3. Hadits?
Menurut istilah, Hadits adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan (taqrir) yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw.
Dengan berpegang teguh kepada Al Quran dan Al Hadist, niscaya hidup kita dijamin
tidak akan tersesat. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِب ْمُتْكَّسَمَت اَم ا ْوُّل ِ
ضَت ْنَل ِْني َرْمَأ ْمُكْيِف ُتْك َرَت
اَمِِه
:
ِهِل ْوُس َر َةَّنُس َو ِهللا َابَتِك
“Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada
keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik;
al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di
dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).
4. Kedudukan Hadist
Hadist mempunyai kedudukan sebagai sumber hukum islam kedua. Di dalam Al
Quran juga telah dijelaskan berulang kali perintah untuk mengikuti ajaran Rasulullah
SAW, sebagaimana yang terangkum firman Allah SWT di surat An-Nisa’ ayat 80:
Untuk mengetahui sejauh mana kedudukan hadits sebagai sumber hukum Islam,
dapat dilihat beberapa aspek, diantaranya
1. Dalil Al Qur’an
2. Dalil Hadits Rasul SAW
3. Kesepakatan Ulama ( Ijma’)
4. Sesuai dengan petunjuk Akal (Ijtihad)
5. Fungsi Hadits
• Bayan At- Taqyid ( memperjelas ayat Al Quran yang bersifat mutlak)
• Bayan At- Tafshil (memperjelas isi Al Quran yang Mujmal)
• Bayan At-Takhsis (Mengkhususkan Ayat yang Masih Umum)
• Bayan at-Tasyri’ (memberi kepastian hukum islam yang tidak ada di
Al Quran)
6. Bayan At- Taqyid
Bayan At-Taqyid adalah penjelasan hadis dengan cara membatasi ayat-ayat yang
bersifat mutlak dengan sifat, keadaan, atau syarat tertentu. Kata mutlak artinya kata
yang merujuk pada hakikat kata itu sendiri apa adanya tanpa memandang jumlah atau
sifatnya. Penjelasan Nabi berupa taqyid terhadap ayat- ayat Al-Qur’an yang mutlak.
7. Contoh Hadits Sebagai Bayan At- Taqyid
Seperti firman Allah Swt dalam QS. Al-Maidah :38:
ِب ًۢءٓا َزَج اَمُِهَيِدْيَأ ۟ا ٓوُعَطْقٱَف ُةَق ِ
ارَّسٱل َو ُق ِ
ارَّسٱل َو
ِ
زَع ُ َّ
ٱَّلل َو ۗ ِ َّ
ٱَّلل َنِم ًلََٰكَن اَبَسَك اَم
يِكَح ٌيز
ٌم
“
Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai)
balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah
Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. Al-Maidah : 38).
Kata yadd (tangan) pada ayat di atas belum jelas maknanya atau batasan tangan yang
dimaksud. Demikian juga kata al-qaṭ’u (memotong) juga belum jelas pengertiannya, sebab bisa
berarti memutuskan (memotong) dan bisa juga berarti melukai. Dalam ayat tersebut juga tidak
dijelaskan tentang ukuran dan batas materi yang dicurinya. Terkait dengan hal itu, terdapat
beberapa hadis yang menjelaskan tentang hal tersebut.
8. Contoh Hadits Sebagai Bayan At- Taqyid
Dijelaskan dalam sebuah hadis bahwa yang dimaksud dengan yadd (tangan) pada ayat
tersebut adalah tangan kanan dengan batasan potong tangan tersebut hanya sampai
pergelangan tangan, tidak sampai pada siku atau bahkan bahunya. Rasul bersabda:
“Rasulullah didatangi seseorang dengan membawa pencuri, maka beliau memotong
tangan pencuri dari pergelangan tangan.”
Dalam riwayat lain juga dijelaskan tentang ukuran barang yang dicuri sehingga
seorang pencuri harus dijatuhi hukuman potong tangan. Hal ini sebagaimana hadis
Nabi Saw:
َطْقُت َلاَق َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُ َّ
َّللا ىَّلَص ِيِبَّنال ْنَع َةَشِئاَع ْنَع
َارنِيِ ِعُبُر يِف ِق ِ
ارَّسال ُدَي ُع
Dari ‘Aisyah dari Nabi saw bersabda, “Tangan pencuri dipotong jika curian senilai
seperempat dinar." (HR. al-Bukhari). Hadis tersebut menjelaskan bahwa yang wajib
dikenai hukuman potong tangan adalah pencuri yang mencuri barang senilai
seperempat dinar atau lebih.
9. Bayan At- Tafshil
Bayan Tafshil berarti penjelasan dengan memerinci kandungan ayat-ayat
yang mujmal, yakni ayat-ayat yang bersifat ringkas atau singkat, sehinggga
maknanya kurang atau bahkan tidak jelas kecuali ada penjelasan ataupun
perincian. Dengan kata lain, ungkapan auat itu masih bersifat global yang
memerlukan mubayyin.
10. Contoh Hadits Sebagai Bayan At Tafshil
Sebagai contoh hadis berikut :
“Berpuasalah karena melihat hilal dan berbuka (berhari raya)-lah karena melihat hilal”.
Hadis tersebut menjelaskan tentang tata cara berpuasa Ramadhan yang dimulai
dan diakhiri dengan melihat hilal, sebagai penjelasan dari keumuman ayat tentang
puasa yaitu :
ا ىَلَع َبِتُك اَمَك ُماَي ِ
الص ُمُكْيَلَع َبِتُك واُنَمآ َِينذَّال اَِهُّيَأ اَي
َونُقَّتَت ْمُكَّلَعَل ْمُكِلْبَق ْنِم َِينذَّل
Artinya:“Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.(Q.S Al-Baqarah
:183)
11. Contoh Hadits Sebagai Bayan At Tafshil
Ayat tersebut hanya menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman diwajibkan
berpuasa sebagaimana diwajibkan pula kepada orang-orang terdahulu sebelum mereka
agar mereka bertakwa. Meskipun pada ayat selanjutnya tidak dinyatakan pada bulan
Ramadhan melaksanakan puasa tetapi sejak kapan memulai dan mengakhiri puasa itu
diterangkan secara rinci. Maka Hadis nabi menjelaskan bahwa awal dan akhir
Ramadhan dapat diketahui melalui melihat hilal.
12. Bayan At- Takhsis
Bayan takhsis adalah penjelasan Nabi dengan cara membatasi atau
mengkhususkan ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum, sehingga tidak
berlaku pada bagian-bagian tertentu yang mendapat perkecualian
13. Contoh Hadist Sebagai Bayan At Takhsis
Sebagai contohnya, Hadis nabi tentang masalah waris dikalangan para nabi :
“Kami para nabi tidak diwarisi, sesuatu yang kami tinggalkan menjadi
sedekah”.(HR.Muslim)
Hadis tersebut merupakan pengecualian dari keumuman ayat Al-Qur’an
yang menjelaskan tentang disyari’atkannya waris bagi umat Islam.
Syarat waris itu tidak berlaku khusus pada para nabi, sehingga keumuman
ayat tersebut dikhususkan oleh Hadis diatas. Dengan kata lain, secara umum
mewariskan harta peninggalan wajib kecuali para nabi yang tidak mempunyai
kewajiban untuk itu
14. Bayan at-Tasyri’
Hadist sebagai bayan At tasyri’ ialah sebagai pemberi kepastian hukum atau
ajaran-ajaran islam yang tidak dijelaskan dalam Al-Quran. Biasanya Al Quran
hanya menerangkan pokok-pokoknya saja.
15. Banyak Hadis Rasulullah SAW yang termasuk dalam kelompok ini, diantaranya
adalah hadis tentang penetapan haramnya mengumpulkan dua wanita
bersaudara (antara istri dan bibinya), hukum syuf’ah, hukum merajam pezina
wanita yang masih perawan, dan hukum tentang hak waris seorang anak.
Seperti contoh hadis berikut yang artinya :
“Bahwasannya Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat islam pada bulan
Ramadhan satu sha’kurma atau gandum untuk setiap orang baik ia merdeka atau hamba,
laki-laki atau perempuan”.
Contoh Hadist Sebagai Bayan At Tasyri’