PPT Pendidikan Agama ISlam: Iman Kepada Hari AkhirUNESA
Pengertian Hari Kiamat. Pengertian Iman Kepada Hari Kiamat. Ciri-Ciri Kiamat. Tanda-Tanda Kiamat. Tanda-Tanda Kecil. Tanda-Tanda Besar. Macam-Macam Hari Akhir. Kehidupan Setelah Kiamat. Surga. Macam-Macam Surga. Neraka. Macam-Macam Neraka. Tanda Penghayatan Iman Kepada Hari Akhir. Persiapan Diri Dan Bekal Hari Akhir. Hikmah Penghayatan Iman Kepada Hari Akhir
PPT Pendidikan Agama ISlam: Iman Kepada Hari AkhirUNESA
Pengertian Hari Kiamat. Pengertian Iman Kepada Hari Kiamat. Ciri-Ciri Kiamat. Tanda-Tanda Kiamat. Tanda-Tanda Kecil. Tanda-Tanda Besar. Macam-Macam Hari Akhir. Kehidupan Setelah Kiamat. Surga. Macam-Macam Surga. Neraka. Macam-Macam Neraka. Tanda Penghayatan Iman Kepada Hari Akhir. Persiapan Diri Dan Bekal Hari Akhir. Hikmah Penghayatan Iman Kepada Hari Akhir
Indikator :
3.6.1 Mendeskripsikan makna perilaku jujur dalam
kehidupan sehari-hari
3.6.2 Mengidentifikasi dalil naqli perilaku jujur dalam
kehidupan sehari-hari
3.6.3 Mengemukakan contoh perilaku jujur Rasulullah
dalam kehidupan sehari-hari
3.6.4 Menjelaskan manfaat dan hikmah perilaku jujur
dalam kehidupan sehari-hari
Indikator :
3.6.1 Mendeskripsikan makna perilaku jujur dalam
kehidupan sehari-hari
3.6.2 Mengidentifikasi dalil naqli perilaku jujur dalam
kehidupan sehari-hari
3.6.3 Mengemukakan contoh perilaku jujur Rasulullah
dalam kehidupan sehari-hari
3.6.4 Menjelaskan manfaat dan hikmah perilaku jujur
dalam kehidupan sehari-hari
3. Memahami Bacaan Al-Qur’an
surah Ali ‘Imran/3 ayat 190-191 dan 159 serta
hadits tentang
berpikir kritis dan demokratis
Hikmah mempelajari surah Ali ‘Imran/3 ayat
190-191 dan 159 serta hadits tentang berpikir
kritis dan demokratis
Mendemonstrasikan hafalan surah Ali ‘Imran/3
ayat 190-191 dan 159 serta
hadits tentang berpikir
kritis dan demokratis
Menjelaskan prilaku yang mencerminkan isi
kandungan surah Ali ‘Imran/3 ayat 190-191
dan 159 serta hadits tentang berpikir kritis
dan demokratis
Menganalisis isi kandungan surah Ali ‘Imran/3
ayat 190-191 dan 159 serta hadits tentang
berpikir kritis dan demokratis
Peta Konsep
4. Membaca Q.S. Ali ‘Imran/3 ayat 190-191
tentang Berpikir Kritis dan Demokratis
7. • Imam Thabrani dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., dia berkata
: “Orang-orang Quraisy datang menemui orang-orang Yahudi dan mereka
bertanya, ‘Bukti-bukti apakah yang dibawa oleh Nabi Musa kepada tuan-tuan?.
Mereka menjawab, ‘Tongkat dan tangannya yang putih bagi mata yang
memandang’. Kemudian mereka (orang-orang Quraisy) mendatangi orang-orang
Nasrani, lalu menanyakan kepada mereka, ‘Apa mukjizat Nabi Isa?’. Mereka
menjawab, ‘Menyembuhkan orang yang buta sejak lahir, orang yang berpenyakit
kusta, bahkan menghidupkan orang yang telah mati.” Setelah itu mereka
menjumpai Nabi Muhammad saw. dan berkata, ‘Mohonkanlan kepada Tuhanmu
untuk kami agar bukit Shafa ini dijadikan sebagai bukitemas. Maka Nabi pun
memohon kepada Allah, lalu diturunkan Q.S. Ali ‘Imran/3 ayat 190
• Q.S. Ali ‘Imran/3 ayat 191 tidak ada asbabun nuzul secara khusus, dan secara
umum mengikuti asbabun nuzul dalam Q.S. Ali ‘Imran/3 ayat 190
Asbabun Nuzul Q.S. Ali ‘Imran/3 ayat 190-191
8. a. Semua yang terjadi di alam semesta
ini, termasuk penciptaan langit, bumi
dan pergantian malam dan siang
merupakan bukti dan tanda
kebesaran dan kemahakuasaan Allah
swt.
b. Tidak semua manusia di bumi ini
mengakui dan menyadari terhadap
kebesaran dan kemahakuasaan Allah
swt. kecuali orang-orang yang
berakal.
c. Yang tergolong sebagai orang yang
berakal, sehingga menyadari dan
meyakini kebesaran dan
kemahakuasaan Allah swt. adalah
orang-orang yang selalu mengingat
Allah swt. baik dalam keadaan berdiri
maupun duduk atau berbaring.
d. Umat Islam hendaklah senantiasa
memohon kepada Allah swt. agar
diberikan akal yang mampu
menangkap makna setiap ciptaan
Allah swt. sehingga dapat terjauhkan
dari ancaman api neraka.
Analisis isi kandungan Q.S. Ali ‘Imran/3
ayat 190-191
9. Asbabun Nuzul Q.S. Ali ‘Imran/3 ayat 159
Sebab-sebab turunnya Surah Ali ‘Imran/3 ayat 159 sebagaimana diriwayatkan
oleh Ibnu Abbas r.a. bahwa setelah terjadi perang Badar, Rasulullah saw.
mengadakan musyawarah dengan Abu Bakar r.a. dan Umar bin Khattab r.a. untuk
meminta pendapat mereka tentang para tawanan perang. Abu Bakar r.a.
berpendapat agar mereka sebaiknya dikembalikan kepada keluarganya dan
keluarganya membayar tebusan. Namun, Umar bin Khattab r.a. berpendapat
bahwa mereka sebaiknya dibunuh dan yang diperintah membunuh adalah
keluarganya. Rasulullah saw. kesulitan dalam memutuskan. Kemudian turunlah
ayat ini sebagai dukungan atas pendapat Abu Bakar r.a.
10. a. Para ‘Ulama berkata, “Allah swt. memerintahkan kepada Nabi-Nya dengan
berbagai perintah secara berangsur-angsur. Allah swt. memerintahkan kepada
Nabi Muhammad saw. untuk memaafkan kesalahan mereka terhadap beliau.
Setelah mereka mendapat maaf, Allah swt. memerintahkan beliau untuk
memintakan ampun atas kesalahan mereka kepada Allah swt. setelah mereka
mendapat hal tersebut, mereka pantas untuk diajak bermusyawarah dalam
segala perkara.
b. Ibnu ‘Athiyah berkata, “Yang termasuk untuk dimusyawarahkan adalah kaidah
syariah dan penetapan hukum Islam. Dan Allah swt. memuji orang-orang yang
beriman karena mereka suka bermusyawarah”.
c. Firman Allah swt. “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”,
menunjukkan kebolehan ijtihad dalam semua perkara yang tidak ditemukan
sumbernya secara pasti dari Al-Qur’an dan hadits.
Analisis Isi Kandungan Q.S. Ali ‘Imran/3 ayat 159
11. Analisis Isi Kandungan Hadits riwayat Abu Daud
a. Memberi contoh berpikir kritis dan demokratis dalam
menyelesaikan suatu persoalan.
b. Sikap kritis ditunjukkan oleh sahabat Mu’adz bin Jabal,
sedangkan sikap demokratis ditunjukkan oleh sikap Rasulullah
saw.
c. Dalam menyelesaikan suatu persoalan hukum, rujukan (acuan)
yang dipergunakan adalah Al-Qur’an, hadits dan ijtihad seorang
mujtahid
12. a. Allah swt. yang menciptakan langit
tiang dan tidak pernah runtuh,
fungsinya sebagai naungan hidup
manusia.
b. Allah swt. yang mengatur
pergantian siang dan malam,
dengan tujuan agar bumi ini
seimbang dan manusia dapat
bekerja pada siang dan
beristirahat pada malam hari.
c. Allah swt. menciptakan langit,
bumi, dan pergantian antara siang
dan malam sebagai sarana untuk
berpikir dan berzikir kepada allah
swt. berpikir dengan menggunakan
akal, sedangkan berzikir dengan
menggunakan hati.
Hikmah mempelajari isi kandungan Q.S. Ali ‘Imran/3
ayat 190-191
13. a. Di dalam menyelesaikan segala
persoalan yang menyangkut
kepentingan orang banyak,
hendaklah diselesaikan dengan cara
bermusyawarah.
b. Di dalam bermusyawarah, hendaklah
dilakukan dengan sikap lemah
lembut dan jauh dari kekerasan,
perdebatan, dan permusuhan,
karena cara tersebut tidak akan
mampu mendatangkan hasil yang
maksimal dan bermanfaat.
c. Apabila di dalam bermusyawarah
dapat memperoleh keputusan
terbaik melalui musyawarah
mufakat, hendaklah bersyukur
kepada allah swt. dan memohon
kepada allah swt.,semoga keputusan
tersebut dapat dilakukan dan
mendapatkan maslahat orang
banyak.
Hikmah mempelajari isi kandungan Q.S. Ali ‘Imran/3
ayat 159
14. a. Di dalam bermusyawarah
terhadap suatu persoalan
diperlukan pemikiran kritis,
sehingga dapat diperoleh
keputusan yang terbaik
b. Keputusan terbaik adalah
keputusan yang diambil dari
Al-Qur’an, sunnah, atau
hasil ijtihad ulama
Hikmah mempelajari isi kandungan
Hadits Abu Dawud
15. Sikap dan Perilaku yang Harus Dikembangkan
a. Manusia tunduk terhadap kebesaran dan
kekuasaan Allah swt
b. Sikap tunduk tersebut diwujudkan dalam
bentuk berpikir dan berperilaku rendah hati
dalam kehidupan sehari-hari
c. Manusia dalam berpikir tidak boleh
melampaui batas-batas kekuasaan Allah swt.
d. Memperbanyak zikir kepada Allah swt. dapat
memupuk tumbuh dan berkembangnya
keimanan terhadap kebesaran dan kekuasaan
Allah swt.
e. Setiap ada persoalan, hendaklah umat Islam
menyelesaikan dengan cara bermusyawarah
f. Di dalam bermusyawarah, umat Islam
hendaklah melakukan secara lemah lembut
dan menjauhkan dari sikap kasar apalagi
kekerasan
g. Apabila telah disepakati hasil musyawarah,
maka harus bertawakkal kepada Allah swt.
h. Selalu bermusyawarah di dalam segala urusan
yang sulit
i. Mengambil keputusan berdasarkan hasil
pemikiran yang kritis (cerdas) dengan
berpegang teguh kepada Al-Qur’an, hadits,
atau hasil ijtihad
j. Setelah diperoleh keputusan dalam
bermusyawarah, tetap memohon ridha dan
tawakkal kepada Allah swt.
16. Sikap dan Perilaku yang Harus Dijauhi
a. Manusia bersikap sombong dalam
kehidupan sehari-hari
b. Manusia berpikir melampaui batas-
batas kekuasaan Allah swt.
c. Melalaikan zikir kepada Allah swt.
d. Setiap ada persoalan,
menyelesaikan dengan cara berpikir
sendiri
e. Berperilaku kasar saat musyawarah
f. Mengambil keputusan berdasarkan
hasil pemikiran yang kritis (cerdas)
setiap anggota kelompok
musyawarah tanpa berpegang teguh
kepada Al-Qur’an, hadits ataupun
ijtihad ulama
17. • Takut kepada azab Allah swt.
Takut kepada Allah membuat seorang Ulil Albab tidak mau menghasilkan
konsep atau pemikiran yang tidak benar. Allah berfirman:
ْ
َللاْواُقاتَفًْاديِدَشْاًباَذَعْمُهَلُْللاَْدعَا
ْآَينِذْالِباَبلَيْالِلوُاْاَيْ
َْلَزنَاْدَقْواُنَم
اًركِذُْمكيَلِاُْللا
“Allah menyediakan azab yang keras bagi mereka, maka bertaqwalah kepada Allah
wahai orang-orang yang mempunyai akal! (yaitu) orang-orang yang beriman.
Sungguh, Allah telah menurunkan peringatan kepadamu”. (Q.S. At-Talaq/65: 10)
Keterkaitan antara Sikap kritis dengan Ciri-
ciri Orang yang berakal (Ulil Albab) sesuai
pesan Q.S. Ali ‘Imran/3 ayat 190-191
18. • Semangat belajar dari kitab suci dan sejarah
Kitab suci yang datang dari Allah dan sejarah pada masa lalu merupakan
rujukan penting untuk berpikir bagi seorang ulil albab. Allah berfirman:
ْ
دَقَل
ََْانك
يِف
ْ
مِه ِ
صَصَق
ْ
ٌةَربِع
يِلوُ ِ
ل
ْ
َال
ْ
ِباَبل
اَم
ََْانك
اًثيِدَح
ْ
فُي
ىَرَت
ْ
نِكَل َو
َْيقِدصَت
يِذال
َْنيَب
ِْهَيدَي
ْ
َلي ِ
صفَتَو
ُِْلك
ْ
ءَيش
ًىدُهَو
ْ
ًةَمحَرَو
ْ
َقِل
ْ
ٍو
َْونُنِمؤُي
“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang
mempunyai akal. (Al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan
(sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Q.S. Yusuf/12:
111)
19. • Menyeimbangkan antara berzikir dengan berpikir
bagi seorang ulil albab, berzikir dan berpikir merupakan bagian yang tak
terpisah. Artinya kegiatan antara berzikir dan berpikir dilakukan dengan
seimbang. Apalagi dalam memahami alam semesta. Allah swt. berfirman:
ْ
ِنا
يِف
ْ
ِقلَخ
ِْت ٰ
و ٰمالس
ْ ِ
ضرَالَو
ِْف َ
َلِتاخَو
ْ
الل
ِْلي
ِْ
ارَهالنَو
ْ
اتَي َ
َل
يِلوُ ِ
ل
ْ
لَال
ْ
ِباَب
(
190
)
َِْينذال
َْونُُركذَي
ْ
َللا
اًماَيِق
ًادوُعُقَو
ىَلَعَو
ْ
ِبوُنُج
ْ
مِه
َْونُركَفَتَيَو
يِف
ْ
ِقلَخ
ْ
الس
ِْت ٰ
و ٰم
ْ ِ
ضرَالَو
اَنبَر
اَم
َْتقَلَخ
اَذَه
ًْ
َلِاطَب
َْكَن ٰحبُس
اَنِقَف
ْ
َذَع
َْاب
ِْ
ارالن
(
191
)
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda )kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal (
190
)
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Tuhan Kami, Tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia, Maha suci
Engkau, Lindungilah Kami dari azab neraka. (191) (Ali ‘Imran/3 ayat 190-191)
20. • Memperoleh hikmah dari Allah swt.
Seorang yang ulil albab memperoleh hikmah dari Allah swt. bentuk hikmah
tersebut adalah seorang ulil albab di samping memiliki wawasan yang luas,
juga berpikirnya selalu disesuaikan dengan nilai-nilai Al-Qur’an. Allah
berfirman:
يِتؤُي
ْ
َةَمك ِحال
ْ
نَم
ْ
ُءَاشَي
ْ
نَمَو
َْتؤُي
ِْحال
ْ
َةَمك
ْ
دَقَف
َْيِتوُا
اًريَخ
يِثَك
اًر
اَمَو
ُْركذَي
ْ
ِلا
وُلوُا
ْ
ِباَبلَال
“Dia menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa
diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada
yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat”.
(Q.S. Al-Baqarah/2: 269)
21. • Gemar mendalami ilmu
Ulil albab selalu menuntut ilmu, sehingga hilang keraguannya dari
kebenaran Islam dan mempunyai tekad untuk menegakkannya. Allah
berfirman:
َْونُخِساالرَو
يِف
ِْملِعال
َْونُلوُقَي
انَمآ
ْ
ِب
ِْه
ْ
ُلك
ْ
نِم
ِْدنِع
اَنِبَر
َْو
اَم
ُْركذَي
ْ
ِلا
وُلوُا
ْ
ِباَبلَال
“… Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya
(Al-Qur’an) semuanya dari sisi Tuhan kami”. Tidak ada yang dapat mengambil
pelajaran kecuali orang yang berakal”. (Q.S. Ali ‘Imran/3: 7)
22. • Mentauhidkan masyarakat
Masyarakat yang memiliki keyakinan dan perilaku syirik tidak akan
dibiarkan oleh seorang ulil albab. Sebaliknya, ia akan terus berusaha untuk
mentauhidkan-Nya. Allah berfirman:
اَذَه
ْ
ٌغ َ
َلَب
ْ ِ
اسلنِل
واُرَذنُيِلَو
ِْهِب
ْ
َيِل َو
واُمَلع
اَمنَا
َْوُه
ْ
ٌهَلِا
ْ
ٌد ِاح َو
َْو
َْركذَيِل
وُلوُا
ْ
ِباَبلَال
“Dan (Al-Qur’an) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi manusia, agar
mereka diberi peringatan dengannya, agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah
Tuhan yang Maha Esa dan agar orang yang berakal mengambil pelajaran”. (Q.S.
Ibrahim/14: 52)
23. • Selalu kritis
Seorang ulil albab selalu kritis terhadap pemikiran, sehingga dia hanya
mengikuti yang benar. Hatinya sudah dapat memfilter mana yang haq dan
yang batil. Allah berfirman:
َْينِذال
َْونُعِمَتسَي
ْ
َلوَقال
ْ
ُعِبتَيَف
َْون
ْ
ُهَنَسحَا
َْكِئَلوُا
َْينِذال
ْ
َدَه
ْ
ُمُها
ْ
ُللا
َْكِئَلوُاَو
ْ
مُه
وُلوُا
ْ
ِباَبلَال
“(yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik
di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan
mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat”. (Q.S. Az-Zumar/39: 18)
24. • Senantiasa mempertahankan kebenaran
Terhadap kebatilan yang semakin merajalela, seorang ulil albab selalu
mempertahankan kebenran walau hanya seorang diri. Allah berfirman:
ْ
لُق
َْ
ل
يِوَتسَي
ُْيثِبَخال
ُْبِيالطَو
ْ
َلَو
ْ
و
َْكَبَجعَا
ْ
ُةَرَثك
ِْثيِبَخال
واُقاتَف
ْ
َللا
اَي
يِلوُا
ْ
ِباَبلَال
ْ
ُمكلَعَل
َْونُحِلفُت
“Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipu
banyaknya keburukan itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah wahai
orang-orang yang mempunyai akal sehat, agar kamu beruntung”. (Q.S. Al-
Maidah/5: 100)
25. • Bersungguh-sungguh dalam menggali ilmu Allah swt.
menyelidiki dan mengamati semua rahasia wahyu (Al-Qur’an maupun
gejala-gejala alam), menangkap hukum-hukum yang tersirat di dalamnya,
kemudian menerapkannya dalam masyarakat demi kebaikan bersama.
Allah berfirman:
ْ
ِنا
يِف
ِْقلَخ
ِْت ٰ
و ٰمالس
ْ ِ
ضرَالَو
ْ
ِتاخَو
ِْف َ
َل
ِْليالل
ِْ
ارَهالنَو
ْ
َي َ
َل
ْ
ات
يِلوُ ِ
ل
ْ
ِباَبلَال
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal”. (Q.S. Ali
‘Imran/3: 190)
26. • Rajin bangun malam untuk sujud dan rukuk di hadapan Allah swt.
Seorang yang ulil albab senantiasa bermunajat kepada Allah swt. malam telah
sunyi dengan segala rintihan, permohonan ampun, dan pengaduan segala
derita serta fenomena perilaku manusia di muka bumi. Ulil albab sangat dekat
dengan Tuhannya. Allah berfirman:
ْ
نمَا
َْوُه
ٌْتِناَق
َْءاَنآ
ِْليالل
ًاد ِاجَس
ًْمِئاَقَو
ا
ُْرَذحَي
ْ
َةَر ِخاَل
وُجرَيَو
ْ
حَر
ْ
َةَم
ِْهِبَر
ْ
لُق
ْ
لَه
يِوَتسَي
َِْينذال
َْونُمَلعَي
َِْينذالَو
َْ
ل
ْ
َي
َْونُمَلع
اَمِنا
ُْركَذَتَي
ْ
ُلوُا
و
ْ
ِباَبلَال
“(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah
pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang
yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran”. (Q.S. Az-Zumar/39: 9)