SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
SISTEM DAN REKAYASA PENIMBUNAN BATUBARA(COAL STOCKPILINGSYSTEM
AND ENGINEERING)
Pemilihan sistempenimbunan batubara tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :
a. jumlah atau tonase batubara yang akan ditimbunkan harus disesuaikan dengan lamanya masa
penimbunan/penyimpanannya
b. luas daerah tanah atau kapasitas alat untuk penimbunan/penyimpanan yang tersedia
c. topografi lokasi daerah tempat penimbunan
d. kondisi iklim, dan
e. dampak lingkungan dan keselamatan.
Berdasarkan faktor-faktor ini, ada 2 (dua) cara penimbunan batubara yaitu :
1. pada daerah tanah lapangan yang terbuka, luas dan rata (bed stockpiling yard)
2. dengan menggunakan storage bin atau bunker.
Karena jumlah produksi (tonase) batubara dari suatu tambang umumnya besar,maka cara
penimbunan batubara yang lazimdigunakan adalah dengan menggunakan bed stocking yard
atau stockyard.
Disini diperlukan prosedur baku operasi untuk mencapai tujuan penimbunan batubara
yang aman dalam rangka :
a). untuk mencegah swapemanasan (self-heating) dan swabakar (spontaneous combustion)
supaya jangan sampai terjadi hot coal,
b). untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas dipandang dari segi parameter kualitas
komersialnya yaitu berupa :
+ kehilangan sifat pengkokasan dari batubara kokas (coking coals) sebagai
bahan baku (feedstock) untuk pembuatan kokas metalurgi, atau
+ penurunan nilai kalori batubara sebagai bahan bakar (solid fuel).
Untuk mencapai tujuan ini, maka prosedur operasional yang baku menganjurkan atau
merekomendasikan bahwa supaya :
a. tidak menimbun secara bersama-sama batubara yang berbeda ukuran (bongkahan, kasar
atau halus)
b. tidak menimbun secara bersama-sama batubara yang segar (fresh) dengan yang teroksidasi
atau lapuk ( oxydized or weathered coal)
c. tidak menimbun secara bersama-sama batubara yang berbeda kecenderungannya terhadap
swabakar
d. tidak menimbun secara bersama-sama batubara yang kering dengan yang basah, atau
e. tidak menimbun secara bersama-sama batubara yang kotor (ROM-/raw- coal) dengan yang
bersih (washed/clean coal)
Beberapa faktor teori dan praktek yang harus dipertimbangkan untuk merekayasa sistem
manajemen penimbunan batubara yang baku dalam rangka menciptakan kondisi lokasi dan
prosedur operasional penimbunan batubara (coal stockyardand its operational procedure))
yang aman adalah sebagai berikut :
1. Lokasi tempat penimbunan batubara
2. Sistem penimbunan batubara
3. Sistem pemantauan suhu timbunan dan cara penanggulangi kebakaran
4. Sistem pengelolaan pengambilan kembali dari timbunan.
Lokasi tempat penimbunan batubara
Lokasi daerah tanah lapangan tempat penimbunan batubara (coal stockyard) harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- harus terletak di daerah yang stabil, rata dan luas,
- harus dilengkapi dengan sistem pengeringan air dan selokan buangan air
- harus dilengkapi dengan jalan masuk untuk semua jenis kendaraan (muat-angkut-tumpah =
load-haul-dump), khususnya alat gali/muat berupa tyre-wheeled loader, melalui pintu-pintu
pada tanggul/dinding penahan aliran angin yang mengelilingi tempat timbunan batubara
tersebut,
- harus dilengkapi dengan tanggul/dinding tanah di sekeliling tempat timbunan batubara sebagai
penahan aliran angin (wind shielder/breaker) setinggi sekitar 4,0 m disamping sebagai
penahan hanyutan partikel batubara halus keluar lokasi timbunan batubara, dan
- harus dilengkapi dengan peralatan pemadaman kebakaran berupa hydrant.
Sistem penimbunan batubara
Karena swabakar dari suatu jenis batubara di tempat timbunan atau penyimpanan
umumnya disebabkan oleh dua faktor yaitu udara dan panas, maka pencegahan terjadinya
swabakar hanya dapat dilakukan apabila salah satu dari kedua faktor ini dihilangkan atau
ditiadakan melalui tindakan pemadatan dalammemperkecil terjadinya kontak antara partikel
batubara dengan oksigen dari udara. Hal ini perlu dilakukan, terutama untuk penimbunan
atau penyimpanan jangka panjang (reserve storage or long term consolidated stockpile
(untuk jangka waktu penimbunan lebih dari 3 bulan) untuk mencegah terjadinya penurunan
kualitas batubara disamping untuk mengurangi bahaya swabakar yang menyebabkan
kebakaran. Pemadatan timbunan batubara harus dilakukan secara sistematis yaitu dilakukan
secara lapis demi lapis dimana setiap lapis yang disebarkan merata setebal katakanlah 0,5
sampai 1,0 m dan langsung dipadatakan dengan rubber-tired heavy mobile equipment,
seperti loader dari pada dengan bulldozer yang umumnya memakai track, untuk mencegah
kehancuran partikel batubara lebih lanjut.
Permukaan datar dan kemiringan di sisi samping timbunan batubara harus
dikompakan. Perataan permukaan seharusnya dilaksanakan untuk mempermudah
pengeringan air dan penyemprotan air. Permukaan kemiringan bagian sisi timbunan
batubara sebaiknya dilapisi dengan bahan yang tidak mudah terbakar untuk mencegah
masuknya aliran udara ke dalam timbunan batubara tersebut. Dalam hal ini, terutama untuk
tempat timbunan batubara yang dikompakan berjangka panjang (reserve storageor long term
consolidated stockpile), sudut sisi miring sampai ke puncak timbunan harus kurang dari sudut
alami yang terbentuk oleh batubara yang ditimbunkan (angleof repose) sekitar 45o. Biasanya
sudut ini dibuat selandai mungkin sekitar 15o dan 30o atau rata-rata 20o dari bidang datar
tanah supaya alat pengompakan bisa bekerja aman.
Menurut informasi pustaka lama, tinggi maksimum timbunan yang dianjurkan adalah
kira-kira 2 – 3 m untuk tempat timbunan batubara baik yang berasal dari tambang (ROM-
coal) maupun yang bersih dari washplant (clean or saleable coal) yang tidak dikompakan
dengan waktu penimbunan berjangka pendek (live storage or short term live unconsolidated
stockpile). Dengan sistempenimbunan batubara yang dikompakan (reserve storage), tinggi
timbunan batubaranya bisa mencapai kira-kira 11 – 12 m, terutama untuk penimbunan
batubara bersih.
Sistem pemantauan suhu timbunan dan cara penanggulangi kebakaran
Suhu timbunan batubara harus dipantau secarateratur untuk mengetahui apakah ada
tanda-tanda (clues) terjadinya gejalaswabakar dalamtimbunan batubara tersebut atau tidak.
Adanya tanda-tanda naiknya suhu timbunan menunjukkan adanya oksidasi batubara (self-
heating) yang akan menimbulkan swabakar berupa hot coal dan kalau gejala ini tidak diatasi
atau dicegah, maka akan terjadi kebakaran.
Pekerjaan pengukuran suhu timbunan batubara dapat dilakukan dengan
menggunakan thermometer yang dimasukkan ke dalamsebuah pipa besi yang diberi lobang-
lobang dan berujung runcing dengan dasar tertutup. Pipa-pipa pemantauan suhu ini sebagai
titik-titik pemantauan suhu (temperature monitoring points) dipasang tegak lurus ke dalam
timbunan sedalam kira-kira 1,5 m dari permukaan timbunan dengan jarak antar titik-titik
pemantauan sekitar 5 m dengan pola persegi (square grid) yang meliputi seluruh daerah
timbunan yang diawasi tersebut. Suhu yang dicatat berupa data pengukuran suhu diplot di
peta daerah penimbunan batubara yang bersangkutan. Pekerjaan pemantauan suhu pada
tempat timbunan batubara yang berjangka panjang (reserve storage) sebaiknya dilakukan 2
(dua) kali se minggu. Jika suhu timbunan menaik lebih dari 5oC di atas suhu sekitarnya di
permukaan (ambient temperature), pemantauan suhu sebaiknya dilaksanakan setiap hari.
Suhu kritis suatu jenis batubara tergantung pada kemampuan dari batubara tersebut untuk
beroksidasi (penyerapan oksigen = self-heating)yaitu umumnya jenis batubara yang berkadar
air-lembab (lengas), oksigen dan zat-terbang = VM yang tinggi mempunyai kemampuan
menyerap oksigen lebih tinggi, terutama dari jenis batubara berperingkat rendah seperti sub-
bituminous dan lignit). Karena itu, suhu kritis timbunan dari jenis batubara berperingkat
(kelas = rank) tinggi yaitu anthrasit dan bituminous adalah 70o – 80oC, sedangkan dari jenis
batubara yang berperingkat rendah yaitu sub-bituminous dan lignit adalah 50o – 55oC. Jika
suhu kritis ini dilampaui, maka batubara panas (hot coal) akan terjadi dan segeraharus diatasi
atau dicegah supaya tidak terjadi kebakaran dengan cara membongkar/menggalinya serta
disebarkan supaya dingin atau dipadamkan dengan semprotan air.
Ada 2 (dua) carauntuk mendeteksi gejalaawalterjadinya self-heating batubara yang akhirnya
dapat menyebabkan terjadinya swabakar berupa hot coal yaitu sebagai berikut :
a). Fisika : perkembangan self-heating batubara selalu diikuti dengan munculnya tanda-tanda
: keluarnya keringat (pengembunan uap air), kabut (haze), bau (odour), panas (heat), dan
asap.
b). Kimia : karena gas swabakar pada hot coal spot adalah CO2, CO, dan H2O, maka emisi CO
dapat dipakai sebagai tanda adanya gejala terjadinya swabakar.
Berbagai pilihan metode dan prosedur yang dapat diterapkan untuk mengendalikan atau
memadamkan hot coal akibat swabakar adalah sebagai berikut :
 inertisasi (inertization)
 penggalian hot coal (excavating the hot spot or fire)
 penyekatan (sealing off) dengan stoppings (dam semen, pasangan bata atau
sandbags)
 perendaman (flooding or inundation)
 pengeimbangan tekanan yang dilokalisir sehingga tidak terjadi kebocoran
udara (localized pressure balancing), dan
 pelapisan (coating) permukaan timbunan batubara dengan bahan bitumen
atau ter, atau
 penyuntikan atau penambalan kebocoran udara pada lapisan batuan di sekitar
dinding lubang bukaan tambang dengan menggunakan resin, gypsum atau
beton (sealants)
Sistem pengelolaan pengambilan kembali dari timbunan
Karena luasnya daerah tempat penimbunan batubara, maka pada prinsipnya ada 2 (dua)
bagian daerah kegiatan yaitu daerah tempat penimbunan sementara (live storage) untuk
batubara yang dapat dijual (saleablecoals)sesuaidengansyaratmutu baku pasaran batubara
baik yang dari tambang atau yang dari terminal batubara ekspor dan daerah tempat
penimbunan batubara yang sebenarnya untuk jangka panjang (reserve storage) dimana
proses penaburan (spreading) batubara yang ditimbunkan secara lapis demi lapis melalui
stacker boom yang dapat dilanjutkan dengan pemadatan per lapis denganmenggunakan tyre-
wheeled loader. Dengan kata lain, sistem pengaturannya adalah bahwa batubara dari live
storage sesuai dengan urutan kedatangan atau penerimaan dan asal pengiriman batubara
ditangani lagi secara sistematis yaitu first in – first out untuk ditimbunkan ke tempat
timbunannya sebenarnya (reserve storage) sebelum didistribusikan juga secara sistematis
untuk siap dikosumsi atau dipakai oleh unit PLTU – Batubara secara sistematis. Biasanya
posisi kedua daerah kegiatan ini saling berdampingi mengikuti arah memanjang timbunan
batubara (lihat Gambar 4.1) dimana peralatan yang umum digunakan pada lokasi timbunan
batubara (coal stockpile) yang luas, terbuka dan rata ini terdiri dari : seperti alat gusur/gali
berupa bulldozer, alat muat berupa tyre-wheeled loader yang merangkap sebagai alat
pemadatan partikel batubara yang ditimbunkan secara lapis demi lapis, alat penimbun
(tripper stacker) dan alat pengambil batubara kembali (reclaimer).
Storage Management
Storage Management atau pengaturan penyimpanan batubara di stockpile sangat penting
dalam stockpile management. Dalam mengatur penyimpanan batubara di stockpile, hal hal
yang perlu diperhatikan adalah Desain stockpile dan Sistem penumpukan.
Desain Stockpile
Desain dari suatu stockpile ditentukan oleh beberapa hal berikut ini :
1. Kapasitas penyimpanan batubara
2. Banyaknya jenis product yang akan Dipisahkan di stockpile
3. Fasilitas dan sistem penumpukan dan Pemuatan
Kapasitas penyimpanan Batubara
 Kapasitas penyimpanan batubara di stockpile menentukan desain suatu stockpile.
Stockpile yang berkapasitas kecil dengan batubara dengan kapasitas besar mungkin
berbeda khususnya dalam penyiapan lahan dan preparasi lahan tersebut.
 Pada stockpile dengan kapasitas yang besar, dasar stockpile harus benar-benar kuat
dan kokoh menahan beban yang besar. Kalau tidak, base stockpile tersebut akan turun
di bagian tengah, dan juga akan ikut menurunkan batubara yang ada di atasnya.
Dalam kondisi seperti itu akan terjadi kehilangan batubara di stockpile.
Jumlah Product Yang dipisahkan
 Banyaknya jumlah product yang akan dipisahkan menentukan luasan stockpile yang
diperlukan.
 Semakin banyak jumlah product yang dipisahkan semakin besar areal yang
diperlukan.
Fasilitas Penumpukan dan pemuatan
 Alat yang digunakan dalam sistem penumpukan dan pemuatan batubara di stockpile
juga mempengaruhi desain atau areal stockpile yang digunakan.
 Penggunaan stacker-reclaimer dalam sistem penumpukan dan pemuatan, membuat
desain dan sistem penumpukan memanjang.
 Stacker-reclaimer juga mempermudah dalam pemisahan batubara yang memiliki
kualitas yang berbeda dan sekaligus juga mempermudah dalam blending batubar-
batubara tersebut.
Desain Stockpile
1. Di sekeliling stockpile dipasang instalasi spraying.
2. Di sekeliling stockpile dibuatkan windshield atau penangkal angin.
3. Stockpile dibuat memanjang searah dengan arah angin dominan (Prevailing Wind).
SISTEM PENUMPUKAN
Dalam penumpukan Batubara harus memenuhi Syarat sebagai berikut :
 Sekeliling tumpukan batubara harus dapat diakses oleh unit maintenance seperti
Wheel Loader atau Excavator.
 Penumpukan harus memanjang searah dengan prevailing wind (arah angin dominan)
 Setiap penumpukan harus dipastikan ditrimming agar tidak terdapat puncak-puncak
kecil diatas tumpukan batubara
 Slope permukaan stockpile yang menghadap ke arah angin harus dilandaikan
sudutnya, bila perlu dipadatkan.
Alat bongkar muat yang dimaksud adalah alat yang akan digunakan untuk
membongkar dan memuat muatan batu bara dari dan ke kapal di terminal khusus yang
dibuat untuk muatan batu bara.Alat ini ada yang terpasang di kapal itu sendiri, adapula
yang dikapal khusus seperti floating creane atau biasana di sebut (FC). Alat angkat
untuk muatan curah yang dapat dibedakan sabagai berikut:
1. Conveyor
Prinsip daripada conveyor ini yaitu memindahkan muatan curah hujan dari dan
kekapal secara terus menerus, conveyor merupakan suatu kesatuan nama dari motor
atau winch sebagai penggerak dan berbagai tipe alat yang menampung dan
memindahkan muatan.
2. Bucket
Umumnya timbah yang digunakan terbuat dari baja. Sehingga jenis ini
menggunakan shell bucket yang di disain untuk mampu mengangkut muatan dalam
jumlah yang banyak.timbah-timbah ini adalah jenis timbah yang berukuran besar
sehingga dibuat khusus yang pada akhirnya dapat digunakan untuk memindahkan
muatan batu bara dari tongkang ke kapal besar atau Motor Vesel.
3. Floating creane
Pada umumnya kapal yang memiliki anjungan dan mesin namun tidak
berpindah tempat. Alat ini di pakai memindahkan muatan seperti batu bara dari
tongkang ke kapal besar
1. MINING SITE (PRODUCER) / Furchasing
Proses penambangan batubara yang masih berupa batuan
2. HAULING TO STOCKPILE
Batu bara hasil tambang tadi diantarkan ke tempat pengumpulan dan penumpukan yang
sekaligus tempat proses penghancuran / penggilingan batubara (Stockpile).
3. STOCKING & CRUSHING
Setelah selesai dikumpulkan di tempat yang sudah ditentukan lalu kemudian batu bara
mulai dimasukkan ke dalam mesin penghancur (crusher) agar menjadi butiran halus dan
MINING SITE
(PRODUCE)
HAULING TO
STOCKPILE
STOCKING &
CRUSHING
BLENDING &
ANALIZING
TRUCKING
TO PORT
LOADING
TO BARGE
TRANSHIPMENT
LOADING
TO MOTHER
VESSEL
DOCUMENT
CLEARENCE OUT
/ SAILING
dapat diteruskan ke proses selanjutnya. (Biasanya mesin crusher sanggup beroperasi selama
16 jam yang berarti 1 mesinnya mampu mengolah sebanyak 3000 s/d 4000 MT /hari).
4. BLENDING & ANALIZING
Dalam proses ini batu bara yang telah dilebur kemudian dicampur dengan batu bara
yang memiliki kadar mineral yang berbeda guna mendapat kadar yang diinginkan oleh pihak
konsumen (biasanya batu bara berkadar mineral tinggi dicampur dengan batu bara berkadar
mineral rendah)
5. TRUCKING TO PORT
Setelah sesuai kandungan mineral hasil dari proses sebelumnya dan telah dikeluarkan
sertifikatnya oleh lembaga surveyor independent yang ditunjuk oleh PT. KPK, proses
berikutnya adalah pengangkutan semua batu bara tadi ke pelabuhan yang diangkut oleh truk
6. LOADING TO BARGE
Setelah sampai di pelabuhan, batu bara-batu bara tadi langsung dikumpulkan pada satu
alat yang akan dengan otomatis memuat batu baranya pada kapal tongkang yang telah
tersedia (mesin conveyor belt).
7. TRANSHIPMENT
Setelah memenuhi kapasitas tiap-tiap tongkang tersebut berlayar mengarungi sungai
menuju muara laut lalu menuju lokasi tempat dimana kapal Mother Vessel (kapal besar yang
akan membawa keseluruhan batu bara tersebut sekaligus dalam 1 waktu menuju tempat
yang telah ditetapkan).
8. LOADING TO MOTHER VESSEL
Setelah kapal sampai di tempat lokasi dimana Kapal Mother Vessel menunggu
(biasanya lepas pantai), maka proses selanjutnya adalah merapatkan kapal tongkang dan
melakukan pemindahan batu bara ke kapal Mother Vessel menggunakan alat berat yang
telah tersedia crap dan crane dibantu loader exapator dan bulldozer.
9. DOCUMENT
Setelah selesai semua proses pemindahan maka proses akhir adalah mengurus semua
kelengkapan dokumen.
10. CLEARENCE OUT / SAILING
Multi purpose gantrycrane
Multipurpose GentryCrane dengankapasitasmasing-masing35dan 36 Ton, yaitu2 unitGentry
Crane yang telahdi modifikasisehinggadapatdigunakanuntukmenangani containerdandrybulk.
dengankecepatan3 menit/hoock cycle ataubiladigunakanuntukpenangancontainermencapai 20
Boxes/crane/hour.
Electrical grab
kapasitasmasing15 m3.
Hopper
Kapasitas70 m3
Wheel loader
Alatini sangat lincahdandapat manuverdengancepatdi dalampalkakapal,bahkandi tempat-
tempatsempitsekalipun,alatini diadakangunamemberikandukungankinerjabongkarmuat
barang curah keringseperti batubara
Excavator
Alatini bergunauntukmenunjangkegiatanbongkarmuatdi Pelabuhan.Alatini bisadipakaiuntuk
membongkarbatubara dan muatanlainnya.
Kapasitasangkutminimumbeltconveyorsebesar752,59 tonper jam, untuksudutidler20°, lebar
sabuk1 m, dankecepatankonveyor2m/s sertaharga kapasitasangkutmaksimumbeltconveyor
sebesar3.603,87 tonper jam,untuksudutidler45°, lebarsabuk1,4 m, dan kecepatankonveyor4
m/s.
Sandvik PE100-700 / 1x15 adalah bucket –wheel excavator yang dibuat untuk
tambang batubara. Ia memiliki kemampuan formasi pertambangan dengan
kekuatan tekan hingga 20 MPa . Hal ini diatur oleh sistem PLC dengan
kemungkinan otomatisasi maksimum memungkinkan untuk mengandung user-
friendly interface untuk kenyamanan pengguna . Ini fitur penyeimbang yang
biasa di bawah booming debit dan crawler undercarriage ganda . Ini juga
memiliki booming mengangkat dengan silinder hidrolik .
Kapasitas muatan excavator adalah 700L sedangkan kapasitas nominalnya
adalah 3500 m3 / jam dalam ketinggian 15 m .
 Working load:
Min.: 50 t (55.12 us ton)
Max.: 200 t (220.46 us ton)

More Related Content

What's hot

Bahan galian industri
Bahan galian industriBahan galian industri
Bahan galian industriUVRI - UKDM
 
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-feronika purba
 
Tugas III Mekanika Tanah I
Tugas III Mekanika Tanah ITugas III Mekanika Tanah I
Tugas III Mekanika Tanah IZul Anwar
 
32998366 genesa-bahan-galian-complete2
32998366 genesa-bahan-galian-complete232998366 genesa-bahan-galian-complete2
32998366 genesa-bahan-galian-complete2rramdan383
 
mineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanmineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanALAM SEKITAR
 
Makalah pengolahan mineral gravity separation
Makalah pengolahan mineral gravity separationMakalah pengolahan mineral gravity separation
Makalah pengolahan mineral gravity separationActur Saktianto
 
Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )
Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )
Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )Armstrong Sompotan
 
Mengidentifikasi alat alat pemboran
Mengidentifikasi alat alat pemboranMengidentifikasi alat alat pemboran
Mengidentifikasi alat alat pemboranseed3d
 
Ta 5212-materi-03-konsep sampling
Ta 5212-materi-03-konsep samplingTa 5212-materi-03-konsep sampling
Ta 5212-materi-03-konsep samplingosmainisutra
 
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Pengelolaan dan Pemantauan LingkunganPengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Pengelolaan dan Pemantauan LingkunganYusufRiyandi
 
Pembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detilPembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detiloilandgas24
 
Pengertian tanah dan batuan
Pengertian tanah dan batuanPengertian tanah dan batuan
Pengertian tanah dan batuanFNfadly
 
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan WadukPerhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk21010115410004
 

What's hot (20)

Pengenalan Ilmu Ukur Tanah
Pengenalan Ilmu Ukur TanahPengenalan Ilmu Ukur Tanah
Pengenalan Ilmu Ukur Tanah
 
Bahan galian industri
Bahan galian industriBahan galian industri
Bahan galian industri
 
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
 
Tugas III Mekanika Tanah I
Tugas III Mekanika Tanah ITugas III Mekanika Tanah I
Tugas III Mekanika Tanah I
 
32998366 genesa-bahan-galian-complete2
32998366 genesa-bahan-galian-complete232998366 genesa-bahan-galian-complete2
32998366 genesa-bahan-galian-complete2
 
Andesit dan Basalt
Andesit dan BasaltAndesit dan Basalt
Andesit dan Basalt
 
Definisi tereka, terukur dll
Definisi tereka, terukur dllDefinisi tereka, terukur dll
Definisi tereka, terukur dll
 
mineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanmineral-dan-batuan
mineral-dan-batuan
 
Mekanika Batuan
Mekanika BatuanMekanika Batuan
Mekanika Batuan
 
Makalah pengolahan mineral gravity separation
Makalah pengolahan mineral gravity separationMakalah pengolahan mineral gravity separation
Makalah pengolahan mineral gravity separation
 
Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )
Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )
Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )
 
Mengidentifikasi alat alat pemboran
Mengidentifikasi alat alat pemboranMengidentifikasi alat alat pemboran
Mengidentifikasi alat alat pemboran
 
Ta 5212-materi-03-konsep sampling
Ta 5212-materi-03-konsep samplingTa 5212-materi-03-konsep sampling
Ta 5212-materi-03-konsep sampling
 
ANALISA EKSPLORASI PERTAMBANGAN EMAS
ANALISA EKSPLORASI PERTAMBANGAN EMAS ANALISA EKSPLORASI PERTAMBANGAN EMAS
ANALISA EKSPLORASI PERTAMBANGAN EMAS
 
Proses magmatik
Proses magmatikProses magmatik
Proses magmatik
 
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Pengelolaan dan Pemantauan LingkunganPengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
 
Pengolahan Bahan Galian
Pengolahan Bahan GalianPengolahan Bahan Galian
Pengolahan Bahan Galian
 
Pembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detilPembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detil
 
Pengertian tanah dan batuan
Pengertian tanah dan batuanPengertian tanah dan batuan
Pengertian tanah dan batuan
 
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan WadukPerhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
 

Viewers also liked

P2 Wujud Zat Fifi
P2 Wujud Zat FifiP2 Wujud Zat Fifi
P2 Wujud Zat Fifiruy pudjo
 
Taha Al-anee cv (1)
Taha Al-anee cv (1)Taha Al-anee cv (1)
Taha Al-anee cv (1)TAHA KUTAIBA
 
CLASE INVERTIDA
CLASE INVERTIDACLASE INVERTIDA
CLASE INVERTIDAjdejugon4
 
2015 Creating a Psychologically Informed Environment
2015 Creating a Psychologically Informed Environment2015 Creating a Psychologically Informed Environment
2015 Creating a Psychologically Informed EnvironmentClaire Ritchie
 
Colombia desarrollo cientifico y tecnologico
Colombia desarrollo cientifico y tecnologicoColombia desarrollo cientifico y tecnologico
Colombia desarrollo cientifico y tecnologicocatu2909
 
Tugas pembiayaan+sensitivitas 4413100031 4413100011
Tugas pembiayaan+sensitivitas 4413100031 4413100011Tugas pembiayaan+sensitivitas 4413100031 4413100011
Tugas pembiayaan+sensitivitas 4413100031 4413100011stellaandikm
 
Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...
Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...
Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...Janry E. Sianturi
 
3 dof helicopter yaw (december 2016)
3 dof helicopter yaw (december 2016)3 dof helicopter yaw (december 2016)
3 dof helicopter yaw (december 2016)Hamza saeed Khan
 
Rechargeable Li-ion batteries based on Olivine-structured (LiFePO4) catho...
Rechargeable Li-ion batteries based on Olivine-structured     (LiFePO4) catho...Rechargeable Li-ion batteries based on Olivine-structured     (LiFePO4) catho...
Rechargeable Li-ion batteries based on Olivine-structured (LiFePO4) catho...Arun Kumar
 
MAXIMUM SECURITY FOR TWO WHEELERS
MAXIMUM SECURITY FOR TWO WHEELERSMAXIMUM SECURITY FOR TWO WHEELERS
MAXIMUM SECURITY FOR TWO WHEELERSSivajith007
 
WATER PUMP CONTROLLER WITH WATER LEVEL DISPLAY
WATER PUMP CONTROLLER WITH WATER LEVEL DISPLAYWATER PUMP CONTROLLER WITH WATER LEVEL DISPLAY
WATER PUMP CONTROLLER WITH WATER LEVEL DISPLAYSivajith007
 
Tatalaksana Kepabeanan Dibidang Ekspor
Tatalaksana Kepabeanan Dibidang EksporTatalaksana Kepabeanan Dibidang Ekspor
Tatalaksana Kepabeanan Dibidang Eksporhalimindag
 

Viewers also liked (18)

P2 Wujud Zat Fifi
P2 Wujud Zat FifiP2 Wujud Zat Fifi
P2 Wujud Zat Fifi
 
AJportfolioPP
AJportfolioPPAJportfolioPP
AJportfolioPP
 
Taha Al-anee cv (1)
Taha Al-anee cv (1)Taha Al-anee cv (1)
Taha Al-anee cv (1)
 
CLASE INVERTIDA
CLASE INVERTIDACLASE INVERTIDA
CLASE INVERTIDA
 
2015 Creating a Psychologically Informed Environment
2015 Creating a Psychologically Informed Environment2015 Creating a Psychologically Informed Environment
2015 Creating a Psychologically Informed Environment
 
Speaking lina bermudez
Speaking lina bermudezSpeaking lina bermudez
Speaking lina bermudez
 
Tik kelompok2 bab 2
Tik kelompok2 bab 2Tik kelompok2 bab 2
Tik kelompok2 bab 2
 
Speaking lina bermudez
Speaking lina bermudezSpeaking lina bermudez
Speaking lina bermudez
 
CV Kaushalya Dharmasekara
CV Kaushalya DharmasekaraCV Kaushalya Dharmasekara
CV Kaushalya Dharmasekara
 
Colombia desarrollo cientifico y tecnologico
Colombia desarrollo cientifico y tecnologicoColombia desarrollo cientifico y tecnologico
Colombia desarrollo cientifico y tecnologico
 
Tugas pembiayaan+sensitivitas 4413100031 4413100011
Tugas pembiayaan+sensitivitas 4413100031 4413100011Tugas pembiayaan+sensitivitas 4413100031 4413100011
Tugas pembiayaan+sensitivitas 4413100031 4413100011
 
Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...
Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...
Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...
 
3 dof helicopter yaw (december 2016)
3 dof helicopter yaw (december 2016)3 dof helicopter yaw (december 2016)
3 dof helicopter yaw (december 2016)
 
Rechargeable Li-ion batteries based on Olivine-structured (LiFePO4) catho...
Rechargeable Li-ion batteries based on Olivine-structured     (LiFePO4) catho...Rechargeable Li-ion batteries based on Olivine-structured     (LiFePO4) catho...
Rechargeable Li-ion batteries based on Olivine-structured (LiFePO4) catho...
 
MAXIMUM SECURITY FOR TWO WHEELERS
MAXIMUM SECURITY FOR TWO WHEELERSMAXIMUM SECURITY FOR TWO WHEELERS
MAXIMUM SECURITY FOR TWO WHEELERS
 
WATER PUMP CONTROLLER WITH WATER LEVEL DISPLAY
WATER PUMP CONTROLLER WITH WATER LEVEL DISPLAYWATER PUMP CONTROLLER WITH WATER LEVEL DISPLAY
WATER PUMP CONTROLLER WITH WATER LEVEL DISPLAY
 
Internal Rate of Return
Internal Rate of ReturnInternal Rate of Return
Internal Rate of Return
 
Tatalaksana Kepabeanan Dibidang Ekspor
Tatalaksana Kepabeanan Dibidang EksporTatalaksana Kepabeanan Dibidang Ekspor
Tatalaksana Kepabeanan Dibidang Ekspor
 

Similar to OPTIMALISASI PENIMBUNAN BATUBARA

TAMBANG_BAWAH_TANAH_BATUBARA (1).pptx
TAMBANG_BAWAH_TANAH_BATUBARA (1).pptxTAMBANG_BAWAH_TANAH_BATUBARA (1).pptx
TAMBANG_BAWAH_TANAH_BATUBARA (1).pptxyudipurnama051
 
Glosarium pertambangan
Glosarium pertambanganGlosarium pertambangan
Glosarium pertambanganoilandgas24
 
Room and pillar_dan_longwall_batubara
Room and pillar_dan_longwall_batubaraRoom and pillar_dan_longwall_batubara
Room and pillar_dan_longwall_batubaraSyahwil Ackbar
 
PT Kaltim Prima Coal
PT Kaltim Prima CoalPT Kaltim Prima Coal
PT Kaltim Prima Coalirwan iriadi
 
Bab 1 Kuliah Batubara
Bab 1 Kuliah BatubaraBab 1 Kuliah Batubara
Bab 1 Kuliah Batubaraeternal10
 
Proses metalurgi
Proses metalurgiProses metalurgi
Proses metalurgisudar_anto
 
dari mana datangnya migas
dari mana datangnya migasdari mana datangnya migas
dari mana datangnya migasMustajab Manar
 
KPO Technical Coal Getting (Pengambilan Batubara) .pdf
KPO Technical Coal Getting (Pengambilan Batubara) .pdfKPO Technical Coal Getting (Pengambilan Batubara) .pdf
KPO Technical Coal Getting (Pengambilan Batubara) .pdfEkaTrisnaSuyudi
 
Tugas Pemanfaatan Batubara
Tugas Pemanfaatan Batubara Tugas Pemanfaatan Batubara
Tugas Pemanfaatan Batubara ShofaRijalulHaq
 
Evaluasi dan optimasi cadangan batubara
Evaluasi dan optimasi cadangan batubaraEvaluasi dan optimasi cadangan batubara
Evaluasi dan optimasi cadangan batubaraAndi Ilham
 
EKSTRAKSI DAN PEMBUANGAN LIMBAH BATUAN
EKSTRAKSI DAN PEMBUANGAN LIMBAH BATUANEKSTRAKSI DAN PEMBUANGAN LIMBAH BATUAN
EKSTRAKSI DAN PEMBUANGAN LIMBAH BATUANNesha Mutiara
 
Bab 4. mencegah penyalaan metan di permukaan longwall
Bab 4. mencegah penyalaan metan di permukaan longwallBab 4. mencegah penyalaan metan di permukaan longwall
Bab 4. mencegah penyalaan metan di permukaan longwallHartowijaya®
 
Tugas teknik tambang batubara Institut Teknologi Medan
Tugas teknik tambang batubara Institut Teknologi MedanTugas teknik tambang batubara Institut Teknologi Medan
Tugas teknik tambang batubara Institut Teknologi MedanTIffani Agustasia Simorangkir
 

Similar to OPTIMALISASI PENIMBUNAN BATUBARA (20)

Batubara
BatubaraBatubara
Batubara
 
pertemuan 1.pdf
pertemuan 1.pdfpertemuan 1.pdf
pertemuan 1.pdf
 
TAMBANG_BAWAH_TANAH_BATUBARA (1).pptx
TAMBANG_BAWAH_TANAH_BATUBARA (1).pptxTAMBANG_BAWAH_TANAH_BATUBARA (1).pptx
TAMBANG_BAWAH_TANAH_BATUBARA (1).pptx
 
Glosarium pertambangan
Glosarium pertambanganGlosarium pertambangan
Glosarium pertambangan
 
Room and pillar_dan_longwall_batubara
Room and pillar_dan_longwall_batubaraRoom and pillar_dan_longwall_batubara
Room and pillar_dan_longwall_batubara
 
PT Kaltim Prima Coal
PT Kaltim Prima CoalPT Kaltim Prima Coal
PT Kaltim Prima Coal
 
Bab 1 Kuliah Batubara
Bab 1 Kuliah BatubaraBab 1 Kuliah Batubara
Bab 1 Kuliah Batubara
 
Kamus+tambang
Kamus+tambangKamus+tambang
Kamus+tambang
 
Basic Petroleum System.pptx
Basic Petroleum System.pptxBasic Petroleum System.pptx
Basic Petroleum System.pptx
 
Proses metalurgi
Proses metalurgiProses metalurgi
Proses metalurgi
 
Bayu2
Bayu2Bayu2
Bayu2
 
dari mana datangnya migas
dari mana datangnya migasdari mana datangnya migas
dari mana datangnya migas
 
KPO Technical Coal Getting (Pengambilan Batubara) .pdf
KPO Technical Coal Getting (Pengambilan Batubara) .pdfKPO Technical Coal Getting (Pengambilan Batubara) .pdf
KPO Technical Coal Getting (Pengambilan Batubara) .pdf
 
Tugas Pemanfaatan Batubara
Tugas Pemanfaatan Batubara Tugas Pemanfaatan Batubara
Tugas Pemanfaatan Batubara
 
Dari mana datangnya minyak bumi
Dari mana datangnya minyak bumiDari mana datangnya minyak bumi
Dari mana datangnya minyak bumi
 
Evaluasi dan optimasi cadangan batubara
Evaluasi dan optimasi cadangan batubaraEvaluasi dan optimasi cadangan batubara
Evaluasi dan optimasi cadangan batubara
 
Kamus istilah tambang
Kamus istilah tambangKamus istilah tambang
Kamus istilah tambang
 
EKSTRAKSI DAN PEMBUANGAN LIMBAH BATUAN
EKSTRAKSI DAN PEMBUANGAN LIMBAH BATUANEKSTRAKSI DAN PEMBUANGAN LIMBAH BATUAN
EKSTRAKSI DAN PEMBUANGAN LIMBAH BATUAN
 
Bab 4. mencegah penyalaan metan di permukaan longwall
Bab 4. mencegah penyalaan metan di permukaan longwallBab 4. mencegah penyalaan metan di permukaan longwall
Bab 4. mencegah penyalaan metan di permukaan longwall
 
Tugas teknik tambang batubara Institut Teknologi Medan
Tugas teknik tambang batubara Institut Teknologi MedanTugas teknik tambang batubara Institut Teknologi Medan
Tugas teknik tambang batubara Institut Teknologi Medan
 

Recently uploaded

rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfssuser40d8e3
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 

Recently uploaded (9)

rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 

OPTIMALISASI PENIMBUNAN BATUBARA

  • 1. SISTEM DAN REKAYASA PENIMBUNAN BATUBARA(COAL STOCKPILINGSYSTEM AND ENGINEERING) Pemilihan sistempenimbunan batubara tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut : a. jumlah atau tonase batubara yang akan ditimbunkan harus disesuaikan dengan lamanya masa penimbunan/penyimpanannya b. luas daerah tanah atau kapasitas alat untuk penimbunan/penyimpanan yang tersedia c. topografi lokasi daerah tempat penimbunan d. kondisi iklim, dan e. dampak lingkungan dan keselamatan. Berdasarkan faktor-faktor ini, ada 2 (dua) cara penimbunan batubara yaitu : 1. pada daerah tanah lapangan yang terbuka, luas dan rata (bed stockpiling yard) 2. dengan menggunakan storage bin atau bunker. Karena jumlah produksi (tonase) batubara dari suatu tambang umumnya besar,maka cara penimbunan batubara yang lazimdigunakan adalah dengan menggunakan bed stocking yard atau stockyard. Disini diperlukan prosedur baku operasi untuk mencapai tujuan penimbunan batubara yang aman dalam rangka : a). untuk mencegah swapemanasan (self-heating) dan swabakar (spontaneous combustion) supaya jangan sampai terjadi hot coal, b). untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas dipandang dari segi parameter kualitas komersialnya yaitu berupa : + kehilangan sifat pengkokasan dari batubara kokas (coking coals) sebagai bahan baku (feedstock) untuk pembuatan kokas metalurgi, atau + penurunan nilai kalori batubara sebagai bahan bakar (solid fuel). Untuk mencapai tujuan ini, maka prosedur operasional yang baku menganjurkan atau merekomendasikan bahwa supaya : a. tidak menimbun secara bersama-sama batubara yang berbeda ukuran (bongkahan, kasar atau halus)
  • 2. b. tidak menimbun secara bersama-sama batubara yang segar (fresh) dengan yang teroksidasi atau lapuk ( oxydized or weathered coal) c. tidak menimbun secara bersama-sama batubara yang berbeda kecenderungannya terhadap swabakar d. tidak menimbun secara bersama-sama batubara yang kering dengan yang basah, atau e. tidak menimbun secara bersama-sama batubara yang kotor (ROM-/raw- coal) dengan yang bersih (washed/clean coal) Beberapa faktor teori dan praktek yang harus dipertimbangkan untuk merekayasa sistem manajemen penimbunan batubara yang baku dalam rangka menciptakan kondisi lokasi dan prosedur operasional penimbunan batubara (coal stockyardand its operational procedure)) yang aman adalah sebagai berikut : 1. Lokasi tempat penimbunan batubara 2. Sistem penimbunan batubara 3. Sistem pemantauan suhu timbunan dan cara penanggulangi kebakaran 4. Sistem pengelolaan pengambilan kembali dari timbunan. Lokasi tempat penimbunan batubara Lokasi daerah tanah lapangan tempat penimbunan batubara (coal stockyard) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : - harus terletak di daerah yang stabil, rata dan luas, - harus dilengkapi dengan sistem pengeringan air dan selokan buangan air - harus dilengkapi dengan jalan masuk untuk semua jenis kendaraan (muat-angkut-tumpah = load-haul-dump), khususnya alat gali/muat berupa tyre-wheeled loader, melalui pintu-pintu pada tanggul/dinding penahan aliran angin yang mengelilingi tempat timbunan batubara tersebut, - harus dilengkapi dengan tanggul/dinding tanah di sekeliling tempat timbunan batubara sebagai penahan aliran angin (wind shielder/breaker) setinggi sekitar 4,0 m disamping sebagai penahan hanyutan partikel batubara halus keluar lokasi timbunan batubara, dan - harus dilengkapi dengan peralatan pemadaman kebakaran berupa hydrant. Sistem penimbunan batubara
  • 3. Karena swabakar dari suatu jenis batubara di tempat timbunan atau penyimpanan umumnya disebabkan oleh dua faktor yaitu udara dan panas, maka pencegahan terjadinya swabakar hanya dapat dilakukan apabila salah satu dari kedua faktor ini dihilangkan atau ditiadakan melalui tindakan pemadatan dalammemperkecil terjadinya kontak antara partikel batubara dengan oksigen dari udara. Hal ini perlu dilakukan, terutama untuk penimbunan atau penyimpanan jangka panjang (reserve storage or long term consolidated stockpile (untuk jangka waktu penimbunan lebih dari 3 bulan) untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas batubara disamping untuk mengurangi bahaya swabakar yang menyebabkan kebakaran. Pemadatan timbunan batubara harus dilakukan secara sistematis yaitu dilakukan secara lapis demi lapis dimana setiap lapis yang disebarkan merata setebal katakanlah 0,5 sampai 1,0 m dan langsung dipadatakan dengan rubber-tired heavy mobile equipment, seperti loader dari pada dengan bulldozer yang umumnya memakai track, untuk mencegah kehancuran partikel batubara lebih lanjut. Permukaan datar dan kemiringan di sisi samping timbunan batubara harus dikompakan. Perataan permukaan seharusnya dilaksanakan untuk mempermudah pengeringan air dan penyemprotan air. Permukaan kemiringan bagian sisi timbunan batubara sebaiknya dilapisi dengan bahan yang tidak mudah terbakar untuk mencegah masuknya aliran udara ke dalam timbunan batubara tersebut. Dalam hal ini, terutama untuk tempat timbunan batubara yang dikompakan berjangka panjang (reserve storageor long term consolidated stockpile), sudut sisi miring sampai ke puncak timbunan harus kurang dari sudut alami yang terbentuk oleh batubara yang ditimbunkan (angleof repose) sekitar 45o. Biasanya sudut ini dibuat selandai mungkin sekitar 15o dan 30o atau rata-rata 20o dari bidang datar tanah supaya alat pengompakan bisa bekerja aman. Menurut informasi pustaka lama, tinggi maksimum timbunan yang dianjurkan adalah kira-kira 2 – 3 m untuk tempat timbunan batubara baik yang berasal dari tambang (ROM- coal) maupun yang bersih dari washplant (clean or saleable coal) yang tidak dikompakan dengan waktu penimbunan berjangka pendek (live storage or short term live unconsolidated stockpile). Dengan sistempenimbunan batubara yang dikompakan (reserve storage), tinggi timbunan batubaranya bisa mencapai kira-kira 11 – 12 m, terutama untuk penimbunan batubara bersih. Sistem pemantauan suhu timbunan dan cara penanggulangi kebakaran
  • 4. Suhu timbunan batubara harus dipantau secarateratur untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda (clues) terjadinya gejalaswabakar dalamtimbunan batubara tersebut atau tidak. Adanya tanda-tanda naiknya suhu timbunan menunjukkan adanya oksidasi batubara (self- heating) yang akan menimbulkan swabakar berupa hot coal dan kalau gejala ini tidak diatasi atau dicegah, maka akan terjadi kebakaran. Pekerjaan pengukuran suhu timbunan batubara dapat dilakukan dengan menggunakan thermometer yang dimasukkan ke dalamsebuah pipa besi yang diberi lobang- lobang dan berujung runcing dengan dasar tertutup. Pipa-pipa pemantauan suhu ini sebagai titik-titik pemantauan suhu (temperature monitoring points) dipasang tegak lurus ke dalam timbunan sedalam kira-kira 1,5 m dari permukaan timbunan dengan jarak antar titik-titik pemantauan sekitar 5 m dengan pola persegi (square grid) yang meliputi seluruh daerah timbunan yang diawasi tersebut. Suhu yang dicatat berupa data pengukuran suhu diplot di peta daerah penimbunan batubara yang bersangkutan. Pekerjaan pemantauan suhu pada tempat timbunan batubara yang berjangka panjang (reserve storage) sebaiknya dilakukan 2 (dua) kali se minggu. Jika suhu timbunan menaik lebih dari 5oC di atas suhu sekitarnya di permukaan (ambient temperature), pemantauan suhu sebaiknya dilaksanakan setiap hari. Suhu kritis suatu jenis batubara tergantung pada kemampuan dari batubara tersebut untuk beroksidasi (penyerapan oksigen = self-heating)yaitu umumnya jenis batubara yang berkadar air-lembab (lengas), oksigen dan zat-terbang = VM yang tinggi mempunyai kemampuan menyerap oksigen lebih tinggi, terutama dari jenis batubara berperingkat rendah seperti sub- bituminous dan lignit). Karena itu, suhu kritis timbunan dari jenis batubara berperingkat (kelas = rank) tinggi yaitu anthrasit dan bituminous adalah 70o – 80oC, sedangkan dari jenis batubara yang berperingkat rendah yaitu sub-bituminous dan lignit adalah 50o – 55oC. Jika suhu kritis ini dilampaui, maka batubara panas (hot coal) akan terjadi dan segeraharus diatasi atau dicegah supaya tidak terjadi kebakaran dengan cara membongkar/menggalinya serta disebarkan supaya dingin atau dipadamkan dengan semprotan air. Ada 2 (dua) carauntuk mendeteksi gejalaawalterjadinya self-heating batubara yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya swabakar berupa hot coal yaitu sebagai berikut : a). Fisika : perkembangan self-heating batubara selalu diikuti dengan munculnya tanda-tanda : keluarnya keringat (pengembunan uap air), kabut (haze), bau (odour), panas (heat), dan asap.
  • 5. b). Kimia : karena gas swabakar pada hot coal spot adalah CO2, CO, dan H2O, maka emisi CO dapat dipakai sebagai tanda adanya gejala terjadinya swabakar. Berbagai pilihan metode dan prosedur yang dapat diterapkan untuk mengendalikan atau memadamkan hot coal akibat swabakar adalah sebagai berikut :  inertisasi (inertization)  penggalian hot coal (excavating the hot spot or fire)  penyekatan (sealing off) dengan stoppings (dam semen, pasangan bata atau sandbags)  perendaman (flooding or inundation)  pengeimbangan tekanan yang dilokalisir sehingga tidak terjadi kebocoran udara (localized pressure balancing), dan  pelapisan (coating) permukaan timbunan batubara dengan bahan bitumen atau ter, atau  penyuntikan atau penambalan kebocoran udara pada lapisan batuan di sekitar dinding lubang bukaan tambang dengan menggunakan resin, gypsum atau beton (sealants) Sistem pengelolaan pengambilan kembali dari timbunan Karena luasnya daerah tempat penimbunan batubara, maka pada prinsipnya ada 2 (dua) bagian daerah kegiatan yaitu daerah tempat penimbunan sementara (live storage) untuk batubara yang dapat dijual (saleablecoals)sesuaidengansyaratmutu baku pasaran batubara baik yang dari tambang atau yang dari terminal batubara ekspor dan daerah tempat penimbunan batubara yang sebenarnya untuk jangka panjang (reserve storage) dimana proses penaburan (spreading) batubara yang ditimbunkan secara lapis demi lapis melalui stacker boom yang dapat dilanjutkan dengan pemadatan per lapis denganmenggunakan tyre- wheeled loader. Dengan kata lain, sistem pengaturannya adalah bahwa batubara dari live storage sesuai dengan urutan kedatangan atau penerimaan dan asal pengiriman batubara ditangani lagi secara sistematis yaitu first in – first out untuk ditimbunkan ke tempat timbunannya sebenarnya (reserve storage) sebelum didistribusikan juga secara sistematis untuk siap dikosumsi atau dipakai oleh unit PLTU – Batubara secara sistematis. Biasanya
  • 6. posisi kedua daerah kegiatan ini saling berdampingi mengikuti arah memanjang timbunan batubara (lihat Gambar 4.1) dimana peralatan yang umum digunakan pada lokasi timbunan batubara (coal stockpile) yang luas, terbuka dan rata ini terdiri dari : seperti alat gusur/gali berupa bulldozer, alat muat berupa tyre-wheeled loader yang merangkap sebagai alat pemadatan partikel batubara yang ditimbunkan secara lapis demi lapis, alat penimbun (tripper stacker) dan alat pengambil batubara kembali (reclaimer).
  • 7. Storage Management Storage Management atau pengaturan penyimpanan batubara di stockpile sangat penting dalam stockpile management. Dalam mengatur penyimpanan batubara di stockpile, hal hal yang perlu diperhatikan adalah Desain stockpile dan Sistem penumpukan. Desain Stockpile Desain dari suatu stockpile ditentukan oleh beberapa hal berikut ini : 1. Kapasitas penyimpanan batubara 2. Banyaknya jenis product yang akan Dipisahkan di stockpile 3. Fasilitas dan sistem penumpukan dan Pemuatan Kapasitas penyimpanan Batubara  Kapasitas penyimpanan batubara di stockpile menentukan desain suatu stockpile. Stockpile yang berkapasitas kecil dengan batubara dengan kapasitas besar mungkin berbeda khususnya dalam penyiapan lahan dan preparasi lahan tersebut.  Pada stockpile dengan kapasitas yang besar, dasar stockpile harus benar-benar kuat dan kokoh menahan beban yang besar. Kalau tidak, base stockpile tersebut akan turun di bagian tengah, dan juga akan ikut menurunkan batubara yang ada di atasnya. Dalam kondisi seperti itu akan terjadi kehilangan batubara di stockpile. Jumlah Product Yang dipisahkan  Banyaknya jumlah product yang akan dipisahkan menentukan luasan stockpile yang diperlukan.  Semakin banyak jumlah product yang dipisahkan semakin besar areal yang diperlukan. Fasilitas Penumpukan dan pemuatan  Alat yang digunakan dalam sistem penumpukan dan pemuatan batubara di stockpile juga mempengaruhi desain atau areal stockpile yang digunakan.  Penggunaan stacker-reclaimer dalam sistem penumpukan dan pemuatan, membuat desain dan sistem penumpukan memanjang.  Stacker-reclaimer juga mempermudah dalam pemisahan batubara yang memiliki kualitas yang berbeda dan sekaligus juga mempermudah dalam blending batubar- batubara tersebut. Desain Stockpile 1. Di sekeliling stockpile dipasang instalasi spraying. 2. Di sekeliling stockpile dibuatkan windshield atau penangkal angin. 3. Stockpile dibuat memanjang searah dengan arah angin dominan (Prevailing Wind). SISTEM PENUMPUKAN
  • 8. Dalam penumpukan Batubara harus memenuhi Syarat sebagai berikut :  Sekeliling tumpukan batubara harus dapat diakses oleh unit maintenance seperti Wheel Loader atau Excavator.  Penumpukan harus memanjang searah dengan prevailing wind (arah angin dominan)  Setiap penumpukan harus dipastikan ditrimming agar tidak terdapat puncak-puncak kecil diatas tumpukan batubara  Slope permukaan stockpile yang menghadap ke arah angin harus dilandaikan sudutnya, bila perlu dipadatkan.
  • 9. Alat bongkar muat yang dimaksud adalah alat yang akan digunakan untuk membongkar dan memuat muatan batu bara dari dan ke kapal di terminal khusus yang dibuat untuk muatan batu bara.Alat ini ada yang terpasang di kapal itu sendiri, adapula yang dikapal khusus seperti floating creane atau biasana di sebut (FC). Alat angkat untuk muatan curah yang dapat dibedakan sabagai berikut: 1. Conveyor Prinsip daripada conveyor ini yaitu memindahkan muatan curah hujan dari dan kekapal secara terus menerus, conveyor merupakan suatu kesatuan nama dari motor atau winch sebagai penggerak dan berbagai tipe alat yang menampung dan memindahkan muatan. 2. Bucket Umumnya timbah yang digunakan terbuat dari baja. Sehingga jenis ini menggunakan shell bucket yang di disain untuk mampu mengangkut muatan dalam jumlah yang banyak.timbah-timbah ini adalah jenis timbah yang berukuran besar sehingga dibuat khusus yang pada akhirnya dapat digunakan untuk memindahkan muatan batu bara dari tongkang ke kapal besar atau Motor Vesel. 3. Floating creane Pada umumnya kapal yang memiliki anjungan dan mesin namun tidak berpindah tempat. Alat ini di pakai memindahkan muatan seperti batu bara dari tongkang ke kapal besar
  • 10. 1. MINING SITE (PRODUCER) / Furchasing Proses penambangan batubara yang masih berupa batuan 2. HAULING TO STOCKPILE Batu bara hasil tambang tadi diantarkan ke tempat pengumpulan dan penumpukan yang sekaligus tempat proses penghancuran / penggilingan batubara (Stockpile). 3. STOCKING & CRUSHING Setelah selesai dikumpulkan di tempat yang sudah ditentukan lalu kemudian batu bara mulai dimasukkan ke dalam mesin penghancur (crusher) agar menjadi butiran halus dan MINING SITE (PRODUCE) HAULING TO STOCKPILE STOCKING & CRUSHING BLENDING & ANALIZING TRUCKING TO PORT LOADING TO BARGE TRANSHIPMENT LOADING TO MOTHER VESSEL DOCUMENT CLEARENCE OUT / SAILING
  • 11. dapat diteruskan ke proses selanjutnya. (Biasanya mesin crusher sanggup beroperasi selama 16 jam yang berarti 1 mesinnya mampu mengolah sebanyak 3000 s/d 4000 MT /hari). 4. BLENDING & ANALIZING Dalam proses ini batu bara yang telah dilebur kemudian dicampur dengan batu bara yang memiliki kadar mineral yang berbeda guna mendapat kadar yang diinginkan oleh pihak konsumen (biasanya batu bara berkadar mineral tinggi dicampur dengan batu bara berkadar mineral rendah) 5. TRUCKING TO PORT Setelah sesuai kandungan mineral hasil dari proses sebelumnya dan telah dikeluarkan sertifikatnya oleh lembaga surveyor independent yang ditunjuk oleh PT. KPK, proses berikutnya adalah pengangkutan semua batu bara tadi ke pelabuhan yang diangkut oleh truk 6. LOADING TO BARGE Setelah sampai di pelabuhan, batu bara-batu bara tadi langsung dikumpulkan pada satu alat yang akan dengan otomatis memuat batu baranya pada kapal tongkang yang telah tersedia (mesin conveyor belt). 7. TRANSHIPMENT Setelah memenuhi kapasitas tiap-tiap tongkang tersebut berlayar mengarungi sungai menuju muara laut lalu menuju lokasi tempat dimana kapal Mother Vessel (kapal besar yang akan membawa keseluruhan batu bara tersebut sekaligus dalam 1 waktu menuju tempat yang telah ditetapkan).
  • 12. 8. LOADING TO MOTHER VESSEL Setelah kapal sampai di tempat lokasi dimana Kapal Mother Vessel menunggu (biasanya lepas pantai), maka proses selanjutnya adalah merapatkan kapal tongkang dan melakukan pemindahan batu bara ke kapal Mother Vessel menggunakan alat berat yang telah tersedia crap dan crane dibantu loader exapator dan bulldozer. 9. DOCUMENT Setelah selesai semua proses pemindahan maka proses akhir adalah mengurus semua kelengkapan dokumen. 10. CLEARENCE OUT / SAILING
  • 13. Multi purpose gantrycrane Multipurpose GentryCrane dengankapasitasmasing-masing35dan 36 Ton, yaitu2 unitGentry Crane yang telahdi modifikasisehinggadapatdigunakanuntukmenangani containerdandrybulk. dengankecepatan3 menit/hoock cycle ataubiladigunakanuntukpenangancontainermencapai 20 Boxes/crane/hour. Electrical grab kapasitasmasing15 m3.
  • 15. Wheel loader Alatini sangat lincahdandapat manuverdengancepatdi dalampalkakapal,bahkandi tempat- tempatsempitsekalipun,alatini diadakangunamemberikandukungankinerjabongkarmuat barang curah keringseperti batubara
  • 16. Excavator Alatini bergunauntukmenunjangkegiatanbongkarmuatdi Pelabuhan.Alatini bisadipakaiuntuk membongkarbatubara dan muatanlainnya. Kapasitasangkutminimumbeltconveyorsebesar752,59 tonper jam, untuksudutidler20°, lebar sabuk1 m, dankecepatankonveyor2m/s sertaharga kapasitasangkutmaksimumbeltconveyor sebesar3.603,87 tonper jam,untuksudutidler45°, lebarsabuk1,4 m, dan kecepatankonveyor4 m/s.
  • 17. Sandvik PE100-700 / 1x15 adalah bucket –wheel excavator yang dibuat untuk tambang batubara. Ia memiliki kemampuan formasi pertambangan dengan kekuatan tekan hingga 20 MPa . Hal ini diatur oleh sistem PLC dengan kemungkinan otomatisasi maksimum memungkinkan untuk mengandung user- friendly interface untuk kenyamanan pengguna . Ini fitur penyeimbang yang biasa di bawah booming debit dan crawler undercarriage ganda . Ini juga memiliki booming mengangkat dengan silinder hidrolik . Kapasitas muatan excavator adalah 700L sedangkan kapasitas nominalnya adalah 3500 m3 / jam dalam ketinggian 15 m .
  • 18.  Working load: Min.: 50 t (55.12 us ton) Max.: 200 t (220.46 us ton)