SlideShare a Scribd company logo
PEMBIMBING:
dr. Anggina Diksita, Sp.THT-KL
DISUSUN OLEH
Gita Putri Benavita - 1910221025
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
LAPORAN KASUS
RHINOSINUSITIS KRONIS
Escherichia coli Strains with Virulent Factors Typical for
Uropathogens were Isolated from Sinuses from Patients
with Chronic Rhinosinusitis—Case Report
Escherichia coli diisolasi dari tiga pasien dengan
rinosinusitis kronis yang telah di biopsi jaringan sinus
intraoperatif. Kemudian dilakukan pemeriksaan
mikrobiologis mengenai karakteristik genetik bakteri
tersebut untuk mengetahui virulensi dari masing-masing
karakter bakteri.
Rinosinusitis kronis adalah salah satu penyakit kronis yang
paling umum pada populasi Eropa. Belum diketahui secara jelas
apakah bakteri berkontribusi pada perkembangan infeksi,
memulai respons inflamasi, atau terjadinya kolonisasi bakteri
pada sinus disebabkan oleh hasil dari perubahan dari mukosa
sinus itu sendiri. Rongga sino-nasal memiliki flora normal yang
bertanggung jawab sebagai saluran pernapasan. Dalam laporan
kasus ini, akan dilakukan analisis rhinosinusitis kronis terkait
dengan faktor risiko yang disebabkan oleh bakteri.
Pendahuluan
Barshak. The Role of Infection and Antibiotics in Chronic
Rhinosinusitis. Laryngoscope Investig. Otolaryngol, 2017
Kasus Pertama
Laki-laki berusia 41 tahun
Anamnesis : nyeri sinus, sensasi terbakar dan hidung tersumbat,
kelainan mukosa.
Pasien menjalani operasi septum hidung dan operasi sinus
dengan endoskopi fungsional
Pasca operasi, sudah tidak terdapat cairan pada sinus. Namun,
setelah beberapa minggu, pasien kembali merasakan hidungnya
meler, serta bau hidung yang tidak sedap
Karena kurangnya perbaikan, pasien menjalani operasi sinus
lagi.
• Dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk memastikan
adanya sel epitel mukosa polipoid tanpa metaplasia
skuamosa, infiltrat mononuklear dan granulosit
eosinofilik (eosinofil 30% merupakan tanda dari adanya
inflamasi).
• Dilakukan analisis mikrobiologi pada hasil biopsi yang
menunjukkan adanya infeksi polimikroba termasuk E.
coli.
Kasus Kedua
Seorang pasien berusia 44 tahun
Pada anamnesis dilaporkan adanya keluhan hidung tersumbat
dan mendengkur
Pasien juga dicurigai mengalami apnea saat tidur
Pemeriksaan otolaringologi, ditemukan adanya obstruksi
septum hidung dan hipertrofi pada konka hidung bagian bawah.
Pasien juga memiliki palatum molle yang lebih lunak, dan
ukurannya terlalu besar.
Kemudian dilakukan tindakan pembedahan fungsional
endoskopi sinus nasal dan nasal, koreksi septum nasal, dan
koreksi palatum molle dengan metode koblasi.
• Kemudian dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk
memastikan bahwa hasil biopsy tersebut benar
merupakan bagian dari mukosa sinus yang dilapisi oleh
epitel silinder.
• Ditemukan adanya infiltrat sel inflamasi di stroma
mengandung 30% sel plasma dan granulosit eosinofilik.
Ditemukan juga bakteri E. coli dan E. faecium
Kasus Ketiga
Seorang pria berusia 18 tahun
dengan anamnesis mengeluhkan hidung tersumbat yang terjadi
dalam jangka waktu lama serta beberapa kali mengalami
perdarahan.
pemeriksaan otolaringologi, diamati adanya obstruksi septum
hidung dan hipertrofi konka inferior hidung.
Pemeriksaan otoscopic tidak menunjukkan adanya perubahan di
telinga.
Tomografi komputer menunjukkan adanya lesi polipoid pada
sinus maksilaris, ethmoid, dan frontal
• Tindakan pembedahan yang dilakukan yaitu
endoskopi fungsional serta koreksi septum hidung
dengan septoplasty dan koreksi konka hidung
dengan metode koblasi.
Koblasi (kependekan dari ablasi terkontrol) adalah teknik bedah
modern yang menggunakan energi gelombang elektromagnetik
untuk menghasilkan suhu rendah dalam plasma di lingkungan sinus.
Koblasi memungkinkan pengangkatan jaringan sekaligus mencegah
perdarahan berlebihan di lokasi tindakan.
• Dilakukan pemeriksaan histopatologis dari hasil biopsi tersebut yaitu adanya fragmen mukosa
sinus yang ditutupi dengan epitel silinder.
• Serta ditemukan adanya infiltrat sel plasma, granulosit neutrofilik dan eosinofilik di stroma.
Kandungan eosinofil di kedua sisi sinus mencapai 50% dari sel inflamasi.
• Studi bakteriologis juga mengkonfirmasi keberadaan dari bakteri E.coli
DISKUSI
• Hasil karakterisasi genetik profil virulensi strain E. coli yang
diisolasi dari sinus tersebut sesuai dengan profil genetik patogen
yang sangat virulen pada E. coli pada pasien rhinosinusitis yaitu
mengandung toksin khas
• uropathogenic strain (UPEC)
• cytotoxic necrotizing factor. 1,
• uropathogenic specific protein (Usp),
• dan α-hemolysin.
Racun E. coli ini berbahaya dan dapat melakukan pelepasan
nutrisi dari sel inangnya, sehingga menghasilkan bakteri yang
lebih kuat dalam lingkungan sinus dan memungkinkan
terjadinya penyebaran ke jaringan lain yang terinfeksi.
TINJAUAN PUSTAKA
RHINOSINUSITIS KRONIS
DEFINISI
• Peradangan pada mukosa hidung dan sinus
paranasalis yang berlangsung lebih dari 3
bulan.
• Faktor-faktor yang dapat menyebabkan rinosinusitis kronik
meliputi faktor penjamu (host) baik sistemik maupun lokal
dan faktor lingkungan.
• faktor penjamu sistemik ialah alergi, imunodefisiensi,
kelainan kongenital dan disfungsi mukosiliar
• Faktor penjamu lokal ialah kelainan anatomi.
• Sedangkan yang termasuk dalam faktor lingkungan ialah
infeksi virus dan bakteri, paparan bahan iritan dan
sebagainya.
FAKTOR RISIKO
• Data dari Kemenkes RI tahun 2013
menyebutkan bahwa penyakit hidung dan
sinus berada pada urutan ke-25 dari 50
pola penyakit peringkat utama atau sekitar
102.817 penderita rawat jalan di rumah
sakit.
EPIDEMIOLOGI
Fokkens W et al, European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps. Rhinology, 2012
Gejala Klinis
• Obstruksi nasal
• Sekret / discharge nasal
• Abnormalitas penciuman
• Nyeri / tekanan fasiall
Diagnosis
EPOS ((European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps), 2007
• Penilaian subyektif berdasarkan pada keluhan,
berlangsung lebih dari 12 minggu berdasarkan
gejala klinis
• Pemeriksaan Fisik:
• Rinoskopi anterior dapat dilihat kelainan
rongga hidung yang berkaitan dengan
rinosinusitis kronik seperti udem konka,
hiperemi, sekret (nasal drip), krusta,
deviasi septum, tumor atau polip.
• Transiluminasi,
• Endoskopi nasal, dapat menilai kondisi
rongga hidung, adanya sekret, patensi
kompleks ostiomeatal, ukuran konka nasi,
udem disekitar orifisium tuba, hipertrofi
adenoid dan penampakan mukosa sinus
• Pemeriksaan Penunjang:
• CT-scan rinosinusitis kronik
Algoritma
Tatalaksana
EPOS, 2020
Tatalaksana
• Antibiotika
• Amoksisilin + asam klavulanat
• Sefalosporin: cefuroxime, cefaclor, cefixime
• Florokuinolon : ciprofloksasin
• Makrolid : eritromisin, klaritromisin, azitromisin
• Klindamisin
• Metronidazole
• Antiinflamatori dengan menggunakan kortikosteroid topikal atau
sistemik
• Kortikosteroid topikal : beklometason, flutikason,
mometason
• Kortikosteroid sistemik, banyak bermanfaat pada
rinosinusitis kronik dengan polip nasi dan rinosinusitis fungal
alergi.
Rosenfeld. Clinical Practice Guideline (Update): Adult Sinusitis. Otolaryngology-
Head and Neck Surgery, 2015.
Pembedahan
• Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF) atau Functional
Endoscopic Sinus Surgery (FESS) adalah teknik operasi invasif
minimal yang dilakukan pada sinus paranasal dengan
menggunakan endoskop yang bertujuan memulihkan
“mucociliary clearance” dalam sinus.
• Prinsipnya ialah membuka dan membersihkan daerah kompleks
osteomeatal yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi
sehingga ventilasi dan drenase sinus dapat lancar kembali melalui
ostium alami.
Rosenfeld. Clinical Practice Guideline (Update): Adult Sinusitis. Otolaryngology-
Head and Neck Surgery, 2015.
Komplikasi
• Komplikasi orbita :
• Selulitis periorbita
• Selulitis orbita
• Abses subperiosteal
• Abses orbita
• Komplikasi endokranial:
• Abses epidural / subdural
• Abses otak
• Meningitis
• Serebritis
• Trombosis sinus kavernosus
• Komplikasi oseus/tulang : Osteomielitis
(maksila dan frontal)
Fokkens W et al, European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps. Rhinology, 2012
PEMBAHASAN
• Pada laporan kasus ini dicantumkan tiga kasus rhinosinusitis kronis
dimana ketiga kasus tersebut dilakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik,
• Kemudian terapi pembedahan dan dilakukan juga pemeriksaan
histopatologis pada hasil biopsi saat dilakukan pembedahan
kemudian dianalisis mikrobiologi untuk mengetahui dan
megonfirmasi karakteristik bakteri E.Coli yang menyebabkan
rhinosinusitis tersebut.
PEMBAHASAN
• Dari ketiga kasus diatas sudah dilakukan tatacara pemeriksaan yang baik yaitu
mencantumkan anamnesis yang baik untuk menegakkan diagnosis rhinosinusitis kronik yaitu
sesuai dengan EPOS (European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps) tahun
2007 dan 2012 yaitu ditemukan adanya keluhan hidung tersumbat, kongesti atau sesak; sekret
hidung / post nasal drip, umumnya mukopurulen; nyeri wajah / tekanan, nyeri kepala dan;
penurunan / hilangnya penciuman.
• Kemudian untuk pemeriksaan fisik juga sudah dilakukan yaitu pemeriksaan menggunakan
rinoskopi anterior dengan cahaya lampu kepala dan kondisi rongga hidung yang lapang
(sudah diberi topikal dekongestan sebelumnya). Dengan rinoskopi anterior dapat dilihat
kelainan rongga hidung yang berkaitan dengan rinosinusitis kronik seperti udem konka,
hiperemi, sekret (nasal drip), krusta, deviasi septum, tumor atau polip. Rinoskopi posterior
bila diperlukan untuk melihat patologi di belakang rongga hidung
EPOS ((European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps), 2007
PEMBAHASAN
Untuk tatalaksana pada ketiga kasus diatas, tidak dicantumkan tatalaksana medikamentosa,
melainkan tatalaksana pembedahan yaitu Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF) atau
Functional Endoscopic Sinus Surgery (FESS) adalah teknik operasi invasif minimal yang
dilakukan pada sinus paranasal dengan menggunakan endoskop yang bertujuan memulihkan
“mucociliary clearance” dalam sinus.
Rosenfeld. Clinical Practice Guideline (Update): Adult Sinusitis. Otolaryngology-
Head and Neck Surgery, 2015.
PEMBAHASAN
• Pada terapi medikamentosa untuk rhinosinusitis kronik dapat diberikan antibiotika. Jenis
antibiotika yang digunakan adalah antibiotika spektrum luas antara lain: Amoksisilin + asam
klavulanat, golongan sefalosporin: cefuroxime, cefaclor, cefixim, golongan Florokuinolon :
ciprofloksasin, golongan Makrolid : eritromisin, klaritromisin, azitromisin. Kemudian
diberikan antiinflamasi kortikosteroid topikal atau sistemik.
• Untuk tatalaksana Rhinosinusitis sendiri berdasarkan algoritma tatalaksana Rhinosinusitis
kronis. Yaitu diberikan tatalaksana mandiri yang terdiri dari bilas hidung dengan cairan saline
kemudian ditinjau selama 6 minggu apabila tidak terdapat perbaikan dirujuk ke layanan
primer dan diberikan terapi medikamentosa selama 6 minggu lagi dan ditinjau kembali
adanya perbaikan atau tidak, jika tidak maka dirujuk ke spesialis untuk dilakukan endoskopi
nasal jika diperlukan yaitu sesuai dengan indikasi
Rosenfeld. Clinical Practice Guideline (Update): Adult Sinusitis. Otolaryngology-
Head and Neck Surgery, 2015.
EPOS, 2020
Terima
Kasih

More Related Content

Similar to CASE REPORT THT

CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)
CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)
CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)
gerasimoos
 
Css rhinosinusitis jamur
Css rhinosinusitis jamurCss rhinosinusitis jamur
Css rhinosinusitis jamur
Clarissa Rizky
 
ABSES PARU present.pptx
ABSES PARU present.pptxABSES PARU present.pptx
ABSES PARU present.pptx
adik1987
 
2B kelompok 8 otitis.pptx igknbhubkkbgfgjjbn
2B kelompok 8 otitis.pptx igknbhubkkbgfgjjbn2B kelompok 8 otitis.pptx igknbhubkkbgfgjjbn
2B kelompok 8 otitis.pptx igknbhubkkbgfgjjbn
sonyaawitan
 
Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01Egla Aliu
 
Catatan scenario 2
Catatan scenario 2Catatan scenario 2
Catatan scenario 2
cameliasenada
 
Lp faringitis
Lp faringitisLp faringitis
Lp faringitis
maelmery
 
Bronkiektasis dechy
Bronkiektasis dechyBronkiektasis dechy
Bronkiektasis dechy
soroylardo1
 
Bronkiektasis dechy
Bronkiektasis dechyBronkiektasis dechy
Bronkiektasis dechy
Soroy Lardo
 
ASKEP_PNEUMONIA_pptx atmoko.pptx
ASKEP_PNEUMONIA_pptx atmoko.pptxASKEP_PNEUMONIA_pptx atmoko.pptx
ASKEP_PNEUMONIA_pptx atmoko.pptx
SurtiDepi
 
LAPORAN PENDAHULUAN TERATAI 2 (2).pdf
LAPORAN PENDAHULUAN TERATAI 2 (2).pdfLAPORAN PENDAHULUAN TERATAI 2 (2).pdf
LAPORAN PENDAHULUAN TERATAI 2 (2).pdf
srihumaerah
 
Case rian hasni (kista epiglotis) (1)
Case rian hasni (kista epiglotis) (1)Case rian hasni (kista epiglotis) (1)
Case rian hasni (kista epiglotis) (1)
RianHasni
 
Epistaksis
EpistaksisEpistaksis
Epistaksis
fikri asyura
 
Klp cerdas
Klp cerdasKlp cerdas
Klp cerdas
astisauna
 
Permenkes hidung
Permenkes hidungPermenkes hidung
Permenkes hidung
Fhieyanieva Qu
 
Difteri
DifteriDifteri
Difteri
Eddie Djiman
 

Similar to CASE REPORT THT (20)

CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)
CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)
CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)
 
Css rhinosinusitis jamur
Css rhinosinusitis jamurCss rhinosinusitis jamur
Css rhinosinusitis jamur
 
ABSES PARU present.pptx
ABSES PARU present.pptxABSES PARU present.pptx
ABSES PARU present.pptx
 
2B kelompok 8 otitis.pptx igknbhubkkbgfgjjbn
2B kelompok 8 otitis.pptx igknbhubkkbgfgjjbn2B kelompok 8 otitis.pptx igknbhubkkbgfgjjbn
2B kelompok 8 otitis.pptx igknbhubkkbgfgjjbn
 
Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01
 
Catatan scenario 2
Catatan scenario 2Catatan scenario 2
Catatan scenario 2
 
Lp faringitis
Lp faringitisLp faringitis
Lp faringitis
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Bronkiektasis dechy
Bronkiektasis dechyBronkiektasis dechy
Bronkiektasis dechy
 
Bronkiektasis dechy
Bronkiektasis dechyBronkiektasis dechy
Bronkiektasis dechy
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
ASKEP_PNEUMONIA_pptx atmoko.pptx
ASKEP_PNEUMONIA_pptx atmoko.pptxASKEP_PNEUMONIA_pptx atmoko.pptx
ASKEP_PNEUMONIA_pptx atmoko.pptx
 
LAPORAN PENDAHULUAN TERATAI 2 (2).pdf
LAPORAN PENDAHULUAN TERATAI 2 (2).pdfLAPORAN PENDAHULUAN TERATAI 2 (2).pdf
LAPORAN PENDAHULUAN TERATAI 2 (2).pdf
 
Case rian hasni (kista epiglotis) (1)
Case rian hasni (kista epiglotis) (1)Case rian hasni (kista epiglotis) (1)
Case rian hasni (kista epiglotis) (1)
 
Epistaksis
EpistaksisEpistaksis
Epistaksis
 
Klp cerdas
Klp cerdasKlp cerdas
Klp cerdas
 
Permenkes hidung
Permenkes hidungPermenkes hidung
Permenkes hidung
 
121341358 frenektomi
121341358 frenektomi121341358 frenektomi
121341358 frenektomi
 
Difteri
DifteriDifteri
Difteri
 

Recently uploaded

PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI E-KOSP 2024-2025.pdf
PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI E-KOSP 2024-2025.pdfPANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI E-KOSP 2024-2025.pdf
PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI E-KOSP 2024-2025.pdf
MayaSiswindari
 
LAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdf
LAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdfLAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdf
LAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdf
kompdua2
 
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Kanaidi ken
 
MATERI Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptx
MATERI  Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptxMATERI  Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptx
MATERI Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptx
NindiBeautyandHealth
 
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
TitisNindiasariAnggr
 
Dialog Prestasi Peperiksaan Akhir Tahun 2023
Dialog Prestasi Peperiksaan Akhir Tahun 2023Dialog Prestasi Peperiksaan Akhir Tahun 2023
Dialog Prestasi Peperiksaan Akhir Tahun 2023
AINARAHYUBINTISULAIM
 
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.pptKIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
WAYANDARSANA1
 
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kedirijuknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
DaraAOi
 
Epidemiologi Deskriptif dan Analitik.ppt
Epidemiologi Deskriptif dan Analitik.pptEpidemiologi Deskriptif dan Analitik.ppt
Epidemiologi Deskriptif dan Analitik.ppt
yuanitaclara1
 
Perangkat Pembelajaran Basa Sunda Basa Sunda SD MI Kelas 2.docx
Perangkat Pembelajaran Basa Sunda Basa Sunda SD MI Kelas 2.docxPerangkat Pembelajaran Basa Sunda Basa Sunda SD MI Kelas 2.docx
Perangkat Pembelajaran Basa Sunda Basa Sunda SD MI Kelas 2.docx
cecepmustofa29
 
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi BencanaMateri Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
AyuniDwiLestari
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
juliafnita47
 
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptxREVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
adityanoor64
 
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Materi MATSAMA Pengenalan Kurikulum.pptx
Materi MATSAMA  Pengenalan Kurikulum.pptxMateri MATSAMA  Pengenalan Kurikulum.pptx
Materi MATSAMA Pengenalan Kurikulum.pptx
ssuseraf5f2e
 
Materi Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah Minggu
Materi Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah MingguMateri Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah Minggu
Materi Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah Minggu
BOWLNChannel
 
Modul Projek - Yuk Makan Ketupat (Kearifan Lokal) Fase C - Fase C.pdf
Modul Projek  - Yuk Makan Ketupat (Kearifan Lokal) Fase C - Fase C.pdfModul Projek  - Yuk Makan Ketupat (Kearifan Lokal) Fase C - Fase C.pdf
Modul Projek - Yuk Makan Ketupat (Kearifan Lokal) Fase C - Fase C.pdf
ShintaKurniawatiSs
 
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan marthaKoneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
johan199969
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 

Recently uploaded (20)

PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI E-KOSP 2024-2025.pdf
PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI E-KOSP 2024-2025.pdfPANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI E-KOSP 2024-2025.pdf
PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI E-KOSP 2024-2025.pdf
 
LAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdf
LAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdfLAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdf
LAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdf
 
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
 
MATERI Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptx
MATERI  Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptxMATERI  Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptx
MATERI Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
 
Dialog Prestasi Peperiksaan Akhir Tahun 2023
Dialog Prestasi Peperiksaan Akhir Tahun 2023Dialog Prestasi Peperiksaan Akhir Tahun 2023
Dialog Prestasi Peperiksaan Akhir Tahun 2023
 
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.pptKIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
 
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kedirijuknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
 
Epidemiologi Deskriptif dan Analitik.ppt
Epidemiologi Deskriptif dan Analitik.pptEpidemiologi Deskriptif dan Analitik.ppt
Epidemiologi Deskriptif dan Analitik.ppt
 
Perangkat Pembelajaran Basa Sunda Basa Sunda SD MI Kelas 2.docx
Perangkat Pembelajaran Basa Sunda Basa Sunda SD MI Kelas 2.docxPerangkat Pembelajaran Basa Sunda Basa Sunda SD MI Kelas 2.docx
Perangkat Pembelajaran Basa Sunda Basa Sunda SD MI Kelas 2.docx
 
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi BencanaMateri Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
 
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptxREVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Materi MATSAMA Pengenalan Kurikulum.pptx
Materi MATSAMA  Pengenalan Kurikulum.pptxMateri MATSAMA  Pengenalan Kurikulum.pptx
Materi MATSAMA Pengenalan Kurikulum.pptx
 
Materi Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah Minggu
Materi Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah MingguMateri Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah Minggu
Materi Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah Minggu
 
Modul Projek - Yuk Makan Ketupat (Kearifan Lokal) Fase C - Fase C.pdf
Modul Projek  - Yuk Makan Ketupat (Kearifan Lokal) Fase C - Fase C.pdfModul Projek  - Yuk Makan Ketupat (Kearifan Lokal) Fase C - Fase C.pdf
Modul Projek - Yuk Makan Ketupat (Kearifan Lokal) Fase C - Fase C.pdf
 
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan marthaKoneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
 
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
 

CASE REPORT THT

  • 1. PEMBIMBING: dr. Anggina Diksita, Sp.THT-KL DISUSUN OLEH Gita Putri Benavita - 1910221025 Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta LAPORAN KASUS RHINOSINUSITIS KRONIS Escherichia coli Strains with Virulent Factors Typical for Uropathogens were Isolated from Sinuses from Patients with Chronic Rhinosinusitis—Case Report
  • 2. Escherichia coli diisolasi dari tiga pasien dengan rinosinusitis kronis yang telah di biopsi jaringan sinus intraoperatif. Kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologis mengenai karakteristik genetik bakteri tersebut untuk mengetahui virulensi dari masing-masing karakter bakteri.
  • 3. Rinosinusitis kronis adalah salah satu penyakit kronis yang paling umum pada populasi Eropa. Belum diketahui secara jelas apakah bakteri berkontribusi pada perkembangan infeksi, memulai respons inflamasi, atau terjadinya kolonisasi bakteri pada sinus disebabkan oleh hasil dari perubahan dari mukosa sinus itu sendiri. Rongga sino-nasal memiliki flora normal yang bertanggung jawab sebagai saluran pernapasan. Dalam laporan kasus ini, akan dilakukan analisis rhinosinusitis kronis terkait dengan faktor risiko yang disebabkan oleh bakteri. Pendahuluan Barshak. The Role of Infection and Antibiotics in Chronic Rhinosinusitis. Laryngoscope Investig. Otolaryngol, 2017
  • 4. Kasus Pertama Laki-laki berusia 41 tahun Anamnesis : nyeri sinus, sensasi terbakar dan hidung tersumbat, kelainan mukosa. Pasien menjalani operasi septum hidung dan operasi sinus dengan endoskopi fungsional Pasca operasi, sudah tidak terdapat cairan pada sinus. Namun, setelah beberapa minggu, pasien kembali merasakan hidungnya meler, serta bau hidung yang tidak sedap Karena kurangnya perbaikan, pasien menjalani operasi sinus lagi. • Dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk memastikan adanya sel epitel mukosa polipoid tanpa metaplasia skuamosa, infiltrat mononuklear dan granulosit eosinofilik (eosinofil 30% merupakan tanda dari adanya inflamasi). • Dilakukan analisis mikrobiologi pada hasil biopsi yang menunjukkan adanya infeksi polimikroba termasuk E. coli.
  • 5. Kasus Kedua Seorang pasien berusia 44 tahun Pada anamnesis dilaporkan adanya keluhan hidung tersumbat dan mendengkur Pasien juga dicurigai mengalami apnea saat tidur Pemeriksaan otolaringologi, ditemukan adanya obstruksi septum hidung dan hipertrofi pada konka hidung bagian bawah. Pasien juga memiliki palatum molle yang lebih lunak, dan ukurannya terlalu besar. Kemudian dilakukan tindakan pembedahan fungsional endoskopi sinus nasal dan nasal, koreksi septum nasal, dan koreksi palatum molle dengan metode koblasi. • Kemudian dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk memastikan bahwa hasil biopsy tersebut benar merupakan bagian dari mukosa sinus yang dilapisi oleh epitel silinder. • Ditemukan adanya infiltrat sel inflamasi di stroma mengandung 30% sel plasma dan granulosit eosinofilik. Ditemukan juga bakteri E. coli dan E. faecium
  • 6. Kasus Ketiga Seorang pria berusia 18 tahun dengan anamnesis mengeluhkan hidung tersumbat yang terjadi dalam jangka waktu lama serta beberapa kali mengalami perdarahan. pemeriksaan otolaringologi, diamati adanya obstruksi septum hidung dan hipertrofi konka inferior hidung. Pemeriksaan otoscopic tidak menunjukkan adanya perubahan di telinga. Tomografi komputer menunjukkan adanya lesi polipoid pada sinus maksilaris, ethmoid, dan frontal • Tindakan pembedahan yang dilakukan yaitu endoskopi fungsional serta koreksi septum hidung dengan septoplasty dan koreksi konka hidung dengan metode koblasi. Koblasi (kependekan dari ablasi terkontrol) adalah teknik bedah modern yang menggunakan energi gelombang elektromagnetik untuk menghasilkan suhu rendah dalam plasma di lingkungan sinus. Koblasi memungkinkan pengangkatan jaringan sekaligus mencegah perdarahan berlebihan di lokasi tindakan. • Dilakukan pemeriksaan histopatologis dari hasil biopsi tersebut yaitu adanya fragmen mukosa sinus yang ditutupi dengan epitel silinder. • Serta ditemukan adanya infiltrat sel plasma, granulosit neutrofilik dan eosinofilik di stroma. Kandungan eosinofil di kedua sisi sinus mencapai 50% dari sel inflamasi. • Studi bakteriologis juga mengkonfirmasi keberadaan dari bakteri E.coli
  • 7. DISKUSI • Hasil karakterisasi genetik profil virulensi strain E. coli yang diisolasi dari sinus tersebut sesuai dengan profil genetik patogen yang sangat virulen pada E. coli pada pasien rhinosinusitis yaitu mengandung toksin khas • uropathogenic strain (UPEC) • cytotoxic necrotizing factor. 1, • uropathogenic specific protein (Usp), • dan α-hemolysin. Racun E. coli ini berbahaya dan dapat melakukan pelepasan nutrisi dari sel inangnya, sehingga menghasilkan bakteri yang lebih kuat dalam lingkungan sinus dan memungkinkan terjadinya penyebaran ke jaringan lain yang terinfeksi.
  • 9. DEFINISI • Peradangan pada mukosa hidung dan sinus paranasalis yang berlangsung lebih dari 3 bulan. • Faktor-faktor yang dapat menyebabkan rinosinusitis kronik meliputi faktor penjamu (host) baik sistemik maupun lokal dan faktor lingkungan. • faktor penjamu sistemik ialah alergi, imunodefisiensi, kelainan kongenital dan disfungsi mukosiliar • Faktor penjamu lokal ialah kelainan anatomi. • Sedangkan yang termasuk dalam faktor lingkungan ialah infeksi virus dan bakteri, paparan bahan iritan dan sebagainya. FAKTOR RISIKO • Data dari Kemenkes RI tahun 2013 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. EPIDEMIOLOGI Fokkens W et al, European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps. Rhinology, 2012
  • 10. Gejala Klinis • Obstruksi nasal • Sekret / discharge nasal • Abnormalitas penciuman • Nyeri / tekanan fasiall Diagnosis EPOS ((European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps), 2007 • Penilaian subyektif berdasarkan pada keluhan, berlangsung lebih dari 12 minggu berdasarkan gejala klinis • Pemeriksaan Fisik: • Rinoskopi anterior dapat dilihat kelainan rongga hidung yang berkaitan dengan rinosinusitis kronik seperti udem konka, hiperemi, sekret (nasal drip), krusta, deviasi septum, tumor atau polip. • Transiluminasi, • Endoskopi nasal, dapat menilai kondisi rongga hidung, adanya sekret, patensi kompleks ostiomeatal, ukuran konka nasi, udem disekitar orifisium tuba, hipertrofi adenoid dan penampakan mukosa sinus • Pemeriksaan Penunjang: • CT-scan rinosinusitis kronik
  • 12. Tatalaksana • Antibiotika • Amoksisilin + asam klavulanat • Sefalosporin: cefuroxime, cefaclor, cefixime • Florokuinolon : ciprofloksasin • Makrolid : eritromisin, klaritromisin, azitromisin • Klindamisin • Metronidazole • Antiinflamatori dengan menggunakan kortikosteroid topikal atau sistemik • Kortikosteroid topikal : beklometason, flutikason, mometason • Kortikosteroid sistemik, banyak bermanfaat pada rinosinusitis kronik dengan polip nasi dan rinosinusitis fungal alergi. Rosenfeld. Clinical Practice Guideline (Update): Adult Sinusitis. Otolaryngology- Head and Neck Surgery, 2015.
  • 13. Pembedahan • Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF) atau Functional Endoscopic Sinus Surgery (FESS) adalah teknik operasi invasif minimal yang dilakukan pada sinus paranasal dengan menggunakan endoskop yang bertujuan memulihkan “mucociliary clearance” dalam sinus. • Prinsipnya ialah membuka dan membersihkan daerah kompleks osteomeatal yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi sehingga ventilasi dan drenase sinus dapat lancar kembali melalui ostium alami. Rosenfeld. Clinical Practice Guideline (Update): Adult Sinusitis. Otolaryngology- Head and Neck Surgery, 2015.
  • 14. Komplikasi • Komplikasi orbita : • Selulitis periorbita • Selulitis orbita • Abses subperiosteal • Abses orbita • Komplikasi endokranial: • Abses epidural / subdural • Abses otak • Meningitis • Serebritis • Trombosis sinus kavernosus • Komplikasi oseus/tulang : Osteomielitis (maksila dan frontal) Fokkens W et al, European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps. Rhinology, 2012
  • 15. PEMBAHASAN • Pada laporan kasus ini dicantumkan tiga kasus rhinosinusitis kronis dimana ketiga kasus tersebut dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, • Kemudian terapi pembedahan dan dilakukan juga pemeriksaan histopatologis pada hasil biopsi saat dilakukan pembedahan kemudian dianalisis mikrobiologi untuk mengetahui dan megonfirmasi karakteristik bakteri E.Coli yang menyebabkan rhinosinusitis tersebut.
  • 16. PEMBAHASAN • Dari ketiga kasus diatas sudah dilakukan tatacara pemeriksaan yang baik yaitu mencantumkan anamnesis yang baik untuk menegakkan diagnosis rhinosinusitis kronik yaitu sesuai dengan EPOS (European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps) tahun 2007 dan 2012 yaitu ditemukan adanya keluhan hidung tersumbat, kongesti atau sesak; sekret hidung / post nasal drip, umumnya mukopurulen; nyeri wajah / tekanan, nyeri kepala dan; penurunan / hilangnya penciuman. • Kemudian untuk pemeriksaan fisik juga sudah dilakukan yaitu pemeriksaan menggunakan rinoskopi anterior dengan cahaya lampu kepala dan kondisi rongga hidung yang lapang (sudah diberi topikal dekongestan sebelumnya). Dengan rinoskopi anterior dapat dilihat kelainan rongga hidung yang berkaitan dengan rinosinusitis kronik seperti udem konka, hiperemi, sekret (nasal drip), krusta, deviasi septum, tumor atau polip. Rinoskopi posterior bila diperlukan untuk melihat patologi di belakang rongga hidung EPOS ((European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps), 2007
  • 17. PEMBAHASAN Untuk tatalaksana pada ketiga kasus diatas, tidak dicantumkan tatalaksana medikamentosa, melainkan tatalaksana pembedahan yaitu Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF) atau Functional Endoscopic Sinus Surgery (FESS) adalah teknik operasi invasif minimal yang dilakukan pada sinus paranasal dengan menggunakan endoskop yang bertujuan memulihkan “mucociliary clearance” dalam sinus. Rosenfeld. Clinical Practice Guideline (Update): Adult Sinusitis. Otolaryngology- Head and Neck Surgery, 2015.
  • 18. PEMBAHASAN • Pada terapi medikamentosa untuk rhinosinusitis kronik dapat diberikan antibiotika. Jenis antibiotika yang digunakan adalah antibiotika spektrum luas antara lain: Amoksisilin + asam klavulanat, golongan sefalosporin: cefuroxime, cefaclor, cefixim, golongan Florokuinolon : ciprofloksasin, golongan Makrolid : eritromisin, klaritromisin, azitromisin. Kemudian diberikan antiinflamasi kortikosteroid topikal atau sistemik. • Untuk tatalaksana Rhinosinusitis sendiri berdasarkan algoritma tatalaksana Rhinosinusitis kronis. Yaitu diberikan tatalaksana mandiri yang terdiri dari bilas hidung dengan cairan saline kemudian ditinjau selama 6 minggu apabila tidak terdapat perbaikan dirujuk ke layanan primer dan diberikan terapi medikamentosa selama 6 minggu lagi dan ditinjau kembali adanya perbaikan atau tidak, jika tidak maka dirujuk ke spesialis untuk dilakukan endoskopi nasal jika diperlukan yaitu sesuai dengan indikasi Rosenfeld. Clinical Practice Guideline (Update): Adult Sinusitis. Otolaryngology- Head and Neck Surgery, 2015. EPOS, 2020