Sebuah Metamorfosa



     D         an kemudian...*hening*, hanya terdengar suara gemericik air

               yang mengalir. Di malam yang sunyi, sebuah jemari menggoreskan

tinta di atas kertas putih, kemudian ia merenung akan masa. Waktu berjalan

sangat cepat, sebuah metamorfosa dalam dirinya yang begitu mendalam. Ia

tumbuh dengan lincahnya, dikelilingi orang-orang hebat di sekitarnya, dan

berharap ia pun akan menjadi orang hebat kelak nantinya. Ia dibina,

ditempa, bahkan terkadang sakit terasa dalam seonggok hatinya. Tapi itu

semua kecil, dibanding dengan apa yang didapatnya. Ya, disinilah ia dapatkan

itu semua !!

     Ikhwah... ukhuwah itu nikmat, ukhuwah itu indah, ukhuwah itu cinta,

ukhuwah itu... ahh, terlalu panjang memaknai kata ukhuwah. Bersama mereka

bercerita, bersama mereka berbagi, bersama mereka menangis, bersama

mereka tertawa, dan masih banyak yang bisa dilakukan bersama mereka.

Sandaran hatinya ketika galau ya berbagi bersama mereka. Seperti bagian

tubuh yang salah satunya sakit, maka bagian tubuh yang lain pun akan ikut

merasakannya. Bahkan terkadang taqliful qulub itu kuat sekali, apa yang

dirasakan saudaranya bisa ia rasakan. Subhanallah... Allah Maha Membolak-

Balikkan Hati makhluk-Nya. Ukhuwah bisa dibilang bagai bangunan yang

kokoh, di sini saling menguatkan dan mengokohkan. Maka kesendirian pun

menjadi terkikis.

     Pertanyaannya adalah sudah sejauh mana kita mengenal saudara-

saudara kita? Sedekat apakah kita dengan mereka? Sudah tahukah tahapan-

tahapannya ketika bisa mengenal saudara kita? Ya, pertama adalah ta’aruf.

Bagaimana kita berkenalan dengan saudara kita tidak hanya dari fisiknya

saja, tetapi juga menyangkut latar belakang pendidikannya, budaya,

keagamaan. Kedua yaitu tafahum, bagaimana memahami karakter yang ada

pada dirinya. Saling memahami kelebihan dan kekurangan, kekuatan dan


Al-Izzah                                                               Page 1
Sebuah Metamorfosa


kelemahan masing-masing, sehingga segala bentuk kesalahfahaman dapat

dihindari. Jangan hanya ingin difahami saja, tetapi di sini juga dituntut

untuk bisa memahami saudaranya yang lain. Bisa memahami saudaranya

dengan baik adalah suatu kepuasan tersendiri bagi dirinya, karena dengan

begitu, ia bisa melakukan apa yang diinginkan saudaranya. Di sinilah sikap

itsar (mendahulukan kepentingan saudaranya) diwajibkan, kecuali untuk

beribadah. Tidak ada kata itsar dalam beribadah. Ketiga yaitu ta’awun,

saling tolong menolong. Sudah sepatutnya sesama muslim harus saling tolong

menolong, tapi ingat hanya tolong menolong dalam hal kebaikan. Dan tahapan

yang terakhir adalah takaful yaitu saling memberikan jaminan, sehingga

menimbulkan rasa aman, tidak ada rasa kekhawatiran.

     Ukhuwah yang terbangun menjadi pondasi kuat untuk bisa mencapai

satu tujuan yang sama, satu VISI itu. Dan seorang teladan yang menjadi

salah satu motivatornya untuk menjadi lebih baik lagi sudah pasti sebagai

refleksi dirinya kelak akan membangun VISI itu bersama-sama. Sulit

memang ketika tidak bisa menutupi pondasi yang berlubang, namun dengan

beramal jama’i semua akan bisa teratasi. Dan ketika hanya seorang diri, onak

dan duri itu akan terasa lebih beratnya ikhwah.... Itulah kenapa dakwah itu

harus beramal jama’i, karena dakwah itu sulit. Dan bersyukurlah masih bisa

merasakan pahitnya, getirnya berdakwah, namun sungguh manisnya luar

biasa pada akhir perjuangannya.

     Sebuah cerminan dirinya ketika mengingat 2 tahun lalu. Dengan

semangatnya yang menggebu memasuki kampus hijau nan asri ini *katanya*.

Memasuki gerbang ilmu di bangku perkuliahan, sebuah amanah yang tidak

bisa dielakkan, dan keinginannya pun kuat untuk menimba ilmu di kota kecil

ini. Masih teringat jelas suasana itu, ketika suara itu menggemparkan audit,

seketika terasa bergetar dalam relung hatinya, merinding menghinggap


Al-Izzah                                                              Page 2
Sebuah Metamorfosa


dalam bulu romanya, dan seketika air bening itu mengalir begitu saja. Dan

saat itu pula, terpancang janji masa depan itu !! Janji dengan Allah Azza wa

Jalla. Allahu Akbar, merasakan energi yang luar biasa masuk dalam jiwanya.

Ya, memang benar kata orang *kalau sudah cinta, apapun dilakukan

untuknya*. Tak terasa 2 tahun berproses di sini, belajar memaknai hidup

yang sesungguhnya, dan sampai saat ini pun ia masih terus belajar, belajar,

dan belajar, dengan siapa pun, di mana pun, kapan pun, dan belajar apapun

itu. Dan pada akhirnya ia hanya bisa meluruskan niat, bekerja keras, berpikir

cerdas, dan berusaha berhati ikhlas, karena sesungguhnya Dia lah yang

Maha Menentukan. Hingga orang tuanya bahagia mendengarnya dan bisa

merasakan kesuksesan yang telah diraihnya.



*Nuansa bening itu tidak ingin dihapus dalam beningnya prasangka, dan
biarlah menjadi bening hingga indah pada waktunya...:)*

Semoga bermanfaat 




Al-Izzah                                                               Page 3

Dan kemudian...hening

  • 1.
    Sebuah Metamorfosa D an kemudian...*hening*, hanya terdengar suara gemericik air yang mengalir. Di malam yang sunyi, sebuah jemari menggoreskan tinta di atas kertas putih, kemudian ia merenung akan masa. Waktu berjalan sangat cepat, sebuah metamorfosa dalam dirinya yang begitu mendalam. Ia tumbuh dengan lincahnya, dikelilingi orang-orang hebat di sekitarnya, dan berharap ia pun akan menjadi orang hebat kelak nantinya. Ia dibina, ditempa, bahkan terkadang sakit terasa dalam seonggok hatinya. Tapi itu semua kecil, dibanding dengan apa yang didapatnya. Ya, disinilah ia dapatkan itu semua !! Ikhwah... ukhuwah itu nikmat, ukhuwah itu indah, ukhuwah itu cinta, ukhuwah itu... ahh, terlalu panjang memaknai kata ukhuwah. Bersama mereka bercerita, bersama mereka berbagi, bersama mereka menangis, bersama mereka tertawa, dan masih banyak yang bisa dilakukan bersama mereka. Sandaran hatinya ketika galau ya berbagi bersama mereka. Seperti bagian tubuh yang salah satunya sakit, maka bagian tubuh yang lain pun akan ikut merasakannya. Bahkan terkadang taqliful qulub itu kuat sekali, apa yang dirasakan saudaranya bisa ia rasakan. Subhanallah... Allah Maha Membolak- Balikkan Hati makhluk-Nya. Ukhuwah bisa dibilang bagai bangunan yang kokoh, di sini saling menguatkan dan mengokohkan. Maka kesendirian pun menjadi terkikis. Pertanyaannya adalah sudah sejauh mana kita mengenal saudara- saudara kita? Sedekat apakah kita dengan mereka? Sudah tahukah tahapan- tahapannya ketika bisa mengenal saudara kita? Ya, pertama adalah ta’aruf. Bagaimana kita berkenalan dengan saudara kita tidak hanya dari fisiknya saja, tetapi juga menyangkut latar belakang pendidikannya, budaya, keagamaan. Kedua yaitu tafahum, bagaimana memahami karakter yang ada pada dirinya. Saling memahami kelebihan dan kekurangan, kekuatan dan Al-Izzah Page 1
  • 2.
    Sebuah Metamorfosa kelemahan masing-masing,sehingga segala bentuk kesalahfahaman dapat dihindari. Jangan hanya ingin difahami saja, tetapi di sini juga dituntut untuk bisa memahami saudaranya yang lain. Bisa memahami saudaranya dengan baik adalah suatu kepuasan tersendiri bagi dirinya, karena dengan begitu, ia bisa melakukan apa yang diinginkan saudaranya. Di sinilah sikap itsar (mendahulukan kepentingan saudaranya) diwajibkan, kecuali untuk beribadah. Tidak ada kata itsar dalam beribadah. Ketiga yaitu ta’awun, saling tolong menolong. Sudah sepatutnya sesama muslim harus saling tolong menolong, tapi ingat hanya tolong menolong dalam hal kebaikan. Dan tahapan yang terakhir adalah takaful yaitu saling memberikan jaminan, sehingga menimbulkan rasa aman, tidak ada rasa kekhawatiran. Ukhuwah yang terbangun menjadi pondasi kuat untuk bisa mencapai satu tujuan yang sama, satu VISI itu. Dan seorang teladan yang menjadi salah satu motivatornya untuk menjadi lebih baik lagi sudah pasti sebagai refleksi dirinya kelak akan membangun VISI itu bersama-sama. Sulit memang ketika tidak bisa menutupi pondasi yang berlubang, namun dengan beramal jama’i semua akan bisa teratasi. Dan ketika hanya seorang diri, onak dan duri itu akan terasa lebih beratnya ikhwah.... Itulah kenapa dakwah itu harus beramal jama’i, karena dakwah itu sulit. Dan bersyukurlah masih bisa merasakan pahitnya, getirnya berdakwah, namun sungguh manisnya luar biasa pada akhir perjuangannya. Sebuah cerminan dirinya ketika mengingat 2 tahun lalu. Dengan semangatnya yang menggebu memasuki kampus hijau nan asri ini *katanya*. Memasuki gerbang ilmu di bangku perkuliahan, sebuah amanah yang tidak bisa dielakkan, dan keinginannya pun kuat untuk menimba ilmu di kota kecil ini. Masih teringat jelas suasana itu, ketika suara itu menggemparkan audit, seketika terasa bergetar dalam relung hatinya, merinding menghinggap Al-Izzah Page 2
  • 3.
    Sebuah Metamorfosa dalam buluromanya, dan seketika air bening itu mengalir begitu saja. Dan saat itu pula, terpancang janji masa depan itu !! Janji dengan Allah Azza wa Jalla. Allahu Akbar, merasakan energi yang luar biasa masuk dalam jiwanya. Ya, memang benar kata orang *kalau sudah cinta, apapun dilakukan untuknya*. Tak terasa 2 tahun berproses di sini, belajar memaknai hidup yang sesungguhnya, dan sampai saat ini pun ia masih terus belajar, belajar, dan belajar, dengan siapa pun, di mana pun, kapan pun, dan belajar apapun itu. Dan pada akhirnya ia hanya bisa meluruskan niat, bekerja keras, berpikir cerdas, dan berusaha berhati ikhlas, karena sesungguhnya Dia lah yang Maha Menentukan. Hingga orang tuanya bahagia mendengarnya dan bisa merasakan kesuksesan yang telah diraihnya. *Nuansa bening itu tidak ingin dihapus dalam beningnya prasangka, dan biarlah menjadi bening hingga indah pada waktunya...:)* Semoga bermanfaat  Al-Izzah Page 3