Mata pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan menyusun Rencana Aksi RB Nasional sesuai tema melalui pembelajaran identifikasi permasalahan RB tingkat nasional, penetapan area perubahan dan penyusunan Rencana Aksi RB Nasional. Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah, diskusi interaktif, pembimbingan dan penulisan. Keberhasilan peserta dinilai dari kemampuan dalam menyusun Rencana Aksi RB Nasional.
#RLAXIII
Merupakan bahan ajar atau materi yang disampaikan oleh Tim Pengajar dan Fasilitator untuk mempersiapkan peserta Reform Leader Academy (RLA) Angkatan XIII menyusun Rencana Aksi Reformasi Birokrasi Instansional (RBI), sekaligus mempersiapkan bahan seminar RBI pada tanggal 29 Agustus 2018.
Mata pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan menyusun Rencana Aksi RB Nasional sesuai tema melalui pembelajaran identifikasi permasalahan RB tingkat nasional, penetapan area perubahan dan penyusunan Rencana Aksi RB Nasional. Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah, diskusi interaktif, pembimbingan dan penulisan. Keberhasilan peserta dinilai dari kemampuan dalam menyusun Rencana Aksi RB Nasional.
#RLAXIII
Merupakan bahan ajar atau materi yang disampaikan oleh Tim Pengajar dan Fasilitator untuk mempersiapkan peserta Reform Leader Academy (RLA) Angkatan XIII menyusun Rencana Aksi Reformasi Birokrasi Instansional (RBI), sekaligus mempersiapkan bahan seminar RBI pada tanggal 29 Agustus 2018.
KPI sebagai alat ukuran pengontrol, misalnya hasil produksi per jam, volume penjualan setiap area, tingkat persediaan dan sebagainya.
Menunjukkan apa yang akan diukur, bukan berapa banyak atau kearah mana.
Karena itu memberikan suatu ukuran bukan sasaran atau standar yang sebenarnya.
Indikator umumnya praktis dan feasible (layak) agar mudah dikenal serta monitor terhadap keberhasilan.
Berarti indikator merupakan fakta berdasarkan data & kondisi di lapangan, bukan mengada-ada.
Perbedaan mendasar antara pengawasan dan pengendalian adalah pengawasan dapat dilakukan secara periodik (berkala) sedang pengendalian harus dilakukan setiap saat dan melakukan tindak lanjut
Materi pengendalian kegiatan pelatihan kepemimpinan pengawasFatihElluqmani
Setelah mengikuti pembelajaran ini, Bapak dan Ibu diharapkan mampu mengendalikan pelaksanaan kegiatan dalam menjalankan tugas dan fungsi jabatannya dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai pemimpin jenjang pengawas sehingga mampu memberikan pelayanan yang optimal.
Reformasi Birokrasi perlu dilakukan penilaian dengan lat yang sama dan seragam sehingga keberhasilan atau ketidakberhasilan instansi pemerintah dalam melaksanakan reformasi birokrasi dapat diukur, bukan sekedar klaim sepihak.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
KPI sebagai alat ukuran pengontrol, misalnya hasil produksi per jam, volume penjualan setiap area, tingkat persediaan dan sebagainya.
Menunjukkan apa yang akan diukur, bukan berapa banyak atau kearah mana.
Karena itu memberikan suatu ukuran bukan sasaran atau standar yang sebenarnya.
Indikator umumnya praktis dan feasible (layak) agar mudah dikenal serta monitor terhadap keberhasilan.
Berarti indikator merupakan fakta berdasarkan data & kondisi di lapangan, bukan mengada-ada.
Perbedaan mendasar antara pengawasan dan pengendalian adalah pengawasan dapat dilakukan secara periodik (berkala) sedang pengendalian harus dilakukan setiap saat dan melakukan tindak lanjut
Materi pengendalian kegiatan pelatihan kepemimpinan pengawasFatihElluqmani
Setelah mengikuti pembelajaran ini, Bapak dan Ibu diharapkan mampu mengendalikan pelaksanaan kegiatan dalam menjalankan tugas dan fungsi jabatannya dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai pemimpin jenjang pengawas sehingga mampu memberikan pelayanan yang optimal.
Reformasi Birokrasi perlu dilakukan penilaian dengan lat yang sama dan seragam sehingga keberhasilan atau ketidakberhasilan instansi pemerintah dalam melaksanakan reformasi birokrasi dapat diukur, bukan sekedar klaim sepihak.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
3. Bagaimana Instansi mewujudkan
praktek tatakelola unit kerja organisasi
yang bersih dan bebas dari KKN melalui
Kepatuhan dalam Pengelolaan
Keuangan dan Implementasi Sistem
Pencegahan terjadinya penyimpangan/
penyalahgunaan wewenang
Bagaimana Instansi
meningkatkan efisiensi dan
efektivitas proses bisnis, sistem
kerja dan transparansi kepada
publik berbasis TIK
Bagaimana Instansi
mewujudkan perubahan
secara sistematis dan
konsisten : komitmen, pola
pikir (mind set), serta budaya
kerja (culture set) seluruh
individu unit kerja yang
dibangun, menjadi lebih baik
(budaya integritas, budaya
kinerja, budaya melayani )
Bagaimana Instansi
meningkatkan kualitas
implementasi sistem
manajemen SDM dan
mewujudkan profesionalisme
SDM aparatur
Bagaimana Instansi mewujudkan budaya
kinerja dan capaian kinerja organisasi secara
berjenjang melalui implementasi manajemen
kinerja organisasi (SAKIP)
Bagaimana Instansi meningkatkan kualitas
dan inovasi pelayanan publik pemerintah
secara berkala sesuai kebutuhan dan
harapan masyarakat
Bagaimana Instansi mewujudkan
organisasi yang efektif dan efisien,
berbasis kinerja, tepat fungsi, ukuran dan
proses
Bagaimana Instansi menata
peraturan perundang-
undangannya agar tidak
tumpang tindih dan update
4.
5. Tim RB Pusat
Pokja/Area
Perubahan I
Tim RB Unit kerja A
Area Perubahan I
Perw
akilan
unit
Perw
akilan
unit
Perw
akilan
unit
Perw
akilan
unit
Perw
akilan
unit
Perw
akilan
unit
Perw
akilan
unit
Tim RB Unit kerja B
Area Perubahan I
Tim RB Unit kerja C
Area Perubahan I
Menyampaikan
kebijakan pusat ke
unit dan
mengkontekstualisa
sikannya sesuai
kondisi unit kerja.
Keterpaduan Tim RB Pusat dan Unit Kerja
Tim RB Pusat
Pokja/Area
Perubahan II
Tim RB Pusat
Pokja/Area
Perubahan III
Dst.
6. MANAJEMEN PERUBAHAN
(Pusat)
TIM
REFORMASI
BIROKRASI
Pembentukan Tim RB sesuai kebutuhan
organisasi dan kejelasan peran
Pengoptimalan tugas Tim RB sesuai
rencana kerja
Tindak Lanjut Monitoring dan Evaluasi
Rencana Kerja Tim RB
ROAD MAP
RB
Penyusunan Road Map
dan diformalkan
Pelibatan seluruh unit organisasi
dalam penyusunan
Road Map mencakup 8 Area
Perubahan yang terintegrasi
Quick win (mandatory dan mandiri)
mampu menjawab permasalahan dan
sesuai dengan jadwal
Internaliasasi Road
Map Reformasi
Birokrasi
Pemahaman seluruh
anggota unit organisasi
terkait RB
7. MANAJEMEN PERUBAHAN
MONITORING DAN
EVALUASI RB
Pelaksanaan PMPRB ditunjang
dengan mekanisme yang jelas
(direncanakan, diorganisasikan
dan dikomunikasikan
Kualitas Assesor (pelatihan,
pelibatan SDM yang strategis,
reviu berjenjang dan tindaklanjut
dari monev)
PERUBAHAN MIND SET
DAN BUDAYA KERJA
Keterlibatan Pimpinan
secara aktif dan media
komunikasi yang
intensif
Kontribusi agen
perubahan
REFORM
• Peran/kontribusi nyata agen perubahan
mendorong perubahan pola pikir dan budaya
kinerja
• Komitmen pimpinan untuk memantau
pencapaian rencana kerja RB dan mendorong
keberhasilan unit kerja melaksanakan RB
• Terimplementasinya budaya kinerja dan nilai
organisasi (standar pelayanan dan SOP)
8. MANAJEMEN PERUBAHAN
(Unit)
TIM
REFORMASI
BIROKRASI
Pembentukan Tim RB sesuai kebutuhan
organisasi dan kejelasan peran
Pengoptimalan tugas Tim RB sesuai
rencana kerja
Tindak Lanjut Monitoring dan Evaluasi
Rencana Kerja Tim RB
RENCANA
KERJA RB
Penyusunan rencana
kerja,
diimplementasikan dan
dimonev
Tersusunnya Rencana Kerja
Pengimplementasian Rencana Kerja
Keselarasan Rencana Kerja dengan
Road Map Daerah
9. MANAJEMEN PERUBAHAN
MONITORING DAN
EVALUASI RB
Pelaksanaan PMPRB ditunjang
dengan mekanisme yang jelas
(direncanakan, diorganisasikan
dan dikomunikasikan
Kualitas Assesor (pelatihan,
pelibatan SDM yang strategis,
reviu berjenjang dan tindaklanjut
dari monev)
PERUBAHAN MIND SET
DAN BUDAYA KERJA
Keterlibatan Pimpinan
secara aktif dalam RB
Kontribusi agen
perubahan
REFORM
• Peran/kontribusi nyata agen perubahan
mendorong perubahan pola pikir dan budaya
kinerja
• Komitmen pimpinan untuk memantau
pencapaian rencana kerja RB dan mendorong
keberhasilan unit kerja melaksanakan RB
• Terimplementasinya budaya kinerja dan nilai
organisasi (standar pelayanan dan SOP)
10. DEREGULASI KEBIJAKAN
(pusat)
HARMONISASI
Identifikasi /
Pemetaan seluruh
Kebijakan secara
mendalam
Tindaklanjut/Revisi
peraturan hasil
pemetaan
SISTEM
PENYUSUNAN
KEBIJAKAN
SOP (rapat koordinasi,
Naska
akdemis/kajian/policy
paper dan paraf
koordinasi
Monitoring dan Evaluasi
secara berkala
REFORM
• Pemetaan keterkaitan antara kebijakan
yang dikeluarkan dengan kebijakan yang
lainnya bahkan mengarah ke arah
Analisa dampak kebijakan;
• Mendorong penerbitan kebijakan yang
mempermudah dan efisiensi pelayanan
utama
• Penyelesaian kebijakan sesuai program
legislasi
11. DEREGULASI KEBIJAKAN
(Unit)
HARMONISASI
Identifikasi /
Pemetaan seluruh
Kebijakan secara
mendalam
Tindaklanjut/Revisi
peraturan hasil
pemetaan
REFORM
• Pemetaan keterkaitan antara kebijakan
yang dikeluarkan dengan kebijakan yang
lainnya bahkan mengarah ke arah
Analisa dampak kebijakan;
• Mendorong penerbitan kebijakan yang
mempermudah dan efisiensi pelayanan
utama
12. PENATAAN DAN PENGUATAN ORGANISASI
(Pusat)
REFORM
• Penyederhanaan birokrasi yang
disesuaikan dengan proses bisnis dan
kinerja utama yang dihasilkan
(disesuaikan dengan pohon kinerjanya)
• Penyempurnaan proses bisnis akibat
penyederhanaan birokrasi
• Hasil evaluasi kelembagaan
PENATAAN
ORGANISASI
Unit Organisasi sesuai dengan
rencana strategis
Penyederhanaan struktur
(pola hubungan kerja,
pengalihan jabatan, jafung
sesuai tusi organisasi)
EVALUASI
KELEMBAGAAN
Evaluasi ketapatan fungsi dan ukuran organisasi di
seluruh unit organisasi
Memastikan tidak ada tumpeng-tindih struktur
organisasi
Memastikan kesesuaian struktur organisasi dengan
kinerja
Tindak Lanjut Evaluasi
13. PENATAAN DAN PENGUATAN ORGANISASI
(Unit)
REFORM
• Penyederhanaan birokrasi yang
disesuaikan dengan proses bisnis dan
kinerja utama yang dihasilkan
(disesuaikan dengan pohon kinerjanya)
EVALUASI
KELEMBAGAAN
Evaluasi ketapatan fungsi dan ukuran organisasi di
seluruh unit organisasi
Memastikan tidak ada tumpeng-tindih struktur
organisasi
Memastikan kesesuaian struktur organisasi dengan
kinerja
Tindak Lanjut Evaluasi
14. PENATAAN TATALAKSANA
(Pusat)
REFORM
• Peta proses bisnis disesuaikan
dengan penyederhanaan jabatan
• Pengintegrasian SPBE yang
mendorong pelaksanaan
pelayanan public dan internal
lebih cepat, efektif dan efisien
PROSES BISNIS &
SOP
Penyusunan Proses Bisnis (proses utama,
subproses, peta relasi, peta lintas fungsi
sampai SOP
Penjabaran Proses Bisnis ke SOP
Monitoring dan Evaluasi Probis dan SOP
SPBE
Arsitektur SPBE
Peta rencana
Tim koordinasi SPBE
Manajemen layanan SPBE
(kepegawaian, arsip, perencanaan,
layanan publik
Keterbukaan
Informasi Publik
Kebijakan KIP dan Pelaksanaan KIP
Monitoring dan Evaluasi KIP
15. PENATAAN TATALAKSANA
(Unit)
REFORM
• Peta proses bisnis disesuaikan
dengan penyederhanaan jabatan
• Pengintegrasian SPBE yang
mendorong pelaksanaan
pelayanan public dan internal
lebih cepat, efektif dan efisien
PROSES BISNIS &
SOP
Penyusunan Proses Bisnis (proses utama,
subproses, peta relasi, peta lintas fungsi
sampai SOP
Penjabaran Proses Bisnis ke SOP
Monitoring dan Evaluasi Probis dan SOP
Keterbukaan
Informasi Publik
Kebijakan KIP dan Pelaksanaan KIP
Monitoring dan Evaluasi KIP
16. PENATAAN SDM APARATUR
(Pusat)
Pengembangan
Pegawai Dan
Promosi
Standard Kompetensi Jabatan
Melakukan Assessment kepada seluruh pegawai
Pengembangan Pegawai berbasis Kompetensi
sesuai dengan kebutuhan
Monitoring dan Evaluasi Pengembangan
Kompetensi
Perencanaan
Kebutuhan Pegawai
Dan Penerimaan
Pegawai
Proyeksi Kebutuhan Pegawai sesuai
kebutuhan organisasi (redistribusi,
proyeksi kebutuhan, formasi jabatan)
Proses Penerimaan Pegawai
(Transparan, Akuntabel, Bebas KKN)
Promosi Jabatan
terbuka
Kebijakan promosi terbuka
Pengisian jabatan/seleksi terbuka
18. PENATAAN SDM APARATUR
REFORM
• Kinerja individu telah berorientasi outcome
dan sesuai dengan levelnya;
• Pemanfaatan asessment pegawai untuk
pengembangan kompetensi dan mutasi
internal
• Pelanggaran disiplin pegawai
• Pembuatan formasi sudah sesuai
kebutuhan
• Penyetaraan Jabatan
• Manajemen talenta digunakan untuk
proses penempatan jabatan kritikal
19. PENATAAN SDM APARATUR
(Unit)
Pengembangan
Pegawai
Identifikasi Kebutuhan Pengembangan
Kompetensi
Pengembangan Pegawai berbasis Kompetensi
sesuai dengan kebutuhan
Perencanaan
Kebutuhan Pegawai
Proyeksi Kebutuhan Pegawai sesuai
kebutuhan organisasi (redistribusi,
proyeksi kebutuhan, formasi jabatan)
Kinerja Individu
ukuran kinerja individu yang sesuai dengan
indicator kinerja diatasnya
Pengukuran kinerja individu secara berkala
Pemanfaatan Hasil Pengukuran Kinerja
Individu (Reward & Punishment)
21. PENATAAN SDM APARATUR
REFORM
• Kinerja individu telah berorientasi outcome
dan sesuai dengan levelnya;
• Pemanfaatan asessment pegawai untuk
pengembangan kompetensi dan mutasi
internal
• Pelanggaran disiplin pegawai
22. PENGUATAN AKUNTABILITAS
(Pusat)
KETERLIBATAN
PIMPINAN
Pimpinan terlibat dan
memahami perencanaan
kinerja
Pimpinan memantau
kinerja secara berkala
PENGELOLAAN
AKUNTABILITAS
Peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia
Akuntabilitas
Pemutakhiran data
kinerja/Capaian kinerja
realtime
REFORM
• Penerapan anggaran berbasis kinerja;
• Pemanfaatan aplikasi monitoring
kinerja
• Penerapan reward and punishment
berdasarkan kinerja
• Penjenjangan kinerja (cascading
kinerja) sesuai dengan kerangka logis
23. PENGUATAN AKUNTABILITAS
(Unit)
KETERLIBATAN
PIMPINAN
Pimpinan terlibat dan
memahami perencanaan
kinerja
Pimpinan memantau
kinerja secara berkala
PENGELOLAAN
AKUNTABILITAS
Peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia
Akuntabilitas
Pemutakhiran data
kinerja/Capaian kinerja
realtime
REFORM
• Penerapan anggaran berbasis kinerja;
• Pemanfaatan aplikasi monitoring
kinerja
• Penerapan reward and punishment
berdasarkan kinerja
• Penjenjangan kinerja (cascading
kinerja) sesuai dengan kerangka logis
25. PENGUATAN PENGAWASAN
PENGADUAN
MASYARAKAT,
WBS, DAN
BENTURAN
KEPENTINGAN
Adanya kebijakan terkait
pengaduan masyarakat,
WBS, dan Benturan
Kepentingan
Implementasi Kebijakan
Monitoring dan Evaluasi
Tindak Lanjut Monitoring
dan Evaluasi
ZONA
INTEGRITAS
Pencangan Zona Integritas
Penetapan Unit Kerja
Pembangunan Zona Integritas
pada Unit Kerja
Monitoring & Evaluasi
Pembangunan ZI
26. PENGUATAN PENGAWASAN
REFORM
• Penyampaian LHKPN dan LHKASN
• Penanganan pengaduan pengawasan
masyarakat
• Mekanisme pengendalian pada aktivitas
utama yang akan berkontribusi peningkatan
kinerja
• Efektivitas pembangunan ZI
• Peran APIP (consulting dan trusted advisor)
28. PENGUATAN PENGAWASAN
PENGADUAN
MASYARAKAT,
WBS, DAN
BENTURAN
KEPENTINGAN
Adanya kebijakan terkait
pengaduan masyarakat,
WBS, dan Benturan
Kepentingan
Implementasi Kebijakan
Monitoring dan Evaluasi
Tindak Lanjut Monitoring
dan Evaluasi
ZONA
INTEGRITAS
Pencangan Zona Integritas
Penetapan Unit Kerja
Pembangunan Zona Integritas
pada Unit Kerja
Monitoring & Evaluasi
Pembangunan ZI
30. PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK
(Pusat)
STANDAR
PELAYANAN
Kebijakan Standar
Pelayanan
Reviu dan
Perbaikan Standar
Pelayanan
BUDAYA
PELAYANAN
PRIMA
Kemudahan Pelayanan
Adanya inovasi layanan
Peningkatan Kualitas Layanan (Kebijakan Kompensasi
Layanan)
PENGELOLAAN
PENGADUAN
Media Pengaduan
Layanan
(Kemudahan akses
pengaduan)
Monitoring dan
Tindak Lanjut
Pengaduan untuk
perbaikan layanan
31. PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN
PUBLIK
REFORM
• Inovasi yang mendorong
perbaikan pelayanan publik
• Responsivitas penanganan
pengaduan pelayanan public
PENILAIAN KEPUASAN
LAYANAN (SURVEI
KEPUASAN)
Transparansi Hasil Survei
Tindak Lanjut hasil survei
PEMANFAATAN
TEKNOLOGI
INFORMASI
Penerapan TI dan Perbaikan
secara berkala dalam
rangka perbaikan layanan
32. PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN
PUBLIK
STANDAR
PELAYANAN
Kebijakan Standar
Pelayanan
Reviu dan
Perbaikan Standar
Pelayanan
BUDAYA
PELAYANAN
PRIMA
Kemudahan Pelayanan
Adanya inovasi layanan
Peningkatan Kualitas Layanan (Kebijakan Kompensasi
Layanan)
PENGELOLAAN
PENGADUAN
Media Pengaduan
Layanan
(Kemudahan akses
pengaduan)
Monitoring dan
Tindak Lanjut
Pengaduan untuk
perbaikan layanan
33. PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK
(Unit)
REFORM
• Inovasi yang mendorong
perbaikan pelayanan publik
• Responsivitas penanganan
pengaduan pelayanan public
PENILAIAN KEPUASAN
LAYANAN (SURVEI
KEPUASAN)
Transparansi Hasil Survei
Tindak Lanjut hasil survei
PEMANFAATAN
TEKNOLOGI
INFORMASI
Penerapan TI dan Perbaikan
secara berkala dalam
rangka perbaikan layanan
35. ilmu
2. Stunting
3. Kemiskinan
4. Lapangan kerja
5. Keterisolasian
6. Perizinan
PROBLEM HULU
1. Kebijakan tata kelola pemerintahan pada level pusat (antar K/L)
masih terkesan silo (fragmented) dan tumpang tindih, sehingga
menghasilkan kebijakan yang inkonsisten bagi Pemda
2. Sistem politik yang menghambat pelaksanaan RB di Pemda
3. Korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan akibat lemahnya
pengawasan dan sistem merit
4. Inefisiensi dan pemborosan penggunaan anggaran
5. Budaya untuk berkinerja dan melayani yang masih rendah
6. Kualitas SDM ASN yang belum merata
7. Birokrasi belum adaptif terhadap perkembangan
pengetahuan dan teknologi (Contoh: transformasidigital)
8. RB hanya bersifat proyek dan pemenuhan administrasi
9. Komitmen pimpinan daerah terhadap RB yang rendah.(Contoh:
belum ada reward and punishment)
PROBLEM HILIR
1. Pelayanan publik
a. Dasar (pendidikan, kesehatan, akses pada air bersih)
b. Administratif (KTP, KK, SIM, Akte)
c. Perijinan
d. Sosial (bantuan sosial)
36. RB Tematik Peningkatan Investasi
Presiden selalu menyampaikan bahwa investasi adalah
jangkar pemulihan ekonomi Indonesia. Investasi yang
meningkat akan berimplikasi pada meningkatnya
lapangan kerja, meningkatnya daya beli masyarakat,
meningkatnya konsumsi masyarakat dan pada akhirnya
akan memberikan dampak yang positif pada
pertumbuhan ekonomi nasional. RB perlu
mengintervensi dengan menyederhanakan proses
bisnis perizinan, perbaikan kebijakan yang tumpang
tindih, termasuk meningkatkan budaya pelayanan
prima bagi para investor.
RB TEMATIK DIGITALISASI
Administrasi Pemerintahan
Presiden selalu berpesan agar ‘’Pemerintah harus
bergerak lebih lincah dan lebih cepat karena diera
persaingan antar negara, yang cepat beradaptasi
dengan teknologi akan mengalahkan yang gagap
teknologi.’’ Pemerintah harus bersiap menghadapi
disrupsi teknologi dan iklim digital yang dicirikan dalam
era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan
Ambiguity).. Pemerintah harus berbenah dan
membangun birokrasi digital dengan fokus
perbaikan pada digitalisasi struktur, culture
maupun kompetensi.
RB Tematik Pengentasan Kemiskinan
Fokus Presiden untuk segera menyelesaikan
permasalahan kemiskinan dengan target
turunnya angka kemiskinan menjadi 7% dan
daerah dengan kemiskinan ekstrim menjadi 0%
di tahun 2024, maka seluruh elemen birokrasi
wajib berkolaborasi dan bersinergi dalam
menyelesaikan permasalahan kemiskinan
tersebut.
RB TEMATIK PRIORITAS PRESIDEN
Tematik Prioritas Presiden. Isinya
merespon hal-hal yang mendesak (urgen)
karena resiko persoalannya akan muncul
segera dan dampaknya juga serius pada
masyarakst. Hal tersebut perlu dikawal
oleh seluruh level pemerintah.
RBTEMATIK
37. MEKANISME KERJA RB TEMATIK
1 Menetapkan sasaran tematik (harus berangkat dari problem hilir)
Menetapkan faktor pembentuk yang berkontribusi untuk mencapai
sasaran tematik. Contoh: Kemiskinan, faktor pembentuknya yakni
menurunkan beban pengeluaran, meningkatkan pendapatan dan
kapasitas, meminimalkan wilayah kantong kemiskinan
Mengidentifikasi program/model intervensi existing dan usulan, yang
berkontribusi dalam mewujudkan faktor pembentuk (beserta sasaran
dan indikatornya)
Mengidentifikasi masalah/bottleneck yang terjadi dan mungkin
terjadi dalam pelaksanaan program/model intervensi
Menetapkan rencana aksi untuk mengurai masalah/bottleneck
Pelaksanaan rencana aksi bersama RBTematik
Monitoring dan evaluasi
2
3
4
5
6
7
38. 10
KERANGKA LOGIS RBTEMATIK
1
0
Output dan Outcome
yang dihasilkan antar
K/L masih silo
Kinerja Existing
Kinerja yang Diinginkan`
pada
• Penetapan kinerja didasarkan
Logical framework
• Prinsip: Sharing outcome
Identifikasi Masalah
• Gap
• Akar
Masalah
Rencana Aksi
Penetapan
kegiatan &
tahapannya,
beserta
penanggung
jawab
Implementasi
& Monev
Pelaksanaan
Rencana Aksi
dan
Monitoring
evaluasi
KL 3
KINERJA YANG
DIINGINKAN
KINERJA EKSISTING
Debottlenecking Birokrasi: Akuntabilitas Kinerja
Debottlenecking Birokrasi:
AKUNTABILITAS KINERJA, BISNIS PROSES, TATAKELOLA DAN
KELEMBAGAAN, SDM, REGULASI, PENGAWASAN,PELAYANAN PUBLIK
42. Landasan Teori
Agen perubahan
¬ Menurut Robbins & Coulter dalam (Supriyanto,
2016:32), agen perubahan adalah orang yang
bertindak sebagai katalisator dan mengelola
perubahan yang terjadi.
Usaha yang dilakukan dalam pembangunan suatu
organisasi ditandai dengan adanya sejumlah orang yang
menggerakkan dan menyebarluaskan proses perubahan
tersebut. Orang-orang ini dinamakan sebagai agen
perubahan.
Agent Of
Change
Catalyst
Solution
Giver
Process
helper
Resources
Linker
Menciptakan
keinginan
perubahan
didalam
organisasi
Mengidentifikasi
permasalahan
yang dihadapi
organisasi dan
pengguna
layanan.
Melaksanakan
perubahan atau
menerjemahkan
keinginan
perubahan
menjadi suatu
tindakan yang
nyata.
Menjaga
kestabilan
perubahan.
Fungsi Agen Perubahan
Tugas Agen Perubahan
43. Langkah 1 Pembentukan AgenPerubahan
¬Penjaringan awal /Seleksi pada tiap unit kerja
Kriteria
Calon
Agen
Perubahan
Berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara/PPPK
Tidak sedang menjalani hukuman disiplin pegawai.
Bertanggungjawab atas setiap tugas yang diberikan sesuai dengan bidang
tugas dan fungsinya.
Taat aturan disiplin dan kode etik pegawai serta konsisten terhadap
penegakan aturan disiplin dan kode etik.
Mampu memberikan pengaruh positif bagi lingkungan organisasinya
Inovatif dan proaktif terkait dengan pelaksanaan tugas fungsi dan upaya
peningkatan kualitas pelaksanaan Reformasi Birokrasi.
44. Langkah 2 Pembentukan Agen Perubahan
¬Assessment oleh Tim RB Instansi atau Komite kredibel lain yang dtunjuk
oleh pimpinan instansi
Assessment
Agen
Perubahan
Dapat dilakukan secara sederhana atau menggunakan bantuan
konsultan
Bertujuan untuk mengetahui kepribadian dan potensi kemampuan
seseorang individu sebagai Agen Perubahan.
Sebagai dasar program pengembangan dan pembinaan lanjutan dalam
meningkatkan integritas dan kapabilitas individu Agen Perubahan.
Sebagai dasar pertimbangan pimpinan unit kerja dalam menetapkan
agen perubahan
45. Langkah 3 Pembentukan Agen Perubahan
SK
Penetapan
¬Penetapan Formal Agen Perubahan
Daftar nama agen perubahan
Program perubahan yang diusung
Tugas dan fungsi agen perubahan
Jangka waktu agen perubahan
Mekanisme monev agen perubahan
Sistem reward/pengharganan bagi agen perubahan yang berhasil
46. Mekanisme kerja/pola hubungan agen perubahan
dengan organisasi
Pimpinan
•Agen perubahan bertanggung jawab dan melaporkan rencana tindak kerja
serta hasil secara berkala kepada pimpinan
•Pimpinan memonitor secara berkala pelaksanaan rencana tindak kerja
Agen Perubahan di unit kerjanya, sekaligus mendukung upaya Agen
Perubahan dalam melakukan perubahan dengan menyediakan dukungan
maupun sumber-sumber yang dibutuhkan.
•Memberikan penghargaan atau apresiasi kepada agen perubahan yang
dianggap berhasil menjalankan rencana perubahan
Tim RB Internal
•melakukan pembinaan dan pendampingan selama proses penyusunan dan
pelaksanaan rencana tindak program kerja
•sebagai fasilitator dalam forum sharing knowledge antar agen perubahan
•Bersama dengan pimpinan melakukan monev atas rencana tindak kerja
agen perubahan
Anggota organisasi lain/pegawai
•Agen perubahan secara aktif melakukan internalisasi tentang yang rencana
tindak perubahan kepada para pegawai melalui berbagai cara seperti
pertemuan rutin dalam knowledge sharing, sosialisasi, pelatihan kantor
sendiri,dll
Sesama Agen Perubahan
•Aktif dalm Forum Agen Perubahan sebagai i sarana bagi Agen Perubahan
untuk melakukan koordinasi, pertukaran pengetahuan/pengalaman serta
untuk mereplikasi kemajuan dan mencari solusi atas hambatan/kendala
yang dihadapi
Agen Perubahan
47. Langkah kerja Agen Perubahan
Menciptakan
keinginan
perubahan
didalam
organisasi
Mengidentifikasi
permasalahan
yang dihadapi
organisasi dan
pengguna
layanan.
Melaksanakan
perubahan atau
menerjemahkan
keinginan
perubahan
menjadi suatu
tindakan yang
nyata.
Menjaga
kestabilan
perubahan.
Agar tugas dan peran Agen Perubahan dapat efektif dan
efisien serta dapat diukur keberhasilannya, maka Agen
Perubahan wajib menyusun rencana tindak secara
konkret
Penyusunan rencana tindak Agen Perubahan harus
memperhatikan prinsip-prinsip perencanaan yang baik,
yaitu: 1) Spesifik; 2) Terukur; 3) Logis; 4) Periode waktu
yang jelas.
Penyusunan rencana perubahan dapat diintegrasikan
dengan SKP atau tugas fungsi harian agen perubahan
48. Contoh rencana tindak agen perubahan
Nilai
Organisasi
Perubahan yang ingin dicapai Rencana tindak kegiatan
sasaran Indikator kinerja Target Kegiatan
Target
waktu
Rincian Waktu
Target rincian
kegiatan
Berorientasi
Pelayanan
Meningkat
nya kepuasan
pelayanan
masy
IKM Kecamatan Indeks
3.70 dari
skala 4.00
Pembangunan
Anjungan mandiri
Pelayanan Publik di
kantor desa
Juni 2022 • Koordinasi dengan
DPMPSTP untuk mendapat
data syarat dan bentuk
form pengajuan
Tw I
(Janu
ari)
2
laporan/notulen
hasil rapat
koordinasi
• Pembangunan dashboard/
web sederhana
Tw 1
(Jan-
Feb)
1
web/dashboard
layanan
• Pelatihan operator di
kantor desa
Tw 1 2 laporan
(Mare kegiatan
t) pelatihan
• Pembuatan bahan/materi
sosialisasi kepada masy
Tw 2
(april)
3 bahan
sosialiasi (leaflet,
posters dll)
2 laporan
kegiatan
sosialisasi
Aris adalah agen perubahan pada kecamatan sukamaju, yang memiliki masalah pelayanan sbb:
1. Jarak kecamatan dan kota sangat jauh sehingga mahal ongkos dan waktu
2. Masyarakat pedesaan yang membutuhkan layanan perijinan banyak yang tidak melek teknologi
3. Kewenangan kecamatan yang tidak bisa melakukan layanan perijinan langsung
49. Monev Pelaksanaan Rencana Kerja Agen Perubahan
Nilai
Organisasi
Perubahan yang ingin dicapai Rencana tindak kegiatan Realisasi
sasaran
Indikator
kinerja
Target Kegiatan
Target
waktu
Rincian Waktu
Target rincian
kegiatan
Kegiatan Rincian Kegiatan
Berorientasi
Pelayanan
Meningk
at nya
kepuasan
pelayana
n masy
IKM
Kecamatan
Indeks
3.70 dari
skala 4.00
Pembangunan
Anjungan
mandiri
Pelayanan
Publik di
kantor desa
Juni
2022
• Koordinasi
dengan
DPMPSTP
untuk
mendapat
data syarat
dan bentuk
form
pengajuan
Tw I
(Januari)
2 laporan/notulen
hasil rapat
koordinasi
xx xx
• Pembangunan
dashboard/
web
sederhana
Tw 1 (Jan-
Feb)
1 mockup
web/dashboard
layanan
• Pelatihan
operator di
kantor desa
Tw 1
(Maret)
2 laporan kegiatan
pelatihan
• Pembuatan
bahan/materi
sosialisasi
kepada masy
Tw 2
(april)
3 bahan sosialiasi
(leaflet, posters
dll)
2 laporan kegiatan
sosialisasi
Contoh Monev rencana tindak agen perubahan
50. Monev Pelaksanaan Rencana kerja
Agen Perubahan
¬ Dilakukan secara berkala oleh agen perubahan, tim RB internal, dan
pimpinan
¬ Ouput dari monev berupa laporan pelaksanaan yang memuat analisa
ringan /sederhana atas hambatan atau tindak lanjut perbaikan untuk
periode pelaksanaan selanjutnya
¬ Dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh pimpinan organisasi
51. Pemanfaatan hasil dari Agen Perubahan
¬ Sebagai dasar pemberian reward bagi pegawai ybs
¬ Dijadikan dalam suatu prosedur atau mekanisme tetap (di SOP-
kan) sehingga terjamin keberlangsungannya
¬ Didorong untuk dapat direplikasikan pada unit/satuan kerja atau
instansi pemerintah yang lain
52. Success Story Agen Perubahan
¬ TRACK, pelaporan interaktif dan cepat atas tindakan pungli
atau korupsi oleh oknum pemberi layanan – (Pemkab
Badung, DPMPTSP)
¬ Sikiper/Sikedokyang merupakan rapor
penilaian perawat dan dokter – (Pemprov
Bali – RS Mata Bali Mandara)