SlideShare a Scribd company logo
MODUL AJAR MEMBACA CERPEN
Nama Penyusun : EDAH JUBAEDAH, S.Pd.
Satuan Pendidikan : MAN 3 Majalengka
Tahun Penyusunan : 2023
Kelas : XI (Sebelas)
Jenjang Sekolah : MA
Alokasi waktu : 3 X pertemuan (270 menit)
Fase Capaian
Pembelajaran
Fase “F”
Elemen CP Membaca dan Memirsa
Peserta didik mampu mengevaluasi gagasan dan pandangan
berdasarkan kaidah logika berpikir dari membaca berbagai tipe teks
(nonfiksi dan fiksi) di media cetak dan elektronik. Peserta didik mampu
mengapresiasi teks fiksi dan nonfiksi.
Tujuan
Pembelajaran
Peserta didik menilai dan mengkritisi unsur intrinsik (karakter, alur
cerita, latar), otentisitas penggambaran masyarakat pada teks cerpen,
serta dan memprediksi dinamika pemikiran maupun tindakan tokoh.
Tujuan pembelajaran dijabarkan menjadi indikator sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi, menganalisis, menilai karakterisasi dan alur cerita
2. Menilai akurasi penggambaran keragaman masyarakat
3. Memprediksi dinamika pemikiran maupun tindakan tokoh
Konsep Utama Membaca teks cerpen
Pengetahuan /
Keterampilan
Prasyarat
Peserta didik meganalisis dan menyimpulkan unsur intrinsic cerpen
dan menilai tujuan penulis menggunakan diksi tertentu
Profil Pelajar Pancasila Sarana Prasarana
Secara kritis mengklarifikasi serta menganalisis
gagasan dan informasi yang kompleks dan abstrak
dari berbagai sumber.
Komputer/laptop/tablet
Target Peserta Didik Jumlah Siswa Ketersediaan Materi
 Siswa regular/tipikal
 Siswa berpencapaian
tinggi
Maksimum 36 siswa a. Pengayaan untuk siswa
berpencapaian tinggi: YA/TIDAK
(materi terlampir)
b. Alternatif penjelasan, metode, atau
aktivitas, untuk siswa yang sulit
memahami konsep: YA/TIDAK
Model Pembelajaran Asesmen
Tatap muka • Asesmen individu
Jenis asesmen:
• Tertulis
Pengaturan Siswa Metode
Individu Ceramah,Presentasi, Proyek
Sumber belajar utama:
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan .2017. Bahasa Indonesia Kelas XI
SMA/MA/SMK/MAK.. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
3. http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/content/keberagaman-sastra-di-indonesia-
dalam-membangun-keindonesiaan
4. https://www.coretanzone.id/2017/10/sosiologi-sastra-dan-masyarakat-dalam-karya-
sastra.html
Pertanyaan Pemantik
1. Mengapa kita perlu membaca cerpen?
2. Adakah cerpen yang membuatmu terkesan? Jika ada, apa yang membuatmu terkesan?
3. Bagaimana penggambaran realitas kehidupan dalam cerpen yang pernah kalian baca?
4. Bagaimana dinamika pemikiran tokoh pada cerpen yang kalian baca?
5. Bagaimana peluang cerpen sebagai media edukasi bagi masyarakat?
Apakah pengetahuan latar yang perlu dimiliki siswa sebelum mempelajari topik ini?
Konsep unsur intrinsic cerpen.
AKTIVITAS 1 ( 2 X 45 Menit)
MATERI: MENGIDENTIFIKASI, MENGANALISIS, DAN MENILAI KARAKTER DAN ALUR
CERITA
Pribadi Keren Karena Cerpen
Oatley, seorang psikolog dari Universitas Toronto, memaparkan bahwa membaca karya
fiksi –termasuk cerpen– dapat membantu kita mengembangkan sifat empati di dalam
diri. “Orang yang membaca buku fiksi lebih jago memahami perasaan dan sudut pandang orang
lain,” kata Oatley. Selain itu, dengan membaca cerpen kita akan menjadi pribadi yang mampu
memberi solusi (problem solving), motivasi, dan inspirasi.
Melalui sastra, kita mempelajari bagaimana sebuah plot cerita bekerja. Mulai dari prolog,
konflik, hingga penyelesaiannya yang lazim, umum, dan masuk akal. Dengan demikian,
siapapun yang belajar karya sastra akan memiliki kemampuan problem solving yang baik.
Motivasi bisa kita dapatkan dari cerpen karena cerpen akan memberikan suatu contoh
gambaran kehidupan seseorang yang berawal dari kegalauan (ada masalah) berakhir
kegembiraan yang disisipi dengan dorongan/jalan keluarnya. Kita juga dapat meniru pola atau
karakteristik tokoh-tokoh dalam cerpen.
Persiapan
(10 menit)
1. Guru memasuki kelas dan melakukan kegiatan persiapan rutin;
memeriksa kebersihan kelas dan kerapian pakaian dan meja belajar
siswa.
2. Guru mengucapkan salam kepada siswa.
3. Guru meminta salah seorang siswa memimpin doa.
4. Guru mengecek kehadiran siswa.
5. Guru menyampaikan hasil yang akan dicapai dari topik ini
Kegiatan Inti
( 75 menit)
1. Siswa bertanya jawab dengan dipandu dipandu guru terkait materi teks
cerpen yang telah dipelajari pada kelas X dan XI serta menyampaikan
MANFAAT mempelajari materi membaca teks cerpen.
2. Siswa dan guru bertanya jawab berkaitan dengan pengalaman siswa
dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menilai karakterisasi dan
alur sebuah cerita.
3. Guru menyampaikan materi cara mengidentifikasi, menganalisis, dan
menilai karakterisasi dan alur cerita. (Materi dan contoh cerpen
terlampir)
4. Siswa membaca sebuah cerpen berkonteks personal maupun sosial
budaya, misalnya cerpen berkonteks sosial budaya berjudul “Mar
Beranak di Limas Isa”.
- Siswa mengidentifikasi, menganalisis, dan menilai karakterisasi
- Siswa mengidentifikasi, menganalisis, dan menilai alur cerita.
- Siswa menyampaikan hasil pekerjaannya dan mendapat berbagai
masukan
(lembar kerja terlampir).
Guru mendatangi setiap siswa untuk memberikan masukan dan
saran perbaikan.
5. Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan dan mendapat masukan dari
teman yang lain.
Penunjukan siswa dapat menggunakan permainan “boom”, misalnya,
“boom 3”. Siswa diminta berhitung secara urut, tetapi mengganti angka
kelipatan 3 atau yang mengandung angka 3 dengan kata “boom”. Jika
ada siswa yang salah, diminta menyampaikan hasil pekerjaan atau
diminta memberi tanggapan.
Penutup
(5 menit)
1. Guru meminta siswa untuk menuliskan pemahaman siswa tentang
materi yang sudah dipahami dan yang belum dipahami serta
kesan/masukan/kritikan selama pembelajaran
2. Guru menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan
berikutnya dan meminta siswa mempelajarinya.
3. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
MATERI AKTIVITAS KE-1
MENGIDENTIFIKASI, MENGANALISIS, DAN MENILAI KARAKTERISASI DAN ALUR CERITA
Menganalisis karya fiksi merupakan salah satu cara untuk memahami dengan jelas apa yang
terkandung di dalam karya itu sendiri. Karena bagaimanapun juga, karya fiksi merupakan proses
pemikiran seorang pengarang yang belum tentu dapat dengan mudah dimengerti oleh pembaca
apa maksud yang disampaikannya. Dengan menganalisisnya, kesalahpahaman maksud yang
ditujukan dari pengarang kepada pembaca tentu dapat dihindari. Sehingga suatu karya fiksi akan
dapat dinikmati dengan mengutamakan tujuan adanya karya fiksi itu sendiri. Penokohan dan alur
merupakan salah satu cara yang digunakan pengarang untuk memberi kesan menarik pada
karyanya
A. Karakterisasi
Karakterisasi atau dalam bahasa Inggris charaterization berarti pemeranan, pelukisan watak.
Penciptaan tokoh-tokoh dengan karakter yang berbeda menambah hidup suatu cerita. Dalam
menampilkan tokoh-tokohnya, pengarang dapat menggambarkan karakter tokoh dengan
bermacam-macam.
Karakter dan sikap tokoh berkembang, dengan sendirinya akan mengalami
perkembangan dan perubahan dari awal, tengah, dan akhir cerita sesuai dengan tuntutan
koherensi cerita secara kesuluruhan. Tokoh yang mengalami perubahan dan perkembangan
karakter sejalan dengan alur cerita. Sejalan dengan perkembangan alur yang menampilkan
berbagai peristiwa dan konflik yang juga semakin meningkat, karakter tokoh juga mengalami
perubahan dan perkembangan untuk menyikapi dan menyesuaikan dengan tuntutan alur.
Dengan demikian, perubahan dan perkembangan alur itu tetap berada dalam kaitannya dengan
alur dan dapat dipertanggungjawabkan. Artinya, adanya perubahan dan perkembangan karakter
itu tidak terjadi begitu saja tanpa adanya konflik yang memicunya.
Perkembangan karakter tokoh dipengaruhi atau bahkan dibentuk oleh latar yang
melingkupinya. Hal itu sekaligus juga berarti bahwa karakter seorang tokoh dapat dipahami lewat
dan sekaligus diperjelas oleh kondisi latar yang membesarkannya. Misalnya, seorang anak yang
hidup di lingkungan komunitas panti asuhan, maka sejak kecil sudah dihadapkan pada fakta
kehidupan yang keras. Maka, karakter sang anak akhirnya berkarakter keras, pekerja keras, dan
tidak pantang menyerah. Tokoh statis tersebut sejak awal kemunculannya hingga akhir cerita
terus menerus bersifat hitam (tokoh jahat) atau putih (tokoh baik), yang hitam tak pernah
berangsur putih dan yang putih pun tidak diungkapkan unsure kehitamannya. Sedangkan yang
dimaksud dengan tokoh berkembang/dinamis adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan
dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan dan perubahan peristiwa dan plot
yang dikisahkan. Ia secara aktif berinteraksi dengan lingkungan, baik lingkungan sosial, alam,
maupun yang lain yang kesemuanya itu akan mempengaruhi sikap, watak, dan tingkah lakunya.
Adanya perubahan-perubahan yang terjadi di luar dirinya, dan adanya hubungan antar manusia
yang memang saling mempengaruhi itu, dapat menyentuh kejiwaannya dan dapat menyebabkan
terjadinya perubahan dan perkembangan sikap dan wataknya. Sikap dan watak tokoh
berkembang, dengan demikian akan mengalami perkembangan atau perubahan dari awal,
tengah dan akhir cerita sesuai dengan tuntutan koherensi secara keseluruhan.
Cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut penokohan. Tokoh
berkarakter baik lazimnya menjadi tokoh protagonis karena pembaca akan cenderung berpihak
pada tokoh-tokoh jenis ini. Tokoh protagonis adalah tokoh pembawa misi kebenaran dan nilai-
nilai moral yang bersebrangan dengan tokoh antagonis yang justru pembawa kejahatan atau
malapetaka. Tokoh protagonis ini pulalah yang sering dijadikan hero, pahlawan karena bertugas
membawakan nilai-nilai yang menjadi idealisme pembaca. Sebaliknya, tokoh antagonis mering
menjadi tokoh yang disikapi secara antipasti oleh pembaca karena sifatnya yang jahat. Dengan
demikian, penokohan atau pelaku yang berperan dalam sebuah cerita dengan menampilkan
karakter yang diperannya. Tokoh-tokoh cerita fiksi hadir sebagai seseorang yang berjati diri
bukan sebagai sesuatu yang tanpa karakter. Tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu
berhubungan dengan tokohtokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot secara
keseluruhan. Selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik, penting yang
mempengaruhi perkembangan plot. Di pihak lain, permunculan tokoh-tokoh tambahan dalam
keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada
keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung dan tak langsung.
walaupun tokoh ceritanya hanya merupakan tokoh ciptaan pengarang, ia haruslah
merupakan tokoh yang hidup secara wajar, sewajar sebagaimana kehidupan manusia yang
terdiri dari darah dan daging, yang mempunyai pikiran dam perasaan. Kehidupan tokoh cerita
adalah kehidupan dalam dunia fiksi, maka ia haruslah bersikap dan bertindak sesuai dengan
tuntutan cerita dengan perwatakan yang disandangnya.
secara garis besar tokoh dapat diungkapkan dua macam cara, yaitu cara langsung dan
tidak langsung. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
1. Cara analitik yaitu pengarang menjelaskan atau menceritakan secara langsung dengan
diuraikan oleh pengarang. Pengarang secara jelas menunjukkan atau mendeskripsikan watak
tokoh.
2. Cara dramatik yaitu mengungkapkan watak tokoh secara tidak langsung lewat alur cerita.
Jadi, watak tidak diuraikan dan dideskripsikan secara serta merta begitu saja, melainkan
diungkapkan secara terselubung lewat cerita.
Bagaimana kita bisa mengenali karakter dalam sebuah cerita? Ada beberapa jalan yang
dapat menuntun kita sampai pada sebuah karakter.
1. Melalui apa yang diperbuatnya, tindakan-tindakannya, terutama sekali bagaimana ia bersikap
dalam situasi kritis. Watak seseorang kerap kali tercermin dengan jelas pada sikapnya dalam
situasi gawat (penting), karena ia tak bisa berpura-pura, ia akan bertindak secara spontan
menurut karakternya: Situasi kritis di sini tak perlu mengandung bahaya, tapi situasi yang
mengharuskan dia mengambil keputusan dengan segera.
2. Melalui ucapan-ucapannya. Dari apa yang diucapkan oleh seorang tokoh cerita, kita dapat
mengenali apakah ia orang tua, orang dengan pendidikan rendah atau tinggi, sukunya, wanita
atau pria, orang berbudi halus atau kasar, dan sebagainya.
3. Melalui penggambaran fisik tokoh. Penulis sering membuat deskripsi mengenai bentuk tubuh
dan wajah tokoh-tokohnya yaitu tentang cara berpakaian, bentuk tubuhnya, dan sebagainya.
Dalam fiksi lama penggambaran fisik kerap kali dipaia untuk memperkuat watak.
4. Melalui pikiran-pikirannya. Melukiskan apa yang dipikirkan oleh seorang tokoh adalah salah
satu cara penting untuk membentangkan perwatakkannya. Dengan cara ini pembaca dapat
mengetahui alasan-alasan tindakannya. Dalam kenyataan hidup, penggambaran yang
demikian memang mustahil. Tapi inilah konvensi fiksi.
5. Melalui penerangan langsung. Dalam hal ini, penulis membentangkan panjang lebar watak
tokoh secara langsung. Hal ini berbeda sekali dengan cara tidak langsung, yang
pengungkapan watak lewat perbuatannya,- apa yang diucapkannya, menurut jalan pikirannya,
dan sebagainya.
B. Alur
Plot, alur atau struktur adalah bagian-bagian yang membentuk suatu cerita dan kisah dari suatu
cerpen, novel atau prosa fiksi lainnya. Misalnya, plot memiliki pengenalan tema dan tokoh, awal
mula konflik, puncak konflik hingga bagaimana penyelesaiannya. Plot atau alur yang biasa
terdapat dalam cerita prosa adalah sebagai berikut ini:
1. Abstraksi, Gambaran umum secara keseluruhan mengenai berbagai situasi, peristiwa dan
berbagai unsur lain dalam cerita disampaikan disini. Biasanya plot ini opsional dan jarang
digunakan pada cerpen.
2. Orientasi (Pengenalan), dimana cerpen dimulai dengan perkenalan tokoh (biasanya tokoh
utama) penjelasan latar dan mendetailkan tema secara keseluruhan cerpen.
3. Komplikasi, adalah awal mula munculnya konflik yang biasanya terjadi antara tokoh
protagonis dan antagonis. Bagian ini menyebabkan bagaimana sebab-akibat terjadinya
konflik dari antagonis dan protagonist.
4. Pencapaian Konflik, merupakan bagian dimana konflik semakin berkembang dan hampir
menuju puncaknya (klimaks).
5. Puncak Konflik (Klimaks), dimana konflik telah mencapai puncaknya, ketika pertentangan
antar protagonis dan antagonis dalam kondisi paling mendebarkan dan mencapai batasnya.
6. Evaluasi, adalah bagian dimana konflik mulai mendapatkan pencerahan untuk menuju ke
proses penyelesaian
7. Resolusi (Penyelesaian), merupakan penyelesaian dari konflik yang terjadi dalam suatu
cerita.
8. Koda, adalah bagian penutup atau akhir dari keseluruhan cerita yang disajikan dalam
sebuah prosa fiksi / cerpen. Koda dapat berisi kesimpulan berupa amanat dari cerpen,
meskipun biasanya sastra serius menghindari ini karena ingin pembacanya yang
menyimpulkan amanat atau pesan dari cerpen sendiri. Terkadang koda juga dapat memuat
berbagai kemungkinan-kemungkinan baru untuk celah lanjutan kisah.
Terkadang alur yang tersedia dapat disederhanakan menjadi empat saja, yaitu:
orientasi, komplikasi, klimaks dan penyelesaian (resolusi). Karena, kenyataannya dalam cerpen
kebanyakan penulis hanya menggunakan keempat alur itu saja dengan pengaluran struktur yang
variatif.
Sumber: Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori pengkajian
Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Contoh Cerpen:
Mar Beranak di Limas Isa
Karya: Guntur Alam
(sumber: Kompas, 20 Maret 2011)
Ada sebuah hikayat yang hendak aku terakan, tentang Bi Maryam istrinya Mang Isa. Perempuan
yang telah melewati usia kepala empat, tetapi masih saja rajin beranak. Baiklah, untuk
menuntaskan keingintahuan yang telah bersarang, kita buka saja cerita ini.
Oya, sebelumnya kita buat kesepakatan: Untuk memudahkan aku bercerita, kita singkat
saja nama Bi Maryam menjadi Bi Mar, tersebab lidahku agak sulit menyebut namanya bila
kuucapkan secara panjang. Jadi ketika aku menyebutkan nama Bi Mar, kau pahamlah kalau
yang kumaksud adalah Bi Maryam istrinya Mang Isa, lantaran sangat banyak Bi Mar di dusun
Tanah Abang.
Kita mulai cerita ini di suatu malam ingusan, ketika bulan tengah mati di kelam raya dan
kesiuran angin penanda hujan telah bertiup sejak langit mulai temaram, tepatnya di bilik pengap
Bi Mar dan Mang Isa, pada sebuah limas yang terpancang tak jauh dari bibir Sungai Lematang.
Dan kisah ini dibuka oleh ucapan Kajut Mis, dukun beranak di dusunku, Tanah Abang.
”Masih belum terlihat, Mar. Kau harus bertahan. Ambil napas lagi, lalu kau ejankan kuat-
kuat.”
Bi Mar tersengal, kedua tangannya mencengkeram kuat seruas bambu yang tergantung
tepat di atasnya. Seruas bambu yang diikat kuat tali trap — tali yang terbuat dari kulit kayu
bernama trap. Keringat telah membanjir di pelipisnya, melucumkan seluruh tubuh dan merembes
ke kasur kapuk yang menampung tubuh kepayahannya. Ada rasa sakit yang mengili-ngili
tubuhnya, merayap dari sendi-sendi, lalu menjalar ke seluruh pori. Sakit yang bermuara dari satu
titik: perut bengkaknya.
Mertua Bi Mar, emaknya Mang Isa, terlihat cemas di sebelahnya. Padahal, ini bukan kali
pertama ia mengawani menantunya ini bertaruh nyawa, melahirkan cucu-cucunya, hampir saban
dua tahun sekali, ia mengulangi adegan yang selalu membuat jantungnya berdebar lebih
kencang ini. Bahkan, ia pun telah berkali-kali melakoninya. Tetap saja, kernyit muka penuh nyeri
Bi Mar tak urung membuat dadanya mengempis.
”Sudahlah, Mar, tak usah beranak lagi. Kau datangi saja bidan di puskes sana, minta KB,”
itulah ucapan mertua Bi Mar dua tahun silam, ketika usai mengawaninya melahirkan Serina,
anak gadisnya yang baru saja dapat berlari dengan sempurna. Kata-kata serupa tak terluncur
dari mulut mertua Bi Mar saja, Kajut Mis, dukun beranak yang kian uzur itu, pun telah
mengucapkannya empat tahun lalu, pun dengan mulut-mulut karib-karib Bi Mar—tapi tidak
dengan mulut orang-orang di Tanah Abang.
”Tak kau tengok, Mar, anakmu sudah macam rayap? Menyempal-nyempal sampai limasmu
sesak. Apa lagi yang nak kau ranakan? Gadis-gadismu sudah banyak. Empat belas orang. Apa
kau buta hingga tak dapat menghitungnya?”
Sejatinya, Bi Mar tak buta. Mata beloknya yang indah itu dapat dengan sempurna
menghitung jumlah anak perawannya. Pun jika hendak menuruti kemauan hatinya, ia sangat
ingin untuk menyudahinya. Tetapi, ucapan lakinya, Mang Isa, selalu saja membuatnya tak
berdaya, ujung-ujungnya kembali mengharuskan Bi Mar bertaruh nyawa, melahirkan anak-
anaknya.
”Kita harus dapat anak bujang, Dik,” itulah kata-kata Mang Isa pada Bi Mar, ”Apa kata
orang se-Tanah Abang bila jurai limas kita tak tertegak lantaran kita hanya melahirkan anak-anak
perawan saja? Pada masanya, bila kita telah uzur dan anak-anak gadis kita telah diboyong laki
mereka ke limas seorang-seorang, kita hanya tinggal berdua di limas ini, tak ada yang
mengurusi. Lalu, kita akan mati bergilir dalam sepi. Nasib baik, jika kita mati bersama, hingga
yang ditinggal tak merasa sunyi.”
Ucapan Mang Isa membuat mata Bi Mar menerawang, membayangkan dirinya ringkih dan
tertatih-tatih sendiri dalam limas. Menanak nasi, mandi ke Sungai Lematang, mengumpulkan
kayu bakar, merumputi lapangan sekitar limas, menyambangi kebun duku-durian, menyayatkan
pahat pada kulit balam di pagi kelam. Mendadak, tengkuk Bi Mar meriap. Alangkah menakutkan
bayang itu di matanya.
”Kalau kita ada anak bujang. Ada yang menunggu limas, memboyong istri dan anaknya di
sini, bersama kita. Mengurus kebun duku-durian, menyadap balam pagi-pagi kelam. Kita hanya
tinggal di rumah saja, bermain dengan cucu-cucu yang banyak. Tak usah risau bila ada yang
sakit karena tua, tak perlu cemas kalau-kalau kita mati tak ada yang tahu musababnya. Sebab,
ada yang bersama kita. Anak bujang dengan anak dan istrinya,” tambah Mang Isa membuat
mata Bi Mar mengatup rapat. Alangkah indah.
Sekelebat pula sebuah bayangan mengantar-kantar mata Bi Mar yang terpejam. Sebuah
bayangan yang mendadak menciutkan kembali nyalinya. Bi Mar teringat akan nasib buruk Mak
Salit. Perempuan tua itu kini hidup sendiri di limasnya yang megah setelah lakinya meninggal
beberapa purnama silam. Nasib malangnya bukan lantaran karena Mak Salit seorang
perempuan mandul yang tak punya anak. Anaknya banyak, hampir mencapai sepuluh orang.
Sayangnya, semua perawan dan telah mengikuti laki-lakinya di dusun-dusun tetangga.
Mungkin, bukan tak ada anak-anak perempuan Mak Salit yang tak iba melihat nasib
malang Emak mereka. Dapat pula sebenarnya mereka takut akan mendapatkan nasib serupa di
masa tua lantaran telah menelantarkan Emak mereka. Tapi, apa yang dapat mereka perbuat
sebagai perempuan selain tunduk kepada suami dan adat yang mengikat? Tak akan mertua
mereka mengizinkan, bila anak bujangnya menunggui limas mertua, mengikuti istri melangkah,
menegakkan jurai perempuan sembari membunuh jurai keluarga seorang lanang.
Itulah mengapa Bi Mar seolah-olah menulikan telinga dari ucapan mertuanya, ucapan Kajut
Mis, dan karib-karib sebayanya. Ia harus dapat anak bujang, tak peduli dengan ucapan segelintir
orang. Orang-orang Tanah Abang pun paham apa yang hendak ia capai dengan lakinya.
***
”Mungkin kau kurang syarat, Mar, jadinya selalu meranakkan perawan,” ucapan itu Bi Mar
dapat dari Kajut Muya ketika perempuan tua yang tak seorang pun memiliki anak perawan itu,
sekali waktu menyambangi limas Bi Mar seusai Bi Mar melahirkan anaknya yang keempat belas,
Serina.
”Syarat apa, Jut?” kejar Bi Mar dengan mata berbinar. Ada semangat yang meluap dari
dadanya hingga Bi Mar seolah lupa dengan tubuhnya yang masih kepayahan sebab baru saja
meranakkan anak gadisnya yang kesekian. Di mata Bi Mar terlintas deret-deret bujang Kajut
Muya yang elok-elok parasnya.
”Kau malinglah sereket dari kayu ribu-ribu milik bibi atau saudara perempuan lakimu yang
telah beranak bujang. Usai itu, kau pakai sekali saja saat menanak nasi. Nah, nasi-nasi yang
menempel di sereket itu kau makan, lalu simpan sereketnya di bawah kasur kapuk kau dengan
Isa. Insya Allah, kau akan dapat anak bujang. Aku pun dulu demikian, Mar. Awal-awal menikah
hingga anakku bujang semua.”
Bibir Bi Mar mengembang, serupa kuntum bunga yang menemukan masanya mekar. Ada
luap keinginan yang rasanya hendak lekas-lekas ia tunaikan. Bila tak sadar dirinya masih terkulai
di atas lamat kapuknya, mungkin Bi Mar telah gegas meninggalkan Kajut Muya seorang saja
bersama gadisnya yang masih merah. Di matanya yang mendadak berbinar, Bi Mar telah dapat
limas siapa yang akan ia satroni, menggondol sereket kayu ribu-ribu penanak nasi: Limas Bi
Jumar, adik mertuanya yang memiliki banyak bujang.
Begitulah, seusai merasa dirinya telah sehat walafiat, Bi Mar melancarkan aksinya. Pada
petang yang kesekian di bilangan almanak rumah, Bi Mar berpura bertandang sembari
memamerkan anak gadisnya yang merah. Ketika Bi Jumar lengah, Bi Mar mengambil sereket
kayu ribu-ribu yang terselip di dinding limas samping periuk yang bergemerutup. Entah, apa Bi
Jumar sebenarnya paham apa yang dilakukan Bi Mar atau ia benar-benar tak mengetahuinya. Bi
Mar melenggang pulang dengan sereket kayu ribu-ribu yang terselip di balik besannya.
Di rumah, Bi Mar gegas menanak nasi seperti biasa, meletakkan perawannya yang masih
merah dalam ayunan. Lalu, melakukan petuah Kajut Muya padanya. Menggunakan sereket kayu
ribu-ribu milik Bi Jumar untuk mengaron nasinya hingga matang. Dan, memamah nasi yang
tertinggal di sereket. Usai itu, Bi Mar menyelipkan sereket itu di bawah kasur, tempat ia dan
Mang Isa tidur.
***
Keinginan Bi Mar memiliki anak bujang kian menjadi saja. Sebab, ada berita yang tengah
hangat dibicarakan perempuan-perempuan di batang—tempat mencuci dan mandi di Sungai
Lematang. Berita tentang Mang Marwan yang berbini dua!
Kata berita yang lagi hangat-hangatnya itu, Mang Marwan berbini dua lantaran tak kunjung
mendapatkan anak bujang dari istrinya, Bi Murni. Bi Mar pun ingat, ada lima anak gadis Bi Murni
itu. Semua berparas elok, berbibir tipis dengan hidung bangir, kulit putih dan mata sipit, mirip
Mang Marwan yang memang termasuk lelaki rupawan.
Mendadak, degup di jantung Bi Mar terasa tak normal. Ada dag-dig-dug yang tak biasa. Ia
seperti merasa, mata-mata perempuan yang mencuci dan mandi di batang seolah-olah mencuri
pandang. Seperti perempuan-perempuan itu tengah meramalkan nasibnya pun akan seburuk Bi
Murni yang tengah dikisahkan. Dimadu oleh lakinya lantaran tak kunjung mengoekkan anak
bujang dari selakangannya. Tak kunjung menegakkan jurai limas dengan menetak burung bujang
ingusan.
Gegas sekali Bi Mar menyikat baju cuciannya, membilas, dan menyabuni tubuhnya. Lalu,
membasuh diri dengan air Lematang yang mengalir. Setelah itu, ia terburu melangkah pulang.
Dalam hatinya yang kusut-masai, ia percaya, mata-mata perempuan di batang masih saja tertuju
hingga tubuhnya lenyap dari pandangan.
Bi Mar pun mulai waswas melihat tingkah pola Mang Isa. Bila lelaki itu tak kunjung pulang
pada malam yang kian larut saja, hatinya mendadak dibalur cemburu. Jangan-jangan Mang Isa
tengah memadu kasih dengan janda di dusun ini dan itu. Mengurai rencana dan sudah mulai
menyusun kata, bila ia menangis sembab ketika mendapati Mang Isa dikabarkan telah berbini
dua kelak.
Bi Mar pun kian risau, bila ia mendapati dirinya masih saja datang bulan. Padahal, ia
sangat berharap ada sesuatu yang tumbuh di perutnya, buah dari cinta dengan Mang Isa.
Sesuatu yang ia harapkan membayar tunai kegalauannya.
Rupa-rupanya, Tuhan mendengar doa Bi Mar, atau ini hanyalah kebetulan semata.
Pastinya, hal ini memang sudah tersemat dalam kisah semesta. Bi Mar kembali hamil muda.
Lalu, pelan-pelan perutnya membengkak, menuju bilangan bulan demi bulannya, seiring anak
gadis yang keempat belas belajar berjalan. Segala syarat yang ia dapatkan dari tetua, orang-
orang yang telah kenyang asam garam dunia, ia lakonkan, tujuannya cuma satu saja: Kali ini ia
beranak seorang bujang. Menyudahi pertarungan yang sejatinya enggan ia ulang.
***
Angin kian mendedas di pelipir limas, meningkahi perjuangan Bi Mar dalam bilik pengap.
Sesekali terdengar rintik mengimbau di atas genting. Kajut Mis masih terus memberi aba-aba,
menyemangati Bi Mar yang kian kepayahan. Usia yang sudah lewat kepala empat, anak yang
kata Kajut Mis sungsang, membuat perjuangan Bi Mar kian berat. Sementara itu, di tengah limas,
Mang Isa menunggu dengan cemas, anak-anak perawannya meringkuk dalam senyap. Doanya
cuma sebatang kalimat: Anak bujang! (*)
C59, November 2010 – Januari 2011
.
LEMBAR KERJA SISWA AKTIVITAS Ke-1
MENGIDENTIFIKASI, MENGANALISIS, DAN MENILAI KARAKTERISASI DAN ALUR CERITA
Nama : ......................................................
Kelas : ......................................................
Petunjuk:
1. Bacalah cerpen berjudul “Mar Beranak di Limas Isa” di atas.
2. Bagaimana karakterisasi pada cerita di atas? Berilah penilaian terhadap pemberian watak
tokoh dan cara pengarang menggambarkan watak tokoh?
3. Bagaimana alur cerita yang digunakan pada cerita di atas? Berilah penilaian terhadap alur
yang digunakan dan tahapan alur pada cerita?
4. Tuliskan hasil pada lembar berikut!
Aspek Identifikasi dan Analisis
Tanggapan / Penilaian disertai
argumen
Karakter
Alur cerita
Rubrik Penilaian
NO Kriteria Skor
1 Jika siswa menuliskan 4 hal (identifikasi dan analisis karakterisasi,
identifikasi dan analisis alur, penilaian karakterisasi, dan penilaian alur)
dengan lengkap dan tepat
76-100
2 Jika siswa menuliskan 3 hal (identifikasi dan analisis karakterisasi,
identifikasi dan analisis alur, penilaian karakterisasi, dan penilaian alur)
dengan lengkap dan tepat
51-75
3 Jika siswa menuliskan 2 hal (identifikasi dan analisis karakterisasi,
identifikasi dan analisis alur, penilaian karakterisasi, dan penilaian alur)
dengan lengkap dan tepat
26-50
4 Jika siswa menuliskan 1 (identifikasi dan analisis karakterisasi,
identifikasi dan analisis alur, penilaian karakterisasi, dan penilaian alur)
hal dengan lengkap dan tepat
1-25
5 Jika siswa tidak menuliskan dengan lengkap dan tepat 0
AKTIVITAS KE-2 ( 2 X 45 MENIT)
MATERI: MENILAI AKURASI PENGGAMBARAN KERAGAMAN MASYARAKAT
Persiapan
(10 menit)
1. Guru memasuki kelas dan melakukan kegiatan persiapan rutin;
memeriksa kebersihan kelas dan kerapian pakaian dan meja belajar
siswa.
2. Guru mengucapkan salam, berdoa bersama, dan mengecek
kehadiran siswa.
3. Guru menanyakan apakah sudah mempelajari materi yang akan
dipelajari (pada pertemuan sebelumnya siswa sudah diberi tahu
materi yang akan dibahas pada hari ini) dan menyampaikan
tanggapan atas pendapat siswa tentang pemahaman materi
sebelumnya. (10 menit)
Kegiatan Inti
(75 menit)
1. Siswa dan guru bertanya jawab tentang hubungan karya sastra
dengan realitas kehidupan. Siswa menceritakan pengalaman
membaca ataupun menulis cerpen berdasarkan realitas kehidupan
pada kelas sebelumnya. (5 menit)
2. Guru memberi penguatan dengan menyampaikan materi tentang
karya sastra sebagai gambaran realitas kehidupan dan cara menilai
akurasi penggambaran keragaman masyarakat. Guru perlu
menyampaikan manfaat mempelajari materi tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. (10 menit)
3. Siswa mengidentifikasi realitas kehidupan pada cerita yang dibaca
dan menilai akurasi penggambaran keragaman masyarakat dengan
mencari berbagai referensi. Misalnya pada cerita “Mar Beranak di
Limas Isa”, benarkah masyarakat banyak yang berusaha
mendapatkan anak lelaki, menganggap laki-laki superordinate dan
wanita subordinat? Benarkah pada saat ini masih ada keluarga yang
tidak melakukan KB? Benarkah ada anggapan jika suami tinggal di
rumah keluarga istri adalah hal yang tabu? (25 menit)
4. Siswa menyampaikan hasil penilaian/tanggapan terhadap cerpen
yang dibaca dengan argument yang logis. (20 menit) (lembar kerja
terlampir).
5. Guru mendatangi setiap siswa untuk memberikan masukan dan
saran perbaikan.
6. Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan dan mendapat masukan
dari teman yang lain. (5 menit)
Penunjukan siswa dapat menggunakan permainan “boom”, kata
bersajak, kata berkait, maupun permainan bola salju.
Penutup
(5 menit)
1. Guru meminta siswa untuk menuliskan pemahaman siswa
tentang materi yang sudah dipahami dan yang belum dipahami
serta kesan/masukan/kritikan selama pembelajaran
2. Guru menginformasikan materi yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya dan meminta siswa mempelajarinya.
3. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
MATERI AKTIVITAS KE-2
MATERI: MENILAI AKURASI PENGGAMBARAN KERAGAMAN MASYARAKAT
Karya sastra merupakan hasil proses penyaringan sebuah pengalaman, baik yang nyata maupun
rekaan, yang dipenggal-penggal dan disatukan kembali dengan persepsi dan keahlian
pengarang (sastrawan) serta disajikan melalui media bahasa. Oleh karena itu, meskipun karya
sastra merupakan suatu hasil imajinasi seorang pengarang, tetapi akan selalu lahir berdasarkan
realitas yang ada dalam kehidupan nyata. Membaca karya sastra menjadi sama halnya dengan
berjumpa dengan berbagai persoalan dan pengalaman hidup orang lain.
Peristiwa kehidupan yang digambarkan dalam karya sastra adalah kehidupan rekaan
yang dibuat oleh sastrawan, tampak seperti sebuah realita hidup. Karya sastra juga
menggambarkan ekspresi dari kehidupan nyata. Kehidupan di dalam karya sastra adalah
kehidupan yang telah diwarnai dengan sikap penulisannya, latar belakang pendidikannya,
keyakinan dan sebagainya
Sastra Indonesia tumbuh dan berkembang dari budaya Indonesia yang beraneka
ragam. Oleh karena itu, keberadaan sastra di Indonesia pun beraneka ragam, mulai keragaman
genre, gaya ungkap, tokoh, mitologi, hingga ke masalah sosial, politik, dan budaya etnik. Genre
sastra di Indonesia tidak hanya yang tampak general, seperti prosa, puisi, dan drama, tetapi juga
yang spesifik, seperti dongeng, legenda, mitos, epos, tambo, hikayat, syair, pantun, gurindam,
macapat, karungut, mamanda, dan geguritan. Keberagaman genre sastra tersebut juga
menyebabkan keberagaman dalam hal gaya ungkap, tokoh yang ditampilkan, semangat mitologi
yang mendasari, serta masalah sosial, politik, dan budaya etnik dari sastrawan daerah yang
menuliskan karya tersebut.
Sastrawan yang mengangkat potensi budaya etnik, terutama budaya daerah ke dalam
sastra Indonesia modern, oleh banyak kritikus sastra sering disebut dengan warna lokal (local
color) atau warna setempat. Karya sastra yang mengangkat warna lokal martabat budaya
derahnya telah menjadi sebuah kecenderungan umum. Hal itu tidak mengherankan bagi kita
karena sejak kelahirannya, awal abad XX, sastra Indonesia bersumber pada budaya sendiri,
misalnya roman Balai Pustaka, Siti Nurbaya (Marah Rusli, 1922), Cinta yang Membawa
Maut (Nursinah Iskandar, 1925), Pertemuan (Abas Sutan Pamuntjak Nan Sati, 1927), Darah
Muda (Adinegoro, 1927), Asmara Jaya (Adinegoro, 1928), Salah Asuhan (Abdoel Moeis, 1928),
dan Salah Pilih (Nur Sutan Iskandar, 1928) mengangkat unsur adat masyarakat Minangkabau
dalam sastra Indonesia modern
Selain daerah Minangkabau, penggalian nilai budaya sendiri ke dalam budaya Indonesia
terjadi pula pada budaya Jawa. Pengarang dari Jawa, seperti Linus Suryadi A.G. (Pengakuan
Pariyem, 1981; dan Tirta Kamandanu, 1994), Umar Kayam (Sri Sumarah dan Bawuk, 1975; Para
Priyayi, 1992. Dari daerah lain di luar Sumatera dan Jawa pun kita temukan, misalnya dari Bali
kita temukan Oka Rusmini dalam novelnya Sagra (1996) dan beberapa cerpennya yang dimuat
dalam Horison, seperti "Sang Pemahat" (2000), menggali nilai budaya Bali ke dalam karya sastra
Indonesia modern.
Keberagaman sastra di Indonesia yang mulikultural itu tidak menyurutkan semangat
membangun keindonesia yang lebih baik, lebih beradab, dan lebih bermartabat. Perkembangan
sastra di Indonesia secara nyata menunjukkan bahwa kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara itu pun berkaitan erat dengan kehidupan bersastra. Sastra Indonesia merefleksikan
kehidupan masyarakat Indonesia yang multimajemuk sehingga secara nyata dapat menjadi
cerminan hidup berbangsa, bernegara, serta bermasyarakat yang beradab dan bermartabat. Di
negara yang sedang dalam keadaan krisis multidimensional seperti saat ini, kehidupan sastra
kita pun ikut terimbas dengan keadaan tersebut. Sastra yang bercorak reformasi dan keadaan
negeri yang dilanda berbagai kerusuhan, disintegrasi bangsa, teror bom, dan kekacauan politik
ikut pula mewarnai sastra Indonesia modern sehingga banyak orang mengatakan Malu (Aku)
Jadi Orang Indonesia (Taufiq Ismail, 1998).
Sumber: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/content/keberagaman-sastra-di-
indonesia-dalam-membangun-keindonesiaan
LEMBAR KERJA SISWA AKTIVITAS Ke-2
MATERI: MENILAI AKURASI PENGGAMBARAN KERAGAMAN MASYARAKAT
Nama : ......................................................
Kelas : ......................................................
Petunjuk:
1. Bacalah cerpen berjudul “Mar Beranak di Limas Isa” di atas.
2. Bagaimana gambaran realitas kehidupan pada cerita di atas? Berilah penilaian terhadap
akurasi penggambaran keragaman masyarakat?
3. Tuliskan hasil pada lembar berikut!
No Gambaran realitas kehidupan Penilaian disertai alasan logis
Rubrik Penilaian
NO Kriteria Skor
1 Jika siswa menuliskan 2 hal dengan lengkap dan tepat 76-100
2 Jika siswa menuliskan 1 hal dengan lengkap dan tepat 51-75
3 Jika siswa tidak menuliskan dengan lengkap dan tepat 0
AKTIVITAS KE-3 ( 2 X 45 MENIT)
MATERI: MEMPREDIKSI DINAMIKA PEMIKIRAN MAUPUN TINDAKAN TOKOH
Persiapan
(10 menit)
1. Guru memasuki kelas dan melakukan kegiatan persiapan rutin;
memeriksa kebersihan kelas dan kerapian pakaian dan meja belajar
siswa.
2. Guru mengucapkan salam, berdoa bersama, dan mengecek kehadiran
siswa.
3. Guru menanyakan apakah sudah mempelajari materi yang akan
dipelajari (pada pertemuan sebelumnya siswa sudah diberi tahu materi
yang akan dibahas pada hari ini) dan menyampaikan tanggapan atas
pendapat siswa tentang pemahaman materi sebelumnya. (10 menit)
Kegiatan Inti
(75 menit)
1. Siswa dan guru bertanya jawab mengenai analisis terhadap pemikiran
dan tindakan tokoh. Apakah pemikiran maupun tindakan tersebut
benar? Mengapa tokoh melakukan sesuatu (alasan dan tujuan) dan
refleksi jika menjadi tokoh tersebut apakah siswa akan melakukan hal
yang sama atau hal lain. (5 menit)
2. Guru memberi penguatan berupa materi tentang karya sastra sebagai
gambaran realitas kehidupan yang di dalamnya terdapat pemikiran
maupun tindakan tokoh dan cara memprediksi pemikiran maupun
tindakan tokoh. Guru perlu menyampaikan manfaat mempelajari
materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. (15 menit)
3. Siswa mengidentifikasi tokoh-tokoh dan memprediksi pemikiran
maupun tindakan tokoh. Misalnya mengapa Mang Isa ingin memiliki
anak lelaki? Jika anak yang terlahir berjenis kelamin perempuan,
apakah Bi Mar masih mau hamil lagi padahal usianya sudah lebih dari
40 tahun? Jika siswa menjadi tokoh Mang Isa, apakah akan
melakukan hal yang sama?(50 menit) (lembar kerja terlampir).
4. Guru mendatangi setiap siswa untuk memberikan masukan dan saran
perbaikan.
5. Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan dan mendapat masukan dari
teman yang lain. (5 menit)
Penutup (5
menit)
1. Guru meminta siswa untuk menuliskan pemahaman siswa
tentang materi yang sudah dipahami dan yang belum dipahami
serta kesan/masukan/kritikan selama pembelajaran.
2. Guru menginformasikan materi yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya dan meminta siswa mempelajarinya.
3. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
MATERI AKTIVITAS KE-3
MATERI: MEMPREDIKSI DINAMIKA PEMIKIRAN MAUPUN TINDAKAN TOKOH
Sastrawan menulis karya sastra, antara lain, untuk menyampaikan model kehidupan yang
diidealkan dan ditampilkan dalam cerita melalui pemikiran dan tindakan tokoh. Dengan karya
sastranya, sastrawan menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur
kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat itu pada hakikatnya
universal, artinya diyakini oleh semua manusia. Pembaca diharapkan dalam menghayati sifat-
sifat ini dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Untuk itu, seorang pengarang berusaha untuk memperlihatkan kemungkinan tersebut,
memperlihatkan masalah-masalah manusia yang substil (halus) dan bervariasi dalam karya-
karya sastranya. Sedangkan daya imajinatif adalah kemampuan pengarang untuk
membayangkan, mengkhayalkan, dan menggambarkan sesuatu atau peristiwa-peristiwa.
Seorang pengarang yang memiliki daya imajinatif yang tinggi bila dia mampu memperlihatkan
dan menggambarkan kemungkinan-kemungkinan kehidupan, masalah-masalah, dan pilihan-
pilihan dari alternatif yang mungkin dihadapi manusia. Kedua daya itu akan menentukan
berhasil tidaknya suatu karya sastra.
Karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran,
perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang
membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Sehingga sastra memiliki unsur-unsur berupa
pikiran, pengalaman, ide, perasaan, semangat, kepercayaan (keyakinan), ekspresi atau
ungkapan, bentuk dan bahasa.
Karya sastra merupakan media yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan
gagasan-gagasan dan pengalamannya melalui pemikiran dan tindakan tokoh. Sebagai media,
peran karya sastra sebagai media untuk menghubungkan pikiran-pikiran pengarang untuk
disampaikan kepada pembaca. Selain itu, karya sastra juga dapat merefleksikan pandangan
pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungannya. Realitas sosial yang
dihadirkan melalui teks kepada pembaca merupakan gambaran tentang berbagai fenomena
sosial yang pernah terjadi di masyarakat dan dihadirkan kembali oleh pengarang dalam bentuk
dan cara yang berbeda. Selain itu, karya sastra dapat menghibur, menambah pengetahuan dan
memperkaya wawasan pembacanya dengan cara yang unik, yaitu menuliskannya dalam bentuk
naratif. Sehingga pesan disampaikan kepada pembaca tanpa berkesan mengguruinya.
Karya sastra adalah suatu wadah untuk mengungkapkan gagasan, ide dan pikiran
dengan gambaran-gambaran pengalaman melalui pemikiran dan tindakan tokoh. Sastra
menyuguhkan pengalaman batin yang dialami pengarang kepada penikmat karya sastra
(masyarakat). Sastra bukan hanya refleksi sosial melainkan merespresentase sebuah gagasan
tentang dunia yang atau gagasan atas realitas sosiologis yang melampaui waktunya. Karya
sastra yang baik adalah sebuah karya yang dapat memberikan kontribusi bagi masyarakt.
Hubungan sastra dengan masyarakat pendukung nilai-nilai kebudayaan tidak dapat dipisahkan,
karena sastra menyajikan kehidupan dan sebagian besar terdiri atas kenyataan sosial
(masyarakat), walaupun karya sastra meniru alam dan dunia subjektif manusia. Di samping itu,
sastra berfungsi sebagai kontrol sosial yang berisi ungkapan sosial beserta problematika
kehidupan masyarakat. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri
adalah suatu kenyataan sosial.
Dalam kaitan dengan proses penciptaan karya sastra, seorang pengarang berhadapan
dengan suatu kenyataan yang ada dalam masyarakat (realitas obyektif). Realitas obyektif bisa
berbentuk peristiwa-peristiwa, norma-norma (tata nilai), pandangan hidup Karya sastra
menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan diri sendiri,
lingkungan, dan juga Tuhan. Karya sastra berisi penghayatan sastrawan terhadap
lingkungannya. Karya sastra bukan hasil kerja lamunan belaka, melainkan juga penghayatan
sastrawan terhadap kehidupan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab
sebagai sebuah karya seni.
Karya sastra memiliki peran yang penting dalam masyarakat karena karya sastra
merupakan ekspresi sastrawan berdasarkan pengamatannya terhadap kondisi masyarakat
sehingga karya sastra itu menggugah perasaan orang untuk berpikir tentang kehidupan.
Membaca karya sastra merupakan masukan bagi seseorang untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Para penguasa sering melarang peredaran karya-karya sastra yang
dianggap membahayakan pemerintahannya. Buku-buku dimusnahkan dan sastrawan-
sastrawan diasingkan. Pramoedya Ananta Toer pernah diasingkan ke Pulau Buru. Karya
Mochtar Lubis berjudul Senja di Jakarta juga pernah dilarang beredar oleh Sukarno. Kekerasan
ini terjadi karena sastrawan lewat karyanya berusaha melakukan perlawanan terhadap
ketidakadilan penguasa.
Sumber: https://www.coretanzone.id/2017/10/sosiologi-sastra-dan-masyarakat-dalam-karya-
sastra.html
LEMBAR KERJA SISWA AKTIVITAS Ke-3
MATERI: MEMPREDIKSI DINAMIKA PEMIKIRAN MAUPUN TINDAKAN TOKOH
Nama : ...................................................
Kelas : ...................................................
Petunjuk:
1. Bacalah cerpen berjudul “Mar Beranak di Limas Isa” di atas!
2. Sebutkan nama tokoh dan prediksilah bagaimana pemikiran dan tindakan tokoh?
3. Tuliskan hasil pada lembar berikut!
No Nama tokoh Prediksi pemikiran dan tindakan tokoh
1 Bi Mar
2 Mang Isa
3 Kajut Mis
4 Kajut Muya
5 Mertua Bi Mar
Rubrik Penilaian
NO Kriteria Skor
1 Jika siswa menuliskan 5 hal dengan lengkap dan tepat 81-100
2 Jika siswa menuliskan 4 hal dengan lengkap dan tepat 61-80
3 Jika siswa menuliskan 3 hal dengan lengkap dan tepat 41-60
4 Jika siswa menuliskan 2 hal dengan lengkap dan tepat 21-40
5 Jika siswa menuliskan 1 hal dengan lengkap dan tepat 1-20
6 Jika siswa tidak menuliskan dengan lengkap dan tepat 0
KRITERIA UNTUK MENGUKUR KETERCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu mengidentifikasi, menganalisis, menilai karakterisasi dan alur cerita
2. Siswa mampu menilai akurasi penggambaran keragaman masyarakat
3. Siswa mampu memprediksi dinamika pemikiran maupun tindakan tokoh
BAGAIMANA ASESMEN DILAKUKAN
1. Observasi guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
2. Tes tertulis menganalisis dan menilai unsur-unsur cerpen.
REFLEKSI SISWA
1. Bagaimana perasaan kamu saat belajar materi membaca teks cerpen?
2. Manfaat apa yang kamu dapatkan dari belajar materi membaca teks cerpen
3. Materi apa yang sulit dipahami selama pembelajaran berlangsung?
4. Materi apa yang mudah untuk dipahami selama pembelajaran berlangsung?
5. Solusi apa yang Anda harapkan dari materi yang sulit agar Anda dapat memahaminya?
DAFTAR PUSTAKA
A. Berupa buku:
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2017. Bahasa Indonesia Kelas XII
SMA/MA/SMK/MAK.. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
2. Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
B. Situs online
1. http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/content/keberagaman-sastra-di-
indonesia-dalam-membangun-keindonesiaan
2. https://www.coretanzone.id/2017/10/sosiologi-sastra-dan-masyarakat-dalam-karya-
sastra.html
• Apakah pembelajaran yang sudah saya lakukan sudah sesuai
dengan rencana yang saya buat?
• Rencana pembelajaran mana yang tidak bisa saya lakukan?
Apakah kendalanya?
• Apakah seluruh siswa mencapai tujuan pembelajaran? Jika
tidak, apa kendalanya dan bagaimana cara memperbaikinya?
Refleksi Guru
MATERI PENGAYAAN UNTUK SISWA BERPENCAPAIAN TINGGI
Pelaksanaan pengayaan untuk siswa dengan berpencapaian tinggi dilakukan dengan cara
individu. Siswa melakukan hal-hal berikut:
1. Mencari cerpen “Di Tubuh Tarra dalam Rahim Pohon” karya Faisal Odang.
2. Mengidentifikasi, menganalisis, dan menilai karakterisasi dan alur, menilai akurasi
penggambaran masyarakat, dan memprediksi dinamika pemikiran maupun tindakan tokoh..
REFLEKSI DIRI KHUSUS SISWA BERPENCAPAIAN TINGGI
1. Apakah materi yang kalian pelajari saat ini bermanfaat untuk
kehidupan Anda?
2. Apakah ada materi yang Anda harapkan ada, tetapi tidak disampaikan
oleh guru? Jika ada, sebutkan materi tersebut dan alasan mengapa
materi tersebut penting!
Lembar Kerja Siswa Berpencapaian Tinggi
Nama : .........................................................
Kelas : .........................................................
Petunjuk:
1. Carilah cerpen “Di Tubuh Tarra dalam Rahim Pohon” karya Faisal Odang!
2. Identifikasilah, analisislah, dan berilah penilaian terhadap karakterisasi dan alur; berilan
penilaian akurasi penggambaran masyarakat; dan berilan penilaian prediksi dinamika pemikiran
maupun tindakan tokoh!
Materi Remedial
Remedial dilakukan oleh guru dengan memperhatikan tingkat ketercapaian siswa pada materi ini.
Siswa yang dikatagorikan akan mendapat remedial adalah yang belum mencapai ketuntasan.
Adapun remedial dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Tutor sebaya oleh siswa yang berpencapaian tinggi
2. Latihan soal berdasarkan analisis kelemahan siswa pada materi tertentu
3. Kelompok diskusi

More Related Content

Similar to CERPEN.pdf

Komsas pt3
Komsas pt3Komsas pt3
Komsas pt3
nur habibah yusuf
 
PPT Cerpen Murniasih.pptx
PPT Cerpen Murniasih.pptxPPT Cerpen Murniasih.pptx
PPT Cerpen Murniasih.pptx
BrowNiesParlay
 
Minggu 4 (sastera) pembinaan plot
Minggu 4 (sastera) pembinaan plotMinggu 4 (sastera) pembinaan plot
Minggu 4 (sastera) pembinaan plotShamimi Jamudin
 
Unsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur intrinsik dan ekstrinsikUnsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur intrinsik dan ekstrinsik
Pungki Ariefin
 
Unsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur intrinsik dan ekstrinsikUnsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur intrinsik dan ekstrinsik
Pungki Ariefin
 
Unsur intrinsik dan ekstrinsik(1)
Unsur intrinsik dan ekstrinsik(1)Unsur intrinsik dan ekstrinsik(1)
Unsur intrinsik dan ekstrinsik(1)
Pungki Ariefin
 
materi_cerpen.pptx
materi_cerpen.pptxmateri_cerpen.pptx
materi_cerpen.pptx
UtamiAndriani
 
KARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptx
KARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptxKARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptx
KARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptx
wahyutriwibowo098
 
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
wifauzi
 
Pembahasan buku fiksi & non fiksi
Pembahasan buku fiksi & non fiksiPembahasan buku fiksi & non fiksi
Pembahasan buku fiksi & non fiksi
ahmadhafizh8
 
Pembahasan buku fiksi & nonfiksi
Pembahasan buku fiksi & nonfiksiPembahasan buku fiksi & nonfiksi
Pembahasan buku fiksi & nonfiksi
ahmadhafizh8
 
Analisis cerpen
Analisis cerpenAnalisis cerpen
Analisis cerpen
Kay Nazarite
 
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarahWildan Insan Fauzi
 
STRUKTUR PROSA.ppt
STRUKTUR PROSA.pptSTRUKTUR PROSA.ppt
STRUKTUR PROSA.ppt
mella63
 
Pengenalan Menganalisis Cerpen
Pengenalan Menganalisis CerpenPengenalan Menganalisis Cerpen
Pengenalan Menganalisis Cerpen
Momee Rain
 
cerpen Kelompok 5
cerpen Kelompok  5   cerpen Kelompok  5
cerpen Kelompok 5
Rústam AJis Çatanjung
 

Similar to CERPEN.pdf (20)

Komsas pt3
Komsas pt3Komsas pt3
Komsas pt3
 
PPT Cerpen Murniasih.pptx
PPT Cerpen Murniasih.pptxPPT Cerpen Murniasih.pptx
PPT Cerpen Murniasih.pptx
 
Minggu 4 (sastera) pembinaan plot
Minggu 4 (sastera) pembinaan plotMinggu 4 (sastera) pembinaan plot
Minggu 4 (sastera) pembinaan plot
 
Unsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur intrinsik dan ekstrinsikUnsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur intrinsik dan ekstrinsik
 
Unsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur intrinsik dan ekstrinsikUnsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur intrinsik dan ekstrinsik
 
Unsur intrinsik dan ekstrinsik(1)
Unsur intrinsik dan ekstrinsik(1)Unsur intrinsik dan ekstrinsik(1)
Unsur intrinsik dan ekstrinsik(1)
 
materi_cerpen.pptx
materi_cerpen.pptxmateri_cerpen.pptx
materi_cerpen.pptx
 
KARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptx
KARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptxKARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptx
KARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptx
 
Ppt prosa
Ppt prosaPpt prosa
Ppt prosa
 
Pengertian karya sastra
Pengertian karya sastraPengertian karya sastra
Pengertian karya sastra
 
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
 
Pembahasan buku fiksi & non fiksi
Pembahasan buku fiksi & non fiksiPembahasan buku fiksi & non fiksi
Pembahasan buku fiksi & non fiksi
 
Pembahasan buku fiksi & nonfiksi
Pembahasan buku fiksi & nonfiksiPembahasan buku fiksi & nonfiksi
Pembahasan buku fiksi & nonfiksi
 
Analisis cerpen
Analisis cerpenAnalisis cerpen
Analisis cerpen
 
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
 
STRUKTUR PROSA.ppt
STRUKTUR PROSA.pptSTRUKTUR PROSA.ppt
STRUKTUR PROSA.ppt
 
MODUL "NOVEL"
MODUL "NOVEL"MODUL "NOVEL"
MODUL "NOVEL"
 
Pengenalan Menganalisis Cerpen
Pengenalan Menganalisis CerpenPengenalan Menganalisis Cerpen
Pengenalan Menganalisis Cerpen
 
cerpen Kelompok 5
cerpen Kelompok  5   cerpen Kelompok  5
cerpen Kelompok 5
 
Jawapan topik 4
Jawapan topik 4Jawapan topik 4
Jawapan topik 4
 

More from BudimanApriyossa

PROSEM 11 BINA.pdf
PROSEM 11 BINA.pdfPROSEM 11 BINA.pdf
PROSEM 11 BINA.pdf
BudimanApriyossa
 
ARGUMENTASI.pdf
ARGUMENTASI.pdfARGUMENTASI.pdf
ARGUMENTASI.pdf
BudimanApriyossa
 
04 PROTA - Bahasa Indonesia 11.pdf
04 PROTA - Bahasa Indonesia 11.pdf04 PROTA - Bahasa Indonesia 11.pdf
04 PROTA - Bahasa Indonesia 11.pdf
BudimanApriyossa
 
03 KKTP - Bahasa Indonesia 11.pdf
03 KKTP - Bahasa Indonesia 11.pdf03 KKTP - Bahasa Indonesia 11.pdf
03 KKTP - Bahasa Indonesia 11.pdf
BudimanApriyossa
 
02 ATP Fase F11 - Bahasa Indonesia.pdf
02 ATP Fase F11 - Bahasa Indonesia.pdf02 ATP Fase F11 - Bahasa Indonesia.pdf
02 ATP Fase F11 - Bahasa Indonesia.pdf
BudimanApriyossa
 
01 CP Bahasa Indonesia Fase F MAN 3.pdf
01 CP Bahasa Indonesia Fase F MAN 3.pdf01 CP Bahasa Indonesia Fase F MAN 3.pdf
01 CP Bahasa Indonesia Fase F MAN 3.pdf
BudimanApriyossa
 

More from BudimanApriyossa (6)

PROSEM 11 BINA.pdf
PROSEM 11 BINA.pdfPROSEM 11 BINA.pdf
PROSEM 11 BINA.pdf
 
ARGUMENTASI.pdf
ARGUMENTASI.pdfARGUMENTASI.pdf
ARGUMENTASI.pdf
 
04 PROTA - Bahasa Indonesia 11.pdf
04 PROTA - Bahasa Indonesia 11.pdf04 PROTA - Bahasa Indonesia 11.pdf
04 PROTA - Bahasa Indonesia 11.pdf
 
03 KKTP - Bahasa Indonesia 11.pdf
03 KKTP - Bahasa Indonesia 11.pdf03 KKTP - Bahasa Indonesia 11.pdf
03 KKTP - Bahasa Indonesia 11.pdf
 
02 ATP Fase F11 - Bahasa Indonesia.pdf
02 ATP Fase F11 - Bahasa Indonesia.pdf02 ATP Fase F11 - Bahasa Indonesia.pdf
02 ATP Fase F11 - Bahasa Indonesia.pdf
 
01 CP Bahasa Indonesia Fase F MAN 3.pdf
01 CP Bahasa Indonesia Fase F MAN 3.pdf01 CP Bahasa Indonesia Fase F MAN 3.pdf
01 CP Bahasa Indonesia Fase F MAN 3.pdf
 

Recently uploaded

0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 

Recently uploaded (20)

0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 

CERPEN.pdf

  • 1. MODUL AJAR MEMBACA CERPEN Nama Penyusun : EDAH JUBAEDAH, S.Pd. Satuan Pendidikan : MAN 3 Majalengka Tahun Penyusunan : 2023 Kelas : XI (Sebelas) Jenjang Sekolah : MA Alokasi waktu : 3 X pertemuan (270 menit) Fase Capaian Pembelajaran Fase “F” Elemen CP Membaca dan Memirsa Peserta didik mampu mengevaluasi gagasan dan pandangan berdasarkan kaidah logika berpikir dari membaca berbagai tipe teks (nonfiksi dan fiksi) di media cetak dan elektronik. Peserta didik mampu mengapresiasi teks fiksi dan nonfiksi. Tujuan Pembelajaran Peserta didik menilai dan mengkritisi unsur intrinsik (karakter, alur cerita, latar), otentisitas penggambaran masyarakat pada teks cerpen, serta dan memprediksi dinamika pemikiran maupun tindakan tokoh. Tujuan pembelajaran dijabarkan menjadi indikator sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi, menganalisis, menilai karakterisasi dan alur cerita 2. Menilai akurasi penggambaran keragaman masyarakat 3. Memprediksi dinamika pemikiran maupun tindakan tokoh Konsep Utama Membaca teks cerpen Pengetahuan / Keterampilan Prasyarat Peserta didik meganalisis dan menyimpulkan unsur intrinsic cerpen dan menilai tujuan penulis menggunakan diksi tertentu Profil Pelajar Pancasila Sarana Prasarana Secara kritis mengklarifikasi serta menganalisis gagasan dan informasi yang kompleks dan abstrak dari berbagai sumber. Komputer/laptop/tablet Target Peserta Didik Jumlah Siswa Ketersediaan Materi  Siswa regular/tipikal  Siswa berpencapaian tinggi Maksimum 36 siswa a. Pengayaan untuk siswa berpencapaian tinggi: YA/TIDAK (materi terlampir) b. Alternatif penjelasan, metode, atau aktivitas, untuk siswa yang sulit memahami konsep: YA/TIDAK Model Pembelajaran Asesmen Tatap muka • Asesmen individu Jenis asesmen: • Tertulis Pengaturan Siswa Metode Individu Ceramah,Presentasi, Proyek
  • 2. Sumber belajar utama: 1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan .2017. Bahasa Indonesia Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK.. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2. Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 3. http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/content/keberagaman-sastra-di-indonesia- dalam-membangun-keindonesiaan 4. https://www.coretanzone.id/2017/10/sosiologi-sastra-dan-masyarakat-dalam-karya- sastra.html Pertanyaan Pemantik 1. Mengapa kita perlu membaca cerpen? 2. Adakah cerpen yang membuatmu terkesan? Jika ada, apa yang membuatmu terkesan? 3. Bagaimana penggambaran realitas kehidupan dalam cerpen yang pernah kalian baca? 4. Bagaimana dinamika pemikiran tokoh pada cerpen yang kalian baca? 5. Bagaimana peluang cerpen sebagai media edukasi bagi masyarakat? Apakah pengetahuan latar yang perlu dimiliki siswa sebelum mempelajari topik ini? Konsep unsur intrinsic cerpen.
  • 3. AKTIVITAS 1 ( 2 X 45 Menit) MATERI: MENGIDENTIFIKASI, MENGANALISIS, DAN MENILAI KARAKTER DAN ALUR CERITA Pribadi Keren Karena Cerpen Oatley, seorang psikolog dari Universitas Toronto, memaparkan bahwa membaca karya fiksi –termasuk cerpen– dapat membantu kita mengembangkan sifat empati di dalam diri. “Orang yang membaca buku fiksi lebih jago memahami perasaan dan sudut pandang orang lain,” kata Oatley. Selain itu, dengan membaca cerpen kita akan menjadi pribadi yang mampu memberi solusi (problem solving), motivasi, dan inspirasi. Melalui sastra, kita mempelajari bagaimana sebuah plot cerita bekerja. Mulai dari prolog, konflik, hingga penyelesaiannya yang lazim, umum, dan masuk akal. Dengan demikian, siapapun yang belajar karya sastra akan memiliki kemampuan problem solving yang baik. Motivasi bisa kita dapatkan dari cerpen karena cerpen akan memberikan suatu contoh gambaran kehidupan seseorang yang berawal dari kegalauan (ada masalah) berakhir kegembiraan yang disisipi dengan dorongan/jalan keluarnya. Kita juga dapat meniru pola atau karakteristik tokoh-tokoh dalam cerpen. Persiapan (10 menit) 1. Guru memasuki kelas dan melakukan kegiatan persiapan rutin; memeriksa kebersihan kelas dan kerapian pakaian dan meja belajar siswa. 2. Guru mengucapkan salam kepada siswa. 3. Guru meminta salah seorang siswa memimpin doa. 4. Guru mengecek kehadiran siswa. 5. Guru menyampaikan hasil yang akan dicapai dari topik ini Kegiatan Inti ( 75 menit) 1. Siswa bertanya jawab dengan dipandu dipandu guru terkait materi teks cerpen yang telah dipelajari pada kelas X dan XI serta menyampaikan MANFAAT mempelajari materi membaca teks cerpen. 2. Siswa dan guru bertanya jawab berkaitan dengan pengalaman siswa dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menilai karakterisasi dan alur sebuah cerita. 3. Guru menyampaikan materi cara mengidentifikasi, menganalisis, dan menilai karakterisasi dan alur cerita. (Materi dan contoh cerpen terlampir) 4. Siswa membaca sebuah cerpen berkonteks personal maupun sosial budaya, misalnya cerpen berkonteks sosial budaya berjudul “Mar Beranak di Limas Isa”. - Siswa mengidentifikasi, menganalisis, dan menilai karakterisasi - Siswa mengidentifikasi, menganalisis, dan menilai alur cerita. - Siswa menyampaikan hasil pekerjaannya dan mendapat berbagai masukan (lembar kerja terlampir). Guru mendatangi setiap siswa untuk memberikan masukan dan saran perbaikan. 5. Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan dan mendapat masukan dari teman yang lain.
  • 4. Penunjukan siswa dapat menggunakan permainan “boom”, misalnya, “boom 3”. Siswa diminta berhitung secara urut, tetapi mengganti angka kelipatan 3 atau yang mengandung angka 3 dengan kata “boom”. Jika ada siswa yang salah, diminta menyampaikan hasil pekerjaan atau diminta memberi tanggapan. Penutup (5 menit) 1. Guru meminta siswa untuk menuliskan pemahaman siswa tentang materi yang sudah dipahami dan yang belum dipahami serta kesan/masukan/kritikan selama pembelajaran 2. Guru menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya dan meminta siswa mempelajarinya. 3. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
  • 5. MATERI AKTIVITAS KE-1 MENGIDENTIFIKASI, MENGANALISIS, DAN MENILAI KARAKTERISASI DAN ALUR CERITA Menganalisis karya fiksi merupakan salah satu cara untuk memahami dengan jelas apa yang terkandung di dalam karya itu sendiri. Karena bagaimanapun juga, karya fiksi merupakan proses pemikiran seorang pengarang yang belum tentu dapat dengan mudah dimengerti oleh pembaca apa maksud yang disampaikannya. Dengan menganalisisnya, kesalahpahaman maksud yang ditujukan dari pengarang kepada pembaca tentu dapat dihindari. Sehingga suatu karya fiksi akan dapat dinikmati dengan mengutamakan tujuan adanya karya fiksi itu sendiri. Penokohan dan alur merupakan salah satu cara yang digunakan pengarang untuk memberi kesan menarik pada karyanya A. Karakterisasi Karakterisasi atau dalam bahasa Inggris charaterization berarti pemeranan, pelukisan watak. Penciptaan tokoh-tokoh dengan karakter yang berbeda menambah hidup suatu cerita. Dalam menampilkan tokoh-tokohnya, pengarang dapat menggambarkan karakter tokoh dengan bermacam-macam. Karakter dan sikap tokoh berkembang, dengan sendirinya akan mengalami perkembangan dan perubahan dari awal, tengah, dan akhir cerita sesuai dengan tuntutan koherensi cerita secara kesuluruhan. Tokoh yang mengalami perubahan dan perkembangan karakter sejalan dengan alur cerita. Sejalan dengan perkembangan alur yang menampilkan berbagai peristiwa dan konflik yang juga semakin meningkat, karakter tokoh juga mengalami perubahan dan perkembangan untuk menyikapi dan menyesuaikan dengan tuntutan alur. Dengan demikian, perubahan dan perkembangan alur itu tetap berada dalam kaitannya dengan alur dan dapat dipertanggungjawabkan. Artinya, adanya perubahan dan perkembangan karakter itu tidak terjadi begitu saja tanpa adanya konflik yang memicunya. Perkembangan karakter tokoh dipengaruhi atau bahkan dibentuk oleh latar yang melingkupinya. Hal itu sekaligus juga berarti bahwa karakter seorang tokoh dapat dipahami lewat dan sekaligus diperjelas oleh kondisi latar yang membesarkannya. Misalnya, seorang anak yang hidup di lingkungan komunitas panti asuhan, maka sejak kecil sudah dihadapkan pada fakta kehidupan yang keras. Maka, karakter sang anak akhirnya berkarakter keras, pekerja keras, dan tidak pantang menyerah. Tokoh statis tersebut sejak awal kemunculannya hingga akhir cerita terus menerus bersifat hitam (tokoh jahat) atau putih (tokoh baik), yang hitam tak pernah berangsur putih dan yang putih pun tidak diungkapkan unsure kehitamannya. Sedangkan yang dimaksud dengan tokoh berkembang/dinamis adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan dan perubahan peristiwa dan plot yang dikisahkan. Ia secara aktif berinteraksi dengan lingkungan, baik lingkungan sosial, alam, maupun yang lain yang kesemuanya itu akan mempengaruhi sikap, watak, dan tingkah lakunya. Adanya perubahan-perubahan yang terjadi di luar dirinya, dan adanya hubungan antar manusia yang memang saling mempengaruhi itu, dapat menyentuh kejiwaannya dan dapat menyebabkan terjadinya perubahan dan perkembangan sikap dan wataknya. Sikap dan watak tokoh berkembang, dengan demikian akan mengalami perkembangan atau perubahan dari awal, tengah dan akhir cerita sesuai dengan tuntutan koherensi secara keseluruhan.
  • 6. Cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut penokohan. Tokoh berkarakter baik lazimnya menjadi tokoh protagonis karena pembaca akan cenderung berpihak pada tokoh-tokoh jenis ini. Tokoh protagonis adalah tokoh pembawa misi kebenaran dan nilai- nilai moral yang bersebrangan dengan tokoh antagonis yang justru pembawa kejahatan atau malapetaka. Tokoh protagonis ini pulalah yang sering dijadikan hero, pahlawan karena bertugas membawakan nilai-nilai yang menjadi idealisme pembaca. Sebaliknya, tokoh antagonis mering menjadi tokoh yang disikapi secara antipasti oleh pembaca karena sifatnya yang jahat. Dengan demikian, penokohan atau pelaku yang berperan dalam sebuah cerita dengan menampilkan karakter yang diperannya. Tokoh-tokoh cerita fiksi hadir sebagai seseorang yang berjati diri bukan sebagai sesuatu yang tanpa karakter. Tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokohtokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik, penting yang mempengaruhi perkembangan plot. Di pihak lain, permunculan tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung dan tak langsung. walaupun tokoh ceritanya hanya merupakan tokoh ciptaan pengarang, ia haruslah merupakan tokoh yang hidup secara wajar, sewajar sebagaimana kehidupan manusia yang terdiri dari darah dan daging, yang mempunyai pikiran dam perasaan. Kehidupan tokoh cerita adalah kehidupan dalam dunia fiksi, maka ia haruslah bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan cerita dengan perwatakan yang disandangnya. secara garis besar tokoh dapat diungkapkan dua macam cara, yaitu cara langsung dan tidak langsung. Adapun penjelasannya sebagai berikut. 1. Cara analitik yaitu pengarang menjelaskan atau menceritakan secara langsung dengan diuraikan oleh pengarang. Pengarang secara jelas menunjukkan atau mendeskripsikan watak tokoh. 2. Cara dramatik yaitu mengungkapkan watak tokoh secara tidak langsung lewat alur cerita. Jadi, watak tidak diuraikan dan dideskripsikan secara serta merta begitu saja, melainkan diungkapkan secara terselubung lewat cerita. Bagaimana kita bisa mengenali karakter dalam sebuah cerita? Ada beberapa jalan yang dapat menuntun kita sampai pada sebuah karakter. 1. Melalui apa yang diperbuatnya, tindakan-tindakannya, terutama sekali bagaimana ia bersikap dalam situasi kritis. Watak seseorang kerap kali tercermin dengan jelas pada sikapnya dalam situasi gawat (penting), karena ia tak bisa berpura-pura, ia akan bertindak secara spontan menurut karakternya: Situasi kritis di sini tak perlu mengandung bahaya, tapi situasi yang mengharuskan dia mengambil keputusan dengan segera. 2. Melalui ucapan-ucapannya. Dari apa yang diucapkan oleh seorang tokoh cerita, kita dapat mengenali apakah ia orang tua, orang dengan pendidikan rendah atau tinggi, sukunya, wanita atau pria, orang berbudi halus atau kasar, dan sebagainya. 3. Melalui penggambaran fisik tokoh. Penulis sering membuat deskripsi mengenai bentuk tubuh dan wajah tokoh-tokohnya yaitu tentang cara berpakaian, bentuk tubuhnya, dan sebagainya. Dalam fiksi lama penggambaran fisik kerap kali dipaia untuk memperkuat watak. 4. Melalui pikiran-pikirannya. Melukiskan apa yang dipikirkan oleh seorang tokoh adalah salah satu cara penting untuk membentangkan perwatakkannya. Dengan cara ini pembaca dapat
  • 7. mengetahui alasan-alasan tindakannya. Dalam kenyataan hidup, penggambaran yang demikian memang mustahil. Tapi inilah konvensi fiksi. 5. Melalui penerangan langsung. Dalam hal ini, penulis membentangkan panjang lebar watak tokoh secara langsung. Hal ini berbeda sekali dengan cara tidak langsung, yang pengungkapan watak lewat perbuatannya,- apa yang diucapkannya, menurut jalan pikirannya, dan sebagainya. B. Alur Plot, alur atau struktur adalah bagian-bagian yang membentuk suatu cerita dan kisah dari suatu cerpen, novel atau prosa fiksi lainnya. Misalnya, plot memiliki pengenalan tema dan tokoh, awal mula konflik, puncak konflik hingga bagaimana penyelesaiannya. Plot atau alur yang biasa terdapat dalam cerita prosa adalah sebagai berikut ini: 1. Abstraksi, Gambaran umum secara keseluruhan mengenai berbagai situasi, peristiwa dan berbagai unsur lain dalam cerita disampaikan disini. Biasanya plot ini opsional dan jarang digunakan pada cerpen. 2. Orientasi (Pengenalan), dimana cerpen dimulai dengan perkenalan tokoh (biasanya tokoh utama) penjelasan latar dan mendetailkan tema secara keseluruhan cerpen. 3. Komplikasi, adalah awal mula munculnya konflik yang biasanya terjadi antara tokoh protagonis dan antagonis. Bagian ini menyebabkan bagaimana sebab-akibat terjadinya konflik dari antagonis dan protagonist. 4. Pencapaian Konflik, merupakan bagian dimana konflik semakin berkembang dan hampir menuju puncaknya (klimaks). 5. Puncak Konflik (Klimaks), dimana konflik telah mencapai puncaknya, ketika pertentangan antar protagonis dan antagonis dalam kondisi paling mendebarkan dan mencapai batasnya. 6. Evaluasi, adalah bagian dimana konflik mulai mendapatkan pencerahan untuk menuju ke proses penyelesaian 7. Resolusi (Penyelesaian), merupakan penyelesaian dari konflik yang terjadi dalam suatu cerita. 8. Koda, adalah bagian penutup atau akhir dari keseluruhan cerita yang disajikan dalam sebuah prosa fiksi / cerpen. Koda dapat berisi kesimpulan berupa amanat dari cerpen, meskipun biasanya sastra serius menghindari ini karena ingin pembacanya yang menyimpulkan amanat atau pesan dari cerpen sendiri. Terkadang koda juga dapat memuat berbagai kemungkinan-kemungkinan baru untuk celah lanjutan kisah. Terkadang alur yang tersedia dapat disederhanakan menjadi empat saja, yaitu: orientasi, komplikasi, klimaks dan penyelesaian (resolusi). Karena, kenyataannya dalam cerpen kebanyakan penulis hanya menggunakan keempat alur itu saja dengan pengaluran struktur yang variatif. Sumber: Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
  • 8. Contoh Cerpen: Mar Beranak di Limas Isa Karya: Guntur Alam (sumber: Kompas, 20 Maret 2011) Ada sebuah hikayat yang hendak aku terakan, tentang Bi Maryam istrinya Mang Isa. Perempuan yang telah melewati usia kepala empat, tetapi masih saja rajin beranak. Baiklah, untuk menuntaskan keingintahuan yang telah bersarang, kita buka saja cerita ini. Oya, sebelumnya kita buat kesepakatan: Untuk memudahkan aku bercerita, kita singkat saja nama Bi Maryam menjadi Bi Mar, tersebab lidahku agak sulit menyebut namanya bila kuucapkan secara panjang. Jadi ketika aku menyebutkan nama Bi Mar, kau pahamlah kalau yang kumaksud adalah Bi Maryam istrinya Mang Isa, lantaran sangat banyak Bi Mar di dusun Tanah Abang. Kita mulai cerita ini di suatu malam ingusan, ketika bulan tengah mati di kelam raya dan kesiuran angin penanda hujan telah bertiup sejak langit mulai temaram, tepatnya di bilik pengap Bi Mar dan Mang Isa, pada sebuah limas yang terpancang tak jauh dari bibir Sungai Lematang. Dan kisah ini dibuka oleh ucapan Kajut Mis, dukun beranak di dusunku, Tanah Abang. ”Masih belum terlihat, Mar. Kau harus bertahan. Ambil napas lagi, lalu kau ejankan kuat- kuat.” Bi Mar tersengal, kedua tangannya mencengkeram kuat seruas bambu yang tergantung tepat di atasnya. Seruas bambu yang diikat kuat tali trap — tali yang terbuat dari kulit kayu bernama trap. Keringat telah membanjir di pelipisnya, melucumkan seluruh tubuh dan merembes ke kasur kapuk yang menampung tubuh kepayahannya. Ada rasa sakit yang mengili-ngili tubuhnya, merayap dari sendi-sendi, lalu menjalar ke seluruh pori. Sakit yang bermuara dari satu titik: perut bengkaknya. Mertua Bi Mar, emaknya Mang Isa, terlihat cemas di sebelahnya. Padahal, ini bukan kali pertama ia mengawani menantunya ini bertaruh nyawa, melahirkan cucu-cucunya, hampir saban dua tahun sekali, ia mengulangi adegan yang selalu membuat jantungnya berdebar lebih kencang ini. Bahkan, ia pun telah berkali-kali melakoninya. Tetap saja, kernyit muka penuh nyeri Bi Mar tak urung membuat dadanya mengempis. ”Sudahlah, Mar, tak usah beranak lagi. Kau datangi saja bidan di puskes sana, minta KB,” itulah ucapan mertua Bi Mar dua tahun silam, ketika usai mengawaninya melahirkan Serina,
  • 9. anak gadisnya yang baru saja dapat berlari dengan sempurna. Kata-kata serupa tak terluncur dari mulut mertua Bi Mar saja, Kajut Mis, dukun beranak yang kian uzur itu, pun telah mengucapkannya empat tahun lalu, pun dengan mulut-mulut karib-karib Bi Mar—tapi tidak dengan mulut orang-orang di Tanah Abang. ”Tak kau tengok, Mar, anakmu sudah macam rayap? Menyempal-nyempal sampai limasmu sesak. Apa lagi yang nak kau ranakan? Gadis-gadismu sudah banyak. Empat belas orang. Apa kau buta hingga tak dapat menghitungnya?” Sejatinya, Bi Mar tak buta. Mata beloknya yang indah itu dapat dengan sempurna menghitung jumlah anak perawannya. Pun jika hendak menuruti kemauan hatinya, ia sangat ingin untuk menyudahinya. Tetapi, ucapan lakinya, Mang Isa, selalu saja membuatnya tak berdaya, ujung-ujungnya kembali mengharuskan Bi Mar bertaruh nyawa, melahirkan anak- anaknya. ”Kita harus dapat anak bujang, Dik,” itulah kata-kata Mang Isa pada Bi Mar, ”Apa kata orang se-Tanah Abang bila jurai limas kita tak tertegak lantaran kita hanya melahirkan anak-anak perawan saja? Pada masanya, bila kita telah uzur dan anak-anak gadis kita telah diboyong laki mereka ke limas seorang-seorang, kita hanya tinggal berdua di limas ini, tak ada yang mengurusi. Lalu, kita akan mati bergilir dalam sepi. Nasib baik, jika kita mati bersama, hingga yang ditinggal tak merasa sunyi.” Ucapan Mang Isa membuat mata Bi Mar menerawang, membayangkan dirinya ringkih dan tertatih-tatih sendiri dalam limas. Menanak nasi, mandi ke Sungai Lematang, mengumpulkan kayu bakar, merumputi lapangan sekitar limas, menyambangi kebun duku-durian, menyayatkan pahat pada kulit balam di pagi kelam. Mendadak, tengkuk Bi Mar meriap. Alangkah menakutkan bayang itu di matanya. ”Kalau kita ada anak bujang. Ada yang menunggu limas, memboyong istri dan anaknya di sini, bersama kita. Mengurus kebun duku-durian, menyadap balam pagi-pagi kelam. Kita hanya tinggal di rumah saja, bermain dengan cucu-cucu yang banyak. Tak usah risau bila ada yang sakit karena tua, tak perlu cemas kalau-kalau kita mati tak ada yang tahu musababnya. Sebab, ada yang bersama kita. Anak bujang dengan anak dan istrinya,” tambah Mang Isa membuat mata Bi Mar mengatup rapat. Alangkah indah. Sekelebat pula sebuah bayangan mengantar-kantar mata Bi Mar yang terpejam. Sebuah bayangan yang mendadak menciutkan kembali nyalinya. Bi Mar teringat akan nasib buruk Mak Salit. Perempuan tua itu kini hidup sendiri di limasnya yang megah setelah lakinya meninggal beberapa purnama silam. Nasib malangnya bukan lantaran karena Mak Salit seorang perempuan mandul yang tak punya anak. Anaknya banyak, hampir mencapai sepuluh orang. Sayangnya, semua perawan dan telah mengikuti laki-lakinya di dusun-dusun tetangga. Mungkin, bukan tak ada anak-anak perempuan Mak Salit yang tak iba melihat nasib malang Emak mereka. Dapat pula sebenarnya mereka takut akan mendapatkan nasib serupa di masa tua lantaran telah menelantarkan Emak mereka. Tapi, apa yang dapat mereka perbuat sebagai perempuan selain tunduk kepada suami dan adat yang mengikat? Tak akan mertua mereka mengizinkan, bila anak bujangnya menunggui limas mertua, mengikuti istri melangkah, menegakkan jurai perempuan sembari membunuh jurai keluarga seorang lanang.
  • 10. Itulah mengapa Bi Mar seolah-olah menulikan telinga dari ucapan mertuanya, ucapan Kajut Mis, dan karib-karib sebayanya. Ia harus dapat anak bujang, tak peduli dengan ucapan segelintir orang. Orang-orang Tanah Abang pun paham apa yang hendak ia capai dengan lakinya. *** ”Mungkin kau kurang syarat, Mar, jadinya selalu meranakkan perawan,” ucapan itu Bi Mar dapat dari Kajut Muya ketika perempuan tua yang tak seorang pun memiliki anak perawan itu, sekali waktu menyambangi limas Bi Mar seusai Bi Mar melahirkan anaknya yang keempat belas, Serina. ”Syarat apa, Jut?” kejar Bi Mar dengan mata berbinar. Ada semangat yang meluap dari dadanya hingga Bi Mar seolah lupa dengan tubuhnya yang masih kepayahan sebab baru saja meranakkan anak gadisnya yang kesekian. Di mata Bi Mar terlintas deret-deret bujang Kajut Muya yang elok-elok parasnya. ”Kau malinglah sereket dari kayu ribu-ribu milik bibi atau saudara perempuan lakimu yang telah beranak bujang. Usai itu, kau pakai sekali saja saat menanak nasi. Nah, nasi-nasi yang menempel di sereket itu kau makan, lalu simpan sereketnya di bawah kasur kapuk kau dengan Isa. Insya Allah, kau akan dapat anak bujang. Aku pun dulu demikian, Mar. Awal-awal menikah hingga anakku bujang semua.” Bibir Bi Mar mengembang, serupa kuntum bunga yang menemukan masanya mekar. Ada luap keinginan yang rasanya hendak lekas-lekas ia tunaikan. Bila tak sadar dirinya masih terkulai di atas lamat kapuknya, mungkin Bi Mar telah gegas meninggalkan Kajut Muya seorang saja bersama gadisnya yang masih merah. Di matanya yang mendadak berbinar, Bi Mar telah dapat limas siapa yang akan ia satroni, menggondol sereket kayu ribu-ribu penanak nasi: Limas Bi Jumar, adik mertuanya yang memiliki banyak bujang. Begitulah, seusai merasa dirinya telah sehat walafiat, Bi Mar melancarkan aksinya. Pada petang yang kesekian di bilangan almanak rumah, Bi Mar berpura bertandang sembari memamerkan anak gadisnya yang merah. Ketika Bi Jumar lengah, Bi Mar mengambil sereket kayu ribu-ribu yang terselip di dinding limas samping periuk yang bergemerutup. Entah, apa Bi Jumar sebenarnya paham apa yang dilakukan Bi Mar atau ia benar-benar tak mengetahuinya. Bi Mar melenggang pulang dengan sereket kayu ribu-ribu yang terselip di balik besannya. Di rumah, Bi Mar gegas menanak nasi seperti biasa, meletakkan perawannya yang masih merah dalam ayunan. Lalu, melakukan petuah Kajut Muya padanya. Menggunakan sereket kayu ribu-ribu milik Bi Jumar untuk mengaron nasinya hingga matang. Dan, memamah nasi yang tertinggal di sereket. Usai itu, Bi Mar menyelipkan sereket itu di bawah kasur, tempat ia dan Mang Isa tidur. *** Keinginan Bi Mar memiliki anak bujang kian menjadi saja. Sebab, ada berita yang tengah hangat dibicarakan perempuan-perempuan di batang—tempat mencuci dan mandi di Sungai Lematang. Berita tentang Mang Marwan yang berbini dua! Kata berita yang lagi hangat-hangatnya itu, Mang Marwan berbini dua lantaran tak kunjung mendapatkan anak bujang dari istrinya, Bi Murni. Bi Mar pun ingat, ada lima anak gadis Bi Murni itu. Semua berparas elok, berbibir tipis dengan hidung bangir, kulit putih dan mata sipit, mirip Mang Marwan yang memang termasuk lelaki rupawan.
  • 11. Mendadak, degup di jantung Bi Mar terasa tak normal. Ada dag-dig-dug yang tak biasa. Ia seperti merasa, mata-mata perempuan yang mencuci dan mandi di batang seolah-olah mencuri pandang. Seperti perempuan-perempuan itu tengah meramalkan nasibnya pun akan seburuk Bi Murni yang tengah dikisahkan. Dimadu oleh lakinya lantaran tak kunjung mengoekkan anak bujang dari selakangannya. Tak kunjung menegakkan jurai limas dengan menetak burung bujang ingusan. Gegas sekali Bi Mar menyikat baju cuciannya, membilas, dan menyabuni tubuhnya. Lalu, membasuh diri dengan air Lematang yang mengalir. Setelah itu, ia terburu melangkah pulang. Dalam hatinya yang kusut-masai, ia percaya, mata-mata perempuan di batang masih saja tertuju hingga tubuhnya lenyap dari pandangan. Bi Mar pun mulai waswas melihat tingkah pola Mang Isa. Bila lelaki itu tak kunjung pulang pada malam yang kian larut saja, hatinya mendadak dibalur cemburu. Jangan-jangan Mang Isa tengah memadu kasih dengan janda di dusun ini dan itu. Mengurai rencana dan sudah mulai menyusun kata, bila ia menangis sembab ketika mendapati Mang Isa dikabarkan telah berbini dua kelak. Bi Mar pun kian risau, bila ia mendapati dirinya masih saja datang bulan. Padahal, ia sangat berharap ada sesuatu yang tumbuh di perutnya, buah dari cinta dengan Mang Isa. Sesuatu yang ia harapkan membayar tunai kegalauannya. Rupa-rupanya, Tuhan mendengar doa Bi Mar, atau ini hanyalah kebetulan semata. Pastinya, hal ini memang sudah tersemat dalam kisah semesta. Bi Mar kembali hamil muda. Lalu, pelan-pelan perutnya membengkak, menuju bilangan bulan demi bulannya, seiring anak gadis yang keempat belas belajar berjalan. Segala syarat yang ia dapatkan dari tetua, orang- orang yang telah kenyang asam garam dunia, ia lakonkan, tujuannya cuma satu saja: Kali ini ia beranak seorang bujang. Menyudahi pertarungan yang sejatinya enggan ia ulang. *** Angin kian mendedas di pelipir limas, meningkahi perjuangan Bi Mar dalam bilik pengap. Sesekali terdengar rintik mengimbau di atas genting. Kajut Mis masih terus memberi aba-aba, menyemangati Bi Mar yang kian kepayahan. Usia yang sudah lewat kepala empat, anak yang kata Kajut Mis sungsang, membuat perjuangan Bi Mar kian berat. Sementara itu, di tengah limas, Mang Isa menunggu dengan cemas, anak-anak perawannya meringkuk dalam senyap. Doanya cuma sebatang kalimat: Anak bujang! (*) C59, November 2010 – Januari 2011 .
  • 12. LEMBAR KERJA SISWA AKTIVITAS Ke-1 MENGIDENTIFIKASI, MENGANALISIS, DAN MENILAI KARAKTERISASI DAN ALUR CERITA Nama : ...................................................... Kelas : ...................................................... Petunjuk: 1. Bacalah cerpen berjudul “Mar Beranak di Limas Isa” di atas. 2. Bagaimana karakterisasi pada cerita di atas? Berilah penilaian terhadap pemberian watak tokoh dan cara pengarang menggambarkan watak tokoh? 3. Bagaimana alur cerita yang digunakan pada cerita di atas? Berilah penilaian terhadap alur yang digunakan dan tahapan alur pada cerita? 4. Tuliskan hasil pada lembar berikut! Aspek Identifikasi dan Analisis Tanggapan / Penilaian disertai argumen Karakter Alur cerita Rubrik Penilaian NO Kriteria Skor 1 Jika siswa menuliskan 4 hal (identifikasi dan analisis karakterisasi, identifikasi dan analisis alur, penilaian karakterisasi, dan penilaian alur) dengan lengkap dan tepat 76-100 2 Jika siswa menuliskan 3 hal (identifikasi dan analisis karakterisasi, identifikasi dan analisis alur, penilaian karakterisasi, dan penilaian alur) dengan lengkap dan tepat 51-75 3 Jika siswa menuliskan 2 hal (identifikasi dan analisis karakterisasi, identifikasi dan analisis alur, penilaian karakterisasi, dan penilaian alur) dengan lengkap dan tepat 26-50 4 Jika siswa menuliskan 1 (identifikasi dan analisis karakterisasi, identifikasi dan analisis alur, penilaian karakterisasi, dan penilaian alur) hal dengan lengkap dan tepat 1-25 5 Jika siswa tidak menuliskan dengan lengkap dan tepat 0
  • 13. AKTIVITAS KE-2 ( 2 X 45 MENIT) MATERI: MENILAI AKURASI PENGGAMBARAN KERAGAMAN MASYARAKAT Persiapan (10 menit) 1. Guru memasuki kelas dan melakukan kegiatan persiapan rutin; memeriksa kebersihan kelas dan kerapian pakaian dan meja belajar siswa. 2. Guru mengucapkan salam, berdoa bersama, dan mengecek kehadiran siswa. 3. Guru menanyakan apakah sudah mempelajari materi yang akan dipelajari (pada pertemuan sebelumnya siswa sudah diberi tahu materi yang akan dibahas pada hari ini) dan menyampaikan tanggapan atas pendapat siswa tentang pemahaman materi sebelumnya. (10 menit) Kegiatan Inti (75 menit) 1. Siswa dan guru bertanya jawab tentang hubungan karya sastra dengan realitas kehidupan. Siswa menceritakan pengalaman membaca ataupun menulis cerpen berdasarkan realitas kehidupan pada kelas sebelumnya. (5 menit) 2. Guru memberi penguatan dengan menyampaikan materi tentang karya sastra sebagai gambaran realitas kehidupan dan cara menilai akurasi penggambaran keragaman masyarakat. Guru perlu menyampaikan manfaat mempelajari materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. (10 menit) 3. Siswa mengidentifikasi realitas kehidupan pada cerita yang dibaca dan menilai akurasi penggambaran keragaman masyarakat dengan mencari berbagai referensi. Misalnya pada cerita “Mar Beranak di Limas Isa”, benarkah masyarakat banyak yang berusaha mendapatkan anak lelaki, menganggap laki-laki superordinate dan wanita subordinat? Benarkah pada saat ini masih ada keluarga yang tidak melakukan KB? Benarkah ada anggapan jika suami tinggal di rumah keluarga istri adalah hal yang tabu? (25 menit) 4. Siswa menyampaikan hasil penilaian/tanggapan terhadap cerpen yang dibaca dengan argument yang logis. (20 menit) (lembar kerja terlampir). 5. Guru mendatangi setiap siswa untuk memberikan masukan dan saran perbaikan. 6. Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan dan mendapat masukan dari teman yang lain. (5 menit) Penunjukan siswa dapat menggunakan permainan “boom”, kata bersajak, kata berkait, maupun permainan bola salju. Penutup (5 menit) 1. Guru meminta siswa untuk menuliskan pemahaman siswa tentang materi yang sudah dipahami dan yang belum dipahami serta kesan/masukan/kritikan selama pembelajaran 2. Guru menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya dan meminta siswa mempelajarinya. 3. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
  • 14. MATERI AKTIVITAS KE-2 MATERI: MENILAI AKURASI PENGGAMBARAN KERAGAMAN MASYARAKAT Karya sastra merupakan hasil proses penyaringan sebuah pengalaman, baik yang nyata maupun rekaan, yang dipenggal-penggal dan disatukan kembali dengan persepsi dan keahlian pengarang (sastrawan) serta disajikan melalui media bahasa. Oleh karena itu, meskipun karya sastra merupakan suatu hasil imajinasi seorang pengarang, tetapi akan selalu lahir berdasarkan realitas yang ada dalam kehidupan nyata. Membaca karya sastra menjadi sama halnya dengan berjumpa dengan berbagai persoalan dan pengalaman hidup orang lain. Peristiwa kehidupan yang digambarkan dalam karya sastra adalah kehidupan rekaan yang dibuat oleh sastrawan, tampak seperti sebuah realita hidup. Karya sastra juga menggambarkan ekspresi dari kehidupan nyata. Kehidupan di dalam karya sastra adalah kehidupan yang telah diwarnai dengan sikap penulisannya, latar belakang pendidikannya, keyakinan dan sebagainya Sastra Indonesia tumbuh dan berkembang dari budaya Indonesia yang beraneka ragam. Oleh karena itu, keberadaan sastra di Indonesia pun beraneka ragam, mulai keragaman genre, gaya ungkap, tokoh, mitologi, hingga ke masalah sosial, politik, dan budaya etnik. Genre sastra di Indonesia tidak hanya yang tampak general, seperti prosa, puisi, dan drama, tetapi juga yang spesifik, seperti dongeng, legenda, mitos, epos, tambo, hikayat, syair, pantun, gurindam, macapat, karungut, mamanda, dan geguritan. Keberagaman genre sastra tersebut juga menyebabkan keberagaman dalam hal gaya ungkap, tokoh yang ditampilkan, semangat mitologi yang mendasari, serta masalah sosial, politik, dan budaya etnik dari sastrawan daerah yang menuliskan karya tersebut. Sastrawan yang mengangkat potensi budaya etnik, terutama budaya daerah ke dalam sastra Indonesia modern, oleh banyak kritikus sastra sering disebut dengan warna lokal (local color) atau warna setempat. Karya sastra yang mengangkat warna lokal martabat budaya derahnya telah menjadi sebuah kecenderungan umum. Hal itu tidak mengherankan bagi kita karena sejak kelahirannya, awal abad XX, sastra Indonesia bersumber pada budaya sendiri, misalnya roman Balai Pustaka, Siti Nurbaya (Marah Rusli, 1922), Cinta yang Membawa Maut (Nursinah Iskandar, 1925), Pertemuan (Abas Sutan Pamuntjak Nan Sati, 1927), Darah Muda (Adinegoro, 1927), Asmara Jaya (Adinegoro, 1928), Salah Asuhan (Abdoel Moeis, 1928), dan Salah Pilih (Nur Sutan Iskandar, 1928) mengangkat unsur adat masyarakat Minangkabau dalam sastra Indonesia modern Selain daerah Minangkabau, penggalian nilai budaya sendiri ke dalam budaya Indonesia terjadi pula pada budaya Jawa. Pengarang dari Jawa, seperti Linus Suryadi A.G. (Pengakuan Pariyem, 1981; dan Tirta Kamandanu, 1994), Umar Kayam (Sri Sumarah dan Bawuk, 1975; Para Priyayi, 1992. Dari daerah lain di luar Sumatera dan Jawa pun kita temukan, misalnya dari Bali kita temukan Oka Rusmini dalam novelnya Sagra (1996) dan beberapa cerpennya yang dimuat dalam Horison, seperti "Sang Pemahat" (2000), menggali nilai budaya Bali ke dalam karya sastra Indonesia modern. Keberagaman sastra di Indonesia yang mulikultural itu tidak menyurutkan semangat membangun keindonesia yang lebih baik, lebih beradab, dan lebih bermartabat. Perkembangan sastra di Indonesia secara nyata menunjukkan bahwa kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara itu pun berkaitan erat dengan kehidupan bersastra. Sastra Indonesia merefleksikan kehidupan masyarakat Indonesia yang multimajemuk sehingga secara nyata dapat menjadi cerminan hidup berbangsa, bernegara, serta bermasyarakat yang beradab dan bermartabat. Di negara yang sedang dalam keadaan krisis multidimensional seperti saat ini, kehidupan sastra kita pun ikut terimbas dengan keadaan tersebut. Sastra yang bercorak reformasi dan keadaan
  • 15. negeri yang dilanda berbagai kerusuhan, disintegrasi bangsa, teror bom, dan kekacauan politik ikut pula mewarnai sastra Indonesia modern sehingga banyak orang mengatakan Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (Taufiq Ismail, 1998). Sumber: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/content/keberagaman-sastra-di- indonesia-dalam-membangun-keindonesiaan
  • 16. LEMBAR KERJA SISWA AKTIVITAS Ke-2 MATERI: MENILAI AKURASI PENGGAMBARAN KERAGAMAN MASYARAKAT Nama : ...................................................... Kelas : ...................................................... Petunjuk: 1. Bacalah cerpen berjudul “Mar Beranak di Limas Isa” di atas. 2. Bagaimana gambaran realitas kehidupan pada cerita di atas? Berilah penilaian terhadap akurasi penggambaran keragaman masyarakat? 3. Tuliskan hasil pada lembar berikut! No Gambaran realitas kehidupan Penilaian disertai alasan logis Rubrik Penilaian NO Kriteria Skor 1 Jika siswa menuliskan 2 hal dengan lengkap dan tepat 76-100 2 Jika siswa menuliskan 1 hal dengan lengkap dan tepat 51-75 3 Jika siswa tidak menuliskan dengan lengkap dan tepat 0
  • 17. AKTIVITAS KE-3 ( 2 X 45 MENIT) MATERI: MEMPREDIKSI DINAMIKA PEMIKIRAN MAUPUN TINDAKAN TOKOH Persiapan (10 menit) 1. Guru memasuki kelas dan melakukan kegiatan persiapan rutin; memeriksa kebersihan kelas dan kerapian pakaian dan meja belajar siswa. 2. Guru mengucapkan salam, berdoa bersama, dan mengecek kehadiran siswa. 3. Guru menanyakan apakah sudah mempelajari materi yang akan dipelajari (pada pertemuan sebelumnya siswa sudah diberi tahu materi yang akan dibahas pada hari ini) dan menyampaikan tanggapan atas pendapat siswa tentang pemahaman materi sebelumnya. (10 menit) Kegiatan Inti (75 menit) 1. Siswa dan guru bertanya jawab mengenai analisis terhadap pemikiran dan tindakan tokoh. Apakah pemikiran maupun tindakan tersebut benar? Mengapa tokoh melakukan sesuatu (alasan dan tujuan) dan refleksi jika menjadi tokoh tersebut apakah siswa akan melakukan hal yang sama atau hal lain. (5 menit) 2. Guru memberi penguatan berupa materi tentang karya sastra sebagai gambaran realitas kehidupan yang di dalamnya terdapat pemikiran maupun tindakan tokoh dan cara memprediksi pemikiran maupun tindakan tokoh. Guru perlu menyampaikan manfaat mempelajari materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. (15 menit) 3. Siswa mengidentifikasi tokoh-tokoh dan memprediksi pemikiran maupun tindakan tokoh. Misalnya mengapa Mang Isa ingin memiliki anak lelaki? Jika anak yang terlahir berjenis kelamin perempuan, apakah Bi Mar masih mau hamil lagi padahal usianya sudah lebih dari 40 tahun? Jika siswa menjadi tokoh Mang Isa, apakah akan melakukan hal yang sama?(50 menit) (lembar kerja terlampir). 4. Guru mendatangi setiap siswa untuk memberikan masukan dan saran perbaikan. 5. Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan dan mendapat masukan dari teman yang lain. (5 menit) Penutup (5 menit) 1. Guru meminta siswa untuk menuliskan pemahaman siswa tentang materi yang sudah dipahami dan yang belum dipahami serta kesan/masukan/kritikan selama pembelajaran. 2. Guru menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya dan meminta siswa mempelajarinya. 3. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
  • 18. MATERI AKTIVITAS KE-3 MATERI: MEMPREDIKSI DINAMIKA PEMIKIRAN MAUPUN TINDAKAN TOKOH Sastrawan menulis karya sastra, antara lain, untuk menyampaikan model kehidupan yang diidealkan dan ditampilkan dalam cerita melalui pemikiran dan tindakan tokoh. Dengan karya sastranya, sastrawan menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat itu pada hakikatnya universal, artinya diyakini oleh semua manusia. Pembaca diharapkan dalam menghayati sifat- sifat ini dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan nyata. Untuk itu, seorang pengarang berusaha untuk memperlihatkan kemungkinan tersebut, memperlihatkan masalah-masalah manusia yang substil (halus) dan bervariasi dalam karya- karya sastranya. Sedangkan daya imajinatif adalah kemampuan pengarang untuk membayangkan, mengkhayalkan, dan menggambarkan sesuatu atau peristiwa-peristiwa. Seorang pengarang yang memiliki daya imajinatif yang tinggi bila dia mampu memperlihatkan dan menggambarkan kemungkinan-kemungkinan kehidupan, masalah-masalah, dan pilihan- pilihan dari alternatif yang mungkin dihadapi manusia. Kedua daya itu akan menentukan berhasil tidaknya suatu karya sastra. Karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Sehingga sastra memiliki unsur-unsur berupa pikiran, pengalaman, ide, perasaan, semangat, kepercayaan (keyakinan), ekspresi atau ungkapan, bentuk dan bahasa. Karya sastra merupakan media yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan gagasan-gagasan dan pengalamannya melalui pemikiran dan tindakan tokoh. Sebagai media, peran karya sastra sebagai media untuk menghubungkan pikiran-pikiran pengarang untuk disampaikan kepada pembaca. Selain itu, karya sastra juga dapat merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungannya. Realitas sosial yang dihadirkan melalui teks kepada pembaca merupakan gambaran tentang berbagai fenomena sosial yang pernah terjadi di masyarakat dan dihadirkan kembali oleh pengarang dalam bentuk dan cara yang berbeda. Selain itu, karya sastra dapat menghibur, menambah pengetahuan dan memperkaya wawasan pembacanya dengan cara yang unik, yaitu menuliskannya dalam bentuk naratif. Sehingga pesan disampaikan kepada pembaca tanpa berkesan mengguruinya. Karya sastra adalah suatu wadah untuk mengungkapkan gagasan, ide dan pikiran dengan gambaran-gambaran pengalaman melalui pemikiran dan tindakan tokoh. Sastra menyuguhkan pengalaman batin yang dialami pengarang kepada penikmat karya sastra (masyarakat). Sastra bukan hanya refleksi sosial melainkan merespresentase sebuah gagasan tentang dunia yang atau gagasan atas realitas sosiologis yang melampaui waktunya. Karya sastra yang baik adalah sebuah karya yang dapat memberikan kontribusi bagi masyarakt.
  • 19. Hubungan sastra dengan masyarakat pendukung nilai-nilai kebudayaan tidak dapat dipisahkan, karena sastra menyajikan kehidupan dan sebagian besar terdiri atas kenyataan sosial (masyarakat), walaupun karya sastra meniru alam dan dunia subjektif manusia. Di samping itu, sastra berfungsi sebagai kontrol sosial yang berisi ungkapan sosial beserta problematika kehidupan masyarakat. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam kaitan dengan proses penciptaan karya sastra, seorang pengarang berhadapan dengan suatu kenyataan yang ada dalam masyarakat (realitas obyektif). Realitas obyektif bisa berbentuk peristiwa-peristiwa, norma-norma (tata nilai), pandangan hidup Karya sastra menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan diri sendiri, lingkungan, dan juga Tuhan. Karya sastra berisi penghayatan sastrawan terhadap lingkungannya. Karya sastra bukan hasil kerja lamunan belaka, melainkan juga penghayatan sastrawan terhadap kehidupan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab sebagai sebuah karya seni. Karya sastra memiliki peran yang penting dalam masyarakat karena karya sastra merupakan ekspresi sastrawan berdasarkan pengamatannya terhadap kondisi masyarakat sehingga karya sastra itu menggugah perasaan orang untuk berpikir tentang kehidupan. Membaca karya sastra merupakan masukan bagi seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Para penguasa sering melarang peredaran karya-karya sastra yang dianggap membahayakan pemerintahannya. Buku-buku dimusnahkan dan sastrawan- sastrawan diasingkan. Pramoedya Ananta Toer pernah diasingkan ke Pulau Buru. Karya Mochtar Lubis berjudul Senja di Jakarta juga pernah dilarang beredar oleh Sukarno. Kekerasan ini terjadi karena sastrawan lewat karyanya berusaha melakukan perlawanan terhadap ketidakadilan penguasa. Sumber: https://www.coretanzone.id/2017/10/sosiologi-sastra-dan-masyarakat-dalam-karya- sastra.html
  • 20. LEMBAR KERJA SISWA AKTIVITAS Ke-3 MATERI: MEMPREDIKSI DINAMIKA PEMIKIRAN MAUPUN TINDAKAN TOKOH Nama : ................................................... Kelas : ................................................... Petunjuk: 1. Bacalah cerpen berjudul “Mar Beranak di Limas Isa” di atas! 2. Sebutkan nama tokoh dan prediksilah bagaimana pemikiran dan tindakan tokoh? 3. Tuliskan hasil pada lembar berikut! No Nama tokoh Prediksi pemikiran dan tindakan tokoh 1 Bi Mar 2 Mang Isa 3 Kajut Mis 4 Kajut Muya 5 Mertua Bi Mar Rubrik Penilaian NO Kriteria Skor 1 Jika siswa menuliskan 5 hal dengan lengkap dan tepat 81-100 2 Jika siswa menuliskan 4 hal dengan lengkap dan tepat 61-80 3 Jika siswa menuliskan 3 hal dengan lengkap dan tepat 41-60 4 Jika siswa menuliskan 2 hal dengan lengkap dan tepat 21-40 5 Jika siswa menuliskan 1 hal dengan lengkap dan tepat 1-20 6 Jika siswa tidak menuliskan dengan lengkap dan tepat 0
  • 21. KRITERIA UNTUK MENGUKUR KETERCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Siswa mampu mengidentifikasi, menganalisis, menilai karakterisasi dan alur cerita 2. Siswa mampu menilai akurasi penggambaran keragaman masyarakat 3. Siswa mampu memprediksi dinamika pemikiran maupun tindakan tokoh BAGAIMANA ASESMEN DILAKUKAN 1. Observasi guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. 2. Tes tertulis menganalisis dan menilai unsur-unsur cerpen. REFLEKSI SISWA 1. Bagaimana perasaan kamu saat belajar materi membaca teks cerpen? 2. Manfaat apa yang kamu dapatkan dari belajar materi membaca teks cerpen 3. Materi apa yang sulit dipahami selama pembelajaran berlangsung? 4. Materi apa yang mudah untuk dipahami selama pembelajaran berlangsung? 5. Solusi apa yang Anda harapkan dari materi yang sulit agar Anda dapat memahaminya? DAFTAR PUSTAKA A. Berupa buku: 1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2017. Bahasa Indonesia Kelas XII SMA/MA/SMK/MAK.. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2. Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. B. Situs online 1. http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/content/keberagaman-sastra-di- indonesia-dalam-membangun-keindonesiaan 2. https://www.coretanzone.id/2017/10/sosiologi-sastra-dan-masyarakat-dalam-karya- sastra.html • Apakah pembelajaran yang sudah saya lakukan sudah sesuai dengan rencana yang saya buat? • Rencana pembelajaran mana yang tidak bisa saya lakukan? Apakah kendalanya? • Apakah seluruh siswa mencapai tujuan pembelajaran? Jika tidak, apa kendalanya dan bagaimana cara memperbaikinya? Refleksi Guru
  • 22. MATERI PENGAYAAN UNTUK SISWA BERPENCAPAIAN TINGGI Pelaksanaan pengayaan untuk siswa dengan berpencapaian tinggi dilakukan dengan cara individu. Siswa melakukan hal-hal berikut: 1. Mencari cerpen “Di Tubuh Tarra dalam Rahim Pohon” karya Faisal Odang. 2. Mengidentifikasi, menganalisis, dan menilai karakterisasi dan alur, menilai akurasi penggambaran masyarakat, dan memprediksi dinamika pemikiran maupun tindakan tokoh.. REFLEKSI DIRI KHUSUS SISWA BERPENCAPAIAN TINGGI 1. Apakah materi yang kalian pelajari saat ini bermanfaat untuk kehidupan Anda? 2. Apakah ada materi yang Anda harapkan ada, tetapi tidak disampaikan oleh guru? Jika ada, sebutkan materi tersebut dan alasan mengapa materi tersebut penting!
  • 23. Lembar Kerja Siswa Berpencapaian Tinggi Nama : ......................................................... Kelas : ......................................................... Petunjuk: 1. Carilah cerpen “Di Tubuh Tarra dalam Rahim Pohon” karya Faisal Odang! 2. Identifikasilah, analisislah, dan berilah penilaian terhadap karakterisasi dan alur; berilan penilaian akurasi penggambaran masyarakat; dan berilan penilaian prediksi dinamika pemikiran maupun tindakan tokoh! Materi Remedial Remedial dilakukan oleh guru dengan memperhatikan tingkat ketercapaian siswa pada materi ini. Siswa yang dikatagorikan akan mendapat remedial adalah yang belum mencapai ketuntasan. Adapun remedial dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1. Tutor sebaya oleh siswa yang berpencapaian tinggi 2. Latihan soal berdasarkan analisis kelemahan siswa pada materi tertentu 3. Kelompok diskusi