2. Kementerian Kesehatan / 2
Kata Pengantar
Pembangunan sanitasi di
Indonesia mengacu pada
Sustainable Development
Goals di mana pada tahun 2030
ditargetkan mencapai akses
terhadap sanitasi yang aman dan
layak serta merata bagi semua,
dan menghentikan praktik buang
air besar di tempat terbuka
serta memberikan perhatian
khusus pada kebutuhan kaum
perempuan dan kelompok
masyarakat rentan.
Adanya pandemi Covid-19
menjadikan sektor air bersih
dan sanitasi sangatlah penting
dalam memutus mata rantai
Covid-19. Penyediaan air minum
dan sanitasi yang aman dan
layak serta lingkungan yang
bersih menjadi penting agar
mampu melindungi kesehatan
masyarakat. Disamping itu
dilaksanakannya perubahan
perilaku higienis dan saniter
masyarakat seperti tidak ada lagi
masyarakat yang buang air besar
sembarangan, mencuci tangan
dengan benar, pengelolaan
limbah yang baik dan konsisten
baik di tingkat komunitas,
rumah tangga, sekolah, pasar,
dan fasilitas umum lainnya akan
dapat membantu pencegahan
transmisi atau penularan virus
penyakit termasuk COVID-19 .
Dalam rangka percepatan
pelaksanaan program air
minum dan sanitasi yang
layak dan aman, untuk klaim
keberhasilan diperlukan proses
verifikasi. Pedoman ini disusun
mengingat kondisi pada saat
ini mengharuskan kita untuk
melakukan adaptasi kebiasaan
baru dalam kehidupan sehari-
hari. Untuk itu pedoman ini dapat
menjadi referensi bagi pemangku
kepentingan dalam melaksanakan
verifikasi Stop Buang Air Besar
Sembarangan ( SBS) dan 5 pilar
STBM yang dapat dilakukan
secara virtual dengan tetap
menjaga kualitas hasil verifikasi.
Terima kasih kepada semua pihak
yang telah mencurahkan waktu
dan pemikiran dalam penyusunan
pedoman ini. Semoga pedoman
pelaksanaan verifikasi virtual
pilar-pilar STBM ini bermanfaat
dalam upaya percepatan
pencapaian target sanitasi aman
dan layak sesuai dengan tujuan
SDGs poin 6.
Direktur Penyehatan Lingkungan,
dr. Anas Ma’ruf, MKM
3. Kementerian Kesehatan / 3
Daftar Isi
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
Target RPJMN 2020-2024 Bidang Perumahan dan Pemukiman 4
STBM dan program prioritas di Kementerian Kesehatan 5
Mengapa Perlu Monitoring? 7
Proses Pemantauan/Monitoring 8
MONITORING PILAR 1 STBM
PILAR 1: Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) 9
Definisi Akses Sanitasi (TPB/RPJMN 2020–2024–Adaptasi) 10
Monitoring Pilar 1 STBM 12
Akses Sanitasi Aman 13
Akses Sanitasi Layak (Perkotaan) 14
Akses Sanitasi Layak (Pedesaan) 15
Akses Sanitasi Layak Bersama (Perkotaan) 16
Akses Sanitasi Layak Bersama (Pedesaan) 17
Akses Sanitasi Belum layak (Perkotaan) 18
Akses Sanitasi Belum layak (Pedesaan) 19
Akses Sanitasi Belum layak (Menggunakan sarana umum) 20
BABS Tertutup 21
BABS Terbuka 22
Catatan 23
MONITORING PILAR 2 STBM
PILAR 2: Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) 25
Indikator Cuci Tangan Pakai Sabun 26
1. Tersedia sarana, air, dan sabun 27
2. Mengetahui Cara mempraktikkan CTPS 28
3. Mampu menjelaskan waktu penting cuci tangan
pakai sabun (minimal 3) 29
MONITORING PILAR 3 STBM
PILAR 3: Penyehatan Air Minum dan
Makanan Rumah Tangga (PAMMRT) 30
Definisi operasional, indikator dan kriteria pilar 3 STBM 31
Air Minum Aman 33
Pangan Aman dan Sehat 36
MONITORING PILAR 4 STBM
PILAR 4: Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PSRT) 37
Bahan interview Pilar 4 STBM 39
Pengamanan Sampah Rumah Tangga 40
Tangga perubahan perilaku pengelolaan sampah 41
MONITORING PILAR 5 STBM
PILAR 5: Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga
Non Kakus (PALRTNK) 43
Bahan interview Pilar 5 STBM 45
Tangga perubahan perilaku Pengelolaan
Limbah Cair Rumah Tangga 46
Kriteria Pilar 5 STBM 47
VERIFIKASI STBM 50
Verifikasi STBM 51
Tujuan Verifikasi 52
Prinsip Verifikasi 53
Tahapan Proses Verifikasi 54
Tim dan Metode Verifikasi 55
Alur Verifikasi 5 Pilar STBM 58
Pemanfaatan Data Hasil Verifikasi 59
Lampiran 1: Berita Acara Verifikasi 60
Lampiran 2: Bukti Verifikasi 5 Pilar STBM 61
4. Kementerian Kesehatan / 4
Target RPJMN 2020–2024 Bidang
Perumahan dan Permukiman
Rumah tangga yang
menempati rumah layak
huni (memiliki seluruh
aspek kelayakan)
52,78%
Rumah tangga yang
memiliki akses sanitasi
layak dan aman
90% layak
(termasuk 15% aman)
Rumah tangga yang memiliki
akses sampah yang terkelola
dengan baik (perkotaan)
80% penanganan
(pengangkutan)
20% pengurangan
Rumah tangga memiliki
akses air minum layak
Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) di
Tempat Terbuka
0%
Tersedianya layanan
sanitasi berkelanjutan di
kabupaten/kota prioritas
74,58%
Sumber: Bappenas Indonesia, 2021
5. Kementerian Kesehatan / 5
STBM DAN PROGRAM PRIORITAS
DI KEMENTERIAN KESEHATAN
PROGRAM
INDONESIA SEHAT
dengan PENDEKATAN
KELUARGA (PIS–PK)
GERAKAN
MASYARAKAT HIDUP
SEHAT (GERMAS)
SANITASI
TOTAL BERBASIS
MASYARAKAT (STBM)
STBM TINGKAT
KELUARGA DAN
INSTITUSI
Keluarga
sehat
Desa/
Kel
Sehat
Kecamatan
Sehat
Kabupaten/
Kota Sehat
Provinsi
Sehat
Indonesia
Sehat
6. Kementerian Kesehatan / 6
Indikator
TARGET RENSTRA KEMENTRIAN KESEHATAN 2020–2024
2020 2021 2022 2023 2024
Persentase Desa/kelurahan Stop Buang air besar
Sembarangan (SBS)
40% 50% 60% 70% 90%
Jumlah Kabupaten/kota sehat (KKS) 110 220 280 380 420
Persentase sarana air minum yang diawasi/
diperiksa kualitas air minumnya sesuai standar
60% 64% 68% 72% 76%
Jumlah RS yang melaksanakan pengelolaan
limbah medis sesuai standar
2600 3000 4850 6250 8800
Persentase tempat pengelolaan pangan (TPP)
yang memenuhi syarat sesuai standar
38% 44% 50% 56% 62%
Jumlah Kabupaten/kota yang melaksanakan
pengawasan Pasar sesuai standar
2500 3000 3500 4000 4500
Persentase tempat dan fasilitas umum (TFU)
yang dilakukan pengawasan sesuai standar
60% 62% 64% 68% 70%
7. Kementerian Kesehatan / 7
Memastikan terjadinya proses
perubahan perilaku masyarakat
Mengetahui tahapan perubahan
perilaku masyarakat
Menyiapkan rancangan
pendampingan pendampingan/
upaya percepatan
Advokasi bagi Pimpinan dan Stake holder
terkait dalam perencanaan, implementasi
dan pengembangan program
Klaim keberhasilan 5 pilar STBM
MENGAPA
PERLU
MONITORING?
8. Kementerian Kesehatan / 8
PROSES PEMANTAUAN/MONITORING
• Panduan pengisian
form
• Form pemantauan
• Peta wilayah/desa/
kelurahan (data
rumah)
PENYIAPAN
DOKUMEN/
FORMULIR
PEMANTAUAN
• Penilaian
• Wawancara
KUNJUNGAN
KE SETIAP
RUMAH
• Dilakukan untuk seluruh KK
• Jika 1 rumah > 1 KK maka
dilakukan pada setiap KK
• Jika salah satu anggota
keluarga belum
melakukan perilaku pilar
1–5 maka dianggap KK tsb
belum melakukan
PEMANTAUAN
PERUBAHAN
PERILAKU
9. Kementerian Kesehatan / 9
MONITORING
PILAR 1 STBM
PILAR 1:
Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)
10. Kementerian Kesehatan / 10
SAFELY MANAGED
SANITATION
BASIC SANITATION SHARED/LIMITED UNIMPROVED
DIRECT
DISCHARGE
NO ACCESS
OPEN
DEFACATION
Klasifikasi akses sanitasi merujuk pada kuesioner BPS
AKSES SANITASI AMAN AKSES SANITASI LAYAK –
SENDIRI
AKSES SANITASI LAYAK –
BERSAMA
AKSES SANITASI
BELUM LAYAK
BABS
TERTUTUP
BABS
TERBUKA
a. Pengguna Fasilitas
sanitasi: rumah
tangga sendiri
b. Bangunan
tengah: klosetnya
menggunakan leher
angsa
c. Bangunan bawah:
• tanki septik
(septic tank)
yang disedot
setidaknya
sekali dalam 5
tahun terakhir;
atau
• Sistem
Pengolahan Air
Limbah (SPAL)
I. Perkotaan dan pedesaan
a. Pengguna Fasilitas
sanitasi: rumah
tangga sendiri
b. Bangunan
tengah:klosetnya
menggunakan leher
angsa
c. Bangunan bawah
tanki septik yang
tidak disedot
II. Khusus Perdesaan
a. Pengguna Fasilitas
sanitasi: rumah
tangga sendiri
b. Bangunan
tengah: klosetnya
menggunakan leher
angsa
c. Bangunan bawah:
Lubang tanah
I. Perkotaan dan pedesaan
a. Pengguna Fasilitas
sanitasi: bersama
rumah tangga lain
tertentu
b. Bangunan
tengah: klosetnya
menggunakan leher
angsa
c. Bangunan bawah
tanki septik
II. Khusus Perdesaan
a. Khusus Perdesaan
Pengguna Fasilitas
sanitasi: bersama
rumah tangga lain
tertentu
b. Bangunan
tengah: klosetnya
menggunakan leher
angsa
c. Bangunan bawah:
Lubang tanah
I. Fasilitas sanitasi dengan lubang tanah
di perkotaan
• Pengguna Fasilitas sanitasi:
sendiri atau digunakan bersama
dengan rumah tangga lain
tertentu
• Bangunan tengah klosetnya
menggunakan leher angsa
• Bangunan bawah: Lubang tanah
II. Akses Sanitasi Dasar (non leher angsa)
• Pengguna Fasilitas sanitasi:
rumah tangga sendiri atau
digunakan bersama dengan
rumah tangga lain tertentu
• Bangunan atas: klosetnya
menggunakan plengsengan
dengan-tutup dan cubluk/
cemplung.
• Bangunan bawah tanki. IPAL,
atau Lubang Tanah
III. Fasilitas Umum
Babs
Terselubung/
Direct
discharge,
yaitu pengguna
fasilitas
sanitasi yang
memiliki
tempat
pembuangan
akhir tinja
berupa kolam/
sawah/sungai/
danau/laut dan
atau/pantai/
tanah lapang/
kebun dan
lainnya.
Buang
Air Besar
Sembarangan
(BABS)
Terbuka, yaitu
pengguna
yang tidak
memiliki
fasilitas
tempat buang
air besar dan
yang memiliki
fasilitas
tetapi tidak
menggunakan
Definisi Akses Sanitasi
(TPB/RPJMN 2020–2024–adaptasi)
Ladder sanitasi berdasarkan SDG 6
11. Kementerian Kesehatan / 11
Tangga Perubahan Sanitasi
(Sanitation Ladder)
SAFELY MANAGED
SANITATION
BASIC SANITATION SHARED/LIMITED UNIMPROVED
DIRECT DISCHARGE
NO ACCESS
OPEN
DEFACATION
AKSES SANITASI
AMAN
AKSES SANITASI
LAYAK – SENDIRI
AKSES SANITASI
LAYAK – BERSAMA
AKSES SANITASI
BELUM LAYAK
BABS
TERTUTUP
BABS TERBUKA
12. Kementerian Kesehatan / 12
Monitoring Pilar 1 STBM
1. JSP (Jamban
Sehat Permanen)
2. JSSP (Jamban
Semi Sehat
Permanen)
3. Layak Bersama
(Sharing)
4. Buang Air Besar
Sembarangan
(BABS/Open
Defecation-OD)
1. Akses sanitasi aman
2. Akses sanitasi layak
3. Akses sanitasi
layak bersama
(limited/sharing)
4. Akses belum layak
5. Buang Air Besar
Sembarangan (BABS)
a. BABS Tertutup
b. BABS Tertutup
E Monev STBM saat ini E Monev STBM 5 pilar STBM
13. Kementerian Kesehatan / 13
Akses Sanitasi Aman
(Safely Managed Sanitation)
Pengguna fasilitas sanitasi:
rumah tangga sendiri
Bangunan tengah: klosetnya
menggunakan leher angsa.
Bangunan bawah:
tangki septik
(septic tank) yang
disedot setidaknya
sekali dalam 5
tahun terakhir.
14. Kementerian Kesehatan / 14
Akses Sanitasi Layak di Perkotaan
(Basic Sanitation in Urban Setting)
Pengguna fasilitas sanitasi:
rumah tangga sendiri
Bangunan tengah: klosetnya
menggunakan leher angsa.
Bangunan bawah:
tangki septik
(septic tank) yang
disedot setidaknya
sekali dalam 5
tahun terakhir.
15. Kementerian Kesehatan / 15
Akses Sanitasi Layak di Pedesaan
(Basic Sanitation in Rural Setting)
Pengguna fasilitas sanitasi:
rumah tangga sendiri
Bangunan tengah: klosetnya
menggunakan leher angsa. Bangunan bawah: lubang tanah atau cubluk.
16. Kementerian Kesehatan / 16
Akses Sanitasi Layak Bersama di Perkotaan
(Limited Sanitation Access in Urban Setting)
Bangunan tengah: klosetnya
menggunakan leher angsa.
Bangunan bawah:
tangki septik
(septic tank) yang
disedot setidaknya
sekali dalam 5
tahun terakhir.
Pengguna fasilitas sanitasi:
bersama rumah tangga lain tertentu
17. Kementerian Kesehatan / 17
Akses Sanitasi Layak Bersama di Pedesaan
(Limited Sanitation Access in Rural Setting)
Bangunan tengah: klosetnya
menggunakan leher angsa.
Pengguna fasilitas sanitasi:
bersama rumah tangga lain tertentu
Bangunan bawah: lubang tanah atau cubluk.
18. Kementerian Kesehatan / 18
Akses Sanitasi Belum Layak di Perkotaan
(Unimproved Sanitation in Urban Setting)
Bangunan
tengah:
klosetnya
menggunakan
leher angsa.
Bangunan bawah: lubang tanah atau cubluk.
Pengguna
fasilitas sanitasi:
rumah tangga
sendiri
Pengguna fasilitas
sanitasi: bersama
rumah tangga lain
tertentu
19. Kementerian Kesehatan / 19
Akses Sanitasi Belum Layak di Pedesaan
slab kayu dengan penutup
20cm
Penutup dengan
pegangan
Tutup lapisan tanah
Kerangka
bambu
Pengguna
fasilitas sanitasi:
rumah tangga
sendiri
Pengguna
fasilitas sanitasi:
bersama rumah
tangga lain
tertentu
Bangunan bawah: lubang cubluk/cemplung
Bangunan atas: kloset
NON Leher Angsa.
Menggunakan
plengsengan, dudukan
kayu dengan lubang
bertutup, atau cubluk/
cemplung bertutup.
20. Kementerian Kesehatan / 20
Akses Sanitasi Belum Layak (Menggunakan Sarana Umum)
Sanitasi belum layak (KK masih akses ke fasilitas umum)
Pemanfaatan jamban oleh KK pada fasilitas umum:
di pasar, tempat ibadah, WC umum di sekolah, WC di terminal,
WC umum di lingkungan RT/RW, dll
21. Kementerian Kesehatan / 21
Buang Air Besar Sembarangan (BABS) Tertutup
(Open Defecation)
Tempat pembuangan akhir
tinja di lokasi terbuka: sungai,
kolam, saluran irigasi, parit,
kebun, ladang, dll
Dibuang sendiri tanpa septik tank
Pengguna
fasilitas sanitasi:
rumah tangga
sendiri
Pengguna
fasilitas sanitasi:
bersama rumah
tangga lain
tertentu
22. Kementerian Kesehatan / 22
BABS Terbuka
BABS terbuka yaitu: pengguna yang tidak memiliki fasilitas tempat buang air
besar dan yang memiliki fasilitas tapi tidak menggunakannya
23. Kementerian Kesehatan / 23
Catatan:
No DEFINISI OPERASIONAL
1 Jika 1 rumah dengan 1 KK tersedia 1 jamban maka status kepemilikan jamban bisa menjadi status aman,
layak, belum layak atau masih OD tertutup.
2 Jika 1 rumah memiliki 2 KK hanya tersedia 1 jamban di dalam rumah tersebut maka:
1. Catat status 1 KK utama dengan memilhat dan segera menginput no KK nya dilanjutkan dengan observasi
terhadap sarana jamban, apakah jamban yang digunakan masuk dalam kriteria: aman, layak, belum layak
atau OD tertutup.
2. Maka 1 KK selanjutnya tetap dicatat dan ditanyakan kemana akses sanitasinya. Apalagi menggunakan
sarana pada point (1) dan point (1) tersebut masuk dalam kategori layak, maka KKk 2 masuk dalam
kategori sharing.
3. Namun bila KK utama masuk sarananya ke dalam kategori jamban yang belum layak, maka KK 2 masuk
dalam pencatatan kategori bukan sharing tetapi masuk di jamban yang belum layak.
3 1 Jika 1 rumah ada 2 KK dan memiliki 2 sarana maka:
1. KK utama kita anggap akses di sarana pertama dengan kategori: aman, layak, belum layak atau OD tertutup.
2. KK ke 2 kita anggap akses ke sarana ke 2 dengan kategori: aman, layak, belum layak atau OD tertutup.
4 Jika 1 rumah ada 1 KK dan ada penyewa maka yang dicatat tetap 1 KK tersebut, penyewa harus diberikan
akses sarana terpisah (namun tidak dicatat). Pencatatan penyewa masuk di dalam KK asalnya. Sehingga tidak
akan double pencatatan.
5 Jika ada keluarga yang menetap tidak sesuai dengan alamat pada KK, maka pencatatan tetap dilakukan pada
domisili KK saat ini. Pencatatan akses sarana jamban mengikuti sarana yang digunakan di tempat menetap
saat ini.
24. Kementerian Kesehatan / 24
Catatan:
1. Untuk akses sanitasi aman pada emonev yang baru data akan di Nol kan dahulu.
2. Data JSSP pada pedesaan pada emonev yang lama akan dimasukkan kepada data
akses sanitasi layak.
3. Sedangkan data JSSP pada perkotaan dimasukkan kepada data akses sanitasi
belum layak.
4. Data sharing di Nol kan dahulu.
5. Data sharing akan dimasukkan semua kedata akses sanitasi belum layak.
6. Dan data OD dalam e monev lama akan dimasukkan ke dalam OD terbuka semua.
7. No KK harus diisi, jika tidak diisi maka tidak akan bisa masuk.
26. Kementerian Kesehatan / 26
Indikator Cuci Tangan Pakai Sabun
Tersedia sarana, air dan sabun
Mengetahui cara CTPS
Mengetahui waktu penting
27. Kementerian Kesehatan / 27
Memiliki sarana CTPS dengan air mengalir
dilengkapi dengan sabun, yang lokasinya
mudah dijangkau pada saat waktu-waktu
kritis CTPS.
1.Tersedia sarana, air, dan sabun
28. Kementerian Kesehatan / 28
2. Mengetahui cara mempraktikkan CTPS
Mampu mempraktikkan cara cuci tangan pakai sabun
29. Kementerian Kesehatan / 29
3. Mampu menjelaskan waktu penting cuci tangan
pakai sabun (minimal 3)
Mengetahui waktu-waktu kritis
cuci tangan pakai sabun
Sebelum makan
• Setelah BAB
• Setelah
menceboki
anak
Sebelum
menyusui bayi
Sebelum menyiapkan/
mengolah makanan
Setelah kontak
dengan hewan
30. Kementerian Kesehatan / 30
MONITORING
PILAR 3 STBM
PILAR 3:
Penyehatan Air Minum dan Makanan
Rumah Tangga (PAMMRT)
31. Kementerian Kesehatan / 31
Definisi Operasional, Indikator
dan Kriteria Pilar 3 STBM
Cakupan keluarga menerapkan Penyehatan
Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
(PAMMRT) adalah:
Jumlah KK yang menerapkan pengelolaan
air minum dan makanan yang aman dan
sehat dibagi dengan total KK
32. Kementerian Kesehatan / 32
No Penyehatan Air
Minum dan Makanan
Rumah Tangga
(PAMMRT)
Definisi
1 Air Minum Aman Pelaku: setiap individu anggota rumah tangga
1. Mengkonsumsi air minum yang tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
atau melalui proses pengolahan (misalnya
merebus, klorin cair/klorin padat, UV, sodis,
keramik filter, atau RO)
2. Jika air baku keruh dilakukan perbaikan kualitas
air, seperti pengendapan atau penyaring.
3. Menyimpan air minum di dalam wadah yang
tertutup rapat, kuat, serta terbuat dari
bahan stainless steel, keramik, kaca dan jika
terbuat dari plastik (tanda gelas dan garpu)
dan diambil dengan cara yang aman (tidak
tersentuh tangan atau mulut).
2 Pangan aman
dan sehat
Menyimpan peralatan pengolah pangan dengan
aman dan menjaga kebersihannya.
1. Peralatan makan (piring, sendok, grapu, dll)
tidak kotor, tidak berdebu dan disimpan di
tempat yang terlindungi dari tikus, kecoa, dll.
2. Peralatan masak (panci, penggorengan, dll)
tidak kotor, tidak berdebu, disimpan di tempat
yang bersih
Air Kotor
33. Kementerian Kesehatan / 33
Air Minum Aman
Mengkonsumsi air minum yang tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan atau melalui proses
pengolahan (misalnya merebus, klorin cair/klorin padat,
UV, sodis, keramik filter, atau RO)
Merebus
Didihkan 3
menit
Merebus air
adalah cara
sederhana
yang telah
banyak dikenal
masyarakat.
Namun
demikian perlu
memperhatikan
waktu yang
dibutuhkan untuk
memastikan
seluruh kuman
berbahaya telah
mati dengan
membiarkan air
mendidih selama
3 menit
PUR
Cara menggunakan:
1. Siapkan air yang
akan diolah
sebanyak 10 liter
di dalam wadah
2. Masukkan PUR
ke dalam air
3. Aduk selama
5 menit dan
diamkan sehingga
terpisah antara
air jernih dan
gumpalan-
gumpalan. Jika
air masih keruh,
aduk kembali dan
biarkan selama
beberapa menit.
4. Setelah air
menjadi jernih,
saring air dengan
menggunakan
kain yang bersih
5. Diamkan air
jernih tersebut
selama 20 menit
6. Air siap diminum
Sodis
(Solar Disinfectant)
1. Siapkan botol plastik yang
akan digunakan, cuci sampai
bersih
2. Siapkan air bersih ke dalam
botol plastik sampai penuh
dan tutup dengan rapat.
3. Jemur di tempat terbuka
dan di bawah terik matahari.
Boarkan selama 6 jam bila
matahari cerah, 6–7 jam bila
berawan dan 2 hari berturut-
turut bila hujan
1 2
3
Penyaringan/Filtrasi
Saringan Keramik
Merupakan penyaringan
air secara fisik dan kimiawi
dengan melewatkan air melalui
pori-pori keramik yang telah
dilapisi bahan disinfektan
34. Kementerian Kesehatan / 34
Jika air baku keruh dilakukan perbaikan kualitas
air, seperti pengendapan atau penyaring
Air Minum Aman
Air Kotor
35. Kementerian Kesehatan / 35
Menyimpan air minum di dalam wadah
yang tertutup rapat, kuat, serta
terbuat dari bahan stainless steel,
keramik, kaca dan jika terbuat dari
plastik (tanda gelas dan garpu) dan
diambil dengan cara yang aman (tidak
tersentuh tangan atau mulut).
Air Minum Aman
36. Kementerian Kesehatan / 36
Pangan Aman dan Sehat
Peralatan masak (panci,
penggorengan, dll) tidak kotor,
tidak berdebu dan disimpan di
tempat yang bersih
Menutup makanan
dan minuman yang
disajikan dengan
baik dan benar
Peralatan makan (piring, sendok, garpu, dll)
tidak kotor, tidak berdebu dan disimpan di
tempat yang terlindung dari tikus, kecoa, dll
37. Kementerian Kesehatan / 37
MONITORING
PILAR 4 STBM
PILAR 4:
Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PSRT)
38. Kementerian Kesehatan / 38
No Pengamanan
Sampah
Definisi
1 Pengamanan Sampah
Rumah Tangga
1. Tidak ada sampah berserakan di
lingkungan sekitar rumah
2. Ada tempat sampah yang kuat dan mudah
dibersihkan
3. Ada perlakuan yang aman (tidak dibakar,
tidak dibuang ke sungai/kebun/saluran
drainase/tempat terbuka
4. Telah melakukan pemilahan sampah
39. Kementerian Kesehatan / 39
Bahan Interview Pilar 4 STBM
Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga
Pertanyaan Kunci Keterangan
Lingkungan rumah bersih
(tidak terlihat sampah
berserakan di lingkungan
sekitar rumah)
Amati di sekitar rumah dan lingkungannya bersih dan tidak ada
sampah berserakan
Pengamatan
Ada tempat sampah yang
kuat, terttutup dan mudah
dibersihkan
Amati apakah ada tempat sampah yang kuat, tertutup,
dan mudah dibersihkan
Pengamatan
Ada perlakuan yang
aman seperti: ditimbun,
dikomposting, buang ke
TPS (tidak dibakar, tidak
dibuang ke sungai/kebun/
saluran drainase/tempat
terbuka)
Tanyakan dan amati, untuk meastikan bahwa sampah dikelola
setiap hari secara aman
• Tidak membakar sampah
• Tidak membuang sampah ke sumber air (sungai, mata air,
saluran air hujan)
• Tidak membuang sampah di lahan kosong (kebun, pinggir jalan)
Wawancara &
Pengamatan
Telah melakukan
pemilahan sampah
Tanyakan dan amati, untuk memastikan bahwa sampah dipilah dan
minimal melakukan salah satu dari 3R pengurangan, penggunaan
kembali, daur ulang di rumah tangga
Wawancara &
Pengamatan
40. Kementerian Kesehatan / 40
Pengamanan Sampah Rumah Tangga
Tempat sampah yang
tertutup, kuat dan
mudah dibersihkan
Tidak ada sampah berserakan
di lingkungan sekitar rumah
Ada perlakuan yang aman,
seperti (tidak dibakar, tidak
dibuang ke sungai/kebun/saluran
drainase/tempat terbuka)
Telah
melakukan
pemilahan
sampah
Mudah terurai Daur ulang B3 Residu
Bio Konversi
BSF/Kompos
100%
41. Kementerian Kesehatan / 41
Tangga perubahan perilaku
pengelolaan sampah
• Komposting
rumah tangga
• Komunal/
Komunitas
Sampah
non organik
dan non
komersial
Pengepul
CSR
Produsen
Bank Sampah RT
Komunal/Komunitas
Bank Sampah RT
Lingkungan
rumah bersih
(tidak terlihat
sampah
berserakan
di lingkungan
sekitar rumah)
Ada tempat
sampah
yang kuat,
dan mudah
dibersihkan
Ada perlakuan
yang aman
terhadap
sampah
(tidak dibakar,
tidak dibuang
ke sungai/
kebun/saluran
drainase/
tempat terbuka
lainnya)
Memilah
sampah
Ada
pengelolaan
sampah dalam
kelompok
masyarakat
Kondisi
sampah
berserakan
43. Kementerian Kesehatan / 43
MONITORING
PILAR 5 STBM
PILAR 5:
Pengamanan Limbah Cair
Rumah Tangga (PLCRT)
44. Kementerian Kesehatan / 44
No Pengelolaan Air
Limbah Rumah
Tangga
Definisi
1 Pengelolaan air
limbah rumah
tangga non kakus
• Tidak terlihat genangan air di sekitar
rumah karena limbah cair rumah tangga
(non kakus)
• Ada saluran pembuangan limbah cair
rumah tangga (non kakus) yang kedap
dan tertutup
• Terhubung dengan sumur resapan dan
atau sistem pengolahan limbah (IPAL
Komunal/sewerage system)
45. Kementerian Kesehatan / 45
Bahan Interview Pilar 5 STBM
Pengelolaan Limbah
cair Rumah Tangga
Pertanyaan Kunci Keterangan
Tidak terlihat genangan air di
sekitar rumah karena limbah
domestik
Tanyakan dan amati apakah ada
genangan air di sekitar rumah
(limbah domestik)?
Wawancara & Pengamatan
Tersedia saluran pembuangan
limbah cair yang kedap dan
tertutup
Tanyakan dan amati untuk
memastikan apakah ada saluran
limbah cair rumah tangga yang
kedap dan tertutup
Wawancara & Pengamatan
Terhubung dengan sistem
pengolahan air limbah cair
atau sumur resapan
Tanyakan dan amati, untuk
memastikan apakah saluran limbah
cair rumah tangga terhubung
dengan IPAL komunal dan atau
menggunakan sumur resapan
dengan jarak sumur resapan > 10m
dari sumber air
Wawancara & Pengamatan
46. Kementerian Kesehatan / 46
Tangga Perubahan Perilaku Pengelolaan
Limbah Cair Rumah Tangga
Saluran
air
limbah
terbuka
Tidak
terlihat
genangan air
disekitar
rumah
Tersedia
saluran
limbah yang
kedap dan
tertutup
Terhubung
dengan
sistem
pengolahan
limbah dan
atau
resapan
Lingkungan
rumah tidak
ada
timbunan
kaleng/botol
bekas
terbuka
yang dapat
menjadi
perindukan
nyamuk
47. Kementerian Kesehatan / 47
Kriteria Pilar 5 STBM
Tidak terlihat
genangan air di
sekitar rumah
karena limbah
domestik
Tidak terlihat genangan air limbah rumah tangga
(non kakus) di sekitar rumah
48. Kementerian Kesehatan / 48
Kriteria Pilar 5 STBM
Bak kontrol
Sumur resapan
yang diisi batu
dan pasir sebagai
saringan
Sumber air limbah
Besi penghalang
Tersedia saluran
pembuangan
limbah cair
yang kedap dan
tertutup
49. Kementerian Kesehatan / 49
Kriteria Pilar 5 STBM
Terhubung dengan sumur resapan dan atau sistem pengolahan limbah (IPAL Komunal/Sewerage system)
IPAL
Terhubung dengan sistem pengolahan air limbah
atau sumur resapan
51. Kementerian Kesehatan / 51
Verifikasi STBM
Verifikasi STBM 5 Pilar dilakukan untuk memastikan
bahwa telah terjadi perubahan perilaku masyarakat
dalam penyelenggarakan STBM 5 Pilar.
• Verifikasi
dilaksanakan
ketika satu
tingkatan
komunitas
telah
menyatakan
• Pilar pertama telah
mencapai 100 % untuk
status Stop Buang Air
Besar Sembarangan
100%
+
• Empat pilar lainnya telah
mencapai minimal 50% untuk
status telah melaksanakan
STBM 5 pilar
50%
+
52. Kementerian Kesehatan / 52
Tujuan Verifikasi
2. Menyatakan bahwa komunitas telah mencapai
status pilar-pilar STBM
3. Bentuk strategi advokasi bagi pemangku
kepentingan untuk keberlangsungan STBM
4. Strategi untuk mempertahankan status
komunitas,masyarakat, institusi yang telah Stop
Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) dan
untuk mencapai Desa STBM (5 pilar)
1. Melakukan penilaian atas kondisi perubahan
perilaku yang telah terjadi di Masyarakat
terkait dengan 5 pilar STBM
53. Kementerian Kesehatan / 53
Prinsip Verifikasi
Transparan
Masyarakat
mengetahui
tentang
kondisi
sanitasi di
komunitasnya
Independen
Melibatkan
unsur dari
luar
komunitas
yang
diverifikasi
Obyektif
Hasil verifikasi
mencerminkan
kondisi
sebenarnya
yang ada di
masyarakat
Kesetaraan
Gender
Memperhatikan
keterlibatan
dan
keseimbangan
antara laki-laki
dan perempuan
Inklusi
Sosial
Memperhatikan
yang
berkebutuhan
khusus
54. Kementerian Kesehatan / 54
Tahapan Proses Verifikasi
• Pleno merupakan
alat pembuktian
kepada masyarakat
tentang seberapa
besar capaian dan
kualitas perubahan
perilaku yang terjadi
terhadap pilar-pilar
STBM atas hasil
verifikasi.
• Pleno dilaksanakan
melalui proses
analisa bersama
antara masyarakat,
tokoh masyarakat,
Tim STBM dan
pemegang kebijakan.
Kegiatan pleno ini
akan menghasilkan
berita acara hasil
verifikasi.
• Menyamakan
persepsi antar tim
verifikasi terkait
dengan strategi
pelaksanaan
verifikasi dan alur
verifikasi.
• Meningkatkan
keterampilan dalam
menggunakan form-
form verifikasi.
• Menyiapkan
berbagai kebutuhan
pelaksanaan
verifikasi.
• Membagi peran
dan tugas dalam
melakukan verifikasi
berdasarkan wilayah
administrasi yang
akan diverifikasi.
• Melihat kondisi
sarana dan prasarana
pilar-pilar STBM
secara langsung yang
akan diverifikasi
berbekal data primer,
peta dan data WEB
untuk pilar 1
• Mengetahui kondisi
perubahan perilaku
warga masyarakat
yang akan
diverifikasi.
• Mengkaji ulang dan
mengevaluasi hasil
verifikasi yang telah
dilaksanakan oleh
tim verifikasi.
• Melakukan
rekapitulasi data
bersama tim
verifikasi yang
dipergunakan dalam
proses pleno.
• Mengidentifikasi
pembelajaran dan
tantangan dari
hasil verifikasi.
Hasil review dan
refleksi pelaksanaan
verifikasi menjadi
bahan perbaikan
dalam pelaksanaan
verifikasi berikutnya
dengan harapan akan
ada peningkatan
kualitas verifikasi
baik dari sisi proses
maupun hasil.
1.
Persiapan
2.
Pengumpulan Data
dan Informasi
3.
Rekapitulasi
Data
4.
Review Hasil
Verifikasi
5.
Pleno Hasil
Verifikasi
55. Kementerian Kesehatan / 55
Tim dan Metode Verifikasi
Tim verifikasi disesuaikan dengan kebutuhan pada tingkatan mana verifikasi
dilakukan.Tim verifikasi disahkan melalui Surat Keputusan (SK) Tim Verifikasi.
Tingkatan Anggota Tim
Verifikasi
Pendamping Alat
Verifikasi
Metode Keterangan
DUSUN/ RW • Sanitarian Puskesmas
• PKK Desa/ Kelurahan
• Aparat Desa/
Kelurahan
• Tim dari dusun lain
dalam
• satu desa
• Perwakilan kelompok
• marginal seperti
kelompok
• disabilitas
• Sanitarian Puskesmas
• Kader
Dusun/RW
• Komite
Dusun/
• RW
• Kepala
Dusun/
• Ketua RW
lokasi
• verifikasi
• Data
Primer
• Peta Sosial
• Format
verifikasi
dan rekap
Sensus 1. Dilaksanakan pada semua KK yang ada di Dusun/RW/RT.
2. Tim verifikasi harus mengunjungi SEMUA RUMAH (100%) yang berada
di Dusun/RW/RT yang diverifikasi.
3. Verifikasi dilakukan sekaligus untuk ke lima pilar STBM.
DESA/
KELURAHAN
• Promkes Puskesmas
• UPTD Kecamatan
• PKK Kecamatan
• Tim STBM dari Desa/
• Kelurahan lain dalam
1(satu) Kecamatan
• Perwakilan kelompok
• marginal seperti
kelompok diabilitas
• Aparat Desa/
Kelurahan
• Kader Desa/
Kelurahan
• PKK Desa/
Kelurahan
• Kepala Desa/
Lurah lokasi
verifikasi
• Data
Primer
• Peta Sosial
• Data Web
STBM
• Format
verifikasi
dan rekap
Stratified
Random
Sampling
1. Seluruh Dusun/RW/RT di Desa/kelurahan yang akan diverifikasi harus
sudah terverifikasi 100% terlebih dahulu.
2. Verifikasi Desa/Kelurahan dilakukan dengan sampling 30% dari jumlah
dusun/RW/RT yang ada. Dari masing-masing dusun/RW/RT sampling
dipilih 30 % KK yang ada di setiap Dusun/RW/RT sebagai sampling.
3. Pemilihan sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok-
kelompok yang homogen, diutamakan daerah rawan, misalkan
bantaran sungai atau lokasi yang biasanya digunakan oleh masyarakat
untuk BABS, membuang sampah, mencuci peralatan makan dan minum
dan sumber air baku konsumsi.
4. Data hasil verifikasi tingkat dusun dapat digunakan refrensi bagi tim
verifikator untuk menentukan wilayah yang akan diverifikasi termasuk
peta desa dan data primer (digunakan data dari WEB STBM)
56. Kementerian Kesehatan / 56
Tingkatan Anggota Tim
Verifikasi
Pendamping Alat
Verifikasi
Metode Keterangan
KECAMATAN • Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
• POKJA Sanitasi/ AMPL
• PKK Kabupaten
• Organisasi yang
bergerak di bidang
kesehatan (Forum
Kabupaten Kota Sehat,
jika ada)
• Tim STBM dari
Kecamatan lain
• Perwakilan kelompok
marginal seperti
kelompok diabilitas
• Aparat
Kecamatan
• PKK
Kecamatan
• Tim STBM
Kecamatan
• Camat lokasi
verifikasi
• Puskesmas
• UPTD
Kecamatan
• Data Primer
• Data Web
STBM
• Format
verifikasi
dan rekap
Stratified
Random
Sampling
1. Di setiap desa dalam kecamatan tersebut harus sudah terverifikasi
100% seperti persyaratan verifikasi Desa.
Dibuktikan dengan berita acara.
2. Verifikasi Kecamatan dilakukan dengan sampling 30% dari jumlah
Desa/kelurahan yang ada di setiap kecamatan. Kemudian diambil
sampling 30 % jumlah KK yang ada pada desa sampling
3. Pemilihan sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok-
kelompok yang homogen lebih baik, untuk menguji apakah daerah
rawan tersebut misalkan bantaran sungai atau lokasi yang biasanya
digunakan oleh masyarakat untuk BABS, membuang sampah, mencuci
peralatan makan dan minum dan sumber air baku konsumsi.
4. Data hasil verifikasi tingkat Desa dapat digunakan refrensibagi tim
verifikator untuk menentukan wilayah yang akan diverifikasi termasuk
peta desa dan data primer (bisa digunakan data dari WEB STBM).
KABUPATEN/
KOTA
• Dinas Kesehatan
Provinsi
• Tim STBM Provinsi
• POKJA Sanitasi /
AMPL Provinsi
• Perwakilan dari
kabupaten lain
• Dinas di Provinsi yang
terkait dengan Sarana
Air Minum dan Sanitasi
• Perwakilan kelompok
marginal seperti
kelompok diabilitas
• Dinas
Kesehatan
Kabupaten/
Kota
• Tim STBM
Kabupaten/
Kota
• PKK
Kabupaten/
Kota
• Organisasi
yang bergerak
di bidang
kesehatan
(Forum
Kabupaten Kota
Sehat, jika ada)
• Data Primer
• Data Web
STBM
• Format
verifikasi dan
rekap
Evaluasi
hasil
Verifikasi
1. Di setiap Kecamatan dalam Kabupaten/Kota tersebut harus sudah
terverifikasi 100% seperti persyaratan verifikasi Kecamatan.
Dibuktikan dengan berita acara.
2. Verifikasi administrasi (memastikan seluruh kecamatan semuanya
sudah memiliki berita acara) bisa dilaksanakan secara virtual dengan
mengundang tim perwakilan kecamatan dan sanitarian puskesmas
untuk menetapkan komunitas sasaran kunjungan lapangan.
3. Verifikasi lapangan tatap muka dengan protokol kesehatan yang ketat
dan mengurangi jumlah tim dilakukan di kecamatan yang dianggap
kritis yang ditetapkan melalui verifikasi administrasi. Kunjungan
lapangan dapat mengacu pada pedoman pemicuan dan verifikasi pada
masa pandemi.
4. Pleno verifikasi secara virtual.
5. Data verifikasi mulai dari tingkat dusun sampai dengan kecamatan
akan dievaluasi oleh tim verifikasi STBM tingkat kabupaten, jika masih
ditemukan komunitas kritis yang belum memenuhi kriteria STBM,
maka tim STBM tingkat Kabupaten akan melakukan monitoring dan
evaluasi serta verifikasi ulang dengan didampingi oleh tim STBM
tingkat kecamatan dan desa.
6. Hasil evaluasi verifikasi yang membutuhkan klarifikasi lanjutan bisa
melalui virtual mengundang kecamatan tertentu.
7. Komunitas sasaran kunjungan adalah kecamatan yang terverifikasi SBS
paling awal (sudah lama) dan atau berada di daerah aliran sungai dan
atau yang akses ke sarana sanitasi belum layak dan atau masyarakat
marginal misalnya penyandang disabilitas dan masyarakatmiskin serta
kelompok minoritas lainnya.
57. Kementerian Kesehatan / 57
Tingkatan Anggota Tim
Verifikasi
Pendamping Alat
Verifikasi
Metode Keterangan
PROVINSI • Kementerian
Kesehatan
• Kementerian/Lembaga
terkait dengan sanitasi
dan air minum
• POKJA Sanitasi /
AMPL Provinsi
• Mitra STBM
• Perwakilan kelompok
marginal seperti
kelompok diabilitas
• Dinas
Kesehatan
Propinsi
• Tim STBM
Propinsi
• PKK Propinsi
• Organisasi
yang bergerak
di bidang
kesehatan
(Forum
Kabupaten
Kota Sehat,
jika ada)
• Data Primer
• Data Web
STBM
• Format
verifikasi
dan rekap
Evaluasi
hasil
Verifikasi
1. Di setiap Kabupaten/Kota dalam Provinsi tersebut harus sudah
terverifikasi 100% seperti persyaratan verifikasi Kabupaten/Kota.
Dibuktikan dengan berita acara.
2. Data verifikasi mulai dari tingkat dusun, kecamatan dan kabupaten
akan dievaluasi oleh tim verifikasi STBM tingkat Propinsi, jika masih
ditemukan komunitas kritis yang belum memenuhi kriteria STBM,
maka tim STBM tingkat Propinsi akan melakukan monitoring dan
evaluasi serta verifikasi ulang dengan didampingi oleh tim STBM
tingkat kecamatan,desa dan Kabupaten.
3. Verifikasi administrasi (memastikan seluruh kabupaten/kota
sudah memiliki berita acara) bisa dilakukan secara virtual dengan
mengundang tim perwakilan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan
dan ditetapkan lokasi kunjungan lapangan (komunitas kritis).
4. Verifikasi lapangan tatap muka dengan protokol kesehatan yang
ketat dan mengurangi jumlah tim dilakukan di Kabupaten/Kota yang
dianggap kritis yang ditetapkan melalui verifikasi administrasi.
5. Pleno verifikasi secara virtual.
6. Hasil evaluasi verifikasi yang membutuhkan klarifikasi lanjutan bisa
melalui virtual mengundang Kabupaten/Kota tertentu
58. Kementerian Kesehatan / 58
Alur Verifikasi 5 Pilar STBM
1.
Verifikasi
dokumen 2.
Pemilihan
30%
kecamatan
Sampel
stratifikasi acak
untuk verifikasi
lapangan
Mengumpulkan
semua berita
acara verifikasi
Stratification
random
sampling
• Dikunjungi
di lapangan
• Dicek
kesesuaian
dengan
berita acara
3.
Pemilihan 30%
kelurahan/desa
dari kecamatan
terpilih
4.
Pemilihan
30% RW dari
kelurahan/
desa terpilih
5.
Pemilihan
30% RT
dari RW
terpilih
6.
Pemilihan
30% KK
dari RT
terpilih
Stratification
random
sampling
Stratification
random
sampling
59. Kementerian Kesehatan / 59
Dokumen hasil verifikasi dijadikan media, referensi dan bahkan sebagai data dasar
bagi Lintas Program dan Lintas Sektor dalam melakukan kajian-kajian outcome dan
perencanaan program serta kajian dampak kesehatan yang lebih luas.
Data dan informasi hasil verifikasi menjadi dasar advokasi untuk anggaran dan
kebijakan Pemerintah Daerah. Data tersebut juga dapat dipergunakan Pemerintah
setempat dalam kegiatan sosialisasi peningkatan peran swasta dalam mendukung
STBM melalui CSR (Corporate Social Responsibility).
Data hasil verifikasi akan mendorong peran Pemerintah Pusat maupun setempat
dalam mengeluarkan regulasi. Hal ini untuk mendorong komunitas yang sudah
mencapai status pilar STBM verifikasi akan terjaga karena adanya enabling
environment termasuk kelembagaan yang memadai.
Sebagai dasar dalam penerapan sanksi sebagai upaya untuk menjaga status
pilar- pilar STBM yang telah dicapai dan tidak kembali lagi pada perilaku lama.
Pemanfaatan Data Hasil Verifikasi
61. Kementerian Kesehatan / 61
Bukti/
Sticker
Verifikasi
5 Pilar
STBM
Lampiran 2 Verifikasi
5 Pilar STBM
Tgl verifikasi:
Nama verifikator:
Ttd verifikator:
Tgl verifikasi:
Nama verifikator:
Ttd verifikator:
Tgl verifikasi:
Nama verifikator:
Ttd verifikator:
Tgl verifikasi:
Nama verifikator:
Ttd verifikator:
Tgl verifikasi:
Nama verifikator:
Ttd verifikator:
62. Kementerian Kesehatan / 62
Tim Penyusun Pedoman
Pelaksanaan Monitoring
dan Verifikasi 5 Pilar STBM
Ely Setyawati, SKM,MKM (Sanitarian Ahli Madya)
Yustina Tutuanita, SKM,MKM (Sanitarian Ahli Muda)
Suzanna, SKM,MSi (Sanitarian Ahli Muda)
Aloysia Widyastuti,SKM,MSi (Sanitarian Ahli Muda)
Agustina Widyastuti (Pelaksana)
Muthia Fadhila,S.Tr.KL (Pelaksana)
Mita Sirait (WASH Specialist)
Emily Karyanto (Project Officer)
Martin Dima (lay out dan illustrator)
Kontributor:
Wahana Visi Indonesia
UNICEF
SIMAVI
IUWASH Plus
YPII
PLAN Indonesia
NMC Pamsimas
63. Kementerian Kesehatan / 63
PEDOMAN PELAKSANAAN MONITORING
DAN VERIFIKASI STBM 5 PILAR
Direktorat Penyehatan Lingkungan,
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan
Jl. H. R. Rasuna Said No.4-9, RT.1/RW.2
Kuningan, Kuningan Tim.
Kecamatan Setiabudi
Kota Jakarta Selatan
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12950