baik buatku.
Sekali lagi terima kasih. Dan,,, selamat tinggal.”
Yuki pun menghembuskan napas terakhirnya, pergi meninggalkan orangtua, kakak,
serta sahabat – sahabatnya untuk selamanya. Penyesalan tergurat jelas di wajah
keluarga Yuki. Mereka menyesal atas perbuatan mereka selama ini. Namun penyesalan
tiada berarti lagi. Nasi sudah menjadi bubur. Yuki kini sudah tak bernyawa. Sementara
Farah sendiri sudah mendekam di balik jeruji besi, menangisi dan menyesali
perbuatannya yang sudah menrenggut nyawa orang lain.

More Related Content

What's hot

Beauty and the beast with twist
Beauty and the beast with twistBeauty and the beast with twist
Beauty and the beast with twist
Jocelle Macariola
 
Sebuah permusuhan berakhir dengan sebuah persahabatan
Sebuah permusuhan berakhir dengan sebuah persahabatanSebuah permusuhan berakhir dengan sebuah persahabatan
Sebuah permusuhan berakhir dengan sebuah persahabatan
Operator Warnet Vast Raha
 
Drama basa sunda si playboy
Drama basa sunda si playboyDrama basa sunda si playboy
Drama basa sunda si playboy
Yadhi Muqsith
 
62 odu-ifa-moluo-irete-ogbe-to-irete-ofun
62 odu-ifa-moluo-irete-ogbe-to-irete-ofun62 odu-ifa-moluo-irete-ogbe-to-irete-ofun
62 odu-ifa-moluo-irete-ogbe-to-irete-ofun
iyaladde98
 
A vida intima de laura
A vida intima de lauraA vida intima de laura
A vida intima de laura
Lizania Xavier
 

What's hot (20)

Beauty and the beast with twist
Beauty and the beast with twistBeauty and the beast with twist
Beauty and the beast with twist
 
Sebuah permusuhan berakhir dengan sebuah persahabatan
Sebuah permusuhan berakhir dengan sebuah persahabatanSebuah permusuhan berakhir dengan sebuah persahabatan
Sebuah permusuhan berakhir dengan sebuah persahabatan
 
Drama basa sunda si playboy
Drama basa sunda si playboyDrama basa sunda si playboy
Drama basa sunda si playboy
 
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
 
Taubatnya Preman Sekolah
Taubatnya Preman SekolahTaubatnya Preman Sekolah
Taubatnya Preman Sekolah
 
Naskah teater perahu kertas
Naskah teater perahu kertasNaskah teater perahu kertas
Naskah teater perahu kertas
 
Drama 6 orang
Drama 6 orangDrama 6 orang
Drama 6 orang
 
62 odu-ifa-moluo-irete-ogbe-to-irete-ofun
62 odu-ifa-moluo-irete-ogbe-to-irete-ofun62 odu-ifa-moluo-irete-ogbe-to-irete-ofun
62 odu-ifa-moluo-irete-ogbe-to-irete-ofun
 
Drama sunda 6 orang
Drama sunda 6 orangDrama sunda 6 orang
Drama sunda 6 orang
 
5 клас-урок-13
5 клас-урок-135 клас-урок-13
5 клас-урок-13
 
cerkak
cerkakcerkak
cerkak
 
Naskah drama 4 orang persahabatan
Naskah drama 4 orang persahabatanNaskah drama 4 orang persahabatan
Naskah drama 4 orang persahabatan
 
Iyaami
IyaamiIyaami
Iyaami
 
Naskah Drama Bahasa Indonesia Kelas VIII
Naskah Drama Bahasa Indonesia Kelas VIIINaskah Drama Bahasa Indonesia Kelas VIII
Naskah Drama Bahasa Indonesia Kelas VIII
 
Naskah drama religi dan percintaan
Naskah drama religi dan percintaanNaskah drama religi dan percintaan
Naskah drama religi dan percintaan
 
Naskah drama qada dan qadar
Naskah drama qada dan qadarNaskah drama qada dan qadar
Naskah drama qada dan qadar
 
Naskah drama munafik
Naskah drama munafikNaskah drama munafik
Naskah drama munafik
 
Contoh Naskah dan Skenario Drama atau Film Pendek - Akuntansi dalam AKSI - Ce...
Contoh Naskah dan Skenario Drama atau Film Pendek - Akuntansi dalam AKSI - Ce...Contoh Naskah dan Skenario Drama atau Film Pendek - Akuntansi dalam AKSI - Ce...
Contoh Naskah dan Skenario Drama atau Film Pendek - Akuntansi dalam AKSI - Ce...
 
Pptlegend,Tampilic,Jecil,12 beryl
Pptlegend,Tampilic,Jecil,12 berylPptlegend,Tampilic,Jecil,12 beryl
Pptlegend,Tampilic,Jecil,12 beryl
 
A vida intima de laura
A vida intima de lauraA vida intima de laura
A vida intima de laura
 

Similar to Drama bahasa indonesia (10)

Bahasa pdf small hway
Bahasa pdf small hwayBahasa pdf small hway
Bahasa pdf small hway
 
Drama sekolah 10 orang (complit)
Drama sekolah 10 orang  (complit)Drama sekolah 10 orang  (complit)
Drama sekolah 10 orang (complit)
 
Skrip cerita arti sebuah persahabatan
Skrip cerita arti sebuah persahabatanSkrip cerita arti sebuah persahabatan
Skrip cerita arti sebuah persahabatan
 
Kertas pena by cmoot
Kertas pena by cmootKertas pena by cmoot
Kertas pena by cmoot
 
My last love
My last love My last love
My last love
 
Tugas pebi
Tugas pebiTugas pebi
Tugas pebi
 
Cerpen jangan pergi
Cerpen jangan pergiCerpen jangan pergi
Cerpen jangan pergi
 
Cerpen Jangan Pergi
Cerpen Jangan PergiCerpen Jangan Pergi
Cerpen Jangan Pergi
 
cerpen Dibalik sketsa foto ibu
cerpen Dibalik sketsa foto ibucerpen Dibalik sketsa foto ibu
cerpen Dibalik sketsa foto ibu
 
Dibalik sketsa foto ibu
Dibalik sketsa foto ibuDibalik sketsa foto ibu
Dibalik sketsa foto ibu
 

More from Operator Warnet Vast Raha

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Recently uploaded

KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
danzztzy405
 
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 

Recently uploaded (11)

KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
 
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
 
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
 
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptxASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANKONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
 
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 

Drama bahasa indonesia

  • 1. DRAMA BAHASA INDONESIA “NARKOBA MEMBUNUHKU” PARA PEMERAN : 1. ELMA NAZILA PUTRI (FARAH) 2. HAISA (SINTA) 3. INDAH INDRIYANI UMAR (IBU) 4. INTAN PURNAMA (NAMIRA) 5. LUKMAN TALAYANSA (AYAH) 6. SITTI KHAFIFATUL MAR’ATH (KAK AFI) 7. WA ODE FONI ARSIH (POLISI) 8. YUSTIKA AL HADDAD (YUKI)
  • 2. Dikisahkan ada seorang anak bernama Yuki, yang terlahir di sebuah keluarga yang tidak seperti keluarga yang banyak didambakan orang pada umumnya. Ayahnya merupakan seorang Direktur Utama di sebuah perusahaan ternama, sedangkan ibunya merupakan seorang designer terkenal. Keduanya sangat jarang berada di rumah dan sangat sibuk dengan urusan mereka masing – masing. Kakaknya pun demikian. “BROKEN HOME”, mungkin merupakan istilah yang tepat untuk menyebut keadaan keluarganya saat ini. Di usianya yang telah beranjak remaja, saat naluri keingintahuannya yang sangat tinggi untuk mencoba hal – hal baru, keluarga yang seharusnya menjadi motivator terbesar baginya, justru tidak ada di sampingnya. Berangkat dari situlah, ia masuk dalam pergaulan yang salah, sehingga akhirnya ia terjerumus dalam hal yang sangat buruk, yakni “NARKOBA”. (Sepulang sekolah, Yuki memberitahukan kedua orang tuanya agar menghadiri rapat komite di sekolahnya) Yuki : “Ayah, lusa ada rapat komite di sekolah, ayah bisa datang tidak?” Ayah : “Besok Ayah ada meeting di luar kota, jadi Ayah tidak bisa hadir. Pergi sama ibu saja.” Yuki : “Ya sudahlah..” (menghela napas) (Yuki pun menghampiri ibunya) Ibu : (sambil menelpon) “Dress yang kayak gimana bu? Mau yang pake balzer, rompi, atau..” Yuki : “Bu..” Ibu : (masih menelpon) “Oh iya nanti pesanan ibu akan jadi secepatnya.” Yuki : “Bu..” Ibu : “Apaan sih, kamu gak lihat apa ibu lagi sibuk?” Yuki : “Maaf bu. Lusa ada rapat komite di sekolah Yuki. Ibu bisa hadir, kan? Ibu : “Ibu nggak bisa, orderan ibu lagi banyak, kamu harusnya bisa ngertiin ibu dong.” Yuki : “Lalu kalau ayah dan ibu sibuk, siapa yang akan menghadiri rapat lusa.” (Tiba – tiba Kak Afi datang dan menguping pembicaraan mereka) Kak Afi : “Tenang saja, Ki, nanti biar kakak yang hadir di sekolahmu.” Ibu : “Makasih ya, Fi. Kamu ngertiin ibu banget.” Kak Afi : “Iya bu, sama – sama.”
  • 3. Ibu : “Ya sudah, ibu pergi dulu yah.” Kak Afi : “Hati – hati di jalan bu.” (Ibu pun pergi meninggalkan Kak Afi dan Yuki) Yuki : “Kak Afi beneran mau…” Kak Afi : “Mau apa?” Yuki : “Buat hadir di rapat komite aku di sekolah.” Kak Afi : “Hahaha… Eh asal kamu tau yah, tadi itu aku cuma cari muka di depan ibu. Emang buat apa aku hadirin acara begituan? Nggak ada untungnya juga buat aku. Mending aku pergi hang out bareng teman-temanku.” (pergi meninggalkan yuki. Yuki pun terdiam) (Di sekolah) Namira : “Yuki kamu kenapa, kok murung gitu?” Sinta : “Iya, biasanya kamu orangnya periang. Yuki : “Untuk rapat komite besok, orang tua kalian akan datang tidak?” Namira : “Tentu saja. Aku sudah memberi tahu ayah, dan ayah bilang akan datang.” Sinta : “Kalau aku ibuku yang akan datang karena ayah ku ada rapat keluar kota. Bagaimana denganmu, Yuki ?” Yuki : “Ayah dan ibuku terlalu sibuk dengan bisnisnya. Kak Afi pun sama. Aku bingung, akhir-akhir ini keluargaku berantakan , tidak ada yang mau memperdulikan aku.” Namira : “Kamu yang sabar yah. ‘Kan ada kita yang selalu ada buat kamu.” Yuki : “Iya makasih yah, kalian memang baik.” Sinta : “Sama – sama Yuki. Kita ‘kan sahabat.” (Di balik pintu ternyata ada farah yang menguping pembicaraan Yuki dan kedua sahabatnya farah pun mempunyai ide baru) Farah : “Hai semuanya.” Namira : “Kamu ngapain kesini? Mau buat masalah lagi?” Farah : “Kok, ngomongnya gitu sih Ra, aku mau minta maaf sama kalian atas semua kesalahanku selama ini sama kalian.” Sinta : “Sok suci amat sih lo, Far.”
  • 4. Yuki : “Kalian nggak boleh ngomong kayak gitu. Farah kan niatnya baik mau minta maaf sama kita.” Farah : “Iya maafin aku yah teman-teman.” (mengulurkan tangan) Yuki : “Iya, Far aku dan teman-teman uda maafin kok.” (bersalaman dengan Farah) Farah : “Tadi aku sempat dengar sedikit pembicaraan, katanya kamu lagi sedih karena orang tua kamu sibuk banget yah?” Yuki : “Iya nih Far, akhir-akhir ini orang tua aku sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.” Farah : “Nasib kita sama ya, Ki. Orang tuaku juga sibuk banget dengan urusan mereka. Juga jarang banget pulang di rumah. Tapi aku gak mau terlalu kepikiran. Aku malah pergi bersenang – senang dan malas urusin mereka. Buat apa mikirin orang yang gak pernah mikirin kita?” (Bel pulang pun berbunyi. Yuki, Sinta, Namira, dan Farah pun bersiap untuk pulang ke rumah masing – masing) (Di rumah) Kak Afi : “Yuki…” Yuki : “Iya kak.” Kak Afi : “Buatin kakak minum dong.” Yuki : “Baik kak.” “Ini kak minumannya.” Kak Afi : “Maaf ya, Ki. Minumannya kamu minum sendiri aja, teman kakak udah nungguin di depan tuh.” Yuki : “Memangnya kakak mau kemana?” Kak Afi : “Ah, kepo lu.” (Kini jam telah menunjukkan pukul 11 malam, namun Kak Afi belum juga pulang) Yuki : “Kak Afi kemana ya? Kok jam segini belum juga pulang?” (Tiba – tiba Kak Afi muncul) Yuki : “Kakak dari mana? Kok baru pulang?” Kak Afi : “Banyak nanya kamu, aku capek banget tau.” Yuki : “Tapi ‘kan, ini sudah larut malam.”
  • 5. Kak Afi : “Terus kalau udah larut malam memangnya masalah buatmu? Lagian aku perginya gak pernah nyusahin kamu.” (pergi meninggalkan Yuki) (Pagi harinya di sekolah) Namira : “Kok akhir – akhir ini kamu selalu cemberut, Ki?” Sinta : “Iya tuh. Lagian kalau kamu punya masalah ‘kan bisa cerita sama kita.” Yuki : “Aku heran, Kak Afi sekarang bukan seperti Kak Afi yang dulu lagi. Udah jauh berubah.” (menangis) Farah : “Aku ‘kan sudah bilang, kamu gak usah mikirin orang – orang yang gak pernah mikirin kamu.” Namira : “Kok kamu ngomongnya gitu sih, Far?” Yuki : “Sepertinya omongan Farah ada benarnya.” Sinta : “Kamu ngomong apaan sih Yuki? Yuki : “Aku capek kayak gini terus, Sin.” Farah : “Betul tuh, Ki. Oh iya, sebentar kita pulang bareng ya.” Yuki : “Oke.” Namira : “Eh, ngapain kamu ngajak – ngajak Yuki? Farah : “Nggak kok, aku ‘kan cuma mau pulang bareng dia. Namira : “Awas kalau kamu berbuat yang tidak – tidak.” Farah : “Tentu saja tidak. Aku ‘kan teman kalian.” (Dalam perjalanan) Farah : “Yuki, kamu lagi punya banyak masalah ya?” Yuki : “Iya nih, Far.” Farah : “Aku punya sesuatu yang bisa buat kamu melupankan seluruh masalahmu dalam waktu singkat.” Yuki : “Benaran?” Farah : “Tentu saja benar. Ini dia.” (sambil menyodorkan bungkusan kecil) Yuki : “Ini apaan?” Farah : “Makanlah dan percaya padaku bahwa semua masalahmu akan hilang dalam sekejap. Baiklah, rumahku sudah dekat. Aku duluan ya.”
  • 6. (Setiba di rumah, ternyata ayah dan ibu Yuki sedang bertengkar) Ayah : “Kamu ‘kan yang akan hadir di sekolah Yuki besok? Ibu : “Tentu saja bukan, tapi aku sudah menyuruh Afi.” Ayah : “Kok malah menyuruh Afi? Kamu ‘kan ibunya.” Ibu : “Aku lagi sibuk, kenapa bukan kamu saja?” Ayah : “Kamu ‘kan sudah tahu kalau hari ini aku mau keluar kota.” Ibu : “Kamu juga sudah tahu kalau aku lagi sibuk. Banyak orderan sana – sini, harusnya kamu bisa ngerti dong.” Ayah : “Kamu itu ibunya. Harusnya kamu lebih banyak luangin waktu buat keluarga, bukan hanya urusan bisnis.” Ibu : “Kamu juga sama saja. Udah jarang pulang banyak ngomel lagi.” (Tiba – tiba Yuki datang) Yuki : “Kenapa sih Ayah dan Ibu selalu bertengkar? Nggak pernah pikirin perasaan aku.” Ayah : “Yuki…” (kaget) Yuki : “Nggak perlu kok. Ayah dan Ibu tidak usah hadir di sekolah besok.” Ibu : “Tuh ‘kan, Yuki aja ngomomgnya gitu.” Ayah : “Kamu ini ya, nggak pernah mikirin perasaan Yuki.” Ibu : “Kok jadi aku yang salah?” Yuki : “Sudah. Hentikan pertengkaran ini! Yuki capek dengarnya. Ayah dan Ibu memang tidak sayang pada Yuki.” (pergi meninggalkan ayah dan ibu) (Yuki pun masuk ke kamarnya sambil membanting pintu) Yuki : (sambil menangis) “Kenapa Ayah dan Ibu tidak pernah memperdulikanku? Kenapa? (melihat bungkusan kecil di atas meja) Itu ‘kan obat yang diberikan Farah tadi. Katanya kalau aku makan semua masalahku akan hilang. Mungkin Farah ada benarnya juga. Kalau gitu aku makan saja deh.” Dan akhirnya Yuki memutuskan untuk mencoba isi bungkusan pemberian Farah yang tak lain adalah sebungkus sabu – sabu. (Beberapa saat kemudian) Yuki : “Ternyata Farah benar. Sekarang kepalaku terasa lebih ringan. Ah senangnya. (mulai berhalusinasi)
  • 7. (Keesokan harinya di sekolah) Namira : “Yuki, kamu kenapa? Kok bahagia banget?” Sinta : “Tapi mukamu kok pucat?” Yuki : “Nggak kok, aku nggak apa – apa.” (pergi meninggalkan Namira dan Sinta) Namira : “Eh Sin, kamu merasa tidak, semenjak Yuki dekat sama Farah ia jadi berbeda dari biasanya.” Sinta : “Maksud kamu gimana?” Namira : “Sepertinya Yuki menyembunyikan sesuatu.” Sinta : “Menyembunyikan apa?” Namira : “Entahlah, aku juga tidak tahu. Sudah lupakan saja.” Sementara itu… Yuki : “Far, ternyata kamu benar. Setelah aku minum obat yang kamu berikan kemarin, kepalaku jadi ringan dan aku langsung bahagia banget.” Farah : “Kan aku sudah bilang dari dulu, hanya kamu saja yang tidak mau dengar. Lalu sekarang kamu mau lagi ‘kan?” Yuki : “Tentu saja.” Farah : “Tapi kali ini kamu harus membayarnya.” Yuki : “Tenang saja, kalau soal itu tentu gampang.” Farah : “Baiklah, kamu temui aku di belakang kantin sepulang sekolah.” Yuki : “Oke.” (Dibelakang sekolah) Yuki : “Mana pesananku?” Farah : “Ini dia.” (sambil memberi bungkusan kecil) Yuki : (mengeluarkan uang dari saku) “Dosisnya gimana sih, Far?” Farah : “Makin banyak makin bagus. Ya udah aku pulang dulu, bye..” Setelah beberapa lama mengkonsumsi obat terlarang itu, Yuki menjadi semakin berubah, baik dari segi fisik, psikologi, maupun perilaku. Wajahnya juga makin pucat dan seperti tidak lagi memiliki gairah hidup. Namira : “Sin, kamu ngerasain perubahan Yuki nggak?”
  • 8. Sinta : “Iya nih, aku juga melihat akhir – akhir ini Yuki telah banyak berubah.” Namira : “Sepertinya dugaanku selama ini ada benarnya.” Sinta : “Menurut buku yang aku baca kemarin, gejala yang dimiliki Yuki sama dengan gejala para pecandu narkoba.” Namira : “Aku juga berpikir begitu.” (Di rumah) Kak Afi : “Yuki, kamu kenapa sih akhir – akhir ini mukamu suka pucat? Kamu sakit ya? Yuki : “Nggak kok, siapa yang sakit?” Kak Afi : “Tapi mukamu pucat banget. Atau jangan – jangan…” Yuki : “Ih, sewot banget sih. Lagian aku gak nyusahin kakak kok. Aku capek lihat kecuekan kakak sama aku. Jadi sekarang jangan ikut campur dengan masalahku dan jangan pernah urusin aku lagi. Kak Afi : (menampar Yuki) “Sejak kapan kamu jadi melawan, hah?” Yuki : “Memangnya kenapa? Aku udah gak tahan diperlakukan seperti ini terus. Kakak hanya gak tau rasanya jadi diriku. Kakak gak pernah perduliin aku. Jadi sekarang giliran aku yang gak akan perduliin kakak. (pergi meninggalkan Kak Afi) Yuki pun makin berubah. Seorang gadis periang yang baik hati kepada siapa pun kini menjadi sangat dingin dan jutek. Hal itu makin memperkuat dugaan kedua sahabatnya. Namira : “Hai Yuki.” Yuki : “Hai.” (bersikap dingin) Sinta : “Kamu kok makin hari makin pucat. Kelakuanmu juga makin berubah.” Yuki : “Kalian ngomong apaan sih?” Namira : “Yuki, sekarang jujur pada kami, kamu menggunkan narkoba bukan?” Yuki : “Oh, jadi kalian nuduh aku?” Sinta : “Bukannya nuduh, tapi perubahanmu mengarah kesitu.” Yuki : “Terserah kalian mau ngomong apa.” (pergi meninggalkan Namira dan Sinta) Sinta : “Nam, kayaknya dugaan kita benar.” Namira : “Iya. Ini pasti karena Farah! Awas dia ya!”
  • 9. (Di belakang sekolah tampak Yuki dan Farah yang sedang melakukan transaksi) Yuki : “Far, mana barangnya? Aku udah gak tahan nih.” Farah : “Tenang aja, tapi ada uang ada barang.” Yuki : “Ah, itu mah gampang. Ini (menyodorkan uang) Sekarang mana barangnya? Ayo cepetan!!” Farah : “Ih kamu maksa banget sih. Nih ambil!” (menyodorkan bungkusan kecil) (Namun tiba – tiba Namira dan Sinta lewat secara tidak sengaja dan memergoki mereka berdua) Namira : “Hah?! (kaget) ternyata dugaanku selama ini benar! Kamu hanya ingin memanfaatkan Yuki untuk menjerumuskkannya ke dalam narkoba.” Sinta : “Oh, ternyata dalang di balik semua ini adalah kau, Farah!!” Yuki & Farah : (kaget) Sinta : (mendorong Farah dan menarik tangan Yuki) “Yuki, kenapa sih kamu bisa masuk ke perangkap Farah? Kamu gak tau apa itu ‘kan bisa menghancurkan masa depanmu, Ki.” (sambil menangis) Namira : “Far, kamu benar – benar keterlaluan! Aku gak nyangka kalau kamu sejahat itu sama Yuki! Nyesel aku kenal kamu, Far! Nyesel!!” (Farah pun menarik Yuki pergi dari tempat itu) Sinta dan Namira pun memutuskan untuk memberitahu keluarga Yuki yang sebenarnya. Pertama – tama mereka menemui Kak Afi. Namira : “Kita tidak boleh membiarkan ini begitu saja. Ayah, Ibu, dan kakak Yuki harus tahu." Sinta : “Kalau gitu ntar kita ngajak mereka ketemu aja” Namira : “Kamu benar, pulang sekolah kita ngajak mereka aja ke restoran.” Sinta : “Kalau gitu kamu telfon kak Afi aja” Namira : “Oke...Hallo kak Afi! Apa kabar?” Afi : “Hallo, Ra,,,baik ada apa sih,,tumben kamu nelfon aku.”
  • 10. Namira : “Kakak ada waktu nggak ntar siang kita ketemuan di restoran tapi kakak ngajak ayah dan ibunya kakak.” Afi : “Emang penting amat ya? ‘Kan bisa lewat telepon aja.” Namira : “Ini soal Yuki kak.” Afi : “Yuki? Ada apa lagi sih itu anak? Ya udah deh.” Namira : “Kalau gitu udah dulu yah kak....” Afi : “Oke.” (Di Restoran) Namira : “Assalamualaikum , tante, om” Ayah dn Ibu : “Walaikumsallam” Sinta : “Hai Kak Afi.” Afi : “Hai... kalian mau ngomongin apaan sih?” Namira : “Begini, om, tante. Emangnya om, tante, dan kak afi tidak menyadari perubahan Yuki?” Ibu : “Perubahan gimana maksud kamu?” Sinta : “Belakangan ini Yuki itu terlihat pucat sekali dan ia juga tidak seceria biasanya.” Ayah : “Maksud kamu? Yuki sakit?” Namira : “Yuki nggak sakit om tapi...” Ayah : “Tapi kenapa? Sinta : “Yuki pake narkoba.” Ibu : “Apa?” ( kaget ) Afi : “Iya, Bu. Kayaknya apa yang di katakan teman – teman Yuki benar soalnya kemarin aku ketemu Yuki dan nanya kenapa Yuki pucat tapi dia malah ngebentak aku.” Ayah : “Kok kamu nggak pernah cerita sama ayah dan ibu?”
  • 11. Afi : “Gimana afi bisa cerita ke ayah dan ibu sementara ayah sama ibu nggak pernah ada di rumah dan ngasih perhatian ke kita.” ( sedih ) Sinta : “Yuki pernah cerita kita kalau dia pusing karena om dan tante ngga pernah kasih perhatian ke dia begitu pula dengan Kak Afi, nggak ada bedanya.” (Tiba – tiba mereka terkejut dengan kedatangan seorang polisi) Polisi : “Selamat siang, Pak, Bu. Ayah : “Selamat siang, Bu. Ada perlu apa, Bu? Polisi : “Kami dari kepolisian ingin memberitahukan kepada ibu bahwa anak ibu yang bernama Yuki dan temannya yang bernama farah terlibat narkoba dan sekarang yuki masih menjadi buronan sedangkan farah sudah kami tangkap.” Ibu : “Apa?” (menangis) Maka mereka semua bergegas menuju ke rumah Yuki. Dan setiba di rumah, mereka langsung menuju ke kamar Yuki. Mereka pun terkejut ketika menemukan Yuki sudah tergeletak tak berdaya dis usdut kamarnya. Ibu : “Yuki…” (sambil menangis tersedu – sedu) Yuki : “Ibu, Ayah, Kak Afi, maafin Yuki atas kelakuan Yuki selama ini, juga karena telah banyak merepotan kalian. Sebenarnya yang Yuki butuhkan hanyalah kasih sayang dari kalian semua. Sekali lagi maaf karena mungkin kehadiranku memberi beban bagi kalian...” Ibu : “Maafkan ibu, Yuki. Ibu sungguh menyesal tidak memperhatikanmu. Ibu memang gak pantas menjadi Ibu kamu, nak..” (menangis tersedu – sedu) Sinta : “Yuki… maafin kami.” Yuki : “Nggak kok, Sin. Kalian gak pernah salah. Harusnya aku yang minta maaf sama kalian karena tidak mau mendengarkan perkataan kalian.” Namira : “Kamu gak usah minta maaf, Ki. Kami sudah memaafkanmu.” Ayah : “Yuki, maafkan ayah dan ibu karena tak punya banyak waktu untukmu. Juga maafkan Ayah dan Ibu karena belum bisa jadi orangtua yang terbaik untukmu.”
  • 12. Yuki : “Gak apa – apa ayah. Walaupun begitu, aku bangga bisa terlahir di keluarga ini. Terima kasih karena telah mau menjadi orangtuaku. Untuk Kak Afi, terima kasih telah mau menjadi kakakku, dan Sinta serta Namira, terima kasih telah meu menjadi sahabat yang baik buatku. Sekali lagi terima kasih. Dan,,, selamat tinggal.” Yuki pun menghembuskan napas terakhirnya, pergi meninggalkan orangtua, kakak, serta sahabat – sahabatnya untuk selamanya. Penyesalan tergurat jelas di wajah keluarga Yuki. Mereka menyesal atas perbuatan mereka selama ini. Namun penyesalan tiada berarti lagi. Nasi sudah menjadi bubur. Yuki kini sudah tak bernyawa. Sementara Farah sendiri sudah mendekam di balik jeruji besi, menangisi dan menyesali perbuatannya yang sudah menrenggut nyawa orang lain.