SlideShare a Scribd company logo
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Gagal Ginjal Kronik
1. Pengertian
Gagal ginjal kronik menurut Brunner & Suddarth, alih bahasa
Kuncara, Y., dkk (2002 : 1448) mendefinisikan “gagal ginjal kronik
atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah)”.
Menurut Suyono, S.,dkk (2001 : 427), adalah “ Suatu sindrom
klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat
menahun, berlangsung progresif, dan cukup lanjut “.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal
ginjal kronik merupakan kondisi yang permanen yang disebabkan oleh
penurunan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel dimana ginjal
gagal

untuk membuang sampah metabolik (ureum dan sampah

nitrogen lain) serta gagal untuk mempertahakan keseimbangan cairan
dan elektrolit yang berakhir dengan kerusakan yang menyebabkan
terjadinya uremia.
2. Anatomi Fisiologi
Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih dan
uretra. Dalam makalah ini penyusun akan banyak mengungkap
mengenai organ ginjal.
a. Anatomi ginjal
1) Makroskopis
Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang
peritonium, didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar
(transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas
mayor). Ginjal pada orang dewasa penjangnya sampai 13 cm,
lebarnya 6 cm dan berat kedua ginjal kurang dari 1% berat
seluruh tubuh atau ginjal beratnya antara 120-150 gram.
Bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri
dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada
umumnya ginjal laki-laki lebih panjang daripada ginjal wanita.
Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan
lemak

yang

tebal.

Potongan

longitudinal

ginjal

memperlihatkan dua daerah yang berbeda yaitu korteks dan
medulla.
Medulla terbagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid.
Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan
tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul
nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid membentuk duktus
papilaris bellini yang

terbentuk dari kesatuan bagian

terminal dari banyak duktus pengumpul (Price, S.,dkk, alih
bahasa Anugrah, P,1995 ; Syaifuddin, 1995).
2) Mikroskopis
Tiap tubulus ginjal dan glumerulusnya membentuk satu
kesatuan (nefron). Nefron adalah unit fungsional ginjal. Dalam
setiap ginjal terdapat sekitar satu juta nefron. Setiap nefron
terdiri dari kapsula bowman, tumbai kapiler glomerulus,
tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus
kontortus

distal,

yang

mengosongkan

diri

keduktus

pengumpul. (Price,S.,dkk,alih bahasa Anugrah,P.,1995 : 773)
b. Vaskularisasi ginjal
Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira
setinggi vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah
kedalam vena kava inferior yang

terletak disebelah kanan garis

tengah. Saat arteri renalis masuk kedalam hilus, arteri tersebut
bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara
piramid

selanjutnya

membentuk

arteri

arkuata

kemudian
membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam
korteks. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola
aferen

pada

glomerulus

(Price,

S.,

et

all,

alih

bahasa

Anugrah,P.,1995; Syaifuddin.,1995)
Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang kemudian
bercabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi
tubulus dan disebut kapiler peritubular. Dartah yang mengalir
melalui sistem portal ini akan dialirkan kedalam jalinan vena
selanjutnya menuju vena interlobularis, vena arkuarta, vena
interlobaris, dan vena renalis untuk akhirnya mencapai vena cava
inferior. Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu
volume yang sama dengan 20-25% curah jantung (5000 ml/menit)
lebih dari 90%

darah yang masuk keginjal berada pada korteks

sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran darah
ginjal adalah otoregulasi aliran darah melalui ginjal arteiol afferen
mempunyai kapasitas intrinsik yang dapat merubah resistensinya
sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah arteri dengan
demikian mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus

tetap konstan ( Price,S.,et all, alih bahasa

Anugrah,P.,1995;Syaifuddin.,1995).
c. Persarafan pada ginjal
Menurut Price,S.,et all, alih bahasa Anugrah,P.,1995 : 773, “Ginjal
mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk kedalam
ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang
masuk keginjal”.
d. Fisiologi ginjal
Menurut Syaifuddin, 1995 : 108, “ Fungsi ginjal yaitu
mengeluarkan

zat-zat

toksik atau

racun;

mempertahankan

keseimbangan cairan; mempertahankan keseimbangan kadar asam
dan basa dari cairan tubuh; mempertahankan keseimbangan
garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh; mengeluarkan sisa
metabolisme hasil akhir sari protein ureum, kreatinin dan
amoniak”.
Tiga tahap pembentukan urine :
1) Filtrasi glomerular
Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada
glomerulus, seperti kapiler tubuh lainnya, kapiler glumerulus
secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein plasma
yang besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang
lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa
nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow)
adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200
ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125
ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman. Ini
dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular
Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowman’s disebut
filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang
terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula bowman’s,
tekanan

hidrostatik

darah

dalam

kapiler

glomerulus

mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan
hidrostatik filtrat dalam kapsula bowman’s serta tekanan
osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya
dipengaruhi oleh tekanan-tekanan koloid diatas namun juga
oleh permeabilitas dinding kapiler.
2) Reabsorpsi
Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non
elektrolit, elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua
adalah reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat
yang sudah difiltrasi.
3) Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari
aliran darah melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi
yang disekresi tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh
(misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi
dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion
hidrogen.
Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang
juga telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular.
Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium keluar
dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium
kedalam cairan tubular “perjalanannya kembali” jadi, untuk
setiap ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus
disekresi dan sebaliknya.
Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi
cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan
kalium).
Pengetahuan tentang pertukaran kation dalam tubulus distalis
ini membantu kita memahami beberapa hubungan yang
dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat
mengerti mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan
hiperkalemia atau mengapa pada awalnya dapat terjadi
penurunan kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi
secara theurapeutik.
3. Etiologi
Penyebab dari gagal ginjal kronis menurut Price, S., dkk, alih bahasa
Anugrah, P,1995 ; Ignatavicius, D., dkk, 1995 adalah sebagai berikut :
a. Infeksi
1) Pyelonefritis kronis
2) Tuberkulosis
b. Penyakit peradangan
Glomerulonefritis
c. Penyakit vaskular hipertensif
1) Nefrosklerosis benigna
2) Nefrosklerosis maligna
3) Stenosis arteria renalis
d. Gangguan jaringan penyambung
1) Lupus eritematosus sistemik
2) Poliarteritis nodosa
3) Sklerosis sistemik progresif
e.

Gangguan kongenital dan herediter
1) Penyakit ginjal polikistik
2) Asidosis tubulus ginjal

f.

Penyakit metabolik
1)

Diabetes melitus

2)

Gout

3)

Hiperparatiroidisme

4)

Amiloidosis

g.

Nefropati toksik
1)

Penyalahgunaan analgesik

2)

Nefropati timbal

h.

Nefropati obstruktif
1)

Saluran kemih bagian atas
a) Kalkuli
b) Neoplasma
c) Fibrosis retroperitoneal

2)

Saluran kemih bagian bawah
a) Hipertrofi prostat
b) Striktur uretra
c) Anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.

4. Patofisiologi
Gagal ginjal kronis merupakan penyakit renal tahap akhir
(ESRD) yang merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) Ini dapat
disebabkan

oleh

penyakit

sistemik

seperti

diabetes

melitus,

glomerulonefritis kronis; pielonefritis; hipertensi yang tidak dapat
dikontrol; obstruksi traktus urinarius.
Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin
banyak timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat.
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari
penurunan jumlah gomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan
penurunan klirens substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh
ginjal.
Penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (GFR) dapat dideteksi
dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin.
Menurunnya filtrasi gomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli)
klirens kreatinin akan menurun dan kadar kreatinin serum akan
meningkat. Selain itu kadar urea darah (BUN) biasanya meningkat.
Kreatinin serum merupakan indikator yan paling sensitif dari fungsi
renal karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN
tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan
protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan
medikasi seperti steroid.
Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal,respon ginjal yang sesuai terhadap
perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi.
Hipertensi dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin-angiotensin dan
kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron sehingga terjadi
retensi cairan dan natrium.
Terjadi asidosis metabolik seiring dengan ketidakmampuan
ginjal mengekskresiakn muatan asam ( H

+

) yang berlebihan.

Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus
ginjal untuk menyekresi amonia (NH

3

-) dan mengabsorpsi natrium

bikarbonat (HCO 3 -).
Anemia dapat terjadi akibat dari produksi eritropoetin yang tidak
adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan
kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uemik
terutama saluran gastrointestinal.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat dapat terjadi karena
menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan
kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium.
Namun demikian pada gagal ginjal, tubuh tidak berespons secara
normal terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan akibatnya
kalsium di tualng menurun, menyebaban perubahan pada tulang dan
penyakit tulang. Selain itu, metabolit aktif vitamin D (1,25dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat ginjal menurun
seiring dengan berkembangnya gagal ginjal.
Gagal Ginjal

Fungsi renal

Gangguan fungsi

menurun

ginjal

Peningkatan
GFR menurun

Vasokontriksi

Menurunnya

Sekresi Renin

pembuluh darah

produksi

Angiotensin I dan

eritopoetin

II
Ginjal tidak

Terjadi retensi

Tekanan darah

Hemoglobin

mampu

Aldosteron

meningkat

menurun

mengeluarkan sisa
metabolik
Adanya retensi Na

Peningkatan

Oksigen tidak

dan H2O

volume darah

diikat dengan
adekuat

Transudasi cairan

Transportasi O2

ke intertisial

dalam darah
menurun

Edema
Anemia
Meningkatnya

Iritasi membran

ureum

mukosa lambung

Penumpukan

Merangsang

kristal di kulit

sekresi asam
lambung

HCl meningkat
Pruritus
Mual

5. Dampak-dampak Terhadap Sistem Tubuh Lain
1) Gangguan pada sistem gastrointestinal
a) Anoreksia, nausea dan vomitus, yang berhubungan dengan
gangguan metabolisme protein didalam usus, terbentuknya
zat-zat toksik akibat metabolisme bakteri usus seperti amonia.
b) Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada
air liur diubah oleh bakteri di mulut menjadi amonia sehingga
nafas berbau amonia
2) Kulit
a) Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan
akibat urokkkrom. Gatal-gatal dengan ekskoriasi akibat toksin
uremik dan pengendapan kalsium di pori-pori kulit.
b) Ekimosis akibat gangguan hematologis
c) Bekas-bekas garukan akibat gatal
3) Sistem hematologi
a) Anemia, dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
(1)

Berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga rangsangan
eritropoesis pada sumsum tulang menurun

(2)

Hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit
dalam suasana uremia toksik

(3)

Defisiensi besi, asam folat, dan lain-lain, akibat nafsu
makan yang berkurang.

(4)

Perdarahan, paling sering pada saluran cerna dan kulit

(5)

Fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroidisme
sekunder.

b) Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia
Gangguan ini mengakibatkan perdarahan yang disebabkan
oleh agregasi dan adhesi trombosit yang berkurang serta
menurunnya faktor trombosit III dan ADP.

c) Gangguan fungsi leukosit.
Gangguan ini mengakibatkan fagositosis dan kemotaksis
berkurang, fungsi limfosit menurun sehingga imunitas tubuh
menurun.
4) Sistem saraf dan otot
a) Restless Leg Syndrom
Pasien merasa pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan
b) Burning Feet Syndrom
Rasa kesemutan dan seperti terbakar, terutama ditelapak kaki.
c) Ensefalopati Metabolik
Lemah, tidak bisa

tidur, gangguan konsentrasi, tremor,

asteriksis, mioklonus, kejang.
d) Miopati
Kelemahan

dan

hipertrofi

otot-otot

terutama

otot-otot

ekstremitas proksimal.
5) Sistem kardiovaskuler
a) Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau
peningkatan aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron.
b) Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditism efusi
perikaardial, penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis
yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan cairan
dan hipertensi.
c) Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis dini, gangguan
elektrolit dan klasifikasi metastasik
d) Edema akibat penimbunan cairan.
6) Sistem endokrin
a) Gangguan seksual : libido, fertilitas dan ereksi menurun pada
laki-laki akibat produksi testosteron dan spermatogenesis yang
menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolik
tertentu (seng, hormon paratiroid). Pada wanita timbul
gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampai amenorea
b) Gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin
Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin <15 ml/menit),
terjadi penurunan klirens metabolik insulin menyebabkan
waktu paruh hormon aktif memanjang. Keadaan ini dapat
menyebabkan kebutuhan obat penurunan glukosa darah akan
berkurang.
c) Gangguan metabolisme lemak
d) Gangguan metabolisme vitamin D
7) Gangguan sistem lain
a) Tulang : osteodistrofi renal, yaitu osteomalasia, osteitis
fibrosa, osteosklerosis, dan klasifikasi metastatik.
b) Asidosis metabolik akibat penimbunan asam organik sebagai
hasil metabolisme
c) Elektrolit : hiperfosfatemia, hiperkalemia, hipokalsemia
Karena pada gagal ginjal kronik telah terjadi gangguan
keseimbangan homeostatik pada seluruh tubuh, gangguan
plada suatu sistem akan berpengaruh pada sistem lain,
sehingga suatu ganggaun metabolik dapat menimbulkan
kelainan pada berbagai sistem/organ tubuh.
6. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal
dan homeostasis selama mungkin. Seluruh faktor yang berperan pada
gagal ginjal tahap akhir dan

faktor

yang dapat dipulihkan

diidentifikasi

Dalam

penatalaksanaan

dan

ditangani.

dapat

dikelompokan menjadi (1) penatalaksanaan konservatif yang terdiri
dari pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan, serta
pencegahan dan pengobatan komplikasi, (2) dialisis dan transplantasi
ginjal
a. Penatalaksanaan konservatif
1) Pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan.
Pengaturan diet penting sekali pada pengobatan gagal ginjal
kronik. Pembatasan protein tidak hanya mengurangi kadar
BUN dan mungkin juga hasil metabolisme protein toksik yang
belum diketahui, tetapi juga mengurangi asupan kalium dan
posfat, serta mengurangi ion hidrogen yang berasal dari
protein. Yang lebih penting lagi, dalam penelitian yang barubaru ini dilakukan, telah dibuktikan bahwa hemodinamik
intrarenal yang abnormal dapat memperberat gagal ginjal
kronik pada bebrapa penyakit ginjal. Pembatasan asupan
protein telah terbukti menormalkan kembali kalainan ini dan
memperlambat terjadinya gagal ginjal (Price Sylvia A,Alih
bahasa Peter Anugerah,1995 : 863)
Pendekatan lain terhadap pembatasan protein adalah dengan
diet yang mengandung 0,25 gram protein yang tidak dibatasi
kualitasnya per kilogram berat badan per hari, ditambah
dengan

asam

amino

esensial.

Pendekatan

ini

lebih

memungkinkan variasi dalam diet, sehingga lebih mudah
diterima oleh penderita tertentu. Tambahan karbohidrat dapat
diberikan juga untuk memecah protein tubuh, diet seperti ini
harus diberi tambahan vitamin B compleks, pridoksin dan
asam aksorbat. Jumlah natrium yang dianjurkan adalah 40-90
mEq/hari

(1-2

gram

natrium),

tetapi

asupan natrium

maksimum harus ditentukan secara tersendiri untuk

tiap

penderita agar hidrasi yang baik dapat dipertahankan (Price
Sylvia A, Alih bahasa Peter Anugerah, 1995 : 863)
2) Pencegahan dan pengobatan komplikasi
Komplikasi potensial gagal ginjal kronik yang memerlukan
pendekatan jika kolaboratif dalam perawatan mencakup : (1)
hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
metabolisme, dan masukan diet berlebih, (2) perikarditis,
effusi perikardial, dan tamponade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat, (3)
hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi
sistem

renin-angiotensin-aldosteron,

(4)

anemia

akibat
penurunan eritopoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin,
dan kehilangan darah selama hemodialisis, dan (5) penyakit
tulang dan kalsifikasi metastasik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum rendah, metabolisme vitamin dengan abnormal
dan peningkatan kadar aluminium.
a) Hiperkalemia
Biasanya dicegah dengan penanganan dialisis yang
adekuat disertai pengambilan kalium dan pemantauan yang
cermat terhadap kandungan kalium pada seluruh medikasi
oral maupun intravena. Pasien diharuskan diet rendah
kalium (Brunner & Suddarth, alih bahasa Kuncara,
Yang,dkk,2002 :1450)
b) Hipertensi
Biasanya hipertensi dapat dikontrol secara efektif dengan
pembatasan natrium dan cairan, serta melalui ultrafiltrasi
bila penderita menjalani hemodialisis.
Hipertensi juga dapat ditangani juga dengan berbagai
medikasi antihipertensi kontrol volume intravaskuler.
Gagal jantung kongestif dan edema pulmoner juga
memerlukan penanganan pembatasan cairan, diet rendah
natrium, diuretik, agen inotropik, seperti digitalis atau
dobutamine, dan dialisis.
c) Asidosis
Asidosis metabolik pada gagal ginjal kronik biasanya
tanpa gejala dan tidak memerlukan penanganan; namun
demikian, suplemen natrium karbonat atau dialis mungkin
diperlukan untuk mengoreksi asidosis jika kondisi ini
menimbulkan gejala. Bentuk pengobatan yang paling logis
adalah dialisis.
d) Anemia
Oleh karena penyebab utama pada gagal ginjal kronik
tampaknya berupa penurun sekresi eritopoetin oleh ginjal
yang

sakit,

maka

pengobatan

yang

ideal

adalah

penggantian hormon ini. Selain ini juga dilakukan
pengobatan

untuk

memperkecil

anemia

kehilangan

uremik

darah,

adalah

pemberian

dengan
vitamin,

androgen, dan transfusi darah iatrigenik dapat dikurangi
dengan mengambil sedikit darah untuk tes laboratorium
dan

mengurangi

sisa

darah

yang

tertinggal

pada

hemodialisis. Biasanya multivitamin dan asam folat
diberikan setiap hari oleh karena vitamin yang larut dalam
air habis selama proses dialisis. Besi peroral atau
kompleks berisi dapat diberikan parenteral, oleh karena
dapat terjadi kekurangan besi akibat kehilangan darah dan
besi yang berikatan dengan antasid. Transfusi darah dapat
diberikan

pada

pasien

dialisis

baik

untuk

alasan

pengobatan maupun persiapan sebelum transplantasi.
Anemia pada GGK dapat ditangani dengan epogen
(eritropoetin

manusia

rekombinan).

Terapi

epogen

diberikan untuk memperoleh nilai hematokrit sebesar 3338% yang biasanya memulihkan gejala anemia. Pasien
dengan GGK yang meningkat dirujuk ke pusat dialisis dan
transplantasi sedini mungkin sejak penyakit renal mulai
berkembang. Dialisis biasanya dimulai ketika pasien tidak
mampu mempertahankan gaya hidup normal dengan
penanganan konservatif.
e) Abnormalitas neurologi
Pasien dilindungi dari cedera dengan menempatkan
pembatas tempat tidur. Awitan kejang dicatat dalam hal
tipe, durasi dan efek umum terhadap pasien. Diazepam
intravena atau penitoin diberikan untuk mengendalikan
kejang.
f) Osteodistrofi ginjal
Salah satu tindakan terpenting untuk mencegah timbulnya
hiperparatiroidisme sekunder dan segala akibatnya adalah
diet rendah posfat dengan pemberian gel yang dapat
mengikat posfat dalam usus. Diet rendah protein biasanya
mengandung rendah posfat. Obat yang sering digunakan
sebagai pengikat posfat adalah gel antasida aluminium
(amphojel dan basojel). Diberikan dalam bentuk tablet atau
cairan. Antasid yang mengandung magnesium jangan
diberikan. Jika gangguan pada rangka demikian hebatnya
akibat kekurangan atau kendati pun telah dilakukan
tindakan pencegahan dengan gel antasida, maka pemberian
viltamin D atau paratiroidektomi subtotal dapat menjadi
indikasi. Demineralisasi tulang yang berat, hiplerkalsemia
atau pruritus yang sulit diatasi merupakan indikasi
paratiroidektomi.

Bila

lesi

yang

menyolok

adalah

osteomalasia, maka ahli nefrologi akan mulai menjalankan
terapi vitamin D dengan hati-hati. Pengobatan ini dapat
membahayakan, bukan saja absorpsi kalsium akan
semakin meningkat tetapi juga dapat mengakibatkan
kalsifikasi progresif jaringan lunak apabila resorpsi tulang
dan

hiperposfatemia

ditanggulangi.

Metode

terus
lain

berlangsung
yang

digunakan

tanpa
untuk

mencegah osteodistrofi ginjal antara lain meningkatkan
asupan kalsium 1,2-1,5 gram per hari dalam diet atau
dengan kalsium tambahan (hanya setelah kadar posfat
serum

diturunkan

sampai

keadaan

normal)

dan

mempertahankan konsentrasi kalsium dalam dialisat antara
6,5-7,0 mEq/L.
b. Dialisis dan transplantasi ginjal
Dialisis dan transplantasi ginjal dilakukan pada gagal ginjal
stadium akhir. Dialisis

digunakan untuk mempertahankan

penderita dalam keadaan klinis yang optimal sampai tersedia
donor ginjal. Dialisis ini dilakukan dengan mengalirkan darah
kedalam suatu tabung ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari 2
kompartemen yang terpisah. Darah pasien dipompa dan dialirkan
ke kompartemen darah yang dibatasi oleh selaput semi permiabel
buatan dengan dekompartemen dialisat. Kompartemen dialisat
dialiri cairan dialisis yang bebas pirogen, berisi larutan dengan
komposisi elektrolit mirip serum normal dan tidak mengandung
sisa metabolisme nitrogen. Cairan dialisis dan darah yang terpisah
akan mengalami perubahan konsentrasi karena zat terlarut
berplindah dari konsentrasi tertinggi ke arah konsentrasi yang
rendah

sampai

kompartemen

konsentrasi

zat

terlarut

sama

di

kedua

(difusi).

Transplantasi ginjal merupakan pilihan terakhir bagi penderita
gagal ginjal

kronis. Transplantasi ini menanamkan ginjal dari

donor hidup atau kadave manusia ke resepien yang mengalami
gagal ginjal tahap akhir. Ginjal transplan dari donor hidup yang
sesuai dan cocok bagi pasien akan lebih baik daripada transplan
dari donor kadaver. Nefrektomi terhadap

ginjal asli pasien

dilakukan untuk transplantasi. Ginjal transplan diletakan di fosa
iliaka anterior sampai krista iliaka. Ureter dari ginjal transplan
ditanamkan ke kandung kemih atau di anastomosiskan ke ureter
resipien.

B.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Perkemihan : Gagal Ginjal Kronis
Menurut Wolf dan Weltzel, proses keperawatan adalah serangkaian
perbuatan

atau

tindakan

untuk

menetapkan,

merencanakan,

dan

melaksanakan pelayanan keperawatan dalam membantu klien untuk
mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan
keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling
berkaitan, dan dinamis. (Effendi, Nasrul. 1995 : 2)
Proses

keperawatan

tersebut

dalam

pelaksanaannya

harus

berkesinambungan, karena proses keperawatan ini meliputi beberapa tahap
yaitu :
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Data Biografi
Perlu dikaji umur, jenis kelamin, dan pekerjaan
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dengan CRF biasanya datang dengan keluhan nyeri
pada pinggang, buang air kecil sedikit, bengkak/edema pada
ekstremitas, perut kembung, sesak.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji riwayat pada perkemihan, riwayat penyakit ginjal
sebelumnya, riwayat menggunakan obat-obatan nefrotoksik,
kebiasaan diet, nutrisi, riwayat

tidak dapat kencing,

penggunaan hormon.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu

dikaji

riwayat

kesehatan

keluarga

yang

dapat

mempengaruhi timbulnya penyakit CRF seperti hipertensi,
diabetes mellitus, sistemik lupus eritematosa, arthritis dan
kanker.
3) Pola Aktivitas Sehari-hari
Pada klien CRF pola aktivitas sehari-hari meliputi pola makan
sebelum sakit yang sering dikonsumsi oleh klien yang merupakan
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya CRF seperti makanan
yang tinggi natrium, kalium, kalsium sedangkan pola makan
selama sakit biasanya mengalami penurunan frekuensi dan porsi
karena klien mengalami mual. Pada klien dengan CRF harus
dikaji kebiasaan minum yang kurang dari kebutuhannya dan yang
dapat memperberat penyakitnya seperti kopi, teh dan alkohol,
selama sakit biasanya intake dibatasi sesuai output. Eliminasi
BAK biasanya ditemukan BAK yang sedikit sampai ditemukan
oliguri sedangkan BAB biasanya tidak ada perubahan kecuali
pada klien dengan penurunan aktivitas. Sebelum sakit biasanya
kebutuhan personal hygiene klien tidak ada perubahan sedangkan
selama sakit personal hygiene klien menjadi terganggu karena
adanya kelemahan.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pernafasan
Pada klien dengan CRF ditemukan adanya tachipnoe,
pernafasan kusmaul, uremic, halitosis, edema paru dan efusi
pleura.
b) Sistem Kardiovaskuler
Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan adanya
hipertensi, gagal

jantung kongestif, edema

pulmoner,

perikarditis.
c) Sistem Pencernaan
Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan adanya
anoreksia, nausea, vomiting, cegukan, rasa metalik tak sedap
pada mulut, ulserasi gusi, perdarahan gusi/tidak, nyeri ulu
hati, distensi abdomen, konstipasi.
d) Sistem Genotiurinaria
Pada klien dengan CRF awal ditemukan adanya poliuri dan
nokturi, selanjutnya berkembang menjado oliguri dan anuri,
terdapat proteinuria, hematuria, perubahan warna urine
(kuning pekat, merah, cokelat).
e) Sistem Muskuloskeletal
Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan kelemahan otot,
kejang otot, nyeri pada tulang dan fraktur patologis.
f) Sistem Integumen
Penurunan turgor kulit, hiperpigmentasi, pruritis, echimosis,
pucat.
g) Sistem Persyarafan
Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan letargi, insomnia,
nyeri kepala, tremor, koma.
5) Data Psikososial
Klien dengan CRF biasanya ditemukan adanya rasa takut, marah,
cemas, perasaan bersalah dan kesedihan. Respon emosional pada
klien CRF mungkin disebabkan karena perubahan body image
takut akan terjadinya disfungsi seksual dan ketakutan akan
kematian.
6) Data Spiritual
Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan ketidakmampuan
beribadah seperti biasa.
7) Data Penunjang
a) Laboratorium
(1) Urine
(a) Volume biasanya oliguri dan anuri
(b) Warna urine keruh, sedimen kotor atau kecokelatan
(c) Berat jenis menurun
(d) Osmolalitas menurun
(e) Klirens kreatinin menurun
(f) Natrium meningkat
(g) Protein meningkat
(2) Darah
(a) Serum kreatinin meningkat
(b) Blood urea nitrogen meningkat
(c) Kadar kalium meningkat
(d) Hematokrit menurun
(e) Hemoglobin menurun
(f) Natrium, kalsium menurun
(g) Magnesium/posfat meningkat
(h) Protein (khususnya albumin menurun)
(i) pH menurun
b) Pyelogram Retrograd menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal
dan ureter.
c) Arteriogram mengidentifikasi adanya massa
d) Ultrasonoginjal menentukan ukuran ginjal, adanya massa,
obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
e) EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa.
b. Analisa
Analisa data merupakan proses berfikir yang meliputi kegiatan
pengelompokkan data dan menginterpretasikan kelompok data
tersebut. Kemudian dibandingkan dengan standar normal sehingga
dapat menentukan masalah. Dalam menganalisa data harus divalidasi
kembali setelah itu dikelompokkan ke dalam data subjektif dan
objektif, kemudian diidentifikasi pada masalah dan penyebab.
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang jelas tentang
masalah klien dan penyebabnya. Selain itu harus spesifik berfokus
pada kebutuhan klien dengan mengutamakan prioritas dan diagnosa
yang muncul harus dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Gangguan Sistem
Perkemihan : Gagal Ginjal Kronis ( CRF ) menurut Marilynn E.
Doenges, Barbara Engram, dan Brunner and Suddart adalah sebagai
berikut :
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan
keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium.
2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet, dan perubahan
membran mukosa mulut.
3) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia,
retensi produk sampah dan prosedur dialisa.
5) Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan,
perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
6) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan

ketidakseimbangan

cairan

mempengaruhi

volume

sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik;
ketidakseimbangan elektrolit; akumulasi toksin (urea)
7) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan

akumulasi

toksin

dalam

tubuh,

edema/dehidrasi,

penurunan aktivitas/mobilisasi
8) Risiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan
kurang pengetahuan, sistem pendukung tidak adekuat
2. Perencanaan
Perencanaan adalah merupakan suatu proses kegiatan merencanakan
asuhan keperawatan untuk membantu memenuhi kebutuhan kesehatan
klien

dan

mengatasi

masalah

keperawatan.

Pada

perencanaan

mengandung unsur promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan
melibatkan klien dan keluarga. Selain itu dalam merencanakan suatu
tindakan harus berorientasi pada tujuan dan sesuai dengan etiologi.
Sesuai dengan diagnosa yang dirumuskan diatas, maka dapat dirumuskan
pula tujuan dan intervensi keperawatan, yaitu :
1)

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran
urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium.
Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.
Hasil yang diharapkan :
- Menunjukkan perubahan-perubahan berat badan badan yang
lambat
- Mempertahankan pembatasan diet dan cairan
- Menunjukkan turgor kulit normal tanpa edema
- Menunjukkan tanda-tanda vita normal
- Menunjukkan tidak adanya distensi vena leher
- Melaporkan adanya kemudahan dalam bernafas atau tidak terjadi
napas pendek
- Melakukan hygiene oral dengan sering
- Melaporkan penurunan rasa haus
- Melaporkan berkurangnya kekeringan pada membran mukosa
mulut
Intervensi Keperawatan

Rasional

Kaji status cairan :
a. Timbang berat badan harian
b. Keseimbangan
masukan
dan
keluaran
c. Turgor kulit dan adanya edema
d. Distensi vena leher
e. Tekanan darah, denyut dan irama
nadi
Batasi masukan cairan

Pengkajian merupakan dasar dan data
dasar berkelanjutan untuk memantau
perubahan
dan
mengevaluasi
intervensi

Identifikasi sumber potensial cairan :
a. Medikasi
dan
cairan
yang
digunakan untuk pengobatan : oral
dan intravena
b. Makanan
Jelaskan pada pasien dan keluarga
rasional pembatasan
Bantu pasien dalam menghadapi
ketidaknyamanan akibat pembatasan
cairan
Tingkatkan dan dorong hygiene oral
dengan sering

2)

Pembatasan cairan akan menentukan
berat tubuh ideal, keluaran urin, dann
respons terhadap terapi
Sumber kelebihan cairan yang tidak
diketahui dapat diidentifikasi

Pemahaman meningkatkan kepatuhan
terhadap pembatasan diet
Kenyamanan pasien meningkatkan
kepatuhan terhadap pembatasan diet
Hygiene oral mengurangi kekeringan
membran mukosa mulut

Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet, dan perubahan
membran mukosa mulut.
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Hasil yang diharapkan :
- Mengkonsumsi protein yang mengandung nilai biologis tinggi
- Memilih makanan yang menimbulkan nafsu makan dalam
batasan diet
- Mengkonsumsi makanan tinggi kalori dalam batasan diet
- Mematuhi medikasi sesuai jadwal untuk mengatasi anoreksia dan
tidak menimbulkan rasa kenyang
- Menjelaskan dengan kata-kata sendiri rasional pembatasan diet
dan hubungannya dengan kadar kreatinin dan urea
- Mengkonsulkan daftar makanan yang dapat diterima
- Melaporkan peningkatan nafsu makan
- Menunjukkan tidak adanya perlambatan atau penurunan berat
badan yang cepat
- Menunjukkan turgor kulit yang normal tanpa edema, kadar
albumin plasma dapat diterima
Intervensi Keperawatan

Rasional

Kaji status nutrisi :
a. Perubahan berat badan
b. Pengukuran antropometrik
c. Nilai
laboratorium
(elektrolit
serum, BUN, kreatinin, protein,
transferin, dan kadar besi)
Kaji pola diet nutrisi pasien :
a. Riwayat diet
b. Makanan kesukaan
c. Hitung kalori
Kaji faktor yang berperan dalam
merubah masukan nutrisi :
a. Anoreksia, mual, muntah
b. Diet yang tidak menyenangkan
bagi pasien
c. Depresi
d. Kurang memahami pembatasan
diet
e. Stomatitis
Menyediakan
makanan
kesukaan
pasien dalam batas-batas diet
Tingkatkan masukan protein yang
mengandung nilai biologis tinggi :
telur, produk susu, daging

Menyediakan data dasar untuk memantau
perubahan dan mengevaluasi intervensi

Anjurkan cairan tinggi kalori, rendah
protein, rendah natrium di antara waktu
makan

Pola diet dahulu dan sekarang dapat
dipertimbangkan dalam menyusun menu
Menyediakan informasi mengenai faktor
lain yang dapat diubah atau dihilangkan
untuk meningkatkan masukan diet

Mendorong peningkatan masukan nutrisi
Protein
lengkap
diberikan
untuk
mencapai keseimbangan nitrogen yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan
penyembuhan
Mengurangi makanan dari protein yang
dibatasi dan menyediakan kalori untuk
energi,
membagi
protein
untuk
Ubah jadwal medikasi sehingga
medikasi ini tidak segera diberikan
sebelum makan
Jelaskan rasional pembatasan diet dan
hubungannya dengan penyakit ginjal
dan peningkatan urea dan kadar
kreatinin
Sediakan daftar makanan yang
dianjurkan secara tertulis dan anjurkan
untuk
memperbaiki
rasa
tanpa
menggunakan natrium dan kalium
Ciptakan
lingkungan
yang
menyenangkan selama waktu makan
Timbang berat badan harian
Kaji bukti adanya masukan protein
yang tidak adekuat :
a. Pembentukkan edema
b. Penyembuhan yang lambat
c. Penurunan kadar albumin serum

pertumbuhan dan penyembuhan jaringan
Ingesti medikasi sebelum makan
menyebabkan anoreksia dan rasa
kenyang
Meningkatkan
pemahaman
pasien
tentang hubungan antara diet, urea, kadar
kreatinin dengan penyakit ginjal
Daftar yang dibuat menyediakan
pendekatan positif terhadap pembatasan
diet dan merupakan referensi untuk
pasien dan keluarga yang dapat
digunakan dirumah
Faktor yang tidak menyenangkan yang
berperan dalam menimbulkan anoreksia
dihilangkan
Untuk memantau status cairan dan nutrisi
Masukan protein yang tidak adekuat
dapat menyebabkan penurunan albumin
dan protein lain, pembentukkan edema,
dan perlambatan penyembuhan

3) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan.
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi dan
penanganan yang bersangkutan
Hasil yang diharapkan :
- Menyatakan

hubungan

antara

penyebab

ginjal

dan

konsekuensinya
- Menjelaskan pembatasan cairan dan diet sehubungan dengan
kegagalan regulasi ginjal
- Menyatakan hubungan antara gagal ginjal dengan kebutuhan
penanganan menggunakan kata-kata sendiri
- Menanyakan tentang pilihan terapi, yang merupakan petunjuk
kesiapan belajar
- Menyatakan rencana untuk melanjutkan kehidupan normalnya
sedapat mungkin
- Menggunakan

informasi

dan

instruksi

tertulis

untuk

mengklarifikasi pertanyaan dan mencari informasi tambahan
Intervensi Keperawatan

Rasional

Kaji pemahaman mengenai penyebab
gagal ginjal, konsekuensinya, dan
penanganannya :

Merupakan instruksi dasar untuk
penjelasan dan penyuluhan lebih lanjut
a.
b.
c.

Penyebab gagal ginjal pasien
Pengertian gagal ginjal
Pemahaman mengenai fungsi
ginjal
d. Hubungan
antara
cairan,
pembatasan diet dengan gagal
ginjal
e. Rasional
penanganan
(hemodialisa, dialisis peritonial,
transplantasi)
Berikan informasi tentang :
a. Sifat gagal ginjal. Jamin pasien
memahami bahwa gagal ginjal
kronis adalah tak dapat pulih dan
bahwa lama tindakan diperlukan
untuk mempertahankan fungsi
tubuh normal
b. Pemeriksaan diagnostik termasuk :
Tujuan
Deskripsi singkat
Persiapan
yang
diperlukan sebelum tes
Perawatan setelah
tes
Hasil
tes
dan
kemaknaan hasil tes
c. Tujuan terapi yang diprogramkan
Jelaskan fungsi ginjal dan konsekuensi
gagal ginjal sesuai dengan tingkat
pemahaman dan kesiapan pasien untuk
belajar
Bantu pasien untuk mengidentifikasi
cara-cara untuk memahami berbagai
perubahan akibat penyakit dan
penanganan
yang
mempengaruhi
hidupnya
Sediakan informasi baik tertulis
maupun secara oral dengan tepat
tentang :
a. Fungsi dan kegagalan ginjal
b. Pembatasan cairan dan diet
c. Medikasi
d. Melaporkan masalah, tanda dan
gejala
e. Jadwal tindak lanjut
f. Sumber di komunitas
g. Pilihan terapi

4)

Pasien sering tidak memahami bahwa
dialisa akan diperlukan selamanya bila
gagal ginjal tak dapat pulih. Memberi
pasien informasi mendorong partisipasi
dalam pengambilan keputusan dan
membantu mengembangkan kepatuhan
dan kemandirian maksimum

Pasien dapat belajar tentang gagal ginjal
dan penanganan setelah mereka siap
untuk
memahami
dan
menerima
diagnosis dan konsekuensinya
Pasien
dapat
melihat
bahwa
kehidupannya tidak harus berubah akibat
penyakit
Pasien memiliki informasi yang dapat
digunakan untuk klarifikasi selanjutnya
di rumah

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialisa.
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi
Hasil yang diharapkan :
- Berpartisipasi dalam meningkatkan tingkat aktivitas dan latihan
- Melaporkan peningkatan rasa sejahtera
- Melakukan istirahat dan aktivitas secara bergantian
- Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih
Intervensi Keperawatan
Kaji faktor yang menimbulkan keletihan :
a. Anemia
b. Ketidakseimbangan
cairan
dan
elektrolit
c. Retensi produk sampah
d. Depresi
Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas
perawatan diri yang dapat ditoleransi;
bantu jika keletihan terjadi
Anjurkan aktivitas alternatif sambil
istirahat
Anjurkan
dialisis

5)

Gangguan

untuk

beristirahat

harga

diri

setelah

Rasional
Menyediakan
informasi
indikasi tingkat keletihan

tentang

Meningkatkan aktivitas ringan/sedang
dan memperbaiki harga diri
Mendorong latihan dan aktivitas dalam
batas-batas yang dapat ditoleransi dan
istirahat yang adekuat
Istirahat yang adekuat dianjurkan
setelah dialisis, yang bagi banyak
pasien sangat melelahkan

berhubungan

dengan

ketergantungan,

perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
Tujuan : Memperbaiki konsep diri
Hasil yang diharapkan :
- Mengidentifikasi pola koping terdahulu yang efektif dan pada
saat ini tidak mungkin lagi digunakan akibat penyakit dan
penanganan (pemakaian alkohol dan obat-obatan; penggunaan
tenaga yang berlebihan)
- Pasien dan keluarga mengidentifikasi dan mengungkapkan
perasaan dan reaksinya terhadap penyakit dan perubahan hidup
yang diperlukan
- Mencari konseling profesional, jika perlu, untuk menghadapi
perubahan akibat gagal ginjal
- Melaporkan kepuasan dengan metode ekspresi seksual
Intervensi Keperawatan

Rasional

Kaji respons dan reaksi pasien dan
keluarga
terhadap
penyakit
dan
penanganan
Kaji hubungan antara pasien dengan
anggota keluarga terdekat
Kaji pola koping pasien dan anggota
keluarga

Meyediakan data tentang masalah pada
pasien dan keluarga dalam menghadapi
perubahan dalam hidup
Penguatan dan dukungan terhadap
pasien diidentifikasi
Pola koping yang telah efektif di masa
laju mungkin potensial destruktif
ketika memandang pembatasan yang
ditetapkan akibat penyakit dan
penanganan
Ciptakan diskusi terbuka tentang
perubahan yang terjadi akibat penyakit
dan penanganan :
a. Perubahan peran
b. Perubahan gaya hidup
c. Perubahan dalam pekerjaan
d. Perubahan seksual
e. Ketergantungan pada tim tenaga
kesehatan
Gali cara alternatif untuk ekspresi
seksual lain selain hubungan seksual
Diskusikan
peran
memberi
dan
menerima cinta, kehangatan, dan
kemesraan

6)

Pasien dapat mengidentifikasi masalah
dan langkah-langkah yang diperlukan
untuk menghadapinya

Bentuk alternatif ekspresi seksual
dapat diterima
Seksualitas mempunyai arti yang
berbeda bagi tiap individu, tergantung
pada tahap maturitasnya

Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi,
kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik; ketidakseimbangan
elektrolit; akumulasi toksin (urea)
Tujuan : Mempertahankan curah jantung
Hasil yang diharapkan :
- Tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal
- Nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi Keperawatan

Rasional

Auskultasi bunyi jantung dan paru.
Evaluasi adanya edema perifer/kongesti
vaskular dan keluhan dispnea

S3S4 dengan tonus muffled, takikardia,
frekuensi jantung tak teratur, takipnea,
dispnea, gemerisik, mengi, dan
edema/distensi
vena
jugular
menunjukkan GGK
Hipertensi bermakna dapat terjadi
karena
gangguan
pada
sistem
aldosteron
renin-angiotensin
(disebabkan oleh disfungsi ginjal).
Meskipun hipertensi umum, hipotensi
ortostatik dapat terjadi sehubungan
dengan defisit cairan, respons terhadap
obat antihipertensi, atau tamponade
perikardial uremik
Hipertensi dan GGK dan menyebabkan
MI, kurang lebih pasien GGK dengan
dialisis
mengalami
perikarditis,
potensial
risiko
efusi
perikardial/tamponade
Adanya hipotensi tiba-tiba, nadi
paradoksik, penyempitan tekanan nadi,
penurunan/tak adanya nadi perifer,

Kaji adanya/derajat hipertensi : awasi
TD; perhatikan perubahan postural,
contoh duduk, berbaring, berdiri

Kaji adanya nyeri dada, perhatikan
lokasi, radiasi, beratnya (skala 0-10) dan
apakah tidak menetap dengan inspirasi
dalam posisi terlentang
Evaluasi bunyi jantung (perhatikan
friction rub), TD, nadi perifer, pengisian
kapiler, kongesti vaskular, suhu, dan
sensori/mental

Kaji tingkat aktivitas, respons terhadap
aktivitas

7)

distensi jugular nyata, pucat, dan
penyimpangan
mental
cepat
menunjukkan
tamponade,
yang
merupakan kedaruratan medik
Kelelahan dapat menyertai GGK juga
anemia

Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan akumulasi toksin dalam tubuh, edema/dehidrasi, penurunan
aktivitas/mobilisasi
Hasil yang diharapkan :
- Mempertahankan kulit utuh
- Menunjukkan perilaku/teknik untuk mencegah kerusakan /cedera
kulit
Intervensi Keperawatan

Rasional

Inspeksi kulit terhadap perubahan warna,
turgor, vaskular. Perhatikan kemerahan,
ekskoriasi. Observasi terhadap ekimosis,
purpura
Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit
dan membran mukosa

Menandakan
area
sirkulasi
buruk/kerusakan
yang
dapat
menimbulkan
pembentukkan
dekubitus/infeksi
Mendeteksi adanya dehidrasi atau
hidrasi berlebihan yang mempengaruhi
sirkulasi dan integritas jaringan pada
tingkat seluler
Jaringan edema lebih cenderung
rusak/robek
Menurunkan tekanan pada edema,
jaringan dengan perfusi buruk untuk
menurunkan iskemia. Peninggian
meningkatkan aliran balik statis vena
terbatas/pembentukkan edema
Soda kue, mandi dengan tepung
menurunkan gatal dan mengurangi
pengeringan daripada sabun. Lotion
dan salep dapat digunakan untuk
mengurangi pengeringan
Menurunkan iritasi dermal dan risiko
kerusakan kulit
Gatal dapat terjadi karena kulit adalah
rute ekskresi untuk produk sisa, mis.
Kristal fosfat (berkenaan dengan
hiperparatiroidisme pada penyakit
tahap akhir)
Menghilangkan ketidaknyamanan dan
menurunkan risiko cedera dermal

Inspeksi area tergantung terhadap edema
Ubah posisi dengan sering; gerakan
pasien dengan perlahan : beri bantalan
pada tonjolan tulang dengan kulit domba,
pelindung siku/tumit
Berikan
perawatan
kulit.
Batasi
penggunaan sabun. Berikan salep atau
krim (mis. Lanolin, Aquaphor)
Pertahankan linen kering, bebas keriput
Selidiki keluhan gatal

Anjurkan pasien menggunakan kompres
lembab dan dingin untuk memberikan
tekanan (daripada garukan) spada area
pruritus. Pertahankan kuku pendek;
berikan sarung tangan selama tidur bila
diperlukan
Anjurkan
menggunakan
pakaian
katun/longgar

Mencegah iritasi dermal langsung dan
meningkatkan evaporasi lembab pada
kulit
Menurunkan tekanan lama pada
jaringan, yang dapat membatasi perfusi
seluler
yang
menyebabkan
iskemia/nekrosis

Berikan matras busa/flotasi

8)

Risiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang
pengetahuan, sistem pendukung tidak adekuat
Hasil yang diharapkan :
- Mendemonstrasikan

keinginan

untuk

mengikuti

program

terapeutik perawatan di rumah yang dianjurkan
- Mengungkapkan

pemahaman

tentang

instruksi

pulang,

mendemonstrasikan kemampuan untuk merawat sisi akses
vaskuler
Intervensi Keperawatan

Rasional

Tinjau kembali rasional untuk modifikasi
diet yang diprogramkan pada rencana
pulang :
a. Pembatasan protein untuk mencegah
katabolisme protein, menghindari
kelebihan yang akan meningkatkan
kadar urea
b. Pembatasan
natrium
untuk
mengurangi retensi cairan
c. Pembatasan kalium (kerusakan ginjal
tidak dapat membersihkan kalium)
d. Bila oliguria, pembatasan cairan
untuk mencegah edema
e. Kalori tinggi untuk menjamin
penggunaan protein untuk sintesis
protein jaringan dan suplai energi
Diskusikan efek jangka panjang dari
ketidak patuhan terhadap obat-obatan dan
diet :
f. Peningkatan risiko terhadap fraktur
karena
penyakit
tulang
yang
diakibatkan dari ketidakseimbangan
kalsium dan fosfor
g. Pembesaran jantung diakibatkan dari
kelebihan beban cairan kronis
h. Perikarditis, demensia, gangguan GI,
dan neuropati
perifer
karena
kelebihan akumulasi produk sisa
nitrogen
Beri
penguatan
kebutuhan
untuk
melanjutkan terapi untuk meminimalkan
komplikasi ini
Yakinkan bahwa pasien atau orang
terdekat mempunyai hal tertulis mengenai
:

Kepatuhan ditingkatkan bila pasien
memahami efek-efek tindakan yang
diprogramkan untuk kondisi mereka

Instruksi verbal dapat dengan mudah
dilupakan
a.

Perjanjian untuk instruksi perawatan
lanjut untuk perawatan diri di rumah
b. Petunjuk dan nomor telepon pusat
dialisa yang memberikan terapi
pemeliharaan
Berikan instruksi tertulis tentang semua
rancangan pengobatan untuk digunakan
di rumah, termasuk nama, dosis, jadwal,
tujuan dan efek samping yang dapat
dilaporkan

Untuk
memastikan
pemberian pengobatan

keamanan

3. Pelaksanaan
Implementasi atau pelaksanaan merupakan perwujudan dari rencana
yang sudah dibuat sendiri dengan masing-masing diagnosa keperawatan,
yang sesuai dengan sarana dan prasarana yang ada. Perawat menerapkan
keterampilan,

sikap,

dan

pengetahuannya

sesuai

dengan

ilmu

pengetahuan. Pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan masalah yang
muncul,

dapat

bersifat

dependen

maupun

kolaboratif.

Adapun

pelaksanaan harus memperhatikan :
a. Sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan.
b. Sesuai dengan prioritas tindakan.
c. Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah baik dan benar serta
dengan menggunakan kata kerja.
d. Mencantumkan paraf/nama jelas dan waktu pelaksanaan tindakan.
4. Evaluasi
Tahap Evaluasi atau tahap penilaian adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. (Effendi, 1995 : 40)
Evaluasi dikategorikan sebagai formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif terjadi secara periodik selama pemberian perawatan; sedangkan
evaluasi sumatif terjadi pada akhir aktivitas, seperti : di akhir
penerimaan, pemulangan atau pemindahan ke tempat lain, atau di akhir
kerangka waktu tertentu, seperti di akhir sesi penyuluhan.

More Related Content

What's hot

Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
pjj_kemenkes
 
Sistem transportasi
Sistem transportasiSistem transportasi
Sistem transportasi
siska delvia
 
BIOFISIKA: Sistem Endomembran dan Transportasi Antar Membran
BIOFISIKA: Sistem Endomembran dan Transportasi Antar MembranBIOFISIKA: Sistem Endomembran dan Transportasi Antar Membran
BIOFISIKA: Sistem Endomembran dan Transportasi Antar Membran
Luh Putu Arishanti W. A.Md.AK.,S.Si
 
Askep cairan& elektrolit (autosaved) AKPER PEMKAB MUNA
Askep cairan& elektrolit (autosaved) AKPER PEMKAB MUNAAskep cairan& elektrolit (autosaved) AKPER PEMKAB MUNA
Askep cairan& elektrolit (autosaved) AKPER PEMKAB MUNAOperator Warnet Vast Raha
 
Kasus 1 bengkak
Kasus 1 bengkakKasus 1 bengkak
Kasus 1 bengkak
frangky hilala
 
(1) Keseimbangan cairan dan elektrolit
(1) Keseimbangan cairan dan elektrolit(1) Keseimbangan cairan dan elektrolit
(1) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Moh. Wildan
 
Diagnosis fungsi ginjal
Diagnosis fungsi ginjalDiagnosis fungsi ginjal
Diagnosis fungsi ginjal
Novia Nurfadilah
 
Buku Sistem Ekskresi
Buku Sistem EkskresiBuku Sistem Ekskresi
Buku Sistem Ekskresi
Zayyin Nihayah
 
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanikMakalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
Delina Damanik
 
Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan
Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan
Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan
towikusuma
 
Makalah cairan tubuh
Makalah cairan tubuhMakalah cairan tubuh
Makalah cairan tubuh
dwimank
 
86960608 referat-sirosis-hepatis
86960608 referat-sirosis-hepatis86960608 referat-sirosis-hepatis
86960608 referat-sirosis-hepatis
amiracatri
 
Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit
Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolitMakalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit
Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolitFaishal Dany
 
Sistem ekskresi-pada-manusia
Sistem ekskresi-pada-manusiaSistem ekskresi-pada-manusia
Sistem ekskresi-pada-manusia
Wirna YW
 
Homeostatis (Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia)
Homeostatis (Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia)Homeostatis (Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia)
Homeostatis (Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia)
School
 
Pendahuluan biokimia
Pendahuluan biokimiaPendahuluan biokimia
Pendahuluan biokimia
Hamidah Indrihapsari
 
Sirkulasi Darah, Cairan dan Asam Basa dalam Tubuh
Sirkulasi Darah, Cairan dan Asam Basa dalam TubuhSirkulasi Darah, Cairan dan Asam Basa dalam Tubuh
Sirkulasi Darah, Cairan dan Asam Basa dalam Tubuh
Khoirul Ummah
 

What's hot (20)

Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
 
Sistem transportasi
Sistem transportasiSistem transportasi
Sistem transportasi
 
BIOFISIKA: Sistem Endomembran dan Transportasi Antar Membran
BIOFISIKA: Sistem Endomembran dan Transportasi Antar MembranBIOFISIKA: Sistem Endomembran dan Transportasi Antar Membran
BIOFISIKA: Sistem Endomembran dan Transportasi Antar Membran
 
Askep cairan& elektrolit AKPER PEMKAB MUNA
Askep cairan& elektrolit AKPER PEMKAB MUNAAskep cairan& elektrolit AKPER PEMKAB MUNA
Askep cairan& elektrolit AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep cairan& elektrolit (autosaved) AKPER PEMKAB MUNA
Askep cairan& elektrolit (autosaved) AKPER PEMKAB MUNAAskep cairan& elektrolit (autosaved) AKPER PEMKAB MUNA
Askep cairan& elektrolit (autosaved) AKPER PEMKAB MUNA
 
Kasus 1 bengkak
Kasus 1 bengkakKasus 1 bengkak
Kasus 1 bengkak
 
(1) Keseimbangan cairan dan elektrolit
(1) Keseimbangan cairan dan elektrolit(1) Keseimbangan cairan dan elektrolit
(1) Keseimbangan cairan dan elektrolit
 
Diagnosis fungsi ginjal
Diagnosis fungsi ginjalDiagnosis fungsi ginjal
Diagnosis fungsi ginjal
 
Buku Sistem Ekskresi
Buku Sistem EkskresiBuku Sistem Ekskresi
Buku Sistem Ekskresi
 
Anatomi ginjal
Anatomi ginjalAnatomi ginjal
Anatomi ginjal
 
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanikMakalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
 
Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan
Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan
Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan
 
Makalah cairan tubuh
Makalah cairan tubuhMakalah cairan tubuh
Makalah cairan tubuh
 
86960608 referat-sirosis-hepatis
86960608 referat-sirosis-hepatis86960608 referat-sirosis-hepatis
86960608 referat-sirosis-hepatis
 
Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit
Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolitMakalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit
Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit
 
Sistem ekskresi-pada-manusia
Sistem ekskresi-pada-manusiaSistem ekskresi-pada-manusia
Sistem ekskresi-pada-manusia
 
Homeostatis (Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia)
Homeostatis (Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia)Homeostatis (Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia)
Homeostatis (Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia)
 
Pendahuluan biokimia
Pendahuluan biokimiaPendahuluan biokimia
Pendahuluan biokimia
 
Sirkulasi Darah, Cairan dan Asam Basa dalam Tubuh
Sirkulasi Darah, Cairan dan Asam Basa dalam TubuhSirkulasi Darah, Cairan dan Asam Basa dalam Tubuh
Sirkulasi Darah, Cairan dan Asam Basa dalam Tubuh
 
Bab2
Bab2Bab2
Bab2
 

Similar to Bab ii crf AKPER PEMKAB MUNA

Kb 5(1)
Kb 5(1)Kb 5(1)
Kb 5(1)
pjj_kemenkes
 
6. bab ii sindom nefrotik
6. bab ii sindom nefrotik6. bab ii sindom nefrotik
6. bab ii sindom nefrotikVeri Endaryeni
 
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
pjj_kemenkes
 
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
pjj_kemenkes
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
PENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docx
PENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docxPENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docx
PENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docx
seuramoefoto
 
Rangkuman tugas
Rangkuman tugasRangkuman tugas
Ginjal.pptx
Ginjal.pptxGinjal.pptx
Ginjal.pptx
NanangCahyana1
 
dokumen.tips_gagal-ginjal-ppt-dikompresi.pdf
dokumen.tips_gagal-ginjal-ppt-dikompresi.pdfdokumen.tips_gagal-ginjal-ppt-dikompresi.pdf
dokumen.tips_gagal-ginjal-ppt-dikompresi.pdf
EghaSatriwi
 
Sistemperkemihan (1)
Sistemperkemihan (1)Sistemperkemihan (1)
Sistemperkemihan (1)Erlyien Naiya
 
Sistem eksresi pada ginjal
Sistem eksresi pada ginjalSistem eksresi pada ginjal
Sistem eksresi pada ginjal
Erreina Saifa
 
Fisiologi Ginjal dan saluran kemih.pptx
Fisiologi Ginjal dan saluran kemih.pptxFisiologi Ginjal dan saluran kemih.pptx
Fisiologi Ginjal dan saluran kemih.pptx
SusanFitriaCandradew
 
Anfis perkemihan
Anfis perkemihanAnfis perkemihan
Anfis perkemihan
Ranni Umma Auliia
 
3. anfis-perkemihan
3. anfis-perkemihan3. anfis-perkemihan
3. anfis-perkemihan
Rima Sudrajat
 
anatomi sistema urinaria
anatomi sistema urinariaanatomi sistema urinaria
anatomi sistema urinaria
Hambali Aglistya Putra
 
Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi alviPemenuhan kebutuhan eliminasi alvi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi
Operator Warnet Vast Raha
 
POWER POINT SISTEM EKSKRESI MANUSIA
POWER POINT SISTEM EKSKRESI MANUSIA POWER POINT SISTEM EKSKRESI MANUSIA
POWER POINT SISTEM EKSKRESI MANUSIA
Edi Sutiono Mutiara
 

Similar to Bab ii crf AKPER PEMKAB MUNA (20)

Kb 5(1)
Kb 5(1)Kb 5(1)
Kb 5(1)
 
6. bab ii sindom nefrotik
6. bab ii sindom nefrotik6. bab ii sindom nefrotik
6. bab ii sindom nefrotik
 
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
 
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
PENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docx
PENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docxPENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docx
PENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docx
 
Rangkuman tugas
Rangkuman tugasRangkuman tugas
Rangkuman tugas
 
Ginjal.pptx
Ginjal.pptxGinjal.pptx
Ginjal.pptx
 
dokumen.tips_gagal-ginjal-ppt-dikompresi.pdf
dokumen.tips_gagal-ginjal-ppt-dikompresi.pdfdokumen.tips_gagal-ginjal-ppt-dikompresi.pdf
dokumen.tips_gagal-ginjal-ppt-dikompresi.pdf
 
Sistemperkemihan (1)
Sistemperkemihan (1)Sistemperkemihan (1)
Sistemperkemihan (1)
 
Sistem+kemih
Sistem+kemihSistem+kemih
Sistem+kemih
 
Anfis perkemihan
Anfis perkemihanAnfis perkemihan
Anfis perkemihan
 
Sistem eksresi pada ginjal
Sistem eksresi pada ginjalSistem eksresi pada ginjal
Sistem eksresi pada ginjal
 
Fisiologi Ginjal dan saluran kemih.pptx
Fisiologi Ginjal dan saluran kemih.pptxFisiologi Ginjal dan saluran kemih.pptx
Fisiologi Ginjal dan saluran kemih.pptx
 
Anfis perkemihan
Anfis perkemihanAnfis perkemihan
Anfis perkemihan
 
3. anfis-perkemihan
3. anfis-perkemihan3. anfis-perkemihan
3. anfis-perkemihan
 
anatomi sistema urinaria
anatomi sistema urinariaanatomi sistema urinaria
anatomi sistema urinaria
 
Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi alviPemenuhan kebutuhan eliminasi alvi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi
 
Ginjal
GinjalGinjal
Ginjal
 
POWER POINT SISTEM EKSKRESI MANUSIA
POWER POINT SISTEM EKSKRESI MANUSIA POWER POINT SISTEM EKSKRESI MANUSIA
POWER POINT SISTEM EKSKRESI MANUSIA
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Operator Warnet Vast Raha
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
Operator Warnet Vast Raha
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
Operator Warnet Vast Raha
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
Operator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Bab ii crf AKPER PEMKAB MUNA

  • 1. BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Gagal Ginjal Kronik 1. Pengertian Gagal ginjal kronik menurut Brunner & Suddarth, alih bahasa Kuncara, Y., dkk (2002 : 1448) mendefinisikan “gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)”. Menurut Suyono, S.,dkk (2001 : 427), adalah “ Suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup lanjut “. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronik merupakan kondisi yang permanen yang disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel dimana ginjal gagal untuk membuang sampah metabolik (ureum dan sampah nitrogen lain) serta gagal untuk mempertahakan keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakhir dengan kerusakan yang menyebabkan terjadinya uremia. 2. Anatomi Fisiologi Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Dalam makalah ini penyusun akan banyak mengungkap mengenai organ ginjal. a. Anatomi ginjal 1) Makroskopis Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium, didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar (transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas
  • 2. mayor). Ginjal pada orang dewasa penjangnya sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh atau ginjal beratnya antara 120-150 gram. Bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang daripada ginjal wanita. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang berbeda yaitu korteks dan medulla. Medulla terbagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid. Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul (Price, S.,dkk, alih bahasa Anugrah, P,1995 ; Syaifuddin, 1995). 2) Mikroskopis Tiap tubulus ginjal dan glumerulusnya membentuk satu kesatuan (nefron). Nefron adalah unit fungsional ginjal. Dalam setiap ginjal terdapat sekitar satu juta nefron. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman, tumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri keduktus pengumpul. (Price,S.,dkk,alih bahasa Anugrah,P.,1995 : 773) b. Vaskularisasi ginjal Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena kava inferior yang terletak disebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis masuk kedalam hilus, arteri tersebut bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata kemudian
  • 3. membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam korteks. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola aferen pada glomerulus (Price, S., et all, alih bahasa Anugrah,P.,1995; Syaifuddin.,1995) Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang kemudian bercabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan disebut kapiler peritubular. Dartah yang mengalir melalui sistem portal ini akan dialirkan kedalam jalinan vena selanjutnya menuju vena interlobularis, vena arkuarta, vena interlobaris, dan vena renalis untuk akhirnya mencapai vena cava inferior. Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu volume yang sama dengan 20-25% curah jantung (5000 ml/menit) lebih dari 90% darah yang masuk keginjal berada pada korteks sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran darah ginjal adalah otoregulasi aliran darah melalui ginjal arteiol afferen mempunyai kapasitas intrinsik yang dapat merubah resistensinya sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah arteri dengan demikian mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus tetap konstan ( Price,S.,et all, alih bahasa Anugrah,P.,1995;Syaifuddin.,1995). c. Persarafan pada ginjal Menurut Price,S.,et all, alih bahasa Anugrah,P.,1995 : 773, “Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk kedalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk keginjal”. d. Fisiologi ginjal Menurut Syaifuddin, 1995 : 108, “ Fungsi ginjal yaitu mengeluarkan zat-zat toksik atau racun; mempertahankan keseimbangan cairan; mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh; mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh; mengeluarkan sisa
  • 4. metabolisme hasil akhir sari protein ureum, kreatinin dan amoniak”. Tiga tahap pembentukan urine : 1) Filtrasi glomerular Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti kapiler tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein plasma yang besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowman’s disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula bowman’s, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowman’s serta tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan koloid diatas namun juga oleh permeabilitas dinding kapiler. 2) Reabsorpsi Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit, elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah difiltrasi. 3) Sekresi Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh
  • 5. (misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen. Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang juga telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium kedalam cairan tubular “perjalanannya kembali” jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya. Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium). Pengetahuan tentang pertukaran kation dalam tubulus distalis ini membantu kita memahami beberapa hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat mengerti mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia atau mengapa pada awalnya dapat terjadi penurunan kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi secara theurapeutik. 3. Etiologi Penyebab dari gagal ginjal kronis menurut Price, S., dkk, alih bahasa Anugrah, P,1995 ; Ignatavicius, D., dkk, 1995 adalah sebagai berikut : a. Infeksi 1) Pyelonefritis kronis 2) Tuberkulosis b. Penyakit peradangan Glomerulonefritis c. Penyakit vaskular hipertensif 1) Nefrosklerosis benigna 2) Nefrosklerosis maligna
  • 6. 3) Stenosis arteria renalis d. Gangguan jaringan penyambung 1) Lupus eritematosus sistemik 2) Poliarteritis nodosa 3) Sklerosis sistemik progresif e. Gangguan kongenital dan herediter 1) Penyakit ginjal polikistik 2) Asidosis tubulus ginjal f. Penyakit metabolik 1) Diabetes melitus 2) Gout 3) Hiperparatiroidisme 4) Amiloidosis g. Nefropati toksik 1) Penyalahgunaan analgesik 2) Nefropati timbal h. Nefropati obstruktif 1) Saluran kemih bagian atas a) Kalkuli b) Neoplasma c) Fibrosis retroperitoneal 2) Saluran kemih bagian bawah a) Hipertrofi prostat b) Striktur uretra c) Anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra. 4. Patofisiologi Gagal ginjal kronis merupakan penyakit renal tahap akhir (ESRD) yang merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) Ini dapat
  • 7. disebabkan oleh penyakit sistemik seperti diabetes melitus, glomerulonefritis kronis; pielonefritis; hipertensi yang tidak dapat dikontrol; obstruksi traktus urinarius. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat. Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah gomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal. Penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurunnya filtrasi gomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin akan menurun dan kadar kreatinin serum akan meningkat. Selain itu kadar urea darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indikator yan paling sensitif dari fungsi renal karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan medikasi seperti steroid. Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal,respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi. Hipertensi dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin-angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron sehingga terjadi retensi cairan dan natrium. Terjadi asidosis metabolik seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresiakn muatan asam ( H + ) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal untuk menyekresi amonia (NH 3 -) dan mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO 3 -). Anemia dapat terjadi akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan
  • 8. kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uemik terutama saluran gastrointestinal. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat dapat terjadi karena menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium. Namun demikian pada gagal ginjal, tubuh tidak berespons secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan akibatnya kalsium di tualng menurun, menyebaban perubahan pada tulang dan penyakit tulang. Selain itu, metabolit aktif vitamin D (1,25dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat ginjal menurun seiring dengan berkembangnya gagal ginjal. Gagal Ginjal Fungsi renal Gangguan fungsi menurun ginjal Peningkatan GFR menurun Vasokontriksi Menurunnya Sekresi Renin pembuluh darah produksi Angiotensin I dan eritopoetin II Ginjal tidak Terjadi retensi Tekanan darah Hemoglobin mampu Aldosteron meningkat menurun mengeluarkan sisa metabolik
  • 9. Adanya retensi Na Peningkatan Oksigen tidak dan H2O volume darah diikat dengan adekuat Transudasi cairan Transportasi O2 ke intertisial dalam darah menurun Edema Anemia Meningkatnya Iritasi membran ureum mukosa lambung Penumpukan Merangsang kristal di kulit sekresi asam lambung HCl meningkat Pruritus Mual 5. Dampak-dampak Terhadap Sistem Tubuh Lain 1) Gangguan pada sistem gastrointestinal
  • 10. a) Anoreksia, nausea dan vomitus, yang berhubungan dengan gangguan metabolisme protein didalam usus, terbentuknya zat-zat toksik akibat metabolisme bakteri usus seperti amonia. b) Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur diubah oleh bakteri di mulut menjadi amonia sehingga nafas berbau amonia 2) Kulit a) Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat urokkkrom. Gatal-gatal dengan ekskoriasi akibat toksin uremik dan pengendapan kalsium di pori-pori kulit. b) Ekimosis akibat gangguan hematologis c) Bekas-bekas garukan akibat gatal 3) Sistem hematologi a) Anemia, dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : (1) Berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga rangsangan eritropoesis pada sumsum tulang menurun (2) Hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik (3) Defisiensi besi, asam folat, dan lain-lain, akibat nafsu makan yang berkurang. (4) Perdarahan, paling sering pada saluran cerna dan kulit (5) Fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroidisme sekunder. b) Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia Gangguan ini mengakibatkan perdarahan yang disebabkan oleh agregasi dan adhesi trombosit yang berkurang serta menurunnya faktor trombosit III dan ADP. c) Gangguan fungsi leukosit.
  • 11. Gangguan ini mengakibatkan fagositosis dan kemotaksis berkurang, fungsi limfosit menurun sehingga imunitas tubuh menurun. 4) Sistem saraf dan otot a) Restless Leg Syndrom Pasien merasa pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan b) Burning Feet Syndrom Rasa kesemutan dan seperti terbakar, terutama ditelapak kaki. c) Ensefalopati Metabolik Lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi, tremor, asteriksis, mioklonus, kejang. d) Miopati Kelemahan dan hipertrofi otot-otot terutama otot-otot ekstremitas proksimal. 5) Sistem kardiovaskuler a) Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron. b) Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditism efusi perikaardial, penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan cairan dan hipertensi. c) Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis dini, gangguan elektrolit dan klasifikasi metastasik d) Edema akibat penimbunan cairan. 6) Sistem endokrin a) Gangguan seksual : libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki akibat produksi testosteron dan spermatogenesis yang menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolik tertentu (seng, hormon paratiroid). Pada wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampai amenorea b) Gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
  • 12. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin <15 ml/menit), terjadi penurunan klirens metabolik insulin menyebabkan waktu paruh hormon aktif memanjang. Keadaan ini dapat menyebabkan kebutuhan obat penurunan glukosa darah akan berkurang. c) Gangguan metabolisme lemak d) Gangguan metabolisme vitamin D 7) Gangguan sistem lain a) Tulang : osteodistrofi renal, yaitu osteomalasia, osteitis fibrosa, osteosklerosis, dan klasifikasi metastatik. b) Asidosis metabolik akibat penimbunan asam organik sebagai hasil metabolisme c) Elektrolit : hiperfosfatemia, hiperkalemia, hipokalsemia Karena pada gagal ginjal kronik telah terjadi gangguan keseimbangan homeostatik pada seluruh tubuh, gangguan plada suatu sistem akan berpengaruh pada sistem lain, sehingga suatu ganggaun metabolik dapat menimbulkan kelainan pada berbagai sistem/organ tubuh. 6. Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin. Seluruh faktor yang berperan pada gagal ginjal tahap akhir dan faktor yang dapat dipulihkan diidentifikasi Dalam penatalaksanaan dan ditangani. dapat dikelompokan menjadi (1) penatalaksanaan konservatif yang terdiri dari pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan, serta pencegahan dan pengobatan komplikasi, (2) dialisis dan transplantasi ginjal a. Penatalaksanaan konservatif 1) Pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan. Pengaturan diet penting sekali pada pengobatan gagal ginjal kronik. Pembatasan protein tidak hanya mengurangi kadar
  • 13. BUN dan mungkin juga hasil metabolisme protein toksik yang belum diketahui, tetapi juga mengurangi asupan kalium dan posfat, serta mengurangi ion hidrogen yang berasal dari protein. Yang lebih penting lagi, dalam penelitian yang barubaru ini dilakukan, telah dibuktikan bahwa hemodinamik intrarenal yang abnormal dapat memperberat gagal ginjal kronik pada bebrapa penyakit ginjal. Pembatasan asupan protein telah terbukti menormalkan kembali kalainan ini dan memperlambat terjadinya gagal ginjal (Price Sylvia A,Alih bahasa Peter Anugerah,1995 : 863) Pendekatan lain terhadap pembatasan protein adalah dengan diet yang mengandung 0,25 gram protein yang tidak dibatasi kualitasnya per kilogram berat badan per hari, ditambah dengan asam amino esensial. Pendekatan ini lebih memungkinkan variasi dalam diet, sehingga lebih mudah diterima oleh penderita tertentu. Tambahan karbohidrat dapat diberikan juga untuk memecah protein tubuh, diet seperti ini harus diberi tambahan vitamin B compleks, pridoksin dan asam aksorbat. Jumlah natrium yang dianjurkan adalah 40-90 mEq/hari (1-2 gram natrium), tetapi asupan natrium maksimum harus ditentukan secara tersendiri untuk tiap penderita agar hidrasi yang baik dapat dipertahankan (Price Sylvia A, Alih bahasa Peter Anugerah, 1995 : 863) 2) Pencegahan dan pengobatan komplikasi Komplikasi potensial gagal ginjal kronik yang memerlukan pendekatan jika kolaboratif dalam perawatan mencakup : (1) hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, metabolisme, dan masukan diet berlebih, (2) perikarditis, effusi perikardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat, (3) hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-angiotensin-aldosteron, (4) anemia akibat
  • 14. penurunan eritopoetin, penurunan rentang usia sel darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin, dan kehilangan darah selama hemodialisis, dan (5) penyakit tulang dan kalsifikasi metastasik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum rendah, metabolisme vitamin dengan abnormal dan peningkatan kadar aluminium. a) Hiperkalemia Biasanya dicegah dengan penanganan dialisis yang adekuat disertai pengambilan kalium dan pemantauan yang cermat terhadap kandungan kalium pada seluruh medikasi oral maupun intravena. Pasien diharuskan diet rendah kalium (Brunner & Suddarth, alih bahasa Kuncara, Yang,dkk,2002 :1450) b) Hipertensi Biasanya hipertensi dapat dikontrol secara efektif dengan pembatasan natrium dan cairan, serta melalui ultrafiltrasi bila penderita menjalani hemodialisis. Hipertensi juga dapat ditangani juga dengan berbagai medikasi antihipertensi kontrol volume intravaskuler. Gagal jantung kongestif dan edema pulmoner juga memerlukan penanganan pembatasan cairan, diet rendah natrium, diuretik, agen inotropik, seperti digitalis atau dobutamine, dan dialisis. c) Asidosis Asidosis metabolik pada gagal ginjal kronik biasanya tanpa gejala dan tidak memerlukan penanganan; namun demikian, suplemen natrium karbonat atau dialis mungkin diperlukan untuk mengoreksi asidosis jika kondisi ini menimbulkan gejala. Bentuk pengobatan yang paling logis adalah dialisis. d) Anemia
  • 15. Oleh karena penyebab utama pada gagal ginjal kronik tampaknya berupa penurun sekresi eritopoetin oleh ginjal yang sakit, maka pengobatan yang ideal adalah penggantian hormon ini. Selain ini juga dilakukan pengobatan untuk memperkecil anemia kehilangan uremik darah, adalah pemberian dengan vitamin, androgen, dan transfusi darah iatrigenik dapat dikurangi dengan mengambil sedikit darah untuk tes laboratorium dan mengurangi sisa darah yang tertinggal pada hemodialisis. Biasanya multivitamin dan asam folat diberikan setiap hari oleh karena vitamin yang larut dalam air habis selama proses dialisis. Besi peroral atau kompleks berisi dapat diberikan parenteral, oleh karena dapat terjadi kekurangan besi akibat kehilangan darah dan besi yang berikatan dengan antasid. Transfusi darah dapat diberikan pada pasien dialisis baik untuk alasan pengobatan maupun persiapan sebelum transplantasi. Anemia pada GGK dapat ditangani dengan epogen (eritropoetin manusia rekombinan). Terapi epogen diberikan untuk memperoleh nilai hematokrit sebesar 3338% yang biasanya memulihkan gejala anemia. Pasien dengan GGK yang meningkat dirujuk ke pusat dialisis dan transplantasi sedini mungkin sejak penyakit renal mulai berkembang. Dialisis biasanya dimulai ketika pasien tidak mampu mempertahankan gaya hidup normal dengan penanganan konservatif. e) Abnormalitas neurologi Pasien dilindungi dari cedera dengan menempatkan pembatas tempat tidur. Awitan kejang dicatat dalam hal tipe, durasi dan efek umum terhadap pasien. Diazepam intravena atau penitoin diberikan untuk mengendalikan kejang.
  • 16. f) Osteodistrofi ginjal Salah satu tindakan terpenting untuk mencegah timbulnya hiperparatiroidisme sekunder dan segala akibatnya adalah diet rendah posfat dengan pemberian gel yang dapat mengikat posfat dalam usus. Diet rendah protein biasanya mengandung rendah posfat. Obat yang sering digunakan sebagai pengikat posfat adalah gel antasida aluminium (amphojel dan basojel). Diberikan dalam bentuk tablet atau cairan. Antasid yang mengandung magnesium jangan diberikan. Jika gangguan pada rangka demikian hebatnya akibat kekurangan atau kendati pun telah dilakukan tindakan pencegahan dengan gel antasida, maka pemberian viltamin D atau paratiroidektomi subtotal dapat menjadi indikasi. Demineralisasi tulang yang berat, hiplerkalsemia atau pruritus yang sulit diatasi merupakan indikasi paratiroidektomi. Bila lesi yang menyolok adalah osteomalasia, maka ahli nefrologi akan mulai menjalankan terapi vitamin D dengan hati-hati. Pengobatan ini dapat membahayakan, bukan saja absorpsi kalsium akan semakin meningkat tetapi juga dapat mengakibatkan kalsifikasi progresif jaringan lunak apabila resorpsi tulang dan hiperposfatemia ditanggulangi. Metode terus lain berlangsung yang digunakan tanpa untuk mencegah osteodistrofi ginjal antara lain meningkatkan asupan kalsium 1,2-1,5 gram per hari dalam diet atau dengan kalsium tambahan (hanya setelah kadar posfat serum diturunkan sampai keadaan normal) dan mempertahankan konsentrasi kalsium dalam dialisat antara 6,5-7,0 mEq/L. b. Dialisis dan transplantasi ginjal
  • 17. Dialisis dan transplantasi ginjal dilakukan pada gagal ginjal stadium akhir. Dialisis digunakan untuk mempertahankan penderita dalam keadaan klinis yang optimal sampai tersedia donor ginjal. Dialisis ini dilakukan dengan mengalirkan darah kedalam suatu tabung ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari 2 kompartemen yang terpisah. Darah pasien dipompa dan dialirkan ke kompartemen darah yang dibatasi oleh selaput semi permiabel buatan dengan dekompartemen dialisat. Kompartemen dialisat dialiri cairan dialisis yang bebas pirogen, berisi larutan dengan komposisi elektrolit mirip serum normal dan tidak mengandung sisa metabolisme nitrogen. Cairan dialisis dan darah yang terpisah akan mengalami perubahan konsentrasi karena zat terlarut berplindah dari konsentrasi tertinggi ke arah konsentrasi yang rendah sampai kompartemen konsentrasi zat terlarut sama di kedua (difusi). Transplantasi ginjal merupakan pilihan terakhir bagi penderita gagal ginjal kronis. Transplantasi ini menanamkan ginjal dari donor hidup atau kadave manusia ke resepien yang mengalami gagal ginjal tahap akhir. Ginjal transplan dari donor hidup yang sesuai dan cocok bagi pasien akan lebih baik daripada transplan dari donor kadaver. Nefrektomi terhadap ginjal asli pasien dilakukan untuk transplantasi. Ginjal transplan diletakan di fosa iliaka anterior sampai krista iliaka. Ureter dari ginjal transplan ditanamkan ke kandung kemih atau di anastomosiskan ke ureter resipien. B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan : Gagal Ginjal Kronis
  • 18. Menurut Wolf dan Weltzel, proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan, dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan, dan dinamis. (Effendi, Nasrul. 1995 : 2) Proses keperawatan tersebut dalam pelaksanaannya harus berkesinambungan, karena proses keperawatan ini meliputi beberapa tahap yaitu : 1. Pengkajian a. Pengumpulan Data 1) Data Biografi Perlu dikaji umur, jenis kelamin, dan pekerjaan 2) Riwayat Kesehatan a) Riwayat Kesehatan Sekarang Klien dengan CRF biasanya datang dengan keluhan nyeri pada pinggang, buang air kecil sedikit, bengkak/edema pada ekstremitas, perut kembung, sesak. b) Riwayat Kesehatan Dahulu Perlu dikaji riwayat pada perkemihan, riwayat penyakit ginjal sebelumnya, riwayat menggunakan obat-obatan nefrotoksik, kebiasaan diet, nutrisi, riwayat tidak dapat kencing, penggunaan hormon. c) Riwayat Kesehatan Keluarga Perlu dikaji riwayat kesehatan keluarga yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit CRF seperti hipertensi, diabetes mellitus, sistemik lupus eritematosa, arthritis dan kanker. 3) Pola Aktivitas Sehari-hari Pada klien CRF pola aktivitas sehari-hari meliputi pola makan sebelum sakit yang sering dikonsumsi oleh klien yang merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya CRF seperti makanan
  • 19. yang tinggi natrium, kalium, kalsium sedangkan pola makan selama sakit biasanya mengalami penurunan frekuensi dan porsi karena klien mengalami mual. Pada klien dengan CRF harus dikaji kebiasaan minum yang kurang dari kebutuhannya dan yang dapat memperberat penyakitnya seperti kopi, teh dan alkohol, selama sakit biasanya intake dibatasi sesuai output. Eliminasi BAK biasanya ditemukan BAK yang sedikit sampai ditemukan oliguri sedangkan BAB biasanya tidak ada perubahan kecuali pada klien dengan penurunan aktivitas. Sebelum sakit biasanya kebutuhan personal hygiene klien tidak ada perubahan sedangkan selama sakit personal hygiene klien menjadi terganggu karena adanya kelemahan. 4) Pemeriksaan Fisik a) Sistem Pernafasan Pada klien dengan CRF ditemukan adanya tachipnoe, pernafasan kusmaul, uremic, halitosis, edema paru dan efusi pleura. b) Sistem Kardiovaskuler Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan adanya hipertensi, gagal jantung kongestif, edema pulmoner, perikarditis. c) Sistem Pencernaan Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan adanya anoreksia, nausea, vomiting, cegukan, rasa metalik tak sedap pada mulut, ulserasi gusi, perdarahan gusi/tidak, nyeri ulu hati, distensi abdomen, konstipasi. d) Sistem Genotiurinaria Pada klien dengan CRF awal ditemukan adanya poliuri dan nokturi, selanjutnya berkembang menjado oliguri dan anuri, terdapat proteinuria, hematuria, perubahan warna urine (kuning pekat, merah, cokelat). e) Sistem Muskuloskeletal
  • 20. Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan kelemahan otot, kejang otot, nyeri pada tulang dan fraktur patologis. f) Sistem Integumen Penurunan turgor kulit, hiperpigmentasi, pruritis, echimosis, pucat. g) Sistem Persyarafan Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan letargi, insomnia, nyeri kepala, tremor, koma. 5) Data Psikososial Klien dengan CRF biasanya ditemukan adanya rasa takut, marah, cemas, perasaan bersalah dan kesedihan. Respon emosional pada klien CRF mungkin disebabkan karena perubahan body image takut akan terjadinya disfungsi seksual dan ketakutan akan kematian. 6) Data Spiritual Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan ketidakmampuan beribadah seperti biasa. 7) Data Penunjang a) Laboratorium (1) Urine (a) Volume biasanya oliguri dan anuri (b) Warna urine keruh, sedimen kotor atau kecokelatan (c) Berat jenis menurun (d) Osmolalitas menurun (e) Klirens kreatinin menurun (f) Natrium meningkat (g) Protein meningkat (2) Darah (a) Serum kreatinin meningkat (b) Blood urea nitrogen meningkat (c) Kadar kalium meningkat (d) Hematokrit menurun
  • 21. (e) Hemoglobin menurun (f) Natrium, kalsium menurun (g) Magnesium/posfat meningkat (h) Protein (khususnya albumin menurun) (i) pH menurun b) Pyelogram Retrograd menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter. c) Arteriogram mengidentifikasi adanya massa d) Ultrasonoginjal menentukan ukuran ginjal, adanya massa, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas. e) EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa. b. Analisa Analisa data merupakan proses berfikir yang meliputi kegiatan pengelompokkan data dan menginterpretasikan kelompok data tersebut. Kemudian dibandingkan dengan standar normal sehingga dapat menentukan masalah. Dalam menganalisa data harus divalidasi kembali setelah itu dikelompokkan ke dalam data subjektif dan objektif, kemudian diidentifikasi pada masalah dan penyebab. c. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang jelas tentang masalah klien dan penyebabnya. Selain itu harus spesifik berfokus pada kebutuhan klien dengan mengutamakan prioritas dan diagnosa yang muncul harus dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Gangguan Sistem Perkemihan : Gagal Ginjal Kronis ( CRF ) menurut Marilynn E. Doenges, Barbara Engram, dan Brunner and Suddart adalah sebagai berikut : 1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium.
  • 22. 2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa mulut. 3) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan. 4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisa. 5) Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual. 6) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik; ketidakseimbangan elektrolit; akumulasi toksin (urea) 7) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam tubuh, edema/dehidrasi, penurunan aktivitas/mobilisasi 8) Risiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan, sistem pendukung tidak adekuat 2. Perencanaan Perencanaan adalah merupakan suatu proses kegiatan merencanakan asuhan keperawatan untuk membantu memenuhi kebutuhan kesehatan klien dan mengatasi masalah keperawatan. Pada perencanaan mengandung unsur promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan melibatkan klien dan keluarga. Selain itu dalam merencanakan suatu tindakan harus berorientasi pada tujuan dan sesuai dengan etiologi. Sesuai dengan diagnosa yang dirumuskan diatas, maka dapat dirumuskan pula tujuan dan intervensi keperawatan, yaitu : 1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium. Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan. Hasil yang diharapkan :
  • 23. - Menunjukkan perubahan-perubahan berat badan badan yang lambat - Mempertahankan pembatasan diet dan cairan - Menunjukkan turgor kulit normal tanpa edema - Menunjukkan tanda-tanda vita normal - Menunjukkan tidak adanya distensi vena leher - Melaporkan adanya kemudahan dalam bernafas atau tidak terjadi napas pendek - Melakukan hygiene oral dengan sering - Melaporkan penurunan rasa haus - Melaporkan berkurangnya kekeringan pada membran mukosa mulut Intervensi Keperawatan Rasional Kaji status cairan : a. Timbang berat badan harian b. Keseimbangan masukan dan keluaran c. Turgor kulit dan adanya edema d. Distensi vena leher e. Tekanan darah, denyut dan irama nadi Batasi masukan cairan Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi Identifikasi sumber potensial cairan : a. Medikasi dan cairan yang digunakan untuk pengobatan : oral dan intravena b. Makanan Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan Tingkatkan dan dorong hygiene oral dengan sering 2) Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, keluaran urin, dann respons terhadap terapi Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi Pemahaman meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan diet Kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan diet Hygiene oral mengurangi kekeringan membran mukosa mulut Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa mulut. Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
  • 24. Hasil yang diharapkan : - Mengkonsumsi protein yang mengandung nilai biologis tinggi - Memilih makanan yang menimbulkan nafsu makan dalam batasan diet - Mengkonsumsi makanan tinggi kalori dalam batasan diet - Mematuhi medikasi sesuai jadwal untuk mengatasi anoreksia dan tidak menimbulkan rasa kenyang - Menjelaskan dengan kata-kata sendiri rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan kadar kreatinin dan urea - Mengkonsulkan daftar makanan yang dapat diterima - Melaporkan peningkatan nafsu makan - Menunjukkan tidak adanya perlambatan atau penurunan berat badan yang cepat - Menunjukkan turgor kulit yang normal tanpa edema, kadar albumin plasma dapat diterima Intervensi Keperawatan Rasional Kaji status nutrisi : a. Perubahan berat badan b. Pengukuran antropometrik c. Nilai laboratorium (elektrolit serum, BUN, kreatinin, protein, transferin, dan kadar besi) Kaji pola diet nutrisi pasien : a. Riwayat diet b. Makanan kesukaan c. Hitung kalori Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi : a. Anoreksia, mual, muntah b. Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien c. Depresi d. Kurang memahami pembatasan diet e. Stomatitis Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi : telur, produk susu, daging Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi Anjurkan cairan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium di antara waktu makan Pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet Mendorong peningkatan masukan nutrisi Protein lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan penyembuhan Mengurangi makanan dari protein yang dibatasi dan menyediakan kalori untuk energi, membagi protein untuk
  • 25. Ubah jadwal medikasi sehingga medikasi ini tidak segera diberikan sebelum makan Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan penyakit ginjal dan peningkatan urea dan kadar kreatinin Sediakan daftar makanan yang dianjurkan secara tertulis dan anjurkan untuk memperbaiki rasa tanpa menggunakan natrium dan kalium Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan Timbang berat badan harian Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat : a. Pembentukkan edema b. Penyembuhan yang lambat c. Penurunan kadar albumin serum pertumbuhan dan penyembuhan jaringan Ingesti medikasi sebelum makan menyebabkan anoreksia dan rasa kenyang Meningkatkan pemahaman pasien tentang hubungan antara diet, urea, kadar kreatinin dengan penyakit ginjal Daftar yang dibuat menyediakan pendekatan positif terhadap pembatasan diet dan merupakan referensi untuk pasien dan keluarga yang dapat digunakan dirumah Faktor yang tidak menyenangkan yang berperan dalam menimbulkan anoreksia dihilangkan Untuk memantau status cairan dan nutrisi Masukan protein yang tidak adekuat dapat menyebabkan penurunan albumin dan protein lain, pembentukkan edema, dan perlambatan penyembuhan 3) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan. Tujuan : Meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang bersangkutan Hasil yang diharapkan : - Menyatakan hubungan antara penyebab ginjal dan konsekuensinya - Menjelaskan pembatasan cairan dan diet sehubungan dengan kegagalan regulasi ginjal - Menyatakan hubungan antara gagal ginjal dengan kebutuhan penanganan menggunakan kata-kata sendiri - Menanyakan tentang pilihan terapi, yang merupakan petunjuk kesiapan belajar - Menyatakan rencana untuk melanjutkan kehidupan normalnya sedapat mungkin - Menggunakan informasi dan instruksi tertulis untuk mengklarifikasi pertanyaan dan mencari informasi tambahan Intervensi Keperawatan Rasional Kaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal, konsekuensinya, dan penanganannya : Merupakan instruksi dasar untuk penjelasan dan penyuluhan lebih lanjut
  • 26. a. b. c. Penyebab gagal ginjal pasien Pengertian gagal ginjal Pemahaman mengenai fungsi ginjal d. Hubungan antara cairan, pembatasan diet dengan gagal ginjal e. Rasional penanganan (hemodialisa, dialisis peritonial, transplantasi) Berikan informasi tentang : a. Sifat gagal ginjal. Jamin pasien memahami bahwa gagal ginjal kronis adalah tak dapat pulih dan bahwa lama tindakan diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh normal b. Pemeriksaan diagnostik termasuk : Tujuan Deskripsi singkat Persiapan yang diperlukan sebelum tes Perawatan setelah tes Hasil tes dan kemaknaan hasil tes c. Tujuan terapi yang diprogramkan Jelaskan fungsi ginjal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai dengan tingkat pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami berbagai perubahan akibat penyakit dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya Sediakan informasi baik tertulis maupun secara oral dengan tepat tentang : a. Fungsi dan kegagalan ginjal b. Pembatasan cairan dan diet c. Medikasi d. Melaporkan masalah, tanda dan gejala e. Jadwal tindak lanjut f. Sumber di komunitas g. Pilihan terapi 4) Pasien sering tidak memahami bahwa dialisa akan diperlukan selamanya bila gagal ginjal tak dapat pulih. Memberi pasien informasi mendorong partisipasi dalam pengambilan keputusan dan membantu mengembangkan kepatuhan dan kemandirian maksimum Pasien dapat belajar tentang gagal ginjal dan penanganan setelah mereka siap untuk memahami dan menerima diagnosis dan konsekuensinya Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat penyakit Pasien memiliki informasi yang dapat digunakan untuk klarifikasi selanjutnya di rumah Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisa. Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi Hasil yang diharapkan : - Berpartisipasi dalam meningkatkan tingkat aktivitas dan latihan
  • 27. - Melaporkan peningkatan rasa sejahtera - Melakukan istirahat dan aktivitas secara bergantian - Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih Intervensi Keperawatan Kaji faktor yang menimbulkan keletihan : a. Anemia b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit c. Retensi produk sampah d. Depresi Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi; bantu jika keletihan terjadi Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat Anjurkan dialisis 5) Gangguan untuk beristirahat harga diri setelah Rasional Menyediakan informasi indikasi tingkat keletihan tentang Meningkatkan aktivitas ringan/sedang dan memperbaiki harga diri Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan istirahat yang adekuat Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialisis, yang bagi banyak pasien sangat melelahkan berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual. Tujuan : Memperbaiki konsep diri Hasil yang diharapkan : - Mengidentifikasi pola koping terdahulu yang efektif dan pada saat ini tidak mungkin lagi digunakan akibat penyakit dan penanganan (pemakaian alkohol dan obat-obatan; penggunaan tenaga yang berlebihan) - Pasien dan keluarga mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan dan reaksinya terhadap penyakit dan perubahan hidup yang diperlukan - Mencari konseling profesional, jika perlu, untuk menghadapi perubahan akibat gagal ginjal - Melaporkan kepuasan dengan metode ekspresi seksual Intervensi Keperawatan Rasional Kaji respons dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan penanganan Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga terdekat Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga Meyediakan data tentang masalah pada pasien dan keluarga dalam menghadapi perubahan dalam hidup Penguatan dan dukungan terhadap pasien diidentifikasi Pola koping yang telah efektif di masa laju mungkin potensial destruktif
  • 28. ketika memandang pembatasan yang ditetapkan akibat penyakit dan penanganan Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat penyakit dan penanganan : a. Perubahan peran b. Perubahan gaya hidup c. Perubahan dalam pekerjaan d. Perubahan seksual e. Ketergantungan pada tim tenaga kesehatan Gali cara alternatif untuk ekspresi seksual lain selain hubungan seksual Diskusikan peran memberi dan menerima cinta, kehangatan, dan kemesraan 6) Pasien dapat mengidentifikasi masalah dan langkah-langkah yang diperlukan untuk menghadapinya Bentuk alternatif ekspresi seksual dapat diterima Seksualitas mempunyai arti yang berbeda bagi tiap individu, tergantung pada tahap maturitasnya Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik; ketidakseimbangan elektrolit; akumulasi toksin (urea) Tujuan : Mempertahankan curah jantung Hasil yang diharapkan : - Tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal - Nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler Intervensi Keperawatan Rasional Auskultasi bunyi jantung dan paru. Evaluasi adanya edema perifer/kongesti vaskular dan keluhan dispnea S3S4 dengan tonus muffled, takikardia, frekuensi jantung tak teratur, takipnea, dispnea, gemerisik, mengi, dan edema/distensi vena jugular menunjukkan GGK Hipertensi bermakna dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron renin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal). Meskipun hipertensi umum, hipotensi ortostatik dapat terjadi sehubungan dengan defisit cairan, respons terhadap obat antihipertensi, atau tamponade perikardial uremik Hipertensi dan GGK dan menyebabkan MI, kurang lebih pasien GGK dengan dialisis mengalami perikarditis, potensial risiko efusi perikardial/tamponade Adanya hipotensi tiba-tiba, nadi paradoksik, penyempitan tekanan nadi, penurunan/tak adanya nadi perifer, Kaji adanya/derajat hipertensi : awasi TD; perhatikan perubahan postural, contoh duduk, berbaring, berdiri Kaji adanya nyeri dada, perhatikan lokasi, radiasi, beratnya (skala 0-10) dan apakah tidak menetap dengan inspirasi dalam posisi terlentang Evaluasi bunyi jantung (perhatikan friction rub), TD, nadi perifer, pengisian kapiler, kongesti vaskular, suhu, dan
  • 29. sensori/mental Kaji tingkat aktivitas, respons terhadap aktivitas 7) distensi jugular nyata, pucat, dan penyimpangan mental cepat menunjukkan tamponade, yang merupakan kedaruratan medik Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam tubuh, edema/dehidrasi, penurunan aktivitas/mobilisasi Hasil yang diharapkan : - Mempertahankan kulit utuh - Menunjukkan perilaku/teknik untuk mencegah kerusakan /cedera kulit Intervensi Keperawatan Rasional Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskular. Perhatikan kemerahan, ekskoriasi. Observasi terhadap ekimosis, purpura Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa Menandakan area sirkulasi buruk/kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukkan dekubitus/infeksi Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan pada tingkat seluler Jaringan edema lebih cenderung rusak/robek Menurunkan tekanan pada edema, jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan iskemia. Peninggian meningkatkan aliran balik statis vena terbatas/pembentukkan edema Soda kue, mandi dengan tepung menurunkan gatal dan mengurangi pengeringan daripada sabun. Lotion dan salep dapat digunakan untuk mengurangi pengeringan Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit Gatal dapat terjadi karena kulit adalah rute ekskresi untuk produk sisa, mis. Kristal fosfat (berkenaan dengan hiperparatiroidisme pada penyakit tahap akhir) Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera dermal Inspeksi area tergantung terhadap edema Ubah posisi dengan sering; gerakan pasien dengan perlahan : beri bantalan pada tonjolan tulang dengan kulit domba, pelindung siku/tumit Berikan perawatan kulit. Batasi penggunaan sabun. Berikan salep atau krim (mis. Lanolin, Aquaphor) Pertahankan linen kering, bebas keriput Selidiki keluhan gatal Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan (daripada garukan) spada area pruritus. Pertahankan kuku pendek; berikan sarung tangan selama tidur bila diperlukan Anjurkan menggunakan pakaian katun/longgar Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada
  • 30. kulit Menurunkan tekanan lama pada jaringan, yang dapat membatasi perfusi seluler yang menyebabkan iskemia/nekrosis Berikan matras busa/flotasi 8) Risiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan, sistem pendukung tidak adekuat Hasil yang diharapkan : - Mendemonstrasikan keinginan untuk mengikuti program terapeutik perawatan di rumah yang dianjurkan - Mengungkapkan pemahaman tentang instruksi pulang, mendemonstrasikan kemampuan untuk merawat sisi akses vaskuler Intervensi Keperawatan Rasional Tinjau kembali rasional untuk modifikasi diet yang diprogramkan pada rencana pulang : a. Pembatasan protein untuk mencegah katabolisme protein, menghindari kelebihan yang akan meningkatkan kadar urea b. Pembatasan natrium untuk mengurangi retensi cairan c. Pembatasan kalium (kerusakan ginjal tidak dapat membersihkan kalium) d. Bila oliguria, pembatasan cairan untuk mencegah edema e. Kalori tinggi untuk menjamin penggunaan protein untuk sintesis protein jaringan dan suplai energi Diskusikan efek jangka panjang dari ketidak patuhan terhadap obat-obatan dan diet : f. Peningkatan risiko terhadap fraktur karena penyakit tulang yang diakibatkan dari ketidakseimbangan kalsium dan fosfor g. Pembesaran jantung diakibatkan dari kelebihan beban cairan kronis h. Perikarditis, demensia, gangguan GI, dan neuropati perifer karena kelebihan akumulasi produk sisa nitrogen Beri penguatan kebutuhan untuk melanjutkan terapi untuk meminimalkan komplikasi ini Yakinkan bahwa pasien atau orang terdekat mempunyai hal tertulis mengenai : Kepatuhan ditingkatkan bila pasien memahami efek-efek tindakan yang diprogramkan untuk kondisi mereka Instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan
  • 31. a. Perjanjian untuk instruksi perawatan lanjut untuk perawatan diri di rumah b. Petunjuk dan nomor telepon pusat dialisa yang memberikan terapi pemeliharaan Berikan instruksi tertulis tentang semua rancangan pengobatan untuk digunakan di rumah, termasuk nama, dosis, jadwal, tujuan dan efek samping yang dapat dilaporkan Untuk memastikan pemberian pengobatan keamanan 3. Pelaksanaan Implementasi atau pelaksanaan merupakan perwujudan dari rencana yang sudah dibuat sendiri dengan masing-masing diagnosa keperawatan, yang sesuai dengan sarana dan prasarana yang ada. Perawat menerapkan keterampilan, sikap, dan pengetahuannya sesuai dengan ilmu pengetahuan. Pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan masalah yang muncul, dapat bersifat dependen maupun kolaboratif. Adapun pelaksanaan harus memperhatikan : a. Sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan. b. Sesuai dengan prioritas tindakan. c. Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah baik dan benar serta dengan menggunakan kata kerja. d. Mencantumkan paraf/nama jelas dan waktu pelaksanaan tindakan. 4. Evaluasi Tahap Evaluasi atau tahap penilaian adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. (Effendi, 1995 : 40) Evaluasi dikategorikan sebagai formatif dan sumatif. Evaluasi formatif terjadi secara periodik selama pemberian perawatan; sedangkan evaluasi sumatif terjadi pada akhir aktivitas, seperti : di akhir penerimaan, pemulangan atau pemindahan ke tempat lain, atau di akhir kerangka waktu tertentu, seperti di akhir sesi penyuluhan.