1. Pemodelan struktur gedung empat lantai dilakukan dengan tiga model yaitu model terbuka, model dengan dinding penuh, dan model dengan dinding yang memiliki bukaan.
2. Hasil analisis simpangan struktur untuk ketiga model semuanya memenuhi persyaratan SNI tentang batas drift.
3. Pemodelan dinding pengisi dengan shell element dan penghubung antara frame dan shell menggunakan elemen gap.
Dokumen ini berisi perhitungan struktur untuk bangunan ruko dua lantai dengan sistem rangka portal. Termasuk perhitungan pelat lantai, balok, dan kolom menggunakan beban mati dan hidup standar. Hasilnya adalah spesifikasi penampang dan jumlah tulangan yang dibutuhkan untuk setiap elemen struktur.
Evaluasi kinerja struktur beton bertulang dengan analisis pushover untuk mengetahui perilaku keruntuhan akibat gempa. Analisis pushover menunjukkan target perpindahan sebesar 0,2 m berdasarkan FEMA 356, sedangkan SNI 1726-2002 memberi nilai 0,011 m. Kinerja struktur hanya mampu menahan gaya 602.179,63 kg pada tingkat life safety. Perlu diteliti kembali kinerja struktur dengan metode lain.
Analisis struktur gedung bertingkat rendah dengan software etabs v9Afret Nobel
Β
Analisis struktur gedung bertingkat rendah dengan software etabs v9. Menjelaskan langkah-langkah prosedur mendesain bangunan bertingkat menggunakan software ETABS.
1) Dokumen ini membahas analisis stabilitas bangunan-bangunan yang mengalami modifikasi pada bendung Kaligending, termasuk pintu pengambilan, pintu penguras, dan banjir scherm.
2) Perhitungan stabilitas menganalisis gaya-gaya yang bekerja, penulangan, dan kemampuan menahan beban serta geser pada setiap bangunan.
3) Ditemukan bahwa semua bangunan aman terhadap guling dan geser karena penulangan dan
Dokumen ini berisi perhitungan struktur untuk bangunan ruko dua lantai dengan sistem rangka portal. Termasuk perhitungan pelat lantai, balok, dan kolom menggunakan beban mati dan hidup standar. Hasilnya adalah spesifikasi penampang dan jumlah tulangan yang dibutuhkan untuk setiap elemen struktur.
Evaluasi kinerja struktur beton bertulang dengan analisis pushover untuk mengetahui perilaku keruntuhan akibat gempa. Analisis pushover menunjukkan target perpindahan sebesar 0,2 m berdasarkan FEMA 356, sedangkan SNI 1726-2002 memberi nilai 0,011 m. Kinerja struktur hanya mampu menahan gaya 602.179,63 kg pada tingkat life safety. Perlu diteliti kembali kinerja struktur dengan metode lain.
Analisis struktur gedung bertingkat rendah dengan software etabs v9Afret Nobel
Β
Analisis struktur gedung bertingkat rendah dengan software etabs v9. Menjelaskan langkah-langkah prosedur mendesain bangunan bertingkat menggunakan software ETABS.
1) Dokumen ini membahas analisis stabilitas bangunan-bangunan yang mengalami modifikasi pada bendung Kaligending, termasuk pintu pengambilan, pintu penguras, dan banjir scherm.
2) Perhitungan stabilitas menganalisis gaya-gaya yang bekerja, penulangan, dan kemampuan menahan beban serta geser pada setiap bangunan.
3) Ditemukan bahwa semua bangunan aman terhadap guling dan geser karena penulangan dan
Dokumen tersebut merupakan standar nasional Indonesia tentang cara uji slump beton yang mencakup ruang lingkup, definisi istilah, rangkuman metode pengujian, peralatan yang diperlukan, langkah-langkah pengujian, dan ketentuan pelaporan hasil uji.
Dokumen tersebut memberikan contoh perhitungan struktur gedung beraturan menggunakan program ETABS. Dokumen tersebut menjelaskan langkah-langkah pemodelan struktur gedung tersebut di ETABS mulai dari pembuatan model, input data material dan dimensi, pembuatan denah balok kolom dan pelat, hingga penentuan jenis perletakan/restraint.
Laporan ini mendeskripsikan uji kuat tarik yang dilakukan terhadap dua jenis baja konstruksi, yaitu baja tulangan polos dan baja tulangan sirip. Uji ini bertujuan untuk menentukan tegangan leleh, tegangan putus, dan regangan maksimum dari masing-masing baja. Hasilnya menunjukkan bahwa baja tulangan polos memiliki tegangan leleh 319,99 MPa dan baja tulangan sirip memiliki tegangan lele
Bab IV dokumen tersebut membahas perhitungan struktur bangunan tinggi dengan sistem flat plate-core wall. Terdapat analisis struktur 3D menggunakan software SAP2000 untuk memodelkan kolom, pelat lantai, dinding inti dan komponen lainnya. Dibahas pula kriteria desain, beban yang bekerja (mati, hidup, gempa), serta perhitungan berat tiap lantai, titik berat dan massa yang diperlukan untuk analisis gempa.
Kolom merupakan elemen struktur vertikal yang berfungsi untuk menyangga beban seluruh bangunan dan meneruskannya ke pondasi. Kolom didesain menggunakan beton bertulang yang tahan tekanan dan tarikan untuk menopang berbagai jenis beban. Makalah ini membahas definisi, fungsi, letak, jenis, dan metode pelaksanaan pekerjaan kolom pada bangunan.
Dokumen ini membahas pengaruh mutu beton terhadap dimensi kolom pada bangunan bertingkat. Tujuannya adalah mengetahui perbandingan dimensi kolom dengan menggunakan mutu beton berbeda antara 20-50 MPa. Analisis struktur dilakukan untuk bangunan perkantoran 5 lantai dengan beban gempa, hidup, dan mati menggunakan program SAP2000 dan Excel.
Bab IV dokumen tersebut membahas perhitungan struktur bangunan tinggi dengan sistem flat plate-core wall. Terdapat analisis struktur 3D menggunakan software SAP2000 untuk memodelkan kolom, pelat lantai, dinding inti dan komponen lainnya. Dibahas pula kriteria desain, beban yang bekerja (mati, hidup, gempa), serta perhitungan berat tiap lantai, titik berat dan massa yang diperlukan untuk analisis gempa.
Modifikasi penampang profil WF menjadi bentuk membesar di tengah dengan badan terbuka dapat meningkatkan kapasitas momen struktur balok. Pada struktur bentang pendek kapasitas momen meningkat 6%, bentang menengah meningkat 32%, dan bentang panjang meningkat 0,15%. Modifikasi ini dilakukan dengan memotong profil secara diagonal menggunakan program AutoCAD untuk mencari pola potongan terbaik yang dapat digabungkan.
Dokumen tersebut merupakan standar nasional Indonesia tentang cara uji slump beton yang mencakup ruang lingkup, definisi istilah, rangkuman metode pengujian, peralatan yang diperlukan, langkah-langkah pengujian, dan ketentuan pelaporan hasil uji.
Dokumen tersebut memberikan contoh perhitungan struktur gedung beraturan menggunakan program ETABS. Dokumen tersebut menjelaskan langkah-langkah pemodelan struktur gedung tersebut di ETABS mulai dari pembuatan model, input data material dan dimensi, pembuatan denah balok kolom dan pelat, hingga penentuan jenis perletakan/restraint.
Laporan ini mendeskripsikan uji kuat tarik yang dilakukan terhadap dua jenis baja konstruksi, yaitu baja tulangan polos dan baja tulangan sirip. Uji ini bertujuan untuk menentukan tegangan leleh, tegangan putus, dan regangan maksimum dari masing-masing baja. Hasilnya menunjukkan bahwa baja tulangan polos memiliki tegangan leleh 319,99 MPa dan baja tulangan sirip memiliki tegangan lele
Bab IV dokumen tersebut membahas perhitungan struktur bangunan tinggi dengan sistem flat plate-core wall. Terdapat analisis struktur 3D menggunakan software SAP2000 untuk memodelkan kolom, pelat lantai, dinding inti dan komponen lainnya. Dibahas pula kriteria desain, beban yang bekerja (mati, hidup, gempa), serta perhitungan berat tiap lantai, titik berat dan massa yang diperlukan untuk analisis gempa.
Kolom merupakan elemen struktur vertikal yang berfungsi untuk menyangga beban seluruh bangunan dan meneruskannya ke pondasi. Kolom didesain menggunakan beton bertulang yang tahan tekanan dan tarikan untuk menopang berbagai jenis beban. Makalah ini membahas definisi, fungsi, letak, jenis, dan metode pelaksanaan pekerjaan kolom pada bangunan.
Dokumen ini membahas pengaruh mutu beton terhadap dimensi kolom pada bangunan bertingkat. Tujuannya adalah mengetahui perbandingan dimensi kolom dengan menggunakan mutu beton berbeda antara 20-50 MPa. Analisis struktur dilakukan untuk bangunan perkantoran 5 lantai dengan beban gempa, hidup, dan mati menggunakan program SAP2000 dan Excel.
Bab IV dokumen tersebut membahas perhitungan struktur bangunan tinggi dengan sistem flat plate-core wall. Terdapat analisis struktur 3D menggunakan software SAP2000 untuk memodelkan kolom, pelat lantai, dinding inti dan komponen lainnya. Dibahas pula kriteria desain, beban yang bekerja (mati, hidup, gempa), serta perhitungan berat tiap lantai, titik berat dan massa yang diperlukan untuk analisis gempa.
Modifikasi penampang profil WF menjadi bentuk membesar di tengah dengan badan terbuka dapat meningkatkan kapasitas momen struktur balok. Pada struktur bentang pendek kapasitas momen meningkat 6%, bentang menengah meningkat 32%, dan bentang panjang meningkat 0,15%. Modifikasi ini dilakukan dengan memotong profil secara diagonal menggunakan program AutoCAD untuk mencari pola potongan terbaik yang dapat digabungkan.
Laporan ini menyajikan hasil perhitungan struktur atas dan bawah gedung ruko 2 1/2 lantai yang terletak di Jl. H. Sanusi Palembang. Perhitungan struktur atas menggunakan analisis 3D dengan program SAP2000 untuk menentukan beban gravitasi, gempa, dan penulangan balok dan kolom. Perhitungan struktur bawah menggunakan pondasi plat setempat dan mempertimbangkan penurunan konsolidasi tanah dasar dalam jangka
Makalah PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BRESING TAHAN TEKUKLoeky Palakka
Β
1. Makalah ini membahas perencanaan struktur rangka baja dengan sistem bresing tahan tekuk (SRBTT) untuk gedung bertingkat. SRBTT dirancang untuk memiliki kapasitas tekan yang sama dengan kapasitas tariknya.
2. Dilakukan perencanaan struktur untuk gedung perkantoran 10 lantai dengan dua variasi, yaitu penggunaan faktor overstrength hanya pada elemen struktur portal bresing (SRBTT-1) dan
14 konstruksi beton bertulang gedung lantai 4 umssugito afandi
Β
Dokumen tersebut merupakan makalah seminar yang merencanakan struktur gedung perkantoran 4 lantai di Sukoharjo dengan sistem rangka pemikul momen biasa. Rencana struktur mencakup atap pelat 10 cm, lantai pelat 12 cm, balok 400/600 mm dan 200/400 mm, kolom 600/600 mm, serta fondasi tiang pancang 16 m. Perencanaan mengacu pada SNI Beton 2013 dan Gempa 2012 dengan mutu beton 25 MPa, tulangan 400 MP
Dokumen tersebut membahas tentang standarisasi gambar teknis perencanaan drainase, termasuk ketentuan gambar, jenis garis, skala, simbol bahan, dan tujuan standarisasi untuk memudahkan perencanaan, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan sistem drainase."
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Β
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
Β
Bab iv
1. 51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemodelan Model Awal
Model awal yang digunakan adalah struktur rangka beton bertulang satu
tingkat yang telah diuji di laboratorium oleh penelitian Kakaletsis and Karayannis
(2009). Sebanyak 10 model dianalisis yang terdiri atas 1 model Bare Frame
(MB), 1 model RDP dengan dinding solid (MS), 3 model RDP dengan variasi
dimensi bukaan jendela sentris (MWO2, MWO3, MWO4), 3 model RDP dengan
variasi dimensi bukaan pintu sentris (MDO2, MDO3, MDO4), dan 2 model RDP
dengan posisi bukaan eksentris (MWX1, MDX1). Dalam analisis ini akan
dimodelkan salah satu dari kesepuluh model tersebut yaitu model Model (MDO2).
Dalam analisis ini dilakukan dilakukan dengan mengubah modulus secant
dari material beton dan dinding yang dibuat non linier sesuai grafik hubungan
tegangan (stress) dan regangan (strain), yaitu adanya penurunan nilai dari
Modulus secant (Esi). Selain itu, dalam analisis dilakukan penurunan koefisien
momen inersia elemen struktur balok dan kolom pada saat retak. Penjelasan sudah
disajikan pada Bab III.
Model dianalisis dalam 2D menggunakan program SAP2000 pada Gambar
4.1 sebagai berikut:
Gambar 4.1 Model RDP bukaan pintu
2. 52
4.1.1 Deformasi Struktur Model Awal
Analisis terhadap hasil pemodelan diharapkan dapat menirukan hasil
pengujian laboratorium yang ditunjukkan sebagai grafik hubungan antara lateral
load dan lateral displacemenet pada gambar 2.14. Dari hasil analisis struktur
dengan parameter modulus secant (Esi) nonlinier dan penurunan momen inersia
(I) elemen struktur balok dan kolom akibat retak, diperoleh nilai deformasi pada
arah x.
Model awal merupakan pemodelan struktur rangka beton bertulang satu
tingkat dengan memodelkan adanya bukaan pintu pada dinding pengisi. Posisi
bukaan terletak di tengah dengan lebar bukaan sebesar 25% dari panjang dinding.
Dari analisis, diperoleh nilai deformasi yang disajikan pada Gambar 4.2 berupa
grafik hubungan beban lateral dan deformasi. Hasil ini dibandingkan dengan hasil
pengujian di laboratorium yang diambil dari Gambar 2.14.
Gambar 4.2 Hubungan beban lateral dan deformasi antara Eksperimen
dengan Model Awal.
Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa hasil analisis lebih fleksibel dari hasil uji
laboratorium ini dikarenakan beban lateral yang dikerjakan pada analisis berupa
beban statik satu arah sedangkan pada pengujian di laboratorium dilakukan
dengan beban siklik. Hasil analisis sudah mampu menirukan perilaku struktur
0
10
20
30
40
50
60
70
0 10 20 30 40
Eksperimen
Analisis
Lateral Displecement (mm)
LateralLoad(KN)
3. 53
dengan baik sesuai hasil pengujian laboratorium. Selisih antara hasil yang didapat
dengan hasil dari eksperimen adalah bervariasi. Perbedaan hasil analisi dengan
eksperimen disajikan dalam tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Selisih simpangan antara hasil analisis dan hasil eksperimen
Beban
(KN)
Simpangan Simpangan
selisih
(mm)
% Terhadap Hasil
SAP
Hasil SAP
(mm)
Hasil Eksperimen
(mm)
0 0 0.00 0 0.00%
10 0.7277 0.50 0.2277 31.29%
20 1.5062 1.00 0.5062 33.61%
30 2.431 2.00 0.431 17.73%
35 3.0953 2.875 0.2203 7.12%
40 3.9721 3.75 0.2221 5.59%
43 4.7978 4.575 0.2228 4.64%
47 5.9977 5.675 0.3227 5.38%
50 7.4898 6.50 0.9898 13.22%
60 18.4532 12.00 6.4532 34.97%
4.1.2 Tegangan yang Terjadi Pada Dinding
Tegangan yang terjadi pada Model Awal yaitu tegangan tekan, tegangan
tarik, dan tegangan geser saat menerima beban lateral puncak sebesar 60 kN,
ditampilkan pada Gambar 4.3 Tegangan tarik maksimum terjadi pada sudut
bagian kiri atas bukaan pintu, ditunjukkan pada lingkaran biru Gambar 4.3 (a)
dengan nilai sebesar 5,55 N/mm2. Untuk tegangan tekan maksimum terjadi pada
sekitar sudut kanan atas bukaan pintu, ditunjukkan pada lingkaran merah Gambar
4.3 (a) dengan nilai sebesar 5,801 N/mm2.
Pada gambar 4.3 (b) merupakan kontur tegangan geser yang terjadi pada
Model Awal. Tegangan geser maksimum terjadi pada sekitar sudut atas bukaan
4. 54
bagian kanan, yang ditunjukkan pada lingkaran hitam dengan nilai sebesar 1,990
N/mm2.
(a) (b)
Gambar 4.3 (a) Tegangan S11 dan (b) Tegangan S12 pada beban lateral
puncak MDO2
Gambar 4.4 Pola kegagalan yang terjadi pada Specimens Model Awal
hasil pengujian.
Pada hasil pengujian laboratorium ditampilkan pola kegagalan yang terjadi
pada Specimens diambil dari Gambar 2.14(b). Terjadi kehancuran dinding pada
sudut β sudut pertemuan antara balok dengan kolom dan sekitar bukaan. Pada
pasangan bata di atas bukaan pintu mengalami kegagalan geser sambungan antar
bata (bed joint) dinding. Terlihat dari Gambar 4.4 semua pola kegagalan yang
dialami Specimens yaitu CC, DC, SS, DK, dan FF. Dari hasil analisis, Model
Awal mengalami tegangan geser maksimum pada sekitar sudut atas bukaan pintu
bagian kanan sesuai dengan pola kegagalan SS yang terjadi pada hasil pengujian
laboratorium. Untuk pola kegagalan DC pada hasil pengujian juga sesuai dengan
FF CC
DK
DC
SS
5. 55
hasil analisis, dimana pada bagian sudut atas bukaan pintu mengalami tegangan
tekan maksimum dan daerah tekan terjadi bagian atas kiri dan bagian bawah
kanan pada dinding. Selanjutnya, pola kegagalan FF bisa dibandingkan dengan
mendapatkan Momen (Mu) dan gaya geser (Vu) pada balok dan kolom hasil
analisis. Jika, Mu > Mn dan Vu > Vn, maka struktur balok dan kolom mengalami
overstress, struktur tidak mampu menerima beban yang bekerja artinya struktur
tersebut gagal, disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Momen dan gaya geser balok
MODEL
AWAL
Mu
(kNm)
Mn
(kNm)
Rasio
(Mu/Mn)
Keterangan
(Mu/Mn) <
1
Vu
(kN)
Vn
(kN)
Rasio
(Vu/Vn)
Keterangan
(Vu/Vn) < 1
Balok 11,28 16.467 0.685 Aman 26,881 24.092 1,11 Overstress
Kolom 12,75 12,059 1,057 Overstress 30,415 28,651 1,061 Overstress
*Ket: Perhitungan momen dan kuat geser nominal pada balok dan kolom
dilampirkan
4.2 Pemodelan Struktur Gedung Empat Lantai
Pemodelan struktur dilakukan dengan menggunakan program SAP
2000v15 berupa pemodelan struktur gedung sekolah dengan model tiga dimensi.
Model I adalah pemodelan struktur gedung tanpa dinding pengisi (Open Frame)
dengan mengasumsikan beban dinding sebagai beban merata yang bekerja pada
struktur. Pemodelan struktur portal berupa balok dan kolom dilakukan dengan
menggunakan elemen batang (frame element). Sedangkan Model II adalah
pemodelan struktur gedung dengan dinding pengisi penuh dan dinding dimodel
dengan Shell Elemen, sedangkan dinding yang terdapat bukaan dianggap sebagai
beban saja. Model III adalah pemodelan struktur gedung dengan dinding pengisi
dengan bukaan. Semua dinding yang ada baik dinding pengisi penuh maupun
terdapat bukaan akan dimodel dengan Shell Elemen.
4.2.1 Pemodelan Struktur Rangka Terbuka (Open Frame)
Pemodelan struktur tanpa dinding pengisi dilakukan dengan memodel
struktur berupa balok dan kolom menggunakan frame element. Pada Model I
6. 56
dimensi yang digunakan untuk balok lantai dasar sampai atap pada portal x adalah
B600/300 untuk bentang 8 m dan B 450/250 untuk bentang 3 m dan 1,5 m.
sedangkan untuk portal arah y digunakan dimensi balok B 450/250, dan untuk
kolom digunakan kolom ukuran K 600/300 dan K 400/400, selanjutnya
disesuaikan dengan dimensi yang didapat pada perhitungan menggunakan
program SAP2000v15. Pada gambar 4.5 berikut disajikan pemodelan portal tanpa
dinding pengisi (Model I).
(a) (b)
Gambar 4.5 Pemodelan 3 Dimensi (a) Portal as 3 β 3 portal tanpa dinding
pengisi (b)
Pemodelan pelat pada Model I menggunakan shell element dengan
ketebalan 120 mm untuk lantai dan 110 mm untuk pelat atap.
4.2.2 Pemodelan Struktur Rangka Dinding Pengisi Penuh
Menganalisis struktur portal dengan dinding pengisi dapat dilakukan
dengan menggunakan metode elemen hingga yaitu memodelkan dinding pengisi
sebagai Shell Elemen. Pada analisis dinding pengisi dengan Shell Elemen
diperlukan adanya elemen penghubung (gap) untuk menghubungkan dan
menyalurkan gaya antara elemen frame dengan elemen shell. Elemen gap terebut
memiliki kekakuan yang didapat dari persamaan 2.17 dan 2.18 yaitu:
7. 57
πΎπ = 0,0378πΎπ + 347
πΎπ = πΈπ. π‘
Ei adalah modulus elastisitas dinding pengisi = 3201,86 πππ , dan t adalah tebal
dinding pengisi = 150 mm. Maka:
πΎπ = πΈπ. π‘ = 3201,86 .150 = 480279 π/ππ
πΎπ = 0,0378.(480279) + 347 = 18501,54 π/ππ
Dalam analisis dinding pengisi penuh menggunakan dimensi rangka yang
sama dengan dimensi rangka Model Open Frame, dan ditambah dengan dinding
pengisi penuh yang dimodel sebagai elemen shell dan dinding pengisi yang
terdapat bukaan hanya dianggap sebagai beban.
Struktur rangka dindig pengisi penuh akan dimodelkan dengan program
SAP 2000 v 15 seperti pada gambar 4.6 berikut.
(a) (b)
Gambar 4.6 Pemodelan 3 Dimensi (a) Portal as 3 β 3 portal rangka dinding
pengisi (b)
8. 58
4.2.3 Pemodelan Struktur Rangka Dinding Pengisi dengan Bukaan
Pemodelan struktur rangka dinding pengisi dengan bukaan menggunakan
dimensi yang sama dengan dimensi struktur rangka terbuka dan struktur rangka
dinding pengisi penuh. Perbedaannya disini adalah semua dinding yang ada baik
itu dinding pengisi penuh maupun dengan bukaan dimodel dengan Shell Elemen.
Untuk menghubungkan antara elemen frame dengan elmen shell menggunakan
elemen gap dengan kekakuan gap sama dengan hasil perhitungan dari struktur
ragka dinding pengisi penuh.
Struktur rangka dinding penisi dengan bukaan dimodel dengan Program
SAP 2000 v 15 seperti pada gambar 4.7 berikut.
(a) (b)
Gambar 4.7 Pemodelan 3 Dimensi (a) Portal as C β C portal rangka
dinding pengisi dengan bukaan (b)
4.3 Hasil Pemodelan Struktur
Analisis terhadap hasil pemodelan dilakukan dengan membandingkan
simpangan, momen dan gaya geser yang terjadi pada portal masing β masing
struktur. Selain itu dilakukan analisis tegangan dinding pada struktur yang
dimodel dengan dinding pengisi.
9. 59
4.3.1 Simpangan Struktur
Menurut pasal 8.1.2 SNI 03-1726-2002, untuk memenuhi persyaratan
kinerja batas layan struktur gedung dalam segala hal simpangan antar tingkat yang
dihitung dari simpangan struktur gedung tidak boleh melampaui dari :
h1= 2000 mm mmxxh
R
driftSyarat i 5,72000
8
03,003,0
ο½ο½ο½
h2= 4000 mm mmxxh
R
driftSyarat i 154000
8
03,003,0
ο½ο½ο½
h3= 4000 mm mmxxh
R
driftSyarat i 154000
8
03,003,0
ο½ο½ο½
h4= 4000 mm mmxxh
R
driftSyarat i 154000
8
03,003,0
ο½ο½ο½
h5= 4000 mm mmxxh
R
driftSyarat i 154000
8
03,003,0
ο½ο½ο½
Tabel 4.3 Analisis βs Akibat Gempa Arah x pada Model Open Frame
Lantai hx (m)
βs
(mm)
Drift layan
(mm)
Syarat drift
layan (mm)
Keterangan
Atap 18 18.740 2.460 15 Memenuhi
4 14 16.280 4.172 15 Memenuhi
3 10 12.108 5.171 15 Memenuhi
2 6 6.937 5.749 15 Memenuhi
1 2 1.188 1.188 7.5 Memenuhi
Dasar 0 0 0 - -
Tabel 4.4 Analisis βs Akibat Gempa Arah x pada Model Open Frame + Dinding
Pengisi Penuh
Lantai hx (m)
βs
(mm)
Drift layan
(mm)
Syarat drift
layan (mm)
Keterangan
Atap 18 10.204 1.174 15 Memenuhi
4 14 9.030 2.649 15 Memenuhi
3 10 6.831 2.291 15 Memenuhi
2 6 4.090 3.091 15 Memenuhi
1 2 0.999 0.999 7.5 Memenuhi
Dasar 0 0 0 - -
10. 60
Tabel 4.4 Analisis βs Akibat Gempa Arah x pada Model Open Frame + Dinding
Pengisi dengan Bukaan
Lantai hx (m)
βs
(mm)
Drift layan
(mm)
Syarat drift
layan (mm)
Keterangan
Atap 18 10.094 1.132 15 Memenuhi
4 14 8.962 2.165 15 Memenuhi
3 10 6.797 2.715 15 Memenuhi
2 6 4.082 3.082 15 Memenuhi
1 2 1.000 1.000 7.5 Memenuhi
Dasar 0 0 0 - -
Keterangan :
hi = Tinggi antar lantai gedung
hx = Tinggi total gedung tiap lantai
R = Faktor reduksi gempa (8 untuk struktur SRPMK
dengan beton ber-tulang)
βs = simpangan tiap lantai gedung akibat pengaruh beban
gempa
Drift = simpangan antar tingkat akibat beban gempa
(lantai atas β lantai bawah)
Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan
simpangan antar tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa
rencana dalam kondisi struktur gedung, yaitu untuk membatasi tejadinya
keruntuhan struktur yang dapat membahayakan jiwa manusia dan untuk mencegah
benturan berbahaya antar gedung atau antar bagian struktur gedung yang dipisah
dengan sela pemisah (dilatasi) (SNI 1726-2012). Simpangan (Ξm) dan simpangan
antar tingkat (drift ultimit) ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung
tersebut akibat pengaruh gempa nominal (Ξs) dikalikan dengan suatu faktor
11. 61
pengali ΞΎ. Untuk struktur gedung beraturan besarnya nilai faktor pengali dapat
dihitung sebagai berikut :
ΞΎ = 0,7R
ΞΎ = 0,7 (8,50)
ΞΎ = 5,95
Dimana R adalah faktor reduksi gempa untuk struktur gedung yang
direncanakan, dalam hal ini digunakan nilai R = 8,5 untuk struktur daktail
(SRPMK).
Berdasarkan SNI-031726-2012, untuk memenuhi persyaratan kinerja batas
ultimit struktur gedung, simpangan antar tingkat struktur gedung tidak boleh
melampaui 0,015 kali tinggi tingkat bersangkutan. Maka untuk lantai 1 sampai
dengan lantai 5 ;
h1-5 = 4000 mm Drift ultimit = 0,015 x hi = 0,015 x 4000 = 60 mm
Tabel 4.9 analisis Ξs akibat gempa arah x pada portal 4-4 Model Open Frame
Lantai hx (m) Ξs(mm)
Drift Ξs
antar
tingkat
(mm)
5 20 18.7341 2.458
4 16 16.2753 4.171
3 12 12.1043 5.1698
2 8 6.9345 5.746
1 2 1.188 1.188
Dasar 0 0 0