Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang konsep kepemimpinan dan prinsip-prinsip kepemimpinan kepala sekolah/madrasah dalam mengelola lembaga pendidikan.
2) Beberapa prinsip kepemimpinan yang disebutkan antara lain prinsip manajerial, pembagian kerja, pendelegasian tugas, kesatuan perintah, dan disiplin.
3) Dokumen juga membahas pendekatan-pendek
Dokumen tersebut membahas tentang kepemimpinan instruksional kepala madrasah dalam memobilisasi sumber daya sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kepala madrasah diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, memberikan dukungan terhadap pembelajaran, serta menetapkan ekspektasi tinggi terhadap prestasi siswa.
Sri inarti dian pamungkas (administrasi pendidikan)dian_pamungkas
Administrasi pendidikan meliputi proses pengarahan dan pengintegrasian segala aspek pendidikan untuk mencapai tujuannya. Fungsi administrasi mencakup perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, motivasi, dan pengawasan. Hubungan baik antara sekolah dan masyarakat diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran.
Administrasi pendidikan meliputi proses pengarahan dan pengintegrasian segala aspek pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Terdiri dari fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, motivasi dan pengawasan. Hubungan sekolah dan masyarakat penting untuk dukungan terhadap pendidikan.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang konsep kepimpinan dan organisasi dalam konteks pendidikan, termasuk definisi, gaya, dan peranan kepimpinan di tingkat sekolah untuk mencapai tujuan organisasi pendidikan.
Dokumen tersebut membahas tentang administrasi pendidikan, kepemimpinan dalam pendidikan, peran pemimpin dalam pendidikan, bidang garapan administrasi pendidikan, administrasi sebagai proses kegiatan manajemen dan supervisi, pengajaran modul, belajar tuntas, kepala sekolah sebagai administrator, orientasi bagi guru baru, organisasi sekolah, dan hubungan sekolah dengan masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang administrasi pendidikan, kepemimpinan dalam pendidikan, peran pemimpin dalam pendidikan, bidang garapan administrasi pendidikan, administrasi sebagai proses kegiatan manajemen dan supervisi, pengajaran modul, belajar tuntas, kepala sekolah sebagai administrator, orientasi bagi guru baru, organisasi sekolah, dan hubungan sekolah dengan masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang kepemimpinan instruksional kepala madrasah dalam memobilisasi sumber daya sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kepala madrasah diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, memberikan dukungan terhadap pembelajaran, serta menetapkan ekspektasi tinggi terhadap prestasi siswa.
Sri inarti dian pamungkas (administrasi pendidikan)dian_pamungkas
Administrasi pendidikan meliputi proses pengarahan dan pengintegrasian segala aspek pendidikan untuk mencapai tujuannya. Fungsi administrasi mencakup perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, motivasi, dan pengawasan. Hubungan baik antara sekolah dan masyarakat diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran.
Administrasi pendidikan meliputi proses pengarahan dan pengintegrasian segala aspek pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Terdiri dari fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, motivasi dan pengawasan. Hubungan sekolah dan masyarakat penting untuk dukungan terhadap pendidikan.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang konsep kepimpinan dan organisasi dalam konteks pendidikan, termasuk definisi, gaya, dan peranan kepimpinan di tingkat sekolah untuk mencapai tujuan organisasi pendidikan.
Dokumen tersebut membahas tentang administrasi pendidikan, kepemimpinan dalam pendidikan, peran pemimpin dalam pendidikan, bidang garapan administrasi pendidikan, administrasi sebagai proses kegiatan manajemen dan supervisi, pengajaran modul, belajar tuntas, kepala sekolah sebagai administrator, orientasi bagi guru baru, organisasi sekolah, dan hubungan sekolah dengan masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang administrasi pendidikan, kepemimpinan dalam pendidikan, peran pemimpin dalam pendidikan, bidang garapan administrasi pendidikan, administrasi sebagai proses kegiatan manajemen dan supervisi, pengajaran modul, belajar tuntas, kepala sekolah sebagai administrator, orientasi bagi guru baru, organisasi sekolah, dan hubungan sekolah dengan masyarakat.
PROFESI PENDIDIKAN (KEPROFESIAN BIDANG KEKEPALA SEKOLAHAN)Arjuna Ahmadi
Kepala sekolah sebagai supervisor, yang menilai kinerja kepala sekolah adalah atasan langsung kepala sekolah, misalnya inspektur pendidikan, kepala dinas pendidikan, atau pejabat terkait lainnya.
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam mengelola sumber daya sekolah, termasuk anggaran. Penyelewengan anggaran merupakan pelanggaran berat yang harus dihindari dan ditindaklanjuti
Buku ini membahas konsep dasar manajemen kurikulum dan peran kepala sekolah dalam manajemen kurikulum. Fungsi-fungsi manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum untuk mengembangkan potensi siswa. Kepala sekolah bertugas menyusun perencanaan sekolah dan mengelola sumber daya sekolah dalam rangka pengembangan kurikulum.
Dokumen tersebut merupakan bagian dari proposal tesis yang membahas latar belakang masalah pentingnya strategi kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru. Topik penelitian yang diusulkan adalah strategi kepemimpinan kepala madrasah MTs Nurul Jadid dalam meningkatkan kinerja guru. Beberapa poin pembahasan meliputi pentingnya peran guru dan kepala sekolah, faktor-faktor yang mempeng
Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolahRachma Wati
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan model pengelolaan pendidikan yang memberikan otonomi manajemen kepada sekolah dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan.
2) Kepemimpinan kepala sekolah memainkan peran penting dalam implementasi MBS untuk mencapai tujuan sekolah.
3) Teori kepemimpinan yang relevan dalam M
[Ringkasan]
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang kepemimpinan, peran dosen, pendekatan kepemimpinan, dan fungsi administrasi pendidikan.
2. Juga membahas tentang supervisi pembelajaran, modul pembelajaran, peran kepala sekolah, dan hubungan antara sekolah dengan masyarakat.
3. Termasuk didalamnya adalah layanan bimbingan dan konseling di sekolah beserta
Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya merupakan kemampuan dalam...amiruddinrahim
Sekolah digambarkan sebagai ekosistem yang saling berkaitan antara unsur biotik dan abiotik. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling berhubungan dan memengaruhi faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran, mengelola sumber daya ekosistem sekolah dapat dilakukan dengan mengembangkan asset-aset tersebut berdas
Pengelolaan kelas secara fisik dan pengelolaan ruang secara psikologisZuha Farhana
Dokumen tersebut membahas strategi pengelolaan kelas secara fisik dan psikologis, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas, pendekatan, prinsip, dan komponen keterampilan pengelolaan kelas, serta pengaturan ruang dan siswa dalam kelas."
PROFESI PENDIDIKAN (KEPROFESIAN BIDANG KEKEPALA SEKOLAHAN)Arjuna Ahmadi
Kepala sekolah sebagai supervisor, yang menilai kinerja kepala sekolah adalah atasan langsung kepala sekolah, misalnya inspektur pendidikan, kepala dinas pendidikan, atau pejabat terkait lainnya.
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam mengelola sumber daya sekolah, termasuk anggaran. Penyelewengan anggaran merupakan pelanggaran berat yang harus dihindari dan ditindaklanjuti
Buku ini membahas konsep dasar manajemen kurikulum dan peran kepala sekolah dalam manajemen kurikulum. Fungsi-fungsi manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum untuk mengembangkan potensi siswa. Kepala sekolah bertugas menyusun perencanaan sekolah dan mengelola sumber daya sekolah dalam rangka pengembangan kurikulum.
Dokumen tersebut merupakan bagian dari proposal tesis yang membahas latar belakang masalah pentingnya strategi kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru. Topik penelitian yang diusulkan adalah strategi kepemimpinan kepala madrasah MTs Nurul Jadid dalam meningkatkan kinerja guru. Beberapa poin pembahasan meliputi pentingnya peran guru dan kepala sekolah, faktor-faktor yang mempeng
Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolahRachma Wati
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan model pengelolaan pendidikan yang memberikan otonomi manajemen kepada sekolah dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan.
2) Kepemimpinan kepala sekolah memainkan peran penting dalam implementasi MBS untuk mencapai tujuan sekolah.
3) Teori kepemimpinan yang relevan dalam M
[Ringkasan]
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang kepemimpinan, peran dosen, pendekatan kepemimpinan, dan fungsi administrasi pendidikan.
2. Juga membahas tentang supervisi pembelajaran, modul pembelajaran, peran kepala sekolah, dan hubungan antara sekolah dengan masyarakat.
3. Termasuk didalamnya adalah layanan bimbingan dan konseling di sekolah beserta
Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya merupakan kemampuan dalam...amiruddinrahim
Sekolah digambarkan sebagai ekosistem yang saling berkaitan antara unsur biotik dan abiotik. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling berhubungan dan memengaruhi faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran, mengelola sumber daya ekosistem sekolah dapat dilakukan dengan mengembangkan asset-aset tersebut berdas
Pengelolaan kelas secara fisik dan pengelolaan ruang secara psikologisZuha Farhana
Dokumen tersebut membahas strategi pengelolaan kelas secara fisik dan psikologis, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas, pendekatan, prinsip, dan komponen keterampilan pengelolaan kelas, serta pengaturan ruang dan siswa dalam kelas."
Similar to bab2 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONELISME GURU DI MA UMMUL QURO KROPAK BANTARAN PROBOLINGGO (20)
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Pendidikan inklusif merupakan sistem pendidikan yang
memberikan akses kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan, bakat istimewa,maupun potensi tertentu
untuk mengikuti pendidikan maupun pembelajaran dalam
satu lingkungan pendidikan yang sama dengan peserta didik
umumlainya
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1Arumdwikinasih
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodasi dari semua perbedaan murid, terbuka untuk semua dan memberikan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap individu.kelas 1 ........
bab2 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONELISME GURU DI MA UMMUL QURO KROPAK BANTARAN PROBOLINGGO
1. 16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Kepeminpinan
Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh
individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada
individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk
mencapai tujuan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.1
Dengan kata
lain, dalam proses kepemimpinan itu, ditemukan ada fungsi pemimpin
yang memberi pengaruh, ada pengikut (anggota) yang menerima pengaruh
dan ada aktivitas dan ada suatu situasi di mana kepemimpinan tersebut
berlangsung.
Kepeminpinan yang dimaksud dalam tesis ini adalah kepemimpinan
kepala sekolah/madrasah sebagai pengelola bidang pendidikan yang ada
dalam tanggung jawabnya. Sehingga kajian kepemimpinan yang ada
dalam tesis ini sangat erat hubungannya dengan administrasi dan
manajerial lembaga pendidikan.
2. Perinsip Dalam Pola Kepemimpinan
a. Prinsip Manajerial
1
Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan, (Bandung,Alfabeta,2012),6.
2. 17
Agar pengelolaan Madrasah dapat mencapai tujuan secara efektif dan
efisien, maka kepala sekolah/madrasah harus melaksanakan fungsi
fungsi manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pemberian motivasi, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan inovasi.
Dalam melaksanakan fung-fungsi menejerial tersebut, kepala
sekolah/madrasah perlu memperhatikan dan berupaya
mengikuti/menerapkan perinsip-prinsip manajemen
b. Prinsip Pembagian Kerja
Pekerjaan dan tugas baik yang bersifat administrative maupun
kependidikan harus dibagi sampai habis secara professional, sesuai
kedudukan, fungsi dan tugas masing-masing personal sekolah.
c. Prinsip Pendelegasian Kewenangan dan Tugas
Pemberian tugas kepada setiap guru harus diberengi dengan pemberian
wewenang kepada yang bersangkutan. Tugas tersebut hendaknya
seimbang dengan wewenangnya.
d. Prinsip Kesatuan Perintah
Pemberian perintah dari kepala sekolah/madrasah kepada staf yang
dipimpinnya harus jelas dan konsisten, tidak menimbulkan tafsiran
yang bermacam-macam serta tidak berubah-ubah secara rasional yang
benar dan jelas. Agar kesatuan perintah ini terjadi, maka kepala
sekolah/madrasah dalam memberikan perintahnya harus berdasarkan
3. 18
struktur organisasi sekolah/madrasah yang telah di susun berdasarkan
pedoman dari pemberi perintah dan kesepakatan bersama.
e. Prinsip Kesatuan Kerja
Kegiatan-kegiatan administratif dan kependidikan di
Sekolah/Madrasah baik yang bersifat kurikuler maupun ekstra
kurikuler harus beroientasi dan bermuarah yang sama, yaitu
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan di Sekolah/Madrasah secara
lebih efektif dan efisien.
Agar kesatuan kerak langkah ini tercapai sebagaimana mestinya, maka
maka kepala sekolah/madrasah perlu berupaya menyatukan konsep
khususnya bagi para guru dalam pengembangan kurikuler maupun
ekstra kurikuler dan berbagai perangkat perlengkapannya yang berlaku
di Sekolah/Madrasah. Untuk itu kepala sekolah/madrasah perlu
melakukan musyawarah dan koordinasi yang baik dengan guru.
f. Prinsip Disiplin
Kepala sekolah/madrasah harus disiplin dalam menjalankan
keputusan-keputusan perintah mengenai pembinaan sekolah/madrasah
maupun keputusan-keputusan yang dilahirkan bersama para guru
melalui musyawarah, bahkan iapun harus disiplin dalam menjalankan
tugasnya sehari-hari. Disamping itu kepala sekolah/madrasah harus
berupaya menegakkan kedisiplinan personalianya, khususnya para
4. 19
guru dalam menjalankan kegiatan dan tugasnya sehari-hari sebagai
pengajar sekaligus sebagai pendidik di sekolah/madrasah.
g. Prinsip Mendahulukan Kepentingan Sekolah daripada
Kepentingan Individu
Kepala sekolah/madrasah harus menjadi contoh atau teladan serta
menumbuhkan pandangan, kesadaran dan sikap mengutamakan
kepentingan sekolah/madrasah daripada kepentingan pribadi. Dengan
demikian dalam bidang kegiatan apapun yang menjadi sasaran
menejemen sekolah/madrasah, yang harus dijunjung tinggi atau
didahulukan adalah kepentingan sekolah/madrasah.
h. Prinsip Penghargaan dan Sanksi
Pada dasarnya guru memiliki kebutuhan akan pengetahuan,
kemampuan, prestasi, pengakuan, penghargaan dan penghormatan dari
lingkungan sosialnya. Kebutuan-kebutuhan demikian perlu diupayakan
pemenuhannya oleh Kepala Sekolah/Madrasah agar para guru lebih
termotivasi untuk melaksanakan fungsi, tugas dan kegiatannya secara
lebih efektif, efisien, dan kreatif. Dalam hal ini Kepala
Sekolah/Madrasah perlu memberikan pengakuan, pujian, penghargaan,
penghormatan, hadiah atas prestasi atau dedikasi dan bahkan sanksi
hukuman kepada guru yang melakukan pelanggaran, sebatas
kewajaran.
i. Prinsip Inisiatif
5. 20
Kepala Sekolah/Madrasah harus berupaya menciptakan iklim kerja
yang memungkinkan tumbuhnya inisiatif dari guru. Inisiatif yang perlu
ditumbuhkan tersebut adalah inisiatif yang bermanfaat atau bermakna,
realisis dan berorientasi pada pembaharuan.
j. Prinsip Efektifitas dan Efesiensi
Pengelolaan Sekolah/Madrasah harus diupayakan agar dapat mencapai
tujuan seoptimal mingkin, sesuai dengan standar pencapaian yang
diharapkan oleh semua pohak. Disamping itu harus diusahakan oleh
kepala sekolah agar upaya tersebut menggunakan sumber daya (antara
lain dana, sarana prasarana, tenaga dan waktu0 seminimal mungkin.
k. Prinsip Keterpaduan
agar pengelolaan sekolah/madrasah dapat berlangsung secara efektif
dan efisien, kepala sekolah/madrasah perlu memandang dan
mengelolah pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah/madrasah
yang dipimpinnya sebagai suatu sistem yang terorganisasi, yang terdiri
dari komponen-komponen pendidikan yang saling bergantung dan
mendukung, kearah tercapainya tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
Setelah melalui beberapa proses tahapan pendidikan, diharapkan siswa
sebagai masukan dasar dapat mimiliki ragam dan tingkat pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang sesuai dengan tujuan pendidikan
yang ada di sekolah/madrasah.
6. 21
3. Prinsip Kepemimpinan (Leadership)
Inti manajemen (pengelolaan) adalah kepemimpina. Oleh sebab
itu dalam mengelola sekolah/madrasah, kepala sekolah/madrasah perlu
memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan.
a. Prinsip Demokratis
Dalam menjalankan kepemimpinannya, kepala sekolah/madrasah,
hendaknya bersikap dan bertindak demokratis, mengutamakan
musyawarah untuk mufakat, meskipun suatu saat ia dapat pula
menjalankan kepemimpinan situasional (dasar sikap dan tindakan
kepemimpinan yang berdasarkan situasi).
b. Prinsip Kekeluargaan
Sebagai pemimpin, kepala sekolah/madrasah perlu menciptakan dan
membina situasi hubungan social yang akrab dan harmonis dalam
lingkungan kerjanya, yang didasari oleh semangat kekeluargaan.
c. Prinsip Kesederhanaan dan kemandirian
Wahjosumidjo mengatakan “Dalam menjalankan kepemimpinan
pendidikan, kepala sekolah/madrasah perlu memberikan keteladanan sikap
dan tingkah laku yang menunjukkan kesederhanaan dan kemandirian
kepada para guru, agar sikap dan tingkah lakunya yang demikian itu
mengimbas/menular kepada para siswanya.” Kedua sikap tersebut juga
perlu ia tunjukkan dalam pengelolaan sumber daya yang terbatas baik
7. 22
kualitas maupun kuantitasnya, sehingga akan dapat membentu mengatasi
keterbatasan kemampuan sekolah yang disiplin.2
4. Penegertian dan Gaya Kepemimpinan
Konsep kepemimpinan sangat beragam yang diberikan oleh para
ahli, baik formal maupun non formal. Dari sekian konsep pada dasarnya
kepemimpinan dapat dilihat dari berbagai sedut pandang (Point of View)
sebagai kerangka pikirannya. Team pembina penatar dan badan penataran
Pegawai Negeri Republik Indonesia merumuskan bahwa kepemimpian
yang berdasarkan Pancasila, yaitu kepemimpinan yang memiliki jiwa
Pancasila, yang memiliki wibawa dan daya mampu untuk membawa serta
dan memimpin masyakat lingkungannya ke dalam kesadaran kehidupan
kemasyarakatan dan kenegaraan berdasarkan Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945. Sebagaimana Joewono mendefinisikan kepemimpinan
sebagai suatu cara dan metode seseorang yang dapat mempengaruhi orang
lain sedemikian rupa, sehingga orang tersebut dengan sadar mengikuti dan
mematuhi segala kehendaknya.3
Sedangkan Indah Kusuma Dewi
mengatakan bahwa kepemimpinan adalah ketrampilan, kemampuan dan
tindakan yang dikerjakan oleh individu untuk memberikan pengaruh bagi
manusia atau kelompok manusia pada wadah yang terkoordinasi, dengan
2
Merigustina, “Peran Kepala Madrasah Sebagai Suprvisor Dalam Pengembangan Potensi
Pedagogik Guru,” Tesis M.Pd, Lampung,: Univrsitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, (2017),
57.
3
Joewono, “Peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan efektivitas kerja guru
dan pegawai di sekolah dasar negeri 015 Samarinda,” eJournal Administrasi Negara 1(1), (
2013), 70-84.
8. 23
maksud untuk mencapai satu atau lebih tujuan yang telah ditentukan
bersama melalui prilaku atau tindakan positif.4
Kepemimpinan hakekatnya merupakan ilmu, seni seseorang untuk
mempengaruhi atau membimbing orang lain dalam mencapai tujuan
dengan cara tertentu, sehingga orang lain taat, loyal kepadanya. Dan gaya
merupakan model yang menjadi karakter kepemimpinan seseorang dalam
mengambil kebijakan dan langkah-langkah strategis lainnya. Keberhasilan
atau kegagalan suatu organisasi dalam mencapai suatu tujuan sangat
ditentukan oleh kapasistas, integritas dan akuntabilitas gaya
kepemimpinan seseorang. Sebagaimana dikemukakan oleh James A.F
Stoner5
kepemimpinan manejerial adalah suatu proses pengarahan dan
pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota
yang saling berhubungan tugasnya. Ada tiga implikasi penting dari definisi
itu, yaitu menyangkut orang lain (bawahan/pengikut), menyangkut
pembagian kekuasaan, memberi pengarahan kepada bawahannya. Berarti
keberhasilan seseorang melaksanakan tugas kepemimpinan ditentukan
oeleh ketrampilan, keahlian dan gaya seseorang untuk menggerakkan
orang lain agar bekerjasama dengan baik untuk mencapai tujuan yang
ditentukan.
4
Indah Kusuma Dewi, Nilai-nilai Proftik dalam Kepemimpinan Modern pada Manajemen Kerja,
https://books.google.co.id/books?id=vWScDwAAQBAJ&lpg=PR1&dq=inauthor%3A%22Dr.%20
Indah%20Kusuma%20Dewi%2C%20M.Pd.I%22&hl=id&pg=PA13#v=onepage&q&f=false,
diakses tanggal 1 Februari 2019.
5
Muh. Hizbul Muflihin, “Kepemimpinan Pendidikan: Tinjauan terhadap Teori Sifat dan Tingkah
laku,” INSANIA,13(Januari-April,2008), 1.
9. 24
Secara umum kepemimpinan mengandung unsure, elemen
tentang proses mempengaruhi orang lain, sebaliknya orang lain bersedia
mengikutinya, adanya tujuan tertentu dan menggunakan gaya atau cara-
cara tertentu. Sehingga kepemimpinan itu sangat bervariatif yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungannya. Namun demikian
faktor-faktor kewibawaan, konsistensi tercermin dalam sikap perilaku dan
tindakan seseorang dalam menghadapi masalah, tantangan perubahan
dalam menciptakan suasana yang serasi selaras dan seimbang dan
menumbuhkan daya kekuatan dan kemampuan untuk mencapai suatu
tujuan organisasi.
5. Pendekatan-Pendekatan Kepemimpinan
Pendekatan kepemimpian dapat dilihat dari kesifatan, perilaku,
dan situsional Contingency. Pendekatan pertama memandang
kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat (Traits) yang tampak,
pendekatan kedua mengidentifikasikan perilaku-perilaku (Behaviors)
pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan Efektif, dan pendekatan
ketiga dengan pandangan situasional dinyatakan bahwa situasi yang
menentukan efektifitas kepemimpinan bervariasi antara situasi, tugas,
ketrampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi,
pengalaman masa lalu.6
Nabi Muhammad SAW, memberikan keteladanan dalam
kepemimpinannya dengan watak dan gayanya yang jujur dan benar
6
Priyono, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Sidoarjo: Zifatama Publiser,2014), 132
10. 25
(Sidiq), dapat dipercaya penuh dengan tanggung-jawab (Amanah), mampu
menyampaikan, mengajar dan berpidato (Tablig), dan cerdas (Fatonah).
Diilhami oleh watak dan gaya kepemimpinan Nabi, timbul suasana asumsi
bahwa “Seseorang pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat” atau seseorang
itu dilahirkan membawa atau tidak membawa sifat-sifat yang diperlukan
bagi seorang pemimpin.
Dalam dimensi kepribadian bangsa Indonesia, kepemimpinan itu
secara konsisten dan konsekuen harus bersumber pada kepribadian bangsa
Indonesia dengan ciri-ciri sebagai berikut.
a. Antara pemimpin dengan yang dipimpin merupakan satu kesatuan
organisasi, yang dilandasi pengalaman dan rasa persaudaraan yang
tinggi.
b. Masing-masing yang terlibat dalam suatu sistem mempunyai
kedudukan dan fungsi masing-masing untuk mewujudkan tujuannya.
c. Mengedepankan musyawarah, yang diliputi semangat kekeluargaan
dengan koredor nilai toleransi, kooperatif dan kompromis.
d. Menjujung tinggi hak-hak minoritas, hak azasi manusia dalam dimensi
sosial-budaya, ekonomi dan politik.
Prinsip-prinsip lain sebagai panduan yang dijadikan sikap kepemimpinan,
yaitu :
1. Iman dan Taqwa, yaitu seorang pemimpin yang mendahulukan iman,
sedangkan ilmu digunakan sebagai ajaran Allah. Keseimbangan hablun
minallah dan hablun minannas merupakan koredornya.
11. 26
2. Ing Ngarso Sung Tulodho, yaitu memberi contoh dalam segala
tindakan bagi pemimpin tingkat bawah (skill, knowhow).
3. Ing Madyo Mangun Karso, yaitu kemampuan untuk selalu
memberikan motivasi agar bawahannya selalu ingin berbuat yang
terbaik.
4. Tut Wuri Handayani, yaitu kemapuan selalu memberikan dorongan
agar bawahannya selalu berkeinginan untuk maju guna kepentingan
organisasinya maupun dirinya.
5. Waspodo Purbowaseso, yaitu jeli dalam memantau dan menilai
bawahannya yang salah diarahkan, yang benar dipuji, yang baik diberi
hadiah.
6. Ambeg Paramarta, yaitu seorang pemimpin harus mampu menentukan
yang perlu, yang bermanfaat, yang penting dan mampu menilai
manfaat serta pengaruhnya keatas, kesamping dan kebawah.
7. Prasojo, yaitu bertingkah laku secara wajar, baik fisik dan non fisik.
8. Satiyo, yaitu setia kepada tugas dan cita-cita, yang diperkuat dengan
disiplin.
9. Gemi Nastiti, yaitu menggunakan anggaran berdasarkan skala
prioritas.
10. Bloko, yaitu terbuka (open management) mengetahui mana yang
terbatas.
12. 27
11. Legowo, yaitu bersikap ikhlas dalam menerima tugas, pengorbanan,
memberi termasuk menerima kritik dan alih jabatan (Dardji
Darmodihardjo, 1990 : 75).
Eungene Emerson Jennings dan Robert T Golembiewski7
membagi
sikap dan gaya kepemimpinan (leadershif style) sebagai berikut, Otokratis,
Paternalistis, Karismatis, Demokratis dan Milteristis. Ditinjau dari
pertumbuhannya terdapat tiga jenis pemimpin yaitu, Genetis, Sosialistis
dan Ekologis8
. Ada yang melihat gaya kepemimpinan dari perilaku
hubungan dengan bawahan yaitu gaya dengan orientasi tugas (task-
oriented) dan gaya dengan orientasi karyawan (employee-oriented).9
Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (task) mengarahkan dan
mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas
dilaksanakan sesuai yang diinginkan. Maksudnya lebih memperhatikan
pelaksanaan pekerjaan dari pada pengembangan dan pertumbuhan
karyawan. Sebaliknya gaya kepemimpinan yang berorientasi karyawan
(employee) mencoba untuk lebih berorientasi pada motivasi bawahan dari
pada mengawasinya. Mereka mendorong untuk melaksanakan tugas-tugas
dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-
hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota.
7
Eungene Emerson Jennings dan Robert T Golembiewski, “Analisis Tipe Kepemimpinan Aras
Tammauni di Kabupaten Mamuju Tengah,” Jurnal Analisis Kebijakan dan Pelayanan Publik,4,1
(Juni, 2018), 52.
8
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: CV. Rajawali,2004), 33.
9
Herdiyanti, Margono Setiawan dan Umar Nimran, “Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
kinerja dan kepuasan kerja karyawan,” WACANA, 13,4, (Oktober, 2010), 529-536.
13. 28
Ducan dalam penelitian menyatakan empat sifat yang dapat menyebabkan
keberhasilan seseorang pemimpin, yaitu;
1. Intelegensia Quition (IQ).
2. Kematangan dan keluasaan pandangan (Emosional Quition).
3. Motivasi dan keinginan berprestasi.
4. Kemampuan Human Relation.
Berarti kepemimpinan yang ideal adalah memudahkan itelegensi,
kematangan dengan wawasan yang luas, motivasi untuk berprestasi dan
didukung oleh kemampuan human relation secara baik. Blake dan
Mounton10
mengembangkan kisi-kisi manajerial (managerial grid) pada
tugas (produksi) dan karyawan (orang), serta kombinasi antara kedua
ekstrim, yang didalamnya terdapat lima gaya kepemimpinan dasar, yaitu :
1. Gaya Laissez Faire, yaitu perhatian rendah terhadap karyawan maupun
terhadap produksi atau tugas.
2. Gaya Partisipatorif, yaitu perhatian kepada karyawan tinggi
memberikan kelonggaran kepada karyawan, santai, memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan karyawan bagi pemuasan hubungan,
persahabatan dan menyenangkan tetapi perhatian terhadap peroduksi
rendah
3. Gaya Middle of The Road management or Organisation Management,
yaitu perhatian terhadap karyawan kadang-kadang menggunakan
pendekatan tawar menawar untuk menyelesaikan pekerjaan.
10
H Al Fadjar Ansory dan Melthiana Indasari, MSDM(Sidoarjo: Indomedia Pustaka,2018), 96.
14. 29
4. Gaya Otokrat, yaitu pemegang tugas yang keras, karateristik
pengawasan tertutup, perhatian pada produksi dan efisiensi tinggi
tetapi paerhatian terhadap karyawan rendah.
5. Gaya Demokratik, yaitu saling memahami tentang apa tujuan institusi,
perhatian penuh antara, semangat dan kepuasan kerja secara seimbang,
kemitraan antar bawahan dan atasan.
Seseorang mempunyai kesiapan psikologis tinggi, memiliki
motivasi diri dan keinginan untuk melakukan pekerjaan berkualitas tinggi
tanpa perlu pengawasan langsung menggunakan studio Ohio State untuk
mengembangkan lebih lanjut keempat gaya kepemimpinan yang dimiliki
oleh manajer, yaitu:
1. Mengatakan (telling), pemimpin mendefinisikan peran-peran yang
dibutuhkan untuk melakukan tugas dan mengatakan pada pengikutnya
apa, di mana, bagaimana dan kapan untuk melakukan tugas-tugasnya
(consulting).
2. Menjual (selling), pemimpin menyedikan instruksi-instruksi terstruktur
bagi pengikutnya tetapi juga suportif (instructing).
3. Berpartisipasi (participating), pemimpin dan pengikut saling berbagi
dalam keputusan-keputusan mengenai bagaimana yang paling baik
untuk mnyelesaikan suatu tugas dengan kualitas tinggi.
15. 30
4. Mendelegasikan (delegating), pemimpin menyediakan sedikit
pengaruh secara seksama, spesifik atau dukungan pribadi terhadap
pengikut-pengikutnya.11
Berbagai pandangan diatas menggambarkan bahwa gaya
pemimpin itu dapat dibaca, dipahami berdasarkan sudut pandangnya.
Dalam dimensi kehidupan dan tatangan masa depan memerlukan
pemimpin perubahan, dinamis wawasan kedepan, profesional, kompetitif
dan kompeten dibidangnya serta berjiwa enterprenershif.
Oleh sebab itu kepemimpinan yang dilakukan oleh seseorang tidak
dapat dipisahkan dengan strategi manajemen, yang melihat kepemimpinan
sebagai inti manajemen dan keberhasilan kepemimpinan sangat
mendukung oleh human relation, dengan sifat-sifat tersebut, karena
keseluruhan pembinaan sedemikian rupa sehingga terciptanya team work
dan suasana kerja yang intim dan harmonis dengan koredor etik dan moral
yang baik untuk mencapai tujuan. Jadi landasan etik dan moral yang baik
untuk mencapai tujuan. Jadi landasan etik dan moral harus tercipta dan
dilaksanakan secara konsisten, karena merupakan kaidah atau peraturan
yang tidak tertulis yang harus dipahami oleh seorang pemimpin supaya
menjalankan fungsinya dengan dilandasi kesadaran, ketulusan dan
keikhlasan serta kesungguhan dalam mematuhi kaidah tersebut. Misalnya
sifat konsisten, komitnen dengan peranan serta dan fungsi seirama dengan
lingkungan, tanggung jawab sosial yang tinggi, kemampuan
11
Ibid, 92.
16. 31
mengendalikan diri, loyal serta berdedikasi tinggi. Artinya pancaran moral
yang diwujudkan dalam tutur kata, perbuatan yang baik dan diterima oleh
lingkungannya.
6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan
Dari gambaran berbagai pendekatan gaya kepemimpinan diatas,
maka sedikit banyak sudah dapat kita pahami bahwa gaya kepemimpinan
seseorang sangat banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik karakter,
lingkungan internal dan eksternal, Pendidikan, sosial-budaya. Sudarwan
Danim menyebutkan ada empat variabel kritis yang mempengaruhi gaya
kepemimpinan, yaitu 1) Pemimpin, 2) pengikut atau bawahan, 3) situasi,
4) komunikasi. Keempatnya saling berinteraksi yang berorientasi pada
kelompok bukan semata-mata kekuasaan.12
Gambar 1. Hubungan pemimpin, bawahan dan situasi.
Kompleksitas kepemimpinan akan mnentukan banyaknya factor
yang mempengaruhi, oleh sebab itu dapat dibedakan dalam tinjauan makro
dan mikro sebagaimana gambar 2 ini.
12
Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan, (Bandung,Alfabeta,2012),11
Situasi
komunikasi
Pemimpin
Pengikut Faktor
Kepemi
mpinan
17. 32
Gambar 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan ketiga kekuatan
sebelum melakukan pemilihan gaya kepemimpinan, yaitu:
1. Kekuatan dalam diri orang pemimpin (sistem nilai, kepercayaan
terhadap bawahan, kecenderungan kepemimpinannya sendiri, perasaan
aman/tidak aman).
2. Kekuatan dari dalam diri bawahan (kebutuhan akan kebebasan,
kebutuhan akan peningkatan tanggung-jawab, keikhlasan dan
harapan).
3. Kekuatan dari situasi (tipe organisasi, efektifitas kelompok, desakan
waktu, dan sifat masalah itu sendiri)13
7. Kepemimpinan Pendidikan
Sesudah diuraikan tentang kepemimpinan dalam konteks yang luas
untuk lebih mengena pada sasaran yang dibahas, akan kami sampaikan
13
Ibid, 95.
Faktor-faktor Mikro
Faktor-faktor Makro
Organisasi Atasan
Kondisi perekonomian
Industri
Sosial dan Kebudayan
Pengharapan dan
Perilaku
Kepribadian dan latar
belakang pemimpin
Pengharapan dan
perilaku bawahan
Tingkat organisasi dan
besarnya kelompok
18. 33
tentang kepemimpinan pendidikan. Istilah “Kepemimpinan Pendidikan”
mengandung dua pengertian, dimana kata pendidikan menerangkan dalam
lapangan apa dan dimana kepemimpinan itu berlangsung, dan sekaligus
menjelaskan pula tentang kemampuan apa dan sifat-sifat atau ciri-ciri
bagaiman yang harus terdapat atau dimiliki oleh pimpinan itu. Sedangkan
kepemimpinan itu bersifat universal, berlaku dan terdapat pada berbagai
bidang kegiatan hidup manusia. Setelah memahami kepemimpinan dan
makna dari pendidikan itu sendiri maka kepemimpinan pendidikan dapat
diartikan sebagai suatu kemampuan dan proses mempengaruhi,
mengkoordinir, dan menegakkan orang lain yang ada hubungannya dengan
pengembangan ilmu pengetahuan dan pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran, supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien
dan efektif didalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran
tersebut.
Setiap usaha untuk mempengaruhi kearah yang positif orang-orang
yang ada hubunganya dengan pekerjaan mendidik dan mengajar, sehingga
tujuan pendidikan dan pengajaran dapat tercapai dengan lebih baik, maka
dapat diartikan bahwa usaha itu melakukan peranan-peranan
kepemimpinan pendidikan. Dengan proses realisasi dari kegiatan
kepemimpinan tersebut dapat terlihat dalam bentuk-bentuk kegiatan
sebagai berikut :
1. Mempelopori usaha-usaha yang kreatif dalam mendidik dan mengajar.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran sesuai dengan
19. 34
konsepsi-konsepsi pendidikan pengajaran modern dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Terutama guru yang merupakan ujung tombak
dari pengajaran harys mampu untuk bertindak profesionalisme dalam
melaksanakan tugas dan ini tidak lepas dari peranan kepala sekolah
sebahagai pemimpin ditempat pendidikan.
2. Memimpin, mengarahkan, mengatur dan mengkoordinir serta
mendorong kegiatan-kegiatan mereka agar mencapai tujuan yang telah
diprogram sebelumnya. Dengan maksud bahwa kegiatan yang
dilaksanakan pelaksanaan pendidikan teratur dan sesuai dengan
alurnya, sehingga mereka dapat mencapai prestasi kerja dan
mendapatkan kesempatan merintis jabatannya secara kontinyu.
3. Memberikan sumbangan yang berarti dalam kegiatan dan penemuan-
penemuan baru dibidang pendidikan dan pengajaran. Hal ini
dimaksudkan untuk mendidik para pelaksana pendidikan (guru) untuk
bertindak dan bekerja secara professional. Sehingga hasil akhir dari
peserta didik yang berprestasi dan berbudi luhur akan tercapai.
8. Kepuasan Kerja
Banyak teori yang memberikan gambaran tentang kepuasan kerja,
baik teori motivasi maupun teori keadilan. Abraham H. Maswlow
14
seorang ahli psikologi menyusun suatu tingkat kebutuhan manusia.
Hirarki kebutuhan ini diilhami oleh Human Sciences Theory dari Elton
Mayo. Hirarki kebutuhan ini mengikuti teori jamak yaitu seseorang
14
Ibid, 23.
20. 35
berperilaku/bekerja, karena adanya dorongan untuk memenuhi bermacam-
macam kebutuhan. Maslow berpendapat bahwa kebutuhan yang
diinginkan seseorang itu berjenjang, artinya bila kebutuhan yang pertama
telah terpenuhi, maka kebutuhan tingkat kedua akan muncul menjadi
utama. Selanjutnya jika kebutuhan tingkat ketiga dan seterusnya sampai
tingkat kebutuhan kelima. Dasar pemikiran teori Hirarki adalah :
1. Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan. Ia selalu
menginginkan yang lebih banyak. Keinginan ini terus-menerus dan
hanya berhenti bila makhir hayatnya tiba.
2. Suatu kebutuhan yang telah terpuaskan tidak akan menjadi alat
motivator bagi pelakunya, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi
akan menjadi motivator.
3. Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu jenjang hirarki (kebutuhan
yang bertingkat).
Berdasarkan pemikiran tersebut, Maslow menyusun teori tenteng
tingkat-tingkat kebutuhan manusia sebagai berikut :
1. Kebutuhan mempertahankan hidup (physiological needes), seperti
sandang, pangan, papan dan kesehatan.
2. Kebutuhan rasa aman (safety needs), seperti kebutuhan akan keamanan
terhadap jiwa, harta kebebasan, keadilan, jaminan hari tua.
3. Kebutuhan sosial (social needs), seperti kebutuhan akan perasaan
diterima oleh orang lain, kebutuhan untuk maju dan tidak gagal (sence
of achievement), kebutuhan ikut serta aktifitas (sence of participation).
21. 36
4. Kebutuhan akan penghargaan/prestasi (esteem needs), seperti pada
status seseorang, semakin tinggi pula prestasi dan prestisenya
dimanifestasikan dalam banyak hal, antara lain Mobil Mercy, kamar
kerja lux, Ac, komputer dan lainnya yang serba lux.
5. Kebutuhan mempertinggi kapasistas kerja (self actualization), seperti
keinginan mengembangkan kapasistas mental dan kapasitas kerja,
melalui on the job training, of the job training, konferensi lokakarya,
meeting, studi lanjut.
Hirarki kebutuhan Maslow ini, tidak dimaksudkan sebagai
kerangka yang dapat dipakai setiap saat dan pasti, tetapi lebih merupakan
suatu kerangka yang mungkin berguna dalam meramalkan tingkah laku
berdasarkan kemungkinan-kemungkinan yang timbul sesuai dengan
kondisi masing-masing individu. Apabila dikatakan timbulnya perilaku
seseorang pada saat tertentu oleh kebutuhan yang memiliki kekuatan
tinggi, maka penting bagi setiap unsur pimpinan untuk memiliki
pengertian tentang kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh bawahan.
Suatu realita bahwa setiap individu berbeda-beda. Perbedaan itu
disebabkan oleh berbagai faktor baik latar belakang pendidikan, tinggi
rendahnya kedudukan/jabatan, pengalaman masa lampau, latar belakang
keluarga, cita-cita/harapan masa depan, serta pandangan hidup seseorang
sangat berpengaruh terhadap berbagai macam kebutuhan tersebut,
sehingga jenjang kebutuhan oleh Maslow akan berbeda dalam kehidupan
seseorang.
22. 37
Bila diterapkan pada organisasi kerja, kebutuhan fisiologis aadalah
kebutuhan terhadap gaji. Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan
meliputi kondisi kerja dalam menghadapai atau menjalankan pekerjaan.
Kebutuhan sosial meliputi hubungan persahabatan dengan rekan kerja,
hubungan yang baik dengan lingkungan sosialnya. Kebutuhaan
penghormatan diri berhubungan dengan status atau kedudukan pada
jabatan tertentu atau promosi, yang tertinggi adalah kebutuhan akan citra
diri seseorang.
Teori Maslow ini memberikan sumbangan yang sangat berharga
bagi organisasi, karena menjadi dasar bagi para manager untuk
menyediakan kesempatan bagi para karyawan untuk mencapai tahapan
kebutuhan para karyawan dalam organisasi yang sebelumnya tidak
mungkin diperhatikan oleh suatu organisasi. Karena jika kebutuhan tingkat
rendah belum terpenuhi, maka kebutuhan yang berada pada peringkat yang
lebih tinggi menjadi tidak berfungsi. Namun bahwasannya tidak ada suatu
organisasi manapun kebutuhan yang lebih tinggi menunggu dipenuhinya
kebutuhan pada tingkat yang lebih remdah, semua kebutuhan berfungsi
serentak. Federick Herzberg 15
dengan teori motivasi kerja (job motivation
maintenance theory) menyebutkan dua macam situasi yang berpengaruh
terhadap setiap individu/bawahan terhadap pekerjaannya yaitu kelompok
safister atau motivation, dan kelompok dissatisfier atau hygiene faktors
(iklim baik). Satisfier faktor-faktor situasi yang merupakan sumber
15
Ibid, 25.
23. 38
kepuasan kerja, yang terdiri dari achievement, recognation, work it self,
responsibility and advancement. Tetapi ketidak penuhan faktor-faktor ini
tidaklah terlalu mengakibatkan kepuasan. Dissatisfier adalah faktor-faktor
yang menjadi sumber ketidakpuasan yang terdiri dari Company poleccy
adminitration, supervition technical, job security, and status. Perbaikan
terhadap kondisi ini akan menghilangkan atau mengurangi ketidak puasan,
tetapi tidak menimbulkan kepuasan, dan memang bukan sumber kepuasan.
Secara singkat teori Herzberg dapat dipahami sebagai berikut :
1. Perbaikan gaji dan kondisi kerja tidak mengurangi ketidak puasan.
2. Yang dapat memacu bekerja baik adalah kelompok Satisfier.
3. Satisfier disebut pula intrinsic factors, job content, motivator,
sedangkan dissatisfier disebut pula extrinsics factors, hygiene factors.
4. Dalam perkembangan selanjutnya apabila dibandingkan dengan teori
Maslow dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Satisfier berhubungan dengan “highter order needs or social needs
and self actualization needs”.
b. Dissatisfier disebutkan sebagai tempat pemenuhan “Lower order
needs or physiological needs, safety and security needs, of social
needs.
Penyelidikan Herzberg membuktikan bahwa jiwa orang-orang
yang merasa pekerjaan baik, berbeda sekali dengan orang yang merasa
pekerjaanya kurang baik. Dengan arti lain jawaban seseorang sangat
tergantung pada kepuasan kerja seseorang. Faktor-faktor intrinsik seperti
24. 39
pengakuan, keberhasilan tanggunjawab dan pengembangan menjadi tolak
ukur kepeuasan kerjanya. Dan faktor-faktor ektrinsik seperti kebijakan
kantor, adminitrasi, supervisi, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan
gaji mempunyai kaitan erat dengan ketidak puasan kerja. Maka pendapat
Herzberg dapat dijelaskan bahwa keberhasilan, pengakuan, pengembangan
dan tanggung-jawab menjadi parameter dengan perasaan puas (High
feelings). Sebaliknya adminitrasi, kebijakan kantor, supervisi, hubungan
antar pribadi, hubungan orang dengan pimpinan, kondisi kerja berkaitan
erat dengan perasaan tidak puas.
Berdasarkan hasil penyelidikan ini, Herzberg berpendapat bahwa
adminitrasi, kebijaksanaan kantor, kondisi kerja merupakan faktor ketahan
(penyehat), sedangkan keberhasilan, pengakuan, pengembangan, dan
tanggung jawab merupakan faktor motivasi. Maka dari itu apabila kita
ingin memotivasi seseorang lebih baik ditekankan pada persolan
keberhasilan, pengakuan, pengembangan/prestasi dan tanggung-jawab
orang tersebut.
Ditinjau dari sudut psikologis, kepuasan kerja merupakan suatu
proses psikologis yang mencerminkan intraksi antar sikap, kebutuhan,
perasaan, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang dalam
meningkatkan prestasi kerja. Sebagai proses psikologis timbul diakibatkan
oleh dua faktor, yaitu intrinsik dan ektrinsik.
Faktor intrinsik berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan
pendidikan atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa
25. 40
depan. Sedangkan faktor ektrinsik dapat ditimbulkan oleh berbagai
sumber, misalnya karena atasan, kolega, situasi kantor, promosi, rolling
jabatan dan faktor lain yang sangat kompleks. Indikator naik turunnya
kepuasan kerja penting diketahui karena dapat mengambil tindakan
preventif dan kuratif masalah sedini mungkin. Indikator-indikator itu
antara lain absensi, kerjasama, kepuasan, disiplin, lembur, incentive dan
produktifitas. Setiap pimpinan untuk peka terhadap perbedaan dan
keinginan bawahan, karena setiap individu mempunyai pola kebutuhan,
nilai dan tujuan yang unik. Artinya setiap pimpinan harus mengakui dan
mempertimbangkan perbedaan kebutuhan pada saat merancang dan
menetapkan suatu progran satu institusi.
9. Memahami Tugas Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang
paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam pasal 58
ayat 1-2 PP 66 tahun 2010 dikemukakan bahwa kepala sekolah
bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,
administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan
pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.16
Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan luas kepada kepala
sekolah seperti dalam konteks saat ini, akan lebih mudah melakukan
pengembangan terhadap berbagai potensinya yang ada. Akan tetapi
pengembangan itu memerlukan peningkatan kemampuan kepala sekolah
16
Peraturan Pemerintah, 66 (2010)
26. 41
dalam berbagai aspek manajerialnya, agar dapat tercapai tujuan sesuai
dengan visi dan misi yang diemban sekolahnya.
Ada dua strategi utama yang harus diperankan oleh kepala
sekolah, yaitu strategi manajerial dan strategi substansial. Strategi
manajerial yaitu strategi pengembangan sekolah yang berhubungan dengan
masalah internal dan eksternal sekolah.
Dalam strategi manajerial internal, pertama kepala sekolah harus
membinan komunikasi dan koordinasi antar personalia yang ada dalam
mini society sekolah sebaik-baiknya, dengan demikian terjadi good rapport
(hubungan baik), sehingga sumber daya yang tersedia dapat dikelola
secara proporsional. Kedua, menempatkan human resource yang tepat; the
right man in the right place. Termasuk dalam strategi manajerial intern ini
adalah membentuk sinergi kerja yang harmonis antara pimpinan, staf,
guru, siswa dalam mengemban visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan
bersama. Pimpinan hendaknya memberikan bimbingan akomodatif
terhadap staf sehingga jika terjadi konflik dapat segera ditangani. Atmosfir
akademik akan terjadi lebih kondusif jika pimpinan juga dapat
menumbuhkan rasa saling menyayangi dan menghargai, rasa ikhlas dari
setiap sanubari warga sekolah untuk mengembangkan kreativitas, sehingga
program pendidikan dapat dilakukan secara inovatif dan efektif.
Strategi manajerial eksternal, kepala sekolah berupaya menfokuskan pada
hubungan sekolah dengan faktor pendukung di luar sekolah, yaitu melaui
koordinasi dan sinkronisasi program sekolah dengan orang tua, dewan
27. 42
pendidikan, komite sekolah, masyarakat dan pemerintah. Membina
hubungan baik dengan masyarakat diluar gedung sekolah adalah penting,
karena dengan hubungan baik ini ternabangun partisipasi aktif sehingga
akan memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam pengembangan
sekolah untuk mencapai tujuan yang dicitakan. Adapaun terkait dengan
pemerintah, kepala sekolah perlu memiliki power sharing sebagai jalan
untuk menjembatani antara keinginan sekolah dengan pemerintah.
Sementara strategi substansial yaitu strategi pengembangan
sekolah yang berbasis pada kesatuan visi, misi dan tujuan sekolah yang
dijabarkan dalam program pendidikan dan diaplikasikan dalam bentuk
muatan kurikulum, serta kegiatan intra dan ektra kurikurer bagi siswa.
Orientasi visi, misi, dan tujuan pembelajaran di sekolah harus
berpedoman pada amanah yang diemban oleh lembaga pendidikan, tidak
hanya kecakapan akademik melainkan juga pendidikan itu berorientasi
pada kecakapan hidup yang integratif, memadukan potensi generik, dan
spesifik guna menghadapi problem kehidupan. Melalui strategi substansial
ini, sekolah diharapkan menunjukkan spesifikasi dan keunggulan yang
secara khusus dimiliki.
Adapun tugas kepala sekolah sebagai berikut :
a. Sebagai Educator (pendidik)
Kepala sekolah sebagai pendidik, harus memiliki strategi yang
tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan
disekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberi nasehat
28. 43
kepada warga sekolah, memberi dorongan kepada seluruh tenaga
kependidikan, dan seterusnya. Kepala sekolah juga harus berusaha
menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat nilai, yaitu
pembinaan mental, pembinaan moral, pembinaan fisik, pembinaan artistic.
Sebagai edukator, kepala sekolah wajib menjalankan tugasnya
yaitu: 1) mengikutsertakan para guru dalam kegiatan ilmiah, serti
workshop, pelatihan, seminar, penataran, guna men ingkatkan pengetahuan
dan ketrampilan guru. 2) Menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta
didik untuk lebih giat bekarja, dan hasilnya diumumkan secara terbuka. 3)
menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah.
b. Sebagai Manajer
Paradikma baru manajemen pendidikan di negeri ini, telah
membuka peluang bagi kepala sekolah untuk melakukan perombakan dan
pengembangan sekolahnya lebih kreatif dan progresif. Sebab, kini kepala
sekolah memiliki kewenangan yang terbuka untuk merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, serta mengendalikan kemajuan
sekolah.
Kunci agar kepala sekolah tetap eksis di tengah-tengah perubahan
itu adalah ia harus memahami posisi dan kesiapan untuk menjadi bagian
dari dunia baru yang berbeda dari pola dan paradigma selama ini.
Perubahan yang demikian kompleks, terutama agenda penerapan model
manajemen berbasis sekolah (MBS) dan kurikulum berbasis kompetensi
29. 44
(KBK) merupakan tugas yang perlu dikerjakan kepala sekolah, selain
agenda dan program lain yang harus mendapat perhatian lebih fokus lagi.
E. Mulyasa, dalam buku “Menjadi Kepala Sekolah Profesional”
telah menyuguhkan pendekatan, strategi dan manajemen menangani
sekolah secara modern. Selain itu, dia juga mengemukakan beberapa resep
atau kiat menangani tugas-tugas sebagai pemimpin (kepala sekolah),
seperti mengambil keputusan, memimpin rapat, memainkan manajemen
konflik, mengatasi keuangan sekolah, menjalin hubungan masyarakat, dan
lain sebagainya.17
Dari salah satu hasil penelitian (2004), disebutkan bahwa ada indikasi
pengaruh antara kepimimpinan (kepala) sekolah dengan produktivitas
kerja. Antara prestasi sekolah (performent, lulusan) dengan profil
kepemimpinan memiliki hubungan yang sangat erat, bahkan sebagai salah
satu indikator justifikasi (pembenaran). Meski juga banyak faktor lain
yang ikut mempengaruhi produktivitas itu. Pola kepemimpinan yang
rendah/tinggi berimplikasi terhadap kualitas sekolah.
Peralihan paradigma desentraliasasi pendidikan memberi keluasan
bagi kepala sekolah berkreasi dalam meningkatkan mutu lembaganya
sesuai dengan tuntutan perubahan masyarakat global. Dipundak kepala
sekolah terdapat sejumlah harapan wali siswa, masyarakat, stakeholder,
serta bangsa dan negara. Atas dasar itulah, Mulyasa menyarankan agar
momentum perubahan tersebut disadari sebagai angin keberuntungan
17
E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2003), 78.
30. 45
untuk memperbaiki mutu pendidikan dengan berbagai jalan yang efektif
dan efesien.
Untuk melewati babakan tersebut di atas, kata Mulyasa, perlu
digunakan jurus analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat),
sebagai langkah awal pemetaan agar mudah mengenali sumber/potensi
(kekuatan dan peluang), sekaligus memecahkan/mengantisipasi
(kelemahan dan tantangan) yang seringkali terlupakan dari aktivitas kepala
sekolah.
Setelah memahami analisis SWOT, jurus selanjutnya adalah
membenahi sumber daya manusia (SDM) ke arah yang lebih baik. Di
samping juga harus meningkatkan kualitas pelayanan (service), dan
manajemen kontrol sekolah. Sedikitnya, ada lima sifat pelayanan yang
harus diwujudkan agar “pelanggan” puas yaitu meliputi (1) kepercayaan
(reliability); layanan sesuai dengan yang dijanjikan, (2) keterjaminan
(assurance); mampu menjamin kualitas yang diberikan, (3) penampilan
(tangible); iklim sekolah yang kondusif, (4) perhatian (emphaty);
memberikan penuh kepada peserta didik, (5) ketanggapan
(responsiveness); cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik.
Tugas lain kepala sekolah yaitu menciptakan budaya mutu, teamwork
yang kompak, cerdas, dinamis, kemandirian, partisipasi warga sekolah dan
masyarakat, keterbukaan manajemen, kemauan untuk berubah (psikologis
dan fisik), evaluasi dan perbaikan berkelanjutan, responsif dan antisipasif
terhadap kebutuhan, akuntabilitas, dan sustainabilitas.
31. 46
Sesuai dengan perkembangan masyarakat modern, setidak-tidaknya
ada tujuh prasyarat bagi kepala sekolah, yaitu berperan sebagai edukator,
manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator di
sekolahnya. Ketujuh kreteria tersebut, ia wajib mendorong visi menjadi
aksi, cita-cita menjadi realita, dan seterusnya.
Dari sinilah dapat terlihat bahwa untuk memenuhi standar mutu di
atas memang membutuhkan kemampuan dan kerja keras. Kepala sekolah
harus menjalankan visi dan misi sekolah serta menjabarkannya sesuai
dengan kebutuhan masyarakat luas. Karena itu, tugas tersebut merupakan
amanah peradaban yang tentu saja harus pandai-pandai bergumul dengan
wacana peradaban itu sendiri.
Masih banyak lagi yang bisa kita gali dari buku ini, khususnya
berkenaan dengan hal-hal teknis manajemen yang harus dilakukan kepala
sekolah. Sukses tidaknya sekolah sangat tergantung oleh pemimpin yang
menggerakkan setiap komponen yang ada di dalamnya. Dengan demikian,
tawaran kreatif yang suguhkan Mulyasa dalam karya ini merupakan
secercah harapan baru yang bisa kita petik bersama untuk memperkokoh
sekolah.
Tugas kepala sekolah sebagai yaitu: 1) memberdayakan tenaga
kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif untuk meningkatkan
tenaga profesional di lingkungan sekolah. 2) memberi kesempatan kepada
tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya. 3) mendorong
keterlibatan seluruh tenaga kependidikan pada setiap kegiatan.
32. 47
c. Sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang
sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang
bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumentasian seluruh program
sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk
mengelola kurikulum, administrasi peserta didik, administrasi personalia,
administrasi sarana dan prasarana, administrasi kearsipan, dan administrasi
keuangan.
Untuk menjalankan tugas sebagai administrator, kepala sekolah kini harus
bisa mengembangkan layanan berbasis teknologi modern guna
memudahkan pengelolaan administrasi. Sehingga administrasi sekolah
betul-betul tampak profesional dan berjalan secara efektif dan efesien.
d. Sebagai Supervisor
Mengacu pada rumusan UU RI No. 20 Tahun 2003 bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dari segala aspek dan dimensinya. Salah satu usaha untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses
33. 48
pengajaran/pembelajaran di sekolah/madrasah. Dalam usaha
meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan
komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan
terus-menerus. Pembentukan profesi guru seperti amanah Peraturan
Pemerintah (PP) No. 19. Tahun 2005 pada Bab I, Pasal 1, ayat 7, adalah
dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan maupun program
dalam jabatan. Tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan
terlatih dengan baik dan kualified. Potensi sumber daya guru itu perlu
terus bertumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara
potensial. Selain itu pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong
guru-guru untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas
masyarakat.
Mungkin sudah terlanjur, bahwa masyarakat saat ini telah mempercayai,
mengakui dan menyerahkan sepenuhnya kepada guru untuk mendidik
anak-anak mereka. Kepercayaan, keyakinan, dan penerimaan ini
merupakan substansi dari pengakuan masyarakat terhadap profesi guru.
Namun seringkali tak sebanding lurus dengan apa yang diharapkan.
Karena sudah terlanjur seperti itu, maka implikasinya adalah guru harus
memiliki kualitas yang memadai. Kualitas tidak hanya pada tataran
normatif, melainkan juga dalam tataran yuridis-empiris, bahwa seorang
guru harus menunjukkan empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi personal (kepribadian), kompetensi profesional, maupun
34. 49
kompetensi sosial dalam selubung aktualisasi kebijakan pendidikan. Hal
tersebut karena guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui
kinerjanya pada tataran institusional dan tataran strategis, sehingga upaya
meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek "guru" dan
tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas
keprofesionalannya dalam satu manajemen pendidikan yang meritokratis.
Membangun kualitas pendidikan sangat erat kaitannya dengan
membangun kualitas pembelajaran. Sementara kualitas pembelajaran
sangat ditentukan oleh kualitas tenaga pendidik (guru). Meski guru
bukanlah satu-satunya instrumen dalam dunia pendidikan, tetapi gurulah
yang memegang peranan penting serta sebagai ujung tombak sukses dan
gagalnya suatu pendidikan. Mulyasa mensinyalir bahwa dalam proses
pembelajaran seringkali guru melakukan kesalahan. Setidaknya Mulyasa
mengidentifikasi ada tujuh kesalahan yang sering dilakukan guru, yaitu 1).
mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, 2). menunggu peserta didik
berperilaku negatif, 3). Menggunakan destructive dicipline, 4)
mengabaikan perbedaan peserta didik, 5). Merasa paling pandai, 6) tidak
adil (diskriminatif), dan 7). Memaksa hak peserta didik.
Dari uraian di atas itulah, pentingnya mengapa guru memerlukan
layanan supervisi (pembinaan) pengajaran, karakteristik dan rasional apa
yang dilakukan dalam supervisi pengajaran sebagai upaya peningkatan
kualitas guru?
1) Pengertian Supervisi Pengajaran
35. 50
Istilah supervisi pengajaran sebenarnya bukanlah istilah yang
baru dalam pendidikan. Namun seringkali tidak semua orang mengerti
dan paham apa hakikat sebenarnya. Kadang-kadang pahami sama
dengan penilai atau inspeksi. Padahal tidak demikian maksudnya.
Ada sebuah konsep merumuskan Supervisi pembelajaran
berfungsi untuk memperbaiki situasi pembelajaran melalui pembinaan
profesionalisme guru.18
Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan
supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material,
technique, method, teacher, student, an environment). Situasi belajar
inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan
kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi tersebut
mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran. Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi,
inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter,
sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang
dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik
diantara guru-guru, karena bersifat demokratis.
Istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asal usul
(etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang
terkandung dalam perkataan itu (semantik). Secara etimologi, istilah
supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris “Supervision”
artinya pengawasan di bidang pendidikan. Orang yang melakukan
18
Ubabuddin, “Meningkatkan Kinerja Guru Melalui Supervisi Pembelajaran,” Ed-Humanistics, 4,
(2019), 538.
36. 51
supervisi disebut supervisor. Sedangkan secara morfologis, supervisi
dapat dijelaskan menurut bentuk perkataannya. Supervisi terdiri dari
dua kata Super berarti atas, lebih. Visi berarti lihat, tilik, awasi.
Seorang supervisor memang mempunyai posisi diatas atau mempunyai
kedudukan yang lebih dari orang yang disupervisinya.
Sedangkan Permendinas no 13 tahun 2007 merumuskan
supervisi sebagai berikut: “Pembinaan yang diberikan kepada seluruh
staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik“. Dengan
demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan
situasi belajar mengajar yang lebih baik.
Untuk itu ada dua hal yang perlu diperhatikan: a). Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar. b). Hal-hal yang menunjang kegiatan
belajar mengajar. Karena aspek utama adalah guru, maka layanan dan
aktivitas kesupervisian harus lebih diarahkan kepada upaya
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola
kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus memiliki empat
kompetensi yakni: 1) kompetensi Pedagogik, 2) kompetensi
profesional 3) kompetensi personal, dan 4) kompetensi sosial. Melalui
keempat kompetensi tersebut, seorang guru mampu dalam merancang,
melaksanakan dan mengevaluasi pengajarannya.
Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan
sebagai berikut “serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru
37. 52
dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor
(Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna
meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar.
Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih
menekankan pada “pembinaan profesional guru“, maka pembinaan
lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan profesional guru. Supervisi dapat kita artikan sebagai
pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala
sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran
supervisi diartikan pula pembinaan guru.
2) Karakteristik Supervisi Pengajaran
Di abad sekarang ini, yaitu era globalisasi dimana semuanya
serba digital, akses informasi sangat cepat dan persaingan hidup
semakin ketat, semua bangsa berusaha untuk meningkatkan sumber
daya manusia. Hanya manusia yang mempunyai sumber daya unggul
dapat bersaing dan mempertahankan diri dari dampak persaingan
global yang ketat. Termasuk sumber daya pendidikan. Yang termasuk
dalam sumber daya pendidikan yaitu ketenagaan, dana dan sarana dan
prasarana.
Guru merupakan pelaku yang menentukan tujuan pengajaran. Dalam
UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab II, Pasal 39 ayat 2 di jelaskan bahwa
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
38. 53
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat.
Sahertian mengemukakan ada dua metafora untuk
menggambarkan pentingnya pengembangan sumber daya guru.
Pertama, jabatan guru diumpamakan dengan sumber air. Sebagai
sumber air, maka ia harus terus menerus bertambah, sehingga sungai
itu dapat mengalirkan air terus-menerus dan tidak pernah asat (kering).
Sebab, bila tidak dilakukan demikian, maka sumber air itu lama
kelamaan akan habis dan kering. Demikianlah bila seorang guru tidak
pernah membaca informasi yang baru, tidak menambah ilmu
pengetahuan tentang apa yang diajarkan, maka ia tidak mungkin
memberi ilmu dan pengetahuan dengan cara yang lebih menyegarkan
kepada peserta didik. Kedua, jabatan guru diumpamakan dengan
sebatang pohon buah-buahan. Pohon itu tidak akan berbuah lebat, bila
akar induk pohon tidak menyerap zat-zat makanan yang berguna bagi
pertumbuhan pohon itu. Begitu juga dengan jabatan guru yang perlu
bertumbuh dan berkembang. Baik itu pertumbuhan pribadi guru
maupun pertumbuhan profesi guru. Setiap guru perlu menyadari
bahwa pertumbuhan dan pengembangan profesi merupakan suatu
keharusan untuk menghasilkan output pendidikan berkualitas.
Itulah sebabnya guru perlu belajar terus menerus, membaca informasi
terbaru dan mengembangkan ide-ide kreatif dalam pembelajaran agar
suasana belajar mengajar menggairahkan dan menyenangkan baik bagi
39. 54
guru apalagi bagi peserta didik.Peningkatan sumber daya guru bisa
dilaksanakan dengan bantuan supervisor, yaitu orang ataupun instansi
yang melaksanakan kegiatan supervisi terhadap guru. Perlunya
bantuan supervisi terhadap guru berakar mendalam dalam kehidupan
masyarakat.
Menurut Swearingen, seperti yang dikutip Sahertian, mengungkapkan
latar belakang perlunya supervisi berakar mendalam dalam kebutuhan
masyarakat dengan latar belakang sebagai berikut:
a. Latar belakang Kultural. Pendidikan berakar dari budaya arif lokal
setempat. Sejak dini pengalaman belajar dan kegiatan belajar-
mengajar harus diangkat dari isi kebudayaan yang hidup di
masyarakat itu. Sekolah bertugas untuk mengkoordinasi semua
usaha dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang
dicita-citakan.
b. Latar belakang filosofis. Suatu sistem pendidikan yang berhasil
guna dan berdaya guna bila ia berakar mendalam pada nilai-nilai
filosofis pandangan hidup suatu bangsa.
c. Latar belakang psikologis. Secara psikologis supervisi itu berakar
mendalam pada pengalaman manusia. Tugas supervisi ialah
menciptakan suasana sekolah yang penuh kehangatan sehingga
setiap orang dapat menjadi dirinya sendiri.
d. Latar belakang sosial. Seorang supervisor dalam melakukan
tanggung jawabnya harus mampu mengembangkan potensi
40. 55
kreativitas dari orang yang dibina melalui cara mengikutsertakan
orang lain untuk berpartisipasi bersama. Supervisi harus bersumber
pada kondisi masyarakat.
e. Latar belakang sosiologis. Secara sosiologis perubahan masyarakat
punya dampak terhadap tata nilai. Supervisor bertugas menukar ide
dan pengalaman tentang mensikapi perubahan tata nilai dalam
masyarakat secara arif dan bijaksana.
f. Latar belakang pertumbuhan jabatan. Supervisi bertugas
memelihara, merawat dan menstimulasi pertumbuhan jabatan guru.
Diharapkan guru menjadi semakin professional dalam mengemban
amanat jabatannya dan dapat meningkatkan posisi tawar guru di
masyarakat dan pemerintah, bahwa guru punya peranan utama
dalam pembentukan harkat dan martabat manusia. Permasalahan
yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan
pendidikan adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang
bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan
kreatif, yaitu sikap yang menciptakan situasi dan relasi di mana
guru-guru merasa aman dan diterima sebagai subjek yang dapat
berkembang sendiri. Untuk itu, supervisi harus dilaksanakan
berdasarkan data, fakta yang objektif.
Menurut Supandi, ada dua hal yang mendasari pentingnya
supervisi dalam proses pengajaran. Pertama, perkembangan
kurikulum merupakan gejala kemajuan pendidikan. Perkembangan
41. 56
tersebut sering menimbulkan perubahan struktur maupun fungsi
kurikulum. Pelaksanaan kurikulum tersebut memerlukan
penyesuaian yang terus-menerus dengan keadaan nyata di
lapangan. Hal ini berarti bahwa guru-guru senantiasa harus
berusaha mengembangkan kreativitasnya agar daya upaya
pendidikan berdasarkan kurikulum dapat terlaksana secara baik.
Namun demikian, upaya tersebut tidak selamanya berjalan mulus.
Banyak hal sering menghambat, yaitu tidak lengkapnya informasi
yang diterima, keadaan sekolah yang tidak sesuai dengan tuntutan
kurikulum, masyarakat yang tidak mau membantu, keterampilan
menerapkan metode yang masih harus ditingkatkan dan bahkan
proses memecahkan masalah belum terkuasai. Dengan demikian,
guru dan Kepala Sekolah yang melaksanakan kebijakan pendidikan
di tingkat paling mendasar memerlukan bantuan-bantuan khusus
dalam memenuhi tuntutan pengembangan pendidikan, khususnya
pengembangan kurikulum. Kedua, pengembangan personel
senantiasa dilakukan guna meningkatkan upaya yang terus-
menerus dalam suatu organisasi. Pengembangan personal dapat
dilaksanakan secara formal dan informal. Pengembangan formal
menjadi tanggung jawab lembaga yang bersangkutan melalui
penataran, tugas belajar, lokakarya dan sejenisnya. Sedangkan
pengembangan informal merupakan tanggung jawab pegawai
sendiri dan dilaksanakan secara mandiri atau bersama dengan
42. 57
rekan kerjanya, melalui berbagai kegiatan seperti kegiatan ilmiah,
latihan suatu metode mengajar, dan lain sebagainya. Kegiatan
supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan
dalam penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan
supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah
dalam memberikan pembinaan kepada guru. Hal tersebut karena
proses belajar-mengajar yang dilaksakan guru merupakan inti dari
proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai
pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan
suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu
kegiatan supervisi dipandang perlu untuk memperbaiki kinerja
guru dalam proses pembelajaran.
Secara umum ada dua kegiatan yang termasuk dalam kategori
supevisi pengajaran, yakni: pertama, supervisi yang dilakukan oleh
Kepala Sekolah kepada guru-guru. Secara rutin dan terjadwal
Kepala Sekolah melaksanakan kegiatan supervisi kepada guru-guru
dengan harapan agar guru mampu memperbaiki proses
pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam prosesnya, kepala sekolah
memantau secara langsung ketika guru sedang mengajar. Guru
mendesain kegiatan pembelajaran dalam bentuk rencana
pembelajaran kemudian kepala sekolah mengamati proses
43. 58
pembelajaran yang dilakukan guru. Saat kegiatan supervisi
berlangsung, kepala sekolah menggunakan lembar observasi yang
sudah dibakukan, yakni Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG).
APKG terdiri atas APKG 1 (untuk menilai Rencana Pembelajaran
yang dibuat guru) dan APKG 2 (untuk menilai pelaksanaan proses
pembelajaran) yang dilakukan guru.
Kedua, supervisi yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah kepada
Kepala Sekolah dan guru-guru untuk meningkatkan kinerja.
Kegiatan supervisi ini dilakukan oleh Pengawas Sekolah yang
bertugas di suatu Gugus Sekolah. Gugus Sekolah adalah gabungan
dari beberapa sekolah terdekat, biasanya terdiri atas 5-8 Sekolah.
Hal-hal yang diamati pengawas sekolah ketika melakukan kegiatan
supervisi untuk memantau kinerja kepala sekolah, di antaranya
administrasi sekolah, meliputi:
a. Bidang Akademik, mencakup kegiatan: 1) menyusun program
tahunan dan semester, 2) mengatur jadwal pelajaran, 3)
mengatur pelaksanaan penyusunan model satuan pembelajaran,
4) menentukan norma kenaikan kelas, 5) menentukan norma
penilaian, 6) mengatur pelaksanaan evaluasi belajar, 7)
meningkatkan perbaikan mengajar, 8) mengatur kegiatan kelas
apabila guru tidak hadir, dan 9) mengatur disiplin dan tata
tertib kelas.
44. 59
b. Bidang Kesiswaan, mencakup kegiatan: 1) mengatur
pelaksanaan penerimaan siswa baru berdasarkan peraturan
penerimaan siswa baru, 2) mengelola layanan bimbingan dan
konseling, 3) mencatat kehadiran dan ketidakhadiran siswa, dan
4) mengatur dan mengelola kegiatan ekstra kurikuler.
c. Bidang Personalia, mencakup kegiatan: 1) mengatur pembagian
tugas guru, 2) mengajukan kenaikan pangkat, gaji, dan mutasi
guru, 3) mengatur program kesejahteraan guru, 4) mencatat
kehadiran dan ketidakhadiran guru, dan 5) mencatat masalah
atau keluhan-keluhan guru.
d. Bidang Keuangan, mencakup kegiatan: 1) menyiapkan rencana
anggaran dan belanja sekolah, 2) mencari sumber dana untuk
kegiatan sekolah, 3) mengalokasikan dana untuk kegiatan
sekolah, dan 4) mempertang-gungjawabkan keuangan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
e. Bidang Sarana dan Prasarana, mencakup kegiatan: 1) penyediaan
dan seleksi buku pegangan guru, 2) layanan perpustakaan dan
laboratorium, 3) penggunaan alat peraga, 4) kebersihan dan
keindahan lingkungan sekolah, 5) keindahan dan kebersihan
kelas, dan 6) perbaikan kelengkapan kelas.
f. Bidang Hubungan Masyarakat, mencakup kegiatan: 1) kerjasama
sekolah dengan orangtua siswa, 2) kerjasama sekolah dengan
Komite Sekolah, 3) kerjasama sekolah dengan lembaga-
45. 60
lembaga terkait, dan 4) kerjasama sekolah dengan masyarakat
sekitar.
Sedangkan ketika mensupervisi guru, hal-hal yang dipantau
pengawas juga terkait dengan administrasi pembelajaran yang
harus dikerjakan guru, diantaranya: penggunaan program
semester, penggunaan rencana pembelajaran, penyusunan
rencana harian, program dan pelaksanaan evaluasi, kumpulan
soal, buku pekerjaan siswa, Buku daftar nilai, buku analisis
hasil evaluasii. Buku program perbaikan dan pengayaan, buku
program Bimbingan dan Konseling, Buku pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler
3) Rasional Supervisi Pengajaran
Dewasa ini, setiap pekerjaan menuntut adanya sikap
profesional. Apalagi profesi guru yang sehari-hari menangani
makhluk hidup yang berupa anak-anak atau siswa dengan berbagai
karakteristik yang berbeda. Pekerjaaan guru menjadi lebih berat
tatkala menyangkut peningkatan kemampuan anak didiknya,
sedangkan kemampuan dirinya mengalami stagnasi. Guru yang
profesional adalah mereka yang memiliki kemampuan profesional
dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik. Studi yang
dilakukan oleh Ace Suryani menunjukkan bahwa Guru yang
bermutu dapat diukur dengan lima indikator, yaitu: pertama,
kemampuan profesional (professional capacity), sebagaimana
46. 61
terukur dari ijazah, jenjang pendidikan, jabatan dan golongan, serta
pelatihan. Kedua, upaya profesional (professional efforts),
sebagaimana terukur dari kegiatan mengajar, pengabdian dan
penelitian. Ketiga, waktu yang dicurahkan untuk kegiatan
profesional (teacher's time), sebagaimana terukur dari masa
jabatan, pengalaman mengajar serta lainnya. Keempat, kesesuaian
antara keahlian dan pekerjaannya (link and match), sebagaimana
terukur dari mata pelajaran yang diampu, apakah telah sesuai
dengan spesialisasinya atau tidak, serta kelima, tingkat
kesejahteraan (prosperiousity) sebagaimana terukur dari upah,
honor atau penghasilan rutinnya. Tingkat kesejahteraan yang
rendah bisa mendorong seorang pendidik untuk melakukan kerja
sambilan, dan bilamana kerja sambilan ini sukses, bisa jadi profesi
mengajarnya berubah menjadi sambilan. Guru profesional memiliki
pengalaman mengajar, kapasitas intelektual, moral, keimanan,
ketaqwaan, disiplin, tanggungjawab, wawasan kependidikan yang
luas, kemampuan manajerial, trampil, kreatif, memiliki
keterbukaan profesional dalam memahami potensi, karakteristik
dan masalah perkembangan peserta didik, mampu mengembangkan
rencana studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan
meneliti dan mengembangkan kurikulum.
Akhir-akhir ini banyak guru, dengan berbagai alasan dan latar
belakangnya menjadi sangat sibuk sehingga mereka tidak dapat
47. 62
fokus mencapai tujuan pengajaran. Seringkali kesejahteraan yang
kurang atau gaji yang rendah menjadi alasan bagi sebagian guru
untuk menyepelekan tugas utamanya. Implikasinya adalah banyak
kegiatan pengajaran yang tidak sesuai dengan tujuan umum
pengajaran, kebutuhan siswa, dan tujuan sekolah. Guru memasuki
kelas tidak mengetahui tujuan yang pasti, yang penting demi
menggugurkan kewajiban. Idealisme menjadi luntur ketika yang
dihadapi ternyata masih anak-anak dan kalah dalam pengalaman.
Banyak guru enggan meningkatkan kualitas pribadinya dengan
kebiasaan membaca untuk memperluas wawasan. Jarang pula yang
secara rutin pergi ke perpustakaan untuk melihat perkembangan
ilmu pengetahuan. Kebiasaan membeli buku menjadi suatu
kebiasaan yang mustahil dilakukan karena guru sudah merasa puas
mengajar dengan menggunakan LKS (Lembar Kegiatan Siswa)
yang berupa soal serta sedikit ringkasan materi. Dapat dilihat daftar
pengunjung di perpustakaan sekolah maupun di perpustakaan
umum, jarang sekali guru memberi contoh untuk mengunjungi
perpustakaan secara rutin.
Jurnal terkemuka manajemen pendidikan, Educational Leadership
pernah menurunkan laporan mengenai tuntutan guru professional.
Menurut Jurnal tersebut, untuk menjadi professional, seorang guru
dituntut memiliki lima hal, yakni: 1) Guru mempunyai komitmen
pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen
48. 63
tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya. 2) Guru
menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan
serta cara mengajarkannya kepada siswa. Bagi guru, hal ini
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. 3) Guru
bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai
teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa
sampai tes hasil belajar. 4) Guru mampu berpikir sistematis tentang
apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Artinya,
harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan
koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar
dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan salah, serta
baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa. 5) guru
seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya, misalnya PGRI dan organisasi profesi
lainnya.
Dalam konteks yang aplikatif, dengan adanya supervisi
pengajaran diharapkan para guru menguasai sepuluh kompetensi
sebagai berikut:
1) Menguasai bahan, meliputi: a) menguasai bahan bidang studi
(standar kompetensi dan kompetensi dasar seperti digariskan
dalam kurikulum, b) menguasai bahan pengayaan/penunjang
bidang studi atau pengembangan bahan ajar yang lebih luas.
49. 64
2) Mengelola program belajar-mengajar, meliputi: a) merumuskan
tujuan pembelajaran, b) mengenal dan menggunakan prosedur
pembelajaran yang tepat, c) melaksanakan program belajar-
mengajar, d) mengenal kemampuan anak didik.
3) Mengelola kelas, meliputi: a) mengatur tata ruang kelas untuk
pelajaran, b) menciptakan iklim belajar-mengajar yang serasi.
4) Penggunaan media atau sumber, meliputi: a) mengenal,
memilih dan menggunakan media, b) membuat alat bantu yang
sederhana, c) menggunakan perpustakaan dalam proses belajar-
mengajar, d) menggunakan micro teaching untuk unit program
pengenalan lapangan.
5) Menguasai landasan-landasan pendidikan yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan pengajaran.
6) Mengelola interaksi-interaksi belajar-mengajar yang dapat
menyentuh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
7) Dapat mengevaluasi hasil belajar dan pengajaran yang menjadi
bahan pertimbangan untuk membenahi kepentingan pelajaran
selanjutnya.
8) Mengenal fungsi layanan bimbingan dan konseling di sekolah,
meliputi: a) mengenal fungsi dan layanan program bimbingan
dan konseling, b) menyelenggarakan layanan bimbingan dan
konseling.
50. 65
9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
10) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran.
Alasan rasional mengapa supervisi itu penting adalah
untuk perbaikan pengajaran/pembelajaran. Adapun untuk
mendukung proses pembelajaran yang bermutu ditentukan oleh
berbagai unsur dinamis yang akan ada di dalam sekolah dan
lingkungannya sebagai suatu kesatuan sistem. Menurut Townsend
dan Butterworth, ada sepuluh faktor penentu terwujudnya proses
pembelajaran yang bermutu, yakni:
1) keefektifan kepemimpinan kepala sekolah
2) partisipasi dan rasa tanggung jawab guru dan staf,
3) proses belajar-mengajar yang efektif,
4) pengembangan staf yang terpogram,
5) kurikulum yang relevan,
6) memiliki visi dan misi yang jelas,
7) iklim sekolah yang kondusif,
8) penilaian diri terhadap kekuatan dan kelemahan,
9) komunikasi efektif baik internal maupun eksternal, dan
10) keterlibatan orang tua dan masyarakat secara instrinsik.
Melalui supervisi pengajaran, maka peran guru secara
lebih luas, didorong untuk meningkatkan mutu dan makna sebagai
51. 66
suatu kadar proses dan hasil pendidikan secara keseluruhan yang
ditetapkan sesuai dengan pendekatan dan kriteria tertentu.
Dalam konteks pengajaran, seorang guru menentukan
mulai dari input, proses, dan output. Input pengajaran adalah segala
sesuatu sumber dan bahan ajar yang tersedia untuk berlangsungnya
proses pengajaran. Proses pengajaran merupakan transformasi
sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran dengan
mengintegrasikan input sehingga mampu menciptakan situasi
pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu
mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu
memberdayakan peserta didik. Output pengajaran adalah kinerja
guru yang dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya,
produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya melalui prestasi hasil
belajar siswa.
Makna positif lain yang dapat dipetik dari supervisi adalah
mengurangi beban guru. Fullan & Stiegerbauer dalam "The New
Meaning of Educational Change" mencatat bahwa setiap tahun
banyak guru yang berurusan dengan banyak problem yang hal itu
menjasi sumber stres bagi mereka. Mungkin tak aneh bila
dilaporkan banyak guru mengalami stres dan jenuh. Dengan
dukungan supervisi, maka guru dapat dibantu untuk memecahkan
serangkaian problema yang mereka derita itu. Sehingga dengan
demikian mereka dapat terkurangi bebannya.
52. 67
Supervisi juga menjadi pertukaran pengalaman dan transfer
pengetahuan baru. Supriadi mengatakan: "orang yang mendalami
teori difusi inovasi akan segera tahu bahwa setiap perubahan atau
inovasi dalam bidang apa pun, termasuk dalam pengajaran,
memerlukan tahap-tahap yang dirancang dengan benar sejak ide
dikembangkan hingga dilaksanakan". Sejak awal, supervisi harus
di sesuaikan dengan sebuah kondisi yang perlu diperhitungkan,
mulai substansi sampai kondisi-kondisi lokal tempat institusi itu
diimplementasikan. Intinya, supervisi merupakan cara untuk
melakukan suatu perubahan yang mendasar, melibatkan banyak
pihak, dan dengan skala yang luas akan selalu memerlukan pikiran,
tenaga dan waktu. Supervisi dijalankan berdasarkan kriteria yang
jelas, terukur dan realistik dalam sasarannya, dan dirasakan
manfaatnya oleh pihak yang melaksanakannya.
Kepala sekolah sebagai supervisor harus memerhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut: 1) hubungan konsultatif, kolegial, bukan hirarkhis,
2) dilaksanakan secara demokratis, 3) berpusat pada guru, 4) dilakukan
berdasarkan kebutuhan tenaga guru, dan 5) merupakan bantuan
profesional.
Tugas kepala sekolah sebagai supervisor yaitu memberi masukan
kepada tenaga kependidikan yang masih dirasa perlu dibenahi, dibina dan
ditingkatkan kemampuan dan ketrampilannya. Tindakan ini untuk
53. 68
mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan
dan lebih berhati-hati melaksanakan pekerjaannya.
e. Sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader membutuhkan karakteristik khusus,
yaitu 1). memiliki kepribadian mantap, seperti (jujur, percaya diri,
tanggungjawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar,
emosi yang stabil dan teladan). 2) Memiliki keahlian dasar, seperti
(memahami kondisi tenaga kependidikan, tahu kondisi dan karakteristik
peserta didik, menyusun program pengambangan tenaga kependidikan,
menerima masukan, saran kritik dari pihak lain, dll.). 3) memiliki
pengalaman dan pengetahuan profesional, serta 4). Memiliki pengetahuan
administrasi dan pengawasan.
f. Sebagai Innovator
Sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki staregi yang
tepat untuk menjalin hubungan harmonis dengan lingkungan, mencari
gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan
kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan
model-model pembelajaran yang innovatif.
Kepala sekolah sebagai innovator akan tercermin bagaimana ia
melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif,
rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, adaptabeldan fleksibel.
Sebagai innovator juga harus mampu mencari, menemukan dan
lemaksanakan berbagai pembaruan di sekolah.
54. 69
g. Sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang
tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam
melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan
melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin,
dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber
belajar melalui pengembangan pusat sumber belajar (PSB).
h. Sebagai Administrator
Secara garis besar, peranan administrator sekolah dalam membawa
pembenahan kurikulum paling tidak mencakup tiga aspek penting, yaitu 1)
menilai kebutuhan pembenahan kurikulum, 2) merencanakan untuk
pembenahan kurikulum, dan 3) mengimplementasikan pembenahan
kurikulum.
Kepala sekolah harus banyak memberikan kontribusi terhadap
program kurikulum. Dia merupakan salah seorang yang memperhatikan
dengan segala aspek kehidupan sekolahnya. Perhatiannya terhadap
kesuksesan sekolah memberikan sebuah motivasi yang kuat dan sungguh-
sungguh demi upaya-upayanya untuk mendapatkan pembenahan
kurikulum. Dia lebih mampu daripada siapapun untuk menemukan
kebutuhan sekolahnya. Dia mengetahui kontribusi terbaik yang mampu
diberikan oleh anggota-anggota stafnya. Perhatiannya terhadap
perkembangan guru-gurunya mengharuskan bahwa dia bertanggung jawab
55. 70
untuk melakukan yang terbaik untuk mendapatkan perkembangan
tersebut–menjalankan kurikulum.
10. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan
Kepala sekolah adalah seseorang yang paling tinggi kedudukan di
suatu sekolah karena ia merupakan pemimpin bagi semua unsur yang ada
di lingkungan sekolah tersebut, dan merupakan teladan dan panutan bagi
guru yang merupakan pelaksana pendidikan, juga semua masyarakat
sekolah yang dipimpinnya. Melihat keadaan dan perkembangan dunia
tentunya merupakan suatu tantangan bagi seorang kepala sekolah dalam
menjalankan operasional tempat dia jadi “top leader”, bagaimanapun ia
harus menjadikan sekolah tersebut menjadi baik dari segi prestasi maupun
pengelolaannya. Menghasilkan siswa yang terbaik prestasi, budi pekerti
ataupun siswa yang mampu menjawab tantangan jaman dengan
pengetahuannya. Hal ini dimulai dari bagaimana pelaksanaan pendidikan
(guru) itu sendiri dikoordinasikan, digerakkan dan diupayakan untuk
menjadi ujung tombak dari kegiatannya, sehingga seorang kepala sekolah
memerlukan keahlian, strategi dan cara untuk dapat mengupayakan guru-
guru dibawahnya bisa melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik. Tugas
kepala sekolah secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu : tugas kepala
sekolah dibidang pengelolaan dan Tugas kepala sekolah dibidang
supervisi.
1. Tugas Kepala Sekolah dibidang Pengelolaan
a. Pengelolaan Pengajaran
56. 71
b. Pengelolaan Kepegawaian
c. Pengelolaan Kemuridan
d. Pengelolaan Gedung dan Halaman
e. Pengelolaan Keuangan
f. Pengelolaan Sekolah dan Hubungan Masyarakat
2. Tugas Kepala Sekolah dibidang supervisi
a. Membimbing guru-guru agar memehami secara jelas tujuan-tujuan
pendidikan pengajaran yang hendak dicapainya, dan hubungannya
dengan aktifitas pengajaran dengan tujuan-tujuan tersebut.
b. Membimbing guru untuk dapat memahami lebih jelas tentang
persoalan-persoalan dan kebutuhan murid-muridnya dan usaha apa
yang dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan tersebut.
c. Membantu guru agar mereka mampu memahami lebih jelas tentang
masalah-masalah dan kesukaran murid-muridnya.
d. Membantu guru untuk memperoleh kecakapan mengajar yang lebih
baik dengan menggunakan variasi-variasi pengajaran modern
sesuai dengan kurikulum dari bidang pelajaran masing-masing.
e. Menyelesaikan dan memberikan tugas yang sesuai dan cocok
dengan bidang keilmuan dan bakat masing-masing guru
f. Memberikan bimbingan yang bijaksana kepada guru-guru terutama
kepada guru-guru baru agar mereka dapat memasuki, memahami
dan menghayati suasana sekolah dan jabatan sebaik-baiknya.
57. 72
g. Menbantu guru untuk memahami sumber-sumber pengalaman
belajar bagi murid-murid di sekolah ditengah-tengah masyarakat
sehingga situasi belajar mengajar diperkaya karenanya.
B. Perspektif Islam Tentang Variabel Penelitian
Dalam pandangan Islam, kepemimpinan terkait dengan dua harapan atau
tuntutan sosial mendasar yang dikenakan kepada si pemimpin. Pertama,
kemampuan yang diperkirakan terdapat padanya untuk memimpin ke arah
tercapainya situasi yang diinginkan oleh komunitasnya. Kedua, Kemungkinan
bobot fungsinya dalam mempertahankan eksistensi komunitas . Dalam
konteks pemenuhan tuntutan sosial itu, pemimpin harus menyadari adanya
pertanggung jawaban transendental, yang menghendaki keterluluhan pribadi
dalam keharusan moral agama.19
Tanggung jawab atau prinsip akuntabilitas kepemimpinan dalam Islam,
hendaknya diletakkan dalam tugas (muamalah) kehidupan dan pengabdian
(ibadah) setiap manusia sebagai kahlifah di bumi-Nya, Sebagaimana firman
Allah dalam Surat Al-A’raf ayat 129 sebagai berikut;
ۡمُ
كَّ
وُ
دَ
ع َ
كِل ۡهُي َنأ ۡمُ
كُّبَ
ر ٰ
ىَ
سَ
ع َ
الَق
ۚ
اَنَت
ۡ
ئ ِ
ج اَ
م ِ
دۡعَب ۢنِ
مَ
و اَنَيِت
ۡ
أَت َنأ ِ
لۡبَق نِ
م اَينِ
ُوذأ ْآ
وُلاَق
َ
نوُلَ
مۡعَت َ
فۡيَ
ك َ
رُظنَيَف ِ
ضۡ
َر
ۡ
ٱۡل يِف ۡمُ
كَ
فِل ۡخَت ۡسَيَ
و
٩٢١
Kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas (oleh Fir´aun) sebelum kamu
datang kepada kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab: "Mudah-
19
Abdullah, Taqufiq, “Pola Kepemimpinan Islam di Indonesia” (Jakarta, Prisma, 6, 1982), 56.
58. 73
mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di
bumi(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu.20
Disbutkan juga dalam Qur’an surat Shad ayat 26 sebagai berikut :
ةَ
فيِلَ
خ َ
كَٰن
ۡ
لَ
عَ
ج اَّنِإ ُ
ۥدُ
اوَ
ٰدَي
ٗ
يِف
ٰ
ىَ
وَ
ه
ۡ
ٱل ِ
عِبَّتَت َ
َلَ
و ِ
قَ
ح
ۡ
ٱلِب ِ
َّاسنٱل َ
نۡيَب مُ
ك ۡٱحَف ِ
ضۡ
َر
ۡ
ٱۡل
ابَ
ذَ
ع ۡمُ
هَل ِ
هَّلٱل ِ
يلِبَ
س نَ
ع َ
نوُّلِ
ضَي َ
ينِ
ذَّلٱ َّ
نِإ ِۚ
هَّلٱل ِ
يلِبَ
س نَ
ع َ
كَّلِ
ضُيَف
ٗ
ۢ
ُ
يدِ
دَ
ش
اَ
مِب
ْاوُ
سَن
َمۡ
وَي
ِ
ابَ
سِ
ح
ۡ
ٱل
٢٢
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka
bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari
jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan
mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.21
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan dalam perspektif Islam
adalah suatu kegiatan atau kemampuan orang lain untuk mengarahkan dan
memotivasi tingkah laku orang lain, serta ada usaha kerja sama yang sesuai
dengan nilai-nilai Al-Qur’an dan Al-Hadits untuk mencapai tujuan yang
diinginkan bersama.
20
Al-Qur’an, 7: 129.
21
Al-Qur’an, 38: 26.
59. 74
C. Kerangka Teoritik
Pola perilaku yang selalu terlihat pada aktivitas seseorang berupaya
mempengaruhi aktivitas bawahannya adalah gaya kepemimpinan seseorang.
Kerangkan pemikiran konseptual yang mendasari penelitian ini adalah bahwa
kinerja guru di MA Ummul Quro Kropak Bantaran Probolinggo .merupakan
kegiatan yang dianggap penting, baik guru itu sendiri ataupun lembaga
pendidikannya. Dengan cara kerja yang professional para guru diharapkan
nantinya akan menghasilkan siswa-siwa yang berprestasi tinggi, sehingga
dengan sendirinya lembaga pendidikan akan berkembang. Jadi adanya
profesiolisme guru di MA Ummul Quro Kropak Bantaran Probolinggo . akan
menghasilkan prestasi kerja dengan meningkatkan mutu siswa dalam arti
prestasi dan moralitasnya. Dalam kaitannya meningkatkan profesiolisme guru
akan sulit terjadi jika peranan kepala sekolah dalam memimpin lembaga
pendidikannya tidak nmelaksanakan tugasnya dengan baik. Maka peranan
kepala sekolah dalam memimpin guru untuk meningkatkan profesiolismenya
sangat diperlukan, bagaimana upaya kepala sekolah untuk meningkatkan
profesionalisme dengan cara kepemimpinannya. Dengan demikian kerangka
konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :