1. Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang masalah tingginya angka penderita ISPA khususnya pada balita di Desa Bejod, tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan sikapnya dalam merawat ISPA di rumah, serta manfaat penelitian bagi puskesmas dan masyarakat.
Proposal penelitian ini membahas hubungan sanitasi rumah secara fisik terhadap kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Oesapa tahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor lingkungan rumah seperti pencahayaan, ventilasi, kualitas udara, dan kepadatan hunian terhadap kejadian ISPA pada balita."
Pedoman ini memberikan panduan bagi tenaga kesehatan dalam melakukan pencegahan penularan HIV dan sifilis dari ibu ke anak melalui layanan kesehatan ibu dan anak yang terintegrasi. Pedoman ini mencakup informasi tentang HIV dan sifilis, kegiatan pencegahan seperti tes, konseling, pemberian obat, diagnosis dan rujukan, serta sistem pencatatan dan pelaporan. Harapannya pedoman ini dapat meningkatkan kualitas layanan pencegahan penularan HIV dan s
Program Skrining TB_Alfira(124)_Angsoka(125).pdftulus14
Dokumen tersebut membahas mengenai program skrining tuberkulosis (TB) di Indonesia. Prevalensi TB masih tinggi di Indonesia dan terus meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu, diperlukan skrining TB untuk mendeteksi kasus-kasus baru, khususnya pada kelompok berisiko tinggi seperti kontak erat pasien TB. Beberapa metode skrining yang digunakan antara lain tes Mantoux, pemeriksaan dahak, dan rontgen paru
Proposal penelitian ini membahas hubungan sanitasi rumah secara fisik terhadap kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Oesapa tahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor lingkungan rumah seperti pencahayaan, ventilasi, kualitas udara, dan kepadatan hunian terhadap kejadian ISPA pada balita."
Pedoman ini memberikan panduan bagi tenaga kesehatan dalam melakukan pencegahan penularan HIV dan sifilis dari ibu ke anak melalui layanan kesehatan ibu dan anak yang terintegrasi. Pedoman ini mencakup informasi tentang HIV dan sifilis, kegiatan pencegahan seperti tes, konseling, pemberian obat, diagnosis dan rujukan, serta sistem pencatatan dan pelaporan. Harapannya pedoman ini dapat meningkatkan kualitas layanan pencegahan penularan HIV dan s
Program Skrining TB_Alfira(124)_Angsoka(125).pdftulus14
Dokumen tersebut membahas mengenai program skrining tuberkulosis (TB) di Indonesia. Prevalensi TB masih tinggi di Indonesia dan terus meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu, diperlukan skrining TB untuk mendeteksi kasus-kasus baru, khususnya pada kelompok berisiko tinggi seperti kontak erat pasien TB. Beberapa metode skrining yang digunakan antara lain tes Mantoux, pemeriksaan dahak, dan rontgen paru
Buku pedoman ini membahas program pencegahan penularan HIV dan sifilis dari ibu ke anak, mencakup epidemiologi, strategi pencegahan, pengelolaan program, dan peran berbagai pihak yang terkait. Pedoman ini bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil untuk mencegah penularan penyakit menular langsung dari ibu ke anak.
Jurnal persepsi tentang imunisasi booster balita usia 24 bulannrukmana rukmana
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi ibu tentang pemberian imunisasi booster pada balita usia 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi ibu sebagian besar buruk dalam hal modalitas, ruang, waktu, dan struktur konteks untuk pemberian imunisasi booster.
3. Saran dari pen
Permasalahan TBC Balita dan Skrining TBC Balita.pdfsusisusanti305451
Dokumen tersebut membahas mengenai permasalahan tuberkulosis pada balita dan pentingnya skrining TBC untuk mendeteksi kasus secara dini. Ia menjelaskan strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan deteksi kasus TBC pada balita melalui skrining di fasilitas kesehatan seperti puskesmas, posyandu, dan poli imunisasi anak serta poli HIV.
Pedoman ini membahas pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan memberikan informasi tentang penularan HIV, faktor risiko, dan tahapan infeksi. Pedoman ini juga menjelaskan empat pilar (prong) pencegahan yaitu tes HIV pada ibu hamil, pencegahan kehamilan tidak direncanakan, pemberian ARV pada ibu hamil positif HIV, dan dukungan untuk ibu dan anak. Tujuannya adalah menurunkan risiko penularan HIV dari ibu
Laporan kasus ini membahas penatalaksanaan holistik pada anak laki-laki berusia 5 tahun dengan diagnosa limfadenitis tuberkulosis. Pasien datang dengan keluhan benjolan di leher yang muncul sejak 5 bulan. Pemeriksaan fisik menemukan 2 buah benjolan di leher kanan. Hasil FNAB menunjukkan adanya granuloma epiteloid yang mengarah pada diagnosa limfadenitis tuberkulosis. Pendekatan kedokteran keluarga dilakukan dengan
PENGARUH PELAKSANAAN CERAMAH DENGAN DUKUNGAN LEAFLET TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA PEKERJA SEKS LANGSUNG UNTUK PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS
Oleh David Marthen Salakory*) & Demsi Wattimena**)
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan kebidanan pada bayi sehat yang mendapatkan imunisasi campak di Puskesmas Bojong Rawalumbu Bekasi tahun 2016, termasuk latar belakang masalah, tujuan, manfaat, tinjauan teori mengenai pengertian imunisasi, tujuan, etiologi penyakit campak, jenis imunisasi dan vaksin serta dosis pemberian imunisasi."
1. Status imunisasi dasar lengkap pada anak dipengaruhi oleh faktor pendukung, pemungkin, dan penguat seperti karakteristik ibu, akses ke fasilitas kesehatan, dan dukungan masyarakat.
2. Cakupan imunisasi dasar lengkap menurun selama pandemi namun pemerintah berupaya meningkatkannya melalui program BIAN.
3. Berbagai tantangan pelaksanaan BIAN antara lain kesadaran masyarak
PKM ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI melalui penyuluhan di Desa Bukit Kratai. Tim peneliti terdiri atas 5 orang yang akan memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu-ibu di desa tersebut mengenai pentingnya ASI eksklusif, waktu pemberian MP-ASI yang tepat, dan cara pemberian MP-ASI yang benar. Penyuluhan dilakukan selama 5 bulan di Posyandu Desa
Buku pedoman ini membahas program pencegahan penularan HIV dan sifilis dari ibu ke anak, mencakup epidemiologi, strategi pencegahan, pengelolaan program, dan peran berbagai pihak yang terkait. Pedoman ini bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil untuk mencegah penularan penyakit menular langsung dari ibu ke anak.
Jurnal persepsi tentang imunisasi booster balita usia 24 bulannrukmana rukmana
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi ibu tentang pemberian imunisasi booster pada balita usia 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi ibu sebagian besar buruk dalam hal modalitas, ruang, waktu, dan struktur konteks untuk pemberian imunisasi booster.
3. Saran dari pen
Permasalahan TBC Balita dan Skrining TBC Balita.pdfsusisusanti305451
Dokumen tersebut membahas mengenai permasalahan tuberkulosis pada balita dan pentingnya skrining TBC untuk mendeteksi kasus secara dini. Ia menjelaskan strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan deteksi kasus TBC pada balita melalui skrining di fasilitas kesehatan seperti puskesmas, posyandu, dan poli imunisasi anak serta poli HIV.
Pedoman ini membahas pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan memberikan informasi tentang penularan HIV, faktor risiko, dan tahapan infeksi. Pedoman ini juga menjelaskan empat pilar (prong) pencegahan yaitu tes HIV pada ibu hamil, pencegahan kehamilan tidak direncanakan, pemberian ARV pada ibu hamil positif HIV, dan dukungan untuk ibu dan anak. Tujuannya adalah menurunkan risiko penularan HIV dari ibu
Laporan kasus ini membahas penatalaksanaan holistik pada anak laki-laki berusia 5 tahun dengan diagnosa limfadenitis tuberkulosis. Pasien datang dengan keluhan benjolan di leher yang muncul sejak 5 bulan. Pemeriksaan fisik menemukan 2 buah benjolan di leher kanan. Hasil FNAB menunjukkan adanya granuloma epiteloid yang mengarah pada diagnosa limfadenitis tuberkulosis. Pendekatan kedokteran keluarga dilakukan dengan
PENGARUH PELAKSANAAN CERAMAH DENGAN DUKUNGAN LEAFLET TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA PEKERJA SEKS LANGSUNG UNTUK PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS
Oleh David Marthen Salakory*) & Demsi Wattimena**)
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan kebidanan pada bayi sehat yang mendapatkan imunisasi campak di Puskesmas Bojong Rawalumbu Bekasi tahun 2016, termasuk latar belakang masalah, tujuan, manfaat, tinjauan teori mengenai pengertian imunisasi, tujuan, etiologi penyakit campak, jenis imunisasi dan vaksin serta dosis pemberian imunisasi."
1. Status imunisasi dasar lengkap pada anak dipengaruhi oleh faktor pendukung, pemungkin, dan penguat seperti karakteristik ibu, akses ke fasilitas kesehatan, dan dukungan masyarakat.
2. Cakupan imunisasi dasar lengkap menurun selama pandemi namun pemerintah berupaya meningkatkannya melalui program BIAN.
3. Berbagai tantangan pelaksanaan BIAN antara lain kesadaran masyarak
PKM ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI melalui penyuluhan di Desa Bukit Kratai. Tim peneliti terdiri atas 5 orang yang akan memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu-ibu di desa tersebut mengenai pentingnya ASI eksklusif, waktu pemberian MP-ASI yang tepat, dan cara pemberian MP-ASI yang benar. Penyuluhan dilakukan selama 5 bulan di Posyandu Desa
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
1. 1
BAB I
PENDAHULUA
1.1 Latar Belakang
ujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setnggi-tingginya
dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia
yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan prilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan yang
bermutu, adil, dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia yang sejahtera, yaitu
terciptanya hak hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat melalui system
kesehatan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan tersedianya pelayanan
kesehatan yang bermutu, terjangkau dan merata. Kesehatan sebagai investasi
akan menghasilkan penduduk yang sehat dan produktif sebagai SDM
(Sumber Daya Manusia) pembangunan yang berkelanjutan serta memiliki
daya saing global (Kemenkes., 2022).
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk menguatkan mutu sumber
daya manusia yang sehat, cerdas dan produktif serta mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatan masyarakat dengan komitmen yang tinggi terhadap
kemanusiaan dan etika yang dilaksanakan dengan semangat pemberdayaan
dan kemitraan yang tinggi (Kemenkes., 2022).
2. 2
Program pemerintahan lainnya melalui pusat penyuluhan kesehatan
masyarakat (PPKM) Departeman Kesehatan RI yang memberikan strategi-
stategi untuk pencegahan ISPA tentang apa yang harus diketahui oleh
masyarakat mencegah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
diantaranya adalah pentingnya pemberian makanan yang bergizi, karena bayi
dan anak balita yang mempunyai gizi baik jarang menderita penyakit yang
serius, oleh karena itu tubuhnya dapat menangkal infeksi. Balita yang
mendapatkan ASI, makanan yang mengandung vitamin A buah-buahan yang
berwarna kuning serta sayuran juga dapat mencegah infeksi (DepKes RI,
2017 ).
Upaya pemerintah dalam menanggulangi penyakit (ISPA) Infeksi
Saluran Pernafasan Akut di antaranya adalah imunisasi gratis pada balita di
puskesmas sejak tahun 1977, program imunisasi yang meliputi BCG (anti
tuberculosis), tetanus, polio, campak, difteri (anti infeksi saluran pernafasan),
pertusis (anti batuk rejan) dan hepatitis B, serta didukung dengan pemberian
gizi yang cukup seperti ASI, makanan bervitamin, buah-buahan
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak
terutama balita. Episode ISPA (bukan pneumonia) sebagai batuk pilek pada
anak di Indonesia diperkirakan sebesar 3-6 kali pertahun. Ini berarti seorang
anak menderita serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.
Sebagai kelompok penyakit ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama
kunjungan pasien di sarana kesehatan sebanyak 40-60% kunjungan berobat
ke puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat dibagian rawat jalan dan
rawat inap dirumah sakit (Depkes RI, 2017).
3. 3
Dari data di atas diketahui bahwa pada saat ini angka penderita ISPA
masih tinggi, terutama pada anak balita. hal ini penyakit (ISPA) bukan
pneumonia yang dikenal masyarakat sebagai penyakit batuk-pilek yang
sehari-hari dikenal masyarakat sebagai penyakit batuk-pilek yang sering kali
dianggap suatu penyakit sering terjadi dan tidak memerlukan pengobatan.
Oleh karena itu, sangat penting artinya bagi masyarakat terutama ibu dan
anak balita untuk mengetahui cara perawatan ISPA (bukan – pneumonia yang
baik). Sehingga tidak terlarut menjadi pneumonia dan kapan seorang anak
memerlukan pertolongan sehingga dapat disimpulkan bahwa kematian akibat
penyakit ISPA dapat dikurangi dengan penerapan strategi penatalaksanaaan
ISPA (bukan –pneumonia) yang sederhana yang cukup dikerjakan dirumah
oleh ibu, karena penataklasanaan ISPA (bukan pneumonia) yang baik dapat
mencegah infeksi berkembang menjadi serius (Depkes RI, 2017).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah
kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian balita yang cukup
tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan
mengalami 3 episode ISPA setiap tahunnya. 40%-60% dari kunjungan di
Puskesmas Binuangeun adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian
yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % - 30 %. Kematian yang terbesar
umumnya adalah karena pneumonia dan pada balita berumur 4 tahun. ISPA
dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus,
sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim
4. 4
dingin. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada
anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan
keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-
anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban
immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan
cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.
Menurut Notoatmodjo (2018), pengetahuan merupakan hasil ingin tahu, dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Menurut laporan Profil Kesehatan Provinsi Banten tahun 2019 jumlah
penderita ISPA kasus yang sangat tinggi pada kelompok balita dengan jumlah
240.412. Sedangkan daerah Kabupaten Kabupaten/Kota dengan kasus ISPA
tertinggi pada tahun 2019 adalah Kabupaten Lebak dengan total 59.880 Kasus
Puskesmas Binuangeun merupakan salah satu Puskesmas di
Kabupaten Lebak. Cakupan wilayah kerja Puskesmas Binuangeun terdiri dari
6 Desa yaitu: Desa Bejod, Desa Cisarap, Desa Muara, Desa Sukatani, Desa
Wanasalam dan Desa Cipedang. Data yang paling banyak yang menderita
ISPA (Bukan pnemonia) pada laporan tahun 2022 yaitu Desa Bejod dengan
jumlah balita 360 orang, dan 215 (59,7%) balita yang menderita ISPA (
bukan pneumonia).
Dari hasil Wawancara dengan 10 orang ibu di Desa Bejod, Tujuh ibu
mengatakan tidak tahu bagaimana cara perawatan ISPA(bukan pneumonia) di
rumah. Dan dari hasil wawancar tiga orang ibu mengatakan tahu tentang cara
5. 5
perawatan ISPA(bukan pneumonia). Melihat hal tersebut peneliti tertarik
untuk mengetahui tentang” Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap ibu
tentang perawatan ISPA (bukan pneumonia) di rumah pada balita di Desa
Bejod Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak Tahun 2022.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengetahui
bagaimana“Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Ibu tentang
Perawatan ISPA (Bukan Pneumonia) di rumah pada balita di Desa Bejod
Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak Provinsi Banten Tahun 2022.
1.3 Tujuan Penelitian
3.1.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap ibu tentang
perawatan ISPA (bukan pneumonia) di rumah pada balita di Desa Bejod
Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak Provinsi Banten Tahun 2022.
3.1.2 Tujuan Khusus
1. Diketahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan
ISPA (bukan pneumonia) di rumah pada balita di Desa Bejod
Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak Provinsi Banten Tahun
2022
2. Diketahui gambaran sikap ibu tentang perawatan ISPA (bukan
pneumonia) di rumah pada balita di Desa Bejod Kecamatan
Wanasalam Kabupaten Lebak Provinsi Banten Tahun 2022.
3. Diketahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap ibu tentang
perawatan ISPA (bukan pneumonia) di rumah pada balita di Desa
6. 6
Bejod Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak Provinsi Banten
Tahun 2022.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Bagi Puskesmas
Melalui penelitian ini diharapkan suatu masukan bagi Puskesmas
Binuangeun dalam pemberian pelayanan atau asuhan keperawatan yang
optimal pada balita yang terkena penyakit ISPA.
1.4.2 Manfaat Bagi Keperawatan anak untuk Keluarga dan Masyarakat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan keluarga dan masyarakat
mengetahui materi tentang perawatan anak, khususnya penyembuhannya
pada penyakit ISPA (bukan pneumonia) sehingga mampu melakukan
perawatan secara maksimal di rumah.
1.4.3 Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan
pengalaman dalam meneliti tentang perawatan ISPA.
1.5 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan
antara lain adalah :
No Penulis
Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Perbedaan
Penelitan
1 Lidwin
a
dewiya
nti
(2017)
Hubungan
antara tingkat
pengetahuan
dengan sikap
ibu yang
memiliki anak
balita pada
penanganan
ispa di pustu
rana kulan
Penelitian Ini
Menggunakan
Metode
survosive
sampling
Bedasarkan analisis
menunjukan ada
hubungan dengan
nilai (p = 0,005 dan r
= -0,315) dengan arah
negatif dan kolerasi
sedang.
Perbedaan
Penelitian
Terletak
Pada
Desain
penelitian,
Tempat,
Waktu dan
Responden
7. 7
2 Nurul
(2016)
Hubungan
tingkat
pengetahuan
ibu terhadap
penyakit ispa di
puskesmas
parugu
Penelitian Ini
Menggunakan
Metode Cross
Sectional
Bedasarkan analisis
menunjukan ada
hubungan dengan
nilai (p = 0,005 dan r
= -0,221)
Perbedaan
Penelitian
Terletak
Pada
Desain
penelitian,
Tempat,
Waktu dan
Responden
3 Susanti
(2018)
Hubungan
pengetahuan
dan sikap ibu
dengan
penanggualang
an ispa pada
balita di desa
tarogong
Penelitian
desain
proportional
random
sampling
Bedasarkan analisis
menunjukan ada
hubungan dengan
nilai (p = 0,014
Perbedaan
Penelitian
Terletak
Pada
Desain
penelitian
4 Pawiliy
ah
(2019)
Hubungan
pengetahuan
dan sikap ibu
dengan
penanganan
ispa di rumah
pada balita di
puskesmas
tumbuan
Penelitian ini
menggunakan
metode survey
analitik
dengan
rancangan
penelitian
cross sectional
Bedasarkan analisis
menunjukan ada
hubungan dengan
nilai (p = 0,007
Perbedaan
Penelitian
Terletak
Pada
Desain
penelitian,
Tempat
dan Waktu
5 Nurania
h
(2017)
Hubungan
tingkat
pengetahuan
ibu tentang
ISPA dengan
sikap ibu
tentang
pencegahan
ispa pada balita
di puskesmas
Pandaan
Penelitian
Studi Analitik
Observasioal
dengan
pendekatan
study
korelasional
Bedasarkan analisis
menunjukan ada
hubungan dengan
nilai (p = 0,028
Perbedaan
Penelitian
Terletak
Pada
Desain
penelitian,
Tempat
dan Waktu