SlideShare a Scribd company logo
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Kepeminpinan
Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh
individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada
individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk
mencapai tujuan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.1
Dengan kata
lain, dalam proses kepemimpinan itu, ditemukan ada fungsi pemimpin
yang memberi pengaruh, ada pengikut (anggota) yang menerima pengaruh
dan ada aktivitas dan ada suatu situasi di mana kepemimpinan tersebut
berlangsung.
Kepeminpinan yang dimaksud dalam tesis ini adalah kepemimpinan
kepala sekolah/madrasah sebagai pengelola bidang pendidikan yang ada
dalam tanggung jawabnya. Sehingga kajian kepemimpinan yang ada
dalam tesis ini sangat erat hubungannya dengan administrasi dan
manajerial lembaga pendidikan.
2. Perinsip Dalam Pola Kepemimpinan
a. Prinsip Manajerial
1
Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan, (Bandung,Alfabeta,2012),6.
17
Agar pengelolaan Madrasah dapat mencapai tujuan secara efektif dan
efisien, maka kepala sekolah/madrasah harus melaksanakan fungsi
fungsi manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pemberian motivasi, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan inovasi.
Dalam melaksanakan fung-fungsi menejerial tersebut, kepala
sekolah/madrasah perlu memperhatikan dan berupaya
mengikuti/menerapkan perinsip-prinsip manajemen
b. Prinsip Pembagian Kerja
Pekerjaan dan tugas baik yang bersifat administrative maupun
kependidikan harus dibagi sampai habis secara professional, sesuai
kedudukan, fungsi dan tugas masing-masing personal sekolah.
c. Prinsip Pendelegasian Kewenangan dan Tugas
Pemberian tugas kepada setiap guru harus diberengi dengan pemberian
wewenang kepada yang bersangkutan. Tugas tersebut hendaknya
seimbang dengan wewenangnya.
d. Prinsip Kesatuan Perintah
Pemberian perintah dari kepala sekolah/madrasah kepada staf yang
dipimpinnya harus jelas dan konsisten, tidak menimbulkan tafsiran
yang bermacam-macam serta tidak berubah-ubah secara rasional yang
benar dan jelas. Agar kesatuan perintah ini terjadi, maka kepala
sekolah/madrasah dalam memberikan perintahnya harus berdasarkan
18
struktur organisasi sekolah/madrasah yang telah di susun berdasarkan
pedoman dari pemberi perintah dan kesepakatan bersama.
e. Prinsip Kesatuan Kerja
Kegiatan-kegiatan administratif dan kependidikan di
Sekolah/Madrasah baik yang bersifat kurikuler maupun ekstra
kurikuler harus beroientasi dan bermuarah yang sama, yaitu
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan di Sekolah/Madrasah secara
lebih efektif dan efisien.
Agar kesatuan kerak langkah ini tercapai sebagaimana mestinya, maka
maka kepala sekolah/madrasah perlu berupaya menyatukan konsep
khususnya bagi para guru dalam pengembangan kurikuler maupun
ekstra kurikuler dan berbagai perangkat perlengkapannya yang berlaku
di Sekolah/Madrasah. Untuk itu kepala sekolah/madrasah perlu
melakukan musyawarah dan koordinasi yang baik dengan guru.
f. Prinsip Disiplin
Kepala sekolah/madrasah harus disiplin dalam menjalankan
keputusan-keputusan perintah mengenai pembinaan sekolah/madrasah
maupun keputusan-keputusan yang dilahirkan bersama para guru
melalui musyawarah, bahkan iapun harus disiplin dalam menjalankan
tugasnya sehari-hari. Disamping itu kepala sekolah/madrasah harus
berupaya menegakkan kedisiplinan personalianya, khususnya para
19
guru dalam menjalankan kegiatan dan tugasnya sehari-hari sebagai
pengajar sekaligus sebagai pendidik di sekolah/madrasah.
g. Prinsip Mendahulukan Kepentingan Sekolah daripada
Kepentingan Individu
Kepala sekolah/madrasah harus menjadi contoh atau teladan serta
menumbuhkan pandangan, kesadaran dan sikap mengutamakan
kepentingan sekolah/madrasah daripada kepentingan pribadi. Dengan
demikian dalam bidang kegiatan apapun yang menjadi sasaran
menejemen sekolah/madrasah, yang harus dijunjung tinggi atau
didahulukan adalah kepentingan sekolah/madrasah.
h. Prinsip Penghargaan dan Sanksi
Pada dasarnya guru memiliki kebutuhan akan pengetahuan,
kemampuan, prestasi, pengakuan, penghargaan dan penghormatan dari
lingkungan sosialnya. Kebutuan-kebutuhan demikian perlu diupayakan
pemenuhannya oleh Kepala Sekolah/Madrasah agar para guru lebih
termotivasi untuk melaksanakan fungsi, tugas dan kegiatannya secara
lebih efektif, efisien, dan kreatif. Dalam hal ini Kepala
Sekolah/Madrasah perlu memberikan pengakuan, pujian, penghargaan,
penghormatan, hadiah atas prestasi atau dedikasi dan bahkan sanksi
hukuman kepada guru yang melakukan pelanggaran, sebatas
kewajaran.
i. Prinsip Inisiatif
20
Kepala Sekolah/Madrasah harus berupaya menciptakan iklim kerja
yang memungkinkan tumbuhnya inisiatif dari guru. Inisiatif yang perlu
ditumbuhkan tersebut adalah inisiatif yang bermanfaat atau bermakna,
realisis dan berorientasi pada pembaharuan.
j. Prinsip Efektifitas dan Efesiensi
Pengelolaan Sekolah/Madrasah harus diupayakan agar dapat mencapai
tujuan seoptimal mingkin, sesuai dengan standar pencapaian yang
diharapkan oleh semua pohak. Disamping itu harus diusahakan oleh
kepala sekolah agar upaya tersebut menggunakan sumber daya (antara
lain dana, sarana prasarana, tenaga dan waktu0 seminimal mungkin.
k. Prinsip Keterpaduan
agar pengelolaan sekolah/madrasah dapat berlangsung secara efektif
dan efisien, kepala sekolah/madrasah perlu memandang dan
mengelolah pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah/madrasah
yang dipimpinnya sebagai suatu sistem yang terorganisasi, yang terdiri
dari komponen-komponen pendidikan yang saling bergantung dan
mendukung, kearah tercapainya tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
Setelah melalui beberapa proses tahapan pendidikan, diharapkan siswa
sebagai masukan dasar dapat mimiliki ragam dan tingkat pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang sesuai dengan tujuan pendidikan
yang ada di sekolah/madrasah.
21
3. Prinsip Kepemimpinan (Leadership)
Inti manajemen (pengelolaan) adalah kepemimpina. Oleh sebab
itu dalam mengelola sekolah/madrasah, kepala sekolah/madrasah perlu
memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan.
a. Prinsip Demokratis
Dalam menjalankan kepemimpinannya, kepala sekolah/madrasah,
hendaknya bersikap dan bertindak demokratis, mengutamakan
musyawarah untuk mufakat, meskipun suatu saat ia dapat pula
menjalankan kepemimpinan situasional (dasar sikap dan tindakan
kepemimpinan yang berdasarkan situasi).
b. Prinsip Kekeluargaan
Sebagai pemimpin, kepala sekolah/madrasah perlu menciptakan dan
membina situasi hubungan social yang akrab dan harmonis dalam
lingkungan kerjanya, yang didasari oleh semangat kekeluargaan.
c. Prinsip Kesederhanaan dan kemandirian
Wahjosumidjo mengatakan “Dalam menjalankan kepemimpinan
pendidikan, kepala sekolah/madrasah perlu memberikan keteladanan sikap
dan tingkah laku yang menunjukkan kesederhanaan dan kemandirian
kepada para guru, agar sikap dan tingkah lakunya yang demikian itu
mengimbas/menular kepada para siswanya.” Kedua sikap tersebut juga
perlu ia tunjukkan dalam pengelolaan sumber daya yang terbatas baik
22
kualitas maupun kuantitasnya, sehingga akan dapat membentu mengatasi
keterbatasan kemampuan sekolah yang disiplin.2
4. Penegertian dan Gaya Kepemimpinan
Konsep kepemimpinan sangat beragam yang diberikan oleh para
ahli, baik formal maupun non formal. Dari sekian konsep pada dasarnya
kepemimpinan dapat dilihat dari berbagai sedut pandang (Point of View)
sebagai kerangka pikirannya. Team pembina penatar dan badan penataran
Pegawai Negeri Republik Indonesia merumuskan bahwa kepemimpian
yang berdasarkan Pancasila, yaitu kepemimpinan yang memiliki jiwa
Pancasila, yang memiliki wibawa dan daya mampu untuk membawa serta
dan memimpin masyakat lingkungannya ke dalam kesadaran kehidupan
kemasyarakatan dan kenegaraan berdasarkan Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945. Sebagaimana Joewono mendefinisikan kepemimpinan
sebagai suatu cara dan metode seseorang yang dapat mempengaruhi orang
lain sedemikian rupa, sehingga orang tersebut dengan sadar mengikuti dan
mematuhi segala kehendaknya.3
Sedangkan Indah Kusuma Dewi
mengatakan bahwa kepemimpinan adalah ketrampilan, kemampuan dan
tindakan yang dikerjakan oleh individu untuk memberikan pengaruh bagi
manusia atau kelompok manusia pada wadah yang terkoordinasi, dengan
2
Merigustina, “Peran Kepala Madrasah Sebagai Suprvisor Dalam Pengembangan Potensi
Pedagogik Guru,” Tesis M.Pd, Lampung,: Univrsitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, (2017),
57.
3
Joewono, “Peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan efektivitas kerja guru
dan pegawai di sekolah dasar negeri 015 Samarinda,” eJournal Administrasi Negara 1(1), (
2013), 70-84.
23
maksud untuk mencapai satu atau lebih tujuan yang telah ditentukan
bersama melalui prilaku atau tindakan positif.4
Kepemimpinan hakekatnya merupakan ilmu, seni seseorang untuk
mempengaruhi atau membimbing orang lain dalam mencapai tujuan
dengan cara tertentu, sehingga orang lain taat, loyal kepadanya. Dan gaya
merupakan model yang menjadi karakter kepemimpinan seseorang dalam
mengambil kebijakan dan langkah-langkah strategis lainnya. Keberhasilan
atau kegagalan suatu organisasi dalam mencapai suatu tujuan sangat
ditentukan oleh kapasistas, integritas dan akuntabilitas gaya
kepemimpinan seseorang. Sebagaimana dikemukakan oleh James A.F
Stoner5
kepemimpinan manejerial adalah suatu proses pengarahan dan
pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota
yang saling berhubungan tugasnya. Ada tiga implikasi penting dari definisi
itu, yaitu menyangkut orang lain (bawahan/pengikut), menyangkut
pembagian kekuasaan, memberi pengarahan kepada bawahannya. Berarti
keberhasilan seseorang melaksanakan tugas kepemimpinan ditentukan
oeleh ketrampilan, keahlian dan gaya seseorang untuk menggerakkan
orang lain agar bekerjasama dengan baik untuk mencapai tujuan yang
ditentukan.
4
Indah Kusuma Dewi, Nilai-nilai Proftik dalam Kepemimpinan Modern pada Manajemen Kerja,
https://books.google.co.id/books?id=vWScDwAAQBAJ&lpg=PR1&dq=inauthor%3A%22Dr.%20
Indah%20Kusuma%20Dewi%2C%20M.Pd.I%22&hl=id&pg=PA13#v=onepage&q&f=false,
diakses tanggal 1 Februari 2019.
5
Muh. Hizbul Muflihin, “Kepemimpinan Pendidikan: Tinjauan terhadap Teori Sifat dan Tingkah
laku,” INSANIA,13(Januari-April,2008), 1.
24
Secara umum kepemimpinan mengandung unsure, elemen
tentang proses mempengaruhi orang lain, sebaliknya orang lain bersedia
mengikutinya, adanya tujuan tertentu dan menggunakan gaya atau cara-
cara tertentu. Sehingga kepemimpinan itu sangat bervariatif yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungannya. Namun demikian
faktor-faktor kewibawaan, konsistensi tercermin dalam sikap perilaku dan
tindakan seseorang dalam menghadapi masalah, tantangan perubahan
dalam menciptakan suasana yang serasi selaras dan seimbang dan
menumbuhkan daya kekuatan dan kemampuan untuk mencapai suatu
tujuan organisasi.
5. Pendekatan-Pendekatan Kepemimpinan
Pendekatan kepemimpian dapat dilihat dari kesifatan, perilaku,
dan situsional Contingency. Pendekatan pertama memandang
kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat (Traits) yang tampak,
pendekatan kedua mengidentifikasikan perilaku-perilaku (Behaviors)
pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan Efektif, dan pendekatan
ketiga dengan pandangan situasional dinyatakan bahwa situasi yang
menentukan efektifitas kepemimpinan bervariasi antara situasi, tugas,
ketrampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi,
pengalaman masa lalu.6
Nabi Muhammad SAW, memberikan keteladanan dalam
kepemimpinannya dengan watak dan gayanya yang jujur dan benar
6
Priyono, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Sidoarjo: Zifatama Publiser,2014), 132
25
(Sidiq), dapat dipercaya penuh dengan tanggung-jawab (Amanah), mampu
menyampaikan, mengajar dan berpidato (Tablig), dan cerdas (Fatonah).
Diilhami oleh watak dan gaya kepemimpinan Nabi, timbul suasana asumsi
bahwa “Seseorang pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat” atau seseorang
itu dilahirkan membawa atau tidak membawa sifat-sifat yang diperlukan
bagi seorang pemimpin.
Dalam dimensi kepribadian bangsa Indonesia, kepemimpinan itu
secara konsisten dan konsekuen harus bersumber pada kepribadian bangsa
Indonesia dengan ciri-ciri sebagai berikut.
a. Antara pemimpin dengan yang dipimpin merupakan satu kesatuan
organisasi, yang dilandasi pengalaman dan rasa persaudaraan yang
tinggi.
b. Masing-masing yang terlibat dalam suatu sistem mempunyai
kedudukan dan fungsi masing-masing untuk mewujudkan tujuannya.
c. Mengedepankan musyawarah, yang diliputi semangat kekeluargaan
dengan koredor nilai toleransi, kooperatif dan kompromis.
d. Menjujung tinggi hak-hak minoritas, hak azasi manusia dalam dimensi
sosial-budaya, ekonomi dan politik.
Prinsip-prinsip lain sebagai panduan yang dijadikan sikap kepemimpinan,
yaitu :
1. Iman dan Taqwa, yaitu seorang pemimpin yang mendahulukan iman,
sedangkan ilmu digunakan sebagai ajaran Allah. Keseimbangan hablun
minallah dan hablun minannas merupakan koredornya.
26
2. Ing Ngarso Sung Tulodho, yaitu memberi contoh dalam segala
tindakan bagi pemimpin tingkat bawah (skill, knowhow).
3. Ing Madyo Mangun Karso, yaitu kemampuan untuk selalu
memberikan motivasi agar bawahannya selalu ingin berbuat yang
terbaik.
4. Tut Wuri Handayani, yaitu kemapuan selalu memberikan dorongan
agar bawahannya selalu berkeinginan untuk maju guna kepentingan
organisasinya maupun dirinya.
5. Waspodo Purbowaseso, yaitu jeli dalam memantau dan menilai
bawahannya yang salah diarahkan, yang benar dipuji, yang baik diberi
hadiah.
6. Ambeg Paramarta, yaitu seorang pemimpin harus mampu menentukan
yang perlu, yang bermanfaat, yang penting dan mampu menilai
manfaat serta pengaruhnya keatas, kesamping dan kebawah.
7. Prasojo, yaitu bertingkah laku secara wajar, baik fisik dan non fisik.
8. Satiyo, yaitu setia kepada tugas dan cita-cita, yang diperkuat dengan
disiplin.
9. Gemi Nastiti, yaitu menggunakan anggaran berdasarkan skala
prioritas.
10. Bloko, yaitu terbuka (open management) mengetahui mana yang
terbatas.
27
11. Legowo, yaitu bersikap ikhlas dalam menerima tugas, pengorbanan,
memberi termasuk menerima kritik dan alih jabatan (Dardji
Darmodihardjo, 1990 : 75).
Eungene Emerson Jennings dan Robert T Golembiewski7
membagi
sikap dan gaya kepemimpinan (leadershif style) sebagai berikut, Otokratis,
Paternalistis, Karismatis, Demokratis dan Milteristis. Ditinjau dari
pertumbuhannya terdapat tiga jenis pemimpin yaitu, Genetis, Sosialistis
dan Ekologis8
. Ada yang melihat gaya kepemimpinan dari perilaku
hubungan dengan bawahan yaitu gaya dengan orientasi tugas (task-
oriented) dan gaya dengan orientasi karyawan (employee-oriented).9
Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (task) mengarahkan dan
mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas
dilaksanakan sesuai yang diinginkan. Maksudnya lebih memperhatikan
pelaksanaan pekerjaan dari pada pengembangan dan pertumbuhan
karyawan. Sebaliknya gaya kepemimpinan yang berorientasi karyawan
(employee) mencoba untuk lebih berorientasi pada motivasi bawahan dari
pada mengawasinya. Mereka mendorong untuk melaksanakan tugas-tugas
dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-
hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota.
7
Eungene Emerson Jennings dan Robert T Golembiewski, “Analisis Tipe Kepemimpinan Aras
Tammauni di Kabupaten Mamuju Tengah,” Jurnal Analisis Kebijakan dan Pelayanan Publik,4,1
(Juni, 2018), 52.
8
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: CV. Rajawali,2004), 33.
9
Herdiyanti, Margono Setiawan dan Umar Nimran, “Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
kinerja dan kepuasan kerja karyawan,” WACANA, 13,4, (Oktober, 2010), 529-536.
28
Ducan dalam penelitian menyatakan empat sifat yang dapat menyebabkan
keberhasilan seseorang pemimpin, yaitu;
1. Intelegensia Quition (IQ).
2. Kematangan dan keluasaan pandangan (Emosional Quition).
3. Motivasi dan keinginan berprestasi.
4. Kemampuan Human Relation.
Berarti kepemimpinan yang ideal adalah memudahkan itelegensi,
kematangan dengan wawasan yang luas, motivasi untuk berprestasi dan
didukung oleh kemampuan human relation secara baik. Blake dan
Mounton10
mengembangkan kisi-kisi manajerial (managerial grid) pada
tugas (produksi) dan karyawan (orang), serta kombinasi antara kedua
ekstrim, yang didalamnya terdapat lima gaya kepemimpinan dasar, yaitu :
1. Gaya Laissez Faire, yaitu perhatian rendah terhadap karyawan maupun
terhadap produksi atau tugas.
2. Gaya Partisipatorif, yaitu perhatian kepada karyawan tinggi
memberikan kelonggaran kepada karyawan, santai, memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan karyawan bagi pemuasan hubungan,
persahabatan dan menyenangkan tetapi perhatian terhadap peroduksi
rendah
3. Gaya Middle of The Road management or Organisation Management,
yaitu perhatian terhadap karyawan kadang-kadang menggunakan
pendekatan tawar menawar untuk menyelesaikan pekerjaan.
10
H Al Fadjar Ansory dan Melthiana Indasari, MSDM(Sidoarjo: Indomedia Pustaka,2018), 96.
29
4. Gaya Otokrat, yaitu pemegang tugas yang keras, karateristik
pengawasan tertutup, perhatian pada produksi dan efisiensi tinggi
tetapi paerhatian terhadap karyawan rendah.
5. Gaya Demokratik, yaitu saling memahami tentang apa tujuan institusi,
perhatian penuh antara, semangat dan kepuasan kerja secara seimbang,
kemitraan antar bawahan dan atasan.
Seseorang mempunyai kesiapan psikologis tinggi, memiliki
motivasi diri dan keinginan untuk melakukan pekerjaan berkualitas tinggi
tanpa perlu pengawasan langsung menggunakan studio Ohio State untuk
mengembangkan lebih lanjut keempat gaya kepemimpinan yang dimiliki
oleh manajer, yaitu:
1. Mengatakan (telling), pemimpin mendefinisikan peran-peran yang
dibutuhkan untuk melakukan tugas dan mengatakan pada pengikutnya
apa, di mana, bagaimana dan kapan untuk melakukan tugas-tugasnya
(consulting).
2. Menjual (selling), pemimpin menyedikan instruksi-instruksi terstruktur
bagi pengikutnya tetapi juga suportif (instructing).
3. Berpartisipasi (participating), pemimpin dan pengikut saling berbagi
dalam keputusan-keputusan mengenai bagaimana yang paling baik
untuk mnyelesaikan suatu tugas dengan kualitas tinggi.
30
4. Mendelegasikan (delegating), pemimpin menyediakan sedikit
pengaruh secara seksama, spesifik atau dukungan pribadi terhadap
pengikut-pengikutnya.11
Berbagai pandangan diatas menggambarkan bahwa gaya
pemimpin itu dapat dibaca, dipahami berdasarkan sudut pandangnya.
Dalam dimensi kehidupan dan tatangan masa depan memerlukan
pemimpin perubahan, dinamis wawasan kedepan, profesional, kompetitif
dan kompeten dibidangnya serta berjiwa enterprenershif.
Oleh sebab itu kepemimpinan yang dilakukan oleh seseorang tidak
dapat dipisahkan dengan strategi manajemen, yang melihat kepemimpinan
sebagai inti manajemen dan keberhasilan kepemimpinan sangat
mendukung oleh human relation, dengan sifat-sifat tersebut, karena
keseluruhan pembinaan sedemikian rupa sehingga terciptanya team work
dan suasana kerja yang intim dan harmonis dengan koredor etik dan moral
yang baik untuk mencapai tujuan. Jadi landasan etik dan moral yang baik
untuk mencapai tujuan. Jadi landasan etik dan moral harus tercipta dan
dilaksanakan secara konsisten, karena merupakan kaidah atau peraturan
yang tidak tertulis yang harus dipahami oleh seorang pemimpin supaya
menjalankan fungsinya dengan dilandasi kesadaran, ketulusan dan
keikhlasan serta kesungguhan dalam mematuhi kaidah tersebut. Misalnya
sifat konsisten, komitnen dengan peranan serta dan fungsi seirama dengan
lingkungan, tanggung jawab sosial yang tinggi, kemampuan
11
Ibid, 92.
31
mengendalikan diri, loyal serta berdedikasi tinggi. Artinya pancaran moral
yang diwujudkan dalam tutur kata, perbuatan yang baik dan diterima oleh
lingkungannya.
6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan
Dari gambaran berbagai pendekatan gaya kepemimpinan diatas,
maka sedikit banyak sudah dapat kita pahami bahwa gaya kepemimpinan
seseorang sangat banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik karakter,
lingkungan internal dan eksternal, Pendidikan, sosial-budaya. Sudarwan
Danim menyebutkan ada empat variabel kritis yang mempengaruhi gaya
kepemimpinan, yaitu 1) Pemimpin, 2) pengikut atau bawahan, 3) situasi,
4) komunikasi. Keempatnya saling berinteraksi yang berorientasi pada
kelompok bukan semata-mata kekuasaan.12
Gambar 1. Hubungan pemimpin, bawahan dan situasi.
Kompleksitas kepemimpinan akan mnentukan banyaknya factor
yang mempengaruhi, oleh sebab itu dapat dibedakan dalam tinjauan makro
dan mikro sebagaimana gambar 2 ini.
12
Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan, (Bandung,Alfabeta,2012),11
Situasi
komunikasi
Pemimpin
Pengikut Faktor
Kepemi
mpinan
32
Gambar 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan ketiga kekuatan
sebelum melakukan pemilihan gaya kepemimpinan, yaitu:
1. Kekuatan dalam diri orang pemimpin (sistem nilai, kepercayaan
terhadap bawahan, kecenderungan kepemimpinannya sendiri, perasaan
aman/tidak aman).
2. Kekuatan dari dalam diri bawahan (kebutuhan akan kebebasan,
kebutuhan akan peningkatan tanggung-jawab, keikhlasan dan
harapan).
3. Kekuatan dari situasi (tipe organisasi, efektifitas kelompok, desakan
waktu, dan sifat masalah itu sendiri)13
7. Kepemimpinan Pendidikan
Sesudah diuraikan tentang kepemimpinan dalam konteks yang luas
untuk lebih mengena pada sasaran yang dibahas, akan kami sampaikan
13
Ibid, 95.
Faktor-faktor Mikro
Faktor-faktor Makro
 Organisasi Atasan
 Kondisi perekonomian
 Industri
 Sosial dan Kebudayan
 Pengharapan dan
Perilaku
 Kepribadian dan latar
belakang pemimpin
 Pengharapan dan
perilaku bawahan
 Tingkat organisasi dan
besarnya kelompok
33
tentang kepemimpinan pendidikan. Istilah “Kepemimpinan Pendidikan”
mengandung dua pengertian, dimana kata pendidikan menerangkan dalam
lapangan apa dan dimana kepemimpinan itu berlangsung, dan sekaligus
menjelaskan pula tentang kemampuan apa dan sifat-sifat atau ciri-ciri
bagaiman yang harus terdapat atau dimiliki oleh pimpinan itu. Sedangkan
kepemimpinan itu bersifat universal, berlaku dan terdapat pada berbagai
bidang kegiatan hidup manusia. Setelah memahami kepemimpinan dan
makna dari pendidikan itu sendiri maka kepemimpinan pendidikan dapat
diartikan sebagai suatu kemampuan dan proses mempengaruhi,
mengkoordinir, dan menegakkan orang lain yang ada hubungannya dengan
pengembangan ilmu pengetahuan dan pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran, supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien
dan efektif didalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran
tersebut.
Setiap usaha untuk mempengaruhi kearah yang positif orang-orang
yang ada hubunganya dengan pekerjaan mendidik dan mengajar, sehingga
tujuan pendidikan dan pengajaran dapat tercapai dengan lebih baik, maka
dapat diartikan bahwa usaha itu melakukan peranan-peranan
kepemimpinan pendidikan. Dengan proses realisasi dari kegiatan
kepemimpinan tersebut dapat terlihat dalam bentuk-bentuk kegiatan
sebagai berikut :
1. Mempelopori usaha-usaha yang kreatif dalam mendidik dan mengajar.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran sesuai dengan
34
konsepsi-konsepsi pendidikan pengajaran modern dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Terutama guru yang merupakan ujung tombak
dari pengajaran harys mampu untuk bertindak profesionalisme dalam
melaksanakan tugas dan ini tidak lepas dari peranan kepala sekolah
sebahagai pemimpin ditempat pendidikan.
2. Memimpin, mengarahkan, mengatur dan mengkoordinir serta
mendorong kegiatan-kegiatan mereka agar mencapai tujuan yang telah
diprogram sebelumnya. Dengan maksud bahwa kegiatan yang
dilaksanakan pelaksanaan pendidikan teratur dan sesuai dengan
alurnya, sehingga mereka dapat mencapai prestasi kerja dan
mendapatkan kesempatan merintis jabatannya secara kontinyu.
3. Memberikan sumbangan yang berarti dalam kegiatan dan penemuan-
penemuan baru dibidang pendidikan dan pengajaran. Hal ini
dimaksudkan untuk mendidik para pelaksana pendidikan (guru) untuk
bertindak dan bekerja secara professional. Sehingga hasil akhir dari
peserta didik yang berprestasi dan berbudi luhur akan tercapai.
8. Kepuasan Kerja
Banyak teori yang memberikan gambaran tentang kepuasan kerja,
baik teori motivasi maupun teori keadilan. Abraham H. Maswlow
14
seorang ahli psikologi menyusun suatu tingkat kebutuhan manusia.
Hirarki kebutuhan ini diilhami oleh Human Sciences Theory dari Elton
Mayo. Hirarki kebutuhan ini mengikuti teori jamak yaitu seseorang
14
Ibid, 23.
35
berperilaku/bekerja, karena adanya dorongan untuk memenuhi bermacam-
macam kebutuhan. Maslow berpendapat bahwa kebutuhan yang
diinginkan seseorang itu berjenjang, artinya bila kebutuhan yang pertama
telah terpenuhi, maka kebutuhan tingkat kedua akan muncul menjadi
utama. Selanjutnya jika kebutuhan tingkat ketiga dan seterusnya sampai
tingkat kebutuhan kelima. Dasar pemikiran teori Hirarki adalah :
1. Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan. Ia selalu
menginginkan yang lebih banyak. Keinginan ini terus-menerus dan
hanya berhenti bila makhir hayatnya tiba.
2. Suatu kebutuhan yang telah terpuaskan tidak akan menjadi alat
motivator bagi pelakunya, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi
akan menjadi motivator.
3. Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu jenjang hirarki (kebutuhan
yang bertingkat).
Berdasarkan pemikiran tersebut, Maslow menyusun teori tenteng
tingkat-tingkat kebutuhan manusia sebagai berikut :
1. Kebutuhan mempertahankan hidup (physiological needes), seperti
sandang, pangan, papan dan kesehatan.
2. Kebutuhan rasa aman (safety needs), seperti kebutuhan akan keamanan
terhadap jiwa, harta kebebasan, keadilan, jaminan hari tua.
3. Kebutuhan sosial (social needs), seperti kebutuhan akan perasaan
diterima oleh orang lain, kebutuhan untuk maju dan tidak gagal (sence
of achievement), kebutuhan ikut serta aktifitas (sence of participation).
36
4. Kebutuhan akan penghargaan/prestasi (esteem needs), seperti pada
status seseorang, semakin tinggi pula prestasi dan prestisenya
dimanifestasikan dalam banyak hal, antara lain Mobil Mercy, kamar
kerja lux, Ac, komputer dan lainnya yang serba lux.
5. Kebutuhan mempertinggi kapasistas kerja (self actualization), seperti
keinginan mengembangkan kapasistas mental dan kapasitas kerja,
melalui on the job training, of the job training, konferensi lokakarya,
meeting, studi lanjut.
Hirarki kebutuhan Maslow ini, tidak dimaksudkan sebagai
kerangka yang dapat dipakai setiap saat dan pasti, tetapi lebih merupakan
suatu kerangka yang mungkin berguna dalam meramalkan tingkah laku
berdasarkan kemungkinan-kemungkinan yang timbul sesuai dengan
kondisi masing-masing individu. Apabila dikatakan timbulnya perilaku
seseorang pada saat tertentu oleh kebutuhan yang memiliki kekuatan
tinggi, maka penting bagi setiap unsur pimpinan untuk memiliki
pengertian tentang kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh bawahan.
Suatu realita bahwa setiap individu berbeda-beda. Perbedaan itu
disebabkan oleh berbagai faktor baik latar belakang pendidikan, tinggi
rendahnya kedudukan/jabatan, pengalaman masa lampau, latar belakang
keluarga, cita-cita/harapan masa depan, serta pandangan hidup seseorang
sangat berpengaruh terhadap berbagai macam kebutuhan tersebut,
sehingga jenjang kebutuhan oleh Maslow akan berbeda dalam kehidupan
seseorang.
37
Bila diterapkan pada organisasi kerja, kebutuhan fisiologis aadalah
kebutuhan terhadap gaji. Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan
meliputi kondisi kerja dalam menghadapai atau menjalankan pekerjaan.
Kebutuhan sosial meliputi hubungan persahabatan dengan rekan kerja,
hubungan yang baik dengan lingkungan sosialnya. Kebutuhaan
penghormatan diri berhubungan dengan status atau kedudukan pada
jabatan tertentu atau promosi, yang tertinggi adalah kebutuhan akan citra
diri seseorang.
Teori Maslow ini memberikan sumbangan yang sangat berharga
bagi organisasi, karena menjadi dasar bagi para manager untuk
menyediakan kesempatan bagi para karyawan untuk mencapai tahapan
kebutuhan para karyawan dalam organisasi yang sebelumnya tidak
mungkin diperhatikan oleh suatu organisasi. Karena jika kebutuhan tingkat
rendah belum terpenuhi, maka kebutuhan yang berada pada peringkat yang
lebih tinggi menjadi tidak berfungsi. Namun bahwasannya tidak ada suatu
organisasi manapun kebutuhan yang lebih tinggi menunggu dipenuhinya
kebutuhan pada tingkat yang lebih remdah, semua kebutuhan berfungsi
serentak. Federick Herzberg 15
dengan teori motivasi kerja (job motivation
maintenance theory) menyebutkan dua macam situasi yang berpengaruh
terhadap setiap individu/bawahan terhadap pekerjaannya yaitu kelompok
safister atau motivation, dan kelompok dissatisfier atau hygiene faktors
(iklim baik). Satisfier faktor-faktor situasi yang merupakan sumber
15
Ibid, 25.
38
kepuasan kerja, yang terdiri dari achievement, recognation, work it self,
responsibility and advancement. Tetapi ketidak penuhan faktor-faktor ini
tidaklah terlalu mengakibatkan kepuasan. Dissatisfier adalah faktor-faktor
yang menjadi sumber ketidakpuasan yang terdiri dari Company poleccy
adminitration, supervition technical, job security, and status. Perbaikan
terhadap kondisi ini akan menghilangkan atau mengurangi ketidak puasan,
tetapi tidak menimbulkan kepuasan, dan memang bukan sumber kepuasan.
Secara singkat teori Herzberg dapat dipahami sebagai berikut :
1. Perbaikan gaji dan kondisi kerja tidak mengurangi ketidak puasan.
2. Yang dapat memacu bekerja baik adalah kelompok Satisfier.
3. Satisfier disebut pula intrinsic factors, job content, motivator,
sedangkan dissatisfier disebut pula extrinsics factors, hygiene factors.
4. Dalam perkembangan selanjutnya apabila dibandingkan dengan teori
Maslow dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Satisfier berhubungan dengan “highter order needs or social needs
and self actualization needs”.
b. Dissatisfier disebutkan sebagai tempat pemenuhan “Lower order
needs or physiological needs, safety and security needs, of social
needs.
Penyelidikan Herzberg membuktikan bahwa jiwa orang-orang
yang merasa pekerjaan baik, berbeda sekali dengan orang yang merasa
pekerjaanya kurang baik. Dengan arti lain jawaban seseorang sangat
tergantung pada kepuasan kerja seseorang. Faktor-faktor intrinsik seperti
39
pengakuan, keberhasilan tanggunjawab dan pengembangan menjadi tolak
ukur kepeuasan kerjanya. Dan faktor-faktor ektrinsik seperti kebijakan
kantor, adminitrasi, supervisi, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan
gaji mempunyai kaitan erat dengan ketidak puasan kerja. Maka pendapat
Herzberg dapat dijelaskan bahwa keberhasilan, pengakuan, pengembangan
dan tanggung-jawab menjadi parameter dengan perasaan puas (High
feelings). Sebaliknya adminitrasi, kebijakan kantor, supervisi, hubungan
antar pribadi, hubungan orang dengan pimpinan, kondisi kerja berkaitan
erat dengan perasaan tidak puas.
Berdasarkan hasil penyelidikan ini, Herzberg berpendapat bahwa
adminitrasi, kebijaksanaan kantor, kondisi kerja merupakan faktor ketahan
(penyehat), sedangkan keberhasilan, pengakuan, pengembangan, dan
tanggung jawab merupakan faktor motivasi. Maka dari itu apabila kita
ingin memotivasi seseorang lebih baik ditekankan pada persolan
keberhasilan, pengakuan, pengembangan/prestasi dan tanggung-jawab
orang tersebut.
Ditinjau dari sudut psikologis, kepuasan kerja merupakan suatu
proses psikologis yang mencerminkan intraksi antar sikap, kebutuhan,
perasaan, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang dalam
meningkatkan prestasi kerja. Sebagai proses psikologis timbul diakibatkan
oleh dua faktor, yaitu intrinsik dan ektrinsik.
Faktor intrinsik berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan
pendidikan atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa
40
depan. Sedangkan faktor ektrinsik dapat ditimbulkan oleh berbagai
sumber, misalnya karena atasan, kolega, situasi kantor, promosi, rolling
jabatan dan faktor lain yang sangat kompleks. Indikator naik turunnya
kepuasan kerja penting diketahui karena dapat mengambil tindakan
preventif dan kuratif masalah sedini mungkin. Indikator-indikator itu
antara lain absensi, kerjasama, kepuasan, disiplin, lembur, incentive dan
produktifitas. Setiap pimpinan untuk peka terhadap perbedaan dan
keinginan bawahan, karena setiap individu mempunyai pola kebutuhan,
nilai dan tujuan yang unik. Artinya setiap pimpinan harus mengakui dan
mempertimbangkan perbedaan kebutuhan pada saat merancang dan
menetapkan suatu progran satu institusi.
9. Memahami Tugas Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang
paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam pasal 58
ayat 1-2 PP 66 tahun 2010 dikemukakan bahwa kepala sekolah
bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,
administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan
pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.16
Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan luas kepada kepala
sekolah seperti dalam konteks saat ini, akan lebih mudah melakukan
pengembangan terhadap berbagai potensinya yang ada. Akan tetapi
pengembangan itu memerlukan peningkatan kemampuan kepala sekolah
16
Peraturan Pemerintah, 66 (2010)
41
dalam berbagai aspek manajerialnya, agar dapat tercapai tujuan sesuai
dengan visi dan misi yang diemban sekolahnya.
Ada dua strategi utama yang harus diperankan oleh kepala
sekolah, yaitu strategi manajerial dan strategi substansial. Strategi
manajerial yaitu strategi pengembangan sekolah yang berhubungan dengan
masalah internal dan eksternal sekolah.
Dalam strategi manajerial internal, pertama kepala sekolah harus
membinan komunikasi dan koordinasi antar personalia yang ada dalam
mini society sekolah sebaik-baiknya, dengan demikian terjadi good rapport
(hubungan baik), sehingga sumber daya yang tersedia dapat dikelola
secara proporsional. Kedua, menempatkan human resource yang tepat; the
right man in the right place. Termasuk dalam strategi manajerial intern ini
adalah membentuk sinergi kerja yang harmonis antara pimpinan, staf,
guru, siswa dalam mengemban visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan
bersama. Pimpinan hendaknya memberikan bimbingan akomodatif
terhadap staf sehingga jika terjadi konflik dapat segera ditangani. Atmosfir
akademik akan terjadi lebih kondusif jika pimpinan juga dapat
menumbuhkan rasa saling menyayangi dan menghargai, rasa ikhlas dari
setiap sanubari warga sekolah untuk mengembangkan kreativitas, sehingga
program pendidikan dapat dilakukan secara inovatif dan efektif.
Strategi manajerial eksternal, kepala sekolah berupaya menfokuskan pada
hubungan sekolah dengan faktor pendukung di luar sekolah, yaitu melaui
koordinasi dan sinkronisasi program sekolah dengan orang tua, dewan
42
pendidikan, komite sekolah, masyarakat dan pemerintah. Membina
hubungan baik dengan masyarakat diluar gedung sekolah adalah penting,
karena dengan hubungan baik ini ternabangun partisipasi aktif sehingga
akan memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam pengembangan
sekolah untuk mencapai tujuan yang dicitakan. Adapaun terkait dengan
pemerintah, kepala sekolah perlu memiliki power sharing sebagai jalan
untuk menjembatani antara keinginan sekolah dengan pemerintah.
Sementara strategi substansial yaitu strategi pengembangan
sekolah yang berbasis pada kesatuan visi, misi dan tujuan sekolah yang
dijabarkan dalam program pendidikan dan diaplikasikan dalam bentuk
muatan kurikulum, serta kegiatan intra dan ektra kurikurer bagi siswa.
Orientasi visi, misi, dan tujuan pembelajaran di sekolah harus
berpedoman pada amanah yang diemban oleh lembaga pendidikan, tidak
hanya kecakapan akademik melainkan juga pendidikan itu berorientasi
pada kecakapan hidup yang integratif, memadukan potensi generik, dan
spesifik guna menghadapi problem kehidupan. Melalui strategi substansial
ini, sekolah diharapkan menunjukkan spesifikasi dan keunggulan yang
secara khusus dimiliki.
Adapun tugas kepala sekolah sebagai berikut :
a. Sebagai Educator (pendidik)
Kepala sekolah sebagai pendidik, harus memiliki strategi yang
tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan
disekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberi nasehat
43
kepada warga sekolah, memberi dorongan kepada seluruh tenaga
kependidikan, dan seterusnya. Kepala sekolah juga harus berusaha
menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat nilai, yaitu
pembinaan mental, pembinaan moral, pembinaan fisik, pembinaan artistic.
Sebagai edukator, kepala sekolah wajib menjalankan tugasnya
yaitu: 1) mengikutsertakan para guru dalam kegiatan ilmiah, serti
workshop, pelatihan, seminar, penataran, guna men ingkatkan pengetahuan
dan ketrampilan guru. 2) Menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta
didik untuk lebih giat bekarja, dan hasilnya diumumkan secara terbuka. 3)
menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah.
b. Sebagai Manajer
Paradikma baru manajemen pendidikan di negeri ini, telah
membuka peluang bagi kepala sekolah untuk melakukan perombakan dan
pengembangan sekolahnya lebih kreatif dan progresif. Sebab, kini kepala
sekolah memiliki kewenangan yang terbuka untuk merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, serta mengendalikan kemajuan
sekolah.
Kunci agar kepala sekolah tetap eksis di tengah-tengah perubahan
itu adalah ia harus memahami posisi dan kesiapan untuk menjadi bagian
dari dunia baru yang berbeda dari pola dan paradigma selama ini.
Perubahan yang demikian kompleks, terutama agenda penerapan model
manajemen berbasis sekolah (MBS) dan kurikulum berbasis kompetensi
44
(KBK) merupakan tugas yang perlu dikerjakan kepala sekolah, selain
agenda dan program lain yang harus mendapat perhatian lebih fokus lagi.
E. Mulyasa, dalam buku “Menjadi Kepala Sekolah Profesional”
telah menyuguhkan pendekatan, strategi dan manajemen menangani
sekolah secara modern. Selain itu, dia juga mengemukakan beberapa resep
atau kiat menangani tugas-tugas sebagai pemimpin (kepala sekolah),
seperti mengambil keputusan, memimpin rapat, memainkan manajemen
konflik, mengatasi keuangan sekolah, menjalin hubungan masyarakat, dan
lain sebagainya.17
Dari salah satu hasil penelitian (2004), disebutkan bahwa ada indikasi
pengaruh antara kepimimpinan (kepala) sekolah dengan produktivitas
kerja. Antara prestasi sekolah (performent, lulusan) dengan profil
kepemimpinan memiliki hubungan yang sangat erat, bahkan sebagai salah
satu indikator justifikasi (pembenaran). Meski juga banyak faktor lain
yang ikut mempengaruhi produktivitas itu. Pola kepemimpinan yang
rendah/tinggi berimplikasi terhadap kualitas sekolah.
Peralihan paradigma desentraliasasi pendidikan memberi keluasan
bagi kepala sekolah berkreasi dalam meningkatkan mutu lembaganya
sesuai dengan tuntutan perubahan masyarakat global. Dipundak kepala
sekolah terdapat sejumlah harapan wali siswa, masyarakat, stakeholder,
serta bangsa dan negara. Atas dasar itulah, Mulyasa menyarankan agar
momentum perubahan tersebut disadari sebagai angin keberuntungan
17
E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2003), 78.
45
untuk memperbaiki mutu pendidikan dengan berbagai jalan yang efektif
dan efesien.
Untuk melewati babakan tersebut di atas, kata Mulyasa, perlu
digunakan jurus analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat),
sebagai langkah awal pemetaan agar mudah mengenali sumber/potensi
(kekuatan dan peluang), sekaligus memecahkan/mengantisipasi
(kelemahan dan tantangan) yang seringkali terlupakan dari aktivitas kepala
sekolah.
Setelah memahami analisis SWOT, jurus selanjutnya adalah
membenahi sumber daya manusia (SDM) ke arah yang lebih baik. Di
samping juga harus meningkatkan kualitas pelayanan (service), dan
manajemen kontrol sekolah. Sedikitnya, ada lima sifat pelayanan yang
harus diwujudkan agar “pelanggan” puas yaitu meliputi (1) kepercayaan
(reliability); layanan sesuai dengan yang dijanjikan, (2) keterjaminan
(assurance); mampu menjamin kualitas yang diberikan, (3) penampilan
(tangible); iklim sekolah yang kondusif, (4) perhatian (emphaty);
memberikan penuh kepada peserta didik, (5) ketanggapan
(responsiveness); cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik.
Tugas lain kepala sekolah yaitu menciptakan budaya mutu, teamwork
yang kompak, cerdas, dinamis, kemandirian, partisipasi warga sekolah dan
masyarakat, keterbukaan manajemen, kemauan untuk berubah (psikologis
dan fisik), evaluasi dan perbaikan berkelanjutan, responsif dan antisipasif
terhadap kebutuhan, akuntabilitas, dan sustainabilitas.
46
Sesuai dengan perkembangan masyarakat modern, setidak-tidaknya
ada tujuh prasyarat bagi kepala sekolah, yaitu berperan sebagai edukator,
manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator di
sekolahnya. Ketujuh kreteria tersebut, ia wajib mendorong visi menjadi
aksi, cita-cita menjadi realita, dan seterusnya.
Dari sinilah dapat terlihat bahwa untuk memenuhi standar mutu di
atas memang membutuhkan kemampuan dan kerja keras. Kepala sekolah
harus menjalankan visi dan misi sekolah serta menjabarkannya sesuai
dengan kebutuhan masyarakat luas. Karena itu, tugas tersebut merupakan
amanah peradaban yang tentu saja harus pandai-pandai bergumul dengan
wacana peradaban itu sendiri.
Masih banyak lagi yang bisa kita gali dari buku ini, khususnya
berkenaan dengan hal-hal teknis manajemen yang harus dilakukan kepala
sekolah. Sukses tidaknya sekolah sangat tergantung oleh pemimpin yang
menggerakkan setiap komponen yang ada di dalamnya. Dengan demikian,
tawaran kreatif yang suguhkan Mulyasa dalam karya ini merupakan
secercah harapan baru yang bisa kita petik bersama untuk memperkokoh
sekolah.
Tugas kepala sekolah sebagai yaitu: 1) memberdayakan tenaga
kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif untuk meningkatkan
tenaga profesional di lingkungan sekolah. 2) memberi kesempatan kepada
tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya. 3) mendorong
keterlibatan seluruh tenaga kependidikan pada setiap kegiatan.
47
c. Sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang
sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang
bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumentasian seluruh program
sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk
mengelola kurikulum, administrasi peserta didik, administrasi personalia,
administrasi sarana dan prasarana, administrasi kearsipan, dan administrasi
keuangan.
Untuk menjalankan tugas sebagai administrator, kepala sekolah kini harus
bisa mengembangkan layanan berbasis teknologi modern guna
memudahkan pengelolaan administrasi. Sehingga administrasi sekolah
betul-betul tampak profesional dan berjalan secara efektif dan efesien.
d. Sebagai Supervisor
Mengacu pada rumusan UU RI No. 20 Tahun 2003 bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dari segala aspek dan dimensinya. Salah satu usaha untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses
48
pengajaran/pembelajaran di sekolah/madrasah. Dalam usaha
meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan
komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan
terus-menerus. Pembentukan profesi guru seperti amanah Peraturan
Pemerintah (PP) No. 19. Tahun 2005 pada Bab I, Pasal 1, ayat 7, adalah
dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan maupun program
dalam jabatan. Tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan
terlatih dengan baik dan kualified. Potensi sumber daya guru itu perlu
terus bertumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara
potensial. Selain itu pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong
guru-guru untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas
masyarakat.
Mungkin sudah terlanjur, bahwa masyarakat saat ini telah mempercayai,
mengakui dan menyerahkan sepenuhnya kepada guru untuk mendidik
anak-anak mereka. Kepercayaan, keyakinan, dan penerimaan ini
merupakan substansi dari pengakuan masyarakat terhadap profesi guru.
Namun seringkali tak sebanding lurus dengan apa yang diharapkan.
Karena sudah terlanjur seperti itu, maka implikasinya adalah guru harus
memiliki kualitas yang memadai. Kualitas tidak hanya pada tataran
normatif, melainkan juga dalam tataran yuridis-empiris, bahwa seorang
guru harus menunjukkan empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi personal (kepribadian), kompetensi profesional, maupun
49
kompetensi sosial dalam selubung aktualisasi kebijakan pendidikan. Hal
tersebut karena guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui
kinerjanya pada tataran institusional dan tataran strategis, sehingga upaya
meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek "guru" dan
tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas
keprofesionalannya dalam satu manajemen pendidikan yang meritokratis.
Membangun kualitas pendidikan sangat erat kaitannya dengan
membangun kualitas pembelajaran. Sementara kualitas pembelajaran
sangat ditentukan oleh kualitas tenaga pendidik (guru). Meski guru
bukanlah satu-satunya instrumen dalam dunia pendidikan, tetapi gurulah
yang memegang peranan penting serta sebagai ujung tombak sukses dan
gagalnya suatu pendidikan. Mulyasa mensinyalir bahwa dalam proses
pembelajaran seringkali guru melakukan kesalahan. Setidaknya Mulyasa
mengidentifikasi ada tujuh kesalahan yang sering dilakukan guru, yaitu 1).
mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, 2). menunggu peserta didik
berperilaku negatif, 3). Menggunakan destructive dicipline, 4)
mengabaikan perbedaan peserta didik, 5). Merasa paling pandai, 6) tidak
adil (diskriminatif), dan 7). Memaksa hak peserta didik.
Dari uraian di atas itulah, pentingnya mengapa guru memerlukan
layanan supervisi (pembinaan) pengajaran, karakteristik dan rasional apa
yang dilakukan dalam supervisi pengajaran sebagai upaya peningkatan
kualitas guru?
1) Pengertian Supervisi Pengajaran
50
Istilah supervisi pengajaran sebenarnya bukanlah istilah yang
baru dalam pendidikan. Namun seringkali tidak semua orang mengerti
dan paham apa hakikat sebenarnya. Kadang-kadang pahami sama
dengan penilai atau inspeksi. Padahal tidak demikian maksudnya.
Ada sebuah konsep merumuskan Supervisi pembelajaran
berfungsi untuk memperbaiki situasi pembelajaran melalui pembinaan
profesionalisme guru.18
Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan
supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material,
technique, method, teacher, student, an environment). Situasi belajar
inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan
kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi tersebut
mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran. Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi,
inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter,
sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang
dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik
diantara guru-guru, karena bersifat demokratis.
Istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asal usul
(etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang
terkandung dalam perkataan itu (semantik). Secara etimologi, istilah
supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris “Supervision”
artinya pengawasan di bidang pendidikan. Orang yang melakukan
18
Ubabuddin, “Meningkatkan Kinerja Guru Melalui Supervisi Pembelajaran,” Ed-Humanistics, 4,
(2019), 538.
51
supervisi disebut supervisor. Sedangkan secara morfologis, supervisi
dapat dijelaskan menurut bentuk perkataannya. Supervisi terdiri dari
dua kata Super berarti atas, lebih. Visi berarti lihat, tilik, awasi.
Seorang supervisor memang mempunyai posisi diatas atau mempunyai
kedudukan yang lebih dari orang yang disupervisinya.
Sedangkan Permendinas no 13 tahun 2007 merumuskan
supervisi sebagai berikut: “Pembinaan yang diberikan kepada seluruh
staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik“. Dengan
demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan
situasi belajar mengajar yang lebih baik.
Untuk itu ada dua hal yang perlu diperhatikan: a). Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar. b). Hal-hal yang menunjang kegiatan
belajar mengajar. Karena aspek utama adalah guru, maka layanan dan
aktivitas kesupervisian harus lebih diarahkan kepada upaya
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola
kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus memiliki empat
kompetensi yakni: 1) kompetensi Pedagogik, 2) kompetensi
profesional 3) kompetensi personal, dan 4) kompetensi sosial. Melalui
keempat kompetensi tersebut, seorang guru mampu dalam merancang,
melaksanakan dan mengevaluasi pengajarannya.
Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan
sebagai berikut “serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru
52
dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor
(Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna
meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar.
Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih
menekankan pada “pembinaan profesional guru“, maka pembinaan
lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan profesional guru. Supervisi dapat kita artikan sebagai
pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala
sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran
supervisi diartikan pula pembinaan guru.
2) Karakteristik Supervisi Pengajaran
Di abad sekarang ini, yaitu era globalisasi dimana semuanya
serba digital, akses informasi sangat cepat dan persaingan hidup
semakin ketat, semua bangsa berusaha untuk meningkatkan sumber
daya manusia. Hanya manusia yang mempunyai sumber daya unggul
dapat bersaing dan mempertahankan diri dari dampak persaingan
global yang ketat. Termasuk sumber daya pendidikan. Yang termasuk
dalam sumber daya pendidikan yaitu ketenagaan, dana dan sarana dan
prasarana.
Guru merupakan pelaku yang menentukan tujuan pengajaran. Dalam
UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab II, Pasal 39 ayat 2 di jelaskan bahwa
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
53
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat.
Sahertian mengemukakan ada dua metafora untuk
menggambarkan pentingnya pengembangan sumber daya guru.
Pertama, jabatan guru diumpamakan dengan sumber air. Sebagai
sumber air, maka ia harus terus menerus bertambah, sehingga sungai
itu dapat mengalirkan air terus-menerus dan tidak pernah asat (kering).
Sebab, bila tidak dilakukan demikian, maka sumber air itu lama
kelamaan akan habis dan kering. Demikianlah bila seorang guru tidak
pernah membaca informasi yang baru, tidak menambah ilmu
pengetahuan tentang apa yang diajarkan, maka ia tidak mungkin
memberi ilmu dan pengetahuan dengan cara yang lebih menyegarkan
kepada peserta didik. Kedua, jabatan guru diumpamakan dengan
sebatang pohon buah-buahan. Pohon itu tidak akan berbuah lebat, bila
akar induk pohon tidak menyerap zat-zat makanan yang berguna bagi
pertumbuhan pohon itu. Begitu juga dengan jabatan guru yang perlu
bertumbuh dan berkembang. Baik itu pertumbuhan pribadi guru
maupun pertumbuhan profesi guru. Setiap guru perlu menyadari
bahwa pertumbuhan dan pengembangan profesi merupakan suatu
keharusan untuk menghasilkan output pendidikan berkualitas.
Itulah sebabnya guru perlu belajar terus menerus, membaca informasi
terbaru dan mengembangkan ide-ide kreatif dalam pembelajaran agar
suasana belajar mengajar menggairahkan dan menyenangkan baik bagi
54
guru apalagi bagi peserta didik.Peningkatan sumber daya guru bisa
dilaksanakan dengan bantuan supervisor, yaitu orang ataupun instansi
yang melaksanakan kegiatan supervisi terhadap guru. Perlunya
bantuan supervisi terhadap guru berakar mendalam dalam kehidupan
masyarakat.
Menurut Swearingen, seperti yang dikutip Sahertian, mengungkapkan
latar belakang perlunya supervisi berakar mendalam dalam kebutuhan
masyarakat dengan latar belakang sebagai berikut:
a. Latar belakang Kultural. Pendidikan berakar dari budaya arif lokal
setempat. Sejak dini pengalaman belajar dan kegiatan belajar-
mengajar harus diangkat dari isi kebudayaan yang hidup di
masyarakat itu. Sekolah bertugas untuk mengkoordinasi semua
usaha dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang
dicita-citakan.
b. Latar belakang filosofis. Suatu sistem pendidikan yang berhasil
guna dan berdaya guna bila ia berakar mendalam pada nilai-nilai
filosofis pandangan hidup suatu bangsa.
c. Latar belakang psikologis. Secara psikologis supervisi itu berakar
mendalam pada pengalaman manusia. Tugas supervisi ialah
menciptakan suasana sekolah yang penuh kehangatan sehingga
setiap orang dapat menjadi dirinya sendiri.
d. Latar belakang sosial. Seorang supervisor dalam melakukan
tanggung jawabnya harus mampu mengembangkan potensi
55
kreativitas dari orang yang dibina melalui cara mengikutsertakan
orang lain untuk berpartisipasi bersama. Supervisi harus bersumber
pada kondisi masyarakat.
e. Latar belakang sosiologis. Secara sosiologis perubahan masyarakat
punya dampak terhadap tata nilai. Supervisor bertugas menukar ide
dan pengalaman tentang mensikapi perubahan tata nilai dalam
masyarakat secara arif dan bijaksana.
f. Latar belakang pertumbuhan jabatan. Supervisi bertugas
memelihara, merawat dan menstimulasi pertumbuhan jabatan guru.
Diharapkan guru menjadi semakin professional dalam mengemban
amanat jabatannya dan dapat meningkatkan posisi tawar guru di
masyarakat dan pemerintah, bahwa guru punya peranan utama
dalam pembentukan harkat dan martabat manusia. Permasalahan
yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan
pendidikan adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang
bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan
kreatif, yaitu sikap yang menciptakan situasi dan relasi di mana
guru-guru merasa aman dan diterima sebagai subjek yang dapat
berkembang sendiri. Untuk itu, supervisi harus dilaksanakan
berdasarkan data, fakta yang objektif.
Menurut Supandi, ada dua hal yang mendasari pentingnya
supervisi dalam proses pengajaran. Pertama, perkembangan
kurikulum merupakan gejala kemajuan pendidikan. Perkembangan
56
tersebut sering menimbulkan perubahan struktur maupun fungsi
kurikulum. Pelaksanaan kurikulum tersebut memerlukan
penyesuaian yang terus-menerus dengan keadaan nyata di
lapangan. Hal ini berarti bahwa guru-guru senantiasa harus
berusaha mengembangkan kreativitasnya agar daya upaya
pendidikan berdasarkan kurikulum dapat terlaksana secara baik.
Namun demikian, upaya tersebut tidak selamanya berjalan mulus.
Banyak hal sering menghambat, yaitu tidak lengkapnya informasi
yang diterima, keadaan sekolah yang tidak sesuai dengan tuntutan
kurikulum, masyarakat yang tidak mau membantu, keterampilan
menerapkan metode yang masih harus ditingkatkan dan bahkan
proses memecahkan masalah belum terkuasai. Dengan demikian,
guru dan Kepala Sekolah yang melaksanakan kebijakan pendidikan
di tingkat paling mendasar memerlukan bantuan-bantuan khusus
dalam memenuhi tuntutan pengembangan pendidikan, khususnya
pengembangan kurikulum. Kedua, pengembangan personel
senantiasa dilakukan guna meningkatkan upaya yang terus-
menerus dalam suatu organisasi. Pengembangan personal dapat
dilaksanakan secara formal dan informal. Pengembangan formal
menjadi tanggung jawab lembaga yang bersangkutan melalui
penataran, tugas belajar, lokakarya dan sejenisnya. Sedangkan
pengembangan informal merupakan tanggung jawab pegawai
sendiri dan dilaksanakan secara mandiri atau bersama dengan
57
rekan kerjanya, melalui berbagai kegiatan seperti kegiatan ilmiah,
latihan suatu metode mengajar, dan lain sebagainya. Kegiatan
supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan
dalam penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan
supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah
dalam memberikan pembinaan kepada guru. Hal tersebut karena
proses belajar-mengajar yang dilaksakan guru merupakan inti dari
proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai
pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan
suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu
kegiatan supervisi dipandang perlu untuk memperbaiki kinerja
guru dalam proses pembelajaran.
Secara umum ada dua kegiatan yang termasuk dalam kategori
supevisi pengajaran, yakni: pertama, supervisi yang dilakukan oleh
Kepala Sekolah kepada guru-guru. Secara rutin dan terjadwal
Kepala Sekolah melaksanakan kegiatan supervisi kepada guru-guru
dengan harapan agar guru mampu memperbaiki proses
pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam prosesnya, kepala sekolah
memantau secara langsung ketika guru sedang mengajar. Guru
mendesain kegiatan pembelajaran dalam bentuk rencana
pembelajaran kemudian kepala sekolah mengamati proses
58
pembelajaran yang dilakukan guru. Saat kegiatan supervisi
berlangsung, kepala sekolah menggunakan lembar observasi yang
sudah dibakukan, yakni Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG).
APKG terdiri atas APKG 1 (untuk menilai Rencana Pembelajaran
yang dibuat guru) dan APKG 2 (untuk menilai pelaksanaan proses
pembelajaran) yang dilakukan guru.
Kedua, supervisi yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah kepada
Kepala Sekolah dan guru-guru untuk meningkatkan kinerja.
Kegiatan supervisi ini dilakukan oleh Pengawas Sekolah yang
bertugas di suatu Gugus Sekolah. Gugus Sekolah adalah gabungan
dari beberapa sekolah terdekat, biasanya terdiri atas 5-8 Sekolah.
Hal-hal yang diamati pengawas sekolah ketika melakukan kegiatan
supervisi untuk memantau kinerja kepala sekolah, di antaranya
administrasi sekolah, meliputi:
a. Bidang Akademik, mencakup kegiatan: 1) menyusun program
tahunan dan semester, 2) mengatur jadwal pelajaran, 3)
mengatur pelaksanaan penyusunan model satuan pembelajaran,
4) menentukan norma kenaikan kelas, 5) menentukan norma
penilaian, 6) mengatur pelaksanaan evaluasi belajar, 7)
meningkatkan perbaikan mengajar, 8) mengatur kegiatan kelas
apabila guru tidak hadir, dan 9) mengatur disiplin dan tata
tertib kelas.
59
b. Bidang Kesiswaan, mencakup kegiatan: 1) mengatur
pelaksanaan penerimaan siswa baru berdasarkan peraturan
penerimaan siswa baru, 2) mengelola layanan bimbingan dan
konseling, 3) mencatat kehadiran dan ketidakhadiran siswa, dan
4) mengatur dan mengelola kegiatan ekstra kurikuler.
c. Bidang Personalia, mencakup kegiatan: 1) mengatur pembagian
tugas guru, 2) mengajukan kenaikan pangkat, gaji, dan mutasi
guru, 3) mengatur program kesejahteraan guru, 4) mencatat
kehadiran dan ketidakhadiran guru, dan 5) mencatat masalah
atau keluhan-keluhan guru.
d. Bidang Keuangan, mencakup kegiatan: 1) menyiapkan rencana
anggaran dan belanja sekolah, 2) mencari sumber dana untuk
kegiatan sekolah, 3) mengalokasikan dana untuk kegiatan
sekolah, dan 4) mempertang-gungjawabkan keuangan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
e. Bidang Sarana dan Prasarana, mencakup kegiatan: 1) penyediaan
dan seleksi buku pegangan guru, 2) layanan perpustakaan dan
laboratorium, 3) penggunaan alat peraga, 4) kebersihan dan
keindahan lingkungan sekolah, 5) keindahan dan kebersihan
kelas, dan 6) perbaikan kelengkapan kelas.
f. Bidang Hubungan Masyarakat, mencakup kegiatan: 1) kerjasama
sekolah dengan orangtua siswa, 2) kerjasama sekolah dengan
Komite Sekolah, 3) kerjasama sekolah dengan lembaga-
60
lembaga terkait, dan 4) kerjasama sekolah dengan masyarakat
sekitar.
Sedangkan ketika mensupervisi guru, hal-hal yang dipantau
pengawas juga terkait dengan administrasi pembelajaran yang
harus dikerjakan guru, diantaranya: penggunaan program
semester, penggunaan rencana pembelajaran, penyusunan
rencana harian, program dan pelaksanaan evaluasi, kumpulan
soal, buku pekerjaan siswa, Buku daftar nilai, buku analisis
hasil evaluasii. Buku program perbaikan dan pengayaan, buku
program Bimbingan dan Konseling, Buku pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler
3) Rasional Supervisi Pengajaran
Dewasa ini, setiap pekerjaan menuntut adanya sikap
profesional. Apalagi profesi guru yang sehari-hari menangani
makhluk hidup yang berupa anak-anak atau siswa dengan berbagai
karakteristik yang berbeda. Pekerjaaan guru menjadi lebih berat
tatkala menyangkut peningkatan kemampuan anak didiknya,
sedangkan kemampuan dirinya mengalami stagnasi. Guru yang
profesional adalah mereka yang memiliki kemampuan profesional
dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik. Studi yang
dilakukan oleh Ace Suryani menunjukkan bahwa Guru yang
bermutu dapat diukur dengan lima indikator, yaitu: pertama,
kemampuan profesional (professional capacity), sebagaimana
61
terukur dari ijazah, jenjang pendidikan, jabatan dan golongan, serta
pelatihan. Kedua, upaya profesional (professional efforts),
sebagaimana terukur dari kegiatan mengajar, pengabdian dan
penelitian. Ketiga, waktu yang dicurahkan untuk kegiatan
profesional (teacher's time), sebagaimana terukur dari masa
jabatan, pengalaman mengajar serta lainnya. Keempat, kesesuaian
antara keahlian dan pekerjaannya (link and match), sebagaimana
terukur dari mata pelajaran yang diampu, apakah telah sesuai
dengan spesialisasinya atau tidak, serta kelima, tingkat
kesejahteraan (prosperiousity) sebagaimana terukur dari upah,
honor atau penghasilan rutinnya. Tingkat kesejahteraan yang
rendah bisa mendorong seorang pendidik untuk melakukan kerja
sambilan, dan bilamana kerja sambilan ini sukses, bisa jadi profesi
mengajarnya berubah menjadi sambilan. Guru profesional memiliki
pengalaman mengajar, kapasitas intelektual, moral, keimanan,
ketaqwaan, disiplin, tanggungjawab, wawasan kependidikan yang
luas, kemampuan manajerial, trampil, kreatif, memiliki
keterbukaan profesional dalam memahami potensi, karakteristik
dan masalah perkembangan peserta didik, mampu mengembangkan
rencana studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan
meneliti dan mengembangkan kurikulum.
Akhir-akhir ini banyak guru, dengan berbagai alasan dan latar
belakangnya menjadi sangat sibuk sehingga mereka tidak dapat
62
fokus mencapai tujuan pengajaran. Seringkali kesejahteraan yang
kurang atau gaji yang rendah menjadi alasan bagi sebagian guru
untuk menyepelekan tugas utamanya. Implikasinya adalah banyak
kegiatan pengajaran yang tidak sesuai dengan tujuan umum
pengajaran, kebutuhan siswa, dan tujuan sekolah. Guru memasuki
kelas tidak mengetahui tujuan yang pasti, yang penting demi
menggugurkan kewajiban. Idealisme menjadi luntur ketika yang
dihadapi ternyata masih anak-anak dan kalah dalam pengalaman.
Banyak guru enggan meningkatkan kualitas pribadinya dengan
kebiasaan membaca untuk memperluas wawasan. Jarang pula yang
secara rutin pergi ke perpustakaan untuk melihat perkembangan
ilmu pengetahuan. Kebiasaan membeli buku menjadi suatu
kebiasaan yang mustahil dilakukan karena guru sudah merasa puas
mengajar dengan menggunakan LKS (Lembar Kegiatan Siswa)
yang berupa soal serta sedikit ringkasan materi. Dapat dilihat daftar
pengunjung di perpustakaan sekolah maupun di perpustakaan
umum, jarang sekali guru memberi contoh untuk mengunjungi
perpustakaan secara rutin.
Jurnal terkemuka manajemen pendidikan, Educational Leadership
pernah menurunkan laporan mengenai tuntutan guru professional.
Menurut Jurnal tersebut, untuk menjadi professional, seorang guru
dituntut memiliki lima hal, yakni: 1) Guru mempunyai komitmen
pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen
63
tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya. 2) Guru
menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan
serta cara mengajarkannya kepada siswa. Bagi guru, hal ini
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. 3) Guru
bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai
teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa
sampai tes hasil belajar. 4) Guru mampu berpikir sistematis tentang
apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Artinya,
harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan
koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar
dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan salah, serta
baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa. 5) guru
seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya, misalnya PGRI dan organisasi profesi
lainnya.
Dalam konteks yang aplikatif, dengan adanya supervisi
pengajaran diharapkan para guru menguasai sepuluh kompetensi
sebagai berikut:
1) Menguasai bahan, meliputi: a) menguasai bahan bidang studi
(standar kompetensi dan kompetensi dasar seperti digariskan
dalam kurikulum, b) menguasai bahan pengayaan/penunjang
bidang studi atau pengembangan bahan ajar yang lebih luas.
64
2) Mengelola program belajar-mengajar, meliputi: a) merumuskan
tujuan pembelajaran, b) mengenal dan menggunakan prosedur
pembelajaran yang tepat, c) melaksanakan program belajar-
mengajar, d) mengenal kemampuan anak didik.
3) Mengelola kelas, meliputi: a) mengatur tata ruang kelas untuk
pelajaran, b) menciptakan iklim belajar-mengajar yang serasi.
4) Penggunaan media atau sumber, meliputi: a) mengenal,
memilih dan menggunakan media, b) membuat alat bantu yang
sederhana, c) menggunakan perpustakaan dalam proses belajar-
mengajar, d) menggunakan micro teaching untuk unit program
pengenalan lapangan.
5) Menguasai landasan-landasan pendidikan yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan pengajaran.
6) Mengelola interaksi-interaksi belajar-mengajar yang dapat
menyentuh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
7) Dapat mengevaluasi hasil belajar dan pengajaran yang menjadi
bahan pertimbangan untuk membenahi kepentingan pelajaran
selanjutnya.
8) Mengenal fungsi layanan bimbingan dan konseling di sekolah,
meliputi: a) mengenal fungsi dan layanan program bimbingan
dan konseling, b) menyelenggarakan layanan bimbingan dan
konseling.
65
9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
10) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran.
Alasan rasional mengapa supervisi itu penting adalah
untuk perbaikan pengajaran/pembelajaran. Adapun untuk
mendukung proses pembelajaran yang bermutu ditentukan oleh
berbagai unsur dinamis yang akan ada di dalam sekolah dan
lingkungannya sebagai suatu kesatuan sistem. Menurut Townsend
dan Butterworth, ada sepuluh faktor penentu terwujudnya proses
pembelajaran yang bermutu, yakni:
1) keefektifan kepemimpinan kepala sekolah
2) partisipasi dan rasa tanggung jawab guru dan staf,
3) proses belajar-mengajar yang efektif,
4) pengembangan staf yang terpogram,
5) kurikulum yang relevan,
6) memiliki visi dan misi yang jelas,
7) iklim sekolah yang kondusif,
8) penilaian diri terhadap kekuatan dan kelemahan,
9) komunikasi efektif baik internal maupun eksternal, dan
10) keterlibatan orang tua dan masyarakat secara instrinsik.
Melalui supervisi pengajaran, maka peran guru secara
lebih luas, didorong untuk meningkatkan mutu dan makna sebagai
66
suatu kadar proses dan hasil pendidikan secara keseluruhan yang
ditetapkan sesuai dengan pendekatan dan kriteria tertentu.
Dalam konteks pengajaran, seorang guru menentukan
mulai dari input, proses, dan output. Input pengajaran adalah segala
sesuatu sumber dan bahan ajar yang tersedia untuk berlangsungnya
proses pengajaran. Proses pengajaran merupakan transformasi
sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran dengan
mengintegrasikan input sehingga mampu menciptakan situasi
pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu
mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu
memberdayakan peserta didik. Output pengajaran adalah kinerja
guru yang dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya,
produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya melalui prestasi hasil
belajar siswa.
Makna positif lain yang dapat dipetik dari supervisi adalah
mengurangi beban guru. Fullan & Stiegerbauer dalam "The New
Meaning of Educational Change" mencatat bahwa setiap tahun
banyak guru yang berurusan dengan banyak problem yang hal itu
menjasi sumber stres bagi mereka. Mungkin tak aneh bila
dilaporkan banyak guru mengalami stres dan jenuh. Dengan
dukungan supervisi, maka guru dapat dibantu untuk memecahkan
serangkaian problema yang mereka derita itu. Sehingga dengan
demikian mereka dapat terkurangi bebannya.
67
Supervisi juga menjadi pertukaran pengalaman dan transfer
pengetahuan baru. Supriadi mengatakan: "orang yang mendalami
teori difusi inovasi akan segera tahu bahwa setiap perubahan atau
inovasi dalam bidang apa pun, termasuk dalam pengajaran,
memerlukan tahap-tahap yang dirancang dengan benar sejak ide
dikembangkan hingga dilaksanakan". Sejak awal, supervisi harus
di sesuaikan dengan sebuah kondisi yang perlu diperhitungkan,
mulai substansi sampai kondisi-kondisi lokal tempat institusi itu
diimplementasikan. Intinya, supervisi merupakan cara untuk
melakukan suatu perubahan yang mendasar, melibatkan banyak
pihak, dan dengan skala yang luas akan selalu memerlukan pikiran,
tenaga dan waktu. Supervisi dijalankan berdasarkan kriteria yang
jelas, terukur dan realistik dalam sasarannya, dan dirasakan
manfaatnya oleh pihak yang melaksanakannya.
Kepala sekolah sebagai supervisor harus memerhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut: 1) hubungan konsultatif, kolegial, bukan hirarkhis,
2) dilaksanakan secara demokratis, 3) berpusat pada guru, 4) dilakukan
berdasarkan kebutuhan tenaga guru, dan 5) merupakan bantuan
profesional.
Tugas kepala sekolah sebagai supervisor yaitu memberi masukan
kepada tenaga kependidikan yang masih dirasa perlu dibenahi, dibina dan
ditingkatkan kemampuan dan ketrampilannya. Tindakan ini untuk
68
mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan
dan lebih berhati-hati melaksanakan pekerjaannya.
e. Sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader membutuhkan karakteristik khusus,
yaitu 1). memiliki kepribadian mantap, seperti (jujur, percaya diri,
tanggungjawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar,
emosi yang stabil dan teladan). 2) Memiliki keahlian dasar, seperti
(memahami kondisi tenaga kependidikan, tahu kondisi dan karakteristik
peserta didik, menyusun program pengambangan tenaga kependidikan,
menerima masukan, saran kritik dari pihak lain, dll.). 3) memiliki
pengalaman dan pengetahuan profesional, serta 4). Memiliki pengetahuan
administrasi dan pengawasan.
f. Sebagai Innovator
Sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki staregi yang
tepat untuk menjalin hubungan harmonis dengan lingkungan, mencari
gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan
kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan
model-model pembelajaran yang innovatif.
Kepala sekolah sebagai innovator akan tercermin bagaimana ia
melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif,
rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, adaptabeldan fleksibel.
Sebagai innovator juga harus mampu mencari, menemukan dan
lemaksanakan berbagai pembaruan di sekolah.
69
g. Sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang
tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam
melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan
melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin,
dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber
belajar melalui pengembangan pusat sumber belajar (PSB).
h. Sebagai Administrator
Secara garis besar, peranan administrator sekolah dalam membawa
pembenahan kurikulum paling tidak mencakup tiga aspek penting, yaitu 1)
menilai kebutuhan pembenahan kurikulum, 2) merencanakan untuk
pembenahan kurikulum, dan 3) mengimplementasikan pembenahan
kurikulum.
Kepala sekolah harus banyak memberikan kontribusi terhadap
program kurikulum. Dia merupakan salah seorang yang memperhatikan
dengan segala aspek kehidupan sekolahnya. Perhatiannya terhadap
kesuksesan sekolah memberikan sebuah motivasi yang kuat dan sungguh-
sungguh demi upaya-upayanya untuk mendapatkan pembenahan
kurikulum. Dia lebih mampu daripada siapapun untuk menemukan
kebutuhan sekolahnya. Dia mengetahui kontribusi terbaik yang mampu
diberikan oleh anggota-anggota stafnya. Perhatiannya terhadap
perkembangan guru-gurunya mengharuskan bahwa dia bertanggung jawab
70
untuk melakukan yang terbaik untuk mendapatkan perkembangan
tersebut–menjalankan kurikulum.
10. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan
Kepala sekolah adalah seseorang yang paling tinggi kedudukan di
suatu sekolah karena ia merupakan pemimpin bagi semua unsur yang ada
di lingkungan sekolah tersebut, dan merupakan teladan dan panutan bagi
guru yang merupakan pelaksana pendidikan, juga semua masyarakat
sekolah yang dipimpinnya. Melihat keadaan dan perkembangan dunia
tentunya merupakan suatu tantangan bagi seorang kepala sekolah dalam
menjalankan operasional tempat dia jadi “top leader”, bagaimanapun ia
harus menjadikan sekolah tersebut menjadi baik dari segi prestasi maupun
pengelolaannya. Menghasilkan siswa yang terbaik prestasi, budi pekerti
ataupun siswa yang mampu menjawab tantangan jaman dengan
pengetahuannya. Hal ini dimulai dari bagaimana pelaksanaan pendidikan
(guru) itu sendiri dikoordinasikan, digerakkan dan diupayakan untuk
menjadi ujung tombak dari kegiatannya, sehingga seorang kepala sekolah
memerlukan keahlian, strategi dan cara untuk dapat mengupayakan guru-
guru dibawahnya bisa melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik. Tugas
kepala sekolah secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu : tugas kepala
sekolah dibidang pengelolaan dan Tugas kepala sekolah dibidang
supervisi.
1. Tugas Kepala Sekolah dibidang Pengelolaan
a. Pengelolaan Pengajaran
71
b. Pengelolaan Kepegawaian
c. Pengelolaan Kemuridan
d. Pengelolaan Gedung dan Halaman
e. Pengelolaan Keuangan
f. Pengelolaan Sekolah dan Hubungan Masyarakat
2. Tugas Kepala Sekolah dibidang supervisi
a. Membimbing guru-guru agar memehami secara jelas tujuan-tujuan
pendidikan pengajaran yang hendak dicapainya, dan hubungannya
dengan aktifitas pengajaran dengan tujuan-tujuan tersebut.
b. Membimbing guru untuk dapat memahami lebih jelas tentang
persoalan-persoalan dan kebutuhan murid-muridnya dan usaha apa
yang dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan tersebut.
c. Membantu guru agar mereka mampu memahami lebih jelas tentang
masalah-masalah dan kesukaran murid-muridnya.
d. Membantu guru untuk memperoleh kecakapan mengajar yang lebih
baik dengan menggunakan variasi-variasi pengajaran modern
sesuai dengan kurikulum dari bidang pelajaran masing-masing.
e. Menyelesaikan dan memberikan tugas yang sesuai dan cocok
dengan bidang keilmuan dan bakat masing-masing guru
f. Memberikan bimbingan yang bijaksana kepada guru-guru terutama
kepada guru-guru baru agar mereka dapat memasuki, memahami
dan menghayati suasana sekolah dan jabatan sebaik-baiknya.
72
g. Menbantu guru untuk memahami sumber-sumber pengalaman
belajar bagi murid-murid di sekolah ditengah-tengah masyarakat
sehingga situasi belajar mengajar diperkaya karenanya.
B. Perspektif Islam Tentang Variabel Penelitian
Dalam pandangan Islam, kepemimpinan terkait dengan dua harapan atau
tuntutan sosial mendasar yang dikenakan kepada si pemimpin. Pertama,
kemampuan yang diperkirakan terdapat padanya untuk memimpin ke arah
tercapainya situasi yang diinginkan oleh komunitasnya. Kedua, Kemungkinan
bobot fungsinya dalam mempertahankan eksistensi komunitas . Dalam
konteks pemenuhan tuntutan sosial itu, pemimpin harus menyadari adanya
pertanggung jawaban transendental, yang menghendaki keterluluhan pribadi
dalam keharusan moral agama.19
Tanggung jawab atau prinsip akuntabilitas kepemimpinan dalam Islam,
hendaknya diletakkan dalam tugas (muamalah) kehidupan dan pengabdian
(ibadah) setiap manusia sebagai kahlifah di bumi-Nya, Sebagaimana firman
Allah dalam Surat Al-A’raf ayat 129 sebagai berikut;
ۡ‫م‬ُ
‫ك‬َّ
‫و‬ُ
‫د‬َ
‫ع‬ َ
‫ك‬ِ‫ل‬ ۡ‫ه‬ُ‫ي‬ ‫َن‬‫أ‬ ۡ‫م‬ُ
‫ك‬ُّ‫ب‬َ
‫ر‬ ٰ
‫ى‬َ
‫س‬َ
‫ع‬ َ
‫ال‬َ‫ق‬
ۚ
‫ا‬َ‫ن‬َ‫ت‬
ۡ
‫ئ‬ ِ
‫ج‬ ‫ا‬َ
‫م‬ ِ
‫د‬ۡ‫ع‬َ‫ب‬ ۢ‫ن‬ِ
‫م‬َ
‫و‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ي‬ِ‫ت‬
ۡ
‫أ‬َ‫ت‬ ‫َن‬‫أ‬ ِ
‫ل‬ۡ‫ب‬َ‫ق‬ ‫ن‬ِ
‫م‬ ‫ا‬َ‫ين‬ِ
‫ُوذ‬‫أ‬ ْ‫ا‬ٓ
‫و‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬
َ
‫ن‬‫و‬ُ‫ل‬َ
‫م‬ۡ‫ع‬َ‫ت‬ َ
‫ف‬ۡ‫ي‬َ
‫ك‬ َ
‫ر‬ُ‫ظ‬‫ن‬َ‫ي‬َ‫ف‬ ِ
‫ض‬ۡ
‫َر‬
ۡ
‫ٱۡل‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ۡ‫م‬ُ
‫ك‬َ
‫ف‬ِ‫ل‬ ۡ‫خ‬َ‫ت‬ ۡ‫س‬َ‫ي‬َ
‫و‬
٩٢١
Kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas (oleh Fir´aun) sebelum kamu
datang kepada kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab: "Mudah-
19
Abdullah, Taqufiq, “Pola Kepemimpinan Islam di Indonesia” (Jakarta, Prisma, 6, 1982), 56.
73
mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di
bumi(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu.20
Disbutkan juga dalam Qur’an surat Shad ayat 26 sebagai berikut :
‫ة‬َ
‫ف‬‫ي‬ِ‫ل‬َ
‫خ‬ َ
‫ك‬َٰ‫ن‬
ۡ
‫ل‬َ
‫ع‬َ
‫ج‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ُ
‫ۥد‬ُ
‫او‬َ
‫ٰد‬َ‫ي‬
ٗ
‫ي‬ِ‫ف‬
ٰ
‫ى‬َ
‫و‬َ
‫ه‬
ۡ
‫ٱل‬ ِ
‫ع‬ِ‫ب‬َّ‫ت‬َ‫ت‬ َ
‫َل‬َ
‫و‬ ِ
‫ق‬َ
‫ح‬
ۡ
‫ٱل‬ِ‫ب‬ ِ
‫َّاس‬‫ن‬‫ٱل‬ َ
‫ن‬ۡ‫ي‬َ‫ب‬ ‫م‬ُ
‫ك‬ ۡ‫ٱح‬َ‫ف‬ ِ
‫ض‬ۡ
‫َر‬
ۡ
‫ٱۡل‬
‫اب‬َ
‫ذ‬َ
‫ع‬ ۡ‫م‬ُ
‫ه‬َ‫ل‬ ِ
‫ه‬َّ‫ل‬‫ٱل‬ ِ
‫يل‬ِ‫ب‬َ
‫س‬ ‫ن‬َ
‫ع‬ َ
‫ن‬‫و‬ُّ‫ل‬ِ
‫ض‬َ‫ي‬ َ
‫ين‬ِ
‫ذ‬َّ‫ل‬‫ٱ‬ َّ
‫ن‬ِ‫إ‬ ِۚ
‫ه‬َّ‫ل‬‫ٱل‬ ِ
‫يل‬ِ‫ب‬َ
‫س‬ ‫ن‬َ
‫ع‬ َ
‫ك‬َّ‫ل‬ِ
‫ض‬ُ‫ي‬َ‫ف‬
ٗ
ۢ
ُ
‫يد‬ِ
‫د‬َ
‫ش‬
‫ا‬َ
‫م‬ِ‫ب‬
ْ‫ا‬‫و‬ُ
‫س‬َ‫ن‬
َ‫م‬ۡ
‫و‬َ‫ي‬
ِ
‫اب‬َ
‫س‬ِ
‫ح‬
ۡ
‫ٱل‬
٢٢
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka
bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari
jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan
mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.21
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan dalam perspektif Islam
adalah suatu kegiatan atau kemampuan orang lain untuk mengarahkan dan
memotivasi tingkah laku orang lain, serta ada usaha kerja sama yang sesuai
dengan nilai-nilai Al-Qur’an dan Al-Hadits untuk mencapai tujuan yang
diinginkan bersama.
20
Al-Qur’an, 7: 129.
21
Al-Qur’an, 38: 26.
74
C. Kerangka Teoritik
Pola perilaku yang selalu terlihat pada aktivitas seseorang berupaya
mempengaruhi aktivitas bawahannya adalah gaya kepemimpinan seseorang.
Kerangkan pemikiran konseptual yang mendasari penelitian ini adalah bahwa
kinerja guru di MA Ummul Quro Kropak Bantaran Probolinggo .merupakan
kegiatan yang dianggap penting, baik guru itu sendiri ataupun lembaga
pendidikannya. Dengan cara kerja yang professional para guru diharapkan
nantinya akan menghasilkan siswa-siwa yang berprestasi tinggi, sehingga
dengan sendirinya lembaga pendidikan akan berkembang. Jadi adanya
profesiolisme guru di MA Ummul Quro Kropak Bantaran Probolinggo . akan
menghasilkan prestasi kerja dengan meningkatkan mutu siswa dalam arti
prestasi dan moralitasnya. Dalam kaitannya meningkatkan profesiolisme guru
akan sulit terjadi jika peranan kepala sekolah dalam memimpin lembaga
pendidikannya tidak nmelaksanakan tugasnya dengan baik. Maka peranan
kepala sekolah dalam memimpin guru untuk meningkatkan profesiolismenya
sangat diperlukan, bagaimana upaya kepala sekolah untuk meningkatkan
profesionalisme dengan cara kepemimpinannya. Dengan demikian kerangka
konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
75
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Konseptual
Kepemimpinan Profesiolisme
 Perilaku mengarahkan
 Perilaku membimbing
 Perilaku mendukung
 Perilaku pendelegasian
Profesionalisme

More Related Content

Similar to bab2 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONELISME GURU DI MA UMMUL QURO KROPAK BANTARAN PROBOLINGGO

Kepemimpinankepalasekolah 090909212813-phpapp02
Kepemimpinankepalasekolah 090909212813-phpapp02Kepemimpinankepalasekolah 090909212813-phpapp02
Kepemimpinankepalasekolah 090909212813-phpapp02Musbahaeri Saleh
 
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdfKONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdf
NURLIAFAUZI
 
Ppt uas admin verika dian
Ppt uas admin verika dianPpt uas admin verika dian
Ppt uas admin verika dianvey_riecha
 
PROFESI PENDIDIKAN (KEPROFESIAN BIDANG KEKEPALA SEKOLAHAN)
PROFESI PENDIDIKAN (KEPROFESIAN BIDANG KEKEPALA SEKOLAHAN)PROFESI PENDIDIKAN (KEPROFESIAN BIDANG KEKEPALA SEKOLAHAN)
PROFESI PENDIDIKAN (KEPROFESIAN BIDANG KEKEPALA SEKOLAHAN)
Arjuna Ahmadi
 
TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdf
TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdfTUGAS KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdf
TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdf
NurmawatiNur1
 
Kepemimpinan guru besar dalam organisasi sekolah
Kepemimpinan guru besar dalam organisasi sekolahKepemimpinan guru besar dalam organisasi sekolah
Kepemimpinan guru besar dalam organisasi sekolah
Krishna Veeni
 
Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2
Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2
Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2
dpyulianti
 
Manajemen kurikulum
Manajemen kurikulumManajemen kurikulum
Manajemen kurikulum
Amsori Saari
 
Ppt admin shinta
Ppt admin shintaPpt admin shinta
Ppt admin shintayu_furi
 
Proposal tesis
Proposal tesisProposal tesis
Proposal tesis
abdulhadi367
 
Manajemen Pendidikan
Manajemen PendidikanManajemen Pendidikan
Manajemen Pendidikan
royadi14021997
 
PPT ADMINS UMI SAHLAH
PPT ADMINS UMI SAHLAHPPT ADMINS UMI SAHLAH
PPT ADMINS UMI SAHLAH2012620165
 
Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah
Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolahKepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah
Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah
Rachma Wati
 
Konsep manajemen sekolah
Konsep manajemen sekolahKonsep manajemen sekolah
Konsep manajemen sekolah
sugimulyani
 
Instruksional leadership
Instruksional leadershipInstruksional leadership
Instruksional leadershipAndy Wrx
 
Uas administrasi pendidikan dhiyah
Uas administrasi pendidikan dhiyahUas administrasi pendidikan dhiyah
Uas administrasi pendidikan dhiyah
Rara Gndutzz
 
Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya merupakan kemampuan dalam...
Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya merupakan kemampuan dalam...Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya merupakan kemampuan dalam...
Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya merupakan kemampuan dalam...
amiruddinrahim
 
2. arni apriani (06111404002)
2. arni apriani (06111404002)2. arni apriani (06111404002)
2. arni apriani (06111404002)Dewi_Sejarah
 
Pengelolaan kelas secara fisik dan pengelolaan ruang secara psikologis
Pengelolaan kelas secara fisik dan pengelolaan ruang secara psikologisPengelolaan kelas secara fisik dan pengelolaan ruang secara psikologis
Pengelolaan kelas secara fisik dan pengelolaan ruang secara psikologis
Zuha Farhana
 

Similar to bab2 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONELISME GURU DI MA UMMUL QURO KROPAK BANTARAN PROBOLINGGO (20)

Kepemimpinankepalasekolah 090909212813-phpapp02
Kepemimpinankepalasekolah 090909212813-phpapp02Kepemimpinankepalasekolah 090909212813-phpapp02
Kepemimpinankepalasekolah 090909212813-phpapp02
 
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdfKONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdf
 
Ppt uas admin verika dian
Ppt uas admin verika dianPpt uas admin verika dian
Ppt uas admin verika dian
 
PROFESI PENDIDIKAN (KEPROFESIAN BIDANG KEKEPALA SEKOLAHAN)
PROFESI PENDIDIKAN (KEPROFESIAN BIDANG KEKEPALA SEKOLAHAN)PROFESI PENDIDIKAN (KEPROFESIAN BIDANG KEKEPALA SEKOLAHAN)
PROFESI PENDIDIKAN (KEPROFESIAN BIDANG KEKEPALA SEKOLAHAN)
 
TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdf
TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdfTUGAS KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdf
TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdf
 
Kepemimpinan guru besar dalam organisasi sekolah
Kepemimpinan guru besar dalam organisasi sekolahKepemimpinan guru besar dalam organisasi sekolah
Kepemimpinan guru besar dalam organisasi sekolah
 
Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2
Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2
Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2
 
Manajemen kurikulum
Manajemen kurikulumManajemen kurikulum
Manajemen kurikulum
 
Ppt admin shinta
Ppt admin shintaPpt admin shinta
Ppt admin shinta
 
Proposal tesis
Proposal tesisProposal tesis
Proposal tesis
 
Manajemen Pendidikan
Manajemen PendidikanManajemen Pendidikan
Manajemen Pendidikan
 
Ppt admin wiwin
Ppt admin  wiwinPpt admin  wiwin
Ppt admin wiwin
 
PPT ADMINS UMI SAHLAH
PPT ADMINS UMI SAHLAHPPT ADMINS UMI SAHLAH
PPT ADMINS UMI SAHLAH
 
Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah
Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolahKepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah
Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah
 
Konsep manajemen sekolah
Konsep manajemen sekolahKonsep manajemen sekolah
Konsep manajemen sekolah
 
Instruksional leadership
Instruksional leadershipInstruksional leadership
Instruksional leadership
 
Uas administrasi pendidikan dhiyah
Uas administrasi pendidikan dhiyahUas administrasi pendidikan dhiyah
Uas administrasi pendidikan dhiyah
 
Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya merupakan kemampuan dalam...
Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya merupakan kemampuan dalam...Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya merupakan kemampuan dalam...
Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya merupakan kemampuan dalam...
 
2. arni apriani (06111404002)
2. arni apriani (06111404002)2. arni apriani (06111404002)
2. arni apriani (06111404002)
 
Pengelolaan kelas secara fisik dan pengelolaan ruang secara psikologis
Pengelolaan kelas secara fisik dan pengelolaan ruang secara psikologisPengelolaan kelas secara fisik dan pengelolaan ruang secara psikologis
Pengelolaan kelas secara fisik dan pengelolaan ruang secara psikologis
 

Recently uploaded

92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
tsuroyya38
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
pristayulianabila
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
TriSutrisno48
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
YongYongYong1
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
mad ros
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
SABDA
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
SriKuntjoro1
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
StevanusOkiRudySusan
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
opkcibungbulang
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
Arumdwikinasih
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 

Recently uploaded (20)

92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 

bab2 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONELISME GURU DI MA UMMUL QURO KROPAK BANTARAN PROBOLINGGO

  • 1. 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Kepeminpinan Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.1 Dengan kata lain, dalam proses kepemimpinan itu, ditemukan ada fungsi pemimpin yang memberi pengaruh, ada pengikut (anggota) yang menerima pengaruh dan ada aktivitas dan ada suatu situasi di mana kepemimpinan tersebut berlangsung. Kepeminpinan yang dimaksud dalam tesis ini adalah kepemimpinan kepala sekolah/madrasah sebagai pengelola bidang pendidikan yang ada dalam tanggung jawabnya. Sehingga kajian kepemimpinan yang ada dalam tesis ini sangat erat hubungannya dengan administrasi dan manajerial lembaga pendidikan. 2. Perinsip Dalam Pola Kepemimpinan a. Prinsip Manajerial 1 Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan, (Bandung,Alfabeta,2012),6.
  • 2. 17 Agar pengelolaan Madrasah dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien, maka kepala sekolah/madrasah harus melaksanakan fungsi fungsi manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemberian motivasi, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan inovasi. Dalam melaksanakan fung-fungsi menejerial tersebut, kepala sekolah/madrasah perlu memperhatikan dan berupaya mengikuti/menerapkan perinsip-prinsip manajemen b. Prinsip Pembagian Kerja Pekerjaan dan tugas baik yang bersifat administrative maupun kependidikan harus dibagi sampai habis secara professional, sesuai kedudukan, fungsi dan tugas masing-masing personal sekolah. c. Prinsip Pendelegasian Kewenangan dan Tugas Pemberian tugas kepada setiap guru harus diberengi dengan pemberian wewenang kepada yang bersangkutan. Tugas tersebut hendaknya seimbang dengan wewenangnya. d. Prinsip Kesatuan Perintah Pemberian perintah dari kepala sekolah/madrasah kepada staf yang dipimpinnya harus jelas dan konsisten, tidak menimbulkan tafsiran yang bermacam-macam serta tidak berubah-ubah secara rasional yang benar dan jelas. Agar kesatuan perintah ini terjadi, maka kepala sekolah/madrasah dalam memberikan perintahnya harus berdasarkan
  • 3. 18 struktur organisasi sekolah/madrasah yang telah di susun berdasarkan pedoman dari pemberi perintah dan kesepakatan bersama. e. Prinsip Kesatuan Kerja Kegiatan-kegiatan administratif dan kependidikan di Sekolah/Madrasah baik yang bersifat kurikuler maupun ekstra kurikuler harus beroientasi dan bermuarah yang sama, yaitu tercapainya tujuan-tujuan pendidikan di Sekolah/Madrasah secara lebih efektif dan efisien. Agar kesatuan kerak langkah ini tercapai sebagaimana mestinya, maka maka kepala sekolah/madrasah perlu berupaya menyatukan konsep khususnya bagi para guru dalam pengembangan kurikuler maupun ekstra kurikuler dan berbagai perangkat perlengkapannya yang berlaku di Sekolah/Madrasah. Untuk itu kepala sekolah/madrasah perlu melakukan musyawarah dan koordinasi yang baik dengan guru. f. Prinsip Disiplin Kepala sekolah/madrasah harus disiplin dalam menjalankan keputusan-keputusan perintah mengenai pembinaan sekolah/madrasah maupun keputusan-keputusan yang dilahirkan bersama para guru melalui musyawarah, bahkan iapun harus disiplin dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Disamping itu kepala sekolah/madrasah harus berupaya menegakkan kedisiplinan personalianya, khususnya para
  • 4. 19 guru dalam menjalankan kegiatan dan tugasnya sehari-hari sebagai pengajar sekaligus sebagai pendidik di sekolah/madrasah. g. Prinsip Mendahulukan Kepentingan Sekolah daripada Kepentingan Individu Kepala sekolah/madrasah harus menjadi contoh atau teladan serta menumbuhkan pandangan, kesadaran dan sikap mengutamakan kepentingan sekolah/madrasah daripada kepentingan pribadi. Dengan demikian dalam bidang kegiatan apapun yang menjadi sasaran menejemen sekolah/madrasah, yang harus dijunjung tinggi atau didahulukan adalah kepentingan sekolah/madrasah. h. Prinsip Penghargaan dan Sanksi Pada dasarnya guru memiliki kebutuhan akan pengetahuan, kemampuan, prestasi, pengakuan, penghargaan dan penghormatan dari lingkungan sosialnya. Kebutuan-kebutuhan demikian perlu diupayakan pemenuhannya oleh Kepala Sekolah/Madrasah agar para guru lebih termotivasi untuk melaksanakan fungsi, tugas dan kegiatannya secara lebih efektif, efisien, dan kreatif. Dalam hal ini Kepala Sekolah/Madrasah perlu memberikan pengakuan, pujian, penghargaan, penghormatan, hadiah atas prestasi atau dedikasi dan bahkan sanksi hukuman kepada guru yang melakukan pelanggaran, sebatas kewajaran. i. Prinsip Inisiatif
  • 5. 20 Kepala Sekolah/Madrasah harus berupaya menciptakan iklim kerja yang memungkinkan tumbuhnya inisiatif dari guru. Inisiatif yang perlu ditumbuhkan tersebut adalah inisiatif yang bermanfaat atau bermakna, realisis dan berorientasi pada pembaharuan. j. Prinsip Efektifitas dan Efesiensi Pengelolaan Sekolah/Madrasah harus diupayakan agar dapat mencapai tujuan seoptimal mingkin, sesuai dengan standar pencapaian yang diharapkan oleh semua pohak. Disamping itu harus diusahakan oleh kepala sekolah agar upaya tersebut menggunakan sumber daya (antara lain dana, sarana prasarana, tenaga dan waktu0 seminimal mungkin. k. Prinsip Keterpaduan agar pengelolaan sekolah/madrasah dapat berlangsung secara efektif dan efisien, kepala sekolah/madrasah perlu memandang dan mengelolah pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah/madrasah yang dipimpinnya sebagai suatu sistem yang terorganisasi, yang terdiri dari komponen-komponen pendidikan yang saling bergantung dan mendukung, kearah tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Setelah melalui beberapa proses tahapan pendidikan, diharapkan siswa sebagai masukan dasar dapat mimiliki ragam dan tingkat pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang ada di sekolah/madrasah.
  • 6. 21 3. Prinsip Kepemimpinan (Leadership) Inti manajemen (pengelolaan) adalah kepemimpina. Oleh sebab itu dalam mengelola sekolah/madrasah, kepala sekolah/madrasah perlu memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan. a. Prinsip Demokratis Dalam menjalankan kepemimpinannya, kepala sekolah/madrasah, hendaknya bersikap dan bertindak demokratis, mengutamakan musyawarah untuk mufakat, meskipun suatu saat ia dapat pula menjalankan kepemimpinan situasional (dasar sikap dan tindakan kepemimpinan yang berdasarkan situasi). b. Prinsip Kekeluargaan Sebagai pemimpin, kepala sekolah/madrasah perlu menciptakan dan membina situasi hubungan social yang akrab dan harmonis dalam lingkungan kerjanya, yang didasari oleh semangat kekeluargaan. c. Prinsip Kesederhanaan dan kemandirian Wahjosumidjo mengatakan “Dalam menjalankan kepemimpinan pendidikan, kepala sekolah/madrasah perlu memberikan keteladanan sikap dan tingkah laku yang menunjukkan kesederhanaan dan kemandirian kepada para guru, agar sikap dan tingkah lakunya yang demikian itu mengimbas/menular kepada para siswanya.” Kedua sikap tersebut juga perlu ia tunjukkan dalam pengelolaan sumber daya yang terbatas baik
  • 7. 22 kualitas maupun kuantitasnya, sehingga akan dapat membentu mengatasi keterbatasan kemampuan sekolah yang disiplin.2 4. Penegertian dan Gaya Kepemimpinan Konsep kepemimpinan sangat beragam yang diberikan oleh para ahli, baik formal maupun non formal. Dari sekian konsep pada dasarnya kepemimpinan dapat dilihat dari berbagai sedut pandang (Point of View) sebagai kerangka pikirannya. Team pembina penatar dan badan penataran Pegawai Negeri Republik Indonesia merumuskan bahwa kepemimpian yang berdasarkan Pancasila, yaitu kepemimpinan yang memiliki jiwa Pancasila, yang memiliki wibawa dan daya mampu untuk membawa serta dan memimpin masyakat lingkungannya ke dalam kesadaran kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan berdasarkan Pancasila dan Undang- undang Dasar 1945. Sebagaimana Joewono mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu cara dan metode seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain sedemikian rupa, sehingga orang tersebut dengan sadar mengikuti dan mematuhi segala kehendaknya.3 Sedangkan Indah Kusuma Dewi mengatakan bahwa kepemimpinan adalah ketrampilan, kemampuan dan tindakan yang dikerjakan oleh individu untuk memberikan pengaruh bagi manusia atau kelompok manusia pada wadah yang terkoordinasi, dengan 2 Merigustina, “Peran Kepala Madrasah Sebagai Suprvisor Dalam Pengembangan Potensi Pedagogik Guru,” Tesis M.Pd, Lampung,: Univrsitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, (2017), 57. 3 Joewono, “Peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan efektivitas kerja guru dan pegawai di sekolah dasar negeri 015 Samarinda,” eJournal Administrasi Negara 1(1), ( 2013), 70-84.
  • 8. 23 maksud untuk mencapai satu atau lebih tujuan yang telah ditentukan bersama melalui prilaku atau tindakan positif.4 Kepemimpinan hakekatnya merupakan ilmu, seni seseorang untuk mempengaruhi atau membimbing orang lain dalam mencapai tujuan dengan cara tertentu, sehingga orang lain taat, loyal kepadanya. Dan gaya merupakan model yang menjadi karakter kepemimpinan seseorang dalam mengambil kebijakan dan langkah-langkah strategis lainnya. Keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi dalam mencapai suatu tujuan sangat ditentukan oleh kapasistas, integritas dan akuntabilitas gaya kepemimpinan seseorang. Sebagaimana dikemukakan oleh James A.F Stoner5 kepemimpinan manejerial adalah suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Ada tiga implikasi penting dari definisi itu, yaitu menyangkut orang lain (bawahan/pengikut), menyangkut pembagian kekuasaan, memberi pengarahan kepada bawahannya. Berarti keberhasilan seseorang melaksanakan tugas kepemimpinan ditentukan oeleh ketrampilan, keahlian dan gaya seseorang untuk menggerakkan orang lain agar bekerjasama dengan baik untuk mencapai tujuan yang ditentukan. 4 Indah Kusuma Dewi, Nilai-nilai Proftik dalam Kepemimpinan Modern pada Manajemen Kerja, https://books.google.co.id/books?id=vWScDwAAQBAJ&lpg=PR1&dq=inauthor%3A%22Dr.%20 Indah%20Kusuma%20Dewi%2C%20M.Pd.I%22&hl=id&pg=PA13#v=onepage&q&f=false, diakses tanggal 1 Februari 2019. 5 Muh. Hizbul Muflihin, “Kepemimpinan Pendidikan: Tinjauan terhadap Teori Sifat dan Tingkah laku,” INSANIA,13(Januari-April,2008), 1.
  • 9. 24 Secara umum kepemimpinan mengandung unsure, elemen tentang proses mempengaruhi orang lain, sebaliknya orang lain bersedia mengikutinya, adanya tujuan tertentu dan menggunakan gaya atau cara- cara tertentu. Sehingga kepemimpinan itu sangat bervariatif yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungannya. Namun demikian faktor-faktor kewibawaan, konsistensi tercermin dalam sikap perilaku dan tindakan seseorang dalam menghadapi masalah, tantangan perubahan dalam menciptakan suasana yang serasi selaras dan seimbang dan menumbuhkan daya kekuatan dan kemampuan untuk mencapai suatu tujuan organisasi. 5. Pendekatan-Pendekatan Kepemimpinan Pendekatan kepemimpian dapat dilihat dari kesifatan, perilaku, dan situsional Contingency. Pendekatan pertama memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat (Traits) yang tampak, pendekatan kedua mengidentifikasikan perilaku-perilaku (Behaviors) pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan Efektif, dan pendekatan ketiga dengan pandangan situasional dinyatakan bahwa situasi yang menentukan efektifitas kepemimpinan bervariasi antara situasi, tugas, ketrampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi, pengalaman masa lalu.6 Nabi Muhammad SAW, memberikan keteladanan dalam kepemimpinannya dengan watak dan gayanya yang jujur dan benar 6 Priyono, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Sidoarjo: Zifatama Publiser,2014), 132
  • 10. 25 (Sidiq), dapat dipercaya penuh dengan tanggung-jawab (Amanah), mampu menyampaikan, mengajar dan berpidato (Tablig), dan cerdas (Fatonah). Diilhami oleh watak dan gaya kepemimpinan Nabi, timbul suasana asumsi bahwa “Seseorang pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat” atau seseorang itu dilahirkan membawa atau tidak membawa sifat-sifat yang diperlukan bagi seorang pemimpin. Dalam dimensi kepribadian bangsa Indonesia, kepemimpinan itu secara konsisten dan konsekuen harus bersumber pada kepribadian bangsa Indonesia dengan ciri-ciri sebagai berikut. a. Antara pemimpin dengan yang dipimpin merupakan satu kesatuan organisasi, yang dilandasi pengalaman dan rasa persaudaraan yang tinggi. b. Masing-masing yang terlibat dalam suatu sistem mempunyai kedudukan dan fungsi masing-masing untuk mewujudkan tujuannya. c. Mengedepankan musyawarah, yang diliputi semangat kekeluargaan dengan koredor nilai toleransi, kooperatif dan kompromis. d. Menjujung tinggi hak-hak minoritas, hak azasi manusia dalam dimensi sosial-budaya, ekonomi dan politik. Prinsip-prinsip lain sebagai panduan yang dijadikan sikap kepemimpinan, yaitu : 1. Iman dan Taqwa, yaitu seorang pemimpin yang mendahulukan iman, sedangkan ilmu digunakan sebagai ajaran Allah. Keseimbangan hablun minallah dan hablun minannas merupakan koredornya.
  • 11. 26 2. Ing Ngarso Sung Tulodho, yaitu memberi contoh dalam segala tindakan bagi pemimpin tingkat bawah (skill, knowhow). 3. Ing Madyo Mangun Karso, yaitu kemampuan untuk selalu memberikan motivasi agar bawahannya selalu ingin berbuat yang terbaik. 4. Tut Wuri Handayani, yaitu kemapuan selalu memberikan dorongan agar bawahannya selalu berkeinginan untuk maju guna kepentingan organisasinya maupun dirinya. 5. Waspodo Purbowaseso, yaitu jeli dalam memantau dan menilai bawahannya yang salah diarahkan, yang benar dipuji, yang baik diberi hadiah. 6. Ambeg Paramarta, yaitu seorang pemimpin harus mampu menentukan yang perlu, yang bermanfaat, yang penting dan mampu menilai manfaat serta pengaruhnya keatas, kesamping dan kebawah. 7. Prasojo, yaitu bertingkah laku secara wajar, baik fisik dan non fisik. 8. Satiyo, yaitu setia kepada tugas dan cita-cita, yang diperkuat dengan disiplin. 9. Gemi Nastiti, yaitu menggunakan anggaran berdasarkan skala prioritas. 10. Bloko, yaitu terbuka (open management) mengetahui mana yang terbatas.
  • 12. 27 11. Legowo, yaitu bersikap ikhlas dalam menerima tugas, pengorbanan, memberi termasuk menerima kritik dan alih jabatan (Dardji Darmodihardjo, 1990 : 75). Eungene Emerson Jennings dan Robert T Golembiewski7 membagi sikap dan gaya kepemimpinan (leadershif style) sebagai berikut, Otokratis, Paternalistis, Karismatis, Demokratis dan Milteristis. Ditinjau dari pertumbuhannya terdapat tiga jenis pemimpin yaitu, Genetis, Sosialistis dan Ekologis8 . Ada yang melihat gaya kepemimpinan dari perilaku hubungan dengan bawahan yaitu gaya dengan orientasi tugas (task- oriented) dan gaya dengan orientasi karyawan (employee-oriented).9 Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (task) mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkan. Maksudnya lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan dari pada pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Sebaliknya gaya kepemimpinan yang berorientasi karyawan (employee) mencoba untuk lebih berorientasi pada motivasi bawahan dari pada mengawasinya. Mereka mendorong untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan- hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota. 7 Eungene Emerson Jennings dan Robert T Golembiewski, “Analisis Tipe Kepemimpinan Aras Tammauni di Kabupaten Mamuju Tengah,” Jurnal Analisis Kebijakan dan Pelayanan Publik,4,1 (Juni, 2018), 52. 8 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: CV. Rajawali,2004), 33. 9 Herdiyanti, Margono Setiawan dan Umar Nimran, “Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja dan kepuasan kerja karyawan,” WACANA, 13,4, (Oktober, 2010), 529-536.
  • 13. 28 Ducan dalam penelitian menyatakan empat sifat yang dapat menyebabkan keberhasilan seseorang pemimpin, yaitu; 1. Intelegensia Quition (IQ). 2. Kematangan dan keluasaan pandangan (Emosional Quition). 3. Motivasi dan keinginan berprestasi. 4. Kemampuan Human Relation. Berarti kepemimpinan yang ideal adalah memudahkan itelegensi, kematangan dengan wawasan yang luas, motivasi untuk berprestasi dan didukung oleh kemampuan human relation secara baik. Blake dan Mounton10 mengembangkan kisi-kisi manajerial (managerial grid) pada tugas (produksi) dan karyawan (orang), serta kombinasi antara kedua ekstrim, yang didalamnya terdapat lima gaya kepemimpinan dasar, yaitu : 1. Gaya Laissez Faire, yaitu perhatian rendah terhadap karyawan maupun terhadap produksi atau tugas. 2. Gaya Partisipatorif, yaitu perhatian kepada karyawan tinggi memberikan kelonggaran kepada karyawan, santai, memperhatikan kebutuhan-kebutuhan karyawan bagi pemuasan hubungan, persahabatan dan menyenangkan tetapi perhatian terhadap peroduksi rendah 3. Gaya Middle of The Road management or Organisation Management, yaitu perhatian terhadap karyawan kadang-kadang menggunakan pendekatan tawar menawar untuk menyelesaikan pekerjaan. 10 H Al Fadjar Ansory dan Melthiana Indasari, MSDM(Sidoarjo: Indomedia Pustaka,2018), 96.
  • 14. 29 4. Gaya Otokrat, yaitu pemegang tugas yang keras, karateristik pengawasan tertutup, perhatian pada produksi dan efisiensi tinggi tetapi paerhatian terhadap karyawan rendah. 5. Gaya Demokratik, yaitu saling memahami tentang apa tujuan institusi, perhatian penuh antara, semangat dan kepuasan kerja secara seimbang, kemitraan antar bawahan dan atasan. Seseorang mempunyai kesiapan psikologis tinggi, memiliki motivasi diri dan keinginan untuk melakukan pekerjaan berkualitas tinggi tanpa perlu pengawasan langsung menggunakan studio Ohio State untuk mengembangkan lebih lanjut keempat gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh manajer, yaitu: 1. Mengatakan (telling), pemimpin mendefinisikan peran-peran yang dibutuhkan untuk melakukan tugas dan mengatakan pada pengikutnya apa, di mana, bagaimana dan kapan untuk melakukan tugas-tugasnya (consulting). 2. Menjual (selling), pemimpin menyedikan instruksi-instruksi terstruktur bagi pengikutnya tetapi juga suportif (instructing). 3. Berpartisipasi (participating), pemimpin dan pengikut saling berbagi dalam keputusan-keputusan mengenai bagaimana yang paling baik untuk mnyelesaikan suatu tugas dengan kualitas tinggi.
  • 15. 30 4. Mendelegasikan (delegating), pemimpin menyediakan sedikit pengaruh secara seksama, spesifik atau dukungan pribadi terhadap pengikut-pengikutnya.11 Berbagai pandangan diatas menggambarkan bahwa gaya pemimpin itu dapat dibaca, dipahami berdasarkan sudut pandangnya. Dalam dimensi kehidupan dan tatangan masa depan memerlukan pemimpin perubahan, dinamis wawasan kedepan, profesional, kompetitif dan kompeten dibidangnya serta berjiwa enterprenershif. Oleh sebab itu kepemimpinan yang dilakukan oleh seseorang tidak dapat dipisahkan dengan strategi manajemen, yang melihat kepemimpinan sebagai inti manajemen dan keberhasilan kepemimpinan sangat mendukung oleh human relation, dengan sifat-sifat tersebut, karena keseluruhan pembinaan sedemikian rupa sehingga terciptanya team work dan suasana kerja yang intim dan harmonis dengan koredor etik dan moral yang baik untuk mencapai tujuan. Jadi landasan etik dan moral yang baik untuk mencapai tujuan. Jadi landasan etik dan moral harus tercipta dan dilaksanakan secara konsisten, karena merupakan kaidah atau peraturan yang tidak tertulis yang harus dipahami oleh seorang pemimpin supaya menjalankan fungsinya dengan dilandasi kesadaran, ketulusan dan keikhlasan serta kesungguhan dalam mematuhi kaidah tersebut. Misalnya sifat konsisten, komitnen dengan peranan serta dan fungsi seirama dengan lingkungan, tanggung jawab sosial yang tinggi, kemampuan 11 Ibid, 92.
  • 16. 31 mengendalikan diri, loyal serta berdedikasi tinggi. Artinya pancaran moral yang diwujudkan dalam tutur kata, perbuatan yang baik dan diterima oleh lingkungannya. 6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan Dari gambaran berbagai pendekatan gaya kepemimpinan diatas, maka sedikit banyak sudah dapat kita pahami bahwa gaya kepemimpinan seseorang sangat banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik karakter, lingkungan internal dan eksternal, Pendidikan, sosial-budaya. Sudarwan Danim menyebutkan ada empat variabel kritis yang mempengaruhi gaya kepemimpinan, yaitu 1) Pemimpin, 2) pengikut atau bawahan, 3) situasi, 4) komunikasi. Keempatnya saling berinteraksi yang berorientasi pada kelompok bukan semata-mata kekuasaan.12 Gambar 1. Hubungan pemimpin, bawahan dan situasi. Kompleksitas kepemimpinan akan mnentukan banyaknya factor yang mempengaruhi, oleh sebab itu dapat dibedakan dalam tinjauan makro dan mikro sebagaimana gambar 2 ini. 12 Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan, (Bandung,Alfabeta,2012),11 Situasi komunikasi Pemimpin Pengikut Faktor Kepemi mpinan
  • 17. 32 Gambar 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan Seorang pemimpin harus mempertimbangkan ketiga kekuatan sebelum melakukan pemilihan gaya kepemimpinan, yaitu: 1. Kekuatan dalam diri orang pemimpin (sistem nilai, kepercayaan terhadap bawahan, kecenderungan kepemimpinannya sendiri, perasaan aman/tidak aman). 2. Kekuatan dari dalam diri bawahan (kebutuhan akan kebebasan, kebutuhan akan peningkatan tanggung-jawab, keikhlasan dan harapan). 3. Kekuatan dari situasi (tipe organisasi, efektifitas kelompok, desakan waktu, dan sifat masalah itu sendiri)13 7. Kepemimpinan Pendidikan Sesudah diuraikan tentang kepemimpinan dalam konteks yang luas untuk lebih mengena pada sasaran yang dibahas, akan kami sampaikan 13 Ibid, 95. Faktor-faktor Mikro Faktor-faktor Makro  Organisasi Atasan  Kondisi perekonomian  Industri  Sosial dan Kebudayan  Pengharapan dan Perilaku  Kepribadian dan latar belakang pemimpin  Pengharapan dan perilaku bawahan  Tingkat organisasi dan besarnya kelompok
  • 18. 33 tentang kepemimpinan pendidikan. Istilah “Kepemimpinan Pendidikan” mengandung dua pengertian, dimana kata pendidikan menerangkan dalam lapangan apa dan dimana kepemimpinan itu berlangsung, dan sekaligus menjelaskan pula tentang kemampuan apa dan sifat-sifat atau ciri-ciri bagaiman yang harus terdapat atau dimiliki oleh pimpinan itu. Sedangkan kepemimpinan itu bersifat universal, berlaku dan terdapat pada berbagai bidang kegiatan hidup manusia. Setelah memahami kepemimpinan dan makna dari pendidikan itu sendiri maka kepemimpinan pendidikan dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordinir, dan menegakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif didalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran tersebut. Setiap usaha untuk mempengaruhi kearah yang positif orang-orang yang ada hubunganya dengan pekerjaan mendidik dan mengajar, sehingga tujuan pendidikan dan pengajaran dapat tercapai dengan lebih baik, maka dapat diartikan bahwa usaha itu melakukan peranan-peranan kepemimpinan pendidikan. Dengan proses realisasi dari kegiatan kepemimpinan tersebut dapat terlihat dalam bentuk-bentuk kegiatan sebagai berikut : 1. Mempelopori usaha-usaha yang kreatif dalam mendidik dan mengajar. Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran sesuai dengan
  • 19. 34 konsepsi-konsepsi pendidikan pengajaran modern dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Terutama guru yang merupakan ujung tombak dari pengajaran harys mampu untuk bertindak profesionalisme dalam melaksanakan tugas dan ini tidak lepas dari peranan kepala sekolah sebahagai pemimpin ditempat pendidikan. 2. Memimpin, mengarahkan, mengatur dan mengkoordinir serta mendorong kegiatan-kegiatan mereka agar mencapai tujuan yang telah diprogram sebelumnya. Dengan maksud bahwa kegiatan yang dilaksanakan pelaksanaan pendidikan teratur dan sesuai dengan alurnya, sehingga mereka dapat mencapai prestasi kerja dan mendapatkan kesempatan merintis jabatannya secara kontinyu. 3. Memberikan sumbangan yang berarti dalam kegiatan dan penemuan- penemuan baru dibidang pendidikan dan pengajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mendidik para pelaksana pendidikan (guru) untuk bertindak dan bekerja secara professional. Sehingga hasil akhir dari peserta didik yang berprestasi dan berbudi luhur akan tercapai. 8. Kepuasan Kerja Banyak teori yang memberikan gambaran tentang kepuasan kerja, baik teori motivasi maupun teori keadilan. Abraham H. Maswlow 14 seorang ahli psikologi menyusun suatu tingkat kebutuhan manusia. Hirarki kebutuhan ini diilhami oleh Human Sciences Theory dari Elton Mayo. Hirarki kebutuhan ini mengikuti teori jamak yaitu seseorang 14 Ibid, 23.
  • 20. 35 berperilaku/bekerja, karena adanya dorongan untuk memenuhi bermacam- macam kebutuhan. Maslow berpendapat bahwa kebutuhan yang diinginkan seseorang itu berjenjang, artinya bila kebutuhan yang pertama telah terpenuhi, maka kebutuhan tingkat kedua akan muncul menjadi utama. Selanjutnya jika kebutuhan tingkat ketiga dan seterusnya sampai tingkat kebutuhan kelima. Dasar pemikiran teori Hirarki adalah : 1. Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan. Ia selalu menginginkan yang lebih banyak. Keinginan ini terus-menerus dan hanya berhenti bila makhir hayatnya tiba. 2. Suatu kebutuhan yang telah terpuaskan tidak akan menjadi alat motivator bagi pelakunya, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi akan menjadi motivator. 3. Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu jenjang hirarki (kebutuhan yang bertingkat). Berdasarkan pemikiran tersebut, Maslow menyusun teori tenteng tingkat-tingkat kebutuhan manusia sebagai berikut : 1. Kebutuhan mempertahankan hidup (physiological needes), seperti sandang, pangan, papan dan kesehatan. 2. Kebutuhan rasa aman (safety needs), seperti kebutuhan akan keamanan terhadap jiwa, harta kebebasan, keadilan, jaminan hari tua. 3. Kebutuhan sosial (social needs), seperti kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain, kebutuhan untuk maju dan tidak gagal (sence of achievement), kebutuhan ikut serta aktifitas (sence of participation).
  • 21. 36 4. Kebutuhan akan penghargaan/prestasi (esteem needs), seperti pada status seseorang, semakin tinggi pula prestasi dan prestisenya dimanifestasikan dalam banyak hal, antara lain Mobil Mercy, kamar kerja lux, Ac, komputer dan lainnya yang serba lux. 5. Kebutuhan mempertinggi kapasistas kerja (self actualization), seperti keinginan mengembangkan kapasistas mental dan kapasitas kerja, melalui on the job training, of the job training, konferensi lokakarya, meeting, studi lanjut. Hirarki kebutuhan Maslow ini, tidak dimaksudkan sebagai kerangka yang dapat dipakai setiap saat dan pasti, tetapi lebih merupakan suatu kerangka yang mungkin berguna dalam meramalkan tingkah laku berdasarkan kemungkinan-kemungkinan yang timbul sesuai dengan kondisi masing-masing individu. Apabila dikatakan timbulnya perilaku seseorang pada saat tertentu oleh kebutuhan yang memiliki kekuatan tinggi, maka penting bagi setiap unsur pimpinan untuk memiliki pengertian tentang kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh bawahan. Suatu realita bahwa setiap individu berbeda-beda. Perbedaan itu disebabkan oleh berbagai faktor baik latar belakang pendidikan, tinggi rendahnya kedudukan/jabatan, pengalaman masa lampau, latar belakang keluarga, cita-cita/harapan masa depan, serta pandangan hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap berbagai macam kebutuhan tersebut, sehingga jenjang kebutuhan oleh Maslow akan berbeda dalam kehidupan seseorang.
  • 22. 37 Bila diterapkan pada organisasi kerja, kebutuhan fisiologis aadalah kebutuhan terhadap gaji. Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan meliputi kondisi kerja dalam menghadapai atau menjalankan pekerjaan. Kebutuhan sosial meliputi hubungan persahabatan dengan rekan kerja, hubungan yang baik dengan lingkungan sosialnya. Kebutuhaan penghormatan diri berhubungan dengan status atau kedudukan pada jabatan tertentu atau promosi, yang tertinggi adalah kebutuhan akan citra diri seseorang. Teori Maslow ini memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi organisasi, karena menjadi dasar bagi para manager untuk menyediakan kesempatan bagi para karyawan untuk mencapai tahapan kebutuhan para karyawan dalam organisasi yang sebelumnya tidak mungkin diperhatikan oleh suatu organisasi. Karena jika kebutuhan tingkat rendah belum terpenuhi, maka kebutuhan yang berada pada peringkat yang lebih tinggi menjadi tidak berfungsi. Namun bahwasannya tidak ada suatu organisasi manapun kebutuhan yang lebih tinggi menunggu dipenuhinya kebutuhan pada tingkat yang lebih remdah, semua kebutuhan berfungsi serentak. Federick Herzberg 15 dengan teori motivasi kerja (job motivation maintenance theory) menyebutkan dua macam situasi yang berpengaruh terhadap setiap individu/bawahan terhadap pekerjaannya yaitu kelompok safister atau motivation, dan kelompok dissatisfier atau hygiene faktors (iklim baik). Satisfier faktor-faktor situasi yang merupakan sumber 15 Ibid, 25.
  • 23. 38 kepuasan kerja, yang terdiri dari achievement, recognation, work it self, responsibility and advancement. Tetapi ketidak penuhan faktor-faktor ini tidaklah terlalu mengakibatkan kepuasan. Dissatisfier adalah faktor-faktor yang menjadi sumber ketidakpuasan yang terdiri dari Company poleccy adminitration, supervition technical, job security, and status. Perbaikan terhadap kondisi ini akan menghilangkan atau mengurangi ketidak puasan, tetapi tidak menimbulkan kepuasan, dan memang bukan sumber kepuasan. Secara singkat teori Herzberg dapat dipahami sebagai berikut : 1. Perbaikan gaji dan kondisi kerja tidak mengurangi ketidak puasan. 2. Yang dapat memacu bekerja baik adalah kelompok Satisfier. 3. Satisfier disebut pula intrinsic factors, job content, motivator, sedangkan dissatisfier disebut pula extrinsics factors, hygiene factors. 4. Dalam perkembangan selanjutnya apabila dibandingkan dengan teori Maslow dapat digambarkan sebagai berikut : a. Satisfier berhubungan dengan “highter order needs or social needs and self actualization needs”. b. Dissatisfier disebutkan sebagai tempat pemenuhan “Lower order needs or physiological needs, safety and security needs, of social needs. Penyelidikan Herzberg membuktikan bahwa jiwa orang-orang yang merasa pekerjaan baik, berbeda sekali dengan orang yang merasa pekerjaanya kurang baik. Dengan arti lain jawaban seseorang sangat tergantung pada kepuasan kerja seseorang. Faktor-faktor intrinsik seperti
  • 24. 39 pengakuan, keberhasilan tanggunjawab dan pengembangan menjadi tolak ukur kepeuasan kerjanya. Dan faktor-faktor ektrinsik seperti kebijakan kantor, adminitrasi, supervisi, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan gaji mempunyai kaitan erat dengan ketidak puasan kerja. Maka pendapat Herzberg dapat dijelaskan bahwa keberhasilan, pengakuan, pengembangan dan tanggung-jawab menjadi parameter dengan perasaan puas (High feelings). Sebaliknya adminitrasi, kebijakan kantor, supervisi, hubungan antar pribadi, hubungan orang dengan pimpinan, kondisi kerja berkaitan erat dengan perasaan tidak puas. Berdasarkan hasil penyelidikan ini, Herzberg berpendapat bahwa adminitrasi, kebijaksanaan kantor, kondisi kerja merupakan faktor ketahan (penyehat), sedangkan keberhasilan, pengakuan, pengembangan, dan tanggung jawab merupakan faktor motivasi. Maka dari itu apabila kita ingin memotivasi seseorang lebih baik ditekankan pada persolan keberhasilan, pengakuan, pengembangan/prestasi dan tanggung-jawab orang tersebut. Ditinjau dari sudut psikologis, kepuasan kerja merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan intraksi antar sikap, kebutuhan, perasaan, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang dalam meningkatkan prestasi kerja. Sebagai proses psikologis timbul diakibatkan oleh dua faktor, yaitu intrinsik dan ektrinsik. Faktor intrinsik berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa
  • 25. 40 depan. Sedangkan faktor ektrinsik dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, misalnya karena atasan, kolega, situasi kantor, promosi, rolling jabatan dan faktor lain yang sangat kompleks. Indikator naik turunnya kepuasan kerja penting diketahui karena dapat mengambil tindakan preventif dan kuratif masalah sedini mungkin. Indikator-indikator itu antara lain absensi, kerjasama, kepuasan, disiplin, lembur, incentive dan produktifitas. Setiap pimpinan untuk peka terhadap perbedaan dan keinginan bawahan, karena setiap individu mempunyai pola kebutuhan, nilai dan tujuan yang unik. Artinya setiap pimpinan harus mengakui dan mempertimbangkan perbedaan kebutuhan pada saat merancang dan menetapkan suatu progran satu institusi. 9. Memahami Tugas Kepala Sekolah Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam pasal 58 ayat 1-2 PP 66 tahun 2010 dikemukakan bahwa kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.16 Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan luas kepada kepala sekolah seperti dalam konteks saat ini, akan lebih mudah melakukan pengembangan terhadap berbagai potensinya yang ada. Akan tetapi pengembangan itu memerlukan peningkatan kemampuan kepala sekolah 16 Peraturan Pemerintah, 66 (2010)
  • 26. 41 dalam berbagai aspek manajerialnya, agar dapat tercapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang diemban sekolahnya. Ada dua strategi utama yang harus diperankan oleh kepala sekolah, yaitu strategi manajerial dan strategi substansial. Strategi manajerial yaitu strategi pengembangan sekolah yang berhubungan dengan masalah internal dan eksternal sekolah. Dalam strategi manajerial internal, pertama kepala sekolah harus membinan komunikasi dan koordinasi antar personalia yang ada dalam mini society sekolah sebaik-baiknya, dengan demikian terjadi good rapport (hubungan baik), sehingga sumber daya yang tersedia dapat dikelola secara proporsional. Kedua, menempatkan human resource yang tepat; the right man in the right place. Termasuk dalam strategi manajerial intern ini adalah membentuk sinergi kerja yang harmonis antara pimpinan, staf, guru, siswa dalam mengemban visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan bersama. Pimpinan hendaknya memberikan bimbingan akomodatif terhadap staf sehingga jika terjadi konflik dapat segera ditangani. Atmosfir akademik akan terjadi lebih kondusif jika pimpinan juga dapat menumbuhkan rasa saling menyayangi dan menghargai, rasa ikhlas dari setiap sanubari warga sekolah untuk mengembangkan kreativitas, sehingga program pendidikan dapat dilakukan secara inovatif dan efektif. Strategi manajerial eksternal, kepala sekolah berupaya menfokuskan pada hubungan sekolah dengan faktor pendukung di luar sekolah, yaitu melaui koordinasi dan sinkronisasi program sekolah dengan orang tua, dewan
  • 27. 42 pendidikan, komite sekolah, masyarakat dan pemerintah. Membina hubungan baik dengan masyarakat diluar gedung sekolah adalah penting, karena dengan hubungan baik ini ternabangun partisipasi aktif sehingga akan memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam pengembangan sekolah untuk mencapai tujuan yang dicitakan. Adapaun terkait dengan pemerintah, kepala sekolah perlu memiliki power sharing sebagai jalan untuk menjembatani antara keinginan sekolah dengan pemerintah. Sementara strategi substansial yaitu strategi pengembangan sekolah yang berbasis pada kesatuan visi, misi dan tujuan sekolah yang dijabarkan dalam program pendidikan dan diaplikasikan dalam bentuk muatan kurikulum, serta kegiatan intra dan ektra kurikurer bagi siswa. Orientasi visi, misi, dan tujuan pembelajaran di sekolah harus berpedoman pada amanah yang diemban oleh lembaga pendidikan, tidak hanya kecakapan akademik melainkan juga pendidikan itu berorientasi pada kecakapan hidup yang integratif, memadukan potensi generik, dan spesifik guna menghadapi problem kehidupan. Melalui strategi substansial ini, sekolah diharapkan menunjukkan spesifikasi dan keunggulan yang secara khusus dimiliki. Adapun tugas kepala sekolah sebagai berikut : a. Sebagai Educator (pendidik) Kepala sekolah sebagai pendidik, harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan disekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberi nasehat
  • 28. 43 kepada warga sekolah, memberi dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, dan seterusnya. Kepala sekolah juga harus berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat nilai, yaitu pembinaan mental, pembinaan moral, pembinaan fisik, pembinaan artistic. Sebagai edukator, kepala sekolah wajib menjalankan tugasnya yaitu: 1) mengikutsertakan para guru dalam kegiatan ilmiah, serti workshop, pelatihan, seminar, penataran, guna men ingkatkan pengetahuan dan ketrampilan guru. 2) Menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekarja, dan hasilnya diumumkan secara terbuka. 3) menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah. b. Sebagai Manajer Paradikma baru manajemen pendidikan di negeri ini, telah membuka peluang bagi kepala sekolah untuk melakukan perombakan dan pengembangan sekolahnya lebih kreatif dan progresif. Sebab, kini kepala sekolah memiliki kewenangan yang terbuka untuk merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, serta mengendalikan kemajuan sekolah. Kunci agar kepala sekolah tetap eksis di tengah-tengah perubahan itu adalah ia harus memahami posisi dan kesiapan untuk menjadi bagian dari dunia baru yang berbeda dari pola dan paradigma selama ini. Perubahan yang demikian kompleks, terutama agenda penerapan model manajemen berbasis sekolah (MBS) dan kurikulum berbasis kompetensi
  • 29. 44 (KBK) merupakan tugas yang perlu dikerjakan kepala sekolah, selain agenda dan program lain yang harus mendapat perhatian lebih fokus lagi. E. Mulyasa, dalam buku “Menjadi Kepala Sekolah Profesional” telah menyuguhkan pendekatan, strategi dan manajemen menangani sekolah secara modern. Selain itu, dia juga mengemukakan beberapa resep atau kiat menangani tugas-tugas sebagai pemimpin (kepala sekolah), seperti mengambil keputusan, memimpin rapat, memainkan manajemen konflik, mengatasi keuangan sekolah, menjalin hubungan masyarakat, dan lain sebagainya.17 Dari salah satu hasil penelitian (2004), disebutkan bahwa ada indikasi pengaruh antara kepimimpinan (kepala) sekolah dengan produktivitas kerja. Antara prestasi sekolah (performent, lulusan) dengan profil kepemimpinan memiliki hubungan yang sangat erat, bahkan sebagai salah satu indikator justifikasi (pembenaran). Meski juga banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi produktivitas itu. Pola kepemimpinan yang rendah/tinggi berimplikasi terhadap kualitas sekolah. Peralihan paradigma desentraliasasi pendidikan memberi keluasan bagi kepala sekolah berkreasi dalam meningkatkan mutu lembaganya sesuai dengan tuntutan perubahan masyarakat global. Dipundak kepala sekolah terdapat sejumlah harapan wali siswa, masyarakat, stakeholder, serta bangsa dan negara. Atas dasar itulah, Mulyasa menyarankan agar momentum perubahan tersebut disadari sebagai angin keberuntungan 17 E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2003), 78.
  • 30. 45 untuk memperbaiki mutu pendidikan dengan berbagai jalan yang efektif dan efesien. Untuk melewati babakan tersebut di atas, kata Mulyasa, perlu digunakan jurus analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat), sebagai langkah awal pemetaan agar mudah mengenali sumber/potensi (kekuatan dan peluang), sekaligus memecahkan/mengantisipasi (kelemahan dan tantangan) yang seringkali terlupakan dari aktivitas kepala sekolah. Setelah memahami analisis SWOT, jurus selanjutnya adalah membenahi sumber daya manusia (SDM) ke arah yang lebih baik. Di samping juga harus meningkatkan kualitas pelayanan (service), dan manajemen kontrol sekolah. Sedikitnya, ada lima sifat pelayanan yang harus diwujudkan agar “pelanggan” puas yaitu meliputi (1) kepercayaan (reliability); layanan sesuai dengan yang dijanjikan, (2) keterjaminan (assurance); mampu menjamin kualitas yang diberikan, (3) penampilan (tangible); iklim sekolah yang kondusif, (4) perhatian (emphaty); memberikan penuh kepada peserta didik, (5) ketanggapan (responsiveness); cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik. Tugas lain kepala sekolah yaitu menciptakan budaya mutu, teamwork yang kompak, cerdas, dinamis, kemandirian, partisipasi warga sekolah dan masyarakat, keterbukaan manajemen, kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik), evaluasi dan perbaikan berkelanjutan, responsif dan antisipasif terhadap kebutuhan, akuntabilitas, dan sustainabilitas.
  • 31. 46 Sesuai dengan perkembangan masyarakat modern, setidak-tidaknya ada tujuh prasyarat bagi kepala sekolah, yaitu berperan sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator di sekolahnya. Ketujuh kreteria tersebut, ia wajib mendorong visi menjadi aksi, cita-cita menjadi realita, dan seterusnya. Dari sinilah dapat terlihat bahwa untuk memenuhi standar mutu di atas memang membutuhkan kemampuan dan kerja keras. Kepala sekolah harus menjalankan visi dan misi sekolah serta menjabarkannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat luas. Karena itu, tugas tersebut merupakan amanah peradaban yang tentu saja harus pandai-pandai bergumul dengan wacana peradaban itu sendiri. Masih banyak lagi yang bisa kita gali dari buku ini, khususnya berkenaan dengan hal-hal teknis manajemen yang harus dilakukan kepala sekolah. Sukses tidaknya sekolah sangat tergantung oleh pemimpin yang menggerakkan setiap komponen yang ada di dalamnya. Dengan demikian, tawaran kreatif yang suguhkan Mulyasa dalam karya ini merupakan secercah harapan baru yang bisa kita petik bersama untuk memperkokoh sekolah. Tugas kepala sekolah sebagai yaitu: 1) memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif untuk meningkatkan tenaga profesional di lingkungan sekolah. 2) memberi kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya. 3) mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan pada setiap kegiatan.
  • 32. 47 c. Sebagai Administrator Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumentasian seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, administrasi peserta didik, administrasi personalia, administrasi sarana dan prasarana, administrasi kearsipan, dan administrasi keuangan. Untuk menjalankan tugas sebagai administrator, kepala sekolah kini harus bisa mengembangkan layanan berbasis teknologi modern guna memudahkan pengelolaan administrasi. Sehingga administrasi sekolah betul-betul tampak profesional dan berjalan secara efektif dan efesien. d. Sebagai Supervisor Mengacu pada rumusan UU RI No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dari segala aspek dan dimensinya. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses
  • 33. 48 pengajaran/pembelajaran di sekolah/madrasah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi guru seperti amanah Peraturan Pemerintah (PP) No. 19. Tahun 2005 pada Bab I, Pasal 1, ayat 7, adalah dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan maupun program dalam jabatan. Tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified. Potensi sumber daya guru itu perlu terus bertumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat. Mungkin sudah terlanjur, bahwa masyarakat saat ini telah mempercayai, mengakui dan menyerahkan sepenuhnya kepada guru untuk mendidik anak-anak mereka. Kepercayaan, keyakinan, dan penerimaan ini merupakan substansi dari pengakuan masyarakat terhadap profesi guru. Namun seringkali tak sebanding lurus dengan apa yang diharapkan. Karena sudah terlanjur seperti itu, maka implikasinya adalah guru harus memiliki kualitas yang memadai. Kualitas tidak hanya pada tataran normatif, melainkan juga dalam tataran yuridis-empiris, bahwa seorang guru harus menunjukkan empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi personal (kepribadian), kompetensi profesional, maupun
  • 34. 49 kompetensi sosial dalam selubung aktualisasi kebijakan pendidikan. Hal tersebut karena guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran institusional dan tataran strategis, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek "guru" dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas keprofesionalannya dalam satu manajemen pendidikan yang meritokratis. Membangun kualitas pendidikan sangat erat kaitannya dengan membangun kualitas pembelajaran. Sementara kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas tenaga pendidik (guru). Meski guru bukanlah satu-satunya instrumen dalam dunia pendidikan, tetapi gurulah yang memegang peranan penting serta sebagai ujung tombak sukses dan gagalnya suatu pendidikan. Mulyasa mensinyalir bahwa dalam proses pembelajaran seringkali guru melakukan kesalahan. Setidaknya Mulyasa mengidentifikasi ada tujuh kesalahan yang sering dilakukan guru, yaitu 1). mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, 2). menunggu peserta didik berperilaku negatif, 3). Menggunakan destructive dicipline, 4) mengabaikan perbedaan peserta didik, 5). Merasa paling pandai, 6) tidak adil (diskriminatif), dan 7). Memaksa hak peserta didik. Dari uraian di atas itulah, pentingnya mengapa guru memerlukan layanan supervisi (pembinaan) pengajaran, karakteristik dan rasional apa yang dilakukan dalam supervisi pengajaran sebagai upaya peningkatan kualitas guru? 1) Pengertian Supervisi Pengajaran
  • 35. 50 Istilah supervisi pengajaran sebenarnya bukanlah istilah yang baru dalam pendidikan. Namun seringkali tidak semua orang mengerti dan paham apa hakikat sebenarnya. Kadang-kadang pahami sama dengan penilai atau inspeksi. Padahal tidak demikian maksudnya. Ada sebuah konsep merumuskan Supervisi pembelajaran berfungsi untuk memperbaiki situasi pembelajaran melalui pembinaan profesionalisme guru.18 Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an environment). Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru, karena bersifat demokratis. Istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu (semantik). Secara etimologi, istilah supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris “Supervision” artinya pengawasan di bidang pendidikan. Orang yang melakukan 18 Ubabuddin, “Meningkatkan Kinerja Guru Melalui Supervisi Pembelajaran,” Ed-Humanistics, 4, (2019), 538.
  • 36. 51 supervisi disebut supervisor. Sedangkan secara morfologis, supervisi dapat dijelaskan menurut bentuk perkataannya. Supervisi terdiri dari dua kata Super berarti atas, lebih. Visi berarti lihat, tilik, awasi. Seorang supervisor memang mempunyai posisi diatas atau mempunyai kedudukan yang lebih dari orang yang disupervisinya. Sedangkan Permendinas no 13 tahun 2007 merumuskan supervisi sebagai berikut: “Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik“. Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk itu ada dua hal yang perlu diperhatikan: a). Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. b). Hal-hal yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Karena aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian harus lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus memiliki empat kompetensi yakni: 1) kompetensi Pedagogik, 2) kompetensi profesional 3) kompetensi personal, dan 4) kompetensi sosial. Melalui keempat kompetensi tersebut, seorang guru mampu dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi pengajarannya. Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan sebagai berikut “serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru
  • 37. 52 dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor (Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar. Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada “pembinaan profesional guru“, maka pembinaan lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru. Supervisi dapat kita artikan sebagai pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi diartikan pula pembinaan guru. 2) Karakteristik Supervisi Pengajaran Di abad sekarang ini, yaitu era globalisasi dimana semuanya serba digital, akses informasi sangat cepat dan persaingan hidup semakin ketat, semua bangsa berusaha untuk meningkatkan sumber daya manusia. Hanya manusia yang mempunyai sumber daya unggul dapat bersaing dan mempertahankan diri dari dampak persaingan global yang ketat. Termasuk sumber daya pendidikan. Yang termasuk dalam sumber daya pendidikan yaitu ketenagaan, dana dan sarana dan prasarana. Guru merupakan pelaku yang menentukan tujuan pengajaran. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab II, Pasal 39 ayat 2 di jelaskan bahwa Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
  • 38. 53 melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Sahertian mengemukakan ada dua metafora untuk menggambarkan pentingnya pengembangan sumber daya guru. Pertama, jabatan guru diumpamakan dengan sumber air. Sebagai sumber air, maka ia harus terus menerus bertambah, sehingga sungai itu dapat mengalirkan air terus-menerus dan tidak pernah asat (kering). Sebab, bila tidak dilakukan demikian, maka sumber air itu lama kelamaan akan habis dan kering. Demikianlah bila seorang guru tidak pernah membaca informasi yang baru, tidak menambah ilmu pengetahuan tentang apa yang diajarkan, maka ia tidak mungkin memberi ilmu dan pengetahuan dengan cara yang lebih menyegarkan kepada peserta didik. Kedua, jabatan guru diumpamakan dengan sebatang pohon buah-buahan. Pohon itu tidak akan berbuah lebat, bila akar induk pohon tidak menyerap zat-zat makanan yang berguna bagi pertumbuhan pohon itu. Begitu juga dengan jabatan guru yang perlu bertumbuh dan berkembang. Baik itu pertumbuhan pribadi guru maupun pertumbuhan profesi guru. Setiap guru perlu menyadari bahwa pertumbuhan dan pengembangan profesi merupakan suatu keharusan untuk menghasilkan output pendidikan berkualitas. Itulah sebabnya guru perlu belajar terus menerus, membaca informasi terbaru dan mengembangkan ide-ide kreatif dalam pembelajaran agar suasana belajar mengajar menggairahkan dan menyenangkan baik bagi
  • 39. 54 guru apalagi bagi peserta didik.Peningkatan sumber daya guru bisa dilaksanakan dengan bantuan supervisor, yaitu orang ataupun instansi yang melaksanakan kegiatan supervisi terhadap guru. Perlunya bantuan supervisi terhadap guru berakar mendalam dalam kehidupan masyarakat. Menurut Swearingen, seperti yang dikutip Sahertian, mengungkapkan latar belakang perlunya supervisi berakar mendalam dalam kebutuhan masyarakat dengan latar belakang sebagai berikut: a. Latar belakang Kultural. Pendidikan berakar dari budaya arif lokal setempat. Sejak dini pengalaman belajar dan kegiatan belajar- mengajar harus diangkat dari isi kebudayaan yang hidup di masyarakat itu. Sekolah bertugas untuk mengkoordinasi semua usaha dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang dicita-citakan. b. Latar belakang filosofis. Suatu sistem pendidikan yang berhasil guna dan berdaya guna bila ia berakar mendalam pada nilai-nilai filosofis pandangan hidup suatu bangsa. c. Latar belakang psikologis. Secara psikologis supervisi itu berakar mendalam pada pengalaman manusia. Tugas supervisi ialah menciptakan suasana sekolah yang penuh kehangatan sehingga setiap orang dapat menjadi dirinya sendiri. d. Latar belakang sosial. Seorang supervisor dalam melakukan tanggung jawabnya harus mampu mengembangkan potensi
  • 40. 55 kreativitas dari orang yang dibina melalui cara mengikutsertakan orang lain untuk berpartisipasi bersama. Supervisi harus bersumber pada kondisi masyarakat. e. Latar belakang sosiologis. Secara sosiologis perubahan masyarakat punya dampak terhadap tata nilai. Supervisor bertugas menukar ide dan pengalaman tentang mensikapi perubahan tata nilai dalam masyarakat secara arif dan bijaksana. f. Latar belakang pertumbuhan jabatan. Supervisi bertugas memelihara, merawat dan menstimulasi pertumbuhan jabatan guru. Diharapkan guru menjadi semakin professional dalam mengemban amanat jabatannya dan dapat meningkatkan posisi tawar guru di masyarakat dan pemerintah, bahwa guru punya peranan utama dalam pembentukan harkat dan martabat manusia. Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan pendidikan adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif, yaitu sikap yang menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu, supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang objektif. Menurut Supandi, ada dua hal yang mendasari pentingnya supervisi dalam proses pengajaran. Pertama, perkembangan kurikulum merupakan gejala kemajuan pendidikan. Perkembangan
  • 41. 56 tersebut sering menimbulkan perubahan struktur maupun fungsi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum tersebut memerlukan penyesuaian yang terus-menerus dengan keadaan nyata di lapangan. Hal ini berarti bahwa guru-guru senantiasa harus berusaha mengembangkan kreativitasnya agar daya upaya pendidikan berdasarkan kurikulum dapat terlaksana secara baik. Namun demikian, upaya tersebut tidak selamanya berjalan mulus. Banyak hal sering menghambat, yaitu tidak lengkapnya informasi yang diterima, keadaan sekolah yang tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum, masyarakat yang tidak mau membantu, keterampilan menerapkan metode yang masih harus ditingkatkan dan bahkan proses memecahkan masalah belum terkuasai. Dengan demikian, guru dan Kepala Sekolah yang melaksanakan kebijakan pendidikan di tingkat paling mendasar memerlukan bantuan-bantuan khusus dalam memenuhi tuntutan pengembangan pendidikan, khususnya pengembangan kurikulum. Kedua, pengembangan personel senantiasa dilakukan guna meningkatkan upaya yang terus- menerus dalam suatu organisasi. Pengembangan personal dapat dilaksanakan secara formal dan informal. Pengembangan formal menjadi tanggung jawab lembaga yang bersangkutan melalui penataran, tugas belajar, lokakarya dan sejenisnya. Sedangkan pengembangan informal merupakan tanggung jawab pegawai sendiri dan dilaksanakan secara mandiri atau bersama dengan
  • 42. 57 rekan kerjanya, melalui berbagai kegiatan seperti kegiatan ilmiah, latihan suatu metode mengajar, dan lain sebagainya. Kegiatan supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam memberikan pembinaan kepada guru. Hal tersebut karena proses belajar-mengajar yang dilaksakan guru merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu kegiatan supervisi dipandang perlu untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran. Secara umum ada dua kegiatan yang termasuk dalam kategori supevisi pengajaran, yakni: pertama, supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah kepada guru-guru. Secara rutin dan terjadwal Kepala Sekolah melaksanakan kegiatan supervisi kepada guru-guru dengan harapan agar guru mampu memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam prosesnya, kepala sekolah memantau secara langsung ketika guru sedang mengajar. Guru mendesain kegiatan pembelajaran dalam bentuk rencana pembelajaran kemudian kepala sekolah mengamati proses
  • 43. 58 pembelajaran yang dilakukan guru. Saat kegiatan supervisi berlangsung, kepala sekolah menggunakan lembar observasi yang sudah dibakukan, yakni Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). APKG terdiri atas APKG 1 (untuk menilai Rencana Pembelajaran yang dibuat guru) dan APKG 2 (untuk menilai pelaksanaan proses pembelajaran) yang dilakukan guru. Kedua, supervisi yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah kepada Kepala Sekolah dan guru-guru untuk meningkatkan kinerja. Kegiatan supervisi ini dilakukan oleh Pengawas Sekolah yang bertugas di suatu Gugus Sekolah. Gugus Sekolah adalah gabungan dari beberapa sekolah terdekat, biasanya terdiri atas 5-8 Sekolah. Hal-hal yang diamati pengawas sekolah ketika melakukan kegiatan supervisi untuk memantau kinerja kepala sekolah, di antaranya administrasi sekolah, meliputi: a. Bidang Akademik, mencakup kegiatan: 1) menyusun program tahunan dan semester, 2) mengatur jadwal pelajaran, 3) mengatur pelaksanaan penyusunan model satuan pembelajaran, 4) menentukan norma kenaikan kelas, 5) menentukan norma penilaian, 6) mengatur pelaksanaan evaluasi belajar, 7) meningkatkan perbaikan mengajar, 8) mengatur kegiatan kelas apabila guru tidak hadir, dan 9) mengatur disiplin dan tata tertib kelas.
  • 44. 59 b. Bidang Kesiswaan, mencakup kegiatan: 1) mengatur pelaksanaan penerimaan siswa baru berdasarkan peraturan penerimaan siswa baru, 2) mengelola layanan bimbingan dan konseling, 3) mencatat kehadiran dan ketidakhadiran siswa, dan 4) mengatur dan mengelola kegiatan ekstra kurikuler. c. Bidang Personalia, mencakup kegiatan: 1) mengatur pembagian tugas guru, 2) mengajukan kenaikan pangkat, gaji, dan mutasi guru, 3) mengatur program kesejahteraan guru, 4) mencatat kehadiran dan ketidakhadiran guru, dan 5) mencatat masalah atau keluhan-keluhan guru. d. Bidang Keuangan, mencakup kegiatan: 1) menyiapkan rencana anggaran dan belanja sekolah, 2) mencari sumber dana untuk kegiatan sekolah, 3) mengalokasikan dana untuk kegiatan sekolah, dan 4) mempertang-gungjawabkan keuangan sesuai dengan peraturan yang berlaku. e. Bidang Sarana dan Prasarana, mencakup kegiatan: 1) penyediaan dan seleksi buku pegangan guru, 2) layanan perpustakaan dan laboratorium, 3) penggunaan alat peraga, 4) kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah, 5) keindahan dan kebersihan kelas, dan 6) perbaikan kelengkapan kelas. f. Bidang Hubungan Masyarakat, mencakup kegiatan: 1) kerjasama sekolah dengan orangtua siswa, 2) kerjasama sekolah dengan Komite Sekolah, 3) kerjasama sekolah dengan lembaga-
  • 45. 60 lembaga terkait, dan 4) kerjasama sekolah dengan masyarakat sekitar. Sedangkan ketika mensupervisi guru, hal-hal yang dipantau pengawas juga terkait dengan administrasi pembelajaran yang harus dikerjakan guru, diantaranya: penggunaan program semester, penggunaan rencana pembelajaran, penyusunan rencana harian, program dan pelaksanaan evaluasi, kumpulan soal, buku pekerjaan siswa, Buku daftar nilai, buku analisis hasil evaluasii. Buku program perbaikan dan pengayaan, buku program Bimbingan dan Konseling, Buku pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler 3) Rasional Supervisi Pengajaran Dewasa ini, setiap pekerjaan menuntut adanya sikap profesional. Apalagi profesi guru yang sehari-hari menangani makhluk hidup yang berupa anak-anak atau siswa dengan berbagai karakteristik yang berbeda. Pekerjaaan guru menjadi lebih berat tatkala menyangkut peningkatan kemampuan anak didiknya, sedangkan kemampuan dirinya mengalami stagnasi. Guru yang profesional adalah mereka yang memiliki kemampuan profesional dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik. Studi yang dilakukan oleh Ace Suryani menunjukkan bahwa Guru yang bermutu dapat diukur dengan lima indikator, yaitu: pertama, kemampuan profesional (professional capacity), sebagaimana
  • 46. 61 terukur dari ijazah, jenjang pendidikan, jabatan dan golongan, serta pelatihan. Kedua, upaya profesional (professional efforts), sebagaimana terukur dari kegiatan mengajar, pengabdian dan penelitian. Ketiga, waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional (teacher's time), sebagaimana terukur dari masa jabatan, pengalaman mengajar serta lainnya. Keempat, kesesuaian antara keahlian dan pekerjaannya (link and match), sebagaimana terukur dari mata pelajaran yang diampu, apakah telah sesuai dengan spesialisasinya atau tidak, serta kelima, tingkat kesejahteraan (prosperiousity) sebagaimana terukur dari upah, honor atau penghasilan rutinnya. Tingkat kesejahteraan yang rendah bisa mendorong seorang pendidik untuk melakukan kerja sambilan, dan bilamana kerja sambilan ini sukses, bisa jadi profesi mengajarnya berubah menjadi sambilan. Guru profesional memiliki pengalaman mengajar, kapasitas intelektual, moral, keimanan, ketaqwaan, disiplin, tanggungjawab, wawasan kependidikan yang luas, kemampuan manajerial, trampil, kreatif, memiliki keterbukaan profesional dalam memahami potensi, karakteristik dan masalah perkembangan peserta didik, mampu mengembangkan rencana studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan meneliti dan mengembangkan kurikulum. Akhir-akhir ini banyak guru, dengan berbagai alasan dan latar belakangnya menjadi sangat sibuk sehingga mereka tidak dapat
  • 47. 62 fokus mencapai tujuan pengajaran. Seringkali kesejahteraan yang kurang atau gaji yang rendah menjadi alasan bagi sebagian guru untuk menyepelekan tugas utamanya. Implikasinya adalah banyak kegiatan pengajaran yang tidak sesuai dengan tujuan umum pengajaran, kebutuhan siswa, dan tujuan sekolah. Guru memasuki kelas tidak mengetahui tujuan yang pasti, yang penting demi menggugurkan kewajiban. Idealisme menjadi luntur ketika yang dihadapi ternyata masih anak-anak dan kalah dalam pengalaman. Banyak guru enggan meningkatkan kualitas pribadinya dengan kebiasaan membaca untuk memperluas wawasan. Jarang pula yang secara rutin pergi ke perpustakaan untuk melihat perkembangan ilmu pengetahuan. Kebiasaan membeli buku menjadi suatu kebiasaan yang mustahil dilakukan karena guru sudah merasa puas mengajar dengan menggunakan LKS (Lembar Kegiatan Siswa) yang berupa soal serta sedikit ringkasan materi. Dapat dilihat daftar pengunjung di perpustakaan sekolah maupun di perpustakaan umum, jarang sekali guru memberi contoh untuk mengunjungi perpustakaan secara rutin. Jurnal terkemuka manajemen pendidikan, Educational Leadership pernah menurunkan laporan mengenai tuntutan guru professional. Menurut Jurnal tersebut, untuk menjadi professional, seorang guru dituntut memiliki lima hal, yakni: 1) Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen
  • 48. 63 tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya. 2) Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarkannya kepada siswa. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. 3) Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar. 4) Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa. 5) guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya PGRI dan organisasi profesi lainnya. Dalam konteks yang aplikatif, dengan adanya supervisi pengajaran diharapkan para guru menguasai sepuluh kompetensi sebagai berikut: 1) Menguasai bahan, meliputi: a) menguasai bahan bidang studi (standar kompetensi dan kompetensi dasar seperti digariskan dalam kurikulum, b) menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi atau pengembangan bahan ajar yang lebih luas.
  • 49. 64 2) Mengelola program belajar-mengajar, meliputi: a) merumuskan tujuan pembelajaran, b) mengenal dan menggunakan prosedur pembelajaran yang tepat, c) melaksanakan program belajar- mengajar, d) mengenal kemampuan anak didik. 3) Mengelola kelas, meliputi: a) mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran, b) menciptakan iklim belajar-mengajar yang serasi. 4) Penggunaan media atau sumber, meliputi: a) mengenal, memilih dan menggunakan media, b) membuat alat bantu yang sederhana, c) menggunakan perpustakaan dalam proses belajar- mengajar, d) menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalan lapangan. 5) Menguasai landasan-landasan pendidikan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pengajaran. 6) Mengelola interaksi-interaksi belajar-mengajar yang dapat menyentuh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. 7) Dapat mengevaluasi hasil belajar dan pengajaran yang menjadi bahan pertimbangan untuk membenahi kepentingan pelajaran selanjutnya. 8) Mengenal fungsi layanan bimbingan dan konseling di sekolah, meliputi: a) mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan konseling, b) menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling.
  • 50. 65 9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. 10) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Alasan rasional mengapa supervisi itu penting adalah untuk perbaikan pengajaran/pembelajaran. Adapun untuk mendukung proses pembelajaran yang bermutu ditentukan oleh berbagai unsur dinamis yang akan ada di dalam sekolah dan lingkungannya sebagai suatu kesatuan sistem. Menurut Townsend dan Butterworth, ada sepuluh faktor penentu terwujudnya proses pembelajaran yang bermutu, yakni: 1) keefektifan kepemimpinan kepala sekolah 2) partisipasi dan rasa tanggung jawab guru dan staf, 3) proses belajar-mengajar yang efektif, 4) pengembangan staf yang terpogram, 5) kurikulum yang relevan, 6) memiliki visi dan misi yang jelas, 7) iklim sekolah yang kondusif, 8) penilaian diri terhadap kekuatan dan kelemahan, 9) komunikasi efektif baik internal maupun eksternal, dan 10) keterlibatan orang tua dan masyarakat secara instrinsik. Melalui supervisi pengajaran, maka peran guru secara lebih luas, didorong untuk meningkatkan mutu dan makna sebagai
  • 51. 66 suatu kadar proses dan hasil pendidikan secara keseluruhan yang ditetapkan sesuai dengan pendekatan dan kriteria tertentu. Dalam konteks pengajaran, seorang guru menentukan mulai dari input, proses, dan output. Input pengajaran adalah segala sesuatu sumber dan bahan ajar yang tersedia untuk berlangsungnya proses pengajaran. Proses pengajaran merupakan transformasi sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan input sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Output pengajaran adalah kinerja guru yang dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya melalui prestasi hasil belajar siswa. Makna positif lain yang dapat dipetik dari supervisi adalah mengurangi beban guru. Fullan & Stiegerbauer dalam "The New Meaning of Educational Change" mencatat bahwa setiap tahun banyak guru yang berurusan dengan banyak problem yang hal itu menjasi sumber stres bagi mereka. Mungkin tak aneh bila dilaporkan banyak guru mengalami stres dan jenuh. Dengan dukungan supervisi, maka guru dapat dibantu untuk memecahkan serangkaian problema yang mereka derita itu. Sehingga dengan demikian mereka dapat terkurangi bebannya.
  • 52. 67 Supervisi juga menjadi pertukaran pengalaman dan transfer pengetahuan baru. Supriadi mengatakan: "orang yang mendalami teori difusi inovasi akan segera tahu bahwa setiap perubahan atau inovasi dalam bidang apa pun, termasuk dalam pengajaran, memerlukan tahap-tahap yang dirancang dengan benar sejak ide dikembangkan hingga dilaksanakan". Sejak awal, supervisi harus di sesuaikan dengan sebuah kondisi yang perlu diperhitungkan, mulai substansi sampai kondisi-kondisi lokal tempat institusi itu diimplementasikan. Intinya, supervisi merupakan cara untuk melakukan suatu perubahan yang mendasar, melibatkan banyak pihak, dan dengan skala yang luas akan selalu memerlukan pikiran, tenaga dan waktu. Supervisi dijalankan berdasarkan kriteria yang jelas, terukur dan realistik dalam sasarannya, dan dirasakan manfaatnya oleh pihak yang melaksanakannya. Kepala sekolah sebagai supervisor harus memerhatikan prinsip- prinsip sebagai berikut: 1) hubungan konsultatif, kolegial, bukan hirarkhis, 2) dilaksanakan secara demokratis, 3) berpusat pada guru, 4) dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga guru, dan 5) merupakan bantuan profesional. Tugas kepala sekolah sebagai supervisor yaitu memberi masukan kepada tenaga kependidikan yang masih dirasa perlu dibenahi, dibina dan ditingkatkan kemampuan dan ketrampilannya. Tindakan ini untuk
  • 53. 68 mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati melaksanakan pekerjaannya. e. Sebagai Leader Kepala sekolah sebagai leader membutuhkan karakteristik khusus, yaitu 1). memiliki kepribadian mantap, seperti (jujur, percaya diri, tanggungjawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil dan teladan). 2) Memiliki keahlian dasar, seperti (memahami kondisi tenaga kependidikan, tahu kondisi dan karakteristik peserta didik, menyusun program pengambangan tenaga kependidikan, menerima masukan, saran kritik dari pihak lain, dll.). 3) memiliki pengalaman dan pengetahuan profesional, serta 4). Memiliki pengetahuan administrasi dan pengawasan. f. Sebagai Innovator Sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki staregi yang tepat untuk menjalin hubungan harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang innovatif. Kepala sekolah sebagai innovator akan tercermin bagaimana ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, adaptabeldan fleksibel. Sebagai innovator juga harus mampu mencari, menemukan dan lemaksanakan berbagai pembaruan di sekolah.
  • 54. 69 g. Sebagai Motivator Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan pusat sumber belajar (PSB). h. Sebagai Administrator Secara garis besar, peranan administrator sekolah dalam membawa pembenahan kurikulum paling tidak mencakup tiga aspek penting, yaitu 1) menilai kebutuhan pembenahan kurikulum, 2) merencanakan untuk pembenahan kurikulum, dan 3) mengimplementasikan pembenahan kurikulum. Kepala sekolah harus banyak memberikan kontribusi terhadap program kurikulum. Dia merupakan salah seorang yang memperhatikan dengan segala aspek kehidupan sekolahnya. Perhatiannya terhadap kesuksesan sekolah memberikan sebuah motivasi yang kuat dan sungguh- sungguh demi upaya-upayanya untuk mendapatkan pembenahan kurikulum. Dia lebih mampu daripada siapapun untuk menemukan kebutuhan sekolahnya. Dia mengetahui kontribusi terbaik yang mampu diberikan oleh anggota-anggota stafnya. Perhatiannya terhadap perkembangan guru-gurunya mengharuskan bahwa dia bertanggung jawab
  • 55. 70 untuk melakukan yang terbaik untuk mendapatkan perkembangan tersebut–menjalankan kurikulum. 10. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan Kepala sekolah adalah seseorang yang paling tinggi kedudukan di suatu sekolah karena ia merupakan pemimpin bagi semua unsur yang ada di lingkungan sekolah tersebut, dan merupakan teladan dan panutan bagi guru yang merupakan pelaksana pendidikan, juga semua masyarakat sekolah yang dipimpinnya. Melihat keadaan dan perkembangan dunia tentunya merupakan suatu tantangan bagi seorang kepala sekolah dalam menjalankan operasional tempat dia jadi “top leader”, bagaimanapun ia harus menjadikan sekolah tersebut menjadi baik dari segi prestasi maupun pengelolaannya. Menghasilkan siswa yang terbaik prestasi, budi pekerti ataupun siswa yang mampu menjawab tantangan jaman dengan pengetahuannya. Hal ini dimulai dari bagaimana pelaksanaan pendidikan (guru) itu sendiri dikoordinasikan, digerakkan dan diupayakan untuk menjadi ujung tombak dari kegiatannya, sehingga seorang kepala sekolah memerlukan keahlian, strategi dan cara untuk dapat mengupayakan guru- guru dibawahnya bisa melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik. Tugas kepala sekolah secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu : tugas kepala sekolah dibidang pengelolaan dan Tugas kepala sekolah dibidang supervisi. 1. Tugas Kepala Sekolah dibidang Pengelolaan a. Pengelolaan Pengajaran
  • 56. 71 b. Pengelolaan Kepegawaian c. Pengelolaan Kemuridan d. Pengelolaan Gedung dan Halaman e. Pengelolaan Keuangan f. Pengelolaan Sekolah dan Hubungan Masyarakat 2. Tugas Kepala Sekolah dibidang supervisi a. Membimbing guru-guru agar memehami secara jelas tujuan-tujuan pendidikan pengajaran yang hendak dicapainya, dan hubungannya dengan aktifitas pengajaran dengan tujuan-tujuan tersebut. b. Membimbing guru untuk dapat memahami lebih jelas tentang persoalan-persoalan dan kebutuhan murid-muridnya dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan tersebut. c. Membantu guru agar mereka mampu memahami lebih jelas tentang masalah-masalah dan kesukaran murid-muridnya. d. Membantu guru untuk memperoleh kecakapan mengajar yang lebih baik dengan menggunakan variasi-variasi pengajaran modern sesuai dengan kurikulum dari bidang pelajaran masing-masing. e. Menyelesaikan dan memberikan tugas yang sesuai dan cocok dengan bidang keilmuan dan bakat masing-masing guru f. Memberikan bimbingan yang bijaksana kepada guru-guru terutama kepada guru-guru baru agar mereka dapat memasuki, memahami dan menghayati suasana sekolah dan jabatan sebaik-baiknya.
  • 57. 72 g. Menbantu guru untuk memahami sumber-sumber pengalaman belajar bagi murid-murid di sekolah ditengah-tengah masyarakat sehingga situasi belajar mengajar diperkaya karenanya. B. Perspektif Islam Tentang Variabel Penelitian Dalam pandangan Islam, kepemimpinan terkait dengan dua harapan atau tuntutan sosial mendasar yang dikenakan kepada si pemimpin. Pertama, kemampuan yang diperkirakan terdapat padanya untuk memimpin ke arah tercapainya situasi yang diinginkan oleh komunitasnya. Kedua, Kemungkinan bobot fungsinya dalam mempertahankan eksistensi komunitas . Dalam konteks pemenuhan tuntutan sosial itu, pemimpin harus menyadari adanya pertanggung jawaban transendental, yang menghendaki keterluluhan pribadi dalam keharusan moral agama.19 Tanggung jawab atau prinsip akuntabilitas kepemimpinan dalam Islam, hendaknya diletakkan dalam tugas (muamalah) kehidupan dan pengabdian (ibadah) setiap manusia sebagai kahlifah di bumi-Nya, Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-A’raf ayat 129 sebagai berikut; ۡ‫م‬ُ ‫ك‬َّ ‫و‬ُ ‫د‬َ ‫ع‬ َ ‫ك‬ِ‫ل‬ ۡ‫ه‬ُ‫ي‬ ‫َن‬‫أ‬ ۡ‫م‬ُ ‫ك‬ُّ‫ب‬َ ‫ر‬ ٰ ‫ى‬َ ‫س‬َ ‫ع‬ َ ‫ال‬َ‫ق‬ ۚ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ت‬ ۡ ‫ئ‬ ِ ‫ج‬ ‫ا‬َ ‫م‬ ِ ‫د‬ۡ‫ع‬َ‫ب‬ ۢ‫ن‬ِ ‫م‬َ ‫و‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ي‬ِ‫ت‬ ۡ ‫أ‬َ‫ت‬ ‫َن‬‫أ‬ ِ ‫ل‬ۡ‫ب‬َ‫ق‬ ‫ن‬ِ ‫م‬ ‫ا‬َ‫ين‬ِ ‫ُوذ‬‫أ‬ ْ‫ا‬ٓ ‫و‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ ‫ن‬‫و‬ُ‫ل‬َ ‫م‬ۡ‫ع‬َ‫ت‬ َ ‫ف‬ۡ‫ي‬َ ‫ك‬ َ ‫ر‬ُ‫ظ‬‫ن‬َ‫ي‬َ‫ف‬ ِ ‫ض‬ۡ ‫َر‬ ۡ ‫ٱۡل‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ۡ‫م‬ُ ‫ك‬َ ‫ف‬ِ‫ل‬ ۡ‫خ‬َ‫ت‬ ۡ‫س‬َ‫ي‬َ ‫و‬ ٩٢١ Kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas (oleh Fir´aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab: "Mudah- 19 Abdullah, Taqufiq, “Pola Kepemimpinan Islam di Indonesia” (Jakarta, Prisma, 6, 1982), 56.
  • 58. 73 mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu.20 Disbutkan juga dalam Qur’an surat Shad ayat 26 sebagai berikut : ‫ة‬َ ‫ف‬‫ي‬ِ‫ل‬َ ‫خ‬ َ ‫ك‬َٰ‫ن‬ ۡ ‫ل‬َ ‫ع‬َ ‫ج‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ُ ‫ۥد‬ُ ‫او‬َ ‫ٰد‬َ‫ي‬ ٗ ‫ي‬ِ‫ف‬ ٰ ‫ى‬َ ‫و‬َ ‫ه‬ ۡ ‫ٱل‬ ِ ‫ع‬ِ‫ب‬َّ‫ت‬َ‫ت‬ َ ‫َل‬َ ‫و‬ ِ ‫ق‬َ ‫ح‬ ۡ ‫ٱل‬ِ‫ب‬ ِ ‫َّاس‬‫ن‬‫ٱل‬ َ ‫ن‬ۡ‫ي‬َ‫ب‬ ‫م‬ُ ‫ك‬ ۡ‫ٱح‬َ‫ف‬ ِ ‫ض‬ۡ ‫َر‬ ۡ ‫ٱۡل‬ ‫اب‬َ ‫ذ‬َ ‫ع‬ ۡ‫م‬ُ ‫ه‬َ‫ل‬ ِ ‫ه‬َّ‫ل‬‫ٱل‬ ِ ‫يل‬ِ‫ب‬َ ‫س‬ ‫ن‬َ ‫ع‬ َ ‫ن‬‫و‬ُّ‫ل‬ِ ‫ض‬َ‫ي‬ َ ‫ين‬ِ ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ٱ‬ َّ ‫ن‬ِ‫إ‬ ِۚ ‫ه‬َّ‫ل‬‫ٱل‬ ِ ‫يل‬ِ‫ب‬َ ‫س‬ ‫ن‬َ ‫ع‬ َ ‫ك‬َّ‫ل‬ِ ‫ض‬ُ‫ي‬َ‫ف‬ ٗ ۢ ُ ‫يد‬ِ ‫د‬َ ‫ش‬ ‫ا‬َ ‫م‬ِ‫ب‬ ْ‫ا‬‫و‬ُ ‫س‬َ‫ن‬ َ‫م‬ۡ ‫و‬َ‫ي‬ ِ ‫اب‬َ ‫س‬ِ ‫ح‬ ۡ ‫ٱل‬ ٢٢ Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.21 Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan dalam perspektif Islam adalah suatu kegiatan atau kemampuan orang lain untuk mengarahkan dan memotivasi tingkah laku orang lain, serta ada usaha kerja sama yang sesuai dengan nilai-nilai Al-Qur’an dan Al-Hadits untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. 20 Al-Qur’an, 7: 129. 21 Al-Qur’an, 38: 26.
  • 59. 74 C. Kerangka Teoritik Pola perilaku yang selalu terlihat pada aktivitas seseorang berupaya mempengaruhi aktivitas bawahannya adalah gaya kepemimpinan seseorang. Kerangkan pemikiran konseptual yang mendasari penelitian ini adalah bahwa kinerja guru di MA Ummul Quro Kropak Bantaran Probolinggo .merupakan kegiatan yang dianggap penting, baik guru itu sendiri ataupun lembaga pendidikannya. Dengan cara kerja yang professional para guru diharapkan nantinya akan menghasilkan siswa-siwa yang berprestasi tinggi, sehingga dengan sendirinya lembaga pendidikan akan berkembang. Jadi adanya profesiolisme guru di MA Ummul Quro Kropak Bantaran Probolinggo . akan menghasilkan prestasi kerja dengan meningkatkan mutu siswa dalam arti prestasi dan moralitasnya. Dalam kaitannya meningkatkan profesiolisme guru akan sulit terjadi jika peranan kepala sekolah dalam memimpin lembaga pendidikannya tidak nmelaksanakan tugasnya dengan baik. Maka peranan kepala sekolah dalam memimpin guru untuk meningkatkan profesiolismenya sangat diperlukan, bagaimana upaya kepala sekolah untuk meningkatkan profesionalisme dengan cara kepemimpinannya. Dengan demikian kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
  • 60. 75 Gambar 3. Kerangka Pemikiran Konseptual Kepemimpinan Profesiolisme  Perilaku mengarahkan  Perilaku membimbing  Perilaku mendukung  Perilaku pendelegasian Profesionalisme