MEMBAHAS TENTANG SISTEM ENDOMEMBRAN DAN TRANSPORTASI ANTAR MEMBRAN PADA SEL MELIPUTI TRANSPORT AKTIF DAN PASIF, CONTOH DAN PERBEDAANNYA SERTA MEMBAHAS TENTANG APLIKASI KLINIS DI BIDANG KESEHATAN
MEMBAHAS TENTANG SISTEM ENDOMEMBRAN DAN TRANSPORTASI ANTAR MEMBRAN PADA SEL MELIPUTI TRANSPORT AKTIF DAN PASIF, CONTOH DAN PERBEDAANNYA SERTA MEMBAHAS TENTANG APLIKASI KLINIS DI BIDANG KESEHATAN
1. BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Gagal Ginjal Kronik
1. Pengertian
Gagal ginjal kronik menurut Brunner & Suddarth, alih bahasa
Kuncara, Y., dkk (2002 : 1448) mendefinisikan “gagal ginjal kronik
atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah)”.
Menurut Suyono, S.,dkk (2001 : 427), adalah “ Suatu sindrom
klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat
menahun, berlangsung progresif, dan cukup lanjut “.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal
ginjal kronik merupakan kondisi yang permanen yang disebabkan oleh
penurunan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel dimana ginjal
gagal
untuk membuang sampah metabolik (ureum dan sampah
nitrogen lain) serta gagal untuk mempertahakan keseimbangan cairan
dan elektrolit yang berakhir dengan kerusakan yang menyebabkan
terjadinya uremia.
2. Anatomi Fisiologi
Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih dan
uretra. Dalam makalah ini penyusun akan banyak mengungkap
mengenai organ ginjal.
a. Anatomi ginjal
1) Makroskopis
Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang
peritonium, didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar
(transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas
2. mayor). Ginjal pada orang dewasa penjangnya sampai 13 cm,
lebarnya 6 cm dan berat kedua ginjal kurang dari 1% berat
seluruh tubuh atau ginjal beratnya antara 120-150 gram.
Bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri
dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada
umumnya ginjal laki-laki lebih panjang daripada ginjal wanita.
Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan
lemak
yang
tebal.
Potongan
longitudinal
ginjal
memperlihatkan dua daerah yang berbeda yaitu korteks dan
medulla.
Medulla terbagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid.
Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan
tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul
nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid membentuk duktus
papilaris bellini yang
terbentuk dari kesatuan bagian
terminal dari banyak duktus pengumpul (Price, S.,dkk, alih
bahasa Anugrah, P,1995 ; Syaifuddin, 1995).
2) Mikroskopis
Tiap tubulus ginjal dan glumerulusnya membentuk satu
kesatuan (nefron). Nefron adalah unit fungsional ginjal. Dalam
setiap ginjal terdapat sekitar satu juta nefron. Setiap nefron
terdiri dari kapsula bowman, tumbai kapiler glomerulus,
tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus
kontortus
distal,
yang
mengosongkan
diri
keduktus
pengumpul. (Price,S.,dkk,alih bahasa Anugrah,P.,1995 : 773)
b. Vaskularisasi ginjal
Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira
setinggi vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah
kedalam vena kava inferior yang
terletak disebelah kanan garis
tengah. Saat arteri renalis masuk kedalam hilus, arteri tersebut
bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara
piramid
selanjutnya
membentuk
arteri
arkuata
kemudian
3. membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam
korteks. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola
aferen
pada
glomerulus
(Price,
S.,
et
all,
alih
bahasa
Anugrah,P.,1995; Syaifuddin.,1995)
Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang kemudian
bercabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi
tubulus dan disebut kapiler peritubular. Dartah yang mengalir
melalui sistem portal ini akan dialirkan kedalam jalinan vena
selanjutnya menuju vena interlobularis, vena arkuarta, vena
interlobaris, dan vena renalis untuk akhirnya mencapai vena cava
inferior. Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu
volume yang sama dengan 20-25% curah jantung (5000 ml/menit)
lebih dari 90%
darah yang masuk keginjal berada pada korteks
sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran darah
ginjal adalah otoregulasi aliran darah melalui ginjal arteiol afferen
mempunyai kapasitas intrinsik yang dapat merubah resistensinya
sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah arteri dengan
demikian mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus
tetap konstan ( Price,S.,et all, alih bahasa
Anugrah,P.,1995;Syaifuddin.,1995).
c. Persarafan pada ginjal
Menurut Price,S.,et all, alih bahasa Anugrah,P.,1995 : 773, “Ginjal
mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk kedalam
ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang
masuk keginjal”.
d. Fisiologi ginjal
Menurut Syaifuddin, 1995 : 108, “ Fungsi ginjal yaitu
mengeluarkan
zat-zat
toksik atau
racun;
mempertahankan
keseimbangan cairan; mempertahankan keseimbangan kadar asam
dan basa dari cairan tubuh; mempertahankan keseimbangan
garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh; mengeluarkan sisa
4. metabolisme hasil akhir sari protein ureum, kreatinin dan
amoniak”.
Tiga tahap pembentukan urine :
1) Filtrasi glomerular
Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada
glomerulus, seperti kapiler tubuh lainnya, kapiler glumerulus
secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein plasma
yang besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang
lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa
nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow)
adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200
ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125
ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman. Ini
dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular
Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowman’s disebut
filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang
terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula bowman’s,
tekanan
hidrostatik
darah
dalam
kapiler
glomerulus
mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan
hidrostatik filtrat dalam kapsula bowman’s serta tekanan
osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya
dipengaruhi oleh tekanan-tekanan koloid diatas namun juga
oleh permeabilitas dinding kapiler.
2) Reabsorpsi
Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non
elektrolit, elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua
adalah reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat
yang sudah difiltrasi.
3) Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari
aliran darah melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi
yang disekresi tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh
5. (misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi
dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion
hidrogen.
Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang
juga telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular.
Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium keluar
dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium
kedalam cairan tubular “perjalanannya kembali” jadi, untuk
setiap ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus
disekresi dan sebaliknya.
Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi
cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan
kalium).
Pengetahuan tentang pertukaran kation dalam tubulus distalis
ini membantu kita memahami beberapa hubungan yang
dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat
mengerti mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan
hiperkalemia atau mengapa pada awalnya dapat terjadi
penurunan kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi
secara theurapeutik.
3. Etiologi
Penyebab dari gagal ginjal kronis menurut Price, S., dkk, alih bahasa
Anugrah, P,1995 ; Ignatavicius, D., dkk, 1995 adalah sebagai berikut :
a. Infeksi
1) Pyelonefritis kronis
2) Tuberkulosis
b. Penyakit peradangan
Glomerulonefritis
c. Penyakit vaskular hipertensif
1) Nefrosklerosis benigna
2) Nefrosklerosis maligna
6. 3) Stenosis arteria renalis
d. Gangguan jaringan penyambung
1) Lupus eritematosus sistemik
2) Poliarteritis nodosa
3) Sklerosis sistemik progresif
e.
Gangguan kongenital dan herediter
1) Penyakit ginjal polikistik
2) Asidosis tubulus ginjal
f.
Penyakit metabolik
1)
Diabetes melitus
2)
Gout
3)
Hiperparatiroidisme
4)
Amiloidosis
g.
Nefropati toksik
1)
Penyalahgunaan analgesik
2)
Nefropati timbal
h.
Nefropati obstruktif
1)
Saluran kemih bagian atas
a) Kalkuli
b) Neoplasma
c) Fibrosis retroperitoneal
2)
Saluran kemih bagian bawah
a) Hipertrofi prostat
b) Striktur uretra
c) Anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
4. Patofisiologi
Gagal ginjal kronis merupakan penyakit renal tahap akhir
(ESRD) yang merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) Ini dapat
7. disebabkan
oleh
penyakit
sistemik
seperti
diabetes
melitus,
glomerulonefritis kronis; pielonefritis; hipertensi yang tidak dapat
dikontrol; obstruksi traktus urinarius.
Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin
banyak timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat.
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari
penurunan jumlah gomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan
penurunan klirens substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh
ginjal.
Penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (GFR) dapat dideteksi
dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin.
Menurunnya filtrasi gomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli)
klirens kreatinin akan menurun dan kadar kreatinin serum akan
meningkat. Selain itu kadar urea darah (BUN) biasanya meningkat.
Kreatinin serum merupakan indikator yan paling sensitif dari fungsi
renal karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN
tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan
protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan
medikasi seperti steroid.
Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal,respon ginjal yang sesuai terhadap
perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi.
Hipertensi dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin-angiotensin dan
kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron sehingga terjadi
retensi cairan dan natrium.
Terjadi asidosis metabolik seiring dengan ketidakmampuan
ginjal mengekskresiakn muatan asam ( H
+
) yang berlebihan.
Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus
ginjal untuk menyekresi amonia (NH
3
-) dan mengabsorpsi natrium
bikarbonat (HCO 3 -).
Anemia dapat terjadi akibat dari produksi eritropoetin yang tidak
adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan
8. kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uemik
terutama saluran gastrointestinal.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat dapat terjadi karena
menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan
kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium.
Namun demikian pada gagal ginjal, tubuh tidak berespons secara
normal terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan akibatnya
kalsium di tualng menurun, menyebaban perubahan pada tulang dan
penyakit tulang. Selain itu, metabolit aktif vitamin D (1,25dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat ginjal menurun
seiring dengan berkembangnya gagal ginjal.
Gagal Ginjal
Fungsi renal
Gangguan fungsi
menurun
ginjal
Peningkatan
GFR menurun
Vasokontriksi
Menurunnya
Sekresi Renin
pembuluh darah
produksi
Angiotensin I dan
eritopoetin
II
Ginjal tidak
Terjadi retensi
Tekanan darah
Hemoglobin
mampu
Aldosteron
meningkat
menurun
mengeluarkan sisa
metabolik
9. Adanya retensi Na
Peningkatan
Oksigen tidak
dan H2O
volume darah
diikat dengan
adekuat
Transudasi cairan
Transportasi O2
ke intertisial
dalam darah
menurun
Edema
Anemia
Meningkatnya
Iritasi membran
ureum
mukosa lambung
Penumpukan
Merangsang
kristal di kulit
sekresi asam
lambung
HCl meningkat
Pruritus
Mual
5. Dampak-dampak Terhadap Sistem Tubuh Lain
1) Gangguan pada sistem gastrointestinal
10. a) Anoreksia, nausea dan vomitus, yang berhubungan dengan
gangguan metabolisme protein didalam usus, terbentuknya
zat-zat toksik akibat metabolisme bakteri usus seperti amonia.
b) Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada
air liur diubah oleh bakteri di mulut menjadi amonia sehingga
nafas berbau amonia
2) Kulit
a) Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan
akibat urokkkrom. Gatal-gatal dengan ekskoriasi akibat toksin
uremik dan pengendapan kalsium di pori-pori kulit.
b) Ekimosis akibat gangguan hematologis
c) Bekas-bekas garukan akibat gatal
3) Sistem hematologi
a) Anemia, dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
(1)
Berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga rangsangan
eritropoesis pada sumsum tulang menurun
(2)
Hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit
dalam suasana uremia toksik
(3)
Defisiensi besi, asam folat, dan lain-lain, akibat nafsu
makan yang berkurang.
(4)
Perdarahan, paling sering pada saluran cerna dan kulit
(5)
Fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroidisme
sekunder.
b) Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia
Gangguan ini mengakibatkan perdarahan yang disebabkan
oleh agregasi dan adhesi trombosit yang berkurang serta
menurunnya faktor trombosit III dan ADP.
c) Gangguan fungsi leukosit.
11. Gangguan ini mengakibatkan fagositosis dan kemotaksis
berkurang, fungsi limfosit menurun sehingga imunitas tubuh
menurun.
4) Sistem saraf dan otot
a) Restless Leg Syndrom
Pasien merasa pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan
b) Burning Feet Syndrom
Rasa kesemutan dan seperti terbakar, terutama ditelapak kaki.
c) Ensefalopati Metabolik
Lemah, tidak bisa
tidur, gangguan konsentrasi, tremor,
asteriksis, mioklonus, kejang.
d) Miopati
Kelemahan
dan
hipertrofi
otot-otot
terutama
otot-otot
ekstremitas proksimal.
5) Sistem kardiovaskuler
a) Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau
peningkatan aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron.
b) Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditism efusi
perikaardial, penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis
yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan cairan
dan hipertensi.
c) Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis dini, gangguan
elektrolit dan klasifikasi metastasik
d) Edema akibat penimbunan cairan.
6) Sistem endokrin
a) Gangguan seksual : libido, fertilitas dan ereksi menurun pada
laki-laki akibat produksi testosteron dan spermatogenesis yang
menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolik
tertentu (seng, hormon paratiroid). Pada wanita timbul
gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampai amenorea
b) Gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin
12. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin <15 ml/menit),
terjadi penurunan klirens metabolik insulin menyebabkan
waktu paruh hormon aktif memanjang. Keadaan ini dapat
menyebabkan kebutuhan obat penurunan glukosa darah akan
berkurang.
c) Gangguan metabolisme lemak
d) Gangguan metabolisme vitamin D
7) Gangguan sistem lain
a) Tulang : osteodistrofi renal, yaitu osteomalasia, osteitis
fibrosa, osteosklerosis, dan klasifikasi metastatik.
b) Asidosis metabolik akibat penimbunan asam organik sebagai
hasil metabolisme
c) Elektrolit : hiperfosfatemia, hiperkalemia, hipokalsemia
Karena pada gagal ginjal kronik telah terjadi gangguan
keseimbangan homeostatik pada seluruh tubuh, gangguan
plada suatu sistem akan berpengaruh pada sistem lain,
sehingga suatu ganggaun metabolik dapat menimbulkan
kelainan pada berbagai sistem/organ tubuh.
6. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal
dan homeostasis selama mungkin. Seluruh faktor yang berperan pada
gagal ginjal tahap akhir dan
faktor
yang dapat dipulihkan
diidentifikasi
Dalam
penatalaksanaan
dan
ditangani.
dapat
dikelompokan menjadi (1) penatalaksanaan konservatif yang terdiri
dari pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan, serta
pencegahan dan pengobatan komplikasi, (2) dialisis dan transplantasi
ginjal
a. Penatalaksanaan konservatif
1) Pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan.
Pengaturan diet penting sekali pada pengobatan gagal ginjal
kronik. Pembatasan protein tidak hanya mengurangi kadar
13. BUN dan mungkin juga hasil metabolisme protein toksik yang
belum diketahui, tetapi juga mengurangi asupan kalium dan
posfat, serta mengurangi ion hidrogen yang berasal dari
protein. Yang lebih penting lagi, dalam penelitian yang barubaru ini dilakukan, telah dibuktikan bahwa hemodinamik
intrarenal yang abnormal dapat memperberat gagal ginjal
kronik pada bebrapa penyakit ginjal. Pembatasan asupan
protein telah terbukti menormalkan kembali kalainan ini dan
memperlambat terjadinya gagal ginjal (Price Sylvia A,Alih
bahasa Peter Anugerah,1995 : 863)
Pendekatan lain terhadap pembatasan protein adalah dengan
diet yang mengandung 0,25 gram protein yang tidak dibatasi
kualitasnya per kilogram berat badan per hari, ditambah
dengan
asam
amino
esensial.
Pendekatan
ini
lebih
memungkinkan variasi dalam diet, sehingga lebih mudah
diterima oleh penderita tertentu. Tambahan karbohidrat dapat
diberikan juga untuk memecah protein tubuh, diet seperti ini
harus diberi tambahan vitamin B compleks, pridoksin dan
asam aksorbat. Jumlah natrium yang dianjurkan adalah 40-90
mEq/hari
(1-2
gram
natrium),
tetapi
asupan natrium
maksimum harus ditentukan secara tersendiri untuk
tiap
penderita agar hidrasi yang baik dapat dipertahankan (Price
Sylvia A, Alih bahasa Peter Anugerah, 1995 : 863)
2) Pencegahan dan pengobatan komplikasi
Komplikasi potensial gagal ginjal kronik yang memerlukan
pendekatan jika kolaboratif dalam perawatan mencakup : (1)
hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
metabolisme, dan masukan diet berlebih, (2) perikarditis,
effusi perikardial, dan tamponade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat, (3)
hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi
sistem
renin-angiotensin-aldosteron,
(4)
anemia
akibat
14. penurunan eritopoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin,
dan kehilangan darah selama hemodialisis, dan (5) penyakit
tulang dan kalsifikasi metastasik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum rendah, metabolisme vitamin dengan abnormal
dan peningkatan kadar aluminium.
a) Hiperkalemia
Biasanya dicegah dengan penanganan dialisis yang
adekuat disertai pengambilan kalium dan pemantauan yang
cermat terhadap kandungan kalium pada seluruh medikasi
oral maupun intravena. Pasien diharuskan diet rendah
kalium (Brunner & Suddarth, alih bahasa Kuncara,
Yang,dkk,2002 :1450)
b) Hipertensi
Biasanya hipertensi dapat dikontrol secara efektif dengan
pembatasan natrium dan cairan, serta melalui ultrafiltrasi
bila penderita menjalani hemodialisis.
Hipertensi juga dapat ditangani juga dengan berbagai
medikasi antihipertensi kontrol volume intravaskuler.
Gagal jantung kongestif dan edema pulmoner juga
memerlukan penanganan pembatasan cairan, diet rendah
natrium, diuretik, agen inotropik, seperti digitalis atau
dobutamine, dan dialisis.
c) Asidosis
Asidosis metabolik pada gagal ginjal kronik biasanya
tanpa gejala dan tidak memerlukan penanganan; namun
demikian, suplemen natrium karbonat atau dialis mungkin
diperlukan untuk mengoreksi asidosis jika kondisi ini
menimbulkan gejala. Bentuk pengobatan yang paling logis
adalah dialisis.
d) Anemia
15. Oleh karena penyebab utama pada gagal ginjal kronik
tampaknya berupa penurun sekresi eritopoetin oleh ginjal
yang
sakit,
maka
pengobatan
yang
ideal
adalah
penggantian hormon ini. Selain ini juga dilakukan
pengobatan
untuk
memperkecil
anemia
kehilangan
uremik
darah,
adalah
pemberian
dengan
vitamin,
androgen, dan transfusi darah iatrigenik dapat dikurangi
dengan mengambil sedikit darah untuk tes laboratorium
dan
mengurangi
sisa
darah
yang
tertinggal
pada
hemodialisis. Biasanya multivitamin dan asam folat
diberikan setiap hari oleh karena vitamin yang larut dalam
air habis selama proses dialisis. Besi peroral atau
kompleks berisi dapat diberikan parenteral, oleh karena
dapat terjadi kekurangan besi akibat kehilangan darah dan
besi yang berikatan dengan antasid. Transfusi darah dapat
diberikan
pada
pasien
dialisis
baik
untuk
alasan
pengobatan maupun persiapan sebelum transplantasi.
Anemia pada GGK dapat ditangani dengan epogen
(eritropoetin
manusia
rekombinan).
Terapi
epogen
diberikan untuk memperoleh nilai hematokrit sebesar 3338% yang biasanya memulihkan gejala anemia. Pasien
dengan GGK yang meningkat dirujuk ke pusat dialisis dan
transplantasi sedini mungkin sejak penyakit renal mulai
berkembang. Dialisis biasanya dimulai ketika pasien tidak
mampu mempertahankan gaya hidup normal dengan
penanganan konservatif.
e) Abnormalitas neurologi
Pasien dilindungi dari cedera dengan menempatkan
pembatas tempat tidur. Awitan kejang dicatat dalam hal
tipe, durasi dan efek umum terhadap pasien. Diazepam
intravena atau penitoin diberikan untuk mengendalikan
kejang.
16. f) Osteodistrofi ginjal
Salah satu tindakan terpenting untuk mencegah timbulnya
hiperparatiroidisme sekunder dan segala akibatnya adalah
diet rendah posfat dengan pemberian gel yang dapat
mengikat posfat dalam usus. Diet rendah protein biasanya
mengandung rendah posfat. Obat yang sering digunakan
sebagai pengikat posfat adalah gel antasida aluminium
(amphojel dan basojel). Diberikan dalam bentuk tablet atau
cairan. Antasid yang mengandung magnesium jangan
diberikan. Jika gangguan pada rangka demikian hebatnya
akibat kekurangan atau kendati pun telah dilakukan
tindakan pencegahan dengan gel antasida, maka pemberian
viltamin D atau paratiroidektomi subtotal dapat menjadi
indikasi. Demineralisasi tulang yang berat, hiplerkalsemia
atau pruritus yang sulit diatasi merupakan indikasi
paratiroidektomi.
Bila
lesi
yang
menyolok
adalah
osteomalasia, maka ahli nefrologi akan mulai menjalankan
terapi vitamin D dengan hati-hati. Pengobatan ini dapat
membahayakan, bukan saja absorpsi kalsium akan
semakin meningkat tetapi juga dapat mengakibatkan
kalsifikasi progresif jaringan lunak apabila resorpsi tulang
dan
hiperposfatemia
ditanggulangi.
Metode
terus
lain
berlangsung
yang
digunakan
tanpa
untuk
mencegah osteodistrofi ginjal antara lain meningkatkan
asupan kalsium 1,2-1,5 gram per hari dalam diet atau
dengan kalsium tambahan (hanya setelah kadar posfat
serum
diturunkan
sampai
keadaan
normal)
dan
mempertahankan konsentrasi kalsium dalam dialisat antara
6,5-7,0 mEq/L.
b. Dialisis dan transplantasi ginjal
17. Dialisis dan transplantasi ginjal dilakukan pada gagal ginjal
stadium akhir. Dialisis
digunakan untuk mempertahankan
penderita dalam keadaan klinis yang optimal sampai tersedia
donor ginjal. Dialisis ini dilakukan dengan mengalirkan darah
kedalam suatu tabung ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari 2
kompartemen yang terpisah. Darah pasien dipompa dan dialirkan
ke kompartemen darah yang dibatasi oleh selaput semi permiabel
buatan dengan dekompartemen dialisat. Kompartemen dialisat
dialiri cairan dialisis yang bebas pirogen, berisi larutan dengan
komposisi elektrolit mirip serum normal dan tidak mengandung
sisa metabolisme nitrogen. Cairan dialisis dan darah yang terpisah
akan mengalami perubahan konsentrasi karena zat terlarut
berplindah dari konsentrasi tertinggi ke arah konsentrasi yang
rendah
sampai
kompartemen
konsentrasi
zat
terlarut
sama
di
kedua
(difusi).
Transplantasi ginjal merupakan pilihan terakhir bagi penderita
gagal ginjal
kronis. Transplantasi ini menanamkan ginjal dari
donor hidup atau kadave manusia ke resepien yang mengalami
gagal ginjal tahap akhir. Ginjal transplan dari donor hidup yang
sesuai dan cocok bagi pasien akan lebih baik daripada transplan
dari donor kadaver. Nefrektomi terhadap
ginjal asli pasien
dilakukan untuk transplantasi. Ginjal transplan diletakan di fosa
iliaka anterior sampai krista iliaka. Ureter dari ginjal transplan
ditanamkan ke kandung kemih atau di anastomosiskan ke ureter
resipien.
B.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Perkemihan : Gagal Ginjal Kronis
18. Menurut Wolf dan Weltzel, proses keperawatan adalah serangkaian
perbuatan
atau
tindakan
untuk
menetapkan,
merencanakan,
dan
melaksanakan pelayanan keperawatan dalam membantu klien untuk
mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan
keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling
berkaitan, dan dinamis. (Effendi, Nasrul. 1995 : 2)
Proses
keperawatan
tersebut
dalam
pelaksanaannya
harus
berkesinambungan, karena proses keperawatan ini meliputi beberapa tahap
yaitu :
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Data Biografi
Perlu dikaji umur, jenis kelamin, dan pekerjaan
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dengan CRF biasanya datang dengan keluhan nyeri
pada pinggang, buang air kecil sedikit, bengkak/edema pada
ekstremitas, perut kembung, sesak.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji riwayat pada perkemihan, riwayat penyakit ginjal
sebelumnya, riwayat menggunakan obat-obatan nefrotoksik,
kebiasaan diet, nutrisi, riwayat
tidak dapat kencing,
penggunaan hormon.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu
dikaji
riwayat
kesehatan
keluarga
yang
dapat
mempengaruhi timbulnya penyakit CRF seperti hipertensi,
diabetes mellitus, sistemik lupus eritematosa, arthritis dan
kanker.
3) Pola Aktivitas Sehari-hari
Pada klien CRF pola aktivitas sehari-hari meliputi pola makan
sebelum sakit yang sering dikonsumsi oleh klien yang merupakan
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya CRF seperti makanan
19. yang tinggi natrium, kalium, kalsium sedangkan pola makan
selama sakit biasanya mengalami penurunan frekuensi dan porsi
karena klien mengalami mual. Pada klien dengan CRF harus
dikaji kebiasaan minum yang kurang dari kebutuhannya dan yang
dapat memperberat penyakitnya seperti kopi, teh dan alkohol,
selama sakit biasanya intake dibatasi sesuai output. Eliminasi
BAK biasanya ditemukan BAK yang sedikit sampai ditemukan
oliguri sedangkan BAB biasanya tidak ada perubahan kecuali
pada klien dengan penurunan aktivitas. Sebelum sakit biasanya
kebutuhan personal hygiene klien tidak ada perubahan sedangkan
selama sakit personal hygiene klien menjadi terganggu karena
adanya kelemahan.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pernafasan
Pada klien dengan CRF ditemukan adanya tachipnoe,
pernafasan kusmaul, uremic, halitosis, edema paru dan efusi
pleura.
b) Sistem Kardiovaskuler
Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan adanya
hipertensi, gagal
jantung kongestif, edema
pulmoner,
perikarditis.
c) Sistem Pencernaan
Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan adanya
anoreksia, nausea, vomiting, cegukan, rasa metalik tak sedap
pada mulut, ulserasi gusi, perdarahan gusi/tidak, nyeri ulu
hati, distensi abdomen, konstipasi.
d) Sistem Genotiurinaria
Pada klien dengan CRF awal ditemukan adanya poliuri dan
nokturi, selanjutnya berkembang menjado oliguri dan anuri,
terdapat proteinuria, hematuria, perubahan warna urine
(kuning pekat, merah, cokelat).
e) Sistem Muskuloskeletal
20. Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan kelemahan otot,
kejang otot, nyeri pada tulang dan fraktur patologis.
f) Sistem Integumen
Penurunan turgor kulit, hiperpigmentasi, pruritis, echimosis,
pucat.
g) Sistem Persyarafan
Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan letargi, insomnia,
nyeri kepala, tremor, koma.
5) Data Psikososial
Klien dengan CRF biasanya ditemukan adanya rasa takut, marah,
cemas, perasaan bersalah dan kesedihan. Respon emosional pada
klien CRF mungkin disebabkan karena perubahan body image
takut akan terjadinya disfungsi seksual dan ketakutan akan
kematian.
6) Data Spiritual
Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan ketidakmampuan
beribadah seperti biasa.
7) Data Penunjang
a) Laboratorium
(1) Urine
(a) Volume biasanya oliguri dan anuri
(b) Warna urine keruh, sedimen kotor atau kecokelatan
(c) Berat jenis menurun
(d) Osmolalitas menurun
(e) Klirens kreatinin menurun
(f) Natrium meningkat
(g) Protein meningkat
(2) Darah
(a) Serum kreatinin meningkat
(b) Blood urea nitrogen meningkat
(c) Kadar kalium meningkat
(d) Hematokrit menurun
21. (e) Hemoglobin menurun
(f) Natrium, kalsium menurun
(g) Magnesium/posfat meningkat
(h) Protein (khususnya albumin menurun)
(i) pH menurun
b) Pyelogram Retrograd menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal
dan ureter.
c) Arteriogram mengidentifikasi adanya massa
d) Ultrasonoginjal menentukan ukuran ginjal, adanya massa,
obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
e) EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa.
b. Analisa
Analisa data merupakan proses berfikir yang meliputi kegiatan
pengelompokkan data dan menginterpretasikan kelompok data
tersebut. Kemudian dibandingkan dengan standar normal sehingga
dapat menentukan masalah. Dalam menganalisa data harus divalidasi
kembali setelah itu dikelompokkan ke dalam data subjektif dan
objektif, kemudian diidentifikasi pada masalah dan penyebab.
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang jelas tentang
masalah klien dan penyebabnya. Selain itu harus spesifik berfokus
pada kebutuhan klien dengan mengutamakan prioritas dan diagnosa
yang muncul harus dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Gangguan Sistem
Perkemihan : Gagal Ginjal Kronis ( CRF ) menurut Marilynn E.
Doenges, Barbara Engram, dan Brunner and Suddart adalah sebagai
berikut :
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan
keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium.
22. 2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet, dan perubahan
membran mukosa mulut.
3) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia,
retensi produk sampah dan prosedur dialisa.
5) Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan,
perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
6) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
cairan
mempengaruhi
volume
sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik;
ketidakseimbangan elektrolit; akumulasi toksin (urea)
7) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan
akumulasi
toksin
dalam
tubuh,
edema/dehidrasi,
penurunan aktivitas/mobilisasi
8) Risiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan
kurang pengetahuan, sistem pendukung tidak adekuat
2. Perencanaan
Perencanaan adalah merupakan suatu proses kegiatan merencanakan
asuhan keperawatan untuk membantu memenuhi kebutuhan kesehatan
klien
dan
mengatasi
masalah
keperawatan.
Pada
perencanaan
mengandung unsur promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan
melibatkan klien dan keluarga. Selain itu dalam merencanakan suatu
tindakan harus berorientasi pada tujuan dan sesuai dengan etiologi.
Sesuai dengan diagnosa yang dirumuskan diatas, maka dapat dirumuskan
pula tujuan dan intervensi keperawatan, yaitu :
1)
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran
urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium.
Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.
Hasil yang diharapkan :
23. - Menunjukkan perubahan-perubahan berat badan badan yang
lambat
- Mempertahankan pembatasan diet dan cairan
- Menunjukkan turgor kulit normal tanpa edema
- Menunjukkan tanda-tanda vita normal
- Menunjukkan tidak adanya distensi vena leher
- Melaporkan adanya kemudahan dalam bernafas atau tidak terjadi
napas pendek
- Melakukan hygiene oral dengan sering
- Melaporkan penurunan rasa haus
- Melaporkan berkurangnya kekeringan pada membran mukosa
mulut
Intervensi Keperawatan
Rasional
Kaji status cairan :
a. Timbang berat badan harian
b. Keseimbangan
masukan
dan
keluaran
c. Turgor kulit dan adanya edema
d. Distensi vena leher
e. Tekanan darah, denyut dan irama
nadi
Batasi masukan cairan
Pengkajian merupakan dasar dan data
dasar berkelanjutan untuk memantau
perubahan
dan
mengevaluasi
intervensi
Identifikasi sumber potensial cairan :
a. Medikasi
dan
cairan
yang
digunakan untuk pengobatan : oral
dan intravena
b. Makanan
Jelaskan pada pasien dan keluarga
rasional pembatasan
Bantu pasien dalam menghadapi
ketidaknyamanan akibat pembatasan
cairan
Tingkatkan dan dorong hygiene oral
dengan sering
2)
Pembatasan cairan akan menentukan
berat tubuh ideal, keluaran urin, dann
respons terhadap terapi
Sumber kelebihan cairan yang tidak
diketahui dapat diidentifikasi
Pemahaman meningkatkan kepatuhan
terhadap pembatasan diet
Kenyamanan pasien meningkatkan
kepatuhan terhadap pembatasan diet
Hygiene oral mengurangi kekeringan
membran mukosa mulut
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet, dan perubahan
membran mukosa mulut.
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
24. Hasil yang diharapkan :
- Mengkonsumsi protein yang mengandung nilai biologis tinggi
- Memilih makanan yang menimbulkan nafsu makan dalam
batasan diet
- Mengkonsumsi makanan tinggi kalori dalam batasan diet
- Mematuhi medikasi sesuai jadwal untuk mengatasi anoreksia dan
tidak menimbulkan rasa kenyang
- Menjelaskan dengan kata-kata sendiri rasional pembatasan diet
dan hubungannya dengan kadar kreatinin dan urea
- Mengkonsulkan daftar makanan yang dapat diterima
- Melaporkan peningkatan nafsu makan
- Menunjukkan tidak adanya perlambatan atau penurunan berat
badan yang cepat
- Menunjukkan turgor kulit yang normal tanpa edema, kadar
albumin plasma dapat diterima
Intervensi Keperawatan
Rasional
Kaji status nutrisi :
a. Perubahan berat badan
b. Pengukuran antropometrik
c. Nilai
laboratorium
(elektrolit
serum, BUN, kreatinin, protein,
transferin, dan kadar besi)
Kaji pola diet nutrisi pasien :
a. Riwayat diet
b. Makanan kesukaan
c. Hitung kalori
Kaji faktor yang berperan dalam
merubah masukan nutrisi :
a. Anoreksia, mual, muntah
b. Diet yang tidak menyenangkan
bagi pasien
c. Depresi
d. Kurang memahami pembatasan
diet
e. Stomatitis
Menyediakan
makanan
kesukaan
pasien dalam batas-batas diet
Tingkatkan masukan protein yang
mengandung nilai biologis tinggi :
telur, produk susu, daging
Menyediakan data dasar untuk memantau
perubahan dan mengevaluasi intervensi
Anjurkan cairan tinggi kalori, rendah
protein, rendah natrium di antara waktu
makan
Pola diet dahulu dan sekarang dapat
dipertimbangkan dalam menyusun menu
Menyediakan informasi mengenai faktor
lain yang dapat diubah atau dihilangkan
untuk meningkatkan masukan diet
Mendorong peningkatan masukan nutrisi
Protein
lengkap
diberikan
untuk
mencapai keseimbangan nitrogen yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan
penyembuhan
Mengurangi makanan dari protein yang
dibatasi dan menyediakan kalori untuk
energi,
membagi
protein
untuk
25. Ubah jadwal medikasi sehingga
medikasi ini tidak segera diberikan
sebelum makan
Jelaskan rasional pembatasan diet dan
hubungannya dengan penyakit ginjal
dan peningkatan urea dan kadar
kreatinin
Sediakan daftar makanan yang
dianjurkan secara tertulis dan anjurkan
untuk
memperbaiki
rasa
tanpa
menggunakan natrium dan kalium
Ciptakan
lingkungan
yang
menyenangkan selama waktu makan
Timbang berat badan harian
Kaji bukti adanya masukan protein
yang tidak adekuat :
a. Pembentukkan edema
b. Penyembuhan yang lambat
c. Penurunan kadar albumin serum
pertumbuhan dan penyembuhan jaringan
Ingesti medikasi sebelum makan
menyebabkan anoreksia dan rasa
kenyang
Meningkatkan
pemahaman
pasien
tentang hubungan antara diet, urea, kadar
kreatinin dengan penyakit ginjal
Daftar yang dibuat menyediakan
pendekatan positif terhadap pembatasan
diet dan merupakan referensi untuk
pasien dan keluarga yang dapat
digunakan dirumah
Faktor yang tidak menyenangkan yang
berperan dalam menimbulkan anoreksia
dihilangkan
Untuk memantau status cairan dan nutrisi
Masukan protein yang tidak adekuat
dapat menyebabkan penurunan albumin
dan protein lain, pembentukkan edema,
dan perlambatan penyembuhan
3) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan.
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi dan
penanganan yang bersangkutan
Hasil yang diharapkan :
- Menyatakan
hubungan
antara
penyebab
ginjal
dan
konsekuensinya
- Menjelaskan pembatasan cairan dan diet sehubungan dengan
kegagalan regulasi ginjal
- Menyatakan hubungan antara gagal ginjal dengan kebutuhan
penanganan menggunakan kata-kata sendiri
- Menanyakan tentang pilihan terapi, yang merupakan petunjuk
kesiapan belajar
- Menyatakan rencana untuk melanjutkan kehidupan normalnya
sedapat mungkin
- Menggunakan
informasi
dan
instruksi
tertulis
untuk
mengklarifikasi pertanyaan dan mencari informasi tambahan
Intervensi Keperawatan
Rasional
Kaji pemahaman mengenai penyebab
gagal ginjal, konsekuensinya, dan
penanganannya :
Merupakan instruksi dasar untuk
penjelasan dan penyuluhan lebih lanjut
26. a.
b.
c.
Penyebab gagal ginjal pasien
Pengertian gagal ginjal
Pemahaman mengenai fungsi
ginjal
d. Hubungan
antara
cairan,
pembatasan diet dengan gagal
ginjal
e. Rasional
penanganan
(hemodialisa, dialisis peritonial,
transplantasi)
Berikan informasi tentang :
a. Sifat gagal ginjal. Jamin pasien
memahami bahwa gagal ginjal
kronis adalah tak dapat pulih dan
bahwa lama tindakan diperlukan
untuk mempertahankan fungsi
tubuh normal
b. Pemeriksaan diagnostik termasuk :
Tujuan
Deskripsi singkat
Persiapan
yang
diperlukan sebelum tes
Perawatan setelah
tes
Hasil
tes
dan
kemaknaan hasil tes
c. Tujuan terapi yang diprogramkan
Jelaskan fungsi ginjal dan konsekuensi
gagal ginjal sesuai dengan tingkat
pemahaman dan kesiapan pasien untuk
belajar
Bantu pasien untuk mengidentifikasi
cara-cara untuk memahami berbagai
perubahan akibat penyakit dan
penanganan
yang
mempengaruhi
hidupnya
Sediakan informasi baik tertulis
maupun secara oral dengan tepat
tentang :
a. Fungsi dan kegagalan ginjal
b. Pembatasan cairan dan diet
c. Medikasi
d. Melaporkan masalah, tanda dan
gejala
e. Jadwal tindak lanjut
f. Sumber di komunitas
g. Pilihan terapi
4)
Pasien sering tidak memahami bahwa
dialisa akan diperlukan selamanya bila
gagal ginjal tak dapat pulih. Memberi
pasien informasi mendorong partisipasi
dalam pengambilan keputusan dan
membantu mengembangkan kepatuhan
dan kemandirian maksimum
Pasien dapat belajar tentang gagal ginjal
dan penanganan setelah mereka siap
untuk
memahami
dan
menerima
diagnosis dan konsekuensinya
Pasien
dapat
melihat
bahwa
kehidupannya tidak harus berubah akibat
penyakit
Pasien memiliki informasi yang dapat
digunakan untuk klarifikasi selanjutnya
di rumah
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialisa.
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi
Hasil yang diharapkan :
- Berpartisipasi dalam meningkatkan tingkat aktivitas dan latihan
27. - Melaporkan peningkatan rasa sejahtera
- Melakukan istirahat dan aktivitas secara bergantian
- Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih
Intervensi Keperawatan
Kaji faktor yang menimbulkan keletihan :
a. Anemia
b. Ketidakseimbangan
cairan
dan
elektrolit
c. Retensi produk sampah
d. Depresi
Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas
perawatan diri yang dapat ditoleransi;
bantu jika keletihan terjadi
Anjurkan aktivitas alternatif sambil
istirahat
Anjurkan
dialisis
5)
Gangguan
untuk
beristirahat
harga
diri
setelah
Rasional
Menyediakan
informasi
indikasi tingkat keletihan
tentang
Meningkatkan aktivitas ringan/sedang
dan memperbaiki harga diri
Mendorong latihan dan aktivitas dalam
batas-batas yang dapat ditoleransi dan
istirahat yang adekuat
Istirahat yang adekuat dianjurkan
setelah dialisis, yang bagi banyak
pasien sangat melelahkan
berhubungan
dengan
ketergantungan,
perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
Tujuan : Memperbaiki konsep diri
Hasil yang diharapkan :
- Mengidentifikasi pola koping terdahulu yang efektif dan pada
saat ini tidak mungkin lagi digunakan akibat penyakit dan
penanganan (pemakaian alkohol dan obat-obatan; penggunaan
tenaga yang berlebihan)
- Pasien dan keluarga mengidentifikasi dan mengungkapkan
perasaan dan reaksinya terhadap penyakit dan perubahan hidup
yang diperlukan
- Mencari konseling profesional, jika perlu, untuk menghadapi
perubahan akibat gagal ginjal
- Melaporkan kepuasan dengan metode ekspresi seksual
Intervensi Keperawatan
Rasional
Kaji respons dan reaksi pasien dan
keluarga
terhadap
penyakit
dan
penanganan
Kaji hubungan antara pasien dengan
anggota keluarga terdekat
Kaji pola koping pasien dan anggota
keluarga
Meyediakan data tentang masalah pada
pasien dan keluarga dalam menghadapi
perubahan dalam hidup
Penguatan dan dukungan terhadap
pasien diidentifikasi
Pola koping yang telah efektif di masa
laju mungkin potensial destruktif
28. ketika memandang pembatasan yang
ditetapkan akibat penyakit dan
penanganan
Ciptakan diskusi terbuka tentang
perubahan yang terjadi akibat penyakit
dan penanganan :
a. Perubahan peran
b. Perubahan gaya hidup
c. Perubahan dalam pekerjaan
d. Perubahan seksual
e. Ketergantungan pada tim tenaga
kesehatan
Gali cara alternatif untuk ekspresi
seksual lain selain hubungan seksual
Diskusikan
peran
memberi
dan
menerima cinta, kehangatan, dan
kemesraan
6)
Pasien dapat mengidentifikasi masalah
dan langkah-langkah yang diperlukan
untuk menghadapinya
Bentuk alternatif ekspresi seksual
dapat diterima
Seksualitas mempunyai arti yang
berbeda bagi tiap individu, tergantung
pada tahap maturitasnya
Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi,
kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik; ketidakseimbangan
elektrolit; akumulasi toksin (urea)
Tujuan : Mempertahankan curah jantung
Hasil yang diharapkan :
- Tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal
- Nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi Keperawatan
Rasional
Auskultasi bunyi jantung dan paru.
Evaluasi adanya edema perifer/kongesti
vaskular dan keluhan dispnea
S3S4 dengan tonus muffled, takikardia,
frekuensi jantung tak teratur, takipnea,
dispnea, gemerisik, mengi, dan
edema/distensi
vena
jugular
menunjukkan GGK
Hipertensi bermakna dapat terjadi
karena
gangguan
pada
sistem
aldosteron
renin-angiotensin
(disebabkan oleh disfungsi ginjal).
Meskipun hipertensi umum, hipotensi
ortostatik dapat terjadi sehubungan
dengan defisit cairan, respons terhadap
obat antihipertensi, atau tamponade
perikardial uremik
Hipertensi dan GGK dan menyebabkan
MI, kurang lebih pasien GGK dengan
dialisis
mengalami
perikarditis,
potensial
risiko
efusi
perikardial/tamponade
Adanya hipotensi tiba-tiba, nadi
paradoksik, penyempitan tekanan nadi,
penurunan/tak adanya nadi perifer,
Kaji adanya/derajat hipertensi : awasi
TD; perhatikan perubahan postural,
contoh duduk, berbaring, berdiri
Kaji adanya nyeri dada, perhatikan
lokasi, radiasi, beratnya (skala 0-10) dan
apakah tidak menetap dengan inspirasi
dalam posisi terlentang
Evaluasi bunyi jantung (perhatikan
friction rub), TD, nadi perifer, pengisian
kapiler, kongesti vaskular, suhu, dan
29. sensori/mental
Kaji tingkat aktivitas, respons terhadap
aktivitas
7)
distensi jugular nyata, pucat, dan
penyimpangan
mental
cepat
menunjukkan
tamponade,
yang
merupakan kedaruratan medik
Kelelahan dapat menyertai GGK juga
anemia
Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan akumulasi toksin dalam tubuh, edema/dehidrasi, penurunan
aktivitas/mobilisasi
Hasil yang diharapkan :
- Mempertahankan kulit utuh
- Menunjukkan perilaku/teknik untuk mencegah kerusakan /cedera
kulit
Intervensi Keperawatan
Rasional
Inspeksi kulit terhadap perubahan warna,
turgor, vaskular. Perhatikan kemerahan,
ekskoriasi. Observasi terhadap ekimosis,
purpura
Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit
dan membran mukosa
Menandakan
area
sirkulasi
buruk/kerusakan
yang
dapat
menimbulkan
pembentukkan
dekubitus/infeksi
Mendeteksi adanya dehidrasi atau
hidrasi berlebihan yang mempengaruhi
sirkulasi dan integritas jaringan pada
tingkat seluler
Jaringan edema lebih cenderung
rusak/robek
Menurunkan tekanan pada edema,
jaringan dengan perfusi buruk untuk
menurunkan iskemia. Peninggian
meningkatkan aliran balik statis vena
terbatas/pembentukkan edema
Soda kue, mandi dengan tepung
menurunkan gatal dan mengurangi
pengeringan daripada sabun. Lotion
dan salep dapat digunakan untuk
mengurangi pengeringan
Menurunkan iritasi dermal dan risiko
kerusakan kulit
Gatal dapat terjadi karena kulit adalah
rute ekskresi untuk produk sisa, mis.
Kristal fosfat (berkenaan dengan
hiperparatiroidisme pada penyakit
tahap akhir)
Menghilangkan ketidaknyamanan dan
menurunkan risiko cedera dermal
Inspeksi area tergantung terhadap edema
Ubah posisi dengan sering; gerakan
pasien dengan perlahan : beri bantalan
pada tonjolan tulang dengan kulit domba,
pelindung siku/tumit
Berikan
perawatan
kulit.
Batasi
penggunaan sabun. Berikan salep atau
krim (mis. Lanolin, Aquaphor)
Pertahankan linen kering, bebas keriput
Selidiki keluhan gatal
Anjurkan pasien menggunakan kompres
lembab dan dingin untuk memberikan
tekanan (daripada garukan) spada area
pruritus. Pertahankan kuku pendek;
berikan sarung tangan selama tidur bila
diperlukan
Anjurkan
menggunakan
pakaian
katun/longgar
Mencegah iritasi dermal langsung dan
meningkatkan evaporasi lembab pada
30. kulit
Menurunkan tekanan lama pada
jaringan, yang dapat membatasi perfusi
seluler
yang
menyebabkan
iskemia/nekrosis
Berikan matras busa/flotasi
8)
Risiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang
pengetahuan, sistem pendukung tidak adekuat
Hasil yang diharapkan :
- Mendemonstrasikan
keinginan
untuk
mengikuti
program
terapeutik perawatan di rumah yang dianjurkan
- Mengungkapkan
pemahaman
tentang
instruksi
pulang,
mendemonstrasikan kemampuan untuk merawat sisi akses
vaskuler
Intervensi Keperawatan
Rasional
Tinjau kembali rasional untuk modifikasi
diet yang diprogramkan pada rencana
pulang :
a. Pembatasan protein untuk mencegah
katabolisme protein, menghindari
kelebihan yang akan meningkatkan
kadar urea
b. Pembatasan
natrium
untuk
mengurangi retensi cairan
c. Pembatasan kalium (kerusakan ginjal
tidak dapat membersihkan kalium)
d. Bila oliguria, pembatasan cairan
untuk mencegah edema
e. Kalori tinggi untuk menjamin
penggunaan protein untuk sintesis
protein jaringan dan suplai energi
Diskusikan efek jangka panjang dari
ketidak patuhan terhadap obat-obatan dan
diet :
f. Peningkatan risiko terhadap fraktur
karena
penyakit
tulang
yang
diakibatkan dari ketidakseimbangan
kalsium dan fosfor
g. Pembesaran jantung diakibatkan dari
kelebihan beban cairan kronis
h. Perikarditis, demensia, gangguan GI,
dan neuropati
perifer
karena
kelebihan akumulasi produk sisa
nitrogen
Beri
penguatan
kebutuhan
untuk
melanjutkan terapi untuk meminimalkan
komplikasi ini
Yakinkan bahwa pasien atau orang
terdekat mempunyai hal tertulis mengenai
:
Kepatuhan ditingkatkan bila pasien
memahami efek-efek tindakan yang
diprogramkan untuk kondisi mereka
Instruksi verbal dapat dengan mudah
dilupakan
31. a.
Perjanjian untuk instruksi perawatan
lanjut untuk perawatan diri di rumah
b. Petunjuk dan nomor telepon pusat
dialisa yang memberikan terapi
pemeliharaan
Berikan instruksi tertulis tentang semua
rancangan pengobatan untuk digunakan
di rumah, termasuk nama, dosis, jadwal,
tujuan dan efek samping yang dapat
dilaporkan
Untuk
memastikan
pemberian pengobatan
keamanan
3. Pelaksanaan
Implementasi atau pelaksanaan merupakan perwujudan dari rencana
yang sudah dibuat sendiri dengan masing-masing diagnosa keperawatan,
yang sesuai dengan sarana dan prasarana yang ada. Perawat menerapkan
keterampilan,
sikap,
dan
pengetahuannya
sesuai
dengan
ilmu
pengetahuan. Pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan masalah yang
muncul,
dapat
bersifat
dependen
maupun
kolaboratif.
Adapun
pelaksanaan harus memperhatikan :
a. Sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan.
b. Sesuai dengan prioritas tindakan.
c. Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah baik dan benar serta
dengan menggunakan kata kerja.
d. Mencantumkan paraf/nama jelas dan waktu pelaksanaan tindakan.
4. Evaluasi
Tahap Evaluasi atau tahap penilaian adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. (Effendi, 1995 : 40)
Evaluasi dikategorikan sebagai formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif terjadi secara periodik selama pemberian perawatan; sedangkan
evaluasi sumatif terjadi pada akhir aktivitas, seperti : di akhir
penerimaan, pemulangan atau pemindahan ke tempat lain, atau di akhir
kerangka waktu tertentu, seperti di akhir sesi penyuluhan.