SlideShare a Scribd company logo
DETEKSI, PELACAKAN DAN JUMLAH KENDARAAN DENGAN
MOVING AVERAGE SUBTRACTION DAN HUNGARIAN
Amran Swandy Simamora1)
, Imelda Imelda2)
1,2
Program Studi Teknik Informatika,Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur
1,2
Jl. Raya Ciledug, Petukangan Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12260
Telp. (021) 5853753, Fax. (021) 5853752
E-mail : amransimamora540@gmail.com1)
, imelda@budiluhur.ac.id2)
ABSTRAK
Selama ini Dinas Perhubungan melakukan perhitungan kendaraan dengan cara manual. Caranya dengan
menugaskan petugas mengamati dan menghitung kendaraan yang melintas. Namun hasilnya masih banyak human
error. Selain itu Dinas Perhubungan juga menggunakan alat detector untuk perhitungan kendaraan. Alat tersebut
sudah membantu Dinas Perhubungan untuk me-monitoring keadaan jalur lalu lintas. Namun harga alat detector itu
mahal sehingga Dinas Perhubungan masih menggunakan cara manual. Oleh karena itu dibutuhkan deteksi,
pelacakan dan perhitungan kendaraan secara otomatis. Proses deteksi kendaraan menggunakan dua tahap, yaitu
tahap pelatihan (training) dan pengujian. Tahap pelatihan (training) terdiri dari pra pemrosesan, segmentasi
dengan moving average, dan ekstraksi ciri.Tahap pengujian terdiri dari pra pemrosesan, segmentasi, ekstraksi ciri,
feature matching. Setelah itu lanjut ke tahap pelacakan (tracking) dengan algoritma hungarian dan perhitungan
kendaraaan. Keistimewaan penelitian ini adalah deteksi kendaraannya menggunakan moving average subtraction,
morphological operation, shadow removal, dan pada pelacakan dan perhitungan kendaraan menggunakan
algoritma Hungarian. Akurasi tertinggi diperoleh pada kendaraan panjang yaitu 77%.
Kata kunci : CCTV, Background Subtraction, Moving Average Subtraction, Morphological Operation, Shadow
Removal, Algoritme Hungarian.
1. PENDAHULUAN
Selama ini Dinas Perhubungan melakukan
perhitungan kendaraan dengan cara menual. Cara
manual ltersebut dilakukan dengan cara menugaskan
petugas mengamati kendaraan yang melintas. Dengan
cara tersebut mengakibatkan terjadinya human error
sehingga tidak menghasilkan perhitungan yang tepat.
Selain menghitung manual, Dinas Perhubungan juga
menggunakan alat detector untuk menghitung
kendaraan yang melintas di jalan raya. Penggunaan
alat ini sudah memudahkan proses perhitungan
dibandingkan dengan menghitung secara manual
yang membutuhkan tenaga kerja yang banyak.
Namun menggunakan alat detector tersebut
membutuhkan biaya yang sangat besar. Sehingga alat
detector tersebut jarang digunakan. Proses
perhitungan dilakukan untuk analisa pemberian atau
pembagian waktu lampu lalu lintas pada setiap jalur
lalu lintas DKI Jakarta. Penelitian [1] telah membahas
Implementasi image subtraction dan metode
regionprops untuk mendeteksi jumlah objek berwarna
RGB pada file video. Hasil yang didapat dari
pengimplementasian cara image subtraction dan
pemanfaatan fungsi regionprops sampai hasil yang
dicapai menunjukkan bahwa objek dengan kandungan
warna pokok dapat terdeteksi jumlahnya. Penelitian
[8] telah membahas background subtraction yang
digunakan untuk mendeteksi gerakan objek.
Background subtraction dapat menghitung kendaraan
lalu lintas berdasarkan jenis kendaraan yang melintas
di ruas jalan. Akurasi perhitungan kendaraan sebesar
90%. Kekurangannya adalah siang hari menimbulkan
pantulan cahaya yang tinggi sehingga sistem
mendeteksi tidak optimal. Penelitian [5] Shadow
removal digunakan untuk menghilangkan bayangan.
Keteguhan warna di eksplorasi menghilankan warna
sebenarnya. Kekurangannya gambar tidak bisa di
anggap sebagai gambar abu-abu. Dari beberapa
penelitian terdahulu belum ada penelitian yang
membahas tentang deteksi, pelacakan dan jumlah
kendaraan dengan metode Moving Average
Subtraction dan algoritme Hungarian yang dapat
bermanfaat untuk analytic lalu lintas. Oleh karena itu
keistimewahan dari penelitian ini adalah dapat
melakukan deteksi, pelacakan dan perhitungan
kendaraan untuk melakukan analytic lalu lintas
menggunakan metode moving average subtraction
dan algoritme Hungarian.
2. DETEKSI KENDARAAN
DENGAN MOVING AVERAGE
SUBTRACTION, PELACAKAN DAN
PERHITUNGAN KENDARAAN
DENGAN ALGORITME HUNGARIAN
Deteksi dan perhitungan kendaraaan secara otomatis
menjadi salah satu solusi yang penting untuk
membantu para petugas Dinas Perhubungan dalam
melakukan perhitungan kendaraan di lintasan lalu
lintas. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai
pendeteksian dan perhitungan kendaraan dari sumber
video. Data tersebut akan diperoleh dari kamera
CCTV yang terpasang di persimpangan setiap jalan
yang ada di DKI Jakarta. Gambar ilustrasi data input
dapat ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Iustrasi Data Input
Adapun aplikasi deteksi dan penghitung kendaraan
secara otomatis pada program yang penulis akan buat
memiliki proses-proses secara garis besar sebagai
berikut. Gambar Alur proses dapat ditunjukkan pada
Gambar 2.
Gambar 2 Alur Proses
2.1. Tahap Pelatihan (Training)
Pada tahap pelatihan ini berguna untuk mendapatkan
hasil gambar dari suatu video. Tahap pelatihan ini
terdiri dari pra pemrosesan, segmentasi, dan ekstraksi
ciri.
2.1.1. Pra Pemrosesan
Pra pemrosesan ini berguna untuk normalisasi frame
rate, frame pada setiap video akan disamakan menjadi
30 fps. Normalisasi video menggunakan software
handbrike.
2.1.2. Segmentasi
Segmentasi ini berguna untuk melakukan partisipasi
citra menjadi wilayah-wilayah objek [9]. Tahap
segmentasi merupakan proses yang cukup penting
dalam suatu sistem pengenalan untuk mengenali
karakter yang terdapat pada suatu citra di dalam video
digital. Tahap Segmentasi terdiri dari moving average
subtraction, morphological operation, shadow
removal
2.1.2.1. Moving Average Subtraction
Moving Average Subtraction adalah metode
pengurangan template, dimana template terpisah
dibuat untuk setiap kejadian artefak. Moving average
memiliki waktu pemutakhiran latar belakang yang
tepat dan panjang pergerakan yang tepat dapat dipilih
dengan eksperimen sedemikian rupa sehingga benda
yang bergerak dapat di deteksi dalam performa yang
baik. Latar belakang akan memperbaharui benda
dengan tepat dan segera mendeteksi benda bergerak
dengan akurasi yang baik [2]. Gambar Moving
Average Subtraction dapat ditunjukkan pada Gambar
3
Gambar 3 Moving Average Subtraction
2.1.2.2. Morphological Operation
Dalam pemrosesan citra hasil yang diharapkan
diperoleh berdasarkan bentuk atau struktur citra asal.
Lebih lanjut dikatakan bahwa morfologi senantiasa
berkaitan dengan proses ketetanggan, yang terbentuk
dari blok nilai biner, satu dan nol. Lebih lanjut lagi,
proses morfologi suatu citra merupakan kumpulan
operasi nonlinier yang berkaitan dengan bentuk atau
morfologi dalam suatu citra [3]. Hasil operasi
morfologi dimanfaatkan untuk pengambilan
keputusan dengan analisa lebih lanjut. Ada dua
operator morfologi operasi dasar yaitu dilasi dan
erosi.
2.1.2.2.1. Erosi
Proses erosi sama seperti pelebaran, namun pikselnya
diubah menjadi putih bukan hitam. Itu dua input
utama untuk operator erosi adalah gambar yang akan
ditipiskan dan satu set titik koordinat yang dikenal
sebagai elemen penataan yang mendefenisikan kernel
[4]. Persamaan erosi dapat ditunjukkan pada
Persamaan 1.
(1)
Variabel A adalah gambar A, variabel B adalah
elemen penataan B, menyatakan bahwa A
adalah erosi dari B dan menyatakan bahwa
komplement dari A.
2.1.2.2.2. Dilasi
Proses elemen penataan B pada gambar A dan
memindahkannya melintasi dengan cara seperti
konvolusi (dilibatkan dalam operasi ketetanggaan
piksel) didefinisikan sebagai operasi pelebaran. Dua
input utama untuk operator pelebaran adalah gambar
yang akan dilebarkan dan satu set titik koordinat yang
dikenal sebagai elemen penataan yang juga di
defenisikan sebagai kernel [4]. Persamaan dilasi dapat
ditunjukkan pada Persamaan 2.
(2)
Variabel A adalah gambar A, variabel B adalah
elemen penataan B, menyatakan bahwa refleksi
dari penataan B. Gambar morphological operation
dapat ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4 Morphological Operation
2.1.2.2.3. Shadow removal
Shadow removal adalah mengubah kondisi iluminasi
tidak standar menjadi standar dan menentukan nilai
abu-abu dalan standar. Jadi kuncinya adalah
memperkirankan kondisi sumber cahaya standar.
(3)
Dimana e adalah nilai sumber cahaya dari satu scene
saat ini, f adalah nilai abu-abu dari masing-masing
band gamar, dan k adalah faktor skala. Dan p adalah
parameter eksponensial dari norma, itu bisa menjadi
bilangan bulat. P menentukan berat setiap nilai abu-
abu pada sumber cahaya yang diperkirakan. Semakin
banyak efek dari piksel kecerahaan tinggi. Nilai p
yang lebih kecil, bobot piksel kecerahaan berbeda
lebih besar [5]. Gambar shadow removal dapat
ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Shadow removal
2.1.3. Ekstraksi Ciri
Ekstraksi ciri berguna untuk mengukur besaran
kwantitatif ciri di setiap piksel dari sebuah citra [2].
Pada penelitian ini menggunakan ektraksi ciri tekstur
dan ekstraksi ciri bentuk. Ekstraksi ciri tekstur
merupakan informasi berupa susunan struktur
permukaan suatu gambar. Citra warna dirubah
menjadi citra grayscale dan masing-masing nilai dari
RGB citra dirubah menjadi abu-abu dengan
menggunakan rumus dari persamaan 3:
Keabuan = 0.2989 * R + 0.5870 * G + 0.1140 * B (3)
Ekstraksi ciri bentuk adalah menemukan bagian pada
citra yang mengalami perubahan intensitas secara
drastis [11]. Ekstraksi ciri bentuk dikategorikan
bergantung pada teknik yang digunakan. Katergori
tersebut adalah berdasarkan batas (boundary).
Berdasarkan batas (boundary) menggambarkan
bentuk daerah dengan menggunakan karakteristik
ekxternal, contohnya adalah piksel sepajang batas
objek [12]. Tahap ekstraksi ciri adalah tahap untuk
mengurangi dimensi hiperspektral untuk menjaga
variabel-variabel yang digunakan untuk proses
perhitungan kendaraan.
Ciri-ciri objek meliputi: width_frame (WF),
heigth_frame (HF), width_ Contour (WC),
hight_Contour (HC), xContour (XC), yContour(YC),
sensorwidth (SW), areaBoundary,
HeightInFullFrame(HIF), HeigthSurplus (HS),
y1Vehicle (Y1), y2Vehicle (Y2), AspectRatioHeight
(ARH), LengthVehicle, maxLengthLV. Sensorwidth
(SW) sama dengan istilah boundary. AreaBoundary
adalah area batas dapat ditunjukkan pada persamaan
(4). HeightInFullFrame(HIF) berguna untuk
mengetahui tinggi dalam frame penuh. HIF dapat di
tunjukkan pada persamaan (5). HeigthSurplus (HS)
dapat ditunjukkan pada persamaan (6), y1Vehicle
(Y1) dimana ukuran veritikal y1 pada objek yang
terdeteksi dapat ditunjukkan pada persamaan (7),
y2Vehicle (Y2) dimana ukuran veritikal y2 pada
objek yang terdeteksi dapat ditujukkan pada
persamaan (8). AspectRatioHeight (ARH) adalah
aspek rasio dari lebar dan tinggi objek deteksi. ARH
dapat ditunjukkan pada persamaan (9).
LengthVehicle adalah panjang kendaraan.
MaxLengthLV adalah maksimal panjang kendaraan.
VehilceDetection merupakan variabel yang
menampung jumlah kendaraan.
areaBoundary = WC * HC (4)
HeigthInFullFrame = (WF * 2.0) / 3 (5)
HeigthSurplus = (HIF – HF) / 2 (6)
y1Vehicle = (HF + HS) – (YC+HC) (7)
y2Vehicle = (HF+HS) – YC (8)
AspectRatioHeigth = (SW / WF ) * HIF (9)
Algoritme 1 digunakan untuk menentukan
kendaraan panjang dan sedang. Jika LengthVehicle
lebih kecil sama dengan maxLengthLV maka
VehicleDetection sama dengan LV (Kendaraan
Sedang). Jika LengthVehicle lebih besar sama dengan
maxLengthLV maka VehicleDetection sama dengan
HV (Kendaraan panjang).
Algoritme 1 Deteksi Kendaraan
if LengthVehicle <= maxLengthLV:
VehicleDetection = "LV"
color = colorLV
else:
VehicleDetection = "HV"
color = colorHV
2.2. Tahap Pengujian
Tahap pengujian dilakukan untuk menguji hasil
gambar dari tahap pelatihan. Tahap pengujian terdiri
dari pra pemrosesan, segmentasi dan ekstraksi ciri.
Pada tahap pengujian digunakan 36 kendaraan sedang
dan 4 untuk kendaraan panjang. Gambar kendaraan
sedang dan kendaraan panjang dapat ditunjukkan
pada Gambar 6 dan 7.
Gambar 6 Kendaraan Sedang
Gambar 7 Kendaraan Panjang
2.2.1. Pra Pemrosesan
Proses yang dilakukan pada tahap ini sama dengan
tahap pra pemrosesan yang ada pada tahap pelatihan
2.2.2. Segmetasi
Pada tahap segmentasi ini proses yang dilakukan pada
tahap ini sama dengan tahap segmentasi yang ada
pada tahap Pelatihan [9]. Tahap segmentasi ini terdiri
dari moving average subtraction, morphological
operation, shadow removal.
2.2.2.1. Moving average subtraction
Moving average subtraction adalah metode
pengurangan template, dimana template terpisah
dibuat untuk setiap kejadian artefak. Moving average
memiliki waktu pemutakhiran latar belakang yang
tepat dan panjang pergerakan yang tepat dapat dipilih
dengan eksperimen sedemikian rupa sehingga benda
yang bergerak dapat di deteksi dalam performa yang
baik. Latar belakang akan memperbaharui benda
dengan tepat dan segera mendeteksi benda bergerak
dengan akurasi yang baik [2]. Gambar Moving
Average Subtraction dapat di tunjukkan pada Gambar
3.
2.2.2.2. Morphological operation
Dalam pemrosesan citra hasil yang diharapkan
diperoleh berdasarkan bentuk atau struktur citra asal.
Lebih lanjut dikatakan bahwa morfologi senantiasa
berkaitan dengan proses ketetanggan, yang terbentuk
dari blok nilai biner, satu dan nol. Lebih lanjut lagi,
proses morfologi suatu citra merupakan kumpulan
operasi nonlinier yang berkaitan dengan bentuk atau
morfologi dalam suatu citra [3]. Hasil operasi
morfologi dimanfaatkan untuk pengambilan
keputusan dengan analisa lebih lanjut. Ada dua
operator morfologi operasi dasar yaitu dilasi dan
erosi.
2.2.2.2.1. Erosi
Proses erosi sama seperti pelebaran, namun pikselnya
diubah menjadi putih bukan hitam. Itu dua input
utama untuk operator erosi adalah gambar yang akan
ditipiskan dan satu set titik koordinat yang dikenal
sebagai elemen penataan yang mendefenisikan kernel
[4]. Persamaan Erosi dapat ditujukkan pada
Persamaan 1.
2.2.2.2.2. Dilasi
Proses elemen penataan B pada gambar A dan
memindahkannya melintasi dengan cara seperti
konvolusi (dilibatkan dalam operasi ketetanggaan
piksel) didefinisikan sebagai operasi pelebaran. Dua
input utama untuk operator pelebaran adalah gambar
yang akan dilebarkan dan satu set titik koordinat yang
dikenal sebagai elemen penataan yang juga di
defenisikan sebagai kernel [4]. Persamaan Dilasi
dapat ditujukkan pada Persamaan 2. Gambar
Morphological Operation dapat ditunjukan pada
Gambar 4.
2.2.2.2.3. Shadow removal
Shadow removal adalah mengubah kondisi iluminasi
tidak standar menjadi standar dan menentukan nilai
abu-abu dalan standar. Jadi kuncinya adalah
memperkirankan kondisi sumber cahaya standar[5].
Persamaan Shadow removal dapat ditunjukkan pada
Persamaan 3 dan gambar dapat ditunjukkan pada
Gambar 5.
2.2.3. Ekstrasi Ciri
Pada tahap ekstraksi ciri sama dengan tahap ekstraksi
ciri pada tahap pelatihan.
2.3. Feature Matching
Pada tahap Feature Matching berguna untuk
mencocokan hasil gambar dari tahap pelatihan dengan
tahap pengujian.
2.4. Pelacakan (Tracking)
Pada tahap Pelacakan (Tracking) kendaraan
ditentukan di daerah yang di tentukan. Pelacakan
menggunakan algoritme hungarian.
2.4.1. Algoritme hungarian
Algoritme Hungarian merupakan algoritma untuk
memecahkan masalah penugasan yang didasarkan
pada karya D. Konig dan J. Egervary [6].
2.4.2. Hitung Kendaraan
Pada tahap hitung kendaraan dilakukan setelah tahap
pelatihan (Training), tahap pengujian, feature
matching dan pelacakan. Hitung kendaraan dilakukan
dengan cara deteksi kendaraan dari ROI (Region of
Interest). Dari garis awal di deteksi dan di garis akhir
di lakukan perhitungan kendaraan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Implementasi
Agar deteksi, pelacakan dan perhitungan kendaraan
ini dapat berjalan dengan baik dan sesuai yang
diharapkan maka spesifikasi perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software) yang di
pakai untuk implementasi ini juga harus mendukung.
3.2. Tampilan Layar
3.2.1. Halaman Awal Aplikasi
Pada groupbox Input video terdapat chose file untuk
video masukkan, mode video terdapat checkbox
tampikan boundary, tampilkan ROI dan tampilkan
shadow removal. Pada background subtraction
terdapat moving average subtraction. Data input
kamera terdapat ketinggian kamera, sudut kamera ,
FPS, dan fokus yang dinput manual. Pada dimensi
kendaraan di input berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 22 tahun 2009 [10] untuk
kendaraan sedang dimensi kendaraan adalah tinggi
1,3 m, lebar 2,1 m, panjang 5,8 m dan untuk
kendaraan panjang dimensinya adalah tinggi 4,1 m,
lebar 2,6 m, panjang 12,1 m. Dan ROI dinput oleh
user berdasarkan video yang akan di jalankan.
Gambar halaman awal dapat ditunjukkan pada
Gambar 8.
Gambar 8 Halaman Awal
3.2.2. Halaman Proses
Pada halaman proses dimana proses deteksi dan
perhitungan kendaraan dilakukan. Gambar halaman
proses dapat ditunjukkan pada Gambar 9.
Gambar 9 Halaman Awal
3.3. Tabel Pengujian
Pengujian ini berguna untuk mendapatkan hasil
perhitungan kendaraan. Pengujian ini menggunakan
Confusion Matrik [7]. Tabel hasil pengujian dapat
ditunjukkan padaTabel 1.
(10)
1) True Positive (TP) = sebuah kendaraan
terdeteksi di kondisi nyata dan dinyatakan
sebagai kendaraan di aplikasi.
2) False Positive (FP) = tidak ada kendaraan
terdeteksi dalam kondisi nyata namun nyatakan
kendaraan di aplikasi.
3) True Negative (TN) = tidak ada kendaraan
terdeteksi dalam kondisi nyata dan bukan pada
aplikasi.
4) False Negative (FN) = kendaraan terdeteksi di
kondisi nyata namun tidak dinyatakan kendaraan
pada aplikasi.
Tabel 1 Hasil Akurasi
Nama Video Layur Kebopala Pejaten
Kendaraan
Sedang
TN 0 0 0
TP 23 41 4
FN 13 18 21
FP 0 0 0
Akurasi 63% 69% 19%
Kendaraan
Panjang
TN 0 0 0
TP 6 7 4
FN 3 2 3
FP 0 0 0
Akurasi 66% 77% 57%
Pada pengujian ini menggunakan contoh video
layur.avi
Akurasi Kendaraan Sedang pada Layur
Akurasi Kendaraan Panjang pada Layur
4. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada deteksi
kendaraan menggunakan Moving Average
Subtraction, pelacakan dan perhitungan kendaran
menggunakan algoritme Hungarian dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
a. Dalam pendeteksian objek menggunakan metode
Moving Average Subtraction sehingga dapat
mendeteksi kendaraan secara cepat. Dan
menggunakan morphological operatioan untuk
mengumpulkan operasi nonlinier yang berkaitan
dengan bentuk atau morfologi suatu citra. Dan
menggunakan shadow removal untuk
penghilangan bayangan.
b. Untuk pelacakan dan perhitungan kendaraan
menggunakan algoritme Hungarian. Algoritme
Hungarian merupakan algoritme untuk
memecahkan masalah penugasan.
c. Dalam penelitian ini diperoleh tingkat akurasi
yaitu sebesar 77%.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ardhianto, E. and Hadikurniawati, W. (2013)
‘Implementasi Metode Image Subtracting dan
Metode Regionprops untuk Mendeteksi Jumlah
Objek Berwarna RGB pada File Video’, Jurnal
Teknologi Informasi DINAMIK, 18(2), pp. 91–
100.
[2] Sun, L., Ahlfors, S. P. and Hinrichs, H. (2016)
‘Removing Cardiac Artefacts in
Magnetoencephalography with Resampled
Moving Average Subtraction’, Brain
Topography. Springer US, 29(6), pp. 783–790.
doi: 10.1007/s10548-016-0513-3.
[3] Hidayati, Q. (2017) ‘Kendali Lampu Lalu Lintas
dengan Deteksi Kendaraan Menggunakan
Metode Blob Detection’, 6(2).
[4] Raid, A. M. et al. (2014) ‘Image Restoration
Based on Morphological Operations’,
International Journal of Computer Science,
Engineering and Information Technology
(IJCSEIT), 4(3), pp. 9–21. doi:
10.5121/ijcseit.2014.4302.
[5] Ye, Q., Xie, H. and Xu, Q. (2012) ‘Removing
Shadows From High-resolutiion Urban Aerial
Images Based On Color Constancy ’, ISPRS
Congress, XXXIX-B3(September), pp. 525–530.
[6] Yulistiana, M., Chaerani, D. and Lesmana, E.
(2015) ‘Penerapan Metode Hungarian dalam
Penentuan Penjadwalan Matakuliah Optimal
( Studi Kasus : Departemen Matematika 
Universitas Padjadjaran Semester Ganjil 2013-
2014 )’, 11(1), pp. 45–64.
[7] Sundoro, H. S. and Harjoko, A. (2016) ‘Vehicle
counting and vehicle speed measurement based
on video processing’, Journal of Theoretical and
Applied Information Technology, 84(2), pp. 233–
241.
[8] Dewantoro, A. K. et al. (2015) ‘Simulasi Dan
Analisis Sistem Penghitung Kepadatan Lalu
Lintas Dan Klasifikasi Kendaraan Berbasis
Webcam Dengan Metode Background
Subtraction’, 2(2), pp. 2833–2840.
[9] Ikhsanuddin, R. M. (2014) ‘Identifikasi Citra
Pada Plat Nomor Kendaraan Mobil Pribadi
Menggunakan Metode K-Nearest Neighbor’, pp.
1–7.
[10] Undan-undang Republik Indonesia nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
[11]Rai, I. G. et al. (2017) ‘Ekstraksi Fitur Warna ,
Tekstur dan Bentuk untuk Clustered-Based
Retrieval of Images ( CLUE )’, 16(April).
[12] Agung, I. G. R. (2016) ‘Ekstraksi Warna,
Tekstur, Dan Bentuk Untuk Image Retrieval’,
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan
Multimedia 2016, (2302–3805), p. 4.3-1-4.3-
6.

More Related Content

What's hot

Review paper
Review paperReview paper
Review paper
ananta200
 
Digital image processing
Digital image processingDigital image processing
Digital image processingDefri Tan
 
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
ym.ygrex@comp
 
Slide minggu 6 (citra digital)
Slide minggu 6 (citra digital)Slide minggu 6 (citra digital)
Slide minggu 6 (citra digital)
Setia Juli Irzal Ismail
 
Naskah%20 publikasi
Naskah%20 publikasiNaskah%20 publikasi
Naskah%20 publikasi
CahyaUPN97
 
Materi Pengantar Pengolahan Citra
Materi Pengantar Pengolahan CitraMateri Pengantar Pengolahan Citra
Materi Pengantar Pengolahan Citra
Nur Fadli Utomo
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scan
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scanppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scan
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scan
Nona Zesifa
 
LN s08-machine vision-s2
LN s08-machine vision-s2LN s08-machine vision-s2
LN s08-machine vision-s2
Binus Online Learning
 
Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)
Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)
Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)
Abdullah Azzam Al Haqqoni
 
Bab 2 pembentukan citra
Bab 2 pembentukan citraBab 2 pembentukan citra
Bab 2 pembentukan citra
Syafrizal
 
Bab 11 citra biner
Bab 11 citra binerBab 11 citra biner
Bab 11 citra biner
Syafrizal
 
Pengolahan Citra digital
Pengolahan Citra digitalPengolahan Citra digital
Pemanfaatan Stack Untuk Deteksi Gerakan
Pemanfaatan Stack Untuk Deteksi GerakanPemanfaatan Stack Untuk Deteksi Gerakan
Pemanfaatan Stack Untuk Deteksi Gerakan
Teady Matius
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
Nona Zesifa
 
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRI
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRIppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRI
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRI
Nona Zesifa
 

What's hot (19)

Review paper
Review paperReview paper
Review paper
 
Digital image processing
Digital image processingDigital image processing
Digital image processing
 
Pcd 5
Pcd 5Pcd 5
Pcd 5
 
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
 
Slide minggu 6 (citra digital)
Slide minggu 6 (citra digital)Slide minggu 6 (citra digital)
Slide minggu 6 (citra digital)
 
Naskah%20 publikasi
Naskah%20 publikasiNaskah%20 publikasi
Naskah%20 publikasi
 
Image processing
Image processingImage processing
Image processing
 
Materi Pengantar Pengolahan Citra
Materi Pengantar Pengolahan CitraMateri Pengantar Pengolahan Citra
Materi Pengantar Pengolahan Citra
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scan
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scanppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scan
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scan
 
LN s08-machine vision-s2
LN s08-machine vision-s2LN s08-machine vision-s2
LN s08-machine vision-s2
 
Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)
Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)
Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)
 
Bab 2 pembentukan citra
Bab 2 pembentukan citraBab 2 pembentukan citra
Bab 2 pembentukan citra
 
Bab 11 citra biner
Bab 11 citra binerBab 11 citra biner
Bab 11 citra biner
 
Pengolahan Citra digital
Pengolahan Citra digitalPengolahan Citra digital
Pengolahan Citra digital
 
Jenis-Jenis Format Citra
Jenis-Jenis Format CitraJenis-Jenis Format Citra
Jenis-Jenis Format Citra
 
Pemanfaatan Stack Untuk Deteksi Gerakan
Pemanfaatan Stack Untuk Deteksi GerakanPemanfaatan Stack Untuk Deteksi Gerakan
Pemanfaatan Stack Untuk Deteksi Gerakan
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
 
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRI
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRIppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRI
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRI
 
Kelompok11
Kelompok11Kelompok11
Kelompok11
 

Similar to Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan hungarian

Statistik Manifestasi
Statistik Manifestasi Statistik Manifestasi
Statistik Manifestasi
rindaaulutamii
 
5. jurnal jones pandiangan perancangan aplikasi segmentasi citra dengan metod...
5. jurnal jones pandiangan perancangan aplikasi segmentasi citra dengan metod...5. jurnal jones pandiangan perancangan aplikasi segmentasi citra dengan metod...
5. jurnal jones pandiangan perancangan aplikasi segmentasi citra dengan metod...
ym.ygrex@comp
 
12. jaka putra implementasi histogram equalization untuk perbaikan noise pad...
12. jaka putra  implementasi histogram equalization untuk perbaikan noise pad...12. jaka putra  implementasi histogram equalization untuk perbaikan noise pad...
12. jaka putra implementasi histogram equalization untuk perbaikan noise pad...
ym.ygrex@comp
 
Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15
Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15
Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15
Fazar Hidayat
 
Chap 3 - Dasar Pengolahan Citra
Chap 3 - Dasar Pengolahan CitraChap 3 - Dasar Pengolahan Citra
Chap 3 - Dasar Pengolahan Citra
Dhanar Intan Surya Saputra
 
Pertemuan 09 Penglihatan (Vision)
Pertemuan 09 Penglihatan (Vision)Pertemuan 09 Penglihatan (Vision)
Pertemuan 09 Penglihatan (Vision)
Endang Retnoningsih
 
Media sederhana
Media sederhanaMedia sederhana
Media sederhanaricardd87
 
Jurnal Article &lt;search>
Jurnal Article &lt;search>Jurnal Article &lt;search>
Jurnal Article &lt;search>
Deprilana Ego Prakasa
 
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7
Ririn Indahyani
 
Animasi 2D dan 3D KD: Memahami teknik rendering pada object 3d
Animasi 2D dan 3D KD: Memahami teknik rendering pada object 3dAnimasi 2D dan 3D KD: Memahami teknik rendering pada object 3d
Animasi 2D dan 3D KD: Memahami teknik rendering pada object 3d
MULTIMEDIA 'n BROADCASTING SMKN 1 PUNGGING MOJOKERTO
 
17._Memahami_teknik_rendering_pada_object_3d.pdf
17._Memahami_teknik_rendering_pada_object_3d.pdf17._Memahami_teknik_rendering_pada_object_3d.pdf
17._Memahami_teknik_rendering_pada_object_3d.pdf
Zainul Arifin
 
real time pada lampu lalu lintas
real time pada lampu lalu lintasreal time pada lampu lalu lintas
real time pada lampu lalu lintas
sudartisimatupang
 
Tugas UTS System Machine Vision
Tugas UTS System Machine VisionTugas UTS System Machine Vision
Tugas UTS System Machine VisionAlbertus Rianto
 
2 tadan83-106
2 tadan83-1062 tadan83-106
2 tadan83-106Alen Pepa
 
2. jurnal dessy purwandani implementasi metode gaussian smoothing untuk peng...
2. jurnal dessy purwandani  implementasi metode gaussian smoothing untuk peng...2. jurnal dessy purwandani  implementasi metode gaussian smoothing untuk peng...
2. jurnal dessy purwandani implementasi metode gaussian smoothing untuk peng...
ym.ygrex@comp
 
Aplikasi fotogrametri jarak dekat untuk pemodelan 3D
Aplikasi fotogrametri jarak dekat untuk pemodelan 3DAplikasi fotogrametri jarak dekat untuk pemodelan 3D
Aplikasi fotogrametri jarak dekat untuk pemodelan 3D
Anindya N. Rafitricia
 
PERT 1 - Citra.ppt
PERT 1 - Citra.pptPERT 1 - Citra.ppt
PERT 1 - Citra.ppt
ssuserbcb591
 
4. jurnal budi pradana implementasi metode low pass filtering untuk mereduks...
4. jurnal budi pradana  implementasi metode low pass filtering untuk mereduks...4. jurnal budi pradana  implementasi metode low pass filtering untuk mereduks...
4. jurnal budi pradana implementasi metode low pass filtering untuk mereduks...
ym.ygrex@comp
 
ASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdf
ASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdfASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdf
ASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdf
Dikywahyu5
 

Similar to Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan hungarian (20)

Statistik Manifestasi
Statistik Manifestasi Statistik Manifestasi
Statistik Manifestasi
 
9 f43e4d cd01
9 f43e4d cd019 f43e4d cd01
9 f43e4d cd01
 
5. jurnal jones pandiangan perancangan aplikasi segmentasi citra dengan metod...
5. jurnal jones pandiangan perancangan aplikasi segmentasi citra dengan metod...5. jurnal jones pandiangan perancangan aplikasi segmentasi citra dengan metod...
5. jurnal jones pandiangan perancangan aplikasi segmentasi citra dengan metod...
 
12. jaka putra implementasi histogram equalization untuk perbaikan noise pad...
12. jaka putra  implementasi histogram equalization untuk perbaikan noise pad...12. jaka putra  implementasi histogram equalization untuk perbaikan noise pad...
12. jaka putra implementasi histogram equalization untuk perbaikan noise pad...
 
Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15
Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15
Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15
 
Chap 3 - Dasar Pengolahan Citra
Chap 3 - Dasar Pengolahan CitraChap 3 - Dasar Pengolahan Citra
Chap 3 - Dasar Pengolahan Citra
 
Pertemuan 09 Penglihatan (Vision)
Pertemuan 09 Penglihatan (Vision)Pertemuan 09 Penglihatan (Vision)
Pertemuan 09 Penglihatan (Vision)
 
Media sederhana
Media sederhanaMedia sederhana
Media sederhana
 
Jurnal Article &lt;search>
Jurnal Article &lt;search>Jurnal Article &lt;search>
Jurnal Article &lt;search>
 
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7
 
Animasi 2D dan 3D KD: Memahami teknik rendering pada object 3d
Animasi 2D dan 3D KD: Memahami teknik rendering pada object 3dAnimasi 2D dan 3D KD: Memahami teknik rendering pada object 3d
Animasi 2D dan 3D KD: Memahami teknik rendering pada object 3d
 
17._Memahami_teknik_rendering_pada_object_3d.pdf
17._Memahami_teknik_rendering_pada_object_3d.pdf17._Memahami_teknik_rendering_pada_object_3d.pdf
17._Memahami_teknik_rendering_pada_object_3d.pdf
 
real time pada lampu lalu lintas
real time pada lampu lalu lintasreal time pada lampu lalu lintas
real time pada lampu lalu lintas
 
Tugas UTS System Machine Vision
Tugas UTS System Machine VisionTugas UTS System Machine Vision
Tugas UTS System Machine Vision
 
2 tadan83-106
2 tadan83-1062 tadan83-106
2 tadan83-106
 
2. jurnal dessy purwandani implementasi metode gaussian smoothing untuk peng...
2. jurnal dessy purwandani  implementasi metode gaussian smoothing untuk peng...2. jurnal dessy purwandani  implementasi metode gaussian smoothing untuk peng...
2. jurnal dessy purwandani implementasi metode gaussian smoothing untuk peng...
 
Aplikasi fotogrametri jarak dekat untuk pemodelan 3D
Aplikasi fotogrametri jarak dekat untuk pemodelan 3DAplikasi fotogrametri jarak dekat untuk pemodelan 3D
Aplikasi fotogrametri jarak dekat untuk pemodelan 3D
 
PERT 1 - Citra.ppt
PERT 1 - Citra.pptPERT 1 - Citra.ppt
PERT 1 - Citra.ppt
 
4. jurnal budi pradana implementasi metode low pass filtering untuk mereduks...
4. jurnal budi pradana  implementasi metode low pass filtering untuk mereduks...4. jurnal budi pradana  implementasi metode low pass filtering untuk mereduks...
4. jurnal budi pradana implementasi metode low pass filtering untuk mereduks...
 
ASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdf
ASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdfASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdf
ASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdf
 

Recently uploaded

M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdfM. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
AjrunAzhiima
 
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
subbidtekinfo813
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
Pemdes Wonoyoso
 
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdfKTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
khalisahumairahh
 
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.pptBAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
Ggproject
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
Pemdes Wonoyoso
 
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptxApa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
AssyifaFarahDiba1
 
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
renprogarksd3
 
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptxTugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
fauzandika
 
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptxMateri matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
BanjarMasin4
 
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffffLAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
acehirfan
 
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis JurnalA.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
Ekhwan2
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptxKanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
ssuser283069
 

Recently uploaded (13)

M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdfM. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
 
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdfKTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
 
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.pptBAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
 
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptxApa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
 
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
 
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptxTugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
 
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptxMateri matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
 
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffffLAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
 
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis JurnalA.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptxKanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
 

Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan hungarian

  • 1. DETEKSI, PELACAKAN DAN JUMLAH KENDARAAN DENGAN MOVING AVERAGE SUBTRACTION DAN HUNGARIAN Amran Swandy Simamora1) , Imelda Imelda2) 1,2 Program Studi Teknik Informatika,Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur 1,2 Jl. Raya Ciledug, Petukangan Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12260 Telp. (021) 5853753, Fax. (021) 5853752 E-mail : amransimamora540@gmail.com1) , imelda@budiluhur.ac.id2) ABSTRAK Selama ini Dinas Perhubungan melakukan perhitungan kendaraan dengan cara manual. Caranya dengan menugaskan petugas mengamati dan menghitung kendaraan yang melintas. Namun hasilnya masih banyak human error. Selain itu Dinas Perhubungan juga menggunakan alat detector untuk perhitungan kendaraan. Alat tersebut sudah membantu Dinas Perhubungan untuk me-monitoring keadaan jalur lalu lintas. Namun harga alat detector itu mahal sehingga Dinas Perhubungan masih menggunakan cara manual. Oleh karena itu dibutuhkan deteksi, pelacakan dan perhitungan kendaraan secara otomatis. Proses deteksi kendaraan menggunakan dua tahap, yaitu tahap pelatihan (training) dan pengujian. Tahap pelatihan (training) terdiri dari pra pemrosesan, segmentasi dengan moving average, dan ekstraksi ciri.Tahap pengujian terdiri dari pra pemrosesan, segmentasi, ekstraksi ciri, feature matching. Setelah itu lanjut ke tahap pelacakan (tracking) dengan algoritma hungarian dan perhitungan kendaraaan. Keistimewaan penelitian ini adalah deteksi kendaraannya menggunakan moving average subtraction, morphological operation, shadow removal, dan pada pelacakan dan perhitungan kendaraan menggunakan algoritma Hungarian. Akurasi tertinggi diperoleh pada kendaraan panjang yaitu 77%. Kata kunci : CCTV, Background Subtraction, Moving Average Subtraction, Morphological Operation, Shadow Removal, Algoritme Hungarian. 1. PENDAHULUAN Selama ini Dinas Perhubungan melakukan perhitungan kendaraan dengan cara menual. Cara manual ltersebut dilakukan dengan cara menugaskan petugas mengamati kendaraan yang melintas. Dengan cara tersebut mengakibatkan terjadinya human error sehingga tidak menghasilkan perhitungan yang tepat. Selain menghitung manual, Dinas Perhubungan juga menggunakan alat detector untuk menghitung kendaraan yang melintas di jalan raya. Penggunaan alat ini sudah memudahkan proses perhitungan dibandingkan dengan menghitung secara manual yang membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Namun menggunakan alat detector tersebut membutuhkan biaya yang sangat besar. Sehingga alat detector tersebut jarang digunakan. Proses perhitungan dilakukan untuk analisa pemberian atau pembagian waktu lampu lalu lintas pada setiap jalur lalu lintas DKI Jakarta. Penelitian [1] telah membahas Implementasi image subtraction dan metode regionprops untuk mendeteksi jumlah objek berwarna RGB pada file video. Hasil yang didapat dari pengimplementasian cara image subtraction dan pemanfaatan fungsi regionprops sampai hasil yang dicapai menunjukkan bahwa objek dengan kandungan warna pokok dapat terdeteksi jumlahnya. Penelitian [8] telah membahas background subtraction yang digunakan untuk mendeteksi gerakan objek. Background subtraction dapat menghitung kendaraan lalu lintas berdasarkan jenis kendaraan yang melintas di ruas jalan. Akurasi perhitungan kendaraan sebesar 90%. Kekurangannya adalah siang hari menimbulkan pantulan cahaya yang tinggi sehingga sistem mendeteksi tidak optimal. Penelitian [5] Shadow removal digunakan untuk menghilangkan bayangan. Keteguhan warna di eksplorasi menghilankan warna sebenarnya. Kekurangannya gambar tidak bisa di anggap sebagai gambar abu-abu. Dari beberapa penelitian terdahulu belum ada penelitian yang membahas tentang deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan metode Moving Average Subtraction dan algoritme Hungarian yang dapat bermanfaat untuk analytic lalu lintas. Oleh karena itu keistimewahan dari penelitian ini adalah dapat melakukan deteksi, pelacakan dan perhitungan kendaraan untuk melakukan analytic lalu lintas menggunakan metode moving average subtraction dan algoritme Hungarian.
  • 2. 2. DETEKSI KENDARAAN DENGAN MOVING AVERAGE SUBTRACTION, PELACAKAN DAN PERHITUNGAN KENDARAAN DENGAN ALGORITME HUNGARIAN Deteksi dan perhitungan kendaraaan secara otomatis menjadi salah satu solusi yang penting untuk membantu para petugas Dinas Perhubungan dalam melakukan perhitungan kendaraan di lintasan lalu lintas. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai pendeteksian dan perhitungan kendaraan dari sumber video. Data tersebut akan diperoleh dari kamera CCTV yang terpasang di persimpangan setiap jalan yang ada di DKI Jakarta. Gambar ilustrasi data input dapat ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1 Iustrasi Data Input Adapun aplikasi deteksi dan penghitung kendaraan secara otomatis pada program yang penulis akan buat memiliki proses-proses secara garis besar sebagai berikut. Gambar Alur proses dapat ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2 Alur Proses 2.1. Tahap Pelatihan (Training) Pada tahap pelatihan ini berguna untuk mendapatkan hasil gambar dari suatu video. Tahap pelatihan ini terdiri dari pra pemrosesan, segmentasi, dan ekstraksi ciri. 2.1.1. Pra Pemrosesan Pra pemrosesan ini berguna untuk normalisasi frame rate, frame pada setiap video akan disamakan menjadi 30 fps. Normalisasi video menggunakan software handbrike. 2.1.2. Segmentasi Segmentasi ini berguna untuk melakukan partisipasi citra menjadi wilayah-wilayah objek [9]. Tahap segmentasi merupakan proses yang cukup penting dalam suatu sistem pengenalan untuk mengenali karakter yang terdapat pada suatu citra di dalam video digital. Tahap Segmentasi terdiri dari moving average subtraction, morphological operation, shadow removal 2.1.2.1. Moving Average Subtraction Moving Average Subtraction adalah metode pengurangan template, dimana template terpisah dibuat untuk setiap kejadian artefak. Moving average memiliki waktu pemutakhiran latar belakang yang tepat dan panjang pergerakan yang tepat dapat dipilih dengan eksperimen sedemikian rupa sehingga benda yang bergerak dapat di deteksi dalam performa yang baik. Latar belakang akan memperbaharui benda dengan tepat dan segera mendeteksi benda bergerak dengan akurasi yang baik [2]. Gambar Moving Average Subtraction dapat ditunjukkan pada Gambar 3
  • 3. Gambar 3 Moving Average Subtraction 2.1.2.2. Morphological Operation Dalam pemrosesan citra hasil yang diharapkan diperoleh berdasarkan bentuk atau struktur citra asal. Lebih lanjut dikatakan bahwa morfologi senantiasa berkaitan dengan proses ketetanggan, yang terbentuk dari blok nilai biner, satu dan nol. Lebih lanjut lagi, proses morfologi suatu citra merupakan kumpulan operasi nonlinier yang berkaitan dengan bentuk atau morfologi dalam suatu citra [3]. Hasil operasi morfologi dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan dengan analisa lebih lanjut. Ada dua operator morfologi operasi dasar yaitu dilasi dan erosi. 2.1.2.2.1. Erosi Proses erosi sama seperti pelebaran, namun pikselnya diubah menjadi putih bukan hitam. Itu dua input utama untuk operator erosi adalah gambar yang akan ditipiskan dan satu set titik koordinat yang dikenal sebagai elemen penataan yang mendefenisikan kernel [4]. Persamaan erosi dapat ditunjukkan pada Persamaan 1. (1) Variabel A adalah gambar A, variabel B adalah elemen penataan B, menyatakan bahwa A adalah erosi dari B dan menyatakan bahwa komplement dari A. 2.1.2.2.2. Dilasi Proses elemen penataan B pada gambar A dan memindahkannya melintasi dengan cara seperti konvolusi (dilibatkan dalam operasi ketetanggaan piksel) didefinisikan sebagai operasi pelebaran. Dua input utama untuk operator pelebaran adalah gambar yang akan dilebarkan dan satu set titik koordinat yang dikenal sebagai elemen penataan yang juga di defenisikan sebagai kernel [4]. Persamaan dilasi dapat ditunjukkan pada Persamaan 2. (2) Variabel A adalah gambar A, variabel B adalah elemen penataan B, menyatakan bahwa refleksi dari penataan B. Gambar morphological operation dapat ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 4 Morphological Operation 2.1.2.2.3. Shadow removal Shadow removal adalah mengubah kondisi iluminasi tidak standar menjadi standar dan menentukan nilai abu-abu dalan standar. Jadi kuncinya adalah memperkirankan kondisi sumber cahaya standar. (3) Dimana e adalah nilai sumber cahaya dari satu scene saat ini, f adalah nilai abu-abu dari masing-masing band gamar, dan k adalah faktor skala. Dan p adalah parameter eksponensial dari norma, itu bisa menjadi bilangan bulat. P menentukan berat setiap nilai abu- abu pada sumber cahaya yang diperkirakan. Semakin banyak efek dari piksel kecerahaan tinggi. Nilai p yang lebih kecil, bobot piksel kecerahaan berbeda lebih besar [5]. Gambar shadow removal dapat ditunjukkan pada Gambar 5.
  • 4. Gambar 5. Shadow removal 2.1.3. Ekstraksi Ciri Ekstraksi ciri berguna untuk mengukur besaran kwantitatif ciri di setiap piksel dari sebuah citra [2]. Pada penelitian ini menggunakan ektraksi ciri tekstur dan ekstraksi ciri bentuk. Ekstraksi ciri tekstur merupakan informasi berupa susunan struktur permukaan suatu gambar. Citra warna dirubah menjadi citra grayscale dan masing-masing nilai dari RGB citra dirubah menjadi abu-abu dengan menggunakan rumus dari persamaan 3: Keabuan = 0.2989 * R + 0.5870 * G + 0.1140 * B (3) Ekstraksi ciri bentuk adalah menemukan bagian pada citra yang mengalami perubahan intensitas secara drastis [11]. Ekstraksi ciri bentuk dikategorikan bergantung pada teknik yang digunakan. Katergori tersebut adalah berdasarkan batas (boundary). Berdasarkan batas (boundary) menggambarkan bentuk daerah dengan menggunakan karakteristik ekxternal, contohnya adalah piksel sepajang batas objek [12]. Tahap ekstraksi ciri adalah tahap untuk mengurangi dimensi hiperspektral untuk menjaga variabel-variabel yang digunakan untuk proses perhitungan kendaraan. Ciri-ciri objek meliputi: width_frame (WF), heigth_frame (HF), width_ Contour (WC), hight_Contour (HC), xContour (XC), yContour(YC), sensorwidth (SW), areaBoundary, HeightInFullFrame(HIF), HeigthSurplus (HS), y1Vehicle (Y1), y2Vehicle (Y2), AspectRatioHeight (ARH), LengthVehicle, maxLengthLV. Sensorwidth (SW) sama dengan istilah boundary. AreaBoundary adalah area batas dapat ditunjukkan pada persamaan (4). HeightInFullFrame(HIF) berguna untuk mengetahui tinggi dalam frame penuh. HIF dapat di tunjukkan pada persamaan (5). HeigthSurplus (HS) dapat ditunjukkan pada persamaan (6), y1Vehicle (Y1) dimana ukuran veritikal y1 pada objek yang terdeteksi dapat ditunjukkan pada persamaan (7), y2Vehicle (Y2) dimana ukuran veritikal y2 pada objek yang terdeteksi dapat ditujukkan pada persamaan (8). AspectRatioHeight (ARH) adalah aspek rasio dari lebar dan tinggi objek deteksi. ARH dapat ditunjukkan pada persamaan (9). LengthVehicle adalah panjang kendaraan. MaxLengthLV adalah maksimal panjang kendaraan. VehilceDetection merupakan variabel yang menampung jumlah kendaraan. areaBoundary = WC * HC (4) HeigthInFullFrame = (WF * 2.0) / 3 (5) HeigthSurplus = (HIF – HF) / 2 (6) y1Vehicle = (HF + HS) – (YC+HC) (7) y2Vehicle = (HF+HS) – YC (8) AspectRatioHeigth = (SW / WF ) * HIF (9) Algoritme 1 digunakan untuk menentukan kendaraan panjang dan sedang. Jika LengthVehicle lebih kecil sama dengan maxLengthLV maka VehicleDetection sama dengan LV (Kendaraan Sedang). Jika LengthVehicle lebih besar sama dengan maxLengthLV maka VehicleDetection sama dengan HV (Kendaraan panjang). Algoritme 1 Deteksi Kendaraan if LengthVehicle <= maxLengthLV: VehicleDetection = "LV" color = colorLV
  • 5. else: VehicleDetection = "HV" color = colorHV 2.2. Tahap Pengujian Tahap pengujian dilakukan untuk menguji hasil gambar dari tahap pelatihan. Tahap pengujian terdiri dari pra pemrosesan, segmentasi dan ekstraksi ciri. Pada tahap pengujian digunakan 36 kendaraan sedang dan 4 untuk kendaraan panjang. Gambar kendaraan sedang dan kendaraan panjang dapat ditunjukkan pada Gambar 6 dan 7. Gambar 6 Kendaraan Sedang Gambar 7 Kendaraan Panjang 2.2.1. Pra Pemrosesan Proses yang dilakukan pada tahap ini sama dengan tahap pra pemrosesan yang ada pada tahap pelatihan 2.2.2. Segmetasi Pada tahap segmentasi ini proses yang dilakukan pada tahap ini sama dengan tahap segmentasi yang ada pada tahap Pelatihan [9]. Tahap segmentasi ini terdiri dari moving average subtraction, morphological operation, shadow removal. 2.2.2.1. Moving average subtraction Moving average subtraction adalah metode pengurangan template, dimana template terpisah dibuat untuk setiap kejadian artefak. Moving average memiliki waktu pemutakhiran latar belakang yang tepat dan panjang pergerakan yang tepat dapat dipilih dengan eksperimen sedemikian rupa sehingga benda yang bergerak dapat di deteksi dalam performa yang baik. Latar belakang akan memperbaharui benda dengan tepat dan segera mendeteksi benda bergerak dengan akurasi yang baik [2]. Gambar Moving Average Subtraction dapat di tunjukkan pada Gambar 3. 2.2.2.2. Morphological operation Dalam pemrosesan citra hasil yang diharapkan diperoleh berdasarkan bentuk atau struktur citra asal. Lebih lanjut dikatakan bahwa morfologi senantiasa berkaitan dengan proses ketetanggan, yang terbentuk dari blok nilai biner, satu dan nol. Lebih lanjut lagi, proses morfologi suatu citra merupakan kumpulan operasi nonlinier yang berkaitan dengan bentuk atau morfologi dalam suatu citra [3]. Hasil operasi morfologi dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan dengan analisa lebih lanjut. Ada dua operator morfologi operasi dasar yaitu dilasi dan erosi. 2.2.2.2.1. Erosi Proses erosi sama seperti pelebaran, namun pikselnya diubah menjadi putih bukan hitam. Itu dua input utama untuk operator erosi adalah gambar yang akan ditipiskan dan satu set titik koordinat yang dikenal sebagai elemen penataan yang mendefenisikan kernel
  • 6. [4]. Persamaan Erosi dapat ditujukkan pada Persamaan 1. 2.2.2.2.2. Dilasi Proses elemen penataan B pada gambar A dan memindahkannya melintasi dengan cara seperti konvolusi (dilibatkan dalam operasi ketetanggaan piksel) didefinisikan sebagai operasi pelebaran. Dua input utama untuk operator pelebaran adalah gambar yang akan dilebarkan dan satu set titik koordinat yang dikenal sebagai elemen penataan yang juga di defenisikan sebagai kernel [4]. Persamaan Dilasi dapat ditujukkan pada Persamaan 2. Gambar Morphological Operation dapat ditunjukan pada Gambar 4. 2.2.2.2.3. Shadow removal Shadow removal adalah mengubah kondisi iluminasi tidak standar menjadi standar dan menentukan nilai abu-abu dalan standar. Jadi kuncinya adalah memperkirankan kondisi sumber cahaya standar[5]. Persamaan Shadow removal dapat ditunjukkan pada Persamaan 3 dan gambar dapat ditunjukkan pada Gambar 5. 2.2.3. Ekstrasi Ciri Pada tahap ekstraksi ciri sama dengan tahap ekstraksi ciri pada tahap pelatihan. 2.3. Feature Matching Pada tahap Feature Matching berguna untuk mencocokan hasil gambar dari tahap pelatihan dengan tahap pengujian. 2.4. Pelacakan (Tracking) Pada tahap Pelacakan (Tracking) kendaraan ditentukan di daerah yang di tentukan. Pelacakan menggunakan algoritme hungarian. 2.4.1. Algoritme hungarian Algoritme Hungarian merupakan algoritma untuk memecahkan masalah penugasan yang didasarkan pada karya D. Konig dan J. Egervary [6]. 2.4.2. Hitung Kendaraan Pada tahap hitung kendaraan dilakukan setelah tahap pelatihan (Training), tahap pengujian, feature matching dan pelacakan. Hitung kendaraan dilakukan dengan cara deteksi kendaraan dari ROI (Region of Interest). Dari garis awal di deteksi dan di garis akhir di lakukan perhitungan kendaraan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Implementasi Agar deteksi, pelacakan dan perhitungan kendaraan ini dapat berjalan dengan baik dan sesuai yang diharapkan maka spesifikasi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang di pakai untuk implementasi ini juga harus mendukung. 3.2. Tampilan Layar 3.2.1. Halaman Awal Aplikasi Pada groupbox Input video terdapat chose file untuk video masukkan, mode video terdapat checkbox tampikan boundary, tampilkan ROI dan tampilkan shadow removal. Pada background subtraction terdapat moving average subtraction. Data input kamera terdapat ketinggian kamera, sudut kamera , FPS, dan fokus yang dinput manual. Pada dimensi kendaraan di input berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 22 tahun 2009 [10] untuk kendaraan sedang dimensi kendaraan adalah tinggi 1,3 m, lebar 2,1 m, panjang 5,8 m dan untuk kendaraan panjang dimensinya adalah tinggi 4,1 m, lebar 2,6 m, panjang 12,1 m. Dan ROI dinput oleh user berdasarkan video yang akan di jalankan. Gambar halaman awal dapat ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar 8 Halaman Awal 3.2.2. Halaman Proses
  • 7. Pada halaman proses dimana proses deteksi dan perhitungan kendaraan dilakukan. Gambar halaman proses dapat ditunjukkan pada Gambar 9. Gambar 9 Halaman Awal 3.3. Tabel Pengujian Pengujian ini berguna untuk mendapatkan hasil perhitungan kendaraan. Pengujian ini menggunakan Confusion Matrik [7]. Tabel hasil pengujian dapat ditunjukkan padaTabel 1. (10) 1) True Positive (TP) = sebuah kendaraan terdeteksi di kondisi nyata dan dinyatakan sebagai kendaraan di aplikasi. 2) False Positive (FP) = tidak ada kendaraan terdeteksi dalam kondisi nyata namun nyatakan kendaraan di aplikasi. 3) True Negative (TN) = tidak ada kendaraan terdeteksi dalam kondisi nyata dan bukan pada aplikasi. 4) False Negative (FN) = kendaraan terdeteksi di kondisi nyata namun tidak dinyatakan kendaraan pada aplikasi. Tabel 1 Hasil Akurasi Nama Video Layur Kebopala Pejaten Kendaraan Sedang TN 0 0 0 TP 23 41 4 FN 13 18 21 FP 0 0 0 Akurasi 63% 69% 19% Kendaraan Panjang TN 0 0 0 TP 6 7 4 FN 3 2 3 FP 0 0 0 Akurasi 66% 77% 57% Pada pengujian ini menggunakan contoh video layur.avi Akurasi Kendaraan Sedang pada Layur Akurasi Kendaraan Panjang pada Layur 4. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan pada deteksi kendaraan menggunakan Moving Average Subtraction, pelacakan dan perhitungan kendaran menggunakan algoritme Hungarian dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Dalam pendeteksian objek menggunakan metode Moving Average Subtraction sehingga dapat mendeteksi kendaraan secara cepat. Dan menggunakan morphological operatioan untuk mengumpulkan operasi nonlinier yang berkaitan dengan bentuk atau morfologi suatu citra. Dan menggunakan shadow removal untuk penghilangan bayangan. b. Untuk pelacakan dan perhitungan kendaraan menggunakan algoritme Hungarian. Algoritme Hungarian merupakan algoritme untuk memecahkan masalah penugasan. c. Dalam penelitian ini diperoleh tingkat akurasi yaitu sebesar 77%. DAFTAR PUSTAKA [1] Ardhianto, E. and Hadikurniawati, W. (2013) ‘Implementasi Metode Image Subtracting dan Metode Regionprops untuk Mendeteksi Jumlah Objek Berwarna RGB pada File Video’, Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK, 18(2), pp. 91– 100. [2] Sun, L., Ahlfors, S. P. and Hinrichs, H. (2016) ‘Removing Cardiac Artefacts in Magnetoencephalography with Resampled Moving Average Subtraction’, Brain Topography. Springer US, 29(6), pp. 783–790. doi: 10.1007/s10548-016-0513-3. [3] Hidayati, Q. (2017) ‘Kendali Lampu Lalu Lintas dengan Deteksi Kendaraan Menggunakan Metode Blob Detection’, 6(2). [4] Raid, A. M. et al. (2014) ‘Image Restoration Based on Morphological Operations’, International Journal of Computer Science, Engineering and Information Technology
  • 8. (IJCSEIT), 4(3), pp. 9–21. doi: 10.5121/ijcseit.2014.4302. [5] Ye, Q., Xie, H. and Xu, Q. (2012) ‘Removing Shadows From High-resolutiion Urban Aerial Images Based On Color Constancy ’, ISPRS Congress, XXXIX-B3(September), pp. 525–530. [6] Yulistiana, M., Chaerani, D. and Lesmana, E. (2015) ‘Penerapan Metode Hungarian dalam Penentuan Penjadwalan Matakuliah Optimal ( Studi Kasus : Departemen Matematika  Universitas Padjadjaran Semester Ganjil 2013- 2014 )’, 11(1), pp. 45–64. [7] Sundoro, H. S. and Harjoko, A. (2016) ‘Vehicle counting and vehicle speed measurement based on video processing’, Journal of Theoretical and Applied Information Technology, 84(2), pp. 233– 241. [8] Dewantoro, A. K. et al. (2015) ‘Simulasi Dan Analisis Sistem Penghitung Kepadatan Lalu Lintas Dan Klasifikasi Kendaraan Berbasis Webcam Dengan Metode Background Subtraction’, 2(2), pp. 2833–2840. [9] Ikhsanuddin, R. M. (2014) ‘Identifikasi Citra Pada Plat Nomor Kendaraan Mobil Pribadi Menggunakan Metode K-Nearest Neighbor’, pp. 1–7. [10] Undan-undang Republik Indonesia nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. [11]Rai, I. G. et al. (2017) ‘Ekstraksi Fitur Warna , Tekstur dan Bentuk untuk Clustered-Based Retrieval of Images ( CLUE )’, 16(April). [12] Agung, I. G. R. (2016) ‘Ekstraksi Warna, Tekstur, Dan Bentuk Untuk Image Retrieval’, Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2016, (2302–3805), p. 4.3-1-4.3- 6.