Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme.
ekologi dapat membantu manusia untuk mengetahui dampak produk yang dihasilkan manusia terhadap lingkungan. Misalnya, produk DDT yang ditujukan untuk memberantas hama ternyata mencemari lingkungan manusia dan organisme lainnya
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme.
ekologi dapat membantu manusia untuk mengetahui dampak produk yang dihasilkan manusia terhadap lingkungan. Misalnya, produk DDT yang ditujukan untuk memberantas hama ternyata mencemari lingkungan manusia dan organisme lainnya
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
2. Pengertian Faktor Pembatas
• Faktor pembatas adalah suatu yang dapat menurunkan
tingkat jumlah dan perkembangan suatu ekosistem.
• Faktor lingkungan menjadi faktor pembatas, baik itu
abiotik maupun biotik.
• Pengertian tentang faktor lingkungan sebagai faktor
pembatas kemudian dikenal sebagai Hukum faktor
pembatas, yang dikemukakan oleh F.F Blackman
“jika semua proses kebutuhan tumbuhan tergantung
pada sejumlah faktor yang berbeda-beda, maka laju
kecepatan suatu proses pada suatu waktu akan
ditentukan oleh faktor yang pembatas pada suatu saat”
•
3. Asas Faktor Pembatas
1. Hukum Minimum
2. Hukum Toleransi
3. Konsep Gabungan Faktor Pembatas
4. Syarat Sebagai Faktor Pengatur
5. Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas
6. Indikator Ekologi
4. 1. Minimum “Liebig” :
• Pada keadaan yang kritis, bahan bahan pendukung
kehidupan suatu organisme yang tersedia dalam jumlah
minimum bertindak sebagai faktor pembatas.
• Justus Liebig (1840) menemukan hasil tanaman tidak
ditentukan oleh unsur hara N,P, K yang diperlukan dalam
jumlah banyak tetapi oleh mineral seperti magnesium yang
diperlukan dalam jumlah sedikit oleh tanaman. Temuan ini
dikenal sebagai Hukum Minimum Liebig.
• Bukan hanya unsur hara N,P,K yang dapat bertindak sebagai
faktor pembatas, tetapi materi kimiawi lainnya seperti oksigen,
fosfor untuk proses pertumbuhan dan reproduksi.
5. • Hukum minimum Liebig telah diterapkan pada
program pengendalian lingkungan terhadap
organisme.
• Namun, hukum minimun Liebig hanya dapat
diterapkan pada habitat atau ekosistem dengan arus
energi dan materi yang masuk seimbang dengan yang
keluar.
• Fosfor merupakan faktor pembatas bagi organisme
perairan. Meningkatnya nutrien seperti nitrogen dan
fosfor diperairan disebut proses eutropikasi.
6. 2. Hukum Toleransi “Shelford”
• Kegagalan suatu organisme dalam mempertahankan
hidupnya dapat ditentukan oleh kekurangan atau kelebihan
(kuantitatif dan kualitatif) beberapa faktor yang mendekati
batas toleransinya.
• Bukan hanya dalam jumlah sedikit atau rendah yang bersifat
membatasi tetapi juga dalam jumlah yang berlebihan atau
tinggi.
• Kisaran minimum merupakan batas toleransi digambarkan
sebagai Hukum Toleransi Shelford (1913). Dengan
mengetahui kisaran toleransi suatu organisme dapat diketahui
keberadaan dan penyebaran (distribusi) organisme tersebut.
7. Istilah yang digunakan dalam menggambarkan kisaran
toleransi :
steno : sempit dan eury : lebar
stenothermal ? eurythermal (temperatur)
• Telur ikan stenothermal trout /salvelinus (0 -12 oC),
optimum 4%
• Telur katak eurythermal (0 - 30 oC).
stenohaline - euryhaline (salinitas)
• Ikan salmon euryhaline (tawar - laut),
• ikan mas stenohaline (tawar)
stenophagik - euryphagik (makanan)
• Kelinci stenophagik (rumput),
• kambing euryphagik (rumput, perdu, semak dll).
8. 3. Konsep Gabungan Faktor Pembatas
• Dengan menggabungkan konsep hukum minimum dan
konsep toleransi, maka dapat dipahami konsep faktor
pembatas (limiting factor).
• Faktor pembatas (limiting factor) dapat diartikan sebagai
keadaan yang mendekati atau melampaui ambang batas
toleransi suatu kondisi.
• Faktor pembatas suatu organisme mencakup kisaran
minimum atau maksimum dari faktor-faktor abiotik suatu
ekosistem.
Misal :Suhu, cahaya, pH yang terlalu rendah (minimum)
atau terlalu tinggi (maksimum).
9. • Bagi organisme dengan kisaran toleransi yang lebar (eury)
terhadap faktor abiotik X yang relatif konstant bukan
merupakan faktor pembatas, sehingga organisme tersebut
dapat hadir dalam jumlah banyak. Sebaliknya, bagi
organisme dengan toleransi yang sempit (steno) terhadap
faktor abiotik (Y) yang selalu berubah akan menjadi faktor
pembatas sehingga akan hadir dalam jumlah sedikit.
• Contoh : oksigen
• Contohnya Kandungan O2 di udara dalam jumlah banyak
dan konstan bukan merupakan faktor pembatas organisme
darat.
• Sebaliknya, kandungan O2 terlarut di perairan, terdapat
dalam jumlah sedikit dan jumlahnya selalu berubah-ubah,
menjadi faktor pembatas bagi organisme yang hidup di
perairan.
10. 4. Syarat sebagai Faktor Pengatur
Faktor lingkungan yang penting dalam setiap ekosistem
berbeda beda seperti
• di darat: sinar, suhu dan air;
• di laut: sinar, suhu dan salinitas;
• di perairan tawar: kandungan oksigen.
Faktor lingkungan tidak hanya sebagai faktor pembatas
(negatif) tetapi juga menjadi faktor menguntungkan
(positif) bagi organisme yang mampu menyesuaikan
diri.
11. 5. Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas
A. Suhu
• Air mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan
dengan panas secara bersama-sama mengurangi
perubahan suhu sampai tingkat minimal, sehingga
perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang
terjadi lebih lambat dari pada udara.
• Sifat yang terpenting adalah :
Panas jenis yang tinggi, relatif sejumlah besar panas
dibutuhkan untuk merubah suhu air 1 gram kalori (gkal)
panas dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 ml (=1 gram) air
10 oC lebih tinggi (antara 15-16oC).
12. • Panas fusi yang tinggi 80 kalori dibutuhkan untuk mengubah 1 gram
es menjadi air tanpa mengubah suhunya (dan sebaliknya).
• Panas evaporasi yang tinggi. 536 kalori diserap sewaktu evaporasi
yang dapat dikatakan berlangsun terus menerus dari permukaan
vegetasi , air dan es, sebagian besar sinar matahari digunakan
untuk evaporasi air dari ekosistem didunia, dan alur energi ini
mengubah iklim dan memungkinkan perkembangan kehidupan
dalam semua keanekaragaman yang menakjubkan.
• Kerapatan air tertinggi terjadi pada suhu 40 oC; diatas dan dibawah
titik tersebut air akan berkembang dan menjadi lebih ringan.
• Sifat unik ini menyebabkan air danau tidak membeku seluruhnya
pada musim dingin.
13. • Walaupun variasi suhu dalam air tidak sebesar di
udara, hal ini merupakan faktor pembatas utama,
karena organisme akuatik seringkali mempunyai
toleransi yang sempit (stenotermal).
• Maka, walaupun terjadi populasi panas yang sedang
oleh manusia, akibatnya dapat amat luas. Perubahan
suhu menyebabkan pola sirkulasi yang khas dan
stratifikasi, yang amat mempengaruhi kehidupan
akuatik.
• Daerah perairan yang cukup luas dapat
mempengaruhi iklim daerah daratan di sekitarnya.
14. B. Radiasi cahaya matahari
• Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh
zat yang terlarut dalam air, membatasi zona
fotosintesa, dimana habitat akuatik dibatasi
oleh kedalaman.
• Kekeruhan, terutama bila disebabkan oleh
lumpur dan partikel yang dapat mengendap,
seringkali penting sebagai faktor pembatas.
Sebaliknya, bila kekeruhan disebabkan oleh
organisme, ukuran kekeruhan merupakan
indikasi produktivitas.
15. • Cahaya matahari mempunyai dua fungsi yang saling
berlawanan, di satu pihak radiasi cahaya matahari
menguntungkan karena sebagai sumber energi bagi
proses fotosintesa. Dilain pihak, radiasi cahaya
matahari merugikan karena cahaya matahari langsung
akan merusak atau membunuh protoplasma.
• Dari segi ekologi, bagi kehidupan organisme yang
penting radiasi adalah kualitas sinar (panjang
gelombang dan warna) dan intensitas cahaya (lama
penyinaran), karena laju fotosintesa akan bervariasi
sesuai dengan perbedaan panjang gelombang yang
ada.
16. C. Arus dan tekanan air.
• Arus air tidak hanya mempengaruhi
konsentrasi gas dalam air, tetapi juga secara
langsung sebagai faktor pembatas.
Misal perbedaan organisme sungai dan danau
sering disebabkan oleh arus yang deras pada
sungai. Tumbuhan dan binatang di sungai
harus mampu menyesuaikan diri terhadap
arus baik secara morfologis dan fisiologis.
17. D. pH
• Yaitu log negt dan kepekaan ion H yang
terlepas dalam larutan mempunyai
pengaruh besar terhadap kehidupan
tumbuh2an dan hewan air.
• pH 5-8 hidup normal.
18. E. Konsentrasi gas pernapasan
• Berbeda dengan lingkungan laut
konsentrasi oksigen dan karbon
dioksida sering kali terbatas pada
lingkungan perairan
19. F. Konsentrasi garam biogenik
• Nitrat dan fosfor sampai batas tertentu tampaknya terbatas
jumlahnya hampir pada semua ekosistem air awar. Dalam air danau
dan aliran air dengan kesadahan rendah, kalsium dan garam-garam
lain juga tampaknya terbatas. Kecuali pada beberapa mata air
mineral, bahkan pada air dengan kesadahan tertinggi hanya
mempunyai kadar garam atau salinitas kurang dari 0,5%,
dibandingkan dengan 30-37% dalam air laut.
• Dua ciri lain dari air tawar dapat mempengaruhi umlah dan distribusi
dari jenis yang ada (atau kekayaan kualitas biota). Karena habitat
air tawar seringkali terisolasi satu dari yang lain oleh daratan dan
lautan, organisme dengan penyebaran rendah melewati halangan
ini mungkin telah gagal untuk mapan ditempat-tempat yang tidak
sesuai.
20. • Ikan terutama menadi subek dari pembatasan ini ; aliran air,
misalnya walaupun hanya beberapa kilometer jaraknya didaratan
tetapi karena terisolasi oleh air, mungkin daerahnya (niche)
ditempati oleh jenis yang berbeda. Sebaliknya, kebanyakan
organisme kecil seperti ganggang, udang, protozoa dan bakteri
mempunyai kemampuan penyebaran yang tinggi.
• Oranisme air tawar mempunyai persoalan tertentu untuk dipecahkan
dalam hubungan dengan pengaturan tekanan osmose
(osmoregulasi). Karena konsentrasi garam dalam cairan tubuh atau
sel lebih besar daripada lingkungan air tawar (yaitu disebut cairan
hipertonik), maka air cenderung masuk ke dalam tubuh secara
osmosis bila selaputnya (membran) dapat ditembus air (permeabel),
atau kadar garam akan menjadi tinggi bila membran relatif tidak
permeabel.
21. 6. Indikator Ekologi
• Seringkali faktor-faktor tertentu dapat
dengan tepat menentukan organisme
yang ditemukan di suatu daerah. Atau
sebaliknya kita dapat menentukan
keadaan lingkungan fisik dengan
menggunakan organisme yang ditemukan
pada suatu daerah.
• Hal ini disebut dengan indikator ekologi/
indikator biologi.
23. Ekosistem Air Tawar
• Ekosistem air tawar merupakan salah
satu ekosistem perairan yang memiliki ciri
kadar garam yang rendah.
• Ekosistem air tawar cenderung muncul
atau dibentuk dari sumber air di bawah
tanah.
24. Ekosistem air tawar ini memiliki ciri-ciri tertentu antara lain:
• Pada wilayah tersebut tidak terdapat variasi suhu yang mencolok.
• Kecenderungan penetrasi terhadap cahaya sangat kurang yang
dipengaruhi oleh cuaca juga iklim.
• Tumbuhan yang banyak dijumpai pada ekosistem yang satu ini
adalah jenis ganggang.
• Organisme yang hidup di dalam ekosistem ini umumnya telah
mengalami fase adaptasi.
• Kadar garam sangat rendah
25. 1. Ekosistem Lentik (Tenang)
Ekosistem air tenang ini mencakup beberapa ekosistem
antara lain danau dan juga rawa. Untuk danau dibagi ke
dalam 4 wilayah yakni:
1.Wilayah Litoral. Titik ini adalah wilayah danau yang
dangkal dimana cahaya menembus kedalaman air secara
optimal. Suhu airnya lumayan hangat sebab berdekatan
dengan tepi danau. Pada wilayah ini diketemukan tumbuhan
air dengan akar dimana bagian daunnya mencuat ke
permukaan air.
26. 1. Wilayah Limnetik. Adalah wilayah danau yang agak jauh
dari tepi danau namun airnya masih bisa ditembus oleh
cahaya matahari. Wilayah danau yang satu ini banyak
dihuni oleh fitoplankton juga ganggang dan cynobakteri.
2. Wilayah Profundal. Merupakan wilayah danau dengan
tingkat kedalaman yang tinggi dan biasa disebut wilayah
afotik. Wilayah ini banyak dihuni cacing juga beragam
jenis mikroba.
3. Wilayah bentik. Daerah ini berada di titik paling dasar dari
danau dan di tempat ini terdapat beragam bentos juga
sisa organisme-organisme yang telah mati.
28. 2. Ekosistem Lotik (Mengalir)
• Contoh sungai,
artinya sebagai suatu badan air dimana air
tersebut mengalir ke suatu titik yang lebih
rendah.
• Air pada sungai mengandung sedikit makanan dan
sedimen.
• Aliran air pada sungai membuat komposisi oksigen di
dalam airnya lebih tinggi.
29. • Organisme yang mendiami sungai sedikit terbatas jika
dibandingkan dengan danau, hal ini disebabkan oleh airnya
yang mengalir sehingga menyulitkan organisme semacam
plankton untuk berdiam diri di dalamnya.
• Sungai sendiri dibagi ke dalam 3 wilayah yakni sungai,
anak sungai dan wilayah hilir.
• Masing-masing area tersebut dihuni oleh jenis ikan yang
berbeda. Misalnya saja pada anak sungai dijumpai ikan-
ikan air tawar kecil, sedangkan pada hilir sering dijumpai
ikan lele juga ikan gurame. Untuk sungai dengan ukuran
yang besar bisa juga ditemukan adanya buaya, ular juga
kura-kura.
31. Ekosistem Estuaria
• Estuaria adalah suatu perairan semi tertutup yang berada di bagian
hilir sungai dan masih berhubungan dengan laut, sehingga
memungkinkan terjadinya percampuran antara air tawar dan air laut
(Dahuri, 2004).
• Merupakan daerah pertemuan massa air asin dan air tawar, yang
secara periodik berubah-ubah karena adanya percampuran.
Percampuran ini menyebabkan zona lingkungan dikawasan muara
sungai sangat labil.
• Walaupun demikian kawasan ini merupakan daerah yang sangat
produktif karena input nutrient dari daratan yang dibawa oleh aliran
sungai (Thoha, 2007).
32. Tipe Estuaria
Berdasarkan pada sirkulasi air dan stratifikasi airnya estuaria
terbagi atas 3 tipe yaitu:
1. Estuaria berstratifikasi sempurna/nyata, cirinya adanya
batasan yang jelas antara air tawar dan air laut/asin. Air
tawar dari sungai merupakan lapisan atas dan air laut
menjadi lapisan bawah. Terjadinya perubahan salinitas
dengan cepat dari arah permukaan ke dasar. Estuaria
ditemukan didaerah-daerah dimana aliran air tawar dan
sebagian besar lebih dominan daripada intrusi air laut yang
dipengaruhi oleh pasang surut, contoh: muara Missisipi,
Amerika.
33. 2. Estuaria berstratifikasi sebagian/parsial(paling
umum di jumpai). Aliran air tawar dari sungai seimbang
dengan air laut yang masuk melalui air pasang.
Percampuran air dapat terjadi karena adanya
turbulensi yang berlangsung secara berkala oleh
pasang surut, contoh: Teluk Chesapeaks, Amerika.
3.Estuaria campuran sempurna atau estuaria
homogen vertikal. Dijumpai di lokasi-lokasi dimana
arus pasang surut sangat dominan dan kuat, sehingga
air estuaria tercampur dan tidak terdapat stratifikasi.
34. Sifat Fisik Estuaria
Beberapa sifat fisik penting estuaria antara lain :
1. Salinitas
Estuaria memiliki peralihan (gradien) salinitas yang
bervariasi, terutama tergantung pada permukaan air
tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut.
Variasi ini menciptakan kondisi yang menekan bagi
organisme, tetapi mendukung kehidupan biota yang
padat dan juga menyangkal predator dari laut yang
pada umumnya tidak menyukai perairan dengan
salinitas yang rendah.
35. 2. Substrat
Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat
berlumpur yang berasal dari sedimen yang dibawa
melalui air tawar (sungai) dan air laut. Sebagian
besar partikel lumpur estuaria bersifat organik,
bahkan organik ini menjadi cadangan makanan
yang penting bagi organisme estuaria
(Efrieldi, 1999).
36. 3. Suhu
Suhu air di estuaria lebih bervariasi daripada diperairan
pantai didekatnya. Hal ini terjadi karena di estuaria volume
air lebih kecil, sedangkan luas permukaan lebih besar.
Dengan demikian pada kondisi atmosfer yang ada, air
estuaria lebih cepat panas dan lebih cepat dingin.
Penyebab lain terjadinya variasi ini ialah masuknya air
tawar dari sungai. Air tawar di sungai lebih dipengaruhi
oleh perubahan suhu musiman daripada air laut. Suhu
estuaria lebih rendah pada musim dingin dan lebih tinggi
pada musim panas daripada perairan pantai sekitarnya.
37. 4. Pasang surut
Arus pasang-surut berperan penting sebagai pengangkut
zat hara dan plankton. Disamping itu arus pasang-surut
juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan
limbah yang sampai ke estuaria.
5. Sirkulasi air
Selang waktu mengalirnya air dari sungai kedalam estuaria
dan masuknya air laut melalui arus pasang-surut
menciptakan suatu gerakan dan bermanfaat bagi biota
estuaria, khususnya plankton yang hidup tersuspensi
dalam air.
38. 6. Kekeruhan air
Karena besarnya jumlah partikel tersuspensi dalam
perairan estuaria, air menjadi sangat keruh, kekeruhan
tertinggi terjadi pada saat aliran sungai maksimum.
Kekeruhan minimum di dekat mulut estuaria dan makin
meningkat ke arah pedalaman atau hulu. Pengaruh ekologi
dari kekeruhan adalah penurunan penetrasi cahaya secara
mencolok. Selanjutnya hal ini akan menurunkan
fotosintesis dan tumbuhan bentik yang mengakibatkan
turunnya produktivitas.
39. 7. Oksigen (O2)
Masuknya air tawar dan air laut secara teratur kedalam
estuaria bersama dengan pendangkalan, pengadukan, dan
pencampuran air dingin biasanya akan mencukupi persediaan
oksigen di dalam estuaria. Karena kelarutan oksigen dalam
air berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas, maka
jumlah oksigen dalam air akan bervariasi sesuai dengan
variasi parameter tersebut di atas.
8. Penyimpanan Zat Hara
Peranan estuaria sebagai penyimpan zat hara sangat besar.
Pohon mangrove dan lamun serta ganggang lainya dapat
mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan
organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme
hewani.
40. Biota Estuaria
1. Komposisi Fauna
Di perairan estuaria terdapat 3 komponen fauna yaitu: fauna laut,
fauna air tawar dan fauna payau.
Fauna Laut :
a. Stenohalin terbatas kemampuannya dalam mentolelir
perubahan salinitas (tolerirr salinitas kecil)
– Sea Anemon (Metridium marginatum)
– Kerang (Mytilus edulis), Starfish (Asterias)
b. Euryhalin kemampuan untuk mentolerir kisaran salinitas yang
luas.
- Polychaeta (Nereis diversicolor)
- Crustacea (Carnius maenas, Gammarus locusta)
- Molusca (Alderia modesta)
- Kepiting/ Crab (Eriocheir sinensis)
41. Jumlah spesies organisme yang mendiami estuaria
jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan organisme
yang hidup di perairan tawar dan laut. Hal ini
disebabkan oleh fluktuasi kondisi lingkungan,
sehingga hanya spesies yang memiliki kekhususan
fisiologi yang mampu bertahan hidup di estuari
42. Komponen Flora
Selain miskin dengan jumlah fauna estuaria juga
miskin dengan flora. Keruhnya perairan estuaria
menyebabkan hanya tumbuhan yang mencuat yang
dapat tumbuh mendominasi, mungkin terdapat padang
rumput laut (Zosfera thalassia, Cymodocea) selain di
tumbuhi oleh alga hijau dari Genera Ulva,
Entheromorpha dan Chadophora.
43. Estuaria berperan sebagai perangkap nutrien
(nutrient trap) yang mengakibatkan semua unsur-
unsur esensial dapat didaur ulang oleh bermacam
kerang, cacing dan oleh detritus atau bekteri secara
berkesinambungan sehingga terwujud produktivitas
primer yang tinggi.
44. Ekosistem Laut
• Ekosistem air laut/ ekosistem bahari merupakan
ekosistem perairan yang memiliki tingkat
salinitas yang tinggi dan daerahnya sangat luas.
• Dalam ekosistem laut terdapat perbedaan suhu
antar lapisan. Lapisan atas umumnya akan
berasa lebih hangat dibangingkan dengan
lapisan laut bawah. Adapun kedua lapisan ini
dipisahkan oleh lapisan yang disebut termoklin.
45. Ciri- ciri Ekosistem Air Laut
• Mempunyai variasi suhu, yakni perbedaan
suhu antara bagian permukaan laut
dengan bagian dalam atau kedalaman air
laut.
• Memiliki tingkat salinitas yang tinggi, yakni
semakin mendekati garis khatulistiwa
maka salinitas semakin tinggi.
46. Zona Secara horisontal :
Secara umum, bagian- bagian dari ekosistem air laut ini dilihat
dari jarak dari pantai dan juga kedalamannya.
1. Zona litoral
Zona litoral ini juga disebut sebagai zona pasang surut,
yakni merupakan zona yang paling atas atau paing dangkal
dari lautan. Zona litoral ini merupakan zona dari laut yang
berbatasan langsung dengan daratan. zona litoral ini juga
merupakan zona yang terendam ketika air laut mengalami
pasang, dan akan terlihat seperti daratan ketika air laut
surut. Di zona litoral ini, kita akan menemukan banyak
hewan atau sekelompok hewan, diantaranya adalah
bintang laut, udang, kepiting, bulu babi, hingga cacing laut.
47. 2. Zona neritik
Zona yang kedua adalah zona neritik. Zona neritik ini
disebut juga dengan ekosistem pantai pasir dangkal. Zona
neritik ini merupakan bagian dari laut yang mempunyai
tingkat kedalaman sekitar 200 meter, sehingga masih
dapat ditembus oleh cahaya matahari hingga ke bagian
dasar. zona neritik ini merupakan zona yang banyak dihuni
oleh berbagai jenis tumbuhan ganggang lalu atau
rerumputan laut dan juga berbagai jenis ikan. Di zona
neritik ini kita akan menemukan suatu ekosistem lainnya
yang lebih kecil, yakni ekosistem terumbu karang,
ekosistem pantai batu, dan ekosistem pantai lumpur.
Ketiga ekosistem tersebut disebut juga sebagai jenis- jenis
dari ekosistem pantai pasir dangkal atau zona neritik ini.
48. 3. Zona oseanik
zona oseanik merupakan zona yang paling dalam dari
ekosistem air laut. Zona oseanik ini merupakan wilayah
ekosistem air laut yang lepas, yang kedalamannya sangat
dalam. Zona oseanik ini dibedakan menjadi dua macam,
yakni zona basial/ bathyal dan juga zona abisal. Zona
batial merupakan zona yang memiliki kedalaman sekitaran
200 hingga 2000 meter, mempunyai keadaan yang
remang- remang karena cahaya matahari yang masuk
hanya sidkit sekali. Di zona ini kita tidak bisa menemukan
produsen karena hanya dihuni oleh nekton.
49. Sementara zona abisal merupakan zona yang memiliki
kedalaman yang lebih jauh lagi yakni lebih dari 2000 meter,
merupakan zona yang sama sekali tidak dapat ditembus
oleh cahaya matahari. Zona ini dihuni oleh binatang-
binatang predator, detrivitor atau pemakan sisa organisme,
dan juga pengurai.
Secara umum, air di zona oseanik ini tidak dapat bercampur
dengan dengan air di permukaan air laut, hal ini karena
keduanya memiliki perbedaan suhu. Batas dari kedua
bagian ini dinamakan daerah termoklin.
50. Berdasarkan Intensitas Cahaya :
• Zona fotik, yakni merupakan zona yang mudah ditembus
cahaya matahari dan mempunyai kedalaman air kurang
dari 200 meter. Di zona fotik ini kita akan menemui
organisme yang melakukan fotosintesis.
• Zona twilight, yakni zona yang mempunyai kedalaman air
antara 200 hngga 2000 meter. Di zona ini, cahaya matahari
yang masuk hanya sedikit, oleh karena itu bersifat remang-
remang.
• Zona afotik, merupakan zona yang tidak dapat ditembus
cahaya matahari sama sekali, yakni di kedalam lebih dari
2000 meter.
51. Zona Secara Vertikal :
1. Pelagik permukaan laut
2. Epipelagik berada di antra permukaan hingga
kedalaman sekitar 200 meter.
3. Mesopelagik daerah dengan kedalaman antara 200
- 1000 meter.
4. Batiopelagik daerah jerang benua yang
mempunyai kedalaman 200 hingga 2500 meter.
5. Abisalpelagik daerah yag mempunyai kedalaman
4000 meter.
6. Hadal pelagik daerah laut yang paling dalam
dimana kedalaman lebih dari 6000 meter.
53. Faktor Fisika :
1. Suhu
• Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi
kehidupan organisme karena suhu mempengaruhi baik aktivitas
metabolisme maupun perkembangbiakan dari organisme-organisme
tersebut. Perubahan suhu disebabkan oleh berbagai macam faktor
diantaranya yaitu intensitas cahaya matahari yang diterima dan
kedalaman air. Semakin dalam perairan, suhu akan semakin rendah
atau dingin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas
matahari yang masuk kedalam perairan.
• Suhu mengalami perubahan secara perlahan-lahan dari daerah
pantai menuju laut lepas. Umumnya suhu di pantai lebih tinggi dari
daerah laut karena daratan lebih mudah menyerap panas matahari
sedangkan laut tidak mudah mengubah suhu bila suhu lingkungan
tidak berubah. Di daerah lepas pantai suhunya rendah dan stabil.
54. • Permukaan - 200 meter cenderung hangat, hal ini
dikarenakan sinar matahari yang banyak diserap oleh
permukaan. Sedangkan pada kedalaman 200-1000 meter
suhu turun. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air
laut relatif konstan dan biasanya berkisar antara 2 – 4oC
(Sahala Hutabarat,1986).
• Suhu secara tidak langsung juga mempengaruhi kehidupan
flora dan fauna laut, naiknya suhu air akan menimbulkan
akibat seperti menurunkan jumlah oksigen terlarut di dalam
air, meningkatkan kecepatan reaksi kimia, mengganggu
kehidupan ikan dan hewan air lainnya, dan apabila batas
suhu yang mematikan terlampaui maka ikan dan hewan air
lainnya mungkin akan mati (Kristanto, 2002).
55. 2. Kekeruhan/ Kecerahan
• Tingkat kecerahan/kekeruhan yang berbeda pada laut selain
disebabkan oleh penetrasi cahaya yang masuk juga diakibatkan
oleh tanaman yang hidup di dasarnya seperti alga yang terdapat
pada laut merah, dan endapan atau sedimen yang terbawa
didalam air. Seperti warna coklat yang merupakan endapan yang
terbawa aliran air sehingga membuat warnanya nampak keruh.
Penetrasi cahaya sering kali dihalangi oleh zat yang terlarut
dalam air karena sifat air laut yang mengandung sejumlah besar
partikel dalam suspensi yang sering di sebut dengan kekeruhan.
• Kekeruhan tinggi mengakibatkan terganggunya proses
fotosintesis karena penetrasi cahaya matahari terhalang oleh
partikel-partikel yang disebabkan oleh kekeruhan tersebut.
Intesitas cahaya mempengaruhi pola sebaran organisme.
56. 3. Kecepatan Arus
• Arus mempunyai pengaruh positif maupun negatip terhadap
kehidupan biota perairan.
• Arus dapat mengakibatkan menurunnya jumlah jaringan-jaringan
jasad hidup yang tumbuh di daerah itu dan partikel-partikel dalam
suspensi dapat menghasilkan pengikisan. Di perairan dengan dasar
lumpur, arus dapat mengaduk endapan lumpur-lumpuran sehingga
mengakibatkan kekeruhan air dan mematikan hewan air.
• Manfaat dari arus bagi banyak biota adalah menyangkut
penambahan makanan bagi biota-biota tersebut dan pembuangan
kotoran-kotorannya. Untuk jenis algae yang kekurangan zat-zat
kimia dan CO2 dapat dipenuhi dengan adanya sirkulasi air.
Sedangkan bagi hewan air, CO2 dan produk-produk sisa dapat
disingkirkan dan O2 tetap tersedia.
57. 4. Gelombang
• Secara ekologis gelombang paling penting di daerah pasang surut
(perairan dangkal). Di bagian laut agak dalam pengaruhnya
menurun, dan di perairan oseanik ia mempengaruhi pertukaran
udara.
• Gelombang ditimbulkan oleh angin, pasang-surut dan kadang-
kadang oleh gempa bumi dan gunung meletus (dinamakan
tsunami).
• Gelombang mempunyai sifat penghancur. Biota yang hidup di
daerah pasang surut harus mempunyai daya tahan terhadap
pukulan gelombang. Gelombang dengan mudah menjebol alga-alga
dari substratanya.
58. 5. Pasut (Pasang surut air laut)
• Pengaruh pasang surut yang paling jelas terhadap organisme dan
komunitas daerah litoral yang menyebabkan terkena udara terbuka
secara periodik dengan kisaran parameter fisik cukup besar.
• Lamanya terkena udara terbuka merupakan hal yang paling penting
karena pada saat itulah organisme laut akan berada dalam kisaran
suhu terbesar dan memungkinkan mengalami kekeringan
(kehilangan air).
• Semakin lama terkena udara, semakin besar kehilangan air diluar
batas kemampuan dan semakin kecil kesempatan untuk mencari
makan dan mengakibatkan kekurangan energi.
59. Faktor Kimia
1. Salinitas
• Keanekaragaman salinitas dalam air laut akan mempengaruhi
jasad-jasad hidup akuatik melalui pengendalian berat jenis dan
keragaman tekanan osmotik. Jenis-jenis biota air ditakdirkan untuk
mempunyai hampir semua jaringan-jaringan lunak yang berat
jenisnya mendekati berat jenis air laut biasa, sedangkan jenis-jenis
yang hidup di dasar laut (bentos) mempunyai berat jenis yang lebih
tinggi daripada air laut di atasnya. Salinitas dapat menimbulkan
tekanan-tekanan osmotik.
• Umumnya, kandungan garam dalam sel-sel biota laut cenderung
mendekati kandungan garam dalam kebanyakan air laut. Jika sel-
sel tersebut berada di lingkungan dengan salinitas yang berbeda
maka suatu mekanisme osmoregulasi diperlukan untuk menjaga
keseimbangan kepekatan antara sel dan lingkungannya.
60. 2. Oksigen Terlarut (DO)
• Oksigen terlarut diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan
akuatik untuk proses pembakaran dalam tubuh. Sumber oksigen
terlarut dari perairan adalah dari udara di atasnya dan proses
fotosintese. Air yang tidak mengandung oksigen terlarut jarang
terdapat disamudera. Oksigen dihasilkan oleh proses fotosintesa
dari tumbuh-tumbuhan air dan fitoplankton dan diperlukan untuk
pernafasan bagi biota air.
• Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi efisiensi
pengambilan oksigen oleh biota laut, sehingga dapat menurunkan
kemampuan biota tersebut untuk hidup normal dalam
lingkungannya. Kadar oksigen terlarut di perairan Indonesia berkisar
antara 4,5 dan 7.0 ppm.
61. 3. Unsur Hara (Nutrien)
• Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, fitoplankton
membutuhkan banyak unsur nutrien. Menurut Michael (1985), fosfat
dan nitrogen merupakan unsur hara makro yang dimanfaatkan oleh
fitoplankton sebagai nutrien sehingga dapat menjadi faktor
pembatas bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan.
• Umumnya kekurangan fosfat dalam laut akan mempengaruhi proses
fotosintesa dan pertumbuhan yang sama besarnya. Adapun nitrat
yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesuburan
perairan laut. Perairan oligotropik memiliki kandungan nitrat 0 - 0,1
mg/liter, perairan mesotropik sebesar 0,1 - 0,5 mg/liter dan perairan
eutropik 0,5 - 5 mg/liter (Wetzel, 1982).
62. Faktor Biologi
Keberadaan masing-masing organisme dalam
lingkungan laut dapat memberikan informasi
kualitas lingkungan di mana biota tersebut
hidup.
Semakin beraneka jenis biota dan jumlah yang
banyak ditemukan dalam perairan dapat
mengindikasikan bahwa kualitas lingkungan
tersebut masih baik.
65. TUGAS KELOMPOK
Faktor-faktor pembatas dari ekosistem beserta
studi kasusnya
1. Ekosistem Danau
2. Ekosistem Sungai
3. Ekosistem Estuari
4. Ekosistem Laut
5. Ekosistem Terumbu Karang
6. Ekosistem Lamun
7. Ekosistem intertidal
8. Ekosistem Mangrove
66. Laporan Praktek Lapang
terdiri dari :
1. Pendahuluan
• Latar Belakang
• Tujuan
2. Metodologi Penelitian
• Alat dan Bahan
• Metode Penelitian
3. Hasil dan Pembahasan (Rantai makanan)
4. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Lampiran
Zoel.173@gmail.com